Jilid 04
BARU saja keluar dari jalanan dibawah tanah, Ho Kie mendadak ingat sesuatu ia lantas hentikan tindakannya dan berkata kepada kawannya ;
"Nanti dulu, masih ada seorang penting, entah dia sudah keluar atau belum, mari kita cari dulu sebenar !"
"Siapa yang kau maksudkan?"
"Dia adalah itu anak muda berbaju putih yang dulu aku pernah cerita padamu."
"Dia? Mari kita lekas cari! jawab Lim Kheng terkejut, dan gusar, kemudian dengan cepat lompat masuk kelubang kuburan.
Siapa tahu baru bergerak, dari atas penglari mendadak dengan suara tertawa dingin :
"Tak usah dicari lagi, orangnya toh sudah lama berlalu. "
Ho Kie dan Lim Kheng urungkan maksudnya, mereka mendongak keatas payon, dari atas penglari melayang turun satu orang.
Ketika melihat orang itu, mereka lantas naik darah. Ho Kie yang lebih dulu lari menghampiri dan berkata kepada kawannya :
"Lim-heng, jangan kasih dia pergi dari sini !"
Lim Kheng menghadang dimulut kuburan sembari berkata :
"Tak usah kuatir, aku tanggung bangsat tua ini tidak bisa lolos dari tanganku."
Orang itu ketawa, satu tangannya mengurut jenggot kambingnya, lain tangannya mengangkat tinggi sebuah bungkusan, kemudian berkata : "Aku si tua bangka sengaja datang untuk mengantar harta kepada kalian berdua, mengapa kalian perlakukan aku begini macam?"
Orang tua itu adalah si pencuri kenamaan dari golongan hitam, Auw-yang Khia.
Ho Kie menampak bungkusan ditangannya itu adalah barang-barang permata yang ia letakan diatas meja dikamar tulis, seketika itu lantas gusar:
"Auw yang Khia, berkali kali kau mencuri, hari ini dengan harap kau bisa lolos dari tanganku!" bentaknya.
Dengan cepat ia menghajar dirinya orang tua itu.
Auw yang Khia wajahnya berubah seketika, dengan cepat ia memutar tubuhnya, dengan cara demikian ia lolos dari ketiak Ho Kie.
"Hai, jangan keburu napsu, mari kita bicara dulu secara baik-baik, bagaimana baru bertemu lantas turun tangan, apa kau memang sengaja hendak memereteli tulangku yang sudah tua ini?"
"Kami dengan kau tidak ada permusuhan apa-apa, mengapa kau mencuri uang kami?"
"Ini benar-benar penasaran, kapan aku mencuri uang kalian ?"
"Kau masih hendak pungkir?" bentaknya Lim Kheng, lantas bergerak tangannya menyekal urat nadi si orang tua.
Auw-yang khia melenggakan dirinya kebelakang, dengan satu tangan menunjang tubuhnya ia memutar laksana gasing, kemudiaa melesat dan menyelusup di sampingnya Lim Kheng. Kemudian ulapkan tangannya sembari berkata
; "jangan menuduh orang secara sembarangan, coba kalian periksa dulu badan sendiri, kalau uang kalian kurang sepeser saja, aku Auw-yang Khia bersedia mengganti sepenuhnya!"
"Lim heng jangan dengar mulutnya, bangsat tua ini mengaco belo......." berkata Ho Kie dengan sengit. Tapi diam-diam ia meraba sakunya, benar saja lantas dapat meraba benda keras, yang ternyata adalah bungkusan uangnya sendiri!. Maka seketika itu lantas melongo.
Lim Kheng yang menyaksikan itu, juga lantas meraba sakunya, ternyata uangnya sendiri juga sudah balik sendiri.
Meski ia tahu bahwa pencuri ulung itu sedang permainkan mereka, tapi mau tidak mau merasa kagum juga atas kepandaiannya copet ulung itu.
"Meski kau sudah kembalikan uang kami yang kau curi, tapi didalam tanganmu masih terdapat barang curian, nyata tabiatmu masih belum diubah." berkata Ho Kie.
"Aku si tua bangka malang melintang dari Selatan sampai utara, badanku tidak pernah membawa uang barang sepeser, perlu apa dengan barang emas berlian ini? Aku cuma hendak menggunakan barang ini untuk membeli sebuah barang pusaka saja."
"Barang pusaka apa yang mempunyai harga begitu besar?"
"Barang itu ada dibadan kalian, berdua!"
Ho Kie lantas mengerti, maka lantas meraba kotak dibadannya.
"Owh! yang kau maksudkan adalah kalajengking pemunah racun ini?" demikian Ho Kie bertanya. "cepat!! Kalajengking emas ini merupakan benda pusaka didalam dunia, dalam 50 tahun cuma kedapatan seekor saja. Binatang ini sangat berbisa, tapi dapat memunahkan segala racun apa saja dari dunia. Buat kalian berdua, untuk sementara mungkin tidak ada gunanya, mengapa tidak kalian jual saja kepada aku situa bangka, untuk menolong jiwanya seorang yang sedang menderita luka berat?"
"Kau tokh seorang pencuri yang terkenal, mengapa tidak bisa turuti tangan sendiri untuk mengambil? Sebaliknya hendak membeli dari tangan orang lain? Dan cara bagaimana kau bisa tahu kalau barang itu ada pada kami?" tanya Lim Kheng.
"Sebelum kalian berdua masuk kedalam perkampungan ini aku si tua bangka sudah dapat tahu dari tempat sembunyiku, cuma oleh karena Lie Hui Houw si cebol Shao Cu Beng dan Sam-ciok Toato. semuanya ada merupakan manusia yang kejam dan ganas, maka aku si orang tua merasa segan berhadapan dengan mereka. Apa lagi sudah ada kalian berdua, perlu apa aku harus turun tangan sendiri untuk merampas dari tangan mereka?" jawab Auw yang Khia sambil ketawa.
"Hm ! Kau sungguh pintar, kau membiarkan lain orang yang susah payah dan kau sendiri mau menerima eunaknya saja! Kuberi tahukan padamu, kami tidak kenal barang pusaka itu?" kata Lim Kheng tegas.
"Mengapa saudara kecil mengambil keputusan begitu getas? Barang pertama dalam buntalanku ini hampir semuanya merupakan barang yang tidak ternilai harganya, sudah cukup untuk membeli benda pusaka itu."
"Barang dalam buntalan itu bukan kepunyaanmu, siapa sudi berurusan dengan seorang yang berlagak kaya dengan kekayaan orang lain?" berkata Ho Kie sambil ketawa dingin.
"Kalian berdua meski tidak kepingin barang berharga, tapi menolong jiwa manusia, berarti sudah menunaikan perikemanusiaan. Apakah kalian tega menyaksikan orang yang terluka kena racun itu binasa begitu saja?" berkata Auw-yang Khia sambil angkat pundak.
"Siapakah sahabatmu yang terluka itu? cara bagaimana dia terluka kena racun?" tanya Lim Kheng heran.
Auw-yang Khia menghela napas panjang, dalam matanya mengembang air!
Lama ia berdiam, baru bisa menjawab dengan perlahan lahan :
"Dia adalah seorang yang benar-benar paling dikasihani dalam dunia ini, tidak mempunyai kawan, tidak mempunyai keluarga. Meskipun dalam dirinya mempunyai kepandaian yang sudah tidak ada taranya, tapi tidak nyana telah kena dibokong oleh orang, sudah setahun lebih lamanya berada dalam keadaan mati tidak hiduppun tidak, sejengkal saja tidak bisa bergerak dari tempatnya. "
Ho Kie merasa tertarik, selagi hendak bertanya, tidak nyana sudah didahului oleh Lim Kheng :
"Dalam perkataanmu ini terdapat banyak pertentangan, kau katakan dia tidak mempuyai kawan dan keluarga, kalau begitu kau ini pernah apa dengan dia? Buat apa begitu repot terhadap dia?"
"Empat penjuru lautan, semua merupakan saudara. Aku si orang tua meski tidak kenal dia, tapi ketika dengan tidak sengaja aku ketemukan dia menderita kesengsaraan dalam tempat persembunyiannya, setelah kita beromong-omong, baru tahu kalau dia adalah seorang aneh didalam dunia, buat dewasa ini. " "Dia siapa?" tanya Ho Kie agak gelisah,
Auw yang Khia menghela napas, lalu menjawab dengan perlahan :
"Dia kata tidak mempunyai she dan nama, cuma mempunyai gelar katanya adalah Toan-theng Lojin, atau orang tua patah hati. "
Ho Kie terperanjat, wajahnya berubah seketika, badannya gemetar.....
Lim Kheng melirik ia sejenak, lalu berkata dengan suara perlahan ;
"Apa benar dia. ?"
Mendadak dengan secepat kilat Ho Kie melesat dan menyekal pergelangan tangan Auw yang Khia, kemudian bertanya dengan suara gemetar :
"Dia ada dimana? Lekas antar kita ketemui padanya......
"
Menampak sikapnya yang aneh itu, Auw-yang Khia lalu
bertanya dengan suara heran.
"Apa kalian berdua kenal padanya. ?"
Ho Kie pejamkan matanya, dari kelopak matanya merembes keluar air mata.
"Kau tidak usah tanya lagi!!......lekas ajak kita. ketemui
dia. !"
"Baiklah, menolong jiwa seperti juga menolong kebakaran, kita harus lekas berangkat!!"
Mereka bertiga dengan Auw-yang Khia yang selaku petunjuk jalan berlari-larian dengan cepat menunjuk ketempat sembunyinya Toan theng Lojin Ho Kie yang paling gelisah, ia mengharap bisa lekas berada disamping orang tua yang bernasib malang itu. Sebab dalam hatinya Ho Kie, eorang tua itu sudah dianggap sebagai satu-satunya orang yang pernah membesarkan dan mendidiknya, kalau tidak ada orang tua yang aneh itu, mungkin jiwanya sudah melayang di tangan Bo Pin, sitangan geledek.
Kalau tidak ada orang tua itu, ia tidak hidup sampai sekarang, yang sudah merupakan seorang gagah yang mempunyai kepandaian sangat tinggi. Maka jiwa dan semua harapannya, seolah olah dihidupkan oleh orang tua itu.
Dan kini, orang tua itu telah menderita luka parah, bagaimana ia tidak gelisah dan berduka?... Ia merasa heran, mengapa Toan theng Lojin yang mempunyai kepandaian luar biasa juga bisa terluka?
Dengan hati kusut Ho Kie sepanjang jalan menanyakan keterangan kepada Auw-yang Khia, tapi orang tua itu cuma bisa gelengkan kepalanya sembari menjawab.
"Aku sendiri juga kurang jelas, sebab ketika aku bertemu padanya, sudah dalam keadaan terluka parah, hanya dari keterangannya saja aku dapat tahu Ia dibokong oleh Siang koan Tuat, dan Hian-kui-kauw. sehingga dalam badannya terkena racun yang sangat berbisa. Dengan seorang diri dia kabur kedalam gunung, akhirnya tidak tahan dan jatuh. Selama itu, cuma mengandalkan kekuatan tenaga Lweekangnya yang sangat sempurna, dapat menutup setengah dari jalan darah dibadannya, sehingga jiwanya tidak binasa. Sekarang kedua kakinya sudah tidak bisa digerakkan, setiap hari duduk dimulut goa dengan binatang burung dan air mancur untuk menangsal perut. " "Kau tahu dia luka begitu berat mengapa tidak dibawa berobat kadalam kota yang terdekat?" berkata Ho Kie sembari mengucurkan air matanya.
"Aku juga bermaksud demikian, tapi dia tidak mau. Dia kata bahwa Kaucu Hian-kui-kauw sudah mengetahui tempat sembunyinya, barangkali tidak lama lagi akan datang padanya untuk paksa dia mengeluarkan sebuah benda. Dia suruh aku lekas mencarikan obat yang bisa memunahkan racun. Aku lalu meninggalkan dia, secara kebetulan aku dapat dengar bahwa disini ada terhadap kalajengking emas yang bisa memunahkan segala racun, maka aku lantas datang kemari."
"Sudah berapa lama kau meninggalkan dia?" tanya Ho Kie,
"Kira-kira sudah 4 atau 5 hari lamanya!"
Ho Kie nampak semakin gelisah, sebab ia tahu bahwa Toan-theng Lojin kali ini turun, maksudnya ialah hendak mencari benda yang ada menyangkut nasibnya 9 partai besar dalam rimba persilatan. Menurut keterangan Auw- yang Khia, mungkin Toan-theng Lojin sudah menemukan benda itu, tapi di ketahui oleh kaucu Hian-kui-kauw, hingga dengan rupa-rupa akal muslihat hendak paksa ia menyerahkan benda tersebut.
Selagi berlari larian dengan cepatnya, Lim Kheng mendadak berkata dengan suara perlahan :
"Tunggu dulu, didepan ada orang."
Ho Kie dan Auw-yang Khia hentikan tindakannya, ketika mereka pasang telinganya, benar saja ada dengar suara gerakannya kaki orang. Ia jadinya tidak mau ambil pusing, tapi Auw-yang Khia beranggapan lain. berkata dengan sungguh-sungguh. "Orang yang menandingi itu rupa-rupanya bukan cuma seorang saja, sebaiknya kita sembunyi dulu, setelah mereka berlalu, baru melanjutkan perjalanan kita."
Ho Kie terpaksa menurut. Baru saja berada dibelakangnya sebuah pohon besar, dijalanan sudah kelihatan 3 imam lari mendatangi.
Imam itu pada membawa pedang, dari sinar mata mereka dapat diduga bahwa imam-imam itu ada mempunyai kepandaian tinggi. Mereka sudah merupakan orang-orang yang usianya lebih dari setengah abad, satu diantaranya bahkan rambutnya sudah putih semua, diduga usianya sudah lebih dari 50 tahun, tapi gerakan badannya ringan sekali, boleh jadi merupakan orang terkuat dari mereka bertiga.
Tiga imam itu ketika tiba didepan tempat Ho Kie smbunyi, mendadak berhenti. Satu diantaranya lantas berkata dengan suara perlahan-lahan.
"Terang tadi ada suara orang bicara. mengapa dalam sekejap saja sudah tidak kelihatan?"
Seorang imam lainnya lantas berkata dengan nyaring; "Sahabat dari mana? Mengapa tidak mau unjukan diri?" Ho Kie sudah ingin unjukan diri, tapi di cegah oleh Lim
Kheng.
Karena tidak mendapat jawaban, masing-masing imam itu lantas menghunus pedangnya. Imam yang bicara lebih dulu tadi lantas berkata pula:
"Main sembunyi, pasti ada orang-orangnya Hian kui- kauw, Toa suheng, mari kita cari!" dengan cepat imam itu lantas hendak bertindak. Imam rambut putih itu lantas ulapkan tangannya dan berkata sambil ketawa dingin.
"Perlu apa kita cari?"
"Jika ia tidak lantas unjukkan diri, tidak perlu banyak basa-basi lagi!" sehabis berkata lalu ia itu.
Dengan cepat salah seorang imam menggerakan tangannya mengeluarkan serangan dahsyat kearah rimbunan pohon tersebut.
Ho Kie tahu bahwa jejak mereka sudah kepergok, maka lantas sambuti serangan si imam.
Kedua kekuatan lantas saling bentur, imam tua tadi tampak mundur sempoyongan dua tindak, wajahnya berubah seketika.
Ho Kie juga terdesak mundur dua tindak. diam-diam juga merasa terkejut.
Imam tua itu memandang wajahnya Ho Kie dari atas sampai kebawah, ia agaknya tidak menduga bahwa orang yang mampu membikin mundur dirinya tadi ternyata ada satu pemuda belia. Dalam kagetnya, ia mundur lagi dua tindak dan berkata dengan suara dingin:
"Siao sicu, kau tergesa-gesa melakukan perjalanan, sebetulnya hendak kemana?"
"Kau tidak perlu tahu urusan orang lain" jawab Ho Kie ketus.
"Toa suheng, mereka datang dari Ngo-kui khio, pasti ada hubungannya dengan soal permintaan bantuan dari Lo sutee, buat apa banyak bicara, Hajar saja habis perkara" berkata lagi imam lainnya. Ho kie mengerti bahwa imam ini tentunya adalah bantuan yang dikirim oleh Hoa san pay untuk menolong Lo Su Ie.
"Apakah kalian berasal dari Hoa-San pay?" demikian ia bertanya.
Tiga imam ini saling pandang, lalu berkata "Kami adalah Hoa san pay Sam kiam, dan kau siapa anak
muda ?"
"Bukankah kalian, hendak ke Ngo kui khio untuk menolong Lo Su Ie?, Sayang sungguh sayang sudah terlambat. Lo sutee kalian itu siang-siang sudah binasa ditangannya Li Hui Houw.."
Mendengar keterangan Ho Kie, ketiga Imam seketika itu wajahnya pada berubah.
"Apa bicaramu ini benar?" tanya imam yang berambut putih,
"Kalau kalian tidak percaya, boleh pergi lihat sendiri." "Toa suheng, kita benar telah datang terlambat." kata
salah satu imam itu dengan cemas.
"Orang ini pasti komplotan Hian kui kauw, sebaiknya kita tangkap padanya dulu!" kata seorang imam lainnya, yang lalu menghunus pedangnya dan menyerang Ho Kie.
Dengan ilmu Hoan-eng-sie-sek, Ho Kie telah berhasil singkirkan diri dari serangan pedang imam itu. Kedua imam yang lainnya, ketika menyaksikan caranya Ho Kie mengegoskan diri, mereka pada terperanjat. Buru-buru pada menghunus pedangnya untuk membantu kawannya.
Ketiga imam itu sekarang sudah mengurung dan mengerubuti Ho Kie, Gerakan pedang mereka kelihatan sangat rapi, rupanya Sam kiam (tiga pedang) dari Hoa san- pay ini benar benar sudah mempunyai latihan yang istimewa.
Tetapi Ho Kie adalah seorang yang mempunyai kepandaian luar biasa, meskipun ketiga orang imam itu lihay semuanya, tetapi masih tidak dipandang mata olehnya. Dengan kegesitannya yang luar biasa, ia menyelusup ke sana dan kemari diantara sambaran pedang lawannya, seolah-olah sengaja ia mempermainkan lawannya itu.
Pertempuran secara demikian itu sebentar saja sudah berlalu sepuluh jurus lebih. Pedang panjang para imam itu sedikitpun tidak berhasil menyentuh bajunya Ho Kie.
Lim Kheng dan Auw-yang khia juga sejak tadi belum mau unjukkan diri, telah keluar dan tempat sembunyinya. Auw-yang Khia lalu membentak dengan suaranya yang keras :
"Hai, para Imam!! Apa kalian tidak malu mengerubuti seorang Bocah?"
Imam berambut putih itu ketika melihat Auw yang Khia, wajahnya berubah seketika,
"Ahaaaa, kau si bangsat tua juga berada disini!!" katanya.
"It Tim, kau boleh datang, mengapa aku Auw-yang Khia tidak?" jawab Auw-yang Khia sambil ketawa.
"Bangsat Auw yang Khia turut campur tangan dalam urusan Ngo-kui-khio. Kalajengking emas pasti sudah hilang. Jiewie sutee, kita sekali kali jangan membiarkan mereka lolos!" berseru si imam berambut putih. "Hal ini, kalian tak usah banyak kuatir. Kalau tidak kami berikan sedikit pelajaran kepada kalian, tentunya kalian tidak tahu kami ini siapa!"
Lim Kheng ikut bicara sambil ketawa, lalu membuka kipasnya dan menyerbu kedalam kalangan pertempuran.
Ho Khie dengan seorang diri saja melawan tiga orang itu masih tidak kalah, apa lagi sekarang mendapat bantuan Lim Kheng, terang Imam-imam itu merasa kewalahan.
It Tim Tojin yang lompat keluar dan menghadapi Auw- yang-Khia, kelihatannya Auw yang-Khia yang dengan tangan kosong melawan pedangnya si imam, sudah mulai keteter.
Ho Kie yang pikrrannya selalu mengingat kepada Toan theng Lojin, tidak mau membuang tempo melayani para imam itu, maka ia lantas lompat mundur dan berkata kepada lawannya:
"Kita masih mempunyai urusan penting, tidak ada waktu untuk melayani kalian. Kalau kalian masih tidak tahu diri, jangan sesalkan aku nanti berlaku telengas."
"Hari ini kalau kalian tidak menyerahkan itu kalajengking emas, jangan harap kalian bisa pergi dari sini!" jawab seorang imam.
Ho Kie jadi mendongkol, lalu berkata sambil kertek gigi: "Baik! Tuan mudamu nanti kasih kau sedikit rasa!" Lalu
ia mengeluarkan ilmu serangannya yang paling hebat: Tay shio Kim kong khiang, menyerang iman tadi.
Imam itu merasa kaget, dengan cepat taruh pedangnya di belakang sikut, telapakan tangan kanannya dipakai untuk mendorong- Ia menggunakan 100% kekuatannya bertekad hendak menyambuti serangan Ho Kie!! Kedua lawan terpisah cuma kira-kira 3 kaki, begitu angin dari kekuatan kedua pihak beradu lalu terdengar suara benturan keras :
Si imam merasakan dadanya seperti tertindih barang berat, seketika itu badannya lantas mundur sempoyongan sampai 4 tindak dan mulutnya menyemburkan darah segar.
It Tim Tojin yang menyaksikan keadaan demikian, segera meninggalkan Auw-yang thia lompat memburu sambii melintangkan pedangnya untuk melindungi dirinya sang sutee.
"It Siu sutee, kau rasakan bagaimana?" ia bertanya dengan gugup.
It Siu Tojin gelengkan kepalanya, menjawab:
"Bocah itu ada mempunyai tenaga gaib. Tadi, ketika aku menyambuti dengan kekerasan, serangannya seperti menembus kedalam dadaku. Sekarang dadaku rasanya seperti tergoncang hebat."
It Tim Tojin yang berambut putih itu, hampir berdiri semua rambutnya, badannya bergemetaran. Dengan mata mendelik ia mengawasi Ho Kie.
"Bocah, perbuatanmu agak sedikit telengas!" katanya dengan suara dingin.
Imam ini merupakan salah seorang imam terkuat dari golongan Hoa-san-pay. Baik ilmu pedangnya, maupun kekuatan Iweekangnya, semua sudah mencapai kepuncaknya kesempurnaan. Kekuatan tenaga dalamnya, diantara murid-murid Hoa san-pay, ia hanya berada dibawah ketua dan Hoa-san-pay Tian Hian Totiang. Kali ini, menghadapi Ho Kie, merasa tidak mudah merebut kemenangan, maka ia tidak berani memandang ringan lagi.
Ho Kie juga tidak berani berlaku sembrono lagi. ia lalu mengeluarkan ilmunya Ho-kut-hian-kang, sambil memutar kakinya, sebentar saja sudah berada dibelakangnya It Tim Tojin. It Tim Tojin yang mengirim serangannya, telah kehilangan sasarannya dari dibelakangnya dengan mendadak ada satu tangan yang menotok jalan darahnya Yu-hong bu-hiat.
Bukan main kagetnya It Tim Tojin, cepat-cepat ia membungkukkan badannya, kaki kanannya melangkah maju, pedangnya lalu membalik membacok lawannya.
Diserang secara demikian, mau tidak mau Ho Kie lantas urungkan serangannya. Dengan cepat It Tim Tojin sudah membalikkan badannya untuk menghadapi Ho Kie.
Tetapi, ketika ia memutar tubuhnya, Ho Kie ternyata sudah menghilang lagi dari depan matanya.
It Tim Tojin dibikin terkejut lagi, tengah ia merasa terheran-heran, kembali jalan darah Hong ga hiat-nya sudah diserang lawan.
Ilmu Ho kut hian kang ini hanya terdapat didalam kitab pelajaran ilmu silat Hian kui pit kip, jilid ketiga, maka Lim Kheng sendiripun yang menyaksikannya tidak mengenalnya.
Beberapa jurus telah berlalu, It Tim Tojin sudah mulai kewalahan benar-benar. Pedangnya teruskan menyapu kebelakang, tetapi selalu saja mengenakan tempat kosong. Selagi dalam keadaan bingung itu, mendadak terdengar suara tertahan, kemudian disusul oleh meluncurnya sesosok bayangan yang menyambar padanya........ Dengan tidak banyak pikir lagi, It Tim Tojin lantas mengayun tangannya, sehingga bayangan orang lantas terlempar jatuh ditanah, kemudian disusul oleh suara ketawanya Lim Kheng cekikikan.
"Iman tua!! Ini adalah kau sendiri yang turunkan tangan kejam. Kau tidak boleh sesalkan aku. " kata Lim Kheng.
Ketika pertama kali Ho Kie menggunakan kepandaian menghadapi Lim Kheng, dua kali ia telah menggunakan ilmunya Hian-kui-cap sha-sek-na-cjhiu, tetapi tidak berhasil, maka dalam hatinya lantas menganggap bahwa apa yang dipelajarinya itu tidak begitu hebat seperti apa yang dikiranya semula. Siapa kira, kali ini menggunakan ilmu Hu-kui-thian-kangnya kelihatannya ada begitu hebat, sampai lawannya kerepotan. Karena ilmu ini se-olah-olah kutu yang melekat ditulang, sekalipun memutar kemana saja, tidak bisa terlepas.
It Tim Tojin terperanjat, ketika ia mengawasi orang yang terpental jatuh tadi ternyata adalah suteenya sendiri, It Beng Tojin.
Pada saat itu, It Beng Tojin menutup matanya, napasnya lemah, ia telah dihajar pingsan oleh tangan suhengnya sendiri.
It Tim Tojin dalam pikiran kalut, pundak kirinya telah kena terhajar oleh Ho Kie, Ia mundur sempoyongan sampai lima tindak. separuh badannya dirasakan mati kaku, sehingga pedangnya terlepas dari tangannya.
It Tim Tojin yang mempunyai nama juga didalam kalangan Kang-ouw, hari itu dalam tempo sekejap saja sudah terjungkal ditangannya dua anak muda, membuat nama baiknya Hoa-san-Sam-kiam seketika itu, menjadi guram, Ia sangat berduka, beberapa kali ia menghela napas menantikan kematiannya.
Ho Kie yang sudah merasa gemas terhadap imam tua itu, sudah mengangkat tangan kanannya hendak menepok batok kepala It Tim Tojin.
Mendadak terdengar suara orang berseru ; "Ho Siaohiap jangan!"
Ho Kie tercengang, ia menarik kembali tangannya. Pada saat itu, Auw-yang Khia tampak sudah menghadang didepannya.
"Hoa-san-pay merupakan partay dari golongan orang baik-baik dalam rimba persilatan. Dengan mereka kita tidak mempunyai permusuhan apa-apa. Oleh karena kejadian ini disebabkan kesalahan paham, sebaiknya Ho Siaohiap ampuni jiwa mereka." demikian kata Auw-yang Thia.
"Baiklah! Dengan memandang muka auw yang Losu, hari ini aku ampuni jiwa kalian. Hayo lekas pergi!!"
It Tim Tojin merasa sangat malu, Karena kedua suteenya sudah terluka parah, maka dengan menahan malu ia memondong kedua Suteenya. Sebelum berlalu ia masih berkata dengan penasaran :
"Pinto hari ini mengaku kalah. Tetapi untuk selanjutnya Hoa-san-pay akan bermusuhan dengan kalian. Apakah kalian berani meninggalkan nama?"
Ho Kie tertawa dingin.
"Aku she Ho nama Kie, kalau kau merasa tidak puas dikemudian hari kau boleh cari aku saja."
"Lambat, atau cepat, Hoa-san pay pasti akan membuat perhitungan dengan kalian!" berkata It Tim Tojin pula, yang lantas berlalu meninggalkan musuh-musuhnya. Setelah imam itu berlalu, Ho Kie mengajak Auw-yang Khia melanjutkan perjalanannya.
Hari itu, mereka tiba disebuah kota kecil. Karena cuaca sudah mulai gelap, hati Ho Kie amat cemas, maka dia lalu bertanya kepada Auw yang Khia :
"Apa kau ingat benar dan tidak salah jalan?"
"Nama tempat itu, meskipun aku tak mengetahuinya, tetapi jalanan ke tempat itu harus melalui jalanan puncak gunung Tay pek san sebelah selatan, Ini tidak bisa salah lagi" jawab Auw-yang Khia,
"Tay pek san masih berapa jauh dari sini?"
"Kalau kita dapat jalan cepat, tiga hari saja. rasanya sudah sampai."
"Kalau begitu, kita terburu buru juga tidak ada gunanya. Lebih baik malam ini kita bermalam disini, besok baru melanjutkan perjalanan kita."
Mereka lalu mencari rumah penginapan. Apa mau dalam kota itu hanya ada satu rumah penginapan dan tempatnyapun hanya ada dua buah kamar kosong.
Auw yang Khia lantas berkata secara bergurau :
"Untuk satu malam saja, biarlah kita tidur berdekatan.
Dua kamar juga rasanya sudah cukup,"
"Aku mau sendirian, kalian boleh berdua dalam satu kamar." Lim Kheng nyeletuk.
Ho Kie lantas berkata sambil tertawa "Lim-heng, mengapa kau tidak mau tinggal sama-sama satu kamar dengan aku saja, supaya kita bisa mengobrol untuk melewatkan sang malam." Mendadak Lim Kheng merasa jengah dan kelihatan dimukanya, agaknya merasa tidak senang. Tetapi kemudian ia dapat menindas perasaannya sendiri dan menjawab sambil ketawa :
"jangan salah mengerti, aku mempunyai semacam penyakit. Aku harus tidur sendiri, baru bisa pulas"
"Tadi aku katakan juga untuk melewatkan waktu. Justru kalau tidak bisa tidur, Kita bisa mengobrol satu malaman."
"Siapa mau mengobrol dengan kau. Tadi malam aku sudah tidak tidur dan besok masih melanjutkan perjalanan."
"Orang seperti kita sudah cukup dengan duduk semedi sebentar saja, Dua tiga hari tidak tidur juga tidak menjadi soal."
Lim Kheng kewalahan sampai tidak bisa menjawab lagi, sehingga akhirnya ia terima tinggal satu kamar dengan Ho Kie.
"Kau tidurlah sendiri, aku menyender dikursi saja sudsh cukup." kata Lim Kheng telah berada dalam kamar.
Ho Kie melihat sikap Lim Kheng yang kemalu maluan, dugaannya semakin kuat bahwa kawannya ini adalah seorang wanita yang menyaru sebagai pria, tetapi masih berlagak pilon.
"Ini mana boleh," katanya. "Kau dengan aku sudah seperti saudara saja. Kalau kau suruh aku tidur sendiri ditempat tidur, aku juga tidak akan dapat tidur pulas. Sebaiknya kita sama-sama saja!"
"Aku tiba-tiba telah mengingat satu pelajaran ilmu Iweekang. Diwaktu sunyi nanti aku akan mencoba melatih dan kau jangan mengganggu aku." "Kalau begitu terpaksa aku menurut. Sebaiknya setelah Lim heng menyelesaikan pelajaranmu, boleh naik saja dipembaringan."
Lim Kheng menyahut dengan sembarangan, lantas duduk dikursi. Apakah betul Lim Kheng melatih ilmunnya? Tidak. Ia hanya pejamkan mata, tetapi hatinya dak dik duk tidak keruan.
Setelah Ho Kie meaggeros, diam-diam ia membuka matanya melongok kepembaringan. Ketika menyaksikan kecakapan Ho Kie dalam hati diam-diam berpikir: Pemudia ini, baik wajahnya maupun kelakuannya sungguh tidak tercela. Apalagi dia juga murid Toan-theng lodin. Dipandang dari kelakuannya atau kepandaiannya, cukup pantas untuk menjadi jodohku, tapi....
Tapi apa? Ia sendiri tidak mampu meneruskan kata- katanya. Ia cuma merasa kalut pikirannya hampir tidak mamu mengendalikan.
ooo0dw0ooo
TIBA - TIBA DARI MULUT Ho Kie mencetuskan perkataan :
"Lim Kheng, kau lagi ngapain?"
Lim Kheng terperanjat, kembali pejamkan matanya. Ia kira Ho Kie telah mengetahui perbuatannya. Tapi kemudian terdengar suaranya pula ;
".....Suhu.....suhu....kau sungguh tidak beruntung....ai. "
Lim Kheng baru merasa lega, kiranya anak muda itu sedang mengigo.
Ia membuka matanya pula, ketika melihat wajah Ho Kie yang nampaknya berduka, dalam hati lalu berpikir: anak ini sungguh mengenal budi, dengan Toan-theng Lojin ia tidak mempunyai hubungan guru dengan murid, tapi mendengar orang tua itu dalam bahaya, hatinya lantas gelisah begitu rupa.
Selagi melamun, Lim Kheng dengar suara Ho Kie pula : "Lim-heng. Lim-heng!"
Lim Kheng terkejut, tapi Ho Kie tidak melanjutkan perkataannya.
Hatinya Lim Kheng berdebaran, pikirnya, dia dengan aku belum erat perhubungannya mengapa dalam mimpinya dia menyebut nyebut namaku?
tiba-tiba ia dengar suara Ho Kie pula :
"Lim heng, ah, aku lihat kau agak mengherankan. "
Lim Kheng betul-betul terkejut, hampir lompat dari kursinya, wajahnya berubah seketika. Pikirnya : apakah dia sudah tahu rahasiaku?
Sebentar kemudian kembali ia dengar suara Ho Kie : "Adik...." dan sebentar pula memanggil "Enci. "
Lim Kheng mulai bingung. Entah siapa yang dimaksud dengan adik dan enci itu. Apakah ia sudah mempunyai kenalan seorang wanita?
"Mengingat sampai disitu, agaknya ia merasa terharu, maka dengan tidak dirasa, dengan gemas ia lantas berseru :
"Hmmmm. "
"Lim Heng kau, kenapa?"
Lim Kheng membuka matanya, melihat Ho Kie sedang mengawasi padanya dengan mata terbuka lebar. Lim Kheng gugup, buru-buru ia memejamkan matanya lagi. "Lim Kheng, aku tadi dengar kau seperti sedang gusar kepada seseorang, Siapa dia?? " Tanya Ho Kie sambil ketawa.
Wajah Lim Kheng mendadak berubah merah, sambil tundukkan kepalanya ia bicara dengan suara perlahan,
"Perlu apa kau mau ketahui rahasia orang?"
"Aku bukannya mau tahu rahasia orang, aku tanya karena kau aku dikejutkan dari mimpiku. Tadinya aku mengira tengah melatih ilmumu, sehingga keluarkan rintihan"
Perkataan HO kie itu membuat Lim Kheng berdebaran. "Bohong!" katanya sambil ia kerlingkan matanya yang
bagus.
Ho kie jadi ketawa bergelak.
Suara ketawa itu telah mengejutkan Auw yang khia yang berada dilain kamar. Orang itu kucek-kucek matanya, sambil geleng-gelengkan kepalanya ia berkata seorang dari : "Dasar anak muda, lagi senang, tidak perduli tengah malam buta juga bisa ketawa begitu keras. "
Gunung Tay pek san yang mempunyai banyak puncak yang tinggi-tinggi, kelihatan berdiri megah diantara gumpalan awan.
Dibawah kaki gunung itu ada berjalan tiga orang yang sedang mendaki melalui jalanan yang berliku liku. Mereka itu adalah si pencuri sakti Auw yang Khia, si baju putih Lim Kheng dan Ho Kie yang hatinya sangat berduka.
Ketika tiba ditengah tengah gunung, Auw-yang Khia menghentikan tindakan kakinya, kelihatan berdiri sejenak memeriksa keadaan, lalu berkata kepada kedua kawannya : "Jalanan yang kita lalui sedikitpun tidak salah. Aku masih ingat dengan jelas, ketika aku turun gunung, aku pernah melalui itu tebing tinggi. Cari sini keatas kira kira berjalan lagi setengah hari, kita bisa sampai kegoa tempat Toan theng Lojin menyembunyikan dirinya."
Ho Kie hanya menganggukkan kepalanya, matanya memandang keadaan disekitarnya lalu berkata dengan suara sedih:
"Tempat ini keadaaanya begitu menyedihkan, rupanya jarang didatangi manusia. Entah bagaimana dia seorang tua bisa datang kemari?"
"Sebetulnya gunung Tay-pek-San ini, ke selatan bisa menembus ke Hut-peng, ke Utara dengan melalui Kok-koan bisa sampai dikota Cao toan. Kadang- ada juga tukang kayu yang sampai keatas gunung, tidak sesunyi seperti apa yang kau duga. Hanya saja, goa yang didiami Toan-theng Lojin, keadaannya agak terpencil sendiri" berkata Auw-yang Khia sambil tertawa.
"Mudah-mudahan orang tua itu tidak mendapat halangan apa-apa." berkata Ho Kie sambil ketawa getir.
"Kau jangan memikiri yang bukan-bukan. Dia si orang tua, meskipun terkena racun, tetapi kekuatannya belum tentu musnah. Kalau tidak, bagaimana dia bisa lolos didalam gunung ini sampai setahun lebih?" berkata Lim Kheng.
Ho Kie diam-diam anggukkan kepala, Ia mengikuti Auw-yang Khia terus mendaki gunung.
Kelihatannya orang tua itu jarang mengunjungi gunung ini, maka berjalan belum lama sudah berhenti untuk mengenali atau, mengingat-ingat jalanannya. Dengan demikian maka perjalanan mereka itu sangat lambat, Sepanjang jalan itu Ho Kie yang kelihatannya paling gelisah. Ia tidak berani membayangkan bagaimana keadaan orang tua Toan-theng Lojin itu yang pada dua tahun berselang pernah memberikan pelajaran ilmu silat padanya. Apa ia masih mengenakan pakaian Hitam putih yang aneh itu? Apakah ia masih tetap suka menghela napas? Apakah sorot matanya yang hijau masih tetap berpengaruh seperti dulu?. Bermacam-macam pertanyaan itu telah mengaduk
didalam otaknya.
Pada saat itu, ia benar-benar sudah ingin lekas-lekas menemui orang tua yang pernah melempar budi padanya itu. Meskipun ia membawa benda Kalajengking emas untuk memunahkan racun, tetapi apakah benda itu dapat menyembuhkan lukanya juga masih merupakan pertanyaan,
Makin dekat pada tujuannya, pikirannya dirasakan makin gelisah. Setelah melalui baberapa puncak gunung, matahari keiihatan sudah mendoyong ke barat.
Mendadak Auw-yang Khia menghentikan tindakan kakinya, matanya mengawasi suatu tempat yang letaknya kira-kira sepuluh tumbak lebih jauhnya, Sikapnya tiba2 berubah, mulutnya mendumel sendiri. "Eh, Kenapa salah?" Ho Kie terperanjat lalu bertanya dengan cemas :
"Salah bagaimana?"
"Aku masih ingat betul, ketika aku berlalu, tatkala aku berjalan sampai ditempat ini, aku pernah menoleh mengawasi padanya. Dari sini menengok keatas, masih bisa melihat setengah badannya......Tetapi, kenapa......goa itu sekarang kelihatannya seperti kosong?"
Ho Kie berdebaran hatinya, dengan tidak dirasa ia telah menyambar lengannya Auw-yang Khia seraya bertanya : "Bagaimana, dimana?? Dimana adanya goa?"
"Disana, Dibawah batu batu gunung." jawab Auw yang Khia sambil menunjuk kesebuah batu gunung menonjol yang letaknya beberapa puluh tumbak jauhnya.
Ho Kie memasang matanya. benar saja, dibawah itu batu gunung terdapat sebuah mulut goa, tetapi kelihatan kosong, tidak kelihatan bayangan manusia.
Dalam cemasnya, ia lalu mendorong diri Auw yang Khia sampai orang tua itu hampir jatuh tergelincir.
Lim Kheng lalu berseru kaget : "Saudara Ho. "
Ho Kie sudah melesat terbang laksana burung, sebentar saja kelihatan orangnya sudah berada dimulut goa yang ditunjuk Auw yang Khia.
Dimulut goa itu benar kosong, tidak kelihatan bayangan Toan theng Lojin.
Auw yang Khia pernah mengatakan bahwa orang tua itu badannya sudah kena racun.
Sudah setahun lebih tidak bisa bergerak, tetapi kenapa sekarang bisa mendadak menghilang? Pertanyaan itu selalu mengaduk didalam otak Ho Kie.
Ketika ia memeriksa lebih jauh keadaan dalam goa itu, Ho Kie terperanjat, karena di situ terdapat banyak tanda darah.
Bagaimana nasibnya orang tua itu? Ini masih merupakan suatu pertanyaan besar. Tetapi hatinya Ho Kie sudah hancur luluh. Ia buru-buru masuk kedalam goa sembari berseru:
"Lociaapwe!! Locianpwe !" Tetapi hanya suaranya saja yang berkumandang sebagai jawabannya.
Hatinya penuh dengan rasa kuatir, ia berdiri bengong dengan tubuh menggigil.
Pada saat itu Lim Kheng dan Auw yang Khia juga sudah tiba dimulut goa.
Lim Kheng melihat Ho Hie sudah masuk kedalam goa, lantas berseru :
"Saudara Ho hati-hati kalau didalam ada orang bersembunyi."
"Tidak apa. Goa ini tidak terlalu dalam," kata Auw-yang Khia,
Selagi mereka berbicara, Ho Kie tampak keluar dari dalam dengan tindakan lesu sambil kertak gigi.
"Bagaimana? Apa dia seorang tua ada di dalam?" Lim Kheng bertanya.
Ho-Kie tidak menjawab, seperti yang hilang ingatannya setindak demi setindak keluar dari dalam goa.
Lim Kheng terperanjat, buru-buru menyambar tangannya dan bertanya dengan suara keras :
"Bagaimana, apa dia tidak ada didalam goa?"
Ho Kie geleng-geleng kepala, kemudian menjawab dengan suara perlahan :
"Didalam goa tidak ada orang. Dia....... dia, siorang tua pasti sudah diketahui oleh orang-orang Hian kui kauw, dan dibikin- celaka oleh mereka... "
"Kau jangan berkata sembarangan. Kau tidak melihat sendiri, bagaimana kau sudah tahu kalau dia mendapat kecelakaan?" kata Lim Kheng. "Kau lihat!! Darah ini adalah darahnya yang mengalir dari badannya.... " berkata Ho Kie sambil menunjuk darah yang bercecer ditanah.
"Ho Siaohiap jangan menduga sembarangan, tanda darah ini adalah bekas dia si orang tua, ketika membunuh burung-burung untuk santapannya ..." berkata Auw yang Khia,.
Siapa nyana, belum lagi habis ucapannya, Ho Kie mendadak mendelikkan matanya dan lantas tangannya menyambar pergelangan tangan Auw-yang Khia dan berkata dengan suara bengis :
"Mengapa kau tinggalkan, padanya seorang diri didalam goa ini? Mengapa kau tidak membawa dia berlalu dari sini,. Ini adalah kau yang telah mencelakakan dirinya.
Kau yang membunuh dia. ?"
Setelah berkata demikian, Ho Kie lantas mengayun tangan kanannya hendak menghajar kepala Auw yang Khia.
Sekalipun Auw yang Khia mempunyai seratus mulut, pada saat itu tentu tidak bisa membantah. Karena pergelangan tangannya sudah tercekal, ia sudah tidak berdaya lagi, maka terpaksa ia hanya dapat menghela napas untuk menantikan kematiannya .....
Justru saat itu Lim Kheng maju menghalangi : "Saudara Ho, kau hendak berbuat apa?" ia bertanya.
"Aku hendak membunuh dia untuk mengganti jiwa Toan theng Lojin." jawab Ho Kie beringas.
Lim Kheng yang mendengar itu, merasa jengkel dan geli sendiri. "Sungguh kecewa" katanya, Kau membunuh dia, menganggap dirimu sebagai seorang gagah. Saudara Ho- kau harus ingat, ketika Toan-theng Lojin mendapat kecelakaan, Auw-yang Losu dengan menempuh segala bahaya telah mencari obat pemunah racunnya, Secara kebetulan telah memberikan kabar padamu yang kemudian membawa kau kemari untuk memberikan pertolongan. Kesemuanya ini, apakah ada yang dibuat salah oleh Auw yang Losu?"
"Meskipun dia tidak membunuh Toan-theng Lojin, tetapi mengapa dia membiarkan orang yang sudah terkena racun itu berdiam sendiri dan didalam goa sesunyi ini sampai dia telah diketemukan oleh musuh-musuhnya ?"
"Sebelum diketemukan oleh Auw-yang Losu, bukanlah Toan-theng Lojin berdiam sendiri disini sudah setahun lebih lamanya? Jikalau pada saat itu ada kejadian apa-apa, kau harus menyalahkan kepada siapa?"
Ho Kie yang mendapat pertanyaan demikian, seketika itu lantas bungkam. Lama ia berdiam, dalam keadaan itu kemudian ia melepaskan tangannya Auw-yang Khia. Sambil memesut air matanya ia berkata :
"Kalau begitu, adalah aku yang telah mencelakakan dirinya si oraag tua. Mengapa aku tidak bisa datang lebih cepat. ?"
"Diantara kata siapapun tidak ada yang salah. Kalau dia binasa, cuma kaucu Hian-kui kauw yang dapat membinasakan dirinya." berkata Lim Kheng.
Ho Kie lompat dan berkata dengan suara beringas. "Benar! Kita harus segera ke Kui-kok mencari padanya!"
sehabis berkata lalu kabur turun gunung, sekejap saja ia
sudah berada 10 tumbak lebih jauhnya. Lim Kheng segera keluarkan ilmunya lari pesat dengan cepat sudah dapat menyusul.
"Kau hendak kemana ?" tegurnya.
"Aku mau pergi ke Kui-kok untuk menolong Toan-theng Lojin."
Lim Kheng merasa geli, sambil menghela napas ia berkata :
"Siaoyaku, Kui-kok terpisah dari sini tokh bukan cuma beberapa puluh kaki saja. perlu apa kau demikian tergesa- gesa? Marilah kita pikirkan dulu daya upaya dengan tenang dan yang paling sempurna."
Ho Kie yang sudah kalut pikirannya, tat-kala mendengar Lim Kheng lantas melongo.
"Apa yang harus kita pikirkan lagi? Paling betul kita segera pergi ke Kui-kok supaya bisa lekas-lekas menolong jiwanya siorang tua ,. "
Lim Kheng agak jengkel, ia berkata sambil ketrukkan kakinya :
"Aih! Kau ini bagaimana sih. ?" ia hentikan ucapannya,
matanya celingukan. "Eh, kemana dia?"
"Siapa? Kau maksudkan siapa yang pergi?" tanya Ho Kie heran.
"Celaka, bagaimana dalam waktu sekejapan saja, Auw- yang Khia losu sudah menghilang?"
Mendengar jawaban itu Ho Kie terperanjat, ia menengok kearah belakang, benar saja Auw-yang Khia sudah tidak kelihatan bayangannya!
Kepandaian Ho Khie dan Lim Kheng semuanya didapatkan dari kitab ilmu silat Hian-kui-pit-kip boleh dikatakan sudah termasuk jago kelas satu didunia Kang- ouw, tetapi bagaimana sampai menyingkirkannya Auw- yang Khia saja tidak diketahuinya? Ini benar-benar aneh.
Mendadak wajah Ho Khie berubah. Dengan, cepat ia mencari ditempat-tempat sekitarnya, tetapi hasilnya nihil semua, maka ia lantas berkata dengan suara gusar:
"Jangan-jangan si bangsat tua memancing kita kemari dan mempunyai lain maksud,"
setelah berpikir sejenak. Lim Kheng lantas menjawab sambil gelengkan kepala :
"Rasanya tak mungkin. Kalau dilihat dari sikapnya, tidak bisa jadi dia hendak menipu kita."
"Kalau begitu, mengapa dia berlalu secara diam-diam?"
Mendadak Lim Kheng seperti ingat sesuatu
"Celaka" serunya. "Coba kau lihat, itu kalajengking emas apa masih ada?"
Ho Kie merogoh sakunya, seketika itu lantas pucat wajahnya.
"Bagaimana? masih ada atau tidak?" tanya Lim Kheng pula,
Dari dalam sakunya Ho Kie mengeluarkan sebuah benda, tetapi benda itu bukannya kotak emas yang berisikan kalajengking emas, melainkan sepotong papan hitam yang kira-kira tiga Khun besarnya.
Lim Kheng lalu memeriksa papan itu, ternyata hanya sepotong papan biasa warna hitam diatasnya ada terlukis tiga tangan orang yang disusun menjadi bentuk tiga segi. Selain dari itu kelihatan juga empat huruf kecil yang berbunyi "Biauw Khiu Kong Kong." "Tidak nyana, benar dia telah mengambilnya." kata Lim Kheng sambil menghela napas.
"Bangsat tua itu memang bukan orang baik-baik tentunya dia inginkan benda pusaka itu, maka lantas mengarang cerita bohong demi menipu kita datang kemari, lalu mencari kesempatan untuk turun tangan. Mari lekas kita kejar." kata Ho Kie dengan gusar,
Lim Kheng berpikir sejenak, baru menjawab:
"Meskipun benda pusaka itu betul dia yang mencurinya, tetapi kelihatan apa yang dikatakan olehnya belum tentu dusta."
"Apa kau masih tetap percaya akan obrolannya?" "Menurut pikiranku, dia bisa menyebutkan namanya
Toan-theng Lojin serta dapat melukiskan wajahnya si orang
tua, sudah tentu bukan bohong. Dia rupanya merasa tidak enak dirinya dipersalahkan dan kau suruh dia mengganti jiwa Toan-theng Lojin, maka dalam keadaan gusarnya dia lantas kabur sambil membawa lari benda pusaka itu."
"Kalau dugaanku tidak keliru dia tentu pergi ke Kui- kok."
"Apa iya?" Ho Kie kaget, "Kalau begitu mari kita kejar !"
"Betapapun cepatnya dia lari, aku yakin dia tidak nanti bisa lebih cepat dari kita. Tapi lebih lebih dulu aku perlu nasehat padamu, setelah kita berhasil menyandak dia sekali kali kau jangan timbulkan urusan lagi. Sebaiknya kita berunding secara tenang untuk pergi ke Kui kok."
"Sekarang kita jangan bicarakan soal itu dulu. Paling penting kita kejar dia dulu." kata Ho Kie sambil angguk- anggukkan kepala, Kemudian lalu mengajak kawannya itu lari kebawah gunung. Dalam hal ilmu lari pesat, kedua pemuda itu sama-sama mahir, maka dalam waktu sekejap saja, mereka sudah mencapai perjalanan dua puluh lie lebih.
Lim Kheng bermata tajam. Didalam sebuah rimba pohon cemara yang jauhnya kira-kira sepuluh tumbak lebih, agaknya dapat melihat berkelebatnya sesosok bayangan manusia maka ia lalu memberitahukan kepada Ho Kie apa yang telah dilihatnya.
Ho Kie lalu lari menuju ketempat yang ditunjukkan Lim Kheng,
Benar saja. bayangan orang itu sudah lari menyeberangi sebuah sungai kecil. Ho Kie dan Lim Kheng dengan cepat mengejarnya, sebentar kemudian mereka sudah berada didepan rimba.
Lim Kheng yang pertama bergerak, ia lompat melesat menyeberangi sungai kecil itu.
Selagi masih berada ditengah udara, matanya sudah. dapat melihat bahwa orang itu sedang lari memutari sebuah bukit secara tergesa-gesa, maka ketika ia turun diseberang sana, lalu berkata kepada Ho kie,
"Kau jangan ribut. Kau boleh mengintai dibelakang dan aku akan mencegat dari depan."
Ho Kie anggukkan kepala, maka ia lantas mengejar dengan cepat.
Maksudnya Lim kheng menyuruh Ho Kie yang mengejar dan ia sendiri yang akan mencegat didepannya, itu hanyalah untuk mencegah supaya Ho kie jangan turun tangan melukai Auw Yang khia yang kelihatannya masih sangat mendongkol terhadap orang tua itu. Siapa sangka, karena dalam diri Ho kie sudah mendapat warisan ilmu Toan-theng lojin, maka dalam hal ilmu lari pesat dan kekuatan tenaga Iweekang sebetulnya ia masih berada diatas Lim kheng.
Maka tatkala kedua orAng itu berpencaran, dengan cepat sekali Ho Kie sudah tiba dibelakangnya batu gunung.
Ia sudah benci sekali terhadap Auw-yang Khia yang sudah mencuri kalajengking emasnya, maka kali ini ia sudah bertekad tidak akan melepaskan padanya begitu saja.
Begitu melesat, setelah melalui sebuah batu gunung, dengan tidak melihat lagi siapa orangnya, ia lantas angkat tangannya menyerang belakang orang itu.
Sesudah turun tangan, ia baru membentak dengna suara keras:
"Bangsat tua, kau mau lari kemana?"
Meskipun ia hanya menggunakan tiga bagian dari kekuatannya, tetapi sambaran angin serangannya cukup hebat.
Orang itu karena sedang lari dan tidak berjaga-jaga, maka serangan Ho kie telah mengenai sasarannya dengan telak. Setelah mengeluarkan seruan kaget, orang itu telah dibikin terpental dan setelah jungkir-balik ditengah udara lantas jatuh ngusrak setumbah lebih jauh.........
Ho Kie segera nunyusul, tetapi apa yang dilihatnya telah membuat kesima.
Kiranya tidak jauh dari tempat itu yang tadinya kealingan oleh batu gunung, ternyata tebing jurang yang sangat dalam, dan orang yang jatuh tadi hampir menggelinding kebawah jurang. Ho Kie merasa menyesal atas perbuatannya, tetapi pada saat itu, karena terpisah agak jauh ia tidak berdaya menolong diri orang tersebut.
Mendadak kelihatan berkelebatnya bayangan putih bayangan itu ternyata adalah bayangan Lim kheng yang tibanya pada saat yang tepat.
Karena ia mengambil jalan memutar, maka Ho Kie sudah muncul duluan. Ketika menyaksikan orang itu dibikin terpental, ia lantas menyambar dengan tangannya. tetapi badan orang itu ternyata sangat berat, sehingga hampir saja ia sendiri ikut menggelinding kedalam jurang.
APA MAU,selagi ia hendak menegur Ho kie, orang itu mendadak membentuk keras dan menyerang perut Lim Kheng sembari berseru:
"Anak kurang ajar. Kau berani membokong orang tuamu?"
Karena kejadian itu secara mendadak, Lim kheng juga tidak menyangka orang itu berani menyerang padanya, maka dengan cepat ia melepaskan tangannya dan melompat mundur.
Tetapi baru saja ia melewatkan serangan pertama, serangan kedua sudah menyusul.
Lim Kheng berkelit ke samping ketika ia menegasi, baru tahu kalau itu bukan nya Auw yang Khia, melainkan seorang laki-laki bermuka hitam dan berbadan tegap.
Dalam kagetnya, ia lantas menyabut kipasnya seraya berkata:
"Tahan! kau siapa?" Laki-laki hitam itu mendelikkan matanya, lantas keluarkan senjatanya berupa pecut baja yang sangat berat. Ia memaki-maki Lim Kheng sambil menuding-nuding:
"Bocah busuk! kau sudah memukul orang, sekarang masih berani menggunakan senjata? Sekarang orang tuamu ingin mencoba-coba kepandaianmu beberapa puluh jurus saja."
Pada saat itu, Ho kie juga sudah dapat melihat tegas orang itu dan sudah mengetahui kalau ia sudah kesalahan tangan, maka buru-buru ia menghadang didepannya orang itu sambil berseru:
"Saudara. Perkenalkan dulu kau siapa?"
Bukan main gusarnya laki-laki hitam itu, ia membentak dengan sengit:
"Kurang ajar! Siapa adanya orang tua mu juga tidak kau kenali, dan toh kau berani lancang turun tangan."
"Justru, kesalahan lihat, maka dengan tidak sengaja aku telah melukai kau" kata Ho kie sambil ketawa.
"Kentut! kesalahan lihat orang, apa kau sudah cukup dengan begitu saja?"
Lim Kheng yang menyaksikan orang itu sangat kasar, dalam hatinya juga merasa sangat mendeluh, maka lantas turut nyeletuk:
"Dia kesalahan tangan memukul kau, memang tidak seharusntya, tetapi aku turun tangan menolong kau menarik dirimu dari pinggir jurang, mengapa kau lantas memukul aku?"
Laki-laki itu delikkan matanya. "Aku perduli apa itu semuanya? Kalian adalah merupakan satu kelompotan, satu pun tidak kuberi keampunan!" katanya dengan tembereng.
"Manusia yang tidak tahu adat! Beritahu kan namamu supaya aku bisa memberikan hajaran kepadamu!" kata Lim Kheng gusar.
"Bocah busuk! Kau mau tahu nama orang tuamu?
Rasakan dulu lima puluh pecutan ini!"
orang itu berkata sambil mainkan pecutnya, tangan kirinya menotok dada dan pecut ditangan kanannya membabat pinggang Lim Kheng. Serangan itu hebat dibarengi dengan menderunya angin keras, nyata seklai kalau tenaga orang itu sangat besar.,
Menyaksikan serangan yang sangat hebat itu Lim Kheng tidak berani menggunakan kegesitannya, ia hanya menggunakan kegesitannya, berkelit dan lompat kebelakang orang itu.
Ketika serangannya mengenakan tempat kosong, sihitam melongo.
"Bocah busuk, kau licik!" ia memaki Lim Kheng dengan sengit, lalu menyerang kembali dengan sangat gencarnya.
Lim Kheng sangat gesit gerakannya, dengan secara lincah pula ia dapat menghindarkan tiap-tiap serangan sihitam. Ketika ia mendapat kesempatan, kipasnya lantas mengetok pundak kirinya orang itu.
Kipas itu adalah barang yang ringan, tetapi dalam tangannya Lim Kheng, ketokan itu berarti sedikit beratnya ratusan kati. Siapa sangka, keMka serangannya itu mengenakan sasarannya dengan telak, orang itu hanya kelihatan mundur dua tindak, lalu berkata sambil meraba2 pundaknya:
"Kurang ajar!!Apa kau betul2 berani?"
Lim Kheng mengetahui kalau lawannya itu adalah seorang kasar dan dogol, maka ia lantas maju lagi sambil ketawa, kipasnya menotok berkali-kali sehingga sebentar saja, badan orang itu sudah terkena totokan tujuh atau delapan tempat, tapi ia masih rasakan semua totokan itu.
Ho kie yang menyekalkan itu lantas berseru kepada kawannya:
"Lim heng, lekas rubuhkanlah padanya. Kita toh masih mempunyai urusan."
Perkataan Ho kie itu justru telah membuat orang itu bertambah gusar, ia lantas lemparkan pecutnya, dengan tangan kosong ia menubruk Lim kheng.
Serangan itu kelihatannya tidak teratur nampaknya hanya main seruduk main tubruk, main sambar dan kalau bisa dia mau bergulat saja.
Kipas Lim kheng berulang-ulang telah mengenai dirinya tetapi ia kelihatan tidak takut, agaknya seperti tidak merasakan apa-apa. Ia terus merangsek lawannya dengan tangan kosong.
Lim kheng sudah mulai mendongkol, dengan kegesitan ia menyelinap kebelakang lawan dan menendang pantat orang itu.
Sang lawan jungkir balik, tetapi dengan tidak ragu-ragu ia bangkit dan menerjang Lim kheng lagi.
Dalam tempo sekejapan saja kipas ditangan Lim Kheng telah dipakai berkali-kali menghajar dirinya laki-laki itu, sehingga harus jatuh bangun berulang kali sampai hidung dan mukanya pada matang biru.
Tetapi adan orang itu betul-betul kebal. sedikitpun ia tidak mengeluh. Kalau ia belum mati, rupanya ia maish mau melawan terus. Dengan jatuh bangun iat erus melawan dengan sangat bandel.
Lim kheng sudah timbul amarahnya, lalu pentang senjata kipasnya. Ho Kie mengetahui kalau kawannya ini hendak menurunkan tangan kejam, hatinya merasa tidak tega.
Selagi hendak mencegah, kipasnya Lim Kheng yang tajam seperti pisau itu sudah menyambar leher laki-laki tersebut.
Tetapi sungguh mengherankan. Kipas yang demikian tajam itu yang menggores lehernya hanya meninggalkan goresan putih tetapi sedikitpun tidak luka. Baok Ho kie maupun Lim Kheng, kedunia merasa terkejut.
Mereka segera mengerti bahwa orang dogol ini mempunyai ilmu kebal Kim Ciong co yang tidak mempan senjata tajam.
Lim Kheng yang masih dalam kesima, tiba-tiba badannya kena sambar oleh orang itu dan bajunya sudah kena dirobek pecah sehingga kelihatan pakaian dalamnya.
Ho kie sekarang bisa mengetahui betul, bahwa pukulan dalam yang dipakai oleh Lim Kheng itu ternyata adalahkain sutera yang sebagaimana umumnya dipakai oleh kaum wanita. Dibelakang kainnya yang putih itu kelihatan tegas dua buah dadanya yang montok menonjol.
-ooo0dw0ooo-