Jilid 12
'Aku yang rendah adalah salah satu pengawal kereta dari Hong-jang Piaukiok, bernama Tie Hok. Bulan yang lalu kawalan barang kami dirampok didaerah Siang-tham, dan aku ditawan serta dikurung disini. Tadi sudah timbul keinginan memberi peringatan kepada Siau-hiap supaya tidak terjebak. sayang lawan terlalu banyak orang, kini penjagaan mulai kendor, baru ada kesempatan aku memberi keterangan-'
Mendengar Hong-jang Piauklok dirampok. Suma Ling-khong menjadi kuatir dan gusar, tanyanya: "Bagaimana keadaan Ji- lopiauthau danpara Piausu yang lain?"
"Seluruhnya jatuh korban delapan belas jiwa. Ji-piauthau dan beberapa Piausu tertawan dan disekap di cu-cu-kau, kira- kita sepuluh li dari sini. Untung aku yang rendah kenal baik dengan Peng- hoa-coa LiSi dari golongan hitam, aku pura-pura menyerah dan ditarik menjadi pembantu disini, secara diam- diam aku berusaha menolong dan meringankan penderitaan para saudara yang terluka" ”Syukur Tio-heng cerdik pandai dan berani menyerempet bahaya, entah tempat apa pula perkampungan ini ?'
"Disinilah markas pusat yang didirikan Ham-ping-klong didaerah Kanglam, tempat ini dinamakan clok-tong-ho, seratus li dari Siang-tham. cong-thocu bernama cui-hun-jlu Sun Tay- coan, yaitu lelaki tua yang duduk disebelah kanan.'
Maka Liok Kiam-ping berpikir: "Golongan Ham-ping biasa merajai daerah utara, belum pernah mengembangkan sayapnya ke Tlonggoan, kalau mendadak mendirikan markas didaerah Kang la m, pasti dibela kang persoalan ini punya rencana jahat, situasi agaknya semakin gawat. Apa pula permusuhan mereka denganpihak Hong-jang Piauklok. merampok dan membunuh mereka, sungguh susah dimengerti."
Maka Suma Ling-khong bertanya: "Barusan ketiga gembong iblis itu hanya mundur lantas lenyap tak berbekas, apakah kamar batu ini dipasang pintu rahasia ?"
"Belum lama aku bertugas di sini, kunci rahasianya belum berhasil kuselidiki. Ada orang datang, sementara kalian harus pura-pura pingsan, nanti akan kukirim makanan-" suaranya makin lirih, mungkin bicara sambil menyingkir.
Lekas sekali terdengar derap kaki berat mendatangi, seperti memeriksa pintu batu, terdengar seorang bersuara kasar: "Ah- jit, apa barusan kau tidak mendengar orang bicara, dalam sekejap kenapa tidak kelihatan bayangan orang, memangnya ada setan di sini. Mungkinkah kedua bocah itu masih segar bugar ?"
"Dari mana ada suara, mungkin kau sudah mabuk, kupingmu perlu dikorek." seorang lain berkata, 'Tang-keh tadi bilang kedua bocah itu dibius dengan asap yang mereka buat secara khusus, meski memiliki Kim-kong-sin-kang, bila bertahan terlalu lama juga akhirnya pasti semaput." "Arak lima kati mana bisa membuatku mabuk. Kurasa lebih baik hati-hati, biar kuperiksa" lalu terdengar suara geseran perlahan, muncul sebuah lobang persegi diatas dinding.
Waktu kedua orang bicara diam-diam Liok Kiam-ping, sudah memburu kebawah meja menutup kembali lobang d iba wah meja lalu menggeletak di sana pura-pura pulas.
Dari lobang persegi kecil itu tampak dua mata orang menyapu pandang keseluruh ruangan- sejenak lagi terdengar dia berseru. "He, anak muda, kau sudah tidur ? peduli kaupura-pura atau betul-betul pingsan, biar kalian kelaparan tujuh hari sampai mampus, hari kedelapan akan kuseret mayat kalian, ked a la m jurang buat makan binatang buas." lalu dia tutup pula lobang kecil itu. Langkah berat mereka semakinjauh.
Tak lama kemudian Tlo Hok datang pula memasukkan beberapa bungkus makanan serta memberita h u: "Kunci rahasia kamar batu ini, kecuali cong-thocu tiada orang lain yang tahu, terpaksa harus menunggu tujuh hari dan harus pura-pura mati kelaparan bila mereka membuka pintu baru menyergapnya. Supaya tidak menimbulkan kecurigaan, aku tak boleh lama lama disini, dua hari lagi baru aku akan kemari pula."
Kamar batu itu gelap gulita tiada sepereik sinar, jadi sukar membedakan siang dan malam, entah sudah berapa lama mereka terkurung didalam, suatu ketika Tio Hok datang pula membawa makanan untuk mereka.
Serasa dihukum tahunan oleh Liok Kiam-ping berdua, semenitjuga terasa lama, ingin rasanya sekali memukul membobol dinding dan menerjang keluar. Namun gugup dan bencijuga tidak berguna.
Mungkin beberapa hari telah berselang, mendadak terdengar suara tawa orang dari kejauhan, seorang berkata: "cong-huhoat memang tepat perhitungan, dengan mudah Pat- pi-kim- liong masuk perangkapmu. selanjutnya duri tajam didepan mata kita telah tersingkir, sekaligus menguntungkan kaum persilatan umumnya."
Seorang yang bersuara lantang berkata dengan tertawa: "orang bilang bocah itu bagaimana pintar, ternyata pengalamannya masih terlalu cetek. hanya sedikit pakai akal, bocah itu sudah terperangkap. kini pasti sudah mampus. Selanjutnya pihak kita boleh tidur denganpulas dan menjagoi dunia persilatan."
Jadi kehadiran kita disini bakal menangkap bulus dalamjaring. Wah sayang bulus yang sudah mati, kurang menyenangkan, Khu-hiangcu dan Li-hiangcu, tolong kalian seret mayat kedua bocah itu keluar."
Bukan kepalang gemas dan benci Liok Kiam-ping, sekali kremus ingin dia menelan lawan bulat-bulat, tapi untuk meloloskan diri terpaksa dia tekan amarah danpurapura rebah semaput, secara diam-diam diapun memberi peringatan kepada Suma Ling-khong untuk siap bertindak, lebih penting menerjang keluar dulu, turun tangan tak boleh menaruh belas kasihan-
Terdengar daun pintu yang terbuat dari batu tebal dan berat mulai terpentang kedua samping. Dua lelaki muncul dari luar, dengan tertawa-tawa mereka melangkah masuk. "Wah, keparat, bocah ini enak enak tidur, sebal aku harus menyeret mayatya keluar." "Aalah kenapa banyak mulut, seret saja kebelakang gunung dan buang kedalam jurang."
Mendadak Liok Kiam-ping melejit berdiri, sorot matanya berapi, melotot penuh kebencian kepada kedua lelaki didepannya, Bahwa orang yang dikira sudah mampus mendadak mencelat berdiri, karuan kedua lelaki itu berjingkrak kaget menyurut tiga tindak pada hal disamping keracunan asap diapun sudah kelaparan tujuh hari, mana mungkin bisa hidup dan segar bugar begini ? seketika ciut nyali mereka, bulu kudukpun mengkirik, wajah pucat badan menggigil. Sebelum mereka sempat berteriak minta tolong, Kiam-Ping dan Suma Ling-khong seorang satu menceng kram serta merogoh, isi perut mereka seketika dedel berhamburan, darah menyemprot sekujur badan mereka.
Mungkin dengar suara ganjil yang mencurigakan d id a la m, maka kedua lelaki tua diluar pintu segera memburu kedepan pintu. Kebetulan Kiam-ping berdua menerjang keluar pintu dengan badan berlepotan darah, mata melotot buas penuh kebencian, seketika mereka bergidik dan membatin: "Memang kedua bocah ini malaikat dewata, sudah kelaparan tujuh hari tujuh malam masih tidak mati, sungguh aneh."
Memangnya dendam sudah terpendam sekian saat, kini berhadapan dengan musuh tak terbendung lagi nafsu Liok Kiam-ping, sambil menggeram kedua lengannya diabitkan, s eg ulung tenaga dahsyat kontan menerjang kearah Tay-bok-it- siu.
Kepandaian Tay-bok-it-siujuga sudah mencapai taraf tinggi, selama puluhan tahun lwekangnva belum pernah ketemu tandingan didaerah barat daya, pengalaman dan tabah pula, jiwanya culas dan keji. Melihat serangan amat dahsyat lekas dia himpun semangat mengerahkan tenaga, namun sedikitpun tidak berani lena, kaki menggeser kesamping dari samping dia balas menyerang.
"Blang" kedua orang sama tergentak mundur selangkah. Di sinilah dia memperlihatkan kelicikannya. Dia tahu lawan pasti melontarkan pukulan sepenuh tenaga untuk melampiaskan dendam, sebelum mengukur sampai dimana taraf kekuatan lawan, betapapun dia tidak akan bertindak tanpa perhitungan, karena membuang tenaga akan berakibat fatal bagi diri sendiri. Di waktu dia menggeser kesamping itu, kekuatan pukulan lawan tidak seluruhnya menerjang dirinya, tapi benturan kekuatan dari samping toh tetap membuatnya menyurut selangkah. Dari sini mudah dinilai bahwa kekuatan lawan memang susah diukur, maka selanjutnya dia tidak berani melawan dengan kekerasan- Dengan mengembangkan Wi- liong- ciang-hoat, dia berputar dan menyergap secara bergerilya.
Demikian pula Suma Ling-khong jug a di bakar amarah, lawannya adalah cui hun-jiu Sun Tay-coan cui-hun-jiu (tangan mengudak mega) Sun Tay-coan merupakan bang kota n dunia persilatan yang sudah terkenal, bahwa lawan muda ini datang- datang terus melabrak dirinya, maka diapun tak berani gegabah, dengan kemahiran permainan pukulan tang a n diapun memapak maju.
Permainan mereka sama-sama mengutamakan kecepatan, keras lawan keras, tipu kontra tipu, bayangan saling tubruk danpencar, dalam sekejap mereka sudah saling labrak dua puluh j urus, Begitu dahsyat pertarungan mereka sehingga angin ribut laksana angin puyuh.
Liok Kiam-ping mencecar musuh dengan serangan kilat, desakan pukulannya menggebur sehingga lawan dipaksa mundur berkelit sambil lompat kian kemari, kadang kala saja sempat balas memukul, meski terdesak jelas lawan belum menggunakan seluruh tenaga. Kiam-ping cukup cerdas, sudah tentu dia tahu maksud lawan, tapi untuk mengejar waktu dia pun tidak hiraukan sebab dan akibatnya, makin cepat pertempuran diselesaikan lebih menguntungkan, tapi dia juga maklum bila tidak mengguna kau j urus sakti, sedikitnya seratus jurus baru dia mampu mengalahkan musuh. Mendadak dia merobah gerakan tubuhnya menubruk keatas lalu menyerang dcnganjurus Liong- kiap-sin-gan di susul Liong-hwi-kin-thian dari Wi- liong- ciang-hoat.
Bukan saja permainan pukulan itu dahsyat lihay, tenaganyapun teramat besar sehingga Tay-bok-it-siu seperti merasakan dirinya berada ditengah alunan gelombang samudra, terdesak mundur dan mundur terus tanpa kuasa meski dia sudah kerahkan setaker kekuatannya melawan sambil mengembang G^nkang berkelit kian kemari, beruntung dua kali dia berhasil menghindari serangan maut lawan-
Lwekang Kiam-ping memang bertaraf seratus tahun sejak dia menelan Kiu-yap-cilan, tapi kalah pengalaman tempurnya kalau dibanding lawan- sementara khasiat obat mujarab itu belum berhasil dimanfaatkan semaksimal, sekarang paling baru menelorkan setengah kemukjijadannya. "Kalau dia sudah berhasil mencapai serba top. lawan pasti binasa oleh dua jurus serangan mautnya tadi.
Bahwa dalam usia semuda ini cukup dua jurus hebat yang dilancarkan tadi dapat mendesak Tay-bok-it-siujelas taraf kepandaiannyapun sudah teramat mengejutkan- Sudah puluhan tahun dengan bekal kepandaian Kungfunya yang berbeda dengan aliran silat umumnya, Tay-bok-it-siu malang melintang dikawasan kekuasaannya, hari ini dia kebentur dengan anak muda yang masih berbau pupuk bawang, tapi dirinya asor dibawah angin, betapapun ganas, licik dan piciknya, penasaran ini takkan mungkin bisa terlampias.
Dari malu dia menjadi gusar, nafsujahatpun membakar sanubarinya, sejenak dia tenangkan pikiran, segera dia kembangkan Loh-ing-ciang-hoat (pukulan tangan bintang jatuh), secara latah dia harus menyerang dengan gencar. Loh- sing ciang-hoat dikembangkan secara cepat dan gesit, dilandasi Lwekang latihannya selama puluhan tahun lagi, menyerang dengan rangsangan nafsu jahat pula, sudah tentuperbawa serangan balasannya ini tak boleh dipandang remeh.
Kedua tela nak tangannya seperti membuahkan ribuan telapak tangan licin yang berjatuhan laksana bintang dari angkasa di selingi desir suara yang membisingkan- Tapi permainan Liok Kiam-ping sendiri sekarang juga semakin mantap dan lancar. Ling- h i po-hoat sudah terlebur dalam kombinasi permainan ilmu pukulan yang diyakinkan. Tiga puluh j urus kemudian, dengan kecepatan yang mengaburlan pandangan jago lihay. suatu kesempatan dia tetap berhasil membendung rangsakan gencar telapak tangan musuh dengan dua jurus permulaan W^ liong- ciang-hoatJ angan kira hanya dua jurus, namun pertahanannya cukup membikin Tay-bok-it-siu mati kutu dan kehilangan kesempatan untuk mencecernya.
Sementara itu Suma Ling-khong sudah saling labrak dengan cui-hun-jlu Sun Tay-coan sebanyak delapan puluh jurus, sejak menelan Soat-lian, dibantu Liok Kiam-ping lagi sehinggaJin-tlok- ji-meh nya tertembus, Lwekangnya sekarang juga bertarap enam puluhan tahun, tekadnya sudah bulat untuk mengganyang musuh yang jahat dan teleng as ini, maka serangannya tidak kepalang tanggung, tenaga dalamnya laksana sumber air yang tidak pernah berhenti, makin tempur makin gagah dan semangat, karuan cui-hun-Jiu Sun Tay-coan makin keripuhan dan tobat menghadapi rangsangan pukulan lawan yang menggebu, lambat laun dia sudah menginsyafi dirinya mulai kehabisan tenaga.
cui-hun-jiu Sun Tay-coan sebetulnya seorang begal besar yang disegani, bahwa dia diangkat menjadi cong-thocu d id a era h Kang la m oleh Ham-ping-klong, tentu dia memiliki bekal kepandaian yang cukup tangguh, kini menghadapi seorang pemuda yang masih hijau plonco ternyata terdesak d iba wah angin sudah logis kalau dia amat gusar, lekas dia menenangkan hati dan memusatkan perhatiannya, cui-hun- sam-cap-lak-ciang ilmu tunggal kemahirannya segera dikembangkan- Maka berhamburan selebat hujan serangan kedua tangannya, sekaligus dia merebut posisi balas menyerang delapan j urus, syukur dia berhasil merebut inisiatif kembali sehingga sementara keadaan bertahan sama kuat alias setanding.
Liok Kiam-ping sedang melancarkan Llong-jiau-king- thianjurus ketiga dari Wi- liong- ciang-hoat, mendadak dirasakan angin menderu- deru dibela kang nya, s eg ulung tenaga dahsyat laksana gugur gunung telah menindih dari pinggir.
Tak sempat dia melancarkan serangan atau mengganti gerakan, cepat sekali dia berkisar sambil berkelit, berbareng tangannya menyampuk kebelakang, begitu kedua tenaga saling bentur "Blang" terdengar seorang mendehem berat, kedua orang sama sama tergetar mundur selangkah. Waktu dia mendelik pandang, dilihatnya Tang-ling-lo-koay tengah berdiri sambil mengulum senyum.
Saking murka Liok Kiam-ping tertawa besar, serunya: "Hanya kawanan serigala yang pandai main sergap secara licik dan hina, jiwamu pernah lolos dari telapak tanganku, baiklah hari ini tuan muda tidak akan memberi ampun lagi hepadamu."
Mulut menyeringai tapi Tang-ling-lokoay tidak tertawa, katanya: "Setan cilik, agaknya kau sudah bosan hidup, dihadapan Lohu berdua memangnya kau masih bermimpi untuk meloloskan diri ?"
Padahal dia hanya main gertak saja, bila bertarung satu lawan satujelas dirinya takkan bisa menang, bila mereka main keroyok, betapapun tinggi dan saktinya Kiam-ping, paling juga hanya mampu mempertahankan diri belaka, namun dia banyak muslihat dan jahat, lawan digertak dan dipancing pula oleh ocehannya, lawan masih muda dan berdarah panas, tak kuatir dia lawan bakal tidak tertipu olehnya.
Betuljuga Liok Kiam-ping bergelak tertawa, katanya: "Begitu lebih baik, kalian boleh maju bersama, supaya menyingkat waktu dan menghemat tenagaku^'
Setelah mendapat kesempatan mengatur pernapasan dan istirahat sejenak, keadaan Tay-bok-it-siu sudah banyak pulih, dalam hati dia kegirangan akan kedatangan Tang-ling-sin-kun yang telah menolong dirinya, segera dia menjengek: "Anak muda, kau memang cari mampus, hayo ganyang," sambil bicara dia memberi kedipan mata kepada Tang-ling-sin-kun. Lenyap suaranya empat telapak tangan merekapun sudah bekerja. Pukulan dari dua jurusan membentur serta pusaran kencang laksana angin puyuh yang mengamuk.
Menghadapi dua musuh tangguh maka bulat tekad Liok Kiam-ping, lekas dia himpun seluruh kekuatannya di kedua lengan, sigap sekali kedua tangannya terentang menggentak kedua arah serangan musuh. Benturan kekuatan dahsyat laksana ledakan gunung berapi sungguh hebat dan menggoncang bumi, tanah seluas dua tombak disekitar gelanggang seketika melesak amblas sedalam satu kaki.
Liok Kiam-ping tampak menyurut mundur tiga langkah, badannya limbung, mukanya, pucat lesi. Sementara Tang-ling- lo-koay dan Tay-bok-it-siu tergetar mundur lima tindak. darah seperti mendidih dirongga dada, napaspun tersengal berat dan sesak, wajah mereka yang beringas kelihatan lebih seram menakutkan-
Sungguh mimpipun tidak pernah mereka bayangkan dengan gabungan kekuatan mereka masih bukan tandingan sepasang tangan lawan, betapa duka dan amarah mereka, sungguh lebih menderita dari menemui ajal seketika.
Sejenak mereka melenggong, tanpa berjanji mendadak keduanya meraung bersama terus menubruk dengan serangan gencar. dalam gebrak berhasil memukul mundur musuh, sudah tentu bukan kepalang senang hati Liok Kiam-ping. jiwa kesatrianya bangkit, kepahlawananpun membakar dada, melihat musuh melabrak lalu kedua tangan bergerak pula dengan deru gemuruh laksana guntur dengan berani dia songsong serangan lawan- Maka terdengar pula ledakan- ledakan beruntun, meski tidak sekeras tadi, namun pasir debu beterbangan-Dalam sekejap mereka sudah bertarung lima puluh jurus. Sebuah gemboran keras mendadak berkumandang disertai meluncurnya sesosok bayangan merah selincah burung elang menukik serta menerjang kearah Suma Ling-khong.
Sekilas Liok Kiam-ping sempat melirik kesana, dilihatnya Ang-hun-jit-sian Leng Pwe-ing sedang menerjang kearah Suma Ling-khong, karuan hatinya kaget dan gerakanpun sedikit merandek.
Kalah menang pertarungan jago kosen hanya terpaut dalam waktu sekejap mata, siapapun dilarang memecah perhatian, hanya sepersepuluh detik Kiam-ping melengos, kedua gembong silat lawannya sudah tentu tidak mengabaikan kesempatan baik ini, serempak mereka menggebu dengan serangan gencar berusaha merebut posisi, sehingga Kiam-ping didesaknya mundur lima langkah.
Untung Liok Kiam-ping lekas menyadari kesalahannya, pikirnya: 'Pihakku hanya dua orang jago-jago kosen lawan masih akan berdatangan lebih banyak lagi, kalau terlalu lama salah-salah kami berdua bisa celaka d is ini." matanya yang mendelik gusar seperti hampir mencelat keluar, ditengah gejolak amarahnya mendadak dia merobah permainan silatnya, tangan kanan membundar sementara tangan kiri melingkar didepan dada lalu dig entak bersama, sekaligus dia melontarkanjurus Llong-jiau-king thian dan Wi-llong-ting-gak, dua jurus tunggal yang tiada taranya.
Tang-ling-lo-koay dan Tay-bok-it-siu sedang kegirangan bahwa rangsekan mereka bakal merobohkan lawan, mendadak dilihatnya lawan merobah permainan, serangan yang dilancarkan ternyata begitu menakjubkan, belum pernah mereka saksikan selama h id up j urus silat sebagus ini, d is a at mereka memeras otak cara bagaimana harus menyambut serangan ini. Tahu-tahu damparan angin keras laksana amukan badai telah menggulung mereka.
Wi- liong- ciang-hoat memang merupakan ilmu pukulan yang sakti mandraguna, dahulu delapan ciangbunjin dari aliran besarpun tidak kuat menghadapi sejurus permainannya. betapa tanggub Lwekang kedua orang inijuga belum setanding dengan gabungan delapan ciangbunjin, mana kuasa mereka melawannya.
Seperti arwah hampir copot, nyali merekapun pecah, seperti berlomba saja mereka berusaha berkelit, dengan ketangkasan gerak tubuhnya, meski berhasil mereka menghindar terjangan langsung, tak urung damparan angin kencang itupun masih menyerempet mereka sehingga terlemparjauh beberapa tombak. Untung cukup tangkas mereka menyingkir, walau isiperutterluka parah, berkat Lwekang mereka yang tinggi, sekuatnya mereka menahan darah yang hampir tumpah dari mulut, begitu terbanting jatuh. sigap sekali mereka masih bisa melornpat berdiri, namun pandangannya mend e long kepada Liok Kiam-ping keringat dingin membasahi jidat, punggungpun semilir dingin oleh keringat yang bercucuran.
Untuk melancarkan j urus Wi llong-ting-gak Kiam-ping cukup membuang tenaga. karena jurus ini memang terlampau ganas dan keras, sejenak diapun berdiri menahan diri serta siap tempur pula.
”Blak, bluk" mendadak Suma Ling-khong terpental delapan kakijatuh terduduk ditanah, mukanya seketika pucat, jelas dia terluka dalam, Menolong orang lebih penting, lekas dia menyelinap ke sana, di mana kedua tangannya bergerak tenaga pukulannya dilontarkan pula, berbareng mulut berseru:
"Hian-te. tak usah kuatir, lekas semadi alirkan tenaga murni, lindungi isi perut dan sembuhkan luka luka."
cui-hun-jiu dan Leng-Pwe-ing yang mengeroyok lawan berhasil memukul jatuh Suma Ling-khong, sebelum mereka sempat bertindak lebihjauh, mendadak bayangan orang berkelebat, berbareng angin kencangpun menampar tiba. lekas mereka mencelat mundur berpencar kedua arah, namun sigap sekali mereka sudah menubruk maju pula. Kuatir pertarungan di sini melukai adik angkat sendiri, beruntun Liok Kiam-ping membentak. dua tangannya terayun bersama, sekaligus dia menyerang enam j urus, hingga lawan dirabunya mundur lima langkah.
Sementara itu Tang-ling-lo-koay danTay-bok-it-siu yang terluka parah mendapat kesempatan untuk mengundurkan diri. Dengan kekuatan Sun Tay-coan dan Leng Pwe-ing, betapapun mereka bukan tandingan Liok Kiam-ping terpaksa mereka menggunakan kelincahan gerak tubuh untuk melayani rangsakan Liok Kiam-ping. Pada hal benci Liok Kiam-ping terhadap mereka sudah tak terlukiskan dengan kata-kata, kesempatan ini tak boleh diabaikan, kuatir bala bantuan musuh datang pula segera serangannya lebih gencar dan keji.
Sekali pukul dia bikin gerakan lawan ksear kacir, lekas kedua kaki bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat. dengan kecepatan yang tak terukur, tiba-tiba dia menyelinap kebelakang
cui-hun-jiu, sekali cengkeram dia pegangjan-kin-hiat dipundak lawan-
cui hun-jiu SunTay-coansedang berputar kebelakang, mimpijuga tidak menduga gerakan lawan seperti setan telah menyelinap kebelakang, seketika dia rasakan tulang pundaknya kesakitan, seluruh lengan kiri lunglai badanpun lemas
Sambil memperkeras Cengkramannya Liok Kiam-ping membentak beringas: "Ham-ping-kiong mengerahkan seluruh kekuatannya ke Tlonggoan serta mendirikan cabang markasnya di Kanglam, apa maksud tujuan mereka ? Di mana sekarang Ham-sim-leng-mo ?"
"Belum lama Lohu ditarik masuk kedalam Ham-ping-klong, soal-soal itu tak bisa kujelaskan-' dia insyaf urusan ini menyangkut mati hidup pihaknya, sekarang belum tiba saatnya membeber rahasia ini, maka dia pantang membuka mulut.
Berdiri alis Liok Kiam-ping, rasa dongkol, gemas dan amarahnya beberapa hari ini seketika meledak. tenaga cengkrarnannya lebhih diperkeras lagi, kelima jarinya sampai menembus kulit daging, darah meleleh ke luar, saking kesakitan cui-hun-jiu menjerit dengan badan bergetar pula 'Mau jawab tidak ?" bentak Kiam-ping.
"Setan keparat, kau boleh menyiksaku sampai mati, pasti ada orang menuntut balas kematianku.'
Makin menyala amarah Liok Kiam-ping, tangan kiri segera menekan Beng-bun-hiat tenagapun dikerahkan, Cui-hun-jiu mengerang tertahan, badannya limbung dan melosojatuh.
Dalampada ituSuma Ling-khong sudah rampung semadi, kesehatannya pulih, rasa sakit telah lenyap. Segera dia melompat berdiri, bersama Liok Kiam-ping mereka berpencar menggeledah perkampungan ini.
Waktu mereka tiba dibelakang kamar batu, dilihatnya Tio Hok sudah menanti di belakang kebon sambil menuntun tiga ekor kuda, dengan gugup dia berteriak begitu melihat Kiam- ping berdua: "Siauhiap. lekas kita berangkat, kalau terlambat mungkin bisa celaka, kawanan iblis sudah merat semua." lalu dia mendahului cemplak kepung g ung seekor kuda terus dibedal keluar pintu.
Liok Kiam-ping seperti teringat sesuatu, segera dia berkata kepada Suma Ling-khong, "Kalian berangkat lebih dulu, aku segera menyusul." bukan menerjang keluar dia malah memutar pula menerjang masuk kembali ked a la m perkampungan
Tio Hok bawa Suma Ling-khong menuju ke cu-ca-kau, kuda mereka dapat bertari dengan kencang .J a rak sepuluh li hanya ditempuh setanakan nasi, dari kejauaan sudah tampak sebuah kuil kecil terletak diatas bukit, tengah mereka membedal kuda. dari belakang terdengar pula derap lari kuda yang dipacu secara kilat, ternyata Liok Kiam-ping sudah menyusul.
Waktu Suma Ling-khong berdua menoleh kebelakang, tampak asap tebal membumbung tinggi keangkasa, Liok Kiam- ping hanya tersenyum lebar kearah mereka. cepat sekali mereka sudah tiba didepan kuil itu. Terdengar suara gaduh seperti benda-benda berat saling bentur diseling suara bentakan dan makian, Kiamping bertiga tahu ada kejadian apa-apa didalam, serempak mereka menyerbu ked a la m.
Tampak belasan lelaki berpakaian ketat merubung sebuah kerangkeng kayu yang besar, beramai-ramai mereka menggerakkan gaman apa saja yang terpegang sedang menghajar kearah kerangkeng kayu itu. Did a la m kerangkeng beberapa Piausu yang terluka berusaha melawan dengan tekad yang membara,
Ternyata di waktu Kiam-ping berdua masih terkurung dikamar batu, secara diam diam Tio Hok telah mengadakan kontak dengan para Piausu yang terkurung dalam kerangkeng, supaya merekapun bersiap menyambut gerakan dari luar.
Tay-bok-it-sin ngacir dengan luka parah, cui-hun-jiu SunTay-coanjuga mati, markas cabang di Giok-hong-bo sudah kehilangan pimpinan, kekuatan Ham-ping-kiong di Kanglam boleh dikata sudah jatuh. Anak buahnya yang menjadi berpikir hendak merebut sangu untuk menempuh perjalanan- Untung kawanan Piausu yang terluka itu masih kuat melawan dan mempertahankan barang kawalan mereka. disaat keadaan sudah kritis, syukur Kiam-ping bertiga memburu tiba tepat pada waktunya.
Serombongan penunggang kuda tampak menggiring dua buah kereta menempuh perjalanan menuju keutara, diatas kereta terdepan tertancap sebuah panji sutra segi tiga yang tersulam dua huruf Hong-jang, panjiputih dengan tulisan hitam tampak berkibar megah diatas kereta. Puluhan orang berkuda itu ternyata bukan lain adalah rombongan Hong-jang Piauklok yang ditolong Liok Kiam-ping, belasan penunggang kuda itu kelihatannya banyak yang terluka karena wajah mereka banyak yang pucat.
Kereta paling belakang tertutup rapat oleh kain hitam hingga anginpun tidak tembus ked a la m, dari dalam kereta serirg terdenggar suara rintihan-
Semenara itu Tio Hok sipelopor perjalanan jauh berada didepan sedang tarik suara dengan suara lantang dan sikap senang dan bangga. Perjalanan masih cukup jauh untuk tiba ditempat tujuan kota Tiang-sa.
Seorang lelaki brewok berusia empat puluhan menjepit perut kudanya memburu maju kedepan, dengan tertawa dia menjura kepacia Liok Kiam-ping, katanya: "Kali ini berkat bantuan ciangbunjin sehingga seluruh rombongan kita dapat diselamatkan, seakan kita hidup kembali, sekarang ciang bun sudi membantu pula dalam pengawalan ini, sungguh tak terhingga rasa terima kasih kami. Biarlah setelah Lo-piauthau sudah sembuh, akan kami haturkan terima kasih"
"Ah, urusan sekecil ini kenapa dibuat pikiran- Ucapan Hu- cong-piauthau terlalu berat. Apalagi Suma-s a mte pernah mendapat bimbingan dan rawatan Lo-piauthau, budi setinggi gunung ini pantas dibalas, bicara tentang j as a haruslah dicatat pahala Tio Hok paling besar, berkat usahanya yang berani hingga rombongan besar ini dapat di selamatkan, sepantasnya dia yang menerima pahala."
Hu-congpiauthau bergelar Thi-pi-kim-to (golok emas lengan besi) Tan Kian-thay, tokoh lihay dari Hoay yang-pay, Pat-kwa- to-hoat yang diyakinkan dengan enampuluh empatjalan jarang menemukan tandingan, jiwanya terbuka, lapang dada dan setia pada janji, karena supel pergaulannya amat luas dan mendapat banyak penghargaan kaum persilatan-Thi-ci-kim- hoan mengangkatnya sebagai tangan kanannya yang terpercaya, dalam pengawalan kali ini, karena lawan teramat tangguh, meski dia tertawan, untung tidak terluka. Tio Hok pura-pura menyerah dan terima menjadi antek musuh, terakhir terjadi pertempuran diluar kerangkeng pula, semua ini adalah berkat petunjuk Tan Kian-thay. jasanya terhitung cukup baik.
Dia masih menguatirkan Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu yang terluka parah dan masih tidak sadarkan diri, d a la m perca kapan tampak wajahnya murung dan kesal. Suma Ling-khong juga kuatir, maka dia bertanya: "BarusanJi-ko sudah memeriksa penyakitnya, bagaimana keadaan Lopiauthau, apakah masih bisa disembuhkan?'
Liok Kiam-ping berpikir beberapa saat lamanya, katanya: "Agaknya dia terluka oleh serangan im-jiu. untuk menyembuhkan memang agakpeliktapi aku sudah menutup beberapa Hiat to sehingga luka-lukanya tidak menjalar. Setiba dikota Tang-sa akan segera kubuatkan resep untuk diminum, yakin dalam waktu dekat sudah sembuh kembali.^
Legalah hati Thi-pi-kim-to Tan Kian thay setelah mendengar penjelas a n Liok Kiam-ping. Tapi wajahnya masih kelihatan masgul.
Sebelum magrib mereka sudah tiba di kota Tiang-sa^ Setelah menyerahkan barang kawalan dan menerima upah, mereka menginap dihotel Tiang- jun. Tlo Hok sudah diutus Thi-pi-kim- to Tan Kian-thay untuk mencari kamar, seluruh kamar yang kosong dihotel Tiang-jun boleh dikata sudah dipol, begitu rombongan besar datang, maka sibuklah hotel itu.
Meski repot para pelayan tampak riang gembira, para piausu disambut ramah dan diantar kekamar masing-masing. Ternyata mereka sudah menjadi langganan lama, seluruh pegawai hotel sudah dikenal baik, maka pembicara a npun boleh sembarang a n dan bergerak bebas.
Setelah makan malam Thi-pi-kim-to langsung menuju kekamar Ji- lopiauthau, Liok Kiam-ping sudah berada dalam kamar sekian, membuka tutukan Hiat-to ditubuh si pasien, lalu dia pegang urat nadi sejenak. baru badanJi-lopiauthau dibalikkan tidur tengkurap. bila dia menyobek pakaian dipunggungnya, setelah diperiksa dengan teliti seketika dia menjerit kaget.
Orang banyak ikut kaget dan kuatir mendengar Liok Kiam- ping, semua merubung maju ingin melihat apa yang terjadi. TampakpunggungJi-lopiauthau berpeta sebuah luka gosong berbentuk segi tiga sebesar mulut cangkir.
Liok Kiam-ping menghela napas, katanya: "Memang benar terluka oleh Im-jiu, kalau tidak lekas disembuhkanjiwanya bisa terancam," lalu dia suruh dua piausu membeli dua keranjang jahe lalu digodok. airnya dituang kedalam ember besar.
Sementara Liok Kiam-ping mengeluarkan sebuah kotak tembaga yang mungil, dari dalam kotak dia keluarkan tiga puluh enam batang jarum emas yang panjang pendeknya tidak sama, dengan tangkas dia tusukkan jarum-jarum itu diatas tiga puluh enam Hiat-to yang tersebar di tubuh Ji- lopiauthau, sementara godokan air jahe juga sudah tersedia, mumpung air masih mengepul hangat tubuh Ji-piauthau diremdam air jahe panas itu.
Air jahe harus tetap dipertahankan hangat selama setengah jam, mulai Ji-lopiauthau menggeliat sambil merintih, agaknya amat tersiksa karena sakit, suaranya masih teramat lemah. Beberapa kejap lagi Kiam-ping bopong Ji-lopiauthau dibaringkan diatas ranjang, jarum-jarum itu dicabutinya satu persatu berurutan dari atas kebawah, dari lobang-lobang tusukan jarum meleleh keluar air hitam.
Kedua tangan Kiam-ping kembali sibuk bekerja, mengurut dan memijat antara sendi tulang dan urat nadi, terakhir j ari telunjuknya menekan ci-tong-hiat dipunggung. Maka tenggorokan Ji-piauthau berbunyi lalu memuntahkan sekumur darah hitam, baunya busuk memualkan- Deru napasnya mulai berat dan lancar, namun mulutnya makin merintih. Baru sekarang Liok Kiam-ping menegakkan badan sambil menarik napas lega: "Luka dalamnya sudah tidak menguatirkan. Tapi kadar racun sudah kebacut meresap dalam tubuh, hawa murni sudah hampir terbenam, maka dia harus cuci darah dan perlu menambah tenaga." setelah minta peralatan tulis segera dia membuka resep. setelah digodok terus diminumkan- cara pengobatan Kiam-ping ternyata memang manjur dan resep yang dibuatnya juga ces-pleng, orang banyak sama memuji akan kelihayannya.
Hari kedua menjelang magrib, ruang besar hotel Tiang-jun tampak terang benderang lilin besar dan lamplon bias dipasang seterang siang hari, Ditengah ruang terletak sebuah meja panjang perjamuan yang penuh hidangan- Ternyata untuk menyatakan terima kasih atas pengobatan Liok Kiam- ping yang telah menyembuhkan luka-lukaJi Thian-siu, maka Thi-ci-kim-hoan cong-piauthau dari IHong-jang Piauklok mengadakan pesta besar, seluruh warg ajang- Kong Piauklok hadir bersama Liok Kiam-ping dan Suma Ling-khong.
Sebuah suara serak tua berkata: "Kungfu, ciangbunjin tiada bandingan, bakat dan kecerdasanmu merupakan tunas harapan bagi kaum persilatan umumnya, kelak bila kelana di Kangouw hendaklah berpegang teguh dalam membela keadilan, syukurlah Thian mengkaruniai para umatnya pemuda yang sakti dan perkasa.”
"Mana cayhe berani menerima pujianJi-lo-piauthau, selanjutnya mohon kau orang tua sudi memberikan petunjuk." demikian jawab Liok Kiam-ping
Semula Thi-ci-kim-hoan menyilakan Liok Kiam-pin, duduk dipaling atas, namun dengan halus dia menampik, setelah basa basi sekedarnya, maka orang banyakpun mulai menempati kursi duduknya masing-masing.
Ditengah perjamuan itu Liok Kiam-ping bertanya asal mula kejadian pihak Ha m-ping-kiong menyergap IHong-jang Piauklok mereka. Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu menghela napas, katanya: "Losiu mendirikan Hong-jang Piauklok, berkat penghargaan para kawan, sehingga usaha ini berjalan lancar dan memperoleh kemajuan cukup baik, meski sering terjadi persoalan tapi semua dapat dibereskan dengan baik, selama belasan tahun Hong-jang Piauklok cukup terkenal didaerah Kanglam. Denganpihak Hamping-kiong hakikatnya tidakpernah bermusuhan, kejadian kali inipun amat mengherankan kami juga."
Maka Thi-pi-kim-to lantas menjelaskan: "Menurut laporan Tio Hok yang menyelidiki peristiwa ini, agaknya pihak Ham- ping kiong mempunyai suatu rencana besar dengan muslihat keji d id a era h Kanglam merampok barang kawalan kita hanya sedikit memperlihatkan kekuatan mereka, supaya selanjutnya kaum persilatan di Kanglam baik aliran putih maupun golongan hitam tahu dan mau tunduk kepada keangkeran mereka, tujuannya jelas adalah hendak merajai di Tionggoan. Disamping itu tujuan utama adalah menuntut balas kepada Kiu-thian-sin liong yang dahulu pernah melukainya, seluruh kekuatan mereka hendak dipusatkan keselatan untuk menghadapi Hong- lui- bun.'
Liok Kiam-ping maklum urusan tidak sederhana, namun dia berwatak angkuh, katanya dengan menegak alis: "Tak heran Tang-ling-lo-koay dan Hwe-hun-jit-sian Leng Pwe-ing sekaligus muncul di Giok-hong-bo" kemungkinan merekapun sudah digaruk kedalam komplotan mereka, kawanan tikus rombongan serigala memang sama jahat. Baik, dengan bekal kepandaian yang kumiliki, cayhe siap menghadapi tantangan mereka sampai titik darah penghabisan"
Thi-ci-kim-hoanJi Thian-siu segera angkat cangkir antiknya mengajak hadirin minum bersama, katanya kemudian: 'Losiu sudah tua dan tidak becus lagi, kejadian yang menimpa Hong- jang Piauklok menimbulkan banyak korban, apapun hatiku takkan bisa tenang, selanjutnya juga malu berdiri dikalangan Kangouw, maka selanjutnya aku berkeputusan untuk membubarkan Hong jang Piauklok, atas persetujuan bulat para saudara, kami siap ikut berjuang bersama ciangbunjin demi kepentingan Hong-lui-bun, sebagai pertanggungan jawab kami atas pertolongan ciangbun dengan berlinang air mata segera dia keluarkan panji Hong-jang Piauklok bersama cap rerusahaan dia serahkan kepada Liok Kiam-ping.
Thi-pi-kim-to Tan Kiam-that segera bertepuk seraya berseru: "inilah keinginan kami setulus hati, semoga ciangbunjin dapat menerima kami yang tidak becus ini, yakin ciangbun tidak akan mengecewakan harapan kita bersama."
Para Piausu lain seperti Pek-lik-ciang ciu-Khay, coh-siang- hwi lh Tiau-hong juga berkeplok menyatakan setuju, maka bersoraklah seluruh hadirin.
Dengan tertawa lebar Liok Kiam-ping berkata: "Bahwa seluruh hadirin sudi menggabung diri kedalam Hong-lui-bun kita, sudi membantu kami berjuang demi kepentingan umat persilatan, aku mewakili seluruh anggota dan pimpinan Hong- lui bun menyatakan terima kasih dan menyambut dengan rasa senang dengan tangan terbuka. cuma perjuangan teramat berat dan konsekwensinya teramat besar, bagi kalian yang sudah punya keluarga kurasa perlu berpikir pula lebih matang, supaya kebahagiaan keluarga tidak menjadi berantakan
Thi-pi-kim-to tertawa gelak-gelak. katanya: "Kita ini kaum kasar, bahwa ciangbun sudi memandang dan menghargai kita, sungguh tidak sia-sia aku orang she Tan berkelana puluhan tahun di Bulim. Dibawah pimpinan ciangbun yang masih muda dan berbakat, membekal ilmu sakti pula, bila selanjutnya kami bisa memperoleh bimbingan, harapan besar masa depan teramat cerah terbentang didepan mata."
Pi-lik-ciang ciu Khay angkat cangkir araknya seraya bergelak tawa, katanya: "Selanjutnya kita sudah menjadi anggota dan warga dari Hong-lul-bun, dengan secangkir arak ini, kami sampaikan selamat dan hormat kami kepada ciangbunjin, semoga selalu sehat, jayalah Hong-lul-bun.' lalu secangkir arak itu ditenggaknya habis.
Hadirin beramai-ramai angkat cangkir araknya pula terus ditenggak habis, tempik sorakpun bergema dalam ruang pesta itu.
Mendadak Llok Kiam-ping menepuk tangan sekali dan berkata kepada hadirin:
"Bahwa kalian sudi menggabung merupakan keberuntungan Hong- lui- bun kita. Namun sebelum mereka secara resmi menjadi anggota setelah mengikuti upacara, terhadap cayhe sementara mohon masih membahasakan saudara saja, kalau tidak sungguh cayhe tidak berani menerima."
Perjamuan itu terus berlangsung hingga tengah malam, banyak diantaranya yang mabuk dan digotong kedalam kamar, dalam suasana riang perjamuanpun usai.
Besok pagi setelah sarapan seluruh rombongan berdandan rapi terus berangkat. Suma Ling-khong ingin lekas pulang ke Lok-yang untuk menghadap ibunya yang sudah sekian tahun ditinggaikan untuk sementara dia minta diri dan berpisah dengan rombongan orang banyak, seorang diri menempuh perjalanan keutara.
Meski berkumpul hanya dua bulan, namun sifat Suma Ling- khong alim, sederhana dan suka terus terang, kesan Kiam- ping terhadap adik angkatnya ini amat baik, kini harus berpisah, mau tidak mau terasa berat juga.
Thi ci-kim-hoatJiThian-siupegang kedua pundak Suma Ling- khong, katanya dengan berlinang air mata: "Semoga kau hidup berdampingan dengan ibu dalam suasana riang gembira. Selanjutroya dibawah pimpinan Llok ciangbun, kau akan mulai menelusuri masa depanmu yang cemerlang, kalau ada kesempatan datanglah kedesa Ko-yang dipropinsi Shoa- tang, Losiu akan menunggu kedatanganmu," akhir katanya suaranya tersendat dan air matapun bercucuran-
Bahwa Ji-lopiauthau dulu mau menerima kehadiran Suma Ling-khong dalam Piaukloknya lantaran sampai setua itu dia tidak pernah dikaruniai anak. hidupnya terasa hampa bersama seorang istri setia, maka ada makud dia memungut Suma Ling-khong sebagai anak angkat, maka dalam Piauklok Suma Ling-khong memperoleh fasilitas dan bebas bergerak. cuma hal ini tidak dia jelaskan, sekarang baru bertemu sudah harus berpisah lagi, logis kalau orang tua ini merasa haru dan sedih.
Pengalaman Thi-ci-kim-to Tan Kian thay lehih luas, melihat orang banyak ikut mend elu, seperti berat berpisah, mendadak dia gelak tertawa, katanya: "Saudara Suma tidak perlu berduka, bukankah ibumu hidup menyendiri dirumah, supaya tidak merasa kesepian, sarankan kalian pindah saja ke Ko- yang, kumpul dengan keluargaJi-lopiauthau, bukankah hubungan akanjauh lebih intim. Disamping itu Suma Lotej uga tidak perlu takut menghadapi bahaya, ibumu terlindung, sepenuh hati kau bisa menderma- baktikan tenagamu untuk kepentingan Hong-Lui-bun. Kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keberuntungan-
Llok Kiam-ping mengangguk menyatakan setuju, diapun menganjurkan kepada Suma Ling-khong .Ji Thian-hu sendiri sudah tentu teramat setuju. dia menyambut anjuran Tan Kian- thay dengan tepuk tangan girang.
Lekas Suma Ling-khong menjura kepadaJi Thian-siu, katanya: "Kalau begitu Siautit akan banyak merepotkan saja, sekarang biar aku mewakili ibu mengucapkan terima kasih lebih dulu." Beramai-ramai orang banyak saling memberi hormat lalu berpisah.
Setelah Suma Ling-khong pergi jauh baik Llok Kiam-ping putar kudanya sambil mengayun pecut, kudanya dilarikan kearah Lam-jang. Hari itu menjelang tengah hari, orang banyak sedang bebenah, seorang pembantu Piauklok tiba-tiba berlari masuk dengan sikap gopoh terus berbisik ditelinga Lo-piauthau, tampak roman mukanya berobah, dengan nada gusardia berkata kepada orang banyak: "Ada seseorang menuding Lohu minta bertemu, biar orang s h eJ i pergi menemuinya "
oiang banyak seketika gempar dan marah, terutama Pi-lik- jiu ciu Khay yang berangasan sudah berjingkrak gusar, serunya:
"Manusia picak dari mana berani terang-terangan menantang di Piauklok kita, hayo, kita ikut keluar," segera dia mengekor dibelakangJi Thian-siu, berbondong-bondong orang banyak ikut keluar.
Setiba dipekarangan luar tampak diambang pintu berdirijajar lima orang berpakaian aneh, tinggi pendek tidak rata, orang yang berdiri paling tengah berusia lima puluhan, hidung bengkok mata sipit pipi menonjol, jenggot kambing pendek menghias dagunya, jubahnya terbuat dari kain blaco, panjangnya juga hanya menyentuh lutut, dipinggang tergantung sebatang pipa cangklong, berdiri tegak tak bergerak menatap tajam.
Begitu melihat tampang kelima orang ini, seketikaJi Thian- siu melenggong, batinnya: "Bin-san-ngo-hou yang bertabiat kejam ini kenapa mendadak meluruk kemari. Sungguh tak habis herannya kapan dirinya pernah bermusuhan dengan manusia durjana ini." lekas dia melangkah maju seraya menjura, sapanya ramah: "Bin san-ngo-yu, hari ini bertandang ke Piauklok kami, entah ada petunjuk apa terhadap kami ?"
Wajah kelima orang itu tampak sadis, sikap mereka tetap kaku dan angkuh, lelaki hidung bengkok ditengah itu akhirnya mendengus, katanya: Ji-lopiauthau tidak usah pura-pura bodoh, seorang lelaki berani berbuat berani bertanggung jawab. Kau kira begini saja urusan bakal selesai ?" Karuan Ji Thian-siu menarik alis, katanya: "IHoan Han-ting, jangan kau menyembur orang dengan darah, orang sheJi selama kelana di Kangouw, selalu membedakan tegas antara budi dan dendam, selamanya pantang melakukan perbuatan jahat, jikalau kalian sengaja hendak mencari perkara, boleh silakan sebutkan cara apa yang kalian kehendaki, orang sheJi tidak akan mundur setapakpun."
Orang aneh yang berdiri disebelah kiri mendadak tertawa melengking, serunya: "Setan tua, kau memang sombong, biarlah kujelaskan supaya kau mampus dengan meram. Due bulan yang lalu masa kau tidak ingat lagi kepada pemuda yang kaupukul luka parah dijalan raya Siang-hoay ? Hari ini kau harus membayar hutang darah itu."
SekarangJi Thian-siu baru paham duduk persoalannya, dua bulan yang lalu dalam perjalanan ke Tiang-sa, kebetulan dia melihat seorang lelaki kekar sedang menghajar seorang penjual bakso karena si penjual menuntut bayaran sepuluh mang kok yang digaresnya.Ji-Thian-siu menengahi dan membujuknya, pemuda itu malah menuding dan memakinya, karena jengkel dia tempeleng pemuda itu hingga giginya rontok. Sungguh tidak nyana bahwa pemuda itu ada hubungan dengan Bin-san-ngo-hou.
Bahwa lawan bersikap kasar dan menantangJi Thian- siujuga naik pitam, sebelum dia bertindak seorang disampingnya telah mengejek: "Bin-san-ngo-hou, jangan anggap kalian saja orang gagah.Ji-lopiauthau masih menepati aturan kangouw, sikapnya tidak malu sebagai orang ternama, memangnya kau kira kami takut terhadapmu ?" yang bicara adalah Hu-cong-piau-thau Thi-pi-kim-to Tan thian-thay.
Bin-san-ngo-hou adalah saudara angkat yang berlainan she, mereka berasal dari kalangan Llok-liem, masing-masing memiliki kepandaian khusus yang lihay, semua bertangan g apa h dan terkenal sebagai penjahat keji, tidak mau rugi selalu menuntut keuntungan. siapa bila bentrok dengan mereka, sebelum ajal takkan berhenti, maka mereka terkenal sebagai kawanan penjahat yang sukar diajak kompromi.
Lotoa dari Bin-san-ngo-hou bergelar Hwi-hian-hou Hoan Han-ting, sekilas matanya mengerling, lalu katanya tertawa besar: "Kukira siapa, kiranya Hu-cong-piau-thau, sudah lama kudengar Pat-kwa-ban seng-to-coat Tan- los u yang punya enam puluh empat j urus itu menggetar B ulim. orang she IHoantidak becus, biar aku mulai mohon petunjuk kepadamu. Entah Tan- los u sudi memberi pengajaran-' sikapnya terlalu j umawa.
Dikalangan Kangouw, Tan Kian-tay terhitung jago kenamaan, sudah tentu dia tidak mau kalah ditantang dihadapan umum, meski tahu lawan cukup tangguh, terpaksa dia mengeraskan kepala turun gelanggang. Serunya tertawa besar: "IHoan-lo-su ada maksud memberi petunjuk, memang kebetulan malah bagiku.'
Sembari bicara dia melangkah setapak. Pat-kwa-kim-to ditangannya dig entak keatas lalu pasang kuda-kuda membuka jurus permulaan, siap siaga menanti serangan.
Ai-ga-hou cia Liang yang berdiri diujung kanan berkata kepada Hwi-thian-hou Hoan han-ting: 'Memotong ayam kenapa harus pakai golokjagal, babak pertama ini boleh serahkan kepada Siaute saja untuk menghajar manusia sombong ini" maka dia pun tampil kedepan sambil merogoh pinggang, maka sebatang coa-kut-pian (cambuk tulang ular) yang berwarna hitam leg a m pun telah terlolos ditangannya, sekalian dia ayun serta d lob at abitkan mengeluarkan deru angin terus dituding lurus kedepan menutuk kedada Tan Kiun- shay, tutukan datang secepat kilat tanpa membawa suara angin-
Melihat tutukan cambuk tulang ular lawan cukup ganas Tan Kian-thay tidak mau menangkis, lekas dia menggeser minggir sambil memutar badan, berbareng tangan kanan menyampuk dengan gerakan burung Hong mengangguk, tajam goloknya menepis miring kepergelangan tangan lawan yang memegang cambuk.
Ai-ga-hou (harimau kaki pendek) cia Liang tertawa riang, tangan kanan ditarik mundur diapun berkisar membundar tahu-tahu berpindah ke belakang Tan Kian-thay cambuk ditangannya ikut menyabet keping gang lawan-
Maka Thi-pi-kim-to Tan Kian- thay mengembangkan Pat- kwa-ban-seng-to-hoat menghadapi serangan lawan dengan tabah, maka serang menyerang antara g a man yang berbeda itu berlangsung dengan seru, dalam sekejap. dua puluh jurus telah mereka capai. Ternyata Ai-ga-hou lebih temb erang dan ingin lekas menang, mendadak dia merobah permainan, kini dia kembangkan Ling- coa-pia n- hoat perguruannya yang berjumlah tiga puluh enam j urus, cambuk hitamnya itu seperti berobah seekor naga yang mengamuk ditengah udara.
Kebetulan Tan Kian-thay melancarkan j urus menyapu ribuan tentara, goloknya mengubat bagian bawah lawan, d ilua r tahunya perawakan harimau kaki pendek cia Liang meski gembrot, namun Ginkangnya teramat baik sebelum golok menyambar tiba dia sudah mendahului melompat keatas setinggi delapan kaki, ditengah udara dia menggeliat sekali hingga badannya berputar arah, coa-kut-pian ditangannyapun mengepruk kebawah.
Pada hal Tan Kian-thay sudah kebacut melancarkan serangan, sementara cambuk lawan sudah mengepruk kepala, untuk berkelitjelas tidak sempat lagi, baru saja dia hendak...
Seg ulung angin kencang mendadak melesat laksana anak panah "cret" kontan coa-kut-pian terpental keatas, tubuh Ai- ga-hou cia Liang yang anjlok kebawah juga terpental mumbulpula oleh damparan tenaga dahsyat ini hingga terjengkang kebelakang. karuan saking kaget jantung serasa hampir pecah. Begitu melihat pecut lawan terpental lepas badannyapun mencelat mumbul kebelakang,
Tan Kian-thay lantas tahu bahwa seseorang telah membantu dirinya, memangnya hati sedang berang, segera dia menubruk maju pula, goloknya membacok kesikut Ai-ga- hou cia Liang.
Pada hal Ai-ga-hou cia Liang masih terjengkang, tak mampu menguasai diri sendiri, mendengar desir angin tajam menyambar dari kanan lekas dia menggeliat sambil menyingkir, tapi gerakannya kalah cepat, kontan dia menjerit ngeri, tiga jari tangan kanannya protol tertabas golok, darah mengalir deras, saking kesakitan badannya gemetar, muka pucat. sementara pecut tulang ularnya terlempar jauh keluar tembok.
Hwi-thian-hou lekas memburu maju mengeluarkan obat membalut lukanya, lalu dia memberi tanda supaya LojiJat-ji- hou TanJan mewakili dia menolong sang adik, setelah itu dia membalik badan turun keg elang gang.
cukup lama Bin-san-ngo-hou berbuat sewenang-wenang di Kangoaw, kapan pernah dikalahkan separah ini. Hwi-thian-hou cukup berpengalaman- dari samping dia sudah mendapat firasat bahwa kejadian agak ganjil, dia tahupihak lawan ada seorang yang membantu secara diam-diam, namun dia juga tahu bahwa Lwekang orang cukup tinggi maka dia tidak berani sembrono menantangnya, Langsung dia menghadapiJi Thian- hou sambil menyeringai, katanya: "Berapa banyak jago kosen undangan kalian untuk membantu secara diam-diam, boleh silahkan disuruh keluar?" nada bicaranya sudah tidak seketus dan segalak tadi, tapi sikapnya masih tetapjumawa.
Kawanan Piausu tadi juga kuatir akan keselamatan Tan Kian-thay, dikala hati mereka berkuatir, entah kenapa Ai-ga- hou sendiri yang berbalik tertabas luka tangannya, keruan mereka berdiri melongo keheranan- Ji Thian-siu sendiri juga lagi melenggong, setelah mendengar perkataan lawan kembali dia tertegun, sekilas dia ragu-ragu akhirnya dia b erg elak tawa, katanya: "Hoan los uh u, boleh tidak usah kuatir, yang hadir d is ini adalah kawan seperjuanganku, pasti tiada teman lain yang membantu secara diam-diam."
Lega juga hati Hwi-thian-hou Hoan Hanting memperoleh jawaban ini, tapi dia tetap tidak gentar, menghadapi keroyokan orang banyak. Lo-piausu marilah persoalan kita bereskan sendiri saja." kuatir urusan berkepanjangan, apa lagi pihak sendiri yang meluruk kemari, maka dia ingin lekas menyelesaikan persoalan ini.
Berkerut alis Thi ci-kim-hoanJi Thiansiu, katanya tersenyum: 'Untuk menghormat terpaksa menerima perintah, baiklah Losiu akan iringi kehendakmu." sembari bicara dia melangkah maju seraya menggerakkan kedua tangan lalu pasang kuda-kuda.
Melihat lawan maju dengan bertangan kosong, Hwi-thian- houjuga harus jaga nama baik, maka diapun tidak mengeluarkan senjata, sedikit manggut dia berseru: "Baiklah aku mulai dulu." tangan kiri membundar ke kanan sementara tinju kanan menyelonong dari tengah bundaran, segumpal angin pukulan keras langsung menerjang kedana Thi-ci-kim- hoan, tenaga jotos a nny a ini memang cukup hebat.
Lo-piautau baru sembuh dari luka-lukanya, kesehatannya belum sehat sepenuhnya dia tahu dalam hal tenaga dirinya jelas bukan tandingan, lekas dia berkelit miring lima langkah, berbareng membalik tangan melancarkan ilmu tangan kosong Kim-na-jiu yang punya tiga puluh enam j urus, sebat sekali dia sudah balas menyerang enam j urus, syukur rangsakan lawan berhasil dibendung.
Sebagai tertua dariBin-san-ngo-hou, sudah tentu Hwi thian- hou Hoan Han-ting memiliki Kungfu yang patut dibanggakan, melihat lawan melancarkan Kim-na-jiu, bukan saja permainan sudah mahir namunjuga lihay, maka diapun tidak berani gegabah, segera dia enjot kaki melompat keatas, ditergah udara badannya berputar, kelima jari terpentang mencakar turun, kiranya dia melancarkan Hwi-eng-ciang-hoat (pukulan tangan elang).
Ciang-hoat atau pukulan tangan ini merupakan ilmu tunggal yang dirahasiakan pihak Tiang-pek-pay, kalau tidak genting tak dipamerkan didepan umum, bila dikembangkanjurus permainannya merupakan serangan berantai yang deras dan ganas, pesilat yang memainkan pukulan inipun harus memiliki Ginkang tinggi, beruntun orang bisa menukik turun tujuh kali dengan serangannya, sehingga lawan terdesak kerepotan dan tak mampu balas menyerang pula. Hwi-eng-ciang-hoat memang ganas dan menakutkan.
Mengembangkan Kin-na-jiu-hoatjuga banyak memeras tenaga, apalagi menghadapi sergapan musuh dari atas begini, sedikit lena jiwa bisa melayangJi Thian-sinjuga sudah merasakan kekuatan sendiri takkan mampu bertahan lama, apalagi setelah sakit Lwekangnya belum pulih, hanya beberapa jurus dia sudah merasa kepayahan-
Lekas sekali serang menyerang ini berlangsung sampai dua puluhan jurus, keringat sudah membasahi jidat Lo-piauthau, napasnya juga sudah mulai sengal-sengal, jelas dia sudah terdesak dibawah angin-
Memperoleh angin Hwi-th ia n- hou ternyata lebih gencar menyerang. sedikitpun lawan tidak diberi peluang, Tatkala ituThio-kim hoan sedang membungkuk meluputkan sejurus serangan lawan, sebelum dia sempat memutar tub uh, j urus Hwi-ing-po-tho yang dilancarkan Hwi-th ia n- hou sudah menceng kram turun mang ancam pundak kiri.
Disaat g anting itulah, mendadak kumandang sebuah bentakan: "Bangsat, berani mengganas." sesosok bayanganputih tiba-tiba melesat disertai terjangan angin kencang meluncur bagai kilat ketengah arena. Hwi-thian-hou sudah kegirangan bahwa cengkraman jarinya bakal meremuk tulang pundak lawan, maka daya tubrukannya diperkeras sambil menambah tenaga, tiba-tiba pandangannya serasa kabur oleh berkelebatnya bayangan putih, menyusul lengan kanan lunglai berbareng sekujur badan menjadi enteng, waktu kakinya anjlok ketanah langkahnya limbung.
Waktu dia angkat kepala dilihatnya berdiri seorang pemuda gagah, j ubah putih berkibar di tiup angin, berdiri garang menatap tajam dirinya. Karuan kaget Hwi-th ia n- hou bukan kepalang, bagaimana lawan menyerang menggunakan j urus apa hakikatnya tidak di ketahui olehnya, tahu-tahu dirinya sudah di desak turun dan anjlok gentayanga sesaat dia berdiri menjublek.
Dengan wajah serius Llok Kiant-ping, berkata: "Dengan kepandaian cakar kucing kalian berani meluruk ketempat orang mencari perkara. Lo-piauthau bermaksud baik, ternyata mendapat tanggapan jahat kalian lekas pulang dan hukum berat anak muridmu sendiri, selanjutnya dilarang menindas si lemah, mengganas terhadap sesama manusia, kalau kudengar kalian melakukan kejahatan, kalau membangkang hari ini akan kutuntut keadilan kepadamu"
Lawan masih begini muda, bicaranya juga pongah, namun kepandaian yang dipertunjukkan tadi memang teramat menakjubkan, siapa orang muda ini perlu, diketahui lebih dulu, maka dia merobah sikap, katanya tersenyum: "Saudara masih begini muda kepandaianmu ternyata cukup hebat, boleh kau sebutkan nama perguruanma ?" "Kau tidak setimpal tanya siapa diriku. "Anak muda, jangan terlalu pongah.'
"Pongah atau tidak- bila kau tetap bandel, sebentar juga bisa kau ketahui."
Loji TanJan sudah naik pitam, segera dia rneraung: "Setan alas, memangnya kau sudah makan nyali harimau berani memusuhi kita, Bin-san-ngo-hou tidak boleh dibuat permainan, tahu.". secara tidak langsung dia sudah menandaskan bahwa mereka berlima siap turun gelanggang bersama.
Pikirnya dengan tenaga lima bersaudara betapapun tinggi Kungfu bocah inijuga tak kan lolos dari keganasan mereka, maka sebelumnya dia menantang dengan menyebut nama julukan mereka bersaudara.
Llok Kiam-ping juga pintar, dia juga tahu maksud orang, tapi kepandaiannya tinggi, nyalinya besar, wajahnya sengaja mengunjuk mimik menghina, katanya dengan menyeringai: "Ah, tiada artinya, dengan kekuatan kalian berlima sampah persilatan ini, memangnya tuan muda ini ada maksud hendak menyapu kalian, nah boleh kalian maju bersama supaya tuan muda tidak membuang tenaga."
Bin-san-ngo-hou dibilang a n kekuasaannya cukup disegani, kapan mereka pernah dihina dan diremehkan begini rupa, sungguh hampir meledak dada mereka. Hwi-th ia n- hou si licin dan penuh akalnya itujuga ikut naik pitam. Segera dia memberi aba-aba: "Siap." dari pinggang dia turunkan pipa cangklongnya terus mengeruk lebih dulu kekepala Kiam-ping.
Menyerang dengan gusar, maka pipa cangklongnya menderu keras. Tiga saudara yang lain juga mengeluarkan senjata, dua batang pedang dan sebilah Poat-hung-to. maka terdengarlah dering senjata ramai, di susul sinar kilat berkelebatan, karena terluka jari tangannya maka Ai-ga-hou hanya bertangan kosong, menyerang dengan tangan kiri.
Llok Kiam-ping tetap berdiri tegak sambil tersenyum, sedikitpun dia tidak gentar atau gugup menghadapi situasi gawat ini. Bila senjata musuh hampir mengenai tubuhnya, baru dia bergerak dengan Ling-hi-pou-hoat. seperti setan gentayangan tiba-tiba badannya berkelebat menyelinap diantara senjata lawan- Terasa pandangan kabur Ngo-houjadi bingung dan celingukan, tahu-tahu bayangan lawan telah lenyap dari depan mata. Tiba-tiba suara lirih diluar kalangan- Waktu mereka berpaling, ternyata Llok Kiam-ping sudah berdiri dua tombak di sana, memandang mereka dengan senyum mencemooh Sekilas mereka saling pandang, siap menerjang maju pula. Terdengar Kiam-ping sudah membentak:
"Kali ini kalian tidak boleh diberi kelonggaran lagi." kedua tangan segera melancarkan j urus Llong-kiap-sin-gan. Betapa hebat, salah satu j urus W.^ liong- ciang-hoat ini. mana Bin- san-ngo-hou mampu bertahan. Ditengah berkelebatnya samberan telapak tangan, beberapa jeritan terdengar saling susul, bayangan orangpun mencelat robohJi-hou dan Sam Hou terpukul paling keras, badan mereka terlempar lima tombak, begitu terbanting jatah tak mampu bangun lagi, darah menyembur dari mulut mereka. Si- hou dan N go- hou berjarak lebih j a uh, maka mereka hanya keserempet angin pukulan saja. namun merekapun mencelat satu tombak^ mukanya pucat pias, darah sudah bergolak hampir tumpah, jelas merekapun sudah terluka parah. Kepandaian Hwi-th ia n- hou Hoan han-ting paling tinggi, d iapun pandai melihat gelagat dan berkelit lebih sigap hanya terg entak mundur lima langkah, wajahnya juga pucat lesi.
Membesi kaku muka Llok- Kiam-ping, tanya: "Mengingat kalian bersalah baru pertama terhadapku. maka kali ini aku tidak akan bertindak lebih keras, bila kelak kebentur lagi ditanganku,jiwa kalian pasti ^ak tera mpun lagi, Sekarang boleh kalian minggat dari sini.'
Hwi-thian-hou tenengkan diri, dilihatnya keempat saudaranya juga terluka parah.
betapa perih dan duka hatinya segera dia menggembor seperti lolong serigala: "Sahabat, membunuh orang seumpama kau mengangguk kepala. Bin-san-ngo-hou hari ini memang hancur ditanganmu mau bunuh atau akan disembelih boleh silakan turun tangan, selama orang she IHoantetap bernapas, dendam hari ini pasti akan kubalas."
"Melihat tampangmu yang menjijikkan ini, tuan muda tak ingin mengotori tangan sendiri, maka jiwamu tetap kupertahankan- Mau menuntut balas Hong-lui bun selalu membuka lebar pintunya, kapan saja boleh kalian datang membuat perhitungan."
"Hong-lui-bun ?' mendadak Hwi-thianhou berjingkrak. seketika dia teringat seseorang, pekiknya: Jadi kau inilah pat- pi-kim liong,"
"Ah, itu hanya julukan tak berarti yang diberikanpara saudara,"
"Hari ini go-hou terjungkal ditangan ciangbunjin Hong-lui- bun terhitung setimpal juga. Selama gunung tetap menghijau biarlah airpun tetap mengalir." lalu dia papah kedua saudara yang terluka beranjak keluar.
Kapan para piausu itu pernah melihat pertunjukan silat sehebat tadi, semua menyaksikan dengan mendelong takjup. setelah musuh digebah pergi baru mereka bersorak gembira. TerutamaJi Thian-siu geleng-geleng dengan menghela napas, dia sesali umurnya yang sudah tua dan lemah tenaga, maka lebih teguh tekadnya untuk mengundurkan diri, tetirah dikampung halaman-
Hari kedua Hong-jang Piauklok mengadakan perjamuan besar, mengundang para tokoh-tokoh Bulim setempat serta para sahabat, dipermaklumkan bahwa sejak hari ini Ji Thian- siu sudah Kim-bun-se-jiu (cuci tangan dibaskom emas), selanjutnya menggantung senjata tetirah dikampung bebas dari percaturan dunia persilatan-
Dalam perjamuan itu antaranya hadir Bian- elang ouwyang Tekspoh, Tiang lo dari Kun-lun-pay, Klongjin-ping murid Siau- lim yang terkenal dari keluarga preman, Thian-lo-jiu can cu- seng, congpiauthau dariTinwanpiauklok dan masih banyak lagi kaum persilatan terkenal.
Ditengah perjamuan Ji Thian-siu angkat cangkirnya ajak hadirin minum bersama, lalu dia berpidato: "Berkat kerjasama yang baik denganpara sahabat Kangouw, IHong-jang Piau- klok yang kudirikan dapat berdiri sampai hari ini, usaha untuk mencari sesuap nasi ini syukur dapat bertahan selama tiga puluh, tahun dan belum pernah gagal, bersama ini kami haturkan terima kasih kepada para sahabat yang selama ini telah memberi bantuan dan nasehat yang berharga, sekarang terasa usia tua tenaga lemah, maka sejak hari ini kami putuskan untuk mengundurkan diri, cuci tangan dari semua pertikaian kangouw atau urusan ekpedisi.
Urusan piauklok kita yang belum sempat dibereskan sudah kami serahkan kepada can-lopiau-thau dari Tin- wan piauklok untuk mewakilinya. Hari ini sengaja kuadakan perjamuan ini, disamping menyampaikan persoalan ini sekaligus kami mohon diri kepada para sahabat, terima kas ih pula akan kehadiran kalian."
Habis pidato Ji Thian-sin anjurkan hadirin mulai makan hidangan yang sudah tersedia, maka pesta besar itupun berlangsung dalam suasana gembira.
Bian- elang ouwyang Tekspoh, Tiang lo dari Kun-lun-pay mendadak berbisik kepadaJi Thian-sin, Lo-piauthau tampak mengerut kening, sikapnya kelihatan serba susah, dari samping Klong Jin-ping murid preman Siaulimjuga kelihatan ikut membujuk, akhirnya dia berdiri dengan dengan tertawa, katanya kepada Llok Kiam-ping: "owyang cianpwe amat mengagumi Kungfu ciangbunjin yang tiada taranya, menggetar dunia persilatan maka beliau ada maksud berlomba dengan Lote, diminta Losiu untuk menyampaikan maksud hatinya kepada ciangbun, mohon pendapat Lote."
Llok Kiam-ping bingung dan tak tahu bagaimana harus menghadapi persoalan ini, KlongJin-pin murid preman Siau-lim sudah buka suara: "Kapan kita bisa berkumpul dalam pesta perjamuan seperti ini, mohon ciangbunjin tidak menolak, tunjukkan beberapa jurus supaya mata kita terbuka, untuk menyemarakkan perjamuan ini pula."
Hadirin sudah pernah dengar betapa hebat kepandaian Liok Kiam-ping, namun betapa hebatnya belum ada yang pernah membuktikan, maka tidak sedikit yang ingin tahu dan melihat demonstrasinya untuk menambah pengetahuan, mendengar dukungan KlongJin-ping. maka bersoraklah para hadirin, semua keplok tanda setuju.
Melihat betapa besar hasrat hadirin melihat pertunjukan, dilihatnya pula owyang Tek-poh duduk diam sambil menatap tajam kepadanya, sikapnya kelihatan pongah, maka hatinya terbakar. darah panasnya mendorong dirinya melakukan sesuatu, terpaksa dia berdiri dan menjura kepada hadirin, katanya:
"Hanya kepandaian permainan kera saja yang pernah kupelajari, bahwa ouwyang cianpwe sudi memberi petunjuk biarlah cayhe melayani sekuat tenaga, untuk bertanding jelas cayhe tidak berani, biarlah masing-masing menunjukkan kemampuannya saja "
Thi-ci-kim-hoan Ji Thian-sin tertawa gelak-gelak, katanya: "Ucapan Lote memang cocok kehendak ouwyang cianpwe, nah marilah kita habiskan pula dua cangkir, sebentar kita pergi kekebun belakang, disana lapangan luas, lebih bebas bergerak." lekas hadirin habisi dua cangkir arak pula terus terus berdiri, suara menjadi ribut dan ramai.
Maka Thian-siu bawa orang banyak kebelakang, di mana ada lapangan latihan silat, Usia ouwyang Tek-poh sudah delapan puluh, satu-satunya Tiang lo Kun lun-pay yang masih hidup, alisnya gompyokjuga sudah uban, matanya juling tajam, jenggot rambutnya seputih saiju, wajahnya kelihatan bersih, berwibawa dan gagah, ilmu silatnya juga sudah mencapai taraf tertinggi dalam perguruannya. Lima puluh tahun yang lalu namanya sudah terkenal di Bulim, namun jiwanya jujur, hanya sifatnya agak angkuh, sejak lama dia bersahabat dengan Thi-ci kim hoan, maka kali ini Lo-piauthau mengundangnya dalam jamuan perpisahan-
Dipinggir lapangan yang terletak dibelakang kebon berdiri beberapa pucuk pohon rindang dahan pohon sebesar pelukan orang, tinggi juga beberapa tombak. Saat itu mentari hampir mencapai titik tengah memancarkan cahayanya yang benderang, mesti masih dalam musim semi, hawa masih terasa panas. Dibawa h pohon sudah dijajar beberapa bangku panjang serta beberapa buah meja.
Setiba dibawah pohon rindang ouwyang Tekspoh tertawa, katanya: "Losiu amat kagum mendengar Kungfu sakti . Siauhiap. maka mengajukan permohonan yang kurang pantas ini, harap Siauhiap sudi menerangkan demonstiasi apa yang kita tunjukkan d ih a d apa n umum ?' Llok Kiam-ping mengangguk, katanya:
”Ciangpwe seorang berbudi dan luhur pula sejak lama sudah terkenal dan disegani kaum persilatan, mana berani cayhe mendahului, ingin mend emontras ikan apa boleh silakan cianpwe saja yang menyatakan"
Dalam hati ouyang Tekspoh menggerutu, namun sikapnya tetap ramah, katanya tertawa keras: "Baiklah, kita gunakan pohon-pohon besar ini sebagai sasaran pertandingan, bagaimana ?"
Llok Kiam-ping maklum bahwa Bian-ciang (pukulan kapas) orang telah diyakinkan sampai taraf tinggi, kelihayannya pasti sukar diukur, tapi dia sudah kebacut bilang supaya orang yang mengajukan usul pertandingan, apapun dirinya tidak boleh menyesal, Maka dia mengangguk tanda setuju.
Terhadap kelihayan Kungfu Llok Kiam-ping sudah lama ouyang Tek-poh dengar dan kurang percaya, oleh karena itu dia berani mempertaruhkan kebesaran nama baiknya selama puluhan tahun ajakpemuda ini bertanding, lahirnya kelihatan sikapnya wajar dan biasa padahal hatinya tegang luar biasa, betapapun kali ini dia harus mencurahkan seluruh perhatian dan tenaga. Tampak dia berdiri tegak kira-kira setengah tombak di depan pohon, lengan baju sudah menyingsingnya pula, pelan-pelan kedua tangannya terangkat mencapai dada, perlahan telapak tangannya menekan ke arah dahan pohon- angin deras menderu keras menerjang kedepan, "Duk" pohon sebesarpelUkan itu tampak bergetar. Menyusul telapak tangan kirijuga didorong kedepan- maka pohon itu bergetar lebih keras lagi.
Disaat getaranpohon belum habis, telapak tangan secara berantai menepuk pula, begitulah kanan kiri secara bergantian maju mundur sehingga pohon itupun makin bergetar seperti digoncang lindu, dahan dan daon mulai rontok berjatuhan- Setelah pukulan ketujuh mendadak dia menarik napas terus menggentak keras "Hep", Lalu kedua telapak tangan didorong bersama tenaga pukulan sea muka n badai menerjang pohon itu' 'Krak' suara dahan putus berbunyi nyaring.
Kejap lain pohon sebesar pelukan orang besar itu pelan- pelan tumbang karena dahannya patah terpukul.
Hadirin seketika bersorak kagum dan berkeplok dengan ramai. Dengan wajah tidak berobah dan napas tidak memburu pelan-pelan ouyang Tek-poh mundur kembali ketempat duduknya, wajahnya menampilkan rasa bangga.
Sekarang Llok Kiam-ping sudah cukup ahli dalam soal Kungfu, dia tahu pukulan kapas sekaligus biasanya dapat melontarkan lima kali pukulan, bahwa orang tua ini sekaligus dapat memukul tujuh kali, jelas Lwekangnya memang mencapai taraf yang lebih sempurna.
Maka Kiam-ping juga tidak berani takebur, bukan maju dia malah beranjak mundur lima kaki, pelan-pelan dia menarik napas menghimpun hawa murni, tenaga dia kerahkan dikedua lengan, pertama dia memukul ke pucuk pohon sekali. Damparan angin sedahsyat gugur gunung itu ternyata menghembus kencang sehingga pohon besar itu tertiup doyong kedepan, disaat dahan pohon itu seperti hampir patah mendadak Kiam-ping menambahi sekali pukul lagi. Padahal pucuk pohon itu sudah mulai menegak lurus pula, kini didorong oleh tenaga pukulan pula hingga meliuk turun bengkok hampir menyentuh tanah dan "Bum" akhirnya pohon besar itu tumbang dengan suara yang gemuruh, seperti dicabut saja pohon itu roboh keakar- akarnya,
Karuan hadirin yang berduduk dibangku panjang semua berdiri, saking kaget mereka menjublek. ada pula yang melelet lidah tak mampu bersuara.
Watak ouwyang Tekspoh memang jujur dan lapang dada segera dia tertawa lebar serta bicara lebih dulu: "Pertunjukan Hi-khong-sip-hut Siauhiap barusan sungguh membuka mata Losiu. umumnya kekuatan daya sedot dari Hi-khong-sip-but itupalingjauh hanya dapat menjangkau dalam jarak tiga tombak. bahwa Siauhiap mampu bermain sewajar itu dalam jarak lima tombak, sungguh sukar dibayangkan kehebatannya. Ada sebuah permintaan Losiu yang kurang pantas, entah Siauhiap sudi tidak selanjutnya memanggil Losiu Lo-koko (engkoh tua) ?" karena kagum orang tua ini ingin mengangkat pemuda ini menjadi saudara ciliknya.
Llok Kiam-ping cerdik pandai, sudah tentu dia maklum maksud orang, lekas dia menjura seraya berseru: "Mohon Lo- koko suka memaafkan sikap kasarku barusan."
Ouwyang Tekspoh b erg elak tawa. serunya: "Adik cilik, jangan begitu. Selama hidup engkoh tua ini hanya kagum dan tunduk kepadamu."
Ibarat kencangnya luncuran anak panah, itulah keinginan Llok Kiam-ping sekarang untuk selekasnya pulang kemarkas Hong-luibun di Kwi- hun-ceng, maka segera dia minta diri untuk berangkat, namun apapun ouw-yang Tek-poh tidak mengidzinkan, mengingat hubungan sudah terjalin, sungkan menolak maksud baik orang banyak pula, terpaksa Llok Kiam- ping menunda perjalanan semalam, hari ketiga pagi baru dia pamit dan menempuh perjalanan-
Sementara Thi-ci-kim-hoatJi Thian-siu setelah menimbang terimakan urusan-urusan piauklok yang belum selesai kepada Tin- wan Piauklok^ hari itujuga dia berangkat bersama istrinya pulang ke Ko-yang di Shoa- tang.
Kini mari kita ikuti perjalanan Llok Kiam-ping dan lain-lain setelah meninggalkan kota Lam-jang, Siang malam mereka menempuh perjalanan menuju ke Un-ciu pulang kemarkas pusat di Kwi-hun-ceng, sampai hari itu mereka sudah menempuh perjalanan tiga hari tiga malam, sedikit istirahat namun makan kenyang, namun manusia mana tidak akan lelah, kalau mereka masih kuat menempuh perjalanan sehari, namun kuda tunggangan mereka sudah tidak tahan lagi.
Untunglah saat itu mereka tiba disebuah kota kecil, memilih warung arak merekapun beristirahat di sana. Hay-bun-gau adalah sebuah desa besar yang terletak dipersimpangan jalan yang menembus keberbagai arah kota besar, perdagangan di sini cukup ramai kaum pedagang, atau pelancongan banyak yang liwat desa ini, saat itu tiba saatnya pasaran, maka warung arak itu penuh sesak ramainya luar biasa.
Setelah memilih tempat Llok Kiam-ping beramai sibuk makan dan minum. Sekilas matanya melirik dilihatnya dipojok dinding sebelah kanan duduk seorang pemuda, berpakaian petani, caping rumput yang lebar di atas kepala ditarik turun menutupi alis, makan seorang diri dengan lahap tanpa berbicara, sambil mengunyah makanan sering dia melirik kearah rombongan Llok Kiam-ping Tampak alisnya sering berkerut dan mimik mukanya terasa aneh.
Thi-pi-kim-to sudah setengah umur berkelana di Kangouw, pengalaman dan pandangan matanya cukup luas dan tajam, secara diam-diam d iapun perhatikan gerak gerik pemuda yang mencurigakan ini, dalam hati dia menggerutu, karena sorot mata si pemuda tidak bermaksud jahat, sikapnyapun kelihatan prihatin-
Setelah makan kenyang dan puas minum Tan Kian-thaypun membayar rekening, beramai orang banyak menempuh perjalanan pula. Sejam kemudian waktu mereka membelok kearah kanan dan memutar dari samping bukit, terdengar seekor kuda dibedal kencang dari belakang, dalam sekejap kuda itu sudah memburu dekat. orang banyak berpaling kebelakang, semua memandang heran dan mendelong, ternyata yang membedal kuda dari belakang bukan lain adalah pemuda yang tadi makan minum sendiri dalam warung arak itu, caping bambunya sudah terangkat diatas kepala, dandanannya juga tetap seperti petani.
Dikala orang banyak curiga dan menghentikan kuda serta memutar balik, pemuda itu bersama kudanya juga sudah memburu dekat sejauh tiga tombak. mendadak dia menarik tali kekang, seketika kuda itu menghentikan larinya terus berjingkrak berdiri dengan kaki belakang sambrl meringkik. setelah kudanya berdiri tega r pemuda petani itu lamas menjura, katanya dengan tertawa:
"Mohon kalian sudi berhenti sejenak. mohon tanya apakah kalian maupergi ke Un-ciu?'
Serius wajah Llok Kiam-ping, dia tampil bertanya: "Tuan siapa, sudi menjelaskan maksud kedatanganmu ?"
Sesaat pemuda itu diam sambil mengamati, lalu berseru: "Kau adalah ciang..."
Tiba-tiba dia celingukan seperti kuatir didengar orang, lalu menyambung dengan suara lirih, "ciangbunjin, sungguh kau membuat kami menunggu dengan gelisah. Aku yang rendah mendapat perintah Yu-huhoat untuk menyambut kedatanganmu." Llok Kiam-ping tahu urusan cukup genting, maka dia bertanya: "Bagaimann keadaan Yu-huhoat? Dimana dia sekarang ?"
"Tempat ini tidak cocok untuk bicara silakan ikut cayhe." "lalu pemuda itu putar kudanya menerobos semak dipinggirjalan dicongklang kearah selatan-
Karena si pemuda adalah orang sendiri lantas Llok Kiam- ping memberi tanda kepada rombongannya terus mendahului bedal kudanya memasuki semak-semak pula. Pemuda itu bawa mereka kesebuah hutan lebat, baru melompat turun serta menekuk lutut menyembah kepada Llok Kiam-ping, serunya: "Aku yang rendah Thlo Ping, menyampaikan sembah hormat kepada ciang bun."
Sebelah tapgan Llok Kiam-ping menariknya berdiri, katanya: "Sembahmu kuterima. lekas jelaskan bagaimana keadaan di sini ?"
Sejak ciangbun dan coh-huhoat berangkat, belum ada satu bulan, suatu hari Ha m-ping-lo-mo membawa anak buah Tang-ling dan IHwe-hun-bun mengadakan serbuan secara mendadak. Yu-huhoat dan sigede Siang Wi berjuang mati- matian, namun musuh terlalu banyak dan kuat, kekuatannya kita terpencar lagi, walau musuh berhasil ditumpas namun Yu- huhoat juga terpukul luka parah oleh Lo-mo, terpaksa dia mengundurkan diri dan buru-buru membawa nona Siau Hong yang terluka bersama Ki-ling-sin Siang Wi mundur ke San-sin- blo kira-kira sepuluh li diselatan Kwi-hun-ceng... "
"Apa nona Siau Hongjuga terluka ?"
"Iya, terluka oleh Ham-ping-ciang, lukanya cukup parah. Seratus li disekitar kota Un-ciu, anak buah dan mata-mata musuh tersebar luas, terpaksa aku yang rendah menyamar dan bergerak disekitar daerah ini menunggu kedatangan ciangbun, kami kuatir ciangbun terjebak kedalam perangkap mereka. sekarang waktu sudah mendesak, kita harus cepat- cepat sampai ditempat tujuan.' lalu dia mendahului cemplak kepung g ung kuda di larikan kedalam hutan-
Dialas belukar perjalananjelas lebih susah, maka mereka harus putar kayuh cukup lama baru tiba didataran rendah yang lapang sebuah sungai lebar dua tombak mencegat perjalanan mereka, mereka menyusuri sungai kearah hulu, yang ditempuh daerah pesisir berpasir batu lalu menembus hutan lebat pula, hakikatnya "bukan jalan aman yang mereka tempuh. Kalau tiada orang yang menunjukjalan, apapun mereka takkan bisa berada dihutan belantara ini.
Mereka terus maju kira-kira dua jam lagi, baru darijauh kelihatan diantara lebat nya hutan ditengah pegunungan sana, berdiri sebuah kuil kecil. Pada saat itu sang dewi sudah menongol dari sembunyiannya, mereka masih berada ditengah hutan, yang terdengar hanya lolong binatang dan pekik kera, rasanya seram menakutkan.
Akhirnya mereka tiba didepan kuil kecil, pintu tertutup rapat, Thlo Ping bawa mereka mutar kebelakang, terlebih dulu dia melempar tiga batu secara beruntun, baru orang banyak diajak turun dari punggung kuda melompati ragar tembok masuk kedalam kuil.
Kecuali sebuah ruang pemujaan, kuil kecil ini hanya punya dua kamar kecil, dari kamar sebelah kanan keluar dua pemuda berpakaian ringkas, mendadak melihat kedatangan Llok Kiam- ping dan lain-lain, semula mereka terperanjat dan melenggong, akhirnya mereka berjingkrak girang dan menyambut dengan terisak: 'ciangbunjin, akhirnya kau pulang." buru-buru mereka berlutut.
Lekas Llok Kiam-ping papah mereka bangun terus beranjak ke dalam kamar. Dilihatnya Ginji^tay-beng duduk miring membelakangi dinding diatas ranjang, kedua matanya terpejam, dadanya tampak turun naik dengan keras, wajahnya yang kurus pucat tampak kuyu, deru napas yang tersengal diselingi rintih a n, jelas lukanya teramat parah, untung Lwekangnya cukup tangguh, sekuatnya dia masih bisa menjaga Hiat-to penting diatas tubuh sehingga luka-luka tidak tambah parah jantungpun terlindung, walau sekarang sudah merasa tak tahan lagi, namun otaknya masih sadar, mendengar suara keributan diluar, mendadak dia membuka mata. begitu membentur wajah Llok Kiam-ping, sekujur badan mendadak mengejang, mulutnyapun melengking: "ciangbun... ' orang nyapun roboh keringat sebesar kacang bertetesan.
Luka dalam Gin-j^ay-beag memang teramat parah. napasnya jug a tinggal satu-satu kini melihat Llok Kiam-ping mendadak muncul seperti jatuh dari langit, saking kaget dan girang, hawa murni yang ditahan-tahan selama inipun buyar seketika, kontan dia jatuh pingsan-
Llok Kiam-ping memburu keping gir ranjang, dengan kencang dia pegang kedua tangan Ginjutay-beng yang kurus kering, katanya berlinang: "Yu-huhoat, kenapa kau ? Tak usah sedih, semua terjadi karena kecerobohanku, sehingga markas kosong membuat kau dan orang banyak menderita"
Kedua tangannya segera bekerja cepat dan telaki jarinya menutuk beberapa Hiat-to ditubuh Giniji-tay-beng, sesaat kemudian dia mulai mengurut dan memijat, pengobatan yang dilakukan berlangsung selama sebatang dupa terbakar habis, barulah Giniji-tay-beng mulai bergerak dan siuman, matanya berlinang air mata menatap Llok Kiam-ping, katanya setelah menghela napas: "Aku memang tidak becus, sehingga markas jatuh ke tangan musuh, aku malu terhadap ciangbun dan para kawan-.. " suaranya makin lirih akhirnya dia tertidur pulas.
Kebetulan si gede Siang Wi sedang melangkah masuk dari luar, matanya kelihatan masih ng antuk, berjalan masuk sambil kucek- kucek. mendadak melihat d id a la m kamar banyak orang, seketika dia terbelalak. bila melihatjelas kehadiran Llok Kiam-ping, seperti ketiban rejeki saja mendadak dia berjingkrak seraya menubruk kedepan ranjang dengan kedua lengan yang kekar dia memeluk Kiam-ping serta berteriak girang: "Bocah cilik, akhirnya kutemukan kau lagi, Marilah, cepat kau beri aku makan, selama beberapa hari ini aku sudah kelaparan " lalu dia pegang tangan Llok Kiam- ping diseret keluar.
Kiam-ping kewalahan terhadap bocah gede yang goblok ini, setelah mengeringkan mulutnya baru dia berhasil membujuk si gede. Kedua pemuda itupun ikut masuk serta memberi penjelasan keadaan di sini selama ini. Ternyara setelah pindah kekuil ditengah hutan ini. karena harus merahasiakan, maka siapapun tidak boleh sembarang a n keluar, hanya Tho Ping seorang yang ditugaskan keluar dengan menyamar untuk menyirapi berita dan menunggu kedatangan Llok Kiam-ping yang lain setapakpun tak boleh keluar pintu. Makanan merekapun hanya binatang buruan, buah buah atau burung yang dipanggang, jadi mengalami kehidupan seperti manusia purba.
Sungguh bukan kepalang perih hati Llok Kiam-ping, lakas dia keluarkan dua kelopak Soat-lian, masing-masing untuk Giniji-tay-beng dan Siau Hong. Kiam-ping angkat Ginjutay- beng serta dibalik tidur tengkurap. sambil kerahkan hawa murni dike dua lengan beruntun dia menutukpula puluhan Hiat-to disekujur badan Gin-j^ay beng^ Terakhir dia menarik napas panjang menghimpun hawa murni serta meng konsentrasikan pikiran, ke dua telapak tangan menekanBing- bun-hiat Ginju^ay-beng, serangkum hawa murni merembes kebawah orang tua itu.
Setanakan nasi kemudian wajah Ginij.^ay-beng yang putih mulai semu merah, napasnya juga mendesau berat, mulutnya merintih. Llok Kiam-ping juga menarik napas lega, sekujur tubuhnya basah kuyup oleh keringat, segera dia duduk samadi memulihkan tenaga, beberapa kejap lagi dia membuka mata lalu beranjak turun masuk kekamar sebelah, dlmana Siau Hon- juga sedang rebhah diatas ranjang. Waktu pandangannya membentur tubuh Siau Hong seketika hatinya mencelos, sesaat lamanya dia berdiri melenggong didepan ranjang.
Lekas Thi-pi-kim-to Tan Kian-tay bertanya: "Kenapa ciangbun, Bagaimana keadaan nona siau Hong, apakah masih bisa ditolong ?"
Sedih suara Kiam-ping: "semula luka-lukanya tidak berat, namun karena tak tahu cara menyalurkan tenaga menyembuhkan luka, ketambah tertunda terlalu lama, hawa racun dinc sudah merasuk ke isi perut, Soat-lian memang berkhasiat dapat meng hidupkan jiwa orang yang hampir mati, tapi karena terdesak oleh hawa beracun sehingga khasiatnya tidak bisa bekerja. Sekarang dia perlu ditolong oleh seorang dengan tenaga luar, mendesak keluar hawa beracun sekaligus mendorong khasiat Soat-lian bekerja lebih tuntas cuma... " sampai d is ini tampak dia bimbang dan tak berani meneruskan-
Thi-pi-kim-to Tan Khian-that" cukup tahu dan maklum, mendengar penjelasan Kiam-ping dia sudah tahu kesulitan si pemuda, maka dengan tertawa dia berkata: "Kita adalah kaum persilatan yang berkecimpung di Kangouw. segala sesuatu hanya dituntut dengan kewajaran dan pengertian yang mendalam, cukup asal dalam hati berpikir bersih dan perbuatan gena h, lebih penting menolong orang daripada persoalan tetek bengek, untuk ini harap ciangbunjin bisa kesampingkan rasa malu, pikiran cabul segala.^ lalu dia suruh orang banyak keluar pintu.
Kiam-ping berpikir sejenak, akhirnya dia barkeputusan. Perlahan dia melucuti pakaian Siau Hong serta merebahkannya telentang, waktu dia ulur tangan dan hampir menyentuh dadanya, seketika dia merandek^ jari-jarinya tampak gemetar. Lekas dia pejam mata tenangkan diri, setelah perasaan tentram kembali dia turunkan kedua telapak tangannya, tapi begitu tanganya memegang payudara siau Hong, gejolak jantungnya bertambah keras pula.
Maklum sebesar ini usianya kapan pernah bersentuhan kulit tubuh dengan lawan jenisnya, meski Siau Hong adalah teman baiknya sejak kecil, tapi selama ini dia menganggapnya sebagai adik saja, hubungan selama ini cukap wajar dibatasi norma-norma susila cinta kasih seorang kakak terhadap adik perempuannya, belum pernah terpikir soal cinta, apalagi kepersoalan se^.
Keadaan sekarang berbeda. untuk membuka beberapa Hiat-to ditubuhnya yang buntu serta menyalurkan tenaga dalam sendiri kebadan orang, terpaksa dia harus menyentuh malah menjamah tubuh Siau Hong yang montok kenyal ini, kalau terlambat sejenak lagi jiwa siau Hong mungkin tak bisa ditolong lagi. Terbayang betapa lincah danjenakanya S:au Hong diwaktu kecil, timbul rasa kasih sayangnya yang tebal, maka dia tenangkan pikiran, namun jantungnya masih berdebar. Maklum kulit badan yang halus putih sebersih batujade dengan sepas ana buah dada yang kenyal dan menantang, tercium pula bau perawan, karuan Kiam-ping seperti mabuk dibuatnya.
Akhirnya Kiam-piang gigit bibir dan menarik napas panjang, setelah tenaga terhimpun, dia salurkan tenaga murni dari pusar ketelapak tangan, mulai dia menutuk tiga puluh enam hiat-to ditubuh siau Hong, lalu dimulai pijat dan urut pula, gerakan kedua tangannya makin lama makin cepat, sekujur badan Siau Hong mulai gemetar seiring dengan gerakan kedua tangannya.
Sesulutan dupa kemudian, kepala Kiamping sudah terbungkus uap putih, keringat gemerobyos,jelas dalam usaha menolong jiwa Siau Hong ini dia terlalu makan tenaga, Beberapa kejap lagi tampak uap hitam yang bau amis mulai merembes keluar dari pori-pori kulit Siau Hong lambat laun warna hitam berobah hijau lalu menjadiputih. Di sinilah kelihatan usaha karya Llok Kiam-ping ternyata tidak kepalang tanggung. Untuk membalas luhur budi sahabat diwaktu kecilnya ini, tanpa segan-segan dia rela mengorbankan tenaga murni sendiri untuk menjebol Ki-keng-pat-meh ditubuh Siau Hong sehingga jalan darah dan urat nadi yang buntu terjebol seluruhnya.
Siau Hong sendiri mimpi juga takpernan terpikir, karena kecelakaan kali ini dia memperoleh rejekipula, disamping memperoleh bantuan khasiat Soat-lia n, saluran tenaga Kiam- ping menembus Ki-kong-pat-meh nya, sehingga tenaga dalamnya maju berlipat ganda.
Kira-kira sejam kemudian, paras Siau Hong sudah teratur, matanya mulai bergerak ternyata dia sudah siuman-
Yang terasa pertama kali adalah sekujur badan dingin, waktu dia membuka mata ternyata pakaian sendiri sudah dilucuti, sepasang telapak tangan ternyata sedang menekan kedua payudaranya, hawa hangat terasa tersalur dari telapak tangan orang karuan kagetnya bukan kepalang, seketika matanya mendelik.
Seketika rasa malu dan gusar merangsang hatinya, sekujur badan seketika mengigil, namun setelah dia melihat jelas pemuda yang berusaha menolong jiwanya ternyata adalah sang perjaka yang selama ini dirindukan, legalah hatinya, namunjantung berdebar lebih keras. Selebar mukanya merah jengah, dengan perasaan malu dia melirik kearah Llok Kiam- ping lalu memejam mata pula.
Saluran tenaga murni Kiam-ping saat itu sudah mencapai saat-saat yang paling kritis, kuatir konsentrasi buyar, usahanya bukan saja gagaljiwa si nonapun mungkin bisa amblas maka dia lebih giat salurkan tenaganya, uap putih diatas kepalanya seperti bergolak turun naik, jelas dia sendiri sudah teramat payah. Hawa beracun dingin dalam tubuh Siau Hong sudah merembes keluar seluruhnya, sekujur badan terasa segar dan enteng, pikiran jernih pula. Dia maklum pujaan hatinya sedang salurkan tenaga murni sendiri membantupenyemhuhan badannya yang keracunan, disamping diapun rasakan Ki-keng- pat-meh dalam tubuhnya sudah tembus. Karuan rasa senang bukan kepalang, hatipun manis mesra pula.
Bila dia melihat wajah Kiam-ping tampak pucat dengan keringat bertetesan, sepasang bola matanya yang bundar jeli seketika berkaca-keca air mata, saking haru dia sampai menangis.
Saat itulah Kiam-ping sudah menarik kedua tangannya serta menarik napas panjang, beberapa kejap lagi dia duduk s a mad i, akhirnya diapun membuka mata dan berdiri.
"Ping-ko," panggil Siau Hong lirih dan mesra. Langsung dia menjatuhkan diri kedalam pelukan Kiam-ping sambil sesenggukan-
Maklum tubuhnya yang masih perawan, suci bersih telah terjamah oleh lelaki pujaan hatinya ini, maka selama hidup ini dia tidak akan menikah dengan orang lain-
Rasa rindu dan cintanya yang terbenam selama beberapa hari ini, sekarang meledak tertuang dalam isak tangisnya, pelukannya semakin kencang, raut wajahnya yang kurus pucat terbenam d id a la m dada Llok Kiam-ping.
Llok Kiam-ping sendirijuga tidak kuasa membendung perasaan, tiba-tiba dia tarik dagu Siau Hong hingga tengadah bibir orang terus dilumatnya dengan bernafsu, Siau Hong mengeluh perlahan penuh kenikmatan, diapun balas merangkul lehernya, begitulah kedua muda mud i ini sama melepas rindu selama ini dalam peluk cium yang manis mesra.
Untunglah Kiam-ping masih kuat menguasai diri, mendadak dia tersentak sadar, tanyanya perlahan dengan napas memburu" "Siau Hong, bagaimana perasaanmu sekarang ?" Mata Siau Hong setengah terpejam seperti masih menikmati sisa-sisa kemesraan barusan, segera dia mengangguk. setelah menarik napas panjang baru dia bicara: "Pingko, sekali pergi selama itu kau tidak pulang, aku menunggumu d elna n tersiksa, hampir gila rasanya. Kwi-hun- ceng sudah jatuh ketangan kawanan iblis, selanjutnya aku tak puny a rumah lagi. Ping-ko selanjutnya mau hidup diujung langit atau berkelana di Kangouw^ hanya kaulah tulang punggungku, kemana kaupergi aku akan selalu berada disampingmu .. -. "terbayang akan nasibnya, seketika dia terisak sedih.
Kiam-ping merasa iba, maka dia memeluknya pula serta menciumi rambut, mata, hidung lalu dilumatnya pula bibir Siau Hong. cukup lama mereka tenggelam dalamperpaduan cinta murni, akhirnya Kiampingpula mengakhiri ciumanpanjang itu, katanya:
"ceritanya amatpanjang, nanti kuceritakan, kau baru sembuh, badan masih lemah, perasaan tidak boleh diburu nafsu, selanjutnya kau harus melegakan hati, Siau Hong asal kau...", selanjutnya tidak kuasa dia melanjutkan-
Perasaannya sekarang serba kontras, dengan Le Bun dia sudah sumpah setia sehidup semati, mana boleh dia mengabaikan cintanya terhadap Le Bun ? Tapi keadaan memaksa d la berbuat drm.ikian apalagi Siau Hong disamping harus dikasih ani. jug a amat mencintai dirinya, jiwanya yang polos dan suci serta agung pula, kini hidup sebatang kara. lalu bagaimana dirinya harus mengatur persoalan ini? Soal cinta, tokoh besar siapapun memang akan merasa pelik bila menghadapi soal asmara.
Setelah bimbang beberapa saat, akhirnya Llok Kiam-ping bekeputusan secara diam-diam. soal ini sementara biar ditunda dan dikesampingkan sampai d is ini, biar bagaimana perkembangan selanjutnya. Setelah dibujuk rayu dengan kata- kata manis, baru Siau Hong menghentikan isak tangisnya dan tertawa manis.
Diluar pintu terdengar langkah orang mendatangi, lekas dia mendorong Llok Kiam-ping terus mengenakan pakaian- Kejap lain mereka sudah membuka pintu melangkah keluar kamar.
Ditengah ruang pemujaan kuil kecil ini, duduk berkeliling belasan orang. laki perempuan- tua muda bercampur, mereka duduk bersila tanpa bersuara, wajah mereka tampak prihatin seolah-olah perasaan mereka tertekan dan memikul suatu kekuatiran yang tidak kepalang tanggung. Mereka bukan lain adalah ciangbUnjin Hong-lu^-bun Llok Kiam-ping dan lain-lain sedang berunding cara bagaimana selanjutnya mereka akan menghadapi musuh.
Dengan suara berat tertekan Llok Kiam-ping buka suara: "Yang hadir di sini semua adalah insan persilatan yang gagah berani, menempuh perjalanan jauh drm.i berjuang untuk kepentingan Hong-lui-bun kita, beberapa dlantaranya belum menjadi anggota secara formil, tapi bolehlah kuanggap sebagai salah satu tenaga militan dari orang kita sendiri." sampai di sini dia berhenti menyapu pandang hadirin lalu melanjutkan, "Aku sendiri masih hijau dan kurang becus hingga kita disergap musuh, anggota kita banyak yang menjadi korban atau melarikan diri untuk ini aku sungguh merasa malu dan menyesal. Kini musuh sedang melebarkan sayapnya dengan seluruh kekuatannya sedang mencarijejak kita, bila perlu kita akan diganyang habis dengan keaka r- akarnya. Maka aku berpendapat daripada kita duduk di sini menunggu kematian, lebih baik kita menempuh jalan bahaya, kemungkinan masih ada kesempatan merebut posisi yang lebih baik. Tapi kekuatan musuh amat besar, kurang menguntungkan kalau kita melawan secara kekerasan, maka kita harus mencari akal yang sempurna, kita harus bersatu pada siap bertempur sampai titik darah terakhir. Yakin kita akan berhasil mengusir penjajah dari markas pusat kita di Kwi- hun-ceng. Dikalangan Kaugouw pengalaman kalian cukup luas, yakin pasti dapat ikut menyumbangkan pikiran untuk memecahkan kesulitan ini, sehingga kita berhasil merebut situasi,"
Tan Kian-thay angkat bicara: "Kekuatan musuh tersebar rata, pertama kita harus mencari tahu keadaan musuh lebih dulu, baru kita bersiap menyergapnya, secara bergerilya, lambat tapi pasti usaha kita akan membawa pengaruh dan hasil yang besar, tahu kekuatan lawan baru bisa mengukur kekuatan sendiri. setiap bertempur pasti menang."
Gin-jintay-beng ikut buka suara: "Menurut laporan yang diperoleh belakangan ini, Ham-ping-klong sudah kerahkan seluruh kekuatannya hijrah ke selatan, disamping mereka menggaruk pula tidak sedikit jago-jago kosenBulim didaerah ini, tujuannya jelas hendak bersimaharaja di sini. Dalam arena seluas beberapa li disekitar Un-ciu tersebar mata-mata mereka. Tapi sejauh ini Ha m-ping-lo-mo sendiri belum pernah terlihat
Jikalau musuh terlalu tangguh, sepantasnya kita juga mencari bala bantuan." demikian usul Tan Thian-thay.
Tapi urusan sudah mendesak, Llok Kiam-ping sudah tidak bisa mengulur waktu lagi, katanya dengan mengerut alis: "Markas pusat tidak boleh lama diduduki kawanan tikus
sayang coh-huhoat, Lo-kokoJian-li-teksheng dan Suma Samtejuga belum datang, jikalau tidak tahu keadaan di sini mereka menyerempet bahaya menyerbu kemarkas dan kena sergap. bukankah pengorbanan mereka sia-sia? oleh karena itu aku berpendapat selekasnya kita harus bergerak lebih menguntungkan-
Pi-lik-jiu ciu Khay memang berangasan, sudah setengah hari dia diam dengan rasa sebal, sekarang dia angkat bicara: "Betul, urusan tidak boleh ditunda, meski kita harus mengorbankan jiwa juga harus merebut kembali Kwi- hung- Ceng."
Mulut si gede Siang Wijuga tidak mau menganggur, serunya: 'Marilah kau menjadi pelopor bersamaku. Terus terang kulit badanku tebal, tidak takut ditutuk atau dipukul, Ha m-ping- elang iblis tua itupun kuat kuhadapi beberapa kali." pada hal di luar tahunya bahwa dia hanya keserempetsaja oleh Ha m-ping- elang iblis tua, kalau tidak Gin-jintayhengjuga tidak akanterluka separah itu, jika la u pukulan orang telak mengenai tubuhnya. jiwanya pasti sudah melayang. Dasar orang jujur, dalam hati ingin melakukan, setelah dikatakan maka kita segera menarik lengan ciu Khay terus diseretnya keluar. Lekas Kiam-ping mencegah, katanya: