Jilid 27
Liok Kiam-ping rangkap kedua tangan menjura, katanya: "Tak berani cayhe mendapat pujian, julukan Pat-pi-kim-liong adalah anugrah sesama kaum persilatan, orang she Liok cetek pengalaman dan pergaulan mohon Lo siansu memberi petunjuk." Wajah Hoat-pun Siansu berobah serius, katanya: "Ada sebuah pertanyaan Lolap mohon penjelasan Sicu."
"cayhe pegang peraturan patuh pada pesan leluhur, dalam setiap langkah dan sikap selalu mengutamakan kebajikan kepada sesamanya. Lo-siansu ada omongan apa silakan katakan, kalau tahu orang she Liok pasti memberi penjelasan- "
"Syukurlah, ternyata Sicu memang bajik, setulus hati lolap mengagumimu. Mohon tanya, apakah Wi-liong-ciang-hoat adalah ajaran yang hanya diwariskan kepada ciangbun-jin Hong-lui-pang saja, dan selama ini belum pernah diajarkan kepada orang lain?'
Liok Kiam-ping tertawa bingar, katanya: 'Wi-liong-ciang memang ajaran tunggal Hong-lui-pang kita Tapi dua puluh tahun yang lalu Wi-liong-pit-kip ternyata lenyap dicuri orang sehingga Hong-lu-pang mengalami keruntuhan total, belum lama berselang baru kita berhasil membangun lagi warisan leluhur dan merebut kembali Wliong-pit-kip itu, maka sejauh mana Wi-liong-pit-kip itu jatuh ditangan musuh, apakah pelajarannya telah- dicuri orang, sukar kita mengatakan."
Jik-ciok Tojin dari Butong yang berdiri ditengah orang banyak tertawa dingin, tiba-tiba bertanya: "Pandai juga Sicu menghibahkan kesalahan kepada orang lain- mohon tanya, selama dua puluh an tahun ini adakah orang lain,yang pernah menggunakan Wiiliong -ciang-hoat ?"
"Ya, rasanya belum pernah ada." Liok Kiam-ping menjawab.
Jik-clok Tojin gelak-gelak, katanya:
"Lha, kan sudah jelas, apa yang sicu lakukan hatimu sendiri yang jelas, memangnya perlu tanya kepada orang ?" lalu menoleh kearah Hoatpun Siansu. "Lo-siansu tak perlu merenungkan persoalan ini, bukti sudah di depan mata, kenapa harus perang mulut lagi, biarlah dia gorok leher sendiri saja, supaya tidak membuang waktu."
Menyala sorot mata Hoat-pun Siansu, katanya tertawa: "Harap Toyu tidak marah dan tergesa-gesa. setelah Lolap bicara habis dan jelas, belum terlambat kita ambil keputusan-" lalu berkata kepada Liok Kiam-ping: Selama setengah bulan ini, di mana saja Sicu berada, apakah kau bisa memberikan alibimu.'
Waktu Liok Kiam-ping angkuh, kapan pernah didesak seperti terdakwa, dihadapan umum lagi, namun menghadapi padri agung Siau-lim-si, apapun dia tidak berani berlaku kasar, katanya dengan muka serius: 'Selama setengah bulan ini kami berada di Keng-tong san karena menepati undangan Khong- tong-koay-khek, dalam perjalanan pulang dicegat lagi oleh Ham-ping Lomo beserta kamrat-kamratnya, sepanjang jalan tidak sedikit perangkap dan rintangan yang kami Hadapi Hingga terlambat sampai Hari ini. Itulah keterangan cayhe sejujurnya, jikalau kalian tiada urusan lain, cayhe harus menempuh perjalanan, maaf kalau tidak punya waktu untuk bicara lebih jauh."
Pek Clok Tojin tertawa dingin, jengeknya: "Sebelum persoalan dibikin jelas, bocah keparat, tidak gampang kau ingin pergi."
Berdiri alis Liok Kiam-ping. katanya tajam: "cayhe sudah memberi keterangan sejujurnya, kalau kalian sengaja Cari gara-gara boleh kita tentukan siapa benar siapa salah dengan kepandaian kalian-"
Hoat-pun Siansu bersabda Budha, katanya tertawa: "Mohon Sicu sabar, soalnya selama setengah bulan ini ada seorang dengan Wi-liong-ciang-hoat melakukan pembunuhan atas murid-murid lima perguruan kita. Padahal ilmu pukulan ini adalah ajaran tunggal dari Hong-lui-pang kalian- maklum kalau kita curiga terhadap Sicu." Liok Kiam-ping orang cerdik, dia tahu apa maksud perkataan Hoat-pun Siansu, katanya: "sebagai orang yang terfitnah cayhe wajib menemukan orang yang memalsu diriku melakukan kejahatan, mohon cayhe di beri tenggang waktu setengah bulan untuk mengusut perkara ini, bila sudah kubekuk durjana itu akan kugusur ke Siau-lim dan terserah bagaimana pihak kalian akan menghukumnya, entah bagaimana pendapat Siansu?"
"Ternyata Liok-sicu rela mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan umum, patut di puji dan dihargai, Lolap mengucap banyak terima kasih, baiklah setengah bulan kami akan menunggu Sicu di Slong-san." lalu dia menjura kearah jago-jago silat dari empat perguruan lain, katanya: "Kalau kalian punya pendapat, boleh diutarakan secara terbuka, maaf Lolap mohon diri lebih dulu." habis bicara dia mengebas lengan jubahnya lalu membawa para Hwesio Siau-lim putar balik kedalam kota.
Maksud Pek-clok hendak menghasut orang banyak dan mengobarkan amarah mereka, sekaligus untuk membalas sakit hati lama. melihat Hoat-pun Siansu tinggal pergi, ingin mencegah sudah terlambat. Apa boleh buat, terpaksa dia menggantungkan harapannya kepada tiga perguruan yang lain untuk mengeroyok Liok Kiamping bertiga, maka dia bersuara lantang: "Kita sudah menghabiskan banyak tenaga mengorbankan banyak jiwa, melacak ribuan li. pembunuh durjana ini baru kita pergokHari ini, sadar tidak dapat meloloskan diri, dengan mulut manis hendak membuat alibi yang tidak masuk akal, sayang sekali Hoat-pun Siansu percaya obrolan manisnya. Pada hal bocah ini licik adan licin, ganas dan kejam, kalau sekarang tidak mengganyangnya bersama, kelakpasti menimbulkan bibit bencana yang lebih besar. Demi menegakkan keadilan dan kesejahteraan umat persilaian, sebagai kaum pendekar wajib kita menumpas kejahatan, bagaimana pendapat kalian ?" Kong-tong-pay baru saja mengalami musibah, rasa dendam masih membara, tekad menuntut balas mereka amat besar, maka mereka mendahului angkat tinju menyatakan akur. Pihak Go-bi sejak kematian Hoat-liau Siansu, sampai sekarang juga belum terbalas sakit hatinya, maka merekapun setuju saja. Pihak Hoa san masih pikir-pikir, kehadiran mereka semula hanya ingin melihat gelagat bila perlu menonton saja, namun diantara jago-jago yang hadir semua menyatakan akur dan bersuara bulat, terpaksa mereka juga menangguk tanpa bersuara.
Melihat hasutannya berhasil sengaja Peksclok Tojin berkata dengan nada bengis kepada Liok Kiam-ping: "Kalau Liok-sicu tahu Wi-liong-ciang-hoat ajaran tunggal kalian dicuri orang dan untuk mengganas, dapatkah kau memberitahu siapa pengganas itu ?"
Liok Kiam-ping tertawa dingin, katanya:
"Baru sekarang aku tahu adanya seorang pengganas dengan Wi liong-ciang-hoat, mana aku tahu siapa pengganas itu. orang she Liok tidak becus, tapi aku yakin dalam setengah bulan pasti dapat membongkar kasus ini."
Pek-clok Tojin bergelak tawa, katanya:
"Wi-liong- ciang adalah ajaran tunggal yang hanya diwariskan kepada ciang bun, ini kenyataan yang tidak biaa dipungkiri, kau menghibahkan kejahatanmu kepada orang lain tidak bisa menyebut siapa duplikatmu itu, umpama lidahmu berkembang teratai juga jangan harap menentramkan hati kita semua."
Liok Kiam-ping mulai naik pitam desisnya dengan menegakkan alis: "Kalian mendesakku dan sengaja mencari perkara, orang she Liok bukan penakut, katakan saja cara bagaimana kalian ingin membereskan persoalan ini, aku tidak akan mundur setapakpun" Ketua Kong-tong-pay Kay-pi-tong The Hong. Sute Koan- tong-koay khek Seng ih hun berjiwa sempit dan berangasan, dendam merasuk dalam hatinya, maka dia berteriak lebih dulu: "Bagus, kau memang pemberani, tidak malu menjadi seorang Pangcu, hayolah kita maju bersama." lalu dia ulap tangan hendakpimpinorang-orangnya melabrak.
Pek-liau Siansu kedua G-bi-pay mendadak angkat kebutannya mencegah, katanya dengan tertawa: "Harap Sicu tidak terburu nafsu babak pertama ini Harap memberi muka kepada Pinceng untuk menuntut balas kematian Hoat-liau Sute yang meninggal di Kwi-hun-ceng. Terima kasih atas kemurahan The-sicu."
Kay-pi-tong The Hong bergelak tawa, katanya:" Lo-siansu tak usah sungkan, kita harus berpadu menghadapi musuh, sepantasnya tiada perbedaan aku dan kau, kalaupihak kalian ingin jadi pelopor, kita semua siap menjadi ca dang an boleh Lo-siansu silakan."
Pek-liau mengangguk lalu berkata dalam kepada Liok-klam- ping:' sicu tak bisa diajak kompromi, mengagulkan kepandaian, pihak kita ada sejenis barisan, kami memberanikan diri mohon petunjuk sicu beberapa jurus kalau Sicu anggap kurang selera, boleh ganti dengan cara lain."
Lawan sudah menantang didepan umum sebagai Hong Lui- pang Pangcu Liok Kiam-ping pantang mundur, katanya tersenyum:" Kami adalah perguruan terkenal dan besardi Bulim, punya nama sejak ratusan tahun. barisan yang tercipta tentu bukan olah-olah lihainya. biar orang she Liok yang tidak becus ini mengiringi permainan barisan Siansu," waktu bicara bibirnya mengulum senyum sinis, mata melirik, sikapnya menghina.
Melihat betapa congkak sikap orang, berkerut alis Pek-liau siansu, bentaknya: "Bentuk barisan-"Dua belas Hwesio segera tampil dari belakang Pek-liu Siansu, setiap Hwesio memegang sebatang kebut, usianya mereka rata2 empatpuluhan, Thay- yang- hiat menonjol tinggi, jelas semuanya punya latihan Lwekang tangguh, Dua belas Hwesio berbaris dua di depan Pek liau Siansu lalu serempak membungkuk hormat kepada Pek-liau. sebat sekali mereka bergerak ke berbagai arah mendudukiposisi masing-masing, Liok Kiam-ping terkepung ditengah barisan.
Apa nama barisan lawan Liok- Kiam ping tidak tahu dan belum pernah menghadapinya meski berkepandaian tinggi, namun dia tidak berani gegabah, segera dia mengkonsentrasikan diri siap tempur.
