Si Pisau Terbang Li Bab 70 : Hati Berbisa Seorang Wanita

 
Bab 70. Hati Berbisa Seorang Wanita

Suara yang sangat manis dan merdu. Yang dapat membangkitkan hasrat seseorang untuk membunuh.

Li Sun-Hoan tidak menoleh. Lu Hong-sian langsung berdiri dan berlari keluar seperti orang kesetanan.

Seakan-akan ia baru saja melihat hantu.

Li Sun-Hoan tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang berbicara.

Ia sudah mengerti arti perkataan itu. A Fei tidak punya keluarga. Hati Li Sun-Hoan merosot. Ia mengepalkan tangannya dan berkata, “Aku tidak akan pernah menyangka akan bertemu denganmu di tempat seperti ini. Tidak akan pernah menyangka kau mau datang ke tempat seperti ini.”

Orang itu tidak lain adalah Lim Sian-ji.

Ia tertawa merdu, katanya, “Aku memang biasanya tidak datang ke tempat seperti ini, tapi aku tahu bahwa aku bisa menemukan engkau di sini. Untuk dapat menemukanmu, aku rela pergi ke manapun juga.”

Kata Li Sun-Hoan dingin, “Seharusnya kau tidak datang mencariku, karena sekarang kau akan menyesal.”

“Menyesal? Kenapa? Kita kan sahabat lama. Kalau aku sudah tahu kau ada di sini, mengapa tidak boleh mampir sebentar dan menanyakan kabarmu?”

Suaranya terdengar semakin merayu. Lanjutnya, “Kau seharusnya tahu bahwa aku selalu merindukanmu selama ini.”

Jawab Li Sun-Hoan, “Kau seharusnya pun tahu bahwa aku tahu bagaimana kau memperlakukan A Fei dan Lu Hong-sian.”

Ia tidak menyambungnya lagi.

Ia tidak suka mengancam. Karena ia tidak merasa perlu untuk mengancam. Kata Lim Sian-ji, “Jadi kalau aku membuang A Fei seperti aku membuang Lu Hong-sian, apa yang akan kau lakukan? Membunuhku?”

“Kau tahu apa maksudku.”

“Yang aku tahu hanyalah bahwa kau sudah berkali-kali membujuknya untuk meninggalkan aku. Dengan aku melepaskannya lebih dulu, bukankah itu berarti aku menolongmu?” kata Lim Sian-ji.

“Itu tidak sama.” “Apanya yang berbeda?”
“Aku hanya ingin kau meninggalkannya, bukan menghancurkannya.”

Tanya Lim Sian-ji tenang, “Lalu bagaimana jika aku sudah menghancurkannya?”

Kini Li Sun-Hoan menoleh dan menatapnya. “Maka kau benar-benar menyesal telah datang hari ini.”

Wajah Li Sun-Hoan tetap tenang. Namun entah mengapa Lim Sian-ji dapat merasakan tekanan-yang-hu begitu berat di atas bahunya, sampai-sampai sulit baginya untuk tersenyum.

Itu suatu hal yang sangat aneh bahwa ia tidak bisa tersenyum. Senyum adalah senjatanya yang paling ampuh. Kecuali saat menghadapi Siangkoan Kim-hong. Saat itu, senyumnya sama sekali tidak berguna.

Kini di hadapan Li Sun-Hoan, ia merasakan hal yang sama. Ketika rasa percaya diri seseorang sudah habis tersedot, itu akan tampak nyata di wajahnya.

Setelah sekian lama, akhirnya Lim Sian-ji menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku tahu, kau tidak akan melakukannya.”

“Apakah kau yakin betul?” “Ya.”
“Aku sendiri saja tidak yakin. Kadang-kadang aku melakukan hal-hal yang mengejutkan diriku sendiri.”

Kata Lim Sian-ji, “Tapi jika kau ingin membuat diriku menyesal, kaulah yang akan lebih menyesal.”

“Bagaimana bisa begitu?”

“Jika kau masih ingin bertemu dengan A Fei…..”

Tanya Li Sun-Hoan cepat, “Kau tahu di mana dia berada?”

“Tentu saja aku tahu.”

Lim Sian-ji mulai bisa tersenyum. Lalu ia menambahkan, “Kurasa, akulah satu-satunya orang di dunia ini yang dapat mengantarkan dirimu bertemu dengannya. Aku pun satu-satunya orang yang dapat menolongnya….karena akulah yang menghancurkannya, tentu saja aku dapat menyelamatkannya!”

Wajah Li Sun-Hoan langsung berubah.

Ia tahu, kali ini Lim Sian-ji tidak berdusta.

Lim Sian-ji bisa jadi begitu mengerikan saat ia berdusta. Tapi ternyata ia jauh lebih mengerikan saat ia mengatakan yang sejujurnya. Karena untuk membuat orang seperti dia berkata jujur, sudah pasti harga yang harus dibayar sangatlah tinggi.

Li Sun-Hoan mulai menggosok-gosok jari-jemarinya, karena tiba-tiba ia merasa dingin. Akhirnya ia berkata, “Baiklah. Apa yang kau inginkan?”

Lim Sian-ji hanya menatapnya, tanpa berkata apa-apa. “Apa yang kau inginkan?” desak Li Sun-Hoan.
Lim Sian-ji tersenyum. Katanya, “Dulu ada begitu banyak hal di dunia ini yang kuinginkan….. Namun kini, yang kuinginkan adalah menatap wajahmu sedikit lebih lama lagi.”

Ia berbicara sambil menggigit bibirnya. Lanjutnya, “Karena aku belum pernah melihatmu marah. Aku selalu berpikir bagaimana wajah Li Sun-Hoan saat ia marah.
Dan saat ini aku bisa melihatnya. Aku tidak bisa membiarkannya berlalu begitu saja.” Li Sun-Hoan terdiam dan kembali duduk. Ia meraih sebatang lilin dan meletakkannya dekat wajahnya. Lalu dituangnya arak.

Kalau wanita itu ingin melihat, biarlah ia melihat. Ia ingin memastikan bahwa wanita itu dapat melihatnya dengan terang dan jelas.

Kalau seorang wanita menginginkan sesuatu, biarkanlah dia mendapatkannya. Mereka akan segera menyadari bahwa yang diinginkannya itu ternyata tidak seindah bayangan dalam benak mereka.

Rasa tertarik seorang wanita akan sesuatu tidak akan bertahan lama. Namun jika kau menolak permintaan mereka, itu hanya akan menambah rasa tertarik mereka akan hal itu.

Ini adalah salah satu masalah yang terbesar yang dimiliki wanita. Beribu-ribu tahun yang lalu mereka sudah memilikinya. Beribu-ribu tahun yang akan datang pun mereka akan tetap memiliki masalah yang sama.

Anehnya, selama beribu-ribu tahun ini, begitu sedikit laki- laki yang memahaminya.

Li Sun-Hoan duduk tenang di situ sambil minum araknya.

Lim Sian-ji tersenyum padanya dan berkata, “Kau memang orang yang aneh. Perkataanmu aneh, perbuatanmu juga aneh, bahkan cara minummu pun aneh. Tiap kali aku melihatmu minum arak, aku lalu ingin menjadi cawan arak di tanganmu. Karena aku sungguh ingin tahu apakah kau memperlakukan seorang wanita selembut engkau membelai cawan arak itu.”

Li Sun-Hoan diam mendengarkan.

Lanjut Lim Sian-ji, “Sebenarnya, caramu memperlakukan wanita lebih aneh lagi. Seolah-olah kau selalu mengerti apa yang mereka pikirkan, kau selaku melakukan apa yang mereka harapkan…. Bahkan ada kalanya, waktu kau tidak melakukan apapun juga, mereka tetap saja terjerat.”

Ia mendesah dan menambahkan, “Bahkan seorang wanita yang paling berbisa pun, ketika ia bertemu denganmu, ia tidak mungkin bisa lolos.”

Li Sun-Hoan duduk tenang mendengarkan.

“Tiap kali aku bertemu denganmu, aku selalu merasa itulah hari yang terindah. Namun setelah aku memikirkannya lagi baik-baik, aku baru menyadari bahwa kau tidak berbicara sepatah katapun.”

Memang kadang-kadang, orang yang paling pandai berbicara adalah orang yang tidak berbicara sama sekali.

Sayang sekali, banyak orang tidak mengerti akan hal ini.

“Tapi kali ini, aku tidak akan terjebak lagi. Kali ini, aku ingin mendengar kau berbicara.”

Sahut Li Sun-Hoan, “Kalau kau sudah selesai menatapku, aku akan bicara.” “Baik, aku sudah cukup memandangmu.”

“Lalu apa lagi yang kau inginkan?” tanya Li Sun-Hoan.

Lim Sian-ji menatapnya lekat-lekat. Jika matanya punya mulut dan gigi, sudah ditelannya Li Sun-Hoan bulat-bulat.

Jika seorang wanita seperti dia memandangmu seperti itu, walaupun menyenangkan, ada sesuatu yang sangat tidak mengenakkan. Karena seolah-olah ia sengaja ingin membuatmu menjadi gila.

Hanya seorang Li Sun-Hoan yang dapat mengatasinya.

Kata Lim Sian-ji, “Aku tidak ingin apapun juga, aku hanya menginginkan dirimu!”

“Kau meginginkan diriku?”

“Memberikan dirimu sebagai ganti A Fei. Bukankah itu cukup adil?”

“Tidak,” sahut Li Sun-Hoan datar.

“Apa yang tidak adil? Apakah kau pikir dia bukan milikku lagi?”

“Ya, karena kau sudah menghancurkannya…..”

Lim Sian-ji tertawa dengan lebih memikat. Katanya, “Aku berjanji kau tidak akan menyesal…”

Tiba-tiba perkataannya terhenti. Karena tangan Li Sun-Hoan telah menampar wajahnya.

Tapi ia tidak menghindar. Bahkan ia mengerang perlahan, lalu jatuh ke dada Li Sun-Hoan sambil terengah-engah.

“Jika kau ingin memukulku, pukullah aku. Selama kau mau, aku rela kau memukuliku siang dan malam.”

Tiba-tiba terdengar suara orang bertepuk tangan. Katanya, “Bagus sekali. Karena ia sudah mengatakannya, mengapa kau tidak memukulnya sekali lagi?”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar