Misteri Pulau Neraka (Ta Xia Hu Pu Qui) Jilid 24

 
Jilid 24

Dari nada pembicaraan itu, bisa disimpulkan bahwa dia hendak memaksa Nyoo Siau-sian berbicara dengan menggunakan kekerasan. Li Cing-siu segera menggelengkan kepalanya berulang kali sambil berseru:

"Anak Cing... kau tak boleh berbuat begitu..."

Belum selesai dia  berkata, mendadak dengan  mulut membungkam dia mundur selangkah ke belakang.

Cahaya hijau berkilauan lalu disusul munculnya sesosok bayangan manusia dari tengah udara.

"Siapa dirimu?" dengan perasaan terkesiap Ciu It-cing menarik Nyoo Siau-sian mundur setengah  langkah  ke belakang dan menghardik keras-keras:

"Saudara Ciu. Belum lama kita berpisah, masa kau sudah tidak kenal lagi dengan diriku?" seseorang menyahut dengan lantang.

Ternyata orang yang munculkan diri itu tak lain adalah Oh Put Kui...

Dengan senyum dikulum Ciu It-cing segera berseru. "saudara Oh, sungguh tak kusangka akan bersua

denganmu disini..."

Oh Put Kui tertawa hambar.

"Dapatkan saudara Ciu melepaskan nona  Nyoo  lebih dulu?" katanya tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan tersebut mula-mula Ciu It-cing nampak agak tertegun, tapi kemudian dia menampilkan perasaan keberatan dan serba salah.

Tapi akhirnya sambil tertawa nyaring dia berkata: "Perintah dari saudara Oh tak berani kubangkang!"

Bersama dengan selesainya perkataan tersebut, secepat kilat dia melepaskan cengkeramannya.

Hian-leng-giok-li Nyoo Siau-sian yang menghadapi kejadian ini menjadi tertegun lalu dengan termangu mangu mengawasi lawannya tanpa berkedip, untuk sesaat dia  seperti lupa dengan pergelangan tangan kanannya yang sakit.

Demikian pula dengan Li Cing-siu, dia dibuat tertegun dan tidak habis mengerti.

O0odwkzo0o

Ia tak habis mengerti, mengapa muridnya tidak menuruti perkataan sendiri sebaliknya malah menuruti perkataan orang lain, bahkan orang itu nampaknya masih begitu muda dan begitu rudin.

Selain itu diapun kuatir kalau tindakan melepaskan harimau pulang gunung ini akan berbalik merugiakn pihaknya.

Oleh sebab itulah tanpa terasa dia berjalan ke depan dan mendekati Nyoo Siau-sian.

Disaat Ciu It-cing melepaskan cekalannya tadi, Oh Put Kui segera berseru sambil tertawa:

"Terima kasih banyak atas kesediaan saudara Ciu memberi muka kepadaku..."

Lalu secara tiba-tiba dia  maju selangkah ke depan dan menghadang dimuka Li Cing-siu, sambil menjura  katanya  pula:

"Oh Put Kui menjumpai Li kaucu!"

Kemudian dia menjura dalam-dalam, sikapnya amat menghormat.

Li Cing-siu segera menghentikan langkahnya dan balas memberi hormat sambil katanya:

"Ooh, rupanya Oh sauhiap, maaf... maaf..."

Agaknya orang tua inipun mengetahui siapa yang sedang berada dihadapannya.

"Kaucu terlalu serius..." Oh Put Kui tertawa. Kemudian setelah memandang  sekejap sekeliling  sana, ujarnya lebih jauh:

"Ketika boanpwe  meminta kepada saudara Ciu untuk membebaskan nona Nyoo tadi,  sebetulnya kemungkinan  sekali hal ini akan berakibat tidak menguntungkan diri kaucu, tapi nyatanya kaucu tidak berusaha untuk menghalangi, hal mana menunjukkan kalau kaucu memang seorang lelaki sejati yang mengutamakan kebenaran, sikap kaucu itu sungguh mengagumkan boanpwee!"

Sekalipun Li Cing-siu merasa ucapan ini sangat bertentangan dengan jalan pemikiranya, namun dia toh menjawab juga sambil tertawa:

"Perkataan dari sauhiap itu hanya membuat aku merasa malu saja.. muridku yang  bodoh telah menyergap  orang secara diam-diam, tidakan semacam ini sudah jelas  melanggar peraturan, sekembalinya nanti aku tentu  akan menjatuhi hukuman yang berat kepadanya..."

"Harap kaucu jangan menghukum saudara Ciu," ucap Oh Put Kui segera sambil menggeleng. "seandainya orang lain yang menjumpai kejadian semacam inipun boanpwee percaya dia akan berbuat yang sama seperti apa yang telah diperbuat saudara Ciu..."

Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Ciu It cing, kembali katanya:

"Ternyata saudara Ciu telah memberi muka untuk ku pada saat yang terakhir, bukan saja hal ini membuat siaute merasa kagum, dari sinipun terbukti kalau saudara Ciu adalah seorang lelaki terbuka yang berjiwa besar!"

"Saudara Oh jangan berkata lebih jauh, siaute akan malu untuk mendengarkannya lebih jauh..." seru Cu It-cing sambil tersenyum.

"Baik, siaute tak akan menyinggung lagi persoalan ini..." kata Oh Put Kui kemudian. Pelan-pelan dia membalikkan badan, lalu terhadap Hian- leng-giok-li Nyoo Siau-sian yang sedang memikirkan sesuatu katanya pula sambil tertawa rendah:

"Nona Nyoo, aku adalah Oh Put Kui!"

Dengan wajah memerah karena  jengah  Nyoo Siau-sian menjawab:

"Aku tahu... nama besar Oh kongcu sudah lama kudengar..."

"Terima kasih banyak atas pujian dari nona!" Oh Put Kui tersenyum ramah.

Kemudian ia berkelebat maju setengah  langkah  dan  berkata lebih lanjut:

"Entah dikarenakan persoalan apa  nona Nyoo  sampai bermusuhan dengan Li kaucu?"

Berbicara sesungguhnya, Li Cing siu sendiripun ingin mengetahui duduknya persoalan sampai jelas.

Nyoo Siau sian segera menundukkan kepalanya dan menghela napas sedih, katanya lirih:

"Mereka telah mencuri barang milik kami!"

Oh Put Kui yang mendengar perkataan tersebut menjadi tertegun, dengan cepat dia berpaling ke arah Li Cing-siu dan mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.

Li Cing-siu yang mendengar ucapan itu segera menyambut sambil tertawa:

"Nona, anggota perkumpulan kami selalu memegang peraturan secara ketat,  entah  benda mestika apakah milik nona yang hilang sehingga kau tak segan membawa semua anggotamu datang ke Kang-ciu?"

Kalau berbicara dengan Oh Put Kui, maka Nyoo Siau-sian selalu menunjukkan sikap yang lemah lembut, sebaliknya kalau berbicara dengan orang  lain  justru  memperlihatkan sikap dan wataknya sebagai seorang nona yang anggun.

Dia mendengus dingin lalu berkata:

"Kau masih mencoba menyangkal? Aku telah kehilanan ruyung penakluk iblis Mu-ni-ciang-mo-pian!"

Mendengar nama benda itu, paras muka Li Cing-siu segera berubah sangat hebat.

Sebab benda yang dimaksudkan itu tak lain adalah salah satu diantara tujuh macam mestika dari dunia persilatan.

Konon ruyung tersebut merupakan benda mestika andalan dari Wi-in sinie dalam menaklukan kaum iblis, mungkinkan Hian-leng giok-li Nyoo Siau sian adalah anak murid dari Wi-in sinnie?

Dengan perasaan terkesiap Li Cing siu segera bertanya: "Apakah nona adalah anak murid dari Wi in sinni?"

"Kalau benar mau apa kau?" sehut Nyoo Siau-sian dengan suara ketus.

"Bila kau berlaku lancang tadi, harap nona sudi memaafkan..." Li Cing siu segera tertawa paksa.

Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan kening berkerut katanya lebih jauh:

"Nona, bagaimana ceritanya sehingga kau bisa kehilangan ruyung penakluk iblis Mu ni-ciang-mo-pian tersebut?"

Paras muka Nyoo Siau-sian diliputi kembali hawa amarahnya yang membara, bentaknya keras-keras:

"Buat apa kau berpura-pura bertanya lagi kepadaku?

Bukankah kau lebih mengerti daripada aku sendiri?" Dengan perasaan keheranan Li Cing siu segera berpikir:

"Aneh sekali, mengapa dia justru menuduhku sebagai pencurinya...?" Sekalipun dalam hati berpikir demikian diluar dia tersenyum dan berkata sambil menggelengkan kepala:

"Nona, aku berani bersumpah dihadapan bahwa aku tak pernah melihat ruyung tersebut!"

"Benarkah itu?" Nyoo Siau-sian melotot besar.

"Buat apa aku mesti berbohong?" Li Cing siu balik bertanya dengan senyuman dikulum.

Dengan ketus Nyoo  Siau-sian mendesis, lalu serunya sambil tertawa terkekeh kekeh:

"Li kaucu, memangnya kau anggap semua anggota Sian- hong-hu adalah gentong nasi yang tak becus?"

Kembali Li Cing-siu tertawa terbahak-bakhak:

"Haaahhh... haaahhh.. haaahhh... perkataan dari nona terlampau serius, masa berani aku shi Li bersikap  begitu latah? Justru akulah yang  ingin bertanya kepada nona, darimana kau peroleh berita tersebut sehingga  bersikeras menuduh akulah yang telah mencuri ruyung penakluk iblis Mu ni-ciang-mo-pian tersebut?"

Nyoo Siau-sian segera mengerlingkan matanya yang jeli kewajah tabib  sakti Ang Yok-su, lalu katanya lagi sambil tertawa:

"Soal itu mah tak usah Li kaucu ketahui,  aku  cuma berharap Li kaucu bersedia mengembalikan  ruyungku itu, tentang permintaan maafku... aku pikir..."

Setelah mengerlingkan sekejap ke arah Oh Put Kui dengan tersipu-sipu, dia meneruskan:

"Memandang diatas wajah Oh kongcu, aku rasa persoalan tersebut tak perlu dibicarakan lagi!"

Menurut anggapannya, keputusan  yang  diambilnya  tersebut sudah cukup berarti. Sebaliknya Li Cing-siu justru dibuat serba salah, menangis tak bisa tertawa pun tak dapat.

Selang beberapa saat kemudian ia baru bisa berkata:

Nona, kau terus menerus menuduh aku sebagai pelaku pencurian tersebut, mengapa kau tidak memberi kesempatan kepadaku untuk mendebat ataupun membantah?"

Tiba-tiba perempuan petani dari Lam-wan Ku Giok-hun yang selama ini  membungkam  terus membentak dengan keras:

"Li kaucu, dengan  kedudukanmu dan  nama besarmu seharusnya apa yang telah kau lakukan harus berani diakui secara ksatria, tapi kenyataannya kau menyangkal terus menerus, apakah kau tidak takut ditertawakan orang...?"

Dari ucapannya yang begitu  tegas  dan  yakin,  perempuan ini seakan-akan menuduh bahwa Li Cing-siu lah pelaku yang sebenarnya atas pencurian terhadap ruyung Mu-ni-ciang mo pian tersebut.

Sekali lagi hawa amarah menyelimuti wajah Li Cing-siu, segera serunya dengan lantang:

"Nona Ku, apakah kalian mempunyai bukti  yang bisa menunjukkan bahwa akulah yang telah mencuri  ruyung mestika tersebut?"

"Tentu saja dapat!" jawab Ku Giok-hun sambil tertawa seram.

"Mengapa tidak nona Ku pelihatkan?"

Sambil tertawa dingin Ku Giok-hun segera berseru: "Tampaknya Li kaucu tak akan menyerah sebelum melihat

bukti tersebut..."

Tiba-tiba dia berpaling kearah Nyoo Siau-sian dan berkata lebih jauh:

"Nona, perlihatkan benda itu kepadanya!" Sambil tertawa Nyoo Siau-sian merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah sampul surat yang kemudian diperlihatkan kepada Li Cing-siu sambil katanya:

"Ini dia, bukti berada disini"

"Apakah itu?" tanya Li Cing siu sambil berkerut kening. "Surat yang ditinggalkan pencuri ruyung tersebut!" "Bersediakah nona untuk membacakan isi surat itu?" "Apakah salahnya? Bibi Ku, coba kau saja yang membaca

isi surat tersebut..."

