Jilid 15
”HO SIAOHIAP, harap ingat baik-baik pantangan dunia Kang ouw jangan mengejar musuh yang melarikan diri kedalam rimba!"
"Kalian rela membiarkan musuh besar itu kabur ?" demikian Ho Hay Hong balas menanya dengan perasaan heran.
"Bukan begitu, tetapi itu adalah pantangan dalam dunia Kang ouw, kita tidak boleh melanggar!" jawab mereka.
Ho Hay Hong mengaw asi bayangan Tee soan hong yang pelahan-lahan menghilang tempat gelap menggumam sendiri. ”Jangan membohongi aku! Dari sikap kalian, sudah jelas menunjukan isi hati kalian. Aku pikir kalian sengaja melepaskan musuh besar itu dengan dalih yang kalian kemukakan tadi, tentunya ada tersembunyi sebab sebab yang kalian tidak dapat menjelaskan secara terang-terangan. Benarkah ucapanku ini?"
Delapan anggota pasukan angin puyuh itu diam saja, tidak berani menjawab.
Ho Hay Hong merasa tidak senang, sinar matanya yang tajam menyapu orang-orang itu kemudian berkata:
"Dengan sebetulnya, kalian delapan orang, setiap orang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, juga bernyali besar. Meskipun Tee Soan hong Tok Bu Gouw kuat dan berkepandaian tinggi, tapi belum tentu bisa mengalahkan kalian dengan mudah. Jikalau dugaanku tidak keliru, toako sekalian jelas sengaja mengalah."
Mendengar celaan itu, delapan anggota pasukan Angin puyuh itu agaknya tidak dapat menahan sabar lagi selain memandangnya dengan wajah keren, dengan serentak berkata:
"Ho siaohiap jangan coba mencari-cari sebabnya, kita bertindak hanya menurut perint ah saja, maaf kita tidak bisa menjawab?"
"Apakah itu perint ahnya It Jie Hui kiam locianpwee?"
Delapan orang itu saling memandang, kemudian melompat keatas kuda masing-masing, barulah menyahut:
"Maaf. kita masih perlu segera berangkat ke gunung Siau giam-san untuk menyelidiki benda pusaka itu. Kalau siaohiap suka boleh segera berangkat!"
Ho Hay Hong terheran-heran tetapi orang-orang itu semua menutup mulut. Ia juga tidak berdaya. Terpaksa menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Siaote tidak bisa pergi, ia terluka parah perlu lekas ditolong."
Baru berkata sampai disitu, suatu pikiran aneh terlint as dalam otaknya: ”Gadis itu adalah cucu perempuan It Jie Hui kiam, dan orang-orang itu melakukan tugasnya atas perintah It Jie Hui kiam, seharusnya, betapapun pentingnya urusan itu, tokh tidak lebih penting dari pada jiwa cucu perempuan pemimpinnya, dan sudah seharusnya pula kalau mereka ambil perhatian. Tetapi, mengapa mereka berlalu demikian dingin, bahkan nampaknya acuh tak acuh, sedangkan menanya sajapun tidak.” Sementara masih berpikir, delapan anggota pasukan angin puyuh itu sudah bedal kuda masing-masing meninggalkan dirinya.
Ho Hay Hong diam-diam menghela napas, dengan membimbing gadis baju ungu, pulang kembali kerumah. Dalam perjalanan ia selalu berpikir: ”dari rumah ia dalam keadaan sehat dan baik-baik. Sekarang pulang dalam keadaan terluka. Kalau kongkongnya tahu, bukankah anggapan aku tidak mampu melindungi keselamatannya?”
Sebagai orang gagah yang berjiwa ksatria, ia bersedia memikul tanggung jawab dan sendiri! Demikianlah Ia sambil mengepal-ngepal tinjunya, berkata kepada diri sendiri: "Tidak bisa, aku harus jaga nama baikku, aku harus mengandalkan tenagaku sendiri, untuk menyembuhkan lukanya!"
Gadis baju ungu yang mendengarkan ia berkata seorang diri, bertanya dengan perasaan heran:
"Apa yang kau katakan?"
Ho Hay Hong buru-buru menggunakan kesempatan itu balas menanya:
"Apa kau suka kalau aku dipandang enteng oleh orang?"
"Sudah tentu tidak suka!" jawabnya singkat, dengan perasaan semakin heran ia balas menanya: "Mengapa kau bertanya demikian Ho koko?"
"Kau terluka parah, kalau aku antar kau pulang, ini berarti akan mengunjukkan kelemahanku, yang tidak mampu melindungi keselamatanmu. Maka aku pikir jangan pulang dulu, nanti setelah lukamu sembuh, baru pulang. Dengan demikian, kita tidak sampai dihina orang kau anggap bagaimana?"
"Baiklah, Ho koko, kau ingin bagaimana, terserah pikiranmu sendiri." jawab si gadis sambil tersenyum.
Waktu ia mengucapkan jawaban demikian, wajahnya kemerahan-merahan hingga tampaknya semakin menggiurkan.
Ho Hay Hong yang menyaksikan sikap demikian, jantungnya mendadak berdebar keras. Dalam perjalanannya menuju kedaerah Tionggoan kali in i, dengan beruntun ia sudah berkenalan dengan tiga gadis cantik, hal itu sesungguhnya belum pernah diimpikannya.
Tiga gadis cantik yang dikenalnya itu masing-masing memiliki sifat tersendiri. Dalam soal kecantikan, kalau ia suruh memilih sesungguhnya berat untuk mengadakan pemilihan. Tetapi kini ia merasa bahwa gadis baju ungu itu dalam segala hal selalu mengiringi kehendaknya, ini merupakan tipenya seorang wanita yang bersifat wanita penurut.
Lengannya memeluk erat erat pinggang gadis itu, dalam waktu singkat, sifat halus gadis itu berhasil memikat hati Ho Hay Hong.
Ia berusaha melupakan gadis kaki telanjang, tetapi tidak berhasil.
Oleh karenanya, ia ingin coba menenangkan pikirannya meskipun dalam pelukannya terdapat tubuh seorang gadis cantik, namun tidak berani timbul pikiran yang bukan-bukan. "Nona sejak kecil kau dilahirkan disini, tentunya mengenal baik keadaan disini. Tahukah kau dimana ada tabib pandai?" demikian ia bertanya kepada sinona.
"Di kota sebelah barat. Kek Seng To si seng adalah akhli penyakit bagian dalam, ia sanggup menyembuhkan segala luka dalam tetapi..." menjaw ab sang gadis tetapi ia mendadak mengerutkan keningnya dan berkata pula: "luka dalam tubuhku ini terkena pukulan tinju dengan menggunakan ilmu Khie kang tabib biasa tidak bisa menolong."
"Ya, kita harus mencari tabib pandai yang juga pandai ilmu silat!"
"Dengan terus terang ditempat ini mestinya t idak ada orang pandai luar biasa!"
"Kalau begitu kita terpaksa minta pertolongan kepada Hud-sim Totiang, betul tidak?"
"Ini kurang baik, mungkin lantaran aku, nanti akan mencemarkan nama baikmu."
"Lukamu penting, harus segera diobati. Bila aku sendiri tidak berarti apa-apa. Asal kau selamat, hatiku merasa lega !"
Gadis itu menundukkan kepala, hatinya goncang. "Tidak apa, aku pelahan-lahan bisa sembuh."
"Kalau dari semula aku tahu Tee soan-hong seorang demikian ganas, kau tadi bunuh mati saja dia dengan pedang terbangku, sekalipun aku harus menghamburkan banyak tenaga!"
Mendadak ia ingat sesuatu katanya pula: "Mengenai diri orang itu, aku merasa sangat curiga. Sebab jelas para toako dari pasukan Angin puyuh, mempunyai cukup kekuatan menundukkan dia, tetapi tokoh-tokoh itu nampaknya selalu mengalah. Bahkan tidak mengizinkan aku mengejar, ketika ia terluka ditanganku, dengan dalih yang tidak masuk akal. Hal ini aku benar-benar tidak mengerti. Tetapi aku percaya nona pasti lebih mengerti dari padaku, bolehkah kau memberitahukan sedikit saja sebab musababnya ?"
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. "Kau terlalu banyak pikiran Tee soan hong itu sejak muncul dirimba persillatan daerah utara, belum pernah mendapat tandingan. Sudah lama namanya disegani oleh orang- orang rimba persilatan. Kabarnya pada waktu yang belakangan ini, lantaran hendak merebut kedudukan. Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, telah bentrok dengan kepala penyamun Kay see Kim kong. Kepala penyamun ini karena mengetahui kepandaian Tee soan hong tinggi sekali, pernah mengalah tidak berani berbuat apa-apa. Coba kau pikir, dengan orang seperti Kay see Kim kong yang biasa melakukan kejahatan dan keganasan, tokh masih mengalah terhadapnya, jangankan pasukan Angin puyuh."
"Bukankah kau pernah katakan bahwa Tee soan hong belum lama muncul di dunia rimba persilatan, mengapa sekarang kau katakan sudah lama namanya terkenal ?"
"Mungkin aku salah kata."
"Aku tahu nona hatinya lembut, tidak mungkin salah kata. Pasti ada rahasia yang kau tidak inginkan aku tahu." "Perlu apa diungkat lagi? Semua ini untuk kebaikanmu."
"Hal in i ada hubungan apa denganku?"
Gadis itu menggelengkan kepala, tidak menjaw ab, matanya berkaca-kaca.
"Kau pasti tidak pandang mata aku yang tidak berguna ini, maka ada banyak rahasia tidak memberitahukan padaku!" berkata Ho Hay Hong sambil tertaw a getir.
Mendengar perkataan itu, gadis itu angkat muka dan berkata:
"Ho koko, mengapa kau berkata begitu. Mana aku mempunyai pikiran begitu?"
Sewaktu ia mengucapkan perkataan itu, wajahnya mengunjukan perasaannya yang pilu, jelas bahwa ia memang tidak mempunyai pikiran demikian. Ia seperti tersinggung perasaannya, sehingga tanpa disadari sudah mengeluarkan air mata.
Ho Hay Hong berusaha keras mengendalikan perasaannya, katanya.
"Kau tidak mau menerangkan ya sudah, aku mau mencari Tee soan hong sendiri untuk menanyakan padanya."
"Aku Ingat, ditempat dekat ini ada seorang tabib pandai, sudah banyak mengobati orang-orang rimba persilatan yang terluka dalam maupun luar. Tetapi adanya sangat aneh, ia tidak mau menerima bayaran, kalau tidak dibayar dengan pedang pusaka atau benda mustika lainnya ia tidak mau menyembuhkan penyakitnya." Ho Hay Hong menghela napas, t idak berkata apa-apa, hanya bertanya:
"Dia bernama siapa?"
"Dia adalah familie jauh Kay see Kim-kong, nama julukannya Hoa chiu Hwa tho, dahulu ia belajar ilmu silat dan ilmu tabib dikelenteng Koan-im Sin bio, gunung Kie lian san. ia sudah mendapat semua warisan pemimpin kelenteng itu, Chie chiu Sin kun, tetapi adanya keras dan suka membawa caranya sendiri, maka sudah beberapa kali Kay see kim kong mengundang selalu tidak berhasil"
"Orang itu sudah berani menggunakan nama julukan Hoa chiu Hw a tho, ilmunya dalam ketabiban tentunya luar biasa. Lukamu meski parah, barangkali juga masih bisa disembuhkan. Mari kita lekas mencarinya!"
Tetapi setelah berkata demikian, ia merasa menyesal katanya pula sambil menghela napas: "Kita minta obat seperti minta belajar ilmu kepandaian, sedikitpun tidak boleh memaksa. Aku tidak memiliki barang pusaka apa- apa, bagaimana bisa menginjak rumahnya?"
"Kau tidak perlu gelisah, disini aku masih mempunyai barang peninggalan ayahku, mungkin dapat kita gunakan!"
Dari lehernya ia melepaskan liontin kalungnya yang merupakan sebuah batu giok, ia letakan di tangannya dan dielus-elusnya, entah apa sebabnya, perasaan sedih timbul seketika, hingga matanya kembali berkaca-kaca.
"Ini adalah barang pusaka satu-satunya peninggalan keluargaku. It-jie Hui kiam kongkong berikan padaku, suruh aku pakai sejak aku mengerti urusan. Dia pesan padaku supaya menggunakan barang ini untuk mencari keterangan tentang diriku."
Mendengar perkataan itu. Ho Hay Hong terkejut. "Apa? Kau bukan cucu perempuan It Jie Hui kiam?"
"Tee soan hong, Tok Bu Gouw juga pernah berkata si orang tua hanya mempunyai dua anak perempuan, yang satu sudah kawin dengan Kakek penjinak garuda, satu lagi meninggal dunia karena sakit, bagaimana kau bisa menjadi cucu perempuannya?"
"Batu giok ini adalah barang peninggalan keluargamu, betapa pentingnya bagimu, janganlah lantaran aku, kau bikin hilang. Aku kehilangan muka tidak menjadi soal, bagaimanapun juga aku tokh bukan seorang besar yang sudah kesohor namanya. Kau simpan barangmu, jangan kau berikan kepada Ho chiu Hw a tho!"
"Orang laki-laki tidak dibandingkan dengan orang perempuan, yang terpenting adalah nama baik. Kau berkepandaian tinggi, mungkin bisa menjadi seorang besar, jangan lantaran aku kau lantas putus asa!"
Ho Hay Hong sangat terharu mendengar ucapan itu, dalam hatinya berpikir: "kau perlakukan aku sedemikian baik, bagaimana aku harus membalas budimu?"
