Si Pisau Terbang Pulang Bab 1 : Darah dan Air Mata Si Pengelana

 
Kata pengantar

Dahulu di jaman penuh kekerasan, jaman ketika tidak ada rasa aman; di dunia persilatan tiba- tiba muncul suatu senjata yang di sebut Hui To atau Pisau Terbang.

Tidak ada yang tahu bagaimana bentuk dan modelnya, juga tidak ada orang yang bisa melukiskan kecepatan dan kekuatannya.

Dalam hati setiap orang, senjata ini dianggap sebagai senjata yang bisa melenyapkan kejahatan dan penindasan, sekaligus menjadi lambang kebenaran dan kehormatan. Kekuatannya sangat besar dan berwibawa; bila dia sudah beraksi, tidak satu pun musuh bisa menghalangi segala  sepak terjangnya.

Kemudian setelah kekacauan mulai mereda, pisau terbang ini seperti ikut menghilang, seperti gelombang iaut yang menghilang di samudera luas.

Tapi siapa pun tahu, bila di dunia persilatan terjadi kekacauan kembali, pisau terbang ini akan segera muncul kembali; dia akan membawa kepercayaan dan harapan kepada setiap umat manusia.

0-0-0 

Bab 1. Darah dan Air Mata Si Pengelana

Toan Pat Hong perawakannya setinggi dua meter, tubuhnya kekar seperti terbuat dari tulang besi dan urat baja karena selama ini dia berlatih ilmu silat Capsa Thaypo, ilmu silatnya tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya.

Toan Pat Hong usianya sudah 58 tahun; semenjak berusia 30 tahun, dia sudah menjagoi Kangpak (daerah sebelah utara sungai Tiangkang). Dia memimpin tujuh perkumpulan besar dan empatpuluhdua perkumpulan kecil, dan dia juga menjabat sebagai ketua dari empat kantor piauwkiok. Namanya sangat terkenal di dunia persilatan, boleh dikata tidak ada yang mampu menandinginya. Sampai sekarang pun dia masih terkenal di dunia persilatan, hanya ada beberapa orang saja yang bisa meyaingi nama harumnya.

Tapi pada malam menjelang hari raya Imlek (tahun baru) tahun yang lalu, dia menemukan suatu hal yang aneh. Sulit sekali dipercaya bahwa dia akan menemui peristiwa ini malam itu. Toan Pat Hong dikejutkan oleh sehelai kertas putih yang berisi gambar sebuah pisau kecil. Dia kaget bukan kepalang hingga dia meninggal saat itu juga.

Tiga hari sebelum malam menjelang Imlek, tanpa terasa tahun baru akan segera tiba kembali.

Pada saat seperti itu, orang-orang yang pergi merantau hanya punya satu tujuan dalam hatinya, yaitu cepat pulang dan merayakan Imlek bersama keluarga.

Hari itu dia baru saja menyelesaikan suatu perselisihan di dunia persilatan yang sudah berlangsung sepuluh tahun lamanya. Dia menerima ucapan terima kasih dari tigabelas perkumpulan yang berasal dari daerah Hoay Yang. Arak yang disiapkan oleh mereka diminumnya sampai hampir tiga kati.

Diapit oleh para pengawal dan teman-teman baiknya, sekujur tubuhnya terasa panas. Baginya, kehidupan seperti secangkir arak yang bagus, seperti arak yang sedang diminum perlahan-lahan sambil dinikmati.

Tapi tiba-tiba saja dia mati.

Dapat dikatakan dia mati oleh goloknya sendiri, seperti orang yang sudah tidak bergairah dan tidak punya semangat untuk hidup lagi.

Kejadian seperti ini bisa saja terjadi pada setiap orang seperti dia, siapa pun tidak ada yang bisa memperhitungkannya. surat itu tidak mencantumkan untuk siapa, juga tidak ada tanda tangan pengirimnya.

Di dalam surat itu tidak tertulis satu huruf pun-ukuran kertas surat itu sangat besar - hanya terdapat sebuah gambar pisau yang dilukis dengan tinta, tak seorang pun mengenali gambar pisau itu, baik bentuk maupun modelnya. Orang-orang hanya tahu bahwa itu adalah gambar sebuah pisau.

Surat itu diantarkan oleh seorang pemuda. Dia memberikannya di sebuah jalan yang gelap, walaupun pada saat itu ada cahaya bulan, tapi tidak ada seorang pun yang bisa melihat jelas bentuk wajah dan sosok pemuda itu seperti apa. Orang hanya tahu bahwa dia adalah manusia. Pemuda itu muncul dari tempat yang gelap, tapi dia muncul dengan tenang dan tampak sopan. Dia berjalan menghampiri Toan Pat Hong, dia pun dengan tenang dan sopan menyerahkan surat itu kepada Toan Pat Hong.

Setelah membaca surat itu, wajah Toan Pat Hong langsung berubah, seperti ditusuk oleh sebatang besi yang merah pijar dalam lehernya.

Ketika semua orang sedang melihat reaksinya, tiba-tiba saja Toan Pat Hong mengeluarkan goloknya, dan dengan cepat, bersih, serta tanpa perasaan, menusukkannya ke perutnya sendiri. Seperti sedang berhadapan dengan orang yang paling dia benci. Siapa yang bisa menjelaskan hal ini?

Bila tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan peristiwa ini, maka peristiwa yang terjadi pada diri Toan Pat Hong lebih-lebih tidak ada yang bisa menjelaskan, karena peristiwa ini sama sekali tidak terpikir dan tidak terbayangkan oleh siapa pun.

Tiga hari menjelang hari raya Imlek, Toan Pat Hong mati di tepi jalan, tapi pada hari raya Imlek, ternyata dia masih hidup.

Dengan kata lain, toan Pat Hong bukan mati pada tiga hari menjelang Imlek itu, tetapi mati pada hari raya Imlek, dan waktu kematiannya adalah malam hari. Satu orang hanya mempunyai sebuah nyawa, begitu juga dengan Toan Pat Hong, tapi mengapa dia bisa mati dua kali?

Pemuda yang mengantarkan surat itu menghilang entah ke mana. Tapi Toan Pat Hong dengan tubuh setinggi dua meter dan berat seratus kilogram, langsung roboh bersimbah darah.

Tidak ada seorang pun yang mengerti, juga tidak ada yang bisa berkomentar.

Orang pertama yang bisa menerangkan peristiwa ini adalah orang yang terkenal dengan ketenangan dan kelincahannya, dia adalah Touw Jiya.

"Cepat, cepat, cari tabib!" teriak Touw Jiya.

Sebenarnya dalam keadaan seperti itu sudah tidak perlu mencari tabib lagi, yang dibutuhkan adalah sebuah peti mati.

Peti mati yang berisi mayat Toan Pat Hong sudah dikirim langsung ke kampung halamannya, dan ketika tiba ditempat hari sudah sore.

Hari raya Imlek, sore hari.

Pada hari raya Imlek, biasanya tangan para wanita penuh dengan minyak goreng, karena mereka sedang memasak menyiapkan hidangan. Wajah anak-anak terlihat gembira, karena ada baju baru, bunga bwee, buah-buahan, angpao, dan lainnya.

Pada hari raya Imlek orang-orang saling mengucapkan selamat, bergembira, dan selalu tertawa.

Hari raya Imlek adalah hari raya yang paling ramai dan menyenangkan, tapi di rumah Toan Pat Hong hanya terlihat ada sebuah peti mati. Walaupun itu hanya peti mati, tapi harganya mencapai 1.800 tail perak. Namun semahal-mahalnya peti, tetap saja sebuah peti mati.

Saat seperti ini lebih baik tidak ada peti mati.

Rumah Toan Pat Hong sangat besar dan megah, banyak sekali ruangan dan kamar.

Pintu masuk ke rumah Toan Pat Hong sangat tinggi dan besar, dan dicat dengan warna merah tua, gelang pintu berwarna emas, di luar pintu masih terdapat patung singa yang terbuat dari batu.

Peti mati diusung melalui pintu besar ini, diusung oleh 36 orang dengan bantuan balok-balok yang panjang.

Ketigapuluhenam laki-laki itu mengenakan baju dan celana yang berwarna putih. Itu adala seragam berduka cita, hingga ikat pinggang pun berwarna putih. Mereka mengusung peti mati yang sudah dicat dengan warna hitam mengkilat. Kemudian mereka pun mundur sebanyak 156 langkah, mundur hingga ke luar pintu besar.

Lalu pintu itu pun ditutup.

Kemudian ada 36 laki-laki lainnya, mengusung peti mati ke belakang rumah menuju pekarangan.

Di belakang rumah masih terdapat pekarangan. Rumah besar itu mempunyai banyak pekarangan.

Akhirnya mereka tiba di pekarangan terakhir, pekarangan itu letaknya di belakang, keadaan di sana sangat gelap, segelap tinta untuk menulis.

Di dalam kegelapan hanya ada sedikit cahaya lampu dan di sekeliling tempat itu sudah dipenuhi dengan warna putih.

Tempat berkabung biasanya selalu didominasi dengan warna putih, mencerminkan rasa duka. dari sedih.

Ke tigapuluh enam laki laki itu mengusung peti rnati dan meletakkannya di hadapan janda dan anak Toan Pat liong, wajah mereka semua pucat, kemudian mereka pun mundur.

Tapi semua laki-laki itu tidak sempat mundur keluar pintu dari tangan janda yang terlihat rapuh seperti mudah roboh ditiup angin itu, tiba-tiba muncul cahaya yang berwarna kuning muda. Ketiga puluh enam laki-laki yang kuat seperti singa besi itu langsung roboh pada saat itu juga.

Begitu menyentuh lantai mereka sudah mati. Toan Pat Hong mempunyai seorang istri. Tapi Toan Pat Hong masih mempunyai istri muda. dia mempunyai 29 orang istri muda.

Toan Pat Hong mempunyai anak laki-laki, anaknya ada 40 orang.

Toan Pat Hong pun memiliki anak perempuan yang berjumlah 16 orang.

Saat ini di ruangan itu, selain istri dan istri muda serta anak-anak Toan Pat Hong yang berjumlah 86 orang, masih ada dua orang lagi. Kedua orang itu terlihat sangat tua dan tua; mereka sepertinya sudah pernah mati beberapa kali, wajah mereka tampak datar.

Di wajah mereka hanya terlihat bekas luka golok, tidak ada ekspresi apa pun yang memancar dari wajah mereka. Tapi dari bekas luka golok itu seperti terlihat cahaya golok dan bayangan pedang, dendam masa lalu mengukir kesedihan yang mendalam di atas bekas luka itu.

Beribu-ribu bahkan puluhan ribu bekas luka golok mencerminkan beribu-ribu dan bahkan puluhan ribu ekspresi mereka. Beribu-ribu bahkan puluhan ribu ekspresi yang ada malah mengubah wajah mereke menjadi tidak ada ekspresi.

Pekarangan yang gelap hanya sedikit disinari cahaya lampu. Cahaya yang berasai dari lampu yang diletakkan di ruang berkabung, berwarna putih dan diletakkan di atas meja sembahyang.

Tiba-tiba terasa ada angin yang datang entah dari mana, tiupan angin ini memadamkan lampu, lampu satu-satunya yang berada di ruangan itu.

Begitu lampu dinyalakan kembali, peti mati sudah menghilang dari sana.

Ruangan rahasia itu terbuat dari batu yang berwarna hijau, warna hijau itu seperti warna tulang dari orang yang sudah lama. mati.

Cahaya lampu pun berwarna hijau yang sama; kedua orang tua itu menggotong peti mati dan masuk ke dalam ruang rahasia itu, pintu rahasia segera menutup sendiri. Kedua orang tua itu dengan perlahan meletakkan peti mati itu, lalu mereka dengan diam menatap peti mati itu, bekas luka golok dan kerutan di wajah mereka terlihat lebih dalam lagi. Seperti melukiskan sebuah gambar yang sedih.

Mereka terdiam lama dan masih terus menatap peti mati itu, tidak ada seorang pun yang bisa menceritakan bagaimana perasaan mereka sebenarnya, karena itu pula tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sedang mereka pikirkan saat itu. dan rencana apa yang sedang disusun oleh mereka saat itu. Mereka pun melakukan hal yang tidak dimengerti oleh orang lain.

Karena mereka menumbukkan tubuhnya ke dinding hingga mati. Cahaya lampu berkedip-kedip seperti api setan.

Tutup peti itu bergeser dengan perlahan, kemudian dari dalam peti keluarlah sebuah tangan, kemudian tangan itu menggeser tutup peti mati dengan perlahan, dan Toan Pat Hong keluar dari peti mati itu.

Dia melihat ke sekeliling ruang rahasia itu, wajahnya tampak berseri-seri dan terlihat sangat puas.

Dia tahu sekarang dia sudah merasa aman, sekarang ini semua orang persilatan sudah tahu bahwa dia sudah mati di sebuah kota, tepatnya di sebuah jalan kecil, semua kebencian dan dendam akan hilang seiring dengan kematiannya.

Sekarang tidak akan ada orang yang akan mencarinya untuk membalas dendam, karena dia sudah mati.

Seseorang yang masih hidup di dunia tapi mengaku bahwa dirinya sudah mati, rahasianya pasti tidak akan bocor dan menyebar keluar. Karena orang yang tahu rahasianya sudah mati semua.

Tidak ada satu mulut manusia yang boleh menyimpan rahasia orang mati.

Toan Pat Hong menghembuskan nafas panjang, dia menarik gelang yang terpasang di dinding batu itu. Ini adalah pintu rahasia yang satu lagi, tapi wajahnya langsung berubah.

Dia mengira dia bisa mendapatkan makanan, air, arak, baju, dan yang lainnya yang memang sudah disiapkan untuknya.

Tapi dia tidak melihat semua itu.

Dia mengira dia tidak akan diketahui oleh orang yang mencarinya untuk balas dendam Tapi saat ini dia sudah melihatnya.

Wajahnya dengan cepat berubah, tapi tubuhnya tidak bergerak sama sekali.

Ilmu silat dan kekuatan tubuhnya sedang berada dalam kondisi puncak, kapan pun dan dalam keadaan apa. pun dia masih bisa menangkis atau menusuk. Tapi kali ini kurang cepat, begitu dia mulai bergerak, dia sudah melihat kelebat cahaya pisau.

Pisau terbang.

Dia tahu dia melihat kembali pisau terbang, dengan cara apapun dia tidak akan bisa menghalangi gerak pisau terbang ini

Karena itu dia sangat yakin bahwa dia akan mati. Seseorang dengan pisau yang tersimpan di balik bajunya dapat menusukkannya ke perutnya sendiri, lalu darah akan mengalir dan seakan-akan mati. Tapi dengan keadaan seperti itu ternyata dia belum mati. karena dalam pisau itu sudah dipasang sebuah alat per.

Tapi kali ini yang dia lihat adalah pisau terbang, benar-benar pisau terbang. Karena itu sekali ini dia pasti mati.

Setelah itu di dunia persilatan muncul kembali pisau terbang.

0-0-0

1.

Sebuah kota di sebuah pegunungan.

Kota itu terletak agak jauh berada di daerah gunung sebelah sana, gunung yang jauhnya ribuan kilometer.

Li Hoay telah kembali lagi ke kota ini. Tanah yang kering, hembusan angin dan orang-orang yang berada di sana, semua sudah lama dikenalnya.

Karena dia tumbuh besar di kota ini - dia adalah seorang pengelana, dia tidak mempunyai asal- usul - masa kecilnya hanya dihiasi dengan mimpi-mimpi buruk. Meski begitu, dalam setiap mimpi buruknya dia tidak bisa melupakan tempat ini.

Warung yang menjual bakpao belum tentu hanya menjual bakpao. Pemilik warung dipanggil dengan sebutan Loo Thio, dia belum tentu sudah tua meski dipanggil Loo Thio.

Tapi sekarang dia benar-benar sudah tua.

Setiap hari dengan mata tuanya itu dia menyaksikan pasir yang dihembus oleh angin yang lewat di depannya. Dia seperti menunggu sebuah mujizat, yang bisa terjadi di tempat ini, tempat yang dia tinggali selama puluhan tahun.

Dia tidak menyangka bahwa mukjizat ini benar-benar akan terjadi, pada hari ini pula.

Dia melihat ada seorang pemuda mengenakan baju yang sudah penuh dengan debu, dengan perlahan dan tampak malas-malasan berjalan menuju warung bakpao yang berada di depan toko kecil itu.

Dari dalam kukusan bakpao tampak ada asap yang mengepul dan memenuhi mata tua Loo Thio. Dia hanya melihat pemuda ini sebagai pemuda yang tampan dengan sepasang matanya yang tajam. Pembawaan sikapnya terlihat sangat istimewa. Loo Thio tidak pernah melihat pemuda ini, dia seperti bisa merasakan bila pemuda itu tidak pernah datang ke tempat ini.

'Tuan," panggil Loo Thio, "sekarang toko belum buka, tapi bakpao dan sayur asin sudah ada.

Tuan ingin makan apa?"

"Aku ingin memakanmu," jawab pemuda itu dengan ramah, kalimat ini membuat Loo Thio terkejut.

"Kau ingin memakanku?" Loo Thio terkejut hingga terbengong-bengong. "Mengapa kau ingin memakanku? Apa enaknya makan aku?"

"Kau pasti enak bila dimakan," jawab pemuda itu, "bila aku sekarang ini."

Loo Thio masih terlihat terkaget-kaget melihat pemuda itu, tiba-tiba saja Loo Thio tertawa, dia tertawa terbahak-bahak, tawanya seperti dia sudah mendapat barang yang memang sangat dia inginkan. "Ternyata kau, kau sangat jahat," tawa Loo Thio membuat kerutan di wajahnya bertambah banyak.

"Dulu kau setiap hari selalu memakanku, dan itu sudah berlangsung selama beberapa tahun.

Sudah berapa tahun kita tidak bertemu, apa sekarang kau ingin memakanku kembali?" "Bila aku tidak memakanmu, lalu aku harus makan siapa?"

Pemuda itu sangat lucu, kata-katanya pun lucu, bahkan tingkah lakunya pun terlihat sangat lucu.

Dia membuka kukusan bakpao milik Loo Thio kemudian mengeluarkan beberapa bakpao dari kukusan itu lalu semua bakpao itu dimakannya.

"Kau benar-benar telah memakannya." "Benar, aku telah memakannya."

Loo Thio tertawa dan berkata, "Apakah kau ingat, pada saat ulang tahunmu yang kesebelas, tengah malam kau secara sembunyi-sembunyi masuk ke warungku dan makan bakpaoku? Tidak disangka hari ini kau makan lebih banyak dari waktu itu."

"Aku melatihnya selama ini."

Tawa pemuda itu terlihat menjadi sedih dan berkata, "Seseorang bila sudah kelaparan selama enam bulan, dia tidak bisa berlatih hal lain, tapi mengenai soal makanan dia tentu akan bisa melatihnya."

"Makanlah!" kata Loo Thio sengaja menghela nafas dan berkata lagi: "makanlah sepuasmu, aku sudah terbiasa dimakan olehmu."

"Kau pun terbiasa tidak menerima uangku." Kau sudah terbiasa tidak membayar jadi aku pun terbiasa tidak menerima uangmu," tawa Loo Thio dan dia berkata lagi. "Walau bagaimana pun aku tidak pernah menerima uangmu."

Tapi pada saat Loo Thio mengatakan kalimat ini, sikapnya tidak seperti biasanya. Karena dia sedang melihat sesuatu yang jarang dia iihat.

Di jalanan yang berdebu ini, tiba-tiba muncul empat orang anak kecil. Keempat anak kecil itu memiliki wajah dan mata yang bulat, tubuh mereka mengenakan jubah bulat, di leher mereka masing-masing memakai gelang emas, tangan mereka mengenakan gelang giok yang tampak berkilau-kilau, di telinganya memakai anting yang bulat, sedangkan sepasang tangan mereka membawa baki yang bulat, di dalam piring penuh dengan uang, mereka sedang berjalan menuju warung bakpao milik Loo Thio.

Melihat itu Loo Thio menjadi terbnigong-bengong. Dia tidak pernah melihat orang semacam mereka muncul di tempat ini.

Tapi semua anak-anak itu membawa bali ke hadapannya. Loo Thio melihat uang yang berada di atas baki itu, mata Loo Thio menjadi bulat.

"Apa artinya ini?" tanyanya kepada pemuda itu. "Apakah kau menyuruh mereka mengantarkannya ke sini?"

"Uang? Di mana ada uang? Dari mana uang itu? Mengapa aku tidak melihat uang itu?" "Lalu yang kau lihat itu apa?" Loo Thio sengaja bersikap galak kepada pemuda itu.

Dia bertanya lagi, "Kau tidak melihat uang, lalu yang kau lihat itu apa?"

"Yang aku lihat hanya ada bakpao," jawab pemuda itu. "Kau memberikan bakpao untuk menolong nyawaku, dan aku membalasnya dengan memberikan bakpao untukmu, tapi bakpaoku ini tidak bisa kau makan."

"Aku sudah mengerti maksudmu." Kali ini Loo Thio benar-benar menghela nafas. "Kau pernah mengatakan ingin membalas budi kepadaku dan mengatakan ingin membalas beratus-ratus bahkan ribuan kali lipat."

Kata Loo Thio lagi, "Saat itu aku percaya bahwa pada suatu hari kau akan bisa melakukannya, tapi sekarang aku malah tidak mempercayainya."

"Mengapa?"

"Karena aku tidak percaya bahwa anak kecil seperti dirimu dalam waktu yang begitu singkat sudah bisa mendapatkan uang begitu banyak."

Pemuda tampan dengan wajah yang masih terlihat lesu dengan bajunya yang sederhana tapi memiliki banyak uang, tiba-tiba dia tertawa, tawa yang terlihat misterius.

"Kau tidak mempercayainya?" tanya pemuda itu. "Jujur saja, kau tidak bisa mempercayainya, bahkan aku sendiri pun tidak mempercayainya."

Wajah Loo Thio yang terlihat penuh dengan kerut itu, tiba-tiba mengeluarkan ekspresi yang misterius, dengan suara rendah dia berkata, "Menurut kata orang-orang, di dunia persilatan telah muncul seorang perampok, yang memiliki ilmu silat yang sangat yang sangat tinggi. Perampok itu sangat berani, bahkan gedung uang istanapun berhasil dirampoknya.’

"Oh!"

"Apakah kau tidak pernah mengetahui tentang perampok itu?" Tidak."

"Tapi sifatnya sangat mirip denganmu., aku tahu bahwa kau adalah se orang yang sangat pemberani’ Loo Thio terus menatapnya, sepasang mata tuanya terlihat sangat misterius, "Bila aku adalah perampok yang akan ditangkap oleh pemerintah, aku pun akan lari dan bersembunyi di tempat ini." Kata Loo Thio lagi, "Bersembunyi di tempat yang sepi, siapa yang bisa mencarimu?"

"Benar, siapa yang bisa mencariku."

Tiba-tiba seorang gadis muncul pada saat pemuda itu sedang tertawa berseri-seri.

Terus terang, bila pemuda itu sedang tertawa, tawanya sangat ielek. apalagi saat itu dia sedang memandang gadis itu.

Si gadis tampak marah.

Gadis itu tidak menunggang kuda tapi tangannya membawa sebuah pecut, pecut itu sepertinya bukan untuk memecut kuda melainkan untuk memecut orang.

Gadis itu dengan pecut kudanya menunjuk ke hidung si pemuda dan bertanya kepada Loo Thio, "Siapa pemuda ini?"

Loo Thio tidak membuka mulut untuk menjawab, pemuda itu sendiri yang menjawab: "Siapa orang ini, tidak ada yang lebih tahu dibanding diriku."

Dengan dua jarinya ia menjepit pecut kuda itu dan menunjuk hidungnya sendiri lalu berkata, "Aku bermarga Li, bernama Hoay." (Hoay = jahat)

"Kau jahat?" tanya gadis itu sambil menahan tawa dan berkata lagi: "Apakah kau sendiri menyadari bahwa kau jahat?"

Jawab Li Hoay dengan wajah serius,"Aku bernama Li Hoay, tapi belum tentu aku adalah orang jahat."

Gadis itu merasa bahwa pemuda itu terlihat lebih aneh lagi, "Apakah namamu benar-benar Li Hoay?"

"Benar, aku memang punya nama empat huruf."

"Nama empat huruf?" gadis itu memandang Li Hoay dengan wajah terkejut. Diteruskannya pertanyaan itu: "Apa saja empat huruf itu?"

"Namaku adalah Li Hoay Si Lo (Li Hoay sangat jahat)."

Gadis itu tertawa dan berkata: "Li Hoay, kau benar-benar Li Hoay Si Lo." Tawa gadis itu sangat manis dan lucu.

Bila Li Hoay tertawa, tawanya adalah tawa yang paling menawan di antara laki-laki, dan bila gadis itu tertawa, tawanya paling menawan di antara para gadis.

Li Hoay dengan bengong melihat gadis yang masih tertawa itu, dia menjadi agak lupa diri.

Pada saat itu juga pecut si gadis sudah diayunkan, dan melilit leher Li Hoay. Dengan sebelah tangan dia menampar wajah Li Hoay, dan dengan kakinya dia menyapu ke arah kaki Li Hoay.

Sekarang tampak Li Hoay yang baru saja kembali ke kampung halamannya jatuh ke jalan berdebu kuning seperti seekor beruang. Dan mulutnya masih dijejali dengan sebuah bakpao.

Loo Thio melihat Li Hoay yang tersungkur di bawah lalu dia tertawa terbahak-bahak. "Kau bukan perampok itu," kata Loo Thio sambil tertawa.

"Tidak ada perampok yang terlihat begitu bodoh, hanya dengan pecut yang diayunkan, gadis itu berhasil mengalahkanmu."

"Gadis itu sangat galak, aku tidak menertawai dia juga tidak mengganggunya, mengapa dia memperlakukanku seperti itu?"

"Siapa bilang kau tidak mengganggunya?"

"Apakah kau sudah lupa kepadanya?" Loo Thio terlihat tertawa licik.

"Apakah kau lupa pada saat kau masih kecil, kau selalu mengganggu seorang gadis kecil, sampai wajahnya berlumuran dengan tanah?"

Li Hoay tampak terkejut."Apakah gadis tadi adalah Ko Ko?" "Benar, dia adalah Ko Ko."

"Tidak kusangka dia masih membenciku," kata Li Hoay sambil tertawa kecut.

Tapi tawa Loo Thio masih terlihat sangat senang, dan berkata: "Kau pasti tidak menyangka bahwa dia bisa berubah menjadi begitu cantik bukan?"

. Di dunia ini banyak orang yang bertipe sama tapi ada juga yang tidak sama. Satu macam, satu tipe, walaupun mereka tidak berada di satu tempat yang sama, bahkan mungkin tidak saling mengenal tapi seringkali mereka punya kemiripan jauh lebih banyak dibandingkan, misalnya, dengan saudara kandung sendiri.

Pui Thian Ho dan Toan Pat Hong adalah salah satu contohnya.

Pui Thian Ho dan Toan Pat Hong sama-sama tinggi besar. Dan kuat, ilmu silat yang dimiliki oleh mereka pun adalah ilmu silat yang keras, walaupun nama Pui Thian Ho tidak terkenal seperti Toan Pat Hong dalam dunia persilatan, tapi di daerah perbatasan ini dia adalah seorang pemimpin yang sangat dikenal oleh rakyat di sana.

Dalam hidupnya, dia sangat menyukai tiga hal yaitu, kekuasaan, nama terkenal, dan Ko Ko, anak gadisnya.

Sekarang Pui Thian Ho berada di ruang tamu yang besarnya seluas tempat pacuan kuda, duduk di sebuah kursi yang besarnya sebesar tempat tidur, dengan suaranya yang serak memerintah

"Tulis surat undangan harus dengan kertas yang dibeli dari ibu kota, juga harus ditulis dengan bahasa yang sopan."

"Surat itu ditujukan kepada siapa? Mengapa harus menulisnya dengan bahasa yang begitu?" tanya Siao Go.

Tiba-tiba Pui Thian Ho terlihat sangat marah.

"Mengapa kita tidak boleh berbuat tidak sopan kepada orang lain? Kau kira Go Sin Liu itu siapa?

Kau kira Pui Thian Ho itu siapa? Kita berdua digabung pun masih tidak bisa menandingi bulu tangan milik orang itu."

"Apakah benar begitu?" "Ya, itu sudah pasti."

Kata Pui Thian Ho lagi,"Hanya dalam kurun waktu beberapa tahun dengan tangan kosong, dia berhasil mendapatkan harta yang begitu banyak, apakah kalian semua sanggup menandinginya?"

Kepala Siao Go menunduk.

Ada semacam orang yang bisa menundukkan kepada di bawah kekuasaan dan harta benda, dan mereka dengan suka rela pun akan menunduk. Siao Go adalah orang semacam ini.

"Mengapa tidak kita tunggu beberapa hari lagi untuk mengundang dia, mengapa harus sekarang juga?"

Sekarang Pui Thian Ho benar-benar marah. "Beberapa hari lagi katamu? Kau terlalu banyak bicara!" Pui Thian Ho melotot kepada orang yang sok tahu ini dan berkata lagi. "Kau harus mulai belajar bagaimana cara menutup mulutmu sendiri!"

Hari ini adalah tanggal 15, setiap tanggal 15 pasti akan muncul bulan purnama.

Di bawah sinar bulan tampak ada air, Tjoei Goat Wan berada di dalam sinar bulan dan air.

Di sebuah kota di sebuah pegunungan di perbatasan, masih ada orang yang membuat sebuah kolam di dalam rumahnya'. Orang yang boros seperti itu harus ditimbun di dalam pasir gurun dan dikeringkan hingga mati.

Pui Thian Ho adalah orang semacam itu.

Tjoei Goat Wan adalah tempat di mana dia sering menjamu para tamunya dan Li Hoay (Li si Jahat) adalah tamunya pada malam ini.

Begitu Li Hoay duduk di tempat terhormat, dia tampak malu-malu layaknya seperti seorang gadis.

Gadis ataupun laki-laki tetap harus makan, dan karena datang diundang makan, ya memang harus makan.

Tapi arak dan sayur belum ada di atas meja.

Pui Wangwee nampak tidak bisa duduk dengan tenang, dia mengundang tamu datang untuk makan, tapi di atas meja tidak dihidangkan sayur dan nasi.

Mengapa sayur dan nasi belum disajikan?

Tapi Pui Wangwee tahu mengapa bisa terjadi hal ini, hanya saja dia tidak berani marah karena semua ini disebabkan oleh perbuatan Pui siotjia. Karena Pui siotjia sudah menghancurkan semua sayur dan arak yang sudah siap disajikan di atas rneja, semua ini dilakukan oleh Pui siotjia karena dia tidak suka dengan tamu yang diundang oleh ayahnya malam ini.

Dia sudah memberitahu tahu kepada pelayan yang menjadi sangat terkejut. "Ayah bodoh sekali, dia malam ini telah mengundang tamu yang bukan seorang manusia, seorang penjahat, mengapa kita harus mengundang makan malam seorang penjahat?"

Tapi akhirnya Li Hoay bisa juga makan dan minum, seperginya orang-orang.

Pelayan-pelayan di dapur keluarga Pui sudah terlatih untuk menyajikan makanan dalam waktu yang singkat, mereka dengan gampang bisa menghidangkan sayur lagi dengan menu yang lengkap.

Semua sayur disajikan di dalam piring perak yang diukir, dibawa oleh delapan orang pelayan laki-laki dan delapan orang pelayan perempuan.

Setelah meletakkan sayur di atas meja, kemudian mereka berdiri di pinggir, siap melayani bila mereka dipanggil.

Dalam hati Li Hoay mengeluh, dia merasa makan malam seperti ini sungguh tidak menyenangkan dan tidak nyaman.

Begitu banyak orang yang berdiri di sisinya dan melihatnya makan, mana bisa dia makan dengan nikmat. Bila dia bisa makan dengan nikmat dan nyaman, dia bukan bernama Li Hoay.

Dia harus bernama Li Ho (Li si Baik).

Untung dia tidak lama mengalami perasaan seperti itu, kalau tidak dia tidak akan bisa makan dan minum lagi.

Li Hoay sudah makan sayur sebanyak tiga suapan.

Dia sudah minum arak sebanyak sebelas cangkir, Pui Wangwee dan Siao Go. dua-duanya jago minum.

Di dalam ruangan cahaya lampu terlihat sangat terang seperti siang hari, orang tertawa-tawa dan arak pun terasa hangat, tuan rumah sangat ramah, pelayan pun melayani dengan telaten.

Di luar jendela tampak bulan bersinar dengan indah, bulan begitu bulat, dan cahayanya begitu terang. ingin minum langsung dari gucinya, tiba-tiba dia mendengar dari kejauhan ada seseorang yang berteriak.

Teriakan ini seperti teriakan ketakutan, sedih, terkejut dan putus asa. Teriakan seperti ini pasti tidak akan enak didengar di telinga siapa pun.

Begitu teriakan ini yang didengar oleh Li Hoay, teriakannya sudah bukan teriakan biasa. Teriakan kali ini yang dia dengar seperti merobek perasaannya, apakah itu darah, daging,

tulang, hati. nadi. kuku. atau rambut yang ditarik dan dicengkram?

Karena teriakan ini sekali demi sekali, sekali demi sekali terus berlanjut. Arak sudah mengalir keluar dari cangkir.

Kulit wajah orang-orang di sana semua berubah, menjadi seperti kulit dari binatang yang sudah mati.

Kemudian Li Hoay melihat ada delapanbelas orang pemuda, masing-masing memegang golok di tangannya, seperti terbang t urun dari Tjoei Goat Wan, tepatnya dari jembatan Tjoei Goat Wan, mereka seperti prajurit yang akan bertempur ke medan perang, segera mereka mengambil posisi di jembatan.

"Ada apa ini?"

Wajah Li Hoay yang biasanya terlihat lembut, lucu, dan malu-malu, sekarang sudah berubah sama sekali.

"Apakah di tempat Pui siok-siok telah terjadi sesuatu? Biar aku tengok dari pintu belakang." Pui Wangwee tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, kau tenang saja," tawa Pui Thian Ho penuh dengan rasa percaya diri dan dia berkata lagi. "Bila terjadi sesuatu di tempatku, tidak akan berakibat apa-apa, walaupun langit runtuh pasti ada Paman Pui yang bisa menahannya."

Kata-katanya belum selesai, tapi tawanya sudah menghilang. Dia melatih anak buahnya dengan ketat, Pui Thian Ho adalah orang yang sangat percaya diri, dia percaya anak buahnya bisa menjaga jembatan itu, tidak ada sorang pun yang bisa melewati jembatan itu.

Tapi sekarang ada seseorang yang bisa melakukannya. Seseorang dengan wajah yang hitam, mengenakan jubah yang berwarna merah seperti api, tubuhnya lebih tinggi dan besar dari Toan Pat Hong. Dia seperti seorang pelajar yang sedang berjalan mondar-mandir di jalan setapak yang berada di taman itu. Tapi dia tidak bergerak sama sekali.

Tapi begitu dia mulai melewati jembatan, anak buahnya yang menjaga jembatan itu, satu per satu berteriak dengan sangat mengerikan kemudian terbang melayang ke tempat jauh, setelah sepersekian detik baru terdengar suara tubuh mereka yang mendarat dan juga terdengar suara tulang mereka yang patah.

Sekarang ini si jubah merah sedang duduk di ruangan Tjoei Goat Wan, lampu bersinar sangat terang. 

Si jubah merah dengan perlahan masuk kemudian duduk. Dia mengambil posisi di sisi tuan rumah yaitu Pui wangwee, dan berada di hadapan tamu yang sedang di undang oleh Pui wangwee yaitu Li Hoay.

Wajahnya tidak seperti wajah seorang manusia.

Wajahnya seperti memakai topeng yang terbuat dari besi, walaupun saat itu dia sedang tertawa tidak seperti orang yang sedang tertawa, wajahnva malah membuat orang menjadi ketakutan.

Saat itu dia sedang tertawa.

Dia melihat ke arah Li Hoay, dan tertawa lagi.

'Tuan Li," panggilnya dengan nada menghina dan aneh, suaranya serak dan dia berkata lagi, "Tuan Li, apa margamu?"

Li Hoay tertawa dan mengeluarkan giginya yang putih,

"Bila dipanggil dengan sebutan Tuan Li, marganya pasti Li," tawa Li Hoay tidak mengandung penghinaan.

Li Hoay berkata lagi, "Bila Tuan Han sendiri, bermarga apa?" Tawa si jubah merah tidak berubah.

Tawanya seperti besi yang dapat diukir di wajahnya, kemudian dia berkata, "Kau tahu aku bermarga Han, berarti kau sudah tahu siapa aku ini?"

"Hakim Besi, Han Jun, siapa yang tidak mengenalnya di dunia persilatan ini?"

Mata Han Jun tampak bercahaya, sekarang semua orang bisa melihat bahwa matanya berwarna biru langit, matanya yang berwarna biru langit dan jubahnya yang berwarna merah, seperti memberikan kesan yang misterius dan menakutkan. Dia menatap Li Hoay dengan lama, baru berkata, "Benar, aku adalah si pembawa pedang pusaka milik raja, polisi bagian algojo dan murid Siao Lim, Han Jun."

Wajah Pui Thian Ho yang terkejut akhirnya menghilang digantikan dengan senyum, dengan cepat dia berdiri,'Tak disangka, orang terkenal seperti Ketua Han, malam ini bisa mampir ke tempat ini."

Dengan dingin Han Jun memotong kata-katanya, "Aku datang bukan untuk menjadi tetuamu, juga bukan datang untuk mencarimu."

Tanya Li Hoay, "Apakah kau datang untuk mencariku?"

Han Jun menatapnya dengan lama kemudian berkata, "Apakah kau adalah Li Hoay?" "Benar."

"Dari Tiang Kee Ko, menuju tempat ini kau membutuhkan waktu berapa hari?" "Aku tidak tahu," jawab Li Hoay, "karena aku tidak pernah menghitungnya."

Kata Han Jun "Aku tahu karena aku pernah rnenghitungnya kau menghabiskan waktu 61 hari baru bisa tiba di tempat ini."

Li Hoay menggelengkan kepalanya, tertawa kemudian berkata, "Aku bukan orang yang terkenal dan juga bukan orang yang membawa pedang pusaka milik raja, juga bukan kepala bagian algojo, mengapa harus ada orang yang membantuku menghitung waktu tempuh perjalananku kemari?"

"Yang pasti kau bukan ketua bagian algojo, juga bukan seorang polisi, gaji 100 orang polisi selama 1 tahun tidak akan cukup kau pakai selama 1 hari."

Dengan tertawa dingin Han Jun bertanya lagi kepada Li Hoay,

"Apakah kau tahu dalam waktu 61 hari ini, berapa banyak uang yang sudah kau habiskan?" "Aku tidak tahu, karena aku tidak pernah menghitungnya."

Kata Han Jun,

"Aku sudah menghitungnya, total semuanya adalah 86.650 tail perak."

Li Hoay bersiul panjang dan menghembuskan nafas. "Apakah benar aku sudah menghabiskan uang begitu banyak?"

"Benar!"

Li Hoay terlihat tertawa sangat senang dan berkata: "Kalau begitu aku terlihat seperti orang kaya?"

"Benar," jawab Han Jun dengan dingin lagi, kemudian dia berkata,

"Tadinya kau adalah orang miskin, sekarang kau bisa mempunyai banyak uang, semuanya itu berasal dari mana?"

"Itu adalah urusanku, semuanya ini tidak ada hubungannya denganmu." "Justru itu ada hubungannya."

"Di manakah hubungannya?"

” Karena mas di dalam istana ada yang menghilang, jumlah yang hilang adalah 175.000 tail perak, tidak ada yang mau bertanggung jawab, dan semua itu terpaksa ditanggung oleh bagian algojo."

Mata Han Jun seperti memaku wajah Li Hoay dan berkata: "Secara, kebetulan aku adalah polisi bagian algojo."

Li Hoay menghembuskan nafas panjang, dia menggelengkan kepala dan berkata: "Mengapa kau bisa begitu sial?"

"Orang yang sedang sial biasanya harus mencari kambing hitam karena itu aku berharap Tuan mau ikut denganku menuju ke bagian keamanan."

"Ikut denganmu ke bagian keamanan, untuk apa?" Li Hoay melotot dengan matanya yang membesar dan bertanya lagi,

"Apakah kepala keamanan ingin mengundangku makan?" Han Jun tidak bicara lagi.

Tapi wajahnya tampak lebih menghitam, dan matanya tampak lebih biru lagi.

Matanya masih terus memaku kemudian dengan perlahan dia berdiri dari posisi duduknya.

Setiap gerakannya dilakukan dengan sangat perlahan, tapi setiap gerakannya mengandung sesuatu yang berbahaya yang tidak dapat ditebak, tapi setiap orang pasti bisa merasakannya.

Gerakan nafas setiap orang di sana berubah, mengikuti gerakan tubuhnya yang besar, hanya Li Hoay yang tidak berubah.

"Mengapa kau melihatku terus? Apakah kau mengira aku adalah perampok yang merampok emas milik istana?"

Li Hoay menggelengkan kepala dan berkata,

"Aku berharap aku adalah orang yang pintar, bila aku adalah orang yang pintar tidak akan ada orang yang menghinaku seperti ini."

Han Jun tidak membuka mulut tapi dia mengeluarkan suara. Suara itu bukan berasal dari mulutnya melainkan keluar dari tubuhnya.

Tubuh Han Jun terdiri dari 360 batang tulang, setiap sambungan sendi dan tulang berderik mengeluarkan suara yang mengerikan.

Tangan dan kakinya seperti bertambah panjang, walaupun dia belum mengeluarkan jurus, tapi sudah jelas terlihat bahwa dia menguasai ilmu silat Siao Lim dengan baik. Pui Thian Ho menghela nafas, karena dia pun sering berlatih ilmu silat maka itu dia tahu bila Han Jun menyerang, tenaga yang dikeluarkan akan sangat dahsyat, dia bisa membayangkan tubuh Li Hoay yang jatuh tersungkur dan langsung merasa kesakitan.

Li Hoay sendiri pun terkejut, dia ingin melarikan diri, tapi sayang tempat untuk lari pun tidak ada.

Depan, belakang, kiri dan kananya hanya ada laki-laki, perempuan, tua, besar, semuanya ada, karena dia adalah tamu yang terhormat, semua orang di sana berdiri dan siap melayaninya.

Gerakan tubuh Han Jun walaupun semakin perlahan boleh dikatakan malah seperti akan berhenti, tapi memberi penekanan yang semakin kuat dan berat, seperti panah yang sudah dipasang di busur, siap untuk dilepaskan.

Pui Thian Ho tidak akan mau mengurusi masalah kecil seperti ini.

Li Hoay merasa takut, tiba-tiba dia berdiri kemudian menendang meja yang berada di hadapannya, semua sayur yang berada di atas meja, tumpah ke tubuh Han Jun.

Piring belum mendarat, kuah sayur sudah tumpah keluar.

Bila tubuh seorang hakim penuh dengan kuah tahu. apakah pemandangan seperti ini tidak lucu?

Han Jun mundur ke belakang secepat kilat, bila ada kesempatan seperti ini Li Hoay tidak segera melarikan diri, dia jangan disebut sebagai Li Hoay lagi.

Tapi dia tetap tidak bisa melarikan diri.

Tiba-tiba tampak seperti ada angin dan cahaya yang berkilauan, tujuh buah pedang menyerang dari tujuh arah, siap menikam Li Hoay.

Bila ada satu saja pedang yang mengenainya, tubuh Li Hoay akan bertambah satu lubang.

Untung dari ketujuh pedang ini tidak ada yang langsung menusuknya, hanya terdengar enam kali dentingan, ketujuh pedang itu sudah menyambung menjadi satu, bergabung menjadi sebuah rangka yang aneh, seperti sebuah kerangka besi, mengunci Li Hoay di tengah-tengah kerangka itu.

Semua pun tahu bila sudah dikurung di dalam Tjhit Kauw Sim Kiam tidak akan ada yang bisa melarikan diri.

Siapa pun yang dikurung oleh Tjhit Kauw Sim Kiam, ibaratnya seperti seorang gadis yang hatinya sudah dikurung oleh kekasihnya, jangan berharap bisa melarikan diri dari sana.

Ketujuh pedang mi terlihat panjang dan berat, semua bentuknya sama, tidak perlu ditanya lagi, ketujuh pedang ini berasal dari sebuah tempat yang sama.

Ketujuh pasang tangan yang memegang pedang tidak ada seorang pun yang terlihat sama.

Persamaan mereka adalah, merekalah yang tadi mengantarkan sayur yang dihidangkan di atas meja.

Li Hoay malah tidak terlihat takut, dia sempat tertawa,

'Tidak disangka dan juga tidak terpikirkan, sejak kapan orang Tjhit Kauw Tong Sim Kiam menjadi pelayan yang mengantarkan sayur yang dihidangkan di atas meja

Li Hoay melihat di antara ketujuh orang itu, ada satu orang yang tinggi semampai dan di wajahnya ada beberapa jerawat, dia adalah seorang perempuan.

Kata Li Hoay: "Ouw Hoedjin, bila hoedjin senang melakukan hal seperti ini, kapan-kapan bantulah aku untuk memasang seprai dan membereskan tempat tidurku."

Lalu dia melihat Han Jun dan berkata: "Semua ini sudah diatur oleh Tuan, apakah masih ada yang lain lagi?"

"Apakah orang-orang yang berada di sini tidak cukup untuk menghadapimu?" "Sepertinya terlihat tidak cukup."

Wajah Han Jun tampak marah dan dia berteriak: "Kunci!"

Dalam jurus Tjhit Kauw Sim Kiam, kunci artinya adalah bunuh. Ketujuh pedang mengunci dan akan ada nadi yang putus.

Bila pedang sudah mengunci tidak akan ada seorang pun yang bisa menolongnya. Tapi nadi- nadi Li Hoay tidak ada satu pun yang putus, tangan, tubuh, dan kakinya pun tidak ada yang putus.

Yang putus adalah pedang mereka.

Yang putus adalah ketujuh pedang itu, semua pedang Tjhit Kauw Sim Kiam terputus. Ujung pedang yang putus berada di tangan Li Hoay, tidak ada yang mengetahui bagaimana dan dengan cara apa dia bisa melakukan hal seperti ini, yang terlihat hanyalah di tangannya dia memegang ujung pedang yang sudah putus.

Pedang yang sudah putus tetap masih bisa membunuh orang.

Tak lama kemudian terlihat ada cahaya pedang lagi, tapi juga terlihat ada pedang yang putus kembali.

Semua pedang terputus seperti mutiara yang berserakan di sebuah piring.

Semua wajah orang di sana langsung berubah, Han Jun dengan tenaga harimaunya meloncat dan seperti cheetah menyerang ke arah Li Hoay.

Tapi Li Hoay segera berjalan ke pinggir, kemudian membalikkan badan siap untuk menyerang.

Serangannya lebih lambat dari Han Jun, tapi telapak tangannya sudah menyerang ke arah ketiak Han Jun yang lembut, sepertinya kepala Li Hoay bisa pecah saat itu juga.

Tapi kali ini dugaan mereka semua salah, tiba-tiba Han Jun mundur dan terus mundur hingga lima langkah ke belakang. Setelah itu tubuhnya baru bisa seimbang kembali tapi sudut mulutnya sudah mengeluarkan darah.

Li Hoay tertawa, tawanya terlihat lucu dan juga jahat. Kata Li Hoay: "Selamat tinggal semuanya!"

Bulan masih bulan yang tadi, gelombang air masih berada di bawah jembatan, ruangan pun masih ruangan yang tadi, hanya saja orangnya sudah bukan orang-orang yang tadi

Dengan tenang Li Hoay melewati jembatan itu, seperti saat Han Jun berjalan melewati jembatan tadi.

Semua orang hanya bisa memandanginya, tapi tidak ada yang berani menghalangi langkahnya.

Di bawah cahaya bulan dan di dalam riak air, sepertinya ada kabut yang keluar, di dalam kabut itu seperti ada bayangan seseorang.

Tiba-tiba Li Hoay melihat bayangan ini, perasaannya seperti seorang yang buta yang tiba-tiba bisa melihat bulan di atas langit.

Bayangan orang itu berada di dalam kabut di bawah cahaya bulan dan riak air.

Langkah Li Hoay langsung berhenti. "Siapa kau?" tanya Li Hoay kepada orang yang memakai pakaian serba putih yang berada di dalam kabut itu.

Tapi tidak ada jawaban.

Li Hoay berjalan menghampiri orang itu, dia seperti ditarik oleh tenaga misterius dan berjalan dengan lurus menghampiri perempuan itu.

Awan tersibak, bulan terlihat, sinar bulan menyinari wajah perempuan itu. Wajahnya pucat, sepucat bulan.

"Kau bukan manusia," kata Li Hoay sambil terus menatapnya, "kau pasti datang dari bulan."

Wajah yang pucat itu tiba-tiba mengeluarkan tawa yang misterius, orang yang berada di bawah sinar bulan itu tiba-tiba dengan suara yang juga terdengar misterius berkata: "Benar, aku memang datang dari bulan, aku datang ke bumi ini hanya membawa satu hal."

"Apakah itu?" "Kematian!"

Cahaya golok tampak seperti cahaya bulan. Cahaya bulan seperti cahaya golok.

Karena pada saat golok bercahaya, bulan di atas langit tiba-tiba mengandung hawa pembunuhan.

Membunuh pasti akan mati, hawa pembunuhan tidak menghilang.

Cahaya golok meredup, begitu juga dengan cahaya bulan. Tapi hawa pembunuhan tetap kental seperti darah.

Cahaya golok muncul, cahaya bulan berubah warna, pada saat itu pula Li Hoay sudah mati. Kematian Li Hoay hanya dalam waktu yang singkat.

Begitu ada cahaya pisau muncul. Itulah pisau terbang. Sewaktu kelebat cahaya pisau menghilang, Li Hoay seperti baju basah yang teronggok di jembatan batu itu.

Di jantungnya tampak sebuah pisau yang menembus yang tersisa hanya pegangannya saja. Jantung adalah organ yang terutama bagi manusia, sekali tertusuk tidak akan bisa tertolong lagi. Tapi masih ada satu orang yang tidak mempercayainya.

Dengan cepat Han Jun keluar untuk melihatnya sendiri, dengan kedua jarinya dia menjepit pegangan pisau yang berwarna kuning muda itu. Kemudian Han Jun mencabutnya, darah bercipratan dan terlihatlah wujud pisau itu.

Walaupun pisau itu sangat ramping, tapi cukup untuk menembus hingga ke dalam jantung. "Bagaimana keadaannya?"

”Pasti dia sudah mati."

Han Jun berusaha untuk tidak memperlihatkan kegembiraannya, dia berkata: "Orang ini sudah pasti mati."

Cahaya bulan masih seperti tadi, gadis berpakaian putih di bawah sinar bulan tampak sudah menyatu dengan cahaya bulan.

Hari sangat terang.

Hujan salju sudah lama berhenti, cuaca terasa lebih dingin lagi; api yang membakar kayu tampak merah seperti wajah seorang gadis yang malu-malu.

Pui wangwee sedang bersantai di atas tempat tidur. Di tengah-tengah tempat tidur terdapat sebuah meja kecil, di atasnya ada makanan kecil, lampu, dan sebuah tombak.

Lampu itu bukan lampu untuk menerangi ruangan, tombak itu pun bukan tombak untuk membunuh orang dengan cepat.

Tapi tombak ini tetap bisa digunakan untuk membunuh orang," hanya saja kalau gerakan yang dikeluarkan untuk menggerakkan tombak ini lebih lambat maka orang yang dibunuh pun akan merasa lebih sakit.

Di ruang yang hangat itu, sangat padat dengan hawa jahat dan sesat.

Setiap orang pasti mempunyai titik kelemahan, karena itu kejahatan dan tindakan sesat selalu menjadi kekuatan untuk menjerumuskan orang.

Wangi yang dikeluarkan lebih harum dibandingkan dengan bunga yang paling harum di Kang Lam.

"Ini adalah candu yang didatangkan dari luar daerah," Pui wangwee melihat Han Jun yang baru saja memasuki ruangan yang hangat itu.

"Kau harus mencobanya, bila tidak hidupmu akan sia-sia."

Han Jun seperti tidak mendengarkan, kemudian dengan dingin dia berkata: "Apakah orang itu mayatnya sudah dikubur?"

"Sudah."

"Bagaimana dengan 4 orang anak yang dia bawa?"

"Di sebuah kandang yang rusak, akankah ada telur yang utuh?" "Kalau begitu, artinya urusan ini sudah selesai?"

"Benar, selesai dengan sempurna, sesempurna bentuk sebuah telur " "Akankah berbuntut yang tidak enak?"

'Tidak," jawab Pui Thian Ho dengan bangga dan berkata lagi. "Pasti tidak akan ada."

Dengan dingin Han Jun menatapnya, kemudian dia segera membalikkan badan dan pergi, tiba- tiba dia menolehkan kepala dan berkata: "Lebih baik kau ingat hal ini, jangan menghisap barang seperti ini lagi, lebih bagus lagi jangan sampai terlihat olehku, bila tidak aku akan tetap memasukkanmu ke penjara .selama delapan atau sepuluh tahun."

Di luar ruangan sebuah pekarangan kecil, tampak ada salju yang menumpuk, di atas salju terlihat ada bunga bwee.

Sebuah pohon bwee yang tua tampak bunganya sedang mekar, sepertinya semua kesunyian dan kesedihan tertanam di dalam akar pohon itu.

Begitu sepi. Pekarangan yang tampak kesepian, bunga bwee yang tampak kesepian, hingga pemiliknya pun merasa kesepian.

Han Jun keluar dari ruangan itu, di dalam hembusan angin yang dingin, dia menghela nafas yang panjang kemudian menghembuskannya lagi.

Tiba-tiba nafasnya seperti berhenti.

Karena dia melihat, di antara daun-daun pohon bwee ada seraut wajah pucat yang sedang tertawa.

Han Jun sudah banyak melihat wajah orang, ada yang sedang menangis ada juga yang sedang tertawa, tapi Han Jun belum pernah melihat ada wajah seseorang yang sedang tertawa dan tawanya begitu mengerikan.

Di antara dedaunan pohon bunga bwee tiba-tiba muncul wajah yang sedang tertawa kepadanya.

Bila kau mengalami keadaan seperti ini, bagaimanakah perasaanmu?

Tidak sadar Han Jun mundur selangkah dan terbang ke atas, tangan kiri disilangkan di dada untuk melindungi dirinya, tangan kanannya mengeluarkan jurus cakar elang, dia siap menangkap wajah pucat yang tersembunyi di balik bunga bwee ini.

Tapi dia tidak segera menangkap orang itu, karena dia mengenal wajah orang itu adalah wajah milik siapa.

Di antara Tong Sin Jit Kiam , pendekar kedua adalah Lauw Wi, dia adalah seorang laki-laki yang tampan dan berperawakan tinggi besar. Pada saat dia meninggal dia pun sama seperti orang biasa, apalagi saat itu dia mati karena Qi Duan Qi Jue, Shang Xin Zhang.

Wajahnya bengkak jadi selalu nampak seperti tertawa, tapi pada saat dia tertawa, tawanya lebih jelek dibandingkan dengan orang yang sedang menangis.

Lauw Wi adalah orang yang sudah mati karena Sang Sim Ciang (Pukulan Hati terluka). Han Jun sudah melihat wajah Lauw Wi dan juga tahu bahwa dia adalah orang yang mati karena Sang Sim Ciang.

Tong Sim Jit Kiam (Tujuh pedang Bersatu Hati), tiap pedangnya sangat tajam, dan setiap orang yang memegang pedang itu adalah ahli silat tangguh terutama Lauw Ji dan Bong Ngo.

Orang yang kedua yang mati adalah Bong Ngo. Setelah dia mati, mayatnya diantar dengan kereta dorong. Dia pun mengalami luka yang paling parah karena Jit Toan Jit Coat, Sang Sim Ciang.

Jit Toan (Tuiuh Putus)

Yang dimaksud putus di sini adalah putus nadi jantung, putus nadi darah, putus nadi syaraf, putus nadi hati dan usus, putus tulang-tulang, putus nadi ginjal, dan putus nadi tangan.

Jit Coat (Tujuh Putus Asa).

Putus perasaan, putus hati, putus hidup dan mati, kesedihan, kerinduan, dan rasa gairah. Jit Toan Jit Coat, melukai fisik dan juga melukai perasaan.

Ilmu silat seperti ini semakin hari semakin menghilang bahkan hampir musnah, tidak ada seorang pun yang ingin belajar ilmu silat seperti ini, juga tidak ada orang yang ingin menurunkan ilmu silat seperti ini kepada orang lain.

Pui Thian Ho bertanya kepada Han Jun,

Dia menanyakan tiga buah pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan itu membuat orang sulit menjawabnya, karena itu dia ingin bertanya kepada Han Jun, karena Han Jun adalah seorang ahli silat tangguh yang diakui di dunia persilatan, orang seperti dia bisa dihitung dengan jari, kecemerlangan otaknya seperti sebuah mesin yang aneh yang dibuat oleh seseorang yang berbakat.

Soal apapun, bila sudah pernah dilihat oleh matanya atau didengar oleh telinganya, juga tersimpan di hatinya, dia tidak akan pernah melupakannya.

"Apakah Sang Sim Jit Coat sudah musnah?"

"Apakah di dunia persilatan ini masih ada yang bisa?" "Dan siapakah mereka itu?" ”ada seseorang yang sanggup melakukannya” ”Siapakah dia?”

"Li Hoay."

"Apakah dia bisa melakukannya? Mengapa dia bisa melakukannya?" tanya Pui Thian Ho. "Karena aku mngetahui bahwa dia adaah satu-satunya. teman yang dimiliki oleh Lauw Long Jit

Toan dan Ho Nio Jit Coat."

"Tapi bukankah dia sudah mati?" tanya Pui Thian Ho lagi.

"Kau pernah mengatakan bahwa pisau dewa bulan seperti Siao Lie Hui To dulu, tidak akan pernah meleset."

Han Jun membalikkan kepalanya, dengan sepasang matanya yang dingin, dia memandangi bulan yang terlihat dari luar jendela.

Sinar bulan tampak dingin seperti pisau. "Benar."

Suara Han Jun terdengar seperti dari tempat jauh, jauh seperti dari bulan. "Sinar bulan seperti pisau, pisau seperti sinar bulan."

Dia berkata lagi: "Di bawah pisau dewa bulan, seperti orang yang berada di bawah sinar bulan, tidak ada seorang pun yang bisa menghindari pisau dewa bulan."

"Apakah benar tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya?" "Ya, itu sudah pasti."

"Bagaimana dengan Li Hoay?"

"Li Hoay sudah mati," jawab Han Jun, "dia jahat, karena itu dia harus mati." Bila Li Hoay sudah mati, siapa yang bisa membunuh Tong Sim Jit Kiam?

Han Jun tidak menjawab pertanyaan ini, karena dia memang tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

Tapi dia mendapat seutas benang, ujung sebuah benang. Tiba-tiba matanya tampak bercahaya. Kata Han Jun: "Lima tahun yang lalu pada waktu bulan 2 tanggal 6, saat itu masih hujan salju." Tanya Pui Thian Ho: "Pada hari itu apa yang sudah terjadi?"

"Hari itu aku sedang piket di bagian kepolisian, pada malam hari aku tidur di kantor, tengah malam aku terbarigun karena tidak bisa tidur, dan aku melihat-lihat catatan, ada satu catatan yang menarik perhatianku."

"Oh?"

"Catatan itu keterangan mengenai adanya seseorang yang bernama Yap Seng Kong dia mati ditusuk oleh seseorang di bagian dada sebanyak 3 tusukan, setiap tusukan menembus hingga ke jantungnya, seharusnya dia sudah mati."

"Apakah dia tidak mati?"

Jawab Han Jun, "Dia tidak mati, sampai saat ini dia masih berada di kota Pak khia."

"Pedang yang tajam menembus hingga ke dalam jantung, sudah pasti dia tidak akan tertolong lagi mengapa dia masih bisa hidup sampai saat ini?" tanya Pui Thian Ho.

"Karena tempat pisau menusuk, tidak ada jantungnya," jawab Han Jun. "Atau lebih jelasnya lagi, jantungnya tidak berada di posisi yang normal."

"Aku tidak mengerti den«an kata-katamu tadi"

"Baiklah, akan kujelaskan dengan kata-kata yang paling sederhana," kata Han Jun. "Orang yang bernama Yap Seng Kong itu, jantungnya berada di sebelah kanan." "Jantungnya berada di sebelah kanan? Apa artinya ini?" tanya Pui Thian Ho. "

"Artinya adalah jantungnya tidak berada di sebelah kiri melainkan berada di sebelah kanan, setiap organ tubuhnya bekerja kebalikan dari organ tubuh manusia yang normal."

Pui Thian Ho sangat terkejut. Setelah lama baru dia bertanya,

"Apakah kau menganggap Li Hoay seperti Yap Seng Kong? Memiliki jantung di sebelah kanan?" "Benar," jawab Han Jun, "kecuali alasan ini, tidak ada hal lain yang bisa menjelaskannya." "Karena Li Hoay adalah orang yang memiliki jantung di sebelah kiri, dia tidak akan mati oleh

pisau dewa bulan, karena walaupun pisau dewa bulan sudah menusuk jantungnya, tapi jantungnya tidak berada di tempatnya." 

"Seseorang yang jantungnya tidak berada di tempat seharusnya, orang ini akan merasakan apa?"

"Dia akan merasa sangat senang." "Senang? Mengapa bisa senang?"

"Karena hal ini sudah salah, dan kesalahan ini adalah sumber kesenangan."

Li Hoay sekarang ini merasa sangat senang.

Dia tidak mati, orang yang menginginkan kematiannya tidak akan tahu sekarang dia berada di mana. Dia sangat menyukai keadaan seperti ini.

Perintah untuk menangkapnya sudah dikeluarkan, dan semua berkumpul.

Han Jun sudah memerintahkan: "Li Hoay harus ditangkap, dia masih berkeliaran di daerah sini.

Harus menangkap dia dengan cara apapun."

Tapi mereka tidak berhasil menemukan Li Hoay

Karena saat ini Li Hoay sedang tidur di suatu tempat yang tidak disangka sama sekali oleh siapa pun.

Li Hoay benar-benar seorang yang jahat.

Li Hoay tidur dengan posisi kedua kaki diangkat tinggi-tinggi ke atas meja.

Anehnya, dia adalah seorang laki-laki, laki-laki yang jantan, tapi sepasang kakinya seperti kaki seorang perempuan, putih, bersih, dan mulus.

Menurutnya, banyak perempuan yang iri dengan bentuk kakinya ini.

Tapi kata-kata Li Hoay ini bukan harus dipercaya dan juga bukan sama sekali tidak bisa dipercaya.

Tempat ini sangat cocok untuk tidur, juga dalam melakukan sesuatu. Tempat ini terlalu bagus dan terlalu nyaman.

Orang yang jahat seperti Li Hoay, tidak pantas berada di tempat seperti ini.

Tapi dia sudah datang, karena itu pula tidak ada seorang pun yang menyangkanya. Tempat apakah ini?

Seorang gadis tampak sedang mendorong pintu dengan perlahan lalu masuk, dan dengan perlahan berjalan ke hadapan Li Hoay, melihat ke wajahnya, matanya, dan juga kakinya.

Li Hoay tertidur seperti orang mati tapi tiba-tiba dia bisa mengulurkan tangannya. Orang yang tampak seperti orang mati ini sangat tidak jujur dan juga jahat.

Tangannya lebih jahat lagi, tangannya memasuki tempat yang tidak boleh dimasuki. "Kau jahat," kata perempuan itu, "Li Hoay, kau benar-benar seorang yang jahat." Siapakah gadis itu?

Apakah dia dan Li Hoay memiliki perasaan yang khusus? Atau memiliki hubungan khusus ?

Mengapa sewaktu Li Hoay berada dalam bahaya, gadis itu menemaninya? Apakah dia bisa menjamin keamanan Li Hoay? Dan orang lain tidak bisa mencarinya ke tempat ini?

"Kau benar-benar sangat enak," kata gadis itu.

"Apakah kau tidak tahu, ayahku dan Han Jun serta semua anak buahnya ingin menangkapmu, semua tempat di kota ini sudah digeledah dan semua jengkal tanah di kota mi sudah digali."

"Aku tahu dan aku sudah tahu sebelumnya, tapi aku tidak merasa khawatir," jawab Li Hoay. "Mengapa?"

"Karena mereka menganggap bahwa kau adalah orang yang paling membenciku di kota ini, selain itu kau adalah putri dari Pui Thian Ho. Bila mereka mencariku hingga ke tempat ini, mereka bukan manusia melainkan setan hidup."

Tapi kali ini Li Hoay benar-benar bertemu dengan setan hidup 

Orang pertama yang menemukan Li Hoay adalah Han Jun.

Sewaktu dia sedang mendorong pintu untuk masuk, Li Hoay seperti benar-benar bertemu dengan setan hidup, setan yang masih hidup dan jatuh dari atas langit.

Dengan sorot mata yang ramah sekaligus mengasihani, Han Jun menatap orang yang masih berada dalam keadaan terkejut ini,

"Aku tahu kau tidak akan menyangkanya ... aku sendiri pun tidak menyangkanya," kata Han Jun sambil menghela nafas.

Kata Han Jun lagi, "Kami mengira seumur hidup tidak akan pernah bisa bertemu dengan wajah Tuan lagi."

Wajah Li Hoay yang terlihat jahat tapi lucu ini tiba-tiba tersenyum, senyum yang khas.

"Ke mana perginya si gadis? Gadis yang cantik dan juga misterius yang jatuh dari bulan, dan dia pun sangat senang membunuh orang."

"Apakah dia tidak datang?" tanya Li Hoay. ”Tidak."

"Sebenarnya aku tahu, dia tidak akan datang lagi." "Mengapa kau bisa mengetahuinya?"

"Mengapa aku bisa tidak tahu, cahaya bulan seperti pisau, pisau seperti cahaya bulan, aku hampir mati oleh pisaunya, akankah aku tidak mengetahui pisau dewa bulan seperti pisau yang dimiliki oleh Siao Li Hui To dulu kala, pisau itu selalu tepat mengenai sasaran apakah aku tidak tahu mengenai ini? Sekali dewa bulan bergerak, berapa harganya?"

Suara Li Hoay seperti membawa suasana yang aneh.

"Yang penting aku mengetahuinya, dewa bulan dan Siao Lie Hui To dulu, membunuh orang hanya dengan sekali tikam, walaupun meleset dia tidak akan menikam untuk kedua kalinya"

”Karena itu pula kau memastikan bahwa hari ini dia tidak akan datang lagi?"

Jawab Li Hoay: "Kau tidak bisa mengundang dia datang untuk membunuhku lagi, karena kau sudah tidak sanggup untuk membayarnya, dia pun tidak akan mau membunuh kembali orang yang pernah ia bunuh untuk kedua kalinya "

"Kau benar, semua pendapatmu benar, dewa bulan adalah seorang pembunuh bayaran dengan harga yang paling tinggi, hari ini dia tidak akan datang lagi."

Li Hoay tertawa.

"Kau juga harus tahu bahwa hari ini aku tidak datang seorang diri." "Aku sudah tahu."

Li Hoay tertawa dan berkata lagi, "Kau juga pasti tidak datang seorang diri, bila kau datang seorang diri, kau tidak akan bisa pergi dari sini."

Han Jun memandanginya dengan ramah sekaligus mengasihani. "Apakah kau tahu aku datang ke sini bersama siapa?"

"Aku tidak tahu."

Li Hoay tidak tahu dan juga tidak terpikirkan siapa orang yang dimaksud oleh Han Jun. Tidak ada orang yang bisa terpikir.

Tidak ada seorang pun yang menyangkanya, seorang kepala polisi yang terkenal, dan hakim yang dijuluki dengan hakim besi, Han Jun, karena seorang pemuda biasa, mengumpulkan banyak pesilat tangguh.

Semua pesilat tangguh yang berada di pemerintahan, mereka semua bergerak, seperti sedang bermain sulap, mereka datang dari seluruh penjuru daerah dan berkumpul di kota di pegunungan itu. Mereka semua datang ke tempat yang dianggap aman oleh Li Hoay.

Kali ini Li Hoay benar-benar kebingungan.

Siapa pun yang berada dalam keadaan seperti ini, bertemu dengan banyak pesilat tangguh, sudah pasti tidak akan ada jalan untuk melarikan diri, jalan untuk mati pun sudah tidak ada.

Tapi ada seseorang yang tidak ingin dia mau terlalu awal. Hidup tidak bisa, mati pun tidak bisa. Bila sudah seperti itu, apa yang harus dilakukan oleh Li Hoay? Bila Li Hoay tidak memiliki cara lain, dia bukan Li Hoay. Tiba-tiba Li Hoay melakukan sesuatu yang dalam mimpi pun tak ada yang akan menyangkanya, apalagi Ko Ko dalam mimpi buruknya sekalipun dia tidak menyangkanya.

Tiba-tiba tangan Ko Ko dipegang oleh Li Hoay. Sebenarnya tangan Ko Ko biasanya pun sering dipegang oleh Li Hoay, bagian tubuhnya dari ujung kepada hingga ujung kaki sudah sering dipegang oleh Li Hoay.

Tapi kali ini dengan kejadian yang dulu tidak sama. Kali ini Li Hoay memegang Ko Ko seperti itu dia sedang menyandera Ko Ko, dengan cara yang lihai memegang tangan Ko Ko.

Tangan Ko Ko seperti diborgol, tiba-tiba Ko Ko mendengar Li Hoay berkata: "Sekarang semua orang bisa memberi selamat kepadaku, karena aku tidak akan mati lagi."

Tawa Li Hoay kali ini benar-benar terlihat jahat.

"Bila kalian tidak mau melihat Pui siotjia yang cantik dan begitu muda ini mati begitu saja, karena itu pula aku masih bisa bertahan hidup."

Dia berkata lagi: "Bila aku mati. Nona Ko Ko pun tidak akan bisa terus hidup." Li Hoay menghela nafas dan berkata,

"Aku percaya semua orang sudah mengerti akan hal ini."

Kata-katanya begitu memalukan, dan keluar dari mulut Li Hoay, Ko Ko tidak percaya dengan telinganya sendiri.

Ko Ko tidak percaya, terlebih lagi dengan orang lain, wajah Pui wangwee dalam sekejap sudah berubah, berubah menjadi merah hati.

"Kau bukan manusia, kau binatang! Mengapa kau melakukan hal seperti ini?"

Pui Thian Ho sangat marah dan dia berteriak. "Putriku begitu baik kepadamu, mengapa kau memperlakukan dia seperti itu?"

"Ini sama sekali bukan hal yang aneh," dengan tenang Li Hoay menjawab pertanyaan Pui Thian Ho.

"Aku adalah Li Hoay, orang yang jahat, bahkan sangat jahat, bila aku tidak tega melakukan hal ini, itu baru terasa aneh."

Dengan sopan dia memberi hormat. "Aku percaya kalian pasti bisa mengerti kelakuanku, dan aku percaya kalian akan melepaskanku pergi."

Kemudian dia berkata lagi. "Siapakah Li Hoay? Li Hoay adalah seorang yang jahat, mana mungkin dengan nyawa Nona Ko Ko ditukar dengan nyawa orang lain yang jahat seperti Li Hoay?"

Li Hoay melanjutkan lagi. "Karena itu aku percaya saat ini aku bisa mengucapkan selamat tinggal."

Begitu Li Hoay mengatakan 'selamat tinggal' kepada para kauwsu tangguh yang ingin menangkapnya, dia benar-benar dengan selamat keluar dari kandang harimau.

Dia sendiri pun tidak percaya dengan hal ini.

Walaupun di tangannya ada seorang sandera, walaupun Pui Thian Ho sangat sayang kepada putrinya, seharusnya dia tidak begitu mudah melarikan diri dari sana.

Orang-orang yang datang itu pastilah pesilat tangguh, meskipun di tangannya ada sandera, pasti ada cara untuk menghadapi dirinya, apalagi orang-orang itu tidak peduli dengan hidup mati putri Pui Thian Ho.

Mengapa mereka membiarkan Li Hoay pergi? Tidak ada seorangpun yang tahu jawabannya.

Kuda berlari dengan cepat, kota itu terlihat semakin menjauh, dan makin jauh. Kota di pegunungan itu sudah jauh.

Walaupun sudah jauh tapi cahaya bulan tetap terlihat, bulan masih bulan yang dia lihat di kota itu.

Perbedaannya sekarang, cahaya bulan tidak setajam pisau, sekarang cahaya bulan seperti air.

Sinar bulan masuk melalui jendela, sinar bulan bercampur dengan udara pegunungan yang dingin, dan masuk ke dalam rumah kecil itu.

Rumah itu berada di dalam sebuah pegunungan dan Li Hoay berada di dalam rumah kecil itu. Dan Ko Ko pasti berada di sana juga. Ko Ko berada di dekat sebuah tungku yang apinya sedang beikobar, api tungku yang panas membuat wajahnya menjadi merah.

Tapi wajah Li Hoay terlihat sangat pucat, kejahatan yang tampak di wajahnya sudah menghilang, tawa jahatnya pun sudah tidak terlihat.

Dia seperti sedang berpikir.

Karena ada hal yang tidak dia mengerti, dan dia ingin mengerti mengenai hal ini, karena sewaktu dia melarikan diri, dia seperti melihat sesosok bayangan seseorang dengan cepat melewatinya, seperti sinar bulan dengan cepat melewati pegunungan.

Dia benar-benar melihat bayangan orang itu karena waktu itu dia mendengar ada seorang perempuan dengan lembut seperti sinar bulan berkata,

"Kalian semua berdiri di sini, biarkan Li Hoay pergi ..."

Li Hoay tidak bermimpi saat ilu, karena sejak kecil dia sudah tidak pernah bermimpi. Dia benar-benar mendengar suara orang ini.

Tapi dia benar-benar tidak mengerti.

Bila di kota dia dengan mudah melarikan diri, karena saat itu dewa bulan sedang menghalangi orang yang akan mengejarnya.

Tapi mengapa dewa bulan melakukan hal ini?

Api semakin berkobar, wajah yang merah tampak lebih merah lagi.

"Aku sudah mengambil keputusan," tiba-tiba Ko Ko berkata. "Aku sudah mengambil keputusan." Suaranya terdengar aneh.

"Kau sudah mengambil keputusan apa?" tanya Li Hoay.

"Aku sudah mengambil keputusan akan melakukan suatu hal," jawab Ko Ko, "aku akan melakukan suatu hal yang menyenangkanmu, dan kau akan berterima kasih kepadaku."

"Mengenai apa?"

Ko Ko memandangi laki-laki yang berada di hadapannya dengan penuh perasaan, dia menatap dengan lama, kemudian dengan penuh perasaan dia menjawab,

"Aku tahu bila kau sudah mendengar kata-kata ini, kau akan terharu, aku harap kau jangan menangis setelah mendengarnya."

"Kau tenang saja, aku tidak akan menangis." "Kau akan menangis."

Kata Li Hoay: "Baiklah, apa yang akan membuatku terharu, paling sedikit kau harus mulai mengatakannya."

"Baiklah aku akan memberitahukannya kepadamu, aku memutuskan akan memaafkanmu," kata Ko Ko. "Apa pun yang kau lakukan terhadapku, aku akan memaafkan perbuatanmu, karena aku tahu kau terpaksa melakukan semua ini untuk bertahan hidup."

Tiba-tiba Ko Ko berlari ke arah Li Hoay dan memeluknya. Li Hoay tidak perlu menjelaskan alasannya.

"Aku tahu kau bukan semacam orang yang membalas air susu dengan air tuba, kau melakukan semua ini hanya untuk bertahan hidup."

"Siapa pun yang berada di posisimu akan melakukan hal yang sama, bila seseorang ingin bersatu dengan orang yang dia cintai, dia harus bertahan hidup. Bila kau ingin membawaku pergi, bila tidak dengan cara seperti ini, apakah ada cara yang lebih baik?"

Ko Ko tampak semakin gembira dan berkata lagi,

"Karena itu aku tidak akan menyalahkanmu aku sudah mengerti maksudmu, kau bukan seorang yang jahat, untungnya aku juga bukan seorang yang baik."

Tawa Ko Ko tampak lebih senang lagi, sebab kata-kata seperti ini dia paling senang mendengarkannya.

Karena itu dia tidak memperhatikan di mata Li Hoay muncul seseorang yang berbaju serba putih. Apakah orang yang datang dari bulan itu muncul kembali ? Dan sekarang sudah muncul di hadapan Li Hoay?

Tiba-tiba Li Hoay berkata,"Aku akan pergi lagi."

"Kau akan pergi lagi?" dengan terkejut Ko Ko berkata lagi, "Kau mau ke mana?"

"Aku tidak tahu” ”Mengapa kau mau pergi ?” "Aku tidak tahu."

"Kau sama sekali tidak tahu alasannya?"

"Benar, aku tidak tahu, aku hanya tahu bahwa aku harus dari sini," jawab Li Hoay.

Penjahat kecil dan pintar ini wajahnya seperti terbengong-bengong, begitu pula dengan matanya — terdapat bayangan seseorang dengan pakaian serba putih seperti mimpi, berada di matanya.

Ko Ko melihat Li Hoay seperti seseorang yang tidak bisa berenang dan hampir tenggelam ke dalam air. kemudian melihat sebatang kayu yang bisa menolong nyawanya, sayangnya kayu itu sudah hanyut terbawa arus air.

Ko Ko dengan bengong menatap Li Hoay yang pergi dari sisinya.

Ko Ko sama sekali tidak bisa melarang kepergiannya. Di luar rumah sinar bulan tampak seperti air. Di bawah sinar bulan ada seseorang dengan pakaian serba putih.

Orang itu hanya diam.

Diamnya lebih sunyi dari sebuah desa di pedalaman sebuah pegunungan. Dia hanya diam menatap Li Hoay.

Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi Li Hoay seperti mendengar mantera.

Dia tidak bergerak, sama sekali tidak bergerak. Li Hoay merasa seperti disedot oleh tenaga sihir yang sangat kuat.

Dia tidak menyuruh Li Hoay untuk mengikutinya. Tapi Li Hoay sudah meninggalkan perempuan yang sangat dia cintai, dan memasuki sinar bulan yang sepi, berjalan menghampiri orang itu.

Kali ini Li Hoay tidak terlihat jahat, dia tidak jahat, dia tampak icoih naik dari seorang anak yang baik.

Setiap penjahat di hadapan seseorang akan berubah menjadi seperti itu, mungkin ini disebut kesedihan seorang penjahat.

"Aku tidak menyuruhmu datang kemari." "Aku tahu."

"Mengapa kau harus datang kemari?" "Aku tidak tahu."

"Apa yang kau ketahui?"

”Yang aku tahu aku sudah datang kesini, aku juga tahu bila aku sudah datang tidak akan bisa pergi lagi," jawab Li Hoay.

"Walau ini adalah tempat apa pun, kau tidak akan bisa pergi." "Benar, aku tidak akan pergi."

"Apakah kau tidak akan merasa menyesal?"

"Aku tidak akan menyesal, hingga mati pun aku tidak akan merasa menyesal."

Karena itulah Li Hoay datang ke duma ini. Tidak pernah ada seorang pun yang datang ke dunia ini, dunia ini bukan dunia manusia.

Dunia yang indah, jauh, dan misterius, semua yang ada di sana milik bulan.

Tidak ada seorang pun yang tahu di mana letak dunia itu, tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana keadaan tempat di sana.

Tidak ada seorang pun yang tahu. Karena Li Hoay tinggal di dunia manusia.

Salju sudah mulai mencair, di gunung-gunung yang tinggi, sudah ada salju yang mencair, berubah menjadi air, kemudian mengalir ke lembah.

Tapi di balik pegunungan dan di balik awan putih, masih terdapat tumpukan salju yang sudah ada sejak jaman dahulu, di sana masih terdapat cahaya perak. Di dunia yang serba putih ini, jarang ada yang berubah, malah boleh dikatakan sama sekali tidak ada perubahan.

Hanya nyawa saja yang ada perubahan. Tapi di sini tidak ada kehidupan. Sewaktu Li Hoay datang ke tempat ini, dia sudah mengetahuinya.

Tapi dia tidak peduli dengan semua ini.

Karena dia memiliki perasaan misterius yang selalu dia impikan dan yang belum pernah dia impikan, dia bermimpi mempunyai istri dan dia akan mendapatkan kehidupan baru.

Dia pun membawa kehidupannya ke dunia ini.

Tapi pagi ini bagi Li Hoay, semua benda yang berada di bumi dan langit, semua sudah musnah.

Li Hoay tinggal di tempat itu selama 117 hari, 1.404 jam. Tiap hari, tiap jam, dan tiap menit merupakan perasaan yang manis dan kental.

Bulan tidak terasa dingin.

Lembut seperti sinar bulan, orang biasanya tidak dapat merasakannya.

Li Hoay merasa dirinya sangat beruntung, dan dia pun merasa bangga karena dia mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan oleh orang lain.

Pedang yang berada di kanan dan kiri terlihat sangat tajam, setiap permasalahan pun ada yang baik dan buruk dampaknya.

Mendapatkan benda yang sangat kau inginkan tetapi kehilangan benda yang kau miliki, kau akan mendapatkan benda v.mg banyak di lain pihak kau juga akan kehilangan semakin banyak.

Di dalam kelembutan yang kental, seringkali Li Hoay merasakan ada kesedihan yang belum pernah dia rasakan. Dia merasa takut kehilangan.

Dia takut kehilangan perempuan yang dia cintai dari kehidupannya.

Sejak awal dia sudah mengetahui dan mempunyai perasaan bahwa dia akan kehilangan perempuan ini.

Pagi ini perasaan itu benar-benar terjadi dalam hidupnya.

Pagi ini terasa sangat sepi, sangat dingin, tapi juga sangat indah, dengan keseratus tujuh belas hari lainnya tidak ada perbedaan.

Yang tidak sama adalah di sisi Li Hoay sudah kosong, tidak ada seseorang yang selalu menemaninya.

Orang itu sudah pergi seperti mimpi, hilang seperti kabut dan usap.

Tidak ada kata-kata perpisahan, tidak ada satu huruf pun yang ditinggalkan, dia pergi begitu saja.

— Apakah benar dia pergi begitu saja?

Benar, semua masalah yang benar, perasaan yang benar, mimpi pun benar, semua berkumpul menjadi suatu kebenaran. Dan artinya perpisahan ini pun benar.

— Perpisahan di mana pun membuat perasaan seseorang menjadi merana.

Li Hoay mulai berbuat jahat kembali.

Dia makan, minum, mencari pelacur, berjudi, dan juga mabuk-mabukan.

Dia makan tapi terasa tidak enak, dia berjudi dan selalu kalah, dia mencari pelacur, boleh dikatakan pelacurlah yang mencarinya.

Dia hanya bisa mabuk.

Bagaimana setelah dia mabuk ? Dia ingin mabuk hingga tidak sadarkan diri untuk seterusnya.

Karena begitu dia terbangun dia hanya merasakan perasaan sepi dan kosong.

Pengelana yang tidak mempunyai asal usul, selalu ingin mencari asal usulnya. Karena itu Li Hoay kembali ke kota di gunung itu, ke kota kecil itu, seperti tumpukan salju di pegunungan yang tetap abadi

Tapi setelah Li Hoay kembali ke kota itu, semua sudah berubah total.

Kota di gunung itu sudah berubah.

Gunung yang berada di kejauhan masih tampak, di gunung yang jauh itu masih terlihat batu yang berwarna hijau, begitu juga dengan pohon-pohon dan juga bunga-bunga. Tapi kota itu sudah tidak ada.

Begitu pula dengan orang-orangnya.

Dalam hati Li Hoay sejak dulu kota di gunung itu selalu ada dan terus ada, mengapa sekarang kota itu menghilang? Kota itu sudah menjadi kota mati.

Seekor ayam yang sudah mati, seekor anjing yang hampir mati, sebuah jalan berpasir yang sepi, jendela yang sudah usang terus berbunyi karena tertiup angin, tungku yang tidak ada api, guci arak yang sudah pecah, kukusan bakpao yang terguling di bawah, dan sudah tidak ada bakpaonya.

Ada seseorang yang keadaannya seperti seekor anjing yang hampir mati. Dia mengenali orang itu, dia pasti mengenali orang itu. .Karena dia adalah Loo Thio yang membuka warung bakpao.

"Mengapa semua bisa berubah menjadi seperti ini? Di mana orang-orang itu semua? Apa yang sudah terjadi?"

Li Hoay dengan sekuat tenaga bertanya kepada Loo Thio, tapi dia tidak mendapatkan keterangan apa pun.

Kondisi Loo Thio sama seperti anjing itu, dia kelaparan dan akan segera mati.

Li Hoay dari dalam tasnya mengeluarkan makanan dan minuman, semuanya itu dia berikan kepada Loo Thio dan anjing itu, anjing itu sudah bisa bergerak, Loo Thio pun sudah bisa berbicara.

Tapi sayang Loo Thio hanya bisa mengatakan sebuah huruf, dia terus mengucapkan kata ini, dia mengucapkan, "Ko."

"Ko Ko, Ko Ko, Ko Ko."

Kata ini terus dia ucapkan dan terus mengucapkannya.

Li Hoay langsung berteriak dan meloncat. Sudah lama dia tidak mendengar nama ini, mengapa Loo Thio terus menyebut nama ini?

Kota ini sudah mati, di kota ini kecuali Loo Thio adakah manusia dan binatang yang masih hidup?

"Di mana Ko Ko? Apakah dia masih hidup?"

Loo Thio mengangkat kepalanya dan menatap Li Hoay, sepasang mata tuanya tiba-tiba bercahaya.

Bagian belakang rumah keluarga itu sudah ditumbuhi rumput, di balik rerumputan itu terdapat tiga buah ruangan. Malam sudah larut.

Di pekarangan hanya terpasang sebuah lampu.

Li Hoay mengikuti Loo Thio datang ke tempat itu, dia melihat rumah kayu yang kecil itu.

Lampu berada di dalam ruangan, tampak ada seseorang yang kurus kering berada di dekat lampu itiu. Orang itu sudah berubah sangat jauh, wajahnya tampak pucat dan linglung.

KoKo.

"Li Hoay, kau jahat, benar-benar jahat."

Perempuan itu terus menerus mengucapkan kalimat ini, Intinya hancur, semua hal yang ada di dunia ini sudah hancur seperti hati dan perasaannya, hancur dan hancur, kecuali tiga kalimat ini, dia sudah tidak bisa berhubungan dengan hal yang lain di dunia ini. Hatinya sudah hancur begitu pula dengan pikirannya.

Hati Li Hoay serasa hancur melihat keadaan ini, tapi wajahnya tetap masih bisa tertawa seperti dulu, dalam keadaan seperti itu bila dia tidak tertawa, apakah harus menyuruh dia menangis?

"Ko Ko, aku Li Hoay, aku adalah Li Hoay yang jahat, begitu jahatnya diriku hingga aku pun benci kepada diriku sendiri, aku orang yang sangat jahat, karena itu aku percaya kau pasti masih bisa mengenaliku."

Tapi Ko Ko sudah tidak mengenalinya.

Ko Ko melihatnya, tapi seperti tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengannya.

Ko Ko menatapnya, tapi seperti bukan sedang menatap orang melainkan seperti melihat tumpukan kotoran anjing.

Kemudian Ko Ko menamparnya.

Tamparan ini benar-benar mengenai wajah Li Hoay, tapi Li Hoay malah tertawa, tertawa dengan gembira,

"Aku tahu kau pasti mengenaliku, bila tidak kau tidak akan menamparku ”

"Apakah aku mengenalimu?" sikap Ko Ko masih seperti orang linglung dan dia berkata lagi, "Apakah aku kenal denganmu?"

Li Hoay mengangguk.

Begitu dia mengangguk, dia ditampar lagi oleh Ko Ko.

Li Hoay tahu dia sudah bersalah kepada Ko Ko, walaupun Ko Ko menampar dan memukulnya sebanyak 876 kali, dia rela menerimanya.

Dia tidak menerima pukulan sebanyak 876 kali, Ko Ko hanya menamparnya sebanyak 3 kali.

Nona Ko Ko yang hampir gila ini sudah menamparnya sehanyak 3 kali, tapi ibu jari Ko Ko sudah menotok jalan darah di bawah hidung Li Hoay.

Eng Hiang Swat.

Kemudian Li Hoay berbuat jahat lagi.

Rumah kuno, pekarangan yang luas, di dalam suasana yang dingin membawa rasa hormat.

Bunga bwee yang berwarna merah, rumah yang sudah usang, ada seseorang yang tua dan merasa kesepian, duduk di pekarangan seorang diri, seperti sudah lama dia tidak berhubungan dengan dunia ini.

Bukan karena dunia ini yang ingin memisahkan dia, tapi dia sendiri yang ingin memisahkan diri dengan dunia ini.

Seseorang seperti dia, berambut putih dengan badan yang tinggi dan besar, terlihat galak, dengan langkah yang ringan seperti kucing, melewati pekarangan yang penuh dengan salju.

Di tumpukan salju hampir tidak terlihat jejak kakinya.

Pak tua yang tinggi, besar, dan galak itu begitu tiba di hadapan orang tua itu, tiba-tiba berubah menjadi pendek.

"Kami sudah mendapat kabar tentang Tuan Muda." "Bawa dia pulang."

Pak tua yang kesepian, mata yang tua tiba-tiba tampak bercahaya.

"Di mana pun dia berada, dengan cara apa pun, kau harus membawanya pulang."

Kali ini Li Hoay merasa benar-benar aneh, tidak pernah terpikir olehnya dia akan jatuh ke dalam keadaan yang begitu buruk.

Di totok oleh seorang perempuan dengan sembunyi-sembunyi, dia ditotok di bawah hidungnya, ini adalah suatu hal yang buruk, lebih buruknya lagi, perempuan ini adalah perempuan yang sangat dia percayai, perempuan ini masih menotok ke delapan belas titik totokan lainnya.

Karena itu Tuan Li Hoay yang lincah dan selalu banyak akal, sekarang harus duduk dengan diam disebuah kursi yang berwarna merah, menunggu seseorang yang akan menyiksanya.

Siapakah yang akan menyiksanya? Dengan cara apakah mereka akan menyiksanya? "Ko Ko, mengapa kau memperlakukanku seperti ini?"

"Karena aku benci kepadamu " "Aku sudah melakukan kesalahan apa kepadamu?"

"Kau bukan manusia, kau setan hidup, karena itu pula kau menyukai setan hidup yang datang dari bulan." Li Hoay tertawa, tawanya sangat jahat.

Dalam keadaan seperti itu dia masih bisa tertawa, benar-benar membuat orang terkagum- kagum.

"Kau menertawakan apa?"

"Aku tertawa karena melihatmu cemburu."

Sebenarnya dia tidak boleh tertawa, dia harus tahu, bila seorang perempuan sedang cemburu bukanlah hal yang lucu yang malah ditertawakan.

Kecemburuan seorang perempuan bisa berhubungan dengan mencabut nyawa seseorang. Kali ini Li Hoay tahu bahwa nyawanya sedang terancam, karena dia sudah melihat Pui

Wangwee dan Han Jun masuk dari dalam ruangan.

Han Jun pun masih bisa tertawa.

Dia memiliki alasan untuk tertawa, perkara tentang hilangnya emas dari gudang istana sudah selesai, perampok yang mencuri emas itu adalah Li Hoay, dan sekarang dia sudah tertangkap.

"Kentut! Seperti anjing yang sedang kentut!" Li Hoay sangat marah.

Dengan suara yang lembut dia berkata lagi, "Kau adalah seekor kura-kura, kau mencuri emas, mengapa semua ini harus aku yang tanggung, aku bisa memaafkanmu, karena bila aku menjadi dirimu, aku pun akan melakukan hal seperti ini, tapi mengapa kau mau meminta nyawaku?"

"Karena kau adalah seorang yang jahat."

Selama lima tahun, belum pernah Han Jun tertawa seperti itu, dia berkata lagi: "Orang sejahat dirimu, bila tidak mati, bagaimana aku bisa tidur dengan nyenyak?"

Pui Wangwee pun ikut tertawa.

Li Hoay melihatnya, tiba-tiba dengan suara yang misterius dia berkata ”Bila aku menjadi dirimu, sekarang ini aku tidak akan bisatertawa."

"Mengapa?"

Suara Li Hoay terdengar lebih ramah lagi dan lebih misterius, lalu dia berkata, "Karena di dalam perut putrimu sudah ada anakku"

Tawa Pui Wangwee langsung membeku, dia langsung menampar wajah Li Hoay Tawa Li Hoay tidak berubah.

"Kau memukulku, itu tidak apa-apa, tapi sayang selamanya kau tidak akan bisa memukul anak yang berada di dalam kandungan putrimu."

Kata Li HOay lagi

"Dia begitu membenciku, karena di dalam perutnya ada anakku, dan aku tidak peduli kepadanya."

Wajah Pui Wangwee menghijau, tiba-tiba dia membalikkan badan dan keluar dari ruangan itu.

Tawa Li Hoay tampak lebih jahat lagi, dia tahu Pui Wangwee sedang mencari putrinya untuk membuat perhitungan, dia tahu masalah ini tidak akan pernah bersih sekalipun Ko Ko meloncat ke laut.

Seorang anak gadis secara sembunyi-sembunyi mengandung anak dari laki-laki lain, apalagi anak seorang penjahat seperti Li Hoay, keadaannya sangat tidak menguntungkan.

Akhirnya Li Hoay bisa sedikit membalas dendam kepada Pui Thian Ho, Li Hoay memang jahat tapi dia tidak terbiasa membalas dendam dengan cara seperti ini. Cara ini terlalu kejam.

Karena dia bukan tipe orang seperti itu.

Sayangnya bila seseorang sedang sial, hal sial pasti akan selalu mengikutinya.

Pui Thian Ho memang keluar dari ruangan itu, tidak disangka dia malah kembali lagi.

Dia kembali dengan cara mundur selangkah demi selangkah, seperti melihat seorang penjahat yang sangat berbahaya. Li Hoay tidak bisa melihat keadaan di luar, tapi dia tahu di luar sudah terjadi sesuatu yang membuat Pui Wangwee tampak begitu terkejut.

Suatu kejadian yang bisa membuat Pui Wangwee terkejut seperti itu, sudah sangat jarang terjadi.

Keingintahuan Li Hoay sekarang ini seperti seorang pemuda yang berumur 17 tahun, semangatnya mulai timbul.

Ada apa di luar? Tempat apa ini?

Li Hoay tidak pernah terpikir jawabannya, begitu pula dengan orang-orang di sana. Mereka mulai merasa tegang.

"Siapa?" bentak Han Jun, dengan cepat dia keluar dari ruangan, tangan kiri dan kanannya siap untuk menyerang.

Tidak disangka dia puri mundur beberapa langkah seperti Pui Thian Ho, dia mundur selangkah demi selangkah, raut wajahnya penuh dengan keterkejutan dan ketakutan.

Kemudian dari luar masuk seseorang yang tua dengan perawakan yang tinggi dan besar, rambutnya sudah memutih, dengan pelan dia sudah memasuki ruangan itu

Hati Li Hoay serasa tenggelam.

Bila ada seseorang di dunia ini yang bisa membuatnya sakit kepala, orang itu adalah dia.

Rambut orang tua yang berwarna putih itu seperti benang sutra perak, bajunya berkilauan mengeluarkan cahaya perak, ikat pinggangnya pun terbuat dari perak yang dicampur dengan emas pulih.

Li Hoay tidak membantah bila dirinya adalah orang yang boros dan sangat cerewet terhadap selera baju, makanan, dan tempat tinggal, semua ini sangat dia perhatikan dan ingin memperoleh yang terbaik.

Semua orang pun tahu bahwa ini adalah salah satu kekurangannya, tapi tidak ada satu pun yang membantah bahwa kebaikannya bisa menutupi kekurangannya.

Yang penting dia mempunyai hak untuk menikmati apa saja yang dia sukai dan dia inginkan.

Orang tua itu berjalan masuk dengan perlahan, tangannya disilangkan di belakang punggungnya, dia melewati ruangan tamu. Han Jun, Pui Thian Ho, dan semua orang segera memberikan sikap hormat dan takut, mereka membungkukkan badan memberi hormat.

"Koanke, sudah 10 tahun lebih kau tidak berkelana di dunia persilatan, mengapa hari ini kau tiba-tiba datang kemari?" tanya Put Thian Ho.

"Apakah cukong sehat?" tanya Han Jun dengan sikap sangat hormat. Dia bertanya lagi, "Apakah penyakit tuan mudamu sudah sembuh?"

Orang tua berambut putih itu hanya icnawa, dia tidak menjawab pertanyaan mereka.

Li Hoay memotong dan berkata: "Tubuh cukong (tuan besar) semakin hari semakin lemah, kongcu (tuan muda) sakit parah hingga akan mati, kalian bertanya kepadanya, dia bisa menjawab apa ? bahkan kentutpun dia tidak bisa ”

"Kau sungguh tidak sopan dan berani." Put Thian Ho dan Han Jun bersamaan memarahi Li Hoay, bahkan Han Jun sudah siap akan membunuhnya, sebenarnya dia ingin membunuh Li Hoay supaya dia tutup mulut Selamanya, kesempatan ini tidak akan dia sia-siakan begitu saja, dan dia mengeluarkan jurus yang paling kejam.

Banyak orang persilatan yang mati dengan jurus ini.

Seseorang bila sudah ditotok di 18 titik nadi, kecuali menunggu, kematian, masih harus menunggu apa lagi.

Tapi Li Hoay sudah tahu dia masih memiliki kesempatan untuk menunggu, tapi dia harus menunggu sandiwara yang paling tidak dia sukai.

Han Jun membunuh Li Hoay karena dua alasan. Pertama, dia ingin membunuh Li Hoay untuk menutup mulutnya, kedua, dia bisa menjilat orang tua yang sangat terkenal ini, karena dia adalah seorang koanke (kepala pelayan). Kali ini dia menyerang Li Hoay, dan serangannya pasti akan berhasil. Tidak disangka begitu cahaya perak berkilau, dia sudah terdorong lalu terbang melayang ke tempat jauh, yang lebih- lebih tidak disangka, kilauan perak itu berasal dari lengan baju yang panjang milik si kepala pelayan.

Pui Thian Ho sangat terkejut.

Yang lebih mengejutkan lagi, orang yang dihormati oleh semua orang itu dimaki-maki oleh Li Hoay, dan orang yang terkenal sebagai Koanke, sekarang berjalan menghampiri Li Hoay, dengan sikap hormat dia membungkukkan badan memberi hormat kepada Li Hoay.

Pui Thian Ho dan Han Jun sama sekali tidak percaya dengan penglihatan mereka sendiri bahwa di dunia ini bisa terjadi hal seperti ini.

Hal yang membuat mereka tidak percaya adalah orang tua yang tinggi, besar, dan penuh dengan wibawa dengan seluruh tubuhnya yang berkilauan itu, bersikap amat hormat layaknya seorang pelayan memberi hormat kepada Li Hoay.

"Jikongcu (tuan muda kedua), hamba diperintahkan oleh tuan besar untuk membawa kongcu pulang ke rumah."

Pulang?

Seorang pengembara yang tidak mempunyai asal usul, seorang penjahat yang tidak mempunyai rumah, tidak mempunyai saudara, tidak bisa makan kenyang, dia dapat pulang kemana?

Rumah yang besar ataukah rumah yang kecil, dimanakan rumahnya?

Tiba-tiba Ko Ko muncul di ambang pintu, dia menghalangi pak tua yang berambut putih itu, tidak ada seorang pun yang berani

"Siapa kau? Kau adalah seseorang yang 20 tahun yang lalu nu-mbunuh orang seperti membunuh semut, Tiat Gin I."

"Benar."

"Mengapa kau mau membawa dia pergi?" "Aku datang karena diperintah oleh seseoran " "Diperintahkan oleh siapa?"

"Seorang pendekar jaman ini, yang dihormati oleh semua orang, cukong Li-hu (istana Li)." "Apa alasanmu harus membawanya pergi dari sini? Aku pernah menolongnya, demi dia aku

mengorbankan kebahagiaan seumur hidupku, dan aku sedang mengandung anaknya, kali ini dengan sudah payah aku baru berhasil menangkapnya, dengan caraku yang paling lihai, menjadikan kota kelahiranku menjadi sebuah kota mati," karena berteriak suara Ko Ko menjadi serak.

Tanya Ko Ko,"Mengapa aku tidak boleh menyuruhnya untuk tinggal? Dengan syarat apa Ketua Li akan membawa dia pergi?"

Tiat Gin I diam dengan lama, setelah itu kata demi kata dia bicara, "Karena Ketua Li adalah ayahnya."

"Ayahnya?" Ko Ko tertawa seperti orang gila.

"Ayahnya pernah memberikan apa kepadanya? Dari kecil dia sudah dibuang dan tidak mau peduli atau mengurusnya, sekarang dia mempunyai hak apa untuk membawanya pulang?"

Tawa Ko Ko mulai berubah menjadi tangisan, dengan sekuat tenaga dia menarik lengan baju Li Hoay.

"Aku tahu kau tidak akan mau pulang, dari kecil kau adalah seorang anak yang tidak diinginkan dan tidak ada yang mau mengurusmu, mengapa sekarang kau akan pulang?"

"Aku akan pulang." "Mengapa?"

Li Hoay terdiam lama baru menjawab, 'Aku tidak tahu, karena aku benar-benar tidak tahu alasannya." Sebenarnya dia tahu alasannya.

Setiap orang yang tidak mempunyai asal usul, selalu ingin mencari dari mana asalnya. 

Hari ini terlihat bulan.

Sekarang dalam sinar bulan tampak ada seseorang seperti Ko ko, dia sedang meneteskan air mata, kemudian dengan dengan lengan bajunya dia menyusut air mata yang mengalir ke wajahnya.

0-0-0

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar