Jilid 30
CARA tertawanya itu seperti jeritan kuntilanak ditengah mala m buta, seperti jeritan monyet diselat wu shia, begitu mengerikan, menyeramkan dan menggidik kan hati.
Ditengah gelak tertawa itulah Keng Cin sin merobek kain kerudung bersulam tengkorak manus ia itu. Kemudian tangannya yang lain segera mencakar pula raut wajah yang jelek dan me nyeramkan itu.
'Sreeet!" .
Tahu-tahu ditangannya telah bertambah dengan selembar topeng kulit manus ia ....
Paras muka si Pedang e mas Cia Tiong giok, Ceng hong mi tan Ciu Khi sin dam Siang bin tok ci Mao Soh sat segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat, bibir mereka hijau me mbesi, sementara sepasang kaki mereka ge metar keras sekali.
Dilihat dari sini, dapat diketahui betapa tegang, ngeri dan seramnya mereka bertiga.
Keng Cin sin masih tetap berparas cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, rambut nya yang hitam terurai sebahu berkibar terhembus angin, diantara alis matanya yang indah nampak sepasang biji matanya yang murung dan sedih.
Penampilan pere mpuan itu seperti teratai putih dalam kola m, masih na mpak begitu suci bersih dan anggun.
Kulit tubuhnya seperti juga dulu, begitu putih, bersih dan menawan hati.
Hanya saat ini wajahnya dingin seperti es, bahkan disertai pula dengan selapis hawa pe mbunuhan yang menggidikkan hati.
Sepasang matanya me mancarkan sinar tajam menggidikkan, sorot mata itu me mancarkan sinar buas, keji dan sadis yang me mbikin hati orang terasa bergidik bila me mandangnya.
Dengan suara sedingin es, Keng Cin sin berkata lagi:
"Mimpi pun kalian tak pernah menyangka bukan kalau aku masih hidup segar bugar didunia ini? Heeh. heeeh...heeh.. sekarang tentunya kalian sudah tahu bukan pere m-puan yang telah kalian gagahi secara bergilir, kini akan menuntut apa dari kalian laki- laki terkutuk? "Kalian anggap aku hanya akan merenggut jiwa anjing kalian saja? Haaa...haahha Tidak! Aku bukan hanya menginginkan jiwa kalian, aku akan melimpahkan se mua penderitaan dan siksaan lahir batin yang telah dialaminya dimasa lalu ke atas tubuh kalian, bahkan akan menyuruh kalian merasakan penderitaan yang lebih hebat, siksaan yang berlipat ganda lebih dahsyat daripada apa yang pernah dialaminya dulu!"
ooodwooo
KINI si pedang e mas Cia Tiong giok sekalian sudah dicekam oleh perasaan tegang dan seram, mereka terbungkam dalam seribu bahasa, sebab apa yang diucapkan semuanya merupa kan kenyataan.
Dari mereka yang hadir ditengah arena sekarang, kecuali Pek ki thamcu Hee Jin bok seorang yang tak pernah me mperkosanya, dalam kenyataan hampir semuanya pernah merasakan hangatnya tubuh gadis tersebut.
Terutama sekali si pedang e mas Cia Tiong giok, dialah orang pertama yang menghancur kan kehidupan yang suci, sedangkan Ceng hong mi-tan dan Siang bin tok eci merupakan orang yang mengusulkan agar gadis itu di gagahi secara bergilir oleh setiap manus ia laknat yang ber minat seperti seorang pelacur.
Dengan mata kepala sendiri mereka saksikan bagaimana Hee Jin bok yang tidak ikut me mperkosa gadis itupun mengala mi nasib yang tragis, maka dari sini bisa dibayangkan betapa seram dan brutalnya siksaan serta penderitaan yang bakal dia limpahkan terhadap mereka semua.
Enam orang Hiangcu yang masih berguling di tanah sambil mengerang kesakitan itu merasa ma kin ketakutan lagi setelah mbengetahui bahwad manusia berkeraudung warna warbni yang berada dihadapan mereka sekarang ternyata tak lain adalah Keng Cin sin, mur id pere mpuan Kiongcu mereka.
Kini mereka lebih putus asa, lebih ngeri dan ketakutan lagi.
Mereka tahu, Keng Cin sin tak nanti akan merengggut nyawa mereka dengan begitu saja sehabis memotong sepasang kaki mereka, sudah pasti dia akan me mber ikan yang paling brutal dan paling kejam didunia ini untuk menyiksa lahir batin mereka sebelum akhirnya mencabut nyawa mereka
Setelah sepasang kaki mereka dipenggal tadi, mereka mas ih tak ingin segera bunuh diri, mereka berusaha untuk me mpertahan kan kehidupan mereka.
Tapi sekarang, setelah menyaksikan ortang itu adalah Keng Cin sin, serta merta ingatan itupun turut lenyap tak berbekas dari dalam benak mereka.
Daripada harus tersiksa dan menderita luar biasa sebelum mati, lebih baik menghabisi jiwa sendiri agar bisa lolos dari siksaan hidup tersebut.
Salah seorang diantaranya keenam orang Hiangcu itu segera meronta bangun, meng- himpun segenap tenaganya kedalam telapak tangan kanan, kemudian sekuat tenaga dihantamkan keatas ubun-ubun sendiri.
Jeritan ngeri yang me milukan hati berge ma me mecahkan keheningan, orang itu telah menghabisi nyawa sendiri dengan batok kepalanya hancur lebur tak karuan lagi bentuknya.
Menyusul ke mudian jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul.
Mengikuti jeritan ngeri tadi, enam orang hiangcu tersebut bersama-sama menghajar batok kepala sendiri sa mpa i hancur, sementara nyawa mereka yang kotor dan penuh dosa itupun turut meninggalkan dunia yang ra mai ini. Tak terlukiskan a marah Keng Cin sin me nyaksikan orang-orang itu menghabisi nyawa sendiri, saking gusar dan mendongko lnya ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
Saat itulah dalam benak si Pedang emas Cia Tiong giok bertiga terlintas satu ingatan yang sa ma.
"Kabur!"
Begitu ingatan tersebut melintbas lewat serentdak ketiga oranga itu me mbalikkabn badan dan me lejit kearah udara.
Arah yang diambil ketiga orang itu untuk kabur ternyata berlawanan semua, in: iah cara yang telah dilatih secara baik oleh setiap anggota istana Huan mo kiong di Lam hay.
Dengan menga mbil arah yang berlawanan didalam usahanya untuk melarikan diri, otomatis pihak lawan akan dibikin kebingungan, ini berarti paling tidak ada satu di antara mereka akan berhasil me loloskan diri dengan sela mat.
Keng Cin sin adalah anggota istana Huan mo kiong, sudah barang tentu dia pun mengetahui ciri khusus dari orang-orang Huan mo kiong untuk me loloskan diri dari bahaya tersebut.
Pada saat ketiga orang itu akan menggerakkan badannya untuk me larikan diri ....
Keng Cin sin tertawa dingin, tubuhnya secepat sambaran kilat menyelinap ke samping menghadang ja lan pergi Ceng hong mi tan Cin Khi sin.
Menyaksikan hal tersebut, Ceng hang mi tan Cin Khi sin berteriak keras:
”Kalian cepat kabur, biar aku yang menghadang "
Sebelum dia se mpat menyelesaikan perkataannya, segulung angin dingin sudah berhe mbus lewat, tahu-tahu jalan darah diatas tubuh Ceng hong mi tan Ciu khi sin telah tersambar oleh kebasan ilmu Hud hiat jiu hoat dari Keng Cin sin sehingga tertotok, tubuhnya kontan saja berdiri kaku seperti sebuah patung arca. Sementara itu, si pedang e mas Cia Tiong giok dan Siang bin tok ci Mau Soh sat telah me larikan diri sejauh satu kaki lebih menuju kearah yang berlawanan.
Ilmu mer ingankan tubuh Keng Cin-sin telah mencapai puncak kesempur naan, kendatipun mereka sudah kabur lebih dulu menuju ke dua arah yang berlawanan, namun dia cukup menggerakkan tubuhnya, tahu-tahu perempuan tersebut sudah sampai dibelakang tubuh Siang bin tok ci Mao Soh sat, telapak tangan kanannya segera dikebas kan ke muka menotok ja lan darahnya.
Si pedang emas Cia Tiong giok segera me manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, dalam waktu sinrgkat dia sudah melesat sejauh lima kaki lebih dari posisi se mula.
Keng Cin sin berteriak keras, lalu tertawa terkekeh-kekeh dengan suara yang tajam me mekikkan telinga.
Tubuhnya seperti seekor bangau putih yang terbang diangkasa, dengan suatu lejitan kilat tahu-tahu dia sudah me layang diatas kepala si pedang emas Cia Tiong giok, kemudian dengan suatu gerakkan jumpalitan yang sangat indah, secara tepat sekali dia sudah menghadang ja lan pergi pe muda laknat tersebut.
Dengan nada menghina Keng Cin sin segera berkata.
"Cia Tong giok! Katanya seorang lelaki jantan yang luar biasa? Tak tahunya penampilanmu pada hari ini sungguh me malukan, tak kusangka kalau kau cuma seorang pengecut yang bernyali begini kecil, Mengapa kau jadi ketakutan setengah mati setelah bertemu denganku?
"'Bukankah kalian hendak menyerbu ke daratan Tionggoan untuk merajai dunia persilatan'' Kalau kau ingin kabur sa mbil menggoyang-goyangkan ekor macam anjing perbuatan semaca m ini benar-benar me malu kan sekali kalau me mang me mpunyai kepandaian mari kita bertarung dengan mati- mat ian"
"Agaknya si pedang emas Cia Tiong giok mengetahui kalau keadaannya pada hari ini lebih banyak bahayanya daripada untung, maka dia sudah nekad untuk beradu jiwa dengan perempuan tersebut.
Dia tak percaya kalau dengan mengandal kan kepandaian silat yang dimilikinya itu, dia tak akan ma mpu bertahan sebanyak ratusan gebrakan dari lawannya?
Sayang sekali jalan pemikirannya itu terlalu tinggi, dengan kepandaian silat yang dimilikinya sekarang, apabila dia bisa bertahan sebanyak lima gebrakan dibawah serangan gencar dari Keng Cin sin tanpa cedera, hal mana sudah dapat dikatakan hebat.
Dengan suara menggelede k Si pedang e mas C ia Tiong giok segera me mbentak nyaring.
"Perempuan rendah!' Kau anggap aku jeri kepada mu?
Pedang emas ditangannya segera diputar dengan kecepatan luar biasa lalu secepat kilat diayunkan kedepan me mbelah angkasa diantara kilatan cahaya tajam tahu-tahu dia sudah me mbabat ketubuh musuh dengan sekuat tenaganya.
Dia telah bertekad untuk beradu jiwa, ma ka begitu melancarkan serangan, Jurus serangan yang dipergunakan olehnya adalah jurus serangan yang paling dahsyat dan keji.
"Cia Tiong giok!, jurus seranganmu ini masih belum cukup sempurna.." jengek Keng Cin sin sinis.
Ditengah pe mbicaraan, tubuhnya sudah berputar dan keluar dari lingkaran cahaya pedang tersebut, kemudian telapak tangannya diayunkan kedepan, segulung tenaga serangan yang dahsyat merasuk ke dalam tulang segera mene kan ke atas dadanya, me ma ksa Cia Tiong giok mundur sejauh dua langkah lebih.
Dia tertawa seramn, cahaya pedangnya berputar bagaikan gulungan ombak ditengah sungai Tiangkang, dengan me mbawa hawa pedang yang dingin me nusuk tulang, dia bendung sekeliling tempat tersebut dengan serapat-rapatnya. Sayang sekali Keng Cin sin bukan anak ke marin sore, kepandaian silat yang dimilikinya benar-benar a mat lihay dan luar biasa sekali...
Sekali lagi tubuh pere mpuan itu menerobos keluar mela lui kurungan hawa pedang musuh yang berlapis- lapis itu dan menyelinap kesamping, lalu telapak tangan kirinya diayunkan ke depan menghajar jalan darah Thian ki hiat ditubuh lawan.
"Cia Tiong giok, jurus serangan itu- itu lagi-lagi akan mendesakmu mundur sejauh t iga langkah!' ejeknya ketus.
Si Pedang emas Cia Tiong giok me mang menurut sekali dengan perkataannya, tiba-tiba dia me mbuyarkan serangan pedangnya dan mundur sejauh t iga langkah dengan se mpoyongan.
Oleh keadaan seperti itu, Cia Tiong giok benar-benar dibikin gusar setengah mati, pedang emasnya segera diayunkan ke atas menya mbar ke bawah dengan kecepatan luar biasa, hawa pedangnya yang bergulung-gulung dan berlapis-lapis seperti bianglala diangkasa, semuanya menganca m ke atas jalan darah ke matian ditubuh Keng Cin sin.
Sementara itua telapak tangan kirinya juga tidak a mbil dia m, dengan cepat dia me lepaskan segulung hawa serangan dingin yang maha dahsyat, hawa pukulan bagaikan a mukan angin puyuh itu segera menggulung ke tubuh Keng Cin sin dan me ma ksanya miring ke sa mping untuk menghindar...
Perlu diketahui, ilmu Pedang dari Lam hay Huan mo- kiong merupakan ilmu pedang yang tiada tandingannya didalam dunia persilatan dewasa ini.
Setelah Cia Tiong giok mengeluarkan ilmu pedang gabungan dengan ilmu pukulannya yang luar biasa itu. maka kedahsyatannya menjadi berlipat ganda. Semua ancamannya boleh dibilang cukup menggetarkan sukma setiap orang.
Hawa napsu me mbunuh segera menyeli- mut i seluruh wajah Keng Cin sin, dengan suara dingin ujarnya ke mudian: "Di dalam serangan yang akan kulancarkan kali ini, aku akan menggunakan tenaga pukulanku untuk me ma ksa mu mundur sejauh satu kaki lebih !"
Sembari berkata, telapak tangan kanannya berputar dan me lontarkan pukulan dengan suatu gerakan yang sangat aneh, hawa pukulan seperti rentetan suara bunyi mercon yang meleda k diangkasa, dengan cepatnya meluncur ke udara dan menyongsong kedatangan hawa pedang serta angin pukulan lawan yang luar biasa itu.
"Blaammm...!" Suatu ledakan dahsyat yang meme kikkan telinga segera berkumandang me mecahkan keheningan.
Si Pedang e mas Cia Tiong giok mendengus tertahan, tubuhnya benar-benar terpental sejauh satu kaki lebih dari posisi se mula.
Hawa pukulan yang menyebar ke empat penjuru segera berputar kencang mencipta kan desingan angin berpusing yang menderu- deru.
Tubuh Keng Cin sin berputar, dan berkelebat seperti sa mbaran bayangan setan, telapak tangan kirinya kembali diayunkan ke depan sembari me mbentak keras.
"Sekarang, kau harus mundur lagi sejauh dua kaki!"
Segulung hawa pukulan yang aneh dan le mbut menyusul perkataan tersebut meluncur keluar seperti bendungan air sungai yang jebol.
Hawa serangan yang me miliki kekuatan luar biasa itu, dengan me mbawa kekuatan dahsyat seperti gulungan ombak ditengah samudra segera menggulung tiba dari sudut-sudut yang aneh dan luar biasa, ke mudian menyusup melalui setiap celah se mpit diudara yang berada disekeliling sana....
Hawa kekuatan yang mengerikan sungguh menggetarkan sukma setiap orang yang kebetulan menyaks ikannya. Setelah termakan oleh pukulan yang maha dahsyat tadi, sesungguhnya si pedang e mas Cia Tiong giok sudah merasakan hawa darah didalam dadanya bergolak keras, tak terlukiskan rasa terkesiapnya dan setelah melihat datangnya hawa serangan yang begitu dahsyat menerka m dirinya lagi.
Sambil menjerit kaget, buru-buru dia melo mpat mundur sejauh dua kaki ke belakang.
Serangan yang dilancarkan Keng Cin sin sekarang sungguh aneh sekali, kekuatan tersebut mema ksa musuhnya hanya bisa melo mpat mundur ke belakang dan tak mungkin melejit ke sa mping untuk me loloskan diri dari anca man mana.
Begitulah, menyusul dilontarkannya serangan yang maha dahsyat tadi, Keng Cin sin ikut pula melo mpat maju ke depan, katanya ke mudian sa mbil tertawa dingin.
'Setelah melo mpat mundur kembali keposisi se mula, ma ka kau pun tak usah pergi kemana-mana lagi. silahkan saja berdiri terus untuk sela manya disini! "
Si Pedang e mas Tiong giok tahu kalau nasib je lek telah berada didepan mata, dia mendengus gusar, pedang emasnya segera diputar menciptakan cahaya bintang yang segera mengurung seluruh jalan darah penting di tubuh Keng Cin sin.
Melihat datangnya jurus serangan tersebut Keng Cin sin segera me mutar tubuhnya dan menyelinap ke sisi kiri lawan.
Waktu itu Cia Tiong giok masih tetap berdiri tegak di posisi semula, tiba-tiba pedang emasnya direndahkan ke bawah lalu me lalui suatu sudut yang aneh dia berbalik menusuk ja lan darah gi hi hiat serta seng tiong hiat ditubuh lawan.
Perubahan jurus ini dilakukan dengan suatu gerakan yang aneh, ganas, buas dan me mbuat orang la in sa ma sekali tak menduganya.
Sementara itu, selisih jarak antara ke dua belah pihak sudah semakin bertambah dekat, gerakan tubuh yang dilakukan juga semakin cepat, nampaknya Keng Cin sin segera akan terkena sambaran cahaya e mas lawan..
Mendadak terdengar suara benturan nyaring yang me me kikkan telinga...
Bersama itu juga, cahaya emas yang berkilauan di angkasa tadi lenyap tak berbekas.
Entah terkena ilmu serangan apakah yang digunakan oleh Keng Cin sin, tahu-tahu pedang emas ditangan Cia Tiong giok sudah kena terhajar sampai jatuh ketanah, malahan jalan darahnya kena disa mbar pula sehingga tubuhnya berdiri kaku bagaikan sebuah patung arca.
Selisih jaraknya dengan Cong hong mi tan Ciu Khi sin yang berdiri kaku itu tak lebih hanya delapan depa.
Dengan kening berkerut dan wajah menunjukkan sikap buas dan kejam, Keng Cin sin berkata dengan suara dingin.
"Sekarang, aku akan me mpersilahkan kau untuk menyaksikan dulu, bagaimana caraku menjatuhi hukuman yang paling kejam atas diri Ceng hong mitan serta Siang bin tok ci!
Seusai berkata, pelan-pelan Keng Cin sin berjalan menuju kesampinq Siang bin tok ci yang berada sejauh satu kaki di depan sana, telapak tangannya segera diayunkan dan segulung tenaga le mbek segera mendorong tubuh Mao Soh sat tersebut mengge linding kearah dimana kedua orang rekan la innya berdiri kaku.
Ketika Keng Cin sin menggaet dengan ujung kaki kirinya, tubuh Siang bin tok ci Mao Soh sat pun berdiri kaku ke mbali disitu.
Sekarang posisi dari mere ka bertiga me mbentuk sudut segi tiga, enam buah mata saling berpandangan satu sama lainnya dengan jelas sekali .....
Perasaan tegang dan seram menghadapi saat kematian dengan jelas tertera diatas wajah-wajah mereka.. Sikap tersebut terlihat lebih jelas lagi dari balikkeenam sorot mata mereka yang sayu itu.
Dengan pandangan yang tajam Keng Cin sin me mperhatikan sekejap wajah ketiga orang itu, kemudian ujarnya sambil tertawa dingin:
"Bagaimana? Dengan perbuatan kalian manusia- manus ia laknat yang tak takut langit tak takut bumi, perbuatan jahat apa pun berani dilakukan se maunya sendiri, apakah sekarang menjadi ketakutan mengha-dapi saat ke matian kalian.
Mengapa tidak kaliaan pikirkan sekarang, disaat kalian hendak me mbunuh orang lain, bagai manakah perasaan korban-korban kalian menjelang saat ajalnya?
"Inilah yang dinamakan pe mbalasan! Karena kalian terlalu keja m, terlalu buas dan tak berperi ke manusiaan, maka akupun tak akan me mbiarkan kalian ma mpus secara ga mpang dan enak.
"Waktu itu, tentunya kalian tak pernah menyangka bukan, kalau aku bisa berumur begini panjang.
"Terus terang kuberitahukan kepada kalian, mungkin roh-roh dari para perempuan la in yang mati karena kalian perkosa telah me mbantuku secara diam-dia m, maka kini aku me miliki kekuatan yang luar biasa untuk menjatuhkan hukuman atas diri kalian se mua.
"Aku bersumpah akan meratakan istana Huan mo kiong dengan tanah, akan kubantai setiap manus ia laknat yang berada di situ hingga ludas, tak seorang pun diantara mereka yang akan kubiarkan hidup dengan bebas merdeka"
Perasaan kaget, ngeri dan seram me mancar keluar dari balik mata ketiga orang itu, paras muka mereka menjadi pucat pias seperti mayat'.
Si pedang emas Cia Tiong giok paling seram keadaannya, noda darah meski me mbasahi ujung bibirnya, rambutnya kusut terurai tak karuan wajahnya menyeringai sera m. Jalan darah mereka sekarang subdah tertotok, tdak mungkin bagia mereka untuk mbencaci ma ki kalang kabut. yang bisa mereka lakukan kini hanya me mutar biji matanya kesana kemari dengan wajah mengerang keras .....
Berada dalam keadaan seperti ini, mereka hanya bisa pasrah kepada nasib, terserah perbuatan dan siksaan apa saja yang akan dilimpahkan keatas bahu mereka.
Dengan suara sedingin es, Keng Cin sin berkata lagi:
"Tentu saja aku dapat menjatuhi hukuman kepada mereka sesuai dengan berat ringannya kesalahan yang telah mereka lakukan.
"Kalian bertiga merupakan manus ia- manusia keji yang berdosa paling besar, kalianpun harus tahu, hukuman macam apakah yang bakal kalian terima atas perbuatan yang pernah kalian lakukan selama ini!"
Keadaan dari Keng C in sin pada saat ini tak ubahnya seperti seorang raja akhirat, seorang raja akhirat yang sedang memeriksa roh-roh berdosa..
Pelan-pelan dia berjalan maju ke hadapan Ceng hong mi tan Cin Khi sin, kemudiam ujarnya sambil tertawa dingin.
"Ciu Khi sin, kau dan Mao Soh san akan mengala mi nasib yang sama.
"Tentunya kalian tahu bukan kalau dalam dunia persilatan terdapat semacam ilmu- ilmu menyiksa badan yang dina makan Khi im ciok meh (me mint ir urat me motong nadi)?"
Begitu mendengar na ma tersebut, paras muka Ceng hong mi tan dan Siangbin tok ci berubah hebat sekali, rasa kaget, seram dan benci berca mpur aduk diatas wajah mereka.
Keng Cin sin tertawa rendah, kembali ujarnya.
"Kalian tak usah kuatir, aku tak me mpergunakan ilmu Khi im ciat meh untuk menghukum kalian, tapi akan kugunakan ilmu menyiksa badan yang sepuluh kali lipat lebih keji dari ilmu Kim ciat meh itu untuk menghukum kalian se mua.
"Kepandaian tersebut merupakan hasil ciptaanku sendiri, aku menyebutnya sebagai ilmu Cui si san hun (Melumat mayat penghancur sukma).
"Tentunya kalian merasakan kalau na ma tersebut kelewat seram bukan.....? Hmm, seperti apa yang kalian saksikan dengan kebdua orang hiangdcu tadi, merekaapun merasakan iblmu me lumat mayat penghancur sukma tersebut cuma saja mereka merasakan cincangan tersebut setelah menemui ajalnya, sedangkan kalian akan merasakan cincangan tersebut disaat kalian masih hidup"
Setelah mendengar perkataan tersebut, Ciu Khi sin maupun Mao Soh sat merasakan hatinya amat terkesiap, wajahnya mengejang keras dan menunjukkan penderitaan serta siksaan batin yang luar biasa. .
Bibir mereka bergerak seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun yang ma mpu diutarakan keluar. Mereka seolah-olah hendak berkata begini:
"Keng Cin-sin, mengapa kau bersikap begitu kejam dan tak berperike manusiaan.
Tampaknya Keng Cin sin me maha mi maksud hati mereka, ujarnya sambil tertawa dingin.
"Untuk me nghadapi manusia- manasia laknat seperti kalian, aku harus mengguna kan cara yang paling keji pula untuk menyiksa kalian, dengan begitu se mua dosa dan kesalahan yang pernah kalian lakukan baru me mperoleh pe mbalasan yang setimpa l! Dan didalam penitisan sekalian yang akan datang, tak berani me lakukan kejahatan lagi.
"Sewaktu kalian menyiksa diriku te mpo hari, apakah kalian tidak merasa kalau perbuatan kamu se mua itu jauh lebih kejam dan tak berperi ke manus iaan daripada yang kulakukan sekarang. "Tahukah kalian?. Semenjak aku kehila-ngan kesucian badanku, selama hidup aku tak dapat mencuci bersih aib serta noda yang me lekat diatas tubuhku? Sekalipun aku telah me mbalas dendam kepada kalian sekarang. na mun kebahagian hidupku kini telah kalian hancurkan?
"Oleh sebab itu, kalian harus menerima siksaan dan penderitaan ini dengan berani, sebab dengan begitu maka roh kalian setelah mati nanti akan bebas dari siksaan dan penderitaan"
Selesai mendengarkan perkataan itu, paras muka mere ka yang pucat pias itu berubah se makin mengenaskan, kulit muka mere ka mengejang keras penuh penderitaan, mata menjadi merah dan rambut terurai kaku, keadaan mereka sungguh mengerikan sekali.
Si Pedang e mas Cia Tiong giok pun sadear, apalagi setelah mendengar perkataan Keng Cin sin yang keji dan tidak berperasaan itu, dia mengerti bahwa siksaan yang akan diterima olehnya sudah pasti berrlipat kali lebith hebat daripadqa siksaan yang rdi terima rekan-rekannya.
Tapi ja lan darahnya sekarang tertotok, dia sudah tak ma mpu bergerak lagi, dalam keadaan begini, dia hanya berdoa dalam hati kecilnya, moga- moga ada orang yang datang kesitu dan menyela matkan jiwanya.
Keng Cin sin sendiri boleh dibilang sudah tidak mengenal belas kasihan lagi terhadap musuh- musuh besarnya itu, sebab penderi- taan dan siksaan yang telah diterima nya selama ini benar-benar terlalu keji dan tak kenal a mpun.
Ujarnya kemudian sa mbil tertawa dingin.
"Ceng hong mi tan, siang bin tok ci sekarang dipersilahkan kalian rasakan bagai mana nikmatnya ilmu Cui sui san hun tersebut!'
Selesai berkata, sepasang telapak tangan nya beruntun menotok beberapa buah jalan darah di tubuh kedua orang itu, ke mudian telapak tangan kanannya menambahi dengan sebuah tekanan berat keatas jalan darah Khi pay hiat mereka. Tentu saja Ceng hong mi tan dan Siang bin tok-ci tak ma mpu untuk menghindarkan diri dari serangan maut tersebut, mereka hanya bisa pasrah pada nasib dan menerima hukuman tersebut.
Pada saat Keng Cin sin me mber i tekanan dahsyat diatas jalan darah Khi hay hiat mereka itulah.....
Kedua orang tersebut segera merasakan didalam urat nadi mereka seperti timbul suatu kekuatan yang seolah-olah mencabik- cabik seluruh isi perutnya, peredaran darah pentingnya jadi terrsmbat dan didalam tubuh mereka seakan-akan muncul berjuta- juta ekor semut gatal yang menggigit sekujur tubuh mereka, sakitnya bukan kepalang.
Penderitaan semaca m ini sungguh tak terlukiskan dengan kata- kata, seakan-akan terdapat sebilah pedang tajam yang mencong-ke l urat dan otot tubuh mereka, ke mudian mencincangnya sedikit demi sedikit.
Peluh dingin sebesar kacang kedelai bercucuran keluar dengan cepatnya dari balik pori-por i diseluruh tubuhnya....
Wajah yang me mucat kian me mucat, matanya terbelalak lebar, bibirnya terkatup rapat, wajah mereka yang sesungguhnya sudah nampak mengerikan, kini berubah se makin sera m.
Keng Cin sin segera tertawa dingin, katanya ke mudian:
"Di dalam istana Huan mo kiong terdapat lima maca m siksaan yang kejam, tentu saja kalian pun me mpunyai cara ilmu menoto k jalan darah untuk menyiksa orang, sekarang silahkan kalian bandingkan sendiri, bagai mana kah andaikata ilmu Cui si san hun milikku ini dibandingkan dengan berbagai maca m alat siksaan didalam Huan mo kiong?
"Sekarang, tentunya kalian sudah merasakan kenikmatan bukan? Terus terang kuberitahukan kepada kalian, apa yang kalian resakan sekarang tak lebih baru pe mbukaan, baru awal dari suatu penderitaan yang berkepanjangan, mengikuti berubahnya waktu, kalian akan merasakan penderitaan yang lebih nikmat dan lebih asyik!"
Baru saja dia selesai berkata, kejangan diatas wajah ke dua orang itu sudah makin menghebat, penderitaan yang mereka rasakan pun berlipat ganda, peluh bercu-curan seperti air hujan, sementara suara rintihan dan erangan kesakitan merupai jeritan binatang buas.
Ternyata, didalam tubuh mereka sekarang mulai merasakan suatu jenis siksaan yang la in.
Kini, mereka rasakan hawa darah yang mengalir terbalik ditubuh mereka mulai bergolak kencang dan menga lir dengan derasnya menuju ke arah paru-paru.
Tumbukan, terjangan dan pergolakan yang menghebat dari hawa darah tersebut membuat mereka merasakan penderitaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, apa lagi setelah merasakan tenaga gelo mbang dahsyat yang menerjang tiada hentinya, membuat kedua orang itu merasakan kesakitan luar biasa.
Bukan hanya begitu saja, kuilt dibadan ikut terasa tersayat-sayat pisau, tulang belulangnya menjadi linu dan sakit bagaikan mau retak dan hancur...
Dari dalam urat nadi maupun jalan darahnya terasa pula rasa linu, gatal dan kaku yang menghebat, seolah-olah digigit oleh se mut yang berjuta ekor banyaknya.
Kalau penderitaan tersebut dapat dilukiskan maka siksaan tersebut mungkin beratus-ratus kali lebih hebat daripada siksaan di dalam neraka tingkat delapan belas.
Sekarang, sepasang biji mata mereka melotot keluar dan me mancarkan sinar le mah mohon belas kasihan, seolah-olah mereka sedang berkata begini:
"Berbuatlah kebajikan untuk ka mi, berikanlah ke matian yang utuh untuk kami... Keng Cin sin sa ma sekali t idak beriba hati, wajahnya masih dingin seperti es, katanya dengan suara menyeramkan:
Kini, siksaan yang sebenarnya dari ilmu melumat mayat penghancur sukma sudah akan dimulai."
"Sekarang, dari dalam tubuh kalian mulai merasakan suatu perasaan yang sukar ditahan bukan? Bukankah diantara daging dan kulit tubuh kalian seperti ada binatang yang sedang mera mbat sambil me nggigit.?
"Haahhh.. haaahhh... haaahhh... aku tahu, kalian merasakan adanya jarum yang sedang menusuk-nusuk tubuh bukan? Seolah- olah terdapat beberapa juta ekor ulat gatal yang sedang mera mbat lewat...?"
Penderitaan yang dialami dua manus ia laknat itu me mang ma kin mencapai pada puncaknya, rasa sakit, gatal datang secara beruntun dan bersambungan, malahan ma kin la ma se makin berta mbah dahsyat .... Sesudah hening sesaat, Keng Cin sin berkata lagi dengan suaranya yang dingin menyeram kan.
"Bagaimana? "Merasa kegatalan? Kalau begitu aku akan mengarukkan untuk kalian!'
Selesai berkata, Keng Cin sin menga mbil pedang emas milik Cia Tiong giok itu dari atas tanah dan mulai menusuk seluruh tubuh mereka.
Dimana ujung pedang tersebut menya mbar, pakaian robek dan darah segar bercucuran keluar.
Dengan mengucur nya darah tersebut, tampaknya mereka merasa agak baikan, hanya rasa sakit yang tak terlukiskan dengan kata-kata muncul ke mba li secara beruntun.
Kini, mereka seakan-akan merasa kalau garukan yang dilakukan dengan menggunakan ujung pedang tersebut kurang nikmat.
Keng Cin sin tertawa dingin lagi, ejeknya: "Bagaimana? Kurang nikmat rasanya? Sayang sekali aku tak bisa menusukkan pedang ini lebih keras lagi, sebab dengan begitu ma ka permainan bagus akan segera berakhir .... hmmm, begini saja, garuklah dengan mengguna kan sepasang tangan kalian"!
Sembari berkata, Keng Cin Sin menggerak kan tangannya dengan cepat untuk me mbebaskan totokannya pada jalan darah sepasang lengan ke dua orang itu.
Perlu diketahui, se mua totokan jalan darah yang dilakukan oleh Keng Cin sin itu boleh dibilang dilakukan dengar suatu ilmu totokan khusus, sekarang boleh dibilang dia telah mengendalikan setiap alat didalam tubuh mereka.
Seperti juga totokannya itu, serasang jalan darah diatas pipi mereka, hal ini dilakukan untuk mencegah mereka menggigit putus lidah sendiri dengan giginya hingga mat i?.
Ia menotok pula jalan darah bisu mereka agar mereka tak bisa berbicara na mun hanya bisa mengerang kesakitan.
Dan sekarang, dia telah me mbebaskan totokannya pada jalan darah diatas lengan mereka, itupun hanya dibatasi dengan sejumlah kekuatan yang cuma bisa dipakai untuk merobek kulit badan sendiri dengan garukannya, dalam keadaan begini mere ka tak ma mpu untuk menghimpun tenaga dalam nya guna dipakai untuk bunuh diri.
Begitu Keng Cin sin me mbebaskan totokannya pada jalan darah diatas lengan mereka, suatu kenyataan yang tak bisa di percayai dengan akal sebat pun mulai ber langsung didepan mata.
Rupanya mereka berdua sudah tak mampu lagi untuk menahan rasa gatal yang menyiksa didalam tubuh mereka, begitu tangannya bisa bergerak, merekapun segera menggerakan sepasang tangannya yang berotot pada menonjol keluar dengan kelima jari tangannya yang terpentang seperti cakar garuda itu.
Bahkan dengan cakar tersebut sekuat tenaga mereka mulai mencakar i dada sendiri, garis-garis merah yang panjang segera bermunculan dimana- mana, sementara darah segar pun bercucuran me mbasahi tubuhnya..
Seluruh badan mereka mulai ge metar keras, hal ini menandakan kalau garukan mereka diatas dada tadi menimrbulkan kenikmattan yang tak terqkirakan bagi orrang-orang itu.
Sekarang seolah-olah mereka sudah tak ma mpu untuk melawan pancingan itu lagi, sepasang tangannya mula i menggaruk dan mencakar bagian lain dari tubuhnya dengan penuh bernapsu.
Dari dada kini beralih keperut, kemudian beralih lagi ke atas wajah sendiri...
Dalam waktu singkat, seluruh tubuh mereka sudah tak ada yang utuh lagi, darah segar mengucur keluar dari mana- mana, kulitnya pada robek dan mere kah, keadaan nya mengerikan hati.
Keadaan seperti itu membuat tampang wajah mereka berubah menjadi menyeram kan, jauh lebih seram dari pada wajah setan iblis.
Hampir kalap si pedang e mas Cia Tiong giok setelah menyaksikan keadaan rekan-rekannya yang mengerikan hati itu, kalau bisa dia ingin berteriak-teriak keras atau kalau bisa kabur, dia ingin me larikan diri sekencang-kencangnya meninggalkan te mpat yang terkutuk itu.
Sayang sekali tubuhnya kaku dan sa ma sekali tak ma mpu berkutik, dia harus tetap berdiri diposisi se mula sa mbil menyaksikan berlangsungnya siksaan yang terjadi yang belum pernah disaksikan olehnya selama hidup di dunia ini.
Kenikmatan yang tak terlukiskan dengan kata-kata itu seakan- akan datangnya bagai kan sumber mata air, mengikuti garukan ke sepuluh jari tangan mereka, seperti gulungan o mbak disa mudra saja, makin la ma datangnya semakin menghebat.
Tapi .... kesemuanya itu hanya terjadi di luar saja. 'Dalam waktu singkat daging tubuh mereka dibawah kulit yang telah hancur bermun-culan diantara tulang belulang berwarna putih, rasa sakit yang luar biasa mulai ber munculan pula menyelimut i tubuh mereka berdua.
Dimana kesepuluh jari tangan mereka menggaruk lewat pancuran darah segar berha mburan ke mana- mana.
Penderitaan baru sekali lagi mengurung mereka dan menceka m mereka berdua makin la ma siksaan itu se makin kuat, semakin keras dan dahsyat.
Penderitaan tak tertuliskan yang datangnya makin menghebat itu, me mbuat mereka tak sanggup lagi untuk me mpertahankan diri.
Dalam tubuh mereka seakan-akan muncul segulung daya tekanan dahsyat yang seperti hendak mengepres mereka jadi hancur, seperti hendak melumat tubuh mereka sehingga hancur berkeping-keping.
Tulang belulang ditubuh mereka sudah linu dan sakit, bagaikan hendak retak dan hancur, lalu melumat menjadi hancuran kecil- kecil yang beribu-ribu banyaknya.
Keadaan seperti ini, memang tak salah lagi jika dikatakan sebagai me lumat mayat penghancur sukma.
Mereka sendiri yang menghancur lumatkan tubuh sendiri hingga hancur, mereka sendiri pula yang melumat sukma sendiri sehingga punah dan buyar.
Namun penderitaan yang berbeda dari setiap bagian tubuhnya itu bukan lenyap karena keadaan tersebut. malahan sebaliknya mengikut i datangnya sang waktu, makin la ma se makin berta mbah dahsyat, seolah-olah penderitaan itu baru akan berakhir apabila nyawa mereka sudah melayang meninggalkan raganya.
Sepasang biji mata mereka sudah melotot keluar, dari balik mata tersebut memancar keluar sinar moho n penga mpunan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, sepertinya mereka mohon diberi ke matian secepatnya. Keng Cin sin mendengus dingin, sorot matanya yang dingin dan keji hanya me mandang sekejap ke tubuh mere ka.
Pada waktu itu, pakaian yang mereka kenakan sudah hancur tak berbentuk lagi, pada hakekatnya mereka sudah berada dalam keadaan telanjang bulat.
Darah kental me mbasahi seluruh tubuhnya dan mengucur keluar tiada hentinya, daging yang hancur, tulangnya yang menonjo l keluar dica mpur dengan bau amisnya darah, me mbuat udara disitu berbau busuk sekali.
Menyaksikan kesemuanya ini, Keng C in sin seperti me mperoleh sedikit kepuasan, ujar nya kemudian sa mbil tertawa dinginb: "Silahkan kaldian menggaruk taerus tubuh kaliban sa mpa i hancur, silahkan menggaruk seluruh bagian badan kalian sa mpai punah, darah yang mengucur keluar pun sa mpai habs, sebelum kalian ma mpus karena kehabisan darah..."
Berada dalam keadaaa demikian, ia benar-benar kejam sekali.
Ya, keadaannya sekarang ibarat seekor binatang buas yang terluka, ganas sekali tiada perasaan belas kasihan. walau hanya sedikitpun juga.
Beginikah wataknya yang sebenarnya?
Tidak, tentu saja tidak! siksaan dan penderitaan hebat yang pernah dialaminya yang me mbuat dia berubah menjadi begini rupa.
Cuma, tindakan keji dan buas seperti itu, hanya khusus ditujukan kepada musuh- musuh besarnya. khususnya terhadap manusia- manus ia laknat yang pernah menodainya.
Ceng hong mi tan dan Siang bin tok ci ke mbali me mandang kearah Keng Cin sin dengan sorot mata minta a mpun.
Dibalik sorot mata tersebut, penuh diliputi perasaan yang sedih yang tak terlukiskan.
Mereka seperti merasa menyesal sekali, menyesal yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Yaa mereka me mang sangat menyesal, menyesal atas perbuatan yang pernah mereka lakukan sela ma ini, sayang sekali keadaan sudah terlambat.
Baru pertama kali ini mereka menyadari kalau perbuatan yang telah mereka lakukan sela ma ini sesungguhnya merupakan suatu perbuatan yang amat terkutuk, merekapun merasakan pula bahwa selama ini mereka sudah terlalu banyak me lakukan kejahatan dan kebuasan.
Sorot mata Ceng hong mi tan dan Siang bin tok ci yang penuh me mohon belas kasihan itu tiba-tiba berubah menjadi rasa penyesalan yang amat mendala m.
Sepasang tangan mereka yang menggaruk seluruh badan itu pun pelan-pelan terkulai le mas, mungkin mereka sudah tak bertenaga lagi untuk menggaruk, seakan-akan juga mereka telah menyadari akan makna yang sebenarnya dari suatu kehidupan, kegembiraan yang muncul didalam hati seakan-akan telah menutupi siksaan hidup dari tubuhnya.
Yaa, dalam hati kecil mereka mbe mang muncul keddua perasaan seamaca m itu ha mpibr bersa maan waktunya.
Saat menjelang berakhirnya kehidupan mereka didunia ini, untuk pertama kalinya mereka merasa menyesal dan bertobat.
Sekarang mereki sadar, kehidupan manusia didunia ini adalah suatu kehidupan yang tak adil.
Tapi ke matian sela manya berlaku adil terhadap setiap insan manus ia di dunia ini.
Sebab, cepat atau lambat maut akan te'tap menggapai kepadamu, entah kau sedang berada didalam ro mbongan orang banyak atau sedang bersembunyi disuatu te mpat yang rahasia, tiada manusia didunia ini yang bisa terhindar dari ke matian.
Dan disaat ajal sudah hampir tiba, dia pun tak akan me mberikan pilihan apa-apa kepada mu. Yang ada hanya perbedaan antara mati dalam ketenangan dan mati dalam kesadisan.
Begitulah kehidupan manusia didunia ini, tak sedikit mereka yang jahat seringkali menjadi sadar dan menyesal atas dosa-dosanya setelah merasakan siksaan dan penderitaan menjelang saat tibanya ajal yang akan merenggut nyawa mereka. .
Hanya sayang, pada waktu itu selalu terlambat, karena kehidupan mereka akan segera berakhir.
Di dalam keadaan seperti inilah Ceng hong mi tan Ciu Khi sin dan Siang bin tok ci Mao Soh sat mengakhir i kehidupan mereka yang penuh dosa dan kejahatan itu, mereka tewas karena kehabisan darah, tubuh mereka yang kaku pun segera roboh terkapar ditanah dan tak berkutik lagi untuk sela manya.
Hanya bedanya saja, menjelang saat ke matian tersebut, mereka tidik me mperde-ngarkan jeritan kesakitan lagi. mereka mati di dalam ketenangan dan keda maian.
Dengan wajah yang dingin kaku tanpa perasaan, Keng Cin sin me maadang sekejap ke atas mayat mayat yang menggeletak kaku di tanah itu.
Sesaat kemudian ....
Pelan-pelan dia me mba likkan badannya, sorot mata yang tajam bagaikan se mbilu kini dialihkan ke atas wajah si pedang emas Cia Tiong giok.
Begitu sepasang mata pedang emas Cia Tiong giok bertemu dengan sepasang mata nya, ia merasakan kengerian dan keseraman yang jauh melebihi ke matian, dari dalam tubuhnya seakan-akan darah mulai bercucuran keluar...
Sorot mata Keng Cin sin itu, bagaikam beribu bilah pedang tajam yang menusuk hatinya...
"Sekarang, tiba giliranmu untuk mener ima bagian hukuman yang setimpai dengan dosa-dosa mu!" kata Keng Cin sin dingin. Ucapan yang kaku tanpa perasaan, menimbulkan perasaan yang menger ikan dihatinya, me mbuat bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Kembali Keng Cin sin berkata:
"Kau adalah pentolan dari semua dosa dan penderitaan ini, ma ka pembalasan yang harus kau rasakan berlipat kali lebih keji dari pada mereka semua.
"Aku ingin bertanya kepadamu, siksaan apakah yang merupakan siksaan paling buas di dunia ini?
"Apakah siksaan seperti mereka itu? Menderita hebat ke mudian mati ...?
Tidak, bukan! Penderitaan yarg mereka rasakan itu hanya bersifat sementara, bukan suatu penderitaan yang sela manya..."
Dari perkataan tersebut, dengan cepat si pedang emas Cia Tiong giok dapat menarik kesimpulan siksaan dan penderitaan maca m apakah yang akan diberikan kepadanya itu?
Ia me mbenci, dia benar-benar me mbenci.
Dia tidak menyesali me lainkan me mbenci kepada diri sendiri, dia me mbenci kepada sendiri mengapa tidak melimpahkan siksaan yang lebih hebat terhadap perempuan tersebut dimasa lalu. kese muanya itu segera terpancar keluar dari balik matanya yang melotot besar itu....
Sorot matanya dipenuhi dengan perasaan marah, menyesal, benci dan me ndenda m.
Kembali Keng Cin sin berkata dengan suara sedingin es.
"Gara-gara perbuatanmu, hidupku menjadi tersiksa, menjadi mender ita untuk sela ma-la manya, kau telah me mberikan penderitaan yang berkepanjangan kepadaku, oleh sebab itu sekarang aku pun akan me mber ikan penderitaan sepanjang hidup untukmu. Aku tetap akan me mpertahan hidupmu, agar selama hidup kau merasakan siksaan dan penderitaan tersebut.
''Heehhh...heeehhh ...heehhh... tahukah kau, penderitaan dan siksaan maca m apakah yang akan kulimpahkan kepadamu?"
Mendengar kalau ia tak akan dibiarkan mat i, si Pedang e mas Cia Tiong giok segera berpikir.
”Bajingan pere mpuan. asal kau me mbiar kan aku hidup, ma ka dendam kesumat ini pasti akan kutuntut kemba li disuatu saat, aku hendak menghancur lumatkan dirimu, akan kucincang tubuhmu menjadi berkeping-keping, agar sebelum ajalmu tiba, kau akan merasakan siksaan dan penderitaan yang lebih hebat lagi daripada apa yang pernah kau terima dulu..."
Keng Cin sin seperti dapat membaca suara hatinya itu, sambil tertawa dingin ia berkata.
"Cia Tiong giok, lebih baik mati nyaman daripada hidup tersiksa bukan? Jika kau berpendapat demikian maka anggapanmu itu keliru besar, aku akan me mbuat mu setengah mati setengah hidup, agar selama hidup kau tak akan bisa me mbalas dendam lagi"
Mendengar perkataan ini, Cia Tiong giok me njadi le mas dan sedih, dia tak tahu hukuman se macam apakah yang bisa me mbuatnya setengah hidup setengah mati?
Mencorong sinar kebuasan dan penuh dendam yang meluap dari balik mata Keng Cin sin, katanya ke mudian keras-keras.
"Aku akan mer usak kesadaran otakmu, la lu kupotong kaki- kakimu itu.
Akan kupotong otot dan nadi pada sepasang tanganmu. Kupotong lidahmu agar tak bisa berbicara.
Ku korek gendang telingamu agar kau tuli untuk sela manya. Kupotong hidungmu agar kau na mpak seram.
Lalu kucokel sebuah biji mata mu. Dan kuhancurkan raut wajahmu itu.
Kemudian kuberi sebuah pukulan beracun keatas tubuhmu, agar setiap hari kau merasa tersiksa untuk satu jam la manya" Selesai mendengar perkataan itu, si pedang emas Cia Tiong giok segera menjer it keras bagaikan orang bgila, hatinya bdetul-betul hancaur remuk hinggab tak berwujud lagi.
Siksaan se maca m ini benar-benar kelewat keji dan sa ma sekali tak berperi-ke manus iaan.
Siksaan semaca m ini benar-benar merupakan siksaan yang paling brutal di dunia ini.
Dari sini dapat diketahui betapa bencinya Keng Cin sin terhadap orang itu, sebab kebersihan tubuhnya dan kebahagiaan hidupnya telah dihancurkan olehnya.
Dengan suara yang menyeramkan ia segera berteriak.
"Sekarang, aku akan menghancur kan pikiranmu, agar kau menjadi orang sinting, orang yang tak berotak"
Ditengah bentakan, jari tangan Keng Cin sin yang putih itu secara beruntun menotok tiga kali keatas belakang kepalanya.
Menyusul kemudian...
Keng Cin sin me ngayunkan tangan kanannya, sekilas cahaya emas berkelebat lewat disusul jeritan kesakitan yang me milukan ha- ti berkumandang me mecahkan keheningan.
Kaki kiri Cia Tiong giok sebatas lutut telah terbabat putus oleh pedang emas itu hingga seluruh tubuhnya roboh terjungkal ke tanah.
Keng Cin sin tak menginginkan dia mati, maka dengan cepat dia menotok beberapa buah jalan darah disekitar kaki kirinya itu, agar darah yang mengucur keluar segera berhenti.
Kemudian.... Dengan suatu gerakan cepat Keng Cin sin me motong semua otot yang berada di tangannya, agar dia tak bisa bunuh diri.
Dia pun me motong lidahnya agar dia tak dapat berbicara.
Kemudian secara beruntun dia memotong telinganya, menyodok pecah kendang telinga tersebut, me motong hidungnya dan menco kel mata kirinya.
Dengan pedang dia pun mencincang wajahnya yang tampan sehingga hancur tak berwujud.
Akhirnya dia melepaskan sebuah pukulan beracun Jian tok im- kang di atas tubuhnya.
Ilmu pukulan beracun ini tak akan me mbuat orang menjadi ma mpus, tapi akan mendatangkan siksaan dan penderitaan yang luar biasa, setiap hari akan ka mbuh sela ma satu ja m.
Gelak tertawa yang seram dan menusuk pendengaran segera berkumandang me menuhi seluruh angkasa.
Akhirnya Keng C in sin berangkat meningga lkan te mpat itu.
Walaupun dia telah mela mpias kan perasaan dendam dan bencinya, namun se mua perbuatannya itu tidak mendatangkan manfaat apa-apa terhadap kesucian tubuhnya.
Didengar dari gelak tertawanya yang menyeramkan, dapat disimpulkan betapa sedih dan pilunya hati pere mpuan itu.
Mayat yang hancur berserakan dimana- mana, darah kental me lapisi seluruh per mukaan tanah, hanya sesosok tubuh yang masih berkelejitan tiada hentinya,
Itulah tubuh dari si pedang e mas Cia Tiong giok, sekarang dia sedang menjalani siksaan hidup yang paling keji dan paling brutal ..
...
Walaupun dosa dan penderitaan tersebut harus diterimanya sebagai buah dari semua kejahatan dan kebusukan yang pernah dilakukannya sela ma ini. Tapi kebrutalan, kekeja man, kesadisan serta kebuasan yang tertera didepan mata sekarang, cukup me mbuat orang merasa tak tega dan ngeri.
Siapa pun akan merasakan bulu ro manya pada bangun berdiri setelah menyaksikan keadaan disitu, siapapun akan merasakan hatinya tercekat dan seram me lihat kesemua nya itu.
Kini si pedang emas Cia Tiong giok sedang bergulingan diatas tanah sambil me ngerang kesakitan.
Rambutnya terurai kalut, wajahnya penuh dibasahi oleh darah segar, wajahnya yang jelek dan menyeramkan jauh lebih menger i kan dari pada wajah setan iblis.
Sementara dari mulutnya terdengar bunyi aah, aah, uuh tiada
hentinya.
Suara tersebut cukup mengiba kan hati siapapun yang mendengarkan, cukup menimbulkan rasa kasihan orang.
Yaa, beginilah akhir dari seoraug yang terlalu banyak me lakukan kejahatan.
Dia bergulung krian ke mar i, bertguling menuruniq bukit tersebutr untuk merasakan siksaan dan penderitaan sepanjang masa hidupnya.
Sinar kee mas-emasan telah condong ke langit barat, saatnya senja me menuhi seluruh angkasa.
Menyusul kemudian ...
Kabut kegelapan yang tebal menutupi seluruh udara yang me mbentang di atas jagad raya.
Bukit Im cu san....
Suasana terasa sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun, angin gunung berhe mbus sepoi-sepoi menggoyangkan ranting pohon dan dahan, bayangan daun serta suara gemerisik dari se mak belukar, mendatangkan semaca m suasana yang menakutkan. Di saat seperti inilah, tampak sesosok bayangan manusia me luncur me ndekat dengan kecepatan bagaikan sa mbaran kilat.
Dia berdiri diatas puncak bukit dan menghela napas sedih, guma mnya lir ih:
"Sudah berja m-ja m la manya kucari, namun tak sebatang rumput Im cu cau pun yang kutemukan, bukit Im cu san yang begini luas pada hakekatnya telah kucari semua dengan teliti... aaai, mungkinkah aku telah salah jalan atau tersesat? Atau mungkin bukit ini bukan bukit Im cu san?"
Orang ini tak la in adalah Leng hun koay seng (Sastrawan aneh bersukma dingin) Ku See hong yang berpisah dengan Keng Cin-sin.
Untuk mendapatkan rumput Im cu cau, dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna serta melakukan perjalanan siang ma lam tak hentinya, ia berangkat ke mar i.
Namun, kendatipun seluruh bukit Im cu san sudah hampir dicari semua, kolam Im cu tham yang dimaksudkan Thi bok sin kiam Cu Pok belum juga dite mukan.
Malam itu awan tipis dan bintang a mat jarang, suasana disekeliling tempat itu sunyi senyap dan tiada kedengaran sedikit suara pun.
Tapi dibalik kese muanya itu, secara lamat-la mat justru secara mengandung hawa pe mbunuhan yang mengerikan hati.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sa mbaran kilat, Ku See hong mengawasi sekeliling te mpat itu. . .
Dimana- mana batu gunung berdiri berserakan dengan pepohonan cemara yang menjulang ke angkasa, keadaannya sangat menyeramkan.
Ditengah kegelapan mala m, sekeliling situ seolah-o lah penuh dengan bayangan setan yang setiap saat bakal muncul saja.
Kesemuanya itu mendatangkan se maca m perasaan seram, ngeri dan me medihkan hati. Mendadak mencorong sinar tajam yang me mancar kan sinar kebencian dari balik mata Ku See hong, serunya tiba-tiba:
"Jangan jangan Thi bok sin kiam Cu Pok sengaja me mbo hongi aku agar dia dapar melo loskan diri .....
Mendadak......
Serentetan suara tertawa dingin yang menyeramkan berge ma me mecahkan kehe-ningan dan me motong guma ma nnya itu..
Suara tertawa dingin yang amat mengerikan hati bagaikan segulung angin dingin yang berhe mbus keluar dari gudang salju.
Dengan suara dalam Ku See hong me mbentak keras:
"Setan dedemit dari mana yang telah hadir disini? Mengapa tidak segera mena mpakkan diri!'
Baru selesai dia me mbentak, dari beberapa puluh kaki dihadapannya muncul sesosok bayangan manus ia yang meluncur tiba dengan kecepatan bagaikan sa mbaran kilat.
ooodwooo
KU SEE-HONG menjerit kaget.
"Haah, rupanya kau! Sudahkah kau temukan rumput Im cu cau tersebut ?"
Rupanya orang yang baru saja munculkan diri itu adalah Thi bok sin kiam Cu Pok.
Sambil mencibir kan bibirnya dia perdengar kan suara tertawa seram yang penuh kelicikan, katanya.
"Ku sute, sudah lama rupanya kau sampai disini, oleh karena aku kuatir sute tak berhasil mene mukan rumput Im cu cau tersebut, maka aku khusus datang kemari untuk me mberi petunjuk, baru saja sampai disini, aku telah berte mu dengan sute. 'Coba kalau sute tidak menge luarkan suara dari kejauhan sana aku pasti mengira kau sebagai setan dedemit atau orang jadi- jadian"
Ku See hong segera mendengus dingin.
"Hmm, benarkah ditempat ini terdapat rumput Im cu cau?" tegurnya kemudian:
ke mbali Thi bok sin kiam Cu Pok tertawa licik.
"Sute mengapa kau jadi banyak curiga sih? Masa aku akan bergurau denganmu? Apalagi kita toh melakukan suatu usaha barter?
"Rumput Im cu cau berada di sebelah sana, aku akan segera me mbawa mu ke situ. cuma... apakah sute telah menurunkan is i bait lagu dari Dendam sejagad tersebut di atas kertas?"
"Asalkan rumput Im cu cau tersebut telah kute mukan, sudah pasti bait lagu Dendam sejagad akan kuserahkan kepadamu seperti apa yang telah kita janjikan" Mendengar ucapan mana, Thi bok sin kiam Cu Pok nampak agak tertegun, kemudian katanya sambil tertawa.
"Boleh aku bertanya kepada sute, apakah bait lagu tersebut telah kau salin diatas kertas?"
"Belum! "
Paras muka Thi bok sin kian Cu Pok segera berubah sangat hebat, tapi hanya sebentar saja sudah lenyap tak berbekas, kembali dia berkata lagi:
"Ku sute, mengapa kau begitu tak me megang janji?.. "Seandainya bait lagu Dendam sejagad tersebut telah kusalin,
me mangnya kalian hendak me mbegalnya?
"Boleh saja bila kau menginginkan bait lagu tersebut, tapi kalian harus mendapatkan rumput im cu cau lebih dulu dan mengo bati pengaruh racun Im hwee si hun wan dan nona Im Yan cu, asal racun tersebut sudah punah, pasti bait lagu tersebut akan kuserahkan kepada mu''
Thi bok sin kiam Cu Pok tertawa seram, ”Heeehhh... heeehhh... heeehhh... Ku sute begitu menaruh curiga terhadap orang lain, kau anggap orang la in juga bersedia untuk me mpercayai dirimu?"
"Aku orang she Ku bukan manus ia laknat sepertimu, yang sukanya mela kukan penghianatan terhadap perguruan dan bicaranya mencla- mencle tak bisa dipercaya!"
Mendengar perkataan itu, paras muka Thi bok sin kiam Cu Pok segera berubah menjadi hijau me mbesi, serunya sambil tertawa seram:
"Mana, mana! Ku sute me mang orangnya kelewat jujur dan berhati mulia..."
"Tak usah banyak berbicara lagi, sekarang lebih baik segera me mbawa aku untuk mencari rumput Im cu cau tersebut"
Thi bok sin kiam Cu Pok tertawa dingin. "Heeehhhh...heeehhh...heeehhh...Ku sute, mengapa kau harus
terburu napsu?
”Baiklah, ikutilah aku!"
Apa yang dipikirkan oleh Ku See hong sekarang adalah secepatnya mendapatkan rumput Im cu cau dan menye mbuhkan racun cabul yang mengeram didalam tubuh Im Yan cu.
Boleh dibilang dia sudah kehilangan kecerdasan otak maupun ketelitian, kalau tidak sudah pasti akan dirasakan olehnya akan kelicikan serta kebohongan orang tersebut.
Sementara itu, Thi bok sin kiam (pedang sakti kayu besi) Cu Pok telah berangkat menuju ke depan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir. Ku See hong mengikuti terus secara ketat di belakangnya, dia me mbuntuti dari jarak tiga kaki di belakang Thi bok sin kiam Cu pok.
Ditengah kegelapan mala m, terasa angin gunung berhe mbus kencang dan menggoyangkan daun ranting pohon di sekeliling tempat itu, bayangan aneh seperti dedemit ber munculan di sana sini dan seolah-olah sedang me nantikan korban yang datang untuk menghantar ke matian.
Baik Thi bok sin kiam Cu pok maupun Ku See hong, kedua- duanya merupakan jago lihay kelas satu dalam dunia persilatan, ilmu mer ingankan tubuhnya telah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali, tak selang berapa saat kemudian mereka berdua sudah me lalui beberapa buah puncak bukit.
Tak jauh di depan sana terdapat sebuah selat yang ke dua belah sisinya terbentang dua bukit yang terjal, sejauh mata me mandang hanya batuan cadas saja yang berserakan dimana- mana, makin ke dalam selat keadaan medannya se makin berta mbah bahaya.
Tak tahan lagi Ku See hong segera menegur. 'Hei, masih berapa jauh lagi?“
Oleh karena tengah hari tadi, Ku See hong merasa seakan-akan
pernah sampai disitu dan waktu itu dia seperti tidak melihat adanya telaga di sana.
Thi bok sin kiam Cu Pok tertawa licik dengan sera mnya. ”Heeeehhh....heeehhh... heeehhh asal sudah masuk ke dalam
selat nanti, kau toh akan mengetahui dengan sendirinya!"
Ditengah pe mbicaraan tersebut, mendadak tubuh Cu Pok melejit ke tengah udara dan menerjang ke dalam le mbah tersebut bagaikan seekor burung elang yang akan menerka m ma ngsanya.
Ku See hong tidak curiga kalau ada tanda bahaya, dia ikut pula menerjang masuk ke dalam dengan kecepatan yang tak kalah hebatnya. Mendadak pada saat itulah..
Cu Pok yang berada di depan begitu mencapai per mukaan tanah, dia segera me mperdengarkan suara tertawa liciknya yang seram dan tajam a mat menusuk pendengaran.
Begitu gelak tertawa seramnya dikumandangkan, tubuhnya segera berputar cepat, sepasang telapak tangannya segera me mbentuk gerakan me lingkar di udara.
Ditengah kegelapan mala m yang menceka m terasa gulungan hawa dingin yang menusuk badan bagaikan amukan angin topan saja langsung menerjang ke tubuh Ku See hong dengan kecepatan luar biasa.
Padahal waktu itu Ku See hong sedang menerjang ke depan dengan kecepatan luar biasa, dia sama sekali tidak menyangka kalau Cu Pok bakal me lancarkan serangan secara tiba-tiba.
Begitu merasakan datangnya ancaman bahaya maut, tubuhnya telah berada hanya satu kaki saja di atas tubuh Cu Pok.
Sementara pukulan dahsyat bagaikan amukan angin puyuh tersebut telah menggulung tiba pula dengan kecepatan luar biasa. .
Tindakan se maca m ini benar-benar luar biasa, jangankan lagi manus ia biasa, jago lihay yang berilmu amat tinggi pun belum tentu akan berhasil untuk menghindarkan diri.
Orang bilang serangan secara terang-terangan gampang dihindari, serangan secara gelap sukar diduga.
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat itu secara telak segera bersarang di atas tubuh Ku See hong.
Namun Ku See bong sama sekali tidak muntah darah dan mati, tubuhnya hanya melejit ke tengah udara, lalu seenteng selembar bulu segera melayang di tengah angkasa mengikuti berhe mbusnya angin serangan yang maha dahsyat itu.
-ooodwooo-