Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Bab 34: Kota setan Hati manusia.

"Ehmmm, berarti kerugian yang kalian derita terhitung cukup parah, masih untung harta karun dari Kim tiau beng akhirnya terjatuh ke tangan kalian" kata Nyo Sin lagi.

Liong Giok-po segera tertawa dingin. "Walaupun telah kehilangan empat orang saudara, sebenarnya kami tidak terlalu bersedih hati bahkan dengan luapan rasa gembira kami menggotong keluar harta karun itu satu demi satu. Siapa tahu disaat luapan gembira kami belum habis, musibah kembali telah terjadi. Pada saat Wan Kiam- peng sedang menggotong keluar peti harta yang terakhir, mendadak muncul dua sosok bayangan manusia berkerudung hitam, tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka menyerang aku dan Wan Kiam-peng, serangan yang gencar dan dahsyat memaksa aku dan Wan Kiam-peng harus meletakkan kembali peti harta itu ke lantai dan mundur lagi ke dalam ruang rahasia. Baru saja kami loloskan senjata dan siap melakukan perlawanan, tiba-tiba pintu rahasia yang sebenarnya sudah kami rusak itu bekerja kembali, pintu itu menutup secara mendadak dan mengurung kami didalam ruang rahasia itu"

"Dan kalian pun terkurung dalam ruangan?" tanya Nyo Sin. "Peristiwa itu terjadi sangat mendadak, selain lantaran

dibuat kaget karena kehebatan ilmu silat yang dimiliki lawan, kamipun pingin tahu siapa gerangan si penyerang itu sehingga sama sekali tidak di sadari kalau kami sudah dipaksa masuk lagi ke dalam ruang rahasia"

"Apalagi kalian sangka pintu rahasia itu sudah rusak dan tidak mungkin bisa menutup kembali" Nyo Sin menambahkan.

"Benar"

"Akhirnya berapa lama kalian berkurung dalam ruang rahasia itu?"

"Satu hari penuh"

"Dengan cara apa kalian bisa lolos dari situ?"

"Kami butuh waktu selama seharian penuh sebelum berhasil membuka kembali pintu rahasia itu"

Setelah tertawa dingin, kembali lanjutnya: "Menunggu kami berhasil keluar dari ruang rahasia, seluruh harta karun itu sudah hilang lenyap tidak berbekas, sebuah pun tidak ada yang ketinggalan"

"Ini yang dinamakan belalang menubruk serangga, burung nuri menunggu di belakang. Lihay! Sungguh lihay!"

"Yaa, memang sangat lihay"

"Dalam penuturanmu tadi sama sekali tidak disinggung soal Cu Hiap, apakah diapun terkurung didalam ruang harta?"

"Tidak, dia tidak terjebak disana" "Lantas dia berada di mana?"

"Dia tergeletak didepan pintu masuk ruang harta karun"

"Berarti dia saksikan semua sepak terjang yang dilakukan ke dua orang manusia berkerudung itu setelah mereka tutup pintu rahasia dari ruangan tersebut?"

"Benar, dia hanya bisa menyaksikan ke dua orang manusia berkerudung itu menaikkan seluruh harta karun itu diatas punggung serombongan besar unta dan pergi meninggalkan tempat itu"

"Dia tidak berusaha untuk menghalangi?"

"Dapat mempertahankan selembar nyawa sendiripun sudah terhitung beruntung, mana dia sanggup menghalangi perbuatan ke dua orang itu?" kata Liong Giok-po pelan.

Setelah menghela napas panjang, katanya lagi:

"Sekalipun dia dapat mempertahankan selembar nyawanya, itupun tidak berlangsung terlalu lama, ketika aku dan Wan Kiam-peng berhasil lolos dari ruang harta, dia sudah berada dalam keadaan tidak sadar"

"Berarti lukanya sangat parah?" "Hal itu hanya merupakan salah satu alasan, yang terutama adalah dia tidak sanggup menelan rasa mendongkol dan gusar yang membara dalam dadanya, sebagai orang yang berangasan, kasar, berjiwa sempit dan gampang naik darah, bagaimana mungkin dia bisa menahan rasa jengkelnya setelah menyaksikan harta karun dari Kim-tiau-beng yang sudah mereka peroleh, disikat orang dengan begitu saja. Maka tidak lama sekembalinya ke rumah, dia mati lantaran sakitnya semakin parah"

"Jadi harta warisan yang diserahkan Jui Pak-hay kepada kalian bertiga tidak lain adalah harta karun dari Kim tiau beng?"

"Tidak bakalan salah lagi" seru Liong Giok-po, setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, katanya lagi:

"Kalau bukan lantaran itu, mana mungkin dia akan wariskan harta kekayaan sebanyak itu kepada kami bertiga, memangnya aku masih punya hubungan saudara atau famili dengan Jui Pak-hay?"

Sesudah berhenti sejenak, kembali ujarnya:

"Ketika seseorang sadar bahwa ajalnya akan tiba, biasanya akan muncul rasa penyesalan atas semua perbuatan yang pernah dia lakukan di masa lampau, mungkin saja dia merasa kelewat besar kesalahannya terhadap kami bertiga maka diputuskan untuk berbuat begitu"

"Berdasarkan apa pula kau bisa begitu yakin kalau dua orang manusia berkerudung yang telah merampas harta karun itu adalah Siang Huhoa dan Jui Pak-hay?" lagi lagi Nyo Sin bertanya.

"Jago tangguh yang mampu memukul mundur aku dan Wan Kiam-peng dalam satu gebrakan saja setauku hanya ada tiga belas orang didunia saat itu, dari ke tiga belas orang itu paling hanya ada delapan orang terbagi dalam empat kelompok yang mungkin terkait dalam peristiwa ini, aku telah menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk melakukan pengamatan dan penyelidikikan, dari hasil pelacakan yang berhasil dikumpulkan, akhirnya aku temukan bahwa cuma Siang Huhoa dan Jui Pak-hay saja yang pantas dicurigai"

Setelah tertawa dingin berulang kali, lanjutnya: "Apalagi aku sendiripun seorang jagoan yang

mengkhususkan diri dalam ilmu pedang, bagaimana aliran pedang lawan sebetulnya sudah ada gambaran sejak awal, selama tiga tahun penyelidikanku, aku pun sudah berulang kali menyaksikan cara mereka berdua melakukan pertarungan"

"Apakah jurus serangan yang digunakan sama?" "Benar" Liong Giok-po mengangguk, "sebenarnya aku

hanya sebatas curiga, tapi sekarang aku telah membuktikan bahwa kecurigaanku dulu sesungguhnya tidak terbatas hanya curiga saja tapi memang merupakan sebuah kenyataan"

"Tampaknya kau telah membuang banyak waktu dan tenaga untuk melakukan pelacakan ini" seru Nyo Sin.

Liong Giok-po menghela napas panjang.

"Kalau kejadiannya memang begini, rasanya aku pun tidak bisa membantumu untuk menyelesaikan hutang piutang ini" lanjut Nyo Sin.

Setelah memberi kode tangan, dia menambahkan: "Sekarang terbukti sudah kalau harta karun dari Kim tiau

beng merupakan hasil jarahan, walaupun kalian berhasil

menghancurkan persekutuan rajawali mas, namun harta karun itu telah kalian rampas, perbuatan semacam ini sudah pantas dimasukkan kategori hitam makan hitam!"

Liong Giok-po tidak menyangkal, dia pun tidak membantah. Kembali Nyo Sin melanjutkan kata katanya: "Sekarang semakin terbukti kalau Siang Huhoa dan Jui Pak- hay pun melakukan tindakan hitam makan hitam waaah,

cukup meninjau dari mereka yang terlibat, kepalaku sudah pusing dibuatnya "

"Cuma " terusnya setelah berhenti sejenak, "kalau di

tinjau dari situasi saat itu, boleh dibilang harta karun itu sudah menjadi barang tidak bertuan, sebab barang barang itu belum sampai meninggalkan markas Kim tiau beng, maka tidak bisa dibilang Siang Huhoa dan Jui Pak-hay telah merampok kalian"

Buru-buru Liong Giok-po mengulapkan tangannya sambil menukas:

"Benar begitu atau bukan, sekarang sudah tidak penting lagi, yang mesti kita selesaikan sekarang tinggal satu persoalan"

"Soal apa?"

"Sebelum melangkah ke persoalan itu, terlebih dulu kita mesti jelas akan memperlakukan harta karun itu sebagai hasil jarahan atau bukan"

"Ohh?"

"Jelas diatas benda benda berharga itu tidak akan ditemukan tanda khusus, siapa pun tidak akan bisa membuktikan apakah benda benda berharga itu merupakan hasil jarahan atau bukan, oleh karena pemimpin Persekutuan rajawali mas sudah mampus, sementara dua saudaraku juga telah mati, kini tinggal aku seorang diri"

"Kau pasti tidak bisa membuktikan kalau harta karun itu merupakan hasil jarahan bukan?"

"Tentu saja tidak bisa, biarpun disini hadir Siang Huhoa, namun diapun tidak mengetahui persoalan ini kelewat jelas....

jadi menurut pandanganku, sekarang kita harus memandang harta karun itu sebagai harta kekayaan warisan dari Jui Pak- hay" "Betul, memang seharusnya begitu" Ko Thian-liok menimpali.

"Atau dengan perkataan lain, kini seluruh harta kekayaan itu adalah milikku seorang, harta kekayaanku!"

Dengan meninggikan nada suaranya kembali dia berseru: "Ditinjau dari keadaan sekarang, hanya aku seorang yang

berhak mewarisi seluruh harta kekayaan dari Jui Pak-hay"

Tidak seorangpun menyangkal, karena apa yang dikatakan memang sebuah kenyataan.

Kembali Liong Giok-po berkata:

"Sekarang seluruh harta kekayaan itu hilang lenyap tidak berbekas, aku rasa baik dari pihak pemerintah maupun dari pihakku, kita mesti lacak persoalan ini hingga jelas"

Berkilat sepasang mata Liong Giok-po, setelah memandang sekejap wajah seluruh yang hadir, dia berseru:

"Persoalannya sekarang adalah siapa yang telah mencuri seluruh harta karun itu?"

Nyo Sin seketika terbungkam, orang lain pun tidak ada yang bersuara.

Perlahan-lahan Liong Giok-po berkata lebih jauh: "Aku rasa persoalan inilah merupakan satu satunya

masalah yang harus kita selesaikan sekarang juga"

Sambil berbicara kembali dia menyapu sekejap seluruh ruangan, tambahnya:

"Berdasarkan tiga alasan yang pernah kuungkapkan tadi, bisa disimpulkan bahwa pencuri harta karun itu sebenarnya bukan orang lain, tapi dia Siang Huhoa!"

Sekali lagi dia menuding ke arah Siang Hu-hoa. Menghadapi tuduhan tersebut Siang Huhoa sama sekali tidak menanggapi, menggubris pun tidak, dia masih berdiri ditempat semula sambil mendongakkan kepalanya mengawasi rak tembaga tempat delapan buah lentera itu tergantung.

Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pandang, hanya ada satu hal yang mereka ketahui yakni sudah cukup lama dia mengawasi tempat itu.

Ditinjau dari keadaan tersebut, dapat diketahui kalau seluruh pikiran dan perhatiannya sedang terpusat pada rak tembaga berbentuk setengah lingkaran itu, tampaknya dia sama sekali tidak menggubris persoalan lain, bahkan terhadap apa yang dikatakan Liong Giok-po pun tidak memberikan reaksi apa pun.

Apakah dia telah menemukan sesuatu?

Nyo Sin sama sekali tidak memperhatikan sikap aneh dari Siang Huhoa, melihat tiada reaksi dari lelaki itu, dia pun berkata:

"Ke tiga buah alasanmu tadi memang bagus dan masuk diakal, tapi kau pun mesti memperhatikan satu hal"

"Katakan!" ucap Liong Giok-po.

"Berbicara dari kepandaian silat yang dia miliki, benar, bisa saja dia mengelabuhi anak buahku dan berhasil menyelundup masuk ke mari, tapi harta karun yang tersimpan di tempat ini banyak sekali, dengan cara apa dia mengangkut seluruh benda berharga itu seorang diri? Apalagi dari sekian banyak benda mestika itu, banyak diantaranya merupakan benda benda yang gampang rusak, bila ditumpuk jadi satu, tidak sulit untuk rusak atau bahkan hancur berantakan, ini berarti dia harus memindahkan benda benda semacam itu satu per satu, mau masuk keluar pun paling tidak akan dilakukan puluhan kali, dia mana punya waktu sebanyak itu? Selain itu, mau memindahkan seluruh harta karun ini berarti dia harus mengeluarkan dulu benda benda itu dari ruang rahasia ke ruang perpustakaan, lalu dari ruang perpustakaan baru dipindahkan lagi ke tempat penyimpanan, berapa banyak waktu yang dia butuhkan untuk melakukan kesemuanya itu? Cobalah dipikirkan lagi dengan lebih seksama"

Sinar mata aneh memancar keluar dari balik mata Liong Giok-po, seolah dia merasa heran kenapa orang yang berada dihadapannya itu kini bisa berpikir lebih teliti dan cermat.

Setelah mendengus dingin kembali Nyo Sin berseru: "Memangnya kau anggap anak buahku pada buta semua

matanya, memangnya mereka hanya tahunya cuma tidur

melulu?"

Liong Giok-po tertawa dingin.

"Memang sulit bila pekerjaan itu dilakukan satu orang, tapi kalau ada puluhan orang yang dilibatkan, pekerjaan semacam ini gampang sekali dilakukan" katanya.

"Kau menuduhnya punya komplotan?" "Memangnya tidak mungkin?"

"Di mana komplotannya?"

"Kenapa tidak kau tanyakan langsung kepadanya?" Ternyata Nyo Sin benar benar bertanya kepada Siang

Huhoa:

"Apakah kau datang bersama komplotanmu? Sekarang ke mana perginya konco konco mu itu?"

Siang Huhoa tidak menjawab, dia masih memusatkan seluruh perhatiannya ke atas rak tembaga berbentuk setengah lingkaran itu.

Ko Thian-liok mulai merasakan sesuatu yang aneh, tiba-tiba dia menegur:

"Saudara Siang, apa yang sedang kau perhatikan?" Dia sengaja memperkeras nada suaranya.

Kali ini Siang Huhoa menyahut, sembari menundukkan kembali kepalanya dia berkata:

"Sekarang, kalian tentu sudah jelas bukan asal usul dari harta karun itu?"

"Jelas atau tidak rasanya sudah tidak penting lagi" sahut Ko Thian-liok sambil mengangguk, "yang mesti kita selesaikan sekarang adalah dengan cara apa harta karun itu dicuri orang, siapa yang telah melakukan hal ini?"

"Siapa yang melakukan pencurian ini, hingga sekarang memang masih susah dipastikan, tapi masalah dengan cara apa harta karun itu dicuri, sekarang sudah muncul titik terangnya"

Baru saja Ko Thian-liok ingin bertanya lebih jauh, Liong Giok-po sudah menimbrung dengan ketus:

"Bukan hanya titik terang, sebenarnya kau memang mengetahui dengan sangat jelas"

Siang Huhoa bersikap seolah tidak mendengar sindiran itu, katanya lagi sambil menatap wajah Ko Thian-liok:

"Ke empat petugas yang diperintahkan menjaga ruang perpustakaan ini nampak sangat jujur dan bisa dipercaya, mereka bilang selama beberapa hari terakhir tidak pernah mangkir bertugas, situasi disini pun tenang tidak pernah terjadi sesuatu apapun, aku rasa laporan mereka memang benar dan bisa dipercaya"

"Ruang rahasia ini hanya memiliki sebuah jalan masuk, dan sekarang terbukti semua harta karun telah lenyap dicuri orang, memangnya setan iblis yang melakukan pencurian itu?" tanya Ko Thian-liok tercengang.

"Mana ada setan iblis di dunia ini?" "Lalu dengan cara bagaimana harta karun itu meninggalkan ruang rahasia?"

"Ternyata ruang rahasia ini tidak hanya memiliki sebuah pintu keluar"

"Maksudmu disini terdapat pintu masuk ke dua?" tanya Ko Thian-liok tercengang.

"Moga-moga saja dugaanku tidak keliru" Siang Huhoa mengangguk.

"Sebenarnya apa yang telah kau temukan?" desak Ko Thian-liok lagi.

Siang Huhoa mendongakkan kepalanya mengawasi rak tembaga berbentuk setengah lingkaran yang tergantung di langit-langit ruangan, lalu jelasnya:

"Aku menemukan kejanggalan dengan rak tembaga ini"

Tanpa terasa Ko Thian-liok mengalihkan perhatiannya ke atas rak tembaga itu, setelah diamati sejenak, kembali tanyanya:

"Aku tidak menemukan kejanggalan dengan rak tembaga ini"

"Coba kau amati lagi, bukankah diatas rak tembaga itu ada selapis debu?"

"Benar"

"Sekarang kau cermati lapisan debu itu"

Sekali lagi Ko Thian-liok mencermati rak tembaga itu, akhirnya dia menjumpai ada berapa bagian lapisan debu yang semula melapisi tempat itu, kini sudah pada rontok.

Sebenarnya lapisan debu diatas rak tembaga itu memang tidak banyak jumlahnya, bila tidak mengamati secara cermat, siapa pun tidak akan menjumpai kalau ada bagian debu yang hilang. Di mana pun, selama ada udara yang mengalir dan tidak sering dibersihkan, tempat tersebut pasti akan dilapisi debu, maka adanya debu diatas rak tembaga sebetulnya bukan satu kejadian yang aneh.

Yang aneh justru karena letak rak tembaga itu jauh diatas langit langit ruangan, tempat yang tidak mungkin bisa diraih dengan tangan, lalu mengapa lapisan debu ditempat yang tinggi bisa hilang sebagian?

Sambil mengelus jenggotnya ujar Ko Thian-liok: "Kelihatannya lapisan debu diatas rak tembaga itu sudah

terseka oleh sesuatu benda"

"Mungkin ada tikus yang kebetulan lewat disitu" sela Nyo Sin dari samping.

Siang Huhoa segera tertawa hambar, ujarnya:

"Kalau perbuatan tikus, aku yakin tikus itu pasti segede manusia bahkan pintar berjalan sambil jungkir balik"

Nyo Sin mendengus dingin, baru saja dia akan mengucapkan sesuatu, Siang Huhoa telah melambung ke tengah udara.

Dengan sekali lompatan Siang Huhoa melambung setinggi satu dua kaki, sepasang tangannya segera menyambar ke muka, mencengkeram rak tembaga setengah bulan itu, kemudian badannya meluncur turun ke bawah.

Ternyata badannya tidak jatuh terjerembab bersama rak tembaga yang ditariknya itu.

Bukan saja rak tembaga itu sanggup menahan bobot badannya yang sedang bergelantungan, bahkan tidak terperosok pula ke bawah lantaran tenaga betotannya ketika bergelantungan tadi.

Rak tembaga tempat lentera yang begitu kokoh macam rak tersebut memang jarang dijumpai di kolong langit. Ketika tenaga betotannya ke bawah tidak mendatangkan reaksi apa apa, tubuh Siang Huhoa kembali melambung ke atas sambil menarik rak tembaga itu kuat kuat.

Tenaga tarikannya tidak kalah besar dengan tenaga betotannya tadi, namun rak tembaga itu tetap bergeming, sama sekali tidak bereaksi.

Nyo Sin keheranan setelah menyaksikan ulah lelaki itu, teriaknya tidak tahan:

"Hey, apa yang sedang kau perbuat? Main topeng monyet?"

Siang Huhoa tidak menanggapi, tangannya kali ini berputar ke kiri lalu ke kanan, dia mencoba untuk memutar rak tembaga itu searah jarum jam.

Jangan dilihat tubuhnya masih melambung di utara, bersamaan dengan tangannya melakukan gerakan memutar, sepasang kakinya segera menjejak pula pada tumpuan kaki yang lain.

"Kraaak. !" suara gemeturuk yang lirih segera

berkumandang dari balik sebuah tirai disisi ruangan.

Ternyata rak tembaga yang sama sekali tidak bergerak tadi, kini ikut berputar ke samping.

Melihat putarannya mendatangkan reaksi, Siang Huhoa segera mengerahkan lagi seluruh tenaganya dan mencoba memutar rak tembaga itu sekali lagi.

Tapi kali ini rak tembaga itu tidak berputar lagi, namun suara gemerutuk yang menggema dari balik tirai masih bergema tiada hentinya.

Suara itu aneh sekali, bikin hati orang miris rasanya, suara aneh mirip sekali dengan gerakan sekumpulan ular berbisa yang pelan pelan merayap dibelakang tirai. Seperti burung yang kaget dengan suara busur, Nyo Sin sudah balik badan siap kabur dari situ, tapi baru berapa langkah dia sudah menghentikan langkahnya.

Saat itu Ko Thian-liok sedang berdiri di belakangnya, tentu saja dia tidak berani melarikan diri dari situ.

Sorot matanya segera dialihkan ke balik tirai sutera itu, dia berharap bukan serombongan ular berbisa yang muncul dari situ.

Ternyata dia memang tidak kecewa.

Sinar mata Ko Thian-liok telah dialihkan ke balik tirai sutera itu, begitu juga dengan perhatian orang lain, tidak ada yang terkecuali.

Suara yang aneh itu segera berhenti berbunyi, tapi tiada sesuatu yang terjadi di balik tirai sutera itu, juga tidak terlihat ada sesuatu benda yang muncul disana.

Setiap orang ingin mendekati tirai itu, menyingkapnya dan memeriksa apa yang ada dibaliknya, namun tidak seorang pun yang berjalan menghampiri, tidak terkecuali Liong Giok-po.

Mengapa jagoan tangguh yang tiada tandingan di kolong langit ini bernyali begitu kecil?

Apakah dia pun tahu kalau dibalik tirai itu terdapat alat perangkap yang sangat hebat, yang bisa membunuh orang dalam sekejap?

0-0-0

Siang Huhoa masih bergelantungan dibawah rak tembaga, sepasang biji matanya yang lebih besar dari telur itik turut mengawasi belakang tirai itu, berada ditempat ketinggian, tentu saja dia dapat melihat lebih jelas ketimbang orang lain. Sayang tirai sutera itu menutupi hampir seluruh dinding batu, biarpun berada di tempat ketinggian, dia pun tidak dapat menyaksikan sesuatu apapun.

Menanti suasana dibalik tirai itu sudah hening kembali, tanpa mengucapkan sepatah katapun Siang Huhoa segera melepaskan satu tenaga pukulan ke depan.

Angin pukulan yang sangat kuat langsung menggulung tirai sutera itu dan menyampoknya hingga terbuka lebar.

Tidak ada ular disitu, dibelakang tirai itu tidak ditemukan sesuatu benda pun.

Tapi dinding batu yang semula melapisi tempat tersebut kini sudah lenyap, disana muncul sebuah lubang yang cukup besar.

Lubang itu tingginya tujuh depa dengan lebar dua depa, cukup untuk keluar masuk seorang manusia.

Dibalik lubang diatas dinding batu itu hanya kegelapan yang nampak, dari balik kegelapan seakan terdapat tumpukan salju yang dingin, bongkahan salju yang membeku itu kini seakan sedang melumer.

Siang Huhoa berdiri penuh siaga didepan gua itu, dia pun secara lamat lamat merasakan hawa dingin yang berhembus keluar.

Bagaimana bentuk dan keadaan gua itu? Benda apa yang tersimpan di sana?

Walaupun dia memiliki ketajaman mata yang mengagumkan namun tidak semuanya bisa terlihat jelas dalam sekejap mata, dalam waktu singkat tirai itu menutup kembali.

Siang Huhoa tidak membuang waktu lagi, dia menyelinap ke samping tirai kemudian membetotnya kuat-kuat. Sekarang mulut lorong itu dapat terlihat sangat jelas, ternyata dibalik lorong terdapat sebuah jalan bawah tanah yang menjorok jauh ke dalam.

Tidak tampak ujung dari lorong panjang itu karena dibalik gua hanya kegelapan yang mencekam.

Apa kegunaan lorong rahasia itu? Lorong itu menghubungkan tempat tersebut dengan mana?

Siang Huhoa ingin sekali menerobos masuk dan melakukan pemeriksaan.

Sementara dia masih termenung, para jago lainnya telah maju mengerubung.

Yau Kun dan Tan Piau dengan membawa sebuah lentera segera mendekati mulut lorong dan menerangi keadaan di dalam sana, sekarang suasana dalam lorong pun dapat terlihat lebih jelas.

Biarpun jangkauan cahaya lentera bisa mencapai tempat yang lebih jauh, namun kejauhan sana masih tetap tercekam dalam kegelapan.

Ko Thian-liok coba melongok ke dalam lorong itu, kemudian tidak tahan serunya:

"Kelihatannya lorong ini merupakan sebuah lorong bawah tanah yang amat panjang"

"Rasanya memang begitu" Siang Huhoa membenarkan. Setelah memperhatikan lagi berapa saat, dia baru berseru: "Tolong bawakan lentera!"

Yau Kun segera maju sambil membawa lenteranya.

Siang Huhoa menerima lentera itu ditangan kiri, sementara tangan kanannya mulai menggenggam gagang pedang. Kemudian tanpa membuang waktu lagi dia melangkah masuk ke balik pintu lorong dan menerobos masuk ke dalam jalan bawah tanah itu.

Lorong rahasia itu lebarnya tidak lebih hanya dua depa, tapi setelah berjalan masuk sedalam tiga depa, permukaan lorong semakin melebar hingga luasnya empat depa dengan ketinggian mencapai tiga depa lebih.

Sisi dinding ruangan dilapisi batu gunung yang tersusun rapi.

Dibalik lorong tidak ada bongkahan salju, tapi semakin berjalan masuk ke dalam, Siang Huhoa merasa angin dingin makin keras berhembus lewat.

Api lentera mulai bergoyang karena hembusan angin dingin, sekarang mereka sudah tidak dapat membedakan lagi arah mata angin.

Hembusan angin seakan akan datang dari empat arah delapan penjuru, membuat udara dalam lorong rahasia itu makin lama serasa makin membeku.

Siang Hu-hoa amat keheranan, dengan penuh rasa ingin tahu dia periksa sekeliling ruangan lorong, akhirnya dia menjumpai lubang lubang angin kecil yang terdapat setiap enam depa disepanjang lorong itu, jelas hembusan angin berasal dari lubang kecil itu.

Maka setelah tertawa ewa, dia melanjutkan kembali langkahnya.

Kecuali lubang-lubang angin itu, sepanjang dinding lorong tidak dijumpai sesuatu yang aneh, yang terdengar sekarang hanya suara gerakan tubuhnya yang menimbulkan suara desingan nyaring.

Tanpa berhenti Siang Huhoa meneruskan terobosannya masuk ke lorong rahasia itu, tidak lama kemudian dia sudah berada dua kaki dari posisi semula. Suasana didalam lorong itu tetap hening, sepi dan tidak terjadi sesuatu apa pun, bahkan disana seakan tidak dilengkapi alat jebakan atau perangkap yang mematikan.

Kecuali suara langkah kaki sendiri, Siang Huhoa tidak mendengar suara apa pun.

Liong Giok-po yang pertama tidak tahan, dengan dua tiga lompatan dia segera menyusul ke belakang Siang Huhoa.

Mendengar ada suara aneh bergema dari arah belakang, Siang Hu-hoa segera berpaling, ketika melihat orang yang menyusulnya adalah Liong Giok-po, mendadak sekilas pandangan aneh memancar keluar dari balik matanya, setelah berhenti sejenak akhirnya dia meneruskan kembali perjalanannya.

Orang ke dua yang menyusul masuk ke dalam lorong rahasia itu adalah Ko Thian-liok.

Melihat atasannya sudah melangkah masuk, tentu saja Nyo Sin tidak berani berayal, dia segera berebut maju mendahului Yau Kun dan Tan Piau dan mengikuti di belakang Ko Thian- liok.

Pada barisan yang paling belakang menyusul Yau Kun dan Tan Piau.

Setelah berjalan kurang lebih satu kaki, tiba-tiba Ko Thian- liok menghentikan langkahnya, menarik napas panjang dan bergumam:

"Sungguh anehi"

"Apanya yang aneh?" tanya Siang Huhoa sambil ikut berhenti.

"Lorong ini sangat rapat dan berada dibawah tanah, kenapa udara disini amat bersih dan segar?"

"Apakah saudara Ko tidak memperhatikan lubang-lubang kecil yang ada di kiri kanan dinding lorong?" Ko Thian-liok memperhatikan sekejap lubang itu, kemudian tanyanya lagi:

"Apa kegunaan lubang kecil itu?" "Lubang angin!"

"Ooh, rupanya begitu, tapi lubang angin itu menghadap ke tempat mana?"

"Yang pasti berada diatas permukaan tanah, tempat manakah itu? Sementara kita tidak jelas, tapi bila ingin tahu sebetulnya tidak susah"

"Aku rasa hal tersebut tidak terlalu penting, yang paling utama saat ini adalah mengetahui lorong bawah tanah ini tembus hingga ke mana" ucap Ko Thian-liok.

"Mau tembus ke mana pun selama ada di kolong langit pada akhirnya akan ditemukan juga ujungnya" sahut Siang Huhoa sambil tertawa, "ayoh kita lanjutkan perjalanan menuju ke depan"

Seraya berkata dia pun beranjak pergi.

Liong Giok-po segera menyusul di belakangnya, mendadak dia melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya.

Dalam waktu singkat dalam lorong itupun muncul sesosok bayangan setan yang menakutkan.

Siang Huhoa sama sekali tidak berpaling, dia seakan tidak perduli dengan ulah orang itu, berbeda dengan Ko Thian-liok yang mengikuti di belakangnya, tidak kuasa bergidik hatinya setelah menyaksikan adegan itu.

Nyo Sin turut tercekat perasaan hatinya, dia merasakan jantungnya berdebar keras.

0-0-0 

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar