Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

 
Jilid 10

MENDENGAR pertanyaan itu bukan main kagetnya Jie Pang- Tapi ia seorang cerdik. sebentar lantas dapat satu pikiran, maka ia lantas pura2 gusar dan berkata : "Ayah begitu menanya pada anak, apakah ayah mencurigakan anak yang menolong dirinya orang itu, bukan? jahanam tua she Tiek itu sungguh kurang ajar, dia telah berani mengatakan ucapan yang tidak pantas terhadap diriku didepan ayah. Anak tidak mau mengerti ! Sekarang anak hendak membikin perhitungan dengan dia !"

Sembari berkata ia mendorong selimutnya dengan uring2an, ia berlagak hendak turun dari pembaringan sambil berkaok kaok :

"Ah Bwee, lekas ambilkan pakaianku. "

Aksinya Jie Peng itu nampaknya sungguh2, sehingga seorang yang licin seperti Cian tok Jin mo juga sudah kena diselomoti. Ia lalu menahan anaknya dan berkata sambil ketawa :

"Adatmu masih seperti anak kecil saja! Ayahmu tokh cuma iseng menanya saja, kau lantas gerubukan seperti orang kebakaran jenggot. Lekas rebahkan lagi, hati2 nanti masuk angin !"

Jie Peng makin tidak mau mengerti, sambil menekap parasnya ia menangis terseduh-seduh. mulutnya berkaok kaok :

"Semua adalah gara2nya simanusia tua bangka keparat itu. setiap hari gawenya cuma makan tidur. Karena takut tidak terpakai tenaganya, maka lantas cari2 muka, sampai bapak juga hendak diadu domba dengan anaknya. Ayah, lebih baik kau bubarkan saja perkumpulan Hian kui kauw ini ! Sebelum maksud mu hendak menjadi jago tercapai, kau sudah anggap anakmu sendiri menjadi maling. Aih!! Apa artinya aku hidup ? Oh ibu ! Ibu.. Semua lantaran kau meninggalkan aku terlalu pagi!! sehingga anakmu hidup sendirian didalam dunia dan harus menerima penghinaan segala manusia keparat!!" ia menangis sembari banting badannya dan kakinya sehingga tempat tidurnya menjadi murat marit tidak keruan.

Cian tok Jin mo kewalahan benar2. Karena ia terlalu sayang kepada anaknya itu, maka lantas ia menghibur :

"Peng jie, Peng jie, jangan begitu. Kalau nanti kedengaran oleh Bo Siok siok sekalian bukankah, akan menjadi buah tertawaan?"

Jie Peng masih tidak mau mengerti,

"Aku masih perlu menjaga muka apa lagi? Orang tokh sudah menganggap aku sebagai maling, namaku sudah dibikin tergoda."

"Anak tolol, kau jangan mengucap demikian."

Bo Pin, Siang Seng dan Leng-ho Kouw yang berada didalam kamar buku telah dikejutkan oleh kejadian itu, maka mereka buru2 masuk.

Jie Peng ketika melihat orang2 itu datang, Ia menangis semakin keras.

Cian - tok Jin - mo yang melihat anaknya hanya memakai pakaian tipis, lalu berkata sambil kerutkan alisnya

:

"Peng-jie, badanmu kurang enak, kenapa pakai pakaian begitu tipis ? Haii... nanti kena hawa dingin, benar2 kau menjadi sakit."

kemudian ia berpaling, dan berkata kepada pelayannya : "Ah Bwee, ambilkan pakaian tebal untuk nonamu."

Ah Bwee yang mendengar perintah itu menjadi kebingungan, sebab Ho Kie sedang bersembunyi didalam lemari pakaian. jika lemari itu dibuka, sudah pasti Ho Kie akan dapat diketahui. Tetapi perintahnya Kauwcu tidak boleh tidak harus diturut.

Sebentar kelihatan ia bersangsi, Cian tok Jin mo yang menyaksikan itu sudah merasa tidak sabaran, maka ia lantas membentak pula :

"Aku suruh kau ambilkan pakaian tebal untuk nonamu, kau dengar tidak ? Lekas!!!"

Terpaksa Ah Bwee keraskan hati, dengan cepat ia berjalan menuju kearah lemari pakaian.

Dengan badannya menghadang didepan lemari, tangan kirinya perlahan2 menarik pmtu tangan kanannya dengan cepat menyambar sepotong pakaian, kembali menutup pintu lagi

Ho Kie yang sedang berada dalam lemari sudah ketakutan setengah mati. Apa mau si Ah Bwee karena terburu2, telah kesalahan mengambil baju sutra.

Cian tok Jin mo lantas berbangkit sembari berkata ; "Dasar anak tolol. Nanti Ayahmu akan ambilkan

sendiri."

Jie Peng terperanjat, cepat2 ia berkata ;

Ayah, aku tidak kedinginan..,. kau tidak usah capaikan

hati,"

"Lihat, kau masih seperti anak kecil saja-Kau adalah anak satu2nya dari ayahmu apakah menjadi baju untuk kau saja lantas menjadi repot?"

Orang tua itu sembari berkata, tangan yang lain menarik pintu lemari......

Ah Bwee ketakutan setengah mati, wajahnya berubah, badannya gemetaran, hampir saja ia jatuh pingsan. Ho Kie sudah mendengar semua pembicaraan mereka, terpaksa ia kerahkan seluruh kekuatan tenaganya siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan.

Asal Cian tok Jin mo menarik pintu lemari, terpaksa ia berlaku nekad karena sudah tidak ada jalan lain.

Sesaat suasana dalam kamar tersebut menjadi tegang. Apa yang akan terjadi selanjutnya sukar sekali dapat diduga.........

Meskipun Jie Peng orangnya cerdik, tetapi dalam keadaan gawat yang seperti itu, ia juga tidak berdaya.

Tangan Cian-tok Jin mo sudah menempel dipinggang lemari, begitu ia menarik, Ho Kie sudah tidak dapat sembunyikan dirinya lagi.

Jie Peng pejamkan matanya, terpaksa ia hanya menantikan nasib jeleknya yang akan menimpa dirinya.

Siapa nyana, dalam keadaan yang sangat berbahaya itu, tiba2 terdengar suara terompet yang ditiup berulang ulang.

Dalam kagetnya, Cian tok Jin mo dengar, sendirinya lantas urungkan maksudnya membuka lemari.

Tidak lama, seorang anak murid dari Hian kui kauw, kelihatan lari naik keatas loteng.

Empat orang anak kecil yang menjaga Kaucunya, melihat kedatangan orang itu, lantas mencegat dipintu dan membentak :

"Kaucu ada disiai, lekas berhenti."

Orang itu lantas berlutut, dengan suara gugup ia memberikan laporannya:

"Hunjuk beritahu kepada Kaucu, bahwa Para ketua dari sembilan partai besar dari rimba persilatan telah berkumpul menyatroni lembah Kui-kok dan sekarang sudah berada dimulut lembah."

Semua orang yang mendengar laporan itu, lantas pada berubah wajahnya. Hanya Cian tok Jin mo yang kelihatan masih tenang saja.

"Sungguh besar sekali nyali mereka, Bo Tongcu kau pimpin dulu para Tongcu dan Hiocu pergi menyambut. Lohu segera akan menyusul." Kauwcu keluarkan perintah,

Bo Pin terima baik perintah itu, bersama-sama dengan Siang Seng lalu lari turun dari atas loteng.

Cian tok Jin mo kembali menghibur anaknya, kemudian baru mengajak empat pengiringnya bersama Leng ho Kouw pergi meninggalkan kamar Jie Peng........

ooo0dw0ooo

Sekarang kita kembali kepada Gouw Ya Pa. sejak ditinggal pergi oleh Ho Kie, didalam goa Pek giok kiong setiap hari ia merasa gelisah. Sebetulnya ia sudah hendak cepat2 menyusul kelembah Kui kok, tetapi karena harus mentaati pesan Ho Kie, terpaksa ia harus menunggu sampai tiga hari lamanya.

Karena sampai tiga hari kemudian ia juga tidak mendapatkan kabar beritanya tentang diri Ho Kie, maka pagi2 sekali ia sudah meninggalkan lembah Patah Hati sambil membawa benda pusaka Kin hoan leng.

Siapa tahu, ketika ia tiba dibawah bukit Pek kit nia, disitu keadaaannya tetap sunyi, tidak kelihatan bayangan para ketua dari sembilan partai besar.

Gouw Ya Pa mencari berputar-putaran, Tidak berhasil menemukan walaupun orang2nya dari sembilan partai besar itu, ia lantas naik darah, lalu memaki-maki dengan suara keras:

"Kurang ajar!! Hweeshio bangsat, Imam jahanam! Perkataan kalian seperti kentut saja. Hari ini kalau kalian tidak muncul, nanti Gouw Toaya akan mendatangi sarang kalian sambil membawa Hou hoan-leng dan memerintahkan kalian pada bunuh diri "...

Tiba tiba dibelakangnya ada orang yang berkata dengan suara dingin :

"sicu ini kelihatannya marah2 sendirian. Siapakah yang sicu maki2 tadi?"

Gouw Ya Pa berpaling, segera dilihAtnya seorang iman yang sudah lanjut usianya sedang berdiri disebuah batu besar yang tidak jauh dibelakang dirinya.

Karena ia sedang mendongkol, maka imam itu lantas dibuat bulan-bulanan. Ia membentak dengan suara bengis :

"Jahanaaammm ! Kau dari golongan mana ?"

Imam itu tercengang, ia menjawab dengan suara dingin ; "Pinto adalah Siong Leng, sekarang menjabat ketua Bu-

tong pay. "

Gouw Ya Pa merasa girang, ia lalu membentak dengan suara keras :

"Siong Leng, sungguh besar sekali nyalimu. Mengapa tidak lekas berlutut?"

Siong Leng Totiang adalah Cian-bun dari Bu-tong-pay pada waktu itu, sebetulnya ia adAlah seorang tua yang sudah kenamaan dalam rimba persilatan, tetapi mendengar perkataan dan juga melihat sikap Gouw Ya Pa yang, begitu kasar, dalam hati juga merasa heran maka ia menanya dengan sikapnya yang sungguh sungguh : "Numpang tanya, sicu ada murid dari golongan mana?

Mengapa berani berlaku kasar dihadapan pinto ?"

"Kau berani bertanya aku murid dari golongan mana ? Kalau aku sebutkan, nyalimu akan lompat keluar !" sahut Gouw Ya Pa sambai ketawa dingin, kemudian tangannya merogoh sakunya untuk mengambil Kiu hoan Leng yang lalu diangkatnya tinggi- sembari berkata :

"Kenal tidak ? Ini permainan apa? Aku adalah muridnya ini.......,..."

Ketika melihat benda pusaka itu, seketika itu wajah Siong Leng Totiang berubah, cepat cepat ia memberi hormat sembari berkata ;

"Melibat tanda pusaka seperti melihat Cau-wu. Pinto Ciang-bun dari Bu-tong-pay keturunan kelima puluh dua disini menghadap Seng Leng."

Gouw Ya Pa merasa sangat bangga, tetapi ia tidak merasa puas, maka kembali ia membentak :

"Apa begitu sudah cukup ? Lekas berlutut!!"

Siong Leng Totiang ada ketua dari satu partai besar, diperlakukan secara demikian sudah tentu agak mendongkol. Tetapi karena anak tolol itu membawa tanda pusaka, tidak boleh tidak harus ia menurut perintahnya, maka dengan terpaksa ia berlutut. Dalam hati diam2 ia memaki : Thian Hian lojin sungguh membikin susah orang. Kalau aku tahu pembawa tanda pusaka ini ada seorang kasar macam ini, biar bagaimana juga aku tidak mau menemuinya lebih dulu."

Kembali Gouw Ya Pa berkata dengan suara keras; "Hai jahanam! Suruh kalian datang semua kenapa kau cuma sendiri yang muncul? Dimana itu kepala gundul dan imam2 yang lainnya?"

Siong Leng Totiang benar2 sangat mendongkol, tetapi juga merasa geli, dengan terpaksa ia menahan amarahnya, Ia menjawab dengan, lakunya yang hormat sekali:

"Pinto yang kebetulan pesiar telah berpapasan dengan Thian Hiao toyu dari Hua-san pay. Dari padanya pinto mendapat kabar tentang maksud Leng-cu, maka malam itu juga pinto sudah menuju kemari. Tentang partai lainnya pinto tidak tahu."

"Bohong ! Kalian berani tidak menepati janji. semua harus dibunuh!!."

Siong Leng Totiang terperanjat, diam2 ia berpikir : "Kelihatannya Leng cu ini orang kasar, kalau begitu, kita tidak boleh membuat ia gusar, Kalau dia perintahkan aku bunuh diri, apa boleh aku tidak menurut?"

Berpikir sampai disitu, dia terperanjat, menahan rasa marahnya, lalu menyahut dengan sangat hormat :

"Hari ini adalah tanggal sembilan bulan sembilan. Ciang bun dari partai lainnya barangkali sebentar lagi akan datang semua."

"Dalam waktu yang begitu lama, apa masih belum cukup

? Apakah perlu harus berias segala baru menemui orang?"

Perkataan itu benar2 telah membuat Siong Long Totiang tidak bisa menjawab.

"Baiklah.. Kau berlutut saja disini, kapan mereka datang, saat itulah kau boleh berdiri," kata Gouw Ya Pa pula.

Siong Leng Totiang terperanjat, ia berkata dengan suara cemas : "Pinto. "

"Tidak perlu segala pinto pinto. Aku yang suruh kau berlutut sampai tiga hari tiga malam."

Selagi berkata begitu, kembali ia mendengar suara orang berjalan, sebentar kemudian lantas kelihatan muncul dua bayangan orang,

Gouw Ya Pa menoleh, seketika itu lantas berkata sambil ketawa :

"Bagus ! Kembali datang dua orang yang akan menalangi kau."

Kedua orang yang baru datang itu ternyata adalah Tio Thian Ek, ketua Tiam khong pay dan satunya lagi adalah seorang yang sudah berusia kira-kira enam puluh tahun, dipunggungnya menggemblok sebuah pedang panjang tetapi belum dikenal oleh Gouw Ya Pa. Tio Thian Ek yang melihat Siong Leng Totiang berlutut dihadapan Gouw Ya Pha dengan laku yang sangat hormat, dalam hati merasa sangat heran, maka ia lantas bertanya kepada Gouw Ya Pa sambil menjura:

"Numpang tanya, Kiu hoan leng Lengcu, Ho siaohiap sekarang ini ada dimana ?"

Gouw Ya Pa memandang kepadanya dengan sorot mata dingin, ia menjawab:

"Hmmmm, apa kau masih ingat Ho Siaohiap. kalau kau datang lebih lambat lagi mungkin dirinya Ho Siaohiap sudah dicincang orang."

Tio Thian Ek kenal Gouw Ya Pa ini sahabatnya Ho Kie, pada pikirnya tidak perlu terlalu merendah terhadap orang muda, maka ketika mendengar perkataan itu, hatinya merasa kurang tenang. "Aku telah mendapat perintah untuk menyampaikan berita kepada khong-thong dan Kiong lay kedua partai, lalu terus menuju kemari. Kalau aku tiba disini tidak menemukan Ho Siaohiap, tokh tidak boleh disalahkan kalau aku melanggar perintah."

Gouw Ya Pa melototkan matanya, ia lalu mengangkat Kiu hoan lengnya tinggi-tinggi sambil membentak:

"Kau masih mau membantah, lihat! ini apa ?"

Tio Thian Ek yang melihat Kiu hoan leng itu berada ditangan anak tolol itu, ia diam-diam mengeluh sendiri. Terpaksa ia tundukkan kepala, kemudian berlutut sambil berkata.

"Tio Thian Ek menyumpai lengcu."

Orang tua yang berdiri disampingnya juga lantas berlutut sambil berkata:

"Cian bun Tecu dari Khong thong pay keturunan ketiga puluh empat Lim Co Ek disini menjumpai Lengcu,"

Gouw Ya Pa berkata dengan suara dingin; "Kedatanganmu berdua sungguh kebetulan sekali.

Sekarang yang lainnya tidak perlu dibicarakan. Imam dari Bu tong ini tadi sudah berlutut lama, sekarang kalian menggantikan dia untuk menantikan yang lainnya. Jika yang lainnya itu tidak datang, kalian jangan bangun."

Siong Leng lantas berbangkit sambil mengucapkan terima kasih.

Tio Thian Ek coba membantah: "Aku siorang tua sudah memerlu menyampaikan kabar dan kedatanganku juga tidak terlambat, Kenapa. " "Aku juga tidak berkata kalian terlambat." Gouw Ya Pa memotong. "Hanya kuatir kalian mengaso sebentar." si  tolol nyengir.

Tio Thian Ek menjadi gusar, ia mengawasi Lim Co Ek sebentar. kelihatannya orang itu juga tidak puas terhadap Lengcu ini, ma ka timbulah pikiran jahatnya. diam-diam ia memberi isyarat kepada Lim Co Ek.

Kedua orang tua itu lantas melesat dari kanan dan kiri. Lim Co Ek menyerang Gouw Ya Pa, sedangkan Tio Thian Ek hendak merampas Kiu boan leng.

Siong Leng Totiang yang berdiri disampingnya juga sudah siap sedia. Tio Thian Ek berhasil, ia juga akan turun tangan.

Siapa tahu, selagi mereka bergerak Gouw Ya Pa yang tadinya kelihatan memejamkan matanya mendadak menbuka lebar-lebar matanya dan membentak:

"Kalian hendak berbuat apa?"

Tio Thian Ek terperanjat, cepat2 tangannya ditarik kembali dan lompat mundur. Tetapi Lim Co Ek yang sudah turun tangan, ketika mendengar bentakan itu. ia memaksa menarik kembali serangannya. kembali berlutut ditanah.

Gouw Ya Pa lantas berkata sambil tertawa nyengir:

"Aku tahu, bahwa kalian berdua tua bangka pasti tidak puas, tetapi kalian berani hendak merampas Kiu hoan leng kalau tidak dikasih ajaran, Kalian nanti tidak tahu diri."

Ia lalu mengangkat Kiu hoan lengnya dan berkata pula: "Ketua  Tiang  khong  dan  Khong  thong  tidak menurut

perintah Lengcu serta sudah timbul pikiran jahat. Sekarang

harus dihukum tampar pipi masing-masing sepuluh kali." Tio Thian Ek, Lim Tio Ek saling pandang akhirnya sama2 berkata.

Gouw Ya Pa lalu berkata kepada lim co ek, "Orang tua she Lim, kau pukul dia dulu."

Terpaksa Lim Co Ek angkat tangannya, sembari berkata dengan suara perlahan:

"Tio heng ini jangan sesalkan aku." dan lantas  menampar pipi Tio Thian Ek sampai sepuluh kali.

Kasihan Tio Thian Ek sebagai seorang jago kenamaan. karena merasa malu terhina demikian rupa maka dengan mendadak lantas menghunus pedangnya dan kemudian hendak menggorok lehernya sendiri....

Mendadak ada sebuah benda menyambar,

Tio Thinn Ek. merasakan lengannya kesemutan. pedangnya lantas terlepas jatuh ditanah, kemudian disusul oleh suaranya orang yang berkata nyaring:

"Tio-heng adalah satu Ciangbunjin dari satu partai besar. Apa artinya baru dihukum oleh Lengcu begitu saja sudah berpikiran seperti seorang wanita ?"

Gouw Ya Pa menoleh, ia melihat dikanan kirinya sudah berdiri seorang padri dan tiga orang imam. Orang yang bicara tadi ada adalah ketua Ngo-bie pay, Hui Kak Siansu.

Padri tua itu lalu menghampiri Gouw Ya Pa dan lantas berkata sambil rangkapkan kedua tangannya:

"Gouw Sicu yang telah mewakili Ho Siaohiap menyampaikan kabar dengan membawa tanda pusaka, sudah tentu kita orang harus menurut. Tetapi tidak tahu Ho Siaohiap sekarang berada dimana?"

Gouw Ya Pa lantas merasa gusar, ia berkata dengan suara bengis: "Kau juga tanya aku, siapa suruh kalian datang begitu lambat. Dia sudah pergi menerjang sendiri kelembah Kui kok. Sampai hari ini, sudah tiga hari lamanya, tetapi masih belum ada kabar beritanya. Kebanyakan tentu dia sudah binasa."

Hui Kak Siansu berubah wajahnya seketika.

"Lembah Kui kok bukan tempat sembarangan, dengan seorang diri Ho Siaohiap menempuh bahaya, barangkali betul-betul akan menemukan bahaya." katanya agak gugup.

Gouw Ya Pa kembali membentak,

"Hei! Kalian tiga imam, apa kalian datang untuk bertemu? Lekas beritahukan nama kalian supaya kita bisa lekas berangkat."

Hui Kak Siansu buru-buru ajak ke tiga imam itu  memberi hormat kepada Kin hoan leng, mereKa itu ternyata adalah ketua Kun-lun pay keturunan kelima puluh satu Bu wie Totiang ketua Ceng shia pay keturunan ketiga puhluh sembilan. Liauw Tim Totiang dan ketiga Kiong lay pay keturunan ketiga puluh tuiuh. Bun Hie Totiang.

Gouw Ya Pa menghitung jumlahnya orang, ternyata masih kurang dua.

Bu wie Totiang dari Kun lun pay lantas memberi keterangan: "Thian-hian Toyu dari Hoa san pay mungkin sebentar lagi bisa datang,"

"Aku siorang tua juga pernah mengabarkan kepada Tiauw Goan Taysu dari Siao-lim pay' Sebelum tengah hari pasti ia akan sudah sampai." Hui Kak Siansu turut bicara.

Goauw Ya Pa terkejut, sebab ia sendiri adalah orang dari Siao-lim-sie, terhadap ketua Siao-lim-sie Tiauw Goan Taysu, selamanya ia sangat takut dan menghormat. Tapi ia bisa sesukanya memberi perintah sama sekali tidak memikirkan itu, maka bukan main kagetnya ketika mendengar keterangan Hui Kak tadi. cepat berkata:

"Kita tidak usuh tunggu mereka. Mari kita pergi menolong orang yang sangat penting. Sudah ada kalian bertujuh. mungkin sudah cukup."

Selagi ia hendak memberi perintah lebih lanjut. Lim Co Ek tiba-tiba menunjuk dengan jarinya serta berkata:

"Apakah itu bukan Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian Totiang ?"

Benar saja, dari jauh kelihatan seorang hweesio dan seorang imam yang berlari mendatangi dengan cepat.

Gouw Ya Pa memang kenal kepada mereka seketika itu lantas kelabakan, Cepat ia menarik tangan Hui Kak Siansu seraya berkata.

"Toa Hosiang, lekas kau suruh Touw Goan Taysu dari Siao lim-pay itu pulang sana.

Hui Kak Siansu terperanjat, lalu bertanya: "Apa artinya ini? Tiaaw Goan Taysu adalah seorang yang berkedudukan tinggi. Untuk menyerbu kelembah kui kok, justeru membutuhkan dia sebagai ketua. Bagaimana kalau dia disuruh pulang?"

Gouw Ya Pa menjawab sambil meringis, "Kau tidak tahu. aku tidak bisa bertemu muka dengan dia."

Kembali Hui Kak Siansu terperanjit. "Kenapa tidak berani bertemu dia ?"

"Aih ! Kau benar benar cerewet."

Pada Saat itu Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian Totiang sudah sampai dan terus berkata kepada semua orang sambil memberi hormat: "Tuan-tuan sudah datang terleblh dulu, kami agak terlambat. Harap dimaafkan."

Goaw Ya Pa buru-buru menjawab sambil membalas hormat, "Ooo, tidak apa, tidak apa."

Semua orang merasa heran, mengapa Lengcu itu  adatnya sangat aneh. Tadi sikapnya begitu galak, tapi kenapa terhadap Tiauw Goan Taysu dan Thian Hian Totiang sikapnya begitu rendah?

Tiauw Goan Tayau agaknya tidak mengenali Gouw Ya Pa, ini memang tidak mengherankan sebab gereja Siao lim- sie mempunyai murid murid jumlahnya ribuan orang, bagaimana Tiauw Goan Taysu bisa mengenali satu demi satu, apa lagi Gouw Ya Pa yang merupakan muridnya tukang masak dan sebagai orang biasa saja.

"Sicu inikah pemegang benda pusaka dari partai kita, Ho Siaohiap adanya?" ia bertanya.

Gouw Ya Pa yang tidak tahu ketua Siao lim sie itu tak mengenali padanya. ketika ditanya iapun gugup, cepat ia jawab sambil goyangkan tangan.

"Aku bukan orang she Ho. Aku hanya mewakili saudara Ho membawa pusaka untuk mewakili tuan tuan sekalian, bagaimana berani disebut Lengcu?"

Gouw Ya Pa lalu angsurkan benda itu, "Ini adalah Kiu hoan leng harap taysu periksa." katanya hormat.

Tiauw Goan Taysu yang melihat Kiu hoan leng itu adalah benda pusaka yang dibuat beberapa tahun berselang, cepat ia mundur tiga tindak dan lantas berlutut seraya berkata: "Melihat tanda partai, seperti melihat Couwsu, pinceng Tiauw Goan, Ciangbunjin Soao lim sie keturunan Kelima puluh enam, disini menghadap beng leng."

Gouw Ya Pa juga cepat berlulut:

"Lo-suhu lekas bangun, jangan menyulitkan aku Gouw Ya Pa."

Siapa tahu, perbutannya itu telah mengejutkan ketua dari delapan partay yang lainnya, maka semuanya berlutut.

Tauw Goan Taysu juga terperanjat, cepat cepat ia memimpin bangun Gouw Ya Pa sehingga semua lantas pada bangkit.

"Ho Siaahiap membawa tanda partay menyampaikan kabar menyuruh kita semua berkumpul disini. Apakah karena urusan Hian kui kauw dari lembah Kui kok?" bertanya Tiauw Goan Taysu.

"Benar. Sekarang dia sudah pergi sendiri kelembah Kui kok, sudah tiga hari lamanja

sampai kini masih belum kedengaran kabar ceritanya." jawab Gouw Ya pa.

"Kalau begitu, kita tidak boleh terlambat kita orang orang dari sembilan partai rasanya harus menemui juga Cian Tok Jin Mo."

Thian Hian Totiang mendadak ingat kalajengking emasnya, maka ia lantas berkata dengan suara gusar:

"Hian kui kauw telah mengganas didunia. sudah lama ia ingin membasmi sembilan partai besar kita. Taysu dan para toyu sekalian, hari ini sangat beruntung kita bisa berkumpul disini, mengapa tidak segera berangkat kelembah Kui kok? pertama kita segera menolong dirinya Ho Siaohiap, kedua kita suruh Hian Kui kauw juga kenal kelihayan kita sehingga dikemudian hari tidak berani memandang rendah lagi !"

Tiam cong, Khong tong, Kiong lay dan Ceng shia yang anak muridnya sudah pernah dibikin susah oleh orang- orang Hian kui kauw, segera mrnyetujui usul itu.

Sebaliknya dengan Hui kak Siansu yang berpikir panjang. ia ini berkata:

"Hian kui kauw meski belum lama muncul dirimba persilatan, tapi belakangan ini mengumpulkan banyak orang-orang pandai. apa lagi lembah kui kok merupakan markas besarnya, kalau kita hendak pergi, harus membuat rencana yang sempurna, baru bisa bergerak,"

"Aku seorang kasar, tidak mengerti perkara begitu, mengapa tidak mengangkat Tiaw Goan Taysu saja sebagai pemimpin?" kata Gouw Ya Pa.

"Lolap cuma mendapat perintah untuk mengumpulkan orang, bagaimara boleh berlaku melewati batas?" berkata Tiauw Goan Taysu sambil ketawa.

"Taysu seorang berilmu tinggi. memang seharusnya yang bertindak sebagai pemimpin." kata orang banyak.

"Terima kasih atas kecintaan serta kepercayaan  saudara2. lolap merasa berat untuk menolak. Tapi menurut pikiran lolap, Hian kui kaw ada mempunyai banyak orang berkepandaian tinggi apa lagi ilmunya Hu sie Biat kut orang dari cian tok Jin mo, barangkali disini tidak ada yang mampu menandingi. Maka kali ini kita pergi kesana, sebaiknya dengan secara hormat lebih dahuku, untuk menanyakan dimana adanya Ho Siaohiap, kita lihat bagaimana jawabannya?" Usul itu telah diterima baik oleh semua orang, maka lantas mereka berangkat bersama-sama menuju kelembah Kui kok.

Ketua dari partai itu semua mempunyai kepandaian ilmu lari pesat, maka sebentar saja sudah pada melesat meninggalkan bukit Pek kutnya.

Tapi dengan secara demikian kasihan bagi Gouw Ya Pa yang tidak mempunyai kepandaian ilmu pesat, hingga untuk mengikuti mereka sudah empas empis dan toh masih ketinggalan jauh.

Terpaksa ia keluarkan Kin hoan leng, paksa mereka berjalan agak lambat.

Terpisah kira satu lie dari lembah Kui kok. tiba-tiba dari sebuah rimba melesat seekor burung yang membawa kabar.

"Penjagaan lembah kui kok ini benar-benar sangat kuat, masih sejauh 10 lie, perjalanan kita sudah diketahui oleh mereka," kata Hui Kak Siansu sambil tertawa.

"Kita lebih dulu menghadap dengan secara hormat, sudah tidak perlu sembunyi-sembunyi, kita harus tunjukan diri secara terang," kata Tiaw Goan Taysu,

Kembali berjalan beberapa li, kini sudah mendekati mulut lembah.

Tiba-tiba muncul dua orang, masing-masing bawa pedang dipunggungnya. Ketika tiba didepan rombongan Tiauw Goan Taysu. lantas berkata sambil angkat tangan memberi hormat:

"Bo Tongcu dari Hian kui kauw telah mendapat perintah dari Kauwcu mewakilinya menyambut kedatangan Ciangbunjin dari sembilan partai. Sekarang dia dimulut lembah menantikan Ciangbunjin sekalian." "Kuarang ajar! Apa dia tidak bisa keluar menyambut sendiri? Mengapa harus menunggu disana?" Gouw Ya Pa membentak.

Gouw Sicu tidak boleh begitu. Ini hanya orang yang menyampaikan kabar saja. Kita tidak perlu ribut dengan mereka," kata Tiauw Goan Taysu, kemudian berpaling kepada kedua orang itu sembari ketawa berkata.

"Tolong kalian sampaikan kepada Bo Tongcu, katakan saja bahwa Ciangbun dari Kun lun, Ngo-bie. Bu tong, Khong-tong' Ceng shia. Kiong lay, Hoa san Siao lim dan Tiam cong sembilan partai, karena mempunyai sedikit urusan, ingin bertemu dengan Kauwcu sendiri." 

Kedua orang itu angkat kepala. mengawasi Gouw Ya Pa dengan sikapnya yang dingin lalu bertanya :

"Ingin tanya, Eng hiong ini dari partai mana ?"

Gouw Ya Pa gusar, ia lantas membentak: "Aku adalah ketua dari partai sundel yang khusus mengurus kalian bangsa sundel."

Kedua orang itu menjadi gusar. mereka mundur dua langkah. agaknya segera hendak turun tangan.

Gouw Ya Pa lantas menghunus pecutnya dan membentak pula: "Kurang ajar! apa kalian mengajak aku berkelahi? Nanti kubikin patah tulang2 kalian dulu!"

Tiauw Goan Taysu lalu maju dan menghadang ditengah, berkata kepada dua orang itu,

"Tuan ini adalah Lengcu yang memegang tanda pusaka partai Kiu hoan leng yang hari ini memimpin sembilan partai untuk berkunjung kepada ketua kalian."

Mereka mendengar keterangan itu pada terkejut, wajahnya berubah seketika, agaknya merasa sangsi. Gouw Ya Pa lalu berkata sambil acungkan Kiu hoan lengnya:

"Kawanan bangsat, apa kau tidak percaya, Gouw Toayamu tidak mempunyai apa-apa hanya ini saja hari ini akan mencari setori dengan Hian kui kauw!"

Dua orang itu matanya membelalak, mereka lantas angkat tangan menberi hormat, kemudian undurkan diri.

Tiauw Goan Taysu dan lain-lainnya pada merasa tidak puas dengan sepak terjangnya Gouw Ya Pa, tapi karena  Kiu hoan leng berada d tangannva, apa yang mereka bisa berbuat terhadap padanya?

Ketika rombongan Tiauw Goan Taysu tiba dimulut lembah, dari jauh sudah kelihatan barisan yang menyambut kedatangan mereka.

Ditengah-tengah rombongan barisan penyambut itu ada berdiri seorang berewokan dengan alis yang putih ia itu adalah ketua bagian kepengajaran Bo Tongcu, si tangan geledek Bo Pin.

Di kedua sisinya berdiri Cek Kong Han, si Toata Tan Liang. Giok bin Kim kong Ong Hoa Cu, Sie Lek, Siang Hong Siang, Cian Siu, Tio GO, Siang Seng dan lain- lainnya.

Dalam Hian kui kauw kecuali kaucunya sendiri dan beberapa orang golongan tertua, boleh dibilang semua sudah keluar menyambut menemui ketua dari partai persilatan.

Inilah buat pertama kalinya Hian kui-kauw mengajukan barisan yang demikian kuat sehingga membuat para ketua partai itu pada terkejut. Bo Pin yang maju lebih dulu dan berkata pula para tamunya sambil menjura.

"Hari ini sungguh beruntung kami dapat menyambut kedatangan tuan, siorang she Po atas nama kaucu, disini mengucapkan selamat datang kepada tuan tuan!"

"Kau adalah Tongcu dari Hian kui kauw siapakah kaucumu?" Gouw Ya Pa nyeletuk.

Bo Pin tercengang, dengan matanya yang tajam ia menyapu Gouw Ya Pa kemudian berkata pula sambil ketawa seram:

"Tuan ini tentunya adalah sahabat yang membawa Kiu hoan leng?"

"Sedikitpun tidak salah, kau siorang tua benar-benar pintar!" jawab Gouw Ya Pa.

"Kiu hoan leng sebetulnya adalah benda kepunyaan partai kami, yang dicuri dan dibawa kabur oleh seorang murid yang berkhianat, sehingga terjatuh ketangan orang dunia Kang-ouw, apa yang dibuat heran? Lagi pula perkumpulan kami bukan orang-orang dari partai. dulu tidak pernah turut membuat tanda kepartaian itu. Benda itu tidak ada dimata aku siornng she Bo."

Ucapan Bo Pin itu sangat jumawa sekali, Se0lah-olah dalam matanya tidak pandang sama sekali. semua ketua sembilan partai besar itu, sehingga membuat mereka lantas pada berubah wajahnya.

Tiauw Goan Taysu lalu maju dan berkata sambil rangkap kedua tangannya:

"Bo Tongcu tidak kecewa menjadi kepala penjara, kegagahanmu membuat kagum kita semua. Cuma saja lolap sekalian hari ini hanya datang untuk menemui Kaucu untuk merundingkan soal lain, bukan urusan Kiu hoan leng !"

"Aku si tua bangka juga untuk itu menyambut kedatangan tuan-tuan, tapi lembah ini tempatnya sangat kotor, tidak dapat dibandingkan dengan kediaman Taysu di gereja Siao lim-sie. Maka kalau kurang sempurna penyambutan Kami, harap minta dimaafkan banyak- banyak!"

Sehabis berkata ia lantas perkenalkan mereka dengan semua orangnya, Kemudian serombongan anak-anak kecil menyuguhkan arak berikut cawannya.

Setelah upacara penyambutan selesai para tetamunya diajak oleh Bo Pin untuk menemui Kaucunya.

Mereka diajak mengasoh didalam satu kupel yang luas didalam lembah itu.

Tidak diantara lama, tiba tiba muncul dua anak kecil yang tangannya masing-masing membawa panci berwarna kuning lantas berkata dengan suara nyaring:

"Kaucu mengucapkan selamat datang kepada para Ciangbunjin sekalian!"

Semua orang pada berdiri. hanya Gouw Ya Pa yang masih tetap duduk tidak bergerak.

Sesaat kemudian, dari lembah bagian dalam muncul sebuah tandu kecil yang indah, dipikul oleh delapan orang laki-laki kuat. serta diiringi dua anak laki-laki kecil.

Tandu itu dilarikan sangat pesat sekali, sebentar saja sudah berada didepan kupel.

Tiauw Goan Taysu yang menyaksikan itu diam-diam merasa terkejut. Diam-diam ia mengakui bahwa Jie Hui ini benar-benar bukan orang sembarangan, orang-orang bawahannya saja kepandaiannya sudah demikian tingginya, apa lagi ia sendiri. Maka kalau Hian kau kauw tidak lekas dibasmi mungkin sepuluh tahun lagi akan merupakan bencana besar bagi rimba persilatan !

Pada saat itu tandu itu sudah diletakan ditanah dari dalamnya lalu kelihatan turun keluar seorang tua berbadan tegap dengan dandanannya yang sangat mewah.

Orang-orang hian kui kauw yang bera da dalarn kupel semuanya membungknkkan badan memberi hormat Tiauw Goan Taysu dan lainnya cepat-cepat rangkapkan kedua tangan memberi hormat.

Cian tok Jin mo dengan matanya yang tajam menyapu semua orang. kemudian lantas berkata sambil ketawa bergelak-gelak:

"Hari ini entah angin apa yang telah membawa para ketua yang berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan kelembah yang seperti hutan belukar ini ?"

Tiauw Goan lalu menjawab sambil tersenyum: "Lolap sekalian agak gegabah, harap Kaucu suka maafkan banyak- banyak."

Cian tok Jin mo ketawanya bergelak gelak, suara ketawanya itu menggema lama didalam lembah.

Mendadak Gouw Ya Pa menggeram, kemudian berkata: "Ketawai apa ? Ada apa yang lucu? Kita datang untuk mencari sotori bukan untuk mengandalkan tali persahabatan, kau tua bangka ketawai apa ?"

Ucapan itu telah menggusarkan semua orang-orang Hian Kui kauw, Cian tok Jin mo menghentikan ketawanya, dengan sorot mata dingin ia mengawasi Gouw Ya Pa sejenak. "Apakah Tuan ini adalah Gouw Insu yang membawa Kui hoan leng ?" ia bertanya.

"Kalau tokh sudah tahu, mengapa tidak lekas keluar saudara Ho kita perlu apa masih berlagak?" jawab Gouw  Ya Pa dengan sikapnya yang angkuh.

Tiba-tiba Cian tok Jin-mo ketawa dengan perlahan, ia memasuki kupel seraya berkata,

"GOuw losu ada seorang yang polos dan berbicara seraya terang-terangan. Aku situa bingka sangat merasa kagum."

Sehabis berkata ia mempersilahkan Tiauw Goan Taysu dan lain-lain dnduk ditempat masing-masing dan ia sendiri duduk di atas kursi kulit macan.

Setelah semuanya sudah minum, Tiauw Goan Taysu berbangkit dan berkata sembari memberi hormat:

"Aku si tua bangka sudah lama mendengar nama besar Kaucu, hari ini sungguh beruntung dapat menjumpai sendiri. Lolap ada sedikit urusan, mohon Kaucu suka memberi muka untuk memberi bantuan."

"Taysu ada seorang pemimpin rimba persilatan dan seorang beribadat tinggi. Ada urusan apa yang ingin minta bantuank ? jika aku si tua bangka masih mampu melakukan. sudah tentu tidak merasa keberatan." jawab Cian tok Jin mo.

"Dulu kami sembilan partai telah membuat Seng leng dan disumpah, siapa jang memegang Seng leng itu adalah pemimpin dari sembilan partai kami. Lolap sekarang sebagai muridnya sambilan partai itu, sudah tentu tidak dapat tidak mentaati perintah Seng leng. Sekarang kita telah mendapat kabar bahwa Kiu hoan leng Ho Siaohiap tiga hari berselang telah datang kesini dan sampai sekarang masih tidak ada kabar beritanya. Lolap sekalian hari ini dengan menebalkan muka menjumpai kaucu, sadikah kiranya kaucu memandang muka kita untuk memberi petunjuk. dimana adanya Ho Siaohiap sekarang? Mengenai perselisihan antara Ho Siohiap dengan Kaucu, lolap sekalian bersedia menjadi orang pertengahan untuk membereskan soal permusuhan itu."

Cian tok Jin mo yang mendengar itu, tiba-tiba kerutkan alisnya dan berkata dengan heran:

"Perkataan Taysu ini, sungguh membuat aku siorang tua tidak mengerti, partai kami selamanya tidak mencampuri urusan permusuhan dalam dunia Kang-ouw, juga tidak mempunyai musuh seorang she Ho. juga tidak tahu bahwa beberapa hari ini ada Ho siaohiap yang kesasar dalam perkumpulan kami, apakah Taysu hanya mendengar berita saja yang belum pasti kebenarannya ?"

Gouw Ya Pa yang mendengar jawaban itu lantas menjadi gusar, mendadak ia berbangkit dan membentak dengan suara bengis:

"Enak saja kau pungkir. Saudara Ho tiga hari berselang sudah datang, sampai sekarang belum kelihatan bayangannya. sudah tentu kalian yang sudah mencelakakan jiwanya. SeKarang kau apakan dia? Hari ini kalau kau serahkan orangnya, kita masih bisa berunding dengan cara baik-baik. kalau tidak, aku akan mengubrak-abrik sarangmu Hian kui kauw ini."

Kaucu Hian kui kauw yang merasa terhina demikian rupa, sudah menunjukkan sikap kurang senang, tetapi ia tidak menjawab, hanya dengan matanya ia melirik Siang Seng sejenak.

Siang Seng mengerti, ia lalu maju dan berkata dengan suaru dingin. "Lembah Kui kok apa kau kira bisa dibuat sembarangan oleh manusia tolol seperti kau ini? Kalau merasa tidak puas, aku si orang she Siang nanti suruh kau tahu tingginya langit dan tebalnya bumi."

Gouw Ya Pa lantas beringas, sambil mengeluarkan pecutnya ia memaki dengan gusar:

"Jahanam, Gouw Toayamu sedang bicara dengan Kauwcu kalian, kau adalah makhluk apa begitu berani turut campur mulut?"

"Gouw Losu ini matanya tidak memandang orang tentunya mempunyai kepandaian tinggi. Siang-heng boleh coba-coba main-main beberapa jurus dengan dia," kata Cian tok Jin mo sambil tertawa seram.

Perkataan Kaucu ini tidak bedanya dengan menyuruh Siang Seng turunkan tangan jahat untuk membinasakan Gouw Ya Pa yang mulutnya bawel itu.

Siang Seng terima perintah dari kaucunya, lalu dengan senjatanya ia menantang Gouw Ya Pa.

Kalau bicara tentang kepandaiannya, sekali pun sepuluh Gouw Ya Pa juga masih bukan tandingan Siang Seng, tetapi Gouw Ya Pa tidak mau perdulikan itu semua. Dengan suara gusar ia menceburkan dirl kedalam kalangan, tanpa banyak rewel lagi ia lantas menghajar Siang Seng dengan pecutnya.

Siang Seng hanya mengganda ketawa dingin, lalu mengangkat senjata pentungannya untuk menangkis pecut Gouw Ya Pa.

Tangan Gouw Ya Pa merasakan kesemutan. pecutnya hampir terlempar dari tangannya. Hatinya terkejut. badannya mundur sampai empat tindak. Orang-orang Hian kui kauw tidak menyangka bahwa pemuda wajah hitam yang galak itu ternyata tidak ada gunanya, baru segebrakan saja sudah mundur oleh Siang Seng maka lantas semuanya pada ketawa.

Wajah Gouw Ya Pa menjadi merah, dengan mata mendelik ia menggeram hebat, kemudian menyapu lagi dengan pecutnya ia sudah berlaku nekad, tidak memikirkan lagi apa akibatnya, ia terus menjerbu Siang Seng dengan pecutnya.

Kembali Siang Seng hanya mengganda dengan ketawa dingin, dengan cepat ia berkelit, kemudian senjatanya setelah menyingkirkan pecut Gouw Ya Pa lalu mengnajar pundak kiri si tolol.

Serangan Siang Seng itu amat gsnas, pada pikirannya anak tolol itu kalau tidak binasa, pasti akan terluka parah.

Tetapi apa yang telah terjadi sesungguhnya sangat diluar dngaan semua orang.

Meskipun serangannya itu sudah berhasil mengenakan dengan telak tetapi Gouw Ya Pa hanya kelihatan mundur beberapa tindak, sedikitpun tidak terluka.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu pada terheran-heran tidak akan menyangka bahwa pemuda tolol itu menpunyai kepandaian ilmu kebal yang sudah sempurna.

Selagi masih kesima, Siang Seng sudah diserang lagi dengan pecutnya Gouw Ya Pa.

Siang Seng dalam kagetnva menyambuti pecutnya Gouw Ya Pa dengan senjatanya sendiri, pikirnya, ia hendak membikin pecut itu terlepas dulu, baru kemudian membinasakan jiwanya, siapa nyana bahwa perbuatannya itu sudah masuk perangkapnya Gouw Ya Pa. Kiranya, Meskipnn Gouw Ya Pa adalah orang yang kasar, tetapi juga masih mempunyai akal licik. Dalam gebrakan pertama tadi ia telah mendapatkan kerugian, maka sekali ini hendak menarik keuntungan dengan menggunakan akal licik.

Serangannya tadi tidak dilakukan dengan sungguh- sungguh, maka ketika ada sambutan senjata Siang Seng, pecut itu lantas terpental ditengah udara,

Saemua orang pada ketawa geli menyaksikan ketololannya Gouw Ya Pa.

Siapa tahu, selagi ketawanya belam lagi sirna, pecut Gouw Ya Pa yang ada ditangan kanannya dengan kecepatan bagai kilat sudah merabu dada Siang Seng.

Siang Seng yang sedang merasa bangga tidak mengira kalau Gouw Ya Pa bisa berbuat demikian, ia baru kaget ketika pecut baja itu sudah berada didepan dadanya. Cepat- cepat ia mendongakkan badannya, tetapi pecut yang sudah didepan dadanya itu lantas didorong oleh Gouw Ya Pa sehingga sudah menyodok janggutnya Siang Seng hingga terhuyung-huyung rubuh.

Siang Seng kesakitan. ketika ia lompat bangun, ternyata giginya sudah copot empat atau lima biji, darah mengucur dari mulutnya.

Meskipun luka itu tidak berarti apa-apa baginya tetapi nama Siang Seng sebagai jago kenamaan telah ludes ditangan pemuda itu.

Gouw Ya Pa menarik kembali serangannya, sambil ketawa dingin ia berkata: "Kau bukan tandingan. Aku ampuni jiwamu. Suruh orang lain yang maju."

Siang Seng, jago yang kenamaan telah terjatuh ditangan Gouw Ya Pa, jangan kata orang-orangnya Hian Kui kauw, sekali para ketua dari sembilan partay semuanya melongo heran.

Mendadak terdengar suara bentakan bengis: "Bocah she Gouw, kau jangan jual lagak. Aku si orang tua bangka ingin menemui kau main-main berapa jurus."

Gouw Ya Pa menoleh, keringat dingin mengucur seketika karena rasa kagetnya ....

APA YANG IA LIHAT? Kiranya ada seorang laki-laki tinggi besar dengan bengis dan rambut merah. Tangan kirinya membawa senjata kecer dan tangan kanannya membawa sebuah tombak berujung tajam, sedang mengawasi dirinya dengan mata mendelik.

Meskipun Gouw Ya Pa orangnya bernyali besar, tetapi ketika melihat wajah orang yang seperti setan itu, dengan tidak terasa badannva sudah gemetaran. Tetapi kemudian ia dapat berpikir lain, ia sekarang sebagai Lengcu, masakah bisa kaget oleh orang semacam begitu saja, maka ia bungkukan badanya dan maju sambil membentak;

"Bocah! Kau siapa? Manusia atau setan?"

"Aku adalah salah satu Tongcu dari Hian kui-kauw, Namaku Siang Hong Siang."

"Kau bukan tandinganku. aku harap supaya kau mundur saja."

Tetapi belum habis ucapannya, orang ita sudah membentak dengan nyaring: "Ngaco. kau orarg macam apa, begitu berani menghina aku si orang tui ?"

"Perlu, a apa kau ribut2! Kau hendak berkelahi atau perlu ribut ?" "Bocah jumawa, rasakan senjataku!" orangnya membentak, lalu tombaknya menyerang kearah Gouw Ya Pa.

Gouw Ya Pa miringkan badannya, lalu menangkis dengan pecutnya, tetapi tangannya dirasakan sakit seketika dan pecut yang tinggal satu-satunya itu telah terbang ketengah udara.

Siang Hong Siang ketawa terkekeh-kekeh lalu maju menyerang Goaw Ya Pa dengan kedua senjatanya berbareng.

Gouw Ya pa sekarang sudah tidak memegang senjata ditangannya. cepat-cepat ia lompat mundur sambil berteriak: "Bocah, tahan dulu!"

Siang Hong Siang terkejut, maka dengan terpaksa ia menarik kembali serangannya dan berkata:

"Kau sudah mau mampus masih mau meninggalkan pesan apa lagi ?"

Gouw Ya Pa putar matanya sambil berkata:

"Kau hanya merupakan salah satu Tongcu dari Hian kui kauw dan aku adalah Lengcu. Bagaimana bisa berpikir seperti itu? Kau tunggu sebentar, aku nanti perintahkan orang lain untuk melayani kau."

Siang Hong Siang gusar, senjatanya diangkat dan sudah hendak turun tangan lagi ...

Mendadak Gouw Ya Pa putar tubuhnya dan lompat balik kedalam kupel dan kemudian mengeluarkan Kiu hoan lengnya yang diangkat tinggi-tinggi.

Cian tok Jin mo yang menyaksikan Kiu hoan leng itu, seketika matanya terbuka lebar lalu saling pandang dengan Bo Pin agaknya merasa terheran-heran. Mereka sungguh tidak habis pikir, mengapa malam itu, sehabis menewaskan Ho In Bo dan menghajar anaknya, Kiu hoan leng yang dicari-cari setengah mati itu mengapa bisa terjatuh ditangan bocah tolol ini.

Tetapi Kiu hian leng itu memang benar yang aslinya, sedikitpun tidak salah.

Pada saat itu Gouw Ya Pa sudah berkata dengan suara nyaring: "Ketua Tiam Khong pay. dengar perintah !"

Tio Tian Ek terperanjat, terpaksa ia harus berdiri sambil menyahut. "Orang she Tio disini menantikan perintah Leng Cu."

"Kau ambil kepalanya itu bocah !" perintah Gouw Ya Pa sambil menuding Siang Hong siang.

Tio Thian Ek. karena ia sudah mengetahui bahwa Siang Hong Siang sangat tinggi kepandaiannya, ia merass sangsi apakah ia dapat menandinginya, tetapi Gouw Ya Pa sudah berkata pula:

"Kalau kau berani melanggar perintah. bawa kepadamu sendiri kemari !"

Ucapan itu telah membuat Tiaw Goan Taysu sendiri juga diam-diam merasa kaget. Tetapi perintah sudah dikeluarkan, siapa yang berani menentang ?

Terpaksa Tio Thian Ek keraskan kepala, lantas  menyerbu kedalam kalangan,

Ia sudah tahu bahwa pertempuran ini bukan saja ada menyangkut jiwanya sendiri, tetapi juga ada hubungannya dengan nama baiknya Tiam khong pay. Kalau ia tidak bisa merebut kemenangan. dimana harus menaruh mukanya?

Maka selagi masih melayang di tengah udara. pedang Tui hun kiamnya sudah dihunus dari serangkanya. Ia menghampiri Siang Hong Siang.

Tio Thian Ek, sebagai ketua dari salah satu partai besar ilmu pedangnya sudah terkenal dalam dunia persilatan,

Orang-orang dan Hian kui kauw diam-diam pada kuatirkan Siang Hong Siang mempunyai kepandaian tinggi dan tangannya telengas maka diam2 mereka kuatirkan dirinya Tio Thian Ek.

Hanya Gouw Ya Pa, setelah keluar perintahnya dapat bernapas lega, dengan tenang ia duduk kembali.

Dengan mata mendelik Siang Hong Siang memandang Tio Thian Ek.

"Orang she Tio." katanya, "Kau adalah ketua dari salah satu partai. mengapa mau diperintah oleh satu bocah tolol?"

"Perintah dan Seng leng tidak dapat kubantah, aku tidak bisa berbuat apa-apa." jawabnya.

"Kalau kau ingin ada jiwa dengan aku siorang she Siang, jangan sesalkan kalau aku nanti berlaku telengas!"

"Kau boleh keluarkan semua kepandaianmu."

Sebelum ucapannya selesai, Siang Hong Siang sudah keluarkan bentakan nyaring yang segera maju menyerang Tio Thian Ek dengan senjata tumbaknya.

Tio Tian Ek geser kakinya, dengan ujung pedang ia sambut tumbak Siang Hong Siang. Kemudian kedengaran suara beradunya senjata, orangnya masing-masing mundur dua tindak.

Tio Thian Ek yang mendongkol mendadak berpekik nyaring, ia maju menyerang dengan pedangnya.

Begitu turun tangan, ia sudah menggunakan ilmu pedangnya Tui hun kiam -hoat, yang terdiri dari dua belas jurus sehingga sebentar saja dirinya Siang Hong Siang sudah terkurung dalam sinar pedang.

Tetapi Siang Hong Siang juga bukannya orang lemah, kecernya diputar bagaikan titiran sehingga menimbulkan suara berisik dengan itu ia bernasil membendung serangan pedangnya Thio Thian Ek.

Ketua Tiam cong pay tidak berhasil dengan serangannya, selanjutnya serangannya mulai kendor, kesempatan itu telah digunakan se-baik2nya oleh Siang Hong Siang untuk rebut kedudukan berbalik sebagai penyerang.

Pertempuran sengit itu sebentar saja sudah berlangsung dua atau tiga puluh jurus, kekuatan kedua pihak kelihatannya berimbang satu sama lain masih belum kelihatan siapa yang menang.

Diantara 9 partai itu, hubungannnya ketua Khong tong pay Lim Co Ek dengan Tio Thian Ek paling rapat, maka ketika melihat Thio Tniang Ek masih belum mampu merubuhkan lawannya, ia berkali-kali sudah ingin turut campur tangan.

Sebentar terdengar suara nyaring dari beradunya dua senjata, Tio Thian Ek dan Siang Hong Siang pada mundur tiga tindak, wajahnya berubah, pada kecerannya Siang Hong Siang terdapat lobang dalam bekas tusukkan pedang Tio Thian Ek.

Siang Hong Siang merasa sakit hati, wajahnya yang jeiek nampak semakin jelek, dengan suaranya seperti gembreng pecah ia berkata:

"Orang she Tio, kau sambuti lagi seranganku tumbak terbang!" Baru saja menutup kata-katanya, senjata tumbaknya yang bergigi tiga sudah meluncur keluar dari tangannya bagaikan terbang!

Tio Thian Ek matanya ditujukan kearah tumbak, siapa nyana sebelum tumbak sampai matanya telah dibuat kabur oleh sinarnya yang gemerlapan menyilaukan matanya, sehingga tidak dapat menangkap kemana arahnya tumbak itu ....

Ia terperanjat, sjeera mengetahui gelagat tidak baik.

Maka lantas putar pedangnya, tapi ternyata sudah terlambat.

Tiba-tiba ia merasakan sambaran angin dingin. Tio Thian Ek terpaksa berkelit, tapi pundak kirinya dirasakan sakit sekali, sehingga ia mengeluarkan seruan tertahan, badannya mundur sampai lima enam tindak.

Tiauw Goan Taysu dan lain-lainnya semua pada pucat wajahnya sedang Lim Co Ek saat itu lantas loncat keluar sambil berseru:

"Tio heng, jangan takut siaotee. "

Belum habis ucapannya itu. Tio Thian Ek sudah menarik tumbak yang menancap dipundak kirinya sehingga darah menyembur keluar seperti air mancur.

Tio Thian Ek nampak pucat Wwajahnya, keringatnya keluar menetes, ia lalu mendongak keatas sambil berkata dengan suara bengis:

"Tiam cong pay Khay-san Couwsu, teecu Thio thian Ek telah menbuat malu nama baik perguruan, tak ada muka untuk hidup, maka hanya ingin mati saja untuk menebus dosa!" Begitu habis mengucapkan perkataannya pedangnya lantas diangkat hendak menggorok lehernya sendiri....

Lim Co Ek segera berseru: "Tio heng, jangan!. "

Ia coba melesat dan dengan jari tangannya ia coba menotok jalan darah Yang ko-hiatnya Tio Thian Ek, tapi sebelum jarinya sampai, Tio Thian Ek tiba-tiba menyerang dengan tangan kiri yang luka.

Lim Co EK terkejut. selagi merandek, kepala Tio Thian Ek sudah menggelinding ditanah, sedang badannya masih tetap berdiri sambil memegang pedang....

Tiauw Goan Taysu rangkapkan dua tangannya. menyebut nama Buddha, sedang Hui Kak Siansu, Bu Wie Totiang dan lain-lainnya pada mengucurkan air mata.

Orang-orang dari Hian kui kauw yang menyaksikan keadaan itu juga pada kesima. Siang Hong Siang sendiri juga merasa bergidik, tanpa berasa mundur dua tindak.

Lim Co Ek dengan mata beringas membentak dengan suara bengis: "Orang she Siang jangan bergerak !"

Siang Hong Siang terkejut, tapi ia masih berlaku tenang. "Kau mau apa ?" tanyanya.

"Aku si orang she Lim ingin belajar kenal dengan tumbakmu yang terkenal namanya didunia Kang-ouw !"

"Apa kau lihat karena ditanganku cuma ada kecer pecah ini, maka hendak mencari keuntungan?"

"Ambil tumbakmu, mari kita bertempur lagi."

Siang Hong Siang ketawa terkekeh-kekeh dengan perlahan menghampiri mayat Tio Thian Ek! Tiba-tiba ada berkelebat satu bayangan orang. "Siang Tongcu! Silahkan mengaso dulu, orang she Lim ini biarlah aku situa bangka yang melayani!" kata bayangan tadi.

Lim Co Ek lintangkan pedang didadanya ia melihat orang itu sudah putih seluruh rambutnya, usianya mungkin sudah lebih enam pulah tahunan. Badannya kurus kering, kulit mukanya sudah keri^putan. ditangannya membawa tongkat bambu hijau.

Orang tua itu menghadang didepannya Siang Hong Siang, lalu berkata:

"Aku situa bangka adalah Cian Siu. salah satu Tongcu dari Hian kui kauw Kini ingin mewakili Siang Tiongcu untuk menyambuti ilmu silat Khong-tong pay!"

"Kau tentunya ada itu orang tua yang bergelar orang tua sakti bertongkat hijau yang namanya sangat kesohor didunia Kang-ouw, bukan ?"

"Julukkan yang tidak berarti itu. bagaimana bisa direndengkan dengan nama Lim-heng ?"

"Baiklah aku si orang she Lim ingin belajar kenal dengan senjata tongkatmu yang ternama itu!"

Lim Co Ek lalu angkat pedangnya, badannya bergerak laksana kilat menyerang lawannya.

Cian Siu tidak menyambuti, dengan gesit ia egoskan dirinya untuk mengelakkan serangan tersebut. Tongkatnya sekali menotol ke tanah, dirinya lantas melesat keudara.

Lim Co Ek menarik kembali serangannya dengan perasaan kagum, sambil memutar pedangnya ia bergerak mundur. Siapa tahu Cian Siu yang masih berada ditengah udara mendadak memutar tubuhnya. tongkatnya hendak mengemplang kepala Lim Co Ek.

Sambil membentak keras, Lim Co Ek kerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkis serangan lawan.

Sebertar kemudian, pedang dan tongkat saling beradu sehingga menimbulkan suara nyaring.

Cian Siu melayang turun, lalu berkata sambil tertawa: "Tidak kecewa Khong tong pay termasuk salah satu

partai besar. Dengan mengadu kekerasan ini, baru kelihatan kekuatan aslinya!"

Dalam mengadu kekuatan tadi, Lim Co Ek sudah mengetahui bahwa orang tua itu. kecuali mempunyai ilmu mengentengkan tubuh yang luar biasa, ternyata kekuatan tenaga dalamnya tidak begitu mahir. Dengan tidak banyak bicara pula ia maju lagi menyerang.

Benar saja, Cian Siu tidak berani menyambuti serangan secara kekerasan, ia selalu mencari kesempatan untuk melesat ke udara.

Kedua orang itu sebentar saja sudah bertempur sepuluh jurus lebih.

Lim Co Ek keluarkan seluruh kepandaiannya, setelah berhasil dengan pedangnya ia menyingkirkan tongkat lawannya, tangan kirinya secepat kilat mengirim satu serangan kearah Cian Siu yang sedang berada ditengah udara.

Cian Siu sudah tidak mempunyai tem-pat lagi untuk berkelit, maka terpaksa harus menyambuti dengan kekerasan. Karena Lim Co Ek mengeluarkan seluruh kekuatan tenaganya, maka Cian Siu tidak sanggup menyambuti serangan itu dirinya terpental sampai jungkir balik tiga kali, lalu melayang turun sejauh tujuh tombak.

Ketika kakinya menginjak tanah. badannya sempoyongan. . . .

Tiba-tiba timbul pikiran keji Lim Co Ek. ia lalu mengambil senjata tombak Siang Hong yang dilemparkan oleh Tio Thian Ek, kemudian membentak dengan suara keras:

"Orang she Cian, kau juga boleh menyambuti tombak terbang ini."

Ia lantas menyambit dengan tombak itu orangnya berbareng juga melesat menerjang Cian Siu yang sudah terluka didalam barusan berhasil menyingkirkan senjata tombak, tahu-tahu Lim Co Ek sudah berada didepan matanya yang hendak menikam dengan pedangnya. Kelihatannya terhadap serangan tersebut Cian Siu sudah tidak mempunyai daya untuk menyambutnya.

Lim Co Ek yang sudah bernapsu hendak membalas sakit hati Tio Thian Ek, ia memutar pedangnya untuk mengurung dirinya Cian Siu supaya tidak mempunyai tempat untuk meloloskan diri lagi.

Siapa tahu, selagi ia hendak turun tangan, dibelakang dirinya tiba-tiba merasa ada sambaran angin kuat.

-ooo0dw0ooo-

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar