Legenda Kematian Bab 03 : Ru Yi Qing Qian

Bab 03 : Ru Yi Qing Qian

Pendeta berbaju biru itu mulai berhitung, "Satu.... dua ”

Matanya melihat ujung pedang, seperti tidak melihat orang-orang di sana. Belum selesai dia berhitung, Yi Juan sudah berteriak, pedang yang berkilau biru mulai menebas ke arah pergelangan tangan pendeta yang sedang memegang pedang, gerakannya sangat cepat. 

Waktu itu juga, Fei Shen mendekati Guan Ning. Kelima laki-laki yang ada di belakangnya secara bersamaan mencabut pedang mereka, lima pedang tampak berkilauan, berwarna biru dan menebas ke arah ketiga pendeta itu.

Tujuh orang pesilat pedang datang dari Luo Fu. Mereka bergerak sangat cepat dengan menggunakan waktu sangat tepat. Luo Fu Cai Yi bisa terkenal di dunia persilatan bukan asal nama saja.

Walaupun gerakan mereka sangat cepat, tapi keempat pendeta tertinggi yang datang dari Wu Dang mereka bergerak lebih cepat lagi dibandingkan dengan mereka.

Empat cahaya pedang berkilau secara bersamaan, seperti ada sebuah dinding bercahaya. Guan Ning merasa bingung melihat kilauan pedang dan dinginnya hawa pedang yang terayun, kemudian terdengar suara pedang beradu lalu berhenti.

Empat pedang milik pendeta Wu Dang, hanya dalam waktu singkat tertutup oleh 7 pedang milik Luo Fu Cai Yi.

Guan Ning mundur dari arena pertarungan, dia melihat empat bayangan pendeta Wu Dang yang membelakanginya. Pedang itu terus digerakkan. Pedang mengeluarkan cahaya dingin, cahaya pedang seperti sebuah jala terang, cahaya pedang dan dinginnya hawa pedang membuat Guan Ning hanya bisa melihat dengan terpana, sorot matanya tidak bergeser ke tempat lain.

Dalam waktu satu hari ini, dia sebagai seorang laki-laki dengan kemampuan ilmu silat biasa saja, dia tahu di dunia persilatan banyak pesilat tangguh, sekarang ini, pertama kalinya dia melihat ilmu silat begitu hebat.

Dia memang suka ilmu silat, dia tidak akan belajar ilmu pedang jika lingkungannya tidak memaksanya, melihat ilmu silat yang begitu hebat dimainkan di depan matanya, dia seperti seorang anak yang mendapatkan makanan yang sudah lama diidamkannya.

Keempat petinggi Wu Dang itu berdiri dengan formasi sangat rapi, boleh dikatakan setetes airpun sulit menembus formasi ini. Yi Juan dan Fei Shen merasakan ada 4 kilauan pedang seperti dinding terang yang tidak bisa diserang dari manapun.

Hanya dalam waktu singkat mereka sudah menyerang 10 jurus. Tiba-tiba pendeta berbaju biru bersiul kemudian menusuk....

Sedangkan ketiga pendeta lainnya segera membalikkan pergelangan tangan mereka, cahaya pedang secara bersamaan keluar. Selama 10 tahun mereka terus berlatih dan gerakan mereka sekarang sangat kompak. Mereka menyerang dan bertahan, dari posisi bertahan berubah menyerang, hal itu terus dilakukan. Jurus-jurus itu adalah jurus ilmu Wu Dang yang telah menggegerkan dunia persilatan yang bernama Jin Gong Lian Huan.

Yi Juan, Fei Shen, dan kelima murid Luo Fu yang tiba-tiba diserang, mereka mundur beberapa langkah. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau ilmu Luo Fu yang terdiri dari 71 jurus, di depan keempat petinggi Wu Dang itu tidak bisa dikeluarkan.

Jika satu lawan satu, belum tentu akan terjadi keadaan seperti itu, karena mereka menyerang dengan berkelompok maka keadaan menjadi tidak sama, keempat petinggi Wu Dang memang terkenal dengan formasi pedangnya yang sempurna.

Sepuluh jurus lebih sudah dikeluarkan, tiba-tiba Yi Juan dan Fei Shen membentak, "Huang Feng Che (jurus lebah)!" Mendengar suara bentakan itu, mereka mundur beberapa langkah, tiba-tiba badan mereka berputaran. Punggungnya menghadap kepada keempat orang Wu Dang, tapi pergelangan membalik menyerang dengan 3 serangan.

Serangan 3 jurus pedang ini bertentangan dengan ilmu silat yang ada dari semua perkumpulan, karena menghadapkan punggung kepada musuh.

Tidak ada orang yang mau memunggungi musuh sambil mengeluarkan serangan. Wu Dang Si Yan' (Empat walet dari Wu Dang) sangat senang. Mereka mengira karena lelah kedua orang itu tidak bisa mengendalikan diri lagi, tapi begitu 3 jurus itu menyerang mereka, setiap jurus sangat tajam dan aneh. Walaupun melihat ada kesempatan menyerang punggung mereka, tapi dengan  terpaksa mereka harus menghindari 3 jurus itu.

Tadinya Wu Dang Si Yan merasa mereka pasti akan menang, tapi serangan 3 jurus itu, memaksa mereka mundur, sebelum bisa mengambil napas, Fei Shen dan Yi Juan sudah berteriak lagi, "Huang Feng Sa (jurus ular)!"

Mereka memutar pergelangan tangan lagi. Pedang yang dipegang dilepaskan dan merekapun terbang melayang, seperti guntur yang membawa petir dan angin kencang, mereka lalu menyerang Wu Dang Si Yan, tubuh mereka mengikuti kekuatan pergelangan bergerak ke depan. Mulut seperti ular hijau, jarum lebah adalah racun yang paling ganas. Ular mematuk, racun menyebar ke seluruh tubuh. Lebah menyengat, jarum di tubuh lebah akan terputus. Jarum terputus, lebah akan mati karenanya. Racun hanya bisa disebarkan satu kali. Sebetulnya sengatan lebah lebih ganas racunnya dibandingkan dengan patukan ular.

71 jurus pedang Luo Fu terkenal, setiap jurus sangat ganas dan sadis, ini adalah jurus Huang Feng Sa. Walaupun ganas dan sadis tapi juga seperti lebah, hanya bisa menyengat satu kali.

Begitu jurus dikeluarkan, pedangnya dibuang. Jika jurus ini tidak berhasil membuat musuh mati, orangnya juga tidak akan bisa selamat, jurus ini begitu dikeluarkan dan orangnya harus bersiap- siap melarikan diri. Sekalipun dia adalah pesilat tangguh, tapi sesudah menggunakan jurus ini, dia harus bisa menjaga dirinya, tidak mungkin dia bisa menyerang musuhnya lagi.

Yi Juan dan Fei Shen tahu mereka tidak akan mampu mengalahkan Wu Dang Si Yan. Jika terus bertahan, mereka pasti akan dihina oleh mereka.

Nama Luo Fu sekarang sedang naik daun, mereka tidak akan mau karena mereka membuat orang lain dengan seenaknya menghina Luo Fu Cai Yi, maka mereka sepakat melarikan diri setelah menggunakan jurus itu. Tadinya Wu Dang Si Yan kaget melihat pedang terlepas dan meluncur ke arah mereka,  tapi mereka lebih terkejut lagi, jarak pedang dengan tubuh mereka sangat dekat. Pedang datang secepat kilat.

Lan Yan (Walet biru) dan Bai Yan (Walet putih) yang berada di depan tidak sempat menahan lajunya pedang yang sedang melayang ke arah mereka....

Tapi....

Dari balik semak-semak terdengar ada seseorang yang membaca kitab suci, kemudian terasa ada angin kencang keluar dari balik semak-semak.

Kemudian terdengar suara keras, dua bilah pedang yang meluncur itu sekarang mengikuti arah angin yang berhembus kencang lalu terjatuh, terdengar lagi suara orang yang membaca kitab suci.

Bayangan seseorang berbaju abu-abu mengikuti suara 'A Mi Ta Ba' tanpa suara keluar dari balik semak-semak.

Jika semua ini dicatat dengan pena pada sebuah buku pasti ada awal dan akhir, tapi sebenarnya semua terjadi dan berakhir secara bersamaan.

Wu Dang Si Yan melihat dijalan gunung yang sepi, dua bayangan orang berbaju kembang sudah menghilang. Kemudian kelima bayangan lainnyapun ikut menghilang, ketujuh belas murid Luo Fu Cai Yi sudah menghilang dalam sekejap di balik pegunungan. Yang berdiri di depan sekarang ini adalah Wu Dang Si Yan, biksu tua yang kurus kering seperti bambu.

Guan Ning yang berdiri di belakang Wu Dang Si Yan belum melihat dengan jelas apa yang telah terjadi.

Dia hanya merasa mendengar suara bentakan kemudian ada seseorang yang membaca kitab suci lalu disusul dengan 2 suara keras. Terlihat orang- orang menjadi kacau kemudian suasanapun menjadi diam, akhirnya Wu Dang Si Yan berdiri dengan bengong.

Seorang biksu tua yang kurus kering, dengan hidung seperti burung betet, dan tulang pipi yang tinggi berdiri sambil tersenyum melihat Wu  Dang Si Yan.

Dan di bawah terdapat 2 pedang panjang dan 2 untai tasbih.

Hanya sebentar Wu Dang Si Yan kembali tenang, mereka terus melihat biksu tua ini  kemudian saling bertukar pandang seakan bertanya, segera pendeta berbaju biru itu berkata, "Terima kasih, Guru sudah menggunakan tasbih menolong kami, budi pertolongan Guru pasti akan kami balas."

Kemudian Wu Dang Si Yan membungkukkan badan memberi hormat. Biksu tua itu tertawa. Dia memungut tasbih itu sambil berkata, "Menurut kitab suci agama Budha, kita adalah manusia, untuk hal seperti ini tidak perlu mengucapkan berterima kasih, aku hanya ingin membantu yang memang harus kulakukan!"

Biksu tua ini suaranya terdengar seperti air yang mengalir di gunung juga seperti lonceng yang berbunyi, suaranya dengan jelas masuk ke dalam telinga, tenaga dalamnya ternyata sangat kuat.

Pendeta berbaju biru itu tampak berterima kasih lagi.

Kemudian dia bertanya, "Kami hanya orang bodoh, apakah kami boleh bertanya,  "Tenaga dalam Guru begitu tinggi, apakah Anda adalah guru Shao Lin, yaitu Guru Mu Zhu?"

Biksu itu sambil tertawa menjawab.

"Orang lain sering memuji banyak murid- murid Wu Dang yang berbakat, sekarang setelah bertemu dengan murid Wu Dang sepertinya memang benar seperti itu. Begitu melihat, kalian langsung mengenaliku, pantas Wu Dang Pai bisa menjadi perkumpulan besar dan makmur."

Guan Ning melihat Guru Mu Zhu. Dia sangat kaget, jika bukan melihat dengan mata kepalanya sendiri, dia tidak akan percaya. Ternyata biksu yang kurus kering dan sudah tua ini dengan tenaga dalam bisa memukul jatuh kedua pedang yang sedang melesat dengan cepat. Dia tidak tahu bahwa biksu tua ini bukan hanya tetua Shao Lin tapi beliau juga adalah pesilat tangguh yang terkenal.

Pantas orang-orang dunia persilatan sering mengatakan, '7 binatang di Wu Dang, kupu-kupu ungu seperti elang. Shao Lin mempunyai 3 mutiara. Mutiara kayu yang keras seperti baja.' Kalimat terakhir menceritakan tentang Guru Mu Zhu.

Sebenarnya dunia persilatan sekarang tampak seakan-akan aman dan tentram, tapi sebenarnya banyak pesilat tangguh yang saling menjatuhkan.

Dan pesilat tangguh yang  hanya terdiri dari puluhan orang ini dijuluki dengan Zhong Nan Wu Shan, Huang Shan Cui Xiu, Si Ming Hong Pao, Luo Fu Cai Yi, Tian Di Yi Bai.... Semua julukan ini seperti sebuah lagu juga seperti sebuah puisi. Tapi semua kalimat itu mewakili pesilat-pesilat tangguh yang ada di dunia persilatan ini.

Ilmu silat Guru Mu Zhu memang sangat tinggi, walaupun dia bukan termasuk pesilat 15 besar, tapi sebetulnya dia lebih kuat dari yang dibayangkan oleh orang selama ini, karena Guan Ning jarang mendengar namanya, maka dia merasa aneh!

"Nama Guru sudah terkenal di dunia persilatan, hampir 40 tahun ini, walaupun ada yang belum pernah bertemu dengan Guru, tapi begitu melihat ada dua untai tasbih, mereka akan tahu dan menghindar untuk bertarung dengan Guru," kata pendeta berbaju biru itu dengan tersenyum.

Dia tahu Guru Mu Zhu jarang berkelana di dunia persilatan. Dulu dia dijuluki Toiksu setan' yang ditakuti oleh orang-orang dunia persilatan, untung sejak .kecil beliau sudah makan sayur- sayuran dan beliau sangat disayang oleh generasi atas Shao Lin dan secara kebetulan dia menolong gurunya dari bencana. Jika tidak sudah lama dia diusir dari Shao Lin. Karena itu pendeta berbaju biru berkata dengan nada sungkan dan berhati- hati, dia takut kalau biksu setan itu akan berbuat tidak baik kepadanya.

Tiba-tiba Biksu Mu Zhu tertawa dan berkata, "Walaupun tasbih ini sangat kuat untuk mengalahkan orang tapi tetap tidak sebaik Qing Qian Ru Yi. Kali ini aku berkelana lagi ke dunia persilatan apakah kalian tahu apa sebab- sebabnya?"

Wu Dang Si Yan merasa terkejut. Guan Ning mengerutkan dahinya dan tampak berpikir, "Ternyata biksu ini datang karena seuntai Qing Qian yang ada di dalam tasku."

Pendeta berbaju biru itu dengan terpaksa tertawa dan berkata, "Guru adalah seorang pesilat tangguh, aku kira Anda datang ke sini pasti bukan hanya untuk hal-hal sepele yang memusingkan kepala!" Dia sengaja berkata seperti itu dan seperti tidak tahu maksud kedatangan Guru Mu Zhu ke tempat itu, tapi hatinya sekarang ini sudah mulai merasa tidak tenang.

Biksu Mu Zhu tertawa, "Kata-kata Pendeta salah di dunia ini banyak pemandangan indah, jika aku hanya untuk menikmati pemandangan saja, untuk apa aku jauh-jauh dari Shao Lin datang kemari?"

Wajah pendeta berbaju biru tampak berubah tapi dia tetap berpura-pura tidak mengerti, dengan tertawa dia bertanya, "Kalau begitu, Guru  ada perlu apa kemari?"

Senyum Guru Mu Zhu seakan ditarik, sorot matanya berubah menjadi dingin. Dia berkata, "Pendeta adalah orang pintar, aku tidak perlu banyak bicara. Ru Yi Qing Qian adalah benda langka dan sakti. Semua orang sangat menginginkannya, kalaupun Pendeta sekarang sudah mendapatkannya, aku kira Anda tidak sanggup menyimpannya lama-lama. menurutku, lebih baik aku yang menyimpannya, apalagi ”

"Apalagi murid-murid Luo Fu Cai Yi sudah pergi, tapi mereka menyimpan dendam kepadamu, mana mungkin mereka akan membiarkan Ru Ying Qing Qian jatuh ke tangan kalian? Apabila Pendeta berhasil mendapatkan benda langka ini, bukan rejeki yang didapat tapi nanti malah akan mendapatkan bencana!" Guan Ning yang berada di sisi menarik nafas. Dia mengira Biksu Mu Zhu adalah seorang biksu yang ilmuanya tinggi tapi begitu mengeluarkan kata-kata, tidak seperti perkataan seorang biksu.

Guan Ning melihat wajah Wu Dang Si Yan yang sudah berubah warna menjadi hijau dan mereka hanya diam. Pendeta berbaju hijau tertawa dan berkata, "Dari segi manapun ilmu Guru lebih tinggi dari kami, jika benar karena benda itu Guru datang kemari, karena tadi kami sudah menerima budi Guru, maka kami tidak berani berebut benda ini dengan Guru—"

Dia membalikkan badannya dan berkata kepada ketiga adik seperguruannya, "Guru sudah berpesan seperti itu, kita tidak perlu lama-lama lagi di sini. Mari kita pergi!"

Guan Ning merasa aneh. Dia terpikir Wu Dang Si Yan yang begitu galak dan sombong sekarang  begitu mudah mundur dari pertarungan ini. Dia melihat Guru Mu Zhu, wajahnya tetap dingin dan tidak berekspresi apapun. Sepertinya Wu Dang Si Yan memang harus melakukan hal seperti itu jadi tidak perlu merasa kaget atau senang.

Dia tahu dengan kedudukannya sekarang ini, Wu Dang Si Yan tidak akan berani melawannya. Tapi Guan Ning tidak tahu kemampuan Biksu Mu Zhu, tadi dia hanya melihat kemampuan ilmu Wu Dang Si Yan begitu bagus dan tinggi, bagaimanapun 4 lawan satu, seharusnya mereka tidak perlu takut kepada biksu yang kurus dan kering ini.

Wu Dang Si Yan tampak  membungkukkan badan memberi hormat kepada Biksu Mu Zhu. Biksu Mu Zhu tersenyum tapi matanya terus melihat Guan Ning. Dia sama sekali tidak melihat Wu Dang Si Yan yang sangat terkenal itu.

Wu Dang Si Yan secara bersamaan maju. Guan Ning berpikir, "Hal-hal yang terjadi di dunia ini benar-benar membuat orang sulit untuk menebaknya. Wu Dang Si Yan—" Tapi—

Belum habis berpikir, Wu Dang Si Yan sudah membalikkan badan dan mengangkat tangan secara bersama-sama, 4 bilah pedang bersamaan menenas ke tubuh Biksu Mu Zhu.

Perubahan yang terjadi begitu tiba-tiba membuat Guan Ning berteriak, tapi tubuh Biksu Mu Zhu sama sekcili tidak bergerak. Terlihat pedang Wu Dang Si Yan menebas ke tubuhya. Biksu Mu Zhu mengerutkan alis putihnya yang panjang. Lengan bajunya yang kiri sedikit dikibarkan. Badannya yang kurus dan kering berputar. Tasbih  yang dipegang di tangan kanannya seperti naga sakti terus naik ke atas kemudian dia memutar pergelangannya. Terlihat bayangan ungu menutupi pandangan mata Wu Dang Si Yan. Kilauan terus berputar seperti menahan pedang panjang juga seperti menusuk ke dadanya. Tasbih pendek ini seperti berubah menjadi pecut panjang, membuat pedang Wu Dang Si Yan menebas ke dadanya. Wu Dang Si Yan merasa kaget. Mereka segera mundur beberapa langkdah dan jurus pedangpun dihentikan. Tapi kilauan pedang baru turun, hanya sebentar naik kembali, putih, pendeta berbaju biru dengan badan berputar menyerang lagi. Di Wu Dang Si Yan, pendeta berbaju biru dan Pendeta berbaju putih adalah yang  paling tinggi ilmu silatnya. Sekarang kedua pedang itu mengeluarkan tenaga yang dasyat.

Tapi baju abu Biksu Mu Zhu tampak berkibar. Badannya yang kurus mulai berputar. Dengan mudah dia menghindar 4 kilauan pedang itu.

Walaupun ilmu silat Guan Ning tidak begitu tinggi, tapi karena dia pernah belajar ilmu silat, begitu melihat gerakan biksu kurus itu, dia tahu kalau ilmu silat biksu itu sangat tinggi.

Diam-diam dia berpikir, "Guru sering berkata kepadaku, di atas gunung ada awan, di atas awan ada langit. Tadinya aku tidak percaya kata- kata ini, sekarang aku baru mengerti. Tadinya melihat ilmu pedang Wu Dang Si Yan, aku menganggap ilmu pedang mereka adalah nomor satu di dunia ini, tapi begitu bertemu dengan biksu yang tua yang kurus dan kering ini, ilmu pedang  mereka jadi tidak terpakai sama sekali."

Dengan lengan baju yang sedikit dikibas, Biksu Mu Zhu dengan mudah menghindar  beberapa jurus para pendeta itu. Dia membentak, "Keparat, cepat pergi dari sini! Kalau tidak kalian akan menyesal nanti!" Tangannya tampak melambai, tasbih terlihat naik ke atas lagi. Terlihat bayangan abu Biksu Mu Zhu seperti asap melayang dengan ringan. Dia mengelilingi Wu Dang Si Yan. Wu Dang Si Yan sadar dengan hanya mengandalkan keempat pedang dan ingin mengalahkan Guru Mu Zhu sepertinya tidak mungkin.

Mereka menyerang pada saat Guru Mu Zhu sedang dalam keadaan tidak siap. Tadinya mereka mengira kalau mereka akan menang, tapi ternyata keadaan yang terjadi di luar dugaan mereka. Guru Mu Zhu berilmu silat tinggi, generasi kedua Wu Dang yang sanggup mengalahkannya.

Wu Dang Si Yan merasa mereka dikelilingi oleh baju Biksu Mu Zhu berwarna abu. Empat pedang panjang dirantai oleh seuntai tasbih milik  biksu itu.

Pendeta Lan Yan merasa lebih kaget. Dia bersiul. Empat orang berputar keempat arah. Akhirnya berdiri dengan tegak. Mereka tidak menyerang lagi, hanya berjaga, tapi kaki mereka mulai bergeser keluar. Mereka berharap bisa keluar dari kungkungan baju Guru Mu Zhu.

Ilmu pedang Wu Dang terkenal di dunia persilatan, apalagi bila 4 orang bergabung. Cahaya pedang benar-benar terlihat padat. Lalatpun sepertinya akan sulit masuk ke dalam formasi ini.

Tapi Guru Mu Zhu tiba-tiba berteriak, kemudian tasbih yang dipegangnya terlempar keluar mengikuti langkah kakinya. Terdengar  suara TANG. Pedang pendeta putih bergetar. Walaupun pedang itu tidak melayang, tapi formasi mereka terpecah.

Pendeta putih merasa terkejut. Dia ingin mengubah langkahnya tapi sewaktu dia sedang berpikir, siku tangannya tiba-tiba mati rasa dan pedang terjatuh begitu saja.

Ternyata Guru Mu Zhu dengan menggunakan cara Sha Men Shi Ba Da menotoknya. Pendeta biru dan yang lainnya segera berputar dan menyerang Guru Mu Zhu sudah memenangkan satu jurus.

Walaupun 2 buah pedang bergerak sangat cepat tapi tetap tidak bisa mengenai baju Guru Mu Zhu. Dia hanya mengubah langkah, dia menghindar 3 langkah kaki.

Guan Ning benar-benar merasa tegang. Tadi sewaktu Wu Dang Si Yan bertarung dengan Luo Fu Cai Yi, dia sudah kebingungan. Sekarang matanya menatap lurus, dia tidak mengenal kedua pihak yang sedang bertarung karena itu siapa yang menang atau kalah dia tidak peduli. Begitu Guru Mu Zhu memukul jatuh pedang pendeta putih, dia sadar kalau biksu Shao Lin ini benar-benar berilmu sangat tinggi.

Tapi—

Tiba-tiba di jalan yang ada di sisi gunung, di balik semak-semak ada yang tertawa terbahak- bahak. Dia berkata, "Kasihan, kasihan! Lucu, lucu!"

Kata-katanya sangat jelas. Setiap kata seperti denting lonceng. Wajah Guru Mu Zhu berubah dan dia membentak, "Siapa!" Bajunya yang lebar tampak melambai, seperti bangau berwarna abu terbang ke langit.

Wu Dang Si Yan secara bersamaan menghentikan langkah mereka dan menurunkan pedang, aura pedang segera menghilang. Begitu Guru Mu Zhu naik ke langit, di bawah pohon yang ada di sisi jalan tampak sesosok bayangan yang sedang berlari ke arah mereka.

Dua bayangan itu saling bertemu. Mu Zhu sudah membentak. Tasbih yang dipegang di tangan kanannya menembak dengan miring ke arah bayangan itu.

Jurusnya terlihat sangat indah. Guan Ning merasa aneh juga memuji jurus itu. Diam- diam Wu Dang Si Yan pun memuji. Tapi bayangan orang yang ada di bawah pohon itu seperti memasang sayap. Dia terbang setinggi 5 kaki lalu turun. Ini adalah ilmu meringankan tubuh tingkat teratas yaitu ilmu Tke langit menaiki tangga'.

Wu Dang Si Yan berteriak. Tampak bayangan seseorang yang turun kemudian berteriak, "Jun Shan Shuang Can!" (Jun Shan=nama gunung, Shuang= sepasang, Can=cacat).

See Yari Tjin Djin 97 Jurus pertama milik Guru Mu Zhu gagal, dia merasa kaget. Puluhan tahun dia telah sering bertarung dengan orang lain, belum pernah sekalipun dia gagal. Dia tahu ilmu silat orang itu tidak bisa dipandang remeh, paling sedikit kemampuan ilmu silatnya berada di atas Guru Mu Zhu. Karena itu dia segera turun. Begitu mendengar teriakan Wu Dang Si Yan, wajah tiba- tiba berubah.

Terlihat bayangan itu keluar dari bawah pohon. Bajunya tampak compang-camping, rambutnya berantakan, tangan mengepit tongkat besi. Ternyata dia adalah pengemis pincang yang Guan Ning temui tadi.

Angin gunung terus berhembus. Terlihat wajah pengemis itu dingin seperti es, matanya merah, ekspresi wajahnya sangat menakutkan tapi dia masih bicara, "Kasihan! Kasihan! Lucu ya lucu!"

Wajah dingin bercampur dengan tawa seperti orang gila. Dilihat dan didengar oleh Guan Ning benar-benar membuatnya gemetar. Udara dingin bertambah dingin lagi.

Walaupun rambutnya berantakan, wajah penuh dengan amarah juga kesedihan, tapi dia malah tertawa terbahak-bahak. Begitu pengemis pincang itu muncul, Guan Ning merasa kaget. Wu Dang Si Yan pun merasa kaget dan aneh. Biksu Mu Zhu yang biasanya selalu tenang, wajahnya yang dingin terlihat berubah beberapa kali. Wu Dang Si Yan saling pandang, kemudian mereka memanggil, "Jun Shan Shuang Can!" Lengan baju mereka yang lebar  tampak dikibaskan. Tasbih yang dipegang dimasukkan ke dalam lengan baju Guru Mu Zhu.

Guan Ning terus melihat pengemis pincang yang masih tertawa sampai saat ini kemudian melihat wajah Biksu Mu Zhu dan Wu Dang Si Yan. Wajah mereka terlihat kalau mereka sangat takut kepada pengemis pincang ini. Guan Ning merasa curiga kepada pengemis pincang dan berbaju compang camping ini, mengapa dia bisa membuat Guru Mu Zhu dari Shao Lin dan Wu Dang Si Yan tampak begitu ketakutan?

Segera Guru Mu Zhu membaca ayat kitab suci kemudian berkata, "Ternyata yang datang adalah Tuan Gong Sun Zuo Zu (Gong Sun kaki kiri)! Kami memberi hormat kepada Anda!"

Guru Mu Zhu sengaja berkata dengan nada panjang supaya setiap perkataannya terdengar jelas.

Guan Ning berpikir, "Apakah dia adalah Ketua Gai Bang (perkumpulan pengemis)?" Walaupun dia tidak mengetahui tentang hal-hal dunia persilatan, tapi dia tahu selama ratusan tahun Jun Shan Gai Bang sangat terkenal di dunia persilatan. Bahkan anak-anak dan kaum perempuan semua tahu, apalagi orang-orang dunia persilatan. Terlihat Ketua Gai Bang, Gong Sun Zuo Zu yang berambut acak-acakan berjalan seiring dengan debaran jantung tapi tongkat yang dipegangnya diam seperti batu gilingan.

"Jun Shan Shuang Can.... Gong Sun Zuo Zu. ”

dengan cepat dia berpikir, "Apakah pengemis pincang yang kukuburkan kemarin adalah Jun Shan Shuang Can yang satunya lagi?

Apelkah dia bernama Gong Sun Zuo Zu? Apakah aku sudah menguburkan seorang ketua  Gai Bang?"

Guan Ning adalah orang yang lincah, kalau tidak, mungkin di kehidupan ramai seperti ibu kota, dia bisa mendapatkan julukan sebagai 'orang berbakat'. Dia merasa aneh tapi juga sedih. Selama setengah hari ini orang-orang yang telah dikuburkan olehnya ternyata identitas mereka sangat istimewa dan mereka semua adalah pesilat tangguh, tapi mengapa mereka bisa mati secara bersamaan?

Kedua telapak tangan Guru Mu Zhu terkatup. Dia diam. Tawa Gong Sun Zuo Zu semakin pelan tapi belum berhenti, mulutnya tetap berkata, "Malu malu! Kasihan kasihan!"

Dia sangat menghormati juga segan kepada ketua Gai Bang, Shao Lin San Zhu juga bukan orang biasa.

Dengan suara berat Guru Mu Zhu berkata, "Sudah 10 tahun kita tidak bertemu, Tuan Gong Sun masih tetap seperti dulu, aku merasa sangat senang. Yang ingin kutanyakan sekarang adalah, apa yang sedang kau tertawakan? Dan apa yang perlu dikasihani?" Pertanyaannya terhenti, karena suara tawa itupun ikut berhenti. Langit dan bumi menjadi sunyi hanya tertinggal suara angin yang terus bertiup.

Gong Sun Zuo Zu pelan-pelan membalikkan badannya, mata merahnya dipejamkan lalu dibuka lagi. Dia melihat Wu Dang Si Yan kemudian berhenti pada Guru Mu Zhu, tiba-tiba dia tertawa lagi dan berkata, "Biksu Tua, sudah 10 tahun kau tidak keluar ke dunia persilatan, mengapa masih bertingkah seperti seorang bocah yang tidak berpengalaman, itu yang membuatku merasa aneh dan aneh."

Dia sengaja menarik nadanya menjadi panjang, seperti Guru Mu Zhu tadi.

Diam-diam Guan Ning tertawa. Dia berpikir, "Kata orang di dunia persilatan banyak pesilat tangguh dan mereka senang bermain- main, dalam keadaan seperti ini Gong Sun Zuo Zu ternyata masih bisa bergurau, dari sini dapat diketahui kalau sehari-hari orang inipun pasti sangat luwes dan santai."

Terlihat wajah Guru Mu Zhu lebih seram  lagi tapi Gong Sun Zuo Zu pura-pura tidak tahu. dia melanjutkan, "Wu Dang Pai adalah perkumpulan yang sangat terkenal dan aturannya sangat ketat, mengapa hari ini bisa bertengkar dengan seorang petinggi biksu Shao Lin. Ini.... ini juga aneh."

Dia berhenti sebentar dan membentak, "Apakah kalian tahu barang yang kalian perebutkan itu milik siapa!"

Dengan cepat dan nada dingin Biksu Mu Zhu menjawab, "Semua benda yang ada di dunia ini, tadinya tidak ada yang punya, kau mendapatkannya dari orang lain, orang lain mendapatkannya dari tanganmu. Mengapa tidak boleh?"

Gong Sun Zuo Zu tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Baik, baiklah. Biksu tua memang senang bermain-main dengan pengemis, semua benda di luar badan kita, sewaktu  lahir tidak membawa apapun, matipun tidak membawa apapun, mana berani aku mengaku kalau barang itu milikku—"

Ketua Gai Bang kadang-kadang tertawa, kadang- kadang bicara yang sangat masuk akal. Semua ini membuat Guan Ning bingung. Gong Sun Zuo Zu kembali lagi melihat Guan Ning, dia berkata, "Aku kira yang menguburkan Gong Sun Lao Er beserta tasnya pasti bocah ini."

Begitu ditunjuk, Wu Dang Si Yan dan Guru Mu Zhu sama-sama terkejut.

"Gong Sun You Zu sudah mati." Guan Ning dengan sedih mengangguk. Gong Sun Zuo Zu masih tertawa, tapi wajahnya terlihat sedih.

Guan Ning tahu  jika seorang manusia ingin menutupi perasaannya merupakan suatu persoalan sulit, karena itu dia merasa sangat kasihan kepada pengemis pincang yang ada di hadapannya sekarang. Dia menghembuskan nafas panjang dan berkata, "Aku hanya membantu menguburkan dia, semua benda peninggalan Tuan Gong Sun Er sudah kukeluarkan dari dalam tasnya, aku mohon Tetua sudi memaafkan aku!"

Gong Sun Zuo Zu terus melihatnya dan mengangguk lalu berkata, "Baik, baik."

Kemudian tangannya mengeluarkan, "Berikan uang itu kepadaku."

Guan Ning selalu mendengarkan orang lain bicara, biasanya orang berilmu silat tinggi selalu mempunyai sifat aneh, dia berharap tangan yang terulur ke depannya bersih dan putih. Tapi tangan orang yang terkenal itu, tampak hitam, kurus, dan kering, tidak ada bedanya dengan pengemis biasa. Guan Ning merasa kecewa, dia menertawakan dirinya yang berpikiran tidak dewasa, kemudian dengan hati- hati dia mengeluarkan uang itu dari dalam tasnya.

Wajah Wu Dang Si Yan dan Guru Mu Zhu tampak berubah lagi. Beberapa pasang mata terus melihat ke arah tasnya, Guan Ning memasukkan tangannya ke dalam tas, lalu pelan-pelan dia mengeluarkan seuntai mata uang berwarna hijau dari dalam tasnya.

Wu Dang Si Yan berteriak, "Ru Yi Qing Qian!"

Guan Ning melihat seuntai mata uang itu, tapi dia tidak melihat ada yang istimewa.

Dia menyerahkan uang itu kepada Gong  Sun Zuo Zu dan berkata, "Apakah yang Tetua maksud adalah seuntai uang ini? Harap Tetua memeriksanya dulu—"

Guru Mu Zhu terus melihat untaian uang itu, seperti seekor kucing yang melihat ikan, selangkah demi selangkah dia mendekati Gong Sun Zuo Zu, sikapnya tidak tampak seperti seorang biksu yang kedudukannya tinggi lagi.

Mata Gong Sun Zuo Zu terus melihat untaian uang itu, dia seperti marah, dan ada pandangan menghina di matanya, apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Pelan-pelan dia menerima uang berwarna hijau itu, lalu berdiri terpaku, Guru Mu Zhu semakin mendekat, tapi Gong Sun Zuo Zu seperti tidak merasakannya.

Tiba-tiba Wu Dang Si Yan semakin kencang memegang pedangnya.

Keempat pendeta itu sekarang terlihat tampak bersemangat, seperti siap mengeluarkan api pada saat melihat untaian mata uang itu. Mereka ikut mendekat, walaupun mereka sadar kalau ilmu silat mereka bukan tandingan Gong Sun Zuo Zu, tapi demi Ru Yi Qing Qian yang diinginkan oleh kalangan persilatan, meskipun merasa takut tapi rasa takut mereka sudah tertutup dengan keserakahan mereka.

Guan Ning melihat Guru Mu Zhu semakin mendekati Gong Sun Zuo Zu, ujung pedang Wu Dang Si Yan pun semakin mendekat.

Guan Ning sadar dalam waktu dekat ini pasti akan terjadi pertarungan hebat, dia merasa semakin tegang.

Tapi—

Gong Sun Zuo Zu tiba-tiba memutar badannya, kemudian dia tertawa terbahak-bahak, tawanya seperti menertawakan kelakuan Wu Dang Si Yan dan Guru Mu Zhu.

Guru Mu Zhu dan Wu Dang Si Yan telah berkumpul di sana, lalu mereka berhenti melangkah. Tawa Gong Sun Zuo Zu semakin besar, tiba-tiba dia seperti akan memberikan untaian Ru Yi Qing Qian itu kepada Guru Mu Zhu dan tertawa sekeras-kerasnya, "Benda ini boleh kalian perebutkan, baiklah, baiklah, kalian boleh mengambilnya!"

Pergelangannya berputar, lalu dia melempar Ru Yi Qing Qiang itu ke arah Guru Mu Zhu.

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba membuat Guru Mu Zhu dan Wu Dang Si Yan merasa terkejut, sehingga mereka tidak bisa menjawab.

Guru Mu Zhu melihat untaian uang berwarna hijau itu semakin mendekatinya tapi dia tidak berusaha untuk menghindar malah dia seperti tidak peduli untaian uang itu akan mengenai wajahnya, dia berniat setelah uang itu mulai mendekatnya, baru dia akan mengambilnya. Tapi kebingungan di wajahnya belum hilang, orang- orang yang berada di sana tidak menyangka kalau Gong Sun Zuo Zu hanya menganggap untaian uang itu sebagai barang yang tidak berharga. Dan dengan seenaknya dia melempar begitu saja. Mereka mengira dia sudah gila.

Melihat keadaan seperti ini Guan Ning tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya, dia menyaksikan sendiri semua orang itu demi seuntai uang itu, hampir saja Luo Fu Cai Yi mati di tangan Wu Dang Si Yan. Diapun melihat karena uang itu Wu Dang Si Yan dipukul mundur oleh Guru Mu Zhu, bahkan mereka sempat tidak bisa bernafas, tapi sekarang ini Gong Sun Zuo Zu malah memberikan yang itu kepada orang lain. Dia merasa hari ini orang- orangnya maupun peristiwa- peristiwa yang ditemuinya sangat aneh dan membuatnya tidak mengerti.

Dia tidak bisa menebak apa yang melatari semuanya, walaupun semua tidak ada hubungan dengannya sama sekali. Tapi jika dia ingin melepaskan diri dari masalah ini, tampaknya sulit sekali.

Terdengar Gong Sun Zuo Zu tertawa, "Kasihan, kasihan sekali Wu Dang Si Yan dan Shao Lin Yi Zhu, kalian berkelana di dunia persilatan sudah puluhan tahun, apakah tidak pernah mendengar kalimat 'Ru Yi Qing Qiang, 9 palsu dan 1 yang asli?"

Dia tertawa lagi, "Lucu sangat lucu, mengapa hanya demi seuntai besi rongsokan dan tidak berharga ini kalian sampai seperti itu memperebutkannya—Ha ha ha! Kalau barang ini asli mengapa Gong Sun Lao Er sesudah mati tapi untaian Ru Yi Qing Qian masih ada di tubuhnya? Dan mengapa bisa berada di tangan anak ini? Aku dengar Shao Lin Yi Zhu berilmu silat tinggi dan sangat panjang akal, tidak disangka ternyata dia hanya seorang bodoh dan tolol!"

Sambil bicara dia sambil tertawa, kata- katanya terdengar pedas dan tawanya mengandung penghinaan.

Wajah Guru Mu Zhu berubah warna dari putih, hijau, akhirnya merah. Segera dia memutar pergelangan tangannya dan dengan dua jari dia menjentik untaian uang itu. Dan kepingan uang itu terbagi menjadi dua lalu jatuh berhamburan ke tanah, sehelai kain hijau terlihat dari balik kepingan uang logam itu. Wu Dang Si Yan langsung maju dan berniat mengambil kain itu.

Tiba-tiba Guru Mu Zhu membentak lengan bajunya yang lebar tampak berkibar, angin kencang menyapu Wu Dang Si Yan, tangan kirinya menyambut kain itu.

Semua perubahan terjadi secepat kilat, hanya terjadi dalam satu kedipan mata, keadaan sudah berbeda dengan tadi. Begitu lengan baju Guru Mu Zhu tampak berkibar, dia mundur 5 langkah, empat pasang mata milik Wu Dang Si Yan tertumbuk pada saputangan yang berada di tangan Guru Mu Zhu.

Gong Sun Zuo Zu tertawa sinis dan dengan tenang melihat semua kejadian itu, sepertinya semua itu terjadi sesuai dengan perkiraannya. Karena itu dia tidak merasa khawatir.

Terlihat tangan kanan Guru Mu Zhu menggenggam sisa untaian uang itu, sedangkan tangan kirinya memegang saputangan tadi, kemudian dia menarik nafas panjang, dia melonggarkan pegangannya dan untaian uang berwarna hijau dan saputangan itu terjatuh begitu saja.

Gong Sun Zuo Zu tertawa lagi, Yan putih (pendeta berbaju putih) dan Yan biru (pendeta berbaju biru) saling pandang, kemudian bersama- sama meloncat dan mengambil untaian uang dan saputangan dengan ujung pedang mereka. Guru Mu Zhu diiringi tawa Gong Sun Zuo Zu berlalu begitu saja dari sana tanpa menolehkan kepalanya lagi.

Gong Sun Zuo Zu berterpuk tangan dan berkata, "Aku mengira Biksu Mu Zhu adalah orang yang terbodoh di dunia ini, ternyata kalian berempat lebih bodoh lagi, kalau untaian uang ini adalah yang asli, mana mungkin biksu itu akan pergi begitu saja, tapi sekarang kalian malah kembali memungutnya, bukankah dengan begitu berarti kalian adalah orang paling bodoh dan tolol?"

Sambil tertawa Gong Sun Zuo Zu juga marah, tapi Wu Dang Si Yan yang tadinya ingin  tahu benda apa yang ada di dalam saputangan itu? Semangat mereka yang menggebu-gebu sekarang menjadi mulai mendingin, benda pusaka yang diperebutkan oleh kalangan persilatan yaitu Ru Yi Qing Qian berada di dalam saputangan berwarna putih dan tertulis huruf.

Wu Dang Si Yan dengan kecewa dan marah melempar untaian uang itu dan pergi begitu saja.

Sambil tertawa Gong Sun Zuo Zu melihat kepergian mereka, lalu tawanyapun lenyap. Tapi pemuda yang berada di pinggirnya masih dengan keadaan bengong melihatnya.

Pandangan mereka bertemu, Guan Ning merasakan sorot mata Gong Sun Zuo Zu terlihat begitu sedih, kata-kata penghinaan yang terlontar dari mulutnya dan kata-katanya yang mempermainkan orang sekarang tidak terdengar lagi. Guan Ning ingin mengiburnya, ternyata orang terkuat dari Gai Bang ini tampak bingung, Guan Ning tidak tahu apa yang harus dia katakan.

Dengan terpincang-pincang dia berjalan ke sisi jalan gunung itu, di sebuah batu gunung yang  agak besar dia duduk di sana karena merasa lelah dan juga sedih. Dia tiba-tiba terlihat menjadi tua, ternyata sejak tadi dia berusaha menutupi perasaannya, sekarang tidak tertahan lagi. Dengan pelan dia bertanya, "Siapakah namamu?"

Guan Ning menjawab, dan Gong Sun Zuo Zu mengangguk lalu berkata lagi, "Kemarilah, Guan Ning, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."

Walaupun bajunya compang camping tapi sikapnya tampak mulia dan sopan, sikap  mulia dan sopan ini tidak bisa dibuat-buat juga tidak bisa tertutupi dengan bajunya yang compang camping.

Guan Ning menurut, sebenarnya dia juga mempunyai banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan, dia ingin mengetahui rahasia Ru Yi Qing Qian, juga ingin tahu rahasia pelajar berbaju putih yang hilang ingatan, dia ingin mengetahui setiap masalah yang mengandung rahasia.

Tiba-tiba Gong Sun Zuo Zu bertanya, "Sejak kapan kau naik ke gunung ini? Dan kapan kau tiba di Wisma Si Ming? Apa saja yang kau lihat di sana? Dengan siapa kau telah bertemu?"

Dengan lancar Guan Ning menceritakan semuanya, bukan pertama kalinya dia bercerita tentang peristiwa yang terjadi di Wisma Si Ming, maka tidak ada hambatan yang membuatnya sulit untuk bercerita.

Kadang terdengar dia menarik nafas kadang terlihat dia memegang dahinya. Sebenarnya apa yang telah terjadi, dia sendiripun tidak tahu dan tidak bisa menebaknya.

Sejarah Gai Bang sudah berlangsung sejak lama, Gai Bang berpusat di Jun Shan, itu belum berlangsung lama. Kali ini Wisma Si Ming mengundangnya, tapi karena Gong Sun Zuo  Zu ada keperluan lain maka dia terlambat datang ke Wisma Si Ming, tidak disangka ternyata akan terjadi musibah itu, diapun tidak menyangka kalau saudara kembarnya yang datang lebih awal mati di Wisma Si Ming.

Sewaktu dia baru saja naik gunung dan berpapasan dengan Guan Ning dia masih belum tahu sudah terjadi peristiwa berdarah di Wisma Si Ming, dia hanya merasa heran mengapa ada seorang pelajar yang terlihat lemah dan berilmu silat rendah keluar begitu saja dari Wisma Si Ming.

Setelah Gong Sun Zuo Zu sampai di Wisma Si Ming dan dia melihat keadaan Wisma Si Ming yang begitu besar tidak ada seorangpun di sana. Kemudian dia melihat ada mayat dalam keadaan bertumpuk lalu ada kuburan yang masih baru. Tongkat besi yang belum pernah lepas dari saudara kembarnya tampak terlempat begitu saja. Dia langsung tahu telah terjadi sesuatu di Wisma Si Ming dan banyak pesilat tangguh yang mati di sana. Hal ini benar-benar membuat orang tidak percaya.

Karena itu dengan cepat dia kembali lagi ke jalan tadi, setelah mendengar percakapan antara Guan Ning, Guru Mu Zhu, dan Wu Dang Si Yan, lalu melihat mereka bertarung, dia baru muncul dan menertawakan mereka. Sebenarnya dia merasa sangat sedih, marah, dan juga terkejut, untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasa seperti itu.

Dengan diam dia mendengar cerita Guan Ning, langit mulai gelap, untaian uang masih tergeletak  di bawah dan memantulkan kilauan hijau, dengan sedih dia memukul-mukul tanah dengan tongkatnya, kerikil dan batu tampak beterbangan, tapi pukulan itu tetap tidak bisa menghilangkan kemarahan yang ada di dalam hatinya.

Guan Ning melihatnya dan berkata, "Tadi kudengar para pendekar datang dan berkumpul hanya karena seuntai uang berwarna hijau,  apakah Tetua bisa memberitahuku, mengapa uang hijau itu diperebutkan oleh kalangan persilatan, ada rahasia apa di balik semua itu?" Gong Sun Zuo Zu melihat untaian uang itu dia berdiri dan berjalan mengambil uang itu, dia memukul dengan tongkatnya dan berkata, "Untuk apa. Untuk apa?"

Tongkat besinya diturunkan, dia kembali lagi duduk di batu itu dan berkata, "Uang hijau! Uang hijau! Apakah kau tahu sudah berapa orang yang mati dalam ratusan tahun ini?"

Guan Ning bertambah bingung, terdengar pesilat tangguh itu dengan sedih berkata lagi, "Ratusan tahun lalu, di dunia persilatan muncul seseorang yang berbakat, waktu itu kau dan aku belum lahir, aku hanya tahu kalau orang itu dalam waktu sepuluh tahun berhasil mengalahkan  semua pesilat tangguh. Dia keluar masuk Shao Lin, Wu Dang, Tian Zhang, juga membunuh tujuh penjahat dalam waktu 10 tahun itu, dia telah melakukan banyak hal yang menggemparkan dunia persilatan, dia memandang remeh pesilat tangguh yang ada di dunia persilatan, semua tempat terlarang diterobosnya. Walaupun dia sudah lama mati tapi hal-hal tentang dirinya masih terus dibicarakan oleh orang-orang dunia persilatan sampai sekarang."

Gong Sun Zuo Zu melihat ke tempat  jauh dengan pandangan kosong, membuat hati Guan Ning menjadi bergejolak, dia ingin sekali bertemu dengan orang itu. Sekalipun harus mengorbankan semuanya, terdengar Gong Sun Zuo Zu berkata lagi, "Persoalan yang paling menakutkan di dunia ini adalah rasa sepi, walaupun dia adalah orang yang tidak terkalahkan, dan setiap orang menganggap kalau dia bahagia tapi sebenarnya di dalam hatinya dia sangat kesepian, tidak mempunyai teman, bahkan lawan untuk bertarungpun tidak ada."

Gong Sun Zuo Zu berhenti bicara, dalam hati diapun merasa sedih, Jun Shan Shuang Can bersaudara kembar, sejak kecil mereka tidak pernah berpisah, sekarang dia seperti seekor burung yang sayapnya patah, dia kehilangan orang yang dicintai, selamanya tidak akan bisa bertemu lagi, dapat dibayangkan seperti apa kesedihan hatinya.

Guan Ning melihat Gong Sun Zuo Zu yang terus menatap ke tempat jauh, diapun tertular dengan kesedihan Gong Sun Zuo Zu. Guan Ning tidak tahu bagaimana caranya menghibur Gong Sun Zuo Zu. Terdengar Gong Sun Zuo Zu berkata lagi, "Walaupun dia tidak terkalahkan, tapi dia tetap seorang manusia, bisa tua, juga bisa mati, dia tahu sebelum kematian menjemputnya, dia harus mencari seorang murid untuk mewariskan semua ilmu silatnya, tapi persyaratan yang diajukannya sangat berat, tidak ada seorangpun yang sanggup memenuhi syarat ini, karena itu dia memutuskan untuk menuliskan rahasia ilmu silatnya. Dia menuliskannya pada 18 lembar kertas lalu menyelipkannya di 18 keping uang logam yang dibuat sekecil-kecilnya, Katanya dalam 18 lembar kertas ini tertulis jurus : pedang, pisau, tombak, jari, kepalan tangan, senjata rahasia, ilmu meringankan tubuh, dan ilmu tenaga dalam, semuanya berjumlah 18, Inipun hanya perkataan orang-orang, tapi tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya walau selembarpun."

Guan Ning tampak berpikir, "Orang itu benar- benar berbakat, dalam beberapa tahun dia bisa melatih ilmu silat tertinggi, pantas hanya karena untaian uang itu orang-orang persilatan saling berebut."

"Semenjak orang itu mengumumkan di mana dia menyimpan ilmu silat rahasianya kepada dunia persilatan menjadikan semua orang karena uang itu selalu bertarung untuk memperebutkannya. Tujuh puluh tahun yang lalu, di Yi Shan di sebuah gua, untuk pertama kali ditemukan uang Ru Yi Qing Qian. Karena mata uang ini 17 orang pesilat tangguh berkumpul di Gunung Yi Shan. Setelah pemimpin Kun Lun membuka untaian mata uang itu di depan ke-16 orang lainnya, di dalam uang itu terselip 18 lembar saputangan. Baru diketahui ternyata jumlah Ru Yi Qing Qian itu sebenarnya ada 10 dan yang asli hanya ada satu."

Guan Ning berpikir, "Pesilat tangguh bila melakukan suatu hal benar-benar sulit ditebak, dia takut ilmu silatnya bisa musnah tapi untuk apa mempermainkan orang?" Lalu Guan Ning bertanya, "Mengapa mereka tahu kalau Ru Yi Qing Qian berjumlah 10 dan hanya ada satu yang asli?" "Waktu itu pemimpin Kun Lun sangat marah dia kembali lagi ke gua di Yi Shan ternyata di  atas meja yang terdapat di dalam gua itu tertulis 'Ru Yi Qing Qian 9 palsu 1 asli, mana yang asli mana yang palsu, orang pintar bisa memilihnya sendiri."

Gong Sun Zuo Zu berkata lagi, "Kata-kata itu terdengar seperti puisi, hanya dalam waktu setengah bulan sudah menyebar ke  seluruh penjuru dunia, begitu Ru Yi Qing Qian kedua ditemukan di E Mei Shan, dan yang menemukannya adalah E Mei, Ling Xu Shuang Jian (Sepasang pedang Ling Xu), tadinya Ling Xu Shuang Jian seperti saudara kandung, setelah menemukan Ru Yi Qing Qian tidak peduli asli atau palsu mereka langsung bertarung dan saling membunuh, akhirnya kedua-duanya terluka berat, setelah terluka baru mereka membuka uang hijau itu."

Guan Ning bertanya, "Apakah uang itu palsu?" "Benar!" jawab Gong Sun Zuo Zu, "Tapi sudah

terlambat, hanya karena barang rongsokan mereka mati di E Mei Shan."

Gong Sun Zuo Zu menceritakan sebuah rahasia dunia persilatan, hati Guan Ning semakin berat mendengarnya, dadanya seperti tertindih oleh batu yang sangat besar.

"Sewaktu Ling Xu Shuang Jian akan meninggal, mereka menulis dengan darah mereka di baju mereka sendiri, mereka berharap sikap mereka seperti itu tidak dituruti oleh orang dunia persilatan, tapi—hai!"

Gong Sun Zuo Zu berkata lagi, "Puluhan tahun kemudian muncul lagi 3 untai Ru Yi Qing Qian. Sewaktu uang ini muncul, banyak pesilat tangguh yang mati lagi, karena mereka takut orang lain akan menemukan aslinya, karena itu tidak ada seorangpun yang mau lepas tangan, walaupun pengalaman membuktikan semuanya tapi tampaknya semua orang tetap seperti tidak mau mendengar."

Angin meniup pepohonan. Guan Ning merasa tubuhnya menjadi dingin, dia berpikir, "Demi harta orang harus mati, demi makanan burung akan mati. Kematian para pesilat karena dosa ini siapa yang harus bertanggung jawab?"

Gong Sun Zuo Zu mengerutkan dahi dan berkata lagi, "Anehnya setiap ada yang menemukan uang Ru Yi Qing Qian, pasti tidak hanya ada satu orang di sana, sehingga setiap kali pasti akan terjadi pertumpahan darah, sampai—"

Suaranya berhenti sebentar kemudian melanjutkan lagi, "Tetap mati, tetap ada yang mati satu. ”

Dia mengepalkan tangan semakin kencang sampai-sampai tangannya yang kurus dan kering itu terus berderak, melihat tingkah laku Gong Sun Zuo Zu seperti itu, Guan Ning berteriak, "Ada apa Tetua?" Gong Sun Zuo Zu seperti baru tersadar dari mimpi buruknya, pelan-pelan dia berkata lagi, "Setengah tahun yang lalu, aku dan Gong Sun Er pergi ke perbatasan karena ada suatu keperluan, sewaktu dalam perjalanan pulang, kami melewati Chang Bai Shan, tapi kami tersesat di dalam hutan, setengah harian kami terus berputar-putar di gunung itu dan kami merasa sangat tidak beruntung, tidak sengaja kami menemukan sarang harimau  dan  menemukan  seuntai  uang sejumlah

18 keping berwarna hijau, tapi kami tidak bertarung hanya kerena seuntai uang itu, bersama-sama kami membukanya satu per satu, ternyata uang itupun bukan yang asli, mula-mula kami merasa kecewa tapi juga merasa beruntung karena yang mendapatkan uang itu adalah kami. Jika orang lain yang mendapatkannya, paling sedikit salah satu dari mereka akan mati! Masih.   ”

Suaranya semakin merendah, nadanya seperti terdengar semakin sedih. Dia berkata lagi, Tidak disangka meskipun Ru Yi Qing Qian ini asli atau bahkan yang palsu, kedua- duanya adalah benda pembawa sial. Lao Er, jika bukan karena seuntai uang ini, kau pasti akan menungguku. Kau tidak akan pergi dengan tergesa-gesa ke Wisma Si Ming dan kaupun tanpa sebab mati di Wisma Si Ming!"

Dia menundukkan kepalanya. Orang  yang sangat terkenal di dunia persilatan dan berjiwa besar, sekarang tetap merasa sedih dan bisa meneteskan air mata. Angin berhembus, seorang pendekar meneteskan air mata, walaupun sekarang bukan musim dingin tapi Guan Ning merasa bumi dan langit diliputi rasa dingin seperti musim dingin. Dia teringat bahwa tangannya sudah menguburkan banyak mayat di Wisma Si Ming, kesedihan Gong Sun Zuo Zu hanya salah satunya. Keluarga mereka yang ditinggalkan jika sudah mengetahui keadaan mayat-mayat itu, apakah merekapun akan bereaksi sama seperti Gong Sun Zuo Zu?

Kemudian dia teringat lagi pada suami istri Si Ming Hong Pao (Si Ming baju merah). Mereka mati dengan keadaan saling berpelukan, benar-benar seperti Yuan Yang (Nama burung yang hidup harus berpasangan)—! Guan Ning memikirkan nasibnya, apakah pada saat dia mati nanti, akan ada orang yang merasa sedih? Dia berpikir lagi mengenai setiap keadaan mayat di Wisma Si Ming. Tiba- tiba—

Dia menepuk dahinya dan berteriak, sepertinya dia teringat sesuatu.

Terlihat kedua matanya tampak berubah, mulutnya berkata, "E Mei tas kulit cheetah. Lup

Fu Cai Yi.... E Mei tas kulit cheetah." Guan Ning merasa sedih.

Dia membalikkan badannya dan bertanya, "Tetua, apakah Anda tahu siapa E Mei tas kulit cheetah?" Dengan pelan Gong Sun Zuo Zu menjawab, "E Mei Bao Nang berasal dari keluarga Tang yang terkenal dengan senjata rahasia beracun. Ilmu mereka diturunkan secara turun-temurun. Tas yang mereka bawa terbuat dari kulit cheetah. Mereka sering memakai baju berwarna cerah. Disebut E Mei Bao Nang tapi mereka sebenarnya bukan murid E Mei Pai."

Gong Sun Zuo Zu merasa pertanyaan pemuda itu sedikit aneh. Tapi dia tetap memberitahukannya.

Setelah selesai memberitahu semuanya, terlihat Guan Ning sangat senang dan bertepuk tangan. "Ternyata semua benar."

Gong Sun Zuo Zu bingung. Pemuda ini sedang apa?

Terlihat Guan Ning mendekatinya dan duduk bersama-sama di batu gunung itu lalu dia berkata, "Tadi aku mendengar murid Luo Fu Cai Yi pernah melihat E Mei Bao Nang bersaudara pergi ke Wisma Si Ming dan mereka belum turun dari gunung sampai sekarang, tapi di antara mayat- mayat itu tidak ada mayat dengan ciri-ciri seperti itu. Semua orang yang diundang ke Wisma Si Ming sudah mati, hanya 2 orang itu saja yang tidak. Berarti kedua orang ini pasti pembunuhnya atau setidaknya mereka adalah orang yang membantu membunuh. "Waktu aku berada di jembatan di Wisma Si Ming, ada senjata rahasia yang menyerangku, seperti ingin membunuhku supaya rahasia ini tidak bocor. Senjata itu kecil dan ringan, berwarna hitam tapi tidak bercahaya tapi tenaga yang dikeluarkan sangat kuat. Kelihatannya. ”

Gong Sun Zuo Zu berteriak, tiba-tiba dia berdiri, matanya merah, rambut dan kumis seperti berdiri semua. Dia berteriak, "Apakah mereka adalah pembunuhnya. ”

Dia melihat Guan Ning lagi dan bertanya, "Apakah sewaktu berada di pondokan itu yang membunuh anak yang kau bawa adalah orang dengan ciri tinggi tapi bentuknya aneh ”

"Tapi kedua orang itu tidak membawa tas kulit cheetah."

"Mungkin waktu itu kau sudah ketakutan dan tidak melihat dengan jelas, apalagi.... tas mereka bisa ditaruh dulu."

Walaupun Gong Sun Zuo Zu sangat berpengalaman, tenang, dan banyak akal tapi sekarang dia dalam keadaan tidak begitu sadar, begitu merasa ada sedikit kecurigaan dia terus bertanya.

"Aku masih mempunyai satu pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada Tetua. Menurut murid- murid Luo Fu Cai Yi, perwakilan Luo Fu Pai hanya ada 2 orang ke Wisma Si Ming. Mereka adalah Cai Yi Shuang Jiang. Di antara mayat- mayat yang kulihat di Wisma Si Ming, kecuali 2 orang berbaju mewah dengan ciri-ciri seperti yang mereka ceritakan. Masih ada seorang laki- laki berbaju kembang dan bercambang. Apakah Tetua tahu, apakah orang itu juga adalah murid- murid Luo Fu Pai?"

Gong Sun Zuo Zu berpikir dengan lama. Kemudian dia menjambak rambutnya sendiri yang memang sudah berantakan sejak awal, kemudian dia duduk kembali.

Gong Sun Zuo Zu sama seperti keadaan rambutnya, acak-acakan dan tidak  bisa dibereskan, semakin pemuda itu bercerita, pikirannya semakin kacau.

"Ilmu silat E Mei Bao Nang memang tinggi, apakah dia bisa dan sanggup membunuh mereka semua? Kecuali.... kecuali diam-diam mereka menaruh racun di dalam makanan, tapi.... E Mei Bao Nang dan Si Ming Hong Pao memang tidak akur dan tidak akrab. Mereka tidak akan mungkin bisa masuk ke Wisma Si Ming begitu saja, lebih- lebih tidak mungkin secara  terang- terangan menaruh racun di dalam makanan. Jika begitu....

bagaimana cara mereka meracuni pendekar- pendekar itu?"

Pertanyaan ini membuat Gong Sun Zuo Zu sendiripun tidak bisa menjawabnya.

Tapi pertanyaan yang Guan Ning pikirkan berbeda lagi! "Siapa pelajar berbaju putih itu....” Pertanyaan ini terus menerus berkecamuk di dalam pikirannya, dia tidak mempunyai kesempatan untuk berkata karena orang yang diajaknya bicara, seperti memperhatikan hal yang lain, maka sewaktu dia menceritakan tentang pelajar berbaju putih, orang lain pasti tidak akan memperhatikannya, dia terus bertanya tentang hal- hal yang berhubungan dengan orang diperhatikannya karena mereka tidak tahu siapa sebenarnya pelajar berbaju putih yang dimaksudkan Guan Ning.

Sekarang Guan Ning ingin bertanya lagi, tapi dia melihat Gong Sun Zuo Zu terus menundukan kepala, dia mengurungkan niatnya.

Mereka berdua diam dengan keadaan berhadapan, pikiran mereka masing-masing tidak sama tapi sama-sama memikirkan Wisma Si Ming. Tempat ini berada di sebuah gunung, jalan gunung itu adalah jalan terlarang bagi siapapun dan peraturan ini sudah ditentukan oleh Wisma Si Ming. Orang dunia persilatan tidak berani lewat ke sana kecuali wisatawan seperti Guan Ning, tidak ada tujuan dan hanya kebetulan lewat saja, jika sengaja datang ke sana tentu diberi peringatan terlebih dahulu karena itu tidak ada seorangpun yang berani memasuki tempat terlarang ini. Walaupun pemandangan di sana sangat indah tapi tetap tidak bisa dinikmati oleh siapapun.

Suasana sunyi dan senyap. Di dalam kesunyian ini terdengar ada seseorang yang berteriak dari kejauhan, walaupun tidak begitu jelas tapi masih bisa terdengar.

"Siapakah aku ini, siapakah aku ini. ”

Guan Ning sedang mendengarkan. Suara itu semakin mendekat, hanya dalam waktu singkat sudah berada di depan.

Kecepatan tubuhnya benar-benar membuat orang tidak percaya.

Suara itu semakin mendekat dan semakin kencang, di sekeliling gunung terdengar gema suaranya, membuat telinga Guan Ning  sakit. Wajah Gong Sun Zuo Zu tampak berubah, kedua matanya berusaha mencari sumber suara itu.

"Siapakah aku ini? Siapakah aku ini. ”

Siapa yang datang, Guan Ning sudah tahu. dia segera maju, dia ingin menjelaskan pemilik suara itu.

Tapi....

Suara itu sudah berada di depan.

Tiba-tiba terdengar suara PING dan pohon bergoyang-goyang. Seseorang sudah turun dari sana, Gong Sun Zuo Zu seperti kaget dan terus melihat. Orang ini berbaju putih, bersepatu putih, wajahnyapun putih, walaupun baju dan wajahnya tidak rapih tapi ketampananan tetap tidak tertutup. Gong Sun Zuo Zu terkejut dan berkata, "Ternyata kau!"

Begitu pelajar berbaju putih itu turun, suaranyapun berhenti. Dia berlari ke depan Gong Sun Zuo Zu. Dengan senang dia berkata, "Aku mencarimu sangat lama, ternyata kau ada di sini."

Gong Sun Zuo Zu terpaksa tersenyum. Pelajar berbaju putih itu menarik pundak Guan Ning dan berkata, "Mari kita pergi dari sini dan katakan kepadaku siapa aku sebenarnya? Kau sudah berjanji jadi tidak boleh melarikan diri."

Dengan aneh Gong Sun Zuo Zu melihat semua kejadian ini, segera dia menangkap apa yang sebenarnya telah terjadi. Pikiran inilah yang kelak akan membuat banyak masalah di dunia persilatan.

Guan Ning merasakan pundaknya  sakit, terpaksa dia mengikuti pelajar baju putih itu berjalan 2 langkah.

Tapi—

Gong Sun Zuo Zu sudah membentak dan menerkamnya, tongkat besi yang dikepit di ketiaknya sudah menyapu, setiap jurus terlihat sangat cepat dan kuat seperti kilat. Semua terarah kepada pelajar berbaju putih itu. Guan Ning terkejut, serangan ini hampir mengenai tubuh pelajar berbaju putih. Tapi tampaknya dia tidak menghiraukan pukulan dari tongkat dan serangan dari telapak tangan. Dengan tangan kanan dia memegang Guan Ning kemudian sedikit menghindar, tongkat dan jurus telapak hanya melewati celah di antara mereka berdua, bajunyapun tidak kena.

Tangan Guan Ning basah dan tubuhnya penuh dengan keringat dingin.

Melihat kelincahan pelajar berbaju putih, membuat Gong Sun Zuo Zu merasa kaget, dia sudah lama mendengar nama besar pelajar berbaju putih tapi mereka belum pernah bertarung. Sekarang Gong Sun Zuo Zu tahu bahwa pelajar berbaju putih ini memiliki ilmu silat di atasnya, karena itu serangan kedua mulai digencarkan lagi.

Lengan bajunya sedikit bergerak. Pelajar berbaju putih sudah membawa Guan Ning menghindar sejauh 3 kaki. Ilmu silatnya tidak hilang tapi ingatannya hilang semua, dengan bingung dia melihat Gong Sun Zuo Zu dan bertanya, "Siapakah kau? Kau mau apa?"

Gong Sun Zuo Zu tertawa dingin, dia pernah beberapa kali bertemu dengan pelajar berbaju putih tapi sekarang dia seperti tidak mengenalnya, ini membuatnya marah, karena dia menggap semua ini hanya pura-pura.

"Kau jahat sekali, tega membunuh  banyak orang, karena apa semua ini?" Pelajar berbaju putih itu tampak kebingungan, kata-kata pengemis ini sama sekali tidak dimengerti olehnya, dia berputar l£gi untuk menghindari serangan tongkat besi yang dilancarkan seperti hujan dan guntur, dia juga membentak.

"Kau bicara apa tadi?"

Hati Guan Ning bergetar, dia tahu Gong Sun Zuo Zu sudah salah paham. Dia ingin menjelaskannya tapi Gong Sun Zuo Zu sudah marah dan membentak, "Dulu aku hanya menganggapmu kejam dan sadis dan tidak peduli mana yang salah dan mana yang benar, padahal sebelumnya kau adalah seorang laki-laki sejati yang bertanggung jawab karena itu aku selalu menghormatimu. Tapi sekarang kau hanya seorang berhati kerdil yang tidak tahu malu. Kau sudah membuat Wisma Si Ming bersimbah darah, sekarang pura-pura seperti tidak tahu apa-apa. Hari ini, aku Gong Sun Zuo Zu walaupun tidak bisa mengalahkanmu, tapi aku berusaha tetap bertarung denganmu."

(Oo-dwkz-lav-oO) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar