Pendekar Baja Jilid 31

 
jilid 31

Masakah kau lupa siapa yang akan kau tolong? tanya Tokko Siang dengan gusar. Peduli siapa yang akan kutolong, yang lebih penting kan jiwaku sendiri?

Kau ....

Belum lagi Tokko Siang sempat memaki, mendadak Sim Long mendesis, Sssst, diam! Tokko Siang terkejut dan bungkam seketika.

Tahu-tahu di kedalaman gua yang gelap sana muncul setitik cahaya api.

Cahaya api yang hijau berkelip, serupa api setan. Di balik cahaya api yang lemah itu seperti ada bayangan orang.

Tokko Siang, Ong Ling-hoa dan Sim Long sama menahan napas dan bersembunyi dalam kegelapan. Siapa tahu cahaya api itu lantas berhenti di kejauhan. Mereka tidak bergerak, cahaya api itu pun diam.

Siapa? bentak Tokko Siang.

Tidak ada jawaban dalam kegelapan, tapi cahaya api lantas melayang-layang dan semakin menjauh.

Kejar! kata Sim Long dengan suara tertahan.

Kejar? Mana boleh, masa engkau tidak takut kepada tipu muslihat mereka? ujar Ong

Ling-hoa.

Cahaya api ini pasti dibuat oleh Yu-leng-kui-li untuk menyongsong kedatanganku, kata Sim Long. Jika dia ingin menemuiku, sebelum berjumpa kukira takkan terjadi sesuatu.

Habis bicara ia terus mendahului melompat ke depan.

Jika engkau tidak mau ikut, boleh tunggu saja di sini, kata Tokko Siang kepada Ong Ling- hoa.

Urusan sudah kadung begini, tidak mau pergi juga tidak bisa lagi, ujar Ling-hoa. Kegelapan yang tak berujung menekan perasaan orang hingga tidak dapat bernapas. Dalam kegelapan hanya ada setitik cahaya api hijau yang melayanglayang dan tidak tertampak apa pun. Angin meniup dingin seram membuat orang mengirik.

Pada hakikatnya Sim Long bertiga tidak dapat membedakan arah, terpaksa mereka mengikuti cahaya api itu secara membuta. Semakin menuju ke dalam gua semakin kencang angin yang meniup.

Memakai baju yang basah kuyup dan berjalan di bawah tiupan angin

sedingin ini sungguh rasanya tidak enak. Tapi Sim Long bertiga sudah tidak merasakan dingin lagi. Entah apa perasaan mereka sekarang, mungkin takut, tapi rasa takut yang sukar dijelaskan, sebab mereka pun tidak tahu sesungguhnya apa yang ditakuti mereka.

Karena tegangnya, suara napas Tokko Siang yang semakin berat pun terdengar. Masakah manusia yang kaku dingin luar-dalam ini juga bisa takut? Tanpa terasa Sim Long menghela napas gegetun.

Kegelapan mestinya dapat menutupi macam-macam kelemahan manusia, tapi dalam keadaan tertentu dapat pula menonjolkan titik kelemahan manusia yang biasanya sukar terlihat di tempat terang. Diam-diam Sim Long berpikir, Meski orang pintar tahu cara bagaimana memperalat cahaya terang, hanya orang yang terpintar saja tahu cara bagaimana menggunakan kegelapan.

Dan Yu-leng-kiongcu itu tidak perlu disangsikan lagi adalah seorang mahapintar dan cerdik.

Sim Long tidak mendengar suara Ong Ling-hoa, biarpun Ong Linghoa tidak merasa takut, sedikitnya dia tegang sehingga bernapas megap-megap.

Diam-diam Sim Long membatin pula, Tidak perlu diragukan juga Ong Ling-hoa seorang mahapintar dan cerdik, tentu ia pun tahu cara bagaimana memperalat kegelapan. Dalam hal ini tidak boleh kulupakan ....

Sampai di sini, mendadak dalam kegelapan tersiar bau harum. Sim Long cukup waspada, serentak ia menahan napas.

Menyusul dengan bau harum yang menusuk hidung itu, segera bergema suara tertawa nyaring serupa bunyi keleningan. Lalu seorang berkata, Eh, jangan kalian menahan napas, bau harum ini tidak beracun, bahkan sangat bernilai, kan terlalu sayang bila tidak membaui?

Mendadak Ong Ling-hoa juga berseru dengan tertawa, Betul, mungkin inilah bau harum pupur buatan Ong-hong-cay dari Pekkia yang termasyhur itu, sungguh tak terduga nona yang tinggal jauh di sini juga mempunyai pupur pujaan kaum wanita ini, sungguh luar biasa.

Ahh, yang bicara tentunya Ong Ling-hoa, Ong-kongcu bukan? sahut suara itu.

Entah dari mana nona tahu akan diriku? ujar Ling-hoa. Sudah lama kudengar Ong-kongcu adalah kesayangan kaum nona dan pujaan kaum wanita, memangnya siapa lagi kecuali Ong-kongcu yang sedemikian paham mengenai seluk-beluk pupur segala? Terima kasih, kata Ling-hoa. Dan nona sendiri apakah Yu-lengkiongcu adanya? Betul, jawab suara itu.

Sering kudengar bahwa Kiongcu adalah putri tercantik di dunia ini, juga jantannya kaum wanita, tapi hari ini mengapa Kiongcu sedemikian pelit, kata Ling-hoa.

Pelit? suara itu menegas.

Kalau tidak pelit, mengapa Kiongcu tidak sudi memberikan setitik cahaya terang agar kami sempat melihat kecantikan Kiongcu, ujar Ling-hoa dengan tertawa.

Kecantikan dalam bayangan akan jauh lebih menyenangkan daripada melihat kenyataannya, bisa jadi setelah Kongcu melihat diriku akan merasa kecewa, bukankah seorang perempuan cerdik tidak nanti menimbulkan kecewa kaum lelaki, terutama bagi lelaki serupa Ong-kongcu? ia berhenti sejenak, lalu tanya Sim Long, Betul tidak, Sim-

kongcu?

Mana kupaham jalan pikiran anak perempuan? sahut Sim Long.

Suara itu tertawa ngikik, katanya, Setiap lelaki di dunia ini sama menganggap dirinya paling paham isi hati anak perempuan, hanya lelaki yang paling cerdik mau mengaku tidak paham jalan pikiran anak perempuan. Sim-kongcu memang tidak sama dengan lelaki lain, pantas sedemikian banyak anak perempuan yang tergila-gila padamu.

Saking tidak tahan mendadak Tokko Siang membentak, Jika kalian ingin mengobrol iseng, hendaknya berganti suatu tempat ....

Masa tidak boleh bicara di sini? tanya suara itu. Kukira di sini hanya cocok untuk membunuh orang, kata Tokko Siang.

Jika begitu ingin kutanya padamu, apakah kau tahu tempat ini sebenarnya tempat apa? Tentu tentunya bukan kamar tidurmu, bukan? jengek Tokko Siang.

Siapa tahu suara itu lantas menjawab dengan lembut, Siapa bilang tempat ini bukan kamar tidurku, masa tak dapat kau lihat?

Hampir saja Sim Long tertawa geli, sungguh ia tidak menyangka Tokko Siang juga tahu humor.

Rupanya melengak juga Tokko Siang oleh jawaban orang, katanya pula dengan gelagapan, Apakah ... apakah tempat ini ....

Dapatkah kau lihat apa yang terdapat di depanmu? tanya suara tadi. Tentu saja tidak tidak dapat kulihat, jawab Tokko Siang.

Nah, biar kukatakan padamu, tutur suara itu. Di depanmu sekarang tergantung sebuah lukisan indah.

Lukisan? Lukisan apa? Omong Kosong!

Itulah lukisan karya Go To-cu yang termasyhur, yang terlukis adalah Koan-im Hudco yang berbaju seputih salju.

Haha, Yu-leng-kiongcu juga memuja Koan-im, sungguh luar biasa, seru Sim Long dengan tertawa.

Dan di sebelah kiri lukisan adalah tempat tidurku, sambung suara itu pula. Di atas tempat tidur memakai kelambu warna jambon bersulam bunga indah buah tangan Toh Jit-nio dari Pakkia. Wah, dapatkah kulihatnya? kata Ong Ling-hoa dengan tertawa.

Mengapa Ong-kongcu berubah menjadi orang awam, umpama tidak melihat buah tangan Toh Jit-nio kan juga dapat dibayangkan keindahannya, betul tidak, Sim-kongcu? Aku cuma ingin berselimut dan tidur dengan nyenyak di atas tempat tidur, apakah di situ terdapat sulaman indah Toh Jit-nio atau tidak bagiku tidak menjadi soal, jawab Sim Long.

Suara itu tertawa, katanya, Dan di samping tempat tidurku adalah lemari pakaian, di situ ada berpuluh potong bajuku, kebanyakan putih, hanya seperangkat saja yang berwarna merah muda.

Pada waktu Kiongcu mengenakan baju warna merah muda tentu sangat cantik, ujar Ling- hoa. Dan entah tempat rias Kiongcu terletak di mana?

Terletak di sebelah kanan lukisan, tutur suara itu. Di situ ada sebuah cermin tembaga kecil, juga buatan Ong-hong-cay yang terkenal itu. Tentu ada pula minyak rambut dan sisir buatannya.

Wah, barang pilihan Kiongcu sungguh sangat bagus, ucap Linghoa.

Di kamar anak gadis yang indah ini mestinya ada juga kecapi, sambung Sim Long tiba- tiba.

Ai, Sim-kongcu memang seorang seniman, kata suara itu. Di samping meja rias justru ada sebuah kecapi.

Bicara sampai di sini, benar juga segera bergema suara kecapi yang merdu.

Sim Long tertawa, katanya, Wah, sungguh kami sangat beruntung dapat berkunjung ke kamar tidur Kiongcu yang luar biasa ini. Tapi entah kesalahan apa yang telah kami lakukan sehingga dihukum berdiri oleh Kiongcu.

Engkau memang telah melanggar kesalahan besar, ujar suara itu. Engkau telah mencuri lihat wajahku, sungguh ingin kuhukum kau berdiri selama hidup.

Suaranya meski sangat lembut dan memesona, tapi terasa seperti sengaja dibuat-buat. Tapi lagak dibuat-buat ini serupa juga anak gadis yang manja di depan sang kekasih.

Agaknya dia sengaja menggunakan cara ini untuk menutupi suara aslinya.

Biarpun Sim Long berusaha membedakannya tetap tidak dapat menentukan apakah suara itu suara Pek Fifi atau bukan.

Wajah Kiongcu mengapa tidak suka dilihat oleh orang lain? katanya kemudian dengan tersenyum.

Sebab aku sudah bersumpah di depan Yu-leng-cosu (kakek arwah halus) bahwa setiap orang yang melihat wajahku, tidak peduli siapa dia hanya ada dua pilihan baginya.

Oo, kedua pilihan apa? tanya Sim Long. Mati! kata suara itu.

Wah, jika begitu kuharap dapat memilih jalan kedua, ujar Sim Long.

Perlahan suara itu berkata pula, Sampai sekarang belum pernah ada orang menempuh jalan kedua, sebab jalan kedua ini tidak dapat dilalui oleh sembarang orang Orang yang

dapat menempuh jalan kedua ini tidak ada seberapa orang di dunia.

Memangnya ada berapa orang?

Jika mau bicara secara betul, hanya ada satu orang. Satu orang? Apakah apakah tidak terlalu sedikit?

Suara itu bertambah lembut, Bagimu seorang pun tidak sedikit lagi. Sebab apa? tanya Sim Long.

Sebab satu-satunya orang yang dapat menempuh jalan kedua ini kebetulan ialah dirimu sendiri.

Aha, sungguh bahagia aku ini, seru Sim Long. Apabila Kiongcu sudi memberitahukan jalan macam apa jalan kedua itu, tentu Cayhe akan sangat gembira.

Jalan kedua itu adalah menikah menjadi suami-istri denganku. kata suara itu perlahan. Wah, tidak adil, tidak adil! teriak Ong Ling-hoa. Mengapa kebanyakan gadis ingin menjadi suami-istri dengan Sim Long, mengapa tidak mencari diriku saja? Jika Kiongcu penujui pasi akan jauh lebih gembira daripada Sim Long.

Suara itu tertawa, Sim Long juga akan menerima.

Dari mana Kiongcu tahu aku pasti akan menerima, tanya Sim Long.

Suara itu tidak menjawab, sebaliknya bertanya, Him Miau-ji sahabatmu bukan? Betul, jawab Sim Long.

Cu Jit-jit juga sahabatmu, bukan? Ya.

Jika begitu seharusnya kau tahu sebab apa kau terima kehendakku. Mendadak Tokko Siang menghardik, Apakah mereka ... mereka jatuh dalam cengkeramanmu?

Menyesal, memang begitulah.

Huh, memaksa orang lain kawin denganmu secara licik begitu, apakah bukan perbuatan yang tidak tahu malu?

Suara itu tertawa, Jika ada seorang anak perempuan memaksamu kawin dengan dia secara begini, tentu engkau kegirangan setengah mati. Eh, betul tidak, Sim-kongcu?

Dengan murka Tokko Siang hendak menerjang maju, tapi keburu ditahan Sim Long. Lepaskan! teriak Tokko Siang. Kenapa kau ....

Umpama hendak kau labrak dia kan harus tahu jelas dulu dia berada di mana? kata Sim Long.

Di mana dia bicara, tentu juga dia berada di sana, teriak Tokko Siang. Memangnya kau lihat dia?

Tidak perlu kulihat dia.

Dan dapatkah kau lihat diriku? Tidak ... tapi matamu ....

Ya, sedikitnya dapat kau lihat mataku, tapi engkau justru tidak dapat melihat matanya, mengapa bisa begitu? Tentu hal ini disebabkan dia memejamkan mata, bisa juga dia

bersembunyi di belakang sesuatu, mungkin di belakang tempat riasnya, bila kau terjang ke sana, bukan mustahil akan menabrak meja riasnya hingga berantakan, kan sayang?

Sembari bicara dengan jarinya Sim Long terus menulis beberapa huruf di telapak tangan Tokko Siang.

Dalam pada itu suara tadi bergema pula, Engkau tidak menerima lamaranku, itulah yang harus disayangkan. Seorang anak perempuan secara aktif melamar seorang lelaki, hal ini sudah cukup membuatnya kikuk, jika lamarannya ditolak, tidak perlu heran bila segala apa pun dapat diperbuatnya.

Tapi dari mana kutahu Him Miau-ji betul-betul berada di sini? ujar Sim Long.

Ini kan gampang belum lenyap suaranya, tiba-tiba dari kejauhan ada suara orang

meraung murka. Keparat, kau anjing betina, bila kau pegang lagi bapakmu segera ku ....

Mendadak terputus suaranya, namun Sim Long sudah dapat mengenali suara itu memang suara Him Miau-ji.

Ong Ling-hoa tertawa, Wah, tampaknya si Kucing itu tidak tersiksa sebaliknya malah mendapat pelayanan istimewa. Cuma sayang biasanya dia memang tidak mengerti kemesraan, jika aku yang menjadi dia, biarpun bagian mana yang diraba tetap akan ku ....

Eh, apakah Sim-kongcu juga ingin mendengar suara Cu Jit-jit? tiba-tiba suara tadi bertanya.

Tidak perlu lagi, jawab Sim Long. Dan kau terima permintaanku?

Jika Kiongcu benar orang yang kulihat malam itu, kenapa aku tidak mau memperistrikan gadis secantik itu Tapi dari mana kutahu engkau betul adalah dia?

Huh, bicara kian kemari maksudmu tetap ingin minta kumunculkan diri, bukan? Sekalipun Kiongcu tidak unjuk diri, sedikitnya kan boleh kulihat bagaimana matamu? ia menghela napas, lalu menyambung, Ai, mata itu sungguh bening menarik, sekali kulihat tak dapat kulupakan selamanya.

Suara itu juga menghela napas perlahan, katanya, Begitu mengharukan cara bicaramu, aku menjadi tidak sampai hati menolak kehendakmu.

Benar juga, dalam kegelapan segera muncul sepasang mata. Tidak perlu diragukan lagi jelas itulah mata yang jeli, mata yang indah.

Tapi pada detik munculnya mata itu, mendadak Sim Long dan Tokko Siang menghilang. Kiranya yang ditulis Sim Long pada telapak tangan Tokko Siang tadi berbunyi, Begitu melihat matanya, segera kita pejamkan mata dan menubruk maju!

Sudah tentu dia menulis dengan kalimat yang singkat, syukur dapat dipahami Tokko Siang. Dan dalam sekejap itulah Sim Long dan Tokko Siang telah menerjang ke depan.

Sim Long juga orang cerdik, dengan sendirinya ia tahu menggunakan kegelapan ini. Dengan memejamkan mata dalam kegelapan dan menubruk maju, tindakan mereka menjadi tak bersuara dan tidak terlihat.

Bahkan mata orang tidak sempat berkedip, pada hakikatnya Sim Long tidak memberi kesempatan bagi lawan untuk menangkis, melawan dan menghindar.

Empat tangan serentak memukul dengan cara yang berbeda, nyata mereka tidak mau memberi kesempatan bagi arwah halus yang cantik ini lolos lagi dari tangan mereka. Dan rasanya sukar bagi siapa pun untuk lolos dari serangan mereka.

Benar juga, si dia tidak dapat menghindar, empat tangan kuat sekaligus mengenai tubuhnya.

Terdengar suara keluhan, lalu roboh dengan lunglai, tapi mata yang indah itu tetap terbentang.

Dia tidak menjerit, bahkan sinar matanya tidak memperlihatkan rasa kejut atau kesakitan, sebaliknya menampilkan semacam rasa gembira karena telah impas. Sim Long membuka matanya, ia terkejut dan berseru, Hei, sesungguhnya siapa kau? Mendadak dirasakan mata yang indah ini telah dikenalnya dengan baik, jelas bukan mata yang dilihatnya di balik kerudung yang disingkapnya kemarin malam itu.

Di tengah kegelapan malam tidak ada yang bersuara, mata yang indah itu seakan-akan lagi berkata, Sim Long, masa engkau tidak kenal lagi padaku?

Cepat Sim Long memayang tubuhnya, tapi dirasakan tubuh itu telanjang bulat, halus licin dan dingin, nyata sebelum Sim Long menghantamnya dia sudah tertutuk dulu Hiat-to kelumpuhannya. Sim Long lagi menyadari telah berbuat salah besar.

Cepat ia membuka Hiat-to si dia yang tertutuk dan mendesis, Kuatkan dirimu, engkau takkan mati.

Mata yang indah itu mengembeng air mata, rintihnya perlahan, Tidak perlu lagi engkau menghiburku, kutahu aku akan mati, bagiku mati tidak menakutkan ... sedikit pun tidak menakutkan ....

Sesungguhnya siapa dia? tanya Tokko Siang mendadak.

Ong Ling-hoa yang berdiri di sebelah sana mendengus, Hm, kalian telah salah membunuh, yang terbunuh oleh kalian ternyata Cihiang.

Ci-hiang? Tokko Siang menegas. Apakah dia Dengan menyesal Sim Long lantas

berkata, Ci-hiang, maaf, aku salah ....

Jangan bicara demikian, kata Ci-hiang dengan lemah. Dapat mati di tanganmu adalah sesuatu yang menyenangkan bagiku ....

Matanya yang indah itu seperti menampilkan secercah senyuman pedih. Lalu matanya terpejam untuk selamanya, ia telah mengakhiri hidupnya yang sengsara dengan tersenyum.

Dalam kegelapan terasa mencekam, sampai setitik api setan tadi pun lenyap.

Sim Long memegangi tangan Ci-hiang yang lambat laun mulai dingin, sampai sekian lama tak dilepaskannya.

Mendadak suara Yu-leng-kiongcu itu bergema pula, Sim Long, sekarang tentu kau tahu bahwa tidak mungkin dapat kau sentuh diriku. Kecuali terjadi perkawinan antara kita, kalau tidak, sebuah jariku pun tak dapat kau sentuh.

Mengapa kau lakukan seperti ini? Kenapa kau celakai dia? tanya Sim Long. Suaranya seperti tenang saja, tapi di tengah ketenangan mengandung rasa duka dan gusar yang tak terhingga.

Suara tertawa Yu-leng-kiongcu menusuk perasaan orang setajam jarum, katanya, Cara begini tindakanku hanya untuk memberitahukan padamu bahwa engkau bukan malaikat, engkau juga dapat berbuat salah, engkau tidak banyak lebih pintar daripada orang lain.

Sim Long menghela napas panjang, katanya rawan, Ya, aku memang berbuat salah tapi kuharap engkau juga perlu berpikir, apakah engkau tidak berbuat salah juga?

Cukup lama suasana dalam kegelapan itu tidak terdengar sesuatu suara. Maka Sim Long berkata lagi, Betul, ada sementara urusan engkau memang berbuat dengan sangat berhasil, bukan saja aku tertipu olehmu, juga orang lain sama tertipu, tapi apakah engkau dapat menipu terus-menerus?

Dalam kegelapan tetap tidak ada suara orang.

Engkau ingin menipu setiap orang di dunia ini, sebab itulah engkau tidak mempunyai sanak famili, tidak punya kawan, sebab engkau tidak memercayai siapa pun, engkau terpaksa hidup sendirian untuk selamanya dan tersiksa selama hidup.

Mendadak Yu-leng-kiongcu bergelak tertawa, katanya, Siapa bilang aku tersiksa? Sedikitnya saat ini engkau terlebih tersiksa daripadaku.

Apakah engkau merasa senang bila melihat orang lain tersiksa? tanya Sim Long. Betul, terlebih bila melihat engkau menderita, kata Yu-lengkiongcu.

Jika engkau sedemikian benci padaku, kenapa engkau ingin kawin denganku?

Yu-leng-kiongcu termenung sejenak, katanya kemudian, Sebab aku tidak dapat melihat engkau mendapatkan kebahagiaan, maka aku pun tidak dapat membiarkan kau ....

Tidak membiarkan kukawin dengan orang lain, begitu? tukas Sim Long.

Pokoknya, biarpun aku harus menderita selama hidup, engkau juga harus tersiksa selama hidup.

Mendadak Yu-leng-kiongcu seperti dirangsang emosi sehingga suaranya rada gemetar. Sim Long menghela napas panjang, katanya perlahan, Bagus, sekarang, akhirnya dapat kupastikan siapa dirimu.

Oo, sia siapa aku?

Jika benar engkau tidak kenal diriku, mengapa pula engkau benci padaku? Ai, semula kusangka engkau seorang yang bajik, siapa tahu dugaanku salah besar.

Kembali tiada suara dalam kegelapan. Apakah aku salah omong? tanya Sim Long.

Biarpun benar bicaramu, memangnya lantas bagaimana? ujar Yuleng-kiongcu. Mendadak suaranya berubah, tidak lembut lagi, juga tidak emosi, berubah menjadi hambar dan dingin, seperti suara seorang lain.

Kuharap engkau suka berpikir lagi ....

Aku tidak perlu pikir lagi, sela Yu-leng-kiongcu. Tapi aku ....

Kau pun tidak perlu berpikir. Sebab apa?

Sebab antara kita tiada pilihan lain lagi. Masakah engkau sendiri pun tiada pilihan lain?

Ya, karena tiada pilihan lain, terpaksa kubiarkan kau mati.

Sim Long termenung sejenak, lalu berkata, Masakah engkau sedemikian yakin dapat membuatku mati?

Yu-leng-kiongcu mengiakan. Engkau akan senang bila kumati? Juga belum tentu.

Jika tidak tentu senang, mengapa engkau ....

Kan sangat sederhana dalil ini, bilamana tidak dapat terpaksa harus membuatmu mati. Bagus sekali, boleh kau coba ucap Sim Long dengan tenang.

Akhirnya Tokko Siang tidak tahan, ia meraung gusar, Sim Long, tadinya kusangka engkau seorang pintar, siapa tahu engkau ternyata orang gila.

Gila? Sim Long melenggong.

Dalam keadaan demikian, untuk apa engkau mengobrol dengan dia? Memangnya tempat ini cocok untuk bicara iseng? Apakah sekarang waktunya mengobrol? teriak Tokko Siang.

Urusan antara dia dan aku selamanya takkan kau ketahui, ujar Sim Long dengan menyengir.

Sesungguhnya siapa dia? Sebenarnya orang macam apa dia? kembali Tokko Siang

meraung.

Hal ini tak dapat kau bayangkan, dia dia bukan lain ialah Pek Fifi.

Hampir saja Tokko Siang berjingkrak, teriaknya, Hah, tampaknya engkau benar sudah gila, Pek Pek Fifi katamu? Masakah Pek Fifi sama dengan Yu-leng-kiongcu? Anak

perempuan yang lemah lembut itu adalah Yu-leng-kiongcu?

Sebenarnya aku pun tidak percaya, tapi kenyataan sekarang membuatku mau tak mau harus percaya, kata Sim Long. Tokko Siang termenung sejenak, katanya kemudian, Masa engkau benar benar Pek Fifi?

Suara Yu-leng-kiongcu terdengar dalam kegelapan, Sekarang tidak menjadi soal lagi siapa aku ini, bagi seorang yang sudah hampir mati, siapakah diriku kan tiada bedanya?

Kentut, kau teriak Tokko Siang dengan murka.

Sebaiknya jangan sembarangan bertindak, kalau tidak kematianmu bisa tambah cepat, jengek Yu-leng-kiongcu. Hm, memangnya kau sangka tempat ini betul tempat tidurku?

Habis tempat apa ini? tanya Tokko Siang.

Supaya kutahu, di sini adalah neraka dunia, jawab Yu-lengkiongcu.

Mendadak Tokko Siang tertawa dingin, suaranya tidak terlalu keras, tapi jelas suara yang dibikin-bikin, dia berkata, Sejak berkecimpung di dunia Kangouw pada waktu berumur 14 tahun, sampai kini sudah berlangsung 40 tahun lamanya. Selama 40 tahun ini mestinya aku

sudah mati beberapa kali, jangankan cuma neraka dunia, biarpun neraka di akhirat juga berani kuhadapi, maka engkau salah besar jika kau kira aku dapat kau takut-takuti?

Yu-leng-kiongcu tersenyum hambar, katanya, Kuharap engkau takkan ketakutan, aku pun tidak bermaksud menakutimu, tapi ingin kukatakan padamu, neraka dunia sesungguhnya jauh lebih indah daripada neraka di akhirat.

Lebih indah? Tokko Siang menegas dengan tertawa.

Betul, jauh lebih indah, makanya sangat sayang engkau tidak dapat melihatnya, kata Yu- leng-kiongcu.

Hehe, sayang Ya, sayang di neraka tidak ada cahaya lampu, mata telanjang manusia

setiba di sini akan berubah serupa orang buta, demi untuk menambal kerugian kalian, biarlah kulukiskan keadaan ini kepada kalian. Sementara itu bau harum yang memabukkan tadi sudah berubah menjadi semacam bau busuk mayat dan bau anyir darah yang membuat orang bisa tumpah.

Suara lembut Yu-leng-kiongcu tadi juga berubah menjadi melengking tajam, singkat melayang-layang serupa bukan suara manusia lagi.

Dua macam suara yang sama sekali berbeda ini ternyata keluar dari mulut seorang yang sama, hal ini sungguh sukar untuk dipercaya. Bahkan suaranya tidak jelas datang dari arah mana lagi.

Terdengar Yu-leng-kiongcu berkata lagi, Apabila kalian dapat melihat, tentu kalian akan merasakan bahwa tempat di mana kalian berdiri sekarang boleh dikatakan tempat yang paling indah di dunia. Permukaan bumi yang halus licin itu tampaknya serupa kemala, lukisan yang indah itu bahkan boleh dikatakan karya seni yang tidak ada bandingannya.

Ia tertawa, lalu menambahkan, Tapi apakah kalian tahu tanah di tempat ini terbuat dari apa?

Namanya tanah, masakah terbuat dari sesuatu? Huh, persetan! jengek Tokko Siang. Suara tertawa Yu-leng-kiongcu berubah serupa tangisan kera di malam dingin, suara tangis kera yang serupa tangis setan itu membuat siapa pun mengirik.

Terdengar lagi suara Yu-leng-kiongcu, Supaya kalian tahu, tempat ini terbuat dari tulang manusia yang dirangkai menjadi satu. Tulang manusia sekerat demi sekerat, ada tulang lelaki dan ada tulang perempuan. Ada tulang orang tua, juga ada tulang anak kecil, ada tulang tengkorak, ada tulang iga dan sebagainya ....

Ia tertawa terkekeh, Bisa jadi kalian sekarang berdiri di atas tulang tengkorak, mungkin itulah tulang tengkorak seorang gadis jelita ....

Kaki Tokko Siang tanpa terasa mengejang.

Mendadak Yu-leng-kiongcu berkata pula, Dan apakah kalian? Itulah sebuah lukisan

bersulam, yang tersulam adalah gunung yang hijau, awan yang putih, dan air yang hijau.

Hm, apakah ini pun buah tangan si Jarum Sakti Toh Jit-nio? jengek Tokko Siang.

Betul, kata Yu-leng-kiongcu dengan tertawa. Ini memang buah tangan Toh Jit-nio, boleh dikatakan karyanya yang paling indah, tapi apakah kau tahu disulamnya dengan apa?

Kembali suara tertawanya berubah lagi, tertawa menyeringai, katanya pula, Semua ini disulamnya dengan tulang sebagai jarum dan sebagai benang, disulam di atas kulit manusia, kulit manusia yang utuh sehingga licin serupa sutra, mestinya kulit seorang gadis lembut dan jelita, sejelita Cu Jit-jit. Aku yang membeset kulitnya, sebab dia tidak menurut kepada perkataanku.

Haha, apakah sengaja hendak kau takuti diriku? Huh, memangnya kau sangka aku tidak pernah membeset kulit dan membetot urat orang? teriak Tokko Siang dengan terbahak- bahak.

Tentu saja pernah kau lakukan, sahut Yu-leng-kiongcu. Tapi apakah kau tahu dengan cara bagaimana supaya dapat menguliti secara utuh kulit seorang? Banyak sekali caranya, apakah kau ingin mencobanya? jawab Tokko Siang.

Meski banyak caranya tapi bila ingin membuat kulit ini utuh tanpa cacat setitik pun, hal ini pun semacam seni dan mungkin engkau tidak paham, ujar Yu-leng-kiongcu dengan tertawa.

Memang aku hanya paham menguliti dan tidak tahu seni segala, jengek Tokko Siang.

Dan apakah perlu kuceritakan?

Huh, persetan kau mau cerita atau tidak?

Ini, dengarkan, tutur Yu-leng-kiongcu. Lebih dulu kutanam sebagian besar tubuhnya di tanah, habis itu akan kusayat satu celah di atas kepalanya, lalu kutuangkan air raksa ke dalamnya. Dengan demikian tubuhnya akan mulai menjumbul ke atas. Lantaran tubuhnya terimpit oleh tanah, dengan sendirinya badannya mengelupas dan tersembul keluar telanjang tanpa kulit lagi ....

Tutup mulut! bentak Tokko Siang dengan suara agak gemetar.

Haha, engkau tidak mau mendengarkan? Kau takut? tanya Yuleng-kiongcu dengan tertawa.

Kau kau setan iblis, kau bukan manusia, teriak Tokko Siang.

Yu-leng-kiongcu tertawa nyaring, Kan sudah kukatakan aku bukan manusia, kulupa memberitahukan pula padamu, langkah terakhir dari karya seni ini adalah menuangkan sebaskom air mendidih ke atas tubuh telanjang tanpa kulit itu.

Tokko Siang meraung murka serupa air mendidih mendadak tertuang di atas tubuhnya, Biar kuadu jiwa denganmu ....

Berhenti, jangan bergerak, bentak Yu-leng-kiongcu mendadak. Memangnya kau tahu apa yang terletak di depanmu?

Bentakan ini serupa pisau belati yang mengancam di depan dadanya, seketika Tokko Siang lantas menghentikan langkahnya.

Dengan suara lembut Yu-leng-kiongcu berkata pula, Nah, supaya kau tahu, di depanmu justru ada sebuah kolam, tapi bukan kolam teratai sebagaimana pernah kau lihat dengan daun dan bunga teratai yang mengapung di permukaan kolam serta direnangi oleh angsa putih dan sebagainya, kolam ini jauh lebih menarik daripada kolam yang pernah kau

lihat ....

Ia tertawa terkekeh, lalu menyambung, Inilah kolam darah, di dalam kolam tidak ada air tapi darah melulu, tidak ada daun dan bunga teratai, tidak ada angsa segala, yang terapung di kolam ini hanya hati manusia, jantung dan paru-paru manusia, mungkin juga ada biji mata yang baru dicungkil dan hidung atau lidah yang baru dipotong.

Ia merandek sejenak, lalu melanjutkan, Maka bila sampai kau jatuh ke dalam kolam, tentu rasanya sukar dibayangkan. Nah, apakah engkau tetap hendak melangkah lagi ke depan?

Suaranya berubah tidak menentu sehingga sukar dibedakan apakah keterangannya benar atau cuma gertakan belaka. Tokko Siang menjadi ragu sehingga tidak berani sembarangan bergerak.

Mendadak Sim Long yang sejak tadi diam saja bergelak tertawa. Apa yang kau tertawakan, Sim Long? jengek Yu-leng-kiongcu.

Engkau sungguh seorang pintar, aku merasa kagum padamu, kata Sim Long. Oo?! melenggong juga Yu-leng-kiongcu. Kutahu di dunia persilatan ada sementara orang yang suka berlagak setan dan menyamar seperti malaikat, untuk menakuti orang dia tidak segan menggunakan berbagai akal licik dan membikin suatu tempat sedemikian seram, bahkan memberinya nama yang mengerikan seperti neraka dunia segala.

Hihi, apa lagi? tanya Yu-leng-kiongcu dengan tertawa.

Tapi engkau berbeda dengan mereka, kata Sim Long. Engkau jauh lebih pintar daripada mereka. Cukup dengan beberapa patah katamu saja sudah jauh lebih menakutkan daripada tempat yang dibangun dengan memakan biaya dan tenaga yang sukar dinilai. Memangnya kau kira apa yang kukatakan tidak benar? tanya Yuleng-kiongcu dengan terkekeh.

Benar atau tidak bukan soal bagiku, kata Sim Long. Tentunya kau tahu, orang semacam kami ini tidak mungkin ditakuti. Jika kau inginkan kematian kami masih diperlukan keahlian lain.

Yu-leng-kiongcu menghela napas, Aku hanya dapat menakuti orang dan tidak ada keahlian lain.

Belum lenyap suaranya, mendadak dari berbagai penjuru bergema suara mendenging tajam menyambar ke arah berdiri Sim Long dan Tokko Siang.

Dari suaranya dapat diketahui bukan sebangsa anak panah melainkan jenis senjata rahasia yang sangat lembut dan keji, biarpun dalam keadaan biasa pun sukar dihindari, apalagi dalam kegelapan yang tidak diketahui tempat macam apa sehingga tidak berani sembarangan bergerak.

Suara mendesing itu terus berlangsung hingga sekian lamanya dan Sim Long serta Tokko Siang juga tidak terdengar melakukan sesuatu gerakan. Jangan-jangan mereka sudah binasa?

Sampai lama baru terdengar suara Yu-leng-kiongcu memanggil, Sim Long Sim

Long! ....

Dalam kegelapan tidak ada suara jawaban.

Sekian lama lagi baru terdengar suara seorang perempuan lain berucap, Akhirnya bencana ini dapat ditumpas juga.

Mungkin tidak, kata Yu-leng-kiongcu.

Mereka pasti tidak dapat menghindar, apalagi, sama sekali tidak terdengar sesuatu suara mereka.

Betul, tidak ada suara gerakan apa pun, tapi juga tidak ada suara teriakan.

Orang semacam mereka biarpun mati juga takkan berteriak.

Dapat juga Yu-leng-kiongcu menghela napas, rasanya seperti timbul dari lubuk hatinya yang dalam.

Apa boleh menyalakan lampu sekarang? tanya suara orang perempuan tadi. Tunggu sebentar lagi ....

Dalam kegelapan tidak terdengar suara apa pun, juga tidak terdengar suara napas Sim Long dan Tokko Siang, padahal bila manusia tidak bernapas kan berarti sudah mati. Sim Long, apakah benar engkau mati? ucap Yu-leng-kiongcu perlahan. Ini pun bukan

salahku, tapi salahmu sendiri. Tapi meski engkau mati juga jauh lebih enak daripada yang masih hidup.

Mendadak berkumandang suara Ong Ling-hoa dari kejauhan, Tapi aku justru ingin hidup saja.

Engkau masih hidup sebab aku belum menghendaki kematianmu, kata Yu-leng-kiongcu. Tentu kutahu, ujar Ong Ling-hoa tertawa, kalau tidak masakah ibuku mengirim dirimu pulang ke sini dan menyerahkan orang bencong itu kepadamu.

Ibumu memang orang pintar, kata Yu-leng-kiongcu.

Dan mulutku juga cukup rapat, ujar Ling-hoa. Urusan yang menyangkut Kiongcu tidak pernah kukatakan satu kata pun. Meski sampai sekarang baru kutahu nona ialah Yu-leng- kiongcu, tapi soal nona seorang yang luar biasa sebenarnya sudah lama kuketahui, juga sudah lama kutahu nona adalah ....

Tutup mulut, jengek Yu-leng-kiongcu. Jika mulutmu tidak rapat, memangnya saat ini dapat kau hidup?

Ong Ling-hoa mengiakan.

Setelah kubunuh Sim Long, entah bagaimana reaksi ibumu nanti? tanya Yu-leng-kiongcu. Bahwa nona dapat turun tangan membinasakan Sim Long, tentu saja ibuku sangat kagum padamu.

Hm, kecuali diriku sendiri, siapa pun dapat kubunuh, jengek Yuleng.

Sudah lama ibuku mengetahui bakat nona yang luar biasa, kecuali nona, siapa pula yang mau menerima penderitaan semacam itu dan siapa pula yang mampu berpura-pura sedemikian rupa?

Yu-leng-kiongcu mendengus.

Makanya ibu ingin bekerja sama denganmu setulus hati, kata Linghoa pula. Pertama ingin menumpas Koay-lok-ong itu. Kedua, ingin membagi dunia bersama nona.

Kupergi ke Tionggoan sebagian besar juga karena ingin mencari ibumu, tutur Yu-leng- kiongcu. Sejak kecil sudah timbul keinginanku untuk melihat orang cantik macam apakah ibumu sehingga dapat membuat dia meninggalkan ibuku.

Urusan masa lampau, untuk apa nona mengungkitnya lagi, ujar Ling-hoa. Yang jelas, ibumu dan ibuku sama-sama orang yang ditinggalkan oleh dia, dan antara kita sebenarnya

....

Tutup mulut! bentak Yu-leng-kiongcu. Ya, sekarang ....

Jika tidak kubunuh dirimu, apa pula yang akan kau katakan? Apakah sekarang nona sudi memberikan setitik cahaya terang agar aku dapat maju ke sana, biar kulihat bagaimana bentuk Sim Long sesudah mati.

Yu-leng-kiongcu terdiam hingga lama, akhirnya berkata perlahan, Nyalakan lampu! Seperti keajaiban dalam mimpi saja, setelah lampu menyala, suasana yang mencekam dan kegelapan yang seram seketika lenyap. Tempat ini bukan kamar anak perawan, juga bukan neraka dunia segala. Di sini tidak ada meja rias, lukisan indah dan tulang tengkorak serta kolam darah segala. Tempat ini tidak lain cuma sebuah gua karang yang gelap dengan batu padas yang keras.

Sedangkan Sim Long dan Tokko Siang, mereka pun tidak mati, mereka tetap berdiri di situ dengan segar bugar.

Sim Long tampak berdiri tidak bergerak dengan wajah tetap mengulum senyum yang khas itu, bahkan senyumnya terasa menggemaskan hati.

Dia berdiri dengan mengadu punggung dengan Tokko Siang, baju mereka sudah ditanggalkan dan dibentangkan dengan kedua tangan sehingga berwujud serupa layar menggembung dan mereka justru bersembunyi di balik layar.

Baju yang basah kuyup dan dikembangkan dengan tenaga dalam mereka, tentu saja senjata rahasia yang lembut itu tidak dapat menembusnya.

Seketika pucat pasi wajah Ong Ling-hoa yang berdiri di kejauhan sana. Bayangan serupa badan halus di tempat kelam sana juga timbul kegemparan.

Hahahaha! Sim Long terbahak. Betapa pun pintarnya seorang sekali tempo pasti juga akan salah hitung. Bualan nona tadi hampir saja membuat sukmaku terbang ke awang- awang saking takutnya, tentu tujuan nona kemudian akan membinasakan kami, tak kau duga ketika engkau mengoceh tadi kami lantas membuat benteng pertahanan ini sehingga

....

Sim Long, engkau sungguh setan dan bukan manusia, teriak Yuleng-kiongcu dengan geram.

Tapi aku hanya ingin menjadi manusia dan tidak mau menjadi setan, Sim Long lantas berpaling ke arah Ong Ling-hoa, katanya, Untuk ini kukira Ong-heng mempunyai pikiran serupa diriku.

Ong Ling-hoa hanya berdehem saja tanpa menanggapi.

Wahai Ong Ling-hoa, kata Sim Long pula, apa pun juga seharusnya tidak boleh membeberkan rahasia kalian sendiri sebelum tahu pasti apakah aku sudah mati atau belum.

Ah, semua itu kan juga bukan rahasia lagi, ujar Ong Ling-hoa.

Betul, sebelum ini memang sudah kuketahui Ong-hujin pasti mempunyai maksud tujuan tertentu dengan melepaskan Pek Fifi, juga sudah kuketahui cara Pek-Fifi membunuh si bencong itu bukanlah tanpa sengaja, semua ini memang bukan rahasia lagi. Tapi baru sekarang dapat kutahu dengan pasti bahwa antara Ong-heng

dengan nona Pek adalah saudara seayah lain ibu, inilah yang merupakan rahasia besar bagiku.

Apa katamu? sedapatnya Ong Ling-hoa berlagak bodoh.

Demi mendapatkan kitab pusaka Yu-leng-pit-kip itu, Koay-lok-ong telah berhasil menipu ibu Pek Fifi, tapi demi Ong-hujin, dia meninggalkan ibu Fifi. Kemudian, supaya rahasia pertarungan Wisan tidak terbongkar, dia meninggalkan pula Ong-hujin, dengan dua kali meninggalkan dua orang perempuan akibatnya juga meninggalkan seorang putra dan seorang putri, yaitu dirimu dan Pek-Fifi.

Bagus, apa pula yang kau ketahui? jengek Ong Ling-hoa. Dapat kuketahui pula bahwa putra-putri Koay-lok-ong ini sama sekali tidak memandangnya sebagai ayah, sebaliknya membencinya sampai merasuk tulang, kalau bisa bahkan ingin membunuhnya.

Hm, jika kau jadi diriku bagaimana tindakanmu? jengek Ong Linghoa.

Inilah urusan kalian, orang lain tidak boleh ikut campur, tapi betapa keji perbuatan kalian boleh dikatakan cocok dengan ayah kalian. Terutama Pek Fifi, sungguh kukagum atas kesabaranmu dan dapat menyamar serapi ini.

Apakah cuma ini saja yang hendak kau katakan? jengek Yu-lengkiongcu sambil melayang keluar dari tempat sembunyinya.

Ong Ling-hoa juga mulai melangkah maju setindak demi setindak.

Sim Long berkata pula, Sebelumnya sudah kuselidiki asal-usul Onghujin dan Ong Ling- hoa, maka engkau lantas menyusup ke Tionggoan dan sengaja menjual diri sebagai budak, tujuanmu agar dapat dibeli oleh Ong Ling-hoa yang mata keranjang itu dan engkau dapat mencari kesempatan untuk melampiaskan dendam ibumu.

Ya, setelah kutahu betapa keji mereka ibu dan anak, kusadar bukan

tandingannya bila kulawan dengan kekerasan, terpaksa harus kukerjai mereka dengan akal, ujar Fifi dengan tenang.

Dan tak kau duga tipu muslihatmu telah dikacau oleh Cu Jit-jit yang bermaksud baik itu, sehingga berbalik membikin susah padamu.

Tapi aku tidak dendam kebodohannya, jengek kuperhitungkan juga, hanya ketika jatuh ke tangan orang banci itulah yang tidak pernah kuperhitungkan.

padanya, aku cuma kasihan karena

Fifi. Namun segala sesuatu sudah

Namun waktu itu engkau berbalik mendapat untung karena bisa berdekatan dengan Ong Ling-hoa, ujar Sim Long. Siapa tahu Cu Jit-jit yang berhati baik itu kembali membawa pergi dirimu, terpaksa engkau berlagak bodoh sebisanya dan ikut pergi bersama dia. Memang betul, coba teruskan, ujar Fifi.

Maka sejak di gua rahasia di puncak gunung itu sengaja kau lepaskan Ong Ling-hoa, lalu berlagak bodoh seperti tidak tahu apaapa, sampai aku pun tertipu. Sungguh lucu juga, aku berbalik menghiburmu agar jangan susah dan jangan cemas.

Mendadak Ong Ling-hoa terbahak-bahak, katanya, Hahaha, aku pun terkejut ketika dia melepaskan diriku waktu itu, sungguh mimpi pun tak terpikir olehku Pek Fifi yang kelihatan lemah dan harus dikasihani ternyata seorang licin begini.

Hm, kebanyakan orang lelaki memang mudah tertipu, ejek Fifi. Sungguh kasihan anak perempuan semacam Cu Jit-jit itu, segala apa dia tidak paham, tapi dia justru sok berlagak jempolan, berlagak serbatahu, makanya juga sering tertipu oleh orang lelaki. Kasihan Cu Jit-jit, kata Sim Long dengan menyesal. Waktu di hotel tempo hari aku malah menyalahkan dia tidak menjaga dirimu, siapa tahu engkau