Jilid 25 (Tamat)
"K A U ? . . . Kau. . ." Dia belum tahu, hukuman bagaimana yang hendak dijatuhkan kepada dirinya,
"Jangan takut." Berkata Sin Hong Hiap. "Aku masih belum menghendaki jiwamu."
"Siapa kau ?" Ciok Boh marah besar.
"Kawan Tan Ciu." Berkata Sin Hong Hiap secara singkat.
Tan Ciu sudah datang dekat, mengacungkan obat Thong-thian-hoan palsu dan membentak.
"Katakan sekali lagi, ini obat Thong-thian-hoan?"
"Be . .tul . . Betul. . ." Berkata Ciok Boh cepat. “itu obat Thong-thian-hoan."
"Nah. makanlah obat ini." Berkata Tan Ciu yang hendak menjejal benda tersebut kedalam mulut Ciok Boh.
"Jangan!" Ciok Boh mengeluarkan suara jeritan. "Mengapa?" Bertanya Tan Ciu beringas,
"Aku . . aku . . ."
"Kau mendapat hadiah obat Thong thian-oan. Maka bebas dari gangguan Sesat Jalan Darah Masuk Api ."
Sesal Jalan Darah Masuk Api adalah nama istilah dari sesuatu hal yang menandakan salahnya seseorang yang melatih ilmu silat kelas tinggi.
"Jangan!" Berteriak Ciok Boh. "Mengapa?"
"Itu bukan obat Thong-thian-hoan." Berkata Ciok Boh membuka rahasia. "Sebutkan nama dari benda ini!" Bentak lagi Tan Ciu. "Itulah racun Ngo-tok-liat-tiong-hoan."
"Racun?" Tan Ciu dan Sin Hong Hiap saling pandang.
Sangat beruntung. Mereka tidak berlaku gegabah sembarangan memberikan racun2 ini kepada Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie. maka terhindarlah dua jago wanita tua itu dari kematian diserang racun.
"Betul." Berkata Ciok Boh. "Nama racun itu adalah Ngo- tok-liat-cong-hoan."
Tan Ciu merasa tertipu. Kemarahannya sukar dilukiskan.
"Betul-betul kita dikelabui." Berkata Sin Hong Hiap bergumam.
Tan Ciu mengayun tangan, maksudnya hendak menamatkan jiwa laki-laki yang bernama Ciok Boh itu. Cepat-cepat Sin Hong Hiap menahan.
"Jangan!".
Si jago tua lebih berpengalaman. Asam yang dimakan oleh Sin Hong Hiap lebih banyak dari nasi yang masuk kedalam perut Tan Ciu. Jembatan yang dilalui oleh sijago tua lebih banyak dari jalan-jalan yang pemuda lintasi! Itulah perbedaan diantara oraog-orang yang sudah tua dan anak- anak muda.
Menjengakkan kepala Ciok Boh. Sin Hong Hiap membentak. "Pulaumu pernah mendapat kunjungan seorang gadis, bukan?"
Ciok Boh menganggukkan kepalanya.
"Dia bernama Siauw Tin, bukan?" Bertanya lagi Sin Hong Hiap. Dan untuk kesekian kalinya lagi-lagi Ciok Boh mennganggukkan kepala, gerakannya begitu lemah tidak ada semangat lagi.
"Dimanakah gadis itu kini?" Membentak Tan Ciu tidak sabar.
"Didalam Kamar susiok." "Susiok yang mana?" "Susiok Bo Ceng Kui."
"Siauw Tin telah menjadi orang tawanan kalian?" "Ceritakan lebih jelas lagi."
"Nona Siauw Tin datang seorang diri, bertemu dengan susiok. dikatakan, dia membutuhkan obat Thong thian- hoan, maksudnya hendak menolong dua wali orang tuanya. Tentu saja susiok tidak mau menyerahkan obat yang diminta. Tapi susiok tertarik kepada Kecantikan nona itu. dengan menggunakan tipu nona Siauw Tin berhasil dijebloskan kedalam lubang perangkap. Begitulah dia menjadi tawanan Tong-hay. Susiok berkata kepadanya, Dia dapat memberikan obat Thong thian-hoan. dengan jasa timbal balik meminta badan si gadis."
"Kurang ajar!" Tan Ciu berteriak keras.
"Nona Siauw Tin Tidak setuju." Ciok Boh meneruskan ceritanya. "Demikianlah nona itu dikurung didalam suatu kamar. Dengan janji melepaskan dirinya, setelah dia bersedia ditawan oleh susiok."
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap selesai mendengar cerita keterangan Ciok Boh, mereka menotok jalan darah laki-laki itu.
"Seperti apa yang sudah kuduga. Berkata Sin Hong Hiap, "Mereka tidak rela menyerahkan obat Thong-thian-hoan." "Kita mengadakan teguran." "Mari."
Dengan membawa tubuh Ciok Boh, Tan Ciu dan Sin
Hong Hiap balik kembali.
Dibangunan batu Tay Tauw Kui, keadaan masih sepi, derap langkah Tan Ciu dan Sin Hong Hiap menimbulKan reaksi yang spontan. Dari dalam rumah terdengar suara bentakan Tay Tau Kui.
"Siapa? Ciok Boh kah yang datang?" "Beserta kami." Tan Ciu memberi jawaban.
Pintu itu dibuka, terlihat Tay Tauw Kui menunjukkan rasa bingungnya.
Tan Ciu melempar tubuh Ciok Boh kepada si Iblis Kepala Besar!
Tay Tauw Kui menyanggah benda yang terlempar kearahnya, dikala sadar bahwa itulah murid sendiri. alangkah terkejutnya.
Dia menurunkan tubuh murid itu.
"Kau?" Dia memandang Tan Ciu dan meminta keterangan yang lebih jelas. Dengan alasan apa tamu itu menotok muridnya.
"Aku balik untuk menghaturkan terima kasih kepadamu." Berkata Tan Ciu.
"Terima kasih?"
"Bagaimana tidak mengucapkan terima kasih? karena kau telah memberi hadiah dua butir obat Thong-thian- hoan." "Mengapa kau menotok muridku." Bentak Tay Tauw Kui. Dia belum sadar bahwa permainan sulapnya telah diketahui orang.
"Aku menotok jalan darah muridmu, karena dia memberi tahu kepadaku, bahwa dua butir obat Thong- thian-hoan. yang kau berikan kepadaku itu berupa dua butir obat palsu dua butir obat yang mengandung racun jahat."
"Bohong!" Tay Tauw Kui berteriak keras.
"Boleh kau bertanya kepada muridmu sendiri." Berkata Tan Ciu tenang.
Ciok Boh diberi kesempatan bicara, badannya gemetaran menggigil keras.
"Suhu " Dia memanggil lemah.
"Bedebah!" Bentak Tay Tauw Kui. "Apakah yang kau katakan kepada tamu kita ini?"
"Kukatakan . . .Kukatakan. . . Aku dipaksa oleh mereka." Berkata Ciok Boh.
"Kau kutakan kepada mereka bahwa dua butir obat yang kuberikan kepadanya itu mengandung racun jahat?"
"Be . . . Betul "
"Bedebah!" Tangan Tay Tauw Kui Terayun. pruk! kepala sang murid pecah disaat itu juga, jiwanya melayang kealam baka.
Menyaksikan kekejaman Tay Tauw Kui yang memperlakukan murid sendiri seperti itu, Tan Ciu kesima, hanya sebentar, Kemudian pemuda ini tertawa dingin. setengah mengejek dia barkata.
"Hebat, telah kusaksikan ilmu kepandaian Tay Tauw Kui yang luar biasa," "Murid murtad ini harus dikasih mati." Tay Tauw Kui berkata. "Berani dia mengadu domba."
"Hu, percayalah bahwa dua butir obat yang kuberikan kepadamu itu adalah obat mujarab."
"Terlalu mujarab." Berkata Tan Ciu. "Sehingga ia dapat mematikan orang segera."
"Bohong. Jangan percaya keterangannya."
"Aku tidak percaya keterangannya, Tapi aku lebih percaya kepada kenyataan. Bukan saja dua butir obat palsu itu yang kau berikan, Siauw Tin yang dikatakan belum sampai dipulau inipun berupa isapan jempol juga."
"Aah, kau terlalu percaya kepada fitnahan orang." "Lekas katakan, dimana kau simpan gadis itu!"
"Boleh kau cari sendiri? Adakah dia ditempat ini?" Tay Tauw Kui masih menyangkal keras.
"Boleh aku memeriksaa kamar Bu Ceng Kui?" Berkata Tan Ciu mengirim kerlingan mengejek.
"Aaa . . !"
Rusaklah semua rencana Tay Tauw Kui.
"Tay Tauw Kui, lekas serahkan gadis itu." Tan Ciu meminta orang.
Tay Tauw Kui menunjukkan sikap aslinya. dengan beringas dia bergeram. "Ternyata kau tidak mudah dikelabui."
"Hampir saja aku tertipu olehmu." Berkata Tan Ciu Tidak kusangkal lagj." Berkata Tay Tauw Kui keras.
"Obat Thong-thian-hoan masih berada didalam tanganku. Gadis cantik itu berada didalam kamar suteeku, apa yang kau mau?"
"Jangan berlagak tolol." Berkata Tan Ciu, "kau tahu,apa yang harus diperbuat olehmu."
Tay Tauw Kui bergerak kesamping, dia hendak menyerang bagian belakang orang.
Tan Ciu bermata tajam, dia berganti posisi melayani serangan ini. Tay Tauw Kui gesit sekali. dia lari jauh, terhindarlah bentrokan tadi, dia meringankan tubuh. Tan Ciu menang kekuatan. Dia tak mau membentur tenaga lawan itu.
Terjadi pertempuran didalam ruangan, sedikit demi sedikit, tapi yang sudah jelas dan pasti. Tan Ciu mendesak lawannya.
Posisi Tay Tauw Kui terjepit pada dinding tembok batu, Tan Ciu memukul kedepan, Tay Tauw Kui hendak mengegoskan diri, tak berhasil, dengan telak, pundaknya kena pukulan, dia terhuyung kesamping!
Tan Ciu mengirim lain pukulan lagi. agaknya sulit bagi Tay Tauw Kui untuk mengelakannya.
Tiba-tiba melayang masuk seorang, segera dia membentak.
"Jangan sombong!" Lalu mengirim satu pukulan menolong Tay Tauw Kui dari posisi terjepit.
Disana sudah bertambah seorang berwajah panjang. seperti muka kuda. inilah Bu Ceng-kui juga termasuk salah satu dari tiga jago Tong-hay.
"Tan Ciu." Berkata Bu Ceng Kui. "Jangan kau bertindak melewati batas."
"Lepaskan Siauw Tin," Tan Ciu membentak keras. "kentut!" Bu Ceng Kui tidak mau kalah, "Dia telah menjadi istriku. Dengan hak apa, kau meminta dirinja ?"
Tan Ciu mendelikan mata, tentu saja dia tidak percaya. "Pulanglah. Aku pernah menyerahkan dua butir obat
Thong-thian-hoan kepadanya." berkata lagi Bu Ceng Kui.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menampilkan dirinya, ia membuka suara. "Bu Ceng Kui, masih kenal kepadaku?"
"Kau?" Bu Ceng Kui menolehkan kepala dan terbelalak kaget.
"Betul." Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya. "Kau berkelompok dengan sibocah Tan Ciu?" Bu Ceng
Kui menegurnya.
"Tidak salah. Janganlah Kalian kukuh kepala."
Mengetahui tidak ungkulan untuk memenangkan pertandingan itu, Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui memberi kerlingan mata, didalam saat yang sama, tubuh mereka bergerak, siuutt.! Melarikan diri dari ruangan tadi.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap tidak menduga bakal menemukan kejadian yang seperti itu, Dikala mereka sadar dari kesalahannya, bayangan Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui sudah lenyap tidak terlihat. Mereka lalu mengejar, tidak berhasil.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengamuk didalam bangunan itu. bagaikan dua ekor naga tanpa tandingan. tanpa mendapat gangguan mereka mengaduk sarang tiga jago Tong-hay.
Disuatu ruangan batu yang agak tersembunyi, mereka berhasil menemukan Siauw Tin gadis itu sedang menangis sesenggukkan. "Siauw Tin." Tan Ciu memanggil girang.
Siauw Tin menoleh kaget, kedua pipinya basah dengan air mata!
"Tan Ciu." Dia bangkit dari tempat duduknya.
"Nona Siauw." Berkata Sin Hong Hiap. "Mereka sudah melarikan diri. Mari kita pulang."
"Kedatangan kalian sudah terlambat." Berkata Siauw Tin,
"Mengapa?" Tan Ciu terkejut. "Kita dapat mencari obat lainnya."
"Obat Thong thian-hoan sudah berada padaku." Berkata Siauw Tin.
"Kiu? ,. Kau . ," Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Bu Ceng Kui sudah menyerahkannya padaku." Berkata Siauw Tin.
Rasa girang Tan Ciu tidak terlukiskan, tapi segera terbayang keterangan Ciok Boh. tentu ada sesuatu yang terjadi.
"Bagaimana kau mendapatkan obat Thong thian-hoan?" Bertanya si pemuda.
Dengan tenang, Siauw Tin berkata. "Aku mengorbankan diri sebagai jasa timbal balik."
"Aaaa . . ."
Sin Hong Hiap dan Tan Ciu saling pandang.
"Aku sudah menjadi istrinya," berkata lagi Siauw Tin, "Kau, kau, rela menjadi istri Bu Ceng Kui?" Tan Ciu
penasaran. "Tan Ciu!" Berkata Siauw Tin lagi, "Jangan tidak percaya, demi menolong guruku. Apa boleh buat, aku rela mengorbankan diriku. Dan hanya cara ini yang meyakinkan kepadanya. maka aku berhasil meminta obat. Thong thian- hoan."
"Siauw Tin . . ."
"Aku tahu." Berkata lagi si gadis, terima kasih kepada perhatian kalian."
Diserahkannya dua butir obat Thong-thian-hoan, kemudian gadis itu berkata lagi. "Nah, tolonglah berikan kepada guruku. Katakanlah kepada mereka bahwa aku tidak dapat kembali lagi."
"Kau, kau tak mau kembali ke Tionggoan?"
"Aku telah menjadi istri seorang Tong-hay dan aku akan mati ditempat ini." Berkata Siauw Tin.
"Tidak akan bertemu dengan gurumu?" "Tolong kalian sampaikan salamku." "Siauw Tin . . ."
"Tan Ciu, jangan bersusah hati."
Bagaimana Tan Ciu tak bersedih? Sedikit banyak sipemuda pun ada menaruh hati kepada gadis ini dan karena Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mereka tidak dapat mengembangkan hubungan muda-mudinya.
Sin Hong Hiap berlaku tahu diri, membiarkan keadaan yang seperti itu berlangsung terus menerus adalah suatu perkembangan yang tidak baik, segera mengajak si pemuda meninggalkan pulau Tong-hay. Dengan membawa obat Thong-thian-hoan. dengan hati yang hancur luluh. Tan Ciu mengambil selamat berpisah. Meninggalkan Siauw Tin diatas pulau Thong-hay.
Perjalanan pulang tidak memakan waktu, singkatnya cerita. Tan Ciu dan Sin Hong Hiap sudah tiba di Guha Kematian.
Obat Thong thian-hoan adalah obat khusus untuk menyembuhkan orang yang Sesat Jalan Darah Masuk Api. Dengan adanya obat ini. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie dapat ditolong.
Tan Ciu menceritakan bentrokannya Sumur Pengantungan dan Istana Ratu Bunga.
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie baru lolos dari lubang jarum. mengingat keadaan mereka yang terlalu lemah. mengingat ilmu kepandaian Sin Hong Hiap yang dapat diandalkan mereka meminta jago tua itu yang mewakili dirinya.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap tidak keberatan, Dia mewakili Guha Kematian, membantu usaha Tan Ciu untuk menumpas kekuatan Istana Ratu Bunga.
Didepan guha, Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengantar mereka. Kekuatan Sin Hong Hiap cukup untuk merasakan kesulitan-kesulitan si pemuda.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap turut serta ke Sumur Penggantungan.
Didalam Sumur Penggantungan sudah berkumpul banyak orang. Melihat Putri Giok Hu Yong Permaisuri dari kutub utara Pek Pek Hap Pek Co Yong si Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu muda Ong jie Hauw. Suami istri, dan beberapa jago undangan lainnya. Kedatangan Tan Ciu sangat diharapkan sekali. Adanya Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap yang turut serta lebih menggirangkan mereka. Disitu pun terdapat putri Kim-ie Mo-jin, Kim Cui. Gadis ini hendak ditarik gurunya. Dia meminta ingin untuk menyelesaikan permusuhan sang kekasih dan ayahnya,
Setelah masing-masing memperkenalkan kawan mereka, Kim Cui mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu aku kembali lagi." Dia berkata, "Mengapa?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Dia hendak membujukmu, agar kau tidak menjadi musuh ayahnya." Pek Pek Hap menalangi si gadis menjawab pertanyaan itu.
"Ayahmulah yang memusuhi aku." Berkata Tan Ciu kepada si gadis.
Kim Cui berkata. "Kedatanganku untuk meredakan hubungan kalian yang meruncing,"
"Dapatkah."
"Kita akan berusaha."
"Yang penting putusan berada ditangan ayahmu."
"Ayah menghendaki kitab Tian-mo Po-lok bila kau bersedia menyerahkan kitab itu Kim-ie-kauw pasti keluar dari persengketaan ini."
"Bila ayahmu mempunyai ketekatan untuk meredakan suasana peperangan, aku bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok," Berkata Tan Ciu.
"Sungguh?" Kim Cui berteriak girang. "Tentu." Tan Ciu menganggukan kepala. Untuk keamanan dunia persilatan umumnya, demi ketenangan persengketaan diantara Sumur Penggantungan dan Istana Ratu Bungan umumnya. Tan Ciu rela menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok.
"Kitab itu masih berada padamu?" Kim cui bertanya segera.
"Betul?"
Ternyata setelah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang tercatat pada kitab Thiam-mo-Po-lok. Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Hay sudah menyerahkan kembali. Maka kitab tersebut masih berada pada Tan Ciu.
"Mari kuajak kau bertemu dengan ayah?" Berkata Kim Ciu.
Tidak ada orang yang memnyetujui usul itu, membiarkan Kim Cui mengajak Tan Ciu berangkat lebih dahulu, beramai-ramai mereka menyusul dibelakang pasangan itu.
Dimisalkan perundingan membawa hasil mereka dapat menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak!
Tan Ciu dan Kim Cui berangkat sebagai rombongan pertama.
Giok Hu Yong, Pek Pek Hap, Sin Hong Hiap dan lain- lainnya berangkat sebagai rombongan kedua.
Atas petunjuk Kim Cui dengan mudah rombongan pertama dari Sumur Penggantungan itu sudah tiba dimarkas besar Kim-ie-kauw.
Penjaga gunung adalah pengawal Kim-ie-kauw yang mereka jumpai adalah laki-laki kurus. Kim Cui kenal kepada orang ini, si gadis berkata kepadanya.
"Dimana ayahku ?" "Sedang berada diruangan rahasia." Jawab orang itu,
Adanya Kim ie Mo-jin didalam ruangan rahasia, tentu sedang merundingkan sesuatu yang maha penting. Kim Cui tahu akan sifat kebiasaan sang ayah. Segera dia mengajukan pertanyaan lain,
"Ada siapa lagi yang berada dalam kamar rahasia itu ?" "Sri Ratu Bunga beserta beberapa orang kita." Jawab
orang itu,
"Tolong kau beri tahu akan kedatangan kami." berkata Kim Cui meminta bantuannya.
Orang itu bernama Ho Kwee, dia baik kepada Kim Cui, maka tanpa menunggu perintah kedua dia mewartakan akan kedatangannya Tan Ciu dan Kim Cui.
Menghadapinya Ho Kwee untuk bertemu, dengan Kim- ie Mo-jin segera mendapat panggilan khusus, dengan wajah tidak puas. Kim-ie Mo-jin membentak orang bawahan itu.
"Ada apa?"
"Nona Kim balik dan menyertai Tan Ciu dia minta bertemu." Ho Kwee memberi laporan.
"Aaaa ...." Suatu kejadian yang berada diluar dugaan Kim-ie Mo-jin.
"Berapakah orang yang mereka bawa?" Dia bertanya? "Tidak membawa orang." Jawab Ho Kwee.
"Begitu berani? Apakah maksud kedatangannya?"
Ho Kwee tidak berani mengkomentari kejadian itu. Dia diam.
Ratu Bunga Giok Hong dapat mengikuti percakapan mereka, dia mengeluarkan dugaan. "Tentunya ada hubungan dengan aku?"
"Biar aku yang menghadapinya." Berkata Kim-ie Mo-jin. Memandang Ho Kwee memberi perintah. "Suruh mereka tunggu diruang tamu."
Ho Kwee mengiyakan perintah itu. dia meminta diri. Dengan berjalan Ho Kwee mengajak Tan Ciu dan Kim Cui keruang tamu, Disana menyilahkan mereka menunggu,
Diruang rahasia. . .
Kim-ie Mo-jin. Ratu Bungan Giok Hong. Bu Ceng Kui, Tay Tauw Kui, Lauw Kui dan belasan jago Kim-ie-kauw sedang mengadakan perundingan.
"Mereka hanya datang dua orang." Berkata Kim-ie Mo- jin. "Kukira tidak ada maksud untuk memperlebar perang saudara."
"Hmm. . ." Ratu Bunga Giok Hong mengeluarkan suara dehem, Ratu ini sudah kehilangan anak buahnya, "Kim-ie kauwcu, lupakah kepada perserikatan kita?"'
Dia memberi peringatan kepada Kim-ie Mo-jin agar ketua Kim ie-kauw itu tidak melupakan perserikatan Kim ie kauw - Istana Bunga - Pulau Tong-hay.
Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui pernah digentarkan oleh kegagahan Tan Ciu, mereka tidak memberi komentar.
Kut Lauw Kui berteriak dengan suara cowok. "Hanya Tan Ciu seorang? Mungkinkah kau takut kepadanya?"
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Giok Hong. "Begitu takut kau kepada Tan Ciu?"
Karena tidak tahan diolok kanan dan kiri akhirnya Kim- ie Mo-jin menyetujui usul mereka memperluas peperangan,
Mereka keluar untuk menjumpai Tan Ciu. Diruang tamu, Kim Cui sudah kehilangan sabar, dan disaat itulah, tampak bayangan sang ayah keluar.
"Ayah." Kim Cui memberi hormat.
"Hm." Kim-ie Mo jin mengeluarkan dengusan, "Suhumu telah mengambil alih kekuasaanku mengapa kau tidak menyertainya? Apa pula yang menyebabkan kau kembali?"
"Ayah aku hendak mendamaikan urusan ini." Berkata Kim Cui.
"Anak kecil tahu apa?" Kim ie Mo-jin menolak saran putrinya. "Lekas kau masuk kedalam,"
"Ayah, Tan Ciu telah membawa kitab Thian-mo Po-lok." Berkata Kim Cui. "Tidak guna kau membela orang lain. Apa lagi mengingat prestasi-prestasi si ratu cabul yang mempunyai banyak musuh?"
"Diam." Kim ie Mo-jin membentak. Harga dirinya agak tersinggung.
"Ayah” Panggil lagi Kim Cui, "Kau sudah tidak sayang kepadaku?"
Kim ie Mo-jin bungkam! Mungkinkah ada seorang ayah yang tidak cinta kepada putri kandungnya? Apalagi mengingat Kim Cui sebagai putri tunggal dari jago tua itu. Tentu saja hati Kim-ie Mo-jin tergerak.
"Ayah," panggil lagi Kim Cui. "Ketahuilah penyakitku telah sembuh berkat bantuan Tan Ciu. Tidak kulupakan budi ini."
Dilain pihak Ratu Bunga Giok Hong sudah berhadapan dengan Tan Ciu.
"Bocah, begitu berani kau datang lagi." Berkata Ratu Bunga Giok Hong. "Ha. ha . ." Tan Ciu tertawa.
"Aku datang untuk menemuimu." Berkata Tan Ciu. "Berani kau bertanding ?"
"Kau?" Giok Hong mengeluarkan suara yang sangat memandang rendah. ”berapa banyakkah kemajuan ilmu silatmu, berani menantang aku?"
"Sebentar lagi, kau dapat menyaksikan sendiri." Berkata Tan Ciu, Dan dihadapinya tiga jago Tong hay, Tan Ciu berkata kepada mereka.
"Apa maksud kalian berada ditempat ini?"
"Mengapa?" Kut Lauw Kui menantang. "Tidak boleh?
Dengan hak apa kau melarang kebebasan orang?" Tan Ciu Kalah berdebat.
Kim-ie Mo-jin memandang pemuda itu.
"Aku mengangkat jempol atas keberanianmu yang memasuki sarang harimau tanpa bantuan." Katanya. "Tapi ketahulah bahwa Kim ie kauw bukan suatu perkumpulan yang boleh sembarangan dihina. Kita akan menggerakkan semua kekuatan untuk menentang setiap serangan yang datangnya bersifat agresif."
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Tan Ciu. "Maksud kedatanganku bukan mencari musuh. Tapi bukan berarti takut kepada musuh. Aku datang dengan membawa kitab Thian-mo Po-lok, mengingat hubungan baik kita, aku bersedia menyerahkan kitab tersebut."
Kim Cui juga bicara.
"Ayah, bukankah kau berjanji manakala Tan Ciu bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok, kau akan keluar dari persengketaan ini?" "Dimana kitab Thian-mo Po-lok itu?" Kata-kata Kim-ie Mo-jin agak lunak.
Tan Ciu mengeluarkan kitab yang diminta, diserahkannya ketangan Kim-ie Mo-jin. Kejadian ini dapat disaksikan oleh semua orang. beberapa diantaranya bersorak girang, pihak ini diwakili oleh Kim Cui dan lain- lainnya. Ada juga yang menjadi sirik dan dengki. pihak golongan ini diwakili oleh Giok Hong dan sebagainya.
Kim ie Mo-jin memeriksa kitab Thiant-mo Po-lok. Dan itulah kitab asli. Dia tahu benar akan keasliannya kitab pusaka Kim-ie kauw.
"Kim-ie kauwcu." Berkata Tan Ciu, "Kitab telah kuserahkan kepadamu. Untuk selanjutnya, unsur-unsur yang menentukan kawan atau lawan kuserahkan kepadamu juga. Selalu aku siap untuk menerima tantangan yang datangnya dari luar."
Kiam Cui juga berkata, "Ayah masih ingatkah kepada janjimu. Kau bersedia keluar dari lumpur persengketaan ini bila berhasil mendapatkan kitab Thian-mo Po-lok."
Kim-ie Mo-jin menghadapi jalan yang bercabang tiga. Satu menuju kepihak Sumur Penggantunan. Membantu Tan Ciu menumpas Giok Hong dan menghalau Tiga Jago Tong-hay, Jalan kedua adalah berpeluk tangan, membiarkan kedua pihak yang bersangkutan bentrok sesuka mereka. Dan jalan ketiga adalah meneruskan persekutuannya dengan Istana Ratu Bunga dan Tiga Jago Tong-hay menantang Tan Ciu.
Tidak mudah untuk menetapkan langkah kakinya dijalan yang sangat bertentangan tadi.
Kim-ie Mo jin mendapat ujian terberat. Ratu Bunga Giok Hong dapat mengetahui adanya krisis bagi dirinya, dari perubahan wajah dan keraguan Kim ie Mo-jin, keadaan dirinya lebih berbahaya.
"Kim ie kauwcu." Dia berteriak. "Tan Ciu menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok kepadamu dengan maksud tujuan untuk melemahkan persekutuan kita. Sudahkah terpikir oleh mengapa dia mau mengeluarkan kitab Thian-mo Po- lok? Dia sudah mempelajari pelajaran yang ada pada kitab itu. Tentu saja tidak membutuhkan lagi. Menyerahkan sesuatu yang sudah tiada harga baginya, tentu saja sangat menguntungkan."
Kut Lauw Kui juga berteriak. "Betul. Dia hendak memecah belah kekuatan Kita."
Seorang anggauta Kim-ie-kauw yang memihak si ratu cabul mengemukakan pendapat.
"Kauwcu. dengan memulangkan kitab Thian-mo Po lok yang sudah dikutip olehnya. Tan Ciu hendak memecahkan persekutuan. Kau harus memikir matang-matang?"
Kim-ie Lo-jin turut memberi komentar dia mengemukakan usul yang lain.
"Toako, ada lebih baik kita melepas tangan dari persengketaan ini."
Giok Hong berteriak lagi. "Kim-ie Kauwcu. Tan Ciu telah mengutip kitab Thian-mo Po-lok, jangan kau kena tipu!"
Kim-ie Mo-jin diojok sana diojok sini. keagungan dirinya pun bergerak, menatap Tan Ciu dan membentak. "Kau sudah mengutip catatan ilmu silat yang berada didalam Thian-mo Po-lok?!" Menghadapi situasi runcing itu tidak selembar rambutpun Tan Ciu menjadi takut. Dia membiarkan mereka berteriak-teriak. Kini mendapat teguran langsung. Sudah waktunya dia membuka suara.
"Kim-ie kauwcu." Katanya dengan suara yang lantang sekali. "Yang kau inginkan adalah kitab Thian-mo Po-lok. Seharusnya kau boleh puas karena kitab tersebut sudah dapat balik kedalam tanganmu, tanpa persengketaan. Tapi kau tidak puas. Ketahuilah. Aku pernah mengutip catatan yang ada pada kitabmu."
"Dia sudah berhasil mempelajarinya." Berteriak Giok Hong.
"Kau sudah berhasil menekuninya?” Bertanya Kim-ie Mo-jin.
Jarak Tan Ciu dan siketua perkumpulan Kam-ie kauw begitu dekat sekali.
"Aku telah mempelajari sebagian." Berkata Tan Ciu terus terang.
"Nah." Berkata Giok Hong. "Apa yang telah kukatakan? Dia sudah mempelajarinya sebagian. Tidak berhasil. Maka menyerahkan kembali."
Kim Cui berteriak keras. "Ratu cabul, jangan kau menjerumuskan ayahku kedalam lumpur kehancuran."
Giok Hong berdengus. Memandang Kim-ie Mo-jin dia berteriak.
"Kim ie kauwcu, putrimu ini sudah kena cekok si bocah Tan Ciu. Entah guna-guna macam apa yang dipakai kukira sangat manjur sekali..."
Keadaan menjadi begitu tegang dan panas. Peperangan dapat pecah disetiap waktu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh, beberapa orang jatuh ditempat penjagaan mereka. Dari luar terdengar suara yang berkumandang.
”Kim-ie Kauwcu jangan kau mengambil jalan yang salah."
Kim-ie Mo-jin melesatkan dirinya, dia lari keluar. "Siapa?!" dia berteriak.
Disaat yang sama, Ratu Bunga Giok Hong, Kut Lauw Kui. Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui menghantam Tan Ciu. Mereka sudah mengejar lama. Kepergian dirinya Kim- ie Mo-jin dari ruangan itu sangat menggirangkan keempat orang. Mereka mempunyai satu tujuan, yaitu melenyapkan Tan Ciu, sebelum bala bantuannya datang.
Tan Ciu belum pernah lengah. Dan berani memasuki ruangan ini. tentu sudah memperhitungkan datangnya penyerangan-penyerangan yang seperti apa yang dia alami. Begitu gesit, dengan sangat tangkas menghantam tiga orang yang terdekat, itulah Kut Lauw Kui serta Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui.
Disaat yang sama Kim Cui menempur Si Ratu Bunga Giok Hong!
Suatu langkah Set yang paling tepat Terganggunya Giok Hong ditangan Kim Cui banyak meringankan beban Tan Ciu, sehingga si pemuda dapat memberi perlawanan gigih kepada tiga Jago Tong-hay.
Didalam hal ini bukan berarti Kim Cui dapat menandingi Giok Hong. Ilmu kepandaian Giok Hong jauh beberapa kali lipat dari gadis itu. Tapi dia tahu Kim Cui adalah putri tunggal dari Kim-ie Mo-jin melukai Kim Cui berarti melukai Kim-ie Mo jin, menyisihkan dirinya dari Kim is kauw, dan ini berarti kekalahan baginya. Untuk mengalahkan Kim Cui tanpa luka sama sekali, bukanlah suatu pekerjan mudah.
Kim Cui terdesak. Tapi gadis itu membela diri dengan nekad, mati-matian mencegah turut campurnya Giok Hong kearena lain.
Tan Ciu hanya dapat mengimbangi kekuatan tiga jago Tong-hay, untuk mengalahkan mereka, bukanlah suatu tugas mudah.
Pertempuran itu berjalan cepat sekali
Diluar pekarangan telah mendatangi tiga orang. Kim-ie Mo-jin bersampokan dengan mereka. wajah kauwcu berubah.
"Kalian?" Dia membelalakan mata.
Yang datang adalah orang tua cacad berkerudung diatas kursi roda, muridnya yang bernama Cang Ceng Ceng dan si Bungkuk Kui Tho Cu, Orang-orang yang tidak asing bagi Kim ie Mo-jin.
Si Bungkuk Kui Tho Cu. mendekati ketua Kim-ie kauwcu itu.
"Saudara Kim ie Mo-jin." katanya penuh semangat. "Masih kenalkah kepadaku?"
"Cianpwee," Kim-ie Mo-jin memberi hormat. "Mana berani melupakanmu."
Kui Tho Cu membalas hormat itu, dia berkata. "Aku datang untuk menyelesaikan persengketaanmu dengan Tan Ciu.
"Tapi "
"Kau telah mendapatkan kitab Thian-mo po-lok, bukan?" "Ng " "Apa lagi yang kau harapkan ?" Kim-ie Mo-jin bungkam.
Disaat itu juga, karena telah melampaui batas-batas yang
ditetapkan Melati Putih Giok Hu Yong. Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap, Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay dan lain-lainnya meluruk datang. Semua pertahanan Kim-ie- kauw dikucar kacirkan.
"Lihatlah." Berkata Kui Tho Cu. "Masih kau mau membikin perlawanan ?"
Kim-ie Mo-jin dapat melihat adanya situasi yang tidak menguntungkan Kim ie kauw. melawan berarti kehancuran. Segera dia menarik diri dari persengketaan itu. Memberi perintah kepada orang-orangnya untuk menyilahkan rombongan itu datang.
Mereka kembali keruang tamu.
Krisis sekali. Giok Hong sudah berhasil menotok jalan darah Kim Cui. Dia melayang kearah Tan Ciu.
Disaat yang sama, orang berkerudung diatas kursi roda menggoyang gelinding, 'siutt...!' kursi rodanya menggelinding dan berhenti dihadapan Sri Ratu Bunga Giok Hong.
Pek Pek Hap. Sin Hong Hiap dan lainnya meluruk kearah Tiga Jago Tong-hay. Datangnya dua kelompok rombongan baru ini disaat-saat yang bersamaan.
Kim-ie mo-jin menahan kemajuan orang-orangnya yang hendak berpihak kepada Sri Ratu Bunga! Dia membawakan sikap netral.
Datangnya rombongan ketiga. yaitu rombongan orang berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Kui Tho Ccu sangat menentukan pertempuran. Kedatangan rombongan ini berada diluar dugaan Pek Pek Hap sekalian,
Bercerita Giok Hong yang berhadapan dengan guru Cang Ceng Ceng.
"Kau?" Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat segan kepada manusia yang mengetahui rahasia didalam bagian tubuh yang tertutup oleh bajunya. Terutama manusia berkerudung ini.
"Betul." Orang berkerudung duduk diatas kursi rodanya. Sikapnya sangat tenang. "Kau telah merusak keamanannya rumah tanggaku."
"Siapakah sebetulnya kau ini?" Bertanya Giok Hong. "Masih belum dapat menduga?" Orang ini sangat
misterius sekali.
Tangan Giok Hong terjulur panjang, cepat sekali, maksud tujuannya adalah menyingkap kerudung sikakek diatas kursinya.
Dan lawan itu pun bukan lawan biasa, begitu tangan berputar, roda itu bergeser, cepat kedudukannya berubah. Dia berhasil menghindari diri dari sergapan tangan Giok Hong.
"Ha, ha. ha.. . Giok Hong!" Dia langsung memanggil nama orang. "Kau sudah bukan tandinganku."
"Sebutkan namamu." Berteriak wanita "Ha Ha . . ."
Giok Hong memukul berulangkali, berulangkali pula orang itu mengelakkan diri.
Tan Ciu telah menolong Kim Cui. Ong Jie Hauw, Sin Hong Hiap dan pek Pek Hap menempur Tiga Jago Tong-hay.
Orang-orang Kim-ie Mo-jin sudah memisahkan diri. Inilah langkah yang tepat memisahkan diri dari kemusnahan.
Giok Hong. Kut Lauw Kui. Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui kehilangan bala bantuan mereka.
Kehancuran Giok Hong sudah berada di ambang pintu kenyataan. Menarik dirinya Kim-ie Mo-jin dari persekutuan tiga kelompok kekuatan Istana Ratu Bunga dan Pulau Tong-hay serta Kim-ie-kauw telah meruntuhkan semua harapannya.
Tay Tauw Kui. Kut Lauw Kui dan Bu ceng Kui berusaha melarikan diri, orang-orang yang mengurung mereka terlalu banyak, didalam waktu yang singkat. mereka belum dapat melaksanakan tujuan itu,
Ratu Bunga Giok Hong juga melihat adanya situasi mendung, dia tidak berhasil menjatuhkan si misterius berkerudung diatas kursi rodanya, sampai selembar kain penutup itu-pun tidak tergoyahkan. Menggunakan satu ketika yang kosong Giok Hong lompat mundur kebelakang, dia hendak melarikan diri.
Disini sudah melintang Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh gadis tujuh warnanya.
"Giok Hong!" Dia membentak. "Kemana kau hendak melarikan diri?" Mengajak tujuh anak buah itu. Melati Putih mengurung orang yang merusak rumah tangganya.
Orang berkerudung hendak mengejar mangsanya. Dan itu Waktu. Melati Putih sudah bergerak. Roda kursi dihentikan, mendadak begitu pakam. sehingga menerbitkan suara berdenyut. Tokoh misierius itu batal mengajukan dirinya.
Ratu Bunga Giok Hong menarik napas panjang. Katanya mengeluh. "Tidak kusangka, kau dapat mendatangkan begitu banyak bantuan,"
Giok Hu Yong beserta tujuh gadis warnanya sedang berada didepan mata.
Lie Bwee turut serta didalam gerakan penumpasan Istana Ratu Bunga. diapun salah satu dari bekas anggauta itu. mendekati orang yang pernah mendidik dirinya, dia memanggil,
"Suhu . . ,"
Giok Hong mendelikkan matanya.
"Siapa yang menjadi gurumu?" Dia tidak mengakuinya murid itu.
Lie Bwee mengundurkau diri. Adanya Melati Putih Giok Hu Yong ditempat itu sangat mengejutkan orang berkerudung, dan itu waktu, Giok Hong sudah dikurung oleh anak-anak buah si pencipta Drama Pohon Penggantungan.
Dia duduk dikursi rodanya, menyaksikan pertempuran itu dari belakang. Kedudukannya seperti seorang peninjau.
Melati putih Giok Hu Yong mengerling. dan matanya kearah manusia misterius itu.
"Boleh kau menyerahkan dia kepadaku?" Ibu Tan Ciu ingin mengambil alih tugas mengalahkan Giok Hong.
Dikala Gok Hu Yong memandang dirinya, orang berkerudung itu lebih terkejut lagi, ternyata banyak issue pengambilan alih kekuasaan untuk menempur Giok Hong, dia menganggukan kepala. Setuju. "Terima kasih." Giok Hu Yong belum tahu siapa manusia diatas kursi roda ini. Dan mengajak tujuh gadis tujuh warnanya dia mengurung Giok Hong.
"Mulai." segera ia mengeluarkan perintah
Tujuh gadis tujuh warna bergerak, aneka warna baju ter- bayang2, semakin lama semakin cepat, akhirnya terjadilah suatu bianglala putih.
Suara gemuruh yang seperti gelombang pasang menyertai penyerang-penyerang tujuh gadis itu, mendapat bantuan Giok H Yong, kekuatan ini tidak terkalahkan.
Ratu Bunga Giok Hong pernah menempur mereka dan dia juga sudah berusaha memecahkan barisan ini, sedikit banyak terdapat pengalaman-pengalaman yang terdahulu, Karena itu, didalam waktu yang singkat, pertempuran berjalan seimbang.
Dilain pihak. Terdengar jeritan tertahan. Tay Tauw Kui terkena pukulan Ong Jie Hauw. Kut Lauw Kui dan Bu Ceng Kui kaget, tiga orang ini menggabungkan diri. mencari jalan berdarah untuk menerjang keluar dari kepungan orang.
Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay membentak. "Kemana kalian mau melarikan diri?"
Tiga jago Tong-hay terkurung kembali. Keadaan mereka semakin berbahaya. lukanya Tay Tauw Kui dibawah tangan Ong Jie Hauw berupa suatu beban yang memberatkan.
Giok Hu Yong dan tujuh pembantunya mengurung Giok Hong semakin ketat.
Giok Hong termasuk jago wanita kelas berat, memiliki ilmu kepandaian tinggi, mempunyai kecerdasan otak yang luar biasa. Dia sudah menemukan jalan untuk memecahkan barisan kurungan itu.
Suatu saat. gadis berbaju hijau bergeser kearah kiri, tempat kedudukannya digantikan oleh gadis berbaju kuning dan gadis berbaju merah.
Giok Hong menerjang mereka dengan suatu cara yang paling nekad.
Bak... Buk... Dan pukulan dari dua gadis mengenai bagian tubuh si Ratu Bunga.
Tapi disaat yang sama Giok Hong juga berhasil mendobrak kurungan musuh, menjatuhkan si gadis berbaju kuning. Barisan tujuh gadis tujuh warna pecah berantakan.
Melati Putih Giok Hu Yong kaget, cepat-cepat dia maju untuk menutup lubang itu.
Juga terlambat, gerakan Giok Hong yang gesit sudah mencelat keluar dari daerah kebobolan para pengurungnya.
Melati Putih mengejar, tangannya diayun, memukul punggung Giok Hong.
Giok Hong menukik kebawah, dia menyentuh lantai, langsung berhadapan dengan musuhnya, kedua tangan didorongkan, hendak mengadu jiwa.
Giok Hu Yong menarik pukulannya, dia bergeser kesamping, dengan maksud menghindari pakulan maut lawannya,
Kesempatan ini digunakan oleh Giok Hong baik sekali. cepat sekali, tubuh sang Ratu cabul sudah melewati kepala banyak orarg hendak lari keluar ruangan.
Orang berkerudung menekan roda kursinya dan 'ciuut. .
.' kursi roda itupun melejit keatas lebih cepat dari gerakan Giok Hong yang mendapat banyak gangguan, orang berkerudung itu sudah berada dihadapannya, menghalang dan membentak.
"Giok Hong, masih kau hendak melarikan diri ?"
Ratu Bunga Giok Hong memukul kearah orang itu, yang mana dapat diterima dengan tenaga penuh, tentu saja tubuh sang ratu terjungkal balik.
Melati Putih Giok Hu Yong yang mengejar datang, tiba ditempat yang sama, tangannya terayun dengan tepat mengenai geger Giok Hong.
Aah . . .!
Menerima dua pukulan berbareng. Giok Hong tidak sanggup mempertahankan dirinya lagi. dia jatuh didepan banyak orang dengan mulut mengeluarkan darah, dia muntah darah segar.
Biang kekacauan sudah dapat dijatuhkan.
Diluar pekarangan Tiga Jago Tong-hay yang menjadi nekad keluar dari kepungan.
Mereka hendak lari. karena itu agak lengah.
Cang Ceng Ceng memberi hadiah pukulan, giliran Kut Lauw Kui yang kena pukulan.
"Aaaa. . .!" Dia menjerit keras. Dia jatuh terpelanting. Jatuhnya Kut Lauw Kui tidak jauh dengan Pek Co
Yong, gadis itu mengayun tangan hendak menamatkan
jiwanya.
Tan Ciu sudah berhasil menyembuhkan Kim Cui menyaksikan kejadian tadi, cepat-cepat dia berteriak.
"Jangan!"
Pek Co Yong menarik tangannya. Tan Ciu berteriak lagi. "Lepaskan Tiga Jago Tong-hay pulang ketempat mereka."
Inilah perintah. para jago Sumur Penggantungan memberi jalan. Dengan kepala tunduk kebawah, Tiga jago Tong-hay bersipat kuping pulang ke pulau dengan kekalahan besar.
Semua orang kembali keruang dalam. Ratu Bunga Giok Hong sudah menggeletak menjadi bangkai tidak bernapas.
Perang yang berkecamuk kalut sudah selesai.
Kui Tho Cu merendengi Kim-ie Mo-jin juga masuk ketempat itu.
"Saudara Kim-ie Mo-jin." Berkata si bungkuk Kui Tho Cu. "Kedatanganku tepat pada waktunya."
Kim ie Mo-jin menyengir.
Itu waktu, orang berkerudung sudah menggeser roda kursinya. memandang kearah Cang Ceng Ceng, dia berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak pergi dulu."
Dan memandang kearah Kui Tho Cu orang misterius ini berkata. "Tolong kauberikan bimbingan kepada muridku dan juga kepada mereka."
Entah siapa yang diartikan dengan mereka itu?
Sebelum kursi pada bergerak. Tan Ciu sudah melesat datang.
"Tunggu dulu." Dia berteriak keras.
"Ada apa?" Orang berkerudung itu bertanya.
"Dapatkah kau berterus terang?" Tan Ciu mendekati maju.
"Maksudmu?" "Aku hendak menanyakan sesuatu." "Katakanlah!"
"Ada orang yang mengatakan, bahwa ayahku bernama
Tan Kiam Lam."
"Betul!" Berkata orang berkerudung itu.
"Dan dikatakan lagi, bahwa ayahku itu sudah menderita cacad." Berkata Tan Ciu. Matanya memeriksa perubahan gerakan dari orang yang ditanyai.
"Itupun suatu kenyataan." Berkata lagi si orang misterius.
"Dan satu saja permintaanku." Berkata Tan Ciu tandes. "Dapatkah kau membuka tutup kerudung itu?"
"Maaf. Permintaan ini tidak dapat kuterima," Berkata orang misterius.
"Ayah!" Berteriak Tan Ciu. "Masih kau tidak mau mengaku?"
Melati Putih Giok Hu Yong terkejut.
"Tan Ciu." Dia memanggil anaknya. "Siapa yang kau panggil ayah?"
"Ibu. Berkata Tan Ciu. "Akhirnya keluarga kita dapat berkumpul kembali."
"Apa arti kata-katamu?" Giok Hu Yong semakin bingung.
"Masih kau belum mengerti?" "Dia yang kau maksudkan?"
"Masih harus kita kuatirkan." Berkata sang anak. Melati putih Giok Hu Yong juga mendekati orang berkerudung!
"Tuan," Katanya. "Dapat kau membuka tutup kerudung wajahmu?"
"Kalian. . .?" Orang itu gugup sekali.
"Ayah!" Berkata Tan Ciu lagi. "Begitu tega kau meninggalkan keluarga sendiri?"
"Kau Tan Kiam Lam?" Giok Hu Yong menatap tajam- tajam.
Orang itu semakin bingung.
Disaat inilah, terdengar suara si bungkuk Kui Tho Cu. "Saudara Tan Kiam Lam, tidak guna kau menjembunyiKan diri lagi."
Semua orang tersentak kaget. Orang berkerudung yang duduk diatas kursi roda inikah yang bernama Tan Kiam Lam?
Betul!
Orang itu membuka tutup kerudungnya, sangat perlahan sekali, terpeta suatu wajah yang sudah dirusak orang, masih terpeta wajah Tan Kiam Lam dahulu, tahi-tahi lalat hitam dikuping kiri masih ada, Siapa lagi bila bukan Tan Kiam Lam yang gagah perkasa?
"Aaa !" Sesuatu yang mengejutkan semua orang.
"Ayah . .!" Tan Ciu menubrukkan diri.
Dengan sangat perlahan. Tan Kiam Lam mengeluarkan kata-kata penyesalan. ”Aku tak patut mendapat perhatian kalian."
"Kiam Lam," berkata Giok Hu Yong. "Jangan kau pikirkan kejadian-kejadian yang telah lewat." "Ayah," Berkata Tan Ciu. "Karena tak hadirnya dirimu, maka Tan Sang sudah binasa."
"Aaa . .!" Tan Kiam Lam terkejut.
"Tan Kiam Pek juga menyertai anak kita." GioK Hu Yong memberi penjelasan.
"Aaa..!" Tan Kiam Lam kehilangan seorang putri, ditinggalkan oleh saudaranya juga.
Rasa girang. sedih. menyesal berkecamuk menjadi satu. Toh dia berhasil menerima kembali keluarga yang sudah berceceran itu.
Dan akhirnya cerita ditutup sampai disini.
Atas persetujuan kedua orang tuanya, Cang Ceng Ceng, Pek Co Yong dan Kim Cui menjadi suami isteri.
Tan Ciu dan ketiga istrinya menetap di Benteng Penggantungan.
Daerah Sumur Penggantungan. Pohon Penggantungan, Rimba Penggantungan dan Bentang Penggantungan telah diperlebar luaskan. Tidak lagi terjadi kejadian-kejadian yang membangkitkan kegelisahan. Tan Ciu menyatukan daerah- daerah itu.
Untuk menyempurnakan keadaan, nama Penggantungan yang seram itu. diganti menjadi 'Benteng Penggantungan Jaya'.
Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Ciu yang gagah perkasa. Beserta dengan ketiga isterinya yang pandai dan cekatan, rimba persilatan menjadi aman.
Demikianlah akhir cerita ini.
T A M A T