Dendam Sejagad Jilid 29

Jilid 29

SAMBIL me nggertak gigi, dia berseru dengan penuh perasaan dendam: "Aku harus me mba las dendam, akan ku bunuh seluruh manus ia laknat dari istana Huan mo kiong di lautan Lam hay..."

Terbayang kembali mus ibah yang menimpa dirinya, kembali dia menangis terisak dengan a mat sedihnya.

Suara tangisan Keng Cin sin kedengaran begitu le mah dan parau...

Ini se mua me mbuktikan kalau hawa mur ninya sudah banyak yang hilang, ia tak lebih hanya seorang manusia yang  sudah tak jauh dari saat ke matiannya...

Isak tangis yang begitu sedih dan memedihkan hatinya me mbuat kesadaran Keng Cin sin ke mbali terlelap dalam keadaan sadar tak sadar.

Untuk kesekian kalinya dia jatuh tidak sadarkan diri. Menanti ia sadar ke mbali, tengbah hari sudah ldewat.

Cahaya maatahari meneranbgi seluruh tubuh nya yang bugil, ia mendonga kkan kepalanya, me mandang bangunan kuil di atas bukit tersebut, namun suasana masih tetap hening, seakan-akan tiada berpenghuni.

"Mungkin tiada orang yang berdiam dalam kuil itu..." guman gadis itu lirih. "tapi seandai nya ada penghuninya. bila mereka saksikan aku muncul dengan tubuh bugil...

Ia tak berani me mbayangkan lebih jauh, dia m-dia m dia hanya bisa berdoa didalam hati:

"Moga- moga saja tiada orang dalam kuil itu "

Kendatipun begitu, dia tak berani mendaki keatas bukit itu, apalagi me masuki bangunan kuil tersebut, sebab dia berada dalam keadaan telanjang bulat, ia ma lu bila sa mpai bertemu orang la in.

Padahal kuil itu kosong tanpa penghuni, andaikata ada orang yang berdiam disitu, maka setelah berdiam sela ma sehari se mala m disini, tentu saja jejak Keng Cin sin sudah diketahui oleh penghuni kuil tersebut. Keng Cin sin  tidak mempunyai keberanian untuk merangka k masuk ke dalam kuil dalam keadian beginilah dia menanti terus hingga matahari tenggelam dan senja menje lang tiba.

Dalam keadaan de mikian, akhirnya gadis itu mulai berpikir: "Kalau  aku harus  berada  dalam keadaan begini  terus, akhirnya

pasti akan mati kelaparan, daripada mati, lebih baik aku menahan rasa malu untuk melo ngok ke dala m..."

Berpikir de mikian, ia mulai menggerakkan tubuhnya  siap bergerak ke atas bukit, tapi begitu badannya bergerak, ia  segera mer intih karena kesakitan.

Jelas luka yang berada didalam tubuhnya menjadi pecah dan menimbulkan rasa sakit yang bukan kepalang hebatnya.

Keng Cin sin menggertak giginya kencang-kencang,  lalu merangka k maju beberapa langkah ke depan, sementara rintihan kesakitan berge ma tiada hentinya dari mulutnya...

Tulang belulangnya bagaikan dipatah-patahkan orang, kulit tubuhnya terasa panas dan sakitnya bukan kepalang.

Setiap kali merangkak tiga langkah, Keng Cin sin segera berhenti beristirahat sebentar, wajahnya yang memucat seperti setan natpak mengejang keras penuh penderitaan.

Rintihan kesakitan dan dengusan tertahan, berkumandang tiada hentinya dari bibir si nona yang pucat itu...

Wajahnya, tubuhnya basah kuyup oleh peluh sebesar kacang kedelai yang bercu-curan a mat deras.

Untung saja permukaan tanah dari bukit itu merupakan batu karang yang hitam dan halus, kalau tidak. sudah dapat dipastikan seluruh badan Keng Cin sin akan terluka lecet dan berdarah.

Kurang lebih setengah jam ke mudian, akhirnya Keng Cin sin berhasil menda ki bukit yang e mpat kaki panjangnya itu. Dengan mene mpelkan tubuh bagian bawah serta dadanya diatas bermukaan tanah didepan pintu kuil, dia mendonga kkan kepalanya dan menatap ke dalam ruang kuil dengan sayu.

Terasa olehnya kuil tersebut amat sepi, hening, dan tak kedengaran sedikit suara pun.

"Ada orangkah dalam kuil?" dengan suara yang parau Keng Cin sin berteriak.

Suaranya parau lagi lemah, namun suasana dalam ruangan kuil itu masih tetap hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun.

Setengah perminum teh sudah lewat, Keng Cin sin  yang berbaring diatas tanah pun sudah terengah-engah. namun belum juga terdengar suara sahutan.

Maka dia berteriak lagi.

"Adakah seseorang didalam ruangan?"

Suasana tetap hening, sepi dan tak kedengaran suara apapun. "Aaah, mungkin tiada orang didalam sana..." pikir Keng Cin sin

ke mudian.

Sambil menahan rasa sakit  yang luar biasa, dia  merangkak masuk ke dalam ruangan kuil itu.

Setelah me lalui pintu, disana terlihal sebuah ruangan yang a mat besar, dalam ruangan ta mpak beberapa patung pe mujaan, tapi lantaran sudah dima kan usia, maka meskipun patung itu  masih utuh, namun warnanya sudah luntur.

Permukaan lantai berupa lapisan batu bata merah, semuanya berada dalam keadaan bersih,

Sekeliling dinding ruangan tampa k pula  butiran  mutiara  yang me mancarkan selapis cahaya le mbut.

Melihat betapa bersihnya ruangan itu, selain tanpa debu, sarang laba-laba pun tak ada, ke mbali Keng Cin sin berpikir. "Sudah jelas ada penghuninya disini, kalau tidak, mengapa ruangan disini tampa k begitu bersih?!'

Berpikir sampai disitu, tanpa terasa, dia memandang ke mba li tubuh sendiri yang berada dalam keadaan bugil, merah padam selembar wajahnya yang me mucat karena jengah.

Berapa saat kemudian ia berseru lagi dengan sedih:

"Ada orangkah disini? Adakah orang yang sedang bertapa ditempat ini? Harap sudi ke luar sebentar dan meno long aku si perempuan yang bernasib jelek..."

Kecuali suara sendiri yang me mantul dari e mpat dinding, take kedengaran sedikit suara pun bahkan dikala suaranya  sirap, sekeliling ruangan itu ke mba li dicekam keheningan.

Secara beruntun Keng C in sin berteriak lagi sa mpai beberapa kali, tapi suasana di sekeliling te mpat itu masih tetap sepi tak kedengaran sedikit suara pun. pada hakekat nya tempat itu merupakan sebuah kuil yang tak berhuni.

Melihat hal itu, si nona lantas berpikir:

"Aaaah, mungkin tokoh silat itu sedang pergi atau mungkin juga kuil ini me mang kosong tak berpenghuni...

Dia meronta untuk bangun dan berlutut didepan altar, ke mudian guma mnya dengan lirih:

Sin ceng sekalian, maafkan aku Keng Cin sin gadis yang bernasib jelek, karena sudah mengotori ruangan sucimu dengan tubuhku yang telanjang..`.

Kemudian dengan susah payah dia mendekati meja altar itu dan berusaha keras untuk merangkak bangun dan berdiri.

Ketika ia berhasil berdiri tegak, dengan cepat hidungnya mengendus bau harum se merbak yang me mbuat tubuh orang menjadi segar kembali. Di   dalam   ruangan   tengah   kuil   terdapat    mutiara    yang me mancarkan sinar terang bagi pengamatan orang persilatan, cahaya mutiara tersebut sudah cukup menerangi seluruh ruangan tersebut bagaikan di siang hari saja, dengan cepat Keng Cin sin menga mati meja altar tersebut...

Diatas altar terdapat sebuah hiolo yang terbuat dari tembaga, bau harum se merbak tadi muncul dari dalam hiolo tersebut.

Sebagaimana diketahui, selama beberapa hari ini Keng Cin Sin hanya menggunakan ikan mentah untuk mengisi perutnya yang lapar, maka dikala ia mengendus bau harum semerbak, perutnya segera menjadi geruyukan karena lapar.

Berbicara sesungguhnya, sekarang dia merasa lapar sekali. "Aaaah, mungkin benda yang disimpan dalam hiolo itu adalah

makanan" demikian dia berpikir, "karena bau harum se merbak itu seperti bau buah apel, seperti juga buah li...''

Makin tajam bau harum yang terendus Keng Cin sin, semakin lapar perut si nona tersebut, sehingga  tanpa  disadari  dia  lantas me mbuka penutup hiolo tersebut.

Begitu penutup hiolo itu dibuka, bau harum yang se merbak terendus makin tajam, se mentara semangatnya juga tiba-tiba saja bertambah segar...

Biji matanya yang jeli dengan cepat melongok ke dalam hiolo tersebut ternyata isi hiolo itu hanya sebutir pil berwarna hijau.

Melihat  pil  itu,  Keng  Cin  sin  menghe la  napas   panjang, guma mnya:

'Pil ini sudah pasti hasil bikinan dari pertapa yang  menghuni disini, aaaai... aku tidak pantas menga mbil, benda yang bukan menjadi milik sendiri...'

Berguma m sa mpai disitu, dia lantas menutup ke mbali hiolo tersebut dan diletakkan ke mbali.ke te mpatnya semula. "Criingg..  !" berkumandang  suara   ge merincingan   nyaring me mecahkan keheningan.

Menyusul kemudian...

"Bruuukkk!" dari atas penutup hiolo tersebut tiba-tiba saja terjatuh sebuah lencana tembaga t ipis yang panjangnya tiga inci.

Dengan cepat Keng Cin sin me mpberhatikan lencadna te mbaga itu,a ternyata di atbas lencana itu nampak penuh dengan ukiran tulisan.

Buru-buru dia menga mbil lencana tembaga itu dan me mbaca tulisan yang tertera disana, terbaca olehnya tulisan tersebut ber bunyi de mikian:

"Pil yang berada didalam hiolo itu merupakan sebutir pil mestika Pit ku sin wan, bila kau telah menelannya maka dapat bertahan selama enam bulan tanpa lapar.

Kuil ini merupakan kuil Ngo siang bio dari ja man kerajaan Go, kau bisa sa mpai disini hal ini me mbuktikan kalau kau berjodoh, lagipula tidak ke maruk oleh benda yang bukan menjadi miliknya. ini semua menunjukkan kalau kau berbudi luhur.

Terimalah pil Pit ku sin wan tersebut sebagai hadiah dariku! Tapi seandainya kau mempunyai ingatan serakah dengan menga mbii pil tersebut, maka sekarang kau sudah mati cukup la ma, sebab didalam hiolo tersebut dilengkapi dengan berbagai alat rahasia, disaat kau menga mbil pil tersebut maka se mua alat rahasia  yang  berada didala mnya akan mulai bekerja.

"Dari dalam hiolo itu akan me mancar keluar jarum-jarum beracun, sekali pun ilmu silatnya amat lihay pun jangan harap bisa me loloskan diri dari anca man.

"Jarum itu a mat beracun dan me matikan, bila berte mu dengan darah, betul tenaga dalam yang kau miliki a mat sempurna, namun jangan harap jiwamu dapat disela mat kan. Kini, alat cahasia yang berada dalam hiolo tersebut telah hancur dan musnah dengan diletakkannya ke mbali penutup hiolo itu keatas hiolo tersebut, bila kau mendengar suara gemer incing, berarti alat rahasia itu sudah punah, sekarang kau boleh mengambil pil tersebut dengan berlega hati.

"Dalam kuil ini penuh dengan benda mestika, bila kau punya jodoh, semua benda tersebut tentu akan kau temukan, baik-ba iklah dipergunakan.

"Orang pertama yang me masuki kuil ini, Bun ji koansu Him Ci- seng"

Ketika selesai me mbaca tulisan yang tertera diatas lencana tembaga itu, Keng Cin sin merasa terkejut bercampur ge mbira.

Ia terkejut karena ha mpir saja tewas di situ.

Ia girang karenra pil Pit ku sit wan tersebut dapat menghilangkan rasa lapar yang sedang menceka m dirinya, bila pil tersebut sudah dimakan, berarti dia dapat mengobati lukanya dengan tenang ditempat tersebut...

Sambil menghela napas sedih Keng C in sin berguma m:

'Bun ji koan su Him Ci seng, bukankah ia adalah guru kekasihku Ku See hong? "Dia bilang kuil ini adalah kuil Ngo siang bio dari peninggalan kerajaan Go, itu berarti kuil ini didirikan oleh perdana menteri kerajaan Go, Ngo Cu siu. Konon kitab pusaka Cang ciong pit kip dibuat oleh Ngo Cu siu, jangan-jangan kitab  pusaka  tersebut  me mang disimpan ditempat ini? "Na mun..bukankah Bun ji koan su locianpwee sudah me masuki kuil ini lebih dahulu? Bisa jadi kitab pusaka tersebut sudah dibawa pergi olehnya ...

"Aaaai. coba kalau bukan begitu, dalam enam bulan mendatang aku bisa me mpelajari ilmu silat maha sakti ditempat ini, ke mudian pergi menuntut balas atas sakit hatiku...'

Berguma m sa mpai disitu, dia lantas menga mbil pil Pit ku sin wan tersebut dan dimasukkan ke dalam mulutnya lalu di telan ke dalam perut. Tapi begitu pil tersebut ditelan, ia segera menjerit kaget: "Aaaah, obat beracun, obat beracun....

Ternyata begitu pil Pit ku sin wan itu ditelan ke dalam perut oleh Keng Cin sin, dia segera merasakan perutnya teramat  sakit  seperti  di sayat-sayat dengan pisau, darah yang mengalir didalam tubuhnya serasa mendidih dengan hebatnya, tak terlukiskan rasa sakit yang mence kam tubuhnya waktu itu.

Akhirnya Keng Cin sin tak sanggup menahan diri lagi, seluruh tubuhnya menjadi panas bukan kepalang, ia tak ma mpu me- ngendalikan diri lagi, tubuhnya yang telan-jang mulai berguling- guling diatas tanah...

Ia merintih kesakitan, mendengus terta-han, seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat, bau busuk yang me muakkan me mancar keluar dari sekujur badannya.

Suhu udara yang me mbara dalam tubuhnya kian la ma kian bertampah panas. sekarang dia tidak mer intih lagi bahkan mulai menjer it-jerit seperti babi yang akan dise mbelih.

Kini dia merasa benci, benci terhadap semua manusia yang ada didunia ini, me mbenci akan kebusukan serta ke munafikan mereka.

Sampa i-sampai manusia yang paling di hormati di duniapun ...

Bun ji koan su Him Ci seng tak lebih hanya mengenakan kedok kebaikan, padahal sebetulnya adalah manu-sia licik  yang  berhati keji.

Kalau bukan manus ia keji, mengapa dia mengguna kan lencana tembaga yang berisi tulisan itu untuk me ma ncingnya agar mene lan pil beracun tersebut dan mencelakai seorang manus ia yang sama sekali t iada dendam atau sakit hati dengannya?

Sekujur tubuh Keng Cin sin  sekarang sudah tersiksa sekali, seluruh badannya se-akan-akan digigit oleh beribu ribu ekor se mut beracun. Selurun darah dan dagingnya seperti dl letakkan di atas panggangan api dan digarang, dengan api yang me mbara.

Tulang belulangnya seperti ditekan oleh semaca m kekuatan yang amat besar sehingga ha mpir menjadi re muk dan hancur berantakan.

Makin la ma dia se makin  tak ma mpu untuk mengendalikan siksaan dan penderitaan yang menceka m tubuhnya itu, hilanglah kesadaran gadis tersebut....

Kini, tubuhnya sama sekali tak berkutik lagi.

Tapi dari rongga-rongga tubuhnya yang berpuluh-puluh ribu banyaknya itu  na mpak  air  keringat  yang  berbau  busuk  mulai me leleh keluar dengan a mat derasnya.

Entah berapa lama, Keng C in  sin  mulai  menge luh  ke mudian me mperdengarkan suara helaan napas panjang.

Ketika dia melo mpat bangun dari atas tanah, ternyata seluruh badannya tidak terasa sakit lagi,  bahkan semangatnya nampak segar dan semua rasa le mas hilang lenyap tak berbekas.

Dengan cepat dia menundukkan kepalanya dan me mperhatikan kulit tubuhnya.

Semua bisul-bisul bernanah yang semua menyelimut i seluruh tubuhnya kini sudah hilang lenyap tak berbekas sekalipun masih nampak sisa bintik-bintik berwaarna merah.

