Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) Jilid 35

 Jilid 35

"Tak aneh kalau engkoh tua bisa memasuki kamarku tanpa menimbulkan sedikit suarapun. rupanya kau serta Ban tua

telah mengangkangi kamar sebelah lebih dahulu. "

Kemudian setelah berhenti sejenak, sambil tertawa kembali ia berkata:

"Engkoh tua, ayoh ajak aku menjumpai Ban tua!"

"Tidak usah," tampik pengemis pikun sambil menggeleng "Ban tua telah berpesan, semua persoalan dibicarakan besok malam."

"Engkoh tua, tahukah kau bahwa persoalan yang kuhadapi ini adalah suatu persoalan yang amat gawat?"

"Apakah menyangkut soal gwakong mu?" tanya sipengemis pikun sambil tertawa menggelak.

"Betul, apakah tidak gawat masalah tersebut?"

"Ban tua menyuruh aku kemari tak lain hendak memberitahukan kepadamu agar jangan terlalu kelewat  gelisah dan cemas menghadapi persoalan tersebut, sebab hingga sekarang kita belum mengetahui  letak  penjara kematian yang  sesungguhnya, apabila bertindak kelewat gegabah sehingga "memukul rumput mengejutkan ular" bisa jadi keselamatan jiwa kakek Lan akan terancam bahaya. Lote nampaknya kau mesti menyelidiki letaknya lebih dulu besok."

Oh Put Kui termenung sejenak, lalu sahutnya:

"Baiklah, besok apakah Liok loko dan Ban tua tetap bersembunyi didalam kamar itu ?"

Pemuda itu yakin kedua orang rekannya pasti masuk dengan jalan menerobos, dengan demikian tiada leluasa bagi mereka untuk bergerak disiang hari.

Mendengar ucapan mana Pengemis Pikun  menyahut seraya tertawa:

"Tidak! Besok kita bersua muka dalam perjamuan tersebut!"

"Jadi kalian akan munculkan diri secara terang-terangan?" tanya pemuda itu tertegun.

Pengemis Pikun tertawa:

"Ban tua bilang dia punya    cara   yang   baik untuk menghadapi persoalan tersebut "

Oh Put Kui berpikir sejenak, lalu katanya:

"Kalau begitu besok pagi aku harus mencari  kabar  lebih dulu dari mulut Nyoo Sian-sian!"

"Lote, kau telah bersua muka dengan Lian Peng?" tanya pengemis pikun sambil tertawa.

"Gundik Nyoo  Thian-wi maksudmu? Belum, aku belum bersua dengannya. "

"Bisa jadi kau akan bersua dengannya besok!"

"Engkoh tua, mengapa kau singgung tentang dia?" tanya  Oh Put Kui dengan perasaan tidak mengerti.

"Dialah orang paling berkuasa didalam gedung Sian hong hu ini dan hak membunuh berada pula ditangannya, maka lote mesti berhati hati menghadapinya bila berjumpa dengannya besok!"

"Selamanya aku tak suka bermanis muka dengan kaum wanita!" seru Oh Put Kui sambil menggeleng.

"Lote, kali ini kau tak boleh kelewat mengikuti suara hatimu! Bila kau tidak menghadapinya secara hati-hati, bisa jadi Nyoo Siau-sian serta Kiau Hui-hui pun tidak dapat meninggalkan gedung sian hong-hu ini untuk selamanya "

Oh Put Kui benar-benar merasa terperanjat setelah mendengar perkataan itu, tapi dengan ucapan mana dia sadar pula akan gawatnya persoalan yang sedang dihadapi.

"Baik" katanya kemudian sambil tertawa, "akan kujumpai dengannya dalam kedudukan seorang angkatan muda!"

"Dalam soal tingkat kedudukan sih bukan masalah." ujar pengemis pikun sambil tertawa, "yyang penting adalah jangan kau perlihatkan sikap angkuhmu itu "

Setelah berhenti sejenak dan menguap besar-besar, pengemis itu menggelengkan kepalanya  sambil menambahkan:

"Lote, setelah mengusikmu setengah malaman aku jadi mengantuk sekarang, aku pergi tidur lebih dulu."

"Loko, beristirahatlah disini, toh aku juga tak ingin tidur cepat-cepat."

Sambil menggelengkan kepalanya ppengemis pikun membuka pintu seraya berbisik lagi :

"Lote, semua alat rahasia yang berada didalam gedung tamu agung ini telah dirusak Ban tua secara diam-diam, itulah sebabnya kedatangan Siang Ki-pia tadi tak sampai ketahuan orang, kalau tidak, bisa jadi Siang loji yang lama  berdiam diluar perbatasan itu sudah dijebloskan kedalam penjara kematian sekarang !"

Mendengar ucapan mana Oh Put Kui baru menjadi sadar. Dia menjadi geli sendiri, disangkanya pihak sian hong-hu bertindak kelewat berani.

oOdwOo0dw0oOdwOoo

Fajar belum lama  menyingsing.

Baru saja Oh Put Kui bangun dari tidurnya, pintu  kamar telah digedor orang dengan keras.

Ternyata Nyo Siau-sian telah  muncuk  didepan  pintu dengan senyum di kulum.

Baru Oh Put Kui membuka pintu, si nona langsung berkata sambil tertawa merdu, "Apakah tidurmu nyenyak semalam?"

"Dalam istana semegah ini, tentu saja tidurku  amat nyenyak. "

Setelah berhenti sejenak, tambahnya , "Tapi... ada urusan apa pagi-pagi begini Sumoay sudah muncul dikamarku?"

Sambil tertawa cekikikan sahut Nyo Siau-sian, "Coba tebak, ada urusan apa pagi-pagi aku telah muncul disini?"

Oh Put-Kui menggeleng kepala, "Darimana aku tahu?" "Bibi Lian mengundangmu untuk sarapan bersama" "Bibi Lian?"

"Betul, Bibi Lian, orang menyebutnya Lian Peng"

Oh Put Kui agak tertegun, cepat pikirnya, " Belum lagi ku temuan cara untuk menjumpai orang ini, ternyata dia telah mengundangku lebih dulu."

Buru-buru sahutnya "Ah, ternyata bibimu begitu menghormati aku hingga menyempatkan diri mengundangku sarapan bersama."

"Sudah, tak usah biara sungkan-sungkan lagi, ayo  cepat kita berangkat kesana." Selesai membenarkan letak pakaiannya, berangkatlah Oh Put Kui mengikut dibelakang Nyo Siau Sian menuju ke sebuah ruangan yang sangat indah.

Baru melangkah masuk, tampak seorang wanita setengah umur berparas cantik, didampingi Kiau Hui=hui telah menyambut kedatangannya dengna senyum dikulum.

Cepat Oh Put-Kui maju menghampiri dan ujarnya sambil menjura, "Bibi Lian, salam hormatku untukmu."

Wanita cantik itu memandang Oh Put Kui sekejap, kemudian sapanya, "Apakah kau adalah Oh-Kongcu? Murid Tay-gi Siansu?"

"Benar, bibi Lian terlalu memuji, aku merasa tidak enak karena bibi harus menyiapkan sarapan untukku."

"Kongcu, perjamuan pun telah dipersiapkan, harap kau tak usah menampik lagi," kata Lian Peng tertawa.

Oh Put Kui juga tahu bahwa hal ini tak mungkin bisa ditampik, maka ujarnya kemudian sambil tersenyum:

"Kalau memang begitu terpaksa aku akan merepotkan bibi Lian saja "

Lian Peng tertawa sejenak kemudian diapun berkata lagi: "Oh kongcu, baik-baikkah gurumu?"

"Suhu selalu berada dalam keadaan sehat wal'afiat tanpa kekurangan suatu apa pun."

Tiba-tiba Lian Peng menghela napas panjang, kemudian katanya:

"Aaaai...... suhumu selalu mengembara didalam dunia persilatan dengan kebesaran jiwanya, tempo hari akupun pernah memperoleh banyak  petunjuk darinya, meski  dua puluh tahun telah lewat, namun bila teringat kembali, sungguh membuat hati  orang  menjadi  rindu  dan  mengingatnya kembali " "Jadi bibi Lian pernah bersua dengan guruku dulu?" tanya Oh Put Kui dengan hormat.

"Benar, sudah bertemu tiga kali......" sahut bibi Lian sambil tertawa.

SEtelah berhenti  sejenah, tiba-tiba dia berpaling kearah Nyoo Siau-sian sambil menambahkan:

"Anak Sian, mana sarapannya ?"

Mendengar pertanyaan itu Nyoo Siau-sian segera tertawa merdu:

"Bibi, aku telah lupa. "

Lian Peng segera tertawa cekikikan:

"Kalau begitu cepat suruh mereka hantar  kemari, Oh Kongcu tentu sudah merasa lapar !"

Oh Put Kui yang melihat kesemuanya ini ikut tertawa geli, pikirnya:

"Adik Sian memang polos dan lucu, masa hal sarapan pun sampai dilupakan olehnya sungguh kebangetan!"

Dalam pada itu Nyoo Siau-sian telah menyahut  dan meninggalkan tempat tersebut.

Cepat-cepat Oh Put Kui berseru:

"Tidak usah adik Sian, aku belum lapar."

"Kau tidak lapar, apakah kamipun tidak lapar ?" kata Nyoo Siau-sian sambil tertawa.

Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.

Lian-peng yang  menjumpai hal  ini  segera berkata lagi sambil tertawa:

"Oh Kongcu, anak Sian memang sudah terbiasa hidup di manja, harap kau jangan menertawakan!" "Aaaaahh, anak Sian memang polos dan  lincah, dia merupakan perempuan sejati yang mengagumkan."

Sementara itu Kiau Hui-hui  turut berkata pula sambil tertawa !

"Bibi Lian, adik Sian toh masih kecil "

"Yaa, kesemuanya ini gara-gara aku dan mendiang suamiku kelewat memanjakan dirinya "

Dalam pada itu Nyoo Siau-sian telah   muncul  kembali diiringi para dayang yang membawa hidangan sarapan.

"Toako, cepat bersantap!" serunya kemudian.

Sementara itu Lian Peng juga telah bangkit berdiri sambil mempersilahkan tamunya duduk.

Setelah mengucapkan terima kasih, Oh Put Kui mengambil semangkuk bubur sambil bersantap.

Dalam sarapan itu, Lian Peng pun bertanya lagi seraya tertawa:

"Oh kongcu, sebenarnya ada urusan apa kau datang ke ibu kota kali ini ?"

"Disamping datang menyambangi bibi Lian, sesungguhnya aku masih mempunyai suatu persoalan kecil."

"Persoalan apakah itu?"

"Aku ingin sekali menyelidiki nasib seseorang."

"Ooh, orang yang sedang dicari Oh Kongcu sudah tentu seorang pendekar besar dalam dunia persilatan bukan?"

"Betul. "

Mendadak ia menyaksikan paras muka Nyoo  Siau-sian serta Kiau Hui-hui berubah hebat, karenanya diapun segera mengurungkan kembali kata-kata yang hendak diutarakan.

Oh Put Kui mengerti, berubahnya paras muka kedua orang gadis itu karena mereka kuatir bila dia mengemukakan nama dari raja setan penggetar langit Wi  Thian-yang yang sesungguhnya sedang mereka cari sehingga menimbulkan sikap permusuhan dari Lian Peng.

Tapi dia sendiri tetap bersikap tenang seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun, karena dia mengerti bahwa orang yang hendak dikemukakan sesungguhnya  bukan Wi Thian-yang.

Sementara itu bibi Lian telah menanggapi dengan cepat: "Oh Kongcu, siapa sih yang sedang kau cari?"

"The Tay-hong!" tiba-tiba Oh Put Kui menyahut sambil tertawa hambar.

Begitu nama tersebut diungkap, kedua orang gadis itupun menghembuskan napas lega.

Lian Peng nampak agak tertegun, lama kemudian ia baru berkata sambil tertawa:

"Bukankah The Tay-hong adalah salah seorang diantara empat pengawal pedang dari si Raja  setan  penggetar  langit Wi Thian-yang dimasa lampau? Aku dengar orang itu sudah lama meninggal dunia!"

Oh Put Kui sudah melihat perubahan sikap dari Lian-Peng, tapi ia tetap berlagak seolah-olah tidak tahu, segera ujarnya lagi sambil tertawa:

"Bibi Lian, The Tay-hong belum mati."

"Benarkah begitu?" bibi Lian terperanjat, "aaaaii, aku memang sudah kelewat lama berdiam digedung ini, sehingga urusan dunia persilatan tidak banyak yang kudengar."

Kembali Oh Put Kui tertawa seraya menambahkan:

"Bukan saja The Tay-hong belum mati, bahkan keempat pengawal pedang dari siraja setan penggetar langit Wi Thian- yang pun telah munculkan diri semua dari dunia persilatan!" "Oya......?" penampilan  wajah Lian-peng kali ini nampak amat bersungguh-sungguh.

oOdwOooOdwOooOdwOoo0dw0oOdwOooOdwOooOdwO

oo

Lama kemudian perempuan itu baru berkata lagi: "Apakah Oh Kongcu telah bertemu dengan mereka?"

Meskipun merasa geli, Oh Put Kui manggut-manggut juga:

"Yaaa tentu saja, aku telah bertemu muka dengan mereka semua !"

Lian Peng kembali tertawa:

"Ada urusan apa kongcu mencari The Tay-hong?"

"Ooh sesungguhnya aku hanya mendapat titipan saja dari seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan!"

Jawaban dari anak muda tersebut benar-benar diluar dugaan bibi Lian.

Menurut apa yang diketahuinya, kedatangan Oh Put Kui mencari The Tay-hong seharusnya bukan dikarenakan persoalan tersebut.

"Oh Kongcu kau mendapat titipan dari siapa sih?" tanyanya kemudian.

"Dia adalah seorang gembong iblis yang cukup termashur namanya didalam dunia persilatan, Siau Hian!"

"Siau Hian? Kau maksudkan kakek penggetar langit?" Lian- peng benar-benar merasa terperanjat.

"Betul, memang dialah orangnya !" Tiba-tiba Nyoo Siau-sian menyela:

"Toako, mengapa kau bisa berhubungan dengan gembong iblis tersebut? Manusia itu tidak gampang untuk dihadapi." Oh Put Kui segera tertawa:

"Kalau tidak bertarung tentu tidak saling berkenalan, mujur sekali aku dapat menaklukkan gembong iblis ini dengan ilmu silatku, maka setelah kekalahannya ini  ternyata si  iblis tersebut malahan bersahabat denganku."

Beberapa patah kata ini diutarakan oleh pemuda tersebut secara ringan dan santai.

Nyoo Siau-sian serta Kiau Hui-hui tidak merasa terlalu  kaget oleh perkataan semacam ini, sebab mereka tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Oh toakonya memang sangat tangguh dan jarang ada yang sanggup menghadapinya.

Tapi bagi Lian-peng benar-benar merupakan suatu berita yang sangat mengagetkan, paras mukanya sampai berubah hebat.

Bocah muda ini berhasil mengalahkan si kakek penggetar langit yang amat termashur itu?

Seandainya apa yang dikatakan benar,  bukankah pemuda ini merupakan bibit bencana yang terbesar bagi pihaknya?

Pelbagai ingatan jahat dan keji segera  bermunculan didalam benaknya.

Tapi dia segera teringat kembali dengan Nyoo Siau- sian...... Satu-satunya hadangan terbesar adalah bila Nyoo Siau-sian turut campur didalam persoalan ini, jangan lagi dia, bahkan ayah Siau-sianpun tak akan berani menentang kemauan dari gadis tersebut.

Karena itulah dia tak berani berpikir lebih jauh.

"Tak nyana Oh Kongcu mampu mengalahkan kakek penggetar langit Siau Hian, kejadian ini sungguh membuat aku merasa kaget bercampur kagum " katanya kemudian.

Kemudian Oh Put-kui tertawa: "Aaaah, padahal kemenangan  tersebut berhasil kuraih secara kebetulan  saja,  harap  bibi  Lian  jangan menertawakan. "

"Masa aku akan mentertawakan? Untuk  mengagumi  saja tak sempat. "

Sesudah berhenti sejenak, dia berkata kepada Nyoo Siau- sian:

"Anak Sian, sebentar ajaklah Kiau titli serta Oh Kongcu untuk berjalan-jalan mengitari gedung kita ini. "

"Bibi, aku memang ingin mohon ijin kepadamu." seru Nyoo Siau-sian tertawa.

Sambil tersenyum Lian Peng berkata lagi kepada Oh Put  Kui:

"Oh kongcu, sayang aku masih ada urusan sehingga tak dapat menemani kongcu lebih lama lagi. "

Ia bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Oh Put Kui, kemudian beranjak dari ruangan tersebut.

Oh Put Kui segera bangkit berdiri untuk mengantar kepergiannya, padahal dihati kecilnya dia tahu Lian-peng bukannya ada urusan lain yang hendak dilakukan, sebaliknya karena dibuat kaget oleh perkataannya barusan.

Perempuan itu tentu akan  mengumpulkan para jagonya untuk berunding serta menyusun rencana bagaimana caranya menghadapinya nanti.

Dalam hati kecilnya pemuda itu tertawa geli, pikirnya: "Hmm, usahamu itu bakal sia-sia belaka."

Dalam pada itu Nyoo Siau-sian kelihatan gembira sekali, katanya sambil tertawa merdu:

"Toako, apakah kau sudah kenyang?" "Yaa, sudah kenyang!" "Kalau begitu mari kita berangkat."

"Kemana?" tanya pemuda itu sambil tertawa, "sebetulnya berapa besar sih gedung sian-hong-hu ini? Adik Siau, apakah kau mengetahui semua bagian yang berada disini?"

Jelas terlihat kalau dibalik perkataan tersebut mengandung suatu maksud tertentu.

Nyoo Siau-sian segera tertawa:

"Ini kan rumahku sendiri, masa ada  bagian  yang  tidak kuketahui ?"

Oh Put Kui tertawa hambar, dia segera bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar.

Sambil berjalan kembali katanya sambil tertawa:

"Aaaaah, belum tentu demikian. Adik Sian, gedung sian- hong-hu terdiri dari ratusan buah bangunan, aku tak percaya kalau setiap tempat pernah kau kunjungi!"

Nyoo Siau-sian yang menyusul keluar sambil bergendong tangan dengan Kiau Hui-hui segera berseru kembali sambil tertawa:

"Toako, bagaimana pun juga aku kan jauh  lebih mengerti dari pada dirimu!"

Tiba-tiba dia memburu kedepan seraya berseru pula: "Mari, biar aku menjadi petunjuk jalan bagimu!"

"Baiklah, kita akan kemana lebih dulu?" tanya Oh Put Kui sambil tertawa.

"Kebun cay-hong-wan!"

"Suatu nama kebun yang amat artistik, aku yakin pemandangan disitu pasti indah sekali!" seru Oh Put Kui sambil bertepuk tangan.

"Asal kau sdah kunjungi nanti, tentu  akan  kau pahami dengan sendirinya " "Toako," Kiau Hui-hui yang berada  disisinya  segera menyela sambil tertawa, " kebun Cay-hong-wan betul betul merupakan sebuah tempat yang indah menawan "

"Ehmmmm, aku percaya. ," Oh Put Kui tertawa.

Sambil berbincang-bincang sambil berjalan, sampailah mereka disebuah pintu berbentuk rembulan.

Oh Put Kui mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, jaraknya dari ruang belakang sampai pintu berbentuk rembulan ini mencapai empat puluhan kaki.

Dibelakang pintu berbentuk rembulan  itu  merupakan sebuah kebun yang amat luas.

Diantara aneka bunga yang berwarna-warni, bangunan gardu, loteng dan gunung-gunungan tersebut diantara kolam kecil dengan bunga teratai yang sedang mekar, keadaan  rimbun dengan pepohonan Cay-hong-wan betul-betul merupakan sebuah tempat yang indah menawan "

"Ehmmm, aku percaya. " Oh Put Kui tertawa.

Sambil berbincang-bincang sambil berjalan, sampailah mereka disebuah pintu berbentuk rembulan.

Oh Put Kui mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, jaraknya dari ruang belakang sampai pintu berbentuk rembulan ini mencapai empat puluhan kaki.

Dibelakang pintu berbentuk rembulan  itu  merupakan sebuah kebun yang amat luas.

Diantara aneka bunga yang berwarna warni, bangunan gardu, loteng dan gunung-gunungan tersebar diantara kolam kecil dengan bunga teratai yang sedang mekar, keadaan  rimbun dengan pepohonan, sejuk hawanya dan benar-benar merupakan suatu tempat yang amat menawan hati.........

"Ehmmmm, sebuah tempat peristirahatan  yang menyenangkan !" puji Oh Put Kui kemudian dengan suara kagum. Kiau Hui-hui tertawa, katanya pula :

"Toako memang seorang yang luar biasa, begitu melihat tempat yang berpemandangan indah, pikirannya langsung terbayang akan tempat peristirahatan yang nyaman "

"Yaaaa, mungkin tak ada orang kedua yang dapat menandingi Oh Toako......." sambung Nyoo Siau-sian pula sambil tertawa.

Sementara berbicara, mereka tiba dibawah sederetan pepohonan bambu yang rindang.

Diantara tumbuhan bambu tersebut, terpancang sebuah papan nama besar yang bertuliskan :

"Cay Hong Wan"

"Adik Sian, tulisan pada papan bambu itu tentu hasil tulisan dari seorang sastrawan kenamaan !" Oh Put Kui segera berkata sambil tertawa.

"Yaa, ketiga huruf itu merupakan hasil karya dari si jago berbaju putih Ibun Han !"

"Ehmmm, tulisan seorang seniman kenamaan memang lain dari pada yang lain. "

Dalam perbincangan, mereka bersama-sama memasuki kebun itu.

Dibawah petunjuk dan keterangan dari Siau-sian, Oh  Put Kui segera menjumpai kalau kebun Cay-hong-wan  ini  memang memiliki keistimewaan yang tersendiri, setiap batu, setiap pohon seakan-akan diatur secara cermat dengan perhitungan yang matang.

Tapi disaat mereka sudah memasuki gardu Cui-sim-teng ditengah-tengah pohon bambu dalam kebun  cay-hong-wan tersebut, secara diam-diam Oh Put Kui merasa terperanjat.

Sebab dengan cepat dia menemukan kalau didalam kebun tersebut telah diatur pula semacam ilmu barisan yang sangat hebat. Untuk beberapa saat lamanya ia belum dapat mengenali barisan apakah itu, maka sambil mendengarkan penjelasan dari Nyoo Siau-sian tentang keindahan kebun tersebut, sorot matanya yang tajam dan  jeli tiada hentinya mengamati keadaan disekeliling tempat tersebut.

Akhirnya pandangan matanya terhenti pada sebuah loteng kecil disebelah barat sana.

Dengan cepat Nyoo Siau-sian telah  menjumpai ketidak tenangan Oh Put Kui, sambil tertawa ia segera menegur:

"Toako, apa sih yang sedang kau lakukan ?"

"Aku sedang memperhatikan loteng itu !" sahut sang pemuda sambil tertawa.

"OOdwOooohh, itu adalah loteng Seng-sim-lo !"

"Ada orang yang berdiam disitu ?" tanya sang pemuda sambil tertawa.

"Didalam kebun Cay-hong-wan ini hanya dibangun loteng tersebut ada penghuninya, tapi sekarang sudah tiada orang yang berdiam disitu..... sebab..... sebab "

Tiba tiba wajahnya menjadi murung, sedih dan tak sanggup melanjutkan kembali kata katanya.

Kiau Hui-hui yang menyaksikan hal  ini, segera menegur dengan kening berkerut :

"Adik Sian, mengapa kau ?"

"Adik Sian, persoalan apa sih yang membuat kau tidak gembira secara tiba-tiba ?" seru Oh Put Kui pula.

Sambil menyeka air matanya kata Nyoo Siau-sian:

"Toako, loteng Seng-sim-lo ini merupakan kamar baca dari ayahku. "

"OOdwOooohhhhhhh......" baru sekarang Oh  Put  Kui paham, tak aneh kalau dia bersedih hati, "adik  Sian, bagaimana kalau kita berkunjung kesitu ?" "Boleh saja kita kesitu bila toako ingin melihatnya " kata

Nyoo Siau-sian sedih.

SEtelah berhenti sejenak, tiba-tiba ia melanjutkan sambil menahan isak tangisnya :

"Semestinya engkohku yang harus pindah kedalam loteng ini, tapi entah mengapa ternyata ia menolak keras keras untuk pindah kemari. "

"Mungkin saudara Nyoo menganggap tempat ini terlampau sepi dan terpencil !" kata Oh Put Kui.

"Benar, engkohku memang sangat tak becus. coba

kalau bibi Lian tidak melarang, sejak dulu aku sudah pindah kesitu. "

Ketika mendengar perkataan itu, satu ingatan segera melintas didalam benak Oh Put Kui.

Apa sebabnya Lian Peng melarang Nyoo Siau-sian pindah keloteng itu?

Mungkin dibalik semuanya ini  masih tersimpan sesuatu rahasia lain?

"Mari berangkat, kita  harus melihat-lihat kesana. tapi

adik Sian mesti menyanggupi dulu suatu permintaanku, asal kau sudah menyetujui baru aku bersedia pula berpesiar kesana "

"Urusan apa sih? Silahkan toako mengutarakannya," seru Nyoo Siau-sian dengan wajah tertegun.

"Setelah masuk kedalam loteng itu, adik Sian tak boleh menangis lagi  bila  melihat  barang-barang  yang  berada  disitu. "

"Betul, adik Sian harus menyetujui permintaan ini !" dukung Kiau Hui-hui pula.

Nyoo Siau-sian manggut-manggut: "Baik, aku berjanji " Biar begitu  dia toh tidak tahan melelehkan kembali air matanya.

"Adik Sian, kita tak usah kesitu!" pemuda itu segera menggelengkan kepalanya.

"Mengapa ?"

"Sebab kau tentu akan menangis...... oleh sebab itu lebih baik kita tak usah kesana !"

"Toako, aku tak akan menangis, aku segera tertawa !" cepat-cepat Nyoo Siau-sian gelengkan kepalanya  sambil memperlihatkan sekulum senyumannya.

Ia benar-benar tertawa, demi lelaki yang dicintai ini tentu saja dia harus tertawa, hanya saja tertawanya ini kelihatan begitu mengenaskan.

Iba juga Oh Put Kui menyaksikan kejadian ini, tapi ia sadar, persoalan yang lebih mengibakan hati masih berada dikemudian hari.

Sebab sesungguhnya Wi Thian-yang tidak mati.

Bukankah tangisan dari Nyoo Siau-sian saat ini sebenarnya hanya suatu perbuatan yang sama sekali tak berguna ?

Berpikir sampai disitu, tanpa terasa lagi Oh Put Kui berkata sambil tertawa.

"Adik Sian, aku ingin cepat-cepat menyaksikan kamar baca dari Nyoo tua ayoh kita segera berangkat !"

Ucapan ini tiba-tiba saja membuat Nyoo Siau-sian teringat kembali dengan apa yang pernah dikatakan olehnya, bahwa Nyoo Thian-wi sebenarnya tak ada.

Untuk berapa saat lamanya ia menjadi tertegun dan sempat lama sekali tak mampu melangkah setindakpun.

"Adik Sian, mengapa kau ?" Oh Put Kui segera menegur dengan wajah tertegun. "Toako, apakah yang pernah kau ucapkan itu betul?" tanya Nyoo Siau-sian dengan kening berkerut.

Suatu pertanyaan yang diajukan tanpa ujung pangkalnya. "Apanya sih yang betul ?" tanya pemuda itu kemudian

sambil tertawa.

"Wi Thian-yang sesungguhnya adalah ayahku "

Dengan perasaan terkejut Oh Put-kui segera berseru.

"Adik Sian, lebih baik persoalan ini dibicarakan lagi setelah bertemu dengan Wi Thian-yang besok !"

Padahal urusan yang paling dikuatirkan Kiau  Hui-hui selama ini adalah masalah tersebut, justru keikut sertanya ke ibu kota tak lain karena kuatir Nyoo Siau-sian tak sanggup menerima pukulan batin yang sangat besar ini.

Dalam keadaan demikian mau tak mau dia harus berbicara pula, segera katanya:

"Adik Sian, kemungkinan besar Oh  toako  mempunyai tujuan yang mendalam tentang keinginannya meninjau loteng tersebut, kau jangan mengusik konsentrasi  Oh  toako  lebih dulu dengan persoalan lain."

Dengan kening berkerut Nyoo Siau-sian segera menghela napas panjang:

"Aaaaaii...... enci  Kiau, aku........ aaaaiii. !"

Ia tak sanggup lagi untuk melanjutkan perkataannya.

Siapapun yang menghadapi persoalan semacam ini tentu akan dibuat bingung juga seperti halnya dengan gadis itu.

Dengan suara lirih Kiau Hui-hui segera menghibur:

"Adik Sian, segala sesuatunya lebih baik dibicarakan lagi bila sudah diperoleh  bukti yang jelas " Lalu tanpa menunggu Nyoo Siau-sian berbicara lagi, Kiau Hui-hui segera menariknya menuju ke loteng Seng-sim-loo. Kepada Oh Put Kui serunya tiba-tiba sambil tertawa:

"Toako, mulai sekarang kita hanya akan  membicarakan soal pemandangan alam tanpa menyinggung masalah  lain, kau setuju bukan?"

"Tentu saja !" sahut Oh Put Kui sambil tertawa.

Bangunan loteng Seng-sim-lo mempunyai perabot  yang sangat megah dan mewah.

Bagian bawah bangunan itu merupakan sebuah  ruang tamu kecil.

Sedangkan bagian atasnya merupakan sebuah ruang baca.

Ketika Nyoo Siau-sian membuka semua jendela diempat penjuru bangunan loteng itu, pemandangan di kebun Cay- hong-wanpun segera terlihat semua dengan jelas.

"Betul-betul sebuah tempat kediaman yang indah !" Oh-put- kui menghela napas pelan.

Waktu itu Nyoo Siau-sian sedang mengambil sejilid kitab yang penuh berdebu, mendengar pujian ini segera katanya sambil tertawa:

"Toako, apa lagi yang  sedang kau lamunkan ?"

Kiau Hui-hui yang bersandar dijendala segera menanggapi pula dengan cepat:

"Adik Sian, pemandangan alam yang terbentang didepan mata memang sungguh merupakan suatu pemandangan yang menawan."

"Bila kalian senang, bagaimana kalau kita bertiga berdiam bersama-sama disini ?" usul Nyoo Siau-sian tiba-tiba sambil tertawa. Merah padam selembar wajah Kiau Hui-hui setelah mendengar perkataan tersebut, sebaliknya Oh Put  Kui malahan tertawa terbahak-bahak karena geli..

Sementara itu, Nyoo  Siau-sian yang tidak mendengar jawaban dari mereka segera berpaling dengan wajah tercengang, serunya:

"Toako, salahkah perkataanku itu?"

"Adik Sian, kau benar benar telah salah berbicara," ujar Oh Put Kui sambil tertawa.

Sesudah ragu sejenak, kembali dia berkata :

"Mungkinkah bagi kita bertiga untuk berdiam bersama- sama ditempat ini ?"

Sebenarnya dia ingin menjelaskan sebagai lelaki dan perempuan, bagaiman mungkin mereka bisa tinggal bersama?

Tapi diapun tahu bahwa Nyoo Siau-sian tidak mempunyai maksud lain dibalik perkataannya itu, bila ia sampai berkata demikian, bukankah hal tersebut malah menunjukkan ketidak jujuran?

Mungkin NYoo Siau-sian telah memahami pula arti sebenarnya dari perkataan tersebut,  mendadak  paras mukanya berubah menjadi merah padam, dengan setengah tergagap ia berseru:

"Toako, aku. "

Untuk menutupi rasa malu dari kedua orang nona itu, cepat cepat Oh Put Kui mengalihkan pembicaraan kesoal lain, tiba tiba dia bertanya:

"Adik Sian, buku apa sih yang berada ditanganmu ?"

Dengan perasaan berterima kasih Nyoo Siau-sian memandang sekejap kearah Oh Put Kui, lalu menyahut :

"Oooohh, sejilid kitab tulisan mendiang ayahku. " "Apakah menyangkut soal ilmu silat?" tanya sang pemuda  itu lagi sambil tertawa.

"Aku sendiripun tidak mengerti, sepertinya memang begitu, tapi seperti juga tidak ?"

Sejak memasuki bangunan loteng Seng-sim-lo tersebut, Oh Put Kui sudah menaruh rasa keheranan.

Sebab didalam bangunan loteng ini sama sekali  tidak terlihat jejak sesuatu yang menandakan bahwa penghuninya berilmu silat.

Bahkan pedang yang biasanya digantung sebagai hiasan pun sama sekali tidak dijumpai didalam bangunan tersebut.

Itulah sebabnya begitu Nyoo Siau-sian selesai berkata, ia segera maju menghampirinya sambil berseru:

"Adik Sian, bolehkah pinjamkan sebentar kepadaku?" "Toako, apakah kau memahami isinya?" kata Nyoo Siau-

sian sambil tertawa.

Seraya berkata ia sodorkan kitab tersebut kedepan.

Oh Put Kui menyambut lalu membuka  buka halaman pertama, tapi tiba-tiba saja dia berkerut kening.

Ternyata kitab itu berisikan tulisan yang syair bukan syair, dibilang catatan ilmu silatpun bukan.

Pada halaman pertama hanya tercantum beberapa huruf yang berbunyi:

"Rumput dan pepohonan bertumbuh subur.

Kekalutan dan kemurungan susah dihilangkan dari tubuh"

Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali Oh Put Kui membalik pada halaman yang kedua, disitu tercantum  kata- kata yang berbunyi begini:

"Bukit nan tinggi menjulang keangkasa ! Dewa turun dari kahyangan. Duduk ditahta  penuh dengan keanggunan "

Oh Put Kui mengerutkan dahi semakin kencang.

Menyusul kemudian pada halaman ketiga dan keempatpun merupakan petilan dari syair syair kenamaan.

Kalau dibilang Nyoo Siau-sian tidak memahami isi dari kitab tersebut hal tersebut bukan suatu yang aneh.

Sebab dia sendiripun dibuat pusing dan tak habis mengerti menyaksikan kesemuanya itu.

Dengan gerakan cepat Oh Put Kui membalik pada halaman kelima dan seterusnya tapi isinya hampir semuanya  merupakan petilan dari pelbagai syair.

Tiba-tiba Nyoo Siau-sian menegur sambil tertawa:

"Toako, apakah kau telah berhasil menyaksikan sesuatu?" Oh Put Kui menggeleng:

"Tampaknya isi buku ini  bukan catatan ilmu silat. "

Mendadak perkataannya terhenti sampai ditengah jalan.

Pada halaman terakhir dari tulisan tersebut, ada berapa patah kata yang telah menarik perhatiannya.

"Baju wasiat Thian-sun-gwat-lo san terjatuh dimana?

Manusia biru tidak tahu. "

Mendadak saja Oh Put Kui merasakan darah yang mengalir didalam tubuhnya bergolak keras.

"Baju wasiat Thian-sun-gwat-lo san......." kata-kata tersebut bagaikan panah tajam yang menembusi lubuk hatinya.

Benda itu tak lain merupakan salah satu diantara tujuh  mestika dunia persilatan.

Bahkan seperti juga tusuk konde penghancur tulang Ngo- im-hua-kut-cian, semuanya merupakan  benda peninggalan ibunya. Mengapa Nyoo Thian-wi mencatat tulisan tersebut dalam buku catatannya ?

Yang lebih aneh lagi, kertas dari buku catatan itu  tidak terlalu kuno, seolah olah belum lama berselang Nyoo Thian-wi baru berhasil menyelidiki masalah baju wasiat Thian sun gwat lo san tersebut dari mulut simanusia aneh biru.

Mungkinkah Nyoo Thian-wi mengurung kakek luarnya didalam penjara kematian lantaran baju wasiat Thian sun gwat lo san tersebut ?

Saking asyiknya berpikir, dia sampai lupa dengan keadaan dan waktu.......

Nyoo Siau-sian menjadi termangu setelah menyaksikan kesemuanya itu, segera tegurnya:

"Toako, apa yang sedang kau pikirkan?"

Dengan perasaan terperanjat Oh Put Kui tersadar kembali, tentu saja dia tak ingin membiarkan Nyoo  Siau-sian mengetahui akan persoalan itu.

Sambil tertawa paksa cepat cepat dia berseru: "OOdwOooohhh...... sudah lama sekali aku berkelana

didalam dunia persilatan dan lama juga tidak memegang buku syair, karenanya setelah melihat isi catatan ini aku jadi teringat kembali dengan masa kecilku dulu "

"Benar" sambung Nyoo Siau-sian sambil tersenyum, "sewaktu masih kecil akupun  suka membaca buku syair, akibatnya setiap kali melihat syair akupun jadi teringat masa kecil dulu. "

Diam-diam Oh Put Kui merasa malu bercampur menyesal, Nyoo Siau-sian begitu polos dan jujur, tapi dia justru harus menghadapi dengan segala tipu muslihat.

"Adik Sian, kembalikan buku catatan ini ketempat semula !" kata pemuda itu kemudian sambil mengangsurkan buku itu.

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menambahkan lagi: "Adik Sian, apakah loteng Seng-sim-lo ini hanya terdiri dari dua tingkat ?"

Nyoo Siau-sian tertawa  terkekeh-kekeh, setelah mengembalikan kitab catatan itu kemeja, dia  menggeleng seraya berkata:

"Toako, kau tidak percaya hanya terdiri dari dua tingkat? Ehmmmmm, didepan sana hanya langit-langit  ruangan,  jika tak percaya silahkan dibuka untuk diperiksa."

"Tentu saja dibagian atasnya tak akan terdapat tingkatan yang lain " kata Oh Put Kui.

SEtelah sengaja menghela napas, dia melanjutkan: "Seandainya aku yang memiliki bangunan ini, maka aku

pasti akan membangun sebuah ruang rahasia dibawah tanah sana sebagai tempat untuk berlatih silat "

Tiba-tiba Nyoo Siau-sian tertawa cekikikan:

"Toako memang sangat pintar, padahal dibawah loteng ini memang terdapat sebuah ruang rahasia !"

Oh Put Kui berganti jadi tertegun.

Dia tak menyangka kalau dibawah loteng sana benar-benar terdapat sebuah ruangan rahasia.

Walaupun begitu, sudah barang tentu dia tak boleh memperhatikan rasa gelisahnya itu didepan wajah.

Setelah  mendehem  pelan,  dengan lagak santai dia berkata

:

"Benarkah  begitu   ?   Tentunya   ruangan   tersebut  sering

digunakan oleh seng-siu untuk berlatih ilmu silat?"

"Tidak!" gadis itu menggeleng, "ayah tidak berlatih ilmu silat disini."

"Kalau bukan digunakan sebagai tempat berlatih  ilmu, lantas apa gunanya ruangan dibawah tanah ini  ?"  tanya  Oh Put Kui agak tertegun. Nyoo Siau-sian tidak menyangka kalau pertanyaan Oh Put Kui itu mempunyai maksud lain, dia segera tertawa :

"Aku dengar ayahku sengaka membangun ruang rahasia dibawah tanah itu,  karena  khusus  digunakan  unutk mengurung seorang gembong iblis,  dihari-hari biasa selain ayah dan Ku cong-huhoat, siapapun dilarang  memasuki tempat tersebut."

Mendengar perkataan ini  Oh Put Kui segera  berusaha keras untuk menekan gejolak perasaan hatinya, ia  berkata lebih jauh:

"Bagiamana kalau kita tengok kebawah sana ?"

Tapi setelah ucapan tersebut, ia baru sadar kalau dirinya kelewat emosi, cepat-cepat dia menambahkan sambil tertawa:

"Adik Sian, siapa sih gembong iblis itu?  Apakah kau mengetahuinya ?"

Dikala Oh Put Kui mengutarakan kata-kata tersebut tadi, Nyoo Siau-sian dibuat tertegun, baru pertama kali  ini  dia menyaksikan Oh Put Kui terpengaruh oleh gejolak emosi yang begitu hebat.

Tapi setelah mendengar kata selanjutnya, gadis itu baru mengerti, rupanya pemuda itu hanya terdorong oleh perasaan ingin tahunya saja.

Maka setelah tersenyum sahutnya:

"Akupun tidak tahu siapa gembong iblis itu,  tapi jika didengar dari pembicaraan ayah, tampaknya ilmu silat yang dimiliki gembong iblis itu tidak lebih rendah daripada kemampuan yang dimiliki kakek latah awet muda."

"OOdwOooohh........." Oh Put Kui sengaja berlagak termenung, kemudian katanya lagi, "maukah kau mengajak diriku untuk menengok gembong iblis itu ?"

"Tidak bisa !" tampik Nyoo  Siau-sian  sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Oh Put Kui tidak menyangka kalau permintaannya bakal ditolak segera serunya lagi :

"Adik Sian, apakah kau takut aku terbitkan keonaran ?" "Bukan begitu toako, aku tahu kau tak akan takut

menghadapi gembong iblis itu, tapi ayah tak pernah memberitahukan kepadaku bagaimana caranya  membuka pintu rahasia tersebut, oleh sebab itu. "

Setelah menghela napas pelan, dengan wajah minta maaf dia meneruskan:

"Toako, tentunya kau tak akan marah bukan,"

Dengan perasaan kecewa Oh Put Kui menghela  napas panjang, tapi ia toh tak bisa memasuki penjara kematian untuk menolong orang...........

Maka sambil menggelengkan kepalanya dan  tertawa hambar dia berkata :

"Tidak usah adik Sian, kalau toh ruang rahasia itu dibangun dengan begitu rahasia, sudah tentu dibalik kesemuanya ini terdapat sebab-sebab tertentu, lebih baik adik Sian  jangan pergi menanyakan, kalau tidak tentu akan  mendatangkan banyak kesulitan bagiku."

Sudah barang tentu Nyoo Siau-sian  tak  ingin mendatangkan banyak kesulitan buat Oh Put  Kui,  maka diapun berkata:

"Kalau begitu tak akan kutanyakan lagi soal ini. "

Sementara itu Kiau Hui-hui yang selama ini hanya berada diluar pagar sambil memperhatikan pemandangan alam,  saat itu berpaling dan tiba-tiba berkata sambil tertawa !

"Apa sih yang sebenarnya hendak kau tanyakan?

Tampaknya kok begitu serius dan gawat ?"

"Aku ingin bertanya kepada bibi Lian bagaimana caranya membuka pintu rahasia dari ruang bawah tanah dalam loteng Seng-sim-lo ini, tapi Oh toako melarang aku untuk menanyakan."

Kiau Hui-hui turut kaget setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat ia berseru sambil tertawa:

"Perkataan toako memang ada betulnya juga, lebih  baik adik Sian jangan bertanya."

"Baik, baiklah, aku tak akan bertanya," janji gadis itu. Sesudah membalikkan badan, dia berkata lagi kepada Oh

Put Kui:

"Toako, mari kita berpesiar ketempat lain sebelum kembali keruangan Wan-sim-tong untuk makan siang."

"Baiklah, bagaimanapun juga kau toh tuan rumahnya, terserah apa maumu."

oOdwOo0dw0oOdwOo

Sepanjang jalan Oh Put Kui tak mampu membendung gejolak didalam hatinya.

Ia tak dapat melupakan penjara kematian yang ternyata berada dibawah loteng Seng-sim-lo.

Oleh sebab itu meski dibagian lain dari kebun Cay-hong- wan terdapat banyak pemandangan yang indah, namun tak satupun yang berkenan didalam hatinya.

Untung saja Nyoo Siau-sian tidak mempunyai  dugaan kesitu.

Dengan penuh riang gembira mengajak Oh Put  Kui  dan Kiau Hui-hui  berjalan kesana kemari, sebentar  menunjuk kesitu sebentar menuding kemari diiringi gelak tertawa yang riang.

Kiau Hui-hui sebagai seorang gadis yang lebih  tua  dan lebih berpengalaman setelah menemukan ketidak beresan pada diri Oh Put Kui. Disaat mereka telah selesai mengitari kebun Cay-hong-wan dan ternyata Nyoo Siau-sian melihat masih ada sisa waktu hampir setengah jam, dia  mengusulkan untuk  berpesiar keruang Hud-tong.

Tapi Kiau Hui-hui segera menggelengkan kepalanya sambil berbisik lirih:

"Adik Sian, didalam perjamuan siang nanti, bisa jadi ada orang akan mencoba kemampuan Oh toako, ditambah pula semalam kita datang agak larut, sekarang kita mesti kasih waktu kepadanya untuk mengatur pernapasan."

Nyoo Siau-sian menjadi tertegun sehabis  mendengar ucapan ini, segera ujarnya:

"Betul juga enci Kiau, aku memang bodoh sekali."

"Kau tidak bodoh,  hanya kelewat gembira. " bisik Kiau

Hui-hui sambil tertawa.

Nyoo Siau-sian segera mengerling sekejap kearahnya, lalu berbisik:

"Enci Kiau, jangan  menggoda  aku terus. bukankah

kaupun begitu juga "

"Budak tak tahu malu........" seru Kiau Hui-hui  segera dengan wajah bersemu merah.

Dalam pada itu mereka bertiga telah melangkah keluar dari kebun Cay-hong-wan.

Tiba-tiba Nyoo Siau-sian berkata dengan lembut :

"Toako, setengah jam lagi perjamuan akan diselenggarakan, aku dan enci Kiau segera akan berganti pakaian dulu, bagaimana kalau toakopun kembali dulu untuk beristirahat."

Padahal Oh Put Kui telah mendengar semua pembicaraan mereka berdua, maka segera katanya sambil tertawa: "Adik Sian dan nona Kiau tak perlu sungkan, aku segera akan kembali untuk  mengatur pernapasan dulu "

@oodwoo@

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar