Pendekar Baja Jilid 37 (Tamat)

 
Jilid 37 - tamat

Yang disedihkan bukan dia sendiri melainkan Sim Long.

Kaum kesatria tidak gentar mati, namun tidak urung juga bersedih ketika harus berpisah. Tapi apakah betul sekali ini adalah pertemuan mereka yang terakhir?

Suasana ruangan pesta riang gembira, hanya mereka saja yang gelisah dan cemas. Koay-lok-ong sedang melirik Pek Fifi yang cantik itu, mendadak ia menaruh cawan arak dan berkata kepada mereka, Bolehlah kalian minum sepuasnya, mati mabuk pun boleh. Dan aku ... haha, sudah waktunya mengundurkan diri.

Hah, betul, waktu berarti emas, memang engkau perlu lekas masuk kamar pengantin, ujar Ling-hoa dengan tertawa.

Koay-lok-ong terbahak, Betapa pun Ong Ling-hoa memang pemuda romantis.

Pada saat itulah mendadak seorang berlari masuk. Baju orang ini berwarna mencolok dan ringkas singsat, sedikit pun tidak ada tanda habis minum arak, pedang tersandang miring di punggungnya.

Gemerdep sinar mata Sim Long, katanya, Mungkin orang ini penjaga di luar. Betul, melihat gelagatnya jangan-jangan terjadi sesuatu? ujar Miau-ji.

Ya, semoga demikian adanya, gumam Ling-hoa.

Terlihat Pui Sim-ki memapaki orang yang baru masuk itu, kedua orang bicara perlahan, sejenak air muka Pui Sim-ki tampak rada berubah. Munculnya orang itu agaknya juga menarik perhatian hadirin.

Segera Sim-ki berlari ke sisi Koay-lok-ong dan memberi lapor, Di luar ada orang, katanya hendak mengucapkan selamat kepada Ongya.

Mengucapkan selamat? kening Koay-lok-ong bekernyit. Apakah urusan pernikahanku ini sudah kalian siarkan?

Sama sekali berita ini tidak tersebar, jawab Sim-ki.

Jika begitu, dari mana orang lain bisa tahu? damprat Koay-lok-ong sambil menggebrak meja.

Ya, jika terjadi demikian Tecu yang salah, jawab Sim-ki dengan menunduk.

Sikap Koay-lok-ong berubah kalem sedikit, katanya, Orang banyak bicara banyak, juga tak dapat menyalahkan kau. Cuma, kalau orangorang ini mampu menerobos berbagai rintangan dan menerjang sampai di sini, tentu maksud tujuannya tidak baik. Berapa orang mereka seluruhnya?

Serombongan terdiri dari sembilan orang malahan membawa dua buah peti, katanya hendak disumbangkan kepada Ongya.

Bagaimana bentuk orang-orang itu?

Menurut laporan Capsite (adik ke-14) tadi, yang mengepalai kesembilan orang itu adalah juragan besar buah semangka Hami, yaitu Lam-tian-to-giok Bok Kong-tit, konon orang ini memiliki ribuan hektare ladang semangka, kekayaannya sukar dihitung, Ginkangnya juga tergolong kelas satu, demikian lapor Pui Sim-ki.

Bok Kong-tit ... hm, rasanya pernah juga kudengar nama ini, cuma selama ini dia tidak ada hubungan denganku, untuk apa jauh-jauh dia mengantar kado ke sini? ujar Koay-lok-ong.

Bisa jadi dengan jalan ini dia hendak menggabungkan diri di bawah kekuasaan Ongya, kata Sim-ki dengan tertawa. Orang Bu-lim sekarang siapakah yang tidak ingin bergabung dengan Ongya?

Koay-lok-ong tertawa senang. Baik, jika demikian, silakan mereka masuk, toh mereka hanya bersembilan orang, kecuali mereka sudah bosan hidup, memangnya mereka berani main gila di sini? Di sebelah sana Jit-jit berbisik kepada Sim Long, He, kau kira Bok Kong-tit ini benar datang mengantarkan kado saja?

Belum tentu benar, sahut Sim Long.

Pernah juga kudengar Bok Kong-tit ini, namanya cukup tenar di dunia Kangouw, tapi kalau dibandingkan Koay-lok-ong tentu masih selisih jauh.

Kukira di balik urusan ini ada hal-hal yang tidak kita ketahui, kata Sim Long. Yang kuherankan adalah kedua peti yang dibawanya ....

Memangnya petinya berisi siluman yang dapat makan manusia? Apakah Koay-lok-ong dapat dikerjai olehnya? jengek Ong Ling-hoa.

Bisa jadi juga, ujar Sim Long tertawa. Dalam pada itu kedua peti yang dimaksudkan sudah digotong masuk lebih dulu.

Peti terbuat dari kayu pilihan, bersegi delapan dan dilapis emas, dengan sendirinya gemboknya juga terbuat dari emas.

Delapan orang yang menggotong peti juga berpakaian mewah, cuma tampang mereka tidak luar biasa sehingga tidak menarik perhatian. Namun tampang Bok Kong-tit sendiri justru luar biasa.

Tampak kedua matanya yang mencorong itu agak celung, tulang pipi sangat tinggi, rambutnya yang hitam bersemu merah dan agak keriting, mata pun siwer, yaitu berwarna biru kehijauan.

Meski pakaiannya sangat mewah, namun jubahnya cekak dan rambutnya diikat, daun telinga pakai anting-anting sehingga kelihatan agak misterius, tapi senyum yang menghias wajahnya kelihatan ramah.

Dengan suara perlahan Miau-ji berkata, Menurut cerita di dunia Kangouw, konon ibu Bok Kong-tit ini adalah perempuan barat yang mahacantik, bahkan menguasai semacam kungfu ajaib dari negeri Persi. Entah Bok Kong-tit ini mewarisi kepandaian sang ibu atau tidak?

Kungfu ajaib apa? tanya Ong Ling-hoa.

Cerita orang Kangouw berbeda-beda dan sukar dijelaskan, cuma pada garis besarnya kepandaiannya itu adalah semacam ilmu gaib, Miau-ji tersenyum, lalu menyambung, Dan manfaat paling besar pada ilmu gaibnya ini adalah untuk melarikan diri.

Melarikan diri? bekernyit kening Ong Ling-hoa oleh keterangan aneh ini.

Ya, konon orang yang menguasai ilmu gaib ini, sekali dia melarikan diri, maka siapa pun tidak mampu merintanginya dan tidak dapat menyusulnya, tutur Miau-ji pula dengan tersenyum. Menurut cerita orang Kangouw, katanya Ginkang Bok Kong-tit mahatinggi, mungkin ada sangkut paut dengan ilmu gaibnya ini.

Tersembul juga senyuman pada ujung mulut Ong Ling-hoa, gumamnya, Melarikan diri, hah, menarik juga kepandaian ini ....

Sementara itu kedua peti sudah dibawa sampai di depan undakundakan tempat duduk Koay-lok-ong.

Hadirin sama tertarik oleh tampang Bok Kong-tit yang istimewa, sehingga tidak ada yang memerhatikan kedelapan lelaki kekar penggotong peti. Pandangan Koay-lok-ong juga terpusat ke arah Bok Kong-tit.

Di bawah tatapan orang banyak ternyata Bok Kong-tit tetap berjalan dengan tenang dan mantap, sampai anting-anting di daun telinga saja tidak bergoyang.

Suara musik masih terus bergema.

Tiba-tiba terdengar orang berteriak, Bok Kong-tit dari barat menghadap.

Bok Kong-tit mempercepat langkahnya ke depan, lalu membungkus tubuh dan berseru, Bok Kong-tit menyampaikan salam hormat kepada Ongya, selamat dan bahagialah!

Koay-lok-ong hanya sedikit membalas hormat di tempat duduknya, katanya dengan tertawa, Terima kasih, sungguh beruntung mendapat kunjungan Anda dari jauh, silakan duduk.

Belum lenyap suaranya segera petugas menyiapkan tempat duduk beralas kasur empuk di depan.

Dengan tenang Bok Kong-tit menuju ke kursi yang tersedia, tapi dia tidak lantas duduk, katanya pula dengan tertawa, Terima kasih atas kemurahan hati Ongya. Tapi Wanpwe ingin menanti setelah Ongya sudi menerima sedikit sumbangsihku barulah berani mengambil tempat duduk.

Koay-lok-ong tertawa, Ah, atas kunjunganmu sudah beruntung bagiku, mana kuberani terima pula sumbanganmu segala?

Bok Kong-tit tertawa, Ongya sendiri kaya raya, mana ada sesuatu lagi yang terpandang oleh Ongya, dengan sendirinya Wanpwe tidak berani sembarangan mengantar kado.

Jika begitu, tentu barang antaranmu pasti sangat menarik, aku jadi ingin melihatnya sekarang juga, ucap Koay-lok-ong.

Sesungguhnya barang antaranku ini memang rada istimewa dan kudapatkan setelah bersusah payah juga, Bok Kong-tit lantas mendekati peti dan siap membukanya.

Beratus pasang mata hadirin sama terpusat pada peti itu, semua ingin tahu apa isinya yang dikatakan agak istimewa itu.

Hanya pengantin perempuan Pek Fifi saja yang tetap memandang Koay-lok-ong, isi peti itu seperti tidak menarik perhatiannya dan juga tidak ingin diketahuinya.

Meski peti itu pakai gembok, tapi tidak terpasang. Dengan sinar mata yang menampilkan rasa misterius perlahan Kong-tit buka peti, katanya dengan tertawa, Wanpwe sengaja mengantar kado barang hidup, harap Ongya memeriksanya.

Belum lenyap suaranya, serentak terdengar suara jeritan kaget orang banyak. Ternyata isi peti itu adalah manusia hidup, seorang perempuan yang hampir telanjang bulat seluruhnya.

Tubuh perempuan telanjang itu meringkuk di dalam peti, kelihatan garis tubuhnya yang serasi dan dada bernas, kulit badan putih halus. Dadanya kelihatan bergerak naik-turun, tapi mata terpejam, wajahnya yang cantik bersemu merah, seperti lagi tidur lelap, serupa juga pingsan tak sadarkan diri. Sim Long, Cu Jit-jit. Ong Ling-hoa dan Him Miau-ji juga sama terkesiap, sebab dilihatnya wajah yang cantik dalam peti ini ternyata rada-rada mirip Ong-hujin, hanya saja daya tariknya tidak sekuat Ong-hujin.

Koay-lok-ong bergelak tertawa, Haha, boleh juga perempuan ini tampaknya, cuma tidak seharusnya kau antar ke sini pada saat seperti ini, memangnya Anda tidak khawatir akan dimarahi pengantin perempuanku?

Jangan Ongya salah mengerti maksudku, kata Bok Kong-tit. Wanpwe mengantarkan perempuan ini bukan untuk dijadikan selir Ongya melainkan dipersembahkan kepada Ongya dan Onghui (permaisuri) untuk dijadikan sesajen dalam upacara ini.

Apa arti ucapanmu, aku kurang paham? tanya Koay-lok-ong.

Menurut tradisi, setiap upacara penting perlu ada sesajen dengan menyembelih kambing atau sapi, jika hewan diganti dengan manusia hidup, tentu akan kelihatan lebih khidmat, kata Bok Kong-tit.

O, jadi tujuanmu mengantar dia ke sini adalah supaya kusembelih dia? tukas Koay-lok- ong.

Memang begitulah maksudku, Bok Kong-tit tersenyum.

Brak, mendadak Koay-lok-ong menggebrak meja, teriaknya, Kurang ajar! Jadi sengaja kau main gila padaku?

Wanpwe tidak berani, jawab Bok Kong-tit dengan hormat.

Hari ini adalah hari bahagia kami, tapi sengaja kau antar seorang untuk kubunuh, apakah hal ini bukan sengaja mencari perkara padaku? teriak Koay-lok-ong pula dengan gusar. Bok Kong-tit tenang saja, jawabnya, Harap Ongya maklum, secara tidak sengaja dapat kudengar bahwa perempuan ini hendak mengacau upacara nikah Ongya, sebab itulah sengaja kutawan dia untuk diserahkan kepada Ongya.

Kau bilang perempuan ini hendak mengacau upacara pernikahanku? Huh, hanya seorang perempuan saja mampu berbuat demikian? seru Koay-lok-ong dengan tertawa latah.

Wanpwe sebenarnya juga tidak percaya, tapi setelah mendengar keterangannya mau tak mau menjadi ....

Dia bilang apa?

Katanya ... katanya Ah, Wanpwe tidak berani bicara terus terang.

Kenapa tidak berani kau katakan? Bicara saja terus terang, takkan kusalahkan dirimu.

Jika Ongya sudah berkata demikian, dapatlah kujelaskan tanpa khawatir, kata Bok Kong-tit dengan lega. Sebab dia bilang dia ada hak untuk merintangi pernikahan Ongya ini ....

Huh, berdasarkan apa dia berani bicara demikian? teriak Koay-lokong.

Bok Kong-tit sengaja memandang hadirin sekeliling, lalu berucap dengan suara tertahan, Dia bilang sebenarnya dia istri sah Ongya.

Walaupun keterangan ini diucapkan lirih, tidak urung dapat didengar juga oleh sebagian hadirin, keruan semua orang terperanjat.

Hah, dia berani belum lanjut ucapan Koay-lok-ong, agaknya baru sekarang dirasakan

perempuan dalam peti itu memang rada mirip Ong-hujin, seketika ia melengak dan ucapannya terputus. Bok Kong-tit anggap tidak tahu, perlahan ia menyambung, Dengan sendirinya Wanpwe tidak percaya kepada ocehannya, tapi perempuan ini banyak omong lagi hal-hal yang tidak sedap didengar.

Sambil menatap perempuan dalam peti, seketika Koay-lok-ong tidak dapat bersuara lagi. Dia bilang apa lagi? tiba-tiba Pek Fifi menimbrung.

Jika Onghui berjanji takkan marah padaku baru berani kukatakan, ujar Bok Kong-tit. Katakan saja, masa kumarah padamu, kata Fifi.

Dia bilang, semua perempuan di dunia ini boleh menjadi istri Ongya, hanya ... hanya Onghui saja tidak boleh.

Sebab apa? tanya Fifi.

Katanya ... katanya lantaran Onghui sesungguhnya adalah putri Ongya sendiri, tutur Bok Kong-tit.

Keterangan ini membuat semua orang sama terkejut. Bahkan Sim Long dan rombongannya juga melengak.

Sungguh mereka pun sangsi terhadap perempuan dalam peti ini, sebab dia pasti bukan Ong-hujin dan pasti takkan jatuh dalam cengkeraman Bok Kong-tit.

Habis siapakah dia? Dari mana dia mengetahui rahasia yang mengejutkan ini? Dan mengapa raut wajahnya juga rada mirip Onghujin?

Antara perempuan ini dan Koay-lok-ong apakah memang ada sesuatu hubungan tertentu? Kembang goyang pada kopiah pengantin Pek Fifi tampak bergetar, cadar tipis yang menutupi mukanya juga bergoyang, akhirnya dia berdiri dan mendekati Koay-lok-ong, serunya dengan gemetar, Apa yang dikatakannya sudah kau dengar bukan?

Dengar ... sudah tentu dengar, jawab Koay-lok-ong dengan agak bingung.

Jika dengar, kenapa tidak kau bunuh dia? teriak Fifi. Bunuh siapa? tanya Koay-lok-ong.

Dengan sendirinya perempuan dalam peti itu. Oo, bunuh dia?

Ya, bunuh dia, kenapa tidak lekas kau lakukan?

Bunuh dia ... sekarang? sikap Koay-lok-ong kelihatan sangat aneh, meski suaranya keluar dari mulutnya, tapi seperti bukan dia yang bicara. Gembong iblis ini tertampak agak linglung.

Sekujur badan Pek Fifi bergemetar, serunya pula, Tidak kau bunuh dia sekarang, jangan- jangan memang betul dia istrimu?

Koay-lok-ong tertawa aneh, jawabnya, Dengan sendirinya dia bukan istriku. Jika bukan istrimu harus kau bunuh dia, teriak Fifi dengan parau.

Baik, akan kubunuh dia ....

Mendadak Bok Kong-tit menanggalkan golok melengkung yang tergantung di pinggangnya dan disodorkan.

Pek Fifi memburu maju dan melolos golok itu, trang, golok dilemparkan ke depan Koay-lok- ong, teriaknya dengan suara gemetar, Jika tidak kau bunuh dia, biar aku saja yang mati di depanmu Baik, untuk membunuh orang kan teramat mudah bagiku, seru Koay-lok-ong sambil bergelak dan menjemput golok melengkung itu. Sekali sinar perak berkelebat, kontan golok menebas.

Sungguh secepat kilat tebasannya itu. Tapi dia tidak menebas perempuan dalam peti melainkan menebas pinggang Pek Fifi.

Siapa pun tidak menyangka sasaran Koay-lok-ong itu justru si pengantin perempuan sendiri, sampai Miau-ji dan lain-lain juga tidak menyangka Koay-lok-ong bisa bertindak demikian.

Namun Pek Fifi sendiri agaknya sudah menduga akan kejadian ini, selagi semua orang menjerit kaget, sekonyong-konyong tubuh Pek Fifi melayang ke atas, pakaian pengantin yang longgar itu berkibar sehingga serupa dewi kahyangan yang menari di udara.

Tebasan Koay-lok-ong yang lihai itu ternyata tidak mengenai sasarannya.

Tubuh Pek Fifi seperti sudah hinggap di atas belandar ruang pendopo, serunya, He, kenapa tidak kau bunuh dia sebaliknya hendak membunuhku, apa engkau sudah gila?

Koay-lok-ong terbahak, Haha, hanya sedikit tipu muslihat kalian ini masakah dapat mengelabui mataku?

Tipu muslihat apa? tanya Fifi.

Mendadak berhenti suara tertawa Koay-lok-ong, teriaknya sengit, Jaga rapat semua pintu keluar, seorang pun tidak boleh lolos.

Meski sejauh ini belum ada seorang pun yang tahu jelas sesungguhnya apa yang terjadi, tapi perintah Koay-lok-ong ini segera dilaksanakan.

Haha, Koay-lok-ong memang tokoh maha lihai, sungguh mengagumkan, seru Bok Kong-tit. Sekali berputar, terdengar suara crat-crit beberapa kali, dari tubuhnya mendadak menghamburkan asap lembayung tebal. Cepat Koay-lok-ong melompat mundur sambil membentak, Tahan napas, jaga ketat, jangan sampai mereka lolos!

Hanya sebentar itu saja asap lembayung itu sudah lantas menyelimuti seluruh ruangan. Sesungguhnya apa-apaan ini? tanya Jit-jit.

Hah, jangan-jangan inilah ilmu gaib Bok Kong-tit untuk menghilang, ujar si Kucing. Ya, sungguh sangat menarik, tukas Ong Ling-hoa.

Pada saat itu juga tiba-tiba Jit-jit, Miau-ji dan Ong Ling-hoa merasa tangan seorang telah membuka Hiat-to mereka yang tertutuk, mereka terkejut dan bergirang, terdengar suara Sim Long berkata kepada mereka, Tahan napas, ikut bersamaku menerjang keluar.

Ruangan balairung sudah kacau-balau, di tengah suara bentakan dan teriakan terseling pula jeritan.

Dengan rada linglung Jit-jit menarik ujung baju Sim Long dan ikut lari ke depan, ia tidak tahu cara bagaimana Hiat-to Sim Long terbuka, terlebih tidak tahu cara bagaimana Sim Long dapat

menerjang keluar, tapi kenyataannya mereka sedang menerjang keluar. Asap itu juga tersebar keluar sehingga orang di luar sama terbatukbatuk. Ketika melihat Sim Long menerjang keluar, mereka berteriak kaget dan hendak mencegatnya, tapi sekali Sim Long bergerak, kontan mereka jatuh pontang-panting. Memangnya ada berapa orang di dunia ini yang mampu merintangi Sim Long?

Kaki dan tangan Jit-jit masih terasa pegal, Miau-ji dan Ling-hoa ikut di belakangnya dengan langkah berat, jelas mereka pun tidak selincah biasanya. Maklum Hiat-to mereka sudah tertutuk sekian lamanya, setelah bebas, gerak-gerik mereka masih kaku. Namun Sim Long ternyata tidak ada gejala begitu.

Malahan dia kelihatan menggendong juga seorang dan gerakgeriknya tetap gesit. Yang lebih sukar dimengerti, orang yang digendongnya ternyata bukan lain daripada perempuan telanjang dalam peti itu.

Dengan bingung Jit-jit ikut Sim Long menerjang keluar melalui sebuah jalan lorong dan mendaki undakan panjang sehingga keluar dari kota di bawah tanah itu.

Tertampak bintang bertaburan di langit, waktu itu tampaknya sudah tengah malam.

Di bawah remang cahaya bintang, ada serombongan orang menjagai segerombol kuda. Sim Long merobohkan beberapa penjaga itu dan merampas kuda serta beberapa kantong air dan perbekalan lain.

Meski tenaga Miau-ji dan lain-lain belum pulih seluruhnya, tapi untuk merampas kuda saja tentu tidak sulit bagi mereka. Dalam sekejap saja mereka sudah membedal kuda mereka hingga belasan li jauhnya.

Di depan adalah padang pasir yang tak terlihat ujungnya, di tengah malam padang pasir seluas ini tertampak seram sekali, tapi apa pun juga tetap lebih menyenangkan daripada tersekap di ruang yang gelap di bawah tanah.

Jit-jit terus melarikan kudanya dan bersorak gembira, teriaknya, Ong Ling-hoa, sekarang engkau tentu kagum kepada Sim Long, bukan?

Ya, sungguh aku tidak tahu kekuatan gaib apa yang dimilikinya sehingga dapat kabur dari sana, ujar Ling-hoa dengan gegetun.

Ah, hanya secara kebetulan saja, sungguh mujur, ujar Sim Long. Ayolah kita mengaso dulu di sini, bila tidak kau jelaskan duduknya perkara, sungguh aku tidak tahan, teriak Jit-jit.

Mereka mencari tempat yang teraling dari angin dan berhenti di situ. Rupanya tempat ini dahulunya adalah sungai yang sudah kering, maka banyak terdapat tempat mendekuk yang baik untuk menghindari tiupan angin.

Jit-jit terus menarik Sim Long dan ditanyai, Coba jelaskan dulu, cara bagaimana kau buka Hiat-to yang tertutuk?

Tentang ini Sim Long tersenyum. Bukankah kalian bilang aku mempunyai kekuatan

gaib, maka bolehlah dianggap apa yang terjadi ini berkat kekuatan gaibku.

Hal ini memang sebuah rahasia, hanya ia sendiri yang tahu rahasia ini.

Selama beberapa hari tersekap di dalam kamar batu yang misterius itu, setiap kali Fifi datang tentu membuka Hiat-to supaya dia dapat bergerak, bila mau tinggal pergi lantas ditutuknya lagi. Fifi mengira Sim Long tidak mempunyai kekuatan untuk melawan lagi.

Ternyata

dia telah menilai rendah kemampuan Sim Long.

Dalam keadaan bagaimanapun Sim Long tetap menguasai kesanggupannya yang melampaui orang biasa. Di luar tahu Fifi, akhirnya ia dapat membuka Hiat-to sendiri yang tertutuk, pada malam sebelum upacara nikah Sim Long sudah dapat bergerak bebas, tapi dia tetap berlagak tidak dapat bergerak untuk menunggu kesempatan yang paling baik.

Dengan sendirinya ia tidak mau menceritakan rahasia ini.

Jit-jit menghela napas, Ai, sungguh sukar memahami dirimu, aku pun tidak ingin memahamimu, cukup asalkan tetap suka padamu saja, cuma ....

Ia pandang perempuan dalam peti tadi dan berkata, Tapi apa maksudmu kau bawa lari dia dengan menyerempet bahaya besar ini?

Perempuan itu masih pingsan, tubuhnya yang menggiurkan itu telah dibungkus baju oleh Sim Long, hanya kelihatan wajahnya yang cantik dan rada misterius itu.

Sim Long memandangnya sejenak, tiba-tiba ia menghela napas dan berkata, Mungkin selamanya kalian tidak pernah menyangka siapa dia ini.

Siapa dia sesungguhnya? tanya Jit-jit. Jangan-jangan Ong-hujin? tukas Miau-ji.

Meski rada mirip, tapi pasti bukan, ujar Ling-hoa.

Sim Long tidak menanggapi, ia robek sepotong kain baju dan dibasahi, lalu perlahan mengusap muka perempuan itu, mengusap dengan perlahan dan teliti.

Maka akhirnya muncul keajaiban. Wajah ini ternyata wajah Pek Fifi.

Tentu saja Jit-jit, Miau-ji dan Ling-hoa sama melenggong, sungguh tidak mereka duga bahwa perempuan ini adalah Pek Fifi.

Sejenak barulah Jit-jit berseru, O, sesungguhnya apa yang terjadi? Mengapa Pek Fifi bisa lari ke dalam peti, bukankah sudah jelas dia pengantin perempuannya?

Jika Pek Fifi di dalam peti lantas siapa yang menjadi pengantin perempuan tadi? Miau-ji juga garuk-garuk kepala dengan bingung.

Mengapa bisa terjadi begini? Lekas kau jelaskan, Sim Long, pinta Jit-jit.

Urusan ini memang ruwet dan juga serba aneh, tutur Sim Long. Bukan saja sebelumnya sukar diterka, sesudahnya kalau tidak kudengarkan pembicaraan mereka tentu juga takkan mengerti.

Coba katakan dulu, jika Pek Fifi berada di sini, siapa pula pengantin perempuan tadi? tanya Jit-jit tak sabar.

Semula aku pun tidak tahu siapakah pengantin perempuan itu, jawab Sim Long dengan gegetun. Tapi coba kau pikirkan dulu, selain Pek Fifi, siapa pula yang tahu rahasia itu dan siapa pula yang bertekad akan membongkar rahasia itu serta siapa lagi yang memiliki kepandaian sebesar itu? Jit-jit termenung sejenak, mendadak ia berseru, Hah, janganjangan Ong-hujin yang kau maksudkan?

Betul, jawab Sim Long.

Tapi mengapa Pek Fifi bisa berubah menjadi Ong-hujin? Maksudku ... maksudku pengantin perempuan itu mengapa bisa berubah menjadi Ong-hujin? Dan cara bagaimana pula Pek Fifi lari ke dalam peti?

Tentu kau ingat pada waktu upacara nikah akan dimulai, ternyata pengantin perempuannya datang terlambat? Lalu apa yang dikatakan Pui Sim-ki waktu itu?

Ya, dia melaporkan ada dua juru rias yang berpengalaman dan seorang kakek ahli sisir rambut penjual pupur selama 50-an tahun, seorang tua yang jujur.

Betul, boleh juga daya ingatanmu, kata Sim Long dengan tersenyum. Memangnya ada sangkut paut apa dengan urusan itu? tanya Jit-jit.

Mestinya juga tidak terpikirkan ada sangkut paut apa, tapi setelah kupikir lagi baru kutahu di sinilah letak penyakitnya.

Penyakit apa? Lekas katakan, desak Jit-jit.

Orang jujur terkadang juga bisa tidak jujur, ujar Sim Long. Kakek yang baik itu meski bukan samaran orang lain, tapi dia sudah kena disuap, sedangkan satu di antara kedua tukang rias itu pasti Onghujin adanya.

Aha, betul! Jit-jit berkeplok.

Ong-hujin menyamar sebagai tukang rias pengantin dan menyusup ke sini, pada waktu mendandani Pek Fifi dia membius nona itu, betapa pun cerdik Fifi tetap kalah pintar daripada Ong-hujin, tutur Sim Long.

Hm, tentu saja dia masih ketinggalan jauh, jengek Ling-hoa.

Maka Ong-hujin lantas mendandani Fifi sehingga rada mirip dia, lalu ia sendiri menyamar sebagai Pek Fifi, tutur Sim Long pula. Kepandaian menyamar Ong-hujin tentu sudah kalian ketahui dan tidak perlu diragukan lagi.

Apalagi dia memakai kopiah pengantin dan bercadar pula, betapa tajam mata Koay-lok- ong juga takkan mengenalinya, tukas Miau-ji.

Tapi cara bagaimana pula Pek Fifi berada di dalam peti? tanya Jitjit. Betul, jelas peti itu dibawa datang oleh Bok Kong-tit? kata Miau-ji.

Dengan sendirinya hal ini telah diatur secara cermat oleh Onghujin, ujar Sim Long. Kakek penjual pupur ini tentu membawa peti, bila isi peti dibongkar, Fifi lantas dimasukkan ke dalam peti. Tentu Ong-hujin sudah ada kontak lebih dulu dengan Bok Kong-tit dan menyuruhnya membawa sebuah peti kosong, pada waktu orang tidak menaruh perhatian, peti kosong lantas ditukar dengan peti yang berisi Pek Fifi.

Aha, betul, pantas Ong-hujin menjatuhkan pilihan atas diri Bok

Kong-tit untuk membantunya, seru Miau-ji. Selain Bok Kong-tit menguasai kepandaian istimewa untuk kabur dengan cepat, juga lantaran wajahnya yang luar biasa, orang semacam dia, ke mana pun dia pergi tentu akan menarik perhatian, apalagi dia sengaja berdandan serupa siluman. Ya, setiap langkah urusan ini memang sudah diperhitungkan oleh Ong-hujin, ujar Sim Long dengan tertawa.

Kalau bicara tentang pemikiran cermat, di dunia ini mungkin tidak ada yang dapat menandingi dia, kata Jit-jit.

Kecermatan orang perempuan biasanya memang lebih rapi daripada orang lelaki, tukas Miau-ji.

Tapi cara berpikir orang perempuan juga tidak semuanya cermat, mendadak Ong Ling-hoa menambahkan dengan tertawa sambil melirik Jit-jit sekejap.

Bahwa urusan ini akhirnya gagal juga justru disebabkan dia seorang perempuan, kata Sim Long.

Apa arti ucapanmu ini? tanya Ling-hoa.

Meski cermat cara berpikir orang perempuan, tapi apa pun juga jiwanya tetap sempit ....

Ah, juga tidak semua orang perempuan berjiwa sempit, jengek Jitjit.

Betul juga, cuma secara umumnya, jalan pikiran orang perempuan memang lebih emosional dan keji, kalau tidak tentu urusan ini takkan gagal.

Apa pula maksud ucapanmu ini?

Bila orang lelaki yang bertindak demikian, setelah Fifi dirobohkan tentu dia akan dibunuhnya, buat apa mesti banyak urusan dan mengisinya di dalam peti segala. Padahal kalau Ong-hujin mau membunuh Koay-lok-ong, setelah masuk kamar pengantin kan banyak kesempatannya untuk turun tangan?

Ya, lantas apa maksud tujuan Ong-hujin dengan bertindak begitu? tanya Miau-ji. Aku menjadi bingung juga.

Tindakannya itu tidak lain adalah ingin Koay-lok-ong turun tangan sendiri membunuh Pek Fifi, kata Sim Long. Maklumlah, meski dia sangat benci kepada Koay-lok-ong, tapi ketika melihat Koay-lok-ong hendak menikah dengan perempuan lain, tidak urung timbul juga rasa cemburunya. Sekali timbul rasa cemburu, setiap tindakannya menjadi kurang rasional

Betul, cemburu memang merupakan ciri khas orang perempuan, orang serupa Ong-hujin juga tidak terkecuali, sambung Miau-ji.

Jit-jit melototinya sekejap, Hm, kau kira orang lelaki tidak cemburu? Apa pun lelaki kan lebih mendingan, sahut Miau-ji dengan tertawa.

Setahuku, bilamana orang lelaki sudah cemburu, biasanya jauh lebih hebat daripada orang perempuan, ejek Jit-jit.

Tujuan Ong-hujin mestinya hendak membunuh Koay-lok-ong untuk menuntut balas, tutur Sim Long lagi. Tapi lantaran timbul rasa cemburunya, urusan membalas dendam lantas dikesampingkan dulu, dan mengacau pernikahan dan membunuh Pek Fifi berubah menjadi tujuannya yang utama.

Namun dia justru tidak membunuh Pek Fifi begitu saja melainkan bikin gara-gara lagi ....

Huh, kau tahu apa, jengek Jit-jit sebelum lanjut ucapan si Kucing. Dia bertindak demikian selain untuk menyiksa Pek Fifi, yang utama adalah menyiksa batin Koay-lok-ong supaya dia menderita selama hidup.

Ai, jalan pikiran orang perempuan memang sukar dimengerti, ucap Miau-ji sambil menyengir. Jika jalan pikiran orang perempuan dapat kau pahami, mungkin matahari akan terbit dari sebelah barat, kata Jit-jit.

Uraian Jit-jit juga betul, ujar Sim Long. Tindakannya itu memang hendak menyiksa batin Koay-lok-ong, sebab itulah lebih dulu dia membeberkan rahasia Pek Fifi adalah anak perempuan Koay-lokong, lalu memancing Koay-lok-ong membunuh Fifi lagi.

Ia menghela napas, lalu menyambung, Coba, jika benar terjadi begitu, lalu Ong-hujin membongkar semua rahasia itu umpama Koay-lok-ong tidak menderita selama hidup tentu juga malu untuk berkecimpung pula di dunia Kangouw.

Betul, bila seorang salah membunuh anak perempuan sendiri, maka malunya sungguh tidak ada taranya, kalau tersiar, tentu hilanglah mukanya, tukas Jit-jit.

Muslihat keji dan jelimet begini mungkin juga cuma dapat dipikirkan oleh orang perempuan, kata Miau-ji dengan gegetun.

Kenapa engkau selalu mengolok-olok orang perempuan, awas,

engkau bisa kualat dan selama hidup takkan memperoleh bini, omel Jit-jit. Miau-ji menjulurkan lidah, katanya, Wah, jika begitu kan kebetulan bagiku.

Tiba-tiba Ling-hoa menimbrung, Kini urusan itu sudah jelas, cuma masih ada satu hal yang belum kuketahui.

Aku saja paham semuanya, masakah engkau berbalik tidak tahu? tanya Jit-jit. Yang aku tidak mengerti adalah entah cara bagaimana mendadak

Koay-lok-ong dapat mengetahui tipu muslihat keji itu, padahal segala sesuatunya tampak berjalan lancar tanpa sesuatu ciri yang mencurigakan.

Kukira rencana Ong-hujin itu juga tidak mutlak sempurna seluruhnya, kata Sim Long. Satu- satunya ciri adalah tidak seharusnya Ong-hujin mendandani Pek Fifi sehingga mirip dia sendiri ....

Aha, betul, aku juga tidak paham mengapa dia bertindak demikian? tukas Jit-jit. Apakah supaya Koay-lok-ong menyangka perempuan di dalam peti itu adalah Ong-hujin, dengan begitu akan membuat kejut dan jeri kepadanya, bisa jadi tanpa pikir terus membunuhnya lebih dulu, dengan demikian maksud tujuannya pun tercapai tanpa susah payah lagi.

Ya, bahkan Koay-lok-ong akan gembira karena Ong-hujin sudah dibereskannya, urusan lain tentu tidak begitu diperhatikan lagi, kata Miau-ji.

Betul juga, semua itu memang sudah diperhitungkan Ong-hujin. ujar Sim Long tertawa. Cuma sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu bisa jatuh juga. Lantaran itulah terjadi kesalahannya yang fatal ini.

Kukira tindakannya ini justru sangat cerdik, mengapa kau bilang dia salah tindak malah? tanya Jit-jit.

Sim Long tersenyum, Antara Koay-lok-ong dan Ong-hujin tadinya bukan cuma suami-istri saja bahkan juga kawan kerja yang karib, dengan sendirinya kecerdasan dan betapa tinggi kungfu Ong-hujin cukup diketahuinya. Ya, tentu saja, kata Jit-jit.

Jika begitu, coba jawab, perempuan semacam Ong-hujin apakah dapat sembarangan membocorkan rahasianya sendiri dan dapat didengar Bok Kong-tit secara tidak sengaja?

Aha, betul, ini memang suatu lubang kelemahan, seharusnya Bok Kong-tit tidak bicara demikian, seru Jit-jit.

Selain itu, coba jawab lagi, tokoh semacam Ong-hujin masakah dapat ditawan oleh Bok Kong-tit?

Aha, betul, ini pun suatu lubang kelemahan, sela Miau-ji. Biarpun sepuluh orang Bok Kong- tit juga tak dapat mengganggu seujung jari Ong-hujin.

Makanya, pada hakikatnya Koay-lok-ong tidak perlu pikir lagi segera dapat memastikan perempuan dalam peti itu pasti bukan Onghujin, ujar Sim Long. Dan tentu akan terpikir olehnya, jika perempuan itu bukan Ong-hujin, mengapa rupanya begitu mirip? Dari mana pula bisa mengetahui rahasia yang tidak diketahui oleh sembarang orang itu?

Jit-jit dan Miau-ji manggut-manggut.

Hendaknya maklum, sekian tahun terakhir ini Ong-hujin sama sekali tidak muncul lagi di dunia Kangouw, boleh dikatakan sangat sedikit orang yang kenal wajahnya, bahkan tidak ada yang tahu hubungan pribadi antara dia dengan Koay-lok-ong.

Betul, sedikitnya Bok Kong-tit itu pasti tidak tahu, tukas si Kucing.

Karenanya jelas bukan Bok Kong-tit yang main gila dan bukan orang lain lagi, sebab bagi orang yang tidak kenal wajah Ong-hujin dan hubungannya dengan Koay-lok-ong dan rahasia pribadi mereka, mana mungkin orang menyamar sebagai Ong-hujin dan rahasia pribadinya untuk menipunya?

Haha, dalil ini kedengarannya sangat ruwet, padahal sangat sederhana, mengapa aku justru tidak berpikir sampai ke situ? ujar Jit-jit tertawa. Jadi Koay-lok-ong segera memastikan yang main gila pasti bukan Bok Kong-tit atau orang lain, tapi tentu Ong-hujin adanya.

Betul, dan begitu dia teringat kepada Ong-hujin, segera pula terpikir olehnya berada di manakah Ong-hujin saat itu? ujar Sim Long.

Memangnya segera ia dapat menerka si pengantin perempuan ialah Ong-hujin? tanya Jit- jit.

Umpama tidak segera menerkanya, tapi tentu teringat juga olehnya akan pengantin baru yang datang terlambat dan terpikir pada diri si kakek penjual pupur dan tukang rias pengantin Sim Long tertawa, lalu melanjutkan, Dengan kecerdasan Koay-lok-ong,

mustahil hal-hal itu tidak dapat dirangkainya dengan baik?

Ai, caramu menganalisis urusan ini sungguh cermat, jelas, dan terperinci, sekalipun Koay- lok-ong sendiri belum tentu dapat menguraikannya sejelas ini, mau tak mau Ong Ling-hoa merasa gegetun. Eh, sekali ini kau kira Ong-hujin dan Bok Kong-tit dapat meloloskan diri atau tidak? seru Miau-ji mendadak.

Jika kita dapat lari keluar, tentu mereka pun mampu, kata Sim Long.

Apakah mereka mampu lolos atau tidak kan tidak ada sangkut pautnya dengan kita, gerutu Jit-jit.

Ong Ling-hoa termenung sejenak, mendadak ia berbangkit dan berseru, Betul, apakah mereka dapat kabur atau tidak memang tidak ada sangkut pautnya dengan kita, yang penting sekarang kita harus berusaha cara bagaimana mengarungi padang pasir ini.

Suhu malam hari di gurun pasir sangat dingin dan siang hari panas terik, ditambah lagi angin badai dan kekurangan air minum serta jalan yang sukar dikenali, malahan setiap saat harus memerhatikan gangguan ular berbisa, binatang buas dan bahaya lain. Maka perjalanan ini tentu saja sangat sulit.

Setelah menempuh perjalanan dua hari, manusia dan kudanya sudah sama letihnya, sedangkan padang pasir tetap tidak tampak ujung pangkalnya.

Dalam keadaan demikian Sim Long sendiri pun mulai cemas, biarpun dia tergolong manusia super juga sukar melawan kekuatan alam.

Di antara mereka yang paling adem-ayem adalah Pek Fifi, sebab sejauh itu dia masih belum siuman.

Malam hari ini Jit-jit menggunakan kain dan dicelupkan air untuk membasahi bibir Fifi, melihat wajahnya yang makin kurus, katanya dengan menyesal, Lihai amat obat bius yang digunakan Ong-hujin ini.

Sementara itu Miau-ji dan Sim Long telah pergi mencari jalan, hanya tertinggal Ong Ling- hoa yang menemani Jit-jit.

Mendadak Ling-hoa menjengek, Hm, mungkin dia takkan siuman untuk selamanya, buat apa engkau membuang-buang air minum? Memangnya kau pun sudah lupa cara bagaimana dia memperlakukan dirimu?

Cara bagaimana dia berbuat padaku, sedikitnya dia tetap manusia, seorang perempuan tidak boleh kusaksikan dia mati begini saja. Biarlah air bagianku yang kuberikan padanya, engkau tidak perlu cerewet.

Dan kalau kau mati kehausan, sebaliknya dia masih hidup, jadinya tentu akan sangat lucu, mungkin Sim Long akan ....

Jit-jit melonjak gusar, teriaknya, Manusia jahat semacam dirimu, sungguh aku heran mengapa Sim Long tidak membunuhmu?

Hm, Sim Long tidak mau membunuhku, justru di sinilah letak kecerdikannya, kalau tidak ....

Kalau tidak apa? mendadak seorang menukas. Terlihat Him Miau-ji sudah kembali, sinar matanya mencorong dalam kegelapan.

Ong Ling-hoa tertawa, katanya, Kalau tidak kan aku sudah mati sejak dulu?

Miau-ji mendelik padanya, tapi dia lantas membalik tubuh ke sana, betapa pun si Kucing tidak dapat berbuat apa-apa padanya.

Dalam pada itu Sim Long juga sudah kembali, Jit-jit menyongsongnya dan bertanya, Adakah jalan yang kau temukan di sana? Sim Long menggeleng, katanya dengan tertawa, Tapi jangan kau khawatir, Thian (Tuhan) pasti takkan membuat orang menghadapi jalan buntu.

Begitulah mereka melanjutkan perjalanan dua hari lagi, kini senyum Sim Long yang khas ini pun tak dapat membangkitkan gairah Jit-jit lagi. Keadaan Pek Fifi juga tambah payah, tampak kempas-kempis dan tetap tak sadar.

Makin hemat cara mereka menggunakan air minum, makin lemah pula daya tahan fisik mereka, setiap kesempatan mereka gunakan untuk mengaso, satu-satunya kenikmatan mereka sekarang hanya istirahat.

Kembali malam tiba, malam dengan bintang-bintang bertaburan di langit.

Tapi dalam keadaan sekarang tiada seorang pun yang dapat lagi memuji keindahan kerlip bintang.

Jit-jit bersandar di bahu Sim Long dan bergumam, Jangan-jangan kita salah jalan sehingga makin jauh makin kesasar?

Malam sedemikian sunyi, Miau-ji dan Ong Ling-hoa sudah tidur. Perlahan Sim Long membelai rambut si nona dengan kasih sayang, katanya, Arah yang kita tempuh pasti tidak salah lagi, cuma ....

Mendadak Jit-jit tertawa, Biar, kesasar juga tidak menjadi soal. Asalkan selalu berada di sampingmu, sekalipun sampai ke ujung langit juga kurela.

Hati Sim Long terasa kusut, ia pandang wajah Jit-jit yang tersenyum bahagia, lalu memandang pula Pek Fifi yang belum siuman itu, seketika ia tidak sanggup bersuara lagi.

Selang lagi sejenak, akhirnya Jit-jit bangkit dan duduk tegak, dipandangnya Pek Fifi yang belum sadar itu, katanya dengan menyesal, Jika terus begini, kita sih tidak menjadi soal, tapi mungkin dia akan ....

Engkau masih benci padanya? tanya Sim Long tiba-tiba.

Jit-jit menggeleng, jawabnya lembut, Mana bisa kubenci dia lagi. Meski dahulu dia sangat menggemaskan, tapi sekarang sekarang dia sedemikian rupa dan harus dikasihani.

Padahal dia tetap seorang anak perempuan yang bernasib malang.

Betul, dia memang anak perempuan yang malang dan harus dikasihani sambung Sim

Long.

Tiba-tiba Jit-jit merangkul leher Sim Long, katanya dengan tersendat, Terkadang ...

terkadang timbul pikiranku akan kuserahkan dirimu kepadanya, sebab selama hidupnya penuh diliputi rasa hampa dan dendam, satu-satunya orang yang dapat menghiburnya hanya engkau.

Dari tersendat akhirnya ia menangis perlahan, katanya pula, Tapi tidak dapat kulakukan, sesungguhnya terasa berat bagiku untuk menyerahkan dirimu kepadanya. O, Sim Long, apakah apakah engkau marah padaku?

Ah, bodoh, masa kumarah padamu? ujar Sim Long sambil merangkulnya erat. Meski dia tertawa, namun siapa yang tahu betapa pedih hatinya. Di tengah malam yang sunyi dan di bawah kerlip bintang, hampir saja ia mengatakan segalanya. Tapi dia tidak bicara lagi, sebab sesungguhnya dia tidak mau dan tidak tega melukai hati Cu Jit-jit.

Akhirnya ia cuma berkata, Sudah jauh malam, marilah kita pun tidur.

Ya, tidurlah. Bila esok tiba pula, mungkin segalanya akan berubah. Dan siapa pula yang mengetahui apa yang akan terjadi esok?

*****

Sang surya kembali memancarkan cahayanya menyinari seluruh bumi.

Waktu Miau-ji mendusin, ia mengulet dan menguap, tapi mendadak ia tercengang, sebab tiba-tiba diketahuinya segala telah berubah.

Sebagian besar tubuh Ong Ling-hoa telah terbenam di dalam pasir, rambut kusut, muka pun dicoreng-moreng orang, punggung telanjang dan dilecuti orang hingga berlumuran darah.

Bentuk Ong Ling-hoa ternyata sudah berubah serupa setan, tapi anehnya kelihatan masih tidur nyenyak. Segala apa yang terjadi atas dirinya seolah-olah tidak dirasakannya.

Waktu ia pandang Sim Long dan Cu Jit-jit, kedua orang itu teringkus menjadi satu dengan mengadu punggung, rambut mereka pun kusut, malahan seperti terpotong pula sebagian.

Sedang Miau-ji sendiri, ia merasa kepala sakit seperti mau pecah, tubuh juga terikat tanpa bisa bergerak, kulit badan seakan-akan pecah tersengat sinar matahari, bajunya hampir dibelejeti seluruhnya.

Sungguh kejut si Kucing tak terkatakan, ia heran sesungguhnya apa yang terjadi? Apakah benar telah ketemu setan di tengah gurun?

Meski di siang hari bolong, betapa besar nyalinya tidak urung merasa ngeri juga menemui kejadian aneh yang sukar dibayangkan ini.

Miau-ji coba meronta di atas pasir dan menggeliat. Akhirnya diketahui pula dua kejadian, yaitu kuda mereka sudah lenyap, kantong air dan perbekalan lain juga hilang. Padahal semua itu sama dengan nyawa mereka. Lantas siapakah yang merampas nyawa mereka itu?

Ia coba memandang sekelilingnya, langit kelihatan biru dan gumpalan awan mengambang di udara, panasnya hampir tak tertahankan lagi. Jelas tidak ada jejak manusia apa pun.

Lantas siapa? Apakah Koay-lok-ong? Rasanya tidak mungkin, sebab kalau Koay-lok-ong tentu mereka takkan cuma diperlakukan cara begitu saja.

Miau-ji terus berteriak, Sim Long, Sim Long! Lekas bangun, lekas ....

Mendadak kerongkongannya seperti tersumbat, sebab tiba-tiba dilihatnya sesuatu. Yaitu Pek Fifi yang semula berada di samping Sim Long dan sejauh itu belum siuman, kini pun sudah lenyap. Akhirnya Sim Long mendusin juga, ia lihat tanah di depannya banyak bekas dicorat-coret seperti ada orang telah menulis di tanah pasir, lalu dihapus lagi.

Dengan sendirinya ia pun merasa kepala kesakitan dan anggota badan kaku pegal, otot daging pada mukanya berkerut-kerut, tanpa terasa ia bergumam, Wahai Sim Long, kembali engkau tertipu lagi.

Mendengar suaranya, Miau-ji berseru, Hai, Sim Long, engkau sudah mendusin bukan? Apakah kau lihat keadaan ini? Air tidak ada lagi, kuda hilang, semuanya lenyap, Pek Fifi juga tidak kelihatan lagi. Fifi juga sudah pergi? ucap Sim Long dengan menyesal.

Sesungguhnya apa yang terjadi ini? O, mengapa jadi begini? keluh si Kucing. Pek Fifi, pasti dia, siapa lagi selain dia, ujar Sim Long.

Pek Fifi, kau bilang semua ini perbuatannya? Miau-ji menegas dengan terkejut. Meski dia sudah pergi, masakah ini tidak dapat kau lihat? kata Sim Long dengan tersenyum pedih.

Tapi kepergiannya bukan mustahil diculik orang? ujar Miau-ji. Sejauh ini dia tidak pernah siuman, keadaannya kempas-kempis, masakah mampu berbuat seperti ini?

Ai, rupanya kita telah meremehkan dia, gumam Sim Long. Setelah mengalami berbagai kejadian, kita toh tetap memandang enteng padanya, ai, mengapa bisa begini? Ya, soalnya dia terlampau pandai bergaya, bisa berpura-pura, selalu menimbulkan rasa kasihan orang dan bersimpati padanya sehingga lupa untuk berjaga-jaga akan dirinya.

Apakah ... apakah dia sebenarnya sudah sadar dan cuma pura-pura masih pingsan, mungkinkah dia ....

Pada saat itu juga Jit-jit mendusin dan berseru, Hei, Sim Long ....

Apakah engkau terluka, Jit-jit? tanya Sim Long.

O, rasanya tidak jawab Jit-jit. Eh, Sim Long, apakah engkau berada di belakangku?

Mengapa kita diringkus secara begini? Sim Long mengiakan.

He, sesungguhnya apa yang terjadi? seru Jit-jit pula. Eh, di depanku ada tulisan. Tulisan apa? tanya Sim Long cepat.

Tulisan ini berbunyi, kebaikan setitik air, kubalas dengan sumber air, takkan kubunuhmu, biarkan kalian terbang bersama. Jika hidup tidak beruntung, biarlah aku menyingkir jauh ke sana, putus cinta dan hilang benci, tidak perlu bertemu lagi sampai mati. Ai, mungkinkah Pek Fifi yang menulisnya?

Ya, memang dia, kata Sim Long.

Dia sudah pergi, dia pergi sendirian, seru Jit-jit. Meski dia ingin mendapatkan dirimu sepenuh hati, tapi akhirnya dia tidak merampasmu pergi melainkan ditinggalkan supaya kita ... kita ....

Suaranya tersendat dan akhirnya pecahlah tangisnya, Oo, dia bilang putus cinta dan lenyap benci, sampai mati tidak perlu bertemu lagi. O, Fifi, engkau rela hidup sengsara hingga hari tua, engkau tidak mau membunuhku. O, Pek Fifi, selama ini ternyata kusalah menilai dirimu, sesungguhnya engkau anak perempuan yang baik. Aku aku bersalah

padamu, berdosa padamu. Jika benar dia berhati baik, mengapa pula dia membikin susah kita seperti ini, mengapa pula membawa lari air dan perbekalan kita dan membawa pergi kuda kita? kata Miau-ji.

Sim Long menghela napas, Sesungguhnya dia memang orang perempuan yang sukar diraba jalan pikirannya, siapa pun tidak dapat menerka apa kehendaknya. Apakah dia bajik atau jahat, mungkin selamanya tidak ada yang tahu.

Miau-ji termenung sejenak, ia pun menghela napas, katanya, Apa pun juga dia tetap perempuan yang luar biasa, bahwa dia dapat berlagak tidak sadar sekian hari dan tahan lapar dahaga, sampai mata pun tidak terbuka, melulu ini saja sukar dilakoni siapa pun.

Wahai Pek Fifi, sungguh aku kagum padamu.

Sim Long tersenyum getir, Dia berbuat demikian adalah supaya kita lengah dan tidak menaruh perhatian padanya.

Jika dia sudah menyatakan putus cinta dan lenyap benci, sudah putus asa dan bertekad akan pergi, mengapa dia tidak mau cara baik-baik, tapi sebelum berangkat sengaja membikin susah dulu kepada kita? ujar Miau-ji.

Hal ini mungkin disebabkan dia tidak ingin menemui kita dalam keadaan begitu, ia lebih suka menahan perasaan dan ingin menjaga gengsi supaya kita tahu dia tetap perempuan yang tabah dan kuat, kata Sim Long.

Tapi bisa jadi lantaran dia tidak dapat berpisah secara terangterangan denganmu, juga tidak ingin dipandang rendah olehmu ucap Jit-jit. Seorang perempuan rela menderita

daripada dipandang hina oleh orang yang dikasihinya, terlebih anak perempuan seperti dia.

Siapa yang memandang rendah padanya, tukas Miau-ji. Sampai Sim Long pun pernah terjungkal beberapa kali di tangannya, masa ada yang berani meremehkan dia! Di kolong langit ini, kecuali dia, siapa pula yang pernah dan berhasil menjebak Sim Long?

Mendadak Jit-jit berseru, Kalau Sim Long tertipu olehnya, hal ini bukan lantaran Sim Long kalah pintar.

Habis lantaran apa? tanya Miau-ji.

Karena Sim Long selalu simpati dan kasihan padanya, ingin menolong dan membantunya, kata Jit-jit. Kalau tidak, biarpun ada sepuluh orang Pek Fifi juga tidak dapat menjebak Sim Long.

Ai, tadinya kukira engkau cuma suka kepada Sim Long dan tidak memahami pribadinya, sekarang baru kuketahui bahwa orang yang paling paham akan pribadi Sim Long justru adalah dirimu, kata Miau-ji dengan tertawa, Wahai Sim Long, sungguh hidupmu tidak sia- sia ada nona cantik yang sedemikian paham akan dirimu.

Mendadak Ong Ling-hoa menyela dengan suara parau, Dalam keadaan dan tempat seperti ini engkau ternyata masih dapat tertawa, sungguh harus kupuji padamu.

Mulutnya seperti tersumbat oleh pasir sehingga bicaranya tidak begitu jelas.

Mengapa aku tidak dapat tertawa, paling sedikit aku kan tidak tertanam hidup-hidup di dalam pasir? ujar Miau-ji. Aku ini terhitung apa? kata Ling-hoa. Tapi tokoh kita Sim Long yang serba tahu ternyata juga diringkus orang serupa babi mati, inilah yang membingungkan.

Sim Long tidak marah meski disindir, ucapnya tak acuh, Jika engkau berlaku waspada sedikit, tentu kita takkan berubah menjadi begini.

Hm, apakah ini salahku? jengek Ong Ling-hoa.

Kau tahu cara bagaimana kita diringkus orang tanpa sadar sama sekali? tanya Sim Long. Semua ini lantaran semalam Pek Fifi telah menaruh racun dalam kantong air minum kita. Dan apakah kau tahu kapan dia menaruh obat bius ini? Yaitu pada waktu kuminta kau jaga di sini. Biasanya engkau memandang air minum jauh lebih penting daripada nyawa orang lain, mengapa kau pun lengah sehingga kena dikerjai Pek Fifi?

Ong Ling-hoa mengertak gigi sehingga gemertuk. Cuh, ia semburkan pasir yang menutupi mulutnya dengan gemas.

Ah, jangan pikirkan urusan lain lagi, yang penting bagaimana kita sekarang? seru Miau-ji. Sama sekali aku tak bertenaga, hendak melepaskan tali pengikat ini saja tidak mampu.

Jika keadaan demikian terus berlangsung, mungkin kita bisa terjemur kering menjadi dendeng.

*****

Sinar sang surya memang makin terik, pasir pun mulai panas. Saking panasnya kepala si Kucing mulai terasa pusing dan mata berkunang-kunang, tali yang mengikat tubuhnya terasa semakin mengeras sehingga ambles ke dalam daging.

Bibirnya sudah mulai pecah terjemur, ia mengomel,Wahai Pek Fifi, aku tidak terima kasih karena engkau tidak membunuhku, sebab caramu memperlakukanku ini jauh lebih kejam daripada membunuhku. Rupanya engkau sengaja tidak membunuh kami karena hendak kau siksa kami.

Meski sudah kurasakan hidupku ini pasti takkan mendapatkan kematian secara baik, tapi juga tidak pernah kubayangkan akan mati terjemur cara begini, kematian cara begini sungguh lebih susah daripada cara apa pun, gumam Ling-hoa dengan menyesal.

Kematian cara apa tetap tidak enak, ujar Sim Long dengan tersenyum.

Seketika Ong Ling-hoa membalik. Dalam keadaan begini engkau masih dapat tersenyum?

Kenapa tidak? mendadak si Kucing menyela. Dapat melihat orang semacam dirimu ini mati terjemur hidup-hidup, setiap orang pun akan tertawa geli.

Hahahaha ....

Begitulah dia sengaja bergelak tertawa, tapi cuma beberapa kali tertawa saja, kerongkongannya serasa tersumbat, bibirnya pecah dan tenggorokan kering, suara tertawanya mirip bunyi burung hantu.

Ayo tertawalah, kenapa tidak tertawa lagi? ejek Ling-hoa. Bila kau tertawa lagi cara begitu, mungkin engkau akan mampus lebih dulu.

Dia takkan mati, ujar Sim Long.

Dia takkan mati, memangnya aku saja yang akan mati? tanya Ling-hoa.

Jika kau mau tutup mulut dan sisakan sedikit tenaga, tentu kau pun takkan mati, ujar Sim Long. Meski Ong Ling-hoa benci dan cemburu terhadap Sim Long, tapi apa yang dikatakan anak muda itu mau tak mau harus diturut dan dipercayainya.

Apa maksudmu kita masih ... masih akan tertolong? tanyanya dengan sorot mata sangsi. Tentu saja, jawab Sim Long.

Di tengah gurun seluas ini kita serupa kawanan semut, biarpun beribu orang mencari serentak juga belum tentu dapat menemukan kita Apalagi siapa yang akan menolong

kita? Siapa yang tahu kita tertimpa bahaya, semua ini tidak tidak mungkin.

Sembari bicara ia pun terbatuk-batuk dan kehabisan tenaga, sebab meski di mulut dia bilang tidak mungkin, tapi di dalam hati justru sangat mengharapkan akan datang penolong.

Dengan sendirinya ada orang tahu kita mengalami petaka ini, kata Sim Long pula. Siapa? tanya Ong Ling-hoa dengan terengah. Ya, kecuali kecuali perempuan siluman

itu.

Betul, memang Pek Fifi adanya, kata Sim Long.

Ling-hoa melenggong, katanya dengan tertawa, Haha, masakah dia akan datang lagi menolong kita? Haha, rupanya saking gelisahnya Sim Long juga sudah linglung ....

Suara tertawa latahnya membuat Cu Jit-jit dan Him Miau-ji sama merinding. Sungguh mereka pun meragukan jalan pikiran Sim Long itu, betapa pun mereka tidak percaya Pek Fifi akan datang menolong mereka.

Masa kalian belum lagi kenal wataknya? ujar Sim Long. Jika dia menghendaki kematian kita, tentu dia akan tinggal di sini untuk menyaksikan kita tersiksa sehingga mati.

Mungkin hatinya tidak sekeji ini, kata Jit-jit.

Betul, seru Ling-hoa girang. Jika dia menghendaki kematian kita tentu dia tidak perlu pergi. Sekarang dia pergi, rasanya kita pasti akan mendapatkan bintang penolong.

Bintang penolong? Dari mana datangnya bintang penolong? gerutu Miau-ji.

Dia dibesarkan di tengah gurun, terhadap segala sesuatu di gurun pasir tentu jauh lebih hafal daripada kita. Bisa jadi sebelumnya dia sudah tahu ada orang akan datang ke sini, mungkin juga dia telah meninggalkan petunjuk bagi orang yang akan mencari kemari.

Bilamana sekali aku tertolong, rasanya aku harus berbuat beberapa hal kebajikan, kata Ong Ling-hoa.

Baik, asalkan jangan kau lupakan nazarmu ini, kujamin engkau takkan mati, ucap Sim Long.

Meski harapan untuk tertolong sangat kecil, tapi harapan betapa kecil pun jauh lebih baik daripada tanpa harapan. Maka semua orang tidak bicara lagi mereka ingin menyimpan tenaga untuk bertahan sampai datangnya bintang penolong.

Kini kelopak mata setiap orang dirasakan tambah berat, semuanya ingin tidur senyenyaknya, tapi mereka pun tahu, sekali tertidur takkan mendusin untuk selamanya.

Entah sudah lewat berapa lama, mendadak Sim Long berseru, Aha, itu dia, sudah datang ... sudah datang .... Terbangkit semangat semua orang dan memandang ke arah yang dimaksud, tertampak di bawah langit yang biru tanpa awan sana mendadak mengepul debu kuning tebal sehingga hampir menyelimuti seluruh angkasa.

Menyusul lantas terdengar gemuruh derap kaki kuda yang menggetar bumi.

Di tengah gurun ini dari mana datangnya pasukan sebesar ini? ujar Miau-ji dengan melengak.

Masa kau lupakan Liong-kui-hong? kata Sim Long dengan tersenyum.

Belum lenyap suaranya, tertampaklah empat penunggang kuda berlari datang secepat terbang, penunggang kudanya semuanya berbaju putih dan bermantel putih, itulah seragam anak buah Liongkui-hong atau angin puyuh naga yang malang melintang di gurun pasir ini. 

Mungkin keempat penunggang kuda itu sudah melihat rombongan Sim Long, mereka bersuit, lalu membalik lagi ke sana.

Keruan Ong Ling-hoa sangat cemas, serunya, Hai, hai ... kenapa kalian putar balik lagi? Masa kalian tidak mau menolong orang yang akan mati?

Sim Long tertawa, Tidak perlu kau gelisah, mereka hanya pengintai pasukan Liong-kui- hong, setelah menemukan kita, mereka tidak berani mengambil tindakan sendiri, maka harus kembali ke sana untuk melapor.

Betul, namun Liong-kui-hong adalah bandit yang terkenal tidak memberi ampun kepada siapa pun, bila kita tertangkap olehnya mungkin juga ....

Aku tidak jelas baik atau jahat Liong-kui-hong, tapi jangan kau lupa, dia kan masih mempunyai seorang Kunsu? ujar Sim Long.

Bisa apa Kunsu segala? Apakah kau kenal dia? tanya Ling-hoa. Bila aku tidak salah terka, kuyakin dia adalah sahabatku dulu, jawab Sim Long dengan tersenyum.

Dalam pada itu dari kejauhan datang lagi beberapa penunggang kuda, yang paling depan berbaju hitam dan berkuda hitam, malah pakai kedok hitam pula, hanya kelihatan sorot matanya yang tajam.

Sesudah dekat, mendadak penunggang kuda serbahitam itu melompat turun, lalu berdiri diam sambil menatap Sim Long tanpa berkedip, tampaknya seperti terkejut.

Kim-heng, Kim Bu-bong, engkau bukan? seru Sim Long mendadak.

Penunggang kuda serba hitam itu bergetar, ia pun berseru, Dari ... dari mana kau tahu ....

Kecuali Kim Bu-bong, siapa pula yang begitu paham akan pribadi Koay-lok-ong serupa membaca garis tangan sendiri, ujar Sim Long sambil tergelak. Kecuali Kim Bu-bong, siapa pula yang dapat menandingi Koay-lok-ong dan berulang membuatnya kecundang.

Mendadak si penunggang kuda hitam melompat maju, Sim Long dirangkulnya. Saking terharu kedua orang sama mengucurkan air mata sambil tertawa pula.

Sampai Ong Ling-hoa juga ikut terharu, apalagi Jit-jit dan Miau-ji, mereka pun tidak tahan mencucurkan air mata. Selang sejenak barulah Kim Bu-bong berkata dengan gegetun, Wahai Sim Long, mengapa engkau sampai tertimpa nasib serupa ini?

Jangan bicara tentang diriku, bicaralah mengenai dirimu lebih dulu, ujar Sim Long.

Kim Bu-bong diam sejenak, katanya kemudian dengan tertawa, Bukan aku yang tidak setia kepada Koay-lok-ong, tapi dia yang tidak berbudi padaku. Sesudah kupulang padanya dalam keadaan cacat, dia pandang diriku sebagai sampah yang tak berguna lagi dan berniat menghabiskan diriku. Untung kutahu maksud kejinya, diamdiam kuatur tipu untuk meloloskan diri. Waktu itu juga aku bersumpah akan membalas dendam, akan kubuat supaya dia tahu bahwa Kim Bu-bong bukanlah sampah sebagaimana disangkanya.

Dan sekarang engkau memang sudah membuktikan hal ini, ujar Sim Long dengan tertawa. Waktu itu dia sengaja membuat sepucuk surat palsu dan bilang padaku bahwa surat itu tinggalanmu. Maka saat itu juga kutahu dalam urusanmu pasti terjadi sesuatu yang tidak beres.

Kim Bu-bong menengadah dan terbahak-bahak, suara tertawanya yang senang terasa rada hampa juga.

Sejenak kemudian ia berhenti tertawa, katanya, Sekarang kendati sudah kujatuhkan dia, lalu mau apa lagi? Hidup manusia palingpaling seratus tahun dan dalam sekejap saja sudah lalu, baik menang maupun kalah, sampai mati pun tertinggal segundukan tanah belaka.

Maksudmu, dia sudah kau bunuh? tanya Miau-ji mendadak.

Tempo hari seranganku gagal, sekali ini kuhimpun kekuatan lagi dan menyerbunya lagi, siapa tahu sarang Koay-lok-ong malah sudah berubah menjadi puing belaka, mayat bergelimpangan, bahkan sama terbakar hangus. Di antaranya ada dua kerangka mayat yang tampak melengket menjadi satu, kulit daging sudah menjadi abu, namun ketiga cincin masih kelihatan ....

Kim Bu-bong tertawa seram, lalu menyambung, Hah, siapa menyangka, Koay-lok-ong yang malang melintang selama ini ternyata sudah terkubur di tengah lautan api.

Sampai di sini, semua orang tahu mayat yang melengket menjadi satu dengan Koay-lok- ong itu pastilah Ong-hujin.

Sim Long menghela napas, gumamnya, Ai, itulah akibat cinta yang tak terimpas, tahu begitu untuk apa berbuat?

Mendadak terdengar Ong Ling-hoa menangis keras, nyata baru sekarang meledak perasaannya sebagai seorang anak terhadap ibunya.

Ong Ling-hoa, teriak Kim Bu-bong dengan bengis, mestinya sudah kuputuskan akan membunuhmu, tapi melihat tangismu ini ternyata hati nuranimu belum lagi lenyap seluruhnya, karena itu biarlah hari ini kutolongmu sekali lagi.

Segera ia membebaskan mereka dari ringkusan, tiba-tiba ia pandang Sim Long pula dan berkata, Tampaknya Koay-lok-ong memang betul sudah mati, selama ini engkau tetap belum sempat bertarung dengan dia, apakah engkau tidak merasa menyesal? Sim Long tersenyum hambar, katanya, Sifat manusia asalkan bajik, dan juga bodoh, maka tak terhindar dari pertengkaran. Cuma golongan yang pintar bertempur dengan akal dan golongan rendah bertanding dengan tenaga, meski aku dan Koay-lok-ong sama-sama ingin menumpas pihak lain, tapi entah mengapa, kedua pihak seperti juga saling kasihan. Jika sudah begitu, kan tidak menarik lagi bilamana terjadi pertarungan benar di antara kami.

Haha, keluhuran budi Sim Long memang jarang ada bandingannya, seru Bu-bong dengan tertawa.

Eh, dari mana kau tahu keadaan kami ini? tanya Jit-jit.

Ini pun bukan sesuatu hal aneh, tutur Bu-bong. Ketika mengundurkan diri, pasukan kami mestinya tidak lalu di sini, siapa tahu semalam mendadak kuterima sepucuk surat dengan lampiran peta, kami diminta ke sini untuk menolong kalian. Aku merasa sangsi, tapi juga tertarik, tentu pula khawatir tertipu. Untung akhirnya kuputuskan datang kemari juga.

Orang yang paling memahami Pek Fifi tetap Sim Long adanya, kata Jit-jit dengan gegetun. Ia pegang tangan Sim Long dengan erat, seperti anak muda itu akan kabur lagi.

Dari mana pula dia tahu Kim-heng berada di dekat sini? tanya Miau-ji.

Dalam perjalanan kemari tentu dia sudah melihat gerakan pasukan Kim-heng yang menimbulkan debu, meski kami juga melihatnya waktu itu tentu juga mengira angin pasir biasa, tapi dia kan sangat hafal terhadap setiap perubahan gurun pasir ini. Apakah debu atau angin pasir sekali pandang saja sudah diketahuinya.

Jit-jit, Miau-ji dan Ong Ling-hoa sama manggut-manggut membenarkan.

Pada saat itulah mendadak di kejauhan ada orang berteriak, Di mana Sim Long yang termasyhur itu? Dapatkah kami melihatnya?

Suara teriakan itu susul-menyusul semakin keras dan menggema angkasa.

Wah, kenapa hari ini rasanya aku ingin menyusup ke dalam bumi saja, ucap Sim Long dengan rikuh.

Haha, biarpun ingin menyusup ke dalam bumi juga takkan sanggup lagi, kata Kim Bu-bong sambil memegang tangan Sim Long. Cuma ... haha, hari ini Sim Long ternyata juga ingin lari, tentu orang akan terheran-heran.

Muka Sim Long tersembul lagi senyumannya yang khas itu, senyuman yang sukar diraba oleh siapa pun, termasuk Cu Jit-jit.

----------TAMAT-------
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

1 komentar

  1. 👌👍👍