Laron Penghisap Darah Bab 40 : Misteri seputar Laron Penghisap darah (Tamat)

Bab 40: Misteri seputar Laron Penghisap darah (Tamat)

"Benar, akulah yang telah membunuh Wan Kiam-peng!" Jui Pak-hay tidak berusaha menyangkal.

Tapi selama ini kau tidak berani bertindak sesuatu terhadap Liong Giok-po"

"Karena aku cukup mengetahui kondisi dan kemampuanku" "Kau sadar masih bukan tandingannya bukan?" jengek

Siang Hu-hoa.

"Benar, kalau bukan karena itu dialah orang pertama yang akan kubunuh!"

"Jadi waktu itu kau kuatir dia datang mencarimu?" "Aneh kalau aku tidak merasa kuatir"

"Waktu itu, perasaan hatimu masih terganjal lagi oleh satu masalah, masalah yang amat pelik bagimu" "Kau kira masalah apakah itu?"

"Masalah yang menyangkut hubungan Kwee Bok dan Gi Tiok-kun"

Ujung mata Jui Pak-hay kelihatan bergetar keras. "Waktu itu kau pasti sudah berhasil menyelidiki kalau

kegadisan Gi Tiok-kun sebenarnya sudah direnggut Kwee Bok"

ujar Siang Huhoa lebih jauh, "dengan watakmu, sudah pasti kau tidak akan menyudahi persoalan sampai disitu saja

"Padahal waktu itu Liong Giok-po mengejar mu semakin dekat, untuk menghadapi musuh setangguh ini cara terbaik yang bisa digunakan adalah berpura-pura mati, dari rencana berpura-pura mati kaupun manfaatkan kesempatan ini untuk menfitnah Kwee Bok dan Gi Tiok-kun, lalu terpikir olehmu untuk membuat surat wasiat, dari surat wasiat kaupun mengatur perangkap untuk mencelakai musuhmu satu per satu termasuk diriku sendiri kau memang berkepe-ntingan

untuk menghabisi aku sebab terlalu banyak persoalanmu yang kuketahui, tidak bisa disangkal aku adalah duri dalam daging bagimu!"

"Tentu saja aku harus mencabut duri dalam daging ini" sela Jui Pak-hay.

Siang Huhoa mendengus dingin, lanjutnya: "Ketika semua rencana sudah siap maka kaupun

laksanakan semua rencana tersebut satu demi satu mula

mula kau ciptakan isu seolah ada sekelompok Laron Penghisap darah yang membuat keonaran, kemudian pada malam bulan purnama yaitu tanggal lima belas, kau ciptakan sesosok mayat untuk menggantikan posisimu "

"Lalu mayat yang kita temukan itu adalah mayat dari "

tukas Nyo Sin.

"Mayat itu sebenarnya mayat dari Si Siang-ho!" Siang Huhoa segera menambahkan. "oooh...?"

"Si Siang-ho pasti masih mendendam atas peristiwa yang menimpanya dimasa lampau, dia pasti berusaha mencari kesempatan untuk membalas dendam"

"Kenyataan memang begitu" Jui Pak-hay membenarkan.

"Kau pasti sudah menduga kalau Si Siang-ho mempunyai niat tersebut, maka kau habisi nyawanya lalu menggunakan mayatnya untuk menggantikan posisimu!"

"Tepat sekali"

"Kau memang sengaja meletakkan mayat itu diatas loteng belakang kamar tidurmu, dengan begitu jika mayat tersebut ditemukan orang, Kwee Bok dan Gi Tiok-kun pasti akan menjadi tersangka dan akhirnya masuk penjara.

"Padahal jauh sebelum kejadian itu, kau sudah menyamar menjadi Kwee Bok untuk melakukan pelbagai persiapan yang dengan sengaja meninggalkan bukti dan saksi dimata orang banyak, agar bila suatu hari diperlukan, kesaksian orang banyak bisa memperberat dosa dari Kwee Bok. Hmmm baru

berpisah selama tiga tahun, tidak kusangka ilmu menyaru muka mu sudah maju sedemikian pesat"

"Kau terlalu memuji"

Setelah menarik napas panjang, kembali Siang Huhoa berkata:

"Setelah kejadian, kau menyusup masuk ke dalam penjara, membunuh Gi Tiok-kun dan Kwee Bok, meninggalkan bangkai Laron Penghisap darah disana, agar orang lain mengira mereka berdua benar-benar adalah jelmaan dari siluman laron"

Jui Pak-hay hanya membungkam tanpa membantah. Kembali Siang Huhoa berkata: "Kau bisa masuk ke dalam penjara dengan leluasa, aku percaya keberhasilanmu pasti karena mengandalkan ilmu menyaru muka bukan"

"Selain ilmu menyaru muka, harus ditambah pula dengan bubuk pemabok" Jui Pak-hay menambahkan.

"Sebenarnya waktu itu kau menyusup masuk ke dalam penjara dengan identitas sebagai siapa?"

"Sebagai Oh Sam-pei!"

"Lalu apa yang telah kau lakukan dengan Kwee Bok dan Gi Tiok-kun?"

"Tentu saja membantai mereka berdua"

"Mayat mereka berdua berada dimana sekarang?" "Komplek pekuburan terbengkalai di barat kota!"

"Sampai disini, anggap saja permainan babak pertama sudah berakhir" kata Siang Huhoa sambil menghela napas panjang, "selanjutnya giliran permainan babak kedua yaitu aku dan Liong Giok-po yang harus tampil di atas panggung. Liong Giok-po berhasil melacak jejakmu, sudah pasti diapun berhasil melacak diriku, bila secara tiba-tiba harta karun itu lenyap dari ruang rahasia, antara aku dan dia pasti akan terjadi bentrokan hebat, paling tidak pertarungan adu jiwa akan berlangsung diantara kami berdua"

"Aku memang berharap kalian bisa gontok-gontokan sendiri" sahut Jui Pak-hay sambil menyeringai seram.

"Sayang pengharapanmu itu tidak akan terwujud, kau mesti menerima kenyataan ini dengan perasaan kecewa, dengan tewasnya Liong Giok-po maka urusan pun berubah jadi makin sederhana dan gampang"

"Apa? Liong Giok-po sudah mati?" teriak Jui Pak-hay terperanjat, agaknya dia belum tahu akan kejadian ini. "Benar, kejadiannya berlangsung pagi hari tadi" Siang Huhoa menerangkan.

"Siapa yang punya kepandaian sedemikian hebatnya hingga sanggup membunuhnya?"

“JuiGi!"

"Apa? Jui Gi?" kontan Jui Pak-hay tertawa terbahak-bahak, "mana mungkin Jui Gi memiliki kepandaian sehebat itu?"

"Rupanya kau belum tahu kalau Liong Giok-po pernah bertarung sengit melawan Tok tongcu?"

"Aku tahu akan kejadian ini, itulah sebabnya aku sangat kuatir ketika tahu dia sedang mencariku"

"Apakah kau pernah dengar juga kalau dia sudah terkena bubuk lima racun dari Tok tongcu sehingga bukan saja wajahnya hancur berantakan, bahkan seluruh ilmu silatnya telah punah?"

Mendengar perkataan itu Jui Pak-hay segera menghentakkan kakinya berulang kali ke atas tanah sambil menghela napas panjang.

"Kau tidak perlu berkeluh kesah, juga tidak usah menghela napas, begitu Jui Gi mengetahui rahasia ini, semalam dia telah mewakilimu untuk membunuhnya"

Sekali lagi Jui Pak-hay menghela napas panjang. "Aaaai tidak dapat disangkal dia memang seorang

pembantuku yang paling setia, tapi dengan berbuat begitu,

keuntungan apa yang bisa kuperoleh?"

"Bagimu mungkin tidak bermanfaat, tapi bagiku sangat bermanfaat"

"Aku mengerti, justru karena peristiwa ini, kau semakin yakin kalau aku masih hidup di dunia ini!" sambung Jui Pak- hay cepat. Siang Huhoa manggut manggut.

"Padahal sejak awal hingga sekarang" ujarnya lagi, "asal kita mau berpikir secara cermat, sebetulnya tidak sulit untuk menemukan beberapa kejanggalan yang patut dicurigai"

Setelah menelan air liurnya, dia melanjutkan:

"Dalam hal ini, berulang kali Tu Siau-thian dan Nyo Sin telah menyinggungnya"

"Sebenarnya kesimpulan dan analisa yang kalian lakukan selama ini sudah benar dan masuk diakal" kata Jui Pak-hay, "tapi lantaran terpengaruh oleh isu seputar kehadiran Laron Penghisap darah, maka kalian tidak yakin dengan analisa tersebut"

"Kenyataan memang begitu" Siang Huhoa membenarkan, "sejak awal aku sudah mencurigai gulungan lukisan itu, maka aku selalu beranggapan bahwa analisa pihak pengadilan tentang kasus ini kuranglah tepat, hanya aku merasa segan untuk mengenalkannya misalnya saja mereka pernah

menganggap kejadian yang berlangsung selama ini merupakan ulah dari siluman laron yang berwujud sebagai Kwee Bok dan Gi Tiok-kun, jelas analisa semacam ini merupakan analisa yang ngawur sekali, kemudian dibilang pikiranmu kalut karena siang malam kau diteror oleh Laron Penghisap darah, padahal menurut dugaanku, mungkin kau malah tidak pernah menjumpai seekor Laron Penghisap darah pun seperti apa yang kau catat dalam gulungan kertas itu"

"Kau bisa berpendapat begitu karena kau selalu menganggap apa yang tercatat dalam gulungan kertas itu hanya sebuah catatan, kenyataannya bagaimana sulit dibuktikan sebab tidak ada barang bukti" ujar Jui Pak-hay.

Siang Huhoa manggut-manggut seraya menghela napas panjang, kembali ujarnya: "Akupun tidak bisa menyangkal untuk mengakui dirimu sebagai seseorang yang amat cerdas menyamar menjadi

Kwee Bok, Si Siang-ho lalu Jui Pak-hay. satu orang dengan

tiga identitas, satu orang seakan berubah jadi tiga orang yang berbeda, sebuah kejadian yang sungguh diluar dugaan siapapun, terutama ketika kau tampil sebagai Kwee Bok yang memelihara ribuan ekor Laron Penghisap darah lalu tampil sebagai seorang korban yang diteror ribuan ekor Laron Penghisap darah, dua karakter yang sesungguhnya bertolak belakang, tapi kenyataannya kau bisa memerankan semua karakter itu secara sempurna"

"Tapi darah dari kawanan Laron Penghisap darah "

kembali Nyo Sin menyela.

"Betul, darah itu memang darah dari Laron Penghisap darah"

"Tapi kenapa warna darahnya persis sama seperti darah manusia?"

"Darah tersebut berwarna merah karena terpengaruh oleh sejenis benda" Siang Huhoa menerangkan, dia segera mengeluarkan bungkusan kecil yang baru saja dikembalikan Siau-sin kepadanya.

"Apa isi bungkusan itu?" tanya Nyo Sin sambil menatap tajam bungkusan kecil itu.

Ketika Siang Huhoa membuka bungkusan kecil itu, sekuntum bunga kecil berwarna kuning dan selembar daun kecil berwarna hijau segera terjatuh dari balik bungkusan itu.

"Aaah, bukankah bunga itu adalah bunga kuning yang tumbuh di belakang halaman rumah penginapan Hun-lay?" teriak Nyo Sin.

"Tepat sekali!" setelah menghembuskan napas panjang kembali Siang Huhoa berkata, "aku yang banyak mengetahui jenis tumbuhan pun tidak kenal dengan jenis bunga tersebut, kenapa bunga tadi justru banyak tumbuh di pekarangan rumah penginapan? Bukankah kejadian ini sangat aneh? Maka aku pun mengutus Siau-sin dan Siau-tho untuk berangkat ke rumah seorang sahabatku dan minta tolong kepadanya untuk mengenali jenis bunga ini"

"Apakah dia kenali bunga itu?"

"Betul" Siang Huhoa mengangguk, "dia telah menulis seluruh yang diketahuinya dalam sepucuk surat dan suruh mereka serahkan kepadaku"

Sambil menatap tajam wajah Jui Pak-hay kembali terusnya: "Bunga ini disebut siok-hong, aslinya merupakan tumbuhan

alam, bunganya berwarna kuning dan berduri, daunnya mirip

bulu angsa, ketika putik bunga itu diambil getahnya maka akan muncul cairan merah seperti darah, cairan getah itu disebut air siok-bok, biasanya orang pribumi menggunakan getah itu sebagai bahan pewarna. Lantaran kawanan Laron Penghisap darah itu setiap hari menghisap cairan getah siok- bok sebagai minumannya, tidak heran kalau darah ditubuhnya berwarna merah juga seperti darah manusia"

"Apakah temanmu itu bernama Thio Kian-cay?" tiba-tiba Jui Pak-hay bertanya.

"Betul. Apakah semua yang dia katakan merupakan kenyataan?"

"Yaa, semuanya memang kenyataan"

"Tidak dapat disangkal dalam hal Laron Penghisap darah tampaknya kau telah membuang waktu keringat dan waktu"

"Jika ingin berhasil dengan suatu rencana besar, kau memang mesti persiapkan dulu senjata andalan"

Siang Huhoa menghela napas panjang, gumamnya kemudian: "Kadangkala aku berpikir, kau sebenarnya termasuk orang yang amat cerdas atau seorang yang betul-betul sudah gila?"

Jui Pak-hay mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak:

"Hahahaha ke dua duanya benar, kalau aku tidak

cerdas, tidak nanti bisa kurancang sebuah skenario yang begitu hebat, tapi kalau aku bukan seorang gila, mana mungkin aku bisa menulis catatan harian terlebih dulu sebelum melaksanakan rencana yang penuh kekejian dan maut ini?"

Siang Huhoa gelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa getir.

"Kini Jui Gi berada dimana?" tiba-tiba Jui Pak-hay bertanya lagi.

"Dia sudah bunuh diri untuk membungkam diri" Berapa saat lamanya Jui Pak-hay berdiri termangu,

akhirnya dia baru berkata:

"Kalau aku sendiripun tidak menyangka akan berakibat sehebat ini, tentu saja diapun tidak pernah bisa menduganya, terlepas dia masih hidup atau sudah mati, kehadirannya tidak akan mempengaruhi seluruh jalannya skenario ku ini, sebuah akhir tetap merupakan sebuah akhir"

Perlahan-lahan dia bangkit berdiri.

Tan Piau, Yau Kun serentak melompat bangun sambil bersiap siaga, yang satu menghunus rantai baja, yang lain mempersiapkan sepasang tombaknya.

Jui Pak-hay sama sekali tidak menggubris mereka, melirik sekejap pun tidak, kepada Siang Huhoa ujarnya:

"Harta karun itu berada di penjara bawah tanah, bagaimana kalau kau ikut bersamaku untuk melihatnya?" "Hanya untuk melihat harta karunmu itu?" Siang Huhoa balik bertanya.

"Tentu saja sekalian menyelesaikan budi dan dendam kita selama ini, penjara bawah tanah merupakan sebuah tempat yang paling tepat untuk menggunakan pedang" selesai berkata dia segera beranjak pergi.

Siang Huhoa menghela napas panjang, akhirnya dia bangkit berdiri, menguntn di belakang Jui Pak-hay.

Sebab dia tahu, kejadian semacam ini sudah tidak mungkin bisa dihindari lagi.

Dari sela-sela batu cadas Jui Pak-hay mencabut keluar sebilah pedang. Jit seng coat mia kiam?

"Mana pedangmu?" tanya Jui Pak-hay sambil menatap tajam lawannya.

Siang Huhoa menyahut dan segera meloloskan pedangnya. "Selama banyak tahun, aku selalu bukan tandinganmu"

kata Jui Pak-hay kemudian, "sekarang, kecuali muncul suatu kemukjijatan rasanya hasil terakhir pun setali tiga uang"

Kemudian dengan suara yang berat dan dalam, sepatah demi sepatah kata dia melanjutkan:

"Oleh sebab itu aku rela menerima akhir seperti ini!" Siang Huhoa mengerti apa yang dia katakan.

Mendadak tubuh Jui Pak-hay melambung ke tengah udara, Siang Huhoa tidak ketinggalan, pada saat yang bersamaan dia melambung pula ke tengah udara.

Ditengah kegelapan malam terlihat dua kilatan cahaya membelah bumi. Mendadak dibawah "sinar rembulan" muncul tujuh buah titik bintang.

Bintang yang memancarkan cahaya tajam! Bagaikan halilintar yang membelah angkasa, dua senjata saling membentur satu dengan lainnya, suara gemerincingan nyaring diikuti rontoknya bintang bagaikan hujan segera memenuhi seluruh ruangan.

Hanya sekali kilatan cahaya berkelebat lewat, tahu tahu bayangan manusia telah meluncur balik ke bawah, hinggap di posisi semula. Yang berbeda hanya ke tujuh butir bintang yang semula berada di pedang jit seng coat mia kiam milik Jui Pak-hay, kini sudah menempel semua diatas pedang milik Siang Huhoa.

Paras muka Jui Pak-hay pucat keabu-abuan, pucat bagaikan mayat, dengan wajah mendelong dan kecewa dia awasi ke tujuh bintang yang menempel ditubuh pedang Siang Huhoa itu tanpa berkedip, sampai lama kemudian dia baru berteriak keras:

"Bagus, bagus sekali!"

Siang Huhoa tetap membungkam.

Kembali sekilas cahaya pedang melintas di angkasa dan menyambar lewat, pedang dari Jui Pak-hay!

Pedang itu diayunkan dari atas menuju ke bawah, hanya satu kali tebasan, dia nyaris membelah tubuhnya sendiri menjadi dua bagian.

Darah segar segera berhamburan ke mana-mana.

Darah yang berwarna merah segar, tampak jauh lebih menawan, jauh lebih menyilaukan mata dibawah cahaya rembulan.

Suara dengungan keras segera bergema memenuhi seluruh angkasa, kawanan Laron Penghisap darah yang semula beterbangan mengelilingi "sang rembulan", kini bagaikan kesurupan serentak menerjang ke bawah, bagaikan sudah kalap saja menerjang ke tubuh Jui Pak-hay dan menghisap darahnya yang masih berhamburan ke mana mana. Tidak selang berapa saat kemudian, didalam penjara bawah tanah itu hanya berkumandang semacam suara yang sangat aneh, suara aneh yang selama hidup belum pernah didengar Siang Huhoa!

........ Laron Penghisap darah!

Apakah analisa dan dugaannya selama ini keliru besar? Apa benar kawanan Laron Penghisap darah itu betul-betul menghisap darah manusia dan melahap daging tubuh manusia?

Siang Huhoa merasakan sekujur tubuhnya bergidik, dia merasa badannya seakan sedang terendam didalam air dingin yang dipenuhi balok es!

0-0-0

Malam hari didalam penjara bawah tanah ternyata siang hari diluar rumah penginapan, matahari bersinar hangat menerangi seluruh jagad.

Biarpun sudah berada dibawah sang surya yang hangat, Siang Hu-hoa tetap merasakan hatinya sedingin salju. Dia tidak mengucapkan sepatah kata putu

Siau-sin dan Siau-tho mendampinginya di sisi kiri dan kanan, mereka pun tidak berbicara apa-apa, paras muka ke dua orang gadis itu nampak pucat pasi.

Entah berapa jauh mereka telah berjalan, akhirnya Siang Huhoa berpaling dan menengok sekejap ke belakang. Rumah penginapan Hun-lay sudah tidak terlihat lagi. Dia merasa dirinya seakan baru sadar dari sebuah impian yang buruk.

Akhirnya mimpi buruk sudah berlalu, hilang dari pikirannya. Setelah hari ini, apakah dikemudian hari akan muncul lagi mimpi buruk seperti ini?

Siang Huhoa tidak tahu, tidak seorang pun yang tahu.

Tidak ada orang yang mengharapkan mimpi buruk semacam ini, satu impian saja sudah terasa berat apalagi kalau lebih dari satu.

Yaa, siapa sih manusia di dunia ini yang berharap akan mengalami mimpi buruk seperti ini?

TAMAT.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar