Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) Jilid 33
Jilid 33
"Siapa bilang tidak?" Oh Put Kui manggut-manggut, "asalkan cianpwee berdua manyebutkan nama kedua orang ini secara bolak balik, maka kalian akan segera menemukan bahwa apa yang boanpwee katakan bukan kosong belaka!"
Kedua orang nikou itu segera menyebutkan nama Wi Thian-yang secara bolak-balik.
Dalam waktu singkat mereka berdua menjadi paham dan mengerti.
Dengan cepat pula mereka sadar bahwa keadaan yang sebenarnya adalah sangat mengerikan, benar benar sebuah penipuan secara besar besaran, suatu skandal yang menggemparkan.
Bukan cuma begitu, mereka pun segera menyadari bahwa Nyoo Thian-wi sesungguhnya adalah seorang manusia yang amat menakutkan.
"Betul nak, apa yang kau katakan memang sangat masuk diakal!" seru Wi-in sinni kemudian, dia mulai percaya dengan berita tersebut.
"Yaa, mungkin saja benar," sambung It-ing taysu pula mulai percaya, "siau-sicu, penemuan ini benar-benar merupakan suatu penemuan yang mengejutkan "
Tapi Nyoo Siau-sian segera berpekik keras:
"Tidak tidak mungkin! Oh toako, aku bukan putri dari Raja setan penggetar langit........ tidak, aku, tidak mau aku tak sudi menjadi putri dari manusia durjana itu "
Dalam teriakan dan jeritannya yang memilukan hati, akhirnya gadis tersebut jatuh tak sadarkan diri didalam pelukan Kiau Hui-hui.
Dengan pandangan iba dan penuh rasa kasihan Wi-in sinni memandang sekejap kearah Nyoo Siau-sian, lalu membopong tubuhnya.......
It-ing taysu menggelengkan kepalanya dengan sedih, lalu bergumam pelan:
"Dosa...... dosa. " Dengan penuh penderitaan Oh Put Kui menggelengkan pula, kemudian berkata lagi:
"Sesungguhnya boanpwee sendiripun merasa amat menderita akibat dari kabar berita tersebut, itulah sebabnya aku bertekad hendak mencari Wi Thian yang serta menanyakan persoalan ini hingga jelas. boanpwee
berharap didalam dunia persialtan dewasa ini benar-benar terdapat manusia yang bernama Nyoo (Yang) Thian-wi. "
Sementara itu Wi-in sinni telah menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Min-bun-hiat ditubuh Nyoo Siau- sian, segulung hawa murni yang lembut segera menembusi hawa murni Nyoo Siau-sian yang membeku didalam dadanya.......
Setelah menghela napas panjang Nyoo SIau-sian membuka matanya kembali, sementara air matanya jatuh bercucuran dengan deras.
"Tidak...... tidak...... ooh suhu...... aku bukan putri dari Wi Thian yang. " pekiknya sedih.
Wi-in sinni memandang sekejap ke arahnya dengan pandangan iba, lalu katanya:
"Jangan bersedih hati anak Sian, kau adalah putri si Kakek suci, kau tidak she Wi. "
Biarpun nikou tersebut berkata demikian, padahal hatinya merasa pedih hancur dan pilu........
Sekarang ia sudah percaya, delapan puluh persen Nyoo (Yang) Thian-wi sesungguhnya adalah Wi Thian-yan.
Mendadak Oh Put Kui menjura kepada kedua orang nikou itu sambil katanya:
"Persoalan disini telah usai sekarang maaf, boanpwee harus memohon diri lebih dulu. " "Kau jangan pergi dulu untuk sementara waktu!" mendadak It-ing taysu menggelengkan kepalanya dengan mata bersinar tajam.
"Apakah cianpwee masih ada urusan?" tanya Oh Put Kui agak tertegun karena heran.
Sekali lagi It-ing taysu menggeleng:
"Tiada urusan lain ingin pinni sampaikan kepadamu. "
"Kalau memang tiada urusan penting, boanpwee rasa lebih baik berangkat dulu meninggalkan tempat ini, sebab boanpwee ingin secepatnya menyelesaikan persoalan dari Wi Thian-yang. "
"Siau-sicu, sepeninggalmu nanti, bagaimana dengan anak Sian?" tanya It-ing taysu tiba-tiba sambil tertawa.
Oh Put Kui segera merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar ucapan tersebut, dia sendiripun tidak tahu apa yang mesti dilakukannya.
Dia ingin pergi dari situ, hal ini disebabkan dia merasa bingung dan tak tahu bagaimana mesti memberikan penjelasannya kepada Nyoo Siau-sian.
Tapi sekarang, It-ing taysu telah membongkar rahasia hatinya, hal ini membuat pemuda tersebut kehabisan daya.
Untuk beberapa saat lamanya dia termenung sambil memutar otak........
Memandang sang pemuda yang termenung sambil membungkam diri itu, It-ing taysu tertawa dan berkata lagi:
"Siau-sicu, untuk melepaskan lonceng lebih baik dilepaskan oleh orang yang mengikat lonceng itu, kau tak bisa mengambil langkah seribu dengan begitu saja."
Bergetar keras seluruh tubuh Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, dia mengangkat kepalanya lalu bertanya: "Lantas bagaimanakah menurut pendapat taysu? Apa yang mesti boanpwee lakukan?"
"Ajaklah dia untuk menjumpai Wi Thian-yang!" ucap It-ing taysu sambil tertawa.
Oh Put Kui tertegun setelah mendengar ucapan tersebut. Bagaimana mungkin hal ini bisa dilakukan? Sudah terang
Wi Thian-yang adalah ayah kandungnya, andaikata dia mengajak si nona tersebut untuk bersama-sama membuktikan kenyataan mana, bagaimanakah keadaan Nyoo Siau sian pada waktu itu?
Untuk kedua kalinya dia termenung dan memikirkan persoalan tersebut dengan mulut membungkam.
Pada saat itulah Kiau Hui-hui berjalan menghampirinya sambil berkata pula:
"Oh kongcu, kau harus menyanggupi permintaan ini!"
Pelan-pelan Oh Put Kui menggelengkan kepalanya. lalu berkata:
"Kiau siancu, tahukah kau bahwa persoalan tersebut akan menyusahkan diriku?"
"Heeeeehhhhh...... heeeeeehhhhhh...... heeeeehhhhhh.......
dan seandainya kau angkat kaki dengan begitu saja, tahukah kau betapa susah dan pedihnya perasaan adik Siau-sian?" Kiau Hui-hui balik bertanya sambil tertawa dingin.
Sudah barang tentu Oh Put Kui mengetahui akan persoalan itu, kalau tidak, mengapa pula dia tergesa-gesa hendak mengambil langkah seribu dari situ?
"Kiau siancu, aku benar benar tidak tahu apa yang mesti kulakukan sekarang. " akhirnya pemuda itu berseru.
Pikirannya kalut, perasaannya juga kalut, ia benar benar kebingungan setengah mati dan tidak tahu apa yang mesti diperbuat. Manusia, memang dapat dibuat bingung kalut dan bimbang karena pertentangan batin serta perasaan yang serba salah.
Sekalipun Oh Put Kui berusaha untuk membekukan perasaannya, namun ia toh tak bisa melepaskan kenyataan dengan begitu saja.
Untuk kesekian kalinya Kiau Hui-hui tertawa dingin sambil berkata:
"Oh Kongcu, kau ingin mengambil langkah seribu dengan begitu saja ?"
"Siapa bilang aku berbuat demikian?" Oh Put Kui balik bertanya dengan wajah tertegun.
"Tapi dalam kenyataannya kau mempunyai pikiran serta niat untuk berbuat demikian. "
"Aku bukan manusia berwatak rendah dan pengecut semacam itu, harap Kiau siancu jangan menyinggung harga diriku!" tegur Oh Put Kui dengan kening berkerut.
Tiba-tiba Kiau Hui-hui tertawa ringan, katanya:
"Nah itulah dia, kalau toh Oh Kongcu tidak berharap orang lain lalu menyinggung harga dirimu, lantas apakah adik Siau- sian harus menerima keadaan dan membiarkan orang lain menyinggung harga dirinya dengan begitu saja?"
Oh Put Kui segera merasakan betapa tajamnya ucapan dari Kiau Hui-hui tersebut, begitu tajamnya sehingga membuat dia tak sanggup untuk membantah.
Pada saat itulah It-ing taysu berkata pula sambil tertawa: "Siau-sicu, setelah persoalan muncul didepan mata, aku
rasa ada baiknya kau tanggapi saja sewajarnya!"
Oh Put Kui tidak berkata apa apa, namun otaknya berputar keras memikirkan persoalan tersebut.
Justru karena dia merasa tak tega menyaksikan kepedihan serta kesedihan Nyoo Siau-sian disaat dia mengetahui bahwa Wi Thian yang adalah ayah kandungnya, maka dia berupaya untuk pergi sendiri tanpa mengajak serta nona tersebut.
Disamping itu, diapun berpendapat bahwa banyak persoalan menjadi terhadang bila nona tersebut turut serta bersamanya, sebab secra otomatis banyak persoalan yang tak bisa dipaksakan kepada raja setan penggetar langit Wi Thian- yang untuk menjawabnya.
Bukan keadaan tersebut membuat semua tujuannya menjadi terbengkalai, apalagi mengenai dendam sakit hati atas terbunuhnya ibu kandungnya.........
Sekalipun dia sangat berharap agar Nyoo Siau-sian tetap menjadi putri si kakek suci dan tidak menjadi putri musuh besarnya, akan tetapi.........
Sementara ia masih termenung dan memikirkan persoalan tersebut, sikap mana kembali menimbulkan perasaan tak senang dihati Kiau Hui-hui.
Mendadak ia menegur keras:
"Oh kongcu, mengapa sih kau tidak memiliki jiwa kelaki- lakian ?"
Suatu teguran yang amat menusuk perasaan Oh Put Kui, kontan saja sorot mata tajam yang menggidikkan keluar dari balik matanya.
Ia melotot sekejap kearah Kiau Hui-hui yang membuat gadis itu mundur dua langkah dengan perasaan bergidik dan ngeri.........
Lalu setelah tertawa terbahak bahak dengan suara keras, serunya lantang:
"Kiau siancu, suatu umpatan yang amat tepat, bagus sekali "
"Kiau sicu, apakah dia sudah mengerti?" sela It-ing taysu. "Ya, boanpwee sudah mengerti!" jawab Oh Put Kui sambil
tertawa. "Omintohud!" bisik It ing taysu sambil merangkap sepasang tangannya didepan dada, "asal siau-sicu sudah mengerti, tentunya kau pun sudah tahu bukan bagaimana harus bertindak!"
"Tentu saja, boanpwee setuju dengan pendapat cianpwee berdua. "
"Nak, apakah kau sudah mengetahui kewajibanmu?" tiba- tiba Wi-in sinni menyela.
Kata "kewajiban" yang diucapkan Wi-in sinni dengan cepatnya membuat Oh Put Kui menjadi tertegun dan berdiri melongo-longo karena kebingungan.
Ditatapnya nikou itu sekejap, lalu tanyanya dengan keheranan:
"Loocianpwee, apa maksud perkataan itu?"
"Nasib anak Sian sudah berada ditanganmu mulai sekarang. "
Tiba-tiba saja Oh Put Kui merasa bahwa "kewajiban" yang berada diatas bahunya ini amat berat sekali.
Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, dia manggut-manggut dan berkata:
"Boanpwee mengerti......... cuma ada satu hal ingin boanpwee utarakan terlebih dulu."
"Apa permintaanmu? Nak, pinni pasti berusaha untuk menyanggupi keinginanmu itu." Wi-in sinni berjanji.
Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak:
"Boanpwee minta Kiau Siancu turut serta pula berasama kami!"
Permintaan yang diajukan oleh sianak muda tersebut benar-benar berada diluar dugaan Kiau Hui-hui.
Sesungguhnya didalam hati kecilnya dia menyetujui seratus persen atas ajakan tersebut, namun diluarnya dia justru bersikap seakan-akan tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut, segera ujarnya dengan merdu:
"Aku tak mau pergi, supek, kau tak bisa memenuhi permintaannya itu. "
"Yaa," kata It-ing taysu pula dengan kening berkerut, "mana boleh anak Hui dilibatkan pula didalam pertikaian tersebut? Siau sicu, permintaanmu ini sungguh keterlaluan, enci Chin, kau tak boleh menyanggupi permintaannya. "
Rupanya It-ing taysu masih menggunakan nama praman Wi-in sinni untuk pembicaraan dalam sehari-harinya.
Sedangkan Wi-in sinni segera berkerut kening dan memikirkan persoalan itu dengan wajah serius, dia membungkam dalam seibu bahasa.
Lama setelah berpikir, akhirnya Wi-in sinni berkata kepada It-ing taysu sambil tertawa:
"Sumoay, demi anak Sian terpaksa pinni harus menyanggupi permintaannya itu. "
"Enci Chin, jadi kau menyetujui anak Hui turut serta bersama mereka?" tanya It-ing taysu dengan kening berkerut.
"Yaa, pinni rasa keikut sertaan anak Hui bersama mereka tak akan mendatangkan kerugian baginya!"
"Aah, belum tentu........" seru It-ing taysu tidak sependapat dengan jalan pemikiran saudara seperguruannya.
Sambil tertawa Wi-in sinni kembali berkata:
"Sumoay, aku memahami jalan pikiranmu, hingga kini anak Sian masih berwatak polos, dalam masalah perasaan pun ia belum terlalu mendalam, jadi keikut sertaan anak Hui tidak bakal menimbulkan apa-apa."
-oo0dw0oo- Kiau Hui hui segera merasakan jantungnya berdebar keras sehabis mendengar perkataan itu.
Apa yang dikatakan Wi-in sinni memang tak lain adalah masalah yang paling dicemaskan dan dikuatirkan olehnya selama ini.
It-ing taysu segera menggelengkan kepalanya sambil tertawa getir, katanya kembali:
"Kalau toh enci Chin berpendapat demikian, tentu saja pinni tidak dapat berkata apa-apa lagi. "
Oh Put Kui yang selama ini hanya berdiri membungkam ditepi arena, saat itulah berbicaralagi:
"Persetujuan dari cianpwee berdua benar benar membuat boanpwee merasa berlega hati "
Mendadak Nyoo Siau-sian melompat bangun dari atas tanah, lalu serunya keras:
"Oh toako, enci Kiau, ayoh berangkat, sekarang juga kita berangkat mencari Wi Thian-yang!"
Sikapnya sangan aneh dan jelas kalau tidak normal.
Hal ini segera menimbulkan perasaan murung dan kuatir dari Wi in sinni, ditatapnya gadis itu sekejap, lalu tegurnya.
"Anak Sian, jernihkah jalan pemikiranmu sekarang?"
"Jalan pikiran tecu jernih sekali. " jawab Nyoo Siau sian
sambil tertawa.
Tapi Oh Put Kui yang menjumpai keadaan tersebut segera berpikir didalam hati:
"Siapa bilang pikiranmu jernih? Tindak tandukmu serta gerak gerikmu jelas memperlihatkan kalau kau tidak normal "
Namun berada dalam keadaan begini, dia pun tidak dapat berbuat apa-apa pula. Tiba tiba Wi-in sinni maju menyelinap maju kedepan serta melancarkan sebuah totokan keatas jalan darah tidur Nyoo Siau-sian, kemudian beru ujarnya:
"Nak, berangkatlah sehari lebih lambat, pinni harus mengobati dulu anak Sian. "
"Locianpwee, apa yang tidak beres dengan nona Sian?" tanya Oh Put Kui tertegun.
Sudah jelas pertanyaan ini tak berguna, karena ia sudah tahu namun pura-pura bertanya lagi.
Wi in sinni segera membopong tubuh Nyoo Siau-sian sambil katanya:
"Pinni harus menyembuhkan dulu kejernihan otaknya sebelum berangkat melanjutkan perjalanan. "
Lalu dia berpaling kearah It ing taysu dan katanya : "Sumoay, lindungilah pinni selama pinni melakukan
pengobatan nanti."
Kemudian dengan membopong tubuh Nyoo Siau-sian segera beranjak pergi menuju ke dalam ruang loteng.
"Enci Chin tak usah kuatir, akan kulindungi keselamatan kalian." kata It-ing taysu sambil manggut-manggut.
Lalu sambil berpaling ke arah Oh Put Kui katanya pula:
"Oh sicu, beristirahatlah sendiri, lebih baik perjalanan ditempuh esok siang saja."
Lalu dengan cepat dia melangkah masuk pula kedalam ruangan loteng itu.
Perasaan Kiau Hui-hui saat itu amat gundah, pikirannya kalut dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Dia ingin sekali bertemu dengan Oh Put Kui sambil berbincang-bincang, namun keinginannya itu tak sanggup diutarakan keluar. Maka akhirnya dia cuma bisa berkata sambil tertawa:
"Oh Kongcu, silahkan naik keloteng untuk beristirahat. "
Sebagaimana diketahui, didalam lembah saat ini selalu dia seorang boleh dibilang tiada lelaki kedua lagi, betul sebagai umum persilatan mereka tak usah terlalu memegang teguh tentang adat istiadat, akan tetapi Oh Put Kui toh merasa rikuh juga untuk tetap berada di tempat tersebut.
Maka dari itu baru saja Kiau Hui-hui selesai berkata, ia segera menyahut sambil tertawa:
"Tidak usah, biar aku bersemedi saja di kebun ini. "
Entah menyesal atau berterima kasih, Kiau Hui-hui segera memberi hormat kepada pemuda itu sambil tersenyum malu, kemudian dengan membawa keempat dayangnya masuk kedalam bangunan loteng.
Malam semakin kelam. dialam terbuka yang dicekam kegelapan itu tinggal Oh Put Kui seorang.........
-oo0dw0oo-
Entah berapa saat sudah lewat, mendadak Oh Put Kui tersadar kembali dari semedinya dengan perasaan kaget.
Secara lamat-lamat ia menangkap suara gemeresek yang amat lirih berkumandang datang dari luar lembah.
Dengan perasaan bergetar keras, Oh Put Kui melompat bangun lalu secepat kilat meluncur kedepan dimana berasalnya suara tersebut.
Mungkinkah didalam lembah Yu-kok di bukit Tiong-lam-sam ini terdapat gerombolan ular liar yang bermukim disitu?
Dalam waktu singkat ia telah menjumpai munculnya seekor ular kecil berwarna merah dari balik batuan berwarna putih. Oh Put Kui segera berkerut kening sambil menyembunyikan diri diatas dahan pohon, lalu dengan sorot matanya yang tajam dia memperhatikan sekejap keadaan disekeliling tempat itu.
Begitu melayangkan pandangannya Oh Put Kui menjadi amat terkejut dibuatnya.
Rupanya dari arah barat lapangan berbatu putih itu dan menjulur sejauh tiga li lebih kedepan telah dipenuhi berbagai macam ular besar maupun kecil yang tak terhitung jumlahnya.
Diantara gerombolan ular beracun itu, berdirilah lima sosok tubuh manusia.
Dari kelima orang tersebut, empat orang adalah lelaki sedang seorang lagi adalah perempuan.
Dari empat orang lelaki tersebut, ternyata ada tiga orang yang merupakan pendeta, bahkan dari mereka semua, Oh Put Kui mengenal tiga orang diantaranya.
Ternyata ketiga orang itu adalah Put Khong hwesio dan Wi- cay hwesio dari tiga hwesio Tibet serta Tongkat emas bertangan sakti Sik Keng-seng yang pernah menyaru sebagai Ciu It-cing, murid ketua Pay-kau tempo hari.
Lelaki keempat adalah seorang hwesio tua yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang.
Hwesio tua itu mengenakan jubah pendeta berwarna merah darah dengan kaos kaki berwarna putih, ditengah kegelapan malam sorot matanya kelihatan memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati...
Diam-diam Oh Put Kui merasa terkejut juga setelah menyaksikan kejadian ini, pernah ia jumpai seseorang yang memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya seperti hwesio tua tersebut.
Sebaliknya satu satunya perempuan yang hadir diantara mereka, justru mempunyai dandanan yang luar biasa merangsangnya. Sepasang bahunya yang telanjang memperlihatkan kulit badannya yang putih bersih bagaikan salju, tubuh bagian atasnya hanya ditutup dengan selembar kulit macan tutul yang minim, sementara dari pinggang kebawah mengenakan gaun kulit harimau yang panjangnya mencapai lutut, dengan begitu sepasang pahanya yang putih mulus pun nampak amat jelas.
Perempuan itu bertelanjang kaki, rambutnya yang panjang tergerai sepanjang bahu, paras mukanya cantik jelita namun justru memancarkan kegenitan dan kejalangan yang merangsang.
Pada tangan kanannya ia menggenggam sebuah ruyung panjang, sedangkan bahu kirinya justru setengah bersandar didepan dada Sik Keng-seng........
Oh Put Kui yang menyaksikan kesemuanya itu segera mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Ia tidak menyangka dalam kolong langit masih terdapat perempuan yang begitu tak tahu malu semacam perempuan tersebut........
Tapi pemuda itupun mulai putar otak dan berpikir, dia tak tahu apa yang hendak dilakukan oleh beberapa orang itu.
Kendatipun dia tahu sampai dimanakah ngerinya kekuatan yang dihasilkan oleh selaksa ekor ular tersebut, tapi pemuda itu tetap merasa tenang dan sedikitpun tidak merasa takut........
Sementara itu, pendeta berbaju merah yang kurus kering itu sedang berbicara sesuatu terhadap keempat orang rekannya.
Menyusul kemudian perempuan siluman setengah telanjang itu mulai berpekik dengan suara yang rendah.
Melihat hal ini, Oh Put KUi segera tertawa. Rupanya suara pekikan yang membangunkan dari semedi tadi tak lain adalah suara pekikan rendah itu. Kalau didengar secara cermat suara pekikan itu mirip sekali dengan suara seruling.
Bersamaan dengan bergemanya suara pekikan itu, berlaksa-laksa ekor ular beracun itu mulai bergerak secara pelan-pelan kedepan.
Dalam waktu singkat loteng berwarna putih itu sudah terkurung rapat-rapat.
Oh Put Kui segera berpikir,
"Biarpun kawanan ular tersebut belum tentu mampu mengepung kedua orang nikou yang berada diatas loteng, tapi sungguh muak dan menjemukan melihat kawanan makhluk jelek itu disini "
Berpikir sampai disini, tiba-tiba saja timbul suatu ingatan didalam benaknya.
Bila ular-ular tersebut dibakar dengan api, sudah pasti akan berlangsung suatu tontonan yang sangat menarik hati.
Tapi dengan cepat pemuda itu merasa bahwa ideenya tidak benar, seandainya kobaran api kelewat besar, bukankah akibatnya gedung loteng berwarna putih yang begitu indah dan menawan didekatnya akan terbakar?
Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa, ia memutuskan lebih baik jangan mengusik orang- orang yang sedang berada didalam ruangan tersebut.
Ini berarti dia harus berusaha untuk menaklukkan perempuan siluman itu terlebih dulu.
Tentang bagaimana caranya untuk membekuk siluman perempuan tersebut, ia sendiripun belum memperoleh gambaran yang pasti, dia tak tahu dengan cara apakah rencana itu baru dapat terlaksana secara gemilang dan sukses.
Sementara itu, kawanan ular telah mulai bergerak maju kemuka......... Suara gemerisik yang lirihpun bergema lagi memecahkan keheningan malam.
Oh PUt Kui segera berkerut kening, tiba-tiba ia melejit ke udara dan seperti seekor burung elang raksasa meluncur ke depan.
Pemuda ini memang bernyali sekali, ternyata ia sengaja melayang turun persis di depan mata kelima orang tersebut.
Begitu tubuh Oh Put Kui melayang turun keatas tanah, kawanan ular yang semula tersebar hanya beberapa kaki di luar kelima orang tersebut, mendadak saja membubarkan diri dan lari terbirit-birit ke empat penjuru seakan akan bertemu dengan lawan yang ditakuti.
Dalam waktu singkat kawanan ular tersebut telah mundur sejauh lima kaki lebih dengan keadaan yang resah dan panik.
Benar-benar suatu peristiwa yang anek sekali.
Benarkah Oh Put Kui memiliki kemampuan yang bisa membuat kawanan ular tersebut merasa ketakutan?
Paras muka perempuan siluman setengah telanjang itu segera berubah sangat hebat sedangkan Put Khong taysu, Wi cay taysu dan serta Sik Keng-seng mundur berulang kali dengan perasaan terkesiap.
"Meng....... mengapa kau bisa berada disini. !" seru Sik
Keng-seng tanpa terasa.
Oh Put Kui tertawa nyaring:
"Itulah yang dinamakan kalau memang berjodoh, dimanapun kita dapat bertemu lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menuding ke arah perempuan siluman setengah telanjang itu sambil menegur:
"Siapa sih perempuan siluman pawang ular tersebut?" Sebelum Sik Keng-seng menjawab pertanyaan tersebut,
sambil tertawa genit perempuan siluman itu telah berkata: "Aku adalah tuan putri selaksa Ibun Hong. Kongcu, siapa pula kau? Tak nyana kaku berhasil melatih ilmu anti ular dari wilayah Biau sehingga kawanan ular tersebut mundur ketakutan sejauh lima kaki lebih "
Oh Put Kui segera berkerut kening setelah mendengar kata-kata ini, ia tak mengira musuhnya bisa menduga sampai kesitu.
Dengan suara dalam dan berat Oh Put Kui segera membentak:
"Apakah kau putri dari Ibun Lam?"
Tuan putri selaksa ular Ibun Hong tertawa merdu : "Kongcu, dari kepandaian anti ular yang kaku miliki, terbukti
bahwa kau kenal dengan ayahku, betul, aku memang putri dari Ibun Lam si raja ular. Siapakah kongcu sendiir?"
Betapa muak dan bosannya Oh Put Kui menyaksikan dibalik sorot mata perempuan siluman itu terpancar sinar cabul yang amat tebal, ia tertawa dingin dan menyahut:
"Aku adalah Oh Put Kui,,,"
Begitu menangkap nama "Oh Put Kui" sekujur badan Ibun Hong segera bergetar keras.
Tiba-tiba ia menggertak giginya kencang-kencang dan menjerit sekeras-kerasnya.
"Kau benar-benar adalah Oh Put Kui?"
"Aku yakin tiada manusia didunia ini yang berani mencatut namaku, memangnya kau tak percaya?" ujar pemuda itu tertawa.
"Tiba-tiba Ibun Hong tertawa seram:
"Haaaaaahhhhh....... haaaaaaahhhhhh.......
haaaaaahhhhhh....... bagus sekali, akhirnya aku berhasil juga menemukan kau."
"Mau apa kau setelah menemukan aku?" "Aku akan membunuhmu!" jerit Ibun Hong dengan suara yang tinggi melengking.
Oh Put Kui setengah tertegun atas jawaban itu, kemudian serunya lagi:
"Kau anggap pekerjaan itu amat gampang?"
"Betul, aku akan membunuhmu untuk membalas dendam!" Oh Put Kui segera tersenyum.
"Ooh, jadi kau hendak membalaskan dendam bagi ayahmu Ibun Lam. "
"Benar. "
"Haaaaahhhhhh.......haaaaaahhhhhhh haaaaaahhhhhh
....... aku mau bertanya kepadamu hey siluman perempuan bagaimana sih kepandaian silatmu bila dibandingkan dengan ayahmu? Apakah kau percaya kemampuanmu itu jauh lebih tangguh?"
"Tidak. " sahut Ibun Hong tertegun.
"Nah itulah dia, dengan cara apa kau hendak membalaskan dendam sakit hati ayahmu itu?"
Sekalipun ia tidak mengemukakan kalau Ibun Hong tidak punya harapan untuk membalaskan dendam bagi ayahnya, namun arti dari perkataan tersebut sudah amat jelas.
Andaikan Ibun Lam sendiripun tak mampu berkutik, bagaimana mungkin Ibun Hong dapat membalas dendam?
Untuk berapa saat lamanya Ibun Hong menjadi tertegun dan berdiri bodoh, apa yang dikatakan Oh Put Kui memang benar, ayahnya saja tewas ditangan lawan, bagaimana mungkin ia bisa membalaskan dendam bagi kematian ayahnya?
Untuk berapa saat ia menjadi tertegun dan menangis terisak dengan suara rendah. Oh Put Kui sama sekali tidak memandang sekejap pun ke arah Ibun Hong, sambil berpaling katanya kemudian kepada Put-khong siansu:
"Mengapa taysu balik kembali setelah pergi?"
Dari perkataan tersebut, jelas ia sedang menegur Put- khong karena ingkar janji serta balik kembali kedaratan Tionggoan.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Put-khong siansu setelah mendengar pertanyaan itu, dia berkata:
"Koksu perkumpulan kami telah berkunjung kemari, dengan sendirinya lolap harus mengiringi kedatangannya!"
Diam-diam Oh Put Kui merasa terkesiap, dia tak mengira hwesio ceking yang bertampang jelek itu sesungguhnya adalah Koksu dari wilayah Tibet.
Sebagai seorang Koksu, dengan sendirinya ilmu silat yang dimiliki pendeta ceking itu luar biasa hebatnya, itu berarti pula apabila ia tidak menghadapi secara hati-hati, sudah pasti peristiwa tersebut akan mengagetkan orang-orang yang berada didalam ruang loteng.
Sambil berputar otak, Oh Put Kui segera berkata sambil tertawa:
"Aku pikir dialah Koksu dari perkumpulanmu itu!" "Benar. " Put-khong siansu mengangguk.
Dalam pada itu si hwesio ceking itu telah melirik sekejap kearah Oh Put Kui dengan pandangan menghina, kemudian katanya kepada Put-khong siansu dengan suara dalam:
"Siapa sih bocah muda itu?"
"Dialah Oh Put Kui yang menjadi termashur kebelakang ini!"
"OOdwOoooh, begitu muda orangnya?" mencorong sinar tajam dari balik mata pendeta ceking itu. "Siau-sicu ini adalah ahli waris dari Tay-gi serta Thian-liong taysu berdua, biar usianya masih muda, namun kepandaian silatnya sudah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa!"
Baru selesai Put-khong hwesio berkata, pendeta ceking itu sudah tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaaahhhhh.......haaaaahhhhh........haaaaaahhhhh........
tampaknya kalian sudah dibuat ketakutan oleh kemampuannya. "
Paras muka Put-khong siansu yang dingin dan kaku tetap hambar tidak menunjukkan perubahan apa-apa.
Pendeta ceking itu segera berpaling kearah Oh Put Kui dan katanya:
"Bocah, akupun pernah menyaksikan kepandaian silat dari Thian-liong sangjin, ingin kulihat sudah berapa bagian ilmu silatnya yang berhasil kau kuasahi sehingga sikapmu begitu sombong dan berani mencampuri urusan perkumpulan kami?"
Oh Put Kui tertawa hambar:
"Siapa nama toa-hwesio? Kalau didengar dari caramu berbicara, nampaknya kau adalah seorang toko yang ternama diwilayah Tibet."
Pemuda itu tidak menjawab aoa yang ditanyakan, sebaliknya justru menggunakan beberapa patah kata yang tajam dan bernada menyindir itu untuk mengejek lawannya.
Namun hwesio ceking itu mempunyai iman yang cukup terlatih, dia tertawa setelah mendengar ejekan itu, ujarnya:
"Lolap adalah Hian hui, salah satu dari dua orang koksu pelindung hukum dari perkumpulan Tibet!"
Itu berarti koksu kedua adalah Hian-kong siansu yang berhasil mengetahui rahasia dari ruyung mu-ni pian tersebut.
Kembali Oh Put Kui tertawa hambar: "Nama besar koksu sudah pernah kudengar dari mulut orang lain. "
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba katanya lagi dengan suara dalam:
"Koksu adalah seorang pejabat tinggi yang dihormati dan disanjung orang di wilayah Tibet, entah dikarenakan persoalan apakah sehingga ditengah malam buta begini datang berkunjung kelembah Yu-kok dibukit Tiong-lam-san ini?"
"Haaaaaahhhhhh........ hhhaaaaaahhhhhh.......
haaaaaahhhhhh....... tentu saja kedatangan lolap kali ini disebabkan ruyung mestika Mu-ni-pian tersebut," jawab Hian- hui koksu sambil tertawa tergelak.
"Ehmmm, tajam amat berita yang kau peroleh!" Hian-hui koksu kembali tertawa dingin:
"Biarpun Tibet-kau berada jauh diluar perbatasan namun setiap perubahan dan peristiwa yang terjadi dalam wilayah Tionggoan sangat kami ketahui seperti melihat jari tangan sendiri......... lagipula Sik-hu kongcu pun mempunyai mata- mata yang tersebar luas di seantero kolong langit."
Sambil tertawa Oh Put Kui segera berkata kepada Sik Keng-seng:
"Aaah, tidak nyana kalau Ho-hap kau mempunyai hubungan yang begitu akrab dengan Tibet-kau! Sobat Sik, pernahkah kau mendengar cerita tentang mengundang srigala masuk kamar? Aku kuatir kau akan menyesal kemudian hari."
Toya emas tangan sakti Sik Keng-seng tertawa hambar: "Antara Ho-hap-kau dengan Tibet-kau sebenarnya adalah
dua aliran yang berasal dari satu dahan, kekuatiran saudara
Oh sesungguhnya merupakan suatu tindakan yang berlebihan. "
Sekali lagi Oh Put Kui merasa amat terkesiap, tidak heran kalau Ho-hap-kau berani secara terang-terangan melakukan pelbagai kejahatan didalam dunia persilatan, rupanya mereka mengandalkan Tibet-kau sebagai kekuatan tulang punggung yang mendukung mereka dari belakang layar..........
Setelah termenung sebentar, Oh Put Kui segera berkata lagi sambil tertawa:
"Kalau begitu pengetahuanku memang cetek sekali. sobat
Sik, kau telah mengundang putri dari Ibun Lam dan datang kemari dengan membawa serta kawanan ularnya, bolehkah aku tahu apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya?"
Sik Keng-seng tertawa terbahak-bahak: "Haaaaaahhhhhh........ haaaaahhhhh.......
hhhaaaaaahhhhh....... perkumpulan kami berniat mengundang
Kiau Hui-hui untuk menjabat sebagai pelindung hukum kami. "
Oh Put Kui tak bisa menahan rasa gelinya lagi dan segera tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, segera ujarnya:
"Belum pernah kujumpai cara mengundang orang menjadi pelindung hukum dengan cara semacam ini, bagaimana seandainya Kiau Hui-hui menampik? Hey sobat Sik apakah kalian bermaksud menggunakan kekerasan untuk memaksanya?"
"Tebakan saudara Oh memang benar!" Tiba-tiba Oh Put Kui tertawa dingin ejeknya:
"Sobat Sik, aku kuatir kalian bakal kecewa. "
Pada saat itulah si pendeta ceking Hian hui koksu telah membentak dengan nada tak senang:
"Hey anak muda, apakah kemunculanmu sekarang ini bermaksud untuk mewakili Wi in nikou tua itu?"
"Kalau benar mau apa kau hah?" sahut Oh Put Kui sambil tertawa. "Itu sih gampang sekali, aku hanya minta agar ruyung Mu- ni-pian segera dipersembahkan kepadaku!"
"Huuuuuhhh, mana adakah urusan yang begitu gampang didunia ini?"
Hian-hui koksu segera tertawa dingin:
"Wahai bocah muda, bila kudengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya kau ada niat untuk merepotkan lolap?"
"Haaaaaahhhhhh....... hhhhaaaahh....... haaaaaahhhh.......
bagaimanapun juga kau sebagai seorang koksu memang lebih tajam daya tangkapnya dan lebih cepat memahami perkataan orang."
"Bagus sekali!" kata HIan-hui koksu kemudian sambil berkerut kening, "suruh Wi-in keluar lebih dulu. "
Oh Put Kui tertawa, sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, mendadak dari balik pohon dibelakang tubuhnya terdengar seorang membentak nyaring:
"Hian-hui, pinni It-ing berada disini, ada urusan apa lebih baik sampaikan saja kepadaku "
Bersamaan dengan ucapan itu tampak bayangan putih berkelebat lewat secepat kilat tahu-tahu It-ing taysu sudah tampilkan diri didepan mata.
Penampilan yang sangat mendadak ini sama sekali tidak membuat Oh Put Kui menjadi tertegun, sebab dari tadi ia sudah mengetahui kalau It-ing taysu telah munculkan diri dari bangunan loteng.
Berbeda sekali dengan kawanan musuh penampilan nikou ini sangat mengejutkan mereka, terutama sekali bagi Hian hui koksu. Kemunrulan It-ing taysu yang sama sekali tidak menimbulkan suara itu ternyata tidak dirasakan pula olehnya, peristiwa semacam ini boleh dibilang sangat memalukan dan merosotkan kemampuannya dihadapan orang. Tapi hal inipun membuktikan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki lawan.
Sekalipun dalam hati kecilnya merasa amat terkesiap, Hian-hui koksu tak mau mengaku kalah dengan begitu saja, segera berseru:
"Aku tidak mengira kalau Giok-heng sinni pun berada disini, benar-benar beruntung sekali dapat bersua denganmu disini..."
It-ing taysu tertawa dingin:
"HIan-hui, benarkah tidak kau ketahui kalau lembah Yu-kok dibukit Tiong-lam-san ini merupakan salah satu tempat tinggal pinni. "
HIan-hui tertawa tergelak:
"Haaaaaahhhhh....... haaaaaaahhhhh........ haaahhhhh.......
walaupun banyak persoalan dunia persilatan yang kuketahui, tapi tidak pernah kuperhatikan masalah tentang harta benda serta tempat kediaman yang dimiliki masing-masing jago didalam dunia persilatan "
Suatu ucapan yang tajam dan amat mengejek dari hweesio tersebut........
Jawaban semacam ini tentu saja sama sekali berada diluar dugaan It-ing taysu.
Nikou itu segera memutar biji matanya sambil tertawa dingin, kemudian terusnya:
"Hian-hui, saat ini kau pasti sudah tahu bukan?"
"Yaa, benera! Benar! Barusan aku baru mengetahuinya dari sinni sendiri!"
"Kalau memang sudah tahu, mengapa tidak segera beranjak dari sini?" "Tentu saja, tentu saja aku akan pergi," HIan-hui tertawa, "cuma aku perlu minta sedikit sedekah dari sinni, asal sinni mengabulkan, sudah pasti aku akan segera angkat kaki. "
"Hmmm Hian-hui, rupanya kau memang sengaja datang mencari gara-gara......." tegur It-ing taysu sambil tertawa dingin.
"Ooh, tidak berani!"
"Sinni tak sabar untuk bermain setan terus denganmu. "
It-ing semakin berang.
"Benar" Hian-hui tertawa, "aku mengerti bahwa sinni merasa amat tak senang hati saat ini, tapi setelah jauh-jauh datang kemari, aku merasa berkewajiban untuk menjumpai apa yang menjadi tujuanku!"
"Hian-hui, rupanya kedatanganmu kemari benar-benar membawa suatu maksud?" mendadak It-ing taysu membentak keras.
"Tentu saja!"
"Mengingat kalian murid-murid dari aliran Tibet juga berasal dari kaum Buddha selama ini aku bersabar terus kepadamu. "
Setelah berhenti sejenak dan mendengus dingin, terusnya: "Tapi jika kau masih juga tak mau sadarkan diri, hati hatilah
dengan selembar nyawamu. "
Hian-hui tertawa tergelak:
"Apanya yang perlu berhati-hati? Aku merasa tidak berkeperluan untuk bertindak lebih hati-hati "
Mencorong sinar tajam dari balik mata It-ing taysu setelah mengdengar perkataan itu, mendadak dia mengebaskan ujung bajunya melepaskan sebuah serangan sambil serunya dengan marah:
"Mundur kau. " Segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan amukan ombak samudra segera meluncur.
Jangan dilihat serangan tersebut hanya merupakan sebuah kebutan belaka, sesungguhnya kekuatan yang terkandung mencapai ribuan kati lebih.
Put khiong taysu dan Wi-cay taysu sama-sama menjadi terkesiap menghadapi serangan mana.
"It-ing, kau jangan kurang ajar........" bentak mereka bersama-sama.
Empat buah telapak tangan serentak dilontarkan bersama kemuka melancarkan serangan balasan.
Sebaliknya Hian-hui taysu yang melihat adegan mana segera tersenyum dengan sikap yang amat santai seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun ia berkata:
"It-ing, kuanjurkan kepadamu lebih baik jangan sembarangan turun tangan! Kau mesti tahu, orang orang dari aliran Tibet hampir semuanya berlatih ilmu toa-lok-kim-kong- sian-kang, bila kau ingin beradu kekuatan dengan mereka, ibaratnya telur yang diadu batu, kau cuma mencari penyakit buat diri sendiri. "
It-ing taysu segera tertawa dingin:
"Hmmmm, mari kita buktikan bersama-sama, siapakah yang sesungguhnya mencari penyakit buat diri sendiri. "
Dalam pembicaraan mana, tenaga pukulan kedua belah pihak telah saling bertemu satu sama lainnya.
"Blaaaaaammm !"
Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, Put khong taysu dan Wi-cay taysu masing masing terdorong mundur sejauh dua langkah dari posisi semula.
Sebaliknya It-ing taysu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, bergeser pun tidak. Peristiwa tersebut kontan saja mengejutkan Leng-hui yang menonton dari samping, dia segera berseru:
"Waaah, rupanya tenaga dalam yang taysu miliki telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, agaknya Hong-gwa- sam-sian (tiga dewa dari luar perbatasan) benar-benar memiliki kepandaian silat yang tangguh dan hebat. "
"Hmmm, kau baru tahu sekarang?" jengek It-ing taysu sambil mendengus dingin.
Kembali telapak tangan kirinya dikebaskan kedepan langsung menyerang Hian-hui.
Hian-hui taysu terawa tawa, dengan cekatan dia menghindar kesamping.
"It-ing, kau memang lebih hebat daripada empat puluh tahun berselang. " kembali dia berseru.
It-ing taysu tetap membisu dalam seribu bahasa, sepasang pergelangan tangannya digerakkan berulang kali melancarkan serangkaian serangan dahsyat.
Sepuluh gulung tenaga pukulan yang amat dahsyat dan tajam serentak membelah angkasa dan langsung menyerang Hian-hui koksu.
Menghadapi serangkaian serangan yang begitu dahsyat, terlintas rasa kaget dan seram dibalik mata Hian-hui koksu.
Sambil berkelit kesamping, serunya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaaaahhhhh........ haaaaaaahhhh.......
hhhhaaaaaahhhhhh.......... Apakah kau telah berhasil melatih ilmu sakti penakluk iblis dari kaum Buddha? Tak heran kalau. "
Mendadak ucapannya terhenti di tengah jalan, sebab sebuah totokan jari yang amat keras telah bersarang diatas bahu kirinya.
Sambil tertawa dingin It-ing taysu segera tertawa mengejek: "Jika kau belum juga mundur, jangan salahkan bila pinni akan turun tangan lebih keji lagi!"
Hian hui koksu tidak menjadi gusar oleh serangan mana, malahan katanya sambil tertawa:
"It-ing, kau mesti tahu, serangan jarimu itu tidak akan berhasil melukai aku."
"Sesungguhnya pinni memang tidak berniat melukaimu, kalau tidak, kau anggap masih bisa bersikap santai macam begini?"
"Kalau kudengar dari pembicaraanmu itu, seolah-olah kau beranggapan bahwa aku tak mampu menghadapi serangan jarimu itu?"
"Mampu atau tidak, itu mah urusanmu sendiri!"
"Baik," kata Hian-ui koksu kemudian sambil menarik kembali senyumannya, "seandainya aku tidak mencoba kemampuan itu, kau tentu tak akan merasa lega. "
Berbicara sampai disitu, dia segera melepaskan sebuah pukulan kedepan.
Serangan itu dilancarkan tidak cepat tidak pula lambat, melayang diudara dan meluncur kedepan agak mengambang.
"Toa-lek-kim-keng-ciang!" diam-diam Oh Put Kui berpekik dalam hati.
Sementara itu It-ing taysu telah memusatkan seluruh pikiran dan perhatiannya untuk mengawasi setiap gerak-gerik Hian-hui koksu.
Tatkala lawannya telah melancarkan sebuah pukulan, dengan cekatan dia mengayunkan pula tangan kanannya melepaskan sebuah serangan dengan ilmu Boen-yok-sian- kang.
Dalam waktu singkat kedua gulung tenaga kekuatan yang maha dahsyat itupun saling beradu satu sama lainnya. "Blaaaaammm !"
Ledakan keras yang memekikkan telinga menggelegar diudara dan memecahkan keheningan.
Hian-hui Koksu sama sekali tidak tergerak dari posisinya semula.
Begitu juga dengan It-ing taysu, ia tetap berdiri diposisinya dengan mantap.
Itu berarti hasil pertarungan kali ini adalah seimbang, siapapun tak berhasil merebut keuntungan ataupun kemenangan.
It-ing taysu tertawa dingin, secepat kilat tubuhnya berkelebat kemuka lalu melepaskan sebuah pukulan lagi.
Hian-hui koksu tertawa tergelak, dia segera maju pula untuk menyongsong datangnya ancaman itu.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam pertarungan yang amat seru.
Oh Put-kui yang melihat kesemuanya ini segera tertawa hambar, kepada Sik Keng-seng katanya kemudian:
"Sobat Sik, coba kau suruh Ibun Hong untuk menarik kembali kawanan ular itu!"
"Begini banyak ular yang berkumpul di sini, mana mungkin bisa ditarik kembali?" kata Sik Keng-seng sambil geleng kepala, "apakah saudara Oh bukan lagi bergurau?"
Sebaliknya Ibun Hong segera berseru dengan gemas: "Kalau aku tak mau menariknya kembali, kau bisa apa?"
"Aku memang tak bisa berbuat apa-apa, tapi paling tidak aku toh mampu membunuh ular-ular itu...!" jawab Oh Put Kui sambil tertawa.
"Kau berani?" "Kenapa tidak?" Ular-ular dari Ibun Lam pun pernah kubunuh sampai habis, apalagi ular-ularmu itu?"
Ibun Hong tak bisa menahan diri lagi, sambil menangis kembali teriaknya:
"Orang she Oh, aku akan beradu jiwa denganmu. "
Sambil menggetarkan ruyung panjangnya, ia langsung menubruk kearah Oh Put Kui.
Menghadapi tubrukan ini Oh Put Kui hanya tersenyum, tangannya segera digerakkan dan entah apa yang dilakukan, tahu-tahu sang ruyung panjang lawan telah berada dalam cekalannya.
Kemudian serunya sambil tertawa tergelak:
"Ibun Hong, kau masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan kemampuan ayahmu !"
Sambil berkata ia segera mengendorkan tangannya dan melepaskan ruyung tersebut.
Disaat ruyungnya kena ditangkap lawan tadi, Ibun Hong sungguh merasa terkejut bercampur ngeri, paras mukanya sampai berubah hebat..........
Akan tetapi ia tidak menyangka kalau Oh Put-kui bakal melepaskan cengeramannya dengan begitu saja.
Untuk berapa saat lamanya dia sampai berdiri tertegun dan memandangi lawannya dengan termangu.
Sambil tertawa hambar kembali Oh Put Kui berkata:
"Nona, andaikata kau tidak segera menarik kembali rombongan ularmu itu, terpaksa aku akan bekerja untuk mewakilimu. "
Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan:
"Cuma......... seandainya aku yang turun tangan, sudah pasti nona mengetahui bukan apa akibatnya?" Sebelum Ibun Hong menjawab, Sik Keng-seng telah berseru sambil tertawa dingin:
"Saudara Oh, benarkah kau mempunyai kepandaian untuk membunuh sekian banyak ular?"
"Jadi kau anggap aku tidak mampu?" Oh Put Kui balik bertanya sambil tertawa.
"Aku rasa kau memang tidak sanggup!" Tiba-tiba Oh Put Kui tertawa, jengeknya:
"Sobat Sik, kau memang berhati amat keji dan buas!" "Bagaimana kejiku?" Sik Keng-seng nampak terkejut.
"Bukankah kau ingin memperalat diriku untuk membunuhi ular-ularnya sehingga memaksa nona Ibun tak ada tempat berpijak dan terpaksa menggabungkan diri untuk selamanya dengan perkumpulan Ho-hap-kau kalian itu?"
Tak terlukiskan rasa kaget Sik Keng-seng ketika melihat rencana busuknya dibongkar lawan secara blak-blakan.
Tapi sebagai seorang yang licik dan banyak akal muslihatnya, ia segera berseru lagi sambil tertawa:
@oodwoo@
Terima Kasih buat para gan / ganwati yang telah meningglakan opininya di kolom komentar :). Sekarang ada penambahan fitur "Recent comment"yang berada dibawah kolom komentar, singkatnya agan2 dapat melihat komentar terbaru dari pembaca lain dari fitur tersebut. Semoga membantu :).