Menyaksikan kese muanya itu, setelah menghela napas panjang diapun berguma m:

"Aaaaai, selembar nyawaku kemba li berhasil dipungut dari dalam pintu neraka. Bun ji koan su locianpwe, maafkanlah daku tadi, aku telah salah menuduhmu "

Ternyata Pit Pit ku sin wan tersebut merupakan sebuah obat mestika  yang   berkasiat   luar   biasa,   bukan   cuma   dapat menye mbuhkan berbagai keracunan, dapat pula mena mbah tenaga dalam seseorang yang belajar silat. disamping dapat menghilangkan rasa lapar. Sejak diperkosa secara beramai-ra mai oleh kawanan manus ia laknat, seperti diketahui Keng Cin sin  telah  mengidap  penyakit kela min yang kotor, namun setelah menelan pil Pit ku sin wan tersebut, semua racun dalam tubuhnya telah tersapu hingga lenyap tak berbekas.

Sekalipun sele mbar jiwanya berhasil disela matkan, na mun setiap kali me mandang bint ik-bintik merah  bekas keracunan diatas tubuhnya, air matanya segera jatuh bercucuran.

Seorang gadis cantik jelita, kini berubah menjadi buruk dan penuh dengan noda, bayangkan saja, bagaimana mungkin hatinya tidak merasa sedih...

Suka akan kecantikan dan keindahan merupakan kele mahan setiap manusia, terutama kaum wanita, disaat mereka mene mukan kalau tubuhnya berubah menjadi jelek, tak bisa dihindari lagi kalau hatinya menjadi sedih dan pilu.

Sebab apabila seseorang me miliki seraut wajah yang tak bisa diterima oleh orang banyak, maka dia (pria) maupun dia (perempuan) tentu akan merasakan kesepian dan penderitaan..

Entah orang itu me mang berwatak lincah atau berwatak hambar, dalam hati kecilnya, sudah pasti akan t imbul perasaan rendah diri.

Sementara itu, fajar  telah  menyingsing  ke mbali,  sang  surya me mancarkan cahaya nya kemana- mana dan me mbuat suasana disekitar situ dapat terlihat je las.

Setelah kenyang mengucurkan air mata, Keng Cin sin menghe la napas sedih, katanya:

"Yaa, inilah yang dinamakan nasib, sekarang aku sudah seharusnya merasa puas,  karena harapanku untuk melanjut kan hidup telah tercapai, aku punya harapan untuk bersua lagi dengan kekasih hatiku, me mberitahukan se mua musibah yang menimpaku, ke mudian menghabis i nyawaku sendiri...

'Ilmu silat yang kumiliki a mat  rendah,  tak  mungkin  aku  bisa me mba las sakit hatiku ini, yang terpenting bagiku sekarang andalah mendapatkan sebuah pakaian dan menutupi badanku, sekalipun disini tak ada orang lain, na mun bertelanjang bulat tetap merupa kan aib bagi kaum wanita"

Maka Keng Cin sin mulai mela kukan pencarian di dalam kuil Ngo siang bio tersebut untuk mendapatkan pakaian, namun meski sudah di cari setengah harian, ia belum berhasil juga mene mukan pakaian yang dibutuhkan....

Akhirnya dia berhasil mene mukan sebuah ruangan rahasia yang lain, ketika masuk ke dalam ruangan tersebut, dengan cepat dia menarik napas dingin...

Ternyata di dalam ruangan itu hanya terdapat sebuah peti mati saja, selain itu tidak terdapat sebuah bendapun.

Menyaksikan kese muanya itu, Keng Cin sin menghela napas sedih, ke mbali dia ber-guma m:

''Sudah kucari seluruh ruangan kuil ini ha mpir setiap pelosok kuteliti, namun tak sebuah pakaianpun yang berhasil kutemu kan untuk menutupi tubuhku, apakah aku harus bertelanyang  bulat terus menerus?

Tanpa mengenakan pakaian, bagaimana mungkin aku bisa keluar dari sini untuk berte mu dengan orang "

Mendadak...

Satu ingatan melintas didalam benaknya, ia segera bergumam lagi seorang diri:

'Aku benar-benar seorang tolol, bukankah disitu terdapat peti mati? Biasanya di dalam peti mat i, tentu terdapat pula pakaian..

Walanpun dia tahu kalau pakaian dalam peti mati adalah pakaian milik orang yang telah mati, namun setelah berada dalam keadaan seperti ini, sekalipun benda milik orang matipun  akan dia mbilnya juga untuk dipakainya menutupi tubuhnya.

Sebab bila ia tak berhasil mene mukan pakaian, berarti untuk selamanya dia tak akan keluar dari kuil . 'Peti mati adalah te mpat untuk menyimpan jenasah, betapapun besarnya nyali sese-orang, tak nanti mereka berani me mbongkar peti mati untuk mencar i pakaian.

Tapi keadaan Keng Cin sin  sekarang sudah berada dalam keadaan apa boleh buat, dia tak akan me mperduli  soal-soa l  semaca m itu lagi.

Pertama-tama  dia  menco ngkel  dulu  penutup  peti   mat i  itu, ke mudian mengerah kan tenaga murninya dan mengangkat secara paksa .

"Blaamm.... blaamm....!" dua  kali  benturan  nyaring  bergema me mecahkan keheningan.

Ternyata penutup peti mati yang beratnya mencapai tiga empat ratus kati itu telah berhasil disingkap.

Disaat penutup peti mati itu terbuka.. serta merta tubuhnya turut me lo mpat mundur ke belakang, dia kuatir mayat yang berada dalam peti mati itu berubah menjadi setan atau iblis yang melo mpat keluar dari peti mati untuk mencari mangsa.

Siapa tahu suasana tetap hening sepi tanpa terdengar sedikit suara pun meski penutup peti mat i itu sudah terbuka, setelah yakin keadaan aman, gadis itu baru berjalan mendekati peti mati itu serta me longok ke dala m,

Begitu me lihat Keng Cin sin merasa se makin keheranan lagi. Ternyata peti mati yang terbuat dari batu itu kosong melo mpong,

bukan saja tak tampak jenazahnya, juga tidak tampak dasar  dari peti mati tersebut.

Atau dengan perkataan lain, dasar peti mati itu merupakan sebuah mulut lorong, sedangkan peti mati yang besar itu tak lebih hanya menutupi pintu masuk menuju ke lorong rahasia tersebut.

Terdorong oleh rasa ingin tahu dan ingin melihat apa gerangan yang terdapat di dalam lorong rahasia tersebut, Keng Cin sin segera me lo mpat ke dalam peti mati tersebut. "Pluuunggg !''

Dengan a man dan sela mat Keng C in sin berhasil menginjak didasar lorong seperti apa yang diduga olehnya, tempat itu me mang merupakan sebuah lorong rahasia yang menjorok jauh ke dalam sana.

Lorong tersebut panjangnya bukan kepalang, berdiri dalam  lorong tersebut, Keng Cin sin merasakan angin berhe mbus a mat kencang dan a mat menusuk badan.

Sekeliling dinding lorong penuh dengan butiran mut iara yang menerangi sekeliling tempat itu, maka semua benda yang berada empat kaki disekeliling lorong dapat terlihat a mat je las.

Pelan-pelan Keng Cin sin berjalan menelusur i lorong rahasia tersehut, setelah berjalan kurang lebih belasan kaki lebih, mendada k dari depan sana terlihat cahaya emas berkilauan, gadis itu jadi terperanjat dan cepat cepat mengalihkan sorot matanya ke depan sana.

Ternyata cahaya emas itu berasal dari kopyah emas dan seperangkat pakaian perang yang terbuat dari emas, benda-benda itu tersandar didinding, kopiah  e mas menutupi tulang kepala sesosok tengkorak sedang dibalik pakaian perang terbuat dari emas itupun merupa kan seperangkat tulang manusia lengkap.

Keng Cin sin menjadi a mat kegirangan, pikirnya:

"Nah, kali ini aku mendapatkan pakaian untuk  menutupi badanku, sebentar akan ku cuci dulu pakaian perang e mas itu, lakun kukenakan dulu untuk se mentara waktu "

Berpikir demikian, Keng Cin sin lantas menghimpun tenaga dalamnya ketangan kanan lalu disapu pelan ke arah tulang belulang di bagian dada tengkorak tersebut.

Dimana angin pukulan Itu berhembus lewat, kerangka manus ia itu segera hancur berantakan dan bertumpukan tak karuan lagi wujudnya. Dia tahu, tulang belulang itu sudah terlalu la ma hingga lapuk semua, itulab sebabnya meskipun didorong oleh sedikit  kekuatanpun, tengkorak manus ia itu menjadi berantakan.

Keng Cin sin mengumpulkan tulang belulang itu dan ditumpuk menjadi satu kemudian melanjutkan perjalanannya ke depan, belum sampai sepuluh langkah, kemba li di temukan kerangka manus ia yang berkopiah dan berpakaian perang terbuat dari e mas.

Seperti juga apa yang dilakukan pertama kali tadi. Keng Cin sin me mpora k porandakan tengkorak manus ia itu serta menyingkir kan nya ke samping lorong.

Ternyata selanjutnya dia menemukan lagi berpuluh sosok tengkorak manusia, dimana satu persatu disingkirkan se mua olehnya ke tepi lorong rahasia.

Ujung dari lorong rahasia tersbebut merupakan dsebuah ruangan ayang terbuat dari bata.

Ditengah batu ruangan terletak sebuah peti mati berwarna kuning e mas, rupanya sebuah peti mati e mas, dalam ruangan tidak nampak benda apapun kecuali peti mati tersebut.

Melihat kese muanya itu, Keng Cin sin segera berpikir:

"Peti mati yang berada diatas merupakan  peti mati  palsu, makanya orang kuno  me mang suka berbuat  demikian  untuk menge labuhi orang, ini berarti dibawah ruangan inilah merupa kan kuburan yang sebenarnya untuk menyimpan jenasah...

Tapi dengan cepat satu ingatan lain melintas dalam benak King Cin sin, dengan perasaan curiga pikirnya lagi:

"Kuil kuno ini didirikan oleh perdana menteri Ngo Cun siu dari kerajaan Go, mengapa  bisa berubah menjadi sebuah kuburan? Sedangkan kuburan disini mir ip sekali dengan kuburan seorang kaisar dari ja man dahulu kala? Sungguh mencur igakan sekali..." Dia mencoba menga mati sekeliling peti mati tersebut, disana pun terdapat kerangka manusia yang mengenakan kopiah dan pakaian perang terbuat dari e mas.

Sekali lagi gadis itu berpikir:

"Kalau ditinjau dari keadaan ditempat ini, seharusnya gua rahasia ini mer upakan ma kam dari seorang kaisar pada ja man dahulu kala, sedangkan berpuluh sosok kerangka manusia  berkopiah  dan pakaian perang emas itu merupakan tulang belulang dari para Busu yang dikubur bersama-sa manya."

Ternyata menurut catatan Kuno: Apabila ada seorang raja meninggal dunia, sering kali dia akan mengajak sejumlah  orang hidup untuk mene maninya mati bersa ma, kecuali para perma isuri, selir, dayang, taykam terdapat juga para pasukan pengawalnya.

Bahkan ada pula raja yang mengurung sekalian para pekerja pembuat kuburan tersebut dan me mbuat mereka mati kelaparan didala m.

Sementara itu, Keng Cin sin sedang berpikir lagi:

”Tujuan kedatanganku ke mari hanya ingin mencari  berapa pakaian saja untuk menutupi badanku yang bugil, sekarang itu sudah mene mukan pakaian perang berwarna emas ini, berarti urusannya sudah tercapai buat apa aku harus me mperdulikan kerangka-kerangka ma nusia dalam kuburan e mas tersebut"

Bepikir sampa i disitu, dia lantas memba lik kan badan dan siap berlalu dari situ.

Mendadak....

Didalam benaknya teringat kembali akan catatan yang ditinggalkan Bun ji koan su Him Ci seng dalam lencana tembaga tersebut, bukankah telab diterangkan kalau didalam kuil ini masih terdapat banyak sekali benda mestika la innya?

Teringat  akan  hal   ini,   rasa   ingin   tahunya   segera   muncul ke mbali... Dengan cepat gadis itu berjalan mendekati peti mat i e mas tersebut, kemudian mengerahkan tenaga dalam ke dalam telapak tangannya dan berusaha untuk me mbuka penutup peti mati e mas tersebut.

Siapa sangka, walaupun dia telah mengerahkan segenap tenaga yang dimiliki pun belum berhasil juga untuk me mbongkar penutup peti mati e mas itu.

Keng Cin sin menjadi sangat keheranan, pada hal peti mati e mas itu sangat kecil, penutup peti matinya paling banter cuma lima ratus kati, padahal tenaga murni yang dikerahkan keluar paling tidak mencapai seribu kati lebih, tapi anehnya mengapa peti  mati e mas itu sa ma sekali tak berkutik?

Semakin dipikir dia merasa se makin tidak percaya, sekali lagi dia mengerahkan seluruh tenaga dala mnya untuk mengangkat penutup peti mati e mas tersebut ke atas, namun usaha tersebut ke mbali menga la mi kegagalan total.

Tanpa terasa Keng Cin sin menjadi tertegun dan termangu- mangu, ditatapnya peti mati emas tersebut tanpa mengeluarkan sedikit suarapun...

Mendadak terlintas satu ingatan didalam benak gadis tersebut...

Tiba-tiba saja Keng Can sin mene mukan sebuah tombo l rahasia yang berada disebelah kiri penutup peti mati e mas tersebut.

"Aaaah, jangan-jangan tombol rahasia tersebut  dipakai  untuk me mbuka peti mati tersebut?" demikian dia berpikir.

Berpikir sa mpai disitu, dengan cepat dia menekan to mbo l e mas tersebut dengan jari tangan kanannya.

"Criiing...!" suara gemerincingan nyaring berge ma me mecahkan keheningan...

Dengan cepat Keng Cin sin merasakan pandangan matanya menjadi silau. Di hadapan mukanya tahu-tahu muncul selapis cahaya tajam yang berkilauan... Ternyata isi dalam peti mat i e mas itu adalah intan per mata serta mutu manika m yang tak bernilai harganya.

Benda-benda berharga tersebut begitu banyak jumlahnya sehingga pada hakekatnya bisa me mbeli sebuah kerajaan besar. Keng Cin sin tidak pernah meyangka kalau di dalam peti mat i e mas itu bisa tersimpan begitu banyak intan per mata yang tak ternilai harganya itu.

Sebagai seorang gadis yang menganggap emas bagaikan kotoran manus ia, tentu saja Keng Cin sin tidak tertarik oleh kilauan per mata, tiba-tiba saja dia mene mukan di antara tumpukan intan permata tersebut terdapat pula dua buah kotak kemala yang gemerlapan. satu besar yang lain agak kecil.

Keng Cin sin segera menga mbil kotak ke mala yang agak besar, disitupun terlihat tombol  rahasianya, sewaktu ditekan tombol tersebut ....

"Criiing!" segera berge ma suara nyaring.

Tiba-tiba Keng Cin sin menjerit keras dengan perasaan terkejut bercampur ge mbira:

"Aaasah! Kitab pusaka Cang ciong pit kip, kitab pusaka Cang ciong pit kip "

"Dendam kesumatku ada harapan untuk dituntut balas lagi, aku bersumpah akan me mbunuh habis se mua manusia laknat tersebut dari muka bumi"

Buru-buru dia me mbuka pula kotak kema la yang agak kecilan itu, sekali lagi gadis tersebut menjerit keras dengan pera-saan terkejut bercampur ge mbira...

Ternyata didalam kotak kema la kecil itu terletak sebuah mutiara yang me mancarkan panca warna yang indah dan amat menyilaukan mata, mutiara tersebut tak lain adalah mutiara Thian hiang lm yang sin cu yang tak ternilai harganya itu. Ternyata sewaktu Bun ji koan su Him Ci seng datang ke kuil Ngo siang bio dulu, dia hanya berhasil mendapatkan kitab pusaka Cang ciong pit kip bagian atas, sedangkan kitab yang ditemukan Keng Cin sin sekarang adalah bagian bawahnya.

Menyusul ke mudian, secara tak disengaja Keng Cin sin berhasil mendapatkan pula kitab pusaka Cang ciong pit kip bagian atas yang rupanya disimpan ke mba li didalam kuil tersebut oleh Bun ji koan su Him Ci seng dimasa dulu.

Kalau dalam kitab pusaka Cang ciong  pit kip bagian  atas berisikan pelbagai ilmu pukulan, ilmu pedang serta kepandaian sakti lainnya.

Maka pada bagian bawah  berisikan  berbagai  cara  untuk menye mbuhkan penyakit serta cara untuk berhasil melatih kepandaian silat aliran la in.

Bahkan didala mnya tercantumkan pula berbagai cara penggunaan serta kasiat dari mutiara Sakti Thian hong im yang sin cu tersebut.