Mendadak terdengar aba-aba, "Lihat serangan." dua belas batang kebut mendadak terulur lurus keras, seperti kupu-kupu yang beterbangan diatas kuntum kembang simpang slur menusuk kearah Liok Kiam-ping. Hebat memang tenaga para Hwesio itu, gerakan kebut mereka yang lurus itu laksana potlot baja mengeluarkan desing suara yang semrawut, oukup hebat memang perbawa serempak ini.
Liok Kiam-ping kembangkan Ling hi-pouputar kiri belok kanan, dengan kesebatan gerak tubuhnya tetap tak kuasa menerobos keluar dari lingkaran lawan- Mendadak dia menggeram lirih, tenaga kaki diperbesar sehingga gerak tubuhnya dengan Ling-hi-pou mencapai puncaknya, dengan langkah berkisar dan badan berputar berhasil dia menerobos beberapa rintangan dan hampir saja lolos dari kepungan.
Perlu diketahui Kiam-hoat Go-bi-pay sejak dulu sudah terkenal di Bulim. kini mereka menggantipedang dengan kebutan di tambah permainan Thian-kan-tin ini memang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, betapapun tinggi Ginkang Liok Kiam-ping, dalam waktu Singkat sukar dia meloloskan diri atau balas menyerang Tapi otaknya encer, meski sukar meraba inti permainan lawan, namun untuk menjaga dan menyelamatkanjiwa masih cukup berkelebihan bagi dirinya. Tampak gerak tubuhnya selembut benang sutra, selincah kelinci selulup timbul diantara samberan kebut yang kelihatannya semrawut, namun lama kelamaan meski permainan barisan tidak banyak perobahan, namun ruang gerak lawan yang berputar dan melintir itu semakin sempit sehingga gerak gerik Liok Kiam-ping makin tidak leluasa.
Sebagai pemuda angkuh, sadar bahwa dirinya seorang ciangbun lagi, mana Kiam-ping mau terdesak dibawah angin, otaknya terus bekerja mencari daya untuk menjebol kepungan. Tapi sebelum dia, berbuat banyak barisan mendadak telah berobah pula, kebut yang semrawut samber menyamber ketengah dengan pelintiran yang ulet tadi kini berganti gerakan berputar diluar garis.
Perobahan terjadHanya sekejap. tapi seketika itu Liok Kiam-ping rasakan hawa di sekitar tubuhnya seperti menggencet dari berbagai penjuru, makin Cepat dia bergerak tekanan hawapun makin besar.
Mau tidak mau Liok Kiam-ping berpikir: "Apakah barisan ini dilandasi permainan Bu-kek-kh-kang yang sudah terkenal sejak lama dari G-bi-pay ?" terpaksa diapun kerahkan Kim- kong-put-hoay-sin-hoat supaya tekanan hawa kearah dirinya tertahan mundur. Maka terjadilah gesekan hawa yang menimbulkan desis suara yang ramai seperti ada ban gembes. Ternyata dua belas Hwesio yang lari berputar diluar kalangan itupun terdesak mundur satu kaki, dada merekapun terasa sesak.
Dua belas Hwesio yang bergerak menurut irama barisan ini memang berlandaskan Bu-khek-ki kang yang dikombinasikan dalam Thian-kan-tin ciptaan tunggal Go-bi-pay. Khikang jenis ini penggunaannya dikendalikan dengan kekuatan Lwekang yang bergabUng secara menyeluruh dari dua belas orang yang bergerak seirama, betapapun tinggi Lwekang seorang takkan kuat bertahan setengah jam dibawah tekanannya, kalau tidak putus napas dengan muntah da rah, pasti semaput kehabisan napas lihaynya luar biasa.
Hanya Pan yok-sin-kang dan Kim-kong-put-hoay-sin-kang saja yang mampu menandingi. Karena terdesak satu kaki, dua belas Hwesio itupun merasakan tekanan balik yang membuat napas sesak dada sakit, karuan mereka mengeluh dalam hati. Tapi mereka insaf lawan muda ini memiliki ilmu sakti yang luar biasa, meski mereka memiliki Lwekang tangguh, dengan kekuatan Thian-kan-tin juga belum tentu dapat mengalahkan lawan- Pada hal lawan sudah terkepung seperti binatang buas masukperangkap. disaat detikpenentuan kalah menang sudah mencapai titik terakhir, apapun mereka tidak mau berhenti sebelum ada yang roboh.
Sekonyong-konyong terdengar pula sebuah bentakan aba- aba. kebut dua belas Hwesio bergerak pula serabutan membawa deru keras yang menggetar laksana guntur, perbawa barisan saka langit ini memang luar biasa. Dua belas orang mengerahkan seluruh kekuatan, sehingga gerak kebut mereka menimbulkan pusaran angin puyuh yang keras tajam mengiris kulit, siapa yang tidak mengkirik dan pecah nyalinya melihat perbawa barisan yang jarang ada tandingannya ini.
Merasakan tekanan makin dahsyat Liok Kiam-ping terbakar amarahnya, ditengah lengking suitannya, mendadak lengan kanannya meroboh kebelakang, cui-le-kiam terlolos satu gertakan yang menimbulkan getaran sinar lembayung dua kaki panjangnya. Kiamping kerahkan tenaga dipusar, lalu dipusatkan kedua lengan, tangan kanan mengacungkan pedang. Dimana sinar lembayung berkelebat "Krak. krak" dua kebut terpapas putus.
Seluruh ilmu pedangnya berhasil mematahkan senjata lawan, bangkit semangat tempur Kiam-ping, maka gerak pedangnya dipergencar dimana sinar pedangnya berkelebat pergi datang, suara patahnya kebut bertambah banyak. Untung Liok Kiam-ping, tidak ingin menumpuk dosa maka serangan pedang nya diperhitungkan, kalau mau dua belas jiwa musuhnya itu sudah dibabatnya habis dalam sekejap.
"Berhenti." mendadak Pek-liau-Siansu membentak. Dua belas Hwesio Go bi itu segera berhenti serta kembali ketempatnya semula.
Pek-liau-Siarasu memberi hormat kepada Liok Kiam-ping, katanya: "Ilmu sakti Liok sicu memang hebat, Lolap amat kagum, kelak bila ada jodoh biar kita mohon petunjuk lagi selama gunung menghijau, biar airpun mengalir. Selamat bertemu Liok-sicu." lalu dia berpaling kearah Jik clok Tojin, katanya: "Lolap tidak becus, tidak mampu mengembangkan kejayaan perguruan, sekarang juga akan pulang gunung dan menghukum diri menghadap dinding menebus dosa. mohon maaf lolap akan pulang lebih dulu." tanpa menunggu reaksi orang banyak. segera dia pimpin dua belas muridnya meninggalkan tempat itu"
Pek clok Tojin seperti kehilangan sebelah lengan yang amat dipercaya, sikapnya tampak gelisah dan gugup, Tampak Liok Kiam-ping berdiri angkuh ditengah gelanggang, hakikatnya tidak pandang sebelah mata kepadanya. Maju dua langkah Pek-clok batuk-batuk kering lalu berbisik bisik dengan Kay-pi- tong The Hong. Akhirnya kedua orang mengunjuk senyum lebar dan sejuk.
Kay-pi-tong The Hong terkial-kial, katanya sinis: "Tuan mengagulkan kepandaian menindas orang, mau menang dengan alasan yang tidak masuk akal, kalau malam ini kalian tidak memberi pertanggunganjawab.jangan harap... "
Ai-pong-sut yang sudah menekan diri sejak tadi tak tahan lagi, tanyanya tersenyum: "Jangan harap apa?"
.Kalian bertiga jangan harap bisa pergi dari sini."
Berdiri alis Liok Kiamping.jengeknya: 'Kalian yakin dapat menahan kita?" Pek-clok Tojin menyeringai sadis. katanya: "Yakin memang sih tidak, tapi kalau kamu sudah membakar kemarahan masal, terpaksa... "
Liok-Kiam-ping tertawa besar, jengeknya: "Kawanan serigala, kalian maju bersama saja." sambil berkata kedua tangannya digendong dibelakang, sikapnya congkak dan mencemooh.
Kay-pi-tong The Hong naik pitam, bentaknya beringas: "Keparat, hayo maju." dibawah seruannya puluhan orang dari Bu-tong dan Kong-tong serentak merubung maju mengurung Liok Kiam-ping bertiga, mereka dihujani pukulan dari berbagai arah yang menimbulkan gejolak udara hingga terciptalah pusaran angin lesus yang keras..
Meminjam daya sedot angin lesus yang mumbul keatas, Liok Kiam-ping menjejak kaki. tubuhnya melambung lima tombak,
Pukulan serempak dari puluhan orang itu menyambar lewat dibawah kakinya, diudara Kiam-ping menekuk pinggang dengan gerakan indah dia menukik turun sambil menggentak kedua telapak tangan, maka jurus Liong-hwi-kiu-thianpun dilontarkan.
Wi liong ciang sejarah kuno yang sakti, sebelum tenaga pukulan mengenai sasaran, hawa udara telah menekan sang korban, ribuan bayangan telapak tangan bertaburan beriapis- lapis Jago-jago dari kedua pay itu hanya melihat bayangan orang berkelebat, disusul telapak tangan yang bertaburan disaat mereka melongo, angin kencang sudah menindih dari atas.
Ditengah jeritan yang disertai suara "Plaks plok" keras berapa tubuh orang terbang mencelat disertai Hamburan darah yang tercecer.
Rasa gusar Liok Kiam-ping agaknya tak terbendung lagi, karena musuh mengeroyoknya, maka serangan tidak mengenal ampunpun lagi, disaat tubuh menukik turun, mendadak dirasakan dua jalur angin pukulan yang dahsyat menggencet dari kiri kanan- Tak sempat melukai lawan lebih banyak, lebih dulu Kiam-ping membela diri telapak tangan yang terkembang mendadak ditariknya bila telapak tangan didorong pula kekanan kiri, maka terjadilah benturan keras "Blang bluk", Pek-clok Tojin dan The Hong terlempar mundur tiga kaki, beg itu keras goncangan yang mereka rasakan sehingga lengan pega l linu, darah hampir tertuang dari mulut, dalam hati mereka mengeluh bahwa segebrak mereka Sudah jatuh koban, mana berani maju lagi, sambil memberi tanda lekas mereka ngacir bersama murid- muridnya .
Walau musuh dipukul mundur tapi mengingat tugas yang diembannya semakin besar dan berat, Liok Kiam-ping betul- betul prihatin, maka perjalanan diteruskan dengan langkah berat. Malam itu mereka menginap dikota Happui. kentongan kelima dini hari mereka sudah siap berangkat, Liok Kiam - ping memberi tugas kepada Pang-yu setempat untuk menyebar berita supaya semua kumpul danseluruh kekuatan Hong luipang dipusatkan dimarkas besar Sepanjan jalan tak lupa dia pun mencari tahu siapa sebetulnya pengganas yang menggunakan Wi liong ciang.
Cuaca masih remang-remang Liok Kiam-ping berdua sudah kembangkan Ginkang berlari bagai terbang ditengah tegalan diluar kota mereka lewatjalan kecil untuk mempercepat perjalanan, pegunung an makin tinggi, makin sukar ditempuh, untung mereka memiliki kepandaian tinggi, menjelang lohor mereka makin masuk pedalaman yang tak pernah dijelajah manusia. Kini mereka berjalan dengan kecepatan tinggi, bayangan mereka laksana dua burung raksasa yang melesat kencang susah diikutipandangan mata.
Sudah enampuluh tahun, Ai-pong sut meyakinkan Ginkang, dan yakin selama itu jarang ketemu tandingan di Kangouw, maka dia ingin menjajal sampai di mana kekuatan lari sang Pangcu yang masih muda ini Dia kira betapapun tinggi dan tangguh kekuatannya, setelah diajak adu lari secepat dan sejauh ini, orang pasti ngos-ngosan napasnya. Tapi kenyataan meleset, dalam jangka dua jam mereka sudah menempuh seratus li lebih, waktu Ai-pong-sut melirik kekiri, dilihatnya Liok Kiamping masih berlari dengan santai, nafas tidak memburu, wajah tetap segar, hanya keringat yang membasahi jidat dan hidungnya. seolah-olah lari marathon ini tidak memeras tenaganya sedikitpun. Dengan tertawa Ai-pong-sut memuji:
"Tenaga dalam Pangcu memang tangguh sekali Losiu sungguh kagum sekali."
Liok Kiam-ping mengangguk kalem, katanya: "Ginkang Tianglo juga tiada bandingan dijagat ini, Kiam-ping belum pernah ketemu tandingan sehebat ini."
Lekas sekali mereka sudah tiba di Thio-keh-wan, sebuah kota kecil yang terletak di utara coh-ouw. Di sini sudah banyak orang lalu lalang, maka mereka kendorkan lari mereka dan berjalan seperti orang biasa.
coh-ouw penghasil ikan yang subur, pen-duduknya sebagian besar hidup dari hasil ikan, penduduk sekitarnya hidup makmur dan sentosa. Thio keh-wan. kota kecil tapipusat perdagangan banyak rumah makan, warung dan kedai berjajar sepanjang lalan raya, di dermaga tidak sedikitpula perahu-perahu pelancongan yang beri himpitan.
Liok Kiam-ping masuk kesebuah warung minuman, setelah melepas dahaga, mereka bertanya bagaimana menempuh perjalanan lewat air kearah selatan, lalu menyewa kapal.
Tengah mereka menikmati seca ngkir teh panas, tangga loteng berderap. dan laki-laki setengah umur muncul dari bawah, dari d and a nan mereka seperti orang dari golongan hitam. Setiba diatas loteng, sekilas mereka lantas menjelajah pandang keseluruh ruang. Seorang bersuara runcing terdengar memanggil: "Nah Jit-ko sudah datang, kita pasti mendapat berita gembira. Jit ko silakan duduk. "Lalu ditariknya sebuah kursi, Seluruh tamu yang ada diatas loteng menoleh kearah mereka.
Laki-laki yang jalan didepan mengunjuk rasa puas dan bangga, katanya tertawa: "Tidak ada apa-apa, kalian jangan sungkan." sembari bicara dan duduk dikursi yang disediakan.
Laki-laki yarg dipanggil Jit-ko ini memicing matanya lalu melirik kepada teman yang datang bersama dirinya, lalu berkata lirih dan hanya dapat didengar orang-orang disebelahnya: "Kejadian ini kurasa agak ganjil.padahal belum pernah kita bermusuhan, apalagi dengan pimpinan kita ada sedikit hubungan . kabarnva sesepuh Kun-lun-pay Bian- ciang Auwyang Tekspoh akan datang hari ini. Besok pasti akan ada tontonan ramai. "
”Jit-ko," laki-laki suara melengking tadi berkata "jangan jual mahal. Ada berita apa, coba katakan dihadapan kawan-kawan pokoknya makan minummu hari ini kami yang traktir."
Laki-laki yang dipanggil Jit-ko bergelaktawa katanya:" Bukan Hoa-coa (ular kembang) Li Jit seperti diriku ini suka membual, berita ini amat segar, masih baru dan belum pernah terjadi selama seratus tahun di Bulim, dalam wilayah Thio- keh-wan ini yakin belum ada orang kedua yang tahu akan hal ini" sampai di sini sengaja dia berhenti mengangkat cangkirnya minum seteguk teh.
"Sebetulnya ada peristiwa apa yang akan terjadi?" desak laki-laki suara runcing.
Hoa-coa Li Jit berkata kalem: 'Peristiwa besar. Pasti menggemparkan seluruh wilayah cohouw kita. cau-congkoan yang berkedudukan di Lo-san sedang pusing tujuh keliling karena adanya kejadian ini, maka dia pergi ke Lam Jiang mengundang Susloknya Bian Ciang Auwyang Tek-pok untuk membantunya, apakan bencana ini dapat mereka hindari, sekaligus menolong bencana yang akan menimpa seluruh rakyat dalam wilayah cohouw kita, besok tengah hari baru bisa kita ketahui"
Jit-ko peristiwa besar apakah itu, kenapa harus ngelantur panjang lebar, hayolah langsung saja katakan." Desak pula laki-laki bersuara runcing tadi.
Hoa coa LiJit berkata lebih kalem: "Kau memang selalu ribut. Urusan kan ada kepala dan adapula buntutnya, apa yang kukatakan baru permulaan, selanjutnya baru mulai kepersoalan." kembali dia meneguk air tehnya baru menarik suara dan berkata: "Dalam setengan bulan belakangan ini dalam kalangan Kangouw muncul seorang pernuda yang memiliki Lwekang tinggi, jejaknya tidak menentu, dia mengaku Sute dari Pat-pi kim-liong, dengan alasan hendak menuntut balas sakit hati perguruan, dengan Wi liong- ciang membunuh banyak kaum persilatan dari berbagai perguruan sehingga menimbulkan gelombang kegemparan di Bulim. Sebulan yang lalu dia kirim surat kepada cau- tong keh di Lo- san, menantang berkelahi, kalau tidak datang penguasa di coh-ouw akan dibabat habis, karuan cau tang- keh tak enak ma kan tak bisa tidur. untung dia mendengar kabar bahwa Susloknya Bianciang Auwyang Tek-pok berada di Lam ciang, maka buru-buru dia menyusulnya kesana, konon Auwyang Tek-pok pernah berkenalan dengan Pat-pi- kim-liong, maka bantuannya diminta untuk mendamaikan persoalan ini, mungkin besok slang mereka sudah kembali."
Mendengar cerita orang diam-diam Liok Kiam-ping saling pandang dengan Ai-pong-sut disamping lega juga bersyukur bahwa durjana itu akhirnya kepergok tanpa sengaja. Maka mereka menginap dikota kecil ini, besok pagi akan berangkat ke Los an melihat keadaan.
Pagi Harinya cuaca cerah. Liok Kiam-ping berdua menyewa perahu langsung menuju Ke Losan. Losan adalah sebuah pulau kecil yang berada ditengah danau. Perahu pesiar biasanya berjalan lamb at, maka sehari baru bisa sampai ketempat tujuan, namun Liok Kiamping memberi upah dua kali lipat mendesak tukang perahu melajukan perahunya lebih cepat. Untung cuaca baik perahu didorong angin buritan lagHingga sebelum tepat lohor mereka sudah tiba dipinggir pulau Losan-
Losan terletak dipusat coh-ouw, sejauh mata memandang air berpadu dengan langit. Markas Jik-coh-thi-ciang cau Hang dari Kun-lun-pay yang berkuasa diperairan coh-ouw, selama jadi penguasa dia memimpin secara adil, budiman dan derma wan-
Pulau kecil yang biasanya sepi Hari ini ternyata amat ramai, terutama kaum persilatan berduyun-duyun keatas pulau ini. Liok Kiam-ping suruh tukang perahu mendaratkan perahunya ditempat yang agak sepi, lalu beranjak kearah tengah pulau.
Mengikuti arus orang banyak yang berbondong-bondong, Kiam-ping tiba disebuah lapangan luas didepan sebuah perkampungan, disebelah utara berdiri dua tiang bend era yang besar dan tinggi, Dari kejauhan sudah kelihatan rumah- rumah gedung yang tersebar luas dengan aneka bentuknya yang megah dan artistik.
Dikanan kiri lapangan besar di bangun empat buah barak darurat, barak itu sudah penuh sesak. yang tidak kebagian tempat malah berdiri berdesakan dipinggir lapangan-
Menunggu setengah jam lamanya, daripintu gerbang perkampungan yang terbentang lebar, beranjak keluar dua laki-laki seragam ketat memasuki lapangan besar lalu berdiri di kanan kiri barak sebelah timur.
Ditengah tampik sora kpara hadirin, berbondong keluar pula serombongan orang-orang persilatan- Seorang yang jalan disebelah kiri bertubuh kekar dada lebar, lengan berotot, rambut alis.jeng got sudah beruban, wajahnya bersih dan putih. semangatnya tampak masih menyala, usianya pasti sudah menjelang delapan puluh. Begitu melihat kakek tua ini Liok Kiam-ping lantas kenal, siapa lagi kalau bukan Bian-ciang Auwyang Tek-pok yang pernah angkat saudara dengan dirinya.
Liok Kiam-ping pemuda supel dan suka bergaul, melihat sang engkoh tua berada di sini, dia sudah siap melompat keluar menemuinya, namun Aipong-sut telah menariknya, katanya perlahan: "Tujuan kami kemari membekuk durjana itu, sebelum durjana itu muncul, jangan kau unjuk dirimu dimuka umum."
Liok Kiam-ping baru sadar maksud kedatangannya, betapa penting arti dari tindakannya hari ini, maka dia mengangguk sambil tersenyum.
Sebelah kanan Auwyang Tekspok adalah laki-laki berusia lima puluhan, tubuhnya juga kekar namun agak pendek. wajahnya merah, bila tertawa suaranya lantang, namun terasa kedua alisnya selalu berkerut menandakan bahwa hatinya dirundung rasa kuatir, melihat sikap dan tutur katanya, laki laki inilah yang bernama cau Hong atau, cengu dari perkampungan diatas pulau Losan ini.
Dibelakang kedua orang ini berbaris serombongan pemuda- pemuda gagah sambil membusung dada, semangat mereka tampak menyala, wajahnya menampilkan rasa penasaran, jelas mereka adalah pembantu cau Hong yang berkuasa diperairan coh-ouw. Rombongan ini langsung menuju kebarak timur, mereka berduduk sesuai urutan.
Bila setangkaHlo terbakar habis, seorang pemuda pakaian ringkas berlari kearah barat timur, sebelah lutut bertekuk memberi hormat serta berseru: "Lapor cengcu, sekarang tepat tengah hari."
Thi-ciang cau Hong mengulap tangan lalu berdiri, sambil menjura keempatpenjuru dia berkata lantang dengan tertawa: "Hari ini tuan-tuan meluangkan waktu berkunjung keperkampungan kita, sehingga pulau kecil yang biasa sepi ini ramai dan penuh sesak. sungguh suatu kehormatan dan patut dibuat senang, terimalah ucapan terima kasihku." Kata sambutannya mendapat keplok ramai seluruh hadirin. Dengan tertawa cau Hong berkata pula:
"Berkat kerja sama sesama sahabat Bulim selama ini sehingga kami dapat mencari sesuap nasi dengan aman dan damai di sini, seluruh anak buahku adalah nelayan yang hidup sahaja, belum pernah melanggar atau berbuat salah atas kepentingan orang lain, apalagi bermusuhan dengan pihak manapun.
"Kali ini seorang yang mengaku Sute Pat-pi- kim liong yang Pangcu Hong-lui-pang mengundang orang she cau berunding, terus terang cayhe keheranan dan tidak habis mengerti, padahal pihak kami tidak pernah berbuat salah terhadap Hong- lui-pang.
"Sekarang waktu yang dijanjikan telah tiba. lawan belum juga datang, kemungkinan ingkar janji, maka diharap seluruh hadirin menjadi saksi, supaya kelak..."
Belum habis dia bicara mendadak seorang membentak dari arah sebelah barat. "Sejak tadi tuan muda sudah berada disini, kalian punya mata tak bisa melihat," belum habis bicara bayangan putih berkelebat meluncur ketengah lapangan- Betapa Cepat gerak tubuhnya menandakan bahwa Ginkangnya tidak rendah.
Kini Hadirin melihat jelas pemuda ini berusia dua puluhan, tampan dan gagah. alisnya gombyok matanya sipit memancarkan sinar sadis, wajahnya yang selalu tersenyum ejek kelihatan buas dan kejam. Begitu berdiri ditengah lapangan pemuda ini melirik kebarak timur sambil bertolak pinggang, sikapnya angkuh seperti menunggu jawaban. Bergegas cau Hong berdiri lalu tampil beberapa langkah. katanya menjura kepada pemuda itu: "Apakah Siauhiap adalah sute Pat-pi-kim-liong?".
Pemuda itu mendengus, jengeknya: "Tuan sudah tahu buat apa tanya lagi?" cau Hong menekan amarah, tanyanya: "coba Siauhiap terangkan maksud kedatanganmu."
Sejak berdiri ditengah lapangan pemuda itu memejam mata. baru sekarang dia membuka mata, katanya dengan tertawa besar:
"Bagus, tidak banyak permintaan siauya, hanya satu yaitu batok kepalamu, lalu bubarkan seluruh anggotamu. cayhe hanya menjalankan perintah, segala pertanggungan jawab, boleh tanya kan kepada Suhengku Pat-pi- kim-liong. cengcu, waktu jangan dibuang percuma, bagaimana pertandingan ini diadakan, boleh kau saja yang memilih Caranya." habis bicara kembali dia terkial-kial, sikapnya begitu pongah seolah-olah cau Hongpasti dapat dikalahkan dengan mudah.
Karuan cau Hong gusar mencak-mencak seperti kebakaran jenggot, matanya melotot bundar, hadirinpun banyak yang ma rah dan mengepal tinju, terutama Liok Kiam-ping juga gemetar saking murka. Ingin rasanya dia lompat kegelanggang dan pukul mampus pemuda kurang ajar ini. sebelum dia bertindak Ai-pong-sut sudah menekan pundaknya. Katanya: "Tonton dulu permainannya dari alira n mana, belum terlambat nanti kau turun tangan."
Sementara itu pertandingan sudah dimulai. Thi-ciang cau Hong menggunakan Liok-hap Ciang, dia bertahan secara ketat, setiap serangannya bertenaga kuat dan kokoh, latihan pukulannya memang sudah matang.
Tapi pemuda itu kembangkan Ginkangnya yang tinggi berlompatan kian kemari, dia layani serangan cau Hong dengan santai, seperti tidak banyak mengeluarkan tenaga, sikapnya yang pongah sungguh menyebalkan, namun gerak geriknya memang lincah dan sebat, meski diserang gencar hanya main kelit saja, belum pernah balas menyerang.
Makin serang makin sengit cau Hong, ia mainkan Liok-hay- ciang dengan seluruh tenaganya, yang dijotos dan digenjot adalah Hiat-to mematikan ditubuh lawan, setiap pukulannya membawa deru angin, tinjunya memberondong dari enam penjuru yang menjurus kesatu titik sasaran-
"Serangan bagus." pemuda itu membentak enteng, tubuhnya berkisar dengan gerakan gemulai, padahal Thi-ciang cau Hong sudah menyerang sepenuh tenaga, namun ujung pakaian lawanpun tak mampu disentuhnya Memang pernah terjadi pemuda itu berkelit seCara kaget dan melompat dengan gerakan gugup menghindari serangan mematikan cau Hong. namun setiap kali dia balas menyerang, cau Hong didesaknya mundur.
Tiga puluhjurus kemudian Telapak besi cau Hong makin Ciut nyalinya, dia tahu kalau pertempuran berlangsung lebih lama pasti dirinya yang Celaka akhirnya, maka dia bertekad untuk mengeluarkan pan-yok-ciang yang tidak pernah dia mainkan kepada lawan mendadak dia menghardik: "Awas Siauhiap lihat seranganku.' telapak tangan bergerak sebelum mulutnya habis bicara, bayangan telapak tangan bagai Hujan lebat memberondong dari sudut yang tak terduga oleh sipemuda hingga berbagai Hiat-to ditubuhnya terancam."
"Nah, kan begini.' ucap sipemuda tertawa enteng. Seba tsekali diapun merobah gerakan, dari timur mendadak dia berkelebat ke barat, gerak geriknya secepat angin dan yang terlihat hanya bayangan putih yang mengelilingi bayangan telapak tangan lawan-
Pan-yok- ciang adalah ajaran tunggalpelindung gunung Kun-lun-pay, sejak lama pernah menjagoi Bulim, murid yang tidak punya bakat dan kecerdikan luarbiasa, tak diperbolehkan mempelajari ilmu pukulan ini, pukulan ini berlandaskan kekuatan tenaga dalam, dalam arena setombak terlingkup dalam kekuatan angin pukulan, bila ilmu ini diyakinkan mencapai paling top. dengan pukulan tangan kosong sudah mampu bikin lawan semaput karena sesak pernapasannya, maka para murid sudah diperingatkan, kalau tidak teramat genting dilarang menggunakan pukulan lihay ini.
Mengingat Ginkang dan permainan silat pemuda baju putih ini amat lihay, urusan menyangkut mati hidup ratusan penduduk pulau Los an dan ribuan rakyat dalam wilayah coh- ouw, demi keselamatan jiwa raga sendiri pula, terpaksa cau Hong keluarkan ilmu simpanan perguruannya. Namun betapapun cau Hong merangsak sekuat tenaga dengan segala kemampuannya, tetap tak mampu mendesak lawannya.
Disamping heran, kaget pula hati Liok Kiam-ping dan Ai- pong-sut yang menonton dari pinggir lapangan, sejauh ini mereka belum berhasil menyelami dari aliran mana permainan silat sipemuda. Maklum karena pemuda ini jarang balas menyerang, padahal Ginkang tinggi dimiliki oleh banyak perguruan, kelincahan pemuda seperti mencakup kepandaian berbagai perguruan, jadi sukar diraba asal usulnya.
Liok Kiam-ping memeras otak. lalu menepekur, akhirnya teringat olehnya gerakan tubuh seorang mirip pemuda ini, terutarna di kala berputar, namun kenyataan hal itu tidak mungkin, karena jing san-biau-khek adalah murid penutup dari Ham-ping Lomo, sejauh ini belum pernah dengar dia punya seorang Sute. Namun jantung Liok Kiam-ping berdebar- debar, wajahnyapun mengulum senyum lebar, mulutnya menggerutu perlahan: "Ya, pasti dia, pasti dia"
Sementara itu perobahan telah terjadi ditengah gelanggang. Mendadak pemuda baju putih membentak: "Awas perhatikan, cayhe akan balas menyerang."
Belum habis bicara lengan kanannya sudah berputar lalu menegak tinggi didepan, maka terlontarlah serangan jurus Liong-kiap-sin-gan. Tampak bayangan telapak tangan bertaburan diudara memberondong dari berbagai jurusan kearah cau Hong. Angin menderu, perbawa serangannya memang hebat. Jelas tulen adalah ajaran Wi-liong-pit kip..
Cau Hong berdiri kebingungan tak tahu bayangan telapak dari arah mana yang harus disambutnya, mendadak didengarnya suara lantang berkata: "Sutit jangan kaget, lekas mundur." lenyap suaranya orangnyapun tiba, segulung tenaga sedahsyat amukan gelomban pasang menerjang kearah pemuda baju putih. Dalam detik gawat ini terpaksa Auwyang Tek pok turun gelanggang menolong jiwa murid keponakannya. Meski usia sudah lanjut namun tenaga dalamnya masih cukup tangguh, untuk menolong jiwa Sutitnya lagi maka serangan menggunakan setaker tenaga.
Mendengar peringatan sang Susiok lekas cau Hong menjatuhkan diri menggelundung kebelakang sejauh dua tombak. Syukur jiwanya selamat, ramun badannya sudah mandi keringat.
"Byaar" ditengah ledakan dahsyat. Pemuda baju putih tergentak mundur satu langkah. Sementara Auwyang Tekspok tertahan turun dan anjlok ditanah.
Berdiri alis pemuda baju putih, mukanya bengis desisnya menyeringai: "Membokong dan menyergap terhitung jago macam apa, kakek tua bangka, sebutkan dulu namamu."
Auwyang Tek-pok tertawa besar, katanya: "Bergebrak di arena, yang menang itulah yang kuat, Losiu Auwyang Tekspok untuk menolong jiwa Sutitku, terdesak oleh keadaan, terpaksa bcrtindak diluar garis, bahwasanya tidak bertujuan membokong siauhiap buat apa kau ma rah- ma rah"?"
Pemuda bajuputih mendengus, serunya: "oh, maaf kurang hormat, kiranya cianpwe dari Kun lun-pay. gelagatnya persoalan hari ini kaupun turut Campur, begitupun baik, menambah keramaian malah. "
Tegak alis Auwyang Tek-pok, dia tahan amarahnya, katanya serius: "Mohon tanya Siauhiap. dimana Suhengmu Pat-pi kim-liong. Tahun lalu dikota Lam- ciang pernah bertemu dengan Lohu, entah Siauhiap tahu tidak akan hubungan dengan dia, kuharap kau bicara sejujurnya, supaya tidak timbul salah paham."
Pemuda baju putih tertawa pongah, katanya dengan nada sinis: "Suhengku sudah ke utara, belum pernah aku dengar dia berkenalan dengan kau, Siauya hanya menunaikan tugas. segala persoalan boleh kau tanya dan dia yang akan bertanggung jawab bila dia kemari."
Liok Kiam-ping sudah tidas tahan lagi, untung Ai-pong-sut masih membujuknya, maka dia hanya hanya kertak gigi sambil menggereget saja. M enurut pandangan Ai-pong-sut, meski pemuda baju putih berkepandaian tinggi, rasanya tidak akan kuat melawan pukulan Auwyang Tek-pok, biar dia dihajar dan dikalahkan, setelah orang pergi baru mencegatnya, namun Ginkang pemuda ini cukup tinggi, jika lena celaka kalau sampai dia meloloskan diri, kelak pasti sukar membereskan dia.
"Pongah betul kau bocah kemaren sore ini." seru Auwyang Tek-pok tertawa gusar," terpaksa Losiu mewakili suhengmu memberi hajaran kepadamu." '
’Apa kemampuanmu keluarkan saja, buat apa cerewet. Masih banyak urusan yang harus Siauya selesaikan, tiada tempo aku menunggu lama." demikian semprot si pemuda.
Sudah delapan puluh tahun usia Auwyang Tek-pok. kapan ada orang berani kurangajar kepadanya, namun dia menahan sabar, bentaknya: "Anak muda, lihat serangan-" kedua tangan perlahan dia dorong kearah si pemuda, dorongan kedua tangannya menimbulkan segulung tenaga lunak yang kuat.
Disinilah letak keistimewaan Bian-ciang, kelihatannya tenaga pukulannya lunak atau empuk. pada hal kokoh kuat dan ulet, jikalau lawan memukul balikpula, semakin besar tenaganya daya lawannyapun bertambah besar malah sambung menyambung sehingga lawan tak berkesempatan ganti napas, lihaynya luar biasa.
Ternyata pemuda baju putih juga kenal kelihayan pukulan lawan, maka dia tidak balas memukul, namun berkelebat menyingkir dari daya capai pukulan lawan- Begitu kaki menyentuh tanah secepat kilat tubuhnya berkisar, lengan kanan melingkar lalu tegak didepan, dari samping jurus Liong kiap sin-gan dia lontarkan.
Melihat lawan melompat menyingkir, Auwyang Tek-pok lantas mengendorkan pukulannya, namun apapun dia tidak menduga bahwa gerak geriknya pemuda ini bukan saja cepat lagi tangkas, reaksinyapun cekatan- Untung dia berpengalaman, Lwekang tinggi lagi, terutama tiga jurus permulaan Wi-liong ciang-hoat, pernah dia memperoleh penjelasan lisan dari Liok Kiam-ping, meski diserang sedikitpun dia tidak gugup, serangan lawan dihadapi dengan tabah. Namun serangan memang teramat cepat dan tangkas, maka waktu berkelit kelihatan gerak geriknya sedikit gugup, Sebelum dia menegakkan badan. Pemuda baju putih kembali membentak: "Sambut lagi jurus ini."
Lenyap suaranya kakinya menjejak tanah orangnya melambung ke udara, kali ini dia melancarkan jurus Liong- hwi-kiu-thian, seiring dengan tubuhnya yang menukik turun, bayangan telapak bertaburan diudara mengurung beberapa kaki disekitar tubuh Auwyang Tek-poh.
Bian-ciang Auwyang Tek-pok sadar bahaya mengancam jiwanya, sebelum dia bersiaga bayangan telapak tangan sudah menindih turun, dalam gugupnya masih sempat dia kerahkan dua belas bagian tenagan balas memukul keatas. Ditengah led akan keras, kedua kaki Auwyang Tek-poh tergetar amblas tiga dim kedalam tanah, sekuatnya masih mampu dia mempertahanhan dirinya, namun bulu kuduk sudah berdiri.
Pemuda baju putih berputar sekali Hinggap ditanah, namun sekali tutul tubuhnya mencelat maju pula sambil melontarkan jurus Liong-iau-king-thian, kali ini serangan dilontarkan tanpa memberi peringatan. Padahal Auwyang Tek-poh tak mampu banyak bergerak sementara angin pukulan sudah melanda dari belakang, dia tahu bahwa dirinya takkan terhindar dari renggutan elmaut. Sedetik lagi jiwanya kalau tidak mampus pasti luka parah.
Pada detik yang gawat itulah mendadak menggelegar bentakan seorang: "Lo kokojangan kaget, biar Siaute membereskan sampah persilatan ini." belum habis suara itu bicara, segulung tenaga dahsyat telah memburu tiba dari atas sehingga gerakan sipemuda baju putih tertahan.
Merasa pukulan dahsyat lawan, mendadak tertahan lekas Auwyang Tek-poh melompat minggir sambil menoleh, dilihatnya Liok- Kiam-ping adik muda nya meluncur turun dari tengah udara
Pemuda baju putih kaget terbeliak. perasaannya menjadi dingin, batinrya: Kamu bocah keparat itu masih diutara, kenapa bisa muncul disini, mungkin hari ini ajalku akan tamat disini." sambil mengerut kening, benaknya sudah merancang bagaiman dia harus melarikan diri, namun dia bersikap wajar, katanya: "Siapa tuan, kenapa mencampuri urusan kami, terimalah saran cay he, lekas menyingkir saja supaya kau tidak ikut celaka.
Amarah Liok Kiam ping sudah hampir meledak sejak tadi, bentaknya: "Hong lui-pang tiada permusuhan apa dengan kau, bukan saja menfitnah kita, kaupun menimbulkan amarah berbagai perguruan, siapa biang keladi perbuatanmu, dari manapula kau belajar Wi-liong-ciang bicaralah sejujurnya, Pangcu tidak akan menarikpanjang urusan, memberikan hukuman sepantasnya kepadamu."
Ciut nyati pemuda baju putih melihat perbawa Liok Kiam- ping, namun diapun punya watak angkuh, kapan dia pernah tunduk kepada orang lain, dihadapan umum mana dia mau dimaki dan disalahkan. saking gusar dia lupa untung rugi dari perbuatannya selama ini katanya sambil tertawa ding an, "cayhe mendapat budi kebaikan leluhur Wi liong- ciang-hoat diwariskan kepadaku, mengemban tugas perguruan cayhe mengembara di Kangonw untuk menuntut balas deadam perguruan, maka jabatan ciang bun sepantasnya akulah yang menjabatnya, kau berani memalsu diri mengaku sebagai Pangcu segala, berarti meremehkan undang-undang perguruan kalau tahu diri lekas bunuh diri saja. sungguh tidak tahu malu kau berani unjuk diri dihadapan umum."
Sebelum Liok Kiam ping mencercahnya, orang sudah menuduhnya malah, karuan seperti api disiram minyak amarah Liok Kiam-ping, bentaknya: "Bedebah tidak tahu malu, sebelum dihajar kau takkan kapok dan mengakui kesalahan. "Baiklah akan kubekuk kau dan dihukum sesuai perbuatanmu, kalau kau bebas berkelana, bagaimana Hong-lui-pang bisa tegak di Bulim, nah kurcaci serahkan nyawamu." maju selangkah dua tangan lantas menyerang dengan jurus Liong - kiap-sin-gan. Karena gusar serangannya sepuluh bagian tenaga, apa lagi Liok Kiam-ping, memperoleh ajaran lebih murni dari perguruan lwekangnya tangguh lagi, maka serangannya ini sedahsyat gugur gunung, perbawanya jelas berlipat ganda dari keampuhan pukulan pemuda putih tadi.
Pemuda baju putih terbeliak kaget, mana dia berani menyambut, lekas dia kembangkan kesebatan gerak tubuhnya. menuyingkir dari damparan angin pukulan lawan untung dia sendiri juga menguasai pukulan ini, tahu cara bagaimana harus menyelamatkan diri, kalau tidak jiwanya sudah melayang. Liok Kiam-ping tahu hanya sejurus belum mampu membekuk lawan, begitu lawan berkelebat minggir dia susuli lagi dengan jurus Lloug-hwi-kiu-thian dan Liong-jiau- king-thian sekaligus. Kali ini serangannya dilancarkan serempak dengan kecepatan tinggi lagi. hingga hadirin tiada yang melihat jelas bagaimana Liok Kiam-ping melancarkan serangannya. Ginkang pemuda baju putih memang memiliki kelihayannya sendiri, disaat dia menyingkir meskijiwanya selamat, namun dia juga insaf jiwanya hampir saja direnggut elmaut. Maka setelah tiga jurus serangan Liok Kiam-ping dapat dihindarkan dia berpikir "Wi- liong- ciang hanya tiga jurus, coba lihat masih punya simpanan ilmu apa yang dapat kau gunakan."
Sayang sebelum pikirannya ini lenyap dalam benaknya, kedua lengan Liok Kiam-ping sudah berputar dari kanan kiri lalu berpadu ditengah dalam jurus Wi-liong-ting-gak. yang jarang digunakan telah dilancarkan.
Maka terdengarlah "Blang" yang keras, bayangan putih mencelat terbang setombak jauhnya.
Perlu diketahui bahwa ajaran tunggal suatu perguruan yang putus turunan umumnya harus dipelajari sendiri berdasarkan bakat dan kecerdasan penemunya. dahulu Kiu-thian-sin- liong cianpwe dari Hong-lui bun dan Lui Giok juga hanya berhasil menyelami tiga jurus saja, jurus keempat Wi-liong-tin-gak ini adalah hasil ciptaan Liok Kiam-ping sendiri berdasarkan penemuannya, selama ini jarang dia gunakan, maka kaum Bulim umumnya mengira bahwa Wi-llon-ciang hanya terdiri tiga jurus, tak heran kalau pemuda baju putih kecundang disaat tidak siaga.
Begitu terbanting jatuh pemuda baju putih menghamburkan darah segar, kaki tangan kelejetan sebentar lalu jatuh semaput.
Maka Liok Kiam-ping menghampiri Auwyang Tekskok serta memperkenalkan kepada Ai-pong-sut orang banyak merubung maju menunggu perkembanganselanjutnya.
Sesaat kemudian baru pemuda baju putih sadar, tahu dirinya terluka parah, untuk lolos jelas tidak mungkin, maka matanya hanya dipicingkan uutuk memandang orang-orang disekelilingnya, setelah menghela napas, dia pejam mata pula. Liok Kiam-ping tidak tega, katanya dengan nada kalem: "Siauhiap ada kesulitan apa, boleh kau terus terang saja, bila persoalan memang masuk diakal dan patut dipertimbangkan, kami pasti bertindak secara adil kepadamu."
Pemuda baju putih berkata rawan: "Kalian tentu masih ingat.Jing-san biau khek?"
"Maksudmu murid Ham-ping Lomo yang paling disayang itu? pernah apa dia dengan Siauhiap ?
Kecut tawa pemuda baju putih, katanya:
"Dia adalah engkohku, waktu dia pulang membawa luka parah dulu, sempat dia ajarkan tiga jurus Wi-liong-ciang kepadaku, diapun berpesan supaya kelak aku menuntut balas sakit hatinya, maka aku giat berlatih, namun sudah kekuatan sendiri tidak mencukupi, untung bulan lalu Ham-ping-kiong memberi petunjuk supaya dengan Wi-liong-ciang aku membunuh murid-murid lima perguruan besar dengan melimpahkan dosa-dosa ini kepihak Hong-lui-bun. sementara seluruh kekuatan mereka beserta jago-jago silat yang berhasil mereka kumpulkan langsung meluruk kemarkas besar musuh di di Kwe Hun ceng. Sekarang cayhe tertaw n, mau bunuh atau disembelih terserah, kalian boleh turun tangan-"
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: Demi mengejar keinginan pribad isaudara tak segan melakukan kejahatan, walau persoalan sudah jelas, namun orang orang kelima perguruan besar masih menunggu penyelesaian, untuk ini Hong-lui-pang kita tidak bisa membantu dirimu menyelesaikan." lalu Kiam-ping berpaling kearah Auwyang Tekspoh, katanya: "Karena peristiwa ini, hampir saja Siaute bentrok dengan kelima perguruan besar itu, syukur Hoat-pun Siansu berpikir secara obyektif. beri hati luhur dan bajik, maka kujanjikan setengah bulan untuk membongkar perkara ini, dalam jangka waktu yang kujanjikan itu akan memberi pertanggungan jawabku ke Siau-lim-si. Sekarang markas besar kita sedang terancam bahaya, aku kuatir pihak Ham- ping-kiong sudah meluruk keselatan maka Siaute harus lekas kembali ke Kwe-hun-ceng, waktu tidak mengizinkan Siaute pergi ke Siau-lim-si, untuk ini aku mohon bantuan Lokoko mewakili aku ke sana."
Auwyang Tekspoh bergelak tawa katanya: "Tugas ini boleh kau serahkan kepadaku, jangan kuatir pasti kuselesakan dengan baik, besok juga aku akan berangkat ke Siau lim si.'
Setelah mengucap terima kasih Liok Kiam-ping menjura lalu mohon diri bersama Ai pong-sut mereka naik perahu kembali kekota.
Ingin rasanya tumbuh sayap supaya segera terbang kembali ke Kwi-hun-ceng, untunglah kembalinya mereka naik kapal besar milik cau Hong, kalau datangnya setengah hari perjalanan pulangnya hanya memerlukan duajam, Hari telah petang malam itu mereka menginap disebuah hotel, maklum us ia sudah lanjut, setelah hilir mudik satu hari, beg itu masuk kamar Ai-pong-sut lantas tidur mendengkur.
Sebaliknya Liok Kiam-ping banyak pikiran, hatinya gundah tak bisa tidur. Seolah-olah terbayang dalam benaknya Ham- ping Lomo dan kamrat-kamratnya sedang menggempur KwHun Ceng, korbantelah berjatuhan, makin dipikirperasaan makin tak karuan. Mendadak Liok Kiam-ping melompat bangun sambil membangunkan Ai-pong-sut, katanya:
"Hayo berangkat,"
Ai-pong-sut juga tidak banyak bicara, begitu bangun segera dia ikuti Liok Kiam-ping melompat keluar lewat jendela setelah meninggalkan sekeping uang diatas meja.
Jalan yang mereka tempuh tetap pegunungan yang belukar, selama beberapa hari menempuh perjalanan tanpa istirahat, betapapun tinggi Lwekang mereka, akhirnya merasa payah juga. Pada sebuah kota kecil, pagHari itu mereka mengisi perut sambil mencari berita. Sejak Hong lui-pang berdiri, dalam wilayah ciat-kang, dikota besar kecil atau desa desa sekitarnya iidak sedikit Liok Kiam-ping menanam anggotanya yang dipimpin oleh kader-kader pilihan yang telah digembleng dari markas besar, tidak heran kalau Hong- lui- pang berkembang pesat dan berkenan dihati rakyat karena mereka membela kebenaran, mendukung pihak lemah demi kesejahteraan hid up mereka. Di mana saja dalam wilayah ciat-kang siapa-siapa tidak unjukjempol bila membicarakan Hong- lui-pang.
Hari ini mereka tiba dikota Hing-an, kota sedang initerletak dipersimpangan jalan antar kota, maka perdagangan di sini Cukup ramai, penduduknya hidup makmur, di sini Hong- lui- pang juga mendirikan Cabang, namun situasi sekarang agak genting, waktu Liok Kiam-ping tanya tentang Hong- lui-pang kepada seorang penduduk. yang di tanya ternyata menggeleng ketakutan terus menyingkir namun Kiam-ping tidak putus asa dia masihputar kayuh keberbagai tempat yang strategis namun tanda rahasia Pang mereka juga tidak ditemukan. Mereka tahu situasi telah berobah genting, bukan mustahil seluruh anggota Hong- lui-pang telah mengundurkan diri atau sudah mengalami bencana, sore itu mereka mengisi perut sekedarnya, lalu cari hotel dan masuk kamar istirahat. Menjelang kentong ketiga Ai-pong-sut kembali meletakan sekeping perak diatas meja, bersama Liok Kiamping mereka melesat keluar lewat jendela menuju kearah barat laut, keduanya mengembangkan Ginkang tinggi, maka gerak tubuh mereka seperti jalur asap yang memanjang putih, laksana kilat meluncur kedepan.
Duajam kemudian seratus li lebih telah mereka capai, saat itu fajar sudah hampir menyingsing, kota Kim-hoa sudah kelihatan tak jauh didepan, kota ini penduduknya padat, perdagangan tidak kalah ramainya dari kota Hing-an yang lebih kecil, apa lagi Hari itu hari pasaran, maka banyak pedagang yang sepagi itu sudah siap berangkat dan banyakpula yang sudah menjublek didepan pintu kota. Makin dekat kota orang makin banyak, maka Kiam-ping berdua tak berani mengembangkan Ginkang lagi, mereka membelok ketimur lalu kembangkan Ginkang pula memutar kota menuju keselatan lewat tanah tegalan yang belukar, namun kecepatan jalan mereka dua lipat dari orang biasa. Sehari ini mereka tidak istirahat atau masuk kota, menjelang magrib mereka sudah memasuki wilayan ceng-than, semakin dekat mereka merasa perlu mencari tahu situasi, maka mereka masuk kota, disuatu tempat mereka tengah Celingukan mencari tanda-tanda rahasia yang amat mereka perlukan.
Dari tempat gelap dipojok sana mendadak muncul seorang pemuda berpakaian ketat, secara lihay dia menggerakan tangannya memberi tanda khas kearah Liok Kiam-ping lalu menyelinap ketempat gelap.
Liok Kiam-ping adu pandang dengan Ai-pong-sut, mereka maklum apa arti tanda rahasia itu, dengan kalem segera mereka menuju ketempat gelap itu. Beberapa puluh langkah kemudianpemuda pakaian ketat itu mendadak berhenti serta membalik tubuh terus menekuk sebelah lututnya serta memberi hormat kepada Liok Kiam-ping, katanya dengan suara sedih: "Hamba ong Siang, atas perintah Jin-hong-tong Tongcu, sudah lama menunggu kedatangan Pangcu di sini."
Liok Kiam-ping tahu bahwa perobahan telah terjadi markas besar, lekas dia tanya: "Jangan banyak adat, lekas tuturkan kepadaku apa yang telah terjadi."
ong Siang mundur selangkah lalu berdiri tegak. katanya dengan muka getir: "Selama beberapa minggu sejak Pangcu berangkat keutara, keadaan aman sentosa, namun sejak minggu lalu mendadak muncul belasan jago-jago kosen dari golongan hitam dan aliran putih yang menyatakan akan menumpas dan menghancurkan Hong- lui-pang kita, tanpa memberi pernyataan resmi, mereka langsung meluruk kemarkas besar" syukur para Tong-cu, kita berjuang mati- matian baru musuh berhasil dipukul mundur. Malam itu juga beberapa murid kita diutus keberbagai tempat untuk memberi kabar disamping mengirim kabarpula kepada Pangcu.
"Tiga hari yang lalu, jago-jago Ham-ping-kiong dan Lo-hu- to di Lamhay meluruk bersama, situasi makin tegang dan mendesak, berbagai cabang yang berdiri diberbagai kota, secara berencana telah ditumpas habis oleh mereka, berita- berita buruk susul menyusul berdatangan.
Jago-jago Ham- ping- kiong dan -Lo-hu-to amat bengis dan kejam, mereka turun tangan secara telengas, tidak sedikit korbanjatuh dipihak kita, pada haltenaga yang ada dimarkas besar amat terbatas, menjaga yang ini kehilangan yang itu, maka sebagian bangunan telah dibakar dihancurkan musuh, tapi korban dipihak musuh juga tidak sedikit.
"Gelagatnya pemimpin besar mereka belum tiba, maka setelah bertempur semalam suntuk, lekas sekali mengundurkan diri, namun menyatakan dalam tiga hari mereka pasti akan membumi Hangus seluruh markas besar kita, anjing ayampun takkan ketinggalan hidup.
"Para Tongcu kuatir bila iblis laknat pimpinan musuh tiba, kekuatan yang ada dipusat jelas takkan kuat melawannya, maka dipilih beberapa anggota berani mati dlutus keluar markas menyelundup keluar, kepungan musuh menunggu kedatangan Pangcu. Agaknya Tecu mendapat anugrah dari Thian Yang Maha Kuasa, syukurlah harapan kita terkabul, api Sekarang sudah menjelang waktu yang dijanjlkan, kemungkinan pertempuran sudah berlangsung dimarkas pusat."
Betapa murka Liok Kiam-ping mendengar laporan ong Siang, Sambil mengertak gigi dia mendesis: "Kurcaci yang tak habis diberantas, hayolah cepat." belum habis bicara tubuhnya sudah mendahului meluncur ketengah udara. Ai - pong - sut tidak mau ketinggalan, sekali jejak diapun melesat kencang kearah Kwi-hun ceng. Hanya dalam waktu setanakan nasi, Kw-hun-ceng sudah kelihatan di kejauhan, suara pertempuran yang gaduh juga sudah mulai terdengar.
Liok Kiam-ping kembangkang Ginkang Eng-ih-kiu-coan, tubuhnya melambung makin tinggi sambil berputar meluncur dipucuk pohon terus menukik turun, melompati sungai pelindung perkampungan, secepat kilat dalam dua tiga kali lompatan jarak jauh dia sudah terjun keajang pertempuran.
Pertempuran berlangsung diluar perkampungan, mayat sudah bergelimpangan, darah mengalir, jeritan demijeritan menambah korban.
Liok Kiam-ping tarik napas, tenaga murni dipusar dikerahkan lalu menghardik: "Berhenti." Lwekangnya yang tinggi dikerahkan, sehingga Say-cu-hong (auman singa) yang di lancarkan laksana geledek menggelegar, seluruh hadirin yang lagi baku hantam seperti pekak kupingnya, ternyata semua melompat mundur dan pertarunganpun berhenti.
Melihat Liok Kiam-ping datang laksana malaikat yang terjun dari langit, sungguh bukan kepalang girang orang-orang Hong-lui-pang, serempak mereka bersorak menyambut: "Pangcu." beramai mereka merubung maju.
Lekas Kim-ji-tay-bong pentang kedua tangannya meredakan suasana haru dan girang ini, langsung dia maju kedepan Liok Kiamping, sejak dia berdiam diri menekan emosinya yang masih menggejolak sanubarinya, namun mata menjadi merah, tenggorokan seperti disumbat, lidahpun kelu tak mampu bicara.
Dengan sabar dan penuh semangat Liok Kiamping tepuk pundaknya, katanya: "Aku sudah tahu, kalian tidak perlu bersedih, hari ini kita akan menuntut keadilan kepada mereka, kau boleh istirahat dan tolong yang terluka." Tersipu Kim ji-tay-tay-beng mengiakan sambil memberi hormat lalu mengundurkan diri.
Sementara musuh yang menyerbu juga mengumpul jadi satu diluar kampung, jumlah mereka jauh lebih banyak. kira- kira seratus orang. Agaknya kedatangan Liok Kiam-ping cukup menggetar nyali mereka.
Liok Kiam-ping mendekat dan berhenti tak jauh didepan Ham-ping Lomo, saking murka dia dapat menekan perasaannya malah, katanya dengan tertawa ramah: "Sungguh tak nyana. setua ini kau dapat bertindak lebih cepat dari cay he, mohon tanya siapakah kedua orang tua ini, siapa nama julukannya ?"
Hamping Lomo juga tertawa ramah, katanya: Siaute, tempo hari kuampuni jiwamu, hari ini jangan harap kau dapat meloloskan diri, dendam kesumat kita harus dibereskan hari ini." lalu dia tuding orang tua di sebelah kiri, bertubuh gemuk bera lis putih, "Inilah Hu-to sin-kun yang berkuasa di Hu-lo-to di Lam hay." lalu dia tuding nenek tua bertubuh krempeng memegang tongkat besi di sebelah ka nanny a, "inilah sumoay Hu-losin-kun yang dijuluki Bok-bin-sin-po anak muda, boleh kau berkenalan dengan mereka ber dua. "
Liok Kiam-ping bergelak tawa, serunya:
'Maaf cayhe kurang hormat. Agaknya kalian datang dengan maksud tertentu. Syukurlah kedua pihak dapat kumpul hari ini, persoalan kedua pihak harus dibereskan secara tuntas hari ini, Sin-kun betul tidak menurut pendapatmu.?'
Memicing kata orang tua gemuk. katanya dengan seringai dingin: 'Ya, itulah maksud perjalanan Lohu beramai kemari Anak muda, Kalau kau tahu jumlah kami lebih banyak. boleh kau sebutkan Caranya, Losiu pasti akur saja."
"Tamu mengikuti kehendak turun rumah, namun orang she Liok tidak akan merugikan kalian" demikian ucap Liok Kiam- ping, "tapi sebelum pertarungan dimulai, ada beberapa persoalan cayhe mohon penjelasan dari pihak Ham-ping- kiong." lalu dia menoleh kearah Ham-ping Lomo. katanya lebih lanjut: "Pepatah ada bilang ada hutang harus dibayar, hutang darah dibayar darah, demikianlah kehidupan insan persilatan, untuk membereskan sakit hati dan permusuhan digunakan cara berkelahi, kepandaian menentukan, siapa kuat dan menang, permusuhan kita memang sudah bertumpuk maka penyelesaian boleh dilakukan secara terbuka. Apa la cur, kau menganjurkan adik Jing-san- biau-khek meminjam kebesaran nama kita membunuh murid-murid lima perguruan besar dengan tujuan mengadu domba mereka dengan kita sehingga kaum Bulim takkan hidup dalam suasana damai, apakah perbuatan kotor dan keji serta memalukan ini tidak meruntuhkan pamor Hamping-kiong yang sudah puluhan tahun?"
"Adik Jing-san-biau-khek belum pernah muncul di Kangouw. Muncul dan perbuatannya di Bulim belum diketahui orang, apakah kedoknya sudah terbongkar dan dibekuk lawan, kalau dia tidak mengaku mana lawan tahu rahasia ini?" demikian batin Ham-ping Lomo dengan rasa kejut. Tapi dia tab ah, Licik dan licin, sengaja dia terloroh loroh, katanya: Jing-san biau-khek adalah murid penutup Lohu, setahun yang lalu sudah kau pukul mati, dendam ini belum terbalas sampai sekarang. Tentang adiknya aku tidak tahu juga bukan murid kita, Siau-pwe, jangan kau memfitnah, nanti kau rasakan betapa lihay tindakan kami."
Liok Kiam-ping menyeringai dingin, katanya: "Tua bangka tidak tahu malu. jelas kau yang jadi biang keladi, namun memungkir dan cuci tangan- Biarlah kuberitahu kepadamu, pengganas yang menyamar anggota Pang kita membunuh murid-murid lima perguruan besar itu sudah kubekuk dan kugusur ke Slong-san, biar lima perguruan besar yang akan menghukumnya. Iblis laknat, kukira dalam kasus itu kaupun terlibat atau mungkin biang keladinya pula." Betapapun licik dan tabah Ham-ping lomo kini tak kuat lagi dia menahan amarah, mukanya memberi dilembari nafsu membunuh. bentaknya: "Siaupe, tutup bacotmu, jangan membual, kalau tidak..." "
"Kalau tidak kenapa ?"
”Kwi-hun-ceng akan kuratakan dengan tanah"
"He, apa mampu ?" jengek Liok Kiam-ping, "selama Hong- lui-pang berdiri tak pernah terjadi onar dan permusuhan, kita bisa hidup berdampingan secara damai dengan berbagai golongan dan aliran2 lain- Tapi adik Jing san-biau-khek yang pernah mencuri belajar tiga jurus Wi-liong- ciang ternyata menteror murid-murid lima perguruan besar, sehingga menimbulkan amarah masal, syukurlah pengganas itu sudah berhasil kubekuk dan telah diserahkan kepada Hoat-pun Siansu di Siau-lim-si, sudah pula kami kirim kabar kepada perguruan lain yang bersangkutan, maka kuanjurkan kepada pihbak-pihak yang bersangkutan di sini, kalian datang atas perintah dan ingin menuntut balas, duduk perkaranya sudah jelas, silakan mundur saja kepinggir."
Anjuran Liok Kiam-ping membawa reaksi yang menguntungkan, orang-orang dari Kong-tong, Go-bi. Hoa-san segera mundur dari kelompok besar Ham-ping- lo- mo. Bu- tong pay yang dipimpin Pek-clok Tojin mundur paling akhir. Kini yang masih bersitegang leher didepan perkampungan hanyalah jago-jago Ham-ping-kiong dan Lo hu-to, jumlahnya sekitar empatpuluh orang.
Maka Liok Kiam-ping menoleh kearah rombongan anak buahnya, yang tersisa hanya belasan orang saja. kekuatan kedua pihak jelas terpaut amat jauh, maka dia berpikir:
"Kalau terjadi pertarungan besar, pihak kita sukar mengalahkan mereka yang berjumlah lehih banyak. lebih baik diadakan pertandingan secara beraturan dalam beberapa babak, tapi iblis laknat itu cukup licin, mungkin tak mudah ketipu... "
Mendadak Ham-ping Lomo membentak:
"Kurcaci ini bertangan gapah. jahat dan telengas, Ham- ping-kiong bersumpah tak mau berjajar dengan kau, hayolah kita maju bersama." dengan gerakan kilat mendadak dia mendahului memukul satu jurus kepada Liok Kiam-ping. Lwekangnya yang tangguh sudah diyakinkan enam puluhan tahun, jagosilat yang masih hidup didunia ini mungkin sudah, tiada yang kuat melawan pukulannya yang hebat. Dua pukulan telapak tangannya menimbulklan gelombang pasang yang hebat seperti gugur gunung.
Betapapun tinggi Lwekang Liok Kiam-ping, karena lawan menyerang mendadak. sukar dia melayani dengan serangan balasan terpaksa dia kembangkan Ling-hi-pou berkelebat setombak kepinggir. begitu kaki menyentuh tanah, kontan Kiam-ping menggerakan kedua tangan, bentaknya: "Kaupun rasakan seranganku."
iblis tua berpengalaman, begitu serangan pertama luput, serangan susulan sudah disiapkan- melihat Kiam-ping mendorong kedua lengannya, diapun songsong pukulannya dengan dorongan telapak tangan pula.
"Blam" udara seluas satu tombak seperti mendadak bergolak menjadi angin lesus yang membumbung tinggi keangkasa. Liok Kiam-ping tergetar keras.. hingga tubuhnya bergontai. Sementara Ham-ping Lomo tertolak setengah langkah.
Pada hal usia iblis tua ini sudah mendekati se abad, betapa hebat latihannya, nama besarnyapun sudah disegani puluhan tahun, dalam adu kekutan kali ini ternyata kecundang oleh seorang pemuda ingusan, betapa hatinya takkan kaget dan sedih, apapun dia tidak mau terima akan kenyataan ini Kejadin berlangsung cepat dan hanya sekejap mata saja. Begitu kedua orang ini mulai bentrok, maka orang-orang lainpun tak mau ketinggalan-
Baru saja Lo-hu-sin-kun menggerakan kaki, Ai-pong-sut Thong caU sudah menghadangny serunya bergelak tawa: "Eh, mau ke mana kau, bukankah di sini juga baik." sebelum lawan bicara dia sudah menepukkan kedua telapak tangannya.
Lo-hu-sin-kun seorang pemimpin yang berkuasa di daerahnya, Kungfunya jelas mempunya keistimewaannya sendiri, Lwekangnya pun tinggi, merupakan jago kosen yang tak pernah ketemu tandingan di Lam-hay, Hukong-king-ing- pou ciptaannya dan Lo-hu-sha-cap-lak-sek merupakan dua ilmu tunggal yang pernah menjagoi Bulim.
Sebelum pukulan Ai-pong-sut mengenai tubuhnya Lo-hu sin-kun sudah menjengek dang in, kakinya menggeser kepinggir tangan menggaris bundar lurus balas menepuk. Tak nyana serangan Ai-pong-sut ternyata gertak samber belaka, tangan bergerak tanpa menyalurkan tenaga, begitu lawan menyong-song pukulannya, lekas dia kembangkan gerak tubuhnya yang aneh, sekali berkelebat bayangannya ternyata lenyap dari pandangan muka.
Terasa pandangan kabur, ternyata bayangan lawan lenyap. karuan Lo-hu-sin- kun melenggong dibuatnya, tiba-tiba angin tajam menindih tiba dari arah kiri. Mendadak diapun menghardik, segera diapun kembang-kan Hun- kong- king- ing-pou, gerak tubuhnya-pun tidak kalah lincah dan pesat seperti samberan kilat
Maka kedua orang ini adu tipu, adu ginkang, kejar mengejar, tubruk menubruk. yang satu tendang yang lain sepak. semua gerakan dilancarkan dengan kecepatan tinggi, yang terlihat hanya dua bayangan yang berseliweranpergi datang. Gaya pertarungan kedua orang ini merupakan tontonan gratis yang menakupkan dari ajang pertempuran lain yang terus berlangsung. Melihat sang Suheng takkan bisa menang dalam waktu singkat, Bok-bin-sin-po yang nenek berangasan ini tidak sabar menunggu, sudah berulang kali dia ingin terjun ke arena membantu, maka pelan-pelan kakinya sudah bergerak kepinggir gelanggang.
Kim-ji-tay-beng masih dendam karena adiknya Gin-jay- beng masih tersiksa dalam sakitnya oleh pukulan Ham -ping- ing-sat musuh, sejak lama dia sudah bertekad menuntut balas, melihat pertempuran sudah mulai, diapun tak mau ketinggalan. Sebelum lawan menaantang dia sudah membentak: "Lihat serangan." telapak tangannya sudah berobah kuning emas, begitu bergerak langsung dia menyerang kepada Bok-bin- sin-po.
Memangnya Bok-bin sin-p sudah gatal tangannya dan ingin terjun ke arena, merasa pukulan yang melanda diri, seketika dia terkekeh senang, serunya: "Serangan bagus." tubuhnya mengendap kedepan dengan miring hingga luput dari serangan telak, berbareng tongkat kepala burung hantu ditonjokkan dengan jurus Kiau-liong-jut-cui mengetuk Jian- kin-hiat dipundak Kim-ji-tay-beng.
Serangan kedua tangan Kim-ji-tay-beng tidak sepenuh tenaga, begitu tongkat lawan mengancam pundaknya lekas dia kendorkan tenaga terus melompat tinggi keudara mengembangkan Hwi-eng-sin-hoat, tubuhnya celentang datar dengan kaki tangan terpentang persia seekor burung raksasa yang pentang sayap terus menukik turun, telapak tangannya yang menguning membawa cahaya gemilau mengepruk batok kepala.
Bok-bin-sin.p bukan lawan enteng, melihat lawan memiliki gerakan tubuh selihay ini, dia tak berani ayal, sikapnya kini serius, tongkatnya ditarik balik terus dirobah gerakan ou-liong- jeng-tha ujung tongkatnya yang berkepala burung itu mematuk ke telapak tangan Kimji-tay-beng. Grak gerik Kim-ji-tay-beng setangkas naga, kedua kaki tertekuk lalu menjejak, tubuhnya yang terapung berputar sehingga patukan tongkat lawan dihindarkan, kini dia berkelebat kebelakang lawan, dengan tenaga penuh kedua telapak tangannya menggablok dari udara. Gak tubuhnya memang tangkas lagi lincah, kecepatannyapun diluarperhitungan lawan- Bok-bin-sin.p memang terdesak kaget. sukar dia mengimbangi kecepatan lawan-Apa lagi tongkat besi itu beratnya delapanpuluh kati, untuk memutar dan memainkan ilmu tongkatnya diperlukan landasan tenaga dalam yang besar, padahal usianya sudah lanjut, maka dalam setiap perobahan gerakan tongkatnya selalu membawa gerak lamb an.
Namun sejak muda dia sudah meyakinkan ilmu tongkatnya dan sudah terkenal puluhan tahun, meski terdesak tidak mudah dirobohkan, merasa punggung diserang lawan, lekas dia hentikan gerak tongkatnya terus miring kan tubuh ke sebelah kanan, begitu gablokan lawan luput dia menghardik sengit terus putar tongkatnya dengan ilmu Lo-kong-koayhoat, ilmu tongkatnya terdiri sembilan puluh satujurus, begitu kencang dia memutar tongkatnya laksana kitiran, dalam waktu singkat dia masih kuat bertahan meski sedikit terdesak, namun belum kalah.
Dalam pada itu Jian-li-tok-hengJin Hou maju beberapa langkah dan menantang kepada Tay-bok-it-siu: "Sahabat lama, kenapa menonton saja, hayolah mau menambah keramaian' sambil tertawa dia pasang kudakuda siap menunggu serangan-
Tay-bok-it-siu juga jago yang sudah punya nama, meski tahu dirinya bukan tandingan lawan, tapi ditantang didepan umum, betapapun dia pantang menyerah dengan muka mas am dia menjengek: "Ya, Lohu juga sudah sebal menunggu, ternyata kau antar jiwamu, hayolah maju memangnya siapa takut kepadamu." habis bicara langsung dia menyerang lebih dulu.
"Nah kan begitu." seru Jian-li-tok-heng tertawa riang, kaki menggeser tubuh berkelit, sebat sekali dia membalik arah sambil menyilang kedua tangan lalu balas membentak: "Kaupun rasa kan pukulanku.' serangan ini menggunakan tinju dilandasi kekuatan dalam lagi maka tinjunya sampai menderu keras.
Serangan Tay bok-it-siu belum ditarik balik, sementara pukulan lawan sudah mengancam dirinya, untung Lwekangnya cukup tinggi, mendadak dia berputar segesit tupai, sambil mengendap tubuh kedua tangan menyongsong maju lawan-
"Plak" benturan menimbulkan ledka, keras Jian-li-tok-heng bergoyang mundur. Sementara Tay-bok-it siu menangkis dengan tergesa maka tenaganya tidak sepenuhnya, maka dia tertolak mundur dua langkah baru berdiri tegak pula.
Sejurus berhasil memukul mundur lawan, Jian li-tok-heng tidak memberi hati, sambil tertawa dia mengejek pula: "Sahabat lama sudah sekian lama tidak bertemu, ternyata tiada kemajuan sama sekali." disamping mengembangkan kelincahan gerak tubuhnya dia pun lancarkan Sian-tian ciang hoat (pukulan kilat).
Tay-bok-it-siu pernah merasakan kelihayannya, maka diapun melawan dengan Loh-ce-siang-hoat yang terkenaljuga. Sesaat mereka masih beri hantam seru dan sama kuat.
Dalam pada itu dengan Ginkang yang tinggi, karena seng- si-koan dalam tubuhnya juga sudah tembus, tenaga dalamnya terus mengalirtakputus-putus, maka begitu melabrak maju, dua jiwa murid Lo-hu-sin-kun dibabatnya mampus. Sekali serangan berhasil menamatkanjiwa musuh, Suma Ling-khong semakin kerasukan setan, dengan bekal kepandaiannya dia ingin melabrak musuh serta membabat seluruh murid- murid Lo-hu dan Ham-ping. Si gede siang wi selama beberapa hari ini nganggur, sejak serangan Ham-ping- kiong tiga hari yang lalu, sifat buasnya kambun lagi, maka hari ini diapun melabrak musuh sejadi- jadinya, untung tubuhnya kebal senjata, kalau tidak mungkin dia sudah mampus terpukul Ham-ping- ciang yang beracun dingin, sekarang dia bisa mengumbar amarahnya dengan membabat musuh sebanyak mungkin, dengan Suma Ling- khong mereka sudah mengikat janji, berlomba membunuh musuh sebanyak mungkin, melihat Suma Ling-khong sudah membunuh beberapa jiwa musuh, segera dia tak mau ketinggalan, serunya: "He, tunggu aku."
Menenteng tongkat besinya segera dia kembangkan Nu- kang-cappwe-lak. dengan langkah lebar dia menghampiri rombong an besar musuh.
Setelah adu tiga kali pukulan dengan Ham-ping Lomo, berkat rejeki yang selalu nomplok kepada Liok Kiam-ping, ternyata tenaga dalamnya masih lebih unggul dari lawan-lb lis tua yang sudah lama bersimaharaja ini dipukulnya tergetar mundur dengan rambut dan jenggot berdiri kaku, mata melotot mulut menyeringai. Seperti binatang buas kelaparan yang kalau merebut mangsa, jari-jari tangannyapun terkembang seperti cakar slap merobek mangsanya.
Sebagai tokoh bangkotan dia tahu hanya berlandas kekuatan dalam, dirinya takkan bisa mengalahkan anak muda ini, terpaksa dia harus mengerahkan Hiam-ping-im sat untuk mengadu jiwa, syukur lawan dikalahkan, namanya yang sudah diangkat selama puluhan tahun baru a kan dipertahankan- Setelah tetap hatinya, dia menyeringai sambil kertak gigi, kedua lengan perlahan diangkat, telapak tangannya makin memutih bening mengeluarkan uap putih, begitu dia kerah kan tenaga uapputih mulur makin panjang dan melesat kencang bagai rantai menerjang Liok Kiam-ping.
Liok Kiam-ping tahu kelihayan ilmu lawan, maka dia kerah kan Kim-kong-put hoay-sin-kang untuk melindungi badan sambil mencari akal untuk melawan-Jalur uap putih itu ternyata terbendang tiga kaki disekitar tubuh Liok Kia m-ping, seperti tertahan oleh tembok kaca maka buyarlah uapputih itu.
Ham-ping Lomo makin murka, ditengah gerungannya, dia tambah tenaga sambil melangkah maju setindak. Uap putih itupun mendesak majusatu kaki lebih dekat. Ternyata Kiamping hanya tersenyum saja, diapun tambah kekuatan hingga gumpalan asap putih maju mundur dan tertahan tiga kaki lagi, di sini mereka berkutet adu kekuatan-
Di sana mendadak terdengar ledakan keras, ajang pertempuran mendadak berobah.
Ternyata dengan Ginkangnya yang lebih unggul Kim-ji-tay- beng melabrak Bok binsinpo, gerak geriknya selincah naga yang menari diudara, apalagi Kim coa ciang terkenal keampuhannya di Bulim, dilandasi tenaga dalam yang sudah dilatihnya puluhan tahUn, permainan la near dan deras, perbawanya memang menciutkan nyali lawan- Ditengah berkelebatnya sinar emas disertai angin keras, memberondang dari atas keseluruh tubuh Bok-bin-sin po.
Dikalangan Kangouw Bok-bin-sin-po termasukjago lihay yang disegani, ilmu tinggi Lwekang tangguh, dia terkenal bertangan gapah hati telengas, tiada musuh yang selamat ditangannya. Selama dua puluh tahun entah berapa banyak kejahatan yang dilakukan, maka kaum persilatan di Tlonggoan tidak sedikit yang ingin mengganyangnya, maka dia menyembunyikan diri dan mengasingkan diri di Lo-hu-kiong di Lam-hay.
Kali ini dia ikut sang Suheng kembali ke Tlonggoan dengan harapan dapat menegakkan wibawanya pula dengan Lwekang yang diyakinkan serta ilmu tongkat yang makin sempurna. Tak nyana dia kebentur dengan Kim-ji-tay-beng, lawan tangguh yang terkenal tidak mau kompromi dengan musuh, celaka lagi lawan memiliki Ginkang luar biasa sehingga permainan tongkatnya mati kutu.
Belum ada tiga puluh jurus mereka bertarung, Bok-bin-sin po sudah merasapayah dan kecapaian, putaran tongkatnya terasa berat dan makin lambat, keringat sudah membasahi tubuh. Saat itu dia menghindari serangan Kim-ji-tay beng yang dilontarkan dari udara, tubuhnya menjorok maju selangkah, tongkatnya bergerak dengan jurus Ui-liong-hoansi (ular sanca membalik tubuh), mengikuti gerak tubuh yang berputar tongkatnya mengepruk kepund Kim-ji-ta y- b eng .
Keprukan tongkatnya mengeluarkan deru angin, betapa besar tenaganya karena serangan luput, mendadak tongkat lawan sudah menyerang pundak dari sis i kiri, Kim-ji-tay-beng mend eng us dingin, kedua kaki memancal, diudara tubuhnya berputar kencang seperti roda, telapak tangan kiri sempat menekan ujung tongkat lawan, sehingga daya pukulan tongkat lawan tertahan, berbareng tangan kanan yang sudah dilandasi tenaga menyapu miring kekanan.
Baru setengah jalan serangan tongkat Bok-bin-sin.p mendadak tongkatnya tertahan, padahal tubuhnya belum lagi terbalik, telapak tangan kanan lawan sudah menindih turun pula.Jelas dia takkan bisa terhindari dari serangan lawan- Untung pengalaman tempurnya cukup luas, perlawanannyapun gigih, tahu tongkatnya terlalu berat untuk diputar balik untuk menolong juga terlambat, terpaksa dia bertindak nekad melepaskan tongkatnya, begitu tongkatnya jatuh ditanah, sigap sekali dia memutar tubuh terus memukul dengan kedua tangan-
"Blang" tubuh Kim-ji-tay-bong hanya tertolak naik sedikit, kebetulan dia harus ganti napas karena tenaga murninya sudah habis, maka dengan enteng dia anjlok turun- Karena secara reftek menghadapi serangan tak terduga sehingga tangkisannyapun gugup, Bok-bin-sin-po tergetar mundur tiga langkah baru berdiritegakpula. "Nenek bawel," seru Kimjit-tay-beng bergelak tawa, "rasa kan lagi pukulanku.' Sebelum lawan menjawab, kedua tangan terpentang dengan mengembangkan Kim-soa- ciang dia menubruk majupula. Bayangan telapak tangan yang ceplok- ceplok emas itu memberondong gencar dari bagian sudut yang tidak terduga.
Pucat muka Bok-bin-sin.p rasa kejut belum hilang, kini dirabu lagi oleh pUkulan lawan, mana berani dia melawan secara keras, lekas dia g una kan gerakan khusus dari perguruannya. Hu-keng-klng-ing-pou secara tangkas dia bergerak ditengah samberan pukuian lawan dalam waktu dekat masih kuat dia bertah an.