Memasukkan tangannya kedalam sakunya mengeluarkan kitab Salinan ilmu silat garuda sakti dan sepotong batu kaca yang ia dapatkan dari dasarnya danau Liok ing ouw. berpikir bulak balik, kecuali kitab salinan ilmu silat garuda sakti yang masih ada harganya, sudah tidak ada barang apa-apa lagi. Tetapi kitab Ilmu silat garuda sakti itu adalah milik suhunya, ia tidak berhak memberikan kepada orang lain. Dalam sengitnya, batu kaca itu dilemparkannya ketempat jauh, pikirnya barang itu sudah lama disimpannya, tapi tokh tidak ada gunanya.
Diluar dugaannya, batu kaca itu ketika berada diatas batu keras, mendadak mengeluarkan sinar terang, kemudian menggelinding ke dalam rerumputan.
Ho Hay Hong tertarik oleh kejadian gaib itu, ia buru- buru lompat turun dari atas kudanya dan memungut lagi batunya. Batu yang kebentur oleh batu kacanya tadi masih bercahaya terang.
Ia juga segera mengetahui bahwa sekitar tempat dimana batu kaca itu terletak, terdapat cahaya terang hingga matanya hampir menjadi silau.
Ia buru-buru memungutnya kembali dan dibungkus dalam sapu tangannya, lalu disimpannya lagi kedalam sakunya.
Gadis baju ungu yang menyaksikan semua perbuatan itu, lantas menegurnya:
"Itu siapa?"
"Lekas simpan kembali batu giokmu, kita sudah ada barang untuk diberikan kepada Hwa chiu Hwa tho!" menjawab Ho Hay Hong dengan perasaan girang.
Ia sungguh tidak sangka bahwa batu kaca yang ia dapat dari dasar danau Liok ing ouw itu, ternyata adalah batu pusaka yang belum dijamah oleh tangan manusia. Ia sendiri meski belum dapat menilai berapa harganya tetapi dari sinarnya yang berkilauan, dapat menduga bahwa barang itu bukanlah barang sembarangan.
Gadis itu menyimpan kembali batu gioknya berkata sambil tersenyum manis:
"Kau salah jalan, in i jalan yang menuju ketimur, sedang kita seharusnya menuju ke barat!"
Ho Hay Hong mencari jalan, sambil memondong tubuh gadis baju ungu, Ia mengerahkan ilmunya meringankan tubuhnya lari kebarat.
Lari belum berapa jauh, dari dalam rimba tiba-tiba muncul tiga orang laki-laki menegur dan membentak padanya:
"Sahabat, siapa namamu?" Ho Hay Hong mengaw asi senjata tembaga dalam tangan tiga orang itu, karena waktu itu sudah tengah malam buta, dianggapnya berpapasan dengan kaw anan begal.
Dengan kepandaian ilmu silatnya sendiri yang sudah cukup t inggi, sudah tentu tiga orang tu tidak dipandang di mata, maka ia lantas menyahut sambil tertawa:
"Namaku Ho Hay Hong, tuan-tuan ada keperluan apa
?"
Tiga orang itu tidak menjaw ab, sebaliknya balas
menanya:
"Boleh kami numpang tanya, Ho thayhiap mewakili golongan mana?"
Mendengar pertanyaan itu, Ho Hay Hong tercengang, karena ia t idak mengerti makna pertanyaan itu. Selagi hendak menanya, gadis baju ungu itu berbisik ditelinganya: "Ho koko, kita sudah menginjak daerah kawanan rimba hijau, pertanyaan mereka tadi adalah istilah dalam dunia Kang ouw, kau boleh menjawab salah satu nama dari suatu tempat, hingga kita tidak dapat rint angan lagi."
Ho Hay Hong baru sadar, bahwa dirinya sedang berhadapan dengan kaw an berandal karena harus segera mencari obat untuk menyembuhkan luka gadis itu, ia juga tidak mau menimbulkan onar, maka lantas menjawab seenaknya:
"Oh. siaotee datang dari Liok cui" Tiga orang itu tampaknya terkejut, tapi mereka tidak berani mengganggu, katanya sambil memberi hormat:
"Kiranya adalah sahabat dari Liok cui, silahkan!"
Ho Hay Hong merasa bahwa suasana tempat itu agak berbeda, tempat dimana ia lew at selalu mendapat pengawasan, baik secara terang maupun secara menggelap, seolah-olah khaw atir ada orang asing yang masuk kedaerahnya. Ia lalu berkata kepada gadis dalam pondongannya dengan suara pelahan:
"Tahukah kau mereka sedang main sandiwara apa?" "Aneh, sudah begini malam, orang-orang dari rimba
hijau semua berkumpul disini, apakah didepan sana ada terjadi apa-apa?"
Ho Hay Hong tidak ingin mencari urusan, Ia usulkan mencari jalan lain. Tapi gadis itu berkata.
"Disini hanya ada satu jalan, kecuali jalan ini, yang lainnya semua merupakan daerah rimba. Kalau kita mencari jalan lain mudah kesasar, sebaliknya kita mengambil jalan yang ada, asal kita tidak menimbulkan onar, biarpun ada terjadi apa-apa, kita jangan perdulikan, mungkin tidak akan ada bahaya."
"Aku mengerti maksudmu."
Belum menjelaskan perkataannya, tiba-tiba ada serombongan orang laki-laki yang masing-masing membaw a senjata tajam, berjalan menghampiri dan menghadang didepannya.
"Sahabat, tinggalkan senjatamu, ini adalah peraturan dalam pertemuan ini, harap sahabat maafkan!" demikian rombongan orang-orang itu berkata.
Ho Hay Hong memandang tempat sekitarnya, ia baru lihat ditempat t idak jauh dari rombongan orang-orang itu berdiri, terdapat sebuah meja persegi besar, diatas meja terdapat rupa-rupa senjata tajam, yang jumlahnya lebih dari sepuluh potong, hingga ia diam-diam berpikir: apakah orang-orang yang datang menghadiri pertemuan ini ada demikian banyak jumlahnya? Pe rtemuan apakah ini sebetulnya?
Gadis itu kembali berbisik ditelinganya. "Ho koko, aku lihat malam ini gelagatnya kurang baik. Sudah jelas kita kesasar, hingga seperti sudah membuka rahasia mereka. Lekas serahkan pedangmu kepada mereka kita sudah berada digua macan, mau tidak mau harus berlaku tenang dan bertindak melihat gelagat, jangan sampai membuat kekeliruan!"
Dalam hal ini, pengetahuan Ho Hay Hong sangat sedikit sekali, maka ia menurut kehendak gadis itu, pedang panjang diloloskan dan diserahkan kepada orang-orang itu. Dari mereka ia dapat sepotong papan yang sudah diukir dengan tanda masuk mereka.
"Simpan baik-baik kedalam sakunya." berkata kepada sigadis dengan suara perlahan.
"Apakah kita tidak boleh berkata terus terang dengan mereka bahwa kita kesasar dan kemudian kita meninggalkan tempat ini?"
"Orang-orang rimba hijau paling pantang orang luar golongannya turut hadir dalam pertemuan mereka, terutama pertemuan seperti ini, yang mungkin hendak merundingkan suatu urusan penting. Jikalau tidak, kita nanti akan membangkitkan kemarahan orang banyak, ini lebih sulit bagi kita."
Ho Hay Hong pikir bahwa hal itu memang benar, karena ia memondong tubuh gadis itu. Apalagi terjadi pertempuran sudah tentu tidak leluasa. Apalagi pihak mereka jumlah orangnya terlalu banyak, sudah tentu lebih susah untuk keluar dari kancah pertikaian ini.
Oleh karenanya, maka ia empos semangatnya, berjalan dengan tindakan lebar.
Tak lama kemudian, telinganya mendadak dapat menangkap suara dekat yang sangat tebal.
Suara itu sangat keras dan nyaring, tidak mungkin dilakukan oleh satu dua orang saja.
Pandangan matanya yang tajam, segera dapat melihat di lapangan sebuah kelenteng yang letaknya dikaki bukit, ada sekelompok orang sedang duduk mengitari pelataran. Dari sinar api itu ia juga bisa melihat wajah orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu Orang-orang itu meskipun diluarnya berlaku tenang, tetapi sifat orang Kang ouw itu memberi kesan dalam hati Ho Hay Hong.
Selagi memikirkan bagaimana harus melewati pos penjagaan rahasia itu, gadis baju ungu itu sudah berusaha turun dari pondongannya, kemudian berkata padanya:
"Kau boleh pura-pura menggandeng tanganku, cukup menggunakan kekuatan tenaga dalammu untuk membimbing aku!"
"Kau lihat, penjagaan sepanjang jalan yang menuju ketempat pertemuan itu nampaknya sangat ketat bagaimana supaya kita bisa melalu inya dengan aman ?"
"Kita jangan ganggu mereka, untuk sementara kita menyelinap kedalam rombongan orang banyak, nanti kita mencari ketempat air untuk lewat !"
Ho Hay Hong yang tidak membaw a senjata apa-apa harus menghadapi demikian banyak jumlahnya orang- orang dari kalangan rimba hijau yang nampaknya terdiri dari orang orang berkepandaian t inggi, Sedikit banyak ia merasa agak gentar. Dengan sangat hati-hati ia menggandeng tangan gadis itu berjalan terus.
Dengan tiba-tiba tombak panjang dari orang-orang yang melakukan penjagaan disilangkan dihadapannya, dua belas mata memandangnya dengan sinar tajam.
Ho Hay Hong agak bingung. Ia t idak bisa berkata apa- apa. Untung gadis itu cerdik, dengan suara perlahan memperingatkan padanya supaya mengeluarkan tanda kayu. Bagaikan patung hidup Ho Hay Hong mengeluarkan tanda kayu dari dalam sakunya. Dilihatkannya kepada rombongan penjaga, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun juga, ia ajak gadis baju ungu duduk di belakang banyak orang.
Setelah duduk, ia baru lihat disudut kanan ada sebuah muka yang dikenal baik olehnya. Orang itu adalah Tok gan Sin cu, satu penjahat besar yang terkenal dalam dunia Kang ouw, yang pada waktu Ho Hay Hong baru tiba didaerah Tiong goan, pernah mencegat ditengah jalan dan pernah bertempur hebat dengannya.
Ia mengerutkan keningnya, matanya langsung kepada wajah-wajah yang lain. Benar saja, ia lantas menemukan komplotan To gan Sin cu. Bok khek ceng Hui pat Tojin Cit seng Koay khek. Menemukan itu memberikan firasat tidak baik dalam hatinya.
Gadis baju ungu itu ketika melihat perubahan muka Ho Hay Hong, lalu menanya dengan suara sangat pelahan sekali:
"Kau kenapa?"
Ho Hay Hong tersenyum getir sambil menggelengkan kepala, ia tidak mau memberitahukan firasat tidak baik itu.
Pada saat itu, seorang tua dengan membaw a pipa besi panjang tampil diatas mimbar, lebih dulu orang tua itu menghisap pipanya yang panjang dan kemudian mengepulkan asapnya ketengah udara, barulah membuka suara:
"Aku anggap Kay see Kim kong tidak tepat memegang tugas berat ini!" sinar matanya yang tajam ditujukan kepada seorang laki berkepala botak yang tubuhnya tinggi besar Kay see Kim kong, "kau harus berani mengakui bahwa adatmu terlalu berangasan, tidak bisa mengendalikan hati orang banyak. Jabatan bengcu ini bukanlah jabatan sembarangan, besar sekali hubungannya dengan mati hidupnya golongan rimba hijau daerah utara, harus dipikir masak-masak.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada Kay see Kim kong, tentang diri kepala berandal ini, ia sudah mendapat sedikit gambaran dari mulut si gadis baju ungu. Kalau dilihat dari potongan muka dan badannya, memang bukan orang sembarangan.
Pelan-pelan Kay see Kim kong bangkit dari tempat duduknya, dengan sikap keras berkata:
"Ucapan Tok heng Tayhiap meskipun benar, tetapi anak buahku tersebar hampir seluruh pelosok daerah utara, pengaruhnya sangat besar, jabatan Bengcu itu, aku tetap hendak pertahankan."
"Soalnya bukan begitu, kita harus tahu meskipun pengaruh anak buahmu sudah cukup besar dan menguasai sebagian daerah penting, tetapi ingatlah kau sejarahnya kawanan rimba hijau daerah-daerah Ho siang. See san Khian heng dan Oak bun, yang pengaruhnya sudah menguasai hampir seluruh daerah itu dan tidak kalah dengan kaw anan rimba hijau tujuh propinsi daerah selatan, tetapi karena berkali-kali terbit onar antara anggautanya sendiri, sehingga sering diejek oleh orang-orang rimba hijau daerah selatan Apakah hal yang semacam in i kita terus telan begitu saja." berkata orang tua tadi. "Kalau demikian halnya, Tok heng Tayhiap tentunya meragukan kepandaianku?" bertanya Kay see Kim kong sambil tertaw a besar.
"Bukan, bukan: Apa selamanya berlaku dan berbicara sangat hati-hati, lebih baik tidak diadakan pemilihan, daripada semakin kalut" kata orang tua itu sambil menggelengkan kepala dan duduk lagi dengan tenang.
Kay see Kim kong merasa tidak senang, menepuk tangan dengan keras seraya berkata:
"Kalau aku beruntung terpilih jadi Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, ku jamin dalam waktu dua bulan akan berhasil menyapu bersih kekuatan Liong houw-hwee dan Ceng gie hwee. kecuali pasukan angin puyuh yang dipimpin oleh situa bangka It Jie Hui Kiam, juga termasuk dalam rencanaku yang harus dibasmi."
Mendengar ucapan takabur itu, benar saja mengejutkan gadis baju ungu dan Ho Hay Hong. tetapi para hadirin juga merasa tertarik, banyak diantaranya yang pada kasak-kusuk, ada yang pro, tetapi ada juga yang kontra.
Bagi Ho Hay Hong, sudah tentu mengharap agar supaya Kay see Kim kong ini tidak terpilih, sebab ucapannya yang sombong ini bukan saja membahayakan kedudukan partai-partai dari orang-orang golongan baik- baik, tetapi juga mengancam keselamatan It Jie Hui Kiam.
Seorang imam pendek kecil beroman buas. tiba-tiba berseru:
"Siao tee setuju rencana Kay see Kim kong. Dengan hak apa perkumpulan Liong houw hwee dan Ceng gie hwee saban-saban menyusahkan kita ? lagi pula pasukan Angin puyuh itu juga bukan orang baik, mari kita bersatu, mengusir mereka keluar dari daerah utara !"
"Kawan ini orang gagah dari mana?" demikian seorang tua bertanya dengan sangat tenang. "aku kira saudara saudara dari golongan rimba hijau enam propinsi daerah utara sejak peristiw a yang terjadi antara orang sendiri, tidak mempengaruhi kekuatan tenaga kita. Seharusnya kita semua prihatin sama-sama membina kekuatan sendiri, janganlah dipengaruhi oleh angkara murka, hendak membasmi Liong houw-hwee dan Ceng gie-hwee se-ih, salah salah kita akan dihina lagi o leh saudara- saudara kita dari daerah selatan."
Seorang laki-laki pertengahan umur dengan sikapnya yang agung, menyetujui pikiran orang tua itu, katanya:
"Ucapan Kat-lo memang beralasan, sejak kesalahan pimpinan Bengcu yang lama, sehingga terjadi pemberontakan didalam sendiri, kekuatan kita banyak berkurang. Karena kekuatan kita sendiri masih belum teguh, sekali-kali jangan menggunakan kekerasan.
”Jikalau tidak beberapa puluh tahun kemudian, kita akan ludes sendiri hingga kita menyesalpun sudah terlambat!" dengan sikapnya yang tenang ia mengibas- ngibaskan kertasnya. "pada waktu belakangan ini. aku dengar dalam golongan rimba hijau tujuh propinsi daerah selatan, orang-orang dari kelompoknya si Raja pembunuh, ingin menggabungkan diri dengan golongan kita diutara.
”Dalam hal in i, apabila t idak ada suatu rencana busuk, sesungguhnya merupakan suatu kabar baik bagi kita. Akhirnya kita harus menerima mereka dengan hati sungguh-sungguh, biar orang orang rimba hijau daerah selatan tidak menghina atau mengejek kita lagi !"
Ho Hay Hong sangat tertarik oleh perdebatan itu, tiba- tiba mendengar suara rint ihan gadis baju ungu, maka segera menanya dengan perasaan kaget.
"Apa kau merasa t idak enak?"
"Tidak, tidak ." jawab gadis dengan badan gemetaran.
Ho Hay Hong tidak mau percaya, ia tanya pula dengan suara perlahan:
"Mengapa kau harus menyusahkan diri sendiri. apa salahnya kau berkata teras terang."
"Aku. hanya merasa kepalaku puyeng." jaw abnya dengan napas memburu.
Ho Hay Hong mengaw asi orang-orang yang hadir disitu, saat itu semua sedang pusatkan perhatian mereka kepada orang-orang yang sedang berdebat, tiada seorangpun yang memperhatikan keadaannya sendiri, hingga ia merasa lega.
Tetapi kesulitan baru muncul. ia pikir, gadis itu tokh tidak bisa duduk disitu sehingga pertemuan selesai dengan keadaan sakit. Seandainya pertemuan itu berlangsung terus beberapa hari, apakah ia juga menunggu! Bukankah itu akan membahayakan gadis itu?
Ia berpikir bolak-balik, belum menemukan suatu akal yang baik untuk meloloskan diri. Dalam keadaan gelisah, timbullah pikirannya hendak menggunakan kekerasan. Pikirnya: ’kalau aku bertindak dengan mendadak kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuhku, mungkin ada harapan untuk kabur’ Dengan cepat ia mengambil keputusannya. Tanpa memberitahukan lebih dulu maksudnya itu kepada si gadis, ia sudah hendak memondong tubuhnya. Di luar dugaannya mendadak ada orang menegur dengan suara dingin:
"Sudah lama kita tidak berjumpa!" Dengan wajah berubah, ia membalas maksudnya. Cepat ia berpaling. Dibelakang dirinya tampak seorang laki-laki kira kira tiga puluhan, menghampirinya dan pelahan, ia duduk disampingnya. Laki-laki itu dengan tertaw a bangga mengaw asi gadis baju ungu seraya berkata:
"Tak kusangka nona juga berada disini,." Kata-katanya itu diucapkan dengan suara sangat perlahan, agaknya takut didengar oleh orang-orang lain. Kecuali Ho Hay Hong dan gadis itu, tiada seorangpun tahu apa yang sedang dikatakannya.
Mata gadis baju ungu itu menatap wajah laki-laki itu. Wajahnya mendadak berubah, lama ia tidak bisa mengucapkan apa-apa.
Laki-laki itu berpakaian sangat perlente, wajahnya putih bersih, tetapi sepasang matanya sangat liar terhadap kaum wanita. Jelas merupakan seorang laki-laki yang gemar pipi licin"
"Hadiahmu satu tamparan tangan pada berapa hari berselang, sehingga kini masih belum terlupakan, aku tidak menduga bisa berjumpa denganmu ditempat ini, mari kita berunding untuk mengadakan perdamaian!" demikian laki-laki itu berkata pula.
Gadis itu dengan cepat sudah tenang tapi ia menahan rasa sakitnya, katanya dengan nada suara dingin. "Kau ingin menuntut balas dendam tamparanku pada beberapa hari berselang, silahkan mengumumkan kehadiranku dan siapa adanya aku. Hai, nonamu sudah berani seorang diri memasuki guha harimau, sudah tentu sudah tidak menghiraukan soal mati hidup sendiri.”
Mendengar ucapkan tersebut, Ho Hay Hong terkejut. Pikirnya: ’mengapa ia menyatakan demikian kepada orang itu? Apakah ia sudah terlalu sulit untuk keluar dari tempat ini, hingga sengaja berkata demikian, supaya aku berhasil melarikan diri ? Tetapi sebagai seorang lelaki, bagaimana telah memikirkan kepentingan diri sendiri dan membiarkan kawan wanitanya berada dalam sarang harimau seorang diri ?"
Apalagi jika diingat bahwa gadis itu keluar dari rumah bersama-sama dengan dirinya, dengan sendirinya harus bertanggung jaw ab atas keselamatannya, seandainya harus menghadapi bahaya, juga harus dihadapi bersama, bagaimana boleh melarikan diri seorang diri ? .
Karena berpikir demikian, maka ia diam saja, sedang matanya terus mengawasi orang-orang yang sedang berdebat ramai tetapi diam-diam ia perhatikan gerak- gerik lelaki ceriw is itu.
Lelaki itu berkata lagi :
"Dengan terus terang, aku tadi sudah melihat kau. Semula aku kira itu ada suatu kejadian kebetulan saja, tak kuduga benar-benar adalah kau!" sambil tertaw a dingin ia memandang wajah gadis yang cantik itu, kemudian berkata pula dengan kelakuannya yang sangat ceriw is. "Dalam perjalananmu ini pasti mendapat hasil baik, kalau aku mengumumkan namamu, orang-orang jahat ini pasti tidak akan membiarkan kau hidup. Tetapi dengan demikian, bukankah aku akan dicap seorang lelaki yang tidak kasihan terhadap kaum wanita?"
Ho Hay Hong yang mendengarkan kata-katanya yang mulai melantur itu, lantas naik pitam. Tetapi ia masih tidak mengunjukan sikap apa-apa. Diam-diam ia telah mengambil putusan hendak menempuh bahaya, melindungi si gadis untuk melarikan diri.
Lelaki itu mendadak menepok bahunya seraya berkata:
"Kawan, tolonglah kau minggir sedikit berikan aku tempat duduk !"
Ho Hay Hong semula hendak menyerang dengan tangannya, atau menotok jalan darahnya, tetapi kemudian batalkan maksudnya, karena mendadak ia sadar, bahwa bila ia bertindak sembrono, bukan saja tidak menguntungkan pihaknya bahkan merunyamkan keadaan. Maka ia terpaksa berlaku sabar, sambil menggeser badannya ia memberi tempat kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu lalu duduk disisi gadis baju ungu, dengan penuh perhatian ia berkata:
"Eh, melihat keadaanmu, kau seperti sedang terluka, mengapa tidak pergi berobat.? kau benar-benar hebat, dengan badan masih terluka demikian parah, masih berani datang kemari untuk mencuri rahasia!" Gadis itu melirik kepada Ho Hay Hong agaknya meminta supaya pemuda itu memastikan kejadian itu, katanya dengan suara pelahan:
"Kabarmu pamanmu pandai mengobati orang sakit, bolehkah kau bawa aku kepadanya? Aku bersedia barang pusaka sebagai balas jasanya"
"Kau ingin minta pertolongan dariku maka kau bersikap merendah demikian rupa-rupa, aku masih ingat betul, bagaimana sikapmu pada beberapa hari berselang, yang sangat mengecewakan hatiku"
Ho Hay Hong tidak mengerti mengapa gadis itu berlaku demikian sabar terhadap laki-laki ceriw is itu? Seketika itu ia merasa sangat tidak senang, dan hampir tidak sanggup mengendalikan hawa amarahnya.
Ketika dengan tidak disengaja laki-laki itu menoleh kepada Ho Hay Hong, segera tampak olehnya mata Ho Hay Hong bersinar guram hingga dalam hatinya timbul perasaan curiga.
Gadis itu mendadak berkata pula sambil tertaw a: "Hay, kukatakan terus terang juga tidak apa, kalian
orang laki-laki, kebanyakan bangsa mata keranjang,
kalau tidak berlaku sedikit bengis, benar-benar bisa dianggap aku gampang diperhina!"
Sehabis berkata demikian, ia sengaja berlaku manis. Laki-laki itu belum pernah mendapat perlakuan demikian manis dari gadis. Sudah tentu ia sangat kegirangan sehingga lupa segala-galanya. Katanya sambil tertaw a:
"Sesungguhnya, aku bukan tidak menghargai dirimu, oleh karena kau terlalu cantik sehingga membuatku lupa daratan Kau tentunya juga tahu, aku bukannya bangsa orang-orang gelandangan bagaimana tidak menghargai diri sendiri?"
"Luka dalam tubuhku akan bekerja, sekalipun kau membenci aku, juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadapku, Mengapa kau tidak menunjukkan sikapmu ksatria, menghantarkan aku kepadamu?"
"Kau tunggu sebentar, aku akan beritahukan dulu kepada ayah, setelah itu, segera membaw a kau kepada Hoat chiu Hw a tho!"
Buru-buru ia bangkit, dengan wajah berseri-seri berjalan menghampiri Kay see Kim kong.
Setelah lelaki itu berlalu, gadis baju ungu itu berkata dengan suara pelahan kepada Ho Hay Hong:
"Hei! lekas kau kabur..." Ho Hay Hong merasa sangat terharu, tapi ia pura-pura perhatikan perubahan suasana tidak menghiraukan perkataannya.
Dengan mendadak Ho Hay Hong berpaling dan berkata:
"Aku ingin mendengarkan perdebatan mereka sebentar Lagi, luka kamu penting segera diobati, berusahalah supaya bisa berlalu dari sini lebih dulu!"
Gadis itu tidak mengerti maksud Ho Hay Hong maka ia bertanya:
"Ho koko, mengapa kau bersikap demikian terhadapku?"
Apa bedanya dengan kelakuan yang biasa?" jawab Ho Hay Hong. Gadis itu menundukan kepala, katanya dengan suara sedih.
"Dari sikapmu aku dapat menduga, kau pasti marah terhadap aku."
"Tidak sama sekali, kau jangan salah paham." jawab Ho Hah Hong.
Sehabis berkata demikian, kembali matanya ditujukan keatas mimbar. Waktu itu Kay see Kim kong sudah berkata dengan suara keras sambil membusungkan dada:
"Begini salah begitupun salah, saudara-saudara hanya mengeluarkan pendapat tanpa memikirkan akibatnya dikemudian hari. Benar-benar sangat menjengkelkan."
"Kay see Kim kong, berlakulah dengan tenang, urusan ini ada menyangkut mati hidupnya rimba hijau dari propinsi daerah utara tidak dapat dibereskan hanya dengan menuruti hawa napsu saja!" kata Tok heng Lo jin.
Suasana semakin tegang, ketika para hadirin mendengar ucapan jago tua itu.
Kay see Kim kong berkata dengan tegas.
"Tok heng Tayhiap, kalau kau mempersulitkan siaot ee lagi, terpaksa siaotee minta tayhiap keluar dari sini. Jika tidak, aku akan undurkan diri, tidak mau campur tangan lagi!"
Wajah Tok heng Tayhiap berubah seketika, selagi hendak membuka mulut, diantara para hadirin tiba-tiba tampak seorang memakai kerudung kain. bangkit dari tempat duduknya dengan suaranya yang serak orang itu berkata:
"Aku berdiri dibelakang Tok heng Tay hiap, menentang Kay see Kim kong ambil bagian!"
Dengan pernyataan terus terang dari orang itu, membuat keadaan semakin terpecah belah, meskipun Kay see Kim kong cukup kuat, tapi saat itu juga merasa jeri.
"Saudara bernama siapa? Bolehkah kau memberitahukan kepada kita!" demikian ia berkata.
"Tentang ini kau tidak perlu tahu, biar bagaimana aku ada hak untuk menghadiri pertemuan ini!" jawab orang itu.
"Saudara menggunakan kerudung untuk menutupi muka, ini saja sudah menimbulkan rasa curiga orang banyak. Aku harap kau akan memberitahukan nama dan kedudukanmu, supaya kita semua bisa mengambil keputusan!" kata Kay see Kim-hong.
"Tok heng Tayhiap pernah kata bahwa kau suka membaw a caramu sendiri, susah mendapat dukungan besar saudara, hal in i nampaknya memang benar. Aku selamanya suka bebas, sudah biasa menggunakan kerudung untuk menutupi mukaku. Mengapa tak boleh menghadiri pertemuan ini, harap kau jelaskan sebab- sebabnya!" kata orang itu sambil tertaw a dingin.
"Kalau begitu, aku Kay see Kim kong hendak mengundurkan diri dari rimba hijau daerah utara, tidak mau campur tangan segala urusan lagi. Dikemudian hari apabila ada orang minta aku masuk persekutuan, jangan menyesal kalau aku menolak!" Keterangan Kay-see Kim kong itu menggemparkan medan pertemuan, semua hadiri ramai memperbincangkan keputusan itu.
Tok-heng Tayhiap bangkit lagi, katanya dengan suara dalam:
"Tunggu dulu, Kay see Kim kong tunggulah dulu keputusanmu!"
Kemudian ia berpaling dan berkata pada orang berkerudung:
"Saudara in i, biar bagaimana aku harap suka memberi tahukan namamu, apakah kau ingin melihat saudara- saudara kita dari rimba hijau terpecah belah ?"
Ucapan terakhir itu suaranya penuh nada memohon sehingga membangkitkan rasa simpatik dari para hadirin. Karena sebagai seorang jago tua yang berkedudukan sangat tinggi dalam kalangan rimba hijau masih demikian merendahkan diri memohon kepada orang supaya semua jangan membikin keruh suasana.
Semua ini semata mata untuk kepentingan bersama. Maka para hadirin dengan serentak meminta supaya orang berkerudung itu segera memberitahukan namanya.
Orang berkerudung yang dengan mendadak berdiri terpencil, lantas berkata sambil tertaw a dingin:
"Sudahlah, aku lihat jabatan pangcu, ini sebaiknya diberikan saja kepada Kay see Kim kong!"
Berulang-ulang ia perdengarkan suara tertaw a dingin kemudian berlalu meninggalkan medan pertemuan. Perbuatan yang seenaknya itu mengejutkan semua orang yang hadir, tetapi tiada orang yang berani merint angi perginya orang itu.
Dengan tiba-tiba, seorang bermuka merah maju menghampiri tangannya menyambar tangan orang berkerudung, sementara mulutnya membentak dengan singkat:
"Balik!"
Orang berkerudung itu membalikkan tangannya mendorong orang muka merah, si orang muka merah itu lantas terdorong mundur sampai lima langkah, t api masih belum berhasil mempertahankan kakinya.
Orang berkerudung itu berkata sambil tertaw a dingin. "Bangsa kantong nasi, dalam medan pertemuan
kemasukan mata-mata masih tidak tahu, sebaliknya hendak mencari mampus!"
Orang muka merah itu adalah seorang jagoan dari daerah gunung Haow nia-san, banyak hadirin yang kenal padanya, tak diduga dengan didorong saja oleh orang berkerudung itu sudah mundur terhuyung huyung demikian rupa, hingga semua pada terheran-heran.
Justru karena kekuatan tenaga yang diperlihatkan itu, maka ucapannya tadi menarik perhatian para hadirin.
Kay-see Kim kong dengan sinar matanya yang tajam menatap wajah orang berkerudung sejenak, kemudian beralih kepada setiap orang yang berada disitu. Matanya setiap kali berhenti ketika menatap setiap wajah orang, sehingga orang itu menyebutkan namanya sendiri, barulah beralih lagi kelain orang. Pada saat itu, Ho Hay Hong diam-diam merasa khaw atir, apabila tidak menyembunyikan wajahnya, mungkin akan membaw a bahaya.
Dilain pihak, ia juga merasa curiga terhadap ucapan orang berkerudung tadi, apakah ucapan orang itu ditujukan kepada dirinya Kalau benar demikian, orang itu pasti kenal dirinya, in i lebih berbahaya lagi.
Tiba-tiba Kay see Kim kong mengeluarkan suara bentakan keras, "Huh, tanda siapa? Rasanya belum pernah muncul dalam rimba hijau daerah utara."
Dia adalah pemimpin dalam pertemuan itu, suaranya itu sudah tentu sangat berpengaruh. Semua mata kini ditujukan kepada tempat Ho Hay Hong duduk.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, kalau bukan seorang berkepandain tinggi dan bernyali besar, barangkali sudah terbuka kedoknya.
Wajah gadis baju ungu seketika pucat pasi, diam-diam ia mengeluh, ia khawatir apabila Ho Hay Hong tertangkap, bagaimana ia harus memberi pertolongan?
Ia ingin sekali Ho Hay Hong memberi isyarat tindakan apa yang akan diambil, tetapi pemuda itu masih tetap berdiam dengan tenang, sedikitpun tidak menghiraukannya, sehingga gadis itu semakin gelisah.
Laki laki ceriw is tadi sudah balik lagi dan duduk di hadapan gadis baju ungu.
Dengan demikian, hingga wajah gadis itu teraling oleh dirinya. Gadis itu mengerti maksud laki-laki itu, tetapi dalam keadaan cemas seperti itu, mana ada waktu untuk bicara dengannya? Sementara itu, Ho Hay Hong masih tenang-tenang saja, sedikitpun tidak mengunjukkan sikap cemas atau bingung.
Dengan tiba-tiba dihadapannya ada orang bicara.
"Apakah Kay-see Kim kong mencurigai diriku sebagai mata-mata?"
Ho Hay Hong tidak bisa melihat nyata orang itu, hanya dari belakangnya ia menduga bahwa orang itu sudah lanjut usianya.
Terdengar pula terdengar suara orang tu "Memang benar sudah lama aku tidak terjunkan diri dirimba hijau daerah utara, tetapi tanda ku Ngo jiaw leng sudah cukup untuk membersihkan diriku."
Ho Hay Hong mendadak terkejut, suara nyaring dan agak serak orang itu, rasanya pernah didengarnya. Tetapi ia sudah tidak ingat dimana pernah bertemu dengan orang itu.
Kini ia merasa lega, sebab mata orang banyak tadi ternyata tidak ditujukan kepadanya, melainkan ditujukan kepada orang lain.
"Tanda Ngo-jiauw leng adalah tanda kebesaran pemimpin kita dahulu, boleh saudara keluarkan untuk melihat?" kata Kay see Kimkong.
Orang berkerudung tadi berdiri ditempat agak jauh, masih belum berlalu. Ketika mendengar percakapan dari dua pihak, ia hanya perdengarkan suara tertaw a dingin berulang-ulang.
Ho Hay Hong sementara itu bahwa manusia yang berkerudung itu disengaja atau tidak, berkali-kali memandang dirinya, hingga diam-diam merasa heran. Apakah orang itu kenal dirinya, dan siapakah sebetulnya orang itu?
Ia sengaja arahkan pandangan matanya kepada Kay- see Kim kong, memperhatikan segala gerak-geriknya.
Orang itu terpaksa bangkit dan mengeluarkan tanda Ngo jiauw lengnya untuk diperlihatkan kepada orang banyak, kemudian berkata.
"Sekarang apakah semua saudara sudah percaya tentang diriku?"
"Bawa kemari untuk kulihat!" berkata Kay see Kim kong.
Orang itu menganggukkan kepala, dengan langkah lebar berjalan menghampiri Kay see Kim kong, lalu memberikan tanda Ngo jiauw-leng.
Kay see Kim kong memperhatikan dengan teliti, kemudian berkata:
"Benar, barangnya memang tulen!"
Tetapi, ia tidak mengembalikan tanda itu kepada orang tersebut, bahkan dimasukannya kedalam saku sendiri.
Orang itu menyaksikan perbuatan Kay see Kim Kong nampak sangat cemas, mendadak menyambarnya dan berkata:
"Kay see Kim kong, kau harus menjaga nama dan kepercayaanmu!"
Kay see Kim kong mengibaskan lengan bajunya yang gedrombongan, kekuatan tenaga yang meluncur keluar dari situ telah mendorong orang itu hingga beberapa kaki jauhnya.
"Tanda Ngo jiauw leng ini untuk sementara biarlah aku yang simpan, kau mundur!" demikian ia berkata dengan bengis.
Orang itu tidak mau mengerti, katanya: "Tidak bisa, aku t idak berhak untuk diberikan kepada lain orang."
"Bengcu yang dahulu sejak terjadinya pengkhianatan golongan sendiri, kekuatannya lantas lumpuh. Apakah masih ingin meminta saudara dari golongan rimba hijau daerah utara?" berkata Kay see Kim kong sambil tertaw a dingin.
Ucapan itu segera menimbulkan perbincangan lagi, salah seorang diantara hadirin berkata:
"Tanda ini masih bisa digunakan untuk menggerakkan orang-orang gagah daerah See-an barat, aku kira sebelum jabatan Bengcu diputuskan dipegang oleh siapa, tanda ini sebaiknya kita jaga bersama!"
"Saudara bolehkah aku ingin tanya, tanda ini hanya sebuah, bagaimana harus dijaga oleh orang banyak? Cara bagaimana menjaganya.”
"Kalau begitu, kau hendak mengangkangi sendiri benda itu?" kata orang itu.
"Tutup mulut!" kata Kay-see Kim ko marah, "dengan hak apa kau berani berkata demikian terhadap aku?"
Orang itu sedikitpun tidak takut, ia berkata sambil mementangkan dada:
"Aku berkata atas nama keadilan, yang lurus harus kukatakan lurus. Bengkok harus kukatakan bengkok. Aku tidak suka menghina orang dengan menggunakan pengaruh!"
Mata Kay-see Kim kong menyapu kearah para hadirin, katanya sambil tertaw a dingin:
"Saudara benar-benar seorang jantan, benar-benar mengagumkan!"
Baru saja Kay see Kim kong menutup mulut, disamping orang tadi. tampak dua orang sudah bangkit dan mengulurkan tangannya diletakan diatas bahu orang itu seraya berkata:
"Kawan harap jangan terburu napsu silahkan duduk!"
Orang itu jatuh duduk ditanah, lama tidak dengar lagi suaranya.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, diam- diam berpikir! Kay see Kim kong berani berlaku sewenang-wenang, kiranya mengandalkan pengaruhnya dan jumlah orangnya yang banyak untuk menindas para hadirin dengan kekerasan. Nampaknya jabatan Bengcu, itu mau tidak mau pasti akan jatuh ditangannya.
Ia juga tahu bahwa orang-orang dari golongan hitam ini, selalu menggunakan hukum rimba. Kekuatan berarti keadilan. Maka ia juga t idak menghiraukan soal in i lagi.
Tetapi ketika matanya tertuju kewajah orang yang jatuh itu, tidak kepalang terkejutnya. pikirannya melayang dan tanya-tanya kepada diri sendiri: "Mengapa dia?"
Semula ia tidak melihat tegas wajah orang yang membaw a tanda Ngo jiauw leng itu, tetapi sekarang setelah jatuh duduk tidak berdaya, ia baru melihat mukanya, Orang itu ternyata adalah orang tua kepercayaan It Jie Hui kiam yang pernah ditemuinya diatas panggung pertandingan.
Ia masih ingat ketika ia menonton pertandingan ilmu silat, orang tua kurus kering itu duduk diatas panggung belakang meja pertandingan, menerima orang-orang yang hendak turut ambil bagian dalam pertandingan diatas panggung.
Sungguh tidak disangka orang tua itu ternyata ada hubungan dengan musuhnya It Jie Hui kiam. Perasaannya dirasakan seperti disambar petir, diam-diam merasa bergidik.
Ketika ia berpaling kepada gadis baju ungu, entah sejak kapan gadis itu rebah dalam pelukan laki-laki ceriw is dalam keadaan pingsan. Rambutnya yang panjang terurai kebawah, matanya tertutup rapat, agaknya sedang tidur nyenyak.
Hatinya tercekam, haw a amarahnya meluap seketika.
Laki-laki ceriw is itu memandang paras sinona dengan matanya yang liar, tangan kirinya menunjang janggut, agaknya sedang mencari akal untuk menyadarkan.
Sebentar kemudian Ho Hay Hong mendadak menghela napas dan berpaling lagi memperhatikan perubahan selanjutnya, ia anggap bahwa gadis itu dengan rela diperlakukan demikian. bagaimanapun ia tidak berhak tak merint angi.
Sementara itu, maka Kay see Kim kong terus mencari- cari wajah wajah yang dicurigakan dengan sikapnya yang tetap tenang, sedikitpun tidak menghiraukan urusan orang tua kurus kering itu tadi. "Tanda Ngo jiauw leng Bengcu kita yang dahulu kini sudah berada dalam tanganmu, saudara tentunya orang kepercayaan Bengcu yang lama !" demikian Tok heng Tayhiap bertanya kepada orang tua kurus kering.
-ooo0dw0ooo-