Ku Giok-hun menyahut dan menerima surat itu, kemudian setelah melotot sekejap ke arah Li Cing-siu, segera bacanya:

"Bila menginginkan kembali ruyung penakluk  iblis,  datang ke Seng ciu menjumpai Pay-ku."

Ketika Ku Giok-hun selesai membaca isi surat itu, Nyoo Siau-sian segera berseru sambil tertawa dingin:

"Kalau toh kalian mempunyai keberanian  untuk meninggalkan surat tersebut, mengapa hari ini  tak berani mengakuinya?"

Li Cing-siu yang mendengar ucapan tersebut segera tertawa terbahak-bahak:

"Haaahhh... haaahhh.. haaahhh... nona, betulkah surat tersebut bisa dipergunakan sebagai bukti bahwa akulah yang telah mencuri ruyung tersebut?  Tidakkah  nona  pernah pikirkan, bahwa ada kemungkinan orang lain  sengaja memfitnah perkumpulan kami?"

"Mengapa orang lain harus memfitnah?" Nyoo Siau-sian balik bertanya sambil tertawa cekikikan.

"Andaikata aku pun tahu, bukankah persoalan  ini  tidak bakal terjadi?"

"Hmmm, omong kosong..." nona itu segera mendengus dingin. Pada saat itulah tiba-tiba Oh Put Kui menyela:

"Nona Nyoo, apa yang dikatakan Li kaucu ada benarnya juga!"

"Jadi kau... Oh kongcu percaya kepadanya?" tanya Nyoo Siau sian agak tertegun.

Oh Put Kui segera tertawa:

"Aku cukup mengetahui bagaimanakah watak dari Li kaucu dimasa lampau, aku rasa lenyapnya ruyung milik nona itu delapan puluh persen dilakukan seseorang yang sengaja mengadu domba kalian."

Nyoo Siau sian segera mengerutkan dahinya rapat rapat.

Ia tak habis mengerti mengapa terhadap ucapan dari  Oh  Put Kui tersebut, dia seakan akan tidak berkemampuan untuk memberikan perlawanan, dia seakan akan lemah sekali dan tidak memiliki pendirian. Dengan  wajah sangat gelisah Ku Giok-hun segera menyela:

"Siau sian, siapa tahu orang she Oh itu satu komplotan dengan Pay-kau."

Dengan perasaan terkejut Nyoo Siau-sian segera mendongakkan kepalanya, lalu menegur:

"Oh kongcu, benarkah kaupun anggota Pay kau?" Oh Put-kui segera tertawa tergelak:

"Haah.. haah.. aku adalah seoarang pengembara,  tak pernah terikat dalam satu partai atau perkumpulan macam apapun!"

"Itu lebih bagus lagi..." seru Nyoo Siau-sian girang, lalu sambil berpaling serunya pula, "bibi Ku, dia bukan..."

Nona ini  begitu polos dan  lugu, andaikata ada orang berusaha untuk mempengaruhi jalan pikirannya, sudah  pasti tak perlu membuang banyak pikiran dan  upaya lagi untuk berhasil mempengaruhinya. Sambil tertawa Ku Giok-hun kembali berkata:

"Siau-sian, dia memang bukan anggota Pay-kau, tapi mereka berasal dari satu komplotan yang sama, coba lihat, bukankah dia lebih membantu mereka daripada membantu pihak kita?"

"Aaah, tidak benar!" Nyoo Siau-sian menggeleng, "bibi Ku, sendainya Oh kongcu membantu mereka, maka  apa sebabnya dia meminta mereka melepaskan aku ketika baru munculkan diri tadi?"

Menghadapi perkataan tersebut, kontan saja Ku Giok-hun dibuat terbungkam dalam seribu bahasa.

sebaliknya Oh Put Kui segera berkata lagi sambil tertawa hambar:

"Aaai, bagaimana pun juga nona memang seorang gadis yang pandai sekali..."

"Kongcu terlalu memuji..." Oh Put Kui kembali tertawa.

Mendadak... dari arah ruangan  berkumandang datang suara seseorang yang tertawa dingin tiada hentinya.

Kemudian disusul suara Ang Yok-su  berseru dengan lantang:

"Nona Nyoo, kau sudah terperangkap oleh siasat bocah keparat itu!"

Dengan cepat Nyoo siau-sian berpaling lalu tanyanya: "Ang lopek mengatakan aku sudah tertipu Oh kongcu?" "Betul!"

"Ang lopek, kapan sih aku tertipu?"  Nyoo  Siau-sian bertanya lagi sambil tertawa.

"Bocah keparat itu telah memutar balikkan  keadaan, padahal Li Cing-siu lah si pencuri ruyung mestika itu, kau jangan sekali kali melepaskan penyelidikanmu gara-gara percaya dengan perkataan dari bocah keparat tersebut"

Nyoo Siau sian betul-betul seorang yang masih polos, serta merta ia berpaling ke arah Oh Put Kui dan bertanya lagi:

"Oh kongcu, benarkah kau...  kau sedang  membohongi aku?"

Oh Put Kui kembali tertawa.

"Aku dan nona belum pernah bersua sebelumnya, kenapa aku mesti membohongimu?"

"Betul, kau memang tak punya alasan untuk membohongi aku..." Nyoo Siau-sian tersenyum manis.

Tiba-tiba Ang Yok-su berseru lagi sambil tertawa dingin: "Siau-sian, jangan percaya kepadanya..."

Mendadak segulung bayangan hitam meluncur masuk ke dalam mulut Ang Yok su, seketika itu juga perkataan yang belum selesai diutarakan itu terputus sampai  ditengah  jalan dan tak mampu dilanjutkan lebih jauh.

Disusul kemudian terdengar  seseorang muntah-muntah keras...

Keadaan yang  begitu mengenaskan dari Ang Yok-su tersebut membuat segenap anggota Pay-kau yang melihatnya segera tertawa terpingkal pingkal saking gelinya.

Tabib sakti Kiu-huan gi-in Ang Yok su harus muntah setengah harian lamanya baru dapat menyeka mulutnya kembali, lalu sambil berpekik nyaring dia melompat naik ke atap ruangan tengah itu.

Dengan sorot mata yang  tajam bagaikan  sembilu, dia periksa sekeliling tempat itu dengan seksama, tapi sayang sekali ia tak berhasil menjumpai sesuatu apapun.

Dalam amarahnya yang membara, Ang Yok-su  segera tertawa dingin tiada hentinya Begitu keras suara tertawanya sehingga seluruh atap dan bangunan ruangan itu turut bergetar keras.

Oh Put-kui yang menjumpai hal tersebut diam-diam mengerutkan dahinya kencang-kencang.

Baru sekarang dia tahu kalau Kiu-huan gi-in Ang Yok-su sebetulnya adalah seorang jago kelas  satu dalam dunia persilatan, terutama dalam suara tertawanya  yang mengandung tenaga dalam ini, jelas kalau kemampuannya sama sekali tak berada dibawah kemampuan dari Leng Siau- thian.

Setelah selesai tertawa, tiba-tiba Ang Yok su membentak keras dengan suara yang dingin menyeramkan:

"Manusia darimana yang berani mempermainkan orang? Ayoh cepat menggelinding keluar  dari  tempat persembunyianmu!"

Setelah bentakan tersebut menggelegar, Oh Put-kui baru paham apa gerangan yang telah terjadi.

Rupanya baru saja Ang Yok-su menderita kerugian yang besar sekali.

Dia tahu, perbuatan semacam ini tak terlepas  dari  orang lain, seratus persen tentu hasil karya dari si pengemis sinting Liok-jin ki yang bersembunyi diatap ruangan.

Ternyata apa  yang  diduga memang betul!

Bersamaan dengan bergemanya suara bentakan dari Kiu- huan-gi-in tadi, pengemis sinting Liok Jin-ki segera munculkan diri dari balik atap rumah sambil tertawa  cengar  cengir, serunya kemudian:

"Hey tabib Ang, aku si pengemis lagi tidur  disini, mengapa sih kau berteriak teriak macam kambing kebakaran jenggot saja?"

Tabib sakti Kiu-huan-gi-in Ang Yok-su sama sekali tidak mengira kalau dirinya tak berhasil mengetahui akan kehadiran lawannya yang berada  diatas ruangan, ia merasa bahwa peristiwa ini sangat memalukan dirinya.

--------------------

Tatkala dia sudah melihat dengan jelas siapa gerangan orang yang menampakkan diri itu, kontan saja hawa amarahnya sirap lima bagian.

Sambil tertawa dingin Ang  Yok-su segera berseru "Hmmm... kukira siapa yang datang, rupanya kau si telur

busuk yang tak tahu diri..."

"Tabib Ang," seru pengemis sinting sambil tertawa. "kau termashur sebagai Kiu-huan gi-in, tentunya kau tahu bukan bahwa aku sipengemis mengindap penyakit pikun dan sinting, dapatkah kau mencarikan akal untuk menyembuhkan penyakitku itu?"

"Liok Jin-ki, kau boleh saja berlagak konyol  dihadapan orang lain, tapi jangan mencoba menggunakan cara itu untuk menghadapi aku!" teriak Ang Yok-su dengan penuh  amarah dan kening berkerut.

Pengemis sinting tertawa tergelak kembali:

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... baik, baik aku tak akan berlagak lagi, ayoh kita berbincang dibawa saja..."

Sembari berkata dia segera melompat turun dari atas atap ruangan itu..

Ang Yok-su segera menyusul dari belakangnya, sementara sebuah tangannya diangkat ke atas.

Cuma, dia sama sekali tidak melepaskan serangan  apa pun, kalau tidak, bukankah pengemis sinting segera akan berubah menjadi pengemis gepeng...?

Begitu mereka berdua melayang turun ke atas permukaan tanah, Ang Yok-su segera menegur lagi sambil tertawa dingin:

"Liok Jin-ki kaukah yang barusan mempermainkan aku?" Rupanya orang ini pun tidak yakin seratus persen bahwa perbuatan perbuatan tadi dilakukan oleh pengemis sinting tersebut.

Sebaliknya pengemis sinting pun segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyangkal perbuatan  tadi, katanya cepat cepat:

"Hey tabib Ang, bukankah aku si pengemis sudah bilang semenjak tadi, aku sedang tertidur nyenyak, andaikata bukan mendengar gelak tertawa setanmu tadi, paling tidak aku si pengemis akan tidur sampai matahari terbenam ke pantai baru bangun..."

"Lebih baik kau tak usah bergelak edan dihadapanku!" bentak Ang Yok-su lagi dengan gemas.

"Andaikata aku hendak berlagak edan, paling tidak harus melihat lihat sasarannya dulu bukan? Kalau bertemu dengan manusia semacam kau, biar pun aku si pengemis  berlagak edan pun, belum tentu mampu untuk berlagak dengan sebaik- baiknya."

"Hmmm, asal kau sudah tahu diri, hal ini lebih baik," jengek Ang Yok-su sambil tertawa dingin.

Pengemis sinting tertawa lagi:

"Selamanya aku si pengemis selalu sinting, tapi bilamana tak tahu diri, seratus orang pengemis pun tak nanti bisa hidup sampai hari ini... bukankah begitu?"

Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba serunya pula kepada Oh Put Kui:

"Lote, mari kau jumpai Ang Yok-su yang mempunyai nama yang amat termashur ini..."

Sambil tersenyum Oh Put Kui maju ke  muka, tanpa  menjura dia menyapa dengan suara hambar:

"Selamat bersua..." Ang Yok-su sudah mendongakkan kepalanya bersiap-siap menerima penghormatan lawan.

Tapi akhirnya dia merasakan hatinya tak karuan setelah melihat Oh Put-kui hanya menyapanya secara hambar.

Dengan sorot mata yang tajam dan tertawa dingin tiada hentinya dia segera menegur:

"Betul-betul seorang manusia yang tahu sopan santun!"

Mendengar ucapan tersebut, tiba-tiba saja Oh Put-kui tertawa terbahak-bahak.

Semenjak masih bersembunyi diatas pohon tadi, ia sudah menaruh perasaan tak puas terhadap sikap Ang Yok su yang angkuh, dingin dan ketus itu.

Apalagi sesudah mendengar cara Ang Yok su menghasut serta mengadu domba Nyoo Siau-sian dengan  Li cing-siu, andaikata pengemis sinting yang bersembunyi diatas  atap rumah tidak menghadiahkan segumpal lumut kedalam mulutnya, bisa jadi Nyoo Siau-sian sudah dibuat percaya oleh perkataannya.

Oleh sebab itu diapun bertekad untuk bertarung melawan Ang Yok-su yang sombong ini serta memberi pelajaran yang setimpal kepada dirinya.

Justru karena tekadnya  itulah, maka Oh Put-kui sengaja berlagak hambar, tinggi hati serta sinis.

Dengan kening berkerut dan  wajah penuh amarah Ang Yok-su segera membentak keras

"Hey, apa yang sedang kau tertawakan?"

"Aku sedang mentertawakan kesombonganmu serta sikapmu yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi!"

Hawa napsu membunuh dengan cepat menyelimuti seluruh wajah Ang Yok-su, dia mendengus dingin lalu serunya: "Manusia yang tak tahu diri, nampaknya kau sudah bosan hidup di dunia ini?"

"Haaahhh...haaahhh... haaahhh... anda toh belum pernah pergi ke akherat, dari siapa kau pelajari kata kata dari raja akherat itu? Apakah aku sudah bosan hidup atau  tidak,  aku rasa kau belum berhak untuk mengusirnya, mengerti?"

Beberapa patah kata ini seketika itu juga semakin mengobarkan hawa amarah dari Ang Yok-su,  sampai sepasang matanya melotot keluar sebesar gundu.

Tiba-tiba Ang Yok su tertwa seram, lalu bentaknya:

"Bocah keparat, hari ini aku mesti memberi pelajaran yang setimpal kepadamu..."

Belum selesai perkataan itu diutarakan, tanpa memperdulian peraturan dunia persilatan lagi, dia langsung menyentilkan jari tangannya ke arah Oh Put Kui.

Menghadapi ancaman tersebut, Oh Put-kui tertawa terbahak-bahak:

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... sayang sekali cakar setan gantungmu itu masih belum mencapai tingkatan kesempurnaan!"

Ditengah gelak tertawa tersebut, tangan kanannya segera bergerak sangat cepat.

Jangan dilihat tangan kanan itu cuma diangkat keatas saja, ternyata tenaga serangan ilmu Tan ci-sin-tong yang dilancarakan Ang Yok-su itu hilang lenyap dengan begitu saja oleh gerakan sederhana tadi.

Mencorong sinar tajam dari balik mata Ang Yok su menyaksikan kejadian ini, sambil tertawa dingin segera serunya

"Tak aneh kalau kau bernyali begitu besar, rupanya kau mengandalkan ilmu Mi-lek sin-kang..." Padahal ilmu yang digunakan oleh Oh Put-kui bernama Hud-im-hian-kong-ciang (pukulan cahaya suci bayangan Buddha) kontan  saja menyebutnya  sebagai Mi-lek-sin-kang (ilmu sakti Mi-lek). kontan saja hal ini membuat pengemis  sinting yang mendengarkan segera tertawa terpingkal-pingkal sampai perut pun turut terasa sakit.

"Hey, apa yang sedang kau tertawakan?" dengan penuh amarah Ang Yok-su melotot kearahnya.

Pengemis sinting segera menggelengkan kepalanya berulang kali, dengan napas tersengkal-sengkal katanya:

"OOdwOo... tidak apa-apa... tidak apa-apa..."

Walaupun dimulut dia berkata begitu, namun ia tak berhasil menghentikan suara tertawanya, gelak tertawa yang  amat keras bergema terus tiada hentinya.

Ang Yok-su segera berkelebat kedepan, dengan meninggalkan Oh Put-kui dia  langsung menerkam kearah pengemis sinting.

"Pengemis cebol, aku mesti memberi pelajaran untukmu..." Kelima jari tangan kanannya segera dipentangkan lebar-

lebar lalu secara langsung mencengkeram bahu kiri si pengemis.

"Ah, belum tentu kau berhasil!"

Tiba-tiba sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, ternyata bayangan tubuh sipengemis sinting sudah lenyap dari pandangan mata.

Tapi dengan cepatnya Ang Yok-su menemukan bahwa tangan kanan sendiri sedang mencengkeram diatas bahu Oh Put-kui.

Kejadian yang sama sekali diluar dugaan ini segera itu juga membuat hatinya amat terperanjat.

Namun secara diam diampun ia merasa bergirang  hati, pikirnya: "Asalkan kelima jari tanganku ini kukerahkan sedikit tenaga, niscaya peredaran darah dari bocah keparat  ini  akan tersumbat dan akibatnya dia akan menjadi lumpuh sebelum akhirnya mampus..."

Berpikir sampai disitu, mencorong sinar buas dari balik matanya itu.

Peristiwa mana dengan cepat mengejutkan dan mencemaskan kaucu dari perkumpulan Pay-kau.

Tapi mencemaskan pula Hian-leng-giok-li Nyoo Siau-sian, sehingga tanpa terasa dia menjerit keras:

"Empek Ang, jangan kau lukai dirinya..."

Nada suaranya begitu menaruh perhatian dan mencemaskan keselamatan jiwa pemuda tersebut.

Tapi justru sikapnya yang penuh perhatian  ini,  membuat Ang Yok-su  semakin bertekad untuk menghabisi nyawa lawannya ini.

Sambil tertawa seram Ang Yok-su segera berseru:

"Nona, bocah keparat ini tak boleh dibiarkan hidup terus, ia harus disingkirkan secepatnya..."

Mendadak tenaga dalamnya disalurkan ke luar, lalu dengan ganasnya mencengkeram bahu lawan kuat-kuat.

Oh Put-kui segera tertawa hambar sembari mengejek: "Sayang seribu kali sayang saudara, aku toh sudah bilang

kesempurnaan ilmu silatmu masih ketinggalan amat jauh."

Rupanya ilmu Kim kong ci yang diperkirakan Ang Yok-su sanggup menghancur lumatkan tubuh lawannya itu ternyata tidak berhasil mencapai apa yang bisa diharapkan, bukan saja ia gagal menghancurkan tulang bahu Oh Put-kui, bahkan tak berhasil pula untuk memutuskan saluran urat nadinya.

Untuk sesaat Ang Yok-su dibuat tertegun dan tarmangu- mangu seperti patung. Sebaliknya sebuah tangan Oh Put-kui justru secara pelan- pelan telah menekan keatas dada Ang Yok-su.

Pada saat itulah Nyoo Siau-sian bagaikan seekor kupu- kupu telah melayang datang sambil menegur dengan penuh perhatian:

"Oh kongcu... kau... kau tidak apa-apa bukan?"

Setelah pertanyaan tersebut diajukan, dia  baru melihat secara pasti bahwa orang yang sebetulnya terancam bahaya bukan Oh Put-kui, melainkan si tabib sakti Ang Yok-su yang sombong, dingin dan kejam itu...

Dengan senyum dikulum diapun berseru:

"Kongcu... kau... aaah, kaupun jangan melukai  empek  Ang... kasihan dia..."

Andaikata telapak tangan dari Oh Put-kui dilanjutkan tekanannya ke depan, sudah dapat dipastikan Ang  Yok-su akan mampus seketika itu juga.

Tapi beberapa patah  kata dari Nyoo Siau sian telah menyelamatkan selembar jiwanya.

sambil tertawa Oh Put-kui segera menarik kembali telapak tangannya itu.

"Aku akan  menuruti permintaan nona!" katanya sambil menggerakkan badan dan mundur selangkah.

Sebaliknya Kiu huan-gi-in Ang Yok-su harus mundur sejauh delapan langkah dengan  sempoyongan  sebelum  berhasil untuk berdiri secara tegak. Dari sini dapat diketahui betapa dahsyatnya tenaga serangan dari anak muda tersebut.

Nyoo Siau-sian nampak agak tertegun, lalu sambil membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar dia berseru:

"Kongcu, apakah kau telah melukai empek Ang? "Memukulnya     mundur     sih     betul,     tapi     tak   sampai

melukainya,"  sahut  Oh  Put-kui sambil tertawa. "Kiu-huan-gi-in Ang Yok-su  yang begitu tersohor namanya dalam dunia persilatan, semestinya bukan manusia yang gampang dirobohkan dalam sekali gebrakan bukan!"

Dengan perasaan terkesiap bercampur girang Nyoo Siau- sian melirik sekejap kearahnya,  kemudian  pelan-pelan berjalan menghampiri Ang ok-su yang masih berdiri termangu ditempat.

Sedangkan pengemis sinting segera berseru pula sambil tertawa tergelak:

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... tabib Ang, diatas langit masih ada langit, diatas manusia tangguh masih ada manusia yang lebih tangguh, tenaga pantulan yang dihasilkan dari ilmu Thian-liong-sian kang tentunya masih lebih hebat  dari  pada ilmu Hian-im-sin-kang mu bukan...?"

Merah padam selembar wajah Ang Yok-su karena jengah setelah mendengar ejekan itu.

Sikapnya yang semula sombong, dingin dan kaku itu, kini sudah semakin tawar.

Sebagai    gantinya selapis perasaan duka   dan pedih menyelimuti seluruh wajahnya

Dengan penuh perasaan kuatir dan perhatian yang besar Nyoo Siau-sian bertanya:

"Empek Ang, apakah kau terluka..."

Dengan perasaan amat menderita dan pedih Ang Yok-su memandang sekejap ke arahnya, namun tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Tiba tiba saja dia berpekik nyaring, lalu tubuhnya melejit ke tengah udara dengan kecepatan luar biasa.

Hanya didalam sekejap mata saja, bayangan tubuhnya sudah hilang lenyap tak berbekas.

Dia telah pergi, pergi dengan membawa rasa malu dan aib yang sangat besar, pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun, tampaknya rasa malu yang luar  biasa membuatnya tak punya muka untuk berbicara lagi.

Untuk sesaat Nyoo Siau-sian cuma berdiri tertegun dengen mata terbelalak lebar kemudian serunya keras keras:

"Empek Ang, kau jangan pergi..."

Tapi apa gunanya dia berteriak, karena waktu itu Ang Yok- su sudah berada berapa li jauhnya dari tempat itu.

Gerakan tubuh dari Kiu-huan-gi-in Ang Yok-su memang cepatnya mengejutkan hati.

Dengan perasaan amat sedih Nyoo Siau-sian mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke udara, kemudian pelan-pelan berjalan kembali ke samping Oh Put- kui, lalu setelah tertawa pedih, ujarnya lirih:

"Oh Kongcu, apa yang harus kuperbuat sekarang?"

Hampir saja Oh PUt-kui tertawa geli mengehadapi pertanyaan itu, masa pertanyaan semacam itupun ditanyakan kepadanya?"

Tentu saja ia tak sampai tertawa, karena gerak-gerik Nyoo Siau-sian yang  begitu mengenaskan dan patut  dikasihani ditambah pula ucapannya yang begitu polos dan suci, membuat ia tak tega untuk mentertawakannya.

Maka sambil menggelengkan kepalanya ia berkata:

"Nona, darimana aku bisa tahu apa yang mesti diperbuat?"

Agaknya Nyoo Siau-sian dibuat terkejut oleh jawaban tersebut, segera ujarnya lirih:

"Kongcu, bukankah kau mengatakan bahwa ruyung Mu ni- pian ku itu bukan dicuri oleh pihak Pay-kau?"

"Aku rasa memang demikian!"

"Kalau bukan mereka, lantas siapa yang telah melakukan perbuatan tersebut?" Sebenarnya Oh Put-kui hendak  menjawab  begini: Darimana aku bisa tahu? Tapi belum sampai meluncur keluar dari mulutnya, ia sudah merubahnya dengan segera:

"Nona, bolehkah kau pinjamkan surat tersebut kepadaku?" Nyoo Siau-sian mengangguk, kepada Giok-hun serunya: "Bibi Ku, coba perlihatkan surat tersebut kepada kongcu!"

Dengan perasaan berat hati Ku Giok-hun segera menyodorkan surat itu ke depan, sementara sepasang matanya yang jeli melotot sekejap kearah Ph Put Kui dan pengemis sinting dengan perasaan gemas.

Oh Put Kui bergelak seakan-akan tidak melihat akan hal itu, setelah menyambut surat tersebut segera ditelitinya  isi  surat itu dengan seksama.

Tiba-tiba dia berkerut kening, lalu serunya kepada Ciu It- ting:

"Saudara Ciu, coba kau kemari sebentar!"

Dengan langkah lebar Ciu It-cing segera datang mendekat, tanyanya sambil tertawa:

"Apakah saudara Oh telah berhasil menyaksikan sesuatu yang mencurigakan?"

Oh Put Kui menggeleng.

"Tidak, aku hanya ingin saudara Ciu memeriksa isi surat ini, lalu coba pikirkan adakah diantara jago jago  perkumpulan kalian yang mempunyai gaya tulisan demikian?"

Mendengar perkataan tersebut, Ciu It-cing segera meneliti isi surat itu dengan seksama dan penuh perhatian.

Akhirnya dia menggelengkan kepalanya berulang kali: "Saudara Oh, diantara jago-jago dalam perkumpulan kami,

rasanya tiada orang yang mempunyai gaya tulisan begitu." Sementara itu Li Cing-siu juga telah datang mendekat, katanya kemudian:

"Oh sauhiap, aku rasa bila kita ingin menyelidiki persoalan ini lewat gaya tulisan, niscaya tak akan mendatangkan hasi yang diharapkan..."

"Aaah, boanpwee pun cuma berusaha untuk mencobanya saja!" kata Oh Put Kui tertawa.

Tiba tiba serunya lagi Nyoo Siau-sian:

"Nona, sejak kapan kau kehilangan ruyung mestika itu?" "Kurang lebih satu bulan berselang!"

"Jam berapa?"

"Kurang lebih tengah malam." "Dimana?"

Agak memerah selembar wajah Nyoo Siau-sian, tapi segera jawabnya pula:

"Di dalam kamar tidurku..."

Oh Put Kui kembali mengernyitkan  alis  matanya  rapat rapat, sebab kejadian tersebut hampir mustahil bisa terjadi.

Kalau ingin dicari siapakah jago yang paling tangguh dalam perkumpulan Pay-ku, maka orang itu tak hanya kaucunya seorang.

Tapi menurut perhitungannya, bila Li Cing-siu ingin menyusup masuk ke dalam kamar tidur Hian-leng-giok-li Nyoo Siau-sian dan mencuri benda mestika miliknya tanpa diketahui oleh gadis tersebut, jelas perbuatan  tersebut bukan suatu pekerjaan yang mudah.

Berpikir sampai disini, tiba tiba dia berseru kepada Nyoo Siau sian sambil tertawa:

"Benarkah guru nona adalah Wi-in sinie?" Nyoo Siau-sian mengangguk. "Betul, apakah kongcu kenal dengan guruku?"

"Ooh tidak" Oh Put Kui menggeleng. "cuma nama besar gurumu seringkali disinggung oleh guruku,  cuma sayang selama ini belum sempat kujumpai beliau..."

"Oh kongcu, bila ada kesempatan bagaimana kalau siau- moay mengajakmu pergi menjumpainya?"

"Yaa. memang sudah sepantasnya  bila  kusambangi  sinnie "

Baru pada saat itulah Nyoo S iau-sian seperti teringat akan sesuatu, ia segera bertanya:

"Kongcu, apakah gurumu adalah Thian  liong  sangjin?" "Ooh Sangjin adalah paman guruku,  sedangkan guruku

bergelar Tay-gi-siansu. "

"Ooh... rupanya Gi-supek adalah gurumu. " Nyoo Siau-sian

berseru gembira.

"Betul, apakah nona pernah bertemu dengan guruku?" Nyoo Siau sian segera tertawa cekikian:

"Tentu saja pernah. Gi supek amat sayang kepadaku "

Mendadak mukanya berubah menjadi merah padam, dengan tersipu-sipu ia segera  menundukkan  kepalanya rendah rendah.

Mungkin nona itu merawa kalau sikapnya sudah kelewat batas sehingga lupa akan keadaan...

Sambil tertawa Oh Put Kui segera berkata:

"Nona, kalau toh kau adalah murid dari sahabat guruku, maka jangan marah kalau selanjutnya kusebut sumoay kepadamu."

"Tentu saja kau harus berbuat demikian..." kata Nyoo Siau sian dengan perasaan bergetar, "tapi bagaimana dengan aku? Tentunya aku harus memanggil engkoh  Oh kepadamu bukan?"

"Terserah pada sumoay, apapun yang ingin kau gunakan, aku menurut saja..."

Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah bersungguh-sungguh katanya lagi:

"Sumoay, bagaimana kalau soal hilangnya  ruyung itu serahkan saja penyelesaiannya kepadaku?"

"Aku harus merepotkan dirimu..." nona itu tersenyum. "Ataukah mungkin sumoay kurang percaya kepadaku?" "Tidak, aku... aku cuma tak berani merepotkan engkoh Oh!"

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh.... sumoay menganggap orang luar kepadaku nampaknya..."

Sambil menutup mulutnya dan  tertawa cekikikan Nyoo Siau-sian segera berkata:

"Baiklah engkoh Oh, kalau begitu persoalan ini siaumoay serakan penyelesaiannya kepadamu!"

Baru selesai berkata, tiba-tiba ia berkata pula:

"Engkoh Oh, dengan cara apa kau hendak menyelidiki persoalan ini...?"

Padahal Oh Put-kui sendiripun tidak tahu bagaimana harus bertindak untuk  menyelidiki peristiwa pencurian tersebut, ia berbuat demikian tak lain karena ingin mencegah perselisihan paham antara Nyoo Siau-sian dengan pihak Pay-kau.

Selain daripada itu, diapun percaya kalau Li Cing-siu tidak bakal melakukan perbuatan semacam ini, itulah sebabnya ia bersedia untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh Nyoo Siau-sian tersebut, terpaksa ujarnya sambil tertawa: "Biarlah kuselidiki secara pelan-pelan, toh akhirnya persoalan ini tentu akan menjadi beres dan terang kembali."

"Betul, akhirnya semua persoalan akan  menjadi terang dengan sendirinya!" dukung Nyoo Siau-sian dengan perasaan puas.

Nada suaranya sekarang amat lembut dan  halus, jauh berbeda dengan nada suaranya ketika baru datang tadi.

Berubah paras muka perempuan petani dari Lam-wan, Ku Giok-hun setelah menyaksikan perkembangan tersebut, cepat-cepat dia berseru:

"Nona, mengapa kau berbuat demikian? Bukankah benda  itu kau butuhkan untuk segera dipakai?"

Nyoo Siau-sian segera menggeleng:

"Bibi Ku, sekalipun tanpa ruyung Mu-ni-pian, akupun tidak takut dengan Kiau Hui-hui!"

--------------------

"Nona, ilmu silat yang dimiliki Yu-kok cian-li Kiau Hui-hui lihaynya luar biasa!" kembali Ku Giok-hun berseru dengan cemas.

"Aku tidak takut kepadanya, bibi Ku, kau tak  usah mengurusi diriku lagi," bentak Nyoo siau-sian sambil mendelik.

Lagi-lagi dia mengubur watak sebagai seorang nona terhormat, atau mungkin memang beginilah ciri khas dari seorang siocin ningrat...?

"Semenjak kapan sih Nyoo sumoay bermusuh dengan iblis perempuan itu?" tiba tiba Oh Put Kui bertanya sambil tertawa.

"Semanjak setengah tahun berselang!" "Lantas kapan perjanjianmu dengan dirinya?" "Akhir bulan nanti!" "Hari ini baru tanggal lima, waah... masih cukup waktu bagi kita untuk mempersiapkan diri."

Nyoo Siau-sian menjadi tertegun:

"Engkoh Oh, maksudmu sebelum kupenuhi perjanjian tersebut, kemungkinan  besar ruyung mestika itu sudah  berhasil diperoleh kembali?"

"Yaa, aku memang berpendapat demikian." Oh Put Kui mengangguk.

"Hoore... bagus sekali kalau begitu, kalau tidak, aku benar- benar merasa kuatir..."

"Nona bajingan yang berada  didepan  mata kau biarkan kabur, kau betul-betul..." seruan Ku Giok-hun itu  diakhiri dengan suara tertawa dingin tiada hentinya.

Nyoo Siau-sian segera mengerutkan dahinya sesudah mendengar perkataan itu.

Sebaliknya Oh Put Kui berkata sambil tertawa hambar: "Tampaknya nona Ku seperti mempunyai kesan yang

kurang baik terhadap diriku?"

Ku Giok-hun segera mendengus dingin

"Betul, aku memang tidak percaya dengan dirimu!"

"Sayang sekali aku justru tidak membutuhkan kepercayaan nona terhadap diriku!" jawab Oh Put Kui tertawa hambar.

Kontan saja Ku Giok-hun tertawa dingin:

"Hmm, kau jangan harap selama hidup... lelaki semacam ini paling tak bisa dipercaya!"

Sekali lagi Oh Put Kui tertawa terbahk-bahak:

"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... betul, aku memang tak bisa dipercaya, cuma saja cara kerjaku justru berbeda dengan sementara orang yang secara diam diam menggunakan akal licik dan siasat busuk untuk mengacau ketenangan dunia." Paras muka Ku Giok-hun kembali berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, teriaknya gusar:

"Siapa yang kau maksudkan menggunakan akal licik dan tipu muslihat untuk mengacau ketenangan dunia?"

"Siapa yang  dalam hatinya  ada  setan, dia  pula yang kumaksudkan..."

"Bila kau punya nyali ayoh katakan secara terus terang!" teriak Ku Giok-hun dengan keras.

Tapi Oh Put Kui segera menggeleng:

"Orang budiman cuma berusaha melenyapkan kejahatan menegakkan kebaikan, aku tak ingin berbuat seperti seorang siaujin, karena itu akupun tak ingin membongkar rencana busuk dari sementara orang..."

Belum selesai perkataan  itu diutarakan, Nyoo Siau-sian telah berkata dengan lembut

"Engkoh Oh, kau tak usah berbicara lagi!"

Kemudian sambil berpaling ke arah Ku Giok-hun, bentaknya keras keras:

"Bibi Ku, apakah kau sengaja hendak  menyusahkan  diriku?"

Dengan perasaan gemas Ku Giok-hun mendengus: "Nona, bocah keparat ini..."

"Siapa suruh kau berbicara lagi?" tukas Nyoo Siau-sian dengan gusar pula, "bibi Ku, jika kau berani menyusahkan aku lagi, maka aku akan segera..."

Sebelum perkataan selanjutnya diutarakan, Ku Giok-hun sudah membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.

Begitu perempuan petani dari Kam-wan itu angkat kaki, Leng Seng-luan juga turut angkat kaki, bahkan puluhan jago yang mengepung kuil Pau-in-si pun turut angkat kaki dari situ. Kemudian dari kejauhan sana tersengar seseorang berseru dengan lantang:

"Nona, kami akan menantimu didalam kota..." Mendadak Nyoo Siau-sian menjawab dengan keras:

"Kalian tak usah menunggu aku lagi, kalian boleh pulang lebih dahulu..."

Begitu teriakan tersebut diutarakan, Oh Put Kui segera dibuat tertegun.

Mengapa gadis itu tidak pulang bersama rombongannya?

Hendak kemanakah dia? Atau mungkin akan  bergabung dengan dirinya? Tapi, hal ini mana boleh jadi?

Tanpa terasa Oh Put Kui segera mengerutkan dahinya... Pada saat itulah pengemis sinting berkata:

"Nona Nyoo, ada satu persoalan apakah kau tahu?"

Sekalipun Nyoo Siau-sian tidak kenal dengan  pengemis sinting, namun pernah mendengar tentang namanya, mendengar pertanyaan itu segera sahutnya sambil tertawa:

"Persoalan apa yang kau maksudkan?"

"Apakah kau telah menyuruh mereka untuk menyegel semua perahu yang  berada dikota Kang-ciu ini?" tanya pengemis sinting sambil tertawa.

"Tidak!" sahut gadis itu tersenyum, "aku hanya  suruh mereka menyewa semua perahu  yang ada dengan harga tinggi, karena aku berniat menggunakan perahu-perahu  itu untuk menyeberang  sungai dan  berangkat menuju ke ibu kota."

"Nona, mereka bukan menyewa perahu-perahu itu dengan harga tinggi, sebaliknya justru menyegel semua perahu itu!" kata pengemis sinting tiba-tiba sambil tertawa. Berkilat sepasang mata Nyoo Siau-sian sesudah mendengar perkataan itu segera serunya:

"Sungguhkah perkataanmu itu?"

"Kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada Oh lote!"

Nyoo Siau-sian segera berpaling kearah Oh Put-kui dan bertanya lagi:

"Engkoh Oh, benarkah ada kejadian seperti ini?"

"Benar, apa yang dikatakan pengemis Liok tepat sekali!" sahut Oh Put-kui tertawa:

Mendadak Nyoo Siau-sian menutupi bibir sendiri sambil berseru tertahan:

"Aaah, kalau begitu mereka semua telah menipu aku..." "Sumoay, persoalan yang  mereka tipu masih banyak

sekali."

Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Nyoo Siau- sian, setelah tertawa dingin katanya:

@oodwoo@

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar