Legenda Kematian Bab 05 : Budi dan perasaan, sulit untuk memilih

Bab 05 : Budi dan perasaan, sulit untuk memilih

"Di Bei Jing. Apakah kau pernah pergi ke Bei Jing? Bei Jing merupakan tempat bagus.  Angin dan pasir akan meniup tubuhmu, kau akan merasa hangat seperti.... seperti tangan  seorang ibu yang sedang memainkan rambutmu."

Hatinya penuh dengan perasaan lembut, karena itu kata-katanya terdengar seperti puisi.

Ling Ying terpaku, "Seperti seorang ibu yang sedang memainkan rambutku.... ini benar- benar indah! Tapi....! Aku belum pernah merasakan hal seperti ini."

Hati Guan Ning bergetar, dia menyalahkan dirinya mengapa dia telah membuat gadis yang dicintainya menjadi sedih.

Dengan tertawa sedih Ling Ying berkata lagi, "Sudah lama aku mendengar tentang keramaian kota Bei Jing, tapi aku belum pernah pergi ke  sana, bolehkah aku menemanimu pulang ke Bei Jing? melihat rumahmu setelah itu.... kita baru meneruskan pekeijaan yang belum selesai."

Sambil berkata seperti itu, wajahnya sudah menjadi merah.

Guan Ning menjadi senang, dia memegang tangan Ling Ying lebih erat lagi dan bertanya, "Apakah semua perkataanmu benar?" Kepala Ling Ying lebih ditundukkan lagi. Ling Ying sudah tidak terlihat judes dan manja lagi, dia menjawab dengan pelan, "Kau tahu aku tidak akan berbohong kepadamu."

Dia diam dan merasa bahagia, pandangannya begitu mesra, lama dan sangat lama. Mereka seperti hanyut dalam alam impian, tiba-tiba terdengar pelajar berbaju putih menarik nafas dengan berat, suara ini membuat mereka sadar dan kembali ke alam nyata.

Ling Ying yang tadi terlihat penuh dengan kesedihan, sekarang mulai bisa tertawa lagi, matanya yang bercahaya terus berkedip. Dia seperti sudah melupakan kehidupannya yang tidak mempunyai keluarga.

"Begitu sampai di He . Bei, aku akan membawamu menemui dengan seseorang, ilmu silat orang ini sangat tinggi dan dia adalah tabib sakti di dunia persilatan, temanmu yang terkena racun, pasti akan bisa disembuhkan—

"Tapi yang terpenting adalah kita harus pulang dulu ke rumahmu, untuk menengok ayah dan ibumu. Supaya mereka tidak mengkhawatirkanmu lagi."

Ling Ying seperti seorang istri yang  lembut, semuanya diatur untuk kepentingan Guan Ning.

Perasaam Guan Ning seperti tenggelam di dalam air, walaupun dia mengalami banyak kesulitan, ternyata dia sudah melupakannya. Sudah berganti dengan kebahagiaan. Guan Ning berkata dengan lembut, "Kita akan menyewa sebuah kereta, pelajar berbaju putih akan dibaringkan di dalam kereta, sedangkan kita menunggang kuda sambil bisa menikmati keindahan alam ”

Tiba-tiba dia teringat kepada Nang Er lagi. Nang Er yang nakal dan lucu, dia menghembus nafas panjang.

"Sayang kau belum pernah bertemu  dengan Nang Er, dia adalah anak yang lucu. ”

Ling Ying mengerti kesedihan Guan Ning, dia juga mengetahui bagaimana kesedihan yang ada di dalam hatinya, tidak bisa dihilangkan dengan bahasa indah, maka dia terus mendengarkan cerita Guan Ning tentang kelucuan Nang Er.

Kau harus mengerti. Jika dia sedang menceritakan tentang orang yang  sudah meninggal, hatinya pasti dipenuhi dengan kesedihan.

Secara bersamaan mereka melihat pelajar berbaju putih yang belum sadarkan diri sampai sekarang. Sepasang pemuda dan pemudi yang sedang menikmati kebahagiaan mereka, ternyata mereka tidak melupakan kesedihan orang lain. Mereka tahu orang yang sekarang  sedang berbaring tidak berdaya ini ternyata mempunyai ilmu silat tinggi dan juga mempunyai masa lalu yang sangat mengejutkan, saat ini dia hanya bisa berbaring di tempat tidur seperti orang normal yang sakit, karena itu mereka menjadi kasihan kepadanya. Mereka berdua tidak mengenalnya juga tidak mengetahui sampai mana kehebatan ilmu silatnya, masa lalunya pasti mengejutkan, pasti dia adalah orang yang telah menggegerkan di dunia persilatan.

Orang sering dipermainkan dengan hal semacam ini. Jika mereka mengetahui siapa dia sebenarnya, mungkin mereka tidak akan merasa kasihan kepadanya.

Bei Jing adalah kota tua, seperti seorang pendekar yang bisa menangis juga bisa tertawa, bisa marah juga bisa merasa senang, musim dingin terasa sangat dingin, musim panas, panasnya membuat orang kewalahan.

Sewaktu Guan Ning tiba di kota Bei Jing, musim gugur sudah berlalu, salju putih sudah membuat kota kuno itu tertutup oleh salju putih.

Walaupun turun salju, tapi orang-orang kota Bei Jing tetap terlihat sibuk berjalan mondar mandir.

Kedua muda-mudi ini berada di antara orang- orang yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa. Kuda meraka berjalan sangat pelan, mereka tahu jika sudah sampai di kota Bei Jing, untuk apa berjalan tergesa-gesa lagi.

Dengan mengenakan mantel yang terbuat dari bulu binatang, Guan Ning menunggang kuda gagah, ditemani oleh seorang gadis cantik, dia melihat kampung halamannya sudah terbentang di depan mata—Guan Ning merasa dia adalah orang yang paling berbahagia, paling sedikit sekarang orang-orang yang berpapasan dengan mereka merasa iri melihat tuan muda yang tampan ini ditemani seorang gadis cantik.

Walaupun sekarang sedang musim dingin, angin yang membawa salju meniup ke tubuh Ling  Ying, di dalam hati, dia merasa saat ini seperti sedang musim semi, begitu hangat, kata- kata yang terdengar lembut, tertawa senang, semua tenggelam di dalam tiupan angin musim dingin.

Roda kereta menggilas tumpukan es, kuda menginjak tanah yang ditutupi salju. Suara derap kuda terlihat penuh keceriaan.

Tiba-tiba Ling Ying berteriak, "Kota Bei Jing, aku sudah sampai!"

Dinding pembatas kota Bei Jing mulai terlihat, dengan senang Guan Ning berteriak, "Kota Bei Jing, kita sudah sampai!"

Perjalanannya yang panjang membuat Guan Ning menikmati kelembutan yang belum  pernah dia dapatkan, tapi jika malam tiba dia tetap tidak bisa melupakan keadaan di Wisma Si Ming yang dipenuhi darah, karena itu dengan teliti dia memeriksa satu per satu kain yang terdapat dalam uang, kemudian....

Dia mulai mengetahui ilmu silat yang belum pernah dia pikirkan sebelumnya, dulu ilmu silat yang dipelajarinya hanya setitik kecil dari ilmu silat yang ada.

Saputangan yang tersimpan di dalam uang itu tertulis tentang ilmu tenaga dalam yang sangat diinginkan oleh semua orang persilatan, setiap malam sampai larut, dia seperti pelajar yang sedang menghadapi ujian, semalaman terus mencari tahu tentang ilmu-ilmu tenaga dalam, dia tidak menemukan kesulitan mempelajarinya.

Satu hati, dua hari....

Pagi hari dia menunggang kuda, seharusnya ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan, malam hari dia tidak pernah tidur nyenyak, dia ingin mencari tahu tentang dalamnya ilmu tenaga dalam yang tertulis dalam kain itu. Anehnya, setiap hari dia begitu sibuk, dia tidak pernah terlihat lesu malah kondisinya lebih baik dibandingkan dulu, begitu udara menjadi dingin, pada malam hari dia tetap tidak tidur, dengan baju tipis dia duduk sendiri, dia tidak pernah merasa kedinginan.

Karena itu dia sadar kalau usahanya selama ini tidak sia-sia, dia mulai mengerti mengapa Ru Yi Qing Qian selalu diperebutkan oleh orang dunia persilatan, sekalipun itu harus ditukar dengan nyawanya.

Tapi selama perjalanan jarak jauh, menyimpan suatu rahasia dari seseorang yang kita cintai adalah hal yang sangat'sulit, beberapa kali dia berniat memberitahukan rahasianya kepada Ling Ying.

Tapi berkali-kali pula dia mengurungkan niatnya, karena dalam hatinya selalu ada rasa takut yang tidak bisa dijelaskan. Dia takut hanya karena seuntai Ru Yi Qing Qian, maka akan membuat dia dan Ling Ying bertengkar, diapun mengetahui kalau Ru Yi Qing Qian adalah benda pembawa sial, berita ini sudah menyebar luas di kalangan persilatan.

Jadi diapun merasa tidak perlu menceritakan rahasia ini kepada Ling Ying, walaupun Ling Ying adalah orang yang paling dekat dengannya, tapi seuntai Ru Yi Qing Qian yang bukan miliknya. Dia harus mengembalikan Ru Yi Qing Qian ini kepada si empunya yaitu.... Gong Sun Zuo Zu. Kadang- kadang dia merasa marah kepada dirinya sendiri, mengapa hanya dia sendiri mempelajari ilmu silat yang terdapat di dalam Ru Yi Qing Qian. Tapi diapun berusaha menenangkan pikirannya dan memikirkan kembali dampaknya bila dia memberitahukan Ru Yi Qing Qian  kepada Ling Ying.

"Seuntai uang ini dilempar begitu saja oleh Gong Sun Zuo Zu lalu aku memungutnya."

Sekarang dia melihat dinding megah yang ada di kota Bei Jing, dia sudah melupakan hal- hal yang membuatnya pusing. Dia berpikir, "Orang yang pergi akhirnya kembali juga ke rumah!" Bukankah kota Bei Jing sedang mengulurkan tangannya untuk menyambut kepulangannya?

Saat memasuki kota Bei Jing, Ling Ying berteriak kegirangan, jalan di kota Bei Jing lurus dan rata, walaupun pohon-pohon yang berada di kedua sisi jalan tampak berguguran, daunnya dan rantingnya tampak kering, tapi dari suasana ini kita dapat membayangkan jika musim semi atau  musim panas tiba, tampat itu pasti sangat rimbun.

Di sisi jalan masih ada seorang pak tua yang sedang berteriak, "Panggang ubi. ”

Suaranya yang keras terdengar sampai ke  tempat jauh, membuat orang serasa melihat ubi yang masih hangat.

Kota Bei Jing adalah kota yang sangat indah dan sederhana. Ling Ying yang sudah terbiasa berkelana di dunia persilatan pada saat melihat kota ini, darah yang berada di dadanya mengikuti teriakan pak tua itu melayang mengikuti arah angin, terbang di antara salju yang turun.

Ini adalah perasaan seseorang yang untuk pertama kalinya datang ke kota Bei Jing. Selama ratusan dan ribuan tahun, perasaan ini belum pernah berubah, hanya teriakan pedagang sederhana saja sudah cukup untuk meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan.

Tiba-tiba ada sebuah kereta dengan 4 ekor kuda penarik kereta dengan cepat berlari. Kusirnya tampak bersemangat melambai- lambaikan pecutnya. Begitu melihat Guan Ning dia segera menghentikan keretanya dan tertawa sambil berteriak, "Tuan Muda Guan, kau sudah pulang, sudah 2 tahun Anda baru kembali sekarang, untung kau masih ingat, dengan kota Bei Jing, dan juga masih ingat pulahg!"

Guan Ning tertawa senang, dalam hati dia berpikir, "Sudah 2 tahun berlalu, kota Bei Jing ternyata tidak melupakanku."

Diapun berteriak, "Pak Lao San, ternyata kau masih ingat kepadaku. ”

Suaranya belum selesai, dari dalam  kereta sudah ada kepala yang terjulur keluar dari jendela, kepala itu dipenuhi dengan tusuk konde yang terbuat dari giok dan mutiara. Begitu melihat Guan Ning, segera terdengar suara manja setengah berteriak.

"Tuan Muda Guan kau sudah pulang, kami benar-benar rindu kepadamu! Kau pergi ke mana saja? Kau tidak pernah menulis sepucuk surat untuk kami, lihat kau sekarang begitu kurus, walaupun di luar sangat menyenangkan, tapi pasti lebih nyaman berada di rumah."

Suaranya membuat Ling Ying yang berada di sisi Guan Ning melihat dan mendengar.  Hatinya merasa tidak enak, untung Lao San langsung membawa kereta kuda itu pergi dari hadapan mereka. Begitu Guan Ning berjalan di sisi Ling Ying, dengan sedikit marah Ling Ying berkata, "Pantas kau ingin cepat-cepat pulang ke kota Bei Jing, ternyata begitu banyak orang yang sedang menunggumu."

Tiba-tiba suara Ling Ying berubah  menjadi tajam, "Kau sekarang menjadi begitu kurus, kalau tidak cepat pulang, kau akan menjadi seekor kera kurus!"

Sambil berkata seperti itu Ling Ying tertawa, walaupun dia cemburu tapi dia masih bisa menahan diri.

Guang Ning tidak berkata apa-apa, dalam tawanya yang hangat, mereka melewati beberapa jalan. Di sepanjang jalan banyak orang yang menyapa Guan Ning, ada pendekar muda yang berbaju mewah ada pula yang lainnya. Begitu mendengar Guan Ning pulang, mereka menunggu di sisi jalan untuk sekedar menyapa, ada seorang pelajar yang berasal dari ibukota, mereka menanyakan apa hasil karya Guan Ning selama ini.

Untuk pertama kali Ling Ying melihat Guan Ning benar-benar tertawa lepas, dia mulai tahu bahwa Guan Ning adalah milik penduduk ibukota Bei Jing dan sepertinya Bei Jing pun telah memilikinya.

Akhirnya mereka masuk ke sebuah jalan besar, jalan yang berada selatan terdapat sebuah pintu berwarna merah, di depan pintu terdapat 2 patung batu singa, diam berjongkok. Ling Ying berpikir, "Mungkin ini adalah rumah Guan Ning." Sepanjang jalan dia selalu berpikir jika dia berkunjung ke rumah Guan Ning, seperti apakah reaksinya? Tapi sekarang setelah tiba di rumah Guan Ning, dia malah merasa malu, gadis angkuh yang katanya sudah pernah pergi ke mana- mana juga pernah bertemu dengan banyak orang terkenal, tapi perasaan seperti sekarang baru pertama kali dialaminya.

Dengan ragu dia berhenti dan berkata, "Kau pulang sendiri saja, aku akan mencari tempat lain dan menunggumu di sana."

Guan Ning terpaku, dia tidak menyangka kalau Ling Ying akan bicara demikian, dengan gagap Guan Ning bertanya, "Mengapa harus seperti itu? Mengapa harus begitu. aku hanya akan tinggal di

sini paling-paling 2-3 hari, setelah itu kita segera berangkat ke Miao Feng Shan, mencari tabib terkenal itu. bukankah.... kita sudah berjanji untuk bersama- sama melakukannya?"

Ling Ying menghentikan kudanya, sebenarnya banyak hal yang ingin dia sampaikan, tapi satupun tidak bisa keluar dari mulutnya. Pelan-pelan tangannya diletakkan di atas kereta, di dalam kereta itu terbaring pelajar berbaju putih yang identitasnya misterius dan sedang hilang ingatan. Pesilat tangguh dunia persilatan sekarang tidak bisa berdiri tegak, dia hanya bisa terbaring dengan diam. Kuda yang ditunggangi Guan Ning seperti tahu kalau Guan Ning telah tiba di rumahnya sendiri, dia segera meringkik senang.

Tiba-tiba....

Pintu berwarna merah itu terbuka, terdengar tawa lembut dari balik pintu itu kemudian muncul beberapa orang gadis membawa keranjang bambu, begitu melihat Guan Ning, mereka segera berteriak. "Tuan Muda, Anda sudah pulang."

Salah satu dari pelayan itu tampak tertawa senang kemudian dengain suara rendah dia berkata, "Mengapa Anda berjalan begitu lambat? Terlambat hingga 1 bulan lebih dibandingkan dengan kepulangan Guan Fu!"

Guan Ning tersenyum, dia turun dari kudanya dan berjalan ke depan Ling Ying lalu menuntun tali kuda yang ditunggangi Ling Ying, dia membawa kuda itu berjalan ke arah pintu besar. Ling Ying yang berada di atas kuda ingin mengatakan sesuatu tapi dia mengurungkan niatnya dan tetap duduk dengan diam di atas kuda, sambil melihat gadis-gadis yang keluar dari pintu merah itu.

Gadis-gadis itu dengan bengong melihatnya, mereka tidak menyangka kalau tuan muda mereka ternyata bisa menjadi pembawa tali kekang kuda.

"Siapakah nona itu?"

Dalam hati mereka terpikir banyak hal, dari wajah mereka yang terkejut, Guan Ning tahu kalau mereka pasti memikirkan sesuatu, karena itu dia sengaja membentak, "Cepat buka pintu!"

Gadis-gadis itu segera berlari masuk ke dalam rumah sambil tertawa. Ada yang berkata, "Tuan Muda sudah pulang, dia membawa istri yang cantik."

Kemudian pintu berwarna merah itu segera terbuka, kabar tuan muda mereka sudah pulang ternyata sudah menyebar ke seluruh penjuru rumah, di rumah orang kaya ini, dari pengurus sampai pelayan semuanya tampak berlarian  keluar.

Ling Ying yang  selalu tinggal di gunung dan tidak mempunyai keluarga, walaupun sering berkelana di dunia persilatan, tapi orang yang ditemuinya selalu pendekar-pendekar yang hidup di ujung golok atau pendekar-pendekar yang hanya terlibat dalam urusan balas dendam atau balas budi, walaupun mereka adalah orang kaya tapi mana bisa bersaing dengan keluarga ini.

Begitu melihat kekayaan keluarga Guan Ning, Ling Ying merasa kaget dan serba salah, hatinya terus berdebar-debar.

Tapi dia berusaha menutupinya, dia diam berdiri di sisi Guan Ning sambil melihat pelayan- pelayan itu sibuk membawa turun barang- barang bawaan Guan Ning. Ada yang bertanya, "Tuan Muda, di dalam kereta itu apakah ada teman Anda?" Ada yang bertanya, "Mana Nang Er, si nakal itu sekarang berada di mana?"

Kata-kata ini membuat Guan Ning segera sadar dari rasa gembiranya, hatinya bergetar sedih, dia teringat sewaktu Nang Er sedang tertawa, karena itu dia sudah tidak tahan lagi, diapun teringat kata-kata Nang Er terakhir. Segera dia bertanya, "Mana Nona Du?" 

Guan Fu yang tadinya ikut dengannya, tapi karena Guan Ning menyuruhnya pulang dari awal, pelayan itu hanya terpaku, lama baru dia mengerti dan berkata, "Tuan Muda, apakah yang Anda maksud adalah Wen Xiang?"

Dia merasa aneh mengapa tuan mudanya memanggil pelayan dengan sebutan nona. Dia  tidak tahu kalau dalam hati Guan Ning merasa sangat berterima kasih kepada budi Nang Er, mana mungkin dia bisa menganggap kakaknya hanya sebagai pelayan? Apalagi dia sudah melihat kakak beradik ini mau menjadi pelayannya di sini, pasti ada hal yang mereka tutupi dan kakak beradik ini selalu berusaha menutupinya.

Guan Ning mengangguk dan mulai mencari. Terdengar Guan Fu berkata lagi, "Tadi sewaktu Tuan Muda pulang, Wen Xiang ikut keluar, tapi tiba-tiba dia menutupi wajahnya lalu lari ke belakang. Apakah dia sedang merasa sakit kepala?"

Guan Ning merasa aneh. Dia berpikir, "Apakah Wen   Xiang   sudah   tahu   kalau  Nang   Er sudah meninggal? Tapi sepertinya tidak mungkin? Jika tidak melihat adiknya, seharusnya dia bertanya dulu."

Guan Ning mulai merasa curiga, tapi sudah ada pelayan yang memberitahu kepadanya bahwa nyonya besar sedang menunggunya,  terpaksa Guan Ning menunda dulu rasa curiganya ini.

Anak kesayangan orang tua, melihat kembali orang tuanya membuat hati yang lelah seperti tercuci oleh air.

Sepasang suami istri yang kaya dan juga masih sehat, walaupun merasa aneh karena putranya tiba-tiba membawa pulang seorang gadis, tapi mereka sudah merasa gembira karena putra mereka telah kembali, urusan yang lainnya tidak mereka pikirkan lagi. Mereka hanya berpesan, "Lain kali kalau pergi jangan terlalu lama. Apa saja yang sudah kau lihat selama ini di luar? Apa saja yang sudah kau alami? ada pepatah mengatakan: membaca buku yang banyak dan berjalan jauh sangat baik untuk anak muda. ”

Dengan tenang, Guan Ning memilih hal yang menggembirakan untuk diceritakan. Tentu saja hal-hal yang terjadi di Wisma Si Ming dan hal-hal yang menyangkut dirinya, baik itu membalas budi ataupun membalas dendam tidak diceritakan.

Sesudah bertemu dengan orang tuanya Guan Ning lalu mengatur tempat untuk pelajar berbaju putih supaya dapat beristirahat dengan tenang, tidak lupa diapun mengatur tempat untuk Ling Ying di sebuah perpustakaan yang nyaman supaya Ling Ying bisa beristirahat.

Kemudian dia kembali ke perpustakaan sendiri, dia mencari seorang pelayan dan memintanya untuk memanggil Nona Du.

Dengan tidak tenang dia berjalan ke perpustakaan itu, dengan cara apakah dia harus menyampaikan berita tentang kematian Nang Er? Dia teringat pada kata-kata Nang Er yang belum sempat dia selesaikan sebelum dia mati, dalam hati Guan Ning berpikir, "Apa yang Nang Er ingin aku lakukan? Walaupun permintaan Nang Er seperti memintaku mendaki gunung api, aku akan berusaha menepati janjiku. ”

Pelayan yang diperintahkan memanggil Nona Du ternyata dia tidak berhasil membawa Nona Du ke tempat Guan Ning. Pelayan itu menyampaikan bahwa Nona Du sekarang sedang menutup diri di kamarnya, dia sudah diberitahu bahwa tuan muda memanggilnya, tapi dia tidak mau mendengarnya.

Dari kata-kata pelayan itu, sepertinya dia tidak suka dengan sikap Nona Du. Dia ingin agar pengurus wisma bisa mengajari Nona Du supaya bersikap sopan kepada majikan mereka. Guan Ning berpikir sejenak dan berkata, "Antarkan aku ke sana."

Tuan muda datang sendiri ke kamar pelayan perempuan, di rumah orang kaya manapun belum pernah terjadi hal seperti itu, tapi begitu Guan  Ning sampai di kamar Nona Du, langkah Guan Ning terlihat agak ragu, dia teringat sewaktu Nang Er akan meninggal, dia sudah berjanji kepada Nang Er....

Dia menyuruh pelayan yang mengikutinya dari belakang berhenti, dengan langkah besar dia berjalan dan mengetuk pintu kamar itu.

"Nona Du. Nona Du, ini aku!" Terdengar jawaban dari dalam. "Masuk!"

Guan Ning masih terlihat ragu, tapi akhirnya dengan langkah berat dia masuk ke dalam kamar. Sifat Guan Ning lurus tidak kolot terhadap aturan. Jika tidak, dia tidak akan berani masuk ke kamar itu.

Kamar itu agak gelap, terlihat gadis yang bernama Nona Du itu sedang berdiri di sisi tempat tidur, rambutnya berantakan, matanya masih terlihat sisa-sisa air mata, tapi dia sudah memakai baju berwarna hitam yang ketat, dengan wajah sangat sedih dia melihat Guan Ning.

Guan Ning terpaku.

Terdengar Nona Du tertawa dingin.

"Tuan Muda sengaja datang kemari, apa yang ingin Anda sampaikan? Cepat katakan, kalau tidak.... aku tidak berani menyuruh Tuan Muda tinggal lebih lama di sini!"

Suaranya walaupun terdengar lembut tapi sangat dingin. Guan Ning terpaksa tertawa kecut kemudian dia berkata, "Aku datang kemari karena memang ada hal yang ingin kusampaikan kepada Nona. ”

Guan Ning berhenti bicara sebentar. Nona Du masih berdiri di depan pintu, dia tidak bermaksud menyuruh Guan Ning masuk, terpaksa Guan Ning langsung menceritakan kejadian pada saat dia naik gunung, masuk ke Wisma Si Ming, lalu bertemu dengan hal-hal aneh. Kemudian hal mengenai kematian Nang Er semua diceritakannya dengan jelas, sampai pada akhirnya Guan Ning berkeringat, dia merasa kali ini, bercerita adalah hal yang paling menyulitkan dalam hidupnya.

Nona Du ini masih berdiri dengan terpaku, sepasang matanya terlihat kosong dan melihat keluar, seperti sebuah patung batu.  Wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi, tapi apa yang sedang dipikirkannya di dalam hati?

Guan Ning merasa dingin, seharusnya gadis ini menangis setelah dia mendengar kata- kata Guan Ning, tapi gadis ini malah bereaksi seperti itu.

Baru saja dia berpikir seperti itu, gadis ini  berlari ke sebuah meja kecil. Lalu dia berkata, "Ayah, putrimu yang tidak berbakti merasa bersalah kepada ayah.... bersalah kepada ayah " Suaranya terdengar sangat sedih.

Guan Ning terpaku. Dua tetes air mata bergulir dari matanya, "Nona.... Nona. ”

Apa yang harus dikatakannya sekarang, dia tidak tahu.

Baru saja dia berjalan 2 langkah, dia menjadi bengong, karena di atas meja itu ternyata ada sebuah papan nisan putih berukuran 1 kaki, di sana terlihat ada sepiring bola besi kecil yang tampak berkilau dan sebilah pedang panjang yang terlihat dingin dan bercahaya. Papan nisan itu tertulis : Jin Wan Tie Jian, Ketua Biao Du Sao Zhang.

Cahaya redup menyinari papan nisan dan pedang juga sepiring bola besi serta menyinari pundak gadis yang sedang menangis itu, membuat kamar itu dipenuhi dengan kesedihan dan suasana bertambah sedih lagi. Guan Ning merasa kepalanya berat dan tidak bisa bernafas. Sambil menghapus air matanya, dia berkata, "Nona, walaupun Nang Er sudah tiada. Dendam Nona yang dalam ini, sekalipun aku bukan orang berguna, tapi. ”

Karena pikirannya begitu kacau membuat Guan Ning tidak bisa mengungkapkan perasaannya, tapi sekarang dia tahu kalau kakak beradik ini ternyata menyimpan dendam yang sangat dalam, dia juga bertekad ingin membantu mereka membalas dendam. Tiba-tiba gadis itu berhenti menangis. Dia berdiri. Pedang panjang itu diambil lalu diserahkannya kepada Guan Ning. Guan Ning dengan bingung melihat ujung pedang yang  tampak bergetar di depannya, diapun merasa seram melihat pedang itu, dia tidak berani bergerak karena jika gadis ini berniat membunuh saat ini, dia tidak akan menghindar.

Dari dalam kegelapan, terlihat kedua alis gadis itu seperti pedang, matanya sebesar lonceng, sorot mata itu penuh dengan kebencian dan terlihat sadis. Guan Ning menghela nafas dan berkata, "Adikmu memang bukan aku yang membunuh tapi karena akulah maka dia mati.

Jika Nona Du ingin membalas dendam untuk adikmu, bunuh saja aku, matipun aku tidak akan menyesal."

Guan Ning berpikir dalam kesedihannya  gadis ini pasti menganggap Guan Ning lah yang harus bertanggung jawab atas kematian adiknya. Tapi begitu Guan Ning selesai bicara, gadis ini sudah memutar pegangan pedang yang panjang itu, pedang itu berputar di udara kemudian ibu  jari dan telunjuk seperti kilat memegang ujung pedang. Posisi pedang sekarang adalah, ujung pedang berada di dalam dan pegangan pedang berada di belakang. Guan Ning terpaku.

Gadis ini sudah menjejalkan pedang itu ke tangan Guan Ning dan tertawa dingin, "Aku dan adikku memang bernasib buruk, karena kami diterima oleh Tuan Muda, maka kami baru bisa mempunyai tempat untuk berlindung. Nang  Er mati karena yang menjadi kakak tidak bisa menjaga adik. Ini bukan salah Tuan Muda."

Walaupun suaranya terdengar sedih tapi juga sangat dingin dan penuh dengan amarah. Guan Ning belum pernah mendengar ada orang yang bicara dan bersikap seperti itu.

Terdengar dia berkata lagi, "Hanya saja Du Yu ingin bertanya kepada Tuan Muda, adikku yang malang mengapa bisa mati begitu saja? Kalau Tuan Muda tidak ingin menjawab, Anda boleh membunuh Du Yu. Tidak perlu.... tidak perlu. ”

Dia menangis lagi dan pembicaraan ini tidak bisa dilanjutkan.

Guan Ning merasa aneh. Mengapa Nona Du bersikap demikian. "Kematian adikmu, sudah aku jelaskan semuanya kepada Nona. Memang aku merasa menyesal tapi aku tidak berbohong. Kalau Nona. ”

Suaranya belum selesai, Du Yu menyambungnya dengan nada dingin, "Tuan Muda adalah orang yang pintar, tapi Anda jangan mengangap kalau orang lain bodoh. Jika Tuan Muda ingin membantunya membasmi keluarga kami, mengapa.... mengapa dia harus meninggalkanku seorang diri. Aku.... aku rela mati di tangan Tuan Muda. ” . Pergelangan tangannya berputar. Guan Ning mundur untuk menghindar pedang yang diberikan oleh Nona Du. Dengan bengong dia hanya bisa melihat, terlihat wajahnya penuh dengan air mata, tapi dia berusaha menutupi kesedihannya dengan tawa dingin. Mengapa dia bisa menjadi seperti itu? Guan Ning tidak mengerti.

Dia terus bertanya kepada dirinya sendiri, "Siapakah dia sebenarnya? Mengapa dia harus membunuh semua keluarga Du?"

Dia melihat Du Yu yang juga sedang melihatnya, di dalam mata Du Yu, ada perasaan yang tidak  bisa diungkapkan. Dia menghembuskan nafas dan berkata, "Aku sama sekali tidak mengerti dengan kata-kata yang Nona ucapkan, tapi aku tahu pasti ada alasannya dan Nona pasti sudah salah paham. Jika Nona percaya kepadaku, katakan saja kepadaku, asalkan aku bisa membantu, aku pasti akan berusaha."

Mata Du Yu terlihat sedikit berkilau, tapi dia masih terus melihat Guan Ning, seperti ingin melihat hingga ke dalam hati Guan Ning.

Lama. dan lama.

"Apakah Nang Er dibunuh oleh perempuan yang Anda bawa itu?"

"Kau mengatakan apa?"

"Namanya adalah Ling Ying.... dan dia sangat sadis." "Apakah benar?" Guan Ning tampak melotot.

Nama Ling Ying yang disebut Du Yu pada saat didengar oleh Guan Ning, membuat Guan Ning merasa gemetar. Dia merasa nada bicara Du Yu seperti penuh dengan kesadisan dan sulit dimengerti. Dalam hati Guan Ning berpikir, "Mengapa dia bisa tahu nama Ling Ying?" 

"Apakah di antara mereka ada dendam tersembunyi?"

Guan Ning melihat Du Yu yang juga dengan dingin sedang melihatnya, kemudian bertanya, "Apakah kau tahu siapa dia sebenarnya?"

Guan Ning menggelengkan kepala, "Dia adalah orang yang telah membunuh ayahku.... dia juga orang yang telah membunuh Nang Er, apakah benar?"

Kata-katanya terdengar semakin berat dan pelan. Guan Ning merasa kata-katanya seperti ribuan paku yang beratnya ratusan kilogram memukul-mukul ke jantungnya. Terdengar dia berkata lagi, "Bukan dia yang membunuh adikmu.... Mengapa dia harus membunuh adikmu....? Ada apa....?" Hati Guan Ning terasa sangat kacau. Du Yu tertawa dengan sedih, "Untuk apa demi dirinya Anda harus berbohong. Aku sendiri melihatnya membunuh ayahku, walaupun aku tidak melihatnya membunuh Nang Er, tapi. ”

Guan Ning mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia tahu kalau dia terus seperti itu, kesalahpahaman ini akan semakin dalam, dia memotong kata-kata Du Yu dan menegakkan dadanya, "Sejak kecil aku selalu bersekolah, aku belum pernah berbohong, jika Nona percaya kepadaku, kaupun harus percaya bahwa bukan dia yang membunuh adikmu. ”

Du Yu sedikit terpana, dia merasa kalau pemuda ini berkata dengan benar, sehingga membuat orang mempercayai kata-katanya. Guan Ning  berkata lagi, "Tentang kematian ayahmu.... Ling Ying saat itu masih muda, berkelana di dunia persilatan belum terlalu lama, mungkin Nona Du sudah salah lihat, dan Nona tidak bisa memastikan kalau itu adalah dia."

Air mata Du Yu menetes lagi, pedang yang dipegangnya terjatuh ke bawah begitu saja.

Malam sudah tiba, kamar bertambah gelap. Du Yu masih berdiri dengan terpaku kemudian dia mundur beberapa langkah lalu duduk di sisi ranjang.

"Tujuh tahun yang lalu, suatu malam. Ayah, Nang Er, dan aku duduk di bawah sebuah pohon berbunga ungu yang merambat, cahaya bulan membuat bayangan rangkaian bunga ini terlihat panjang terjatuh ke tubuh ayah. Ibu membawakan sepiring semangka yang baru saja dipotong."

Guan Ning mendengar semuanya dengan teliti, walaupun dia tidak tahu mengapa gadis ini tiba- tiba menceritakan masa lalunya tapi dari kata- katanya dapat diketahui kalau saat dia sangat bahagia. Walaupun Guan Ning sangat disayang oleh ibu dan ayahnya tapi sepertinya dia belum pernah menikmati rasa ini. Dia terpaku; Du Yu masih tenggelam dalam kebahagiaan 7 tahun lalu dan untuk sementara melupakan kesedihannya sekarang ini.

Angin berhembus dari luar membawa masuk ke dalam kegelapan yang lebih gelap lagi. Guan Ning tidak bisa melihat dengan jelas wajah Du Yu, dia hanya bisa melihat tubuh Du Yu seperti kucing jinak, hatinya tergerak, dia segera teringat pada sesosok gadis polos seorang lagi. Du Yu berkata, "Kami sedang makan semangka itu dengan nikmat, mendengar ayah bercerita tentang jaman dulu, pada saat ayah masih muda saat ayah berkelana di dunia persilatan. Ibu menyandar ke tubuh ayah. Nang Er menyandar ke tubuh ibu, matanya terpejam seperti tertidur. Kata ayah hari sudah malam, tidurlah. Tidak disangka. tidak

disangka. ”

Hembusan nafas panjang mengakhiri kata- katanya yang belum selesai. Guan Ning tidak ingin mendengar cerita berikutnya karena Guan Ning tahu kalau cerita berikutnya pasti cerita sedih. Guan Ning tidak ingin mendengar cerita yang sedih berikutnya.

Tapi kaki Guan Ning tidak bergeser selangkahpun, "Ayah baru saja berdiri, dari luar terdengar suara dingin seorang perempuan dan dia tertawa. Suara perempuan itu berkata. Du. ”

Dia tidak mengatakan nama ayahnya, dan terus berkata, "Perempuan itu menyuruh ayah cepat mati.... aku kaget dan mendekati ayah. Ayah berdiri tapi tidak bergerak, hanya mengelus rambutku, menyuruhku supaya jangan takut. Tapi aku merasa kalau ayah gemetar!" 

Mata Du Yu dipejamkan, dia seperti mengingat masa lalunya, menahan air matanya yang akan menetes. Guan Ning mendengar nafas yang dihembus, dia takut hembusan nafas itu akan mengganggu pikiran Du Yu.

Du Yu berkata lagi, "Suara itu sudah tidak terdengar lagi, lama tidak ada orang yang bicara, sambil mengelus kepalaku, ayah berpesan kepada ibu supaya cepat membawa aku dan Nang Er pergi dari sana, tapi ibu tidak mau, dia malah menyuruh orang yang berada di luar sana supaya cepat keluar.... apakah kau tahu kalau ilmu silat ibuku sangat tinggi. ”

Dia tertawa sedih, seperti menertawakan dirinya sendiri, mengapa harus mengatakan hal- hal yang tidak berguna pada orang lain.

Tapi tawanya mengandung kemarahan. Terdengar nafasnya bertambah berat.

"Kata-kata ibu belum selesai, dari luar tiba-tiba terasa ada angin yang berhembus kemudian di halaman sudah terlihat 2 bayangan orang. Malam itu adalah malam terang bulan, di bawah sinar bulan terlihat kalau mereka adalah 2 orang perempuan. Yang satu tampak lebih tua, yang satu lagi seumur denganku, mereka memakai baju dengan warna yang sama, aku terus melihat ke luar dinding, tapi aku tidak melihat bagaimana cara mereka bisa masuk."

Hati Guan Ning terasa dingin, "Baju hijau?!"'

Du Yu tidak peduli dengan perkataan Guan Ning dan berkata lagi, "Ayah melihat mereka berdua, tangan yang mengelus kepalaku semakin gemetar, tapi dia tetap membentak dengan lantang, 'Nona Cui Xiu, ada keperluan apa datang kemari?'

Perempuan muda itu tertawa dingin lalu dari balik bajunya mengeluarkan sebuah bola besi berwarna hitam, dia melemparkan bola itu ke bawah dan berkata, 'Namaku Ling Ying.'

Ayahku melihat bola besi hitam itu dan mendengar nama gadis itu disebut, tiba-tiba ayah mengangkatku dan melemparkanku  keluar tembok. Aku takut sekaligus kaget, aku berteriak tapi sudah terlempar ke luar tembok."

Guan Ning berteriak.

Du Yu berkata lagi, "Ayah sudah memperhitungkan lemparannya ditambah lagi aku pernah belajar ilmu silat karena itu aku tidak akan terluka parah, segera aku berdiri kemudian kulihat Nang Er pun dilempar keluar, dia menangis, waktu itu dia masih sangat kecil, hanya karena  dasar ilmu silatnya kurang kuat  maka dia terjatuh dengan berat, segera dia menangis. Tapi di halaman sudah terdengar suara ayah dan ibu. Mereka sedang bertarung sambil diselingi tawa perempuan itu, aku ingin meloncat masuk kembali ke balik dinding tapi Nang Er tampak ketakutan, akupun menjadi kebingungan. Aku berpikir  saat itu lebih baik menyuruh Nang Er jangan menangis kemudan setelah itu baru kami akan masuk." Suaranya sekarang terdengar sangat pelan, dia berhenti cukup lama kemudian menangis lagi.

Walaupun dia tidak meneruskan kata- katanya, tapi Guan Ning tahu bahwa ceritanya belum selesai.

Guan Ning berdiri dengan diam. Dia merasa tubuhnya sudah kaku dan tidak bisa bergerak, lebih-lebih tidak tahu apa yang harus dikatakan olehnya sekarang.

Malam sudah tiba....

Di rumah mewah itu tampak lampu-lanpu dinyalakan, hanya di sudut rumah masih terlihat gelap. Papan nisan yang terbuat dari kayu putih, di dalam kegelapan tampak lebih menarik perhatian.

Di mata Guan Ning, papan nisan ini seperti setan yang mengenakan baju putih. Seakan-akan papan nisan itu terus membesar. Guan Ning memejamkan matanya, tapi papan nisan itu tetap terlihat ada di depan mata. Suara tangis Du Yu seperti suara Nang Er pada saat dia hampir meninggal....

Sekarang dia mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Nang Er. Ternyata Nang Er ingin mengatakan ingin membalaskan dendam ayahnya. "Nang Er mati demi diriku.... mana mungkin aku bisa menolak permintaan terakhirnya, apalagi aku sudah berjanji kepada Nang Er."

Tapi musuhnya kali ini adalah orang yang sudah memberinya kehangatan, kelembutan, juga perhatian. Jika Tuhan menyuruh mereka harus mati salah satu dari mereka, lebih baik dia memilih mati sendiri. Tapi sekarang demi membalas budi, demi kebenaran, apakah dia harus membunuh Ling Ying? Sekarang apa yang harus dia lakukan?

Guan Ning melihat pedang yang tergeletak di bawah, dia terperangkap ke dalam kesedihan yang dalam.

Du Yu terus berkata, "Walaupun aku tidak memberitahumu, Andapun pada akhirnya pasti akan tahu, dalam waktu singkat mereka berhasil membunuh ayah dan ibuku, walaupun aku tidak bertemu dengan pembunuh itu lagi, tapi seumur hidup aku tidak akan bisa melupakan wajah mereka. ”

Walaupun kata-kata Du Yu sangat pendek tapi hal itu sudah membuat otot-otot di seluruh tubuh Guan Ning membeku dan tidak bisa bergerak. Guan Ning menundukkan kepalanya, bayangannya masih terlihat diam di sisi tempat tidur. Du Yu seperti menunggu jawaban Guan Ning tapi Guan Ning tidak tahu apa yang harus dijawab?

Mereka saling berhadapan, walaupun mereka tidak bisa melihat dengan jelas wajah mereka masing-masing, tapi mereka bisa mendengar suara jantung yang berdebar-debar dan desahan nafas karena kamar itu begitu sunyi.

Tapi....

Di luar pintu tiba-tiba masuk sesosok bayangan, dia seperti hantu gentayangan masuk tanpa bersuara, bayangan itu berhenti di depan pintu tiba-tiba berlari ke sisi Guan Ning. Tiba- tiba dia menotok Guan Ning kemudian kedua telapak tangannya membawa Guan Ning ke dekat dinding, dengan ringan dia meletakkan Guan Ning  di sebuah kursi yang berada di dekat dinding.

Semua yang terjadi begitu tiba-tiba dan sangat cepat. Guan Ning hanya merasa ada  bayangan yang lewat kemudian pinggangnya terasa kaku, begitu dia ingin berontak dan berteriak, badannya sudah tidak bisa bergerak. Suaranyapun tidak bisa keluar.

Du Yu kaget dan berteriak, "Siapa kau?"

Bayangan itu tertawa dingin, "Masa kau tidak mengenalku? Bukankah tadi kau mengatakan kalau seumur hidupmu kau tidak akan bisa melupakan wajahku?" Wajah Du Yu berubah, tanpa terasa dia mundur tapi tubuhnya sudah mepet ke pinggir ranjang. Tiba-tiba dia meloncat dan memungut pedang yang tergeletak di bawah dan berteriak, "Kau Ling Ying!"

Di dalam kegelapan terlihat bayangan orang itu tertawa, "Betul, aku adalah Ling Ying! Aku adalah orang yang telah membunuh ayahmu!"

Du Yu berteriak. Pedang panjangnya secepat kilat menusuk Ling Ying.

Ling Ying tertawa, dia hanya bergeser sedikit untuk menghindari tusukan pedang Du Yu. Pedang itu masuk menembus dinding. Ling Ying tertawa, "Hanya mempunyai ilmu silat seperti itu saja kau sudah ingin membalaskan dendam ayahmu. Ha! Ha! Ha.... masih terlalu pagi!"

Du Yu sangat marah, dia lupa kalau dia adalah perempuan dan dia terus berteriak, "Perempuan jalang.... kau perempuan jalang.... kau harus mengganti nyawa ayahku!"

Walaupun berkata seperti itu, kata-kata sadis tetap tidak bisa diucapkan, "Kau perempuan jalang."

Karena marah, ilmu pedang Du Yu menjadi lebih bertenaga.

Tapi Ling Ying menganggap itu semua hanya jurus silat anak kecil, walaupun kamar itu kecil tapi ilmu meringankan tubuh milik Ling Ying sudah digunakan, semua jurus dengan mudah dihindari olehnya.

Guan Ning dengan kondisi lemah duduk di kursi itu karena dia sudah ditotok oleh Ling Ying. Dia hanya bisa melihat bayangan orang yang  terus bergerak, dia tidak bisa membedakan mana Du Yu, mana Ling Ying, tapi dia tahu di antara kedua wanita itu tersimpan dendam yang sangat dalam, salah satu dari mereka pasti akan roboh. Yang satu telah berbudi kepadanya, yang satu lagi mencintai dirinya!

Hati Gaun Ning seperti digores, dia ingin sekali memisahkan mereka tapi sekarang dia hanya seperti sebuah patung kayu, kecuali dengan mata dia bisa menyaksikan pertarungan mereka, yang lainnya sama sekali tidak bisa dilakukan.

Tiba-tiba....

Pedang Du Yu terjatuh.

Kali ini bukan karena hatinya bergetar tapi karena jurus Ling Ying membuat dia tidak bisa menahan serangannya.

Du Yu mundur tapi Ling Ying seperti bayangan terus menempelnya, tangan Ling Ying seperti menyerang ke arah dada, tapi begitu ditangkis, ternyata tangannya malah ditotok.

Ling Ying tertawa, "Kau berbaring saja di sini!"

Ling Ying mengangkatnya ke sisi Guan Ning lalu menepuk lutut mereka kemudian dia mulai bernyanyi, "Duduk bersama-sama, makan buah bersama-sama. teman yang baik, hati gembira. ”

Dia menyanyikan sebuah lagu rakyat, tapi nyanyiannya terdengar penuh dengan kesedihan, sampai pada bagian terakhir, dia bukan menyanyi tapi menangis tersedu-sedu.

Hati Guan Ning seperti banyak gelombang yang sedang naik turun juga seperti ada bongkahan batu besar, satu per satu masuk menindih hatinya.

Dia berharap bisa berteriak, lebih berharap dia bisa menangkap tangan Ling Ying, tapi Ling Ying malah menundukkan kepala, dia sedang menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba dia mengangkat kepala dan berkata kepada Guan Ning, "Tadi kau bercerita kepada orang lain, sekarang aku akan bercerita untukmu. ”

Dia berhenti sejenak lalu berkata lagi, "Dulu ada seorang anak perempuan, sewaktu masih kecil ayahnya telah dibunuh oleh Jin Wan  Tie Jian (pedang baja emas). Karena nama ayahnya adalah Tie Wan Qiang, Jin Wan  Tie Jian menganggap ayahnya salah karena memberi mereka nama yang sama."

Kepala Guan Ning tidak bisa digerakkan, mulutnya tidak bisa berbicara, tapi bola matanya masih bisa diputar, tapi dia tetap tidak bisa melihat ekspresi Du Yu. Guan Ning menghembus nafas dan berpikir, "Ternyata di balik semuanya sangat berliku-liku. ” "Nasib anak itu tidak baik, juga tidak mempunyai adik, dia hanya menjadi seorang pengemis. Kemudian dia bertemu dengan seorang pesilat tangguh perempuan. Orang itu membawanya ke sebuah gunung, kemudian mengajarkan kepadanya ilmu silat serta membantunya membalaskan dendam ayahnya. Karena waktu itu Jin Wan Tie Jian tidak membunuh anak ini, maka diapun melepaskan sepasang anak Du Sou Chang."

Ling Ying berhenti bicara. Tiba-tiba dia bertanya kepada Guan Ning, "Menurutmu apakah anak perempuan itu harus membalas dendam? Kalau kau menjadi putrinya, apa yang akan kau lakukan?.... aku yakin kaupun pasti akan membunuh putri Du Sou Chang."

Guan Ning bengong melihat Ling Ying, hatinya benar-benar sangat tidak enak. Terlihat sepasang mata Ling Ying berkilau terkena cahaya bulan di dalam kegelapan seperti ada 2 buah bintang.

Tiba-tiba mata seperti bintang ini dipejamkan dan dia menghembuskan nafas, "Tapi dia tidak melakukan ini karena jika dia melakukan ini, maka dia akan membuat hati seseorang terluka. Orang itu malah akan membalas budi, walaupun dia ingin Du Sou Chang membunuh putrinya tapi dia sama sekali tidak membenci orang ini. Karena. aku

tidak perlu menyebut siapa nama orang ini, kau pasti sudah mengetahuinya." Guan Ning merasa gelombang dan bongkahan batu berubah menjadi tenaga besar dan menindih kepalanya.

Du Yu benar-benar merasa tidak enak. Terdengar Ling Ying menghembus nafas panjang, "Walaupun sifatnya jelek juga bukan orang baik tapi sekarang dia membiarkan orang yang  dia sukai duduk bersama dengan musuhnya dan dia sekarang  harus  pergi.  Pergi....  jauh....  jauh.    ke

tempat   yang  jauh,   semua  ini  untuk   apa.   dia

sendiripun tidak tahu alasannya."

Ling Ying mulai menangis, begitu selesai bercerita, dia berlari dengan 2 tangan menutupi wajahnya tapi dia kembali lagi dan pelan-pelan mendekat Guan Ning. Lalu dia berkata, "Aku menotok nadimu karena aku takut sewaktu aku bertemu dengan Du Yu, akan membuatmu serba salah. Aku tidak membuka totokanmu karena aku ingin kau duduk lama bersama dengannya. Apakah kau.... kau tahu maksudku?"

Kemudian Ling Ying sudah secepat kilat berlari ke depan pintu dan menghilang di dalam kegelapan, hanya terdengar suara tangisan yang masih terus terngiang di sisi telinga Guan Ning.

Perasaan apakah ini? Timbul perasaan apa lagi di hati Guan Ning?

"Aku tidak bisa menjelaskan perasaanku karena di dunia ini begitu banyak perasaan indah dan sempurna, aku tidak bisa menjelaskannya, apakah kau bisa?"

Kali ini Guan Ning dan Du Yu sekali lagi bisa mendengar detak jantung mereka masing- masing, tapi Guan Ning dan Du Yu saat itu ingin detak jantung mereka berhenti berdebar, mereka tidak tahan dengan penghinaan ini, juga tidak bisa menerima kebaikan yang diberikan oleh Ling Ying. Hati Du Yu serasa menjerit, "Kenapa kau tidak membunuhku saja?"

Tapi sekarang dia sama sekali tidak bisa bicara, jeritan hatinya tidak ada orang yang bisa mendengar.

Di luar, malam semakin larut, salju mulai turun. Hanya sebentar salju turun dan udara terasa semakin dingin, tapi udara yang begitu dingin, tidak dirasakan oleh Guan Ning sama sekali. Sekarang kaki, tangan, dan badannya seperti sudah bukan seperti miliknya lagi. Hanya pikirannya masih seperti gelombang terus menerus melambung hingga masuk ke dalam hidungnya.

Walaupun kaki dan tangannya ditotok hingga kaku, tapi dia bisa merasakan badan lembut yang bersandar ke tubuhnya. Dia sadar tubuh lembut dan mengeluarkan harum manis dan tubuh itu milik Du Yu.

Dia ingin menggeser tubuhnya sedikit tapi totokan istimewa dari Huang Shan Cui Xiu, walaupun sangat ringan tapi dalam satu jam  cukup membuat badannya kaku.

Karena itu di antara kekacauan pikirannya, ditambah lagi perasaannya yang tidak tenang, di dalam kegelapan malam, dia dan seorang gadis begitu dekat, di kehidupan Guan Ning ini adalah pertemuan yang sangat kebetulan.

Guan Ning bisa mendengar desah nafas Du Yu, begitu juga dengan Du Yu, irama nafas mereka sama, tubuh saling menyandar, mengingat kata- kata Ling Ying tadi, mereka tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Du Yu memejamkan matanya, dia takut kalau sorot matanya bisa membocorkan perasaan yang ada di dalam hatinya.

Karena dia sadar sejak pertama kali bertemu dengan pemuda tampan dan luwes ini, dia sudah mempunyai perasaan aneh. Perasaan ini biasanya dialami oleh gadis yang baru puber, tapi dia harus menahan semua kesedihan yang tidak dimiliki gadis lain, karena itu dia mengubur perasaannya dalam-dalam di lubuk hatinya.

Sejak lama dia tidak berani memandang Guan Ning, dia menganggap Guan Ning adalah sebuah pohon besar yang indah sedangkan dia hanya rumput kecil yang tumbuh di bawah pohon besar itu, tentu semua ini karena tidak adanya rasa percaya dirinya. Tapi perasaan seperti itu saja sudah cukup membuatnya bahagia, sekarang dia sedang bersandar kepada Guan Ning dan dia memang mengharapkan dia bisa bersandar kepada Guan Ning.

Sewaktu Guan Ning keluar rumah untuk pesiar, dia selalu setia menunggu kepulangan Guan Ning.

Begitu tahu Guan Ning pulang, dia malah lari dari ke belakang untuk melihat kepulangan Guan Ning, melihat Guan Ning tertawa kepadanya, itu sudah cukup.

Tapi....

Dia benar-benar sudah pulang, tapi dia membawa seorang gadis cantik. Mereka tampak begitu dekat, dia melihat ternyata gadis ini adalah musuh bebuyutannya. Perasaan ini benar-benar membuatnya sedih. Du Yu hampir pingsan di teras tempatnya berdiri!

Akhirnya dia kembali ke kamarnya, dia mengeluarkan papan nisan ayahnya dan barang- barang peninggalan ayahnya, lalu mengganti bajunya dengan baju ketat hitam dan satu- satunya baju yang dia miliki, dia berlutut di depan papan nisan ayahnya dan berdoa sambil menangis, walaupun dia tidak pernah berhenti berlatih ilmu silat tapi dia sangat mengerti kalau dia tidak mampu melawan Ling Ying. Tapi hal ini tidak menjadi halang baginya.

Tetapi....

Guan Ning  tiba-tiba  pulang, membawa perubahan  dan hal-hal yang berada  di luar dugaannya. Sekarang dia diatur begitu saja oleh musuh bebuyutannya yaitu duduk menyandar ke tubuh Guan Ning, dia benar-benar marah, sedih, juga sakit hati, dan ternyata masih ada perasaan lainnya. Perasaan ini belum pernah dia katakan sebelumnya—dia ingin selamanya duduk di sisi Guan Ning, bersama-sama menikmati kegelapan, rasa dingin, tapi semua ini sangat indah dan syahdu! Walaupun Guan Ning sangat pintar tapi dia tidak akan terpikir kalau Du Yu mempunyai perasaan seperti itu kepadanya. Guan Ning hanya berpikir bagaimana reaksi dan sorot mata Ling Ying sewaktu dia berlalu dari sana, semua ini semakin berat di hatinya, dia tidak menyangka kalau pertemuan mereka di jembatan kecil di Wisma Si Ming akan membuatnya teringat kepada Ling Ying seumur hidupnya.

Angin kencang membawa salju yang sedang turun dan jatuh di teras panjang itu. Tiba-tiba terdengar langkah orang berjalan ternyata  orang itu sedang mencari Guan Ning, "Tuan Muda....

Tuan Muda. ”

Mata Guan Ning terbuka, terlihat dari luar pintu seperti banyak cahaya lampu dan suara teriakan orang-orang itu semakin mendekat. Guan Ning tahu kalau para pelayan sedang mencarinya.

"Jika mereka melihat Wen Xiang sekarang sedang duduk bersamaku, apa pikiran mereka?"

Suara panggilan dan langkah kaki tiba- tiba berhenti. Ada seseorang yang berkata, "Sekarang kita berada di depan kamar Wen Xiang, tapi mana mungkin tuan muda berada di sana?"

Ada lagi yang berkata, "Di depan begitu gelap, apakah Wen Xiang sudah tidur, lebih baik jangan mengganggunya."

Kemudian terdengar suara langkah menjauh, tapi terdengar ada yang berkata lagi, "Tapi....

dimana tuan muda berada? benar-benar aneh. Jika ktia tidak berhasil menemukan tuan muda, maka tuan besar akan. ”

Guan Ning menarik nafas panjang. "Jika mereka tidak berhasil menemukanku, bukankah aku  harus diam di sini semalaman, walaupun mereka berhasil menemukanku, mereka belum tentu bisa membuka totokan!"

Kemudian dia berpikir lain. "Sepanjang perjalanan aku diam-diam belajar tenaga dalam. Apakah sekarang aku bisa mencoba-coba membuka totokan ini sendiri?"

Semua cerita tentang Ru Ying Qing Qian segera terlintas kembali ke dalam otaknya, "Ilmu silat yang tertulis di atas kain itu apakah akan ada gunanya? Aku akan mencobanya."

Pertama kali memang sulit, hampir membuatnya putus asa, dia tidak tahu jika seseorang sudah ditotok nadinya, ingin mengatur nafas adalah hal yang sulit untuk dimengerti. Jika dia tidak mendapatkan ilmu tenaga dalam yang begitu hebat, walaupun belajar selama 10 tahun lagipun, dia tidak akan bisa melakukannya.

Tidak lama kemudian dia mulai  merasakan kalau nafasnya teratur. Rasanya dia ingin berteriak, tapi di luar terdengar lagi langkah orang berjalan, bercampur dengan suara ribut-ribut, kali ini jumlah orangnya lebih banyak dibandingkan tadi.

Waktu itu kamar dipenuhi dengan cahaya  lampu, hati Guan Ning bergerak, terlihat ada 2-3 pelayan beserta seorang laki-laki setengah baya memasuki kamar.

Keadaan di dalam kamar membuat orang- orang yang masuk merasa aneh. Laki-laki itu berteriak, "Tuan Muda, ternyata Anda berada di sini!"

Dia sama sekali tidak menyangka kalau tuan muda mereka bisa duduk bersama dengan seorang pelayan di tempat sepi seperti ini. Ketiga pelayan itu benar-benar kaget, mata mereka membelalak lebar, saking kagetnya, tanpa terasa lilin yang mereka bawa terjatuh ke lantai.

Du Yu segera memejamkan matanya, dia mengerti apa yang dipikirkan orang-orang sekarang. Dia merasa malu juga merasa bersalah, dia benar-benar ingin bersembunyi di bawah  tanah. Begitu badannya bisa bergerak, Guan Ning langsung berdiri.

Jika totokan Guan Ning tidak bisa dibuka olehnya sendiri dia tidak akan bisa berdiri, itu memang tidak menjadi masalah. Tapi begitu dia berdiri, sepertinya dia akan mendapatkan banyak masalah memusingkan, membuat Du Yu merasa lelah karena semua orang menyangka Guan Ning dengan Du Yu sedang bermain cinta di kamar itu. Apakah ada yang percaya apa yang sebenarnya telah terjadi di sana?

Laki-laki setengah baya itu tak lain adalah pengurus rumah Guan Ning. Dia mengira dia sudah mengganggu kegiatan tuan mudanya di kamar itu. Dia mundur sambil menghembus nafas. "Sial!" Tapi mulutnya tetap dengan hormat berkata, "Tuan Muda, ada yang mencari Anda di depan, apakah Anda mau bertemu dengannya atau tidak?"

Orang itu sangat berpengalaman, wajahnya terlihat biasa-biasa saja, seperti tidak melihat. Guan Ning merasa kaget dan tenaga dalamnya langsung menyebar melewati nadi-nadi yang belum terbuka, sekarang Guan Ning tampak bengong dan hanya bisa berdiri di sana.

Dia senang karena berhasil menguasai ilmu silat yang tertulis di dalam Ru Ying Qing Qian. Begitu pengurus wisma mengulangi lagi kata-katanya, dengan bingung dia bertanya, "Siapa dia?"

Pengurus setengah baya ini melihat Guan Ning yang bertingkah laku seperti itu, dia semakin mengira-ngira dan menghubungkan semua itu dengan hal yang lain. Dia ingin menjawab, tapi.... Di luar pintu tiba-tiba terdengar tawa keras,  "Aku baru datang dari jauh, tidak disangka ternyata aku sudah mengacaukan mimpi indah Tuan Muda, aku benar-benar berdosa."

Pengurus wisma, pelayan, Du Yu, Guan Ning sama-sama terkejut. Terlihat ada  seseorang berbaju kuning yang biasanya dipakai pendeta masuk ke dalam kamar. Suaranya keras, hidung seperti elang, mulut seperti singa, mata seperti harimau, masih memakai topi biksu berwarna kuning. Dengan langkah besar dia memasuki kamar, kedua tangannya membuka lebar, api lampu tampak bergoyang-goyang dan segera padam. Terdengar ada tempat lilin yang terjatuh, hanya menyisakan satu lilin yang masih tampak bergoyang-goyang. Pengurus rumah dan para pelayan karena terkena tenaga ini, tidak bisa menahan angin itu dan mundur beberapa langkah.

Walaupun pengurus rumah marah atas kekasaran pendeta ini, tapi begitu melihat kegagahannya, dia hanya diam tidak bersuara. Terlihat pendeta berbaju kuning itu seperti tidak melihat ada orang lain di sana dan terus berjalan ke arah Guan Ning, kemudian dengan satu telapak yang dimiringkan, yang artinya menyapa, kemudian sambil tertawa dia berkata.

"Aku sudah menunggu cukup lama di ruang tamu karena itu aku mengikuti pengurus wisma ini masuk ke dalam. Ha! Ha! Ha—aku sudah lama diam di luar dan sudah tidak tahu sopan santun, aku yakin Tuan Muda tidak akan menyalahkanku."

Pengurus wisma itu tampak kaget. Dia berpikir, "Mengapa pendeta itu sejak tadi mengikutiku, tapi aku sendiri tidak menyadarinya."

Terlihat Guan Ning mengerutkan keningnya dan bertanya, "Aku tidak kenal dengan pendeta, apa perlu apa denganku?"

Pendeta itu tertawa dan berkata, "Tuan Muda pasti tidak mengenalku, tapi aku kenal dengan Tuan Muda—"

Matanya melihat Du Yu yang masih tidak bisa bergerak dan berkata, "Di Gunung Si Ming Tuan Muda telah membuat geger dunia persilatan, Anda bersama dengan murid Nyonya Cui Xiu pergi ke utara. Sepanjang jalan mengendarai kuda bagus, berbaju mewah, menggunakan uang dengan boros. Ha, ha, ha, dunia persilatan sekarang bertambah lagi satu orang yang berilmu silat, walaupun ilmu silatnya tidak tinggi tapi dia sangat kaya. Namanya adalah Tuan Muda Guan!"

Pendeta ini tertawa sambil bicara, walaupun kata-katanya memuji, tapi terdengar di telinga Guan Ning membuatnya terkejut. Dalam pikirannya terpikir, "Apakah selama beberapa bulan ini aku sudah menjadi orang terkenal? Tapi aku belum pernah melakukan hal-hal yang bisa membuatku terkenal." Dia tidak tahu bahwa semua kegiatan yang terjadi di Gunung Si Ming berhubungan erat dengan pendekar-pendekar tertinggi di dunia persilatan dan yang pulang bersama dengannya ke utara adalah murid Nyonya Cui Xiu yang terkenal. Ditambah lagi dia adalah seorang pemuda tampan, masih muda, juga banyak uang, musibah Wisma Si Ming yang telah menggegerkan dunia persilatan, membuatnya dengan cepat menjadi orang terkenal di dunia persilatan, hanya dia sendiri yang tidak tahu.

Du Yu yang duduk di belakang merasa sangat malu dan dia mulai berpikir, "Ternyata Tuan Muda tidak berbohong kepadaku. Di Gunung Si Ming benar-benar terjadi hal aneh."

Du Yu melihat Guan Ning dengan aneh, lalu melihat pendeta itu, kemudian dia menepuk dahinya seperti baru teringat pada sesuatu dan berkata, "Apakah pendeta ini adalah pendeta dari Kun Lun Huang Guan yang terkenal itu?"

Pendeta yang berkumis panjang itu tertawa. Du Yu lahir dari keluarga silat juga pernah berkelana di dunia persilatan. Orang yang bernama Kun Lun Huang Guan, dia pasti langsung tahu, hanya saja murid-murid Kun Lun Pai jarang datang ke Zhong Yuan, tapi sekarang salah, satu dari mereka tiba- tiba muncul di Bei Jing, berkunjung ke rumahnya dan menanyakan tentang keadaan Guan Ning,  yang memang bukan berasal dari dunia persilatan. Semua ini demi apa? Hal ini membuat Du Yu tidak mengerti.

Terdengar pendeta itu1 berkata lagi, "Namaku adalah Xiao Tian, kali ini aku datang dengan kakak seperguruanku. Aku memang ada perlu, aku ingin bertanya kepada ”

"Hanya saja di sini bukan tempat yang cocok untuk mengobrol, apakah kita bisa pergi ke ruang tamu, karena kakakku masih menunggu di sana."

Guan Ning menghembuskan nafas, dia tahu kalau kedatangan murid-murid Kun Lun Pai ini pasti ada hubungannya dengan peristiwa Wisma Si Ming. Pelayan-pelayan sudah memunguti lilin-lilin yang terjatuh dan kembali menyalakannya. Pengurus wisma masih merasa aneh, "Mengapa Tuan Muda berhubungan dengan orang seperti itu?" Tapi wajahnya terlihat hormat membawa mereka melewati kebun bunga lalu sampai  di ruang tamu.

Sambil berjalan Guan Ning berpikir, "Kalau pendeta ini menanyakan tentang Ru Ying Qing Qian, bagaimana aku harus menjawabnya? Jika aku jujur memberitahukan semuanya kepada mereka, mereka pasti akan bertarung lagi, semua ini pasti akan mengejutkan ayah. Tapi apakah dengan begitu aku harus berbohong?"

Orang yang tidak suka berbohong, menganggap hal yang mudah menjadi hal yang sulit baginya. Tidak lama kemudian iringan itupun sudah sampai di ruang tamu, ternyata di ruang tamu itu masih ada 2 orang pendeta dan mereka sedang duduk menunggu. Yang satu berperawakan kurus kering, sedangkan yang lainnya tampak sangat bersemangat dan benar- benar seperti seorang pendekar, dibandingkan dengan pendeta berkumis panjang itu benar- benar berbeda jauh. Guan Ning berpikir, "Pendeta yang tampak penuh dengan semangat itu pasti adalah pemimpin Kun Lun Pai."

Begitu Xiao Tian masuk ke dalam ruangan, dia segera menunjuk Guan Ning dan berkata, "Ini adalah Tuan Muda Guan. Ha, ha, ha! Kabar yang beredar di dunia persilatan mengatakan bahwa Tuan Muda Guan adalah orang yang sangat menyukai perempuan. Kakak, apakah kau tahu tadi di belakang—"

Wajah Guan Ning menjadi merah dan juga marah. Dalam hati dia berpikir, "Menurut orang- orang, Kun Lun Pai adalah perkumpulan terkenal tapi Pendeta Xiao Tian sangat tidak sopan. Apakah semua orang dunia persilatan bertingkah laku seperti perampok?"

Terlihat pendeta kurus kering itu melihat Pendeta Tian Dao, sorot matanya begitu kuat, membuat Xiao Tian yang sedang tertawa tiba-tiba berhenti. Dia menundukkan kepala dan berdiri dengan diam di sisi. Sorot mata Guan Ning dan sorot mata pendeta kurus itu beradu. Hati Guan Ning bergetar, seumur hidup belum pernah dia melihat orang mempunyai sorot mata begitu tajam, jika bukan dia sendiri yang menyaksikannya dia tidak akan percaya, perawakannya yang kurus dan pendek tapi mempunyai sorot mata begitu menakutkan.

Pendeta kurus itu hanya melihatnya, kemudian matanya melihat ke bawah lalu dia duduk kembali di kursinya dan tidak melihat Guan Ning lagi. Pendeta yang penuh dengan semangat itu, dengan tertawa berkata, "Aku adalah Qi Tian. Malam- malam datang ke sini telah mengganggu Tuan Muda, benar-benar tidak sopan. Jika Tuan Muda masih ada hal penting lainnya, kami akan pergi dulu, besok kami akan datang lagi ke sini."

Ktiga pendeta itu, yang satu kasar, yang satu terlihat sombong, hanya Pendeta Qi Tian lah yang paling sopan. Karena itu Guan Ning langsung merasa akrab dengannya. Dengan tersenyum dia menjawab, "Pendeta sudah datang dari jauh, aku tidak menyambut Anda bertiga dengan baik, itu saja sudah tidak sopan. Jika Pendeta bersikap sungkan lagi, malah aku yang merasa tidak enak hati."

Melihat keadaan itu, Guan Ning tahu bahwa Qi Tian pasti seorang pemimpin Kun Lun, karena itu dia mempersilakan Pendeta Qi Tian duduk di kursi kebesaran, tapi Pendeta Qi Tian menolaknya. Dia tertawa. "Aku hanya mengikuti kakak ketua datang ke sini untuk bertanya kepada Tuan Muda Guan. Harap Tuan Muda bisa memberitahukannya kepada kami, hingga guruku akan merasa sangat berterima kasih."

Guan Ning melihat pendeta kurus itu dan berpikir, "Ternyata dia adalah ketuanya." Guan Ning menjawab, "Aku masih muda dan sangat tidak berpengalaman. Jika Pendeta ingin bertanya, mungkin Pendeta akan merasa kecewa."

Xiao Tian tertawa terbahak-bahak.

"Kami jauh-jauh datang ke sini untuk menanyakan ini. Di dunia ini hanya Tuan Muda seorang yang mengetahui dengan sejelas-jelasnya kejadian di Wisma Si Ming. Ha, ha, ha! Kami tahu Tuan Muda tidak akan mengecewakan kami."

Guan Ning tertawa dan bertanya, "Pendeta jangan bergurau, aku tahu apa?"

Pendeta kurus itu masih duduk  sambil memejam matanya. Pendeta Qi Tian masih tertawa. Begitu Xiao Tian berhenti tertawa, dia berkata, "Tadi adikku bicara benar. Memang ada hal yang ingin kami tanyakan, karena di dunia ini hanya Tuan Muda yang mengetahuinya."

Guan Ning sudah tahu apa yang ingin mereka tanyakan, tetapi dia tetap tertawa dan berkata, "Kalau begitu silakan apa yang ingin Pendeta tanyakan. Apa yang kuketahui pasti akan kusampaikan."

"Terima kasih Tuan Muda Guan," kata Pendeta Qi Tian. Mata Qi Tian terus melihat Guan Ning, "Orang yang pergi bersama-sama dengan Tuan Muda dan mengenakan baju putih, sekarang dia berada di mana?"

Tadinya Guan Ning mengira mereka akan bertanya tentang Ru Yi Qing Qian, karena itu diam- diam menghembuskan nafas lega dan berpikir, "Mereka datang jauh hanya untuk menanyakan keberadaan pelajar berbaju putih itu, semua itu demi apa?"

Dia diam sebentar lalu menjawab, "Pendeta menanyakan semua ini untuk apa? Jika. ”

Pendeta Xiao Tian tertawa, "Kami hanya ingin menanyakan tentang keberadaannya, karena kami ingin sekali memenggal kepalanya. ”

"Apakah orang itu berselisih dengan  Anda bertiga atau  mempunyai  dendam  dengan Pendeta. ”

Qi Tian menghembuskan nafas dan berkata dengan pelan, "Kami bersahabat dengan suami istri ketua Si Ming. Kali ini kami pergi ke Zhong Yuan untuk menemui mereka. Tapi begitu sampai di Wisma Si Ming.... hehhh. ”

Dia menarik nafas panjang dan berhenti berkata. Pendeta Xiao Tian berkata lagi, "Begitu sampai di Wisma Si Ming, di dalam maupun di luar wisma tidak tampak seorangpun. Begitu sampai di belakang wisma, barulah kami melihat ada 4 orang pendeta Wu Dang yang sedang bersembahyang di kuburan baru, kami kaget lalu bertanya.

Setelah itu kami baru tahu ternyata di Wisma Si Ming telah terjadi pembunuhan sadis. Tuan Muda Guan, Anda pasti lebih mengetahuinya  dengan jelas daripada kami."

Sekarang Xiao Tian tidak tertawa lagi. Dia bicara sangat serius seperti ada dua orang yang berbeda.

Guan Ning mengangguk, "Betul, aku sangat mengetahuinya dengan jelas. ”

Pendeta Xiao Tian berdiri. Dia berjalan ke depan Guan Ning dan berkata, "Tuan Muda, walaupun Anda bukan orang dunia persilatan dan orang- orang yang mati di Wisma Si Ming tidak ada hubungannya dengan Tuan Muda, tapi apakah Tuan Muda tidak merasa sedih melihat semua itu?"

Guan Ning mengangguk. Dia diam tidak bisa bicara apapun.

Xiao Tian  berkata lagi, "Tuan Muda harus memberitahu kepada kami di mana keberadaan pembunuh itu, jika tidak. ”

"Jika tidak, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Guan Ning.

Pendeta Xiao Tian memegang kumisnya, sambil tertawa dingin dia siap menjawab. Tapi Pendeta Qi Tian dengan perlahan berjalan mendekatinya. Dia menarik adik seperguruan lalu dengan tersenyum berkata, "Kami tahu Tuan Mucfa dan pelajar berbaju putih itu bukan teman, tentu Tuan Muda tidak tahu kalau dia sangat jahat dan dibenci oleh banyak orang."

Guan Ning menyambung, "Memang aku bukan temannya, jadi mana mungkin aku bisa tahu sekarang dia berada di mana. Apalagi— setahuku, pelaku pembunuhan yang terjadi di Wisma Si Ming belum tentu dia yang melakukannya. Seharusnya E Mei Bao Nang bersaudara lebih pantas dicurigai daripada dia. Jika Pendeta ingin membalaskan dendam orang- orang yang sudah mati itu, lebih baik Pendeta pergi ke Si Zhuan E Mei, mungkin di sana bisa menemukan pembunuh yang sebenarnya."

Sifat Guan Ning memang seperti itu. Walaupun dia dan pelajar berbaju putih itu bukan teman akrab tapi dia merasa kalau orang yang sedang terluka berat itu tidak pantas diperlakukan seperti itu. Dia berhak melindunginya, apalagi masih banyak persoalan yang patut dicurigai. Dia terus berpikir, "Aku selalu tidak merasa kalau pelajar itu adalah pembunuhnya, sebenarnya siapa pembunuhnya aslinya, akupun tidak tahu!"

Baru saja selesai bicara, Pendeta Xiao Tian langsung tertawa. Tiba-tiba dari balik baju bagian dadanya dia mengeluarkan sesuatu. Dia menggoyang-goyangkannya di depan Guan Ning lalu bertanya, "Silahkan kau lihat benda ini?" Dia melempar benda itu ke dada Guan Ning. Ternyata itu adalah tas yang terbuat dari kulit cheetah. Kelihatannya tas itu sangat berat, berarti di dalamnya tersimpan benda yang berat, tapi talinya sudah putus, putus dengan potongan yang tidak merata, seperti telah ditarik dengan kuat oleh tenaga seseorang. Di sisi tas itu terlihat sebuah huruf 'Gu' yang tersulam dengan rapi (Gu=nama burung yang warna bulunya hitam kehijauan, ekornya pendek). Warna benang sulamnya adalah hitam. Huruf ini disulam dengan indah. Bila dipegang oleh tangan terasa dingin, entah disulam dengan benang apa?

(Oo-dwkz-lav-oO)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar