Pedang Abadi Bab 4 : Mayat Yang Kaku

Bab 4 : Mayat Yang Kaku

Malam itu bukanlah malam yang tidak pernah berakhir.

Angin membawa berita bahwa fajar telah menjelang. Udara pun terasa lebih menyegarkan dan dingin. Bai Yu-jing berdiri dengan tenang dalam tiupan angin dingin. Dia berharap, semakin dingin hembusan angin itu, semakin jernih pula pikirannya. Ketika berusia 13 tahun, dia sudah mulai mengembara di dunia Kang-ouw. Kejadian itu sudah berlalu 14 tahun.

Selama 14 tahun ini, dia selalu berpikiran jernih, karena itu dia tetap bisa hidup sampai sekarang. Mengingat pengalaman, serangan dan bahaya apa saja yang pernah dia alami dulu, jika dia ingin tetap hidup, hal itu tidak akan gampang.

“Sang dewa membawaku terbang tinggi, hingga mencapai keabadian.”

Di dalam hatinya, dia sedang menyeringai. Dia telah mendengar cerita tentang dirinya di dunia persilatan. Dia merasa saat ini persis seperti dalam cerita itu. Dia membutuhkan otaknya tetap bekerja, sambil terus menjaga ketenangan dirinya. Sekarang dia harus tenang.

Di jendela, salah satu bayangan itu tampak berjalan mendekat. Dia tidak mau menduga-duga siapa orang ini, karena dia tidak ingin mencurigai temannya sendiri. Xiao Fang adalah temannya.

Karena orang-orang lainnya semua berada di lantai satu, siapa lagi yang berada di dalam paviliun itu selain Fang Long-xiang?

Xiao Fang juga seorang laki-laki yang menarik. Mungkin dia memiliki kekuatan yang lebih besar untuk melindunginya dibandingkan dengan dirinya.

Jika si dia pergi ke pelukan Xiao Fang, dia juga tidak perlu sedih. Karena di antara mereka memang tidak ada kontrak tertulis. “Jika keadaan berbalik arah, walau cuma sedikit, tidaklah perlu terlalu dikhawatirkan.”

Bai Yu-jing menghembuskan napas panjang dan memaksakan dirinya untuk tidak lagi memikirkan urusan ini.  Tapi  hatinya seperti tertusuk jarum, tertusuk amat dalam. Dia memutuskan untuk melangkah pergi. Memang, pergi jauh adalah tindakan yang bagus, karena tidak ada hal di dunia ini yang perlu dipikirkan begitu bersungguh-sungguh. Dia pelan-pelan membalikkan badannya.

Tapi saat itulah tiba-tiba ia mendengar suara jeritan kaget Yuan Zi- xia. Terkandung perasaan terkejutdan takut dalam jeritan itu, seperti suara seseorang yang melihat ular berbisa.

Bai Yu-jing segera melesat seperti anak panah ke paviliun itu, dan “brak!”, ia telah mendobrak daun jendela. Di dalam kamar memang ada dua orang manusia.

Wajah Yuan Zi-xia benar-benar pucat, bahkan tampak lebih ketakutan daripada cuma melihat ular berbisa. Dia sedang memandang orang di seberangnya. Orang ini memang lebih menakutkan daripada ular berbisa. Rambutnya panjang menyeramkan, tubuhnya kaku kejang, wajahnya bersimbah darah; dia amat mirip dengan sesosok mayat hidup.

Orang ini bukan Xiao Fang. Untuk sesaat Bai Yu-jing benar-benar merasa menyesal di dalam hatinya. Seharusnya dia tidak mencurigai sahabatnya itu. Tapi sekarang bukanlah waktunya untuk merasa kesal terhadap dirinya sendiri.

Dia baru saja menerobos masuk lewat jendela ketika mayat itu mengayunkan sebuah cambuk ke arahnya. Ujung cambuk itu seperti ular yang bernyawa. Bergerak dengan amat cepat.

Kungfu 'mayat' ini ternyata tidak kalah dibandingkan dengan jago- jago ternama di dunia Kang-ouw. Tubuh Bai Yu-jing melayang tinggi, tapi dia juga tidak bisa mundur. Agaknya dia tak akan mampu mengelakkan serangan itu, cambuk itu sudah hampir membelit tenggorokannya. Tapi tidak seorang pun di dunia ini yang mampu melilitkan cambuk di tenggorokannya. Ketika tangannya diangkat, segera sarung pedangnya terbelit erat-erat oleh cambuk yang panjang itu.

Tangannya yang lain telah menghunus pedang itu dengan kecepatan seperti kilat. Sinar pedang berwarna perak, berkilauan begitu terangnya sehingga orang hampir tidak bisa membuka matanya.

Dengan jari kaki menotol di ambang jendela, sinar pedang yang berwarna keperak-perakan itu telah menusuk ke arah 'mayat' tersebut. Cambuk 'mayat' itu telah melepaskan belitannya dan ditarik kembali karena tidak berhasil dalam serangannya.

Tapi hawa dingin terasa menggigit ketika bintik-bintik bintang yang dingin memenuhi angkasa, seperti hujan badai yang menerjang ke arah Bai Yu-jing. Sinar pedang Bai Yu-jing bergerak ke sana ke mari, bintik-bintik bintang yang dingin itu tiba-tiba

lenyap dari angkasa.

Tapi saat itu 'mayat' tadi telah bergerak cepat ke arah jendela. Bagaimana mungkin Bai Yu-jing melepaskannya pergi?

Ia melirik ke sekelilingnya, sudut matanya menangkap sosok tubuh Yuan Zi-xia yang sudah pingsan karena ketakutan. Mengingat orang-orang yang berada di lantai bawah, dia tidak boleh membiarkan gadis itu sendirian di sini.

Apakah dia harus mengejar? Atau tidak?

Sejenak dia merasa sulit untuk memutuskan. Untunglah tiba-tiba dia mendengar suara Xiao Fang: “Apa yang terjadi?”

“Kuserahkan dia. ”

Ucapannya belum selesai tapi orangnya telah melesat keluar lewat jendela seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Siapa sangka, walaupun tubuh 'mayat' tadi kaku seperti kayu, gerakannya ternyata cepat seperti meteor.

Ketika Bai Yu-jing menjawab pertanyaan Xiao Fang tadi, tubuhnya telah melesat keluar sejauh 70-80 kaki. Tapi bayangan 'mayat' tadi pun sudah melayang pergi secepat kilat. Bai Yu-jing mengejarnya, tapi dia telah menghilang.

Suara kokok ayam jantan terdengar bergema di kejauhan.

Apakah dia benar-benar sesosok mayat hidup? Saat ayam jantan berkokok, maka dia pun menghilang secara gaib?

Di timur mulai muncul warna langit yang kebiru-biruan, cakrawala pandangan pun mulai tampak.

Di sekeliling halaman yang luas itu terdapat hutan yang jauhnya kira-kira 300 kaki. Tidak mungkin ada yang mampu menempuh jarak 300-400 kaki dalam sekejap mata. Bahkan orang  nomor satu dalam ilmu ginkang di jaman dulu, Chu Xiang-shi, tidak mempunyai kemampuan seperti ini!

Angin berhembus semakin dingin.

Bai Yu-jing berdiri di atas tanah yang agak tinggi, berpikir dengan tenang. Tiba-tiba dia melompat pergi.

Di lantai bawah bangunan itu ada empat buah kamar. Kamar ketiga adalah tempat di mana Miao Shaotian tinggal. Sekarang kamar itu amat sepi, semua lampu telah dipadamkan.

Di kamar kedua terdapat lampu yang menyala.

Dalam sinar lampu yang suram, sosok tubuh seseorang tampak membayang di jendela. Melihat bentuk tubuhnya, mungkin dia adalah perempuan tua bungkuk yang kemarin menangis tersedu- sedu itu. Dia jelas sedang berduka karena kematian anggota keluarganya. Mungkin itulah sebabnya sejak malam tadi dia tidak bisa tidur. Mungkin dia bukan berkabung karena kematian orang lain, tapi sedang sedih memikirkan nasibnya sendiri.

Bila orang sudah tua, dia tentu sangat sensitif dan amat takut pada kematian.

Bai Yu-jing berdiri di luar jendela, mengawasi perempuan tua itu dengan tenang. Tak terasa dia pun menghela napas dengan lembut.

Anehnya, bila seseorang sedang berduka, perasaannya biasanya malah lebih tajam.

Dari dalam kamar segera ada orang yang bertanya, “Siapa itu?” “Aku.”

“Siapa kau?”

Sebelum Bai Yu-jing menjawab, pintu sudah dibuka.

Perempuan tua ubanan itu, dengan tangan di pintu danpunggungnya yang bungkuk di belakangnya, berdiri di  ambang  pintu.  Dia tampak  curiga dan  sorot  matanya membayangkan  perasaan benci. Diabertanya: “Siapa kau? Apa yang kau inginkan?”

Bai Yu-jing bimbang sebentar, lalu dia berkata: “Tadi ada orang yang agaknya lari ke arah sini. Aku tak tahu apakah dia telah  mengejutkan nyonya atau yang lain-lainnya?”

Sorot mata benci di mata perempuan itu semakin terlihat jelas, “Ada orang ke sini? Ini kan  sudah sangat larut. Di mana orang itu, apa kau bukan sedang berkhayal?”

Bai Yu-jing tahu suasana hati perempuan ini sedang tidak baik, karena itu pula perasaan bencinya itu timbul. Ia lalu tersenyum dan berkata: “Mungkin aku yang keliru, maaf.” Dia pun tidak berkata apa-apa lagi. Ia menjura dan membalikkan badan untuk pergi ke halaman. Detik itu terasa sangat lama, dia seolah-olah sudah merasa teramat letih.

Saat itulah dia mendengar bunyi “bruk!”.

Perempuan tua itu, karena lelahnya, wajahnya sudah menjadi pucat dan kehijauan karena terlalu banyak berduka. Dia seperti sebuah kotak yang penuh berisi mesiu. Tiba-tiba kotak itu meledak dan dia pun terjungkal roboh.

Bai Yu-jing melayang balik untuk memapahnya. Nadinya masih berdenyut, dan dia pun masih bernapas. Cuma napasnya sudah amat lemah. Bai Yu-jing menghembuskan napas karena lega. Dia segera memberikan pertolongan pertama. Setelah sekian lama, wajahnya yang pucat mulai memerah. Denyut nadinya pun pelan- pelan kembali normal.

Tapi mata dan mulutnya masih tertutup. Sudut mulutnya tidak henti- hentinya mengeluarkan air liur.

Bai Yu-jing berkata dengan lembut, “Nyonya, bangunlah.”

Perempuan tua itu tiba-tiba menghela napas panjang, matanya pun terbuka. Dia lalu menatap Bai Yu-jing, tapi agaknya dia seperti tidak melihat apa-apa.

Bai Yu-jing berkata: “Tak apa-apa. Asal kau berbaring sejenak, segalanya akan baik-baik saja.”

Perempuan tua itu menarik napas dengan susah-payah. Dia berkata: “Kau pergilah. Kau tidak usah memperdulikanku.”

Dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin Bai Yu-jing meninggalkannya begitu saja?

Dia tidak bisa menghindar dari kesulitan dan segera membawanya ke dalam. Mungkin inilah pertama kalinya dia membopong seorang wanita yang usianya lebih dari 30 tahun. Peti mati itu berada di dalam kamar, meja persegi empat dipenuhi oleh uang kertas, dengan duabatang lilin bundar dan tiga buah dupa harum.

Asap dupa mengepul di udara, sinar lilin tampak suram, seluruh kamar itu dipenuhi perasaan muram yang tebal. Tubuh bocah tadi tampak meringkuk di atas meja, seperti sesosok  mayat  yang sedang tidur.

Bila seorang bocah sedang beristirahat, walau langit runtuh  pun dia akan sangat sulit untuk terbangun. Bai Yu-jing merasa ragu.

Dia tidak tahu di mana dia harus membaringkan perempuan tua ini.

Tiba-tiba tubuh perempuan tua itu bergerak dalam pelukannya, dua buah tangannya yang kurus seperti cakar telah menjepit tenggorokannya. Gerakannya bukan cuma cepat, tapi juga penuh tenaga. Napas Bai Yu-jing segera berhenti, bola matanya seperti akan melompat keluar dari kelopaknya.

Pedangnya tadi telah disisipkan di ikat pinggang. Saat ini, seandainya pun dia bisa memegang gagang pedang itu, dia tidak punya tenaga untuk menghunusnya.

Wajah perempuan tua itu memperlihatkan seringai seperti iblis. Wajah tua yang sedih dan letih tadi tiba-tiba berubah menjadi wajah serigala yang jahat. Jari-jarinya pelan-pelan menjepit semakin kuat. Dia menyeringai seperti iblis sambil berkata: “Pedang Abadi, kau matilah!. ”

Dia baru saja menyelesaikan ucapannya, ketika tiba-tiba dia merasakan sebuah benda yang dingin seperti es menyentuh rusuknya. Itulah gagang sebuah pedang.

Dia kembali memandang wajah Bai Yu-jing. Di wajah itu sama sekali tak ada perasaan takut, tapi malah tersungging sebuah senyuman. Tiba-tiba dia merasakan jepitannya seperti bukan sedang mencekik leher orang, tapi kulit ular yang lunak. Lalu terasa sebuah perasaan sakit yang teramat sangat, yang menyebabkan jepitan kesepuluh jarinya pelan-pelan mengendur.

Pedang itu telah berada di tangan Bai Yu-jing. Ujung pedang menusuk rusuknya, darahnya pun merembes keluar, menodai pakaian yang baru saja dia ganti.

Bai Yu-jing memandangnya, tersenyum dan berkata: “Aktingmu memang bagus. Sayangnya kau tidak bisa menyembunyikan kebenaran dariku.”

Mata perempuan tua itu memperlihatkan perasaan takut. Dengan gemetar  dia berkata, “Kau. kau sudah tahu?”

Bai Yu-jing  berkata sambil  tersenyum:  “Seorang  perempuan yang sudah tua, tentu tidak bisa terbangun begitu cepatnya. Dia juga tidak mungkin begitu berat.”

Pedang yang berkilauan itu lalu menyingkap segumpal rambutnya.

Di bawah rambut ubanan itu, rambutnya ternyata masih hitam pekat dan halus seperti sutera.

Perempuan tua itu menarik napas dan berkata: “Bagaimana kau bisa tahu tentang seluk-beluk seorang perempuan tua?”

Bai Yu-jing berkata: “Tentu saja aku tahu.”

Tentu saja dia tahu, sudah  terlalu  banyak  perempuan  yang pernah dipeluk olehnya. Ketika dia membopong perempuan ini, dia segera tahu bahwa usia perempuan ini tidak akan lebih dari 35 tahun.

Otot-otot seorang perempuan tua tentu sudah lemah, tulang- tulangnya pun juga ringan.

Seorang perempuan berusia 35 tahun, jika ia merawat dirinya, tulang-tulang tubuhnya tentu akan tetap elastis. Perempuan tua itu berkata, “Sekarang apa yang kau inginkan?” Bai Yu-jing berkata: “Harus kulihat dulu dirimu.”

Perempuan tua itu berkata, “Melihat diriku?”

Bai Yu-jing berkata: “Kulihat dulu apakah kau orang yang patuh.” Perempuan tua itu berkata, “Aku selalu patuh.”

Sorot matanya tiba-tiba memperlihatkan ekspresi yang memikat dan mempesona. Dia menggosok-gosokkan tangan di wajahnya, dan semacam debu pun seperti rontok dari wajahnya.

Seraut wajah yang matang, cantik dan molek pun segera muncul.

Bai Yu-jing menghela napas dan berkata: “Kau memang masih belum tua.”

Perempuan itu tersenyum memikat dan berkata: “Siapa bilang aku sudah tua?”

Tangannya beralih ke kancing bajunya, sebelum dia pelan-pelan melepaskan bajunya.

Di balik pakaian itu terdapat tubuh yang  padat,  lunak,  matang dan menarik. Bai Yu-jing menatap dadanya. Dua buah puting di dada itu sudah sangat mengeras.

Wanita itu menggigit bibirnya dan berkata dengan suara yang lembut: “Sekarang kau bisa melihat, aku orang yang selalu penurut.”

Bai Yu-jing hanya bisa mengakuinya.

Perempuan itu tersenyum menawan dan berkata: “Aku  bisa melihat bahwa kau adalah orang yang berpengalaman. Mengapa kau cuma berdiri di situ seperti anak kecil?” Bai Yu-jing berkata: “Kau ingin melakukannya di sini?”

Perempuan itu tersenyum memikat dan berkata: “Apa kurangnya tempat ini? Hantu tua itu sudah mati, bajingan kecil itu sudah tidur seperti mayat. Asal kau tutup pintu itu. ”

Pintu masih terbuka.

Tatapan Bai Yu-jing masih tertuju ke wajah perempuan itu.

Tiba-tiba bocah yang tidur seperti mayat itu  melompat bangkit. Dia bangkit dengan cepat dan melemparkan sepuluh buah bintik bintang. Bocah itu bertindak tak terduga-duga dan juga begitu cepat. Yang paling menakutkan, tentu saja tidak ada yang bisa menduga kalau seorang bocah akan bertindak begitu keji, apalagi Bai Yu-jing sedang menghadapi seorang perempuan telanjang.

Di dunia ini tidak ada yang bisa menarik perhatian seorang laki-laki seperti seorang perempuan cantik yang telanjang bulat!

Senjata rahasia yang disebarkan itu tentu saja sangat mematikan.

Tapi Bai Yu-jing agaknya sudah memperhitungkan hal ini. Dengan sebuah kibasan pedang, senjata-senjata rahasia yang mematikan itu telah lenyap dari pandangan.

Perempuan itu mengertakkan giginya dan berkata dengan geram: “Anak yang baik, perempuan tua ini akan membantumu.”

Bocah itu melompat dan secara tak diduga-duga mengeluarkan dua bilah pisau yang runcing dari balik bantal. Yang satu dia lemparkan pada perempuan itu. Dua bilah pisau yang runcing segera melesat seperti kilat ke arah Bai Yu-jing.

Saat itulah tutup peti tadi tiba-tiba terangkat, sebuah cambuk meliuk keluar seperti ular berbisa, meluncur ke arah pinggang Bai Yu-jing.

Serangan cambuk ini benar-benar mematikan! Pinggang Bai Yu-jing terancam oleh cambuk, sementara dua bilah pisau bergerak dengan cepat ke arahnya.

Dia benar-benar tidak diberi kesempatan untuk menghindar!

Tapi dia tidak menghindar, dia malah menyambut pisau-pisau itu.

Orang di dalam peti mati itu membawa angin  tenaga yang  kuat luar biasa ketika dia bergerak. Ternyata dia adalah 'mayat' yang menghilang tadi.

Perempuan tadi melihat kedua bilah pisau  itu  menusuk  ke tubuh Bai Yu-jing, siapa tahu tiba-tiba terjadi keajaiban. Pisau- pisau itu seperti berhasil menembus kulit dagingnya, tapi tiba-tiba terjatuh ke lantai.

Dan mendadak mulut perempuan dan bocah itu sudah berlumuran darah.

Pedang Bai Yu-jing adalah keajaibannya.

Sinar pedang berkilauan, merontokkan dua bilah pisau yang dilemparkan kedua orang itu. Pada saat yang bersamaan, pedang itu bergerak lagi untuk memotong cambuk panjang itu.

Mayat itu semula berusaha untuk menarik kembali cambuknya. Ketika cambuk putus, dia segera kehilangan keseimbangannya. Dia pun terpental menabrak daun jendela.

Bocah dan perempuan itu berteriak dengan terkejut. Bai Yu-jing mengepalkan tinjunya dan pada saatyang tepat berhasil memukul perut bocah itu. Dalam suasana gelap, si bocah merasa kesakitan dan akhirnya jatuh pingsan.

Wajah perempuan itu penuh dengan rasa takut. Dia membalikkan badannya untuk melarikan diri. Baru saja tubuhnya bergerak, gagang pedang Bai Yu-jing telah memukul kepalanya – dia pun jatuh pingsan lebih cepat daripada si bocah.

'Mayat' tadi berdiri membelakangi jendela. Dia menatap Bai Yu-jing dengan sorot mata ketakutan.

Dia hampir  tidak  percaya kalau  dia tidak  melihat sendiri  bahwa dia sedang berhadapan dengan seseorang yang gerakannya begitu cepat.

Bai Yu-jing juga sedang memandangnya dengan dingin dan berkata: “Kenapa kau tidak lari?”

Mayat itu tiba-tiba menghela napas panjang dan berkata: “Aku tidak mengganggumu, kenapa aku harus lari?”

Bai Yu-jing berkata: “Memang kau tidak menggangguku. Kau cuma menginginkan nyawaku.”

Mayat itu berkata: “Hal itu terjadi karena kau yang memaksa kami.” Bai Yu-jing berkata: “Oh?”

Mayat itu berkata: “Yang kuinginkan cuma benda yang ditipu perempuan itu dariku.”

Bai Yu-jing mengerutkan kening dan berkata: “Benda apa yang ditipunya darimu?”

Mayat itu berkata: “Sebuah peta rahasia.”

Bai Yu-jing berkata: “Sebuah peta rahasia! Peta rahasia apa? Peta rahasia harta karun?”

Mayat itu berkata: “Bukan.” Bai Yu-jing berkata: “Bukan?” Mayat itu berkata: “Peta itu sendiri merupakan harta yang terkubur. Siapa pun yang mempunyai petaini, dia bukan cuma menjadi orang terkaya di dunia, tapi juga orang yang paling tangguh di dunia ini.”

Bai Yu-jing berkata: “Kenapa begitu?”

Mayat itu berkata: “Kau tidak perlu bertanya kenapa. Asal kau lepaskan aku, aku akan membantumu untuk menemukan peta ini.”

Bai Yu-jing berkata: “Oh.”

Mayat itu berkata pula: “Aku hanya tahu peta itu ada padanya.”

Bai Yu-jing  merasa bimbang.  Tiba-tiba dia tersenyum  dan berkata: “Karena peta itu ada padanya, kenapa aku membutuhkan bantuanmu untuk menemukannya?”

Mayat itu berkata: “Karena dia tidak akan memberitahukan hal sebenarnya kepadamu, dia tidak akan memberitahukannya pada siapa pun. Tapi aku bukan hanya tahu rahasianya, tapi juga tahu. ”

Suaranya tiba-tiba berhenti dengan sekonyong-konyong. Sepasang gaetan besi tiba-tiba masuk lewat jendela.

Tenggorokannya tiba-tiba terjepit oleh gaetan itu tanpa bisa berkata

apa-apa lagi. Matanya melotot, darah pun mengalir dari sudut matanya yang terbuka.

Lalu seluruh tubuhnya pun lunglai, seperti pohon yang melayu. Jika orang tidak melihat dengan mata kepala sendiri, dia tentu tidak akan mengetahui betapa menakutkannya situasi seperti ini.

Sekali saja melihatnya, dia tidak akan pernah bisa melupakannya.

Bai Yu-jing merasakan perutnya seperti berontak. Dia harus menahan diri untuk tidak muntah. Dia menatap Fang Long Xiang yang pelan-pelan memasuki kamar itu dalam pakaian sutera putih seperti salju. Dia lalu mengusap darah dari gaetan besinya.

Bai Yu-jing berkata dengan tenang, “Seharusnya kau tidak membunuhnya.”

Fang Long Xiang tersenyum dan berkata: “Mengapa kau tidak melihat tangannya?”

Mayat itu sudah roboh ke lantai, tapi kedua tangannya tetap menggenggam sesuatu dengan erat.

Fang Long Xiang berkata dengan enteng, “Kau kira dia benar- benar sedang bicara denganmu? Jika aku tidak membunuhnya, aku khawatir kau sudah berubah menjadi sarang lebah.”

Fang Long Xiang menggunakan gaetan besinya untuk membuka tangan itu. Tangan itu pun akhirnya terbuka, penuh dengan senjata rahasia.

Di dalam genggaman tangan itu ada empat macam senjata rahasia yang berbeda.

Fang Long Xiang berkata: “Aku tahu Pedang Abadimu adalah musuh utama senjata rahasia. Tapi apa kau tahu kenapa aku tetap merasa tidak aman?”

Bai Yu-jing berkata: “Kenapa?”

Fang Long Xiang berkata: “Karena aku juga tahu senjata rahasia orang ini amat jarang meleset dari sasarannya.”

Bai Yu-jing berkata: “Siapa dia?”

Fang Long Xiang berkata: “Ahli senjata rahasia nomor satu dari sebelah selatan Sungai Yangtse, Gongsun Jing.”

Bai Yu-jing berkata: “Gongsun Jing dari Perkumpulan Naga Hijau?” Fang Long Xiang berkata: “Benar.”

Bai Yu-jing menghela napas dan berkata: “Tapi seharusnya kau tidak membunuhnya begitu cepat.”

Fang Long Xiang berkata: “Mengapa?”

Bai Yu-jing berkata: “Ada banyak pertanyaan yang hendak kuajukan padanya.”

Fang Long Xiang berkata: “Kau boleh bertanya padaku.”

Dia lalu melangkah masuk, memandang ke sekelilingnya untuk memeriksa keadaan. Dia melihatperempuan itu dan menghela napas: “Aku tidak tahu kalau Gongsun Jing bukan hanya paham senjatarahasia, tapi juga amat paham cara memilih perempuan.”

Bai Yu-jing berkata: “Ini adalah perempuan miliknya?” Fang Long Xiang berkata: “Ini adalah isterinya.”

Bai Yu-jing berkata: “Bocah itu puteranya?”

Fang Long Xiang tersenyum dan berkata: “Bocah? Kau benar-

benar mengira dia masih bocah?”

Bai Yu-jing berkata: “Memangnya bukan?”

Fang Long Xiang berkata: “Usia bocah ini setidaknya sepuluh tahun lebih tua darimu.”

Dia menggunakan kakinya untuk menendang wajah 'bocah' itu dan semacam debu pun rontok dari wajahnya. Tak disangka- sangka, ternyata muncul kerut-kerutan di wajah bocah itu.

Fang Long Xiang berkata: “Orang ini dijuluki si 'paku beracun'. Dia telah berlatih kungfu sejak lahir. Dia juga pengikut setia Gongsun Jing.” Tak terasa Bai Yu-jing pun menghela napas.  Dia lalu  berkata sambil tersenyum getir: “Orang mati ternyata bukan orang mati, bocah bukan bocah, perempuan tua bukan  perempuan  tua – semua ini benar-benar menakjubkan.”

Fang Long Xiang berkata dengan enteng, “Bila kau bertemu peristiwa menakjubkan seperti ini lagi, kau akan mati.”

Bai Yu-jing berkata: “Pengaruh Perkumpulan Naga Hijau sudah tersebar ke seluruh dunia, mengapa orang Perkumpulan Naga Hijau ini bertindak begitu rahasia?”

Fang Long Xiang berkata: “Karena yang berusaha mereka hindari justru adalah Perkumpulan Naga Hijau.”

Bai Yu-jing berkata: “Kenapa begitu?”

Fang Long Xiang berkata: “Karena Gongsun Jing telah membuat malu Perkumpulan Naga Hijau.”

Bai Yu-jing berkata: “Urusan apa itu?”

Fang Long Xiang berkata: “Benda yang sangat penting itu diperdaya orang dari tangannya. Dia tentu saja tahu bagaimana kebiasaan Perkumpulan Naga Hijau.”

Bai Yu-jing berkata: “Karena itu dia lalu menyaru bersama isteri dan pengikutnya ini. Mereka berusaha mendapatkan kembali benda itu secara diam-diam?”

Fang Long Xiang berkata: “Benar.”

Bai Yu-jing berkata: “Bagaimana kau tahu tentang urusan ini?”

Fang Long Xiang tersenyum dan berkata: “Kau sudah lupa siapa aku?”

Bai Yu-jing berkata: “Benda itu benar-benar ada pada Yuan Zi-xia?” Fang Long Xiang berkata: “Ini harus kau tanyakan sendiri padanya.” Bai Yu-jing berkata: "Di mana dia?"

Bai Yu-jing segera pergi keluar, Fang Long Xiang mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba sebuah gaetan besi mengiris tangannya, Pedang Abadi pun jatuh berdenting. Setelah itu, gaetan besi itu seperti tinju besi yang memukul jalan darah Bai Yu-jing di bawah pinggangnya.

Sinar lilin bergoyang-goyang, seluruh kamar itu seperti bergoyang- goyang.

Bai Yu-jing tidak membuka matanya, tapi dia merasakan sebuah gaetan besi sedingin es menggelitik tenggorokannya.

Akhirnya dia bangun. Mungkin dia tidak ingin bangun kembali, karena dia benar-benar tidak mau melihat muka Fang Long Xiang lagi.

Wajah yang amat luar biasa itu sekarang tampak sangat jelek.

Wajah itu sedang tersenyum padanya. Dia berkata: “Kau tentu tidak menduga!”

Bai Yu-jing berkata: “Aku memang tidak menduga, karena aku selalu memandang dirimu sebagai sahabatku.”

Dia tetap berusaha memasang wajah yang tenang – karena dia sudah kalah, kenapa dia harus bersikap kekanak-kanakan?

Fang Long Xiang tersenyum dan berkata: “Siapa bilang aku bukan sahabatmu: aku selalu menjadi sahabatmu.”

Bai Yu-jing berkata: “Sekarang?”

Fang Long Xiang berkata: “Sekarang hal itu tergantung padamu.” Bai Yu-jing berkata: “Jika aku tidak menurut?” Fang Long Xiang berkata: “Kau bisa tunduk sedikit.” Bai Yu-jing berkata: “Jika aku tetap tidak menurut?”

Fang Long Xiang tiba-tiba menghela napas panjang. Dia menatap gaetan besi  di  tangannya dan pelan-pelan berkata: “Aku orang yang cacat, orang cacat biasanya sukar untuk terjun ke dunia Kang- ouw. Jika aku tidak punya dukungan yang sangat kuat, walaupun aku tidak mau terima, aku tak akan dapat hidup dengan nyaman.”

Bai Yu-jing berkata: “Siapa yang mendukungmu?”

Fang Long Xiang berkata: “Kau tidak bisa menebaknya?”

Bai Yu-jing akhirnya paham dan berkata sambil tersenyum pahit: “Jadi kau juga anggota Perkumpulan Naga Hijau.”

Fang Long Xiang berkata: “Kepala cabang Perkumpulan Naga Hijau.”

Bai Yu-jing berkata: “Tempat ini juga merupakan cabang Perkumpulan Naga Hijau?”

Fang Long Xiang menghela napas: “Aku tahu lambat laun pikiranmu akan jernih. Kau adalah orang yang cerdas.”

Bai Yu-jing merasa seperti menelan pil yang pahit tapi tidak bisa meludahkannya keluar.

Fang Long Xiang  berkata:  “Tiga tahun  yang  lalu,  aku  juga berada dalam posisi yang sama. Aku tergeletak di sebuah tempat, dengan beberapa orang menodongkan pisau ke tenggorokanku.”

Bai Yu-jing berkata: “Karena itu kau lantas masuk Perkumpulan Naga Hijau? Kau tidak bisamenghindarkannya?”

Fang Long Xiang berkata: “Orang itu memang tidak memaksaku masuk Perkumpulan Naga Hijau. Dia memberiku dua macam pilihan.” Bai Yu-jing berkata: “Dua pilihan seperti apa?”

Fang Long Xiang berkata: “Yang satu adalah masuk peti mati, yang lain adalah masuk Perkumpulan Naga Hijau.”

Bai Yu-jing berkata: “Tentu saja kau memilih yang kedua.”

Fang Long Xiang tersenyum dan berkata: “Aku ingin banyak orang yang memilih dengan cara yang sama sepertiku.”

Bai Yu-jing berkata: “Itu bagus. Tidak ada yang bilang kau salah memilih.”

Fang Long Xiang berkata: “Kita selalu bersahabat baik.  Tentu saja aku memberimu setidaknya dua macam pilihan!”

Bai Yu-jing berkata: “Terimakasih sudah mengatakannya, kau benar- benar teman yang baik!”

Fang Long Xiang berkata: “Yang pertama tidak jauh-jauh, di dekatmu ada peti mati.”

Bai Yu-jing berkata: “Peti mati  ini  terlalu  tipis.  Bagi  orang yang begitu ternama seperti diriku, seharusnya kau paling tidak memberiku peti mati yang jauh lebih baik.”

Fang Long Xiang berkata: “Tidak bisa. Kujamin kau  bisa berbaring di dalamnya, tapi tidak bisa membuat peti ini lebih tebal.” Gaetan besi di tangannya mulai bergerak. Sambil tersenyum dia berkata: “Tapi, beristirahat di atas ranjang selalu lebih enak daripada beristirahat di dalam peti mati. Kau pun boleh membawa perempuan itu ke atas ranjang.”

Bai Yu-jing mengangguk dan berkata: “Itu benar. Cuma, bila sedang beristirahat di atas ranjang, aku tidak menginginkan perempuan.”

Fang Long Xiang berkata: “Oh!” Bai Yu-jing berkata: “Jika di atas ranjang ada seekor sapi telanjang, aku lebih suka beristirahat di dalam peti mati saja.”

Fang Long Xiang berkata: “Kau tentu tidak menganggap nona Yuan itu sebagai seekor sapi.”

Bai Yu-jing berkata: “Dia memang bukan sapi, dia seorang pelacur.”

Fang Long Xiang tersenyum dan berkata: “Menurut pendapatmu yang sejujurnya, katakanlah apayang dia bilang itu benar, siapa yang mengira kalau seekor rubah tua seperti Gongsun Jing pun akan terperdaya oleh pelacur itu?”

Bai Yu-jing menghela napas dan berkata: “Menurut pendapatku yang sejujurnya, aku benar-benar sedikit bersimpati kepadanya.”

Fang Long Xiang berkata: “Aku juga bersimpati kepadanya.” Bai Yu-jing berkata: “Karena itu kau membunuhnya.”

Fang Long Xiang menghela napas: “Jika aku tidak membunuhnya, mungkin dia akan mati sepuluh kali lebih mengerikan.”

Bai Yu-jing berkata: "Oh."

Fang  Long  Xiang  berkata:  “Perkumpulan  Naga  Hijau mempunyai seratus macam cara untuk menghukum orang seperti dia, tiap cara akan membuatnya menyesali kenapa dia hidup di dunia ini.”

Bai Yu-jing berkata: “Sebenarnya urusan memalukan apa yang telah diperbuatnya?”

Fang Long Xiang bimbang sejenak sebelum berkata: “Pernahkah kau dengar tentang 'bulu merak'?”

Raut muka Bai Yu-jing segera berubah. Dia berkata: “Bulu merak dari Perkampungan Burung Merak?” Fang Long Xiang berkata: “Ternyata kau pernah mendengarnya.”

Bai Yu-jing menghela napas: “Di dunia Kang-ouw, jika ada orang yang belum pernah mendengar kedua patah kata itu, dia mungkin belum pernah mendengar juga tentang Pedang Abadi.”

Fang Long Xiang berkata sambil tersenyum: “Kau sangat rendah hati.”

Bai Yu-jing juga tersenyum dan berkata: “Rendah hati adalah salah satu sifat baikku yang paling utama.”

Fang Long Xiang berkata: “Oh? Kau juga punya sifat baik lainnya?”

Bai Yu-jing berkata: “Aku tidak berjudi, tidak minum, tidak ambisius, aku cuma punya satu masalah.”

Fang Long Xiang berkata: “Masalah apa?”

Bai Yu-jing berkata: “Aku suka berdusta. Tapi cuma satu kali sehari.” Fang Long Xiang berkata: “Hari ini kau belum berdusta sekali pun?”

Bai Yu-jing berkata: “Belum, karena itu aku harus cepat-cepat berdusta sekarang,  agar  nanti  tidak kehilangan kesempatan lagi.”

Dia tersenyum dan kemudian berkata: “Karena itu jika sekarang aku mengatakan sesuatu, sebaiknya kau tidak mempercayainya.”

Fang Long Xiang berkata sambil  tersenyum:  “Terimakasih banyak karena sudah mengingatkanku, tentu saja aku tidak akan mempercayaimu.”

Bai Yu-jing berkata: “Jika aku katakan  bahwa Gongsun  Jing yang tadi dibunuh olehmu telah hidup kembali, kau tentu tidak akan percaya padaku.” 
Terima Kasih atas dukungan dan saluran donasinya🙏

Halo, Enghiong semua. Bantuannya telah saya salurkan langsung ke ybs, mudah-mudahan penyakitnya cepat diangkat oleh yang maha kuasa🙏

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar