Jilid 21
SETELAH itu dengan suatu gerakan cepat, dia menotok jalan darah sendiri hingga tubuhnya roboh tergelepar ditanah. Disaat Kun thian ciang Tan Khong lun selesai menotok jalan darah sendiri, Pedang sakti kayu besi Cu Pok sudah menerjang masuk ke dalam ruangan dengan sebuah telapak tangan me lindungi dada sendiri, akan tetapi setelah menyaksikan Kun thian ciang Tan Khong lun mengge letak ditanah, sedang Kang lam siang hou lenyap tak berbekas, untuk sesaat dia berdiri tertegun disana dan tak tahu apa yang meski dilakukan?.
Seandainya kesemuanya ini merupa kan kenyataan, maka bisa dibayangkan kalau ilmu silat yang dimiliki pendatang itu benar-benar sudah mencapai puncak kesempurnaan, bahkan ibaratnya jago sakti yang nampak kepala tak kelihatan ekornya. Lantas siapakah orang itu? Mungkin hanya manus ia berkerudung warna warni yang misterius saja yang bisa berbuat de mikian.
Tapi kalau didengar dari nada ucapannya tadi, jelas orang itu adalah seorang lelaki, padahal dalam dunia persilatan dewasa ini paling banter hanya ada dua tiga orang saja yang sanggup menangkan dirinya, atau mungkin hanya suci (kakak seperguruan)nya seorang saja yang me miliki ilmu silat setaraf itu.
Diluar perkumpulan Ban shia kau me mang mas ih ada jagoan yang yang pernah dicoba kehebatan kepandaian silatnya, yakni Im Yan cu, bahkan adik seperguruannya Tu Pak kim pernah bertarung me lawannya.
Namun andaikata pihak lawan hanya seorang, mustahil dia bisa me lakukan berapa maca m pekerjaan tersebut bersamaan waktunya, sebaliknya bila pihak lawan terdiri dari dua atau tiga orang, ma ka ilmu silat yang dimiliki ke tiga orang ini paling t idak harus setaraf dengan kepandaian sendiri.
Berdasarkan kesimpulan- kesimpulan ter-sebut, bisa diduga kalau kehebatan yang dimiliki pihak Hiat mo bun tak boleh dianggap enteng.
Masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan yakni, seandainya pihak lawan terdiri dari tiga orang, sudah pasti mereka akan berusaha untuk menyergapnya dan kalau bisa me lenyapkan dirinya dari muka bumi, sehingga kekuatan perkumpulannya akan jauh berkurang.
Tapi nyatanya sekarang, mereka hanya bertujuan menolong Kang lam siang hou, berdasarkan dari hal ini, bisa diduga pula kalau mereka merasa sangsi atas ke ma mpuan yang dimiliki.
Tapi dibalik kesemuanya itu masih terdapat pula banyak hal yang mencur igakan hati atau siapa tahu kalau mereka me mpunyai mata- mata yang disusupkan ke dalam perkumpulannya?, tapi, siapakah musuh dalam selimut tersebut ? Berpikir sa mpai di situ, sekulum senyuman menyeringai yang keji dan mengerikan segera tersungging diujung bibir Pedang sakti kayu besi Cu Pok, tanpa terasa sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati itu dialihkan ke atas wajah Kun thian ciang Tan Khong lun yang tergeletak di tanah.
Akan tetapi orang itu sa ma sekali t idak me ncurigakan, sudah jelas jalan darahnya ditotok orang.
Pelan-pelan Pedang sakti kayu besi Cu Pok berjalan ke sisi Kun thian ciang Tan khong lun, ke mudian tangan kanannya diayunkan ke depan me lepaskan sebuah serangan untuk me mbebaskan ja lan darah Kun thian ciang Tan Khong lun yang tertotok.
Mendadak Kun thian ciang Tan Khong lun me nghe mbuskan napas panjang, menyaksi kan Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang berada dihadapannya, dia berlagak mengucak matanya, seolah-olah matanya masih berkunang-kunang saja..
Sementara itu pedang sakti kayu besi Cu Pok telah menyulut tiga batang lilin, mukanya dingin tanpa perasaan sedikitpun, sedang sepasang matanya yang tajam menggidikkan hati mengawas i wajah Kun thian ciang Tan Khong lun tanpa berkedip.
"Tan hiangcu, kau melihat jelas orang itu?" tegurnya dengan suara dingin.
Mendapat pertanyaan tersebut, Kun thian ciang Tan Khong lun menghe la napas sedih.
"Cu cong kau si, sejak masuk menjadi anggota perkumpulan lantaran kepandaian silatku kelewat rendah, berulang kali aku telah menghilangkan kewibawaan perkum-pulan, untuk itu aku merasa amat malu sekali”
Sepasang mata Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang tajam bagaikan se mbilu itu tak pernah beralih dari wajah Kun thian ciang Tan Khong lun walau sekejap pun, setelah mendengus berat, katanya dingin.
'Coba kau tuturkan ke mbali kejadian yang barusan kau ala mi'' Kembali Kun thian ciang Tan Khong lun menghe la napas panjang, pelan-pelan ia menuturkan:
"Sewaktu Cu Congkau si menerjang keluar lewat jendela tadi, sesosok bayangan manusia menyelinap masuk lewat pintu uta ma dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, baru saja aku hendak menjer it keras, segulung angin dingin telah berhembus datang menerjang ja lan bisuku. Begitu ja lan darahku tertotok, sambil tertawa dingin orang itu lantas berkata:
"Kalian manusia- manus ia laknat, sebenar nya mala m ini harus dibas mi se mua dari muka bumi, tapi berhubung waktu yang tidak mungkin, untuk se mentara waktu biar kalian yang beruntung"
mungkin lantaran dia kuatir Cu Congkau si keburu ke mbali, buru- buru jalan darah Ciang bun hiat di tubuhku ditotoknya, maka akupun jatuh tak sadarkan diri, apa yang kemudian terjadi aku tidak tahu."
Sekulum senyuman menyeringai ke mba li menghiasi ujung bibir pedang sakti kayu besi Cu Pok, jengeknya sinis?
"Benarkah ilmu silatnya amat lihay? Atau mungkin ucapanmu itu terdapat penyakit nya? Apakah kau tidak me lihat raut wajahnya? Tapi aku rasa kau pasti tak se mpat me lihat je las bukan? Hmmm, siapa kah dia?'
Sikap Kun thian ciang Tan Kong lun sangat tenang, ujarnya pelan:
"Orang persilatan menguta makan soal budi yang besar, aku orang she Tan sudah banyak mener ima budi dari kaucu, budi tersebut belum sempat kubayar hingga kini, sebalik nya berulang kali aku harus mender ita kekalahan yang mengenaskan ditangan orang, hal ini me mbuat rasa malu dan sedihku tak terlukiskan dengan kata. Meski ilmu silat aku orang she Tan tak mampu menandingi orang, na mun aku pun tak akan me mbiarkan musuh menghina dan me mper- mainkan diriku dengan seenaknya, raut wajah orang itu sempat kulihat jelas, namun aku tidak mengetahui siapakah orang itu?" Mendengar ucapan tersebut, kembali Pedang sakti kayu besi Cu Pok me mperdengarkan suara tertawa dinginnya yang seram dan sukar diduga maksudnya itu.
'Heeeehh.. heeehh.... heeeehh... coba kau lukiskan bagaimana kah raut wajah orang itu?"
"Orang itu mengenakan baju perlente yang halus mutunya dan indah bentuknya, ber-dandan sebagai sastrawan, berusia empat puluh tahunan, ber mata tajam, bertubuh sedang dan berwajah keren penuh kewibawaan"
Begitu selesai mendengar perkataan itu, pedang sakti kayu besi Cu Pok segera menjerit kaget, serunya tanpa terasa:
'Jangan-jangan orang itu adalah Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si?"
Paras muka Kun thian ciang Tan Khong lun turut berubah hebat, dengan perasaan kaget dan me mbawa nada ge metar, serunya:
"Dia... mungkinkah dia adalah... adalah sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si? Bukankah dia sudah me ngundurkan diri dari dunia persilatan se menjak dua puluh tahun berselang?"
Sepasang mata Pedang sakti kayu besi Cu Pok yang tajam menggidikkan hati itu ke mbali me mancar kan semaca m cahaya tajam, bibirnya mencibir lalu tertawa licik dengan seramnya.
Sedemikian mengerikannya gelak tertawa orang itu, cukup me mbuat bulu kuduk orang pada berdiri lantaran ngeri, seram dan takutnya.
Menyusul ke mudian tubuhnya yang bergerak seperti sukma gentayangan itu selangkah de mi selangkah berjalan mendekati Kun thian ciang Tan Khong lun.
Terkesiap juga Kun thian ciang Tan Khong lun menyaksikan peristiwa tersebut, dengan cepat dia berpikir:
"Jangan-jangan bangsat ini sudah mengetahui rahasiaku? Tapi
.... tak mungkin, aku sa ma sekali tidak me mperlihatkan gejala yang bisa menimbulkan kecurigaannya, Ehmmm. . . manusia ini licik dan banyak tipu mus lihatnya, aku tak boleh sa mpa i tertipu oleh siasatnya, tapi akupun tak boleh mengendor kan penjagaanku, kalau tidak, bisa jadi sele mbar nyawaku akan hilang dengan percuma. . ."
Walaupun ingatan tersebut secepat kilat melintas dalam benak Kun thian ciang Tan Khong lun, akan tetapi wajahnya masih tetap tenang dan sama sekali tidak me mperlihat-kan perasaan gugup atau takut barang sedikit pun jua, dia tak na mpa k tegang tapi tetap biasa.
Padahal tenaga dalam yang dimilikinya secara diam-dia m telah disalurkan ke seluruh tubuhnya untuk melindungi jalan darah pentingnya.
'Cu congkau si ....." serunya kemudian pura-pura dengan suara gemetar, "benarkah dia .... dia, adalah sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si?".
Pedang sakti kayu besi Cu Pok tetap memperdengarkan suara tertawa seramnya yang menusuk pendengaran itu, matanya yang menger ikan mengawasi wajah Kun thian ciang Tan Khong lun tanpa berkedip, kini tubuhnya sudah berada empat depa saja dihadapannya. . .
Kun thian ciang Tan Khong lun menjadi ma kin gelisah, pikirnya lebih jauh.
"Andaikata bangsat ini benar-benar berniat keji dan menyerangku dengan sepenuh tenaga, sudah pasti sulit bagiku untuk menya mbut ancamannya itu, bisa jadi aku tewas seketika "
Kendatipun berpikir demikian, tubuh Kun thian ciang Tan Khong lun sa ma sekali tidak mundur barang setengah langkah pun, namun diatas wajahnya sudah terlintas suatu perasaan ngeri, meski sikap tersebut tidak na mpak terlalu je las.
Akhirnya pedang sakti kayu besi Cu Pok berhenti hanya tiga depa saja dihadapan Kun thian ciang, dengan suara sedingin es dia pun berkata: "Tan Hiangcu, gotong pergi mayat Kiong Hiong, sekalian selidiki jejak musuh !"
Dia m-dia m Kun thian ciang Tan Khong lun me nghe mbuskan napas lega, namun dia tetap tak berani gegabah, segera sahutnya:
"Baik!"
Pelan-pelan dia berjalan mendekati mayat Harimau bersayap Kiong Hiong yang terkapar ditanah...
Mendadak... Pedang sakti kayu besi Cu Pok memperdengarkan suara tertawa seramnya yang mengerikan.
Setelah itu tubuhnya bergerak ke depan secepat kilat me lancarkan sebuah serangan yang dahsyat ke tubuh Kun thian ciang Tan Khong lun yang berdiri me mbelakanginya.
oooodwoooo
TAK TERLUKISKAN rasa kaget Kun thian ciang Tan Khong lun tatkala ia merasakan datangnya segulung tenaga tekanan yang amat berat menekan dari belakang punggung nya dan menekannya kuat-kuat, untuk menghimpun tenaga murninya guna me mantulkan ke mbali serangan tersebut jelas tak se mpat lagi..
Sebelum dia bertindak sesuatu, mendadak Kun thian ciang Tan Khong lun merasa tenaga tekanan yang maha dahsyat itu telah ditarik ke mbali oleh Pedang sakti kayu besi Cu Pok secara tiba-tiba, mesti masih ada sisa kekuatan yang tertinggal, namun tenaga dorongan mana tidak kelewat besar.
Tampaknya Kun thian ciang Tan khong lun sama sekali tidak mengerahkan tenaganya untuk melawan, atau berusaha untuk menghirdarkan diri, secara beruntun ia kena terdorong oleh kekuatan sisa itu sehingga badannya maju dua tiga langkah dengan sempoyongan. Setelah itu dia berdiri tertegun disitu bagaikan sebuah patung batu, ia seperti tidak habis mengerti dengan apa yang barusan terjadi, ditatapnya wajah atasannya itu dengan wajah ter mangu.
Sebenarnya Pedang sakti kayu besi Cu Pok, siluman rase yang amat licik ini menaruh perasaan curiga terhadap Kun thian ciang Tan Khong lun, tapi oleh karena dia tak berhasil mene mukan sesuatu pertanda yang mencurigakan, maka manusia licik ini berlagak seakan-akan telah berhasil me ne mukan sesuatu hal yang mencur igakan dan mengguna kan ancaman kekuatan untuk me ma ksa Kun thian ciang Tan Khong lun bertindak, siapa tahu kalau dengan cara ini dia akan berhasil me ma ksa lawannya untuk menunjukkan indentitas yang sebenarnya..?
Biasanya seorang mata- mata yang menyusup ke dalam tubuh suatu perkumpulan akan segera menunjukkan asal usul aslinya setelah mereka dihadapkan pada anca man ke matian.
Tapi Kun thian ciang Tan Khong lun adalah ma nusia yang luar biasa, ia merupakan seorang manusia berpengala man, yang sudah sering terjun ke kuali ber minyak atau naik bukit golok.
Tentu saja dia pun bisa menduga akan siasat licik Pedang sakti kayu besi Cu Pok tersebut, itulah sebabnya asal usulnya tidak sampai dipaksa terungkap.
Sementara itu, Pedang sakti kayu besi Cu Pok telah menghilangkan rasa curiganya tadi setelah menyaksikan sikap Kun thian ciang Tan Khong lun, meski begitu diatas wajahnya masih diliputi hawa dingin yang mengerikan.
Mendadak bentaknya keras:
"Hei, kenapa kau masih berdiri ter mangu saja? hayo cepat pergi dari sini!"
Ditengah seruan mana, tubuhnya secepat kilat sudah menyelinap keluar dari ruangan tersebut lewat daun jendela. Kun thian ciang Tan khong lun segera me mbopong jenazah Harimau bersayap Kiong Hiong dan turut pula meninggalkan ruangan tersebut untuk menyusul Cu Pok.
{ Tentang riwayat hidup Kun thian ciang Tan Khong lun akan dibicarakan dike mudian hari, untuk senentara ini tak akan dibicarakan dulu. }
oooodwoooo
DALAM pada itu, secara tiba-tiba Im Yan cu menyaks ikan ada sesosok bayangan putih secepat sambaran kilat me luncur datang dan me layang diatas atap rumah dengan gerakan yang sangat enteng.
Ketika itu perasaan Im Yan cu sudah di bikin kalut oleh keadaan luka yang diderita Ku See hong, dalam keadaan begini dia pun tidak menyangka kalau orang lain sedang ber maksud me mancingnys meninggalkan te mpat itu sehingga ada orang lain yang turun tangan terhadap anak muda tersebut.
Si gadis yang angkuh dan keras kepala ini tentu saja tidak akan dibuat terkesiap oleh ilmu meringankan tubuh lawan, bahkan justru me mbangkitkan se maca m rasa ingin menang yang sangat kuat.
Tiba-tiba dia pun menghimpun tenaga dala mnya, ke mudian secepat sambaran kilat menyusul dari belakang.
Tampaknya bayangan putih itu me miliki ilmu mer ingankan tubuh yang melebihi orang lain, kendatipun Im Yan cu telah mengerah-kan ilmu mer ingankan tubuhnya yang amat sempurna itu untuk me lakukan pengejaran, namun mereka tetap dipisahkan oleh suatu selisih jarak tertentu yang jauhnya mencapai puluhan kaki lebih.
Dalam waktu singkat mereka berdua telah melewati dinding kota, sementara bayangan putih di depan itu langsung kabur ke hutan diluar kota sebelah timur. Lambat-la mbat Im Yan cu mula i merasa bahwa bayangan putih yang berada di depan itu memiliki potongan badan yang sangat di kenal olehnya dan diapun merasa bahwa kedatangan orang itu bukan untuk mencari balas, melainkan hanya untuk mela ksanakan saaru siasat licik belaka.
Mendadak Im Yan cu me mbentak dengan suara keras:
"Kawanan anjing yang berada di muka, kalau me ma ng punya kepandaian ayolah berhenti, mari kita bertarung sepuasnya .. ."
Sementara itu mereka berdua sudah sa mpa i di depan sebuah hutan yang lebat, hutan itu selain terpencil sepi juga tidak na mpa k sesosok bayangan manus iapun.
Mendadak bayangan putih yang berada didepan itu me mperdengarkan suara gelak tertawanya yang panjang, keras dan menggetarkan seluruh angkasa.
Dibalik gelak tertawa itu penuh mengandung nada licik, bangga dan ge mbira.
Bersama dengan mengge manya suara tertawa itu, mendadak saja dia memper-la mbat gerakan tubuhnya dan aknirnya berhenti dengan suatu gerakan yang indah dan lincah, dia me mbalikkan tubuhnya hingga na mpa k seluruh wajahnya dengan je las.
Disaat ia baru saja me mbalikkan badannya, dengan sebuah lo mpatan Im Yan cu telah berhasil pula mencapai dua kaki dihadapan manusia berbaju putih itu, sepasang matanya yang jeli dengan cepat mengawasi manus ia berbaju putih itu lekat-lekat.
Dibawah sinar re mbulan, tampa k ia berperawakan tinggi, berwajah tampan mengge mbo l sebilah pedang aneh di punggungnya dan berwarna keperak- perakan, dia tak lain adalah wakil kaucu Ban sia kau yaug keji, licik dan berhati busuk Gin coa
kiam (si pedang ular perak) C iu Heng thian adanya.
Sambil menghentikan gelak tertawanya si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera mengalihkan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu itu untuk mengawasi seluruh badan Im Yan cu dari atas hingga ke bawah, kemudian me mperlihatkan sekulum senyuman cabulnya yang licik dan me muakkan.
Selang sejenak ke mudian, dia baru menjura kepada Im Yan cu seraya menyapa:
"Nona Im, harap kau sudi memaafkan bila terpaksa aku harus me mancingmu datang ke mar i, tapi berhubung aku menguatir kan keselamatan jiwa nona, maka mau tak mau terpaksa aku baru berniat demikian"
Sementara itu Im Yan cu sudah melimpahkan seluruh cinta kasihnya kepada Ku See hong seorang, walaupun diluarnya si Pedang ular perak Ciu Heng thian me miliki daya tarik seorang lelaki, akan tetapi kesemua nya itu mas ih belum dapat menggoncangkan perasaan dari Im Yan cu.
Mendengar ucapan mana, dengan wajah sedingin es dan sa ma sekali tak menunjukkan perubahan perasaan apa-apa, Im Yan cu mendengus dingin, kemudian ujarnya:
"Kita tidak saling mengena l satu sa ma la innya, mengapa tanpa sebab kau me mancing aku ke mar i? Sebenarnyah apa maksud dan tujuanmu? Hmmm, ma lam ini nona tak akan me mbiar kan kau pergi dengan begicu saja, mengerti?"
Dihari-har i biasa sikap si pedang ular perak Ciu Heng thian selalu keji, angkuh dan keras kepala, tapi setelah mendengar ucapan dari Im Yan cu sekarang, ia sama sekali tidak me mperlihatkan hawa amarahnya, malah sekulum senyuman segera menghiasi ujung bibirnya.
"Nona Im" de mikian ia berkata lantang, ''sebelum kuterangkan keadaan yang sebenarnya, tak heran kalau kau menegur dengan marah, tapi sekarang sekali lagi kumohon kepada nona agar jangan marah dulu, mala m ini aku tidak me mpunyai maksud jahat apa-apa, aku hanya berhasil mendapat kabar kalau ada sejumlah orang bermaksud mela kukan t indakan yang tidak menguntung kan nona sekalian, karena itulah aku sengaja menyerempet bahaya dengan mengundang nona ke mari" Pelan-pelan paras muka Im Yan cu berubah agak melunak, segera tegurnya dingin:
"Siapa kau?'
Dari balik mata si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera me mancar keluar sinar kelicikan yang menggidikkan hati, hanya sayang sinar kelicikan tersebut tidak terasakan sama sekali oleh Im Yan cu, karena ia sudah terpengaruh oleh sikap luar sang pemuda yang begitu gagah dan simpatik itu.
Sambil tertawa Pedang ular perak Ciu Heng thian, menjawab: "Aku hanya seorang prajurit tak bernama, she Wan bernama
Kiam peng.
"Belakangan ini aku baru mulai terjun ke dalam dunia persilatan, Kali ini berhubung secara kebetulan kudengar kalau di kota Heng yang telah terjadi suatu peristiwa yang mengge mparkan, maka aku sengaja datang kemari untuk menyaksikan kera maian tersebut, siapa tahu setibanya di kota ini, aku baru merasa kalau persoalanaya tidak begitu sederhana, aku lihat seakan-akan semua jago persilatan yang berada didunia ini telah berkumpul se mua disini, bahkan akupun merasakan juga bahwa latar belakang dari peristtwa ini bisa berakibat tejadinya suatu badai darah yang menger ikan bagi seluruh umat persilatan..."
Sewaktu Pedang ular perak Ciu Heng thian mengucapkan kata- kata tersebut, pada hakekatnya, sama sekali tidak na mpak kalau dia sedang berbohong dengan mengandung maksud yang jahat, tak heran kalau Im Yan cu pun tidak berhasil mene mukan titik kele mahan orang.
Bagaimanapun juga, pemuda itu me mang me miliki paras muka yang tampan, gagah dan ga mpang menimbulkan simpatik orang lain terutama kaum wanita, kalau bukan ke situ, bayangkan saja bagaimana mungkin Biau ki siangsu In Han im yang berotak cerdas dan berpengala man begitu luas pun akhirnya bisa tertipu olehnya hingga berakibat ke matian baginya? Sambil tertawa dingin lm Yan cu berkata:
"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih atas jerih payahmu yang telah menguntil kami sela ma beberapa hari'
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Pedang ular perak Ciu Heng thian agak berubah, tapi hanya sekejap ke mudian sudah lenyap tak berbekas, bahkan segera mengalihkan pokok pembicaraan ke hal lain, ujarnya sa mbil tertawa:
"Nona Im, entah kau mur id siapa? Kelihayan ilmu silatmu benar- benar me mbuat hatiku kagum..."
lm Yan cu adalah seorang gadis suci yang cerdas dan licik, tentu saja dia tak akan ga mpang terpengaruh oleh bujuk rayu Pedang ular perak Cu Heng thian yang halus dan le mbut itu, bahkan sewaktu berada di jalan raya Heng yang tadi, ia telah mendapat petunjuk dari pere mpuan aneh lainnya, maka sekarang ia sudah mengetahui dengan pasti bahwa orang yang berada dihadapannya sekarang tak lain adalah wakil ketua Ban sia kau, si pedang ular perak C iu Heng thian.
Bukankah pedang yang dige mbo l dibelakang punggung pe muda itu juga merupa kan pedang ular perak?
Namun dalam hati kecilnya mas ih terdapat satu hal yang tidak dipaha mi olehnya yakni apa sebabnya sikap si Pedang ular perak Ciu Heng thian terhadap dirinya tidak seganas dan sekeji apa yang pernah di dengar dan dibayangkan sebelumnya?
Im Yan cu mendengus dingin, lalu menukas pe mbicaraan Ciu Heng thian yang belum selesai dengan bentakan keras:
"Orang she Ciu, dalam mata orang yang jeli belum ke masukan pasir, apa salahnya kalau kita berbicara secara blak-blakan saja? Malam ini kau telah me mancingku datang ke mari, sebenarnya apa maks ud dan tujuanmu? Ayo cepat katakan, agar kau bisa segera berangkat menuju ke alam baka " Mendengar perkataan itu, si Pedang ular perak Ciu Heng thian segera menengadah dan memperdengarkan suara tertawa panjang nya yang keras dan me mekikkan telinga.
"Haaaahhh...haaahhh...haaahh... benar-benar tajam amat pandangan matamu, benar-benar me miliki ketaja man mata yang mengagumkan, mungkin inilah yang dina ma kan gadis cantik hanya mengenal enghiong'
Im Yan cu segera tertawa sinis.
"Manusia bedebah yang bermuka tebal dan tak tahu malu. Hmmm! Aku pikir mungkin mala m ini kau lagi sial hingga yang kau jumpai adalah kuntilanak yang ge mar makan manus ia"
Pedang ular perak Ciu Henh thian tertawa nyaring.
"Mana, mana, bila nona Im tidak mena mpik diriku, aku orang she Ciu bersedia untuk me muas kan dirimu!"
Tentu saja yang dimaksudkan sebagai me muaskan dirimu oleh Pedang ular perak Ciu Heng thian adalah kata-kata cabul yang rendah dan kotor artinya ......
Mendengar perkataan itu, mendadak Im Yan cu me mperdengarkan suara gelak tertawanya yang amat merdu bagaikan suara keleningan.
Tertawanya kali ini benar-benar me mpersonakan hati orang, apalagi pinggang nya yang ramping itu bergoyang tiada hentinya kesemuanya itu mena mbah daya pesona gadis tersebut.
Sambil tertawa kembali Im Yan cu berkata:
"Orang she Ciu, bukankah kau mengagumi diriku, ma ka aku baru kau pancing datang ke mari?"
Suara yang bernada ale man ini diko mbinasikan dengan gerak geriknya yang genit, kontan saja me mbuat Ciu Heng thian yang pada dasarnya hidung bangor menjadi terperana, kontan napsu birahinya berkobar, sekarang dia telah salah menilai diri Im Yan cu. "Nona Im me mang burung hong dari manus ia, puji si pedang ular perak Ciu Heng thian sambil tertawa, "cukup menilai wajahnya, sudah mengetahui is i hatinya. Asal kau sesungguh hati, aku orang she Ciu pun bersedia me lepaskan jabatanku sebagai wakil kaucu dan menyere mpet bahaya untuk mengawini dirimu, ehmm. perkataanmu me mang benar, tadi bukan saja aku me mancing dirimu ke mari karena tertarik oleh kecantikan nona, bahkan akupun tak ingin menyaksikan nona terjatuh ke tangan orang-orang Ban sia kau la innya "
”Oooh Kau bilang apa?" seru Im Yan cu sa mbil tersenyum.
Pedang ular perak Ciu Heng thian me mperdengarkan suara tertawa cabulnya yang amat tak sedap didengar, katanya:
"Aku bilang pada mala m ini baik Ku See hong Si bocah keparat itu maupun Kang lam siang hou, jangan harap mereka bisa me loloskan diri dari ke matian yang mengerikan, heeeh...
heeehh "
"Nona Im, aku orang she Ciu tidak kalah kalau dibandingkan dengan keparat she Ku itu, aku heran mengapa kau bersedia me mpertaruhkan sele mbar jiwa mu hanya untuk me mbela i dia? Padahal ia sudah terkena racun Hou kut jian hun im kang, tiada obat-obatan dikolong langit ini yang bisa menye mbuhkan dia lagi "
Im Yan cu agak tertegun oleh perkataan itu, tapi sekejap ke mudian telah pulih kembali seperti sedia kala, katanya setelah tertawa ringan:
"Orang she Ciu, kau pun rupanya kena kubohongi juga, terus terang saja kuberitahu kan kepadamu, aku bisa merawat Ku See hong sela ma ini sesungguhnya tak lain dikarenakan pedang Ang soat kiam tersebut.
Heehh...heehh... tadi kau bilang menyuka i aku, benarkah perkataanmu itu? Orang lelaki maca m kau belum tentu bisa dipercaya perkataannya, pagi bilang begini mungkin sorenya sudah berkata begitu ' Sewaktu mengucapkan kata-kata tersebut, Im Yan cu secara beruntun me mperlihatkan sikap manjanya, sikap ce mburu dan genit, hingga kese muanya itu mena mbah kecantikan dan daya tarik dari si nona.
Pedang ular Perak Ciu heng thian merasa ge mbira sekali, buru- buru sahutnya:
"Nona Im, cinta kasihku kepada mu adalah cinta kasib yang tulus, tidak percayakah kau? Kau me ngatakan perhatianmu terhadap keparat she Ku itu hanya dikarenakan pedang Ang soat kiam? Benarkah itu?"
"'Aduuuh ma k, bagaimana sih kamu ini? Sekarang kau malah tidak percaya denganku?"
"Ooooh, tidak berani! Tidak berani Cuma mengapa kau tidak me mbunuhnya se menjak dulu-dulu?'
Tiba-tiba Im Yan cu berkerut kening, ia lantas menghela napas sedih.
"Aaaai, hal ini disebabkan dia dengan guruku masih terikat sedikit hubungan, maka dari itu aku tak ingin disebut orang sebagai penghianat perguruan, aku tahu ia sudah terkena pukulan beracun Hou kut jian hun im kang, sejenis racun yang tak mungkin bisa dise mbuhkan lagi, cepat atau lambat akhirnya dia pasti akan ma mpus jua..."
"Nona Im, benarkah kau menginginkan pedang Ang soat kiam tersebut? Aku orang she Ciu pasti akan mendapatkannya secara mudah, jangan kuatir, pedang itu tentu akan kuhadiahkan kepadamu"
"Sekarang dia sudah ha mpir mati, sedangkan Kang lam Siang hou terlebih cuma dua orang manus ia bodoh, untuk mendapatkan pedang Ang soat kia m, mengapa aku harus menggantungkan kepada mu, aku toh bisa me lakukannya sendiri?"
Sekali lagi terpancar keluar sinar berahi dari balik mata si Pedang ular perak Ciu Heng thian. 'Nona Im, pedang Ang soat kiam tersebut sudah didapatkan oleh anggota perkumpulan ka mi. Tapi aku yakin dapat merampasnya ke mbali dari tangan mereka'
Sepasang biji mata Im Yan cu yang jeli segera mengerling ke sana ke mar i, seperti mendo ngkol, seperti juga gembira, ia lantas menatap wajah Pedang ular perak C iu Heng thian dan menatapnya dengan penuh cinta kasih.
Ditatap secara begini, Pedang ular perak Ciu Heng thian segera merasakan jantungnya berdebar keras, segulung hawa panas menyerang dalam hati kecilnya, dia tidak menyangka kalau gadis itu berhasil digaet hatinya dalam waktu sesingkat ini.
Angin mala m berhe mbus sepoi-sepoi mengibarkan baju Im Yan cu dan me mper-lihatkan lekukan tubuh si nona yang ramping, padat berisi dan menawan hati itu.
Tiba-tiba Im Yan cu mengulumkan sekulum senyuman manis diujung bibirnya, sambil berjalan mengha mpir i Ciu Heng thian dengan langkah yang le mah le mbut, tiba-tiba katanya dengan manja:
'Orang she Ciu, kau benar-benar manusia bodoh yang tak tahu bagaimana bercinta. . ."
Tiba-tiba..
In Yan cu mengerakkan tubuhnya mener-jang kehadapan Pedang ular perak Ciu Heng thian, kemudian telapak tangannya di ayunkan ke depan dan...
'Sreeet, sreeet?" segulung desingan angin tajam segera berkelebat me mbelah angkasa, lima gulung angin jari tangan yang tajam dengan cepat mengurung jalan darah Yu bun tong kok, siang ci, Im tok dan Magi hiat, lima buah jalan darah penting ditubuh Ciu Heng thian.
Bukan saja serangan tersebut dilancarkan dalam keadaan orang tak siap, jurus serangan yang dipakai juga a mat ganas dan keji. Sementata itu si Pedang ular perak Ciu Heng thian sedang tertegun setelah mendengar perkataan gadis itu, mendadak dia me lihat telapak tangan lawan telah me nyambar didepan dadanya, menyusul ke mudian lima gulung desingan angin tajam menyergap keatas badannya:
Serangan itu dilepaskan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir, mimpipun pedang ular perak Ciu heng thian tidak mengira kalau dalam sikap le mah lembut dan alemannya Im Yan cu bisa begini tega untuk me lepaskan serangan keji yang me matikan.
Dalam terkesiapnya buru-buru Ciu Heng thian mengegos ke samping, tangan kanan nya segera dikebaskan ke depan me lepaskan segulung tenaga pukulan yang sangat kuat, sementara tubuhnya mundur ke belakang dengan cepat....
Kendatipun reaksinya cukup cepat, namun ia tak dapat mengundurkan diri dengan begitu saja.
Mendadak. .. "Brreet ?" terdengar suara pakaian yang tersambar robek, disusul suara dengusan tertahan.
Paras muka Ciu Heng thian berubah menjadi pucat pias, iga kirinya tersambar angin pukulan hingga pakaiannya robek dan darah segar bercucuran me mbasahi tubuh nya.
Sejak tadi Im Yan cu sudah berniat melakukan pe mbunuhan, dia ingin me mbi- nasakan anak muda tersebut dalam suatu sergapan yang akan dilancarkan secara tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa.
Itulah sebabnya, tadi ia sengaja mempergunakan kecantikan dan kegenitan nya untuk me mpengaruhi perhatian Ciu Heng thian, tak heran kalau dia tak sudi berhenti sampai disitu saja ketika dilihatnya serangan yang dilancarkannya belum berhasil juga merobohkan lawan. . .
Terdengar dia me mbentak nyaring, ujung bajunya segera dikebaskan ke depan, mendadak bagaikan gulungan salju saja me luncur ke depan dengan me mbawa gulungan hawa dingin yang menggidikkan hati, kali inipun serangan tersebut ditujukan ke tubuh Ciu Heng thian.
Bukan begitu saja, berbareng itu pula kakinya menjejak tanah lalu dengan suatu gerakan yang cepat ia menyusul dari belakang.
Senjata andalan dari Im Yan cu adalah sepasang ujung bajunya yang kelewat panjang dan lunak itu, namun didalam per ma inannya, kain yang le mbe k justru berubah menjadi sebuah senjata pembetot sukma yang tajam dan mengerikan, selain banyak kegunaannya juga dapat dirubah-rubah sekehendak hati sendiri.
Serangan yang dilancarkan kali ini di lepaskan dengan sebuah jurus serangan yang aneh dan sakti, diam-dia m Im Yan cu merasa berbangga hati, dalam anggapannya serigala perempuan yang me mua kkan dan menjengkelkan hati itu niscaya akan termakan oleh serangannya dan terpapas kutung menjadi empat bagian.
Mencorong sinar bengis dari balik mata Pedang ular perak Ciu Heng thian karena menahan gera m, sambil menggigit bibirnya kencang-kencang me ndadak dia me lejit ke tengah udara, lalu sepasang tangannya dilepaskan ke depan dengan suatu gerakan aneh dan menya mbut datangnya ancaman lawan dengan keras lawan keras. . .
Angin pukulan menderu-deru seperti angin puyuh, tajamnya me lebihi golok, benar-benar sebuah ancaman yang menggidikkan hati.
Im Yan cu sangat terperanjat, sambil me mbentak ujung bajunya berbalik menggulung keluar, pinggangnya bertekuk indah, lalu dengan me mpergunakan tangan yang lain ia menghantam sepasang telapak tangan lawan.
Setelah itu ujung kakinya menjejak tanah dan secara tiba-tiba me la mbung ke angkasa sambil melepaskan tendangan, bersamaan itu pun ujung bajunya di kebaskan ke muka secepat sa mbaran petir.
Dua telapak, satu tendangan ditambah kebasan ujung baju, beberapa jurus serangan yang aneh dan sakti itu ternyata dilancarkan semua dalam waktu singkat, me mbuat orang sukar untuk me mbedakan mana serangan tangan, mana kebasan baju dan mana tendangan.
"Plaaakk.!" terjadi suatu bentrokan yang a mat nyaring ...
Bahu kiri pedang ular perak Ciu Heng thian lagi- lagi terhajar oleh sebuah pukulan Im Yan cu sehingga mengakibatkan pe muda itu mundur sejauh tiga empat langkah dengan sempoyongan, tapi justru karena hal itu juga, dua serangan berikutnya berhasil dihindari pula dengan sela mat.
"Criiing. !" bunyi gemer incing nyaring berkumandang me mecahkan keheningan.
Kini ditangan kanan Ciu Heng thian telah bertambah dengan sebilah pedang ular peraknya, cahaya keperak-perakan yang me mancar ke e mpat penjuru me mbiaskan pula raut wajahnya yang diliputi kegusaran dan kebencian yang meluap.
Sementara itu, sebenarnya Im Yan cu hendak melancarkan serangkaian ancaman lagi untuk me mbunuh lawannya setelah serangannya bersarang telak ditubuh Ciu Heng thian tadi, akan tetapi justru pada saat itulah Ciu Heng thian telah mencabut keluar pedang ular peraknya sa mbil menyodorkan senjata tersebut ke depan dan me masang sebuah gaya serangan aneh.
Sebagai seorang gadis yang berpengalaman dan tahu keadaan, tentu saja ia pun me ngetahui betapa lihaynya ancaman tersebut, dia tak berani menyerang secara gegabah melainkan berdiri tenang sambil me nghimpun tenaga me mpers iapkan diri.
Suara tertawa yang seram dan wajah yang menyeringai seram karena diliputi perasaan dendam dan benci yang meluap- luap menghiasi seluruh wajah Ciu Heng thian, terdengar ia berkata:
'Im Yan cu, kau perempuan jalang, sebenarnya aku orang she Ciu hendak melayanimu sebagai seorang kekasih, tak tahunya kau perempuan sundal, rupanya sudah bosan hidup lagi di dunia ini, hmmm! Malam ini, bukan saja aku menghendaki tubuhmu, bahkan akupun menghendaki sele mbar nyawa mu. ."
Paras muka Im Yan cu berubah sedingin es, katanya sinis: "Bajingan cabul yang tak tahu malu, ma lam ini juga nona mu
akan mencincang tubuhmu menjadi berkeping-keping, aku hendak
me mbantu umat persilatan untuk melenyapkan seorang pencoleng dari muka bumi. . ."
Sekali lagi Ciu Heng thian me mperdengarkan suara tertawanya yang licik dan menyeramkan.
"Heeehhh. . . heeehhh. . . heebehhh. . . Im Yan cu, kau sudah ditakdirkan untuk ma mpus ditangan aku orang she Ciu. Cuma, aku pun hendak me mberitahukan kepada mu bagaimanakah keadaannya sewaktu kurenggut nyawamu nanti, heeehhh. . . . heeehhh . . . aku orang she Ciu akan menghilangkan kesadaranmu dan merubah mu menjadi seorang jalang dan cabul, setiap saat setiap titik selalu me mbutuhkan keputusan birahi untuk me muaskan hatimu, ke mudian kau akan kehabisan tenaga dan akhirnya ma mpus karena kekeringan."
Im Yan cu cukup mengetahui akan kehebatan ilmu silat yang dimiliki Ciu Heng thian, walaupun ia berada dalam keadaan marah sekarang, namun gadis tersebut tak berani melancarkan sergapan, karena gaya serangan yang dipasang pemuda tersebut kini mengandung suatu jurus pe mbunuh yang mengerikan sekali.
Begitulah sa mbil menahan kobaran hawa marah dalam hatinya, gadis itu berkata lagi dengan dingin:
"Bajingan cabul, kalau me mang punya kepandaian, ayo cepat datang menghantar nyawamu, apa gunanya kau mes ki menunda saat keberangkatanmu menuju ke akhirat."
Ciu Heng thian segera me mperlihatkan sekulum senyuman licik yang mengerikan:
"Im Yan cu" dia berseru, "terus terang kuberitahukan kepadamu, kini keparat she Ku dan kedua orang manus ia bodoh itu sudah ma mpus di tangan Thi bok sin kiam Cu Pok, kau tak usah terburu napsu, sebentar marilah kita nikmat i dahulu sorga dunia sebelum kau kuhantar pulang ke rumah nenekmu!"
Sekalipun Im yan cu tahu kalau pihak lawan sengaja hendak me mbangkitkan hawa amarahnya, tapi begitu mendengar tentang keselamatan Ku See hong yang etranca m, hatinya kontan sukar dikendalikan lagi.
Mendadak Im Yan cu me mbentak nyaring, sepasang telapak tangannya didorong ke muka melancar kan dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat, ibaratnya bukit karang yang berguguran ke atas tanah, diiringi suara deruan nyaring yang me mbetot suka m, secepat sambaran kilat r menggulung ke atrah Ciu Heng thqian.
Pada saatr angin pukulannya dilepaskan inilah, tubuh Im Yan cu turut me lejit pula ke tengah udara. . .
Sejak tadi Ciu Heng thian telah me mperhitungkan bahwa Im Yan cu bakal me lakukan t indakan tersebut, maka disaat si gadis me lepaskan serangannya tadi, dengan gaya burung bangau me luncur ke angkasa, mendadak ia me lejit ke udara, lalu pedang nya digetarkan ke depan, serentetan cahaya pedang berwarna keperak-perakan langsung menyergap ke tubuh Im Yan cu. . .
Tatkala telinganya menangkap suara desingan angin pedang yang me mekikkan telinga, Im Yan cu tidak sangsi lagi, tubuhnya yang berada di udara segera berjumpalitan indah lalu dengan cepat me layang turun ke bawah bermaks ud hendak mencar i jalan untuk me larikan diri. . .
"Weeeesss !" ke mbali he mbusan angin berge ma diudara. . .
Bagaikan sesosok sukam gentayangan saja kembali Ciu Heng thian menghadang dihadapannya, suara tertawa seram yang menggetarkan sukma serasa menusuk pendengarannya.
Terdengar Ciu Heng thian berkata dengan bangga: "Im Yan cu, buat apa kau mesti terburu-buru. Tunggulah sa mpai kita menikmati dahulu sorga dunia sepuasnya sebelum kau berangkat ke akhirat, dengan demikian baru tak sia-sia kehidupanmu di dunia ini"
Im Yan cu berkerut kening, selapis hawa pembunuhan yang menger ikan segera menghiasi wajahnya, jelas dia telah bertekad hendak beradu jiwa dengan lawannya.
Agak terkesiap juga perasaan Ciu Heng thian setelah menyaksikan sikap maupun paras muka gadis itu, na mun dia merasa punya ke ma mpuan untuk menguasahi lawannya, maka perubahan sikap tersebut sa ma sekali tidak me mbuat hatinya jeri.
Sambil tertawa dingin ke mba li ujarnya:
"Im Yan cu, kau tentunya bukan seorang gadis yang sudah kehilangan keperawananmu bukan? Waaah. . . kalau selaput daramu sudah didahului orang, aku bisa kecewa sekali, Heeehhh... heeehhh... aku pikir keparat she Ku itu belum tentu me mpunyai rejeki yang demikian besarnya"
Disaat si anak muda itu mas ih berguman t iada hentinya, sementara itu Im Yan cu telah me nghimpun segenap tenaga dalamnya ke dalam tubuh, ia telah bersiap sedia melangsungkan suatu pertarungan mati- matian, sebab ia mengerti Ciu Heng thian adalah serigala perempuan yang berhati cabul, seandainya sampa i terjatuh ke tangan iblis muda itu, sudah pasti dia akan menyesal sepanjang jaman.
Sambil tertawa licik kedengaran Ciu Heng thian berkata lagi: "Bersenang-senang sedikit nila inya melebihi seribu tahil e mas,
aku orang she C iu tak ingin mengulur waktu lagi "
Ditengah ucapan mana, pedang ular perak ditangan Ciu Heng thian segera dilayangkan menciptakan berpuluh-puluh tit ik cahaya bintang. Ditengah selapis kabut cahaya yang teramat besar, serentak hawa pedang yang tajam secepat kilat mene mbus i angkasa dan me luncur ke bagian tubuh yang me matikan dari Im Yan cu.
Rupanya Ciu Heng thian juga tahu bahwa ilmu silat dari Im Yan cu sangat lihay, ma ka begitu turun tangan dia lantas me mperguna kan jurus serangan yang paling ganas.
Im Yan cu me mbentak nyaring, tubuhnya bergerak dengan suatu gerakan aneh, sepasang lengannya berputar membentuk satu lingkaran cahaya busur di sisi tubuhnya, kemudian secara bersilang me lepaskan bacokan keluar.
Dua gulung angin pukulan yang dalam dan berat bagaikan gelo mbang sa mudra, langsung menyerang hawa pedang lawan dari dua arah yang berlawanan.
Gerak serangan yang dilancarkan itu benar-benar merupakan suatu gerak serangan yang sangat aneh.
Kekuatan seranganya bagaikan gelombang besar di sa mudra, cukup me nggetarkan hati setiap orang.
"Blaaamm - Blaaammmm . !" terdengar dua kali benturan nyaring mengge legar di angkasa.
Ciu Heng thian merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku, pedang ular peraknya terasa ditekan oleh segulung kekuatan suhingga seakan-akan hendak terlepas dari cekalan.
Berbareng dengan serangan dua telapak tangan yang dilakukan Im Yan cu tadi, kedua ujung bajunya bagaikan dua ekor ular sakti telah menggulung pula ke atas pedang ular perak milik C iu Heng thian dari suatu sudut yang sangat aneh.
Ciu Heng thian benar-benar merasa terkesiap, dia tak menduga kalau kepandaian silat yang dimiliki Im Yan cu ternyata jauh lebih lihay daripada apa yang disangka semula. Menyaksikan datangnya serangan tersebut, ia tak berani berayal, tubuhnya segera merendah, lalu menghindar ke samping secara mendadak dengan suatu gerakan aneh.
Disaat tubuhnya berkelit, pedang ular pendek ditangannya me mbuat gerakan lingkaran, selapis cahaya perak yang berkilauan disertai dengan desingan angin tajam kembali meluncur keluar.
Jurus pedang yang dipergunakan kali ini adalah ilmu sakti yang tercantum dalam kitab Pek kok cinkeng warisan dari Cing hay.
Cahaya pedang tampak berputar-putar, lalu seperti o mbak disungai me luncur ke muka dan mene mbusi setiap peluang yang ada.
Dari gerak serangan lawan, Im Yan cu sudah tahu lihay, kali ini berganti dia yang harus berkelit ke sa mping dengan ilmu gerakan tubuh yang aneh, ke mudian sepasang telapak tangannya balas mendorong ke muka melepaskan pukulan yang me mbendung hawa pedang lawan.
Ciu Heng thian me mang seorang yang berhati keji dan pandai me manfaatkan kese mpatan yang ada, cepat-cepat kakinya berputra kencang, sambil me mbentak gusar pedang ular peraknya diputar sambil digetarkan, cahaya pedang segera memancar ke mana- mana.
Hawa pedang yang berbentuk seperti ular itu berkelak kelok kina ke mari me mbawa desingan angin tajam yang menger ikan, dalam waktu singkat delapan belas jalan darah penting di tubuh Im Yan cu sudah terancam oleh serangan tersebut.
Kecepatan gerak yang digunakan pun sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Paras muka Im Yan cu berubah menjadi berat, mendadak tubuhnya melejit ke tengah udara, telapak tangan kirinya diputar me mbentuk satu lingkaran, sementara tangan kanannya langsung menya mbar dari tengah udara. Dalam jurus dua gerakan disertbakan bersa ma dedngan menggunakaan dua kekuatan byang berbeda, kembali ia mendesak mundur pedang ular perak lawan.
Jurus serangan yang digunakan barusan merupakan suatu gerakan aneh, seakan-akan terdapat daya kekuatan im dan yang yang saling berhubungan.
Begitu gerakan serangan dilancarkan, selapis hawa pukulan yang maha dahsyat seakan-akan selembar jaring yang amat besar dan kuat menggulung ke arah depan.
Suatu serangan yang benar-benar dahsyat dan menggetarkan sukma setiap orang yang menghadapinya.
Tatkala hawa pedang yang dipancarkan dari ujung pedang ular perak ditangan Ciu Heng thian saling bersentuhan dengan hawa pukulan yang aneh itu, seketika itu juga timbulah segulung tenaga hisapan yang sangat dahsyat yang me maksa gerakan pedang ular peraknya bergerak miring ke arah sa mping.
Setelah me mpunyai pengala man te mpo hari, dalam kejutnya Ciu Heng thian segera berjongkok ke bawah, pedang ular peraknya pun turut segera me mbuyar, buru-buru dia me mutar senjatanya menciptakan selapis dinding hawa pedan untuk melindungi sekeliling tubuhnya.
Jurus serangan Ciu Heng thian yang lincah dan gesit kali ini digunakan secara tepat sekali serta mendatangkan manfaat yang tak terduga.
Kiranya sewaktu Im Yan cu menge luarkan ilmu pukulan aneh tadi, tangan kirinya melepaskan pula lima gulung desingan angin pukulan yang berhawa tajam.
Tapi serangan tersebut segera me mbentur di atas dinding pedang Ciu Heng thian yang diciptakan sangat rapat dan kuat, oleh karena itu telah terjadi serentetan suara ledakan yang a mat nyaring, semuanya punah dengan begitu saja. Tubuh Ciu Heng thian yang berada dalam posisi setengah berjongkok itu mendadak bergerak ke depan secepat sambaran angin puyuh. tubuh berikut pedangnya dengan cepat menggulung ke arah mana Im Yan cu sedang berdiri.
Im Yan cu me mang berkepandaian luar biasa, berada dalam keadaan demikian, kaki kanannya segera menutul pada kaki kirinya, lalu sekali lagi me la mbung ke udara setinggi dua kaki lebih.
Kelitan yang dia lakukan inipun tepat sekali saatnya, babatan pedang Ciu Heng thian kembali mengenai sasaran yang kosong, meski selisihnya hanya sedikit sekali dari sasaran.
Baru saja sepasang kaki Im Yan cu menyentuh per mukaan tanah, tubuhnya ke mbali menerjang ke muka dengan cepat, angin pukulan, kebasan ujung baju dan bayangan tendangan dalam waktu singkat bersama-sama ditujukan ke tubuh C iu Heng thian.
Pedang ular perak di tangan kanan Ciu Heng thian berputar kencang menciptakan kabut pertahanan yang begitu rapat seperti sebuah jaring laba-laba, bersusun-susun begitu rapatnya hingga tercipta selapis dinding cahaya yang sangat kuat..
Jurus serangan yang dimainkan pedang ular perak pun kian la ma kian berta mbah ganas, perubahannya aneh, sakti dan sukar diraba.
Gerakan tubuh Im Yan cu jauh lebih hebat lagi, bagaikan bidadari yang turun dari angkasa, dia bergerak kian ke mari dengan kecepatan tinggi, sementara serangan demi serangan dilancarkan bagaikan air sungai yang menjebolkan bendungan, menga lir keluar tiada hentinya.
Dalam waktu singkat dia telah me lancarkan serangkaian serangan yang mengerikan.
Begitulah, dua orang tersebut segera terlibat dalam suatu pertempuran yang benar-benar a mat seru dan sengit. .
Angin puyuh me mancar ke e mpat penjuru, pasir dan batu beterbangan me menuhi angkasa, dari sini bisa dibayangkan betapa ramainya pertarungan yang sedang berlangsung. Semakin la ma bertarung, ke dua orang itu bertempur ma kin sengit, jurus-jurus serangan yang digunakan ma kin la ma se makin aneh pula, setiap jurus, setiap gerakan ha mpir se muanya merupakan jurus-jurus serangan sakti yang harus me meras otak orang lain untuk me matahkannya.
Justru karena kepandaian silat yang dimiliki ke dua orang ini berada dalam keadaan seimbang, sedang jurus serangan yang mereka gunakan pun ha mpir berimbang kekuatannya, maka sekalipun pertarungan sengit itu telah berlangsung hampir tiga kentongan, masing- mas ing pihak pun sudah saling melancar kan delapan ratus jurus serangan, akan tetapi tiada satu pihakpun yang berhasil meraih kedudukan di atas angin.
Sebenarnya tenaga dalam yang dimiliki Ciu heng thian lebih tinggi, daya tahan seorang lelaki pun jauh lebih baik daripada kaum wanita, akan tetapi berhubung sebelum pertarungan berlangsung dia sudah termakan dua serangan dahsyat dari Im Yan cu lebih dulu, kendatipun luka ini untuk sementara waktu mas ih bisa ditahan dengan me mpergunakan hawa murninya, namun la ma kela maan hawa murninya menjadi tak lancar. dia pun mula i merasa agak kepayahan.
Im Yan cu, ketika baru terjun ke dalam dunia persilatan tempo hari, musuh tangguh pertama yang dia hadapi adalah manusia aneh berkerudung yang dijumpainya di depan kuil bobrok dulu, orang itu sebenarnya tak lain adalah salah seorang murid murtad dari Bun ji koan su yakni Jian hun kim ciang Tu Pak kim.
Selanjutnya mata-musuh yang terhitung cukup tangguh adalah si pedang ular perak Ciu Heng thian.
Tak heran kalau sekarang dia pun sudah mula i bermandikan keringat, namun serangan demi serangan yang dilancarkan masih tetap amat dahsyat dan luar biasa.
Sementara itu kentongan ke lima sudah menjelang tiba, fajar sudah mula i menyings ing di langit timur. Pedang ular perak Ciu Heng thian benar-benar dibikin terkejut oleh ke ma mpuan ilmu silat dari Im Yan cu.
Sejak me mpero leh kitab pusaka Pek Toh cinkeng dari Cing hay, dia beranggapan bahwa ilmu silat yang dimilikinya sekarang sudah tiada taranya lagi, dia menganggap dalam penge mbaraannya dalam dunia persilatan nanti, sudah pasti akan ma lang me lintang, tanpa tandingan.
Siapa tahu, begitu muncul dalam dunia persilatan, dia segera ditaklukkan oleh kehebatan ilmu silat dan kecantikan wajah Ceng Lan hiang, ketua dari Ban sia kau.
Dalam pertarungan yang pertama kali diadakan kemudian iapun harus menderita kekalahan total diujung pedang Ku See hong dan sekarang dia pun tak ma mpu mena klukkan Im Yan cu.
Berada dalam keadaan demikian, sadarlah bajingan muda ini seandainya dia tidak me mperguna kan cara yang licik bdan siasat kejid, sulit rasanyaa untuk menaklukbkan Im Yan cu, apalagi me menuhi harapannya untuk menikmati kehangatan tubuh gadis tersebut.
Sebaliknya lm Yan cu pun mulai kacau pikirannya setelah menyaksikan fajar telah menyingsing, dia a mat menguatir kan keselamatan jiwa Ku See hong.
"Bila aku tidak menggunakan ilmu Hay jin ciang ajaran guruku, niscaya sulit bagiku untuk me mbinasakan lawan .. .." demikian dia mulai berpikir. berpendapat demikian, mendada k saja gadis itu berpekik nyaring. . .
Segulung hawa pukulan yang me mbawa udara dingin seperti gelo mbang dahsyat yang datangnya bergulung-gulung dari tengah udara, langsung menghantam Ciu Heng thian dan mendesaknya habis-habisan.
Sementara itu Ciu Heng thian telah menghimpun tenaga Tay ih kun goan khikangnya kedalam tangan kiri sebesar sepuluh bagian. Diiringi bentakan nyaring, dia melepaskan e mpat buah pukulan secara beruntun dengan jurus Huang hong si ni (angin puyuh hujan badai).
Begitu gerak serangan dilakukan, angin pukulan yang me mbawa desingan tajam ibaratnya gunung karang yang ambruk, langsung me luncur ke muka dan menyambar setiap benda yang dijumpainya.
Tatkala dua gulung hawa serangan yang berbeda jenis itu saling bertemu satu sama lainnya, segera terjadilah suatu ledakan dahsyat yang me mekikkan telinga.
Menyusul kemudian. . .
"Blaaamm, blaaamm, blaamm..!"' secara beruntun terjadi lagi ledakan-ledakan beruntun yang me mekikkan telinga.
Tampak bayangan manus ia saling berpisah, angin tajam seperti sayatan pisau menya mbar ke e mpat penjuru dan me mbabat habis semua rumput, bunga dan tetumbuhan lainnya.
Sampa i dimanakah kehebatan dari tenaga serangan tersebut, bisa dibayangkan dari kerusakan yang timbul akibat ledakan mana.
Sesaat kemudian, suasana di sekeliling tempat itu diliputi keheningan yang luar biasa, yang terdengar hanya dengusan napas yang me mberat.
Pedang ular perak ditangan Ciu Heng thian terkulai ke bawah, noda darah me mbekas di ujung bibirnya, sepasang matanya merah me mbara penuh mengandung kebencian yang me luap, mukanya pucat pias sedang kulit wajahnya mengejang keras.
Tangan kirinya juga terkulai ke bawah, seakan-akan sudah tak bertenaga lagi untuk diangkat, namun dilihat dari caranya menggengga m, agaknya secara diam-dia m ia telah menye mbunyikan sesuatu benda yang jahat dibalik jari tangannya itu.
Im Yan cu berdiri pula dengan napas tersengkal, dadanya berombak naik turun mengikuti napasnya yang me mburu, wajahnya berubah menjadi pucat pias, pakaiannya robek beberapa bagian, namun matanya yang jeli justru me mancarkan hawa pe mbunuhan yang sangat menggidikkan hati.
Rupanya saat itu dia sedang menghimpun sisa tenaga dalam yang dimilikinya untuk melepaskan serangan terakhir yang me matikan bagi Ciu Heng thian...
Mendadak. . .
Im Yan cu menyerang dengan menggunakan ilmu simpanannya, Hay jin ciang atau pukulan unggas laut yang maha dahsyat itu.
Tiba-tiba tubuhnya melejit ke angkasa, di tengah udara mendadak badannya menyusut sementara sepasang lengannya dipentangkan lebar-lebar, pakaiannya yang berwarna biru segera bergetar menciptakan gelo mbang de mi gelombang..
Suatu ketika, sepasang tangan Im Yan cu dirapatkan menjadi satu dan melurus ke depan, tubuhnya seperti seekor burung elang buas secepat kilat menya mbar tubuh Ciu Heng thian.
Tatkala ujung jari tangannya mencapai enam depa dari tubuh Ciu Heng thian, badannya bergetar keras dan mendadak menukik ke bawah.
Disaat tubuhnya ha mpir mencapai tanah inilah, sepasang tangannya secara aneh me mbentang lebar ke mbali.
Suatu kekuatan daya serangan yang mengerikanpun segera terbentang di depan mata..
Akan tetapi pada saat itu pula...
Mendadak Ciu Heng thian mengayunkan tangan kirinya ke muka, bubuk berwarna merah darah segera meluncur ke depan dan menghanta m wajah Im Yan cu.
"Sreeet, sreeet, sreeet...!" serentetan cahaya berkilauan menya mbar lewat, Ciu Heng thian segera memperdengarkan dengusan tertahan. Hawa khikang Tay ih kun goan yang telah dikerahkan ke seluruh jalan darah penting di tubuhnya itu tak sanggup me mbendung dahsyatnya tenaga pukulan Hay jin ciang yang dilancarkan Im Yan cu.
"Uuaakkk....!" darah kental menyembur keluar dari mulut orang she Ciu itu, tubuhnya mundur enam langkah dengan se mpoyongan dan akhirnya roboh le mas diatas tanah.
Tapi pada saat itu pula Im Yan cu telah mengendus bau bubuk merah yang disambit ke arahnya, tiba-tiba saja dia merasakan hawa murninya punah tak berbekas, lalu diiringi seruan tertahan, seluruh badannya roboh terjungkal ke atas tanah, pandangan nya menjadi gelap dan akhirnya gadis itu jatuh tak sadarkan diri.
oooodwoooo
PEDANG ular perak Ciu Heng thian merangkak bangun dengan cepat kini rambutnya sudah terurai tak karuan, sekujur badannya penuh berlepotan darah, sambil me ngangkat wajahnya yang menger ikan, kulit mukanya mengejang keras, sepasang matanya menatap tubuh Im Yan cu yang tak berkutik lekat-lekat, sementara sekulum senyuman licik dan cabul menghiasi bibirnya.
Raut wajah yang pada dasarnya sudah mengerikan, kini kelihatan semakin menggidikkan hati.
Dengan cepat dia mengatur napas dan berusaha keras menekan gejolak hawa darah di dalam dadanya, kurang lebih seperminum teh ke mudian pelan-pelan dia baru bergerak mendekati tubuh Im Yan cu.
Sementara itu fajar telah menyingsing, sinar yang berwarna keemas-e masan muncul dari balik bukit situ, mene mbus i kabut pagi dan menerangi seluruh jagad. Im Yan cu me meja mkan matanya rapat-rapat, napasnya teratur, payudaranya bergelobang naik turun, wajahnya yang cantik mole k bersemu merah di bawah sinar matahari pagi, ia nampa k lebih cantik dan menawan hati .
Sepasang mata jalang Ciu Heng thian tanpa berkedip mengawasi terus wajahnya yang cantik, sementara suara tertawa licik dan cabul bergema tiada hentinya.
"Heeehh.. heeehh.. heeeeehh, kecantikan gadis ini tidak kalah dengan kecantikan kaucu, heeehh...heeehh...heeehh... biasanya gadis cantik se maca m ini tentu me mpunyai rasa yang istimewa pula."
Sambil me mperdengarkan suara tertawa cabulnya yang berkumandang tiada hentinya, pelan-pelan dia membopong tubuh Im Yan cu dan berjalan menuju dalam hutan didepan sana..
Sungguh kasihan Im Yan cu, ia telah terkena obat pemabuk dari musuh keji sehingga jatuh tak sadarkan diri, dia tidak tahu kalau kesucian tubuhnya kini terancam bahaya, kehormatannya hendak dinodai oleh manusia biadab tersebut.
Sambil me mbopong tubuh Im Yan cu, si pedang ular perak Ciu Heng thian berjalan masuk ke dalam hutan dan me mbaringkan tubuh gadis itu di bawah sebatang pohon.
Berada dalam keadaan begini, dia tak sanggup mengendalikan kobaran napsu birahinya lagi, dengan bibirnya yang masih berlepotan darah, dia langsung mencium pipi Im Yan cu yang halus itu dengan bernapsu.
Im Yan cu me miliki tenaga dalam yang sempuna, walau dia terkena obat pemabuk yang keras hingga pingsan, tapi tak selang berapa saat kemudian pelan-pe lan kesadaran nya pulih ke mba li.
Pertama-tama yang dirasakan olehnya adalah tubuhnya sedang ditindihi seseorang hingga sukar bernapas, lalu terendus bau anyirnya darah serta panasnya bibir yang sedang menciumi seluruh wajahnya. Dengan cepat Im Yan cu menyadari apa gerangan yang telah terjadi, ia menjadi ma lu sekali.
Dengan sekuat tenaga dia berusbaha untuk meronta dan me lepaskan diri dari tindihan orang, tapi dia merasa sama sekali tak bertenaga, sepasang tangannya ingin digunakan untuk mendorong tubuh Ciu Heng thian, na mun tangan itupun le mas tak bertenaga.
Ketika Ciu Heng thian menyaksikan Im Yan cu sudah mendus in, karena kuatir gadis itu menga mbil keputusan pendek lantaran malu dan gusar, cepat-cepat membalikkan badannya lalu tangan kanannya secepat kilat menotok jalan darah Ya si hiat diseputar bibir serta Ay tiong hiat pada sepasang lengannya.
Sewaktu menengo k jalan darah tersebut ternyata Ciu Heng thian me lakukannya dengan tenaga yang diperhitungkan, hingga dengan demikian gadis ini tak sa mpai jatuh pingsan, dia hanya bermaksud untuk mencegah korbannya bunuh diri saja.
Ternyata jalan darah Ya si hiat merupakan nadi yang menguasahi seputar gigi, bila jalan darah itu tertotok maka mulut serta gigi tak ma mpu berkutik lagi.
Dalam keadaan begini Im Yan cu benar-benar merasa mendenda m sekali, dia tak me nyangka kalau orang ini moralnya sudah begini buruk sehingga berani berbuat bejad.
Kini jalan darah Ya si hiatnya sudah tertotok, satu satunya harapan untuk me mpertahankan kehor matan sendiri yakni dengan menggigit putus lidah sendiripun lenyap tak berbekas.
Dengan begitu, dia benar-benar sudah mati kutunya, sekarang dia hanya bisa pasrah nasib dan membiarkan Ciu Heng thian me muas kan napsu birahinya atas kemontokan serta kehangatan tubuhnya tanpa melawan.
Tiba-tiba dua tit ik air mata jatuh berlinang me mbasahi wajah Im Yan cu yang cantik, ia benar-benar merasa sakit hati dan sedih sekali, ia tak mengira dirinya bakal mati ditangan manus ia laknat semaca m ini, bahkan harus mati dengan kehilangan kehor matannya lebih dulu, hancur lebur rasanya perasaan gadis itu.
Namun sekarang, ia tak ma mpu bersuara, tenaga untuk meronta pun tak dimiliki, keadaannya tak berbeda dengan seekor anak domba yang diikat ke e mpat kakinya.
Kalau do mba yang menghadapi ajalnya masih bisa mer intih, maka dia sama sekali tak dapat berbuat apa-apa lagi...
Setelah berhasil menotok jalan darah di tubuh Im Yan cu, Ciua Heng thian merogoh sakunya dan menge luarkan sebutir pil berwarna merah, katanya sambil tertawa seram:
'Im Yan cu, tahukah kau apa na ma pil ini? Heeeehhh... heeeehhhh... heeeehhhh..."
Mendengar partanyaan itu, mendadak terlintas kemba li dalam benak Im Yan cu akan perkataannya tadi, kontan paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sorot matanya me mancarkan sinar ketakutan dan sinar per mo honan yang mengenaskan, dia berharap se muanya itu tidak terjadi secara benar-benar.
Setelah tertawa seram ke mbali C iu Heng thian berkata:
'Mungkin kau tahu bukan bahwa di dalam dunia persilatan terdapat semacam obat yang bisa me mbangkitkan napsu birahi orang?"
"Heeehh... heeeehhh.. heeehhhh... pil berwarna merah darah ini adalah obat perangsang yang dapat membangkitkan napsu birahi orang, obat ini merupakan obat perangsang terkeji dan terkeras yang ada di dunia ini, orang persilatan menyebutnya sebagai Im hwee si hun wan (pil api dingin perenggut nyawa)!`
-ooodwooo-