Jilid 11
KU SEE HONG sendiri, walaupun menunjukkan sikap yang acuh, seakan-akan dunia mau kia matpun dia tak ambil perduli, sesungguhnya dengan sepasang mata yang tajam, dia telah awasi setiap tamu yang berada diruangan itu. Menyaksikan perhatian orang yang begitu serius, dia m-dia m diapun turut merasa terkesiap.
Telinganya yang tajam telah menangkap jelas semua pembicaraan dari La m-ciau serta Pak-siang, dia pun ingin tahu peristiwa apakah yang telah menimbulkan kegugupan bagi umat persilatan. Tampak Biau-ki siang-su In Han im menar ik muka, lalu berkata dengan serius:
"Lui lote…, persoalan ini bukan hanya satu saja, bahkan setiap peristiwa merupakan kejadian yang cukup menggetarkan hati orang..!"
Setelah berhenti sebentar untuk menarik napas panjang, ia me lanjutkan lebih jauh,
"Peristiwa aneh yang PERTAMA adalah: Tentang suara nyanyian aneh yang diketahui setiap orang semenjak tiga belas tahun berselang itu "
"Sebenarnya setiap umat persilatan menaruh curiga kalau nyanyian itu merupakan nyanyian dari Bun-ji koan-su, si `manus ia sakti dari dunia persilatan`, untuk me mbalas dendam atas dikurubutinya dia dipuncak Toa-soat-san pada dua puluh tahun berselang!.., Dia dengan menggunakan nyanyian itu untuk me mancing kaum laknat tersebut masuk ke dalam perangkapnya dan me mbunuh mereka satu persatu.!"
"Siapa tahu dugaan umat persilatan sela ma ini ternyata tidak benar! . . . ,karena nyanyian aneh itu bukan dibawakan oleh Bun-ji- koan-su, me lainkan oleh seorang pe muda yang tidak dikenal !"
Baik Lam-ciau maupun Pak-s iang adalah manusia manusia yang luar biasa, ternyata pandangan serta penilaian mereka terhadap para Bu-lim cianpwee pun lain daripada yang lain. Tidak seperti orang lainnya, mereka tidak ingin pandangan tersebut terpengaruh oleh kesan-kesan sa mpingan lainnya....
Sebagaimana diketahui, Bun-ji-koan-su dianggap oleh umat persilatan sebagai seorang gembong iblis yang a mat keji, tapi sekarang Biau- ki-s iang-su telah menyebutnya sebagai seorang
`Manusia Sakti`, sedangkan terhadap para jago yang mengajar Bun-ji- koan-su dianggapnya `kawanan laknat`!.., penilaian yang amat berani ini segera menimbulkan rasa kaget dan tercekat oleh semua jago persilatan yang hadir disitu. Ku See-hong merasa terharu sekali, dia sama sekali tidak menyangka kalau didalam dunia persilatan masih terdapat dua orang manus ia gagah seperti La m-ciau dan Pak-s iang yang berani menge mukakan pandangan yang jujur dan adil terhadap gurunya .
Sementara itu, terdengar Sin-hong-hwee ciau Lui- Ki menyela: "Saudara In, siapakah pemuda itu? Menurut perkataanmu itu
belum tentu pandangan umat persilatan terhadap persoalan ini salah, siapa tahu kalau pemuda ini adalah murid atau ahli waris dari Bun-ji koan-su?
Ku See hong yang mendengar perkataan itu dia m-dia m merasa terperanjat, ia tak menyangka kalau Sin hong hwee ciau yang tampaknya kasar dan berangasan ini, sesungguhnya terhitung pula seorang manusia yang cermat dan luar biasa, hal ini menunjukkan kalau na ma besar mereka bukanlah na ma kosong belaka.
Biau-ki siang-su In Han im meneguk secawan arak, la lu berkata: "AKu kurang begitu je las tentang nama dan julukan pemuda itu,
tapi menurut dugaanku, dia me mang ahli waris dari Bun-ji koan- su.!"
Sin hong hwee ciau Lui- Ki menghela napas panjang.
"Aaaai...... kalau me mang begitu, . . . teka-teki sekitar hilangnya sekawanan jago persilatan pada delapan belas tahun berselang bisa kita selidiki lewat mur idnya Bun- ji koan-su ini?"
"Lui lote, jangan kau anggap semua persoalan bisa diselesaikan dengan ga mpang."
kata Biau ki siang-su menggeleng, "Kawanan jago yang hilang lenyap itu sa ma sekali TIADA hubungannya dengan Bun-ji koan-su, tapi dia pasti tahu hasil perbuatan siapakah itu..!"
Sin hong hwee ciau Lui-Ki se makin terkejut berca mpur keheranan, katanya satelah termenung sebentar:
"Saudara In, perkataanmu makin la ma se ma kin tidak kupahami, betul-betul me mbuat bingung hati orang saja." Sikap Biau ki siangsu In Han im berubah makin misterius lagi, katanya lebih jauh:
"Sesungguhnya peristiwa lenyapnya kawanan jago pada delapan belas tahun berselang adalah suatu rencana keji untuk menghilangkan saksi-saks i yang amat licik . . . ., adapun orang yang me lakukan perbuatan terkutuk ini tak lain adalah kawanan manus ia laknat yang berhati busuk...!"
Baru saja berbicara sa mpai disitu, mendadak dari sudut rumah makan itu meluncur datang beberapa rentetan cahaya tajam yang disertai dengan desingan angin taja m, secepat sambaran kilat beberapa titik cahaya itu me nyambar keatas jalan darah penting di punggung Biau- ki siang-su.
Serangan senjata rahasia yang dilancarkan itu amat mendesak sifatnya, lagi pula me miliki kecepatan yang luar basa. Dalam waktu singkat senjata rahasia tadi sudah berada tiga depa didepan Biau-ki siangsu, tampaknya Peramal dari utara ini segera akan kena terserang.....
Disaat yang kritis itulah, Biau-ki siang-su merasakan datangnya segulung angin yang sangat aneh me mbuat beberapa titik cahaya tajam itu berputar di angkasa dan . . . . , "Sreeet..!" diir ingi desingan angin tajam telah me luncur balik ke te mpat asalnya.
Dua kali dengusan tertahan berkumandang me mecahkan keheningan, lalu dari sudut ruang loteng itu ta mpak ada sosok tubuh roboh terkapar diatas tanah, diatas jalan darah mereka masing mas ing tertancap tiga batang paku bersegi delapan, yang me mancarkan cahaya tajam, darah kental bercucuran dari ketujuh lubang inderanya, sedang jiwa mereka telah melayang meninggalkan raganya.
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini me mbuat semua orang merasa amat terperanjat, bahkan semua orang mengira Biau- ki siang-su lah yang telah melancar kan serangan balasan tersebut, dia m-dia m mereka me muji setinggi langit atas kelihayan kungfu dari Lam- ciau pak-siang. Sementara semua orang terpecah pikirannya, disudut meja didepan Ku See hong telah me layang datang seorang pe muda berbaju putih.
Diatas punggung pemuda itu tersoreng sebuah pedang perak berbentuk ular, wajahnya terhitung a mat tampan, alis matanya lenting dengan mata yang jeli, bibirnya tipis menbengko k kebawah, gerak geriknya angkuh dan dingin.
Dengan sorot mata penuh rasa terima kasih, Biau-ki siang-su In Han im me mandang sekejap kearah pemuda tampan berbaju putih itu.
Paras muka pe muda berbaju putih itu dingin seperti salju dan sama sekali tanpa perasaan, dangan suara yang dingin merasuk tulang katanya:
"Lanjutkan perkataanmu itu!"
Melihat keangkuhan dan keketusan sang pe muda berbaju putih itu, timbul perasaan yang bercampur aduk dalam hati Biau- ki siang- su serta Sin hong hwee ciau sehingga paras mukanya berubah hebat.
Ku See hong memiliki ketajaman mata yang luar biasa, sewaktu senjata rahasia menyerang ketubuh Bu khi siang-su tadi, dia sudah mengetahuinya dengan je las.
Tapi baru saja dia hendak turun tangan untuk me mbantu, ternyata pemuda berbaju putih yang aneh itu sudah me ndahuluinya, menyaksikan ke ma mpuannya untuk merontokkan senjata rahasia tadi, dia merasa a mat terkesiap sekali.
Betul dia juga seorang yang angkuh, namun setelah menyaksikan kepongahan pe muda berbaju putih itu timbul juga perasaan tak sedap dalam hatinya, tanpa terasa dengan sorot mata yang tajam dia melirik sekejap kearah pe muda berbaju putih itu.
Kebetulan sekali, pemuda barbaju putih itu pun sedang me mperhatikan Ku See hong dengan sorot matanya yang tajam menggidikkan begitu sepasang mata mereka saling berte mu, kedua belah pihak sa ma-sa ma mendengus dingin dengan nada sinis.
Sekalipun demikian, diam-dia m mereka merasa terkesiap juga oleh keketusan dan sikap dingin lawannya, tanpa terasa mereka lantas berpikir.
'Tak nyana kalau dikolong langit mas ih terdapat manusia yang begini angkuh dan dingin seperti aku, tapi siapakah dia.....? Yaa, siapakan orang ini ?'
Kejadian aneh itu hanya berlangsung dalam waktu singkat, menanti se mua jago yang berada dalam ruangan itu mendengar dua kali dengusan dingin dan mengalihkan sorot matanya ke wajah Ku See hong serta pemuda berbaju putih itu, kedua orang pemuda itu, sudah termenung dengan pikirannya sendiri-sendir i, seakan akan mereka tidak merasakan pandangan terkejut dan keheranan dari orang orang itu.
Tiba-tiba Sin hong hwee ciau Lui-ki berteriak dengan suara lantang:
"Saudara In, bagaimana selanjutnya? Cepat lanjutkan!"
Biau Ki siang-su adalah orang yang cerdas, sekerangpun dia sudah tahu kalau dua orang pemuda yang berada di hadapannya ini masing- masing me miliki ilmu silat yang a mat lihay.
Sebagai perama l diapun dapat melihatkan kalau dua orang pemuda ini masing- mas ing me mancarkan hawa kelurusan dan kejujuran, sudah pasti bukan anggota kaum sesat..., hanya saja mereka me miliki sikap angkuh dan dingin saja . . . . .
Mendadak satu ingatan melintasi dalam benak Biau ki siangsu In Han im, pekiknya kemudian didalam hati:
‘Aaaah,... mungkinkah kedua orang ini..?’
Ketika Sin hong hwee ciau Lui-Ki menyaksikan paras muka Biau- ki siang-su berubah-ubah tak menentu, dengan cemas kembali dia berseru: "Saudara In, siaute ingin cepat cepat mengetahui keadaan yang sebenarnya, kenapa kau tidak berbicara?"
Biau-ki siang-s u In Han im segera tersentak bangun dari la munannya, diam- diam pekiknya dalam hati:
'Sungguh me nyesal...’
Dasar me mang berotak cerdas, buru-buru katanya sambil tertawa:
"Lui lote, kenapa kau musti gelisah? Barusan aku sedang me mikirkan satu persoalan, baru saja pikiranku kebingungan, kau telah berteriak sehingga aku teringat kembali. Intrik keji yang kubicarakan tadi me mang sesungguhnya benar-benar telah terjadi...! Beberapa hari lagi sudah pasti se muanya akan terungkap, pokoknya peristiwa itu menyangkut soal dendam kesumat didalam dunia persilatan serta rencana busuk sekawanan manus ia laknat yang ingin menguasai seluruh dunia persilatan...!"
Ku See hong tahu kalau Biau-ki siang-su tidak mau mengungkapkan duduknya persoalan pada saat ini, dia lantas berpikir:
'Agaknya bila ingin mencari tahu masalah tentang guruku Bun-ji koan-su serta musuh besar kedua orang tuaku, mungkin hanya dia seorang yang tahu. Aku harus melindungi kesela matan jiwanya secara diam-dia m !'
'Tapi siapakah pe muda berbaju putih ini? Kalau benar demikian, sudah pasti dia adalah seorang musuh yang tangguh.'
Sementara itu Bian-ki siang-su In Han im, telah menyumpit sayur dan disuap kedalam mulutnya, ke mudian melanjutkan:
"Peristiwa KEDUA adalah:
Peristiwa yang menyangkut sisa-sisa anggota setia dari Kim-to- pang. Suatu perkumpulan paling besar dalam dunia persilatan telah dibas mi orang! Ternyata Sin tong tongcu San tian han jiu (Cakar Dingin Sa mbaran Kilat), Sangkoan-Ik, sekalian tiga e mpat ratus orang telah dibantai orang secara keja m...!"
Ku See hong segera merasakan darah didalam tubuhnya mendidih paras mukanya berubah hebat, tapi dia masih tetap berusaha keras untuk me nahan diri agar wajahnya tidak berubah.
Sebaliknya pe muda berbaju putih itu masih tetap bersikap dingin dan kaku, wajahnya sa ma sekali tanpa perubahan e mosi.
Sementara itu Biau-ki siang-su secara dia m-dia m me mperhatikan pula paras muka kedua orang muda itu, ketika Ku See hong terpengaruh oleh gejolak emosi, hal itupun diketahui olehnya dengan jelas, dengan begitu, dia semakin je las mengetahui akan asal usul Ku See hong serta pe muda berbaju putih itu.
Terdengar Sin hong hwee ciau Lui-Ki berteriak dengan gusar: "Saudara In, siapakah pe mbunuh keji itu...? Brutal amat
perbuatannya, siaute bersumh akan me mbalas dendam bagi korban yang telah tewas secara mengerikan itu!"
Biau-ki siang-su In Han im segera tertawa terbahak-bahak. "Huaahh..... haahh...... haaahh..... Lui lote, sudah ada orang
yang hendak memba laskan dendam bagi ke matian mereka, cuma sayang dia hanya seorang diri, mungkin kekuatannya masih tidak cukup, maka boleh saja bila kita hendak me mbantu usaha orang itu..."
Setelah meneguk secawan arak, dia melanjutkan:
"Pe mbunuh keji itu tak lain adalah orang-orang istana Huan- mo- kiong dari La m-hay yang sudah seratus tahun tak pernah menginjakkan kakinya didaratan Tionggoan.!"
Setelah mendengar perkataan itu Ku See hong baru merasa terperanjat, ternyata Biau-ki siang-su me mang bukan berna ma kosong belaka! .....mungkinkah dia adalah seorang dewa? Kalau tidak, kenapa dia bisa mengetahui semua peristiwa ini dengan jelas lagipula seperti tahu kalau dari Kim-to-pang sudah me mpunyai ahli waris.
Biau-ki siang-su tertawa ringan, seakan dia hendak menghilangkan kecurigaan dalam hati Ku See hong, katanya lagi:
"Perkumpulan Kim-to-pang sudah dibasmi orang pada dua puluh tahun berselang, sisa anggotanya yang masih setia telah mengasingkan diri ketempat terpencil dan tidak menca mpuri urusan dunia persilatan lagi. Dalam anggapan mereka, sekeja m-keja mnya para manusia laknat yang telah me mbas mi Kim-to-pang pada dua puluhan tahun berselang, juga tak akan me mbunuh mere ka lagi."
"Sebagaimana diketahui dalam suatu pertarungan yang berlangsung pada seratus tahun berselang antara jago pedang nomor wahid dari dunia persilatan, Hu-hay it-kia m melawan pemilik Huan mo kiong di La m-hay dulu...., Hu-hay it-kiam telah berhasil menangkan sebilah pedang (Huan- mo- kia m, dan orang) Huan- mo- kiong untuk tidak melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan! Konon pedang pendek itu ke mudian diwariskan kepada ketua Kim- to-pang Ku siam cong . . . . ! Ketika perguruan Kim-to-pang dibasmi orang, Ku Kiam cong telah me nyerahkan pula pedang Huan- mo- kiam itu kepada San-tian han-jiau Sangkoan-Ik untuk menyimpannya."
"Setelah banyak tahun hidup terasing dilaut selatan, belakangan ini rupanya Han-thian it-kia m Cia Cu Kim, telah bera mbisi ke mbali untuk merajai dunia persilatan. Dia telah mengumpulkan sa mpah- sampah masyarakat dari dunia persilatan, untuk menunjangnya guna mencapai apa yang dia harapkan.”
"Akan tetapi niat tersebut belum bisa diwujudkan berhubung pedang Huan- mo- kiam masih berada ditangan umat persilatan didaratan Tionggoan, karena menurut perjanjian dulu, barang siapa yang me megang pedang tersebut, dia berhak untuk me mbunuh setiap anggota istana Huan-mo kiong yang berani me mas uki daratan Tionggoa." "Oleh karena itu, sebelum orang-orang Huan- mo kiong me lakukan penyerbuan atas daratan Tionggoan, maka pekerjaan pertama yang harus dilakukan lebih dulu adalah merebut ke mbali pedang Huan mo kiong tersebut.!"
"Nah, ditinjau dari sini, bukankah je las terbebaskan bahwa orang yang telah me mbantai para anggota setia dari perkumpulan Kim-to- pang itu tak lain adalah orang-orang Huan mo kiong?"
Setelah mendengar penjelasan tersebut Ku See hong merasa kagum sekali atas kecerdasan serta kepandaian Biau-ki siang-s u untuk me mecahkan persoalan itu.
Sambil tertawa Sin hong hwee ciau Lui- Ki berkata:
"Saudata In, kau memang hebat sekali, tapi... bukankah kau pernah bilang kalau Kim-to-pang sudah me mpunyai keturunan . . . .
. ? Siapakah orang itu ?"
"Sebelum (la ma)berselang, dari Huan mo kiong di Lam- hay telah tersiar keluar suatu kabar berita yang mengge mparkan. Konon ada seorang pemuda yang gagah perkasa telah menyerbu ke dalam Huan- mo-kiong seorang diri dan me mbunuh banyak sekali jago lihay istana Huan mo kiong. Kemudian ia kena dibekuk oleh pihak Huan mo kiong dengan siasat yang busuk..., tapi dia berhasil hidup meski sudah menderita 'Lima Macam Siksaan' hebat, sehingga akhirnya berhasil kabur dari Huan mo kiong.”
“Andaikata orang ini tidak me miliki dendam kesumat sedalam lautan dengan orang-orang Huan mo kiong di La m-hay,.. siapakah yang kesudian untuk bermusuhan dengan mereka? Konon pe muda itu she Ku, bernama See-hong dan menga ku sebagai ahli waris dari Bun-ji koan-su, si Pendekar aneh dari dunia persilatan itu!”
“Sebagaimana diketahui, ketua Kim-to-pang dulu bernama Ku- Kia m-cong, sedangkan pemuda ini pun she Ku, bukankah hal
ini menandakan kalau Ku- Kia m-cong me mpunyai keturunan?"
Kembali Ku See-hong merasakan hatinya terkesiap setelah mendengar uraian itu... Dia tidak mengira kalau Biau-ki siang-s u bisa me mperoleh se mua berita tersebut dengan begitu cepat dan jelas.....
Sementara itu Biau-ki siangsu In Han- im telah menghe la napas sedih, lanjutnya:
"Huan- mo- kiong dari La m-hay telah me miliki kekuatan serta pengaruh yang besar sekali, seandai-kata dia sa mpa i me lakukan penyerangan ke daratan Tionggoan, entah reberapa banyak umat persilatan yang bakal mengala mi musibah tersebut? Padahal
didaratan Tionggoan sendiripun terdapat kawanan manusia laknat yang telah membentuk suatu organisasi yang amat kuat, (dan)mungkin beberapa waktu lagi mereka akan mulai me lakukan pembataian secara terang-terangan dalam dunia persilatan! Bayangkan saja, betapa berbahayanya keadaan dunia persilatan pada saat ini!"
Sim-hong-hwee-ciau Lui-Ki menghe la napas pula dengan hati yang sedih, katanya kemudian:
"Seandainya Bu-lim-koy-kiat, (Pendekar aneh dari dunia persilatan) Bun-ji koan-su masih hidup didunia ini, kawanan iblis dan badut-badut dunia persilatan itu pasti tak akan berani bertindak dengan begitu berani, aaa.i..... sayang benar kematian dari Bun- ji- koan-su!"
Dengan nada yang misterius ke mbali Biau-ki siang-su In Han im berkata:
"Se mua peristiwa ini masih belum begitu aneh!, Belakangan ini didalam dunia persilatan telah muncul pula seorang pe muda yang aneh, ilmu silatnya tiada tandingan didunia ini...! dan pemuda itu kerjanya justru menantang jago-jago kenamaan untuk beradu kepandaian.
Setiap kali berhasil mengalahkan musuhnya, dia selalu bertanya kepada pihak lawannya dengan sepatah kata: 'Apakah kau sudah takluk dengan ilmu silat aliran Cing hay-pay?' " "Bila lawannya mengatakan tidak puas, dia segera melancarkan seranganya lebih lanjut untuk me mbunuh orang itu.., sebaliknya jika mengatakan takluk, dia me lepakan orang itu begitu saja."
Paras muka Sin-hong hwee-ciau Lui-Ki berubah menjadi hijau me mbes i, serunya kemudian dengan gusar:
"Benarkah didunia ini terdapat bocah keparat yang gila seperti itu? Aku orang she-Lui ingin sekali bertemu dengannya, ingin kuketahui apakah dia me mpunyai tiga kepala enam lengan atau tidak!"
'Aduh celaka..!' pekik Biau-ki Siang-su In Han im dia m-dia m, 'Seandainya pemuda berbaju putih itu adalah dia.., ... pemuda aneh dari Cing-hay, sudah pasti besar sekali kesulitan yang bakal dihadapinya.'
Ku See hong sendiripun merasa gusar sekali, diam- diam ia bertekad untuk menjumpainya, dia ingin tahu pemuda maca m apakah pe muda aneh dari Cing-hay yang latah itu.
Terdengar Biau- ki siang-su In Han im kembali melanjutkan kata- katanya:
"Ilmu silat yang dimiliki pe muda aneh dari Cing-hay ini konon mirip sekali dengan ilmu silat dari aliran Hu-thian seng-kia m yang termasyur pada tiga tatus tahun berselang itu, selain aneh juga saktinya luar biasa...!!"
Mendengar nama Hu-thian Seng-kia m disinggung, paras muka Ku See hong berubah hebat,... sebab dia ingin cepat-cepat mengetahui segala sesuatu tentang Hu-thian-seng-kia m tersebut.
Hampir saja dia hendak mengutarakan asal-usulnya dan me minta Biau-ki siang-s u untuk me nerangkan hal ikhwal tentang Hu-thian Seng-kia m tersebut.
Untung saja Sim-hong hwee-ciau Lui-Ki telah mendahului Ku See hong untuk menanyakan hal yang sa ma: "Saudara In, apa yang dimaksudkan dengan aliran Hu-thian Seng-kia m itu? Siapakah dia?" Biau-ki siang-su In Han im tertawa, katanya:
"Soal Hu-thian seng- kiam me mang jarang(tidak banyak) yang diketahui oleh umat persilatan pada saat ini kecuali kawanan locianpwe yang sudah la ma termasyur, ....tapi bila kusebutkan na ma lainnya, mungkin kau akan mengetahuinya dengan je las."
Selama pe mbicaraan berlangsung, pe muda berbaju putih ini hanya duduk dengan wajah dingin kaku tanpa e mosi seakan-a kan semua kejadian yang berlangsung dalam dunia persilatan sa ma sekali tak ada hubungan dengan dirinya.
Biau-ki siangsu In Han im mencoba untuk melirik sekejap pemuda berbaju putih itu. Ketika tidak mene mukan sesuatu yang mencur igakan, dia pura-pura menghe mbus kan napas panjang, ke mudian katanya lagi:
"Pernahkah kau dengar tentang kisah seorang Kakek yang suka menyendir i pada tigaratus tahun berselang...?"
"Saudara In, apakah kau maksudkan Ang-soat-kia m-cu yang disebut orang sebagai Ci-hong-lo jin (Kakek Penyendiri) itu...?!" tanya Sin hong hwee ciau Lui-Ki dengan wajah terperanjat.
Biau ki siang-su In Han im mengangguk tiada hentinya....
"Yaa-, dialah Ang-soat-kiam-cu yang suka menyendiri sehingga akhirnya, disebut orang 'Ci-hong lo jin' yang merupakan musuh umum seluruh umat persilatan di dunia."
Mendengar perkataan itu, Ku See hong merasa terkejut bercampur girang.., mimpipun dia tidak menyangka kalau pedang Hu-thian seng kiam yang dige mbolnya sekarang tak lain adalah pedang Ang Soat Kiam yang (oleh) seluruh umat persilatan dianggap sebagai `Pedang Mestika No mor Satu didunia`!!
Tapi cerita tentang Ci-hong lo jin tersebut mas ih kurang je las baginya, dia hanya tahu kalau kakek itu me mang benar-benar merupakan seorang kakek kesepian yang suka menyendiri. Sementara itu Sin hong hwee ciau Lui-Ki telah bertanya lagi dengan wajah tidak habis mengerti:
"Kalau dia me mang Ang soat Kiam-cu (Pe milik Pedang Bianglala Merah) Ci-hong lo jin cianpwe, mengapa pula dina makan orang sebagai Hu-thian seng-kia m?"
Biau-ki siangsu In Han im menghe la napus panjang , ujarnya: "Selain ilmu silatnya sangat lihay, Ci-hong lo jin juga me miliki
kepandaian lain yang luar biasa, baik soal ilmu perbintangan, ilmu tanah, ilmu bangunan,.... semuanya dikuasahi olehnya, dia boleh dianggap sebagai manusia aneh ajaib no mor wahid dikolong langit.!
Tapi orang ini berwatak dingin dan suka menyendiri, selain itu juga a mat me mbenci segala kejahatan. Kebetulan situasi dunia persilatan pada waktu itu sangat rawan, kejahatan meraja-lela...
Sebagai seorang pendekar sejati, tentu saja dia bertekad untuk meno long umat persilatan dari penindasan dan ketidak-adilan. Akibatnya, banyak sekali kaum laknat yang tewas ditangannya.!
Dengan ilmu silatnya yang lihay serta Pedang Ang-soat poo-kiam yang luar biasa tajamnya, lama-ke la maan kehadirannya menimbulkan rasa dengki umat persilatan kepadanya, apalagi setelah mereka `kesemse m` oleh pedang mustikanya yang luar biasa. Akhirnya orang persilatan menganggapnya sebagai ‘musuh umum’, mereka bersa ma-sama me musuhinya dan berusaha mera mpas pedang Ang-soat poo-kia m tersebut, hingga akhirnya terjadilah suasana yang serba kacau dalam dunia persilaan.!
Kawanan manus ia yang memusuhi Ci-hong lo jin ketika itu, selain jago-jago dari pelbagai partai, manusia- manus ia golongan putih maupun hita m, bahkan saudara seperguruannya, anak mur idnya, istrinya dan putranya JUGA berusaha dengan menggunakan pelbagai maca m muslihat untuk me mbunuh serta merobohkan dirinya dengan menggunakan cara paling rendah, paling keji dan paling terkutuk, mereka berusaha merobohkannya. Perasaan Ci-hong lo jin ketika itu benar-benar hancur luluh, mimpipun ia tak me nyangka kalau orang yang saling dekat dengan dirinya pun bisa me musuhinya dan berusaha merampas pedang mestika Ang-soat poo-kiam itu, sehingga akhirnya hal ini menimbulkan napsunya untuk me mbunuh.
Dengan mengguna kan pedang Ang soat poo-kia m, dia segera me lakukan pe mbunuhan secara besar-besaran..., Setiap orang yang berniat jahat kepadanya, dibunuhnya tanpa ampun, diantara mereka ter masuk juga saudara seperguruannya, muridnya, istrinya dan putra-nya...!
Bisa dibayangkan bagaimanakah penderitaan dan tersiksanya batin orang itu ketika terpaksa melakukan pe mbantaian secara besar-besaran.
Konon pe mbantaian yang berlangsung ketika itu mengakibatkan darah meng-ana k sungai, bangkai bertumpuk bagaikan bukit, bau busuknya darah ha mpir menyelimuti seluruh jagad !!!
Setelah terjadi peristiwa yang mengerikan itu, Ci-hong lo jin mendongkkan kepalanya sambil tertawa seram...., suaranya keras dan melengking hingga menusuk pendengaran, selain me medihkan hati juga me mbawa suasana yang menyeramkan ”
"Setelah tertawa selama sehari se mala m, dia baru mendonga kkan kepalanya menghadap kelangit sambil mengucapkan kata-kata yang mengandung ra malan, katanya:
'Aku Ci hong lo jin me mang telah ditakdirkan hidup sebatang kara, tanpa sanak tanpa keluarga....! Pedang Ang-soat poo-kiam, mulai kini kusebut Hu Thian Seng Kiam !! Tiga ratus tahun ke mudian, aliran Hu-thian seng-kia m akan muncul ke mbali didalam dunia persilatan untuk me nyelamatkan umat persilatan dari pembantaian !'
"Setelah mengucapkan perkataan itu Ci-hong lo jin pun lenyap tak berbekas.., Selama tigaratus tahun kemudian pedang Ang-soat poo-kia m juga tak pernah mucul lagi dalam dunia persilatan !’ "Tapi Ci hong lo jin adalah seorang tokoh aneh yang luar biasa, setiap perkataannya mengandung ma ksud yang mendala m. Kini tigaratus tahun sudah lewat, kemungkinan besar inilah saatnya bagi Hu-thian-seng-kia m untuk muncul ke mbali dalam dunia persilatan !"
"Saudara In, kalau begitu pe muda aneh dari Cing-hay itu adalah ahli waris dari Hu-thian-seng-kia m?" tanya Sin-hong-hwee-ciau Lui- Ki dengan gelisah.
Kembali Biau-ki siang-su In Han im menghela napas sedih. "Benarkah pe muda aneh dari Cing-hay itu adalah ahli waris dari
Hu-thian-seng-kia m...?, hal itu hanya merupakan dugaan dari umat
persilatan saja, sebab pada waktu itu Ci-hong lo jin juga merupa kan anggota perguruan dari Cing-hay-pay! Sekalipun pemuda aneh dari Cing-hay itu bukan orang yang dimaksudkan Ci-hong lo jin, dia pastilah anggota perguruan dari Cing-hay-pay "
"Aaaai....! Dunia persilatan yang sekarang sudah penuh dengan kekacauan, andaikata pedang mestika Ang-soat poo-kiam benar- benar muncul ke mbali dalam dunia persilatan, akibatnya tentu tak terlukiskan dengan kata-kata.
Apalagi belakangan ini nyanyian aneh telah muncul ke mba li didalam dunia persilatan! Kawanan jago dari pelbagai partai telah berbondong-bondong mengejar pemuda she Ku itu untuk mengetahui kata-kata dari syair lagu yang bisa menunjukkan dimanakah kitab pusaka Cang-ciong-pit-kip disimpan,- dengan munculnya pedang mestika dan kitab pusaka ini..., sudah pasti kedua maca m benda itu akan berubah menjadi sumbu kia matnya dunia persilatan.!"
Setelah mendengarkan penuturan dari La m-ciau dan Pak-siang tadi, Ku See hong merasakan hatinya bergolak keras, apalagi setelah mengetahui kisah Ci-hong lo jin yang begitu mengenaskan, dia m-dia m ia turut bersedih hati atas nasib malang yang menimpa kakek itu. Baik Ci-hong lo jin, maupun gurunya Bun-ji koan-su, kedua orang itu sama-sa ma mengala mi nasib yang mengenaskan sekali,- kenapa Thian selalu melimpahkan nasib yang buruk kepada umatnya?
Kini, dalam tubuhnya telah terdapat dua macam mestika peninggalan dari dua orang tokoh sakti itu, yang mana kedua- duanya menyangkut nasib umat persilatan didunia ini, `oohh Ku
See hong, wahay Ku See hong! Tahukah kau betapa beratnya tugas dan kewajiban yang diletakkan diatas bahumu?
Bukan saja aku harus me mbalaskan dendam pribadiku, juga harus me mikir kan nasib dari berjuta-juta umat persilatan di dunia ini.
Tapi dalam dunia persilatan dewasa ini hampir tiada seorang manus iapun yang berhati mulia, seandainya duduk persoalan yang sebenarnya berhasil diketahui, kemungkinan juga nasibnya dike mudian hari akan mirip pula dengan nasib Ci-hong lo jin serta Bun-ji- koan-su, atau bahkan mungkin akan lebih tragis lagi.
‘Aaaaai ! Apa yang harus kulakukan sekarang? Satu-satunya
jalan yang bisa dite mpuh sekarang hanya bunuh! Bunuh...! Dan Bunuh..!!! Biarlah darah dari kawanan manus ia laknat itu mencuci semua noda yang telah mengotori dunia !’
Berpikir sa mpa i disitu, sepasang alis mata Ku See-hong segera berkenyit, dari balik matanya mencorong keluar sinar yang menggidikkan hati, itulah perla mbang dan keputusan yang telah dia mbilnya..., keputusan yang dingin tegas dan penuh dengan darah.!
Kalau mengikuti keputusan yang diambil dalam hati Ku See-hong, nasib dunia persilatan pun turut ditentukan. Betulkah watak Ku See hong begitu kejam dan keji?
Tidak..., bukannya dia sudah me mpunyai watak semaca m ini semenjak dilahirkan didunia ini, dia bukan seorang yang haus darah, diapun tak suka akan segala ma cam pe mbunuhan..., tapi pengalaman tragis yang diala minya semenja k kecil, serta segala maca m peristiwa keji me malukan yang telah berlangsung didunia dewasa ini, me mbuat dia lebih banyak melihat dan banyak mendengar, kese muanya ini menimbulkan suatu tekad yang luar biasa dalam hatinya.
Tapi, untuk mewujudkan cita-citanya itu, hanya 'PEMBUNUHAN' yang dapat mencapainya, membas mi kaum siluman dan manus ia laknat dari muka bumi, untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadaan bagi umat persilatan.
Mendadak terdengar Sin hong hwee ciau Lui-Ki tertawa terbahak, suaranya keras bagaikan suara genta yang diburyikan bertalu-talu, kemudian serunya:
"Saudara In, mengapa kawanan tikus bernyali kecil itu sudah kabur se mua dari sini?"
Kiranya entah sejak kapan tamu yang semula me menuhi ruangan loteng itu, kini sudah lenyap tak berbekas, bahkan pemuda m berbaju putih itupun entah sedari kapan sudah pergi dari situ. Dalam ruangan loteng yang begitu luas, kini tinggal La m-ciau pau siang dan Ku See hong tiga orang saja.
Sepasang mata Biau-ki siarng-su In Han im yang sebenarnya selama ini sedang menga mati perubahan mimik wajah Ku See hong tanpa berkedip, seperti baru bangun dari mimpinya dia baru tersentak kaget setelah mendengar perkataan itu.
Dengan cepat dia me mmer iksa keadaan disekitar tempat itu. Betul juga jangan seorang manus iapun, bahkan kedua sosok mayat yang terkapar diatas tanahpun sudah turut lenyap tak berbekas.
Paras muka Biau-ki siang-su In Han im yang menunjukkan kecerdasan otaknya itu,segera mengala mi perubahan pula, tapi sejenak ke mudian sudah lenyap tak berbekas, bahkan sekarang dia ma lah menunjukkan sikap seolah-o lah tidak menaruh perhatian.
Ku Se hong pun turut merasakan suasana yang kurang beres pada waktu itu, dia merasa seakan-akan disekeliling te mpat itu telah diliputi oleh hawa pe mbunuhan yang luar biasa. Pada saat itulah, seorang pelayan datang mendekat kehadapan Biau-ki Siang-su dengan wajah ketakukan dan wajan murung, lalu dengan nada tersendat-sendat katanya:
"Tuu....tuan, rumah makan ka mi aa....akan ditutup lee lebih
aa...awal pada hari ini, maaf sekali haa....harap "
Sin heng hwee ciau Lui- i segera berpaling dan ma mandang keadaan udara diluar jendela, ketika dilihatnya jarak dengan saat senja mas ih awal, tanpa terasa teriaknya keras-keras:
"Mak`nya, kalian lagi berdagang apa? Masa masih waktu begini sudah akan menutup pintu? Apakah kuatir kalau bapakmu tidak me mbayar hidangan yang kumakan? Jangan kau bikin aku naik pitam tahu? Kalau sampai kuhajar sampa i jumpalitan, jangan salahkan diriku nanti!"
Biau-ki siang-su In Han im bukan orang bodoh, dilihat dari gelagatnya dia segera mengerti apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi, maka sa mbil menjura ujarnya:
"Saudara tak usah kuatir, seandainya sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan, ka mi masih sanggup untuk menanggung se mua kerugian yang diderita ditempat ini. Jangan kuatir, pasti akan kuberi pembayaran yang cukup tinggi pada kalian nanti."
Begitu selesai berkata dia lantas merogoh kedalam sakunya dan menga mbil keluar sekeping uang e mas yang segera diberikan kepada pelayan tersebut.
Uang emas berwarna kuning, uang perak berwarna putih, sekalipun pelayan itu merasakan anca man pada jiwanya, tapi setelah mendengar perkataan dari Biau-ki siang-su beserta uang perak didepan mata, terpaksa dia hanya mengucapkan terima kasih sambil me ngundurkan diri dari situ.
Mendadak Biau- ki siang-su In Han im bangkit berdiri dan berjalan ke hadapan Ku See hong. Kemudian setelah me mberi hor mat, tegurnya:
"Tolong tanya apakah sauhiap berasal dari mar ga KU ?" Ku See hong merasa a mat terperanjat, dia tak menyangka kalau orang persilatan me mpunyai ketajaman mata yang luar biasa.
Pada dasanya dia me mang menaruh kesan baik terhadap La m- ciau Pak-siang, dan lagi dia pun me mpunyai banyak persoalan yang ingin me mo hon petunjuknya, hanya saja dasar wataknya yang dingin dan angkuh dia segan untuk mengadakan hubungan sembarangan orang dengan begitu saja.
Tapi setelah disapa oleh Biau-ki-siang-su dengan cara yang sopan dan hormat, dia menjadi rikuh untuk merahasiakan keadaan yang sesungguhnya.
oooodwoooo
KU SEE HONG segera bangkit berdiri dan me mperlihatkan sekulum senyuman ra mah, sa mbil balas me mberi hor mat, sahutnya dengan suara lantang:
"Tidak berani, tidak berani, aku me mang she Ku, entah
siapa na ma saudara?"
Walaupun Biau- ki siang-su In- Han-im tahu kalau pe muda gagah yang berada dihadapannya sekarang adalah Ku See hong yang dicurigai olehnya, namun dia tak menyangka kalau Ku See hong telah merubah sikapnya yang dingin itu dengan sikap yang begini hangat.
Biau-ki siang-su me njadi ge mbira sekali, katanya sambi tertawa nyaring:
"Ku sauhiap, nama mu telah menggetarkan dunia persilatan belakangan ini, aku orang she In merasa a mat kagum, sungguh tak kusangka aku dapat bersua dengan sauhiap ditempat ini. Peristiwa ini benar-benar merupakan suatu keuntungan bagiku, bila tidak mena mpik, bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini?"
Ku See-hong segera tersenyum. "Aku tak lebih cuma seorang tukang silat kasaran , tidak berani
kuterima pujian saudara itu."
Biau-ki siang-su segera berpaling kearah Sin-ho ng-hwee-ciau, ke mudian katanya: "Lui lote, cepat kemari, dialah murid Bun-ji- koan-su yang baru saja kubicarakan, Ku See-hong, Ku-sauhiap!"
Walapun sekilas pandangan Sin-hong-hwee-ciau Lui-Ki adalah seorang manusia kasar, sesungguhnya dia adalah seorang yang berperasaan halus, secara diam-dia m diapun me lakukan perhatian yang seksama terhadap Ku See hong maupun pe muda berbaju putih itu.
Maka setelah mendengar kalau orang itu tak lain adalah Ku See hong, buru-buru dia berjalan mendekat dan tertawa terbabak- bahak.
"Huuaahhhh......haaahhh.... haaahhh..... sungguh tak kusangka, sungguh tak kusangka, rupanya kau-lah yang bernama Ku See hong! Ku Sauhiap, mari, mar i, aku Lui- Ki ingin sekali bersahabat denganmu, haaaahhh.....haaahhh "
Secara diam-dia m Ku See hong sendiri pun merasa kagum sekali akan kegagahan dan keterbukaan Sin-hong-hwee-ciau, dengan cepat dia maju menyongsong sa mbil tertawa ringan, sahutnya:
"Sela mat berjumpa, sela mat berjumpa, aku orang she Ku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama dalam dunia persilatan, mana mungkin bisa dibandingkan dengan Lam-ciau-Pak-siang yang sudah bernama besar itu? Kesediaan kalian untuk berkenalan, sungguh me mbuat aku orang she Ku merasa terharu sekali."
Setelah berbasa-basi sebentar, ketiga orang jago itupun mena mbah sayur dan arak, ke mudian mulai berbincang dari timur sampai ke barat; bahkan begitu cocoknya hubungan mereka, sehingga dalam ruangan tersebut penuh dihiasi dengan gelak tertawa nyaring mereka.
Suasana dingin, kaku menger ikan dan tegang tanpa terasa berubah menjadi suasana hangat serta penuh keda maian. Dalam waktu singkat, sang surya telah tenggelam ke langit barat, cahaya matahari senja memancarkan cahaya keemasannya menyoroti seluruh jagad dan menciptakan suatu rangkaian pemandangan alam yang sangat indah bila mende kati senja.
Kemudian kegelapan mala mpun mulai menyelimut i seluruh jagad, angin dingin yang menyayat badan berhembus lewat menggigilkan badan, mendatangkan suasana yang serius dan hening disitu.
Orang berlalu-lalang dijalan raya pun bertambah sepi, karena mereka sedang menyembunyikan diri dibalik kehangatan rumah mereka sendiri......
Ku See-hong dan Lak-ciau-Pa k siang masih berbincang-bincang tiada hentinya, cahaya lentera menyoroti wajah mereka yang merah, puluhan kati arak keras teluh mereka bertiga teguk, na mun tiada pengaruh mabuk yang menyelimuti mere ka.
Sebagai orang yang berilmu t inggi dan bertenaga dalam sempurna, takaran minum arak mereka a mat mengejutkan, sebab mereka dapat me mperguna kan tenaga murni mereka yang sepurna untuk me mproses pengaruh alkohol dalam arak, itulah sebabnya walaupun meneguk seribu cawan juga tak akan mabuk.
"Toookkk....toookkk......" dari arah jalan raya berkumandang dua kali suara kentongan.
Menyusul ke mudian dari luar loteng Cui-sian- loo berkumandang datang suara tertawa dingin yang menyeramkan bagaikan suara pekikan kuntilanak, la lu seseorang berkata dengan dingin dan nada menghina:
"Lam ciau Pak siang, aku rasa kalian sudah cukup makan minum bukan? Dengan begitu kalian sudah bisa menjadi setan yang mati kenyang, mengapa tidak cepat-cepat keluar untuk menghantar ke matian....heehh.... heehh !!"
Ucapan tadi diakhiri dengan suara gelak tertawa seram yang me me kikkan telinga pula. Sin hong hwe ciau Lui- Ki a mat gusar, ia segera membentak keras, tubuhnya yang besar bagaikan pagoda itu melo mpat ke udara dan berputar dengan suatu gerakan aneh ke mudian melayang turun ke atas tanah dengan enteng dan meluncur ke mbali ke depan secepat sambaran kilat.
Buru-buru Biau-ki-siang-su In Han im merogoh ke dalam sakunya menga mbil sekeping uang perak dan diletakkan ke atas meja, setelah itu serunya dengan lantang: "Ku lote, harap duduk menanti disini, aku akan pergi sebentar untuk ke mbali ke mari lagi!"
Selesai berkata, bagaikan seekor burung rajawali yang terbang di angkasa, dia menerjang pula ke depan menyusul Sin hong hwee ciau.
Ku See hong berkerut kening, lalu dengan sorot mata me mancarkan cahaya yang menggidikkan hati, serunya dengan lantang: "Bagaimana kalau aku orang she Ku juga ikut menonton kerama ian?"
Dengan gerakan tubuh seperti sukma gentayangan, dia melejit ke muka dan melayang ke sa mping Biau-ki siang-su.
Demo ntrasi ilmu mer ingankan tubuh yang amat sempurna ini benar-benar luar biasa sekali, begitu suaranya berkumandang orangnya turut tiba, hal mana membiat Biau-ki siang-su dia m-dia m merasa terkejut berca mpur kagum.
Padahal ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sudah terhitung nomor wahid didalam dunia persilatan...., tapi kenyataannya pemuda itu bisa sekali berkelebat mencapa i belasan kaki jauhnya bahkan berhasil pula menyusul dirinya.
Dibawah sorot cahaya rembulan, tampak e mpat sosok bayangan manus ia berlarian diatas jalan raya sepi, mereka saling berkejaran dengan suatu kecepatan luar biasa.
Selisih jarak antara bayangan manusia itu tidak ada e mpat lima puluh kaki lebih. Agaknya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki bayangan manus ia paling depan itu cukup tangguh. Kecepatannya me lebihi sa mbaran petir, walaupun Sin hong hwee ciau berada dipaling muka, tapi jaraknya makin la ma se makin bertambah jauh dengan pihak lawan.
Tiba-tiba Ku See hong berpaling kearah Biau-ki siang-su sa mbil serunya:
"Aku orang she Ku akan berangkat selangkah lebih dulu untuk menghadang kawanan t ikus yang berada didepan itu!"
Begitu selesai berkata, dia lantas mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring.
Dalam pekikan nyaring tadi, tubuh Ku See hong bergerak semakin cepat lagi, bagaikan segulung asap ringan dengan kecepatan yang paling t inggi dia meluncur kedepan.
Tenaga dalam yang dimiliki Ku See hong pada waktu itu sudah me mcapai pada puncak kese mpurnaan, begitu dia menghimpun tenaga dalamnya, hawa murni segera beredar diseluruh tubuhnya dengan kecepatan tinggi.......
Dengan mengandalkan himpunan tenaga dalam inilah, tubuhnya bagaikan seekor burung elang segera melayang diangkasa dengan kecepatan yang luar biasa.
Begitu kepandaian t ingkat tingginya dikembangkan, bagaikan, bagaikan sebuah garis hitam saja tubuhnya melesat mene mbus i angkasa dengan kecepatan yang sukar diikuti dengan pandangan mata.
Berada ditengah udara, menggunakan kesempatan dikala badannya berbelok atau berputar, ia dapat menghimpun hawa murninya dengan cepat, tubuhnya seakan-akan bergerak diangkasa saja, selain cepat juga lincah sekali.
Dalam waktu singkat, Biau-ki siang-su telah ketinggalan puluhan kaki jauhnya, demonstrasi ilmu meringankan tubuh yang a mat lihay ini kontan saja me mbuat Biau-ki siangsu yang dihari-hari biasa selalu tinggi hati menjadi terkesiap dan kagum. Diam diam Biau- ki Siangsu In Han im segera berpikir:
'Sekalipun Ku See hong adalah muridnya pendekar aneh dari dunia persilatan Bun-ji koan-su, tapi usianya masih begitu muda, sekalipun sejak keluar dari rahim ibunya dia sudah belajar silat, belum tentu ilmu meringankan tubuhnya dapat me mpero leh ke majuan yang mela mpaui umat persilatan pada umumnya'.
Tentu saja Biau-ki Siangsu sama sekali tak tahu, bukan saja Ku See hong telah melatih ilmu Kan- kun mi-siu kang khi . . .!, Anak muda itu pun telah me mpelajar i ilmu gerakan tubuh Mi- khi biau- tiong . . . . , selain daripada itu diapun telah mendapat warisan tenaga murni Bun-ji koan-su hasil latihan sela ma enampuluh tujuh tahun..,
Dita mbah lagi bakatnya me mang bagus dan barhasil menghirup Tee-Liong- Hiat-po yang tak ternilai harganya. Bebeberpa maca m mestika dunia persilatan terhumpun menjadi satu dalam tubuhnya, hal mana me mbuat ia menjadi seorang manus ia berkat yang sangat luar biasa !
Dalam waktu singkat Ku See hong berhasil menyusuli Sin hong hwee ciau, gerakan tubuhnya sama sekali tidak, mengendor, dengan gerakan tubuh yang enteng seakan akan tak berbobot secepat sambaran petir dia mengejar bayangan manusia yang berada didepan itu.
Gerakan subuh Ku See hong betul-betul cepatnya bukan kepalang, dalam waktu singkat bayangan manus ia yang berada didepan itu sudah tersusul sa mpai jarak sejauh delapan kaki saja.
Sekulum senyuman segera menghiasi bibirnya, dengan suara keras bentaknya:
"Sobat dimuka, harap beristirahatlah sebentar!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tubuh Ku See hong melejit ke muka sejauh delapan se mbilan kaki.
Dikala tenaga lo mpatannya sudah mele mah inilah, mendadak sepasang lengannya diayunkan ke atas, seluruh tubuhnya me lengkung bagaikan udang bago..., kemudian diantara gerakan pangkal kakinya, gerak tubuh yang se makin mele mah itu tahu tahu sudah meluncur enam tujuh kaki lebih kedepan dengan kecepatan tinggi.
Dengan gaya lo mpatannya yang luar biasa itu, jarak sejauh empat lima belas kaki segera berhasil dila mpaui. Ilmu meringankan tubuh yang begini tinggi me mbetot sukma ini, benar benar luar biasa hebatnya, hakekatnya sama sekali diluar pikiran orang banyak.....
Dikala ucapan Ku See hong berkumandang tadi, bayangan manus ia yang berada didepan itu sudah mendengar suara ujung baju yang tersampok angin, dengan cekatan dia lantas melirik kebelakang. Apa yang kemudian terlihat olehnya me mbuat orang itu amat tercekat.
Tampak sesosok bayangan manusia me luncur tiba dengan kecepatan tinggi, sedemikian cepatnya geraksn itu seakan-akan burung elang yang sedang terbang di angkasa saja.
Sementara itu, ujung kaki Ku See hong telah me ne mpelkan diatas tanah lalu dengan suatu gerakan indah badannya berputar, telapak tangan kirinya diayunkan ke depan.
Bayangan manus ia di muka itu tiba-tiba saja me lihat bayangan setan berkelebat didepan matanya dan jalan perginya pun terhalang.
Dalam keadaan begini, ia tak se mpat lagi untuk me lihat jelas paras mukanya, sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke muka melepaskan sebuah pukulan dasyat yang mengerikan sekali, badannya melejit ketengah udara lalu secepat kilat meluncur ke depan. Dengan gerakan ini ma ka diapun terlepas dari ancaman Ku See hong yang a mat lihay itu.
Menyaksikan cara pihak lawan menghindarkan diri dari serangan dasyatnya itu, Ku See hong segera menyadari kalau musuhnya berilmu tinggi dan sukar dihadapi. Sulit rasanya untuk menemukan seseorang jagoan selihay ini didalam dunia persilatan. Begitu lolos dari sergapan maut Ku See-hong, dengan enteng bayangan manusia itu me layang turun e mpat kaki dari posisi semula, kemudian ia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring..., suara pekikan tersebut tajam me nusuk telinga.
Menyusul ke mudian, dari kejauhan sana pun berkumandang pula suara pekikan aneh yang bergema tiba mengikuti he mbusan angin ma la m. Suaranya melengking bagaikan tangisan setan atau serigala, me mbuat bulu kuduk orang pada diri se mua.
Setelah itu maka terdengarlah suara pekikan aneh berkumandang saling bersahut-sahutan, agaknya tidak sedikit jumlah orang yang berdatangan ke situ.
Begitu mendengar pekikan aneh tadi, wajah Ku See-hong yang dingin kaku itu segera terhias kekejian yang menger ikan, dia tahu bayangan manusia itu sedang mengundang kedatangan rekan- rekannya, tapi Ku See hong menyambut (hal tersebut) dengan gembira, dia lebih suka kalau ada serombongan manus ia laknat datang menghantar ke matiannya.
Maka dia tidak secara langsung me lancarkan sergapan ke arah orang itu hanya sorot matanya saja yang tajam mengawas i pendatang-pendatang itu tanpa berkedip.
Dibawa cahaya rembulan, tampak olehnya kalau orang itu adalah seseorang kakek kurus kering berkulit hita m, ia mengguna kan jubah panjang berwarna hitam dengan sebuah busur panjang berwarna merah darah menghias i dadanya.
Hati Ku See hong seakan-akan sedang meneteskan darah, itulah darah panas penuh rasa denda m, sinar matanya me mancar kan cahaya berapi-api, lalu dengan suara menggeledek bentaknya:
"Tua bangka celaka, apakah kau adalah manus ia laknat dari perkumpulan Thi-kiong-pang?"
"Seeet! Sreeetl" desingan angin tajam berhe mbus lewat, Sin- hong hwee-ciau Lui- Ki dan Biau-ki siang-su In Han- im secara beruntun telah menubruk datang pula. Agaknya kakek ceking berbaju hitam itu adalah seorang gembong iblis yang berpengala man, walaupun dia terkejut dan merasa seram, oleh kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Ku See-hong, tapi mana tahan menghadapi pertanyaan dari Ku See hong yang begitu menghina? Dengan suara yang dingin menyeramkan dia mendengus dingin tanpa berbicara, sedangkan sepasang matanya yang kecil menga mati Ku See hong dari atas sampai ke bawah.
Mendadak suatu perubahan aneh melintas diatas wajahnya, tapi dengan cepat telah pulih ke mbali, menjadi wajah kejam dan buas....
Dari sini me mbuktikan kalau pada mulanya dia digetarkan oleh kelihayan Ku See hong, tapi ke mudian setelah tahu kalau pihak lawan tak lebih hanya seseorang pemuda ingusan, keberanianya telah muncul kembali dan diapun segera unjuk gigi.
Ketika Biau-ki siang-su In Han im sudah me lihat jelas siapa gerangan lawannya, ia juga merasakan hatinya bergetar keras, tapi dengan cepat pula dia tertawa dingin.
"Aaah..., kukira siapa yang begitu bernyali berani mencari gara- gara dengan aku orang she In . . . , rupanya Sin kiong Tongcu dari perkumpulan Busur Baja, Cau sang hui (terbang diatas angin) Ciong-Keh-teng, huuahhh....haaahh...... haaahh....... hutang kita pada tiga tahun berselang me mang sudah seharusnya kalau dibikin beres !"
Si kakek ceking berbaju hitam atau Cau sang hui Ciong Keh-teng segera tertawa serak dengan suara menyeramkan, kemudian ujarnya dingin:
"Biau ki Siangsu, aku rasa sudah seharusnya kalau mala m ini kaupun mula i menghitung-hitung usia sendiri, heeehhh......
heeehhh.....heehhh! Siapakah keparat ini ? Apakah diapun hendak
mene mani kalian berdua untuk berangkat ke mbali ke alam baka?" Sin hong hwee ciau Lui- Ki segera me mbentak keras:
"Tua bangka Ciong, apakah kau sudah bosan hidup? Orang lain mungkin takut dengan pengaruh iblis dan perkumpulan Thi- kiong pang kalian, tapi La m-ciau Pak-s iang adalah ma nusia yang tidak takut langit t idak takut bumi !"
Tiba-tiba Cau sang hui Ciong Keh-teng mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, begitu menukas ucapan Sin hong hwee ciau yang belum selesai, ujarnya dengan suara yang rendah dan dala m:
"La m-ciau Pak-siang, aku harap kalian sedikit tahu diri, Thi- kiong pang tak pernah melepaskan `duri dalam mata` dengan begitu saja! Heeehhh...heeehhh.... heeehhh , hari ini kalian begitu berani
me mbicarakan soal keadaan dunia persilatan diloteng Cui-tianglo secara terang-terangan, bahkan memandang re meh umat persilatan yang ada didunia ini . . . . bukan begitu saja, Hmm...! Kau malah menyanjung nyanjung kehebatan Bun-ji koan-su, tapi sayang setan tua itu sudah mampus se menjak duapuluh tahun berselang. Baiklah, biar ka mi Thi-kiong pang berbuat `kebaikan` dengan mengirim kalian ke akhirat untuk berjumpa dengan setan tua itu!"
Mendadak Ku See hong mendo ngakkan kepalanya dan tertawa keras, suaranya amat nyaring dan sangat meme kikkan telinga, Dibalik gelak tertawa tersebut dapat terdengar hawa amarah, dendam kesumat, serta rasa sedih yang bercampur aduk.....
Kemudian, ia menghent ikan tertawanya, lalu dengan sorot mata me mancarkan cahaya pembunuhan yang menggidikkan hati, ujarnya dingin:
"Ciong Keh-teng, mala m ini kau pasti ma mpus...! Kalau toh.......kawanan tikus dari Thi-kiong-pang kalian sudah berdatangan semua, ...mengapa tidak suruh mereka keluar se mua untuk menghantar ke matiannya !"
Paras muka Ku See hong penuh diliputi oleh hawa napsu me mbunuh yang a mat tebal, suaranya pun dingin menggidikkan hati . . . , sepatah demi sepatah pelan-pelan diucapkan, me mbuat suaranya cukup menggetarkan sukma.
Ciong Keh-teng yang mendengar suara tertawa itu, kontan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia segera sadar kalau pada ma lam ini, ia telah berjumpa dengan seorang musuh yang amat tangguh.
Tempat dimana mereka berada sekarang, adalah sebuah ko mple ks tanah pekuburan yang amat luas. Sejauh mata me mandang hanya gundukan tanah dengan batu nisan yang berserakan dimana- mana.
Sekeliling pekutburan tersebut, tumbuh puluhan batang pohon Siong yang rata-rata tingginya mencapai tiga empat kaki, rantingnya me manjang kesana kemar i dengan daun yang lebat, bila terhembus angin ma ka terdengarlah suara ge meris ik yang a mat nyaring.
Kadangkala terdengar suara burung ma lam yang berpekik serta bunyi jangkrik yang me mecahkan keheningan, kese muanya itu mena mbah kesera man dan kengerian disekitar te mpat itu.
Sementara itu, dari atas gundukan tanah pekuburan telah bermunculan enam sosok bayangan manusia, bagaikan sa mbaran burung elang . . . . .
"Sreeet! Sreeet!" diiringi desingan angin taja m, mereka terjun ke tengah arena dan mengepung Ku See hong sekalian.
Menyaksikan kese mpurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki ke enam sosok bayangan manusia itu, paras muka La m-ciau Pak-siang segera berubah a mat hebat....
Rupanya ke enam orang anggota Thi- kiong-pang tersebut tak lain adalah ke enam orang Hiangcu dibawah pinpinan Sin- kiong tongcu..., rata-rata berilmu tinggi dan merupakan jago kelas satu didalam dunia persilatan.
Ketika Cu-sing-hui Ciong Keh-teng menyaksikan orang-orangnya sudah berdatangan semua, keberaniannya semakin besar, sambil tertawa dingin segera jengeknya:
"Enghiong dari manakah saudara ini? Aduh lagaknya sombong benar !" Walaupun begitu, nada ucapannya sudah tidak sebuas tadi lagi, jelas dia merasa agak keder juga oleh keseraman wajah serta ketajaman mata dari Ku See hong.
Paras muka Ku See hong tetap kaku tanpa emosi, dengan nada sinis ujarnya:
"Manusia- manus ia kelas tiga maca m kalian masih belum pantas untuk mengetahui na maku..., sekarang, bersiap saja untuk menerima ke matian!"
Anggota perkumpulan Thi- kiong-pang rata-rata adalah manusia bengis yang banyak melakukan kejahatan, naik pita mlah mere ka setelah mendengar kejumawaan Ku See hong.
Kontan saja dengan kening berkerut, mata melotot, mereka awasi si anak muda itu tanpa berkedip.
Tadi, Cau-sang hui Ciong Keh-teng mau merendahkan diri untuk mencari tahu na ma lawannya, hal ini tak lain karena dia agak keder oleh sikap musuhnya yang luar biasa, tapi setelah menyaksikan keangkuhannya yang begitu tebal, tanpa terasa kemarahannya me luap juga.
Kontan saja dia mendonga kkan kepalanya dan me mperdengarkan suara tertawanya yang menggidikkan hati:
'"Heeehhh.....heeehhh..... heeehhh,..... mala m ini, aku orang she Ciong ingin sekali menyaksikan sa mpai dimanakah kelihayan dari kau si bocah keparat sehingga begitu besar lagaknya dan bertindak semena- mena terhadap kami!"
Sementara suasana makin menegang, Biau-ki-s iang-su In Han Im telah meninjau situasi yang dihadapinya, ia tahu ilmu silat yang dimiliki Ku See hong lihay sekali, paling tidak ia mas ih sanggup untuk menang-kan Cau-sang-hui..., itu berarti dia berdua harus me lawan enam orang sisanya, dan dia yakin kekuatannya berdua di paksakan,masih sanggup untuk me layani mereka... Dasar orangnya me mang cerdik dan cekatan, setelah meninjau keadaan yang dihadapi, Biau-ki siang-su menjadi agak lega hatinya, setelah tertawa nyaring, katanya:
"Ciong Keh-teng, masih selisih jauh sekali bila kau ingin menganda lkan ilmu silat `kucing kaki tiga`mu untuk bertarung me lawannya! Aku rasa lebih baik kau selesaikan dulu hutangmu pada tiga tahun berselang dengan ka mi berdua!"
Tergerak hati Cau sang hui Ciong Keh-teng, setelah mendengar ucapan itu dia segera tertawa licik.
"Bagus sekali! Bagus sekali! Boleh saja bila kau ingin ma mpus lebih dahulu, pokoknya siapa duluan siapa belakangan, selisih waktunya sudah pasti tak akan terlalu la ma.!"
"Orang she Ciong...!" bentak Sin hong hwee ciau dengan suara mengge ledek, "Apa gunanya ngebacot melulu dengan mulut baumu itu? Kalau me mang jagoan, hayo maju, mari kita bereskan mat i hidup kita diujung tinju! "
Agak geli juga hati Ku See hong setelah mendengar perkataan itu, dia tak menyangka kalau lelaki kasar dan berangasan maca m Sin hong hwee ciau ternyata lihay juga dalam bersilat lidah.
Cau sao hui Ciong Keh-teng segera tertawa dingin dengan suara yang menyeramkan:
"Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh.... Lui-Ki, jika kau pingin cepat- cepat ma mpus, baiklah, aku orang she Ciong menghantar keberargkatanmu lebih dulu!"
Baru saja kata `dulu` diucapkan keluar, sepasaag kaki Cau sang hui Ciong Keh-teng sudah menjejak tanah, secepat sambaran petir tubuhnya menerjang maju ke muka, telapak tangan kirinya berputar menciptakan segulung desingan angin taja m, sementara telapak tangan kanannya bagaikan sebilah pisau tajam menyodok kedepan dari suatu sudut serangan yang sangat aneh.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah banyak tahun berkecimpung dalam dunia persilatan, sudah barang tentu Sin hong hwee ciau Lui- Ki cukup mengenali kelihayan dari jurus serangan tersebut.., dengan gusar dia me mbentak keras, kakinya berputar seperti pusaran angin berpusing, tubuhnya yang tinggi besar segera me layang sejauh tiga depa ke depan dan berbalik me nerjang sayap kiri tubuh lawan.
Diantara getaran lengannya yang besar dan kasar, secara beruntun dia telah lepaskan tiga buah serangan berantai, menyusul ke mudian kaki kirinya diayunkan ke muka menendang jalan darah Im- kok hiat dilutut sebelah kiri lawan.
Agaknya Ciu sang hui Ciong Keh-teng tidak menyangka kalau Sin hong hwee ciau yang ta mpaknya kaku bebal serta la mban itu ternyata me miliki kelincahan yang luar biasa.
Sambil terawa dingin telak tangan kirinya diayunkan kedepan, tubuhnya segera turut berputar pula dengan kencang......
"Weess. .. .!" telapak tangan kanannya dengan me mbawa deruan angin pukulan yang berat seperti gulungan ombak sa mudra, menghajar jalan darah Yang-wong hiat ditubuh Sin hong hwee ciau.
Buat seorang ahli silat hanya dalam satu gebrakan saja sudah dapat diketahui apakah musuhnya berisi atau tidak, ma ka begitu mereka berdua saling menyerang sebanyak dua gebrakan, kedua belah pihak segera sadar kalau musuhnya bukan seorang lawan yang enteng.
Sepintas lalu Sin hong hwee ciau Lui- Ki tampa knya seperti kasar dan berangasan, padahal dia adalah seorang yang cer mat dan seksama. Begitu pertarungan berkobar, ia segera menyadari kalau tenaga pukulan musuhnya bukan saja tidak selisih jauh dengan kekuatannya, malah dalam hal ilmu meringankan tubuh serta keanehan jurus serangannya, musuh lebih tinggi setingkat daripada diri sendiri.
Kenyataan tersebut dengan cepat membuat Sin hong hwee ciau yang selalu me mandang tinggi diri sendiri itu, merasa malu sendiri. Dia m-dia m Sin hong hwee ciau Lui- Ki segera menggigit bibirnya dan bertekad hendak beradu jiwa dengan orang itu, telapak targannya yang besar seperti kipas segera diputar me mainkan bayangan pukulan yang berlapis lapis, dalam waktu singkat se mua jalan darah penting ditubuh lawan sudah dikurung olehnya.
Pada dasarnya dia berperawakan tinggi besar, tenaga pukulannya pun sudah termasyur karena hebatnya, tampaklah serangan tersebut dengan me mbawa deruan angin pukulan yang amat kencang segera menggulung ke muka dengan hebatnya.
Dari gerak jurus serangan yang dipergunakan lawannya, Cau sang hui Ciong Keh-teng segera sadar kalau musuhnya hendak beradu kekuatan dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna, sa mbil me mbentak keras, secepat kilat kakinya berputar kencang dan bergerak kian ke mari mengandalkan kelincahan tubuhnya.
Dalam keadan begini, kit itiran angin pukulan Sin hong hwee ciau yang bertubi-tubi itu se muanya mengenai sasaran yang kosong.
Suatu ketika, Cau sang hui Ciong Keh-teng berhasil mene mukan peluang yang sangat baik, sambil tertawa seram sepasang telapak tangannya segera diputar sambil dirangkap menjadi satu, lalu secara tiba-tiba dibalikkan keluar.
Segulung angin pukulan yang a mat dahsyat segera mengalir keluar mengikati gerak telapak tangannya itu bagaikan bendungan yang jebol saja, serangan itu dengan cepatnya menghanta m tubuh Sin hong hwee ciau.
Tampanya Sin hong hwee ciau Lui- ki berniat untuk beradu kekerasan, ia tak ambil perduli resiko yang bakal dihadapi, sambil me mbentak keras tiba-tiba sepasang tangannya diayunkan pula kedepan me lepaskan dua gulung tenaga pukulan yang maha dasyat untuk menya mbut datangnya ancaman lawan.
Ketika itu Ku See hong telah berhasil mene mukan kalau dibalik serangan dan Cau sang hui terselip serangan me matikan yang maha keji, tampaknya orang itu me mang bertujuan untuk me mancing Sin hong hwee-ciau agar menyambut datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan. Dalam kaget dan tercekatnya, buru-buru ia me mbentak keras:
-oodwoo-