Jilid 14 Tamat
KALAU DIRINYA ditolak untuk menemui Nikouw tua itu. hal itu menang sudah diduga oleh Ho kie semula, maka ia tak terlalu susah hati dan masih bisa menjawab dengan tenang:
"Boanpwee hanya ingin menemui Cianpwee sekejap saja. Jika boanpwee sudah menyampaikan pesan suhu. boanpwee akan segera berlalu, tidak mempunyai permintaan lainnya."
Suara dari dalam goa itu menjawab dengan gusar,
"Aku suruh kau segera pergi! Dengar atau tidak. Perlu apa mesti banyak rewel?" Ucapan itu lalu disusul oleh suara bentakan dan sambaran angin kuat kearah diri Ho Kie.
Ho Kie yang tidak berjaga-jaga, selagi hendak maju lagi setindak mendadak merasa disambar oleh angin yang kuat. Cepat ia memutar tubuhnya hingga terhindar dari sambaran angin dahsyat itu.
Sesaat itu hampir saja Ho Kie naik darah menghadapi perlakuan yang agak keterlaluan dari Thian-sim Sin-nie, tetapi ketika ia ingat pula pesan suhunya almarhum, maka sebisanya ia menahan perasaan gusarnya.
Dengan tekad bulat, perlahan-lahan Ho Kie masuk lagi kedalam goa seraya berkata,
"Locianpwe, sekalipun kau binasakan boanpwee dissni, boanpwee juga ingin menjumpai kau dulu barang sekejap."
"Baiklah! Kalau kau benar-benar tidak takut mati, bolehlah coba-coba!"
"Boanpwee bukannya tidak takut mati, kalau Lociapwee menghendaki boanpwee mati, terpaksa boanpwee akan menantikan kematian itu dengan pejamkan mata."
Selagi bicara itu. Ho Kie berjalan sudah semakin dekat sehingga suara itu terdengar semakin jelas.
Selagi Ho Kie hendak maju lagi, mendadak terdengar suara bentakan bengis,
"Berdiri disitu! Tidak boleh maju setengah langkah lagi.
Kalau tidak, aku akan benar-benar bikin kau binasa."
Ho Kie tundukkan kepala, tidak menjawab masih tetap berjalan kedalam goa.
Pada saat itu terdengar pula ketawa dinginnya Thian sim Sin-nie yang lalu disusul oleh ucapannya.
"Baik! Kau benar-benar tidak takut mati!"
Sebentar saja kelihatan debu berbamburan keadaan dalam goa itu menjadi sangat gelap. Ho Kie mengetahui bahwa kekuatan tenaga dalam itu sangat hebat sekali. maka ia tidak berani menyambari. Cepar-cepat ia mendekati dinding goa dan dia berpegangan teguh pada dindingnya sambil mempersiapkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Tapi pada saat hendak bersiap-siap, kekuatan yang hebat itu sudah menyambar kearah dirinja.
Ho Kie hanya merasakan seperti ada batu ribuan kati beratnya yang menerjang dari depan dadanya, sehingga dadanya dirasakan bergolak hebat dan lantas hilang ingatannya.
Ternyata Ho Kie yang terpental oleh kerena serangan tangan Thian Sim Sin-nie tadi telah melayang seperti layang-layang yang putus talinya dan akhirnya jatuh ditanah tidak ingat orang lagi.
Entah berapa lama, ketika Ho Kie siuman kembali. ia merasakan badannya sudah tidak mempunyai kekuatan jang berarti lagi, ia coba merayap bangun, tetapi akhirnya jatuh lagi. Dadanya dirasakan sakit darah segar keluar dari mulutnya. sehingga membasahi sekujur badannya dan lantai didalam goa.
Tetapi semua penderitaan itu tidak mau membuat Ho Kie melupakan pesanan suhunya. Asal jiwanya masih ada ia pasti tidak akan mengecewakan mendiang suhunya.
Keadaan Ho Kie saat itu sesungguhnya sangat mengenaskan, ia kertak gigi untuk mempertahankan dirinya jangan sampai terseret oleh tangan maut, Dengan sempoyongan ia coba masuk kedalam goa lagi. tetaoi baru saja jalan beberepa tindak. kembali jatuh tengkurap. Mulutnya menyemburkan darah segar.
Entah sudah beberapa banyak waktu dibuang dengan jatuh bangun ia terus memasuki goa. Ketika ia membuka matanya yang lain, dilihatnya didalam goa itu ada sedikit penerangan. Lapat-lapat ia dapat melihat seorang wanita berbaju hijau sedang duduk bersila pejamkan mata, ia pikir, ia tidak boleh membiarkan wanita itu mengetahui keadaan mukanya, karena hal itu mungkin akan menunjukkan kelemahannya sendiri.
Sesuatu pikiran yang kuat telah memaksa Ho Kie terus bertahan. Sambil kertak gigi dan mengerahkan sisa tenaganya yang tersisa ada ia paksa berdiri.
Dengan badan sempoyongan ia berjalan maju lagi, apa alia kemudian ketika lima tindak didepan Thian sim Sin- nie, mendadak kepalanya dirasakan puyeng dan akhirnva jatuh rubuh.
Thian sim Sin-nie yang sedang bersemedi, agaknya dikejutkan oleh suara jatuhnya Ho Kie, ketika ia membuka matanya mengawasi Ho Kie, lantas berbangkit dan dari sakunya ia mengeluarkan sebuah botol Kecil, ia keluarkan dua butir obatnya dimasukkan kedalam mulut Ho Kie, setelah mana ia duduk lagi ditempat semula.
-oo0dw0oo-
APA sebabnya Thia sim Sin-nie yang semula begitu dingin turunkan tangan telengas pada Ho Kie, sekarang ketika melihat Ho Kie dalam keadaan pingsan lantas memberikan obat untuk menolong jiwanya ?
Sejak ia meninggalkan Toan-theng Lojin. dengan hati patah ia telah datang kegereja Pho tho ini. tetapi ia tidik mau tinggal didalam gereja yang dianggapnya masih ramai, ia mengasingkan dirinya didalam goa Pek-in gay yang sunyi tenteram. Sudah dua puluh tahun lebih lamanya ia berdiam didalam goa yang sunyi itu. diam-diam telah bersumpah tidak akan menemui siapa juga. Selama dua puluh tahun ini hatinya sudah tenang jernih seolah-olah air dari sumber mata air. ia sudah bisa hidup menyendiri secara demikian, tidak menghendaki orang lain datang mengganggu padanya.
Ho Kie baru tiba didepan mulutnya goa, ini sudah mencegah sedapat mungkin. Karena peringatannya tidak digubris, maka dalam gusarnya ia lantas melancarkan serangan tangannja.
Tetapi setelah ia melancarkan serangan lantas timbul perasaan penyesalnya, ia menyesalkan dirinya sendiri yang tidak seharusnya turunkan tangan begitu berat terhadap orang yang belum dikenalnya.
Semula ia mengira Ho Kie pasti binasa karena serangannya tadi, Maka ia tadi pejamkan mata untuk menghilangkan rasa menyesalnya.
Tiba-tiba ia telah dikejutkan oleh rubuhnya badannya Ho Kie. ia girang si korban tak sampai binasa, maka ia lantas memberikan obatnya.
Setelah menelan obat pilnya Thian sim Sin-nie yang sangat mujarab, tidak berapa lama kemudian Ho Kie sudah siuman kembali. Ia coba menjalankan pernapasannya, ia merasa tidak ada yang sakit urat-urat dan darahnya sudah jalan seperti biasa.
Ketika ia mendongak, dilihatnya Thian-sim sin-nie tengah mengawasi dirinya maka lantas hendak berbangkit. Tetapi baru saja hendak menggerakkan badannya. Thian sim Sin-nie sudah berkata padanya,
"Lukamu sangat parah nak, meskipun sudah makan obatnya yang sangat mujarab, tetapi untuk sementara belum bisa memulihkan kesehatanmu." Ho Kie melihat wanita itu tidak begitu dingin lagi sikapnya, bahkan katanya sudah memberi obat kepadanya, hatinya merasa sangat terharu, maka lantas berkata dengaan suara terputus-putus.
"Locianpwee, kau....kau....kau. "
Thian Sim Sin-nie lantas cepat-cepat mencegah: "Sudah, sudah, kau mengaso dulu sebentar. Nanti aku hendak bertanya beberapa hal kepadamu."
Sehabis berkata ia lalu memejamkan lagi matanya membisu.
Ho Kie melihat Thian sim Sin-nie memejamkan mata tidak berani mengganggu. terpaksa hanya bisa duduk didepannya sambil bersemedi untuk memulihkan kekuatan tenaga.
Hanya oleh karena merasa badannya terlalu letih, dengan tidak terasa ia telah tertidur kepulasan. Ketika ia mendusin dilihatnya Thian-sim Sin-nie masih duduk bersila. sambil pejamkan mata.
Ho Kie tidak berani mengganggu, terpaksa ia menantikan lagi didepannya.
Lama sekali sang waktu berlalu..,.
Tiba-tiba Thian sim Sin-nie membuka matanya dan bertanva kepada Ho Kie:
"Kau kata kau bernama Ho Kie sebetulnya atas perintah siapa kau datang kemari?"
Ho Kie cepat-cepat berlutut dan menjawab: "Kedatangan boanpwee adalah atas pesan suhu untuk menyampaikan beberapa kata dihadapan Locianpwe" "Siapa suhumu itu? Pesan apa yang hendak disampaikan kepadaku? Dan bagaimana dia mendapatkan kematiannya. coba kau jelaskan."
"Suhu boanpwe adalah Toan-theng lojin."
Thian sim Sin-nie ketika mendengar disebutnya nama Toan-theng Lojin. wajahnya yang dingin kelihatan berobah. Tetapi sesaat kemudian sudah pulih menjadi tenang kembali.
"Dengan cara bagaimana dia mendapat kematiannya?
Dan pesan apa yang dia suruh kau sampaikan padaku?"
Ho Kie lantas menceritakan bagaimana Toan-theng Lojin telah dibikin celaka oleh Hian kui-kauw. Ia menuturkan ceritanya itu sembari menangis terisak-isak, sehingga orang yang berhati bajapun rasanya juga tidak dapat menahan rasa pilunya.
Akhirnya Ho Kie berkata,
"Sesaat sebelum menarik napas yang penghabisan Suhu telah berkata demikian; 'Aku telah hidup menyendiri telah beberapa puluh tahun lamanya, Aku merasa sangat menyesal terhadap semua kesalahan yang sudah lalu. Tetapi yang sudah aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya memperbaiki kesalahanku untuk menebus dosa. dosaku yang sudah lalu."
Thian sim Sin-nie yang mendengarkan bicaranya Ho Kie tadi, sesaat seolah-olah seperti sudah berobah menjadi seorang yang linglung, mulutnya berkemak-kemik berkata pada dirinya sendiri,
"Sudan dua puluh tahun. Ya sekejap saja dua puluh tahun sudah berlalu, dilain penitisan hendak memperbaiki kesalahan. Sekalipun ada lain penitisan. apa yang akan bisa diperbaiki?" Setelah mengeluarkan kata-kata ini matanya kelihatan mengembang air matanya.
Thian sim Sin-nie adalah seorang wanita yang kukuh dengan adatnya sendiri apa yang sudah dilakukan selamanya belum pernah ia merasa menyesal. Tetapi dalam soal itu, rupa2nya ia mempunyai sedikit penjelasannya itu, apakah patut diceritakan kepada pemuda yang berada didepannya sekarang ini? Tidak! Riwayat yang mengenakan atas dirinya itu akan disimpan didalam lubuk hatinya sendiri untuk selamanya, juga terpaksa seperti apa yang dikatakan oleh Toan-theng Lojin, ia akan memperbaiki dilain penitisan.
Setelah ia menenangkan pikirannya kembali, lalu ia berkata kepada Ho Kie.
"Yang kau sebutkan Hia kui kauw tadi sebetulnya ada orang berupa apa? Mengapa partai besar pada peluk tangan saja ?"
"Cianpwee masih belum tahu, boanpwe karena berusaha hendak menolong diri suhu telah masuk kelembah Kui-kok dengan menempuh bahaya, sedangkan diantara sembilan ketua partai besar yang juga datang kelembah Kui Kok itu, delapan diantaranya sudah binasa. Menurut pikiran boanpwee, untuk dewasa ini barangkali sudah tidak ada orang lagi yang dapat menandingi Hian kui kauw lagi."
"Apa kau tidak ingin menuntut balas untuk suhumu ?" "Boanpwee bukan saja hendak menuntut balas bagi suhu
tetapi juga hendak menuntut balas sakit hati ayah serta jiwanya delapan ketua partai besar yang binasa dilembah Kui kok."
"Apa kau yakin kuat menandingi Hian kui kauw ?" "Sekalipun boanpwee harus binasa dilembah Kui kok juga akan mencoba."
Thian sim Sin-nie berpikir sejenak, lalu berkata:
"Aku seharusnya juga mesti turut membantu kau terapi sudah berapa puluh tahun lamanya aku tidak muncul didunia Kangouw, lagi pula aku juga tidak ingin ceburkan diri dalam kancah pergolakan itu. Tetapi biar bagaimana juga aku tidak akan membiarkan kedatanganmu ini secara cuma-cuma. Beberapa puluh tahun lamanya, kediamanku ini aku tidak ijinkan dimasuki oleh seekor burungpun. Tetapi ketulusan hatimu terhadap suhumu sehingga tidak menghiraukan jiwanya sendiri kau telah masuk kedalam goaku ini, kuanggap kau berjodoh denganku, maka aku hendak memberikan sedikit bantuan padamu dengan beberapa pil obat ini yang mungkin ada paedahnya bagimu dikemudian hari."
Ia lalu mengeluarkan dua botol yang berwarna merah dan kuning, Sambil perlihatkan dua botol itu ia berkata;
"Aku telah gunakan waktuku beberapa puluh tahun lamanya, baru berhasil membuat dua macam obat ini. Obat dalam botol kuning ini isinya hanya tiga butir pil kalau kau hendak bertanding dengan musuh, lebih dulu kau ambil satu butir, taruh dalam mulutmu. Ia adalah pemunah terhadap segala macam racun berbisa. Sedangkan obat yang berada dalam botol merah ini tadi kau sudah makan. Dalam botol ini masih ada delapan butir. Asal orang yang terluka masih bernapas sesudah minum pil ini dalam waktu satu jam pasti akan bisa sembuh kembali."
Selagi hendak menyerahkan dua botol obat itu, mata Thian Sim Sin-nie menatap wajah Ho Kie.
"Aku seperti merasakan," katanya pula, "dirimu telah diliputi napsu membunuh yang sangat hebat, maka obat ini setelah kuberikan padamu. kau harus ingat betul nasehatku."
"Nasehat Cianpwee, sudah tentu boanpwee akan memperhatikannya baik-baik."
"Sebetulnya juga bukan apa-apa, hanya kali ini kau pergi menuntut balas, sedapat mungkin jangan sampai membinasakan jiwa orang yang tak berdosa. Kau harus tahu bahwa dalam pelajaran Buddna ada kepercayaan adanya hukum timbal balik. Apakah dalam hal ini kau sanggup menerima?"
Ho Kie menyahut sambil angguk kepala: "Nasehat Cianpwe yang sangat berharga akan boanpwee ingat selamanya."
Thian sim Sin-nie lalu menyerahkan kedua botolnya itu.
Ho Kie menyimpan dua botol itu dalam sakunya dan mengucapkan terima kasih kepada Thian sim Sin-nie. Baru saja ia hendak berlalu tiba-tiba dipanggil oleh Thian sim Sin-nie.
Ho Kie merasa heran, ia mengira Nikow tua itu masih mempunyai pesanannya apa-apa lagi, maka buru-buru urungkan maksudnya berlalu.
Ia lihat Thian sim Sin-nie dengan air mata berlinang memandang dirinya,
Ho Kie dengan hati haru bertanya,
"Locianpwce, masih ada yang hendak dipesan kepada hoanpwee?"
Ditegor demikian, Thian sim Sin-nie agaknya tersadar dari lamunannya, maka buru-buru menjawab, "Aaa.. ! Tidak apa-apa, pergilah!" tetapi kemudian ia berkata pula. "Yah, Ho-siaohiap kepergianmu ini entah kapan kau akan balik lagi untuk menengok aku?"
Pertanyaan ini diluar dugaan Ho Kie. hingga ia tidak bisa menjawab. Sesaat lamanya ia berdiri terpaku.
Thian sim Sin-nie mengira anak muda itu masih ingat perlakuannya yang kurang pantas barusan, maka dengan tak terasa telah mengucur air mata.
Ho Kie merasa aneh orang tua itu telah mengucurkan air mata, buru-buru berkata:
"Locianpwee, jangan terlalu bersedih hati. Ho Kie asal urusan pribadinya selesai pasti akan balik lagi untuk menengok Locianpwee."
Mendengar jawaban jang sungguh-sungguh itu, Thian- sim Sin-nie agaknya merasa puas, maka lantas berkata pula sambil angguk-anggukkan kepala.
"Sudah. kau pergilah! Asal kau sudah berkata demikian, aku mati juga mataku meram "
Sekarang kita balik melihat Go Ya Pa dan Auw-yang Khia yang menunggn Ho kie dipinggir goa Dengan tanpa dirasa, dua hari dua malam sudah berlalu, tapi masih belum kelihatan Ho Kie Keluar dari dalam goa.
Selagi mereka hendak menerjang masuk untuk mendapat kepastian tentang nasibnya Ho Kie, pada saat itu justru telah dapat melihat anak muda itu berjalan keluar dari dalam goa.
Begitu melihat Ho Kie keluar dalam keadaan selamat. Gouw Ya Pa lantas maju menghampiri dengan lagak seperti arak kecil. "Saudara Ho apa kau tidak mendapat halangan? Mengapa begitu lama kau berada didalam? membuat aku gelisah. Karena tidak mendapat izinmu. aku tak berani masuk ke goa. Kini setelah dapat melihat kau, barulah lega hatiku!"
Ho Kie lantas bercerita pengalamannya didalam goa kepada kedua kawannya. Auw-yang Khia lalu bertanya: "Nikouw tua tu adalah seorang yang beradat sangat aneh luar biasa. Biasanya untuk dapat menemukannya saja sangat sulit. Bagaimana dia mau memberikan ooat yang telah berhasil dibuatnya selama seumur hidupnya."
Ho Kie lantas menjawab sambil menghela napas:
"Auw-yang Cianpwee. kita dulu hanya mendengar saja, Thian Sim Sin-nie Cianpwee ternyata seorang ketus. Kali ini aku setelah menemui orang tua itu telah merasa bahwa dia sebetulnya adalah seorang yang penuh cita rasa. Cuma oleh karena terpengaruh oleh terjadinya sesuatu perubahan dalam hidupnya sehingga telah membuat dia merubah sifatnya demikian rupa."
"Aih, kalau begitu, kita juga tak boleh salahkan dia. Memang nasib manusia kadang-kadang dapat merubah jalan penghidupan dan siapakah yang dapat menduga hari akhir kita nanti?" kata Auw-yang Khia sambil menghela napas.
Ho Kie lalu mengalihkan perkataannya kelain soal, ia berkata kepada Auw-yang Khia dan Gouw Ya Pa,
"Kita sudah hampir tiga bulan lamanya meninggalkan Cit cie Sin ong Locianpwee. Barangkali ia sudah merasa kesal menantikan kedatangan kita. Aku pikir, sebaiknya kita lekas pulang." Malam itu juga mereka kepantai, kebetulan saat itu ada perahu besar yang menunggu muatan
Ho Kie lalu berunding dengan kapten kapal, mereka segera berangkat keteluk Tin-hay.
Oleh karena tidak ada gangguan angin dan ombak, perjalanan mereka kali ini sangat lancar, maka belum cukup satu hari sudah sampai kekota yang dituju.
Dari teluk Tin-hay ini Ho Kie bertiga lantas berjalan kaki menuiu bukit Sin hong. Belum berapa lama bukit Sin hong itusudah kelihatan nyata didepan mereka.
Mendadak sesosok bayangan putih dengan melompat kilat kelihatan lari turun dari atas bukit Sin hong menuju kearah datangnya mereka.
Goaw Ya Pa yang pertama-tama dapat melihatnya lantas berkata: "Apa itu bukannya silelaki palsu Lim Kheng ?"
"Gouw Toako, kau jangan begitu." sahut Ho Kie, "Mengapa kau begitu buka mulut lantas mau melukai orang? Kalau perkataanmu tadi didengar olehnya bukankah akan menimbulkan keonaran lagi?"
Gouw Ya Pa coba memikir, ia merasa bersalah maka ia tidak berani menjawab.
Kedua orang itu selagi masih bicara, bayangan putih itu sudah berada didepan mereka. Ketika melihat sibaju putih memang benar nona Lim Kheng, bukan main rasa girangnya Ho Kie, maka ia cepat-cepat bertanya,
"Lim-hiantee. bagaimana kau tahu kalau kami akan kembali hari ini?"
Lim Kheng segera menyahut: "Siapa yang mengetahui kalian pulang hari ini. Aku hanya kebetulan saja menjumpai kalian disini." Ho Kie yang mendengar jawaban itu, merasa seolah-olah kepalanya diguyur air dingin.
Kedengaran Lim Kheng sebetulnya memang hendak menyambut Ho Kie, tetapi karena melihat Gouw Ya Pa dan Auw-yang Khia yang juga ada disitu, maka ia merasa malu untuk mengakui maksud sebenarnya.
Sebaliknya, Gouw Ya Pa yang merasa mendongkol. lantas nyap-nyap (menggerutu) yang bukan-bukan. hingga Lim Kheng panas hatinya.
"Tolol ! Siapa suruh kau banyak mulut." bentaknya.
Gouw Ya Pa tidak mau mengalah. sehingga keduanva lantas bertengkar dan hampir berkelahi.
Auw-yang Khia yang menyaksikan keadaan demikian, hanya bisa geleng-gelengkan kepala dan minta supaya Ho Kie yang memisahkan.
Sebetulnya Ho Kie juga tidak berdaya menghadapi Gouw Ya Pa, maka hanya bisa memberi nasehat dengan perkataannya yang layak.
Siapa tahu, Gouw Ya Pa yang biasanya dengar segala perkataan Ho Kie, kali ini entah apa sebabnya ia tidak mau mendengar lagi, bahkan ia menganggap Ho Kie mengeloni Lim Kheng sehingga keadaan jadi semakin runyam.
Auw-yang Khia terpaksa turut campur tangan, dengan susah payah akhirnya baru bisa meredakan amarah kedua pihak, Dengan demikian, mereka berempat lalu berjalan menuju ke bukit Sin hong.
Disana kedatangan mereka sudah dinantikan oleh Cit cie Sin ong dan Tiauw Goan Taysu.
Setelah memberi hormat kepada mereka, Ho Kie lantas menceritakan semua pengalamannya. Cic ki Sin ong yang mendengar penutur- an itu lantas berkata sambil menghela napas:
"Asmara . . .Manusia karena asmara banyak yang menjadi rusak dirinya dan namanya. Laki-laki yang betapapun keras hatinya. juga tidak akan luput dari cengkramannya. . ."
Kemudian ia berkata kepada Ho kie: "Kelihatannya kalian semua sudah terlalu lelah, sebaliknya pergi mengaso dulu, sebentar kita berunding lagi."
Ho Kie bertiga lalu masuk kekamar belakang untuk beristirahat.
Esok harinya. pagi-pagi sekali Ho Kie sudah menemui Cit cie Sin ong dan Tiauw Goan Taysu diruang depan.
Tidak lama kemudian Auw Yang Khia, Gouw Ya Pa dan Lim Kheng juga pada datang saling susul.
Cit cie Sin-ong setelah mengawasi semua orang dengan matanya yang tajam lalu berkata: "Lohu telah mendengar kabar bahwa pengaruhnya Hian kui kauw makin lama makin besar. Banyak orang kuat yang ditarik olehnya. Sebetulnya bukan orang kuat sembaringan dari dunia Kang Ouw yang dapat ditandingi. Bukan Lohu hendak mengecilkan artinya kekuatan diri sendiri menurut kemampuan kita dewasa ini. kalau hendak menggempur Hian kui kauw. sebetulnya seperti telur membentur batu dan akan mengantarkan jiwa dengan secara cuma-cuma."
Ho Kie tidak menantikan Cit-cie Sin ong berkata habis sudah lantas berbangkit dan berkata:
"Locianpwee, meskipun boanpwee tahu benar tidak mampu menandingi Cian tok Jit-mo, tetapi setiap kali boanpwee teringat kematian ayah, dan delapan ketua partay besar yang binasa ditangan mereka, boanpwee merasa sangat gemas dan ingin segera menuntut balas bagi mereka."
Setelah mengatakan demikian. air matanya mengalir bercucuran.
Cit cie Sin ong lalu berkata sambil menghela napas. "Barusan ucapan lohu masih belum habis, Lohu
bukannya hendak merintangi pergi menuntut balas pada
Hian kui kauw, lohu hanya menganggap bahwa soal ini sangat penting. Kita harus rundingkan baik-baik supaya gerakan kita kali ini nanti jangan sampai gagal."
"Kali ini menuntut balas kelembah Kui kok, boanpwee tidak ingin merembet-rembet orang lain lagi. Dulu karena soal ini telah mengakibatkan binasanya delapan ciangbunjin dari partai besar. boanpwee merasa tidak enak terhadap sembilan partai besar itu, maka kalau boanpwee ingin menuntut balas seorang diri saja kelembah Kui kok."
Lim Kheng yang berdiri disamping lantas berkata.
"Ho Kie. kau sudah gila? Apakah kau hendak antarkan jiwa secara cumu-cuma?"
Ho Kie mengawasi Lim Kheng dengan matanya yang guram, lalu menjawab dengan suara duka:
"Ho Kie masih belum ingat mati, cuma Ho Kie tidak ingin merembet-rembet diri orang lain. Sekalipn lembah Kui kok merupakan sarang macan dan sarang naga Ho Kie juga akan menyerbunya."
Tiauw Goan Taysu lantas berkata.
"Ho Kie, harap kau suka sedikit tenang. Soal ini bukan hanya menyangkut dirimu seorang saja, tetapi juga ada hubungannya dengan keselamatannya seluruh orang-orang rimba persilatan, terutama kami dari sembilan partai besar yang sudah mempunyai permusuhan yang begitu dalam terhadap Hian kui-kauw. Sekalipun orang lain hendak peluk tangan tetapi bagi kami, Siao-lim pay. tidak gampang menghapuskan permusuhan begitu saja. Kalau kau berbuat tanpa perhitungan, bukankah seperti apa yang dimaksudkan dengan Cit cie Locianpwee tadi, bahwa perbuatanmu ini seperti juga telur membentur batu?"
Auw-yang Khia lantas turut berkata juga:
"Aku sipencuri sakti ada satu akal tetapi entah boleh dijalankan atau tidak?"
"Coba kau sebutkan. Nanti kita pelajari bersama-sama," jawab Tiauw Goan Taysu.
"Maksudku ialah kalau menurut pendapat Ho Siaohiap hendak membiarkan dirinya dengan sendirian menyerbu kelembah Kui kok, ini sesungguhnya memang sangat berbahaya dan selali-kali jangan sampai dilakukan. Tetapi kelihatannya dia tidak bolen tidak pergi. maka disini aku ada mempunyai satu akal yang rasanya cukup sempurna, tetapi terpaksa harus minta pertolongan Tiauw Goan Taysu untuk capaikan hati mengundang orang-orang kuat dari sembilan partai supaya semua berkumpul dibukit Sin hong ini Untuk sementara, Ho Siaohiap boleh tinggal disini, belajar kepandaian ilmu yang tertera dalam Hian-kui pit kip kepada Cit cie Locianpwe. Setelah orang-orang yang diundang oleh Tiauw Goan Locianpwee itu semua datang berkumpul kepandaian yang dipelajari oleh Ho Siaohiap juga mungkin sudah berhasil, saat itulah baru nanti kita pergi bersama-sama. Bagaimana kalian pikir rencanaku ini?"
"Caramu itu cocok beasr dengan pikiranku."
Cit cie Sin ong berkata, "Baiklah, begitu saja kita atur," ia lalu menoleh dan berkata kepada Tiaow Goan Taysu, "Pikiran Taysu bagaimana? Kalau setuju harap Taysu suka capaikan hati sedikit."
Tiauw Goan Taysu juga menyetujui pikiran itu, maka ia lantas berbangkit dan berkata kepada semua orang.
"Selambat-lambatnya satu bulan dan secepat-cepatnya dua puluh hari lolap akan balik lagi kesini beserta orang- orang kuat dari berbagai partai, sekarang Lolap hendak minta diri dulu."
Dan saat itu juga ia lantas meninggalkan ruangan untuk berlalu melakukan tugasnya.
Ho Kie juga sejak hari itu dibawah pengunjukan Cit cie Sin ong setiap hari sampai malam bertekun menyakinkan ilmu kepandaian yang terdapat dalam Hian kui kip jilid pertama.
Dalam Hian kui pit kip jilid pertama itu ada satu tipu serangan yang dinamakan San Pek Tui hun ciang. Ini adalah tipu serangan dengan tangan kosong yang hanya terdiri dari tiga jurus, tetapi setiap jurusnya mengandung rupa-rupa tipu yang sangat luar biasa hebatnya dan setiap jurus juga mempunyai rupa-rupa perubahan.
Mula-mula belajar, memang Ho Kie menemukan beberapa kesulitan, tetapi ia seorang yang cerdik, ditambah lagi dengan pengunjukan yang cermat dari Cit cie Sin ong maka dalam waktu beberapa hari saja ia sudah berhasil mempelajari ilmu serangan yang sangat hebat itu, selain dari pada itu, semua pelajaran yang terdapat dalam Hian kui pit kip jilid pertama itu juga selama beberapa puluh hari itu sudah dapat dipelajari seluruhnya dengan baik.
Pada suatu hari, Tiauw Goan Taysu telah kembali bersama para ketua delapan partai besar yang menggantikan ketua lama mereka yang telah binasa. Cit cie Sin ong telah mengajak para tetamunya berkumpul disebuah ruangan besar. lalu menuturkan maksud dikumpulkannya orang-orang kuat dari berbagai partai besar itu, alah hendak diajak bersama-sama menumpas Hian kui kauw yang semakin lama hidupnya merupakan bencana bagi rimba persilatan.
Pengganti ketua dari partai Kun lun pay Leng Hie Totiang lantas berbangkit dan berkata:
"Hian kui kauw sangat ganas dan bermaksud hendak menguasai dunia Kangouw sudah diketahui oleh semua orang rimba persilatan maka setiap orang boleh membinasakan pada mereka. Jangan kata Cit cie sicu mengajak kami, sekalipun tidak diajak juga kami tentu akan pergi kelembah Kui kok untuk menuntut balas atas kematian Ciangbunjin kami yang lalu."
Para ketua partai lainnya juga semuanya menyatakan setuju atas ucapan ketua partai Kun lun pay ini dan ingin segera pergi kelembah Kui kok.
Maka oleh Cit cie Sin ong ditetapkan bahwa besok pagi- pagi akan berangkat kelembah Kui-kok.
Keesokan paginya, Cit cie Sin-ong lantas mengusulkan supaya orang itu dibagi menjadi dua rombongan.
Tiauw Goan Taysu bersama delapan ketua partay besar dalam rombongan yang menyusul dari belakang lembah untuk menyerepi keadaan Hian kui kauw. Jika belum mendapat tanda dari orang-orang dari sebelah depan, tidak boleh bergerak.
Ho Kie. Gouw Ya Pa, Auw Yang Khia dan Lim Kheng dibawah pimpinan Cit cie Sin ong sendiri masuk dari lembah depan. Ho Kie ditugaskan yang keluar menantang perang. Setelah pertempuran terjadi, lalu dengan api sebagai tanda akan memberitahukan kepada rombongan Tiauw Goan Taysu. dengnn demikian lembah kui kok akan diserbu diri dua jurusan dengan berbareng.
Demikian rombongan orang-orang kuat dalam waktu beberapa jam saja sudah tidak jauh terpisahnya dari lembah Kui kok.
Sekarang kita ajak pembaca menengok keadaannya Hian kui kauw.
Sejak mereka berhasil menbinasakan ketua dari delapan partai mereka telah mengatur penjagaan sangat kuat untuk menjaga pembalasan dari delapan partai besar itu. maka kedatangan mereka untuk kedua kalinya ini bukan merupakan soal luar biasa.
Tidak heran kalau kedatangan Cit cie Sin ong dan kawan-kawannya sudah disambut oleh orang-orang Hian kui kauw dalam keadaan siap,
Si tangan geledek Bo Pin dengan memimpin para Tongcu yang lainnya, berdiri diatas bukit kira-kira sepuluh tumbak jauhnya dari mulut lembah.
Ketika melihat kedatangan orang-orang yang dipimpin oleh Cit cie Sin ong sendiri. lantas maju menghampiri dan berkata sambil memberi hormat:
"Hian kni kauw ada mempunyai kebijaksanaannya sampai mendapat kunjungan Cit cie Locianpwee, Bo Pin sekalian belum menyambut kedatangan Locianpwee sekalian hanya mewakili Kauwcu minta maaf sebesar- besarnya."
Orang she Bo ini meskipun mulutnya berkata, tapi sepasang matanya terus mengawasi orang2 kaucu dengan bergiliran. Maka diam2 ia merasa begitu aneh, mengapa orang tua ini hanya membawa beberapa gelintir bocah cilik, mengapa tak kelihatan bayangan orang-orang dari sembilan partai besar?
Tapi siorang she Bo ini seorarg yang sangat lihay, setelah berpikir sejenak, ia lalu mengambil keputusan dengan diam- diam.
Karena ia adalah seorang yang sangat licin, meski dihati heran, tapi diluarnya tidak menunjukkan perubahan, bahkan masih ber-kata2 manis terhadap Cit cie Sin ong.
Gouw Ya Pa yang berdiri di samping nyeletuk:
"Bo Pin, kau tak perlu jual lagak, kedatangan kami ini hendak ambil batok kepalamu. Kematian sudah didepanmu, perlu apa pura2 tak tahu?"
Dengan sorot matanya yang tajam dan dingin, Bo Pin mengawasi Gouw Ya Pa sejenak tapi ia tidak berubah sikap apa-apa, ia hanya memberi isyarat kepada Hui tun Thian cun, yang berdiri disamping.
Hui tun Tnian cun lantas lompat maju dan berkata sambil tertawa dingin:
"Kui kok ada tempat apa? Apa kira orang macam kau ini boleh bertingkah? Aku siorang she Cek hendak memberi hajaran pada orang goblok seperti kau ini."
Gouw Ya Pa yang dimaki-maki sebagai orang goblok, darahnya naik seketika, ia lalu mencabut senjatanya pecut yang khusus dibuat oleh Cit cie Sin ong, dengan tanpa banyak rewel lantas menghajar kepala orang she Cek itu.
Serangan Gouw Ya Pa itu tidak memakai peraturan lagi ia merasa senjata ganas, sebab hatinya sudah merasa panas terhadap orang Hian kui kauw. Sebagai seorang Kang-ouw kawakan, Cek Kong Han. atas segala tingkah laku Gouw Ya Pa, ia hanya berkelit kesana kemari untuk menghindarkan serangan pecutnya. dan setelah dapat kesempatan baik, ia lalu meluncurkan senjata perisai ditangan kanannya menyodok pundak kiri GouW Ya Pa.
Gouw Ya Pa keluarkan seruan tertahan, badannya mundur sempoyongan sampai beberapa tindak, akhirnya jatuh ditanah.
Hui tun Thian cun Cek Kong Han yang sangat ganas, segera lompat maju hendak menghabiskan jiwa Gouw Ya Pa.
Ho Kie yang menyaksikan dari samping lantas mengirim satu serangan yang amat dahsyat. Karena tujuannya hendak menolong jiwa sahabatnya, maka serangannya itu ditujukan kedada siorang she Cek.
Bo Pin terlambat memperingatkan kawannya, sebab serangan Ho Kie sudah bersarang didada Cek Kong Han, sehingga orang she Cek itu badannya lantas terpental satu tumbak jauhnya, kemudian jatuh ditanah untuk tidak bangun lagi.
Gouw Ya Pa ternyata tak terluka, ketika ia merayap bangun. ia telah menyaksikan bahwa musuhnya sudah binasa ditangan Ho Kie. Maka ia lantas berseru:
"Saudara Ho, tindakanmu sangat tepat, mari kita maju!" Pada saat itu, seorang yang berwajah mirip dengan setan,
tiba-tiba sudah muncul didepan Ho Kie.
Ho Kie mengawasi manusia seperti setan itu sejenak, lalu berkata; "Orang-orang Hian kui kauw dengar hari ini Siaoya menyerbu kelembah Kui-kok untuk kedua kalinya, hanya ditujukan kepada Cian tok Jin-mo dan Bo Pin berdua. Aku tidak akan membunuh orang2 yang tidak berdosa, maka siapa yang kenal gelagat harap lekas keluar dari Hian kui kauw. Mungkin aku dapat mengampuni jiwa kalian. Tapi jika masih tetap kepala batu, saat itu nanti jangan sesalkan aku siorang she Ho kalau berlaku keterlaluan!"
Siang Hong Siang yang mendengar perkataan Ho Kie, lantas membentak:
"Bocah sombong, jangan kau agulkan diri, mari rasakan tumbak yayamu!"
Ho Kie melihat datangnya serangan yang begitu ganas, buru-buru berkelit kesisi.
Siang ketika nampak serangannya mengenakan tenpat kosong, lalu maju lagi setindak, kemudian ia putar senjatanya, sehingga Ho Kie terkurung dalam putaran senjata tombaknya.
Tapi Ho Kie dengan tenang-tenang saja melayani dengan ilmunya Hoan ing Sie sek, bukan saja sudah dapat menyingkirkan serangannya Siang Hong Siang, bahkan sudah berhasil mengirim sekali serangan tangannya yang dahsyat.
Siang Hong Siang yang tidak berhasil menyenggol diri Ho Kie, lantas menjali kalap serangannya.
Ho Kie yang menampak Siang Hong Siang sudah seperti binatang terluka, lalu mengerti bahwa orang she Siang ini tidak mau diberi pengertian begitu saja, maka ia lancarkan serangan dahsyat.
Badan Siang Hong Siang melesat tinggi sambil menjerit, darah berceceran sepanjang jalan. Kiranya setelah lengan Siang Hong Siang sudah terkutung oleh serangan Ho Kie tadi. Cit cie Sin ong tahu bahwa pertempuran sudah dimulai. maka buru-buru bisiki Auw-yang Khia, supaya menyalakan api pertandaan untuk memberi tanda kepada rombongan yang dipimpin oleh Tiauw Goan Taysu, agar segera bergerak,
Bo Pin menyaksikan Auw Yang Khia rmenyalakan api, lantas mengetahui bahwa gelagat tidak baik, maka buru2 suruh beberapa Tongcu pergi kelembah belakang disamping itu ia mengirimkan orang untuk melaporkan kepada Kauwcunya.
MENAMPAK dalam waktu sekejap saja sudah membikin luka dua musuh2nya, Ho Kie semangatnya makin meluap-luap.
Pada saat itu, mendadak terdengar suara orang ketawa dingin, kemudian disusul oleh sesosok bayangan orang yang segera berdiri di depan Ho Kie.
Ketika Ho Kie mengawasi. ternyata dia adalah musuh besarnya Bo Pin !
Seketika itu juga darah Ho Kie lantas mendidih sambil kertak gigi dan mata mendelik ia berkata:
"Bo Pin. ajahku dengan kau mempunyai permusuhan apa? Mengapa kau dengan menggunakan pengaruh Jie Hui telah membinasakan ayahku ? Karena perbutanmu itu maka hari ini aku datang hendak menagih hutang!"
"Bocah yang tidak tahu diri. Tempo hari aku sudah mengampuni jiwamu. juga karena peruntunganmu yang bagus sehingga kau tidak binasa. Hari ini rupanya kau datang untuk mengantarkan jiwa. Apa boleh buat aku terpaksa membantu keinginanmu." Sehabis berkata demikian, dengan gerakannya yang cepat luar biasa ia sudah menyerang Ho Kie.
Serangannya itu kelihatannya sangat bernapsu, agaknya ingin sekali pukul saja sudah dapat membinasakan musuh.
Ho Kie yang datang dengan tekad yang bulat serta dengan persiapan yang cermat maka sebelum menghadangi Bo Pin, ia sudah menelan obat pil yang diberikan oleh Thian Sim Sin-nie, begitu ia melihat Bo Pin menjerang dengan sengaja ia hendak memperlihatkan kelihayannya dihadapan Bo Pin. Ia tidak menyingkir atau berkelit, hanya mengibaskan tangan kirinya untuk menghalaukan sebagian tenaga lawannya dan dengan tangan kanannya ia menyambuti serangan Bo Pin.
Bo Pin yang melihat Ho Kie tetap berdiri ditempatnya, diam-diam merasa girang. ia lalu menambah kekuatannya. Ketika kekuatan kedua pihak beradu Ho Kie merasakan lengan kanannya kesemutan, ia mundur tiga tindak baru bisa berdiri tegak.
Tetapi keadaan Bo Pin sungguh mengenaskan, ia telah terpental mundur sepuluh tindak lebih oleh kekuatan Ho Kie, dadanya dirasakan bergolak, hampir saja muntah darah, hampir tidak percaya hanya dalam beberapa bulan saja kekuatan Ho Kie sudah bertambah demikian pesatnya.
Sebagai seorang Kang-ouw kawakan sekalipun hatinya tidak percaya. tetapi ia tidak berani memandang ringan lagi pada lawannya itu.
Ia lantas kertak gigi dan memusatkan seluruh kekuatannya, setindak demi setindak ia maju menghampiri Ho Kie lagi. Ho Kie juga mengerahkan seluruh kekuatannya.ia memandang segenap gerakan musuhnya, dengan penuh perhatian.
Secara diam-diam Bo Pin sudah mengerahkan ilmu Hu sie hiat kut ciang pada kedua tangannja. Ketika ia melancarkan serangannya, sambaran angin yang keluar dari tangannya itu mengandung bau busuk dan semua rumput dan daun-daun pohon yang kena diterjang sambaran angin itu telah berubah menjadi hitam.
Tetapi Ho Kie yang sudah mengisap obat pemberian Thian sim Sin-nie, ternyata masih berdiri tegak tidak mengalami perubahan apa-apa.
Kemudian dengan mendadak Ho Kie membentak keras, tangan kanannya diputar mengirim satu serangan yang dahsyat kearah Bo pin.
Pertempuran berlangsung dengan sengit, kelihatannya kekuatan kedua pihak seimbang. Bo Pin tidak akan menyangka bahwa bocah kemarin sore itu ternyata merupakan tandingannya yang amat kuat, maka dengan tidak ayal lagi ia mengeluarkan serangannya yang paling ampuh, sebentar saja pertempuran sudah berjalan beberapa puluh jurus lamanya.
Ho Kie memberikan lawannya terus beraksi setelah serangan ber-tubi2 itu sudah agak reda, barulah ia mengeluarkan ilmu serangan Tay liek kim kong ciang yang terdapat dalam kitab Hian kui kip.
Dengan kecepatan sangat luar biasa Ho Kie sekaligus sudah melancarkan tiga kali serangannya
Serangannya makin lama semakin hebat.
Semula Bo Pin masih kelihatan berimbang kekuatannya, tetapi serangannya yang dilancarkan bertubi-tubi itu tidak berdaya menggerakkan musuhnya, hatinya mulai ciut, per- lahan2 ia mulai keteter.
Tan Liang yang berdiri disamping sebagai penonton telah dapat menyaksikan seluruh pertempuran itu dengan tegas maka lantas berseru;
"Bo Tongcu, aku Tan Liang mesti bantu kau!"
Sambil menenteng golok Kayto ini orang she Tan itu sudah menyerbu kedalam kalangan.
Auw-yang Khia yang menyaksiksn perbuatan Tan Liang itu lantas menggeram.
"Toako. kalau kau merasa gembira, aku Auw-yang Khia nanti menemani kau !"
Ia lalu mengeluarkan senjatanya untuk melayani Tan Liang.
Tio Go dan dan Cian Su dari pihaknja Hian kui kauw yang turut menyerbu lantas sudah disambut oleh Gouw Ya Pa dan Lim Kheng.
Hanya Cit cie Sin ong yang kelihatan dari penonton.
Sekarang kita tengok Tiauw Goan Taysu dengan rombongannya yang masuk dari bagian belakang lembah.
Kedatangan mereka itu telah disambut oleh Siok lek Ong hoa Cie dan Siang Seng serta orang2 kuat lainnya.
Siang Seng adalah orang yang pertama bertempur dengan It Sin Tojin. ketua Hoa san pay yang baru. Kedua orang itu kelihatannva sama-sama kekuatannya sehingga pertempuran berlangsung dengan amat sengitnya.
Sedangkan ketua dari Thiam cong pay, Tio Thian Kui yang mendapatkan musuh Si ek tek ternyata kelihatannva agak unggul sehingga Si ek tek tidak berdaya. ia hanya bisa melawan sambil mundur, napasnya senin kemis, badan berkeringat.
It Hie Totiang dari Ceng shia pay dan Leng Hie Totiang dari Kan lun pay berdua mengerubuti Ong Hoa Cie.
Belum sampai sepuluh jurus, Ong Hoa Cie napasnya sudah senin kemis juga.
Orang-orang kuat Hian kui kauw lainnya telah disambut oleh para ketua dari Kiong-lay pay, Bu tong pay dan Khong tong pay hingga pertempuran kelihatannya kalut.
Karena jumlah orang-orang Hian kui-kauw lebih banyak maka mereka bisa bertempur bergiliran. Tapi pihak sembilan partai yang sudah diliputi perasaan dendam. Maka selama pertempuran berlangsung suara jeritan korban terdengar dimana-mana, korban tangan para ketua partai itu.
Pertempuran belum lagi berlangsung satu jam, pihak Hian kui kauw sudah separuh lebih yang binasa atau terluka, tetapi orang-orang Hian kui kauw terus menerus mendapat bala bantuan, maka para ketua dari sembilan partai itu dengan terpaksa berlaku seperti kerbau gila, membunuh setiap orang. Sebentar saja lembah Kui-kok merupakan tempat jagal manusia, bangkai berserakan dimana-mana.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara bentakan keras.
"Anjing! Kau bendak lari kemana? Serahkan jiwamu!"
Tiauw Goan Taysu terkejut mendengar suara bentakan tadi, ketika ia menengok, ia melihat Bo Pin dengan rambut riap-riap dan pakaian compang camping serta badan yang penuh dengan darah telah lari kepihaknya seperti anjing kena pukul. Ho Kie mengejar sambil berseru pada Tiauw Goan Taysu: "Harap Taysu tolong pegat anjing buduk itu. Jangan kasih dia lolos!"
Tiauw Goan Taysu lantas mengangkat tangannya merintangi kaburnya Bo Pin.
Kiranya Ho Kie dan rombongan Cit Cie Sin ong dibagian depan, dalam pertempuran sengit telah membinasakan beberapa tongcu. Bo Pin sendiri telah terluka parah karena merasa tidak sanggup melawan musuhnya, maka ia hendak kabur.
Dalam keadaan tergesa-gesa ia lari sekenanya dan akhirnya terjatuh ditangan rombongan Tiauw Goan Taysu.
Bo Pin yang mengetahui dirinya sudah terkurung, lantas menghela napas panjang, kemudian mengayunkan tangannya menghajar batok kepalanya sendiri sehingga kepalanya hancur berantakan dan mati seketika.
Ho Kie lantas mengambil kepala Bo Pin kemudian berlutut dan berdoa kepada arwah ayahnya.
Pada saat itu mendadak terdengar suara orang dengan bentakannya yang menyeramkan:
"Semua berhenti!"
Suara itu tidak keras, tetapi semua orang yang berada disitu terkejut, dengan tidak terasa semua menghentikan gerakannya.
Ketika semua mata ditujukan kepada orang yang baru datang itu, semua orang pada berubah wajahnya. Kiranya orang itu adalah Cian tok Jie-mo sendiri.
Orang itu dengan mata yang tajam mengawasi semua orang sejenak, lalu perdengarkan suara ketawanya yang bisa membuat bulu roma berdiri. Sesudah itu dengan tindakan perlahan ia menghampiri Tiauw Goan Taysu, lalu berkata sambil angkat tangan menyoja memberi hormat:
"Jie Hui cuma ada seorang kasar. Kalau Jie Hui berani mendirikan perkumpnlan Hian kui kauw ini, maksudnya hanya ingin mencari tempat meneduh dikalangan masyarakat ini. Tuan-tuan semua merupakan orang-orang dari golongan orang baik-baik serta beribadat tinggi, mengapa berkali-kali menyatroni lembah Kui kok dan membinasakan anak muridku. Jie Hui meskipun merupakan orang yang tidak berguna, tetapi ingin minta keadilan dari tuan-tuan. Kalau tidak, jangan harap satu pun bisa keluar dari lembah Kui kok ini!"
Sebelum ada orang yang menjawab, tiba2 terdengar suara orang ketawa, yang kemudian disusul oleh munculnya sesosok bayangan orang yang berdiri beberapa tindak jauhnya didepan Jie Hui, orang itu berkata:
"Benar saja Tidak kecewa kau sebagai Kauwcu dari suatu perkumpulan. Barusan ucapanmu yang kau katakan, aku si orang tua yang mendengarkannya juga merasa sangat kagum. Cuma aku si orang tua juga ingin mengajukan beberapa pertanyaan harap Kaucu suka menjawab terlebih dahulu."
Sehabis berkata orang tua itu lalu tertawa pula.
Cian tok Jin mo yang mendengar itu semula merasa sangat heran, tetapi kemudian pikirannya tenang kembali. Setelah mengetahui siapa adanya orang yang baru datang ini, diam-diam juga ia merasa kaget.
Ia lalu membungkukan badan sambil menjawab:
"Cit cie Locianpwee, mengapa tidak menikmati kesenangan dipuncak bukit Sin-hong? Ada urusan apakah yang menuntun Locianpwee datang ke lembah Kui kok ini? Harap Cianpwee suka maafkan yang Jie Houi tidak menyambuti dari jauh."
Cit cie Sin ong lantas menjawab sambil ketawa. "Kauwcu tidak perlu merendahkan diri. Lohu hanya
ingin bertanya sedikit urusan. harap Kauwcu suka memberikan sedikit petunjukmu."
"Cianpwe hendak menanyakan apa? Silahkan. Kalau Jie Hui mengetahui. tentu Jie Hui akan memberikan jawaban sepuasnya."
"Ada tiga hal yang lohu tidak habis mengerti, Pertama, beberapa tahun berselang, salah satu tongcu dari perkumpulan yang bernama Ho In Bo, apa sebabnya Kauwcu membinasakan dia?"
"Ho In Bo itu sebetulnya adalah seorang penghianat dari perkumpulan kami, sudah seharusnya mendapatkan kematian. Mengapa cianpwe menyebutkan orang itu?"
"Sungguh bagus ucapanmu itu. Kalau Ho In Bo adalah seorang penghianat dari perkumpulanmu, memang seharusnya dihukum mati, tetapi anaknya Ho In Bo ini yang kala itu belum dewasa apa dosanya terhadap perkumpulamu? Mengapa kau juga hendak membinasakannya sekarang Lohu ingin tahu. Aii, ketika anaknya Ho In Bo terkurung dilembah Kui kok, para ketua dari sembilan partai yang hendak menolong diri bocah itu telah kau binasakan delapan diantaranya. kalau kau tadi minta keadilan dari mereka. apakah kau sendiri juga tidak harus memberikan keadilan kepada mereka?"
Cian tok Jin-mo Jie Hui yang mendapat teguran demikian wajahnya merah padam, akhirnya cuma bisa menjawab secara serampangan. "Anaknya Ho In Bo telah mencuri barang pusaka perkumpulan kami, sudah tentu kami hendak minta kemhali. tidak bermaksud untuk membinasakan jiwanya. sementara mengenai urusan para ketua dari sembilan partai mereka tidak memandang mata pada perkumpulan kami maksud mereka ialah hendak membasmi perkumpulan kami, sehingga berkali-kali menyetroni tempat ini. Kalau delapan orang ketua itu binasa ditempat kami itu adalah karena kepandaian mereka yang pangpak (rendah) bagaimana bisa menyalahkan aku siorang she Jie?"
It Siu Totiang dari Hoa-san pay mendengar jawaban yang melantur itu harus maju kedepan Jie Hui dan membentak dengan suara gusar.
"Manusa tidak tahu malu! Kembalikan jiwa suhengku!!" Ia lalu menyerang dengan pedangnya sampai tiga kali.
Cian tok Jin-mo ketawa, entah dengan cara bagaimana ia bergerak. hanya terlihat pundaknya saja sedikit bergerak. ia sudah berhasil memusnahkan serangan It Siu yang hebat itu, kemudian ia membalas menyerang dengan tangan kosong
Mendadak It Siu Totiang mencium bau yang amis menusuk hidung dalam kagetnya cepat-cepat ia melesat keatas,
Tetapi baru saja ia lompat kira-kira tiga kaki, bau amis itu seperti memenuhi dadanya maka dengan tidak ampun lagi It Siu Totiang lantas rubuh ditanah.
Jie Hui ketawa girang, selagi hendak mengajukan tangannya lagi tiba-tiba seorang lompat menghadang dihadapannya sambil berkata, "pinto ingin melayani kauwcu beberapa jurus saja." kemudian kebutannya digerakan menuju jalan darah kiun kin-hiat. Imam itu adalah Leng Hie Totiang dari Kun lun pay.
Jie Hui memandang padanya dengan sorot mata dingin, kemudian berkata sambil ketawa hambar:
"Aku kira siapa, tidak tahunva cuma satu manusia yang tidak berguna. Baiklah Kauwcu nanti akan membantu kau."
Belum habis ucapan Jie Hui itu, tangannya sudah bergerak dengan kecepatan luar biasa, dengan jari kukunya yang tajam itu menyambar pinggangnya Leng Hie Totiang.
Belum sempat Leng Hie Totiang memutar tubuhnya. pinggang kirinya dirasakan sakit sehingga sempoyongan beberapa tindak kebelakang, dadanya dirasakan bergolak, muluynya lantas menyemburkan darah.
Belum turun tangan Jie Hui dengan mudah telah dapat melukai dua orang kuat. Selagi masih merasa bangga, sesosok bayangan orang telah berkelebat didepan matanya sembari keluarkan bentakannya yang keras,
"Cian tok Jin-mo serahkan jiwamu!"
Orang itu ternyata bakan lain adalah si jago muda Ho Kie sendiri. Dengan mata mendelik dan gigi bercatrukan Ho Kie mengawasi Cian tok Jin-mo dengan tidak berkedip.
Begitu pun keadaan Cian tok Jin-mo.
Kedua-duanya saling pandang dengan mata beringas. siapapun tidak berani mulai turun tangan secara sembarangan.
Setelah berhadapan beberapa menit lamanya kedua musuh besar itu lalu mulai bergebrak.
Sementara suara keras dari beradunya kekuatan kedua pihak telah terdengar nyaring, masing-masing telah terpental mundur. Cian tok Jin-mo mundur tiga tindak baru bisa berdiri tegak dadanya dirasakan sakit, hampir saja ia tidak tahan.
Sedangkan Ho Kie terpental tujuh atau delapan tindak, mulutnya mengeluarkan darah segar. Cepat-cepat ia mengeluarkan obat pemberian Thian sim Sin-nie dan dimamah dalam mulut.
Semua orang yang menonton tidak dapat melihat dengan tegas, dengan cara bagaimana mereka berdua bertempur.
Setelah Ho Kie menenangkan pikiran lantas lompat maju lagi.
Tetapi tidak demikian halya dengan Cian tok Jin-mo. Orang tua itu berpikir keras, 'Bocah ini beberapa hari tidak kulihat, mengapa kekuatan tenaga dalamnya bertambah begitu pesat?'
Serangannya Ho sie biat kut ciang ternyata tidak dapat melukai padanya. Benar-benar sangat mengherankan.
Ketika ia melihat Ho Kie maju lagi, ia tidak berani berlaku ayal.
Dengan tidak banyak bicara Ho Kie lantas melancarkan ilmu Sam Pek Tui bun yang baru didapatkan dari Cie cie Sin ong, Dengan sekaligus ia melancarkan tiga kali serangan.
Baru saja Jie hui hendak balas menyerang mendadak ia merasakan suatu kekuatan yang hebat secepat kilat telah menghantam dirinya.
Jie Hui terkejut ia hendak menyingkirkan diri, tetapi sudah terlambat, maka terpaksa sambil kertak gigi ia menyambuti serangan tersebut.
Mendadak terdengar suara amat nyaring sampai menggetarkan tempat sekitar satu tormbak dan sebetar kemudian dalam kalangan pertempuran itu telah terjadi kekacauan hebat!
Kiranya Cian-tok Jien Mo yang mendapat serangan Ho Kie dengan sekaligus melancarkan tiga jurus, telah terpental dua tumbak jauhnya dan lantas jatuh mendekam ditanah.
Didekatnya kelihatannya darah berceceran terang Kwaucu itu sudah terluka didalamnya oleh karena serangan Ho Kie tadi.
Gouw Ya Pa yang menyaksikan itu lantas lari menghampiri leher Jie Hui sehingga kepala Cian tok Jien Mo kutung seketika itu juga.
Melihat Cian tok Jien Mo binasa anak murid Hian kui kauw lantas menerjang seperti kerbau gila.
Ho Kie dan kawan-kawannya terpaksa harus melawan sehingga terjadi lagi pertempuran kalut.
Tidak sampai setengah jam kemudian orang-orang Hian kui kauw itu sebagian besar telah binasa. Siapa yang masih hidup terpaksa melarikan diri serabutan.
Selagi pertempuran sudah hendak siap, sesosok bayangan manusia telah melayang dihadapan Ho Kie yang berkata sambil ketawa,
"Bocah yang masih muda begini mengapa melakukan pembunuhan besar-besaran? Sudahlah, Berhenti saja,"
Ketika Ho Kie mendongak, baru diketahui bahwa orang itu adalah si Nelayan Empat Penjuru Lautan maka ia lantas berseru:
"Loeianpwee, kau. "
"Tidak usah. tahukah kau pelajaran kaum buddha?
Sudahlah! Hentikan pertempuran." Saat itu Cit cie Sin ong juga sudah menghampiri lalu berkata sambil tertawa:
"Aku kira siapa, kiranya adalah kau nelayan tua bangka yang belum mati ini, angin apa yang membawa kau kemari
?"
"Aku belum tanya, kau, sebaliknja kau sudah menanya aku, sebetulnya aku hendak kebukit Sin hong hendak melihat kau, Tidak nyana sudah terlambat dan kau sudah datang kelembah Kui kok ini, maka terpaksa aku menyusul kau kemari, Kau memimpin banyak orang dan merusak rumah tangga orang. Apakah kau juga tega hati?"
"Jo ! Sejak kapan kau menganut agama Buddha? Mengapa hatimu menjadi begini welas asih? Kalau kau si tua bangka ini datang yang lebih siang sedikit saja. Lembah Kui-kok ini barangkali tidak ada sejengkal tanah yang masih utuh."
Kedua orang tua itu berkelekar sambil ketawa bergelak- gelak.
Pada saat itu hari sudah mulai malam. Tiauw Goan Taysu dengan para ketua partai lain-lainnya sudah pada berlalu.
Cit cie Sin ong juga mengajak Ho Kie dan lain-lainnya balik kembali ke Sim hong.
"Celaka ! Hampir saja aku lupa !" Mendadak Ho Kie berseru. Tanpa penjelasan persoalannya, ia lantas lari menuju ke pusat Hian kui kauw.
Semua orang yang tidak mengerti terpaksa mengikuti saja dibelakangnya.
Setibanya Ho Kie ditempat pusat perkumpulan itu, kelihatannya tengah mencari apa-apa. Tidak lama kemudian ia lantas lari kebagian taman dan berhenti didepan sebuah kamar batu.
Kamar batu itu tertutup dengan pintu besi yang terkunci secara istimewa, sekitarnya tertutup rapat. hanya ada sebuah lubang kecil yang digunakan untuk memasukkan barang makanan.
Ho Kie kelihatannya sangat gelisah, merasa tidak ungkulan membuka pintu besi itu, tapi ia coba menggempur dengan tangannya, pertama kali tidak berhasil. setelah menggunakan seluruh kekuatannya, akhirnya pintu itu terbuka juga.
Dengan tidak memperdulikan didalamnya ada bahaya atau tidak, Ho Kie lantas lompat masuk kedalam.
Keadaan dalam kamar itu sangat gelap, hawa demak memasuki hidungnya. Dengan tidak menghiraukan itu semua Ho Kie terus berjalan masuk.
Tiba-tiba kakinya membentur satu tubuh orang hingga Ho Kie sangat terperanjat.
Ketika ia jongkok memeriksa, kiranya Jie Peng dalam keadaan yang sangat mengenaskan tengah meringkuk didalam kamar itu, kelihatannya sudah payah betul.
Ho Kie dengan rasa sangat terharu lalu memondong tubuh Jie Peng. dibawa keluar dan diletakkan di atas rumput.
Wajah Jie Peng sudah kotor penuh tanah matanya kelihatan pada benggul, mungkin karena ia menangis setiap hari dan malam.
Ho Kie sangat pilu menyaksikan keadaan si nona, saat itu tidak bisa berkata apa-apa hanya air matanya yang mengalir turun bercucuran. Ketika air mata Ho Kie netes diwajah Jie Peng, nona itu lantas membuka matanya tetapi setelah mengawasi Ho Kie sejenak lalu pejamkan matanya pula.
Ho Kie lalu berkata dengan suara parau; "Adik Peng, kau mendusinlah. Apa kau masih kenal aku? Aku adalah Ho Kie ?"
Dengan pejamkan matanya Jie Peng berkata dengan suara terputus-putus:
"Ho . . .Kie kau adalah, . . Ho Kie. .. bagaimana . . bisa datang kesini?"
Ho Kie yang mendengar ia bisa bicara, hatinya sangat girang, maka lantas menjawab, "Ya. aku adalah Ho Kie, adik Peng, aku datang hendak menolong kau ..."
"Kau . . Benarkah engko Ho Kie . . Mengapa . .kau . . sudah tidak membenci aku lagi?"
"Adik Peng, aku bukan saja tidak benci padamu bahkan aku suka padamu. Cinta padamu. Mendusinlah. bukalah matamu untuk melihat aku." Ho Kie menyerocos.
Jie Peng sudah kehabisan air matanya, maka ia cuma bisa menghela rapas, kemudian berkata dengan suara terputus-putus;
"Tetapi.. engko Ho Kie...kedatanganmu. . sudah terlambat . aku.. aku.. sudah tidak ada harapan lagi. Cuma..
.sebelum... aku mati aku bisa . .melihat... kau lagi, aku . .
.sudah merasa puas. "
"Adik Peng, kau mendusinlah! Kau tidak boleh mati. Aku akan menolong kau keluar dari sini, kau bisa sembuh. Adik Peng, adik Feng!"' ia menggoyang-goyang tubuh sinona. Tetapi benar seperti apa yang dikatakan oleh Jie Peng, Kedatangan Ho Kie sudah terlambat, sekalipun Ho kie menjerit sampai pecah tenggorokannya atau menangis sampai kering matanya juga percuma saja, sebab pada saat itu Jie Peng sudah putus jiwanjy.
Ho Kie memeluk jenazah Jie Peng sambil menangis menggerung-gerung seperti anak kecil.
Pada saat itu Cit cie Sin ong dan lain-lainnya juga sudah sampai disitu. Ketika mereka melihat Ho Kie memeluk jenazahnya Jie Peng sambil menangis gegerungan mereka juga pada mengucurkan air mata turut berduka atas kematian nona yang berhati mulia itu.
Setelah diberi nasihat oleh Cit-cie Sin ong, Ho Kie membuat lubang untuk mengubur jenazahnya Jie Peng, sehabis itu Ho Kie seperti orang yang kalap telah membakar pusat Hian kui kauw.
Sebentar saja pusat Hian kui kauw yang megah telah menjadi abu dimakan si jago merah.
Ho Kie diantara berkobarnya api telah perdengarkan ketawanya yang aneh, kemudian menghilang ditempat gelap.
Cit cie Sin ong cuma bisa menghela napas sambil berkata.
"Ooh asmara. Oleh karena soal asmara entah berapa banyak pemuda dan pemudi yang menjadi korbannya, Berapa banyak orang yang gagah dalam rimba persilatan karena soal asmara telah hancur lebur nama baiknya. Ho Kie dan Jie Peng juga lantaran asmara. Yang mati, tinggal mati, tetapi yang hiduap kemana perginya. Ah! Manusia. " Cit cie Sin ong sehabis menghela napas berulang-ulang lantas mengajak orang-orangnya yang masih ada pulang kebukit Sin-hong.
-T A M A T-