Setelah mene mukan benda-benda mestika tersebut, pertama- tama Keng Cin sin me mpe-lajari dulu ilmu penyembuhan dan mengguna kan kasiat dari mutiara Thian hong im yang sin cu tersebut untuk menyembuhkan noda-noda diatas kulit badannya.

Dengan cepat dia berhasil me mulihkan kembali wajah aslinya.

ooo dw ooo

KINI paras mukanya menjadi cantik ke mbali, kulit badannya menjadi putih mulus dan halus, keindahan dan kecantikannya bahkan jauh me lebihi keadaan dulu.

Sayangnya dia merasa tetap ternoda, sebab apa yang menimpa dirinya tak mungkin bisa dihilangkan dengan benda apa pun. Begitulah, hanya didalam wattu setengah tahun yang singkat, dia telah berhasil me mpe lajari seluruh kepandaian silat yang tercantum dalam  kitab  pusaka  Cang  ciong   pit   kip   tersebut,   kemudian me mperguna kan mutiara Thian hong im  yang  sin   cu  untuk mena mbah kekuatan tenaga dala mnya ....

Itulah sebabnya, ilmu silat yang dimiliki Keng Cin sin, hanya dalam  setengah  tahun  yang  singkat  pun   telah   me mpero leh  ke majuan yang luar biasa pesatnya.

Dari seorang anak gadis yang biasa, kini berubah menjadi seorang manus ia luar biasa.

Dia m-dia m ia bersumpah:

Dia akan me mbas mi se mua kejahatan dan kebejatan moral dan ke munafikan dari kolong langit, sekalipun harus mela kukan suatu pembantaian yang akan mengucur kan darah segar.

Padahal musibah yang menimpa dirinya benar-benar kelewat mengenaskan hati.

Seandainya anak gadis lain yang menga- la mi tragedi seperti apa yang dialaminya sekarang, sudah dapat dipastikan mere ka tak akan me mpunyai keberanian lagi untuk me lanjutkan hidup.

Kini, walaupun Keng Cin sin telah berhasil mene mukan Ku See hong, namun ia tak me mpunyai  keberanian  untuk  menutur kan mus ibah yang telah me nimpa dirinya.

Sebab dia merasa kejadian itu sangat me malukan, amat keji dan sulit untuk diutara kan.

Selain daripada itu, dia merasa tubuhnya sudah ternoda, ia sudab tidak perawan, tidak suci lagi, naif bila tubah yang kotor itu harus dipersembahkan untuk kekasih hatinya.

Akan tetapi ia tahu bahwa cintanya kepada Ku See hong sudah mendarah daging, dia ingin hidup berdampingan untuk sela manya disisi pe muda pujaan hatinya ini. Namun, setiap kali teringat akan tubuhnya yang telah ternoda, dia harus berusaha keras untuk mengendalikan rasa sedih dalam hatinya, dia harus me mbuang jauh- jauh ingatan tersebut.

Dia tahu, sela ma hidup jangan harap dia punya muka lagi untuk bertemu dengan ke kasih hatinya, berjumpa dengan raut wajah aslinya.

Sebab Ku See hong masih mencintainya dengan begitu dalam, seandainya pemuda tersebut tahu kalau dia adalah Keng Cin sin, maka dia tak pernah akan melepaskan dirinya dengan begitu saja.

Disaat dia me maha mi mus ibah yang telah menimpa dirinya, bisa jadi pe muda itu akan se makin mencintai dirinya.

Tapi, justru karena hal itu pula, Keng Cin sin sema kin  tak ingin me mperse mbahkan tubuhnya yang tak bersih lagi itu untuk pe muda kekasih hatinya.

Maka  dia  selalu  berusaha  untuk  menutupi   wujud   aslinya, me mboho ngi kekasihnya,  sekalipun harus  menghanta mnya, menda m-pratnya, dia tak ingin me mbuat pe muda tersebut tahu akan indentitas dirinya.

Sedang dia selalu berusaha berdoa dan  berharap  agar kekasihnya bisa hidup berbahagia bersa ma gadis lain.

Sekalipun dia sendiri harus menekan rasa sedih dan kosong yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Demikianlah, dengan penuh kesedihan dan perasaan yang hancur, Keng Cin sin  me nangis sejadi-jadinya dipuncak bukit tersebut.

Suara tangisannya sungguh mengharukan hati orang, me mbuat hati siapa pun merasa iba.

Setengah jam ke mudian Keng Cin sin baru pelan-pelan menghentikan isak tangisnya itu.

Dengan sepasang mata yang jeli dia mengawas i awan yang bergerak di angkasa, lalu guma mnya sedih: "Kehidupan manusia me mang selalu berubah-ubah, seperti udara yang kadang kala cerah, kadangkala mendung, rembulan pun kadang-kadang purna ma, kadang kala tinggal separuh...

"Sekarang, aku telah me mperoleh cinta kasihnya yang suci, sudah sepantasnya aku merasa puas, apa lagi yang kuharapkan sekarang?

"Kini dia sudah me mpunyai Him Ji im, Im Yan cu, hatinya sudah tidak kesepian lagi, bukankah tindakanku sekarang hanya suatu tindakan yang berlebihan saja. .

Sekalipun dimulut dia berkata de mikian, na mun titik air mata toh bercucuran juga me mbasahinya.

Aaaaai.. dasar gadis yang bernasib malang, apa lagi yang bisa dia lakukan sekarang'

Mendadak.. pada saat itulah..

Dari bawah punggung bukit dibawah bukit sana, tiba-tiba muncul belasan sosok bayangan manusia sambil mendengarkan suara pekikan panjang yang aneh secepat sambaran kilat mereka bergerak mendekat.

Sebenarnya Keng Cin Sin, hendak menghindarkan  diri dari beberapa orang itu, sebab dia sudah tidak me miliki sisa waktu yang terlalu banyak lagi.

Namun, ketika ia mendengar suara pekikan aneh tersebut, tiba- tiba saja dari balik mata Keng Cin sin me mancar  keluar sinar pembunuhan yang menggidikkan hati.

”Keparat dari Lam hay, manusia laknat dari Huan mo kiong, akhirnya kalian menghantar diri ke pintu neraka... Hmmm. rupanya otak yang mence lakai diriku... si pedang e mas Cia Tiong giok telah datang sendiri... bagus bagus sekali hari ini juga aku  akan menyuruh kalian merasakan siksaan yang paling keji didunia saat ini..!” Sreet, sreet,  sreet...!  Desingan  angin  tajam  berkumandang  me mecahkan keheningan.

Empat sosok bayangan manusia ber mun-culan diatas puncak bukit itu disusul ke mudian oleh delapan orang lainnya dari belakang.

Dari ke e mpat orang yang berdatangan lebih dulu tak lain adalah si pedang emas Cia Tiong giok, Siang bin tok ci (kakek beracun berwajah duka) Mao Soh sat, Ceng bong mi tan (peluru pe mabuk penggetar jagad) Cui khi sin serta seorang kakek jangkung bertubuh ceking, dia adalah Tha mcu panji putih Hee Nay bok dari Huan mo kiong.

Sedang, ke delapan orang lelaki setengah umur yang berada di dibelakangnya tak la in adalah para hiangcu dari golongan Huan mo kiong.

Menyaksikan kehadiran orang-orang itu, Keng Cin sin merasakan darah yang menga lir didalam tubuhnya mendidih keras, dari sekian banyak orang yang hadir dihadapan nya sekarang, kecuali Thamcu Panji putih, yang lain adalah orang-orang yang pernah me mperkosa dirinya.

Teringat akan mus ibah yang menimpa dirinya, hampir saja Keng Cin sin menjadi kalap, dia mendongakkan kepalanya la lu menjerit dengan suara yang tinggi melengking dan me ngerikan sekali ....

Tidak sa mpat kawanan iblis dari Huan mo kiong itu se mpat berbicara, secepat sambaran petir dia sudah menerjang ke arah delapan orang hiangcu tersebut dan secara ganas menggerakkan sepasang tangan dan kakinya melancarkan serangan-serangan buas dan keji.

Mimpipun kawanan iblis dari Huan mo kiong tersebut tak pernah me myangka kalau manusia berkerudung warna warni yang berada dihadapan mereka sekarang tak lain  adalah  Keng  Cin  sin  yang me mpunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan mereka. Sedang mereka pun tidak pernah menyang-ka kalau Keng Cin sin bakal melancarkan serangan secara begitu keji terhadap se mua orang tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sejak semula, ke delapan orang hiangcu tersebut sudah dibikin keder hatinya oleh kewibawaan manusia berkerudung warna warni itu, maka ketika dilihatnya orang itu menerjang datang secara tiba- tiba, serentak mereka menganyunkan sepasang telapak tangannya dan masing- mas ing me lancarkan sebuah pukulan dahsyat.

Menyusul ke mudian delapan sosok bayangan manusia itu segera me lo mpat mundur ke belakang dan masing- masing me loloskan senjata tajam yang di milikinya.

Ilmu silat yang dimiliki Keng C in sin sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, terhadap ilmu pukulan mereka tentu saja tak di pandang sebelab mata pun.

Tampak tubuhnya berkelebat lewat dengan kecepatan luar biasa, tahu-tahu saja ia sudah mundur ke sa mping dua orang hiang- cu.

Ilmu silat yang dimiliki kedua orang hiangcu itupun tidak le mah, serentak mereka me mbentak keras, senjata yang berada di tangan diayunkan cepat menciptakan selapis cahaya tajam yang berkilauan, ke mudian mengurung seluruh tubuh Keng Cin sin dengan ketatnya.

Akan tetapi, baru saja senjata tajam mereka digerakkan sa mpai ditengah jalan, tahu-tahu dadanya terasa sakit sekali....

Dua kali jeritan ngeri yang mebnyayatkan hati dsegera berkumanadang me mecahkanb ke-heningan, dua sosok nyawa segera melayang meninggalkan raganya.....

Setelah me mbunuh dua orang, Keng C in sin baru seolah-olah sadar dari ingatan, dengan cepat serunya lantang:

"Mengapa aku bertindak begitu bodoh? Mengapa mereka dibiarkan ma mpus dengan begitu ke enakan?"

Ditengah teriakan keras, Keng Cin sin segera memungut sebilah pedang dari atas tanah, kemudian dengan penuh kebencian mencincang tubuh ke dua sosok mayat tersebut hingga hancur berkeping-keping, hancuran daging dan percikan darah segera berhamburan ke mana- mana.

Untuk beberapa saat lamanya kawanan iblis dari Huan mo kiong itu dibuat tertegun dan termangu-mangu saking kagetnya oleh kecepatan gerak Keng Cin sin serta caranya membunuh orang yang begitu keji.

Untuk beberapa saat lamanya, enam orang hiangcu la innya menjadi lupa untuk me lancarkan serangan ke arahnya.

Keng Cin sin mengorek keluar hati, jantung serta isi perut mayat- mayat tesebut, kemudian setelah mencincang mayat-mayat itu sehingga hancur, dia baru mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.

Dibalik suara tertawanya itu-terkandung nada benci, dendam, sedih dan puas.

'Gelak tertawanya seperti tangisan setan Seperti juga lolongan serigala.. amat menu-suk pendengaran dan sangat tak sedap.

Mendengar suara tertawanya yang begitu menyeramkan, semua orang merasakan hatinya bergidik dan paras mukanya pada berubah hebat.

Selesai tertawa seram, Keng Cin sin menghentikan sepasang matanya yang seram dan penuh hawa napsu me mbunuh itu diatas wajah ke enam orang hiangcu lain nya.

Terhadap kawanan iblis dari Huan mo kiong ini, dia  bertekad akan me mbasminya semua, tak seorangpun diantara mereka akan dibiarkan loldos dengan sela mat.

Ditatap olbeh sorot mata yang begitu mengerikan, ke  enam orang hiangcu itu menjadi bergidik sehingga tanpa terasa bulu romanya pada bangun berdiri. Pelan-pelan Keng C in sin mengangkat pedangnya yang penuh berlepotan darah itu, kemudian selangkah demi selangkah pelan- pelan berjalan mendekati ke enam ortang hiangcu itu.

Tanpa sadar, ke enam oramg hiangcu itu dengan serentak mundur ke belakang dengan ketakutan.

"Kalian tak usah kuatir!" seru Keng Cin sin kemudian dengan suara yang mengerikan. "aku tak akan me mbiarkan kalian ma mpus sedemikian cepatnya, aku akan menyuruh kalian merasakan betapa nikmatnya disiksa lantas mati secara pelan-pe lan..'

Dengan cepat si Pedang e mas C ia Tiong giok me ncabut keluar pedang emasnya, ke mudian dengan suara nyaring me mbentak:

"Manusia berkerudung warna warni, kau jangan bersikap kelewat tekebur "

Ditengah  bentakan  nyaring,   pedanrg   e mas   nya   dengan me mbawa desingan angin tajam yang menggidikkan hati langsung me luncur ke arah belakang tubuh Keng Cin sin.

Menghadapi serangan yang maha dahsyat tersebut, Keng Cin Sin segera tertawa seram:

'Heeeehhh...heehhh...heeehh . Cia Tiong giok, giliranmu jatuh pada paling akhir, kau pun -- bakal merasakan siksaan yang paling keji lebih dulu sebelum mene mui ajalmu !"

Di tengah seruan mana, tangan kirinya segera dikebaskan ke belakang, segulung desingan angin lembut dengan cepat me maksa Cia Tiong giok mundur sejauh dua kaki dengan se mpoyongan.

Tak  terlukiskan  rasa  kaget   pe muda   itu,   dia   tak   berani me lancarkan serangan lagi.

Karena dia tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki manus ia berkerudung itu mas ih jauh diatas kepandaiannya, menyerang secara menggelap hanya akan merugikan diri sendiri.

Mendadak terdengar salah seorang diantara ke enam orang hiangcu itu me mbentak dengan nada takut: "Siapakah kau? Dendam sakit hati apakah yang terjalin  antara kau dengan ka mi...

"Keng Cin sin  segera mendongakkan  kepalanya dan tertawa seram:

"Haaaahhh.. haaraahhh... haaaaathhh.. siapakah qaku? `Kalian sermua kenal dengan diriku, setelah kalian merasakan siksaan dan penderitaan,  dikala  ajal  sudah  didepan  mata,  aku  baru  akan  me mber itahukan kepada kalian antara aku dan kalian me mpunyai dendam sakit hati..apa... heeehhh... heeehh... heehhh, dendam yang terjalin diantara kita lebih dalam dari sa mudra, mengerti!"

Keenam orang hiangcu itu, serentak me mbentak keras, senjata mereka dengan menciptakan selapis cahaya tajam yang berkilauan tiba-tiba saja meluruk bersa ma ke arah manus ia berkerudung itu.

Keng Cin sin tertawa seram.

"Heehhh....   heehhh...   heeeehhh..   sekarang,    aku    akan  me mengga l kaki kalian lebih dahulu"

Ditengah seruan tersebut, tubuh gadis tersebut menerjang ke muka  dengan  suatu  gerakan  aneh,   pedangnya   secara   aneh me mbaco k ke arah depan.

Tiga kali jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang me mecahkan kehe-ningan...

Percikan darah segar berha mburan ke- mana- mana, enam buah kaki dari tiga orang hiangcu terpapas kutung dari batas lutut, sambil menjer it-jerit seperti setan mereka bergulingan diatas tanah dengan tubuh kesakitan...

Tiga orang Hiangcu lainnya menjadi ketakutan setengah mati, Apalagi setelah menyaks ikan kelihayan dari Keng Cin sin, jurus pedang yang mereka lancarkan segera dibuyarkan, ke mudian bersama-sama melo mpat mundur ke belakang... Tentu saja Keng C in sin tak akan me mbiarkan mere ka kabur dengan begitu saja, sambil me mbentak nyaring, cahaya tajam segera berkelebatan lewat ke mbali ...

Sekali lagi berkumandang  tiga  kali  jeritan  ngeri  yang  a mat me milukan hati...

Separang kaki dari ke tiga orang Hiang cu itu pun secara beruntun kena ditebas kutung oleh bacokan pedang tersebut sehingga berjatuhan.

Kepandaian silat yang dimiliki Keng Cin sin sungguh me ngerikan sekali, serangan yang dilancarkan untuk menebas kutung kaki- kaki mereka itu boleh dibilang hanya sekejap mata saja.

Kecepatan geraknya boleh dibilang jarang di jumpai sebelumnya di dunia ini.

Pek Ki tha mcu Hee Jin bok me mbentak nyaring:

"Manusia berkerudung warna warni, mengapa kau  berhati keji dan tak berperasaan seperti ini?"

"Heeeehhhh.. heeeehhh...heeeehhh...Pek ki tha mcu Hee Jin bok, bila kau  mengundurkan  diri  saat  ini  juga,  aku  bersedia  untuk me lepaskan selembar jiwa anjingmu, tapi bila kau masih saja tak tahu diri dan mengendon terus disini, akhirnya kaupun  tak akan lolos dari ke matian, cuma ke matian yang kau peroleh biar kau dapatkan secara utuh dan nya man"

Perkataan mana diucapkan dengan nada so mbong, dingin dan sangat tekebur.

Pek ki tha mcu He J in bok merupa kan seorang ge mbong iblis yang sudah terbiasa bersikap sombong dan buas, kendatipun dia tahu kalau bukan tandingan Keng Cin sin apabila harus turun tangan seorang diri namun dia pun tak akan me mbiarkan dirinya dipandang hina oleh mus uhnya, Apalagi dipihaknya masih terdapat empat orang jago lihay kelas satu. Maka deng;an suara yang menyera mkan dia tertawa dingin, setelah itu ujarnya:

"Heeeehhh...heeehh...heeeehh.., jika ku tinjau dari sikapmu yang kenal dengan aku orang she Hee, besar kemungkinan kita pernah berkenalan dimasa lalu, hmm!! Akan kulihat sesungguhnya kau adalah manusia berkepala tiga berlengan enam maca m apa.

Sorot mata Keng Cin sin yang dingin dan sadis menyapu sekejap ke enam orang Hiangcu yang mas ih bergulingan di tanah sambil mengerang kesakitan itu, kemudian dengan tanpa perasaan barang sedikit pun pelan-pelan dia me mba likkan tubuhnya.

Dengan suara sedingin es dia berseru: 'Hee Jin bok! Bila  kau tidak segera mengundurkan diri, maka aku akan  me mbunuhmu lebih dulu!."

Sembari berkata, tubuhnya yang menyeramkan  itu bergerak selangkah de mi selangkah mengha mpir i si Pedang e mas Cia Tiong giok sekalian bere mpat...

Ke e mpat orang itu ha mpir semuanya merupa kan seorang iblis yang sudah sering terjun ke kuali panas, mendaki bukit golok dengan pelbagai kesulitannya, namun disaat mereka saksikan sepasang biji mata lawan yang mencorongkan sinar kebengisan, tak urung mereka mundur juga sejauh dua langkah, "Siapakah kau?" si pedang emas Cia Tiong giok segera me mbentak keras.

Keng Cin sin tertawa seram.

"Heeeehhh... heeehhh... heehnh... siapa aku? kau tidak kenal dengan diriku ?

''Sebelum saat ajalmu tiba, tunggulah sejenak lagi,  sampai waktunya kau akan tahu dengan sendirinya siapakah diriku ini? Harap kau jangan gelisah, aku pun akan me mberi bagian pula untukmu agar kau turut merasakan bagaimana nikmatnya siksaan ini!"

Si Pedang e mas Cia Tiong giok benar-benar tak bisa menduga siapa gerangan manusia berkerudung tersebut? Sebab, pada waktu itu Keng Cin sin telah  me ngidap  penyakit kela min yang parah dan telah menjalar sampai ke seluruh tubuhnya, lagipula tubuhnya yang telanjang di taruh di atas sebuah sa mpan kecil yang dialirkan ke tengah sa mudra bebas, mustahil kalau gadis tersebut masih ada harapan untuk melanjut kan hidup lebih jauh.

Apalagi racun penyakit kelamin yang di derita Keng Cin sin waktu itu sudah me mbuat nya tak sadarkan diri sepanjang hari, seluruh tubuhnya tak ma mpu berkutik lagi, pada hakekatnya keadaan tersebut tak ubahnya dengan sesosok mayat.

Tapi Thian menakdirkan dia untuk tidak mat i, kekuatan tubuh serta daya tahannya yang kuat membuat dia keluar sebagai pemenang didalam pergulatannya melawan ma ut, akhirnya dia berhasil mendapat pene muan luar biasa yang  mengubahnya menjadi seorang manus ia luar biasa.

Sesungguhnya Keng Cin sin adalah anggota dari istana Huan mo kiong di laut selatan. orang yang telah mereka lupakan, bagaimana mungkin mereka  bisa  menduga  kalau  di  dunia ini  bisa  muncul ke mbali se orang Keng Cin sin.

Siang bin tok ci (kakek beracun berwajah sedih) Mao Soh san, Ceng tong mi tan (peluru pemabuk penggetar jagad) Ciu Khi sin sbudah  beberapa   kdali   ingin   melancar kan  sergapan   untuk me mbinasakan Keng Cin sin, malah Ciu Khi sin telah merogoh ke dalam sakunya siap  mengeluarkan  peluru pe mabuknya   untuk  me mabukkan dia.

Tapi sepasang mata Keng Cin sin yang jeli dan tajam mengawasi gerak-geriknya terus dengan seksama, malah beberapa orang bajingan tersebut me mang merupakan orang-orang yang diketahui secara pasti olehnya.

Oleh sebab itu dia mendengus dingin, lalu dengan suara yang bernada me mandang hina katanya:

"Ceng bong mi tan Ciu Khi sin, kau tak usah me mggunakan permainan busukmu lagi. "Siang cin tok ci Mao Soh san, kau hanya belajar ilmu beracun selama berapa hari saja, bagiku kepandaian tersebut  sama  sekali tak ada gunanya. Lebih baik, nantikanlah masibmu yang sadis dan menger ikan itu menimpa diri kalian semua!"

Keadaaa pada saat ini hakekatnya ibarat bertemu setan di tengah hari bolong bagi kawanan manus ia laknat dari Lam hay Huan mo kiong tersebut, kemunculan pere mpuan ini didalam dunia persilatan hanya berapa bulan saja, tapi anehnya mengapa dia  bisa mengetahui se mua nawa dari jago-jago Huan mo kiong tersebut secara jelas?

Si pedang emas Cia Tiong giok tertawa seram, dengan wajah yang menyeringai licik dia berkata.

"Kau me mang hebat sekali, tak nyana kalau nama ka mi semua kau   bisa   sebutkan   satu   persatu,   Tapi...   kau   pun   harus   me mpertimbangkan dulu ke ma mpuan itu, dengan kekuatanmu seorang, apakah ma mpu untuk menahan serangan ka mi berempat?"

Keng Cin sin tertawa seram.

"Aku adalah mala ikat elmaut bagi ma nusia- manus ia dari Huan mo kiong, tentu saja aku dapat menyebutkan nama kalian satu persatu untuk menerima ke matian... hmmm! dalam pandangan mataku, kalian berempat tak lebih hanya e mpat gentong nasi yang tak berguna, terus  terang saja  kuberitahukan kepada  kalian,  tak la ma ke mudian aku akan meratakan istana Huan mo kiong kalian dengan bumi, ke mudian mengguna kan darah segar kalian untuk mencuci bersih se mua ke maks iatan danr ke munafikan yatng telah menoda i pulau Huan mor to.

Setelah mendengar perkataan itu. Kemudian menyaksikan pula sorot matanya yang keji dan penuh perasaan dendam itu, sadarlah ke e mpat jago tersebut bahwa ucapan itu bukan gertak sa mba l belaka.

Mereka seakan-akan merasakan seolah-olah istana Huan mo  kiong berubah menjadi pulau dengan mayat-mayat yang berserakan dimana- mana, seperti tiada darah segar menggenangi seluruh permukaan pulau itu dan menga lir ke laut. .

Me mbayangkan sampai disitu, tanpa terasa  semua  orang menghe mbuskan napas dingin, sekujur tubuh mere ka ge metar keras menahan rasa menggidik yang menceka m seluruh perasaan mereka.

Dengan perasaan tegang ke e mpat orang itu berdiri bersa ma berjajar-jajar, mereka ingin menggunakan kekuatan gabungan dari mereka berempat untuk menyambut serangan yang bagaimanapun dahsyatnya dari Keng Cin sin.

Kini, tubuh Keng Cin sin sudah berada hanya beberapa kaki saja dari hadapan mereka, ia berdiri tegak disitu sa mbil tertawa dingin tiada hentinya.

"Hmmm, kalian manusia- manusia laknat yang berhati licik, keji dan me mbunuh orang tak berkedip, hari ini tentunya kalian sudah merasakan bukan bagaimanakah ngerinya menghadapi ke matian yang mengerikan...!"

"Siapakah kau sebenarnya? Ayo cepat sebutkan nama mu untuk menerima ke ma-tian!" bentak si pedang e mas Cia Tiong giok dengan suara menggeledek.

Keng Cin sin tertawa dingin, suaranya rendah, berat dan menggetarkan sukma.

"Bila kusebutkan na ma ku, mungkin kalian akan segera ma mpus karena ketakutan!

"Kini, aku akan merenggut dulu sele mbar nyawa dari Pak ki thamcu Hee Jin bok, kemudian me nyusul kalian bertiga!"

Begitu selesai berkata, Keng Cin sin  segera menggerakkan sepasang telapak tangannya yang putih bersih dan secara beruntun me lancarkan serangkaian serangan gencar.

Si Pedang emas Cia Tiong giok, Siang cin tok ci Mao  san  dan Ceng hong mi tan Cin Khi sin bertiga segera merasakan ada  segulung tenaga pukulan yang dahsyat dan berat seperti ambruknya bukit karang, menekan  ke  atas  dada  mereka  dan  ha mpir  saja me mbuat mere ka sesak napas.

Serta merta ke t iga orang itu me lo mpat mundur ke belakang.

Berbeda sekali dengan Pek ki tha mcu Hee Jin bok, apa yang dirasakan jauh berbeda dengan apa yang dirasakan ketiga orang itu, dia merasa adanya segulung tenaga hisapan kuat yang membuat kuda-kudanya hancur dan maju tanpa sadar sejauh  beberapa langkah dengan se mpoyongan.

Sebaliknya Keng Cin sin seperti sesosok sukma gentayangan saja tahu-tahu sudah berdiri dihadapan Hee Jin bok, jari tangan nya yang putih bersih pelan-pelan disodok kan ke depan menotok ja lan darah sim kan hiatnya.

Pek ki thamcu Hee Jin bok benar-benar merasa terperanjat yang tak terkirakan, secepatnya dia melejit ke samping, sepasang telapak tangannya direntangkan ke kiri dan kanan, ke mudian secepat kilat balik menghanta m dua buah jalan darah ke matian di tubuh Keng Cin sin.

Perubahan ini benar-benar dilakukan dengan gerakan yang cepat sekali ...

Tapi entah menggunakan gerakan apa, didalam berapa kali gerakan saja, tahu-tahu tubuh Keng Cin sin sudah berubah posisinya se mula.

Ketika Pek ki tha mcu He Jin bok merasakan jurus serangannya mengenai sasaran yang kosong tadi, ia segera  merasakan datangnya desingan angin dingin yang keras ke atas punggungnya.

Dalam perasaan kaget dan terkesiapnya buru-buru dia berpaling ke belakang, segera dilihatnya jari tangan Keng Cin sin yang putih bersih itu sudah muncul didepan mata.

Dia menjer it keras la lu menggeserkan tubunnya dengan sekuat tenaga ke samping arena. Siapa tahu baru saja tubuhnya berhasil berdiri tegak, jari tangan yang putih halus itu sudah muncul kembali hanya tiga inci di atas jalan darah Sim kan hiat diatas dadanya.

Kenyataan ini benar-benar membuat Pek ki thamcu Hee Jin bok menjadi  ketakutan  setengah  mati  sehingga  sukmanya  serasa me layang meninggalkan raganya, satu ingatan segera melintas didalam benaknya, ia bertekad hendak beradu jiwa.

Tubuhnya segera mundur ke belabkang, ke mudian dmenggunakan kesae mpatan terse-bbut dia melepaskan sebuah tendangan kilat dengan kaki kirinya mengarah selangkangan Keng Cin sin.

Betapa  gusarnya  Keng  Cin  sin  menyaksi   kan  He   Jin  bok me lancarkan serangan dengan jurus yang begitu cabul dan tak tahu ma lu, dia mendengus dingin, hawa membunuh segera menyelimut i seluruh wajahnya.

Tiba-tiba kaki kanannya bertekuk ke depan, tatkala tendangan dari Hee Jin bok menyambar lewat di atas pakaian lawannya jari tangan Keng Cin sin segera menyodok ke muka  dan  menghajar jalan darah sin kan hiat di atas dadanya.

Suatu jeritan ngeri yang me milukan hati segera berkumandang me mecahkan keheningan.

Darah segar menyembur keluar diri mulut Pek ki tha mcu Hee Jin bok, lalu tubuhnya roboh terkulai ke tanah, berkelejetan sebentar dan tewas seketika itu juga.

Sedangkan Keng Cin sin tahu-tahu sudah berdiri kaku di hadapan si pedang e mas Cia Tiong giok sekalian sa mbil tertawa dingin tiada hentinya, wajah yang sinis kaku me mancarkan cahaya me mbunuh yang menggidikkan hati.

Ceng bong mi tan Ciu Khi sin tak dapat menahan diri lagi, mendadak ia bertindak, dengan cepat tangannya diayunkan ke depan, sebatang peluru sakti pemabuk sukma segera me luncurkan ke depan dengan kecepatan luar biasa. Sementara tubuh mereka bertiga pun bergerak mundur ke belakang secara bersa ma-sama.

Tapi, ketika baru saja mereka berhasil untuk berdiri tegak, suara tertawa dingin yang mendirikan bulu ro ma itu tahu-tahu sudah berkumandang pula di hadapan mere ka.

Cia Tiong giok melintangkan pedang e masnya di depan dada lalu bentaknya keras-keras.

Manusia berkerudung warna warni, dendam sakit hati apakah yang telah terjalin antara kami orang-orang Huan mo kiong dengan dirimu?  Mengapa  kau  bersikap   begitu   keji  dan   tak  berperi- ke manusiaan dengan me mbunuh se mbilan orang anggota kami..."

Sorot mata Keng Cin sin dingin kaku dan menggidikkan hati, dengan wajan kaku tanpa perasaan dia berkata seram.

"Antara aku dengan kalian terikat dendam sakit hati yang lebih dalam dari sa mudra, Hmmmm! Bukan hanya kalian beberapa orang saja yang akan kubunuh, seluruh anggota Huan mo kiong di Lam hay akan kubantai se mua hingga ludas"

"Siapakah kau? Cepat katakan"' bentak si pedang emas Cia Tiong giok lagi. "bila kau benar-benar mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan orang-orang Huan mo kiong kami, tentu  saja kami akan me layanimu dengan sebaik-baiknya, cuma bila kau me mbunuhi orang ka mi tanpa sebab, maka kau harus menerima hukuman yang setimpal dari umat persilatan di dunia ini"

Keng Cin sin mendengus sinis, dengan wajah menghina katanya:

`Cia Tiong giok? Sejak kapan sih kau menjadi begitu gagah perkasa dan berjiwa adil? Mirip benar dengan perbuatan seorang pendekar besar yarg mengutama kan keadilan? Huuhhh..."

Sekali lagi perempuan itu mendongakkan kepalanya dan mendengarkan suara tertawa anehnya yang seram dan menusuk pendengaran. Suara tertawa itu amat keras dan nyaring, menggetarkan gendang telinga ke tiga orang itu sehingga mereka rasakan seakan- akan ada pedang tajam yang menggorek telinga nya.

Tak tahan ke tiga orang itu melo mpat mundur sejauh  dua langkah dengan wajah me mucat.

Mendadak Keng C in sin berhenti tertawa lalu dengan suara yang dingin menyeramkan, katanya:

'Cia Tiong giok masih ingatkan kalian dengan seorang gadis yang telah diperkosa secara bergilir oleh kalian manus ia- manusia laknat dari istana Huan mo kiong?

Kalian ma nusia- manus ia Iblis dari Huan mo kiong sudah terlalu sering me mperkosa perempuan, mungkin untuk sesaat kalian tak bisa   menduga   siapakah   diriku   bukan?   Baiklah.    aku   akan  me mber itahukan kepada kalian dengan lebih jelas lagi. perempuan itu  telah  kalian  perkosa  secara  bergilir   secara   berulang  kali. ke mudian kalian letakkan tubuhnya di atas sebuah sa mpan kecil yang dialirkan ke tengah sa mudra luas"

"Kau... kau adalah Keng Cin ......” pedang emas Cia Tiong giok tak sanggup menahan diri lagi, ia menjerit kaget.

Sekali lagi Keng Cin sin mendengarkan suara tertawa panjangnya yang aneh dan menyeramkan.

-oodwooo-
Terima Kasih atas dukungan dan saluran donasinya🙏

Halo, Enghiong semua. Bantuannya telah saya salurkan langsung ke ybs, mudah-mudahan penyakitnya cepat diangkat oleh yang maha kuasa🙏

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar