Jilid 08
THIAN HIAN Totiang ketawa bergelak gelak.
"bocah she Ho, kalau kita bertempur nanti, kau tidak usah sungkan2. Pinto akan pertaruhkan jiwa yang sudah tua ini. Kalau masih belum mendapatkan keputusan, siapapun tidak boleh berhenti !" sehabis berkata lantas menghunus pedangnya.
Pedang tua itu, seluruhnya memperlihatkan warna ungu kehitam hitaman serta memancarkan sinar yang berwarna serupa pula. Terang pedang itu pedang pusaka,
Sebaliknya pedang ditangan Ho Kie hanya merupakan pedang biasa saja, dengan perbandingan itu saja pedang Ho Kie bukannya tandingan pedang lawannya. Thian-hian Totiang sebagai ketua dari salah satu partai besar, ternyata tidak malu menggunakan akal muslihat yang begitu rendah untuk merebut kemenangan. jika hal itu tersiar di dalam Kang-ouw, pasti akan menjadi buah tertawaan orang banyak.
Tetapi pada saat itu ia sudah bernapsu benar hendak mengambil jiwanya Ho Kie, maka ia sudah tidak memikirkan lagi dirinya nanti akan dicaci maki dan mendapatkan nama busuk.
Setelah mempersilahkan Ho Kie bersiap, ia lantas mulai menyerang dengan pedangnya.
SejaK Ho Kie belajar ilmu silat dilembah Toa-thenp gay, belum pernah ia menggunakan senjata tajam, maka ilmu pedangnya tidak dapat dibandingkan dengan ilmu pedang Thiau hian Totiang yang sudah terkenal sebagai akhli pedang.
Ketika melihat pedang Thian hian Totiang sudah menikam dirinya, dengan tidak banyak pikir pula ia cepat2 menangkis dengan pedangnya.
Thian-hian Totiang ketawa dingin, ia memutar pedangnya sehingga membuat lingkaran besar.
Ho Kie terperanjat, dengan sendirinya lantas mengeluarkan serangan tangannya sambil mundur beberapa tindak......
Thian hian Totiang semula sabetannya hendak memapas pedang ditangan lawannya yang kemudian akan mengambil jiwa lawannya itu. Sungguh tidak disangkanya Ho Kie ada demikian cerdik dan tangkas, begitu melihat gelagat kurang menguntungkan lantas mundur sambil mengeluarkan serangan tangannya, sehingga dapat mencegah maksud siimam yang jahat itu. Thian hian Totiang sudah kalap benar. Setelah serangannya yang pertama dibikin gagal, kembali mengeluarkan serangannya beruntun tiga kali,
Ilmu pedang Hoa-san-pay memang sudah sangat terkenal didunia persilatan. jangan kata Ho Kie yang tidak pernah menggunakan pedang sebelumnya, sekalipun bagi orang yang sering menggunakan pedang juga masih sukar menandingi Thian hian totiang yang sudah mempunyai latihan beberapa puluh tahun lamanya.
Betul saja, serangan pedang itu sudah membuat Ho Kie kelabakan. Ia merasa seperti dirinya sudah terkurung oleh pedang imam itu.
Dalam kagetnya, mendadak ia dapatkan satu pikiran yang aneh.
Sekarang ia tidak lagi menangkis atau menyambuti, juga tidak balas menyerang, hanya dengan menggeser2kan kakinya ia melepaskan diri dari ancaman pedang lawannya dan perlahan lahan sudah berada dibelakaug imam itu.
Thian hian Totiang yang sedang merasa bangga, mendadak telah kehilangan lawan, kemudian dibelakangnya tiba2 suara Ho Kie berkata :
"Totiang, lihat pedang!" dan ternyata ujung pedang sudah menempel, dipunggungnya.
Thian hian Totiang terkejut, secepat kilat ia membalikan tangannya dan menyambuti.
Setelah suara Tranngg!! Terdengar nyaring, tangan Ho Kie mendadak dirasakan ringan, ternyata pedangnya sudah terpapas kutung.
Dalam kagetnya, Thian hian Totiang sudah membalikkan badannya dan membabat dengan pedangnya. Ho Kie terperanjat- Kembali ia menggunakan ilmu Hui kat hian kangnya dengan cepat kembali sudah berada dibelakang dirinya Thian hian Totiang,
Kali ini ia sudah mempunyai pengalaman, ia tidak menggunakan pedangnya lagi, melainkan dengan tangan kirinya ia menyerang punggung si Imam.
Thian hian Totiang yang seumur hidupnya belum pernah menyaksikan ilmu silat yang demikian aneh, dengan cepat memutar kembali tubuhnya, tetapi kembali Ho Kie juga sudah menghilang. Ia tahu, bahwa Ho Kie pasti sudah berada dibelakang dirinya.
Selagi hendak menyerang dengan pedangnya tiba2 Ho Kie sudah mengancam jalan darah Leng tay hiat pada panggungnya.
Bukan main terkejutnya imam itu, ia tidak keburu memutar tubuhnya lagi. terpaksa harus lompat melesat tinggi dan setelah berjungkir balik ditengah udara lalu melayang turun sejauh satu tumbak lebih.
Meskipun gerakannya itu sudah cukup gesit, tetapi ketika orangnya melesat keatas, paha kirinya sudah kena serangannya Ho Kie sehingga ketika melayang turun ditanah ia sempoyongan dan hampir saja jatuh duduk ditanah.
Ho Kie ketawa dingin, ia lantas lemparkan pedangnya yang tinggal sepotong, kemudian memburu sambil ayun tangannya.
"jangan lari!! Sambut lagi seranganku!!" katanya
Tian hian Totiang sudah tidak mempunyai tempat untuk menyingkirkan diri lagi. jika ia menyambuti dengan tangannya, pasti akan terluka dibawah serangan Ho Kie yang hebat. Oleh karenanya, maka ia lantas hendak berlaku nekad, pedangnya disambitkan dan meluncur kearah Ho Kie.
Tiba2 terdengar bentakan keras:
"Jangaa !!!"
Sesosok bayangan kuning dengan cepat telah maju, tangan kirinya diputar untuk menyambuti pedang Thian hian Totiang. sedangkan tangan kanannya digunakan untuk menghalau serangan Ho Kie.
Meskipun tindakannya itu telah berhasil, tetapi karena kekuatan tangan dan pedang tadi ada sangat hebat, maka tidak urung dirinya sendiri juga terdorong sampai tiga tindak jauhnya.
Ho Kie melihat bahwa orang yang memisahkan tadi ternyata adalah ketua dari Ngo bie pay, Hui Kak Siansu. Dalam hati ia merasa tidak senang, maka ia lantas berkata sambil tertawa dingin :
"Apa kalian hendak mengandalkan jumlah orang banyak hendak menghadapi aku siorang she Ho secara bergiliran?"
Setelah membalikkan pedangnya Thian hian Totiang, Hui Kak Siansu lalu menjawab pertanyaan Ho Kie sambil rangkapkan kedua tangannya
"Omitohud! Lolap karena memandang Buddha yang welas asih, hanya mengharapkan supaya permusuhan kalian kedua pihak dibikin hahis sampai disini saja,"
"Tidak usah banyak bicara dihadapanku, sekalipun kalian maju semua, aku si orang sbe Ho juga tidak takut". "Ho siauhiap demikian mengagulkan diri sendiri, apa kau sudah menganggap bahwa kepandaianmu ini sudah tidak ada orang lagi yang mampu menandingi?"
"Apa kau juga ingin mencoba?"
"Meskipun lolap seorang bodoh dan tidak berguna, tetapi ingin mencoba kekuatan Siaohiap."
"Baiklah. Sambutlah seranganku ini !!" Dengan cepat Ho Kie lalu mengerahkan serangannya yang segera disambut oleh Hui kak Siansu.
Ketika kedua kekuatan saling beradu, lantas terdengar suara nyaring.
Hui kak Siansu terdorong mundur dua tindak, maka dalam hati juga merasa heran. "Sungguh hebat!" Demikian pikirnya.
Ho Kie juga terpental mundur sampai tiga tindak, darah segar hampir saja keluar dari mulutnya, tetapi ia tidak mau menunjukkan kelemahannya, maka darah itu ditelan kembali dan kemudian berkata sambil tertawa :
"Siansu, kau rasa bagaimana?"
"Siancay!! Siancay!! Hampir saja lolap tidak sanggup." "Toa suhu, sekarang sambut lagi seranganku!!"
Adu kekuatan untuk kedua kalinya telah terjadi,
Meskipun Ho Kie mempunyai kekuatan sangat tinggi, tetapi ia yang sudah dengan beruntun menghadapi tiga musuh kuat. kekuatan tenaganya sudab tentu berkurang.
Apa lagi harus menghadapi Hui-kak Siansu yang kekuatannya masih diatas kekuatan Thian hian Totinag dan Tio Thiao Ek, maka ketika mengadu kekuatannya yang kedua kali, Hui-kak Siansu terdampar mundur satu sampai lima tindak, dadanya dirasakan sakit, tetapi Ho Kie sendiri sudah terdampar sampai tujuh tindak, dan sekali ini darah segar sudah keluar dari mulutnya, maka ia lantas cepat2 duduk bersemedi untuk mengatur pernapasannya.
Tio Thian Ek yang menyaksikan itu, hatinya merasa girang, dengan tidak banyak rewel lagi ia lantas lari menghampiri.
Ia sudah napsu besar untuk mendapatkan Kalajengking emas itu, maka dangan tidak memperdulikan Ho Kie yang sedang terluka itu, ia lantas merobek bajunya.
Baju Ho Kie robek menjadi dua potong. Selagi tangan Tio Thian Ek hendak mengambil Kalajengking emas, siapa tahu telah menemukan sesuatu benda yang tidak terduga- duga...
Ketika ia menyaksikan benda tersebut, wajahnya berubah seketika, kedua tangannya gemetaran, perasaannya menegang, kedua kakinya lemas kemudian berlutut dihadapan Ho Kie dengan lakunya yang sangat hormat seraya berkata:
"Ciang bun-jin Tiam-khong pay keturunan ketiga puluh, Tio Thian Ek disini menerima dosa."
Thian-hian totiang yang menyaksikan keadaan demikian merasa bingung sendiri ia buru2 menghampiri dan ketika ia dapat lihat benda itu, wajahnya juga berubah seketika, kemudian berlutut sembari berkata dengan sikap hormat :
"Ciang bun jin Hoa-san-pay keturunan ke-7 Thian Hian menerima dosa!"
Hui Kak Siansu mengerutkan alisnya setelah mengebutkan bajunya, ia lantas maju menghampiri. Ketika menampak benda tersebut, buru2 mundur 3 tindak, sambil rangkapkan kedua tangannya. Dengan sikap yang menghormat sekali ia berlutut sambil berkata:
"Ciang bun jin Ngo-bie pay keturunan ke 40, Hui Kak disini menerima dosa!"
Kejadian ini telah mengejutkan semua orang yang menjadi murid2nya ketiga partai besar itu. mereka saling memandang, tidak mengerti apa sebabnya ketua mereka itu mendadak berlaku demikian terhadap lawannya!
Tapi, karena mereka semua merupakan anak murid ketiga partai besar itu, menampak ketua mereka berlaku demikian, terpaksa pada melemparkan senjata masing2 dan lantas berlutut dibelakang ketuanya.
-oo0dw0oo-
SETELAH hening sekian lamanya, Ho Kie per-lahan2 membuka mata.
Ketika ia menampak semua orang2 dari ketiga partai itu berlutut dihadapannya, hatinya menjadi heran, maka lantas lompat bangun.
Mendadak ia rasakan dadanya dingin, ia baru tahu kalau bajunya telah terobek, hingga kelihatan dadanya. Ia jadi semakin heran, apakah mereka semua sudah gila? Tentu tidak!! Hal ini mesti ada sebabnya.
Ia coba memeriksa keadaan dirinya sendiri, kecuali rantai dan tanda emas yang dikalungkan dilehernya oleh ayahnya, tidak kedapatan apa2 lagi
Apakah benda ini yang menyebabkan orang2 ketiga partay berlutut dihadapannya? ia bingung sendiri lalu meraba-raba kalungnya itu.
Itu hanya sembilan buah rantai yang terbuat dari emas biasa, dibawah masing2 rantai ada tergantung sebuah lempengan emas kecil yang ada lukisannya 9 orang dengan ber-macam2 dandanannya. Ada yang berpakaian paderi, imam dan biasa ...
Benda itu tidak ada apa2 yang aneh apakah benda ini mempunyai pengaruh gaib? Ia menebak3 dalam hati sendiri.
Ia memang ada seorang cerdas, setelah berpikir lagi, lantas dapat menduga bahwa sembilan buah rantai ini pasti ada mempunyai riwayatnya yang penting.
Ia coba berlaku tenang, dengan suara dingin ia berkata kepada mereka ; "Apa kalian sudah tahu dosa sendiri?" Hui Kak Siansu buru2 menjawab sanbil tundukan kepala:
"Kami sesungguhnya tidak tahu kalau Ho Siaohiap adalah Kiu hoa Sang. jeng Lengcu (pemegang kuasa tanda pusaka 9 partay}, atas kedosaan kami, kami semua rela menerima hukuman!"
Ho Kie terperanjat. Benda dilehernya itu kiranya adalah Kiu-hoan Seng-leng yang dibuat oleh 9 partay besar dirimba persilatan.
Mengenai benda ini dahulu pernah diberitahukan kepada Toan-theng Lojin, tidak tahunya kalau itu berada dibadannya sendiri. Kalau waktu itu ia tahu benda tersebut dibadannya, niscaya Toan-theng Lojin tidak perlu turun gunung lagi, sehingga dibikin celAka oleh orang- Cian-tok Jin-mo yang sampai sekarang belum ketahuan nasibnya.
Dengan pikiran kusut Ho Kie memegang rantai kalungnya itu. setelah termenung sekian lamanya, mendadak ia ingat pesan ayahnya tentang benda yang menyangkut nasibnya 9 partai besar dirimba persilatan. Itu adalah Kiu-hoan Seng leng! Kalau tidak karena benda ini, ayahnya tidak akan binasa dilembah Kui-kok, Toan- theng Lojin juga tidak akan menderita kecelakaan......
Kalau mengingat itu, Ia benci kepada 9 partai besar itu mengapa menciptakan benda yang membawa malapetaka demikian?
Ia bolak balik memeriksa benda emas itu, 9 orang yang terukir diatas lempengan emas adalah "Ciang- bun Cowsu dari 9 partai yang menciptakan Kiu-goan Seng-leng ini.
Mereka telah mengukirnya pada masing2 lempengan emas ini sebagai tanda perhubungan erat antara kesembilan partai supaya anak muridnya dari masing2 partai dikemudian hari menjunjung tinggi dan menghormati orang yang membawa tanda ini.
Tetapi benda itu sekarang dimata Ho Kie merupakan tanda yang telah menyebabkan kematian ayahnya, sehingga ia menjadi seorang piatu yang ter luntah2. Perasaan itu telah membuat ia benci kepada Kiu hoan leng.
Mendadak ia menarik benda itu dari lehernya.
Para ketua dari Ngo bie, Hoa san dan Cian khong semua pada berseru kaget, Hui Kak Siansu lantas menanya dengan gelisah :
"Ho Siaohiap, kau menghendaki apa?"
Ho Kie tidak menjawab, ia hanya memegang Kiu hoan lengnya erat2. Akhirnya ia berkata :
"Baik! Aku hendak. "
Semula ia pikir hendak menghancurkan benda yang membawa malapetaka ini, tetapi kemudian dapat berpikir lain, benda ini adalah peninggalan ayahnya yang diberikan kepadanya dengan taruhan jiwa. Kalau sekarang dirusak, bukankah itu berarti akan mengecewakan roh ayahnya?
Pada saat itu ia mendadak ingat Gouw Ya Pa yang sedang terluka parah, maka ia berkata dengan perlahan :
"Diantara kalian siapa yang membawa obat luka didalam
?"
Hui Kak Siansu menjawab dengan segera:, "Lolap ada
membawa Sam-yang Pek-po wan. obat dan Ngo-bie-pay, khusus untuk luka dalam, Apa Ho siauhiap ingin menggunakannya?"
"Lekas kau keluarkan dan coba obati sahabatku yang luka itu."
"Baiklah."
Hui Kak Siansu lalu memeriksa luka Gouw Ya Pa, tetapi ia kemudian mengerutkan alisnya yang panjang dan berkata dengan suara sungguh2 ;
"Ho Siaohiap ilmu yang dilatih oleh sahabatmu ini telah dibikin buyar, ditambah lagi karena banyak bicara, barangkali,. "
"Bagaimana? Apa masih bisa disembuhkan dengan obatmu?" tanya Ho Kie cemas.
"Untuk menyembuhkan saja sih bisa tetapi harus dibantu oleh orang yang mempunyai ilmu lwekang yang mahir sekali supaya lekas berhasil". jawab sipaderi.
"Kalau begitu, tolong Toa suhu saja yang melaksanakan itu."
"Kekuatan Lolap seorang ada batasnya, mungkin tidak sanggup melaksanakannya." Ho Kie lantas berkata kepada Hoa-san dan Tiam khong dengan suara nyaring. :
"Ciang bun jin Hoa san dan Tiam khong dengar perintah
!"
Thian hian totiang dan Tio Thian Ek lalu majukan diri
berbareng dan menjawab:
"Murid Hoa san dan Tiam khong disini menantikan perintah Lengcu."
"Kalian berdua membantu Hui Kak Siansu dengan secara bergiliran mengobati luka sahabatku itu!"
Kedua orang itu saling pandang, tidak ada yang berani membantah, lalu menghampiri Hui Kak Siansu.
Ho Kie mengawasi sambil berdiri. Kini telah didapatkan kenyataan bahwa Ciang bun-jin dan ketiga partai besar itu sudah menurut segala perintahnya, maka dalam hatinya diam diam merasa senang juga.
Pada taat itu ia telah melihat anak muridnya ketiga partai itu masih terus berlutut, maka lantas diperintahkan supaya bangun semua. Sekarang ia merasa seperti dirinya sudah menjadi seorang yang berkuasa atas semua orang- dari ketiga partai itu.
Dua tahun berselang, ia masih merupakan satu anak piatu yang dikejar kejar oleh malaikat elmaut, tetapi hari ini, dua tahun kemudian, sungguh tidak disangka ia telah menjadi Bengcu dari sembilan partai besar, yang setiap waktu dapat memberikan perintahnya kepada orang2nya sembilan partai itu.
Pada saat itu, Hui Kak Siansu sudah mulai mengobati luka Gouw Ya Pa sehingga keadaan disitu menjadi sunyi sekali. Sang waktu perlahan2 sudah berlalu. Wajahnya Gouw Ya Pa per-lahan2 kelihatan memerah. Ketika ia membuka matanya. Ho Kie angkat bicara sambil tertawa;
"Gouw toako apa kau merasa baikan?"
Gouw Ya Pa tidak menjawab, sebaliktnya malahan bertanya;
"Ini. apakah artinya?"
"Tidak apa2, aku hanya minta beberapa siansu ini untuk menolong mengobati lukamu!!"
Gouw Ya Pa mengawasi ketiga Ciang bun jin itu, lantas bertanya dengan terheran-:
"Eh. Dari mana kau dapatkan kawanan imam dan kepala gundul ini?"
Thian hian Totiang, Thio Thian Ek dan Hui Kak Siansu wajahnya merah seketika tetapi tidak berani buka suara.
"Gouw Toako." Ho Kie berkata dengan sungguh2 "jangan membikin sakit hati orang. Siansu dan Totiang ini sudah menghamburkan tenaga dalam yang tidak sedikit untuk menyembuhkan lukamu."
Gouw Ya Pa lantas lompat bangun.
"Apa betul?" katanya dengan keheran heranan. cepat ia memberi hormat kepada Hui Kak, Thian hian dan Tio Thian Ek bertiga untuk mengucapkan terima kasihnya sambil menyoja.
Hui Kak Siansu sambil rangkapkan kedua tangannya berkata :
"Omitohud! Gouw Sicu adalah seorang yang berwatak polos. Semua perkataannya hanya dimulut saja, tetapi tidak disengaja, maka tidak perlu dikesalkan!" Setelah berpikir sejenak Ho Kie lalu berkata.:
"Sekarang kaki tangan- Hian kui kau telah tersebar luas, Mereka sangat bernapsu hendak menguasai dunia, mengapa kalian orang dari sembilan partai besar seolah olah seperti menutup mata dan tutup telinga sehingga tidak ada seorangpun yang berani bertindak terhadap mereka?"
Hui Kak Siansu sambil bungkukkan badan, menjawab ; "Lolap sekalian, meskipun sudah mampunyai pikiran
begitu, tetapi apa mau Cian tok Jin mo itu mempunyai ilmu
silat yang tinggi sekali, pengaruh Hian kui kauw juga sangat besar. "
"Menumpas kejahatan harus sungguh2 hati, bagaimana boleh merasa takut? Sekarang aku sebagai Kiu hoan leng Lengcu memerintahkan kalian, orang2 dari ketiga partai, supaya segera memberitahu kepada para ketua dari enam partai besar lainnya, dalam waktu satu bulan semua sudah harus berkumpul dilembah Kui kok untuk mendengar perintahku lebih lanjut.
Thian hian Totiang dan lain2 ketika mendengar itu, pada berubah wajahnya.
"Perintah Lengcu sudah seharusnya kami taati." Hui Kak Siansu berkata. "Tetapi orang2 dari enam partai lainnya itu ada tersebar diseluruh dunia. satu bulan saja barang kali tidak cukup untuk menyampaikan perintah ini!!"
"Biar bagaimana, nanti pada tanggal sembilan bulan sembilan semua harus sudah berkumpul dilembah Kui kok. Siapa yang melanggar akan dapat hukuman berat!"
"Lolap akan perhatikan perintah ini, sekarang lolap akan segera memberi tahukan kepada Bu tong dan Kun lun yang terdekat dan sini." jawab Hui Kak sambil anggukkan kepala
: "Pinto akan menyampaikan perintah ini kepada Ceng sia dan Siauw Lim."
Tio Thian Ek juga berjanji,
"Aku situa bangka ingin mengabarkan kepada Khong thong dan Kiong Say "
"Baiklah! Harap Cuwie segera berangkat." Ho Kie berkata sambil ketawa. "Pada tanggal sembilan bulan sembilan nanti kita bertemu lagi dibawah bukit Pek kut nia!"
Setelah memberi hormat, ketua dari ketiga partai itu dengan mengajak anak murid masing2 lantas berlalu untuk melakukan kewajiban mereka sendiri2,
Gouw Ya Pa yang menyaksikan para imam dan padri itu begitu hormat sikapnya terhadap Ho Kie. dalam hati merasa heran dan tidak habis mengerti. Mengapa sababatnya ini mempunyai pengaruh yang begitu besar.
Ho Kie lantas menanyakan bagaimana keadaan Gouw Ya Pa saat itu, siapa segera menjawab sambil anggukkan kepala :
"Kawanan kepala gundul itu benar2 mempunyai ilmu gaib. Sekarang keadaanku sudah sama seperti sebelum terluka."
Setelah mengetahui bahwa luka sahabat itu sudah sembuh benar, Ho Kie lantas ajak ia melanjutkan perjalanannya......
Beberapa bulan telah berlalu. Ho Kie dau Gouw Ya Pa telah tiba dikaki bukit Pek kut nia. Ho Kie menghitung waktunya yang di janjikan dengan sembilan partai besar itu, maka ia lantas mengajak Gouw Ya Pa dengan jalan memutar mereka pergi kelembah Patah hati. Lembah yang merupakan tempat yang digunakan oleh Ho Kie untuk belajar ilmu silat, keadaannya sama seperti dahulu, sedikitpun tidak ada yang berubah. Hanya untuk kedua kalinya Ho Kie datang disitu semua terjadi semua yang lampau.
Dengan tindakan perlahan ia ajak Gouw Ya Pa kegoa Pek giok kiong yang pernah di diami dua tahun lamanya. Baru saja mereka tiba dimulut goa, mendadak hati Ho Kie terguncang. ia hentikan tindakan kakinya dengan segera ia telah mendapat kenyataan bahwa keadaan dalam goa itu sudah berbeda sama sekali.
Dalam goa yang luas, yang tadinya kosong melompong, sekarang sudah penuh dengan segala perabotan rumah tangga, keadaan lantainyapun amat bersih.
Ho Kie memandang dengan melongo sebentar. mendadak timbul rasa gusarnya sambil kertak gigi ia berkata :
"Siapa orangnya yang mempunyai nyali begitu berani menempati Pek giok kiong ini? Nanti kuberikan hajaran tanpa ampun1!!"
Dengan tindakan lebar ia terus berjalan masuk. Ketika ia sudah berada didalam, dilihatnya pada satu sudut terdapat sebuah meja sembahyang. Ho Kie lalu lompat menghampiri. ketika ia dongakkan kepala ia merasa heran, dengan tidak merasa ia telah mundur tiga tindak.
Gouw Ya Pa cepat2 menghampirinya.
"Lautee, apa yang telah terjadi?" tanyanya heran.
Ho Kie menjawab sambil manunjuk pada meja sembahyang :
"Entah ini perbuatan siapa. ?" Gouw Ya Pa mengawasi keatas meja sembahyang, kepapan yang bertulisan dengan tinta mas : Thoan theng Lojin, penghuni Pek giok kiong di Lembah Patah Hati.
"Aaa..! Apakah dia siorang tua sudah binasa?" Gouw Ya Pa berseru kaget.
"Ngaco !" Ho Kie membentak, "Bagaimana dia bisa binasa? Ini pasti adalah perbuatan orang dengan sengaja, aku harus bisa menangkap orang yang menulis ini supaya bisa kuhajar mampus baru aku puas!!."
Dalam sengitnya Ho Kie sudah hendak menghajar meja sembahyang abu tersebut.
Tapi Gouw Ya Pa cepat2 mencegah sembari berkata : "Sabar dulu. "
Ho Kie lantas urungkan maksudnya dan bertanya dengan mata mendelik :
"Kenapa?"
"Kita masih belum tahu benar tentang mati hidupnya Thoan Theng Lojin, maka meja sembahyang ini baiknya kita biarkan dulu. Kalau kau hajar berantakan kemudiaa ternyata hal itu memang benar, bukankah kita harus membuat meja sembahyang lagi?"
Tapi Ho Kie tidak ambil pusing pikiran Gouw Ya Pa. sebab ia sudah menghajar meja sembahyang itu sehingga hancur berantakan.
"Sayang! Sayang!" Gouw Ya Pa berkata sambil gelengkan kepala. "Kalau aku yang binasa, barangkali tidak ada orang yang mau membuatkan meja sembahyang yang seperti ini."
Ho Kie yang masih belum reda amarahnya, lalu memeriksa keadaan disekitarnya. Ketika mendapat kenyataan bahwa disitu sudah tidak ada orang lagi, ia lalu masuk ke bagian dalam.
Goa bagian dalam itu memang tidak begitu luas, dulu digunakan oleh Toan-theng Lojin untuk melatih ilmunya.
Waktu Ho Kie seorang diri tinggal disitu dua tahun lamanya, ia tahu bahwa dalam ruangan itu hanya terdapat sebuah kasur tua yang digunakan untuk bersemedi, tetapi sekarang, ketika ia tiba ditempat itu, sesaat lamanya ia telah dibuat kesima,
Dalam ruangan itu, lantainya digelari permadani indah, sebuah tempat tidur baru diletakkan disitu sudut. Diatas pembaringan ada kasur lengkap dengan bantal gulingnya, serta bau harum yang semerbak. Didekat pintu ada sebuah meja tulis besar, dua meja teh dan dua kursi besar. Diatas meja terdapat lengkap dengan perabot tulisnya serta beberapa jilid buku. Diatas meja teh, situ diantaranya ada tempat hio yang masih mengepulkan asap. Dari situ ternyata bahwa orang yang memasang hio itu mungkin belum lama berlalu.
Dengan diliputi oleh teka teki, Ho Kie, dengan tindakan perlahan berjalan masuk kedalam kamar, Diatas meja tulis terdapat sepotong kertas yang ada tulisannya berbunyi sebagai berikut ;
Sudah kuduga, Longkun (sebutan wanita bagi kaum pria) pasti akan kembali, maka telah kusediakan tempat tidur dan hio. Suhumu telah pulang kerakhmatulah karena lukanya. Sebelum menarik napas yang penghabisan dia telah meninggalkan pesan kepada Ciat (sebutan diri sendiri bagi kaum wanita), jangan sekali kali Longkun sembarangan menempuh bahaya memasuki lembah Kui-kok sebelum berhasil dengan kepandaianmu sendiri, harus bisa menahan sabar. Tulisan ini terang ditujukan kepada Ho Kie, tetapi tidak disebutkan namanya, begitu juga penulisnya, maka ia juga tidak mengetahui siapa orangnya yang meninggalkan surat itu.
Dengan badan bergemetaran dan air mata bercucuran Ho Kie terus mengawasi surat itu. Akhirnya ia gelengkan kepala berulang2 sambil berkata sendiri :
"Tidak!!! ini tidak benar "
Gouw Ya Pa lalu mendekati ketika melihat tulisan diatas kertas, ia lantas menggeram.
"Ini pasti adalah perbuatan bangsat, Kita jangan pencaya saja!!!"
Ho Kie berkata pula dengan suara sedih,
"Gouw Toako, aku minta tolong kau menyelesaikan satu urusan, apa kau terima?"
"Adikku yang baik, kau masih ada urusan apa? Apa bila aku mampu mengerjakan, apa juga perintahmu aku lakukan!" si tolol pelembungkan dada.
Ho Kie lantas membuka rantai kalungnya dan diserahkan kepada Gouw Ya Pa sembari berkata ;
"Aku minta tolong kau, tiga hari kemudian dengan membawa tanda ini kau mewakili aku untuk mengadakan pertemuan dengan orang2 dari sembilan partai besar, kemudian ajak mereka langsung kelembah Kui-kok."
"Dan kau sendiri ?" tanya Gouw Ya pa heran.
"Aku sudah tidak sabaran dalam hal Toan Kheng Lojin. Aku akan berangkat dengan segera kelembah Kui kok. Kalau orangnya masih ada aku akan menemui orang, tetapi kalau orangnya sudah binasa, aku akan menemukan bangkainya ,." "Ho Lauwtee, kau jangan perbuat demikian. Biar bagaimana kita harus tunggu dulu tiga hari dengan orang banyak mudah untuk ktta turun tangan. kalau kau pergi seorang diri bukankah seperti mengantarkan jiwa dengan percuma? Bila pergi tidak bisa kembali."
"jiwaku ini memang dulu ditolong Toan theng Lojin, sekalipun aku harus binasa di lembah Kui-kok, aku rela hitung2 membalas budinya dia siorang tua. "
Sehabis berkata ia sudah lantas berlalu meninggalkan ruangan,
Gouw Ya Pa cepat2 mengejar.
"Lauwtee, tunggu sebentar......Aku akan pergi bersama2 dengan kau. " serunya.
"Gouw Taoko, kalau kau anggap aku sebagui saudaramu, sukalah kau turut pesanku. Kau terus berdiam disini. jika dalam waktu tiga hari aku masih belum kembali, aku minta kau lantas pimpin para ketua dan sembilan partai besar pergi kelembah Kui-kok untuk menuntut balas. Kalau kau tidak mau, itu berarti kau tidak pandang saudara denganku!!"
"Aku..... Aku sebetulnya tidak tega melepaskan kau seorang diri,.
"Mati atau hidup, itulah sudsh di takdirkan Tuhan. Gouw Toako, kau adalah seorag laki2 mengapa berlaku seperti orang perempuan?"
Gouw Ya Pa membisu. Dengan sorot mata terkuatir ia mengawasi berlalunya Ho Kie.
Hari sudah mulai malam, Kabut tebal menutupi bukit Pek-kut-Nia yang menjulang tinggi diatas awan. Lembah Kui-kok merupakan suatu lembah yang menyeramkan dikaki bukit tersebut.
Disuatu tempat yang luasnya kira2 beberapa puluh lie persegi, yang ditutupi oleh pohon2 rindang, disitulah ada markas besar perkumpulan Hian-kui-kauw.
banyak kamar2 dan rumah2 dibangun disekitar lamping jurang yang sukar didatangi oleh sembarang orang. Hanya mulut lembah dibagian depan merupakan jalanan masuk dau keluar tempat tersebut.
Terpisah sepuluh lie dari tempat itu, hampir setiap jengkalnya didadakan pesawat pesawat baik yang menggelap, maupun yang terang2an untuk memperkokoh penjagaan tempat tersebut.
Sejak munculnya Hian-Kui-kauw di rimba persilatan, sudah sepuluh tahun lebih lamanya tidak ada orang lagi yang berani secara sembarangan memasuki lembah Kui- kok, tetapi pada malam itu. Sesosok bayangan manusia dengan cepat lari kemulut lembah, bayangan itu adalah bayangan Ho Kie yang dengan bertangan kosong dan seorang diri pula telah menerjang lembah Kui-kok yang sangat menyeramkan ini.
Kedukaan dan kegusaran telah membuat dia lupa, bahwa setiap jengkal tanah yang diinjak itu adalah tempat yang sangat berbahaya setiap saat bisa menjebloskan dirinya ke jurang neraka!
Ketika tiba didekat mulut goa, tiba2 ada dua laki2 tinggi besar yang membawa golok telah mencegat ia sembari membentak!
"Siapa? jangan bergerak !!" Ho Kie lantas melayang turun ke bawah sebatang pohon besar, setelah mengawasi kedua laki2 itu sejenak, lalu berkata dengan suara dingin.
"Kalau kalian masih belum kepingin mampus, lekas memberi jalan untukku! Jangan mencari mati sendiri!!"
Kedua laki2 itu memandang Ho Kie sejenak, dalam hati merasa heran dengan cara bagaimana anak muda ini bisa melalui segala rintangan dan tiba dimulut lembah dalam keadaan selamat?
Satu diantara mereka lantas berkata sambil lintangkan goloknya :
"Bocah, tahukah tempat apa ini? Bagaimana bisa sembarangan masuk ?"
"Kui- ok yang tidak ada artinya, tokh bukan goa macan, apa yang dibuat heran? Dengan kekerasan kalian coba hendak merintangi kau. Apakah kalian hendak meniru itu contohnya beberapa orang yang sembunyi di tempat ruangan dibagian depan?"
Orang itu terkejut mendengar ucapan Ho Kie, ia buru buru berkata kepada kawannya dengan suara rendah :
"Lie Hiocu, lekas bunyikan kentongan. bocah ini ada sedikit kepala batu!"
Siapa nyana Ho Kie bertindak lebih dulu, dengan kecepatan bagaikan kilat ia sudah berhasil menyekal sikut kedua orang itu.
"Kalau kalian masih menginginkan jiwa, jangan ribut2" demikian ia mengancam.
Orang tadi wayahnya berubah seketika, ia coba melawan, Golok ditangan kanannya, lantas dipakai untuk membabat. Orang yang diparggil Lie Hiocu buru2 mengambil alat tanda bahaya dari dalam sakunya................
Ho Kie miringkan badannya untuk mengelakkan serangan golok orang itu, dengan sikutnya ia menumbuk, sedang tangan kirinya ia mengirim satu serangan dari jarak jauh kepada orang yang akan meniup alat tanda bahaya tadi.
Serangan dilancarkan sekaligus terhadap dua lawannya ini, Ho Kie telah lakukan dengan kecepatan bagaikan kilat, hingga kedua orang itu tidak ampun lagi lantas rubuh ditanah.
Setelah membereskan kedua perintang itu Ho Kie lantas melanjutkan perjalanannya.
Ia yang memang dibesarkan dilembah Kui-kok, Sudah tentu mengenal baik semua jalan dilembah tersebut, maka sebentar saja ia sudah memasuki kebagian dalamnya.
Cian-tok Jin-mo, Kauwcu dari Hian kui kauw, tinggal diatas loteng yang paling belakang. Ho Kie tahu benar bahwa disitu siang malam ada terjaga keras oleh orang2nya Hian kui kauw yang berkepandaian tinggi. oleh karenanya agak sukar untuk masuk. Satu2nya jalan ialah dengan kekerasan.
Saat itu ia sudah nekad benar2, dengan tekadnya yang bulat, lantas lompat naik keatas loteng, terus menuju kebelakang lembah,
Tapi baru saja melesat keatas, mendadak melihat bayangan putih, sekejap saja sudah menghilang keempat gelap dibelakaag lembah.
Ko Kie terkejut, dalam hati men-duga2, "Apa mungkin dia?" Dengan tanpa banyak pikir, ia lantas mengejar.
Bayangan putih itu setelah melalui dua payon rumah, mendadak lari menuju kekanan, tidak terus kebagian belakang.
Ho Kie lantas berhenti. Diam2 hatinya berpikir : "Dalam Hian kui kauw ada terdapat banyak orang berkepandaian tinggi, mengapa ia bisa masuk secara leluasa apa lagi dengan pakaian serba putih yang sangat menyolok demikian?"
Selagi masih berada dalam ke-ragu2an, tiba2 dengan suara tanda bahaya berulang2, datangnya dari mulut lembah!
Suara tanda bahaya itu telah menimbulkan panik, sebentar saja, beberapa rombongan orang pada lari menuju kemulut lembah sambil membawa obor.
Ho Kie menyesal tadi tidak menyingkirkan dua bangkainya penjaga pintu itu, mungkin dua bangkai itu diketahui oleh lain orang yang meronda, sehingga menimbulkan kegegeran ini.
Dengan tiba2- sda sebuah benda menyambar didepan mukanya. Ho Kie dengan cepat miringkan kepalanya. dengan tangan kanan ia menyambar benda tersebut yang ternyata ada segumpal kertas. Ketika ia buka, diatas kertas itu ada terdapat tulisan yang berbunyi ;
"Ikut aku!!"
Ho Kie menduga bahwa itu ada perbuatannya sibaju putih tadi, hingga diam2 berpikir sambil menghela napas : "ah, enci Lim, aku sudah tidak menghiraukan jiwaku sendiri masuk kegoa macan ini, mengapa kau juga menempuh bahaya ini ?" Ia coba mencari dimana adanya bayangan putih tadi, ternyata dia tengah berdiri diatas sebuah rumah yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Terhadap keadaan yang kalang kabut dari orang- Hian-kui-kauw itu, ia agaknya tidak perdulikan sama sekali.
Selagi Ho Kie hendak melesat kesana, tiba2 ada sesosok bayangan hitam yang melayang menghampiri bayangan putih itu. Ho Kie buru-buru sembunyi ke tempat gelap sambil siap2 menghadapi segala kemungkinan,
bayangan hitam itu ketika didepan bayangan putih itu lantas berdiri, ternyata ia ada seorang tua berewokan. yang berpakaian imam.
Kedengaran suaranya bayangan putih itu menegur lebih dulu:
"Cek Losu, ada urusan apa ?"
Imam itu agaknya kenal betul dengan bayangan putih itu, ia menjawab sambil tertawa;
"Nona Jie,apa kau tidak dengar suara tanda bahaya dimulut lembah? Selama 10 tahun lebih lamanya belum pernah ada seorangpun yang berani menginjak kelembah Kui-kok setindak saja, tidak nyana dimalam ini ada seorang goblok yang berani mati coba menyabut kumisnya macan!"
"Ada kau Hui tun Thian cun Cek Losu yang menjaga disini, siapa yang berani kemari untuk menghantarkan jiwa?" jawabnya nona Jie.
"Adakah nona Jie pernah melihat hal yang aneh?" "Tidak, kalau Cek Losu masih ada urusan, silahkan." "Baiklah, kalau begitu pinto akan menengok kemulut
lembah!" setelah itu lantas ia melesat dan menghilang
ketempat gelap. Ho Kie terperanjat, diam2 mengagumi kepandaiannya si imam yang disebut Hui tun Thian Cun itu.
bayangan putih itu. setelah imam tua itu pergi jauh, lantas gapaikan tangannya kepada Ho Kie seraya berkata :
"Ho Siaohiap, mari ikut aku."
Ho Kie saat itu sudah tahu bahwa bayangan putih itu bukan Lim Kheng. melainkan Jie Peng. Maka dalam hati merasa kurang senang. Dengan perlahan ia bangkit dan menjawab :
"Aku si orang she Ho yang tidak berguna dulu pernah menerima budi atas pertolongan nona, budi itu. aku ukir selamanya dalam hatiku. Tapi malam ini kedatanganku kemari, satu sama lain berdiri sebagai musuh, harap nona bertindak hati2!"
Jie Peng mengelah napas. "Kau tidak perlu bicara terlalu banyak, kawan atau lawan, itu tergantung pada pikirannya orang sendiri. Apakah kedatanganmu ini bukannya hendak mencari beritanya Toan-theng Lojin ? Disini bukan tempat untuk bicara. mari kau ikut aku !"
Ho Kie tampak tertegun, "Mengapa kau tahu maksud kedatanganku?"
Jie Peng ketawa hambar, mendadak dongakan kepala. "Semua perbuatanmu dimulut lembah sudah kuketahui. Tidak lama lagi ada banyak orang2 yang berkepandaian tinggi akan mengadakan pemeriksaan ramai disini. Kalau kau ingin tahu sejelas jelasnya perihal si orang tua, harap kau suka ikut aku, nanti aku beritahu penjelasannya?"
Ho Kie bersangsi sejenak, kemudian lalu mengikuti dibelakang Jie Peng yang lompat turun dari atas genteng. Jie Peng ajak Ho Kie melalui jalanan membelok kekanan dan kekiri, akhirnya sampai dibawah satu rumah. Ho Kie lantas hentikan kakinya dan bertanya :
"Nona Jie hendak bicara apa? Harap sekarang suka dijelaskan, aku masih ada urusan yang hendak dibereskan!"
Jie Peng menyelinap kepinggir tembok rumah, ia berkata dengan suara perlahan,
"Apa kau dapat lihat surat yang kutinggalkan untuk kau
?"
Ho Kie yang mendengar pertanyaan itu, sekujur
badannya menggigil.
"Apa? Surat itu ada tulisanmu. ?" demikian tanyanya.
Jie Peng mengangguk, lalu menyahut dengan suara rendah ;
"Aku tahu kau pasti akan datang kelembah Kui kok, maka aku sengaja mengatur itu segala perabotan dan meninggalkan surat, minta kau jangan menempuh bahaya, kenapa kau tidak dengar kata. "
Dengan mendadak Ho Kie menyambar jalan darah Ciok ti hiat, si nona lalu berkata dengan suara tidak senang :
"Kiranya ini perbuatanmu? Sekarang aku hendak tanya, apa dia siorang tua benar sudah binasa?"
Jie Peng tidak berkelit atau menyingkir ia membiarkan lengan kirinya diceka oleh Ho Kie, kemudian menjawab dengan suara perlahan :
"Sssttt. jangan bicara terlalu keras, hati2
nanti mengejutkan orang. Kalau sampai hal itu terjadi, kau nanti sukar meloloskan diri!!" "Aku berani datang kemari, sudah tentu tidak takut mengagetkan orang2nya Hian kui-kauw. Harap kau suka jawab lekas, apakah Toan-theng Lojin sudah terjatuh kedalam tangan kalian ?" berkata Ho Kie gusar
"Dengan terus terang, Toan theng Lojin memang benar sudah terjatuh kedalam tangannya orang2 Hian kiu-kauw. Aku justru mendapat pesan orang tua itu, baru pergi kelembah Patah Hati dan meninggalkan surat itu!"
"Sekarang dia ada dimana? Benarkah sudah teraniaya oleh orang2mu?"
"Dia siorang tua telah diketemukan orang2 kuat dari Hian-kui kauw, setelah dikepung oleh beberapa puluh orang, akhirnya karena kakinya tidak bisa bergerak dengan leluasa, maka lantas tertangkap dan dibawa kelembah Kui- kok, Setiap hari dia disiksa untuk diminta keterangannya tentang kitab Hian Kui Pit kip jilid ke III yang entah disembunyikan dimana. Sampai hari ini, badannya sudah penuh bekas tanda siksaan, jiwanya mungkin cuma tinggal beberapa hari saja. "
"Kalau begitu, dia siorang tua masih belum binasa."
"Ai!! Siksaan demikian, meski tidak binasa, juga berarti tidak jauh dari saat kematiannya."
"Ngaco, dia tokh belum binasa, mengapa kau tinggalkan surat yang bunyinya tidak keruan itu serta menaruh segala meja sembahyang ? Apa kau sengaja hendak memancing aku?"
Sehabis berkata, ia menekan lebih keras. Jie Peng keluarkan seruan tertahan, keringat dingin mengucur deras dijidatnya.
Tapi ia menahan rasa sakitnya, sambil ketawa getir ia menjawab : "Kau jangan salahkan aku membohongi kau, itu semua meja sembahyang dan tulisan, adalah Toan-theng Lojin sendiri yang menyuruh aku berbuat demikian, aku cuma menurut perintahnya saja."
"Hmm ! Kau masih mau menyangkal, siapa orangnya yang sebelum mati menyuruh orang lain menyediakan meja sembahyang?"
"Ini karena kau tidak mengerti maksud siorang tua itu. Dia tahu kalau diberitahukan hal yang sebenarnya kepadamu, kau pasti akan menempuh bahaya datang kelembah Kui-kok untuk menolong dirinya. Biar bagaimana dalam dirinya sudah terkena racun. dia sudah tahu pasti kalau dirinya akan binasa, maka dia pikir supaya kau tidak lantas bertindak, sebaliknya bertekun melatih ilmu ilmumu dulu, untuk menuntut balas kelak ..."
Bicara sampai disitu ia mendadak berhenti, dengan mata layu ia memandang Ho Kie, kemudian tundukkan kepalanya.
Ho Kie hatinya sangat pilu, Ia melepaskan tangannya Jie Peng, kemudian berkata sambil mengucurkan air mata :
"Maksudnya orang tua itu memang baik, tapi aku setelah mengetahui keadaan sebenarnya, sekalipun harus korbankan jiwaku, aku juga tidak bisa tinggal peluk tangan..
!"
"Maka ketika aku melihat kau masuk ke lembah, lantas sengaja pancing kau kemari. Sekarang kepandaianmu belum cukup sempurna, sudah berani menempuh bahaya, barang kali bukan saja tidak berhasil menolong diri siorang tua, sebaliknya kau sendiri yang mendapat celaka. Kalau kau mau turut perkataannya orang tua itu, Kau harus segera berlalu dari sini, pulang untuk mempertinggi pelajaran ilmu silatmu dulu baru nanti balik lagi.." Ho Kie tiba2 delikkan matanya dan memotong ;
"Aku telah menerima budinya begitu besar, lagi pula ia mempunyai permusuhan demikian dalam dengan Hian-kui- kauw. Biar bagaimana, aku tidak mau bikin habis begitu saja. Nona Jie, kau adalah orang Hian-kui-kauw, dengan menempuh bahaya besar kau telah memberitahukan semua hal ini kepadaku, ini akan aku ingat baik-baik untuk selama lamanya, pasti ada satu hari aku nanti akan membalas budimu yang besar ini."
Sehabis berkata, ia lantas hendak berlalu
Jie Peng agaknya sudah tidak dapat menguasai dirinya sendiri, dengsn cepat menarik tangannya Ho Kie dan berkata dengan suara rendah :
"Ho Siaohiap, kau hendak kemana?"
"Aku Ho Kie sekalipun harus mengucurkan darah dilembah Kui kok ini, juga harus menolong Toan theng Lojin supaya aku bisa membawa pulang keLembah Patah Hati."
"Tapi dengan kau seoraag diri, sekalipun mempunyai kepandaian luar biasa, juga masih sulit. "
"Aku sudah mengambil keputusan tetap, nona mencegah juga sudah tidak ada gunanya !"
Jie Peng menghela napas, akhirnya ia berkata :
"Ai ! Kau tidak mau dengar kata, terpaksa aku mengiringi kehendakmu, mari ikutlah aku!!"
Ia lalu ajak Ho Kie naik keatas genteng lagi, kemudian manunjuk kesebuah rumah batu sebelah kiri sembari berkata dengan suara perlahan :
"Disana adalah rumah penjara, aka tidak bisa mengawani kau, pergilah sendiri! Harap berlaku hati2!" Ho Kie lantas angkat tangan memberi hormat seraya berkata :
"Terima kasih atas petunjuk nona, budi kebaikanmu ini kelak aku pasti membalas."
Jie Ping menjawab sambil tertawa getir ;
"Aku justru tidak mengharap pembalasanmu. Malam ini kedatanganmu sudah di ketahui orang, penjagaan didalam lembah pasti diperkeras, Kuasa rumah penjara itu, Pun-Tui- khiu Bo Pin, kepandaiannya cuma dibawah Kauwcu seorang saja, Ho Siaohiap, kalau kau bisa maju, kau boleh maju, tapi seandai tidak bisa, lebih baik kau bersabar, tunggu lain kesempatan lagi!"
Ho Kie ketika mendengar disebutnya nama Bo Pin, sakit hatinya mendadak berkobar, maka lantas menjawab deegan ketus,
"Kekuatannya Bo Pin, sudab lama aku pernah menghadapi, nona boleh tak usah kuatir"
Jie Peng tercengang, Selagi hendak menanyakan maksud arti perkataan itu. Ho Kie sudah pergi jauh,
Saat itu hati Ho Kie sangat gelisah memikirkan nasib Toan theng Lojin, disamping itu ia juga ingat sakit ayahnya. maka sambil kertak gigi ia menuju kerumah penjara.
Rumah penjara itu mempunyai banyak kamar tahanan, dibangun disepanjang lamping jurang dengan batu yang amat kokoh kuat.
Ho Kie tidak tahu Toan-theng Lojin di sekap dikamar mana, terpaksa mencari di setiap lubang anginnya.
Dalam kamar itu ternyata sangat gelap, cuma diterangi oleh lampu kecil. Ho Kie melongok kebelakang lubang, tetapi tidak menemukan dimana adanya orang tua itu, sebaliknya menyaksikan suata pemandangan yang mengerikan.
Orang2 yang disekap dan disika dalam kamar tahanan terdiri dari banyak macam. Tua muda laki2 dan perempuan semuanya ditelanjangi, badannya dirangket dan dibakar dengan besi panas, sehingga badan mereka pada melepuh tidak keruan rupanya.
Hampir semua kamar Ho Kie sudah longok, tapi tidak menemukan Toan-theng Lojin hingga ia hampir menduga Jie Peng telah menipu dirinya. Selagi hendak berlalu, tiba2 ia deagar suara orang berkata,
"Kauwcu masih memandang kau seorang yang mempunyai kepandaian tinggi dalam rimba persilatan maka sampai sekarang masih menahan jiwaku, aku nasehati kau, sebaiknya kau berikan saja barang itu. Kalau tidak jangan sesalkan aku siorang she Bo berlaku ganas. Kalau terpaksa aku nanti akan menggunakan siksaan yang dinamakan Pek- tok Kong-Sim, suruh kau merasakan kesengsaraan yang sangat hebat !"
Ho Kie terperanjat, ia tahu bahwa suara itu datangnya dari kamar paling belakang, maka dengan cepat gerakkan badannya mengintip dari lubang angin...
-oo0dw0oo
KAMAR ITU penerangannya lebih terang dari pada kamar2 lainnya, tapi lubangnya sangat kecil. Ho Kie tahu bahwa Bo Pin bukan orang sembarangan, maka ia sangat hati2 sekali sampai tidak berani bernapas.
Lebih dulu ia pusatkan semua kekuatannya, kemudian dengan ilmu cecak merayap didinding, perlahan2 ia mendekati lubang angin. Ia bertindak sangat waspada. ia tahu bahwa Toan theng Lojin tertawan dalam kamar itu, jika ia tidak hati2, bukan saja tidak akan dapat menolong keluar orang tua itu bahkan bisa mencelakakan dirinya.
Ia cuma bersendirian dalam sarang Hian-kui-kauw. Untuk dapat menolong keluar seorang yang sudah tidak bisa bergerak dari tempat yang terjaga kuat oleh orang2 pandai, sesungguhnya bukan suatu perbuatan mudah.
Tapi, ia harus dapat melaksanakan itu, sekalipun harus mengorbankan jiwanya, ia juga akan membawa keluar diri Toan-theng Lojin.....
Karena tekadnya yang bulat, ia sedikitpun tidak merasa takut, setapak demi setapak ia mendekati lubang.
MENDADAK, ia dengar suaranya orang tertawa dingin, lantas disusul dengan suara jeritan............
Ho Kie hatinya berdebar keras, cepat2 melongok kedalam.
Kamar itu ternyata cuma kira2 satu tumbak persegi luasnya, adi 6 - 8 orang laki2 sedang mengerubungi dua orang laki2 tua,
Satu diantaranya, rambut jenggot dan alisnya putih, dipunggungnya ada menggemblok sebilah golok emas, orang tua itu adalah Pun lui khin Bo Pin, musuh basar yang membunuh mati ayahnya................
Orang tua lainnya, berusia kira2 50 tahun lebih, matanya seperti mata tikus, kepalanya kecil, mukanya tirus, dipundak kirinya ada tali panjang yang mengeluarkan sinar berkaredepan.
Didepan mereka kira2 tiga kaki jaraknya, ada sebuah kuali besar, yang dibawahnya ada api yang morong. Dalam kuali terdapat sedikit air mendidih yang mengeluarkan bau amis, Di-tengah2 air mendidih itu duduk seorang tua berbadan kurus dan berambut putih seperti perak.
Orang tua itu duduk bersila, badannya telanjang, rambutnya yang putih terurai menutupi wajahnya, sehingga orang tidak bisa melihat dengan tegas. Ia agaknya sedang menahan siksaan dari panasnya air mendidih itu, sedang sekujur badannya mengucur darah dan nanah.
Hati Ho Kie berdebar keras. Apakah orang tua itu Toan- theng Lojin? ia sendiri tidak berani memastikan.
Karena orang tua itu telah menolong jiwanya, memberi pelajaran ilmu silat padanya serta sudah pernah tinggal ber- sama2 dalam satu goa sebulan lamanya, tapi kalau itu ia cuma tahu orang tua itu dengan dandanannya yang istimewa serta wajahnya tertutup oleh kedok putih, sehingga tidak mengenali wajah aslinya.
Meski api marong dan air mendidih, tapi orang tua itu tetap duduk tanpa bersuara atau melawan.
Lewat sejenak, tiba tiba terdengar suara siorang tua yang membawa tali panjang :
"Go tongtiu, tua bangka ini deagan mengandalkan kekuatan ilmunya, hingga dapat menahan siksaan ini. Perlu apa kita membuang buang banyak waku? Lebih baik kita segera menggunakan siksaanku yang paling sempurna Pek- tuk Keng-sim. Bikin rusak dulu isi perutnya , aku kepingin tahu apa dia masih dapat bertahan?"
"Sebaiknya memang begitu, cuma Tio losu boleh kira sendiri, karena perintah kaucu supaya jiwanya jangan sampai binasa." jawab Bo Pin sambil anggukkan kepala.
Orang the Tio itu menyahut: : "Biarlah!!" lalu mengeluarkan kotak kecil. Ho Kie memandang tanpa berkedip. Ia lihat orang she Tio itu ulapkan tangannya, memerintahkan orang- yang mengerumuni itu mengecilkan api. Dengan tangan meraba2 kotak kecil itu ia maju 2 langkah, dan membuka kotak dengan hati2 sekali.,......
Apa yang terdapat dalam kotak itu ? Ternyata terdapat binatang kelabang yang jumlahnya banyak sekali !
Tapi heran meski tutup kotak sudah terbuka, kelabang itu tidak ada yang keluar,
Sambil mengajukan kelabang dalam kotak itu, si orang she Tio berkata kepada orang tua dalam kuali sambil ketawa dingin :
"Sahabat, kalau kau masih tidak mau mengaku, jangan sesalkan aku si orang she Tio nanti akan menggunakan siksaan ini!!"
Orang tua dalam kuali itu mendadak dongakan kepalanya dan menjawab dengan suara dingin :
"Tio Go, kau sudah banyak melakukan kejahatan, nanti ada suatu hari, kau pasti akan mendapat pembalasan!!"
Ho Kie pasang mata betul ketika orang itu mendongakkan kepalanya. Dari sorot matanya Ho Kie dapat memastikan bahwa orang tua itu adalah Toan theng Lojin. Dalam kagetnya, ia hampir saja menjerit !
Ia tidak tahan menyaksikan keadaan si orang tua yang menggenaskan itu, ia sudah hendak berlaku nekad. Mendadak ia dengar siorang she Tio itu berkata pula :
"Tua bangka, dagingmu sudah hancur diseduh, sekalipun kau masih bertahan, tapi apa gunanya? Sskarang kalau kau akan kusiksa lagi dengan Pek to Kong sim ini, isi perutmu akan berubah menjadi darah semuAnya. Maka saat itu jiwamu juga tidak dapat dipertahankan lagi, maka apa perlunya kau kukuhi Pit kip itu? Lebih baik kau serahkan kepada kaucu barangkali masih bisa mengampuni jiwamu!"
Orang tua dalam kuali itu tertawa hambar:
"Nasibku memang jelek, selama hidupku, aku belum pernah memikirkan tentang matiku. Kalian mempunyai alat siksaan apa saja, boleh keluarkan semua tapi kalau menghendaki Pit kip, jangan harap !"
"Kalau kau memangnya mau mencoba, jangan sesalkan aku berlaku ganas!" jawab Tio Go sambil tertawa dingin, lalu mengambil sumpit, ia menjepit dua ekor kelabang dimasukkan kedalam telinganya Toan-theng Lojin.............
Sebentar kemudian badannya Toan theng Lojin kelihatan menggigil, wajahnya mengerut, agaknya sedang menderita hebat.
Dilain pihak, Tio Go sudah memerintahkan orang2nya membesarkan apinya, sehingga air didalam kuali mendidih lagi.
Sambil ketawa bangga Tio Go berkata ;
"Hei,, Kau mengaku saja. Aku cuma menggunakan dua ekor kelabang, ternyata kau sudah tidak tahan. Kalau aku menggunakan semuanya, kau pasti tidak akan sanggup menerima penderitaan ini."
Toan theng Lojin bungkam sambil kertak gigi, badannya menggigil semakin hebat, keringatnya mengucur dengan deras. Sebentar sebentar kedengaran suara keluhannya kemudian perkataannya dengan tidak lampias ;
"Tio.....Go...Kau....terlalu. buas !"
Bo Pin lantas menyelak : "Kita ada menghargai kau sebagai orang dari tingkatan tua, maka kita hanya menggunakan dua ekor kelabang saja. Kalau kau masih tetap tidak mau menyerah, jangan sesalkan. "
Tio Go kembali unjukkan ketawanya yang menyeramkan, mendadak ia maju selangkah, kembali ia membuka kotaknya.
Ho Kie yang berada diluar sudah tidak dapat menahan sabarnya lagi, sayang ia tidak mengetahui dimana adanya pintu kamar tersebut, lagi pula lubang angin itu amat kecil sehingga tidak dapat memasuki oleh badannya. Dalam gusarnya ia sudah tidak perdulikan jiwanya sendiri lagi, dengan sekuat tenaga ia menggempur lubang kamar tersebut.
Gempurannya telah berhasil, dinding lubang telah hancur berantakan sehingga ia bisa segera melesat masuk melalui lubang besar akibat gempuran tadi,
Orang2 didalam kamar telah dikejutkan oleh suara gempuran keras. Bo Pin segera memutar tubuh sambil membetatak:
"Siapa?" sambil mencabut golok dipunggungnya.
-oo0dw0oo-