Jilid 33
MENCORONG sinar pe mbunuhan yang menggidikkan hati dari balik mata Hoat khong taysu, serunya dengan cepat. "Untuk menghadapi manus ia jahat yang tidak berperi ke manusiaan macam kau, tentu saja kami tak usah mengikut i peraturan dunia persilatan"
Keng Cin sin mendengus dingin dengan nada sinis dan menghina, katanya kemudian:
"Aku me mang tahu, kalian ma nusia- manus ia yang tergabung dalam se mbilan partai besar dunia persilatan, pada hakekat nya cuma me ma kai kedok kebajikan dan kebenaran, padahal yang betul hanya manusia manusia rendah yang munafik, hmmm! Tentu saja manus ia- manusia seperti ini tak usah menuruti peraturan dunia persilatan"
Semenjak musibah yang menimpa dirinya, Keng Cin sin sudah amat me mbenci terhadap manus ia dalam masyarakat ini, dia tahu setiap orang pasti me makai kedok kehalusan dan kejujuran untuk menutupi kejelekan serta kebusukan hatinya....
Itulah sebabnya dia bersumpah akan menumpas habis setiap manus ia laknat dan manus ia jahat yang ada dalam dunia ini.
Justru karena itu, terhadap mereka yang jahat dan munafik, dia selalu bertindak keja m, tak berperasaan dan tidak mengenal peri ke manusiaan.
Sekarang, andaikata dia tahu kalau ke sebelas orang anggota perguruan Hiat mo bunnya sudah dibunuh orang, sudah pasti dia tak akan bersikap sungkan-sungkan terhadap ke tiga orang pendeta dari Siau lim pay ini.
"Omitohud!" puji syukur Hoat hian siansu, "Li sicu, ucapanmu barusan betul-betul keterlaluan!"
"Apanya yang keterlaluan?" jengek Keng Cin sin dingin, "toh perbuatan maupun tindakan kalian yang sesungguhnya me mang demikian? Na ma kosong, pura-pura sok suci, mema kai cara yang rendah dan kotor untuk me nggerutui orang.... Huuuh! Pokoknya dunia persilatan ha mpir dipenuhi oleh kaki tangan kalian, apa yang bisa kalian kerjakan pun tidak lebih hanya me mutar balikkan kenyataan, mengadu do mba, menghasut"
"Tutup mulut!" bentak Hoat khong taysu amat gusar. "kau jangan menfitnah orang se maunya sendiri, apa buktimu menuduh kami berbuat demikian?"
Yaa, manusia me mang seringkali tak tahu malu, padahal belum la ma berselangpun mereka telah mengerubuti sebelas orang jago dari Hiat mo bun secara beramai-ra mai, bahkan bekerja sama dengan Bu lim jit hun (tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan) tokoh paling bengis, keji dan licik dari dunia persilatan.
Bukan cuma begitu, disaat mereka berhasil me musnahkan Hiat mo bun tadi, merekapun berniat jahat dengan niat melenyapkan pula Bu lim jit hun yang telah me mbantu mereka.
"Apa buktinya?" Keng Cin sin tertawa dingin dengan sinis, "sewaktu terjadi pengerubutan atas Bun ji-koan su pada dua puluh tahun berselang di bukit Soat san, bukankah orang-orang dari sembilan partai besarpun turut a mbil bagian? Bahkan kalian telah me mfitnah dan menjebak dirinya, hmmm! Bukankah mula- mula kalian me nyuruh Thi kiam kim ciang (pedang baja telapak tangan emas) me mf itnah nya lebih dulu, ke mudian menyuruh putrinya me mpers iapkan rencana Bi jin ki (siasat perempuan cantik) Putri
Ceng It huang atau si pedang baja telapak tangan emas bukan lain adalah ketua Ban sia kau Ceng Lan Hian yang termashur karena kecabulan dan jalangannya saat ini, konon selesai menghadapi diriku nanti, kalau hendak melenyapkan Ban sia kau dari muka bumi?”
"Hmm! Katakan saja kenyataan bukan ucapanku ini?"
"Terus terang saja kukatakan kepada kalian manusia- manus ia yang menganggap dirinya sebagai orang-orang sembilan partai besar, jangan menganggap diri sendiri paling bersih, ketahuilah setiap perbuatan busuk yang pernah dilakukan didunia ini, tidak mungkin akan selalu dapat dirahasiakan." "Sebagai akhir kata, aku ingin me mperingatkan kepada kalian. Jika tak ingin perbuatan kalian diketahui orang, lebih baik janganlah me lakukan"
Oleh ucapan dari Keng Cin sin ini, paras muka tiga orang pendeta tua dari Siau lim pay itu berubah menjadi hijau me mbesi, mereka betul-betul dibikin terkejut dan ngeri atas perkataan tersebut, anehnya mengapa pere mpuan ini bisa mengetahui kenyataan tersebut?
Dengan kejadian tersebut, maka niat mereka untuk me lenyapkan Keng Cin sin dari muka bumi pun se makin menjadi-jadi, sebab mereka tahu tetap me mbiar kan Keng C in sin hidup didunia ini berarti me me lihara bibit bencana untuk kemudian hari.
Sekarang kenyataan sudah berada didepan mata, maka demi keselamatan pamor serta nama baik sendiri, mereka harus me lenyapkan orang-orang yang tahu akan kejadian tersebut.
Selesai pere mpuan ini, masih ada Leng hun koay seng Ku See hong yang mengetahui hal ini, tapi bisa jadi ia sudah ma mpus oleh rencana busuk Ban sia kau, Jian khi pang, atau dengan perkataan lain asal pere mpuan inipun dilenyapkan, maka sela matlah mereka.
Bagaimana mungkin Keng Cin sin dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya di bukit Soat san yang pernah menimpa Bun ji koan su ?
Rupanya setelah Bun ji koan su Him Ci seng mengala mi tragedi di bukit Soat san sehingga hidup dalam keadaan cacat, maka dia menyimpan ke mbali kitab pusaka Cang ciong pit kip bagian atas kedalam kuil Ngo siang bio lagi.
Namun dia kuatir jiwanya keburu meninggal sedang dendam berdarahnya tidak di ketahui orang, maka dalam separuh bagian kitab pusaka Cang ciong pit kip tercatat pula tinggalkan semua kisah tragedi yang pernah dialaminya dengan catatan mengharapkan bantuan dari orang yang beruntung mendapatkan kitab pusaka itu untuk me mba laskan dendam sakit hatinya serta menegakkan ke mbali keadilan serta kebenaran di dalam dunia persilatan. Selain dari pada itu, Bun ji koan su telah meninggalkan pula beberapa buah tanda pengenal dari beberapa orang tokoh sakti dari dunia persilatan, dia berharap orang yang berhasil mme mpero leh tanda pengenal itu berusaha untuk mengendalikan beberapa tokoh persilatan tersebut serta mendir ikan suatu organisasi yang tangguh untuk mencapai cita citanya.
Itulah sebabnya dalam waktu, singkat Keng cin sin telah berhasil mengumpulkan tokoh-tokoh sakti seperti Bian ih siusu Hoa Siong si, tiga gembong iblis dari pulau Tang hay dan lain-lainnya serta me mbentuk organisasi Hiat mo bun.
Dalam pada itu, hawa pembunuhan yang amat tebal dan menggidikan hati kini sudah mencorong keluar dari balik mata Hoat hian taysu, sekalipun dia tidak turut hadir dalam pertarungan berdarah dibukit Soat san te mpo dulu, na mun Siau lim pay jelas- jelas terlibat dalam peristiwa berdarah itu.
Mendadak Keng Cin sin berkata dengan suara dingin.
"Jika taysu sekalian tidak segera turun tangan, jangan salahkan kalau aku tak akan mene mani lebih la ma lagi"
Hoat hian siansu tertawa dingin.
"Li sicu kalau toh kau mendesak terus menerus, terpaksa ka mi harus turut perintah", Telapak tangan kirinya segera di kepalkan ke muka, segulung tenaga pukulan segera meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa..."
Keng Cin sin tertawa ringan, telapak tangannya yang putih bersih ditolak pula ke depan pelan-pelan, hawa serangan musuh segera berhasil dipunahkan.
Disaat itulah...
Bayangan manus ia berkelebat me menuhi angkasa, Hoat hian taysu, Hoat khong taysu dan Hoat hong taysu dengan membentuk sudut segitiga langsung me nerjang ke muka. Sewaktu berada ditengah udara, tiba-tiba ketiga orang itu meno lakkan telapak tangan nya kedepan, angin pukulan yang sangat tajam segera meluncur ke muka secepat guntur dahsyatnya bukan alang kepalang dan cukup menggetarkan perasaan siapa pun yang me mandangnya....
Terlihat pasir dan debu beterbangan di seluruh angkasa, udara menjadi panas dan sesak sekali.
Sambil tertawa dingin, Keng Cin sin mengeluarkan ilmu silat maha dahsyatnya, dengan ke lima jari tangan kirinya yang dipentangkan lebar-lebar mendadak ia melepaskan tiga kali cengkeraman ke arah tubrukan ke tiga musuhnya, sementara telapak tangan kanannya didorong ke muka secepat kilat.
"Weeesss...! Weeesss!" deruan angin pukulan yang me mekikkan telinga segera berge ma me menuhi seluruh angkasa...
Anehnya, ternyata seluruh tubuh Keng C in sin tidak terpengaruh oleh desakan ke enam hawa pukulan yang maha dahsyat tersebut, dia masih tetap berdiri tegak bagaikan batu karang.
Rupanya ke enam pukulan dahsyat yang dilepaskan tiga orang pendeta dari Siau lim pay itu sudah terpancing oleh gerakan tangan Keng Cin sin sehingga me leset dari sasarannya dan meluncur ke tengah udara, dengan begitu secara otomatis diapun tidak terpengaruh oleh angin serangan musuh.
Hoat Hian taysu,, Hoat khong taysu serta Hoat hong taysu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi a mat terperanjat, mereka tak dapat menebak gerak serangan apakah ini.
Diiringi bentakan yang menggelegar me menuhi angkasa, kemba li ke tiga orang itu bergerak maju seperti sukma gentayangan, jari tangan, bacokan tangan, tumbukan sikut dan tendangan kilat ma lang melintang di arahkan semua ke seluruh badan Keng Cin sin, agaknya mereka telah menge mbangkan serangkaian serangan kilat.
Didalam waktu singkat bayangan telapak tangan sudah menyelimuti seluruh angkasa, kiri kanan atas maupun bawah ha mpir semuanya tertutup olah bayangan telapak tangan yang berlapis- lapis.
Keng Cin sin tertawa nyaring, suaranya keras, merdu tapi menggidikkan hati siapapun yang mendengarnya...
Ditengah gelak tertawa tersebut, mendadak saja tubuhnya berputar kencang.
Di dalam perputaran inilah sepasang telapak tangannya me lontarkan serentetan angin pukulan yang kuat dan berlapis- lapis, begitu dahsyatnya serangan tersebut bagai kan gelombang sa mudra yang meluncur tiba tiada hentinya, sungguh dahsyat dan menger ikan keadaannya.
Rupanya di dalam pertarungan tubuhnya yang sangat gencar tersebut secara beruntun dia telah melancar kan dua puluh e mpat buah serangan dan se mbilan buah tendangan kilat.
Di dalam waktu yang relatif sangat singkat inilah, angin pukulan dan bayangan tendangan seperti bayangan ombak di tengah samudra meluncur tiba dengan hebatnya, begitu dahsyatnya me mbuat berdirinya bulu ro ma setiap orang.
Keadaan Keng Cin sin saat ini benar-benar ibaratnya malaikat raksasa berlengan banyak, angin pukulan bayangan kaki di ko mbinas ikan dengan hawa serangan yang menyayat badan me mbuat suasana se makin mengerikan..
Ditengah amukan angin pukulan yang menderu-deru ketiga orang pendeta dari Siau lim pay itu sa ma-sama mendengus tertahan.. .
Dengan tubuh sempoyongan mereka bertiga sama-sa ma tergetar mundur sejauh enam tujuh langkah...
Jubah yang mereka kenakan itu kini sudah tercabik-cabik menjadi hancur dan beterbangan terhembus angin.
Paras mukanya hijau me mbesi, diantaranya Hoat hong taysu yang paling parah keadaannya, kulit wajahnya sa mpai me ngejang keras karena menahan rasa sakit, sementara sorot matanya me mancarkan sinar kebencian dan perasaan dendam yang me luap- luap, seakan-akan hendak mene mbusi tubuh Keng Cin sin.
Sudah jelas kawanan sesepuh dari Siau lim pay ini merasa a mat sakit hati karena harus menderita kekalahan total ditangan seorang angkatan muda. sedemikian menderitanya mereka hingga jauh lebih enakan mati.
Dengan suara sedingin es Keng C in sin berkata.
"Sekali lagi aku hendak me mberitahukan kepada kalian, Hiat mo bun adalah kawanan manus ia penegak keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, kami bukan manus ia- manusia pengecut yang munafik dan tak tahu ma lu. Mengingat kalianpun termasuk manus ia- manusia penegak keadilan dan kebenaran, hari ini aku tak akan me mpersoalkan fitnahan kalian terhadap diri kami lebih lanjut, namun jika kalian berani berbuat huru-hara lagi dikemudian hari, hmmm untuk me mbela diri, terpaksa kami akan me mpertaruhkan jiwa raga kami untuk me nuntut keadilan dari kalian."
"Terus terang saja kukatakan kepada kalian, sembilan partai persilatan dari daratan Tionggoan sekarang hanya terdiri dari manus ia- manusia tak becus, Kepandaian silat kalian sudah tidak termasuk hitungan lagi didunia saat ini, apabila kalian masih saja mencari gara-gara, suatu ketika akan tumpaslah perguruan kalian itu, sebaliknya bila kalian masih bersedia me lakukan kebenaran dan berjuang, untuk mencapai ke majuan, siapa tahu kalau suatu ketika perguruan kalian akan menjadi tenar ke mbali?"
"Nah, aku yakin kalian pasti mengerti, dengan kepandaian silat yang kalian bertiga miliki itu, masih belum sanggup untuk menghadapi diriku, sekarang kita tak perlu me langsungkan lagi suatu pertarungan yang tak berguna, nah, selamat tinggal!"
Seusai berkata, dia lantas melesat ke depan dan meluncur ke arah perkampungan yang tak jauh letaknya dari sana.
Kali ini ke tiga orang pendeta dari Siau lim pay itu tak berani lagi mengha langi kepergian Keng Cin sin, jelas mereka sadar kalau ke ma mpuan yang mere ka miliki mas ih belum sanggup untuk me lebihi musuhnya.
Mendadak Hoat hian taysu seperti teringat akan sesuatu, setelah menghe la napas sedih dia berkata:
"Sute berdua, kini dunia persilatan sudah terancam oleh bahaya besar, kita harus secepatnya mengundur kan diri dari tempat yang berbahaya ini dan selekasnya ke mbali ke siong san!"
"Hoat hian suheng, bagaimana dengan orang-orang dari delapan partai besar lainnya" kata Hoat khong taysu sedih..
Hoat hian taysu menghela napas sedih:
"Aku pikir orang-orang dari delapan partai besar tidak akan menurut i perkataan kita, aaai..! Sekalipun kita orang-orang Siau lim pay mundur dari sini, namun disaat Hiat mo buncu sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya, sudah pasti dia tak akan me lepaskan kita dengan begitu saja."
"Sekarang, kita tak boleh berdiam terlalu la ma lagi disini, ayo secepatnya tinggalkan tempat ini sebelum menga mbil keputusan lain "
Tiga orang pendeta dari Siau lim pay itu tak berani berayal lagi, secepat kilat mereka me luncur me ninggalkan te mpat tersebut menuju ke arah kota.
Ditengah keheningan yang mence kam tanah pekuburan tersebut, mendadak berkumandang suara gelak tertawa yang amat menyeramkan, ke mudian terdengar seseorang berseru:
"Kita tujuh bersaudarapun harus selekasnya meninggalkan tempat ini, kalau tidak bila kuntilanak itu sa mpai datang ke mba li, bisa jadi seluruh tanah pekuburan ini akan dibongkar olehnya dan menyeret kita keluar dari neraka t ingkat delapan belas"
"Lo toa" terdengar suara lain berkata, "mengapa sih kau begitu takut kepadanya! Dengan ke ma mpuan kita tujuh bersaudara, masa tidak ma mpu untuk menaklukkan dirinya!" Sang Lo toa segera tertawa tergelak, teriaknya:
"Lo liok, kau lupa kita tujuh orang dua belas lembar sukma sudah kehilangan beberapa le mbar sukma? Masa kita dapat bertarung mati- matian lagi dengannya? bila setiap orang dengan dua belas le mbar sukma berada dibadan, separuh dari kita tujuh bersaudara sudah sanggup untuk me mbinasakan dirinya"
Seseorang yang lain segera tertawa cekikikan, ke mudian berseru dengan keras:
"Lo toa, kita tak usah mengibul lagi, ke tiga orang keledai gundul dari Siau lim pay toh gagah dan keren, tapi nyatanya berhasil dibikin keok secara gampang, bagaimana mungkin kita tujuh bersaudara ma mpu untuk mengungguli dirinya?"
"Lo jit, kau si setan ro mantis" umpat sang lo toa sa mbil tertawa tergelak, "tampaknya kau tertarik oleh kecantikan wajahnya sehingga me mbantu dia berbicara? Ayo jalan! Kita harus selekasnya meninggalkan tempat ini, siapa yang tidak takut mampus boleh tetap berdiam disini!"
"Aduuuh, tahun ini aku berusia tujuh puluh tahun, aku masih ingin hidup bersenang-senang sela ma belasan tahun lagi"
Ditengah pe mbicaraan tersebut, dari balik tujuh buah kuburan yang porak poranda, tiba-tiba muncul tujuh sosok mayat hidup, ada yang kehilangan sebuah kaki, ada yang kehilangan sebuah mata, kehilangan sebuah telinga dan ada pula yang kehilangan sebuah lengan.
Diiringi gelak tertawa aneh yang menyeramkan, mayat-mayat hidup itu secepat sambaran kilat meluncur dari kompleks tanah pekuburan itu dan berlalu dari sana.
Dalam pada itu, Keng Cin sin dengan gerakan secepat sa mbaran petir telah me masuki bangunan rumah gedung itu.
Namun baru saja dia menembus i gedung lapisan ke empat, apa yang terlihat me mbuatnya menjadi tertegun dan me longo. Mayat-mayat berlepotan darah bergeleparan diatas permukaan tanah.. .
Kematian dari orang-orang itu sungguh mengenas kan sekali, me mbuat siapa saja yang melihat hal ini menjadi bergidik dan merasa seram ....
Padahal perempuan itu sudah banyak membinasakan kaum laknat dan manusia- manus ia jahat dikolong langit, mayat yang bergelimpangan sudah merupa kan pemandangan biasa baginya, betapa pun seram dan ngerinya suatu keadaan tak mungkin akan menimbulkan rasa kaget atau ngeri lagi baginya.
Tapi kali ini, Keng Cin sin na mpak begitu terperanjat dan tertegun setelah menyaksikan tujuh delapan sosok mayat yang terkapar ditengah halaman dalam keadaan kepala hancur, isi perut berceceran, apa yang sebenarnya terjadi?
Padahal mayat-mayat yang tergelepar di atas tanah sekarang, tak seorangpun yang dikenal olehnya.
Rupanya dia kaget karena menyaks ikan bangunan rumah yang sebelumnya tak pernah dikunjungi manus ia itu sudah berubah menjadi ajang pertempuran, kalau dilihat dari suasana seram yang menyelimuti te mpat tersebut, dapat diketahui kalau pertarungan tersebut berlangsung antara orang-orang tak dikenal itu dengan orang-orang Hiat mo bun pimpinannya.
Yang paling dia kuatirkan sekarang adalah kesela matan dari orang-orang Hiat mo bun, sebab ditanah pekuburan tadi ia telah bersua dengan Bu lim jit hun (tujuh sukma gentayangan dari dunia persilatan) serta tiga pendeta agung dari Siau lim pay, itu berarti orang-orang yang telah dite muinya barusan pasti turut serta dalam pertempuran berdarah ini.
Padahal orang-orang itu berhasil meninggalkan tempat itu tanpa cedera, dari sini dapat disimpulkan pula kalau pihak Hiat mo bun telah menderita kekalahan total. Sekarang suasana dalam perkampungan yang luas itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, suasana terasa begitu menyeramkan dan menggidikkan hati.
Tiba-tiba Keng Cin sin mendongakkan kepalanya lalu berseru dengan suara nyaring.
"Iblis darah menggetarkan dunia persilatan....
Tengkorak Manusia menggetarkan setan gentayangan.....
Dari kejauhan sana berge ma suara pantulan dari teriakannya itu dan mengge ma tiada hentinya di angkasa.
Namun suasana tetap sepi, tiada jawaban apapun yang terdengar ....
Keng Cin sin sangat terperanjat, gumannya ke mudian:
"Aneh, mungkinkah mereka se mua telah mengundurkan diri dari tempat ini? Atau mungkin mere ka sudah tertimpa musibah?"
Berpikir demikian, sekali lagi dia berteriak dengan suara lantang. "Hiolo kumala me munahkan a misnya darah...
Umat persilatan menghor mati bunga bwee, Kengerian berubah ketenangan,
Kegelapan hilang muncullah terang. Kegagahan menggetarkan angkasa, Panji sakti bagaikan sang surya!"
Secara beruntun dia meneriakkan keenam patah kata sandi dari Hiat mo bun itu dengan suara yang lantang dan nyaring, suaranya begitu keras hingga mendengung di seluruh angkasa.
Namun suasana dalam ruangan itu masih tetap sepi hening, seram dan mengerikan hati... Hanya suara angin lembut yang menerpa lewat menggoyangkan dedaunan dan ranting, hingga menerbit kan suara gemeris ik yang sangat lirih..
Keng Cin sin merasakan hatinya berat sekali, pelan-pelan dia mulai ke depan, mengitari hala man gedung ruangan kelima dan me langkah masuk me lalui pintu bulat kecil.
Tiba-tiba terendus bau a misnya darah yang amat tebal menyelimuti seluruh angkasa disekitar te mpat itu.
Sejauh mata me mandang, yang na mpak hanya mayat-mayat yang bergelimpangan dalam keadaan mengerikan serta senjata tajam yang berserakan diatas tanah.
Mayat yang tergeletak disekitar sana berjumlah dua puluhan sosok, suatu jumlah yang t idak kecil.
Dibawah sinar matahari senja yang merah me mbara, noda darah yang melumer diatas tanah terasa lebih menyala dan menggidikkan hati orang yang me mandangnya.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan se mbilu, Keng Cin sin mengawasi setiap mayat yang tergeletak ditanah itu tanpa berkedip.
Namun mayat-mayat yang ditemukan pun bukan jenasah dari orang-orang Hiat mo bun.
Agak lega Keng Cin sin menyaksikan hal tersebut, dia berharap moga- moga anggota Hiat mo bun bisa mundur dari situ dengan aman dan berharap sela mat.
Mendadak.... . .
Sepasang mata Keng Cin sin terhenti di atas tiga sosok mayat yang berdiri kaku disisi gunung-gunungan sa mping gedung tersebut.
Sambil me njerit kaget dia me nerjang ke muka dengan cepatnya, sementara sorot matanya memancarkan sinar kepedihan yang luar biasa... Dia merasa sedih dan sangat berduka..... Rupanya ke tiga sosok mayat itu tertancap oleh tiga batang pedang panjang, setiap pedang mene mbus i bagian yang me matikan ditubuh mereka, sementara wajah mereka mas ih mengenakan topeng tengkorak la mbang Hiat mo bun.
Dengan suara ge metar Keng C in sin segera berseru.
"Ang yang kui si (utusan setan merah menyala) Sin Kiu si, Lik im pok si, Hay lo tocu Su siok su, kalian bertiga..... kalian bertiga telah pergi "
Ternyata ke tiga sosok mayat tersebut adalah tiga gembong iblis dari pulau lautan timur.
Walaupun Keng Cin sin tahu bahwa tiga Iblis dari pulau lautan timur so mbong, buas, kejam dan tak berbelas kasihan, namun bagaimanapun jua mereka adalah anggota setia dari Hiat mo bun, maka secara otomatis ke matian mereka menimbulkan juga perasaan sedih yang mendala m bagi perempuan itu.
Pelan-pelan Keng Cin sin, menga lihkan pandangan matanya ke arah sekitar situ, lebih kurang lima kaki dari te mpat semula lagi-lagi ditemukan dua sosok mayat yang berada dalam keadaan sangat menyedihkan.
Sambil berpekik keras Keng Cin sin segera menubruk ke depan, teriaknya dengan suara pilu.
"Ciu Jian hiong , Ban Tun Jiang, kalian Tiang pek siang to juga turut tewas "
Perasaan terkejut dan sedih yang menceka m perasaan Keng Cin sin sekarang benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata.
Sekarang dia mula i merasakan betapa seriusnya persoalan ini, dia cukup mengetahui tentang kelihayan ilmu silat yang dimiliki kelima korban tersebut, namun kenyataannya mereka toh tewas juga ditangan orang, ini berarti mereka yang lainpun...
Keng Cin sin tidak berani berpikir lebih jauh... Mendadak tubuhnya melejit ke tengah udara dan langsung menerjang ke arah bangunan kecil disisi sebelah selatan.
Tapi disaat tubuhnya melayang turun ke dalam hala man gedung tersebut dan melihat apa yang tertera disitu, dadanya terasa sakit dan sesak sekali seolah-olah di hantam dengan martil yang beratnya beberapa ribu kati.
Suasana didalam gedung mungil itu sudah hancur dan porak poranda tiada berwujud lagi, pepohonan dan aneka bunga tersebar dimana- mana, sementara tiga puluhan sosok mayat terkapar ditengah hala man tersebut.
Tepat dimuka pintu ruang mungil tersebut tergeletak sesosok mayat dengan dandanan anggota Hiat mo bun, sedang disisi pintu terkapar pula dua sosok mayat anggota Hiat mo bun, topeng tengkorak yang mereka kenakan sudah terlepas dan jatuh ke tanah.
Mereka berdua adalah seorang lelaki kekar yang berjenggot hitam serta seorang kakek berwajah hitam yang kurus dan pendek.
Kedua orang ini bukan la in adalah Kanglam siang hui, Pek lek jiu Ho Kian dan Thian kun tee ciang Khong Tang lun.
Keng Cin sin segera berteriak keras.
"Oooh Thian. mengapa kau begitu kejam? kau tumpas Hiat mo bun sebelum cita-citanya terwujud..."
Saking sedihnya, dia sampai terisak dan tak ma mpu melanjutkan ke mbali kata-katanya.
Kini, dia betul-betul me mbenci sekalian manus ia- manusia laknat yang tidak berperi ke manusiaan itu.
Perasaan Keng Cin sin sekarang boleh dibilang telah dipenuhi oleh perasaan sedih, gusar dan dendam yang berlipat-lipat.
Sepasang matanya memancarkan sinar pe mbunuhan yang menggidikkan hati, dia bersumpah hendak me mbunuh se mua manus ia yang terlibat didalam peristiwa berdarah ini. Berapa saat kemudian, Keng Cin sin dapat menenangkan kemba li hatinya, dengan sedih dia berguma m:
"Dari sebelas anggota Hiat mo bun, kini sudah kuketahui ada sembilan orang yang tewas, yang belum dite mukan sekarang hanya Sian ih siusu Hoa Siong si, adik Khi serta Siang hong kek Hoo Gi dari Kang lam Siang hou, mungkinkah mere kapun..."
Tiba-tiba.... . .
Keng Cin sin menangkap suara gemerisik yang sangat lirih, dengan sorot mata yang mencorongkan sinar tajam ia segera berpaling ke arah sisi barat dekat dinding ruangan, disini tergeletak pula sesosok tubuh manus ia yang ber mandikan darah.
Waktu itu, tubuh yang terkapar ditanah itu mulai bergerak-gerak, walaupun sangat lirih.
Bagaikan sukma gentayangan Keng Cin sin segera me mburu ke depan, lalu me mba likkan mayat tersebut dengan ujung kakinya.
Wajah manusia itu penuh berpelepotan darah, rambutnya terurai kusut namun tak dapat menutupi matanya yang besar, alis matanya yang tebal serta wajahnya yang bulat..
"Aaaah, rupanya Siang hong kek Hoa Gi!" pekik Keng Cin sin dengan perasaan pedih.
Yaa, benar! Dia adalah Sian hong kek Hoo Gi dari Kang lam siang hou, sebenarnya Keng Cin sin mengira orang ini lolos dari mus ibah tersebut, tak tahunya dia justru muncul dihadapan matanya dalam keadaan yang menger ikan.
Tiba-tiba....
Tubuh Sian hong kek Hoo Gi yang kaku itu mengejang keras dengan penuh penderitaan.
"Aaah, dia belum putus nyawa" kembali Keng Cin sin menjer it kaget. "Saudara Ho, saudara Ho!" sambil berteriak keras Keng cin sin merogoh kedalam sakunya dan mengeluar kan dua butir pil berwarna putih bersih dan sebuah botol porselen, ke mudian dicekokkan ke dalam mulutnya yang tertutup rapat.
Kemudian sepasang tangannya secepat kilat menguruti delapan nadi penting di seluruh tubuh Sian hong kek Ho Gi.
Akan tetapi Sian hong kak Ho Gi masih tetap tergeletak kaku di tanah, bergerakpun tidak.
Keng Cin sin tahu kalau is i perutnya sudah berhenti bekerja karena hawa murninya terlalu la ma tersumbat, sekalipun ada pil Kiu coan si mi yok wan yang dapat menyelamatkan orang dari ke matian, namun daya kerja obat tersebut sudah tak dapat menyebar lagi keseluruh anggota tubuhnya.
Tiba-tiba Keng Cin sin berseru tertahan dengan cepat dia me masuki ruangan mungil itu langsung menuju ke ruang dala m. Setelah menga mbil secawan air putih, dia balik ke mbali ke sisi tubuh Sian hong kek dan menge luarkan sebuah kotak kema la kecil dari sakunya...
Segulung cahaya warna warni yang tebal segera membumbung tinggi ke angkasa ....
Rupanya dia telah me masukkan mutiara Thian hong im yang sin cu tersebut ke dalam air bersih tadi.
-ooodwooo-
TAK la ma setelah mutiara mestika Thian hong im yang sin cu tersebut di masukkan kedalam air bersih, mendidihlah air didalam cawan itu sebelum akhirnya berubah menjadi merah me mbara.
Tak la ma kemudian, air bersih di dalam cawan tersebut sudah berubah menjadi merah darah, Keng Cin sin segera menjepit keluar mut iara tersebut dari dalam cawan dan menyimpannya ke mbali kedalam kotak ke ma la dan disimpan kedalam sakunya. Sementara air merah darah tadi dicekok kan ke mulut Sian hong kek Ho Gi belum la ma berselang. Keng Cin sin pernah pula menggunakan cara yang sa ma dimana ditambah pula dengan beberapa maca m bubuk obat untuk me mbuat cairan kental berwarna merah untuk menyembuhkan Ku See hong dari siksaan ilmu Hou kut jian hui im kang.
Sekarang, Walaupun hawa mur ni Sian hong kek Ho Gi belum putus, namun luka yang dideritanya parah sekali. kendatipun demikian mut iara Thian hong im yang sin cu memang benar-benar maha dahsyat.
Coba kalau bukan begitu, mungkin isi perut Sian hong kek Ho Gi yang sudah hancur dan terluka parah itu akan me mpercepat ke matiannya.
Sementara itu suatu kejadian aneh telah terjadi, paras muka Sian hong kek Ho Gi yang berwarna merah me mbara itu mendada k mengejang keras, kemudian dari lubang hidungnya seperti terdapat dengusan napas ke mbali.
Lalu terdengar dia mendengus tertahan, sepasang matanya yang terpejam rapatpun pelan-pelan me mbuka ke mbali, dengan serentetan sorot mata yang lemah dia mengawasi Keng Cin sin.
Itulah sorot mata penuh kebencian dan perasaan seram .....
Buru-buru Keng Cin sin berseru dengan ce mas:
"Saudara Ho! Saudara Ho! Kau masih kenal denganku? Aku adalah manusia berkerudung warna warni dari Hiat mo bun "
Tampaknya Sian hong kek Ho Gi sudah tidak mendengar ucapan dari Keng cin sin lagi, atau mungkin matanya sudah tak dapat menangkap bayangan manusia lagi, dia masih tetap me mandang kearah depan dengan wajah ter mangu- mangu.
Dengan gelisah Keng Cin sin ke mbali berseru. "Dengar dengarkah kau dengan suaraku?" Mendadak Sian hong kek Ho Gi sudah gerakkan bibirnya dan menyahut dengan suara lir ih.
"Kau .... kau adalah nona Im? Mengapa kau mendatangi neraka ini?"
"Apakah kau kaupun sudah mat i?"
Keng Cin sin tahu kalau dia mengira dirinya sebagai Im Yan cu dan dia mengira dirinya sudah mati serta bertemu dengannya didalam neraka, dengan perasaan yang amat sakit karena pedih, serunya agak gemetar:
"Saudara Ho! Kau masih hidup, aku adalah manusia berkerudung warna warni, Buncu dari perguruan Hiat mo bun "
Ketika mendengar ucapan tersebut, paras muka Sian hong kek Ho Gi yang semula menyeramkan itu terlintas suatu perubahan wajah yang sangat aneh, bibirnya tampak bergetar lalu berbisik dengan lir ih:
"Ooh, kau.. kau adalah Buncu, pe mbunuh-pe mbunuh bedebah.."
Agaknya Sian hong kek Ho Gi sangat di pengaruhi oleh gejolak perasaan, sekujur tubuhnya gemetar lagi dengan kerasnya, sementara paras mukanya ke mbali mengejang keras penuh penderitaan. Kata-kata selanjutnya pun turut tersumbat.
Buru-buru Kong Cin sin berseru.
"Saudara Ho, untuk sementara waktu ini legakan dulu perasaanmu, aku datang untuk menye mbuhkan luka mu "
Suara gemerutuk mulai kedengaran dari dalam tenggorokkan Sian hong kek Ho Gi, ke mudian dia berkata lagi diiringi helaan napas yang sedih dan lir ih:
"Aku sudah.... sudah tiada harapan lagi. .. aku sangat gembira dapat bersua kembali denganmu "
"Saudara Ho, kau ... kau pasti akan sehat kembali " seru Keng
Cin sin ce mas. "Buncu!" suara Sian hong kek Ho Gi kedengaran lebih ge metar lagi, ”kau tak usah me mbuang waktuku dengan percuma, menggunakan kesempatan yang a mat singkat ini, ingin kuberitahukan kepada mu, siapa-siapa saja musuh besar mu..."
Keng Cin sin pandai sekali dalam ilmu pertabiban, tentu saja diapun tahu meski Hoa Tuo, si Tabib sakti dari ja man Sam kok menitis ke mbalipun mustahil bisa me nyelamatkan sele mbar jiwanya.
Sekarang dia bisa sadar karena mengandalkan hawa murni yang masih dimilikinya serta kasiat dari pil kiu coan sa mia sin wan dan air mustika mut iara Thian hong im yang sin cu, seandainya kasiat dari kesemuanya itu sudah punah, tentu saja pengaruh obat mana tak bisa mencegah cakar maut ma laikat elmaut untuk mencabut nyawanya.
Dengan perasaan pedih bertanya Keng Cin sin:
"Katakanlah, siapa musuh- musuh kita? Apakah sebelas saudara kita sudah me ngala mi mus ibah se mua?"
"Sungguh tak disangka sembilan partai besar yang menganggap diri sebagai partai bersih pun bisa bertindak begitu kotor, munafik dan tak tahu malu..." . kata Sian hong kek Ho Gi sa mbil menahan rasa dendam.
"Haaah, sembilan partai besar dari daratan Tionggoan?." Keng Cin sin a mat terperanjat.
"Benar.... ciangbunjin dari se mbilan partai besar..." ditambah dengan manusia aneh yang menyebut dirinya Bu lim jit hun sekalian tujuh delapan puluh jago lihay, kami sebelas saudara mungkin sudah gugur sembilan orang, tapi pihak lawanpun banyak yang jatuh korban, cuma pe mbunuh dan dalangnya tidak ma mpus."
"Bin ih siausu Hoa Siong si beserta saudara cilik Kho It khi telah menerjang keluar dari kepungan dengan me mbawa luka yang parah, tidak kuketahui bagaimana kah nasib mereka sekarang." "Aku pasti akan me mberikan pe mba lasan yang setaraf dan ke matian yang sa ma keja mnya terhadap pe mbunuh- pe mbunuh keji yang rendah, tak tahu ma lu dan munafik itu"
Sian hong kek Ho Gi mendehe m dua kali, Ke mudian berkata: "Sekarang aku baru me maha mi betapa jelek dan busuknya
kawanan manusia yang mengaku dirinya sebagai pendekar sejati itu, sama-sama me mperlihatkan wajah mereka yang buas dan liar. Aaai, mereka telah me mperguna kan cara yang rendah dan tak tahu ma lu untuk menyergap kami."
"Dunia persilatan me mang penuh dengan ke munafikan dan kelicikan, setiap orang selalu mengguna kan tipu muslihat yang busuk untuk me mperkaya diri, mencar i na ma dan kedudukan, tindak tanduk mereka sukar diduga sebelumnya. Buncu! Sekarang kau harus hidup sebatang kara, sedang didalam dunia persilatan hanya tinggal Leng hun koay seng Ku See hong seorang yang dekat denganmu, sedang sisanya, ... sisanya hampir semuanya merupakan musuhmu, dapat .... dapatkah kau membalas dendam..?" Sele mbar nyawa Sian hong kek Hoo Gi pun mengikut i sang waktu ma kin la ma makin menyusut pendek, cengkera man ma laikat elma ut sudah se makin mendekatinya.
Dengan napas yang tersengkal-sengkal dan tenggorokkan mengoro k keras, dia berbisik lagi, dengan suara se ma kin lirih:
"Buncu, sebelum ajalku tiba, ada beberapa persoalan ingin kutanyakan kepadamu, betulkah kau adalah Keng C in sin yang di kenal oleh Ku See hong dan sela ma ini di anggap telah mati?"
Keng Cin sin sangat terperanjat, dia tak habis mengerti mengapa anak buahnya ini bisa tahu kalau dia adalah Keng Cin sin? Na mun setelah menghe la napas sedih sahutnya juga.
"Saudara Ho, akulah Keng Cin sin!"
Sekulum senyuman segera menghiasi wajah Sian hong kek Ho Gi yang mengenaskan itu, ke mbali dia berbisik dengan suara yang lirih sekali: "Buncu, Leng hun Koay seng Ku See hong sangat mencintai dirimu, dia menganggap kau belum mati, aku tahu, dihati kecilmu pasti ada rahasia besar yang sukar diutarakan, namun bagaimanapun juga kau harus mengutarakan keadaanmu yang sebenarnya kepada dia, berdiri disatu garis yang sama, dengan begitu kalian baru dapat me mbas mi kaum jahanam dan kaum laknat dari muka bumi."
"Nona Keng Cin sin, kenapa hubunganmu dengan Ku See hong
.......?"
"Saudara Ho" tukas Keng Cin sin sedih, "aku belum dapat menyatakan identitasku kepadanya, karena sekarang aku harus mencari dulu se maca m obat "
Siau hong kek Ho Gi yang mendengar perkataan tersebut menjadi sangat terperanjat tapi justru karena itu pula darahnya semakin me mbeku sehingga tak dapat mengalir kedalam is i perutnya, seketika itu juga jantungnya berhenti berdetak dan matanya me mbalik keatas, tampak ajalnya sudah t iba.
Namun sesaat menjelang ajalnya tiba, mendadak dia berbisik lagi dengan lir ih:
"Ku See hong telah terjebak oleh tipu muslihat orang-orang Ban sia kau "
Berbicara sampai disitu, sepasang kakinya segera menjejak keras-keras ke depan, seluruh tubuhnya mengejang keras dan darah mengucur keluar dari ujung bibirnya.
Seorang lelaki sejati yang gagah perkasa ini, akhirnya harus meninggalkan dunia yang penuh kekejian untuk ke mba li ke alam baka dan beristirahat untuk sela manya.
Kini segenap kekuatan Hiat mo bun telah punah, korban yang berjatuhan cukup besar dan parah, tak terlukiskan rasa sedih dan pedih yang diala mi Keng Cin sin saat ini ...
Dengan me mbawa pengharapan yang besar dia mendirikan perkumpulan Hiat mo bun, maksudnya ingin menegakkan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan demi kesejahteraan umat persilatan, sungguh tak disangka sebelum cita-citanya yang luhur itu tercapai, segenap kekuatan partai nya harus ditumpas orang dan punah dengan begitu saja.
Pukulan hatin yang demikian beratnya ini benar-benar telah meninggalkan bekas luka yang mendala m sekali didalam sejarah perjalanan hidupnya.
Sekarang Keng Cin sin tak dapat mengendalikan rasa sedih dalam hatinya, air mata jatuh bercucuran dari kelopak matanya dan me mbasahi pipinya ....
Kesedihan yang tak bersuara ini terasa jauh lebih me mbe kas dalam hatinya dari pada isak tangis yang keras, sebab perasaan pedih yang dialaminya saat ini benar-benar tak terlukiskan lagi dengan kata-kata.
Pancaran sinar dendam, benci dan marah yang mengerikan hati mencorong ke luar dari balik matanya, dia mengawasi wajah Sian hong kek Ho Gi yang sudah me njadi mayat itu tanpa berkedip.
Dari balik sorot mata mana, terkandunglah pelbagai perasaan yang bercampur aduk tak karuan.
Diantaranya terselip perasaan dendam dan benci....
Penderitaan....
Kemarahan....
Kenangan.
Hawa napsu me mbunuh yang berkobar kobar ....
Mendadak....
Keng Cin sin mendongakkan kepalanya dan me mperdengarkan suara tertawa panjangnya yang keras dan menusuk pendengaran.
Sedemikian kerasnya suara tertawa itu sehingga seluruh langit dan bumi seakan-akan turut bergetar keras, suasana betul-betul menger ikan sekali. Suara tertawanya itu begitu keras dan menggidikkan hati... Suara tertawa itu penuh dengan kebencian yang meluap- luap....
Tapi terdengar pula begitu me medihkan hati sehingga sanggup mencabik-cabikkan perasaan setiap orang.
Dari gelak tertawanya itu, kita dapat merasa kan bahwa dalam dunia persilatan bakal terjadi suatu tragedi yang paling mengerikan didalam sejarah dunia persilatan sela ma ini.
Sementara itu, matahari senja sudah condong ke arah barat, sinar matahari ke merah- merahan me ma ncar ke seluruh angkasa.
Mendadak...
Segulung angin lirih berhe mbus lewat dan me mecahkan keheningan yang menceka m sekeliling te mpat itu...
Tahu-tahu dalam ruangan tersebut telah menyelinap masuk seorang perempuan bera mbut putih yang berwajah bersih bagaikan ke mala, didalam bopongan perempuan tersebut, terdapat pula seorang gadis yang berwajah cantik.
Tak perlu diduga lagi, ke dua orang ini bukan lain adalah Seng sim cian li Hoa Soat kun serta Im Yan cu yang telah terkena obat perangsang Im hwee si hun wan.
Setelah mengetahui siapa yang datang, buru-buru Keng Cin sin mengenda likan gejolak perasaannya lalu me negur dengan lir ih.
"Bolehkah aku tanya, apakah kau adalah Seng sim cian li Hoa Soat kun locianpwe beserta mur idnya Im Yan cu?"
Seng sim cian t i Hoa Soat kun a mat terkejut setelah mendengar teguran itu, segera pikirnya.
"Heran, bagaimana mungkin dia bisa mengetahui akan hal ini
....?."
Dengan nada suara yang dingin bagaikan es, sikap yang merupakan kebiasaan bagi nya, dia menghela napas panjang lalu menjawab: "Hiat mo buncu, mungkin kau sudah mengetahui maksud kedatanganku ke mar i"
"Hoa locianpwe, apakah Leng bun kuay seng Ku See hong telah berkunjung ke rumah penginapan Yang tang?"
Rupanya Keng Cin sin me ngira Hoa Soat kun bisa datang mencarinya atas petunjuk dari Ku See hong, sebab hanya Ku See hong seorang yang tahu kalau gedung terpencil ini merupa kan pusat hubungan dari perkumpulan Hiat mo bun.
"Sudah seharian penuh lo nio belum berhasil mene mukan bajingan cilik she Ku itu" sahut Seng sim cian li Hoa Soat kun dengan suara dingin.
Mendengar perkataan itu Keng Cin sin sangat terkejut, dalam benaknya segera terlintas kembali kata-kata terakhir dari Sian hong kek Ho Gi.
"Jangan-jangan Ku See hong benar-benar sudah terkena siasat busuk dari bajingan Ban sia kau..." demikian dia mulai berpikir.
Rupanya Sian hong kek Ho Gi yang sesaat menjelang ajalnya mendengar kalau Ku See hong sedang pergi mencari obat-obatan, mendadak saja ia teringat akan kisah pertemuan antara Ku See hong dengan Thi bok sin kiam Cu Pok, ditambah pula sejak mus ibah yang menimpa Hiat mo bun barusan, ia sema kin menaruh perasaan was-was terhadap jalan pe mikiran orang persilatan.
Atas dasar itulah dia lantas menduga kalau Ku See hong sudah ditipu oleh kaum laknat, ma ka dari itu sebelum ajalnya tiba dia pun menyatakan kalau Ku See hong sudah terjebak oleh siasat busuk musuh.
Tatkala Seng sim cian li Hoa Soat kun menyaksikan Keng C in sin hanya me mbungka m diri dalam seribu bahasa, dengan suara dingin dia berkata lagi.
"Hiat mo buncu, apakah kaupun sudah tahu kalau muridku ini telah keracunan?" Tentu saja Keng Cin sin me ma ha mi ma ksud hatinya, buru-buru jawabnya.
"Locianpwe, atas pemberitahuan dari Ku See hong, aku sudah tahu kalau Im Yan cu telah keracunan, sayangnya aku hanya sanggup me mperpanjang saat kambuhnya saja, dan tak mampu menye mbuhkan secara tuntas. ."
"Aku telah berjanji dengan Ku See hong, paling la mbat besok pagi untuk berjumpa dengannya dirumah penginapan Yang tang, pada saat itulah kita akan bersama-sama menyelesaikan persoalan ini "
Ketika mendengar perkataan tersebut, sekilas perasaan sedih sempat menghiasi wajah Seng sim cian li Hoa Soat kun, jelas kesedihan yang dikarenakan perasaan kecewa.
Keng Cin sin menghela napas sedih, ke mudian katanya.
"Hoa locianpwe, aku sudah berjanji kepada Ku See hong untuk menye mbuhkan luka racun dari tubuh adik Im Yan cu, sudah pasti akan kulakukan hal ini dengan sebaik-ba iknya"
"Bukankah sudah kau katakan bahwa kau tak ma mpu untuk menye mbuhkannya, sama sekali?"
"Kepandaianku me mang masih belum lengkap untuk menye mbuhkan luka beracunnya, namun setiap benda yang ada didunia ini pasti ada cara untuk me mecahkannya. Aku pikir didalam kitab pusaka Ban sia cinkeng sudah pasti akan tercantum obat penawar dari racun cabul tersebut."
"Maksudmu, kau hendak mengunjungi markas besar Ban sia kau dan berusaha untuk me ncuri kitab Ban sia cin keng itu?"
"Yah, kejadian telah berke mbang menjadi begini rupa, terpaksa aku harus mene mpuh cara ini"
Sungguh terharu perasaan Seng sim cian li Hoa Soat kun setelah mendengar perkataan itu, pikirnya: "Sudah pasti pere mpuan ini me mpunyai hubungan yang menda lam sekali dengan Ku See hong, kalau tidak mengapa dia bersedia untuk menyembuhkan luka beracun dari im Yan cu, bahkan bersedia pula me mpertaruh kan jiwanya untuk mengunjungi markas besar Ban sia kau dan berusaha mencur i kitab pusaka Ban sia cin keng milik Ceng Lan hiang "
Berpikir demikian, dia menghela napas panjang, ke mudian katanya pelan.
"Terima kasih banyak atas petunjukmu barusan, kalau dalam kitab pusaka Ban sia cin keng tercantum resep obat penawar untuk me munahkan pengaruh racun cabul tersebut, soal mengunjungi perkumpulan Ban sia kau, aku pikir tak perlu merepotkan dirimu lagi."
"Hoa cianpwee, aku sudah mengabulkan permintaan orang tentang hal ini, jadi aku tak ingin me ngingkari janji"
"Bolehkah aku tahu bagaimana hubunganmu dengan Ku See hong ?"
Keng Cin sin menghela napas sedih:
"Panjang sekali untuk diceritakan tentang kepedihan hatiku ini, harap Hoa cianpwee jangan menyinggungnya ke mbali, terus terang saja kukatakan, dahulu dia adalah kekasihku, tapi sekarang aku sudah tak dapat mencintainya lagi, oleh sebab itu aku hanya bisa berusaha dengan sepenuh tenaga untuk me mbantunya hidup senang dan bahagia, dengan begitu hatiku akan turut merasa puas" berubah hebat paras muka Seng sim cian li Hoa Soat kun setelah mendengar perkataan ini, serunya terkejut:
"Jadi kau adalah Keng Cin sin, kekasih pertama dari Ku See hong "
Keng Cin sin pun merasa terkejut sekali setelah mendengar perkataan itu, pikirnya ke mudian.
"Heran, mengapa diapun bisa me ngetahui na ma ku " Tapi dengan cepat dia mengangguk, sahutnya sedih.
"Benar, aku adalah Keng Cin sin, harap locianpwe jangan me mber itahukan hal yang sesungguhnya kepadanya"
"Mengapa?" tanya Seng sim cian li Hoa Soat kun tidak mengerti. Air mata segera bercucuran me mbasahi wajah Keng Cin sin.
"Hoa locianpwe! harap kau jangan menanyakan persoalan ini, sebab kesemuanya itu hanya akan menambah kesedihan dan kepedihan didalam hatiku saja"
Pada dasarnya Seng sim cian li Hoa soat kun me mang seorang yang patah hati, tentu saja diapun dapat merasakan kesedihan yang mence kam perasaan Keng Cin sin sekarang.
Oleh sebab itu dia lantas mengalihkan pokok pembicaraannya ke soal lain, katanya.
"Nona Keng, kau dapat me mperpanjang kambuhnya dari racun cabul yang mengeram dalam tubuh muridku ini sampai berapa la ma?"
"Kurang lebih lima belas hari"
"Masalah ini tak bisa ditunda-tunda lagi, harap nona Keng segera turun tangan menolong mur idku ini"
"Hoa locianpwe, sekarang kita harus pergi ke ruma h penginapan Yang tang dan menant i kedatangan Ku See hong lebih dulu"
"Sekarang dia telah pergi ke mana?"
"Ku See hong sedang mencar i sebatang rumput Im cu cau, rumput tersebut sangat langka dan sukar dicari didunia ini, bisa jadi ia sudah ditipu oleh kaum laknat"
"Siapakah yang menyuruh dia pergi mencari rumput tersebut.. ?"
"Soal ini aku sendiripun tidak je las tapi bisa jadi kaum laknat dari Ban sia kau apabila kita tidak berhasil mene mukannya di ruma h penginapan Yang tang, masalahnya menjadi se makin sukar diduga lagi, namun bila dia terkena siasat licik dari Ban sia kau, sudah pasti jiwanya terancam bahaya maut"
"Baiklah, mari kita menanti kedatangannya di rumah penginapan Yang tang sampai besok, bila dia tak datang juga, kita segera menyusulnya ke markas besar Ban sia kau"
Maka Seng sim cian Hoa soat kun bersa ma Keng Cin sin berangkat ke rumah penginapan Yang tang untuk menunggu kedatangan Ku see hong.
-oooodwoooo-