Jilid 13
'Kalian begini gagah bersemangat membantu kepentingan kita, cayhe sungguh kagum dan haru, namun urusan ini betapapun tidak boleh diurus secara gegabah, harap persoalan dirundingkan dulu, setelah ada putusan konkrit baru kita bertindak."
Gin-jintay-berg tidak sabar lagi, kata nya penuh kebencian: "ciangbun, bahwa Kwi-hun-Ceng jatuh ketangan musuh lantaran aku tidak becus mempertahankannya, umpama d is ana ada gunung golokjuga akan kupertaruhkanjiwa tuaku ini untuk merebutnya kembali."
Melihat betapa besar semangat juang para hadirin, sukar dilukiskan dengan kata-kata, saking haru air matanya bercucuran, tapi segera dia menyentak semangat dan berkata dengan tertawa: "Kalian begini gagah berani, ini merupakan keberuntungan Hong-lui-bun kita, namun urusan memang tidak boleh ditunda, padahal mata- mara musuh tersebar luas, maka kalian harus bergerak secara rahasia dan hati-hati. MenurutpendapatkuTan-losu dan lain-lain yang belum pernah muncul dipihak Hong-lui-bun kita masih dapat bergerak bebas, Thi Ping boleh memimpin kalian berangkat langsung ke Un-ciu lewatjalan raya, sepanjang jalan harus perhatikan jejak coh- huhoat danJian-li-tok-heng, bila perlu segera mengadakan kontak dengan mereka. Sementara cayhe bersama Yu-huhoat dan lain-lain akan berputar lewatjalan pegunungan langsung menuju ke Kui-hun-ceng." lalu dia mohon perdapat hadirin yang lain- Ternyata hadirin setuju akan rencananya secara mutlak.
"Begitupun baik," ucap Tan Kian-thay, tapi sebelum masuk perkampungan sebaiknya kita menjanjikan suatu tempat lebih dulu untuk mengumpulkan kekuatan, supaya kekuatan tidak terpencar.'
"Baiklah drmikian. kita akan kumpu1 di hutan buah pir diluarpintu timur kota Un-ciu." kembali Llok Kiam-ping memberikan putusan.
Setelah rapat usai dan orang banyak bubaran, Thlo Ping bersama Tan Kian-thay bertiga masuk kekamar mempersiapkan diri dandan dengan s a mara n bentuk lain, mengingat kuda tunggangan bisa menarik perhatian, maka mereka pun berjalan kaki, langsung menuju ke ceng-dian lebih dulu.
Sementara itu Llok Kiam-ping juga sudah mempersiapkan diri, tengah malam nanti merekapun akan berangkat, Semula dia kuatirkan kesehatan Siau Hong maka dia membujuknya supaya tinggal disini merawat kesehatan, tapi Siau Hong sudah bertekad untuk ikut, apapun dia tidak mau tinggal. Apa boleh buat terpaksa Kiam-ping membawanya.
Marilah kita ikuti d ulu perjalanan Tan Kian-thay berempat yang berjalan kaki, kira-kira menjelang magrib hari kedua, mereka sudah memasuki keresidenan ceng-dian-Begitu masuk kota lantas mereka dapatkan pada setiap sudut atau tempat- tempat gelap pasti terdapat beberapa lelaki kekar berwajah bengis, dengan pandangan^ melotot mereka awasi setiap orang yang berlalu lalang didepannya. Sebagai kawakan Kangouw sudah tentu Tan Kian-thay tahu akan situasi yang genting ini, diam-diam dia memberi lirikan mata kepada ketiga temannya, dengan kalem mereka terus maju kedepan tanpa hiraukan keadaan sekelilingnya.
Disebuah ujung jalan sekilas dia melirik. dilihatnya agakjauh dibelakang dua bayangan sedang menguntit. Batinnya: "Kawanan tikus ini berani menguntit terang- terangan, biarlah nanti akan kuberi tanda mata diatas tubuhnya."
Diam-diam dia memberi kisikan kepada ketiga temannya untuk tahan dan bertindak menurut gelagat, dengan tenang- tenang mereka terus maju kedepan, namun langkah dipercepat, tujuannya keluar kota.
Lekas sekali mereka berada ditempat yang sepi dan sekelilingnya adalah tanah tega la n yang penuh semak belukar, Tan Kian-thay saling berbisik dengan Pi-lik-jiu, mendadak dia menyelinap sembunyi d .bela kang sebuah pohon, sementara tiga orang yang lain terus jalan kedepan- Sekali lompat pula dia menyelinap masuk hutan-
Kebetulan jalan disana lurus setelah tiba di ujung belokan, kedua orang dibela kang itu mempercepat langkah hingga jarak menjadi lebih dekat, karuan mereka heran dan berteriak kaget: "Eh, memangnya kita lihat setan, tadi jelas empat orang. kenapa dalam sekejap ini hanya tinggal tiga, memangnya yang satu menyembunyikan diri ?"
"Kurasa dia tidak akan larijauh, Lo-llok, lekas kau kejar kearah sini, biar aku berputar ke sana menempuh j a la n pendek mencegat disebelah d-pan," Tapi sebelum mereka bergerak tiba-tiba sebuah tawa dingin disusul seorang berkata:
"Kenapa harus putar kayun membuang tenaga. Tuan bersama sudah menunggu kedatangan kalian-" . Dengan kaget kedua orang itu membalik, tampak dua tombak dibawah pohon sana berdiri seorang lelaki berpakaian petani, dengan tersenyum ramah mengawasi mereka, seketika mengkirik bulu kuduk mereka, tapi dengan bengis dia membentak: "Agakn,ya saudara pandai menyembunyikan diri. Tapi kau harus tahu daerah iri sudah termasuk kekuasaan Ha m-ping- klong, kau datang dari mana mau kemana, jawablah terus terang supaya tidak menyesal."
Thi-pi kim-toTan Kian-thay-laki-laki yang menyamar petani b erg elak tawa, katanya "Jalan raya besar milik umum, siapapun boleh mondar-mandir di sini. memangnya Ha m- ping- klong kalian berani melanggar undangundang kerajaan? Sebaliknya kalian berdua menguntit sejak dari kota, apa maksud tujuan kalian, tolong jawab dan beri keadilan."
Tatapan matanya yang tajam membuat kedua orang itu lebih mengkirik lagi. tapi mengingat nama besar Ha m-ping- klong, dengan memberanikan diri salah satu berkata
"Pertanyaanmu boleh kau ajukan kepada Tongcu kami, nah sahabat, kalau berani mari ikut aku menghadap beliau" habis bicaca serempak mereka putar badan terus angkat langkah seribu.
Tapi baru beberapa langkah, mendadak bayangan orang menubruk dari atas. ternyata Pi-lik-jiu ciu Khay dan coh-siang- hwi Tiau-Kong sudah menyergap dari atas pohon dan berhasil membekuk mereka, sekali telikung keduanya lantas meringis kesakitan-Tan Kian-thay tertawa dingin, katanya:
"Saudara, kalian jual apa ? Dan kami minum apa ? Kita sama-sama tahu, asal kalian maujelaskan gerakan pihak Ha m-ping-klong belakangan ini, kami tidak akan membunuh kalian-"
Kedua orang itu meringis kasihan, kata seorang: "Kami berkedudukan rendah, apa yang diketahuijuga terbatas, kami hanya menjalankan tugas. Tiga hari yang lalu kedatangan dua kakek yang mencari tahu letak kedudukan markas pusat Hong-lu^-bun, akhirnya bentrok dengan Tok-kak-kiau cin Kong seorang Hiangcu kami yang berkedudukan d is ini, ternyata kedua kakek itu memiliki Kungfu tinggi, orang kita banyakjatuh korban. Tongcu sudah memberi laporan kilat ke markas pusat, maka sudah dijanjikan untuk membuat perhitungan mala n ini didepan Gickshud-si yang terletak d iba rat kota. Maka kami ditugaskan untuk menguntit orang-orang yang patut dicurigai. Hanya drm.ikiansaja yang bisa kuterangkan, kalian boleh silahkan melanjutkan perjalanan-"
Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay menduga kedua orang itu pasti punya sangkut paut erat dengan Hong- lui- bun, maka dia tutuk Hiat-to kedua orang serta disembunyikan dalam hutan-
Sore itu mereka berempat mampir di sebuah warung yang berada d id es a yang jauh dari kota setelah makan malam, mereka berputar kearah barat lalu membelok menuju ke kota barat. Kira-kira kentongan kedua mereka sudah berada ditegalan di luar kota barat.
Kuil itu berdiri tunggal ditanah tegalan yang belukar, seperti orang tua sebatang kara yang sedang sakit lumpuh tak mampu bangun lagi, demikianlah keadaan kuil bobrok itu, pintunya sudah hampir ambruk, demikianpula temboknya sudah berlobang, jelas kuil ini sudah lama tidak dihuni dan diurus oleh manusia.
Kedatangan mereka terlalu dini, masih lama untuk menunggu waktu yang dijanjikan maka dengan leluasa mereka dapat mencari tempat sembunyi.
Kira-kira beberapa jam kemudian, dari arah kota tampak mendatangi beberapa bayangan orang. Langsung mereka menuju ke arah Kuil ini dan berdiri ditanah lapang di depan kuil. Dua orang yang menjadi pimpinan rombongan orang ini berperawakan ting g i, jeng got panjang menyentuh dada. sorot mata merekapun tajam berkilat, jelas Lwekangnya sudah tinggi, lima orang bertubuh besar berdirijajar dibela kang mereka.
Terdengar kakek disebelah kiri berkata setelah memeriksa keadaan sekitarnya: "Waktu yang dijanjikan sudah hampir tiba, pihak lawan masih belum kelihatan bayangannya, cin- hiangcu, apa kau tidak salah menentukan tempatnya ?"
Seorang diantara lima lelaki kekar dibelakangnya segera menjawabnya sambil membungkuk badan: 'Lapor Tongcu, waktu dan tempat yang dijanjikan memang betul disini, kemungkinan setelah mendengar nama besar Ham-ping-klong kita, pihak lawan ketakutan dan pecah nyalinya tidak berani menepati janji."
"Memangnya, pihak mereka hanya dua orang. berani mereka mencari perkara dengan pihak Ham-ping-klong kita, kalau mereka ngacir tidak berani menepatijanji, aku harus puji mereka tahu gelagat malah," demikian ujar kakek berjenggot hitam disebelah kanan, sikapnya tampakjumawa dan bangga.
”Jite, persoalan tidak boleh dianggap enteng, kabarnya lawanjuga cukup tangguh, biasanya orang bilang kalau bukan naga takkan berani menyebrangi sungai, jikalau mereka tidak yakin pasti menang, tentu takkan berani menantang dan membuat janji, biarlah kita tunggu saja dengan sabar."
Dari hutan sebelah kiri mendadak kumandang gelak tawa keras seorang seperti auman singa katanya: "Pengalaman Yu- lotoa memang patut dipuji, sejak tadi Lohu berdua sudah menunggu kalian disini.' Belum lenyap suaranya tampak bayangan dua orang berkelebat melucur turun ditengah lapangan-
Melihat gerakkan pendatang ini cukup gesit dan enteng. berbareng kedua orang tua itu menyurut setengah langkah baru sekarang mereka melihat jelas kedua lawan- Maka orang tua disebelah kiri terloroh tawa, serunya: "Kukira slapa bernyali besar berani mencari setori denganpihak Ham-ping klong kiranya kau tua bangkaJian-li-tok-heng. Lalu siapa
sahabat ini, kalau teman lama s ila h ka n perkenalkan kepada Lohu berdua." Yang datang memang betul adalahJian- li-tok-hengJinBou.
Thi-pi-kim-to Tan Kian-thay berempat yang sembunyi dalam hutan diam-diam bersorak girang, syukurlah perjalanan mereka kemari tidak sia-sia. TampakJin Hou terkial-kial, katanya:
"Bagus, bagus, sungguh tidak nyanaJongsan-siang-hong (Sepasang ganas dariJongsan) ternyata sudi menjadi antek Ham-ping-klong. Yu-lo-toa, sejak berpisah diBwe-nia dulu sepuluh tahun tak pernah bertemu, jejakmu juga lenyap tak karuan para n, sungguh tak kuduga sekarang kau sudah menjadi Toa tongcu dari Ham-ping-klong, sungguh patut dipuji dan harus diberi selamat. Mari kupekenaikan inilah saudara angkatku tertua dari K^bun-siang-kiam It-cu-kiam Koan Yong, selanjutnya harap Yu-toa-tong-cu sudi memberi petunjuk." nadanya sinis dan menyindir.
Ternyata kedua kakek ini adalahJongsan-siang-hong, yang tua bernama Yu In-hwi adiknya Pek Ing, mereka adalah saudara seperguruan, ilmu silat mereka agak serong, menjurus kealiran sesat, namun tidak diketahui dari perguruan mana, sepak terjang merekapun terkenal kejam dan jahat setiap korban tiada yang diberi ampun, maka julukannyapun sepasang ganas. Sepuluh tahun yang ^alu mereka mengganas diBwe-nia merampok barang kawalan sebuah piauklok, kebetulan kepergokJian-li-tok-heng, dalam adu kekuatan Lotoa Yu In-hwi terkena sekalipukulanJian-li-tok-heng, dengan luka parah di^a melarikan diri, selanjutnya menyepi di atas gunung memperdalam ilmu, dalam jangka sepulua tahun ini dia sudah berhasil meyakinkan Thay-im-ciang yang terlalu keji dan beracun pula, timbul niat mereka turun gunung membalas sakit hati lama, kebetulan pihak Ham-ping-klong sedang menggaruk jago-jago silat dari golongan sesat didaerah Kanglam, maka merekapun diundang serta diberi jabatan sebagai Su-tong Tongcu.
Kebetulan hari ini bersua dengan musuh lama,Jian-li-tok- heng malah menyinggung kejadian lama karuan terbakar amarahnya, serunya murka: Jian-li-tok-koay,jangan membacot melulu, hari ini Lohu akan menagih hutang kepadamu, menarik balik modal menuntut rentenya sekalian."
"Ah sesama kawan lama kenapa harus buru-buru. Sebentar pasti akan kula y animu sampai puas, soalnya Lohu selama ini tidak pernah bermusuhan denganpihak Ham-ping-klong, tapi baru aku datang kalian sudah main sergap dan menverang secara licik dan main keroyok lagi. Pada hal kau juga punya nama di kalangan Kangouw, kurasa kau berani terang- terangan bertindak serta memberi penjelasan latar belakang dari aksi kalian ini."
Yu- In- hwi terkekeh lebar, katanya: "Lohujuga sedang pikirkan persoalan ini, Jian-li-lo-koay, kau sendiri sebetulnya punya sangkut kaut apa dengan Hong-lu^bun ?' '
"Hubungan memang ada sedikit, lalu pula apa pula persoalan kalian denganpihak Hong-lu^-bun ? "
"Baiklah kujelaskan- Markas pusat Hong-lui-bun yang baru saja didirikan, kini sudah runtuh danjatuh, setiap insan persilatan yang mempunyai hubungan dengan Hong-lul^-bun, pihak Ham-ping-klong pasti tidak akan membiarkannya pergi dari daerah ciat-kang, tentu kau sudah maklum. Nah sekarang kau bersiaplah untuk terima kematian-
Diam-diam berCekat hatiJian-li-tok-heng, dari nada perkataan lawan dia menduga Jite (maksudnya Llok Kiam- ping) kemungkinan masih ditenguh perjalanan, namun lega juga hatinya, syukur dia seorang tua, berpengalaman dan penuh perhitungan, perasaan hatinya tidak terbayang dimimik mukanya, katanya dengan nada berat: "Apa tidak terlalu pagi kau bilang demikian- Dulu dengan rasa bajik aku mengampunijiwamu hari ini meminjam kekuatan Ham-ping- klong kau menuntut balas kepadaku, memangnya kau kira Lohu takut, kepadamu, boleh silakan kau perlihatkan kepadaku."
Bahwa lawan menggorek boroknya dulu keruan Yu in-hwi naik pitam, maju selangkah kedua tangan memeluk dada, telapak tangannya mendekuk kedalam, bentaknya: "Lihat pukulan-" Mendadak dia dorong telapak tangannya kedepan. Tampak segulung tenaga lunak dingin menerjang kearahJian- li-tok-heng.
Jangan kira angin pukulan itu seperti lunak dan menerjang pelan, tapi semakin dekat sasarannya, ternyata damparan kekuatannya tidak kalah dahsyat dari terjangan ombak besar, badan seperti ditindih benda berat.
Jian-li-tok-heng sendirijuga tidak menduga, setelah sepuluh tahun berpisah, lawan sudah meyakinkah ilmu pukulan lihay dan dahsyat, maka dia, tidak berani gegabah. sedikit menyingkir kesamping, berbareng kedua tangan menggelak kedepan- G-^akan kedua tangannya menimbulkan angin ribut laksana amukan badai,
"Bung" begitu dua arus kekuatan angin pukulan beradu, kedua pihak tergetar mundur.
DikalaJian-li-tok-heng terhenyak. Kembali Y in-hwi telah menggerakkan kedua tangannya pula, deru angin kencang kembali menindih tiba. kali iniJian-li-tok-heng tidak ayal lagi, segera dia paaang kuda-kuda mengerahkan tenaga, kedua tangan terayun menggempur kepada lawan- "Pyaar." kembali terjadi ledakan keras begitu tenaga kedua pihak saling, bentur terjadilah pusaran angin les us yang membumbung tinggi keangkasa, kedua orang yang berlaga tergetar tiga kaki kebelakang. Tapi tubuh Yu In-hwi kelihatan agak terjengkang kebelakang, jelas dia masih kalah kuat.
KiniJian-li-tok-heng tidak memberi peluang kepada lawan, segera dia kembangkan Sian-tian-ciang-hoat (ilmu pukulan kilat meny amber), sekaligus dia menyerang dua belas jurus.
Tapi Yu In-hwi sekarang sudah membekal kepandaian tinggi, dia kira setelah menggembleng diri selama sepuluh tahun, sekali pukul dia yakin dapat mengalahkan lawan, tak tahunya dua gebrak permulaan adu tenaga ini, sekuatnya dirinya masih mampu bertahan
Kini melihat lawan merobah permainan, serangan gencar merabu datang, lekas dia memusatkan pikiran dan mengerahkan tenaga pula, d eng a n permainan pukulan yang aneh diapun balas memy erang sepuluh jurus Dalam sekejap mereka saling serang tiga puluh jurus.
Dalam pada ituJi-hong Pek Ing yang berdiri dipinggir gelanggang berkata kepada It-cu-kiam "Saudara Koan, apa kau senang menganggur melihat tontonan saja ? Sudah lama kudengar ilmu pedangmu penuh keistimewaaannya, marilah turun gelanggang, orang she Pek mohon pengajaran kepadamu. "
TernyataJi-hong jauh lebih teleng as dari saudara tuanya, dia pandai melihat situasi. ilmuJian-li-tok-heng kelihatan tangguh, kalau Lotoa mau mengalahkan musuh jelas harus banyak makan tenaga dan menggunakan akal busuk. namun dia yakin pihak sendirijauh lebih banyak. lawan hanya dua orang, bila terdesak oleh keadaan, mereka bisa main keroyok, kemenangan akhirnya pasti berada dipihaknya.
It-cu-kiam Koan Yong cukup cerdik, pihak fawan lebih banyak. sekarang dirinya ditantang, maka dia menegak alis dan menjengek dingin: "Kalau tuan ingin melemaskan otot, orang she Koan boleh saja kehendakmu". dia tahu manusia jahat berhati culas ini hakikatnya berani melakukan kecurangan busuk apapun, maka tanpa banyak kata ingin segera dia keluarkan pedang, berdiri tebak menunggu dan siaga.
Ji-hong Pek Ing juga tidak ragu-ragu, "Awas serangan." bentaknya pendek lalu menerjang lebih dulu. Telapak tangannya mengincar Hoa-kay-hiat didepan dada It-cu-kiam, pukulannya membawa deru angin keras gerakannya jua berbed.a dengan pukulan umum.
It-cu-kiam tidak menyingkir atau berkelit, bila angin pukulan lawan hampir menyentuh badan, sebat sekali dia menggeliat menghindarkan pukulan telak, berbareng pedang ditang a n kanan menunuk dengan jurus Tok-coa-jut-tong (ular beracun keluar lobang) ya:tg diincar adalah Wok-chiat- hiat.
Melihat s erang a n pedang lawan mantap dan telak. diam- diam terkejut juga hati Pek Ing, namun urusan sudah kebacut, jerijua tidak berguna, lekas dia kembangkan ilmu pukulan perguruannya yang aneh dan lihay, kedua tangannya membundar dan melingkar-lingkar terus ditepukkan secara beruntun pula kedepan, dia berusaha merangsak lawan sehingga mereka tak sempat balas menyerang,
Tapi It-cu-kiam Loan Yong cukup tabah, dan kalem saja menghadapi serangannya yang menggebu, pedangnya masih bergetar hebat mematahkan serangan lawan sambil balas menyerang. Tampak ditengah taburan telapak tangan, sinarpedangpun berkelebat menyamber kian kemari, makin sengitlah pertarungan mereka.
Sementara ituJian-li-tok-heng sudah saling labrak dua ratus jurus lebih dengan Yu In-hwi, keringat sudah membahasi badan mereka, terutama Yu In-hwi, napasnya sudah mulai menggeros, seperti babi yang mau disembelih. Gerak serangan merekapun semakin lambat dan berat, setiap j urus serangan disertai langkah kaki yang berat berdentam d ita nah, jelas kedua pihak sudah kerahkan tenaga dalam.
Suatu ketika Pek Ing merasa mendapat peluang baik, disertai bentakan keras, mendadak dia pergencar serangan tangannva. Ternyata dirabu oleh serangan mendadak yang lihay ini, It-cu-kiam kena terdesak dan mundur berulang kali. Ternyata bentakan khusus dariJi-bong itu merupakan aba-aba pula bagi lima lelaki yang berdiri jajar diluar arena, kelima anggota Ham-ping klong itu serempak meraung maju ketengah gelanggang.
Disaat mereka hendak main keroyok itulah, mendadak terdengar bentakan-bentakan keras lain dari hutan kanan, beberapa bayangan melompat keluar menghadang kelima orang Ham-ping- klong. Situasi berobah seketika ditengah arena pertempuran.
Siang- bong tidak tahu pihak lawan datang berapa banyak bala bantuan- disaat mereka bingung, pada hal pertarungan jago silat kelas tinggi. kalah menang hanya ditentukan dalam beberapa detik -saja. hanya sekilas bimbang itulahJian-li-tok heng dan It-cu-kiam sudah merebut kesempatan balas merabu lawan dengan gencar.
TerutamaJian-li-tok-heng, pengalamannya lebih luas, kalau lawan sudah berniat main keroyok. maka pertempuran ini harus cepat dibereskan supaya pihak sendiri gampang meloloskan diri bila situasi cukup genting, apalagi pendatang baru itu semua asing dan tidak dikenalnya, entah kawan atau lawan, di saat Toa-hong, bimbang itulah mendadak dia lancarkan sejurus serangan, berbareng tangan yang lain merogoh keluar segenggam Thi-lian-cu denganBoan-thian- hoa-thi (hujan kembang diudara ) biji-biji teratainya itu dia timpukkan kearah kawanan Ham-ping-klong.
Sekilas melegak itu mendadak Toa-hong rasakan angin kencang menerjang tiba, betapapun dia tidak menduga bahwaJian-li-tok-heng dapat memanfaatkan kesempatan sedetik itu sebaik ini, apalagijarak teramat dekat, meski dia sudah berkelit dengan ketangkasan gerak badannya, tak urung pundak kirinya terkena sebutir biji teratai besi melesak kedalam tulang pundak^ saking kesakitan dan targetar oleh tenaga serangan lawan- dia mundur tiga langkah, namunjuga hampir terjungkal jatuh. Darah meleleh membasahi lengan, seketika pucat lesi selebar mukanya menahan sakit.
Diantara kelima orang itu, dua orang tersambit Hiat-to penting ditubuhnya, mereka terguling jatuh empat kaki sambil merintih- rintih, tiga yang lainjuga terluka lecet berdarah.
Meski gusar tapi pihak sendiri sudah kalah, maka Yu In-hwi meny ering as i sedih, katanya: "Lokoay. hari ini anggaplah Lohu salah perhitungan, sehingga jatuh dalam tipu dayamu. Tapi biarlah perhitungan ini kita bereskanjuga dilain kesempatan-" Lalu dia memberi tanda kepada anak buahnya terus berlompat pergi lenyap ditelan malam.
Melihat musuh sudah pergi lekasJian-li-tok-heng menjura kepada Thi-pi-kiam-to Tan Kian-thay. katanya: "Berkat bantuan kalian hari ini kami lolos dari kesulitan, terimalah terima kasih Los lu, mohon tanya siapakah nama besar kalian yang mulai ?"
Tersipu Tan Kian-thay belas menjura, kalanya: "cianpwej angan sungkan, kita orang sendiii." Lalu dia ceritakan bagaimana mereka masuk menjadi anggota Hong- lui- bun, serta bagaimana mereka berhasil menyelidiki keadaan awan sepanjang jalan ini.
MakaJian-li-tok-heng berdua baru mengerti duduk persoalannya, sejenak dia berpikir, lalu berkata: "Kalau ciangbunjin dan lain-lain sudah berangkat lewatjalan tembus, kurasa sekarang sudah sampai di Kwi-hun-ceng, marilah lekas kita susul.'
'Tapi jejak kita sudah diketahui musuh, jikalau menempuh jalan besar, apakah tidak membuat waktu malah ?" Thlo Ping segera menimbrung: 'Daerah pegunungan d is ini aku hapal sekali, bila perlu kita tempuh j a la n pegunungan, mungkin bisa mempersingkat waktu setengah hari.'
Saat itu kentongan keempat sudah hampir tiba, maka orang banyak masuk kuil untuk beristirahat sekedarnya, begitu fajar menyingsing, mereka terus menempuh perjalanan. Thlo Ping menunjukjalan menembus hutan belukar menuju ke Un- ciu...
Sekarang marilah kita ikuti perjalanan Llok Kiam-ping dan Gin-ji tay-beng yang maju ke Kwi-hun-ceng lewat jalan tembus. Kalau dilihat kecepatan jalan mereka, dalam sehari semalam mereka sudah akan tiba di tempat tujuan, namun karena Ginkang Siau Hong masih terbatas, selalu ketinggalan jauh dibelakang, sehingga perjalanan mereka terlambat cukup lama. Hingga magrib hari ketiga baru mereka tiba di Tho-lin- tun, tidak jauhnya dari Kwi-hun-ceng. Disini mereka menemukan gua lalu menetap di situ melepas lelah.
Setelah kentongan kedua Llok Kiam-ping mempersiapkan apa-apa yang diperlukan, lalu minta diri mengembangkan ringan tubuh berlalu secepat meteor menuju kearah Kwi-hun ceng. Ling-hi-pou-hoat memang menjagoi bulim danjarang ada tandingan, kini dia kerahkan tenaga mengembang gerak tubuh itu mencapai taraf yang paling tinggi. kakinya cukup menyentuh daun pohon, tubuhnya sudah melesat terbang seperti berlari kencang ditanah datar, begitu pesat gerak badannya hingga tak mampu diikuti oleh mata telanjang, dalam sekedipan mata sudah meluncur puluhan tombak jauhnya.
Jarak tiga li hanya ditempuh beberapa kejap saja, Kwi-hun- ceng sudah terlihat tak jauh disebelah depan- Kembali ketempat asalnya, membuat Llok Kiam-ping terbayang akan kepedihan hidupnya di masa kecil, rasa benci menggelitik sanubarinya, dengan enteng dia enjot kaki tubuhnya melompati sung a i pelindung perkampungan, baru saja dia hendak lanjukan lompat kearah pintu gerbang. mendadak dari rumpun pohon sebelah kiri terdengar suara percakapan orang yang lirih, untung pendengarannya amat tajam, pelan-pelan dia menggeremet kearah datangnya suara, tapi tidak berani terlalu dekat.
Didengarnya seorang berkata: "cong-tongcu kita memang keterlaluan, padahal pihak musuh tidak menunjukkan gerakan apa apa, tapi kami harus tegak berdiri terus d is ini, memangnya beberapa kurcaci Hong- lui- bun itu berani berbuat apa, datang satu bunuh satu, datang dua ganyang sepasang, sia-sia mereka mengantar jiwa kemari,"
Menurut cerita Tang-ling-sin kun, Pat-pi kim- liong bocah keparat itu tenyata memang boleh juga, sampaipun cong- huhoat kita juga kewalahan terhadapnya, untung beliau banyak akal dan penuh perhitungan, seka rang j a ring sudah terpasang, bila bocah itu berani datang, coba saja kalaujiwanya tidak melayang percuma." demikian ujar seorang lain-
Berdiri alis Llok Kiamping, hanya sekali melejit dengan enteng dia turun dibelakang kedua orang itu, kedua tangannya menepuk serta meremas pundak mereka, saking kesakitan kedua orang itu sudah buka mulut hendak berteriak. Lekas Llok Kiamping mengancam: "Jangan bersuara perangkap lihay apa yang direncanakan Tang- ling- lo-koa y. Di mana pula sekarang Ham-ping- lo-mo berada? Lekas jawab.'
Waktu mereka menoleh seketika serasa terbang arwah mereka, badan juga gemetar, kata mereka berbareng: "Kau inilah Pat-pi- kim- liong ?'
Sedikit mengangguk Kiam-ping perkeras remasannya, karuan kedua orang itu gemetar saking kesakitan, namun tidak berani bersuara, hingga gigi mereka yang berkerutuk. Kiam-ping jadi gemas, bentaknya lirih: "Baiklah, akan kugunakan cara membetot urat mencopot sendi tulang, selama tujuh hari kalian akan tersiksa setengah mati, setelah itu baru jiwa akan melayang dengan mengenaskan', demikian ancamnya.
Karuan seperti disamber gledek kejut mereka, lekas mereka meratap minta ampun:
'Kami berdua hanya bertugas juga dipos gelap ini, jagojago tangguh banyak didalam Kwi-hun-ceng, Semua tersebar ditempat-tempat strategis, setiap langkah menghadapi bahaya, tentang bagaimana rancangan perangkap itu, kami berkedudukan rendah, terus terang kami tidak pernah dengar."
Llok Kiam-ping juga maklum pengakuan mereka memang jujur, maka dengan tersenyum dia tepuk dua kali, tanpa bersuara kedua orang itu roboh, dengan sekali berkelebat laksana burung bangau dia menjulang tinggi keatas berkelebat masuk ked a la m perkampungan.
Tidak ada perobahan sejak mula dalam perkampungan ini Llok Kiam-ping dibesarkan dalam perkampungan ini, dia hapal segala seluk beluk di sini. dengan ketangkasan gerak tubuhnya dengan mudah dia terus menyelinap lebih jauh, langsung dia menuju kependopo. sekarang diluar pendopo tepat menghadang pintu berdiri sebuah papan batu besar, tinggi setombak lebih, empat huruf besar terukir diatas papan batu ini, bunyinya Ngo-bu-wi-yang (Kungfuku melanglang buana) empat huruf dalam goresan kuno dan kuat.
Dalam hati Kiam-ping membatin: 'Agaknya Kwi-hun-ceng hendak dijadikan pangkalan Ham-ping-klong untuk merajai Bulim didaerah Tlonggoan ini, tujuan mereka memang cukup besar, aku harus menghadapinya secara serius."
Pendopo tampak terang benderang percakapan orang dengan suara keras berisi sering kumandang dari dalam. Selincah tupai seenteng bangau melompat Kiam-ping terus menyelinap maju mendekam dipojok tembok sekali lompat seringan kucing dia mendekap diatas payon, lalu mengintip kesebelah dalam.
Tampak sebuah meja panjang menjurus kearah pintu dan diujung dalam sana duduk tujuh orang tua, semuanya memiliki sorot mata tajam, Thay-yang-hiatjuga tampak menonjol, jelas Lwekang mereka rata-rata sudah mencapai taraf yang tinggi. Diantara tujuh orang ini termasuk Tang-ling- sin-kun, Tay-bok-it-siu, kecuali itu lima orang yang lain masih asing bagi Llok Kiam-ping.
Disebelah bawah duduk dua belas lelaki kekar berseragam sama, kemungkinan mereka itulah cap-ji-sat-sing dari Ham- ping-klong yang terkenal kejam itu.
Lelaki tua berwajah burung hantu bermata elang yang duduk ditengah itu sedang berkata: "Sungguh tidak nyana, bangkotan tua sepertiJian-li-tok-heng yang pongah itu juga mau digaruk kedalam Hong- lui- bun perjalanan Yu-tongcu ke ceng-thian kemaren tidak berhasil membereskan bangkotan tua itu, paling tidak kita sudah berhasil meraba seluk beluk mereka. Ling-kun, menurut pendapatmu, apakah Pat-pi- kim- liong sendiri sekarang sudah berada di Un-elu ?"
"Menurut laporan splon kita digaris depan, dua orang tampak menempuh perjalanan kearah timur, tapi entah mengapa setelah keluar dari Siang-tham, bangkotan tua itu mendadak menghilang jejaknya. Kini tiba-tiba muncul sendirian bersama It-cu kiam Koan
Yong, salah satu dari Llong-bun-siang-kiam di ceng-dian, urusan memang akan memb ing ung ka n. '
MendengurJian-li-tok-heng sudah ditengah jalan, pasti akan tiba tepat pada saat nya, diam-diam Llok Kiam-ping yang mengintip diluar merasa girang. Dengan sikap hormatJong- san-toa-hong Yu in hwi berkata: "Lebih diluar dugaan lagi, Hu- congpiauthau dari Hong-jang piauklok Thi-pi-kim-to Tan Kian- thay dan lain-lain tiba-tiba muncul memberi bantuan Jian-li- tok-heng berdua d is a at mereka sudah kepepet hampir kalah. Padahal menurut laporan yang masuk. mereka tidak sehaluan dan tidak seperjalanan-"
Tang- ling-sin-kun buka suara: "Dari sini dapat dinilai bahwa bantuan yang mereka kerahkan agaknya tidak sedikit. Bukan mustahil sekarang sudah ada yang menyelundup ked a la m perkampungan ini." Lelaki tua ditengah itu berkata pula:
"Kurasa belum tentu, namun lebih hati-hati dan waspada juga baik. Yu-tongcu, kamar rahasia dibela kang itu, merupakan tempat penting untuk menyimpan barang-barang berharga dari IHong-lui bun, maka penjagaan harus diperketat dan diperkuat.
"Benar, untuk itu kami sudah menambah Tan dan ^h dua Thocu untuk ikut bantu menjaga." '
Mendengar tempat penyimpanan tanda kebesaran dan barang-barang penting Hong-lui-bun sekilas Llok Kiam-ping melengak tanpa ayal segera tampak bayanganputih berkelebat, dengan enteng orangnya sudah melambung kebelakang. Karena sudah hapal tempat ini, dia menyelinap ketempat gelap terus menyelinap kesana lalu melayang turun didepan sebuah kamar besar, sejenak berhenti baru saja dia hendak menubruk kesana, mendadak sebuah bayangan besar menubruk datang, gaya tubrukannya yang keras dengan gayanya yang luar biasa, belum pernah dia melihatnya.
Sambil menunduk dia menyelinap maju seraya merogoh tangan "Bluk" bayangan hitam itu terlempar lima tombak jauhnya, setelah mendengus- dengus beberapa kali terus rebah tak berkutik lagi. Ternyata itulah anjing ajak dari Mongol, anjing buas dan galak sebesar anak kerbau. Kiam-ping tahu jatuhnya anjing besar dengan suara keras itu pasti membuat kaget beberapa pos penjagaan yang tersembunyi di sekitar ini, lekas dia melambung keatas meraih dahan pohon terus menyelinap diataspohon besar.
Dugaannya memang betul, pintu kamar besar itu segera terbuka, beberapa bayangan orang berlompatan memburu kearah datangnya suara. G-^ak g erik beberapa orang itu tangkas, langkahnya enteng, jelas mereka jago-jago lihay.
Seorang memeriksa luka anjing itu, katanya dengan kaget: "Lwekang penyatron itu sedemikian tangguh, kelihatannya tanpa mengalami pergulatan sama sekali, sekali pukul lantas tamat riwayatnya.J a rang aku temukan lawan setangguh ini Lwekangnya. Urusan malam ini tidak boleh gegabah" Tiba-tiba seorang berkata dengan tertawa:
"Aku yakin dia tidak akan mampu meloloskan diri dari Kwi- hun-ceng."
Dari dalam kamar besar kembali melesat keluar sesosok bayangan besar, sekali bersuit rendah, dia undang lima ekor anjing lainnya, secepat angin mereka memburu kebawah pohon-
Seketika Kiam-ping Merasakan gelagat tidak menguntungkan, penciuman anjing teramat tajam, bila tempat persembunyiannya konangan, untuk meloloskan diri tentu memakan banyak kesulitan- Lekas dia kembangkan Ling-hi- pou-hoat tubuhnya melompat tinggi secepat kilat bila daya luncurnya hampir mencapai titik terakhir, kedua tangan menekan kebawah sambil mengerahkan hawa murni dari pusar, berbareng kedua kaki memancal, orang nyapun melayang naik pula, Secara beruntun sembilan kali tubuhnya jumpalitan diudara, akhirnya melayang turun di ujung payon kamar besar itu.
Rumah ini terletak tiga puluhan tombak dari pohon besar itu, kecuali Llok Kiam-ping yang sudah dibekali ilmu sakti, siapapun takkan mampu melakukannya. Pada saat itulah kelima anjing itu menyalak-nyalak dan mengitari pohon besar itu.
Terdengar sebuah suara keras berisi berkata dengan tertawa: "Sahabat, d is ini bukan tempat persembunyianmu. "Belum habis bicara tubuhnya mendadak sudah melejit keatas, kedua tangan terayun kearah pohon besar, segumpal angin besar laksana amukan ombak dahsyat menyapu ranting kecil dan daon-daonpohon, begitu dahsyat daya pukulannya sungguh mengejutkan-
Llok Kiam-ping yang sembunyi ditempat gelap mau tidak mau memuji dalam hati, pikirnya: Tenaga pukulan orang ini agaknya lebih unggul seurat dibanding Tay-bok-it-su." Waktu dia menegasi ternyata lelaki tua yang barusan duduk ditengah itu, seketika timbul rasa heran dan curiganya, 'Siapakah orang ini ? 'demikian dia bertanya-tanya dalam hati.
Begitu hinggap dipucuk pohon, orang tua itu celingukan, segera dia bersuara heran, lekas dia melompat turun pula ketanah, katanya: " Kungfu penyatron memang hebat penciuman anjing teramat tajam, pasti tidak salah tadi dia sembunyi di sini, namun dalam sekejap ini tahu-tahu sudah lenyap tanpa bekas."
”Apa tidak mungkin dia pindah keatap wuwungan sana. ?" kata seseorang.
Tampak orang itu tertawa g elak- g elak. katanya: Jangan berkelakar Liang-tongcu pohon ini berjarak tiga puluhan tombak dari pendopo. terus terang aku Hong kiatjuga tidak punya kemampuan setinggi itu, hayolah kita menyebar keberbagai penjuru, penyatron itu pasti belum pergi." segera dia pimpin beberapa orang menuju kebelakang.
Setelah orang tua itu menyebut nama dirinya baru Llok Kiam-ping tahu siapa dia, ternyata Kim-kong-ci Hong kiat sudah ditakuti sejak empatpuluh tahun yang lalu, golongan hitam maupun aliran putih bila mendengar julukkannya, siapa tidak pecah nyalinya, diam-diam timbul rasa kuatir dalam benaknya. Menurut ceritaJian-li-tok-heng, bukan saja Kungfu orang tua ini amat tinggi.terutama kedua jari telunjuk dan tengahnya meyakinkan Kim-kong-ci, tiada benda keras apapun didunia ini yang mampu menahan tonjokannya, apalagi badan manusia sekali tuding daging bolong tulang remuk. bukan saja lihay juga berbisa dan jahat.
Dengan adanya keributan ini seluruh jago-jago yang berada d id a la m perkampungan lantas dikerahkan, semua pelosok dijaga ketat, dengan sabar mereka menunggu penyatron itu masuk perangkap. Sementara Kim-tong-ci bersama rombongannya hilir- mudik menggeledah sana periksa sini, suasana menjadi amat tegang.
Llok Kiam-ping tahu kalau urusan berkelanjutan begini-juga akhirnya tidak menguntungkan dirinya, maka timbul hasratnya kalau tidak berani masuk sarang harimau mana dapat menangkap anak harimau, tampak sekali berkelebat dia melejit kedepan terus melorot turun mepet tembok setangkas kucing dia menerobos masuk kesebelah dalam.
Setelah melewati sebuah lorong, didepan adalah lima deret kamar berbentuk kotak. Kamar ditengah terbuka pintunya, suara gerokanorang tidur pulas terdengar nyata, maka seorang berkata: "Li-losu, kau terlalu banyak minum arak hingga mabuk. Cong-tongcu sudah berpesan malam ini kita harus lebih waspada, jikalau musuh menyelinap kemari, celaka bila barang-barang berharga milik Hong-lu^bun yang tersimpan di sini tercuri orang, jiwa ragamu belum setimpal untuk menebus dosa besar ini. Hayolah bangun, setelah larut malam boleh kau tidur lagi."
Diam-diam Llok Kiam-ping girang, agaknya dirinya bakal ketib a n rejeki, tanpa ayal segera dia menerobos masuk kamar. Seorang lelaki kekar berperawakan pendek sedang duduk didepan meja, sebelah tangannya sibuk menggoncang tubuh kawannya yang menggeros diatas ranjang.
Kamar ini gelap gulita, namun pandangan Llok Kiam-ping seperti berada ditengah hari, tanpa mengeluarkan suara dia sudah tiba didekat meja, agaknya lelaki pendek itu tahu ada sesuatu didekatnya, lekas dia membalik badan, tahu-tahu bayangan putih berkelebat didepannya, kontan lengan kanannya lemas lunglai, seluruh tenaganyapun lenyap.
Llok Kiam-ping membentak lirik: "Lekas katakan, di mana barang - barang penting Hong- lui- bun disimpan ?" lalu jarinya meremas lebih kencang, karuan laki-laki pendek itu kesakitan, sahutnya dengan suara gemetar
"Itulah berada didalam almari." Kontan Kiamping menutuk IHiat-topelemasnya, lalu merebahkannya dilantai.
Dengan ketajaman kedua matanya Kiamping melompat kedepan almari serta membukanya, dari dalam almari dia keluarkan berbagai tanda kebesaran dan benda-benda penting Hong-lui-bun lainnya, semua dia masukkan kedalam kantong bajunya, baru saja dia bergerak hendak mundur keluar pintu. Mendadak didengarnya suara jepretan keras.
Sebuah papan besi baja telah anjlok menulup rapat pintu. Disaat melenggong, mendadak angin ribut menyambar dari sebelah depan, puluhan batang Am-gi sekaligus memberondong kearahnya, semua senjata rahasia beracun. ternyata didinding dipasangi alat-alas rahasia, jadi bukan sambitan manusia.
Lekas Kiam-ping kerahkan Kim-kong-put-hoay-sin-kang, pasang kuda-kuda mengendak pundak. kedua lengan bajunya terayun kedepan, Damparan angin kencang merontokkan semua senjata rahasia itu, suara gemerincing darijatuhnya Am-gi itu terdengar ramai menyentuh lantai, Sekilas Kiam ping periksa dinding kamar ini, ternyata empat penjuru terbuat dari papan baja, meski ditempat gelap ternyata kelihatan mengkilap.
Meski sudah terkurung berada ditempat berbahaya sedikitpun Llok Kiam-ping tidak gugup, tiba-tiba timbul akalnya, lekas dia melolos cui le - kia m, pedang berat yang tumpul ini dia sodokkan kelobang dindin, dari mana tadi senjata rahasia melesat keluar, cui-le-kiam adalah pedang sakti darijaman dahulu, tajamnya luar biasa, mengiris besi seperti merajang sayur, maka terdengarlah suara kerikan tajam yang memekak telinga, pedang itu amblas sedalam setengah kaki begitu tenaga dikerahkan, sekali perg elang a n tangan menggentak dan berputar, papan baja itu berhasil dipotongnya membundar selebar satu kaki setengah.
Sekali kaki menutul, tubuhnya segera menerobos lobang meluncur keluar. Waktu itu dari empat penjuru beberapa bayangan orang memburu kearah sini, demikian pula anjing- anjing ajak itu menyalak-nyalak buas.
Kiam-ping mendengus ejek. segera dia kerahkan tenaga diujung kaki mengembangkan
Ling-hi-pou-hoat, tubuhnya melesat tinggi belasan tombak, hanya beberapa kali mengganti gaya, tubuhnya sudah meluncur turun di luar sungai pelincung perkampungan beberapa kali lompatan pula bayangannya lenyap dari pandangan mata.
Kapan jago-jago Ham-ping-klong itu pernah menyaksikan kepandaian sehebat itu, Ginkang dapat dikembangkan dalam jarak jauh dengan gaya tubuh yang berganti pula, karuan semua berdiri melenggong hingga lupa akan tugas yang harus dikerjakan, bila mereka menjerit kaget. bayangan penyatron itupUn sudah lenyap.
Dengan selamat Llok Kiam-ping meninggaikan Kwi-hun- ceng, sepanjang jalan dia tempuh dengan kecepatan kilat langsung pulang ke Tho-lin-tun. Waktu itu kokok a yam sudah bersahutan, hari menjelang terang tanah, di kala orang banyak menunggu gelisah, syukur Llok Kiam-ping tanpa kurang suatu. apapun, karuan mereka bersorak menyambutnya.
Siau Hong pertama menyambut dengan riang: "Ping-ko, kenapa sampai sekarang bau pulang ? Kita menunggu dengan rasa dag dig dug.
"Kalian harus maklum Kwi - hun - ceng sekarang dijaga ketat, setiap langkah mungkin bisa menghadapi bahaya, jikalau bukan kebetulan, susah aku turun tangan mencapai hasil." lalu Llok Kiam-ping keluarkan buntalan kain kuning dari sakunya.
Terbelik mata Gin-juay-beng melihat barang-barang dalam buntalan itu, katanya dengan berlinang air mata: "Semua ini gara-gara aku yang tidak becus ini, sehingga Hong-lui-bun kita mengalami bencana yang memalukan ini, sekali ini aku bersumpah untuk menjagal musuh sebanyak mungkin, untuk melampiaskan sakit hatijatuhnya markas kita.
Melihat betapa benci dan dendam Gin juay-beng kepada musuh, lekas Kiam-ping menghiburnya: "Setiap orang yang memusuhi Hong-lui-bun adalah musuh kita bersama. Yu- huhoat kau sudah berjuang gigih demi Hong-lu^-bun kita, luka-lukamujuga baru sembuh, kesehatanmu belum sembuh seluruhnya, maka kau perlu hati-hati, bila tiba saatnya boleh kau membantai mereka sesuka hatimu." sejenak dia pandang seluruh hadirin lalu menambahkan, Tenaga kita masih belum mencukupi untuk sementara belum boleh bergerak, menurut laporan yang diperoleh mata-mata musuh,Jian-li Lokoko dan lain-lain, dalam dua hari ini pasti dapat menyusul sampai di sini. Sekarang sudah hampir terang tanah, lekaslah kalian beristirahat"
Mereka terns menunggu dengan sabar ditempat persembunyian hingga hari menjelang magrib, seorang murid yang ditugaskanjuga diluar tampak berlari masuk dengan langkah gopoh, katanya sambil menjura kepada Llok Kiam- ping: 'Lapor ciangbunjin diatas bukit sebrang tampak beberapa titik bayangan, agaknya sedang berlaju kearah sini.'
Lekas Llok Kiam-ping pimpin orang banyak keluar pintu kuil. Lekas sekali bayangan yang dimaksud sudah melesat makin dekat, semua ada enam orang, tiga orang didepan tampak bergerak enteng dan gesit, kelihatannya ttdak menggunakan banyak tenaga, yang terakhir keting g a la n puluh a n tomb a k. kelihatan kerahkan seluruh tenaga untuk menyusul orang-orang disebelah depan.
Mata Llok Kiam-ping lebih tajam dari orang banyak. dari kejauhan dia sudah melihat ^rang yang terdepan adalah saudara tuaJian-li-tok-hengjin Hou, lega hatinya, dengan riang segera dia enjot tubuh melompat kepucuk pohon, dari kejauhan dia sudah menggembor mema ng g ilny a .
Lekas sekaliJian-li-tok-heng meluncur kearah datangnya suara, begitu rombongan itu tiba dipinggir hutan Llok Kiam- ping melompat turun sudah tentu bukan kepalang girang hati mereka atas pertemuan ini, Llok Kiam-ping ajak orang banyak masuk kedalam kuil serta duduk berkeliling diatas lantai, mereka berunding cara menghadapi musuh, rapat itu memutuskan Thlo Ping bersama empat rekannya tetap tinggal di kuil ini menjaga Siau Hong, yang lain malam ini ikut bergerak menyerbu Kwi-hun-ceng.
Kentongan kedua Llok Kiam-ping bersama orang banyak. mengikutijalan yang kemaren dia tempuh menuju ke Kwi hun- ceng. Dalam jangka s emas akan air, sungai pelindung perkampungan sudah tampak disebelah depan, Waktu mereka tiba dibawah pohon besar tak jauh darijembatan, perkampungan besar itu dalam suasana sepi gelap keheningan yang mencekam. Tengah meraka celingukan dan main selidik, mendadak tampak tiga bayangan orang laksana tupai segesit burung elang melesat lewat sungai terus lenyap ditempat gelap.
Giniji-tay-berg bersuara dalam mulut, katanyu lirih: 'Melihat gerak gerik bayangan tadi kelihatannya adalah orang pihak. kita, mungkinkah Toako sudah kembali ?"
Kiam-ping juga merasa kenal akan bayangan itu, segera dia berpesan: 'Tak usah peduli apa betul bayangan itu coh- huhoat, tapi tak usah diragukan bahwa dia orang kita, setelah ketemu di sini lekas kita berpencar untuk menyambut mereka bertiga didalam. Lokoko bersama Yu-huhoat silakan masuk dari arah kiri berputar darijalan kecil, maksudku untuk membingungkan musuh, namun maksudnya untuk menggencet musuh dari dua arah. Sementara yang lain-lain tetap ikut cayhe." Habis bicara dia mendahului melesat ke udara, langsung menyerang ke pintu gerbang perkampungan.
Terdengar bentakan gusar beberapa orang, anak buah Ham-ping-klong yang sembunyi dibalikpohon, d is emak rumput berlompatan keluar menghadang, pemimpinnya adalah seorang tua jubah panjang berwajah celurut, sambil tertawa kering dia berkata: "Kawanan tikus berani mengusik harimau, agaknya kalian ingin mengantarjiwa dil Ham-ping- klong, lekas sebut nama kalian, menyerah -saja, hukumannya pasti ringan."
Llok Kiam-ping hanya mengejek hina, tanpa bersuara dia sambut orang-orang itu dengan pukulan kedua telapak tangannya, Kiam-ping menyerang dengan gusar, maka dapat dibayangkan betapa dahsyat tenaga pukulannya, Lelakijubah panjang berwajah celurut itu adalah salah satu Tongcu dari Ham-ping-klong, ilmu silatnya tidak lemah. tapi dibanding Llok Kiam-ping jelas terpaut amatjauh melihat Kiam-ping masin muda, dia terlalu gegabah dan memandang rendah, apalagi Kiam-ping menyerang lebih dulu, baru saja dia angkat tangan, damparan tenaga pukulan lawan sudah menerpa tiba, kontan dada seperti ditumbuk benda berat, mulutnya setengah memekik, tahu-tahu tubuhnya sudah terlempar lima tombak, rubuh untuk tidak bangun lagi.
'Hayo serbu.' 'Kiam-ping memberi aba-aba. Bayangan orang segera saling tubruk, jeritan demijeritan, satu- satu orang Ham-ping-klong dirobohkan- Dalam sekejap penjagaan diluar pintu gerbang telah disikat habis.
Dari luar tampak cahaya lampu terang benderang d id a la m perkampungan, sayup,sayup terdengar pula suara pertempuran sengit Kiam-ping tahu tiga orang yang mendahului masuk kedalam sudah bergebrak dengan musuh. Beberapa kali lompatan dia sudah turun didepan pintu gerbang, kontan dia pukul dengan kedua telapak tangan. "Blam' daun pintu gerbang setebal beberapa dim itu telah dipukulnya bolong, sekali pukul lagi daun pintu pun semplak dan roboh kedalam.
Bagai air bah orang banyak segera menyerbu masuk. Tujuh orang kekar mendadak menerobos keluar menghadang, yang pimpin rombongan orang itu dua orang, seorang kakek berwajah bersih dan seorang Hweslo gendut.
Melihat yang membobol pintu gerbang Llok Kiam-ping, Tay- bok-it-siu menggerutu dalam hati: "cepat juga kedatangan bocah ini, kekuatanku sekarang mungkin bukan lagi tandingannya, situasi amat mendesak, apapun aku tidak boleh mundur dari medan laga untung jumlah kita lebih banyak sedapat mungkin mengulur waktu, bila bantuan telah datang, segala persoalan pasti dapat dibereskan.' Segera dia terkekeh tawa, serunya, "Llong- ciangbun, selamat bertemu, beruntung kau dapat meloloskan diri di Giok tong-bo, hari ini kau antarjiwa mu ke Kwi-hun-ceng, mati hidupmu bakal ditentukan d is ini. Sekali ini kau tidak terampun lagi."
Mata Llok Kiam-ping memandang langit sikapnya tak acuh dan menghina, katanya tersenyum: Jago yang sudah keok, sukmamu pernah lolos dari tanganku, masih berani takabur menjual lagak. anjing kurap macam dirimu yang terima menjadi antek orang hari ini takkan kuampuni jiwa." Kontan dia gerakkan kedua tangannya menepuk kearah Tay bok-it- siu.
Betapa dahsyat kekuatan tepukan Llok Kiamping, Tay-bok- it-siu tidak berani menyambut dia, menyingkir lima langkah terus mengembangkan pukulan tangan, pertarungan sengitpun berlangsung. Kedua orang bergerak cepat, dalam sekejap sudah dua puluh jurus saling serang.
Bocah gede Siang Wi tampil kedepan, bentaknya kepada Hweslo gendut Hot-pun Hosiang: "Kepala gundul, kulihat gaman di tanganmu cukup gede dan berat, tentu tenagamu amat besar, marilah kau layani pentungan ku ini, buktikan tenaga siapa lebih besar?' tanpa menunggu jawaban pentung besarnya itu sudah mengemplang kepala gundul Hoat-pun Hosiang.
Sudah tentu kepala gundul bergelar Hoat-pun Siansu ini tidak menduga si gedepikun ini tidak menghiraukan aturan Kangouw, datang-datang lantas menyerang, tengah melengak pentung lawan sudah mengemplang kepalanya, lekas dia angkat Hong-pian-jan sebesar telur angsa itu menangkis keatas.
Dua senjata berat beradu, "Trang" kerasnya seperti genta raksasa dipalu godam, keduanya merasa pekak telinga, kembang apipun berpijar. Hoat-pun Siansu mundur tiga langkah, kedua lengannya terasa pegal linu. Hatinya kaget bukan main, bocah gede ini ternyata memiliki tenaga raksasa.
Si gede Siang Wijuga menyurut mundur setindak, sambil mang gut dia memuji: "Bagus, Hweslo gundul memang berisi, nah sambut lagi pentungku." Pentung besar itu menderu pula dari atas, mengemplang kepala, senjata serangan pentung kali inijauh lebih kuat dan keras. Tadi Hoat-pun merasa dirugikan karena tanpa siaga harus menyambut serangan mendadak. kini setelah ia tahu lawan bertenaga raksasa, dia tidak melawan secara keras, lekas dia berkelit minggir hingga s a mb e ran pentung lewat didepan mukanya. Segera dia kembangkan ciang-mo-jan hoat ajaran perguruannya dengan enam puluh empat j urus serangan, la ngka h nyapun tangkas berputar mengelilingi si gede dengan permainan pentungnya yang gencar, setiap peluang tidak disia-siakan untuk menyelinap sambil menyodok dan balas meyerampang.Jangan kira badannya gendut, ternyata ginkangnya cukup tinggi, gerak geriknya gesit, permainan tongkat Hweslonya juga lincah. Maka kedua lawan seta nding ini, bertempur dengan seru.
Tay-bok it-siu yang menempur Llok Kiam-ping kian merasa payah, pihak lawan masih ada empat orang, sementara pihak sendiri kedatangan bala bantuan dua belas orang, menurut perhitungan jumlah orang, pihaknya pasti akan menang, dasar culas dan banyak akalnya, dia tahu untuk mengakhir pertempuran hari ini, demi mencapai kemenangan, tak perlu dia hiraukan aturan Kangouw segala.
Segera dia bersiul tiga kali memberi tanda kepada anak buahnya untuk terjun kearena pertempuran- Maka cap-ji-sat- sing dari Ham-ping-klong segera angkat senjata melabrak musuh, enam orang langsung meluruk kearah Llok Kiam-ping.
Berkepandaian tinggi besar nyali Kiam-ping, keroyokan lawan tidak menjadikan dia jeri malah menambah kebenciannya, lebih banyak lawan meluruk kebetulanjuga malah supaya musuh lebih banyak diganyang dan pertempuran lekas usai, dengan gelak tawa Kiam-ping berkata: "Lebih banyak kalian datang lebih menguntungkan, supaya menyingkat waktu menghemat tenaga." Lenyap perkataannya, pancaran cahaya benderangpun menyilaukan, Liat-jit-kiam sudah dilolosnya keluar. Disertai bentakan menggeledek, tubuh Kiam-ping melambung keudara, jurus Jit-lun-jut-sengpun dilancarkan- Seketika orang banyak disilaukan oleh terbitnya bola matahari besar yang mencorong cemerlang, bergegas mereka berlompatan mundur, padahal cap-ji-sat-sing dari Ham-ping- klong memiliki kepandaian yang cukup tinggi, namun dibawah ancaman Liat-jit-kiam yang sakti, susah mereka terhindar dari renggutan elmaut, disertai jeritan mengerikan dua orang roboh binasa.
Kiam-ping kebacut benci setengah mati, maka gerakan tidak berhenti sampai di situ, di udara badannya berputar, sementara tangan kiri melancarkan j urus Llong-kiap-sin-gan, badannya meluncur serong kembali semburan darah berceceran diatas tanah. Llok Kiam-ping bergerak selincah naga menari diudara, tangan dan pedang bergerak bersama, di mana bayangannya menerjang, serangan mematikanpun menentukan jiwa para musuhnya, kembali jeritan-jeritan saling susul.
Mimpipun Tay- bok-it-siu tidak pernah sangka bahwa lawan mampu melancarkan serangan pedang dan pukulan telapak tangan bersama, perbawanyapUn hebat luar biasa, susah dilawan apalagi ditahan, Melihat anak buahnya berguguran, saking ngeri merasa merinding bulu kuduknya, untung dia masih yakin bala bantuan tangguh masih ada dibela kang, meski harus pertaruhan jiwa raga juga dia akan bertahan mati-matian, sambil meraung gusar kedua telapak tangan menggenjot dan menjotos enam j urus, sekuatnya berhasil dia membendung rangsakan gencar Llok Kiam-ping.
Padahal Llok Kiam-ping juga ingin selekasnya membereskan pertempuran di sini untuk menerjang masuk lebih jauh, makajurus kedua Liat-jit-yam-yam segera dikenbangkanjuga. Dua jeritan lagi, dua orang Ham-ping- klong binasa. Sekilas dilihatnya Tan Kian-thay sedang bertempur dengan dua orang dari cap-ji-sat-sing, perlawanannya tampak makan tenaga, jelas kemampuannya memang tidak lebih unggul dari kedua lawannya, gerak geriknya sudah kelihatan lamban. Dengan mendelik gusar segera dia membentak: "Tan- los u, jangan gelisah, cayhe datang membantu." Lenyap suaranya orang nyapun tiba, d is a at badannya menukik ditengah udara berputar laksana damparan angin lesus, tampak sinar pedang berkelebat, kepala seorang terpenggal mencelat keudara, satujiwa telah ditamatkan lagi.
Memangnya Tan Kian-thay sudah merasa payah, mendengar seruan Llok Kiam-ping seketika berkobar semangat tempurnya, sekuat tenaga segera dia balas menyerang dengan nekad maka posisinya kinijauh lebih mending. Dalam sekejap itu pula Llok Kiam-ping telah mengerjakan pedangnya menghabisi jiwa seorang lawannya Disaat dia hendak melabrak musuh lebih lanjut, mendadak dirasakan angin kencang menindih dari belakang dia tahu Tay- bok-it-siu menyergap dengan serangan dahsyat sebat sekali dia berputar sambil melayangkan telapak tangan kiri, angin deraspun melanda. Setelah terjadi benturan kerass kedua orang inipun berkutat dengan sengit.
Dalam pada itu, lt- cu- kim Koan Yong sedang melancarkan cui -hong-kiam-hoat, dengan ketangkasan gerak tubuhnya dia berputar dan berlompatan kian kemari membingungkan kedua lawan yang mengeroyoknya, rangsakan kedua lawan dilayani secara mantap dan santai, setiap serangan musuh dia patahkan dengan serangan balasan-
Disebelah pinggir Pi-lik-jiujuga sedang melawan seorang dari cap-jit-sat-sing dengan kekuatan pukulannya yang hebat, setiap j urus serangannya selalu d ib reng i dengan bentakan mengguntur, secara langsung lawan dibuat gentarjuga oleh suaranya. Sementara coh-siang hwi ih Tiau-hlong sesuai nama julukannya, dia kembangkan ginkang terbang diatas rumput, tubuhnya bergerak bebas pergi datang berseliweran diantara rangsakan telapak tangan musuh, ternyata lawan tidak mampu menyentuh u^ung bajunya, lama kelamaan merasa pusing. dan kabur pandangan.
Nu-kang-cap-pwe-bak yang dilancarkan Ki ling-sin Siang Wijuga hampir selesai, namun lawannya yang berbadan gendut ternyata bergerak selincah kupu menari mengitari dirinya. si gede yang dikata bodoh ini ternyata segera dapat merobah strategi perangnya, kini dia rob a h permainan pentungnya dengan Liu-bun-hwi-bu, itulah ilmu pentung yang mengutamakan gerak lincah dan enteng.
Permainan pentung yang cepat mengatasi cepat ini ternyata membawa hasil dan bermanfaat besar bagi dirinya, hanya beberapa gebrak Hoat-pun Siansu sudah dicecernya kerepotan- Mau tak mau kepala gundul ini berpikir, Badan segede dan berat ini, kasar seperti kerbau lagi, ternyata mampu me lancarkan permainan tongkat setang kas dan lincah ini, sungguh aneh bin ajaib," Dua puluh jurus kemudian, Hoat-pun sudah terdesak dibawah angin, tidak mampu balas menyerang pula.
Mendadak Ki- ling-sin siang WI melancarkan j urus cai-bun- goat-hun ( mengudak mega menyingkap kabut ), pentungnya menyapu pinggang Hoat-pun Siansu, serangan ini bukan saja cepat, tak terduga juga telak.
Padahal baru saja Hoat-pun meluputkan diri dari samberan berbahaya pentung lawan, sebelum dia sempat berputar dan menegakkan posisinya, angin kencang dari samberan pentung lawan sudah menindih tiba, lekas dia berusaha menjatuhkan tubuhnya kearah kanan reaksinya boleh dikata cukup cepat dan secara reftek, namun gerakannya sudah terlambat, pentung besar Siang Wi telah membentur lengan kirinya. "Pletak" terdengar tulang lengan kirinya patah, saking kesakitan dia menjerit sejadi-jadinya, sambil kertak gigi lekas dia lempar dirinya mengikuti dorongan angin pentung keluar kalangan terus lari keluar perkampung an-
Lucu adalah Ki-ling sin Siang Wi malah berdiri menjublek mengawasi punggung f Hoat-pun yang mencawat ekor, sesaat kemudian baru dia tersentak sadar oleh gerung a n suara marah dua orang yang lagi berhantam tak jauh disampingnya. sambil menentang pentung besarnya segera dia menerjang masuk kedalam perkampungan.
Kini mari kita ikutiperjalananJian-litok-heng bersama Ginijiay-beng yang disuruh menyerbu dari sayap kiri, setelah meninggalkan orang banyak. mereka mengembangkan Ginkang melompati sung a i pelindung kampung, lewat jalan kecil langsung mereka menuju kebukit kecil yang berada dibela kang perkampungan, Ginkang mereka sama-sama tinggi, begitu dikembangkan, kecepatan lari mereka seperti anak panah seenteng asap mengambang. Dalam jangka setengah jam, mereka sudah tiba dihutan dibela kang perkampungan. Di sini angin malam menghembus santer, sinar bintang-bintang dilangit membuat keadaan remang- remang, menambah suasana seram. Ternyata penjagaan dalam hutan tidak seketat d ibagian depan, di sini hanya dijaga lima orang, dua sedang mendengkur, tiga orang mondar mandir.
PadahalJian-li-tok-heng dan Gin-ji-ay-beng sudah menyelinap kedalam hutan, jejak mereka ternyata tidak diketahui. Setelah saling memberi tanda kedua orang melompat bersama, empat tangan bekerja seperti berlomba, bayangan orang seperti bola mencelat terbang keatas kecantol diatas pohon, ditengah jeritan ngeri darahpun muncrat kian kemari. Dalam sekejap lima jiwa telah dihabisi, demikiampula penjagaan selanjutnya dibereskan dengan mudah, kalau tidak melayang jiwanya pasti ditutuk Hiat-tonya. Dengan tangkas kedua orang ini merebut jembatan gantung, baru saja mereka hendak melompat masuk kebalik tembok dari tempat gelap mendadak menerkam tiga bayangan hitam. celakanya tiga bayangan besar menerkam bersama tanpa mengeluarkan suara, tahu-tahu sedah mengancam leher.
Mata Ginijiay-beng lebih tajam ditempat gelap. begitu dekat dia sudah melihat yang menubruk datang adalah anjing ajak Mongol yang buas, lekas dia berseru memberi peringatan: "Awas, anjing buas, jangan sampai mereka mendekat.'
Jian-li-tok-heng segera menghentikan langkah siaga, begitu bayangan itu menubruk sejauh lima kaki, kontan dia sambut dengan pukulan kedua telapak tangan, "Bluk" bayangan besar itu dipukulnya terpental balik delapan kaki terus bergulingan ditanah,
Tapi anjing ajak ini agaknya berkulit tebal, pukulan biasa ternyata tak mampu melukai, setelah bergulingan dua kali, mendadak meraung buas terus menerkam balik lagi, tubrukannya jauh lebih keras malah,
Agaknya Ginijay-beng lebih berpengalaman menahan anjing, dia menunggu begitu
cakar anjing hampir mengenai tubuhnya, mendadak dia berkelit kesamping, berbareng dia menutul kaki, tubuhnya melejit lima kaki, begitu menggeliat pinggang kelima j arinya terkembang terus menepuk kebatok kepala anjing itu.
Anjing ajak yang diserangnya itu ternyata cukup cerdik, begitu terkamannya lupus, angin tekananpun menindih kepala, lekas dia membalik badan menggelundung lima kaki. Sementara meminjam tepukan telapak tangannya itu, kembali Gin-j.^ay-beng melambung lebih tinggi, dimana kedua kakinya menyendal, tubuhnya menubruk ke arah anjing yang menggelundung. Kedua telapak tangannya ditepukkanpula dengan tenaga lebih besar. Anjing ajak itu baru saja berdiri dan hendak membalik badan, tahu-tahu angin pukulan telah menindih kepalanya pula, untung dia cepat mengenjot kaki belakangnya hingga tubuhnya memberosot kedepan, serangan mematikan dikepalanya dapat dihindarkan, namun ^ak urung punggung kaki depannya terkena pukulan telak, Ditengah lolong suaranya, badannya ambruk tidak mampu berdiri lagi.
Sementara itu Jian-li-tok-heng juga secang kerahkan seluruh kekuatannya memukul seekor anjing ajak lima kakijauhnya, Mendadak dari samping kanan, tubrukan bayangan besar sederas anak panah menyambar^ Secara gopoh dia ayun sebelah tangannya menampar kesamping
.jikalau dia harus kerahkan tenaga melancarkan pukulan dahsyat secara beruntun, betapapun tangguh Lwekangnya, jelas dia takkan mampu bertahan lama, setelah beruntun melancarkan dua puluh jurus pukulan, keringat sudah bercucuran, napaspun mulai memburu.
Melihat keadaan kawannya, lekas Ginijiay-beng melompat datang, langsung dia menerkam kearah kanan mengincar seekor anjing ajak yang lain- Ternyata anjing ajak yang satu ini lebih cerdik, Melihat Gin-jiay-beng melejit keudara melesat kearannya, lekas dia mendekam ditanah tidak bergerak. bola matanya mendelik liar.
Jian-li-tok-heng sempat ganti napas, rasa gemas merangsang hati, kekijuga dia berhadapan dengan kawanan anjing buas ini, segera dia rogoh dua butir teratai besi. Bila anjing itu menubruk datang pula, kontan dia ayun tangan menimpukkan biji teratai besi yang sudah dia siapkan, yang diincar adalah bola matanya.
Mungkin karena jaraknya terlalu dekat, gerak gerik anjing sebesar itu diudara kurang tangkas, tak mampu dia meluputkan diri, kedua bola matanya seketika terbidik buta, biji teratai besi itu malah amblas kedalam lobang matanya. Terdengar anjing itu meraung kesakitan, badannya masih terus menubruk maju kedua cakarnya amblas kedalam tanah, saking kesakita . cakarnya mengaruk dan mencakar membabi buta sehingga tanah berhamburan.
Disaat kedua orang ini kerja sama mengganyang kawanan anjing ajak itulah, mendadak sebuah suitan keras kumandang dari arah pintu perkampungan- Maka muncullah dua bayangan orang menukik turun didepan mereka. Yang datang ternyataJong-san-siang-hong, sebetulnya mereka meronda dibela kang perkampungan, kebetulan mendengar pekik anjing kesakitan, maka mereka memburu datang.
Jian-li-tok-heng sambut dengan gelak tawa: "Sahabat lama, dua kali kau lolos dari telapak tanganku, gagahjuga malam ini karena kau dibantu oleh kawanan anjing ini.' kembali dia sindir bebuyutan ini.
Saking murka Yu fn-hwi bergelak tawa, serunya: "Mahluk keparat, jangan membual, malam ini j angan kau kira tumbuh sayap dapat lolos dari tangan kita."
"Selamat bertemu, selamat bertemu, itulah yang dinamakan orang hidup kemanapun bisa bertemu, sebentar boleh kau boyong seluruh kemampuan yang kau yakinkan selama sepuluh tahun ini, bisa terbuka mata Lohu.Jangan seperti yang terdahulu, hanya membersihkan telapak kaki terus ngacir lebih dulu, sebal aku jadinya. Nah kemarilah, waktunya masih pagi, supaya tidak terlambat kau mendaftarkan namamu kepada raja akhirat kalau terlambat, aku akan ikut gelisah didunia ini." f Habis bicara segera pasang kuda-kuda membuat gaya siap menghadapi pertempuran seru. Walau Lwekangnya tangguh, biasa suka berkelakar, sifat humornya itu takkan lenyap meski menghadapi bahaya, tapi keadaan malam ini berbeda, kalau tidak berani masuk sarang harimau, bagaimana dapat merobohkan musuh yang dibantu anjing ajak buas, maka dia tidak berani gegabah. KuatirJian-li-tok-heng kecundang oleh kawanan anjing buas itu, lekas Ginij.^aybeng melompat datang disampingnya, setelah membisiki beberapa patah- kata, segera dia mundur kembali ketempatnya.
Toa-hong seperti mendadak teringat sesuatu, dengan nada sinis dia bertanya:
"Mahluk tua, sebetulnya apa hubunganmu dengan f Hong- lui- bun sampai kau sudi menjual jiwa untuk mereka ? Berani mencampuri urusan ini ?"
"Soal itu boleh nanti kau tanyakan kepada raja akhirat.
Sekarang Lohu tidak sempat perang lidah dengan kau."
KaruanJong-san-sian-hlong mencak-mencak gusar seperti kebakaranjenggot. Tapi mereka tahu diri, dengan bekal kemampuan mereka sekarang pihak s end iri jelas tidak mampu mengalahkan kedua lawannya, untung anjing buas berada disamping bisa membantu dengan aba-abanya, betapapun tinggi kepandaian lawan yakin malam ini mereka takkan lolos dari renggutan maut.
Setelah menilai situasi dan gelagat lebih menguntungkan, maka mereka memperlihatkan sikap takabur, dengan suatu gerakan khusus mereka memberi tanda kepada anjing ajak disertai bentakan-bentakan aneh, kedua saudara itupun ikut menerjang Empat telapak tangan menari, disertai s a mb eran angin dingin mereka memecah diri menyerang kedua musuh.
Tanpa berjanjiJian-li-tok-heng dan Gin-iay-beng melompat tinggi keudara, dua gulung tenaga angin pukulan lawan menyamber dibawah kaki mereka, dari atas mereka menukik balas menyerang dengan telapak tangan begitu meluncur turun badan berputar hinggap dibela kang kawanan anjing.
Perawakan anjing itu gede dan kekar, daya tubrukan mereka sungguh teramat kencang tapi untuk bergerak membalik ternyata agak lamban. Begitu kaki menyentuh bumi jian-li-tok-heng dan Gin-jiay-beng berlomba menarikan empat tangan mereka, dua jalur angin dahsyat berpencar menerjang ke arah s elang kang a n belakang anjing ajak. Walau anjing itu cukup cerdik meneruskan terj angannya kedepan, tapi begitu kedua kakinya harus memancal kebelakang, dikala tubuhnya hampir melenting hedepan itulah, kedua kaki belakangnya sudah terkena pukulan. "Krak" tulang kaki belakang patah dan remuk. saking, kesakitan anjing itu melengking keras, hanya kedua kaki depannya saja menggaruk tanah berusaha melarikan diri.
Jong-can-siang-hong tidak sempat menyelamatkan anjing itu, karuan mata mereka menyala gusar, rona f muka nyapun semakin bengis dan seram. Sekali pukul berhasil merobohkan seekor anjing, berkobar semangat Jian-l^tok-heng dan Ginju^ay-beng, melihat mimik muka Siang-hong, sengaja dia bergelaktawa dan mengolok pula: "Yu-ciangkun sekarang berobah menjadi keroco yang tanpa daksa, memangnya kalian antek penjahat ini juga tidak akan mampu berbuat apa lagi. Hayolah, maju, biar Loh u tamatkan pula riwayat kalian-"
Kedua manusia ganas ini terkenal jahat dan culas, sekarang mereka kecundang dan dipermainkan olehJian-li-tok-heng, saking marah mereka hanya bisa melotot gusar tanpa bisa balas mencaci.
Mendapat anginJian-li-tok-heng ternyata tidak memberi ampun, kembali dia mencemooh dengan nada iba: "Loh, kenapa ? Sudah jeri ? Peduli takut atau tidak- malam ini kalian tidak boleh diberi ampun lagi," sebelum habis bicara, dia sudah menyerang lebih dulu.
Kedua tangannya menyerang dengan delapan bagian kekuatannya, begitu didorong kemuka, s eg ulung angin kencang menerjang kearah Toa-hong.
Toa-hong Yu fn-hwi tahu bahwa lwekang lawan bebuyutannya ini amat tangguh, melawan dengan kekerasan jelas dirinya tidak akan untung, namun diburu emosi, mendadak diserang pula, karena terdesak dengan kertak gigi dia balas memukul sekali. Dengan gusar dia memukul maka dia kerahkan seluruh tenaganya, perbawanya memang mengejutkan-
"Daaar", mereka tertolak mundur selangkah.Jian-li-tok- heng segera menghardik: "Lumayan, nah sambut pukulanku pula." kali ini dia kerahkan setaker tenaganya.
Tadi Toa-hong Yu In-hwi sudah memukul dengan seluruh kekuatannya, kedua pihak mundur setapak^ melihatJian-li- tok-heng tidak memperoleh keuntungan, hatinya amat girang, dia kira Lwekang sendiri setanding dengan lawan, maka timbul keberaniannya, lekas dia himpun seluruh sisa kekuatannya menyongsong pukulan lawan d eng a n pukulan telak.
Tak nyana kali ini dia salah perhitungan, kerugian yang diderita lebih besar. Begitu pukulan kebacut dilontarkan, seketika dia merasa damparan tenaga lawan laksana gelombang samudra yang bergulung-gulung, tahu gelagat jelek. tak sempat lagi dia menyingkir atau berkelit ? Begitu dua tenaga pukulan beradu, badannya terpental delapan kaki, kedua mata berkunang-kunang, darah dirongga dadanya juga bergolak, kaki lemas danjatuh terduduk sambil tumpah darah, jelas luka-lukanya tidak ringan-
Ji-hong melompat maju hendak menolong tapi Giniji-tay- beng telah mencegatnya.
Lwekang Pek Ing setingkat lebih rendah dari saudaranya, namunjiwanya lebih sempit, culas dan picik pula, melihat telapak tangan Glnju^ay-beng mengeluarkan sinar perak mengkilap. pukulannya juga keras, tak berani dia melawan dengan keras. Lekas dia mengegos minggir, mengembangkan kelincahan tubuhnya, selulup timbul diantara samberan angin pukulan lawan-
Walau sudah terluka Lwekang Toa-hong cukup tangguh, lekas dia kerahkan tenaga dalam untuk menahan luka- lukanya, disamping merogoh keluar dua biji pil obat terus dikunyah, setelah itu dia duduk bersimpuh samadi. Hanya sekejap luka-lukanya berhasil disumbat hingga darah tidak mengalir terlalu banyak. lekas sekali dia sudah berdiri, jian-li- tok-heng tidak memberi kesempatan pula, cepat dia menubruk maju dengan kedua tinjunya menjotos. Toa-hong berkelit kepinggir, kini diapun mengembangkan kelincahan tubuhnya, dalam waktu singkat masih mampu dia bertahan.
Kalau lawan dibiarkan bertarung secara berputar begini, kapan pertempuran akan berakhir, celaka kalau bala bantuan lawan datang, urusan tentu lebih sukar dibereskan, berkerut alis Ginij.^ay-beng, sekilas berhasil dia mendapat akal.
Mendadak dia melejit keudara setombak ditengah udara menekuk pinggang serta menukik turun, kedua lengan membundar kekanan kiri, laksana seekor burung rajawali, menerkam dari tengah udara. Aksi Gin-jitay-beng ternyata membuat Pek Ing tertegun karena lawan terapung diudara, maka kelincahan tubuhnya sukar dikembangkan. Melihat musuh menerkam dari udara, tenaga pukulannyapun mendesis kencang, lekas dia kembangkan pula kelincahan langkahnya untuk menyelamatkan diri.
Diluar tahunya keistimewaan kepandaian Gin-j^ay- bengjustru adalah Ginkang, ditengah udara dia bisa bebas melancarkan pukulannya, apalagi Gini-^a-ciang adalah ilmu tunggal yang tiada taranya. Pukulan ini dapat dilontarkan hanya dengan sekali sedotan napas yang dilandasi tenaga murni,jadi tidak usah ganti napas mengerahkan tenaga pula, meminjam daya putaran tubuhnya itu tenaga pukulannya bisa dikembangkan secara beruntun
Karena itu dikala Pek Ing berhasil meluputkan diri dari hantaman pertama, Ginjutay-beng meminjam tenaga tekanan kebawah itu untuk mencelat mumbulpula dengan putaran sekali lagi, begitulah secara beruntun dia melontarkan pukulannya dari udara. Maka terdengarJi-hong menggerung pendek seperti sapi disembelih, badannya mencelat terbang tiga tombak.
Untung dia pandai melihat keadaan, lompatannya kedepan sekaligus didorong tenaga pukulan lawan hingga luka-lukanya tidak begitu parah, begitu kaki menyentuh tanah sekalian dia menjejak bumi hingga tubuhnya melesat pula kedepan, hanya beberapa kali lompatan pula bayangannya sudah lenyap ditelan gerombolan pohon.
Ginjutay-beng tidak menduga bahwa lawan melicin itu, demi melarikan diri, saudara sendirijuga tidak dihiraukan, malah ngacir tanpa memberita h u kepada saudaranya. Dikala dia menyeringai hina dan geleng geleng menghadapi perbuatan rendahJi-hong yang tidak tahu malu ini. Mendadak didengarnya jeritan keras yang mengerikan dari arena pertarungan sebelah sana. Waktu dia menoleh kebetulan dilihatnya badan Toa hong yang tinggi besar itu mencelat dua tombak jauhnya, darah menyembur dari mulutnya.
Ternyata begitu Ginju^ay-beng, hinggap dimuka bumi, di sanaJian-li-tok-heng juga mencelat keudara. Ginkangnya memang tidak lebih unggul dibanding Gin-ji-tay.beng, namun mempunyai keistimewaannya sendiri pula. Tampak selincah naga dia kembangkan kedua tangannya memukul beruntun dengan gencar.
Memang sudah terluka, tenaga makin lemah, meski luka- luka sudah diobati dan darah tersumbat keluar, namun dalam keadaan kepepet lagi, gerak geriknya sudahjauh lebih lamban- Dengan kertak gigi sekuatnya dia berhasil mengegos diri dari empat j urus serangan lawan, namun punggungnya kembali termakan jotosan keras, hingga tubuhnya ambruk tak bangun lagi.
Tanpa hiraukan korbannyaJian-li-tok-heng memberi tanda ulapan tangan kepada Gin-ji^tay-beng terus melesat masuk kedalampintu dibelakang perkampungan- Sementara itu Liok Kiam-ping masih melabrak Tay-bok-it- siu yang dibantu tiga jago kosen Ha m-ping-kiong denganpedang danpermainan telapak tangannya, walau permainannya cukup kuat dan mantap. tapi Lohsing-ciang- hoatTay-bok^it-siujuga kepandaian tunggal yang sudah terkenal kelihayannya bila dikembangkan sampai puncaknya, perbawanya juga amat mengejutkan-
Mau tidak mau Liok Kiam-ping membatin, kalau jalan pertempuran bertahan begini saja, kapan berakhir, terpaksa harus melancarkan serangan total dengan jurus tunggal, kalau tidak perlu dua ratus j urus baru dia mampu merobohkan para lawannya.
Keinginan timbul tenaga dalampun serta merta dikerahkan, gaya pedang ditang a n kanan menyontek, dia bergerak denganjurus Sip-yang-say-loh. Berbareng telapak tangan kiri mertggempur lebih dahsyat lagi denganjurus Liong-jiau-king- thian- Tampak sinar pedang berkelebat diseling telapak tangan yang berlapis-lapis, laksana hujan badai, ke empat lawannya dirabu dan dilabraknya.
Walau harus tumplek seluruh perhatian dan kerahkan segala kemampuan, sedikit banyak Ta y- bok-it-siu sudah meraba sampai dimana kehebatan permainan Liat-jit-kiam- hoat dan Wi- liong- ciang Llok Kiam-ping, karena itu sejak mula dia sudah waspada dan bersiaga. Setiap j urus permainan diperhitungkan supaya tidak kebacut terperangkap oleh pancingan lawan-
Melihat pancaran cahaya surya dari pedang lawan tampak lebih benderang menyilaukan mata. dia tahu jurus kali inijauh lebih ampuh dari dua jurus terdahulu, sudah tentu dia tidak berani ayal, secepatnya dia mengegos sambil melompat mundur, syukur berhasil menyelamatkan diri. Tapi belum sempat dia membalik tubuh, didengarnya suara keras diseling dua kalijeritan ngeri. Dua orang pengeroyok dari cap-ji-sat-sing tampak terlempar dua tombak tak bangun lagi, darah masih terus menyembur dari mulut mereka.
Liat-jit-kiam-hoat memang ilmu sakti warisan jaman kuno, kapan hadirin pernah melihat kehebatan ilmu pedang sepetti itu, Disaat mereka tersirap kaget dan melongo, sebelum menyadari apa yang telah terjadi. sebuah lengking suara suitan keras mendadak berkumandang dari dalam perkampungan, menyusul sesosok bayangan orang laksana kilat meluncur datang, dalam sekejap sudah meluncur turun hinggap ditengah arena.
Waktu Kiam-ping angkat kepala, dilihatnya pendatang adalah seorang lelaki tua, berambut, jenggot dan alis uban, perawakannya kekar tegap. wajahnya merah kereng, kedua matanya merem melek memancarkan sinar cemerlang.
Menyusul terdengar bentakan-bentakan sekeras guntur dari dalam perkampungan, maka terjadilah hujan panah yang tidak terhitung banyaknya memberondong keluar secepat kilat.
Ki-ling-sin Siang Wi berada paling depan, meski dia memiliki ilmu kebal badan, badan tidak mempan senjata, namun d iba wah hujan panah begini, karena dia menerjang terlalu bernafsu, maka tak berani dia biarkan anak panah mengenai tubuh, sambil putar kencang pentungnya dia menyurut mundur, mungkin terlalu gugup dia berkelit, tak urung dua panah menancap dipantatnya, untung kulit badannya tebal, dagingnya kokoh kuat lagi, rasanya juga hanya seperti digigit semut saja, anak panah mencelat jatuh ditanah.
Namun hal ini sudah memancing amarahnya, ia membentak gusar: 'Anak kura-kura, kalau berani h ayo keluar, main sembunyi lelaki gagah macam apa ?"
Tapipembidikspembidik yang sembunyi dibalikpintu apapun tidak berani keluar, biar pecah tenggorokannya, caci makinya tidak dihiraukan- Apa boleh buat terpaksa Ki-ling-sin seret pentungnya putar balik ke arena disebelah luar.
Begitu Ki-ling-sin mundur dari dalam pintu baru memburu keluar puluhan anak buah Ham-ping-klong yang semuanya berseragam hitam, semua membawa busur danpanah, cepat sekali mereka memencar keempat penjuru, orang-orang Hong- lui- bun telah di kepung.
Dengan sikap gagah dan congkak laki-laki tua bertubuh kekar itu bertolak pinggang, pandangannya tampak meremehkan- jeng ekny a: 'Anak muda, kau inikah Pat-pikim- liong, tunas muda yang baru angkat nama ?"
Kiam-ping menarik muka, katanya dingin: "Sebagai kaum kroco tak bernama di Kangouw, malu aku menyebut gelar segala, kukira tuan seorang yang cukup tenar, boleh aku tahu gelaranmu ?'
"Bagus, Lohu adalah Peksbi-sian-ang (Ki dewa alis putih) Tanghong ^ Sute Ham-ping Lojin- Kabarnya kau memukul mampus cengsan-biau-khek, menusuk mati G-^hu-cu, menggetar luka parah Hwi khong Tianglo dariBu-tong, perbawamu menggetar nyali Tang- ling, Hwe-hun-cun-ciapun kaujagal, betapa kejam dan culas perbuatanmu, kejahatanmu yang busuk telah tersiar luas di Kangouw. Lohu ingin tanya kepadamu, ada permusuhan apa mereka dengan kau, berani kau turun tangan sekeji itu ?'
Mau tidak mau Kiam-ping melenggong, pikirnya: 'Menurut Lo-koko, jauh pada empat puluhan tahun yang lampau Peksbi- sian-ang sudah menggetarkan daerah perbatasan utara. kungfunya tinggi, setaraf dengan Ham-ping Lojin Suhengnya. Tapi sifatnya angkuh. dalam menyelesaikan urusan selalu membawa adatnya sendiri, maka segala lapisan persilatan, jeri bila berhadapan dengannya, namun selama hidupnya tak pernah dia melakukan kejahatan.' Mengorek persoalan lama membakar dendam Llok Kiam- ping, mendadak Llok Kiamping terloroh-loroh, katanya: 'Sepuluh tahun yang lalu, untuk merebut Wi-llong-pit-kip dan Hiat-loong-po-glok, enamperguruan diTay-pa-san mengeroyok ciang-kiam-kim-liong, tentang peristiwa ini yakin tua n pernah mendengarnya jug a. Tiga tahun yang lalu secara licik ceng- san-biau-khek menyergap Lui G^-ok. tentu hal inijuga sudah kau selidiki, ibunda ku gugur lantaran polah orang-orang B u- tong yang katanya welas asih dan berhati bajik. ayahku mati ditangan IHwe-hun, apakah itutidakpatut kutuntut balas. Kini dikala cayhe keluar pintu, markas kosong pihak Ham-ping- klong menyerbu dan menduduki Kwi-hun-ceng dan merebut tanda kebesaran dan barang barang berharga perguruan kita, anak murid kami tak terhitung yang jadi korban, betapa culas dan jahat perbuatan mereka, tolong tuan memberikan keadilan kepada kami."