Jilid 19
MENINJAU dari kepandaian silat yang dimiliki Im Yan cu serta hubungan antara gurunya dengan sastrawan berpakaian perlente Hoa Siong si serta Bun ji koansu, dapat diketahui guru gadis ini sudah pasti merupakakan seorang tokoh aneh pula dari dunia persilatan.
Tiba tiba Im Yan cu bertanya: "Saudara Hoo, apakah Sastrawan berpakaian perlente Hoa Siong si adalah pemimpin dari perguruan Hiat mo bun?."
"Sebenarnya kami berdua pun mengira dia sebagai pe mimpin perguruan Hint mo bun, sebab ilmu silat yang dimilikinya sudah cukup diketahui setiap umat persilatan itulah sebabnya kami dua bersaudara pun bersedia untuk menggabungkan diri dengan pergu- ruan Hiat mo bun"
"Lantas, siapakah orang yang me mimpin perguruan Hiat mo bun?" tanya Im Yan cu
"Seorang manusia berkerudung kain warna warni "
"Pe milik pedang Jui sim kia m?" Jerit Im Yan cu terperanjat. 'Pek lui jiu Hoo Kian menghe la napas panjang, katanya:
"Yaaa, kejadian di dalam dunia persilatan me mang sukar untuk
diduga, bahkan manus ia seperti Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si yang berilmu silat amat lihay pun bersedia menggabungkan diri dengan pe milik pedang Jui sim kia m, kejadian ini sungguh diluar dugaan.
Bukan begitu saja, ma lah e mpat manusia bengis yang termashur sebagai gembong iblis no mor wahid dari pulau lautan timur pun telah bergabung dengan pemilik pedang Jui sim kiam tersebut."
"Dari sini dapat diketahui kalau pe milik pedang Jiu sim kiam benar-benar memiliki ilmu silat serta kecerdasan yang melebihi siapa pun jua."
Im Yan cu seperti tidak percaya dengan apa yang diucapkan Pek lui jiu Hoo Kian, ke mbali dia bertanya:
"Saudara Hoo, mengapa kau mengatakan kalau sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si telah mengabungkan diri dengan Pemilik pedang Jui sim kia m?.'
Pek lui Jiu Hoo Kian me nghela napas panjang, dia melanjutkan ke mbali kisah pengala mannya dimasa la lu: "Ketika itu kami dua bersaudara menjadi terkejut setelah mengetahui kalau orang itu adalah sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si locianpwee yang termashur dalan dunia persilatan pada tiga puluh tahun berselang, dengan amat hormat kami moho n maaf kepadanya disamping me luluskan pula ajakannya untuk bergabung dengan perguruan Hiat mo bun"
"Saat itulah sastrawaa berbaju perlente Hoa Siong si menge luarkan sebilah pedang kecil berwarna perak yang tiga inci panjang nya, kemudian berkata:
"Pedang kecil ini merupa kan la mbang dari perguruan Hiat mo bun kami, simpanlah baik-baik, pada bulan satu tanggal satu nanti, datanglah ke puncak Thian Kiam hong di bukit Hong san untuk menjumpai ketua perguruan Hiat mo bun'
Waktu itu kami merasa tertegun beberapa saat lamanya, ke mudian segera bertanya:
"Hoa locianpwe, apakah ketua Hiat mo bun bukan dirimu sendiri?"
Dengan wajah serius dan suara dalam, sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si menjawab:
'Aku orang she Hoa bukan manusia yang berkema mpuan apa- apa, bagaimana mung- kin aku bisa menjabat sebagai ketua Hiat mo bun? Aku tidak lebih hanya salah satu bagian dari anggota Hiat mo bun"
Kami berdua benar-benar amat terperanjat sesudah mendengar ucapan tersebut, siapa gerangan yang me miliki ke ma mpuan sedemi- kian hebatnya hingga dapat me mimpin perguruan Hiat mo bun? Siapa gerangan orang itu?"
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, kami dua bersaudara baru bertanya lagi:
"Hoa locianpwe, lantas siapakah ketua Hiat mo bun?' ''Hiat mo buncu tak lain adalah manusia berkerudung kain warna warni yang belakangan ini menggetarkan dunia persilatan sebagai manus ia sakti ibaratnya naga perkasa yang nampak kepala tak kelihatan ekornya, dia pula pemilik pedang Jui sim kiam ini, sedang soal na manya, aku sendiripun kurang tahu"
'Padahal sastrawan berbaju Perlente Hoa Siong si mengetahui nama serta asal usul pemilik pedang Jui sim kiam tersebut, hanya saja dia enggan untuk me mberitahukan soal ini kepada dua bersaudara tersebut karena kedudukan sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si dalam perguruan Hiat mo bun hanya setingkat dibawah ketuanya.
Waktu itu, kami dua bersaudara merasa curiga apakah pemilik pedang Jui sim kiam benar-benar adalah seorang pendekar yang bersedia menegakkan keadilan dan kebenaran.
Agaknya Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si mengetahui maks ud hati kami, dengan cepat dia berkata:
''Pe milik pedang Jui sim kiam adalah bintang penolong dunia persilatan dewasa ini, kalian tak usah sangsi atau berpikir yang bukan-bukan, seandainya kalian tidak berna ma besar dalam dunia persilatan, Hiat mo bun tak akan mencari kalian walaupun aku orang she Hoa mencari kalian berdua sekarang, na mun secara dia m-dia m telah menyelidiki dahulu tingkah laku serta watak kalian sebelumnya mengundangnya secara resmi.
"Anggota Hiat mo bun sedikit sekali dan ditetapkan hanya terdiri dari dua belas orang, setiap orang harus memiliki ilmu silat yang me lebihi orang lain, kepandaian silat kalian berdua meski terhitung jagoan kelas satu didalam dunia persilatan, tapi bila dibanding- kan dengan manusia- manus ia laknat dari golongan sesat, kau masih ketinggalan jauh sekali.
"Akan tetapi soal ini tak perlu dirisaukan, setelah bersua dengan ketua pada bulan satu tanggal satu dipuncak Thian kiam hong bukit Hong san nanti, dia akan me wariskan beberapa maca m kepandaian kepadamu bahkan dalam berapa hari saja akan mena mbah tenaga dalam kalian.
Setelah mendengar perkatan itu, buru-buru kami menerima pedang Jui sim kiam itu, semua kecurigaan dalam hati ka mipun lenyap tak berbekas, bahkan rasa ge mbira kami tak terkirakan.
"Sedangkan Sastrawan berba ju perlente Hoa Siong si pun seusai mengucapkan perkataan itu segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dab berlalu dari situ dengan me nyeberangi sungai"
Setelah mendengar rahasia tersebut, timbul suatu perasaan yang aneh dalam hati Im Yan cu, sebenarnya setelah masuk kota Heng yang dia hendak langsung mencar i pe milik pedang Jui sim kiam dan mencari mutiara mestika Thian hong im yang sin cu serta kitab pusaka itu.
Tapi sekarang, dia sudah mengetahui kalau kepandaian silat yang dimilikinya tak mungkin bisa menandingi kelihayan dari pemilik pedang Jui sim kia m, karena ia cukup mengetahui akan kelihayan ilmu silat yang dimiliki Sastrawan berbaju perlente Hoa Siong si, kalau tokoh lihay seperti dia pun sampai takluk kepada pemilik pedang Jui sim kia m, itu berarti kepandaian silat yang dimiliki orang itu tak terlukiskan dengan kata-kata.
Tapi, Im Yan cu adalah seorang manusia yang keras kepala dan angkuh, walaupun dalam hati kecilnya sudah timbul perasaan was- was terhadap kema mpuan pe milik pedang Jui sim kia m, na mun dia nekad untuk me laksanakan rencananya, sebab Ku See hong sudah merupakan jiwa raganya, ancaman jiwa terhadap pe muda itu sa ma artinya dengan ancaman jiwa baginya.
Walaupun diluaran Im Yan cu merupakan seorang manus ia yang aneh, namun dia me miliki hangatnya cinta kasih seorang gadis serta cinta yang mendala m, apa yang telah menjadi tekadnya tak pernah akan tergoyahkan lagi untuk sela manya.
Dalam pada itu, Pek lui jiu Hoa Kian telah menga lihkan sorot matanya me mandang bintang yang berada di angkasa sana sehabis menyelesaikan kisahnya, kemudian telah me nghela napas sedih dia berkata:
"Nona Im, kami dua bersaudara me mpunyai beberapa persoalan ingin mohon kepada mu...".
Im Yan cu sudah mengetahui apa yang hendak dia katakan, tapi dia tetap berlagak seperti tidak tahu.
"Saudara Ho, kalian inginkan aku berbuat apa?"
"Nona Im, kau harus tahu bagi anggota persilatan seperti kami, pegang janji merupa kan suatu yang penting, setelah ka mi dua bersaudara bersedia menggabungkan diri dengan Hiat mo bun, berarti ka mi merupakan salah satu bagian dari Hiat mo bun.
Sebetulnya kami tidak pantas me mberi tahukan hal-ha l tersebut kepadamu, tapi sekarang setelah member itahukan kepada mu, kami berdua pun berharap kau bersedia me megang rahasia pada hari ini secara baik-baik, dan akupun berharap kau jangan me lakukan bentrokan yang bakal menimbul kan hal-hal yang tak menyenangkan dengan bakal ketua ka mi"
"Apakah kalian tega menyaksikan engkoh Hong tewas dalam keadaan yang mengenas-kan!" kata Im Yan cu sedih.
Buru-buru Pek lui jiu Hoo Kian berseru:
'Nona Im, aku orang she Hoo tidak bermaksud begitu, aku hanya berharap nona suka menahan diri bila berjumpa dengan pemilik pedang Jui sim kiam nanti, bila berhasil mene mukanya, aku yakin dapat me minta kepadanya untuk menyembuhkan luka yang diderita engkoh Hong mu"
''Saudara Hoo, atas dasar apa kau berani mengatakan secara meyakinkan kalau dia pasti akan bersedia menyembuhkan luka dalam yang diderita engkoh Hong?'
Diserobot dengan perkataan itu, Pek lui jiu Hoo Kian menjadi terbungkam dalam seribu bahasa, padahal dia sendiripun tidak me miliki keyakinan tersebut, dia tak tahu apakah pemilik pedang Jui sim kiam akan bersedia menyembuhkan luka dari Ku See hong atau tidak.
Dia hanya menganggap pemilik pedang Jui sim kiam sebagai seorang yang bijaksana dan penolong kaum le mah, asal keadaan yang sebenarnya dari Ku See hong diutarakan, niscaya hal ini akan me manca ing simatiknya untuk menurunkan tangan dan menolong menye mbuhkan luka Ku See hong.
"Asalkan pe milik pedang Jui sim kiam berhasil dite mukan, dia pasti akan mengabulkan permintaan kita, alasannya tak mudah kujelaskan, tapi senadainya sampa i terjadi hal-ha l yang tak diinginkan atau tidak berhasil mene mukan dirinya, kita harus berangkat ke tebing Hay jin gay. . ."
"Kesela matan engkoh Hong sekarang sedang berada di ujung tanduk, bila harus di tunda berapa hari lagi, mana mungkin ia bisa tahan untuk mencapai tebing Hay jin gay?" kata Im Yan cu sedih.
Pek lui jiu Hoo Kian menghela napas sedih.
”Akupun tahu kalau nyawanya sedang berada dalam keadaan berbahaya, tapi sekalipun kita menempuh perjalanan kilat siang dan ma la m, paling t idak me mbutuhkan lima hari untuk mencapai tebing Hay jin gay, padahal ia sudah empat hari terkena ilmu Hou kut jian hun im kang, selewatnya tiga hari, sekalipun tabib sakti Hou To hidup lagipun belum tentu bisa menyembuhkan penyakitnya. Beginilah situasi yang sedang kita hadapi sekarang, sekalipun me mbur u ke tebing Hay jin gay toh belum tentu bisa menyela matkan jiwanya, sedang tetap tinggal di Heng yang untuk mencari Jui sim kia mcu pun mas ih tanda tanya besar, tapi kita harus berbuat sesuatu, hanya apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kita lakukan?"
"Menurut jalan pikiranku, tetap tinggal di kota Heng yang malah justru masih ada setitik harapan, sebaliknya kalau berangkat ke Hay jin gay tak lebih hanya menggantung kan pada suatu keajaiban, maka aku pikir lebih baik kita tinggal sehari dulu di kota Heng yang, mari kita mencoba beradu nasib, bila dalam sehari kita gagal mene mukan jejak Jui sim kiamcu, ma ka kita baru berangkat lagi ke tebing Hay jin gay, Tentu saja aku orang she Hoo tak bisa me mutus kan masalah ini, silahkan nona me mpertimbangkannya sendiri bagaimana baiknya"
Pikiran Im Yan cu sekarang sedang diliputi oleh pelbagai ingatan yang berkecamuk tak karuan, hatinya betul-betul terasa kalut, diam- dia mi ia me lelehkan air mata ...'
Dengan sikap maupun tindak tanduknya selama ini, nyatanya menaruh perasaan cinta yang begitu menda lam dan suci bersih, hal tersebut benar-benar berada diluar dugaan siapa saja.
Padahal kekuatan cinta me mang besar tak bertepian, bila tanpa cinta, kehidupan manus ia didunia ini menjadi sa ma sekali tak berharga.
'Tentu saja hal ini bukan terbatas dalam soal cinta muda mudi saja, sebaliknya termasuk juga cinta kasih antara orang tua, cinta dari sahabat dan lain sebagainya, tapi antara sekian banyak cinta, sudah barang tentu cinta muda mudi yang paling mendala m.
Begitulah, dengan nada suara yang tegas dan berat Im Yan cu berkata:
'Engkoh Hong tak mungkin bisa mati, kita tinggal sehari di kota Heng yang. . !"
Tergetar keras perasaan Pek lui jiu Hoo Kian sesudah mendengar perkataan itu, ia mengerti ma ksud Im Yan cu, buru-buru serunya:
'Nona Im. . ."
Belum habis Pek lui jiu berseru, Sian hong kek sudah me mpr ingatkan dengan gelisah:
"Hati-hati, penunggang kuda berbaju putih tadi telah berbalik ke mari, kali ini dia menuju ke te mpat kita berada."
Si tangan geledek Hoo Kian tak se mpat melanjutkan perkataan selanjutnya, dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu dia menatap ke arah depan lekat-lekat. Waktu itu mala m baru saja menje lang tiba, beribu-r ibu bintang tersebar memenuhi angkasa dan menyiarkan cahaya lembut dan licin, jalan raya yang panjang dan lebar diliputi sinar putih dan terang.
Dalam keheningan inilah mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang amat ramai berge ma dari kejauhan sana, lalu tampak sesosok bayangan putih bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi.
Dalam waktu singkat kuda putih tersebut sudah berada dua puluh kaki dihadapan mereka la lu meringkik panjang, kaki depan nya didepak-depakkan, sementara turunnya berputar kencang tepat dihadapan mereka.
Rupanya penunggang berbaju putih itu sudah me mbalikkan kudanya lagi dan melarikan ke arah kota Heng yang, tindak tanduk yang sangat aneh itu cukup me mbingungkan orang.
Pek lui jiu Hoo Kian dan Sian hong kek Hoo Gi segera berkerut kening setelah menyaksikan tindak tanduk penunggang kuda berbaju putih yang aneh itu, dalam waktu singkat mereka sudah terbuai dalam la munan mas ing- masing. . .
Im Yan cu si nona yang binal tapi licik seperti siluman rase itu hanya mengintip dari balik tirai, dia sendiri pun dibikin tidak habis mengerti oleh tingkah laku penunggang kuda berbaju putih yang aneh tersebut.
Namun dalam hati kecilnya sudah muncul suatu perasaan was- was, sebab tatkala orang berbaju putih itu memba likkan kudanya tetap dihadapan mereka, ia saksikan seluruh tubuh orang itu me la mbung diangkasa kemudian dalam waktu singkat pula ia me layang ke bawah dan duduk ke mbali diatas pelana kudanya.
Demo nstrasi kepandaian tersebut me m-bukt ikan kalau orang itu me miliki ilmu silat yang luar biasa sekali.
Tiba-tiba Im Yan cu me nghela napas sedih, katanya:
"Saudara Hoo, apakah kau melihat jelas gerakan tubuhnya tadi?" "Ya, kulihat amat jelas" sahut Pek lui Jiu Hoo Kian, 'entah siapakah orang itu? Hebat benar ilmu silat yang di milikinya"
Kembali Im Yan cu menghe la napas.
'Orang ini selalu mengikuti kita, tampaknya ia sudah mengetahui keadaan kita yang sebenarnya, aaaai .... bicara dari ilmu silatnya yang sangat lihay, aku pun turut menjadi ngeri rasanya...
Mendadak. ..
Dari sisi kereta berkumandang suara tertawa dingin yang menyeramkan seperti sukma yang sedang gentayangan ...
Suara tertawa itu lengking dan lir ih, seperti jarum le mbut yang ditusukkan ke tubuh orang, sungguh menggetarkan perasaan siapa saja. . .
Di tengah suara tertawa dingin yang menggidikkan hati itulah, tampak sesosok bayangan hitam berkelebat lewat...
Ke dua ekor keledai penghela kereta itu segera meringik panjang lantaran kaget, kaki depannya segera didepak depakkan ke muka, sementara laju kereta itupun segera terhenti.
Lalu kedengaran seseorarg bertanya dengan suara yang nyaring dan le mbut:
"Numpang bertanya, apakah kereta ini hendak pergi ke kota Heng yang??
Suara tertawa dingin yang menyeramkan serta suara teguran yang halus dan lembut, dua maca m suara yang berbeda irama ini diutarakan pada saat yang hampir bersamaan, ma ka ke tiga orang tokoh persilatan yang berada diatas kereta keledai itu merasa terperanjat dan tak tahu sejak kapan orang itu munculkan diri.
Perubahan yang sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan ini me mbuat Kanglam siang hou yang berada diatas ia tempat duduk kusir berubah muka, tapi dikala mereka mendengar suara teguran dan berpaling, ke empat mata mereka kontan terbelalak dengan wajah tertegun. Sampa i dimanakah rasa kaget yang menceka m perasaan mereka, bisa diketahui dari sini.
Im Yan cu yang berada dalam kereta dapat mendengar pula suara tertawa dingin dan suara pe mbicaraan tersebut ma ka dikala kereta itu berhenti, sepasang matanya yang jeli dan tajam telah me longok keluar lewat tira i dan dan me mandang ke muka ....
Dengan sebat hatinya tercekat, bulu kuduknya pada bangun berdiri, ia benar-benar a mat ketakutan.
Ternyata dibawah cahaya bintang tampak seorang nenek aneh yang bertubuh kecil sedang berdiri disebelah kiri keledainya, yang paling me ngerikan adalah wajahnya yeng jelek mengerikan itu, separuh hijau separuh hita m, separuh merah separuh putih.
Kalau cuma ke empat warna yang berbeda itu tampangnya masih belum seberapa mengerikan, yang menggidikkan hati adalah bisul busuk yang menonjo l dan me menuhi seluruh wajahnya itu, selain menjijikkan juga me muakkan perut orang.
Ini masih dita mbah pula dengan ra mbut-nya yang kusut penuh beruban dan kulit badan yang ber minyak.
Tampang muka semaca m ini sungguh menggidikkan hati me mbuat orang yang me mandangnya benar-benar akan merasa- kan pecah nyali sebab dia kelihatan seperti setan iblis, seperti kuntilanak dari kuburan.
Mendadak nenek jelek itu me mperdengar kan suara tertawa dingin yang rendah, berat dan a mat me mekikkan telinga..
Suara tertawa dingin yang menggidikkan tadi itu segera menyadarkan ke mba li Pek lui jiu dan Sian hong kek dari la munan mereka, meski demikian dengan sorot mata yang me mbawa perasaan jeri mereka awasi nenek je lek ini tanpa berkedip.
Tampak sinenek berta mpang jelek itu me mbuka mulutnya dan me mper lihatkan sebaris giginya yang kecil putih, kemudian dengan suara yang merdu bagaikan kicauan burung nuri dia berkata: "Engkoh berdua mengapa kalian? Apakah secara tiba-tiba penyakit cacad kalian ka mbuh?"
Kalau tadi, Pek lui jiu dan Sian hong kek merasa ngeri dan seram karena mengira sudah menjumpa i sukma gentayangan atau siluman iblis, maka sekarang setelah mendengar suaranya yang merdu merayu serta menyaksikan sebaris gigi nya yang putih bersih, mereka ma kin tertegun lagi.
Im Yan cu yang berada dalam kereta pun turut merasa keheranan, mereka tidak menyangka kalau nenek berwajah jelek itu me milik suara yang begitu merdu dengan dua baris gigi yang putih dan bersih.
Walaupun mereka telah menduga kalau orang itu sedang menya mar, tapi dari atas wajahnya yang jelek itu, sama sekali tak berhasil mene mukan tanda-tanda penyaruan nya.
Kalau dilihat potongan badannya yang kecil mungil, semestinya dia adalah seorang gadis re maja tapi punggungnya justru me mbungkuk, ia nampak tua renta dan rambutnya telah beruban semua, sama sekali tidak dijumpai bagian-bagian yang mencur igakan.
Nenek jelek ini kelihatan agak marah ketika me lihat Kanglam siang hou hanya berdiri termangu- mangu belaka, dengan gusar bentaknya:
'Hei, apakah telinga kalian sudah tuli se mua?`
Walaupun dia sedang me ma ki orang na mun suaranya masih tetap merdu merayu, dari tubuhnya terpancar pula bau harum semerbak bagaikan bunga anggrek, begitu syahdu, begitu harum, me mbuat orang merasa mabuk dan terbuai rasanya.
Pek lui jiu Ho Kian berpengetahuan luas, sebetulnya diapun me mbenci orang ini, tapi ia enggan mencar i gara-gara tanpa sebab atau suatu alasan tertentu.
Apalagi jika teringat akan luka yang sedang diderita Ku See hong serta pedang Ang soat kiam yang cukup menggetarkan dunia persilatan itu, dia merasa rahasia benar ini tak boleh sampai bocor dengan begitu saja..
Maka dengan wajah penuh senyuman dia menjura, ke mudian katanya sambil tertawa:
'bolehkah aku tahu, siapa na ma saudara?"
”Heeehhh ....heeeehhh... heehhh..." sesudah terkekeh-kekeh nenek jelek itu terbatuk-batuk kering, ke mudian dengan suara yang tua dan me melas lanjutnya: "pe milik kereta yang berbaik hati, berbuatlah kebajikan, bawalah serta aku si orang tua ke kota, bersedia bukan...?"
Nada suara maupun gerak geriknya tiada yang nampak dibuat- buat, terutama keadaannya yang tua dan lemah, me mbuat hati orang merasa iba dan me melas...
Pek lui jiu Hoo Kian sekalian lebih terkesiap lagi, walaupun mereka tahu kalau orang ini sedang menyaru, tapi mereka harus mengagumi juga atas ke ma mpuannya untuk me mainkan sandiwara dengan pelbagai tehnik dan taktik, bahkan sebelum ini mereka tak pernah mendengar kalau dalam dunia persilatan terdapat manusia seperti ini.
Pek lui jiu Hoo Kian menjadi serba susah setelah mendengar perkataan itu, ia sama sekali tidak mengenal asal usul orang ini, sedang ilmu menyaru mukanya juga menggidikkan hati, sudah dapat dipastikan ilmu silat yang dimilikinya tiada kedua dikolong langit, seandainya permintaan orang itu ditolak, sudah pasti ia tak akan menyudahi persoalan itu sa mpa i disitu saja.
Sian hong kek Hoo Gi mengge lengkan kepalanya berulang kali seraya berkata:
"Nenek, harap kau suka maafkan, ruang kereta kami sudah diborong semua oleh tamu kami, sedangkan tempat disamping kusir pun sudah disewa oleh yaya ini, maka harap kau sudi me maafkan, untung saja jarak kota Heng yang dari sini tinggal setengah li lagi" Dia m-dia m Pek lui jiu Hoo Kian mengagumi akan betapa cepatnya reaksi dari adiknya ini.
Kembali si nenek jelek terbatuk-batuk, katanya:
"Aaai. . . kalau kau adalah pemilik kereta ini, urusan akan lebih gampang dirundingkan lagi, Coba kau lihat, betapa tuanya aku, apalagi sedang mengidap penyakit parah, jangan lagi setengah li, setengah langkah saja rasanya sudah payah, harap kau sudi berbaik hati...'
Dia m-dia m Sian hong kek Hoo Gi menyumpah didalam hati, pikirnya:
"Sialan, jangan kau anggap sepasang mata kami sudah buta, me mangnya ka mi tidak tahu kalau kau sedang Menyaru?"
Pek lui jiu Ho Kian juga tahu, apabila tidak menunjukkan sikap yang agak kasar, mustahil orang ini bisa diusir pergi, mendadak dia menarik muka.
Baru saja akan berbicara...
Mendadak dari balik ruang kereta berkumandang suara teguran dari Im Yan cu yang dingin:
"Nona, diantara kita tiada dendam atau sakit hati, aku minta kau jangan mengganggu ka mi"
Sambil berkata, gadis itu menyingkap tirai dan melo mpat keluar dari keretanya.
'Oooh nona cilik yang amat cantik" nenek jelek itu menjer it kaget.
Im Yan cu menarik mukanya dan berseru dengan wajah sedingin es:
'Hei, pentang matamu lebar-lebar, kalau ingin berlagak seperti setan, lebih baik tunggulah setelah lewat tengah ma lam nanti"
Walaupun Im Yan cu merasa terkejut oleh penyaruan orang ini yang dinilainya sangat lihay, tapi sebagai orang yang cermat dan bermata tajam, setelah menga mati wajah orang ttu berapa saat, segera diketahui bahwa nenek itu hasil penyaruan seorang gadis yang wajahnya pasti amat cantik jelita.
Orang itu bisa muncul pada saat ini bahkan mengetahui keadaan mereka, maka Im Yan cu pun berencana untuk turun tangan keji dan me mbinasakan orang ini.
Padahal, Im Yan cu sekalian sa ma sekali t idak me nyangka kalau perempuan aneh ini sudah la ma menyembunyikan diri diatas kereta mereka, jadi apa yang telah mereka bicarakan tadi dapat didengar olehnya dengan jelas sekali, bahkan diapun telah membantu mereka untuk me mukul mundur seorang musuh tangguh.
Si penunggang kuda berbaju putih tadi, sebetulnya datang ke situ untuk mencar i gara-gara dengan Im Yan cu sekalian, tapi setelah diketahui olehnya kalau diatas kereta berdiri si perempuan aneh tersebut, diapun lantas me mbalikkan badan dan melarikan diri.
Sementara itu, perempuan aneh tersebut masih tetap bersikap seperti seorang nenek, katanya:
"Nona siapa na ma mu? Tajam a mat sepasang mata mu!"
Dia m-dia m Im Yan cu menghimpun tenaga dalamnya bersiap siaga menghadapi segala ke mungkinan, ketika mendengar perkataan tersebut, dia tertawa dingin dengan suara sinis dan mengnina, jengeknya:
"Aku bernama Lam sin giamlo (Raja akhirat untuk kaum pria), tapi mala m ini aku berganti nama menjadi Sin kui giam to (Raja akhirat penakluk setan). .!"
Perempuan berdandan aneh itu seakan-akan tidak mengerti apa yang dimaksudkan, dia bertanya lagi keheranan:
"Apa sih Raja akhirat untuk kaum pria itu? apa pula yang disebut Raja akhirat penakluk setan?"
Im Yan cu tertawa dingin dengan seramnya: 'Kau tidak me maha mi? Inilah yang dina makan Raja akhirat penakluk setan... !"
Ditengah pe mbicaraan, gadis itu menerjang ke depan, tangan kirinya dengan ke lima jari yang terbentang lebar mencengkera m wajah jelek si perempuan aneh tersebut dengan kecepatan bagaikan sa mbaran kilat.
Gerakan tubuh perempuan aneh itu me mang ampuh, terdengar ia menjerit kaget, seperti ketakutan dia mundur dengan sempoyongan, tapi justru dengan tindakan mana ia telah me loloskan diri dari cengkeraman kilat Im Yan cu ....
Sesudah mundur, pere mpuan aneh itu berseru ce mas:
'Nona, tunggu sebentar! Tunggu sebentar! wajah aku siorang tua penuh dengan tumor ganas, bila jari tanganmu sa mpa i menyentuhnya, aku bisa kesakitan setengah mati, masa aku mau kau cengkera m.
Hawa napsu me mbunuh yang berkeca muk dalam dada Im Yan cu semakin me mbara setelah menyaksikan cengkera man mautnya berhasil dihindari lawan, ia tertawa dingin lalu ujarnya sinis:
"Hmmmm ....selain topeng kulit manus ia mu itu akan kucopot pada ma lam ini, bahkan akupun hendak mengirimmu ke akhirat untuk menakut-nakuti setan disitu"
Berbicara sampai disitu, dengan wajah penuh hawa napsu me mbunuh selangkah demi selangkah Im Yan cu berjalan ke muka dan mendekati pere mpuan aneh itu.
Kembali pere mpuan aneh itu berseru dengan ce mas.
"Nona menyeramkan a mat wajahmu, oooh, cepat simpan ke mbali wajah ganas mu itu, aku seorang tua benar-benar ketakutan setengah mati. . .
Walaupun perempuan aneh itu menyerukan kata-kata yang menunjukkan rasa takut, namun dia masih berdiri tegak di te mpat semula, bahkah dari balik matanya memancar sinar tajam yang menggidikkan hati.
Im Yan cu segera berkerut kening, tiba-tiba lengan kirinya me mbuat gerakan satu lingkaran busur dengan suatu kecepatan yang luar biasa, kemudian telapak tangan kanannya secepat kilat me luncur ke depan me lancarkan serangan me matikan.
Begitu serangan mana dilepaskan, bagaikan angin puyuh yang me landa daratan rendah, segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat seperti ambruknya bukit karang atau melanda tibanya air bah meluncur tiba dengan hebatnya. . .
Menyaksikan datangnya anca man dahsyat tersebut, perempuan aneh itu meggoyangkan tangannya berulang kali, sambil me mper lihat kan lengannya yang kecil tapi putih bersih itu, serunya keras-keras: "Jangan! Jangan! Jangan nona. . . jangan me maksa aku seorang tua menunjukkan ke jelekanku!"
Menyusul goyangan tangan itu, segulung demi segulung hawa murni yang lembut dan halus tanpa menimbulkan sedikit suarapun me luncur ke muka dan menya mbut datang nya anca man dari Im Yan cu.
Menyusul kemudian ....
"Blaaamm, blammm, blaaamm ..!'serentak ledakan lirih mengge ma di angkasa...
Sepasang bahu perempuan aneh itu nampak bergoncang sedikit tapi segera menjadi tenang ke mbali.
Jauh berbeda dengan keadaan dari Im Yan-cu, sewaktu tenaga serangan lawan yang le mbut itu menyentuh tenaga pukulan yang dilepaskan olehnya segera terasalah suatu tenaga pantulan yang maha dahsyat berbalik mendesak kearah tubuhnya me maksa kuda- kudanya menjadi gempur dan ia turut mundur sejauh dua tiga langkah. Im Yan cu ter masuk seorang jago lihay pula dalam dunia persilatan, begitu dipaksa mundur oleh perempuan aneh yang tak diketahui asal usulnya ini, dia segera me mbentak nyaring...
Bagaikan gulungan ombak dahsyat, tubuhnya berputar tiga kali secara aneh, tahu-tahu ia sudah menerjang kembali ke sisi tubuh perempuan aneh tersebut.
Gerakannya ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan sa mbaran kilat, baru saja mundur, tubuhnya telah menerjang ke mbali ke depan, pada hakekatnya sama sekali tidak me mber i peluang kepada orang lain untuk mengatur diri...
Menghadapi terjangan-terjangan maut dari lawannya, perempuan aneh itu masih saja berteriak-teriak seperti orang gila, sementara kakinya melangkah tanpa beraturan, sepasang tangannya turut berputar-putar menciptakan lapisan hawa pukulan dahsyat, ketiga gulung tenaga serangan dari Im Yan cu itu segera kena terpunahkan hingga lenyap tak berbekas.
Im Yan cu sudah terlanjur ge mas atas sikap aneh musuhnya, dia tertawa dingin, tubuh nya menerjang ke muka dengan gerakan cepat tangan dan kakinya digunakan bersa ma me lakukan serangan kilat yang kesemuanya menggulung tubuh perempuan aneh tersebut.
Agaknya perempuan aneh itu sudah dipancing hawa amarahnya oleh serangan balasan Im Yan cu yang maha dahsyat itu, mendadak ia menarik ke mbali sikap ke edan-edanannya...
Sepasang ujung bajunya yang berwarna hita m, seperti dua ekor ular lincah, menggulung me lingkar dengan kecepatan yang luar biasa, yaa menebas, yaa memapas, semuanya tertuju ke urat nadi pergelangan tangan Im Yan cu.. .
Sementara itu, Im Yan cu telah menge mbangkan pula segenap kepandaian silat yang dimiliki, tenaga pukulannya yang berat seperti bukit karang selapis demi selapis meluncur ke muka ibaratnya angin puyuh dan hujan badai, keadaannya benar-benar menger ikan. Sodokan jari tangan, bacokan telapak tangan, tendangan berantai, semuanya dilancarkan dengan kecepatan tinggi serta gerakan yang ganas dan keji.
Tenaga dalam yang dimiliki perempuan aneh itu benar-benar amat sempur na, juga sangat aneh, semua ancamannya dilepaskan dengan gerakan yang nampaknya ringan, tapi jurus serangannya justru sangat aneh dan ganas, disertai pula dengan pelbagai perubahan yang me mbuat orang sukar untuk menduga atau mencegah sebelumnya.
Ketika Kanglam siang hou menyaksikan kecepatan gerak dua orang yang sedang bertarung itu, diam-dia m mereka menghe la napas panjang, tampaknya dunia persilatan me mang penuh dengan aneka ragam kejadian yang diluar dugaan.
Gerakan tubuh mereka indah dan lincah, serangannya ganas dan cepat, setiap jurus serangannya dilancarkan secara beruntun dalam satu gerakan yang me manjang, kea mpuhan jurus serangannya pun merupakan sesuatu yang menggetarkan sukma setiap manus ia.
Dalam waktu singkat, ke dua orang itu sudan bertarung sebanyak puluhan jurus.
Di dalam puluhan gebrakan tersebut, meski nampaknya Im Yan cu yang berhasil meraih kedudukan unggul, tidak begitu dalam kenyataannya, justru jurus-jurus serangan dari perempuan aneh itulah yang seluruhnya mengandung anca man me matikan yang menger ikan hati, tapi ia tidak berniat melukai Im Yan cu, ma ka semua anca man tersebut dibuyarkan dengan begitu saja setelah mencapai pada sasarannya.
Di tengah gerakan tubuhnya yang sangat cepat, tiba-tiba Im Yan cu berkelit ke sa mping menghindarkan diri dari anca man kilat dari perempuan aneh tersebut, telapak tangan kanannya dibalik dengan segera, dari serangan telapak berubah menjadi cengkera man, dicengkera mnya urat nadi lawan dengan suatu gerakan kilat. Sementara lima jari tangan kirinya disentilkan ke depan langsung menotok jalan darah Seng hiang dan Hu to hiat pada dahi kanan perempuan aneh tersebut.
Ilmu silat yang dimiliki pere mpuan aneh itu me miliki per mainan yang luar biasa, terdengar ia tertawa merdu dengan suara yang merdu merayu seperti bunyi keleningan...
Mendadak telapak tangan kirinya direndahkan ke bawah, telapak tangan kanannya melakukan tangkisan sejajar dengan muka ke mudian tubuhnya berputar cepat.
Telapak tangan kirinya yang merendah dengan ke lima jari tangan yang direntangkan lebar-lebar itu me mbalik secara tiba-tiba mencengkeram jalan darah Ci khi hiat di sikut kanan Im Yan cu.
Telapak tangan kanannya secara cepat menangkis gerakan Im Yan cu dan berbalik menotok jari tangan kirinya yang lagi menganca m dahi kanannya itu...
Terdengar, ia tertawa merdu.
"Nona Im, ilmu silat mu me mang terhitung hebat juga, sayang aku tak punya waktu senggang pada ma lam ini, tak ada salahnya bila pertarungan ini kita lanjutkan dike mudian hari saja..."
Im Yan cu benar-benar tidak habis mengerti bagaimana cara lawan mencengkeram jalan darah Ci ki hiatnya itu, sebab jurus serangannya yang sangat aneh itu me mbuat orang sukar me loloskan diri, terutama posisinya sewaktu melancarkan serangan benar-benar hebat dan luar biasa.
Begitu selesai berkata, perempuan aneh itu segera mengendor kan cengkera mannya pada sikut kanan Im Yan cu, lalu tangan kanannya mengayun ke depan, segulung kertas telah disusupkan ke dalam telapak tangan kanan Im Yan cu . ... .
Kemudian t idak na mpa k gerakan apakah yang digunakan, hanya terlihat sesosok bayangan hitam berkelebat lewat, seenteng se le mbar bulu, ia sudah melayang pergi menuju ke arah kota Heng yang. Kelihayan ilmu meringankan tubuhnya itu sungguh luar biasa sekali, hampir saja ia tak percaya kalau umat manus ia bisa me miliki kepandaian se maca m ini.
Dia m-dia m Im Yan cu menghela napas panjang, pikirnya: "Sebenarnya aku mengira ilmu silatku sudah tiada tandingannya
dikolong langit, tak nyana aku harus menelan kekalahan secara tragis ditangannya malam ini, padahal kalau kudengar nada perbicaraannya, dia seperti belum begitu dewasa"
Berpikir demikian, dia lantas me meriksa isi surat yang berada dalam telapak tangan kanannya itu.
Terbaca olehnya, surat tersebut berbunyi demikian:
"Wakil ketua dari Ban shia kau, Gin coa kiam (pedang ular perak) Ciu Heng thian telah mengetahui jejak kalian serta penyakit parah yang diderita olehnya!''
Dibawah surat itu tidak dicantumkan tanda tangan atau lambang lainnya.
Selesai me mbaca surat tersebut, Im Yan cu segera menghe la napas sedih dan pedih .... Helaan napas itu membuat orang sukar menduga is i hatinya, pelan-pelan dia mengha mpir i kereta keledai itu dan mengangsurkan surat tadi ke tangan Kanglam sianghou seraya bertanya:
'Menurut dugaan kalian, siapakah pere mpuan aneh ini?" "Berbincang dari dandanan serta kepandaian silat yang dimiliki
perempuan aneh ini, agaknya belum pernah kudengar ada manus ia semaca m ini dalam dunia persilatan''
Mendergar kalau mere ka pun t idak mengetahui asal usul dari perempuan aneh tersebut sekali lagi Im Yan cu menghela napas sedih, tanpa berbicara lagi dia lantas naik ke atas kereta keledainya.
Pek lui jiu Hoo Kian termenung sebentar, kemudian kata lagi: "Tapi kalau dilihat dari gerak gerik orang ini, tampa knya dia tidak bermaksud untuk me musuhi kita"
Padahal Pek lui jiu Hoo Kian dan Siang hong kek Hoo Gi sudah menduga siapakah orang itu, tak terlukiskan rasa girang dalam hati mereka, kedua orang itu sadar bahwa luka yang diderita Ku See hong sudah tak perlu dikuatirkan lagi.
"Mari kita berangkat ke kota" terdengar Im Yan cu berseru cemas. .
Kanglam siang hou segera me mbentak keras, cambuknya dihantamkan keatas keledainya keras-keras:
Dua ekor keledai itupun mulai berlarian menuju kedepan, suara roda kereta yang menggilas batu menimbulkan suara yang amat nyaring dan me mbe lah keheningan ma la m.
Waktu itu mereka telah percepat perjalanan untuk mencapai tempat tujuan, dibawah kerlipan cahaya bintang tampak debu mengepul me menuhi angkasa. .
Kota Heng yang merupakan kota pusat lalu lintas wilayah Cu ciu, bentengnya kekar dan tinggi, waktu itu kereta keledai tersebut telah mene mbus i pintu kota dan menerjang mas uk ke dala m.
Tiba-tiba terdengar Im Yan cu berkata, dari balik tirai:
"Saudara Ho, cepat larikan kereta kedalam kota, kita harus segera mencari rumah penginapan'
Sian hong kek Ho Gi berseru keras, cambuk ditangan kanannya segera diayunkan ke depan.....
Waktu itu kota Heng yang belum la ma me njelang ma la m, suasana di sepanjang jalan raya amat ra mai, pasar mala m baru mulai dan la mpu berwarna-warni menerangi dimana- mana, untuk berjalan kaki saja harus berdesakan, apalagi lewat dengn kereta, hakekatnya sangat sulit.
Dengan susah payah Kanglam siang hou menja lankan kereta mereka menuju ke depan sebuah rumah penginapan yang agak besar, ketika mendonga kkan kepalanya, terbaca olehnya papan nama didepan pintu bertulis kan e mpat huruf besar:
"Rumah penginapan Yang tang"
Sejak me masuki kota, secara tiba-tiba Pek lui jiu Hoo Kian menyaksikan ada banyak sekali lelaki kekar ber mata tajam yang secara diam-dia m me ngawasi gerak gerik kereta mereka.
Menyaksikan hal mana, dia m-dia m ia berpikir:
"Sudah pasti mereka adalah para begundal dari Ban shia kau, agaknya manusia- manus ia laknat tersebut telah bersiap siaga untuk menerbitkan keonaran pada mala m ini...''
Sementara dia masih ter menung, tiba-tiba tampa k seorang pelayan muncul dari dalam rumah penginapan itu dan berkata sambil me njura:
"Tuan sekalian, apa sedang mencari ka mar? Penginapan ka mi me mpunyai sebuah ruang tersendiri yang bersih dan tenang, bila tuan bersedia, harganya boleh dikort ing sedikit....
Belum habis dia berkata, tiba-tiba terdengar suatu derap kaki kuda berkumandang datang, menyusul seseorang berseru dengan suara parau:
"Apakah di rumah penginapan ini masih ada ka mar? '
Baru saja pelayan itu me mba likkan badan dan tak se mpat me mbuka suara, Sian hong kek Ho Gi sudah menyerobot lagi:
"Baik, ka mi pesan ka mar itu!'
Baru saja selesai berkata, dua ekor kuda sudah berhenti didepan pintu rumah penginapan Yang tang.
Penunggang kuda itu adalah seorang lelaki berusia tiga puluh lima enam tahunan yang berwajah abu-abu dengan sebuah codet sepanjang berapa inci menghiasi pipi kirinya.
Sedangkan yang lain adalah seorang lelaki berperawakan pendek yang sepasang kening nya menonjo l keluar, sorot matanya tajam, jelas merupa kan jago persilatan yang me miliki tenaga dalam a mat sempurna.
Begitu melihat kemunculan kedua orang ini, Kanglam Siang hou segera berkerut kening.
Belum se mpat mereka mengucapkan sesuatu, lelaki bercodet itu telah berkata sambii tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaahh....haaaaahhhh... haaahhh... pelayan cepat tuntun kuda toayamu ini ke istal, siapkan ma kan dan minuman, sebentar pasti ada persen untukmu"
Menyaksikan ta mpang tamunya yang mir ip dua ma laikat bengis itu, si pelayan bergidik rasanya, bulu kuduk pada bangun berdiri setengah merengek ia berkata:
"Maaf toaya berdua, dalam penginapan kami cuma tinggal sebuah kamar saja, kebetulan ka mar tersebut sudah dipesan lebih dulu oleh ta mu penunggang kereta ini"
Lelaki bercodet itu segera melotot sekejap ke arah sang pelayan dengan sepasang mata tikusnya yang tajam, kemudian me mandang sekejap ke arah Kanglam siang hou sa mbil mendengus.
Sambil me ngendalikan rasa gusar yang me mbara di dada Pek lui jiu Hoo Kian, ia melo mpat turun dari atas kereta dan berkata seraya menjura .
"Harap saudara sudi me maafkan'
"Ehmm. . .! ternyata kaupun jago kalangan persilatan' kata le laki bercodet itu dengan suara yang parau seperti gembrengan bobrok ''hmmm, Tapi, kalian mesti tahu aturan, kamar disini sudah kami pesan, lebih baik kalian mengalah saja!''
Sikap mereka yang sama sekali tak tahu aturan ini sungguh me mbuat orang tak sabar menahan diri.
Sian hong kek Gi segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhhh...haaaahhhh. . . haaahhhh. . . saudara apakah kau hendak me ma merkan sifat berandalmu?"
Ketika lelaki bercodet itu mendengar suara tertawa dari Sian hong kek, sekali lagi hatinya bergetar keras, tapi diluarannya tetap tertawa terbahak-bahak, katnya:
"Haaaah. . . haaahhh. . . kaupun seorang jagoan dari dunia persilatan"
Sambil berkata, cambuk yang berada di tangan lelaki bercodet itu tahu-tahu sudah menegang kencang bagaikan sebatang tombak, agaknya dia sudah berusaha untuk mengumbar hawa a marahnya.
Mendadak lelaki pendek yang berada di sampingnya menghalangi niat tersebut sambil berkata:
'Saudara Kiong, kalau toh disini tak ada ka mar, kita tak usah ngotot untuk tinggal disini, apalagi rumah penginapan dikota ini berpuluh buah banyaknya, mari kita pergi saja!"
Seraya berkata, dia lantas menarik tangan lelaki bercodet itu dan berlalu dari situ.
Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh pelayan itu baru menyumpah dengan lirih:
"Maknya, dua hari belakangan ini aku selalu berte mu dengan manus ia kasar maca m begitu, benar-benar lagi sia l. . ."
Pek lui jiu Hoo Kian yang berada disa mpingnya segera tersenyum, sapanya kemudian:
"Engkoh pelayan, apakah ruangan itu cukup tenang?"
"Bukankah tuan ingin mencari ka mar? Penginapan ka mi terhitung penginapan no mor satu dikota Heng yang, perlengkapan nya lengkap, seryisenya me muaskan, tak usah dibilang lagi "
Sejak bertemu dengan dua orang tadi, pelayan itu sudah dibikin mendongkol, apalagi setelah mendengar perkataan Pek lui jiu Ho Kian seperti orang yang tidak ber maksud mencari ka mar, amarahnya makin menjadi.
Pada saat itulah, mendadak ia pandangan matanya menjadi silau, tirai kereta disingkap orang, seorang gadis cantik jelita melangkah turun dari kereta.
Sebenarnya pelayan itu masih menggerutu terhadap Kanglam siang hou, menanti Im Yan cu telah munculkan diri, dia baru tertegun dan berdiri me matung seperti orang yang kehilangan semangat, mimpi pun ia tak menyangka kalau didunia ini terdapat gadis yang begitu cantik jelita.
Setelah turun dari kereta, Im Yan cu berkata merdu:
''Pe milik kereta, tolong bimbinglah kakakku turun dari kereta!'' Mendengar ucapan tersebut, seperti baru sadar dari impian,
pelayan itu tak tahu apa yang dikatakan si nona, buru-buru serunya dengan nada tergagap:
"Nona, biar aku yang meno longmu, biar aku yang me nolongmu!"
Seraya berkata dia lantas maju ke depan siap menubruk ke arah si nona. . .
Pek lui jiu Hoo Kian segera merentangkan tangannya menghadang jalan pergi pelayan itu, serunya:
"Hei pelayan, kau cepat me mbawa nona kami masuk ke dala m"
Pelayan itu segera merasakan tubuhnya seakan-akan menumbuk diatas kebatang tiang besi yang sangat kuat, kontan ia mundur dua langkah dengan se mpoyongan.
Tapi ia benar-benar terpikat oleh kecantikan Im Yan cu, ke mudian serunya berulang kali:
"Nona silahkan! Ha mba akan mengajak mu menuju ke ka mar yang paling bersih dan tenang, tanggung kau pasti akan puas."
"Tunggu sebentar!' seru lm Yan cu dengan paras muka dingin dan kaku seperti salju. Sian Hong kek Hoo Gi telah me mbopong turun Ku See hong, saat itu dia sedang tertidur nyenyak sehingga keadaannya tak jauh berbeda dengan mati, mukanya pucat pias dan tubuhnya kaku.
Ketika pelayan itu mendengus bau darah, apalagi melihat keadaan Ku See hong, sambil menelan air liur buru-buru serunya:
'Hei, hei, Kalau dia sudah mati, jangan kau bawa masuk ke dalam rumah penginapan!'
Im Yan cu berkerut kening, tangannya segera diayunkan ke depan berulang kali..
`Plaak- plook!" dia ta mpar mulut pelayan itu beberapa kali, ke mudian serunya dengan gusar:
`Dia sedang sakit, mengerti? Kalau berani mengaco belo, hati- hati kalau kubeset kulit badanmu.."
Ternyata di Negeri Tionggoan berlaku suatu kepercayaan yang mengatakan, bila ada orang mati, tak boleh digotong masuk ke dalam rumah, kalau sa mpa i digotong masuk ma ka rumah tersebut bakal ada orang yang mat i juga.'
Pelayan itu merasakan matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling karena dita mpar oleh Im Yan cu, tapi ia sama sekali tidak menjadi gusar, malah sa mbil tertawa paksa, katanya:
”Maaf nona, heehh. . heeehh.. perlukah ha mba panggilkan seorang tabib kena maan?"
"Tidak usah" tukas Im Yan cu dingin, ”cepat bawa kami masuk ke dalam...'
Pelayan itu mengiakan berulang kali, lalu sa mbil tertawa cengar cengir ia me mbalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam rumah penginapan.
Sementara itu, Pek lui jiu Hoo Kian telah menga mbil sebuah selimut dan ditutupkan keatas badan Ku See hong, setelah itu sekalian menurunkan barang bawaan mereka. Rumah penginapan Yang tang me mang terhitung rumah penginapan terbesar dikota Heng yang, seluruh bangunan me liput i beberapa bau lebarnya, bangunan rumahnya mencapai dua ratus kamar lebih.
Waktu itu hampir seluruh pandangan mata tamu yang ada disana tertuju ke wajah Im Yan cu, tapi setelah melihat Ku See hong dalam bopongan Sian hong kek Hoo Gi se muanya berguman dihati:
"Benar-benar merusak pandangan indah, masa seorang gadis cantik me mbawa seorang penyakitan yang ha mpir ma mpus '
Sebelum turun dari keretanya tadi, Pek lui jiu Ho Kian telah me mperhatikan se mua tamu yang berada dalam ruang penginapan, ternyata tak seorangpun yang dikenal.
Dan kini, ia berjalan di pating belakang, sementara sepasang matanya yang jeli me mperhatikan sekeliling ruang tersebut.
Waktu itu, Im Yan cu berlagak seperti seorang gadis le mah yang tak berke ma mpuan apa-apa, langkahnya le mah ge mulai, kepalanya tertunduk rendah-rendah seperci gadis pe malu.
Tindak tanduknya yang le mah le mbut tersebut me mbuat si nona semakin me mpersonakan hati orang, tak heran kalau puluhan orsang tamu yang berada disana sama-sama terbelalak dibuatnya, selain perhatian mere ka ha mpir tertuju ke tubuhnya seorang.
Dengan de mikian, Pek lui jiu Hoo Kian dan Sian hong kek Ho Gi jadi lolos dari penga matan orang.
Pek lui jiu Ho Kian yang menjumpa i kejadian itu, dia m-dia m me muji akan kecerdasan Im Yan cu.
Sang pelayan me mbawa mereka mene mbusi e mpat buah halaman, me mbe lok berapa tikungan dan sa mpa i di muka sebuah pintu kecil berbentuk bulat, sambil berpaling ke arah Im Yan cu, ujarnya tertawa:
"Nona, ruangan ini merupakan ruangan terbaik dari penginapan kami, tempatnya rapi, bersih dan dekorasinya indah mewah .." Sembari berkata, dia sudah membuka pintu dan melangkah masuk lebih dahulu.
Im Yan cu mencoba me mperhatikan ruangan itu, ternyata me mang sepi dan terpencil letaknya, sekeliling bangunan terdiri dari dinding pekarangan yang tingi, dalam hala man tumbuh berbagai maca m bunga yang menyiarkan bau harum se merbak.
Sambil tertawa, pelayan itu berseru:
"Nona, coba kau lihat, cocok tidak dengan hala man ini?"
Pelan-pelan Im Yan cu melangkah masuk ke dalam ruanagn, ketika dilihatnya perabot kamar sangat bersih dan nyaman, sambil tersenyum dia mengeluar kan sekeping uang emas dan di serahakn kepada pelayan sambil berkata:
"Untuk se mentara simpan dulu di kasir, lewat beberapa hari kita perhitungkan ke mbalinya'
Buru-buru pelayan itu tertawa paksa, segera katanya:
'Nona ingin makan apa? Silahkan saja diperintahkan, hamba segera akan pesankan ke dapur!"
"Tidak usah" Im Yan cu menggoyangkan tangarnya berulang kali, ”bila ada urusan ka mi bisa me ma nggilmu sendiri"
Mendadak, pada saat itulah ....
Dari balik pintu bulat melangkah masuk seorang le laki kasar berbaju hitam, tanpa mengucapkan sepatah katapun orang itu langsung menerjang kedalam ruangan.
Si pelayan yang kebetulan sedang mengundurkan diri dengan badan terbungkuk-bungkuk kontan bertubrukan dengannya.
Sang pelayan yang kena tertumbuk oleh le laki berbaju hitam itu kontan terpental sejauh berapa kaki dan jatuh tercelentang di atas tanah.
Tapi dengan cepat dia sudah me lo mpat bangun ke mba li sa mbil berteriak keras: "Hei, hei, toaya .... ruangan ini telah dipesan orang se mua, mengapa kau masuk kesini dengan se mbarangan?"
Sian hong kek Ho Gi sudah me mbaringkan tubuh Ku See hong diatas pembaringan kayu waktu itu, mendengar suara ribut-r ibut diluar, dia segera me mburu keluar dan menghadang di depan pintu, segera bentaknya dengan suara dingin:
'Saudara, apa maksudmu menerjang mas uk ke dalam ka mar kami?"
Sementara itu, Pek lui jiu Ho Kian serta Im Yan cu telah me mbur u pula keluar ruangan.
Tiba-tiba terdengar Im Yan cu berseru sa mbil tertawa merdu: "Pelayan, kau boleh keluar! Dia adalah anggota keluargaku,
mungkin ada urusan penting hendak me ncari ka mi'
Pek lui jiu Ho Kian, Sian hong kek Hoo Gi serta lelaki berbaju hitam itu na mpak tertegun sesudah mendengar ucapan tersebut.
Sedang si pelayan segera me mbungkukkan badannya dan berseru sambil tertawa paksa:
"Baik, baik! Nona-- '.
Berbicara sa mpai disitu, buru-buru si pelayan mengundurkan diri dari sana, sekalian merapatkan pintu bulat tersebut.
Setelah pelayan itu berlalu, paras muka Im Yan cu baru berubah menjadi dingin seperti es, di balik matanya yang jeli terpancar keluar cahaya tajam yang menggidikan hati, katanya setelah tertawa dingin dengan suara mengera mkan:
"Di sorga ada jalan kau ogah melewatinya, neraka tiada pintu kau justru menerjang ke mari, aku lihat nasib sialmu me mang telah berada didepan mata"
Setelah mendengar teguran mana, Pek lui jiu Ho Kian dan Sian hong kek Hoo Gi baru mengerti apa gerangan yang telah terjadi, dengan cepat mereka melo mpat kesa mping dan menghadang ja lan mundur lelaki berbaju hitam itu.
Semenjak menyaksikan gerakan tubuh dari Kanglam siang hou, lelaki berbaju hitam itu sudah tahu kalau gelagat tidak menguntung kan, tapi dia terlalu yakin dengan berapa jurus serangan dahsyat yang dimilikinya, maka paras mukanya masih na mpak sangat tenang.
Dia pun tertawa seram.
'Heeeehhh.... heeeehhh. . .heeeeehhh. . nona mungkin kaulah yang menjadi gendak Ku See hong?"
Im Yan cu merasa a mat terperanjat sekali, mukanya berubah menjadi merah pada m.
Harus diketahui, gadis perawan di ja man itu tak pernah keluar rumah bila belum pernah menikah, meskipun adat istiadat tersebut tidak mengikat para gadis yang berkelana dalam dunia persilatan, akan tetapi bila sampai dimaki orang sebagai gendaknya seorang pemuda, mala penghinaan tersebut benar-benar suatu penghinaan yang keterlaluan sekali. . .
Benar Im Yan cu sangat mencintai Ku See hong, tapi setelah dikatakan sebagai gendaknya Ku See hong oleh lelaki berbaju hitam itu, ia menjadi malu dan tersinggung perasaannya.
Dengan suara rendah dan berat Pek lui jiu Hoo Kian segera menegur dingin:
"Kau adalah manusia laknat dari Ban shia kau?" Lelaki berbaju hitam itu tertawa seram.
"Heeehhh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . siapa kau? Berani benar menghina perkumpulan kami?"
Ternyata lelaki beraju hitam ini adalah seorang hiangcu dibawah pimpinan ruang Tee hun tham yang berada dalam perkumpulan Ban shia kau, orang menyebutnya sebaga Thi sah ciang (pukulau pasir besi), Ban Kwan seng. Paras muka Sian hong kek Ho Gi berubah berat me mbesi, dia turut berkata pula dengan nada dingin:
"Malam ini kau jangan harap bisa lolos dari kota kematian ini dengan sela mat, agar kau bisa mati dengan hati yang jelas, ketahuilah bahwa yayamu berdua adalah Kanglam sianghou!"
Begitu Sian hong kek Ho Gi melapor kan asal usulnya, paras muka si pukulan pasir besi Ban Kwan seng berubah sangat hebat, tapi hanya sebentar saja telah pulih ke mba li seperti sedia kala, dia tertawa seram makin keras lagi.
'Heeeehhh. . . heeehhh. . .Heeeeehhh. . . maaf, maaf! Rupanya kalian berdua adalah Pek lui jiu dan Sian hong kek yang amat termashur itu, cuma aku pun ingin me mberi tahukan kepada kalian, sekarang bila tidak segera mengundurkan diri dari te mpat ini, mungkin kau tak bisa hidup me lewati kentongan kelima "
Im Yan cu mendengus dingin dengan nada yang menghina, dengan wajah diliputi hawa napsu me mbunuh, dia berseru pula:
"Aku pun hendak me mber i tahukan kepada mu, kehidupanmu dalam dunia saat ini dengan cepat akan berakhir"
Sambil berkata, paras muka gadis itu berubah se makin dingin seperti es, sepasang matanya me mancarkan cahaya dingin yang penuh dengan hawa pembunuhan, pelan-pelan dia berjalan mengha mpiri si Pukulan pasir besi Ban Kwan seng.
Bergidik juga hati Thi sah ciang Ban Kwan seng sesudah menyaksikan paras muka Im Yan cu yang menggidikkan hati itu, dia m-dia m pikirnya:
"Aduh celaka, mala m ini aku benar-benar sudah salah melihat "
Ternyata dia mengira Im Yan cu adalah seorang gadis yang sama sekali tidak mengerti ilmu silat sehingga segenap perhatiannya dipusatkan pada Kanglam siang hou berdua, dalam anggapannya kedua orang lelaki itu pasti dapat diatasi dengan mengandalkan kepandaian silat yang dimilikinya. Tapi sesudah mendengar Kanglam sianghou melaporkan namanya seketika itu juga hatinya menjadi dingin separuh, tapi satu ingatan segera melintas pula di dalam benaknya, dia berniat untuk me mbe kuk gadis itu dan menjadikannya sebagai sandera dalam usahanya melarikan diri nanti.
Tetapi sekarang, ia sudah tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki gadis itu, bahkan jauh mengungguli ke ma mpuan Kanglam siang hou, bisa dibayangkan betapa terkesiapnya hati orang ini.
Sekujur badan si Pukulan pasir besi Ban Kwan seng ge metar sangat keras, menyusul gerak tubuh Im Yan cu yang mendesak maju ke depan, dia mundur terus berulang kali....
Udara disekeliling te mpat itu segera diliputi oleh suasana seram dan mengerikan hati...
Mendadak...
Si pukulan pasir besi Ban Kwan seng miringkan badannya ke samping, lalu setelah bertekuk pinggang, tangan kanannya diayunkan ke depan menghajar dada Sian hong kek Ho Gi.
Serangannya dilakukan cepat dengan kekuatan yang dahsyat, terasa desingan angin tajam yang me mekikkan telingan me nderu- deru.
Sian hong kek Ho Gi ter masuk juga seorang jagoan yang berdarah panas, melihat datangnya ancaman tersebut bukan mundur, dia ma lah maju ke depan, kakinya berputar seperti angin puyuh, tangan kirinya me mbalik dan mengguna kan ilmu Ki na jiu hoat, dia cengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan lawan.
Sebetulnya serangan yang dilancarkan si Pukulan pasir besi Ban Kwan seng terhadap Sian hong kek tadi tak lebih cuma sebuah gertak sambal belaka, baru saja telapak tangan kanannya didorong ke muka, buru-buru dia me mbuyarkan ke mbali anca man tersebut, tangan kirinya balik dibuang ke belakang dan menghantam ke arah Pek lui jiu Ho Kian yang berada disebelah kanan dengan sebuah pukulan maha dahsyat.
Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, lantas menyelinap keluar me lalui celah-ce lah diantara Kanglam siang hou.
Sian hong kek Ho Gi adalah seorang ahli dalam ilmu meringankan tubuh, sudah barang tentu ia tidak me mbiarkan lawannya melarikan diri dengan begitu saja, baru saja si pukulan pasir besi Ban Kwan seng hendakmenggerakan badannya, bayangan manusia tampa k berkelebat lewat, Sian hong kek sudah menghadang dihadapan mukanya sambil mendorongkan telapak tangan kanannya dengan sebuah pukulan aneh.
"Blammm....!" terjadi suatu benturan nyaring yang amat me me kikkan telinga...
Bahu kiri si pukulan pasir besi Ban Kwan seng kena terhajar telak sehingga mundur dengan se mpoyongan, "Uaakk !'' ia muntah kan darah segar, mukanya pucat pias, kulit mukanya berkerut kencang menahan penderitaan yang sangat hebat.
Sian hong kek Ho Gi merasa terkejut bercampur tercengang juga ketika dilihatnya serangan yang dia lancarkan sama sekali tidak berhasil me mbinasakannya.
Pek lui jiu Ho Kian sudah terlanjur me mbenci manusia durjana ini, ketika menyaksikan Pukulan pasir besi Ban Kwan seng mundur ke arahnya dengan sempoyongan, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan dengan cepat.
Segulung tenaga pukulan yang sangat dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah sa mudra langsung menggulung dan menghanta m jalan darah penting di seluruh tubuhnya.
Seandainya tubuh si Putkulan pasir besi Ban Kwan seng terhajar oleh serangan angin puyuh yang dilancarkan Pek lui jiu Ho Kian niscaya dia akan tewas seketika.
Tapi, umat persilatan kebanyakan memang suka menggunakan akal licin atau tipu mus lihat untuk merobohkan lawannya. Tiba-tiba terdengar Pukulan pasir besi Ban Kwan seng me mperdengarkan suara tertawa liciknya yang penuh dengan rasa bangga, secepat kilat tubuhnya me lejit ketengah udara, seperti seekor burung rajawali, ia melo mpati dinding rendah hala man dan me layang pergi.
Ternyata pukulan pasir besi Ban Kwan seng sama sekali tidak mender ita luka yang parah oleh serangan dari Sian hong kek Ho Gi tadi, akan tetapi dia adalah seorang manusia licik yang banyak tipu mus lihatnya, dia tahu andaikata ia tak belagak luka parah, nyawanya pasti akan beralnir hari ini.
Itulah sebabnya setelah terhajar oleh serangan Sian hong kek tadi, dia me ma ksa hawa murninya mendesak ke dada yang berakibat darah muntah keluar, dikala tubuhnya mundur dengan sempoyongan inilah dia mencari peluang untuk me loloskan diri dari sana.
Orang bilang diluar langit masih ada langit, diatas manus ia tangguh masih terdapat manusia tangguh lainnya.
Walaupun Pukulan pasir besi Ban Kwan seng menganggap perhitungannya lumayan hebat, tapi justru ada orang yang jauh lebih cerdas daripada dirinya.
Sewaktu tubuh Pukulan pasir besi Ban Kwan seng hampir mencapai atas dinding pekarangan, entah sejak kapan, tahu-tahu Im Yan cu bagaikan sukma gentayangan sudah berdiri diatas dinding pekarangan tersebut. Sepasang tangannya segera diayunkan ke depan berulang kali, diantara sentilan jari-jar i tangannya, sepuluh gulung desingan angin tajam yang me mbawa serangan mematikan langsung meluncur ke muka dan menghajar jalan darah ke mant ian di tubuh Pukulan pasir besi Ban Kwan seng.
Betapa terkesiapnya Pukulan pasir besi Ban Kwan seng ketika menyaksikan ImYan cu sudah berdiri tegak dihadapannya, belum habis jeritan kagetnya dipancarkan. . .
Ke sepuluh gulung desingan angin tajam itu sudah menghajar sepuluh buah jalan darah ke matian di atas tubuhnya, darah segar me mancar keluar bagaikan pancuran, tak sempat mendengus lagi ia mati secara mengenaskan di tangan Im Yan cu.
Badannya mence lat ke tengah udara dan "Blaaamm!" terbanting keras di atas tanah.
Selesai me mbereskan nyawa pukulan pasir besi Ban Kwan seng, dengan enteng Im Yan cu me layang turun ke atas tanah, lalu katanya dengan suara lirih:
"Saudara Ho, tolong kau bereskan jenazah orang ini, daripada nantinya pelayan itu geger"
Sebenarnya Kanglam Sianghou masih termangu setelah menyaksikan Im Yan cu me mbunuh Pukulan pasir besi Ban Kwan seng dengan lima jarinya, mereka menjadi kaget setelah menyaksikan Im Yan cu tahu-tahu berdiri dihadapannya, kesempur naan ilmu meringankan tubuhnya itu ibaratnya sukma gentayangan saja.
Dengan wajah penuh penyesalan, Pek lui jiu Ho Kian berkata: "Andaikata bukan nona, hampir saja orang ini me larikan diri dari
sini....
Im Yan cu a mat murung, ia berkata:
'Sekarang jejak kita sudah ketahuan, sebentar lagi segala macam kerepotan akan berdatangan, yang paling menguatir kan adalah keadaan luka yang diderita engkoh Hong "
'Kau tak usah kuatir nona Im" kata Pek lui jiu Hoo Kian dengan penuh rasa percaya pada diri sendiri, "luka yang diderita Ku sauhiap sudah pasti akan di sembuhkan orang"
Pikiran dan perasaan Im Yan cu saat ini sudah dibikin bingung oleh keadaan luka dari Ku See hong, oleh karena itu ia tak bisa menangkap maksud lain di balik ucapan tersebut, setelah menghela napas sedih, pelan-pelan ia berjalan masuk ke dalam ruangan.
Enam buah lilin menerangi ruangan tersebut, me mbuat setiap bagian ruangan itu menjadi terang benderang. Ku See hong berbaring di atas pe mbaringan kayu dengan wajah pucat keemas-e masan, sama sekali tiada warna darah yang menghiasi wajahnya, palagi sesudah disiksa selama berapa hari oleh pukulan beracun Hou kut jian hun im kang, tubuhnya benar-benar sudah dibikin kurus sekali hingga seakan-akan berubah menjadi dua orang yang berbeda.
Kini dada Ku See hong sudah mulai naik turun tak menentu, gejala seseorang yang hampir mendusin, berarti saat baginya untuk menerima siksaan yang keempat dari ilmu pukulan Hou kut jian hun im kang sudah ha mpir dimulai. . .
Im Yan cu menga mbil sele mbar kursi dan duduk disamping pembaringan Ku See hong, matanya yang indah telah basah oleh ari mata, ia sedang menatap wajah Ku See hong tanpa berkedip.
Dalam hati kecilnya sekarang sudah timbul suatu firasat tak baik, dia tahu kalau pemuda itu tiada harapan lagi, maka sewaktu Ku See hong sadar nanti, dia tak akan melepaskan kesempatan yang sangat baik itu untuk berbicara dengannya.
Bila Ku See hong sedang mengala mi suatu siksaan yang teramat keji akibat pukulan beracun yang diterimanya, hal mana selalu berlangsung dalam satu jam lebih, karena waktu sela ma satu jam adalah waktu yang dibutuhkan racun dingin Hou kut jian hun im kang untuk mere mbes ke dalam tubuh.
Selama satu jam ini seluruh badannya tak akan merasakan penderitaan apa-apa, tapi seluruh badannya akan menjadi le mas dan sama sekali tak bertenaga.
Mendadak ....
Dari dalam tubuh Ku See hong me ngeluarkan suara ge merutuk yang aneh sekali...
---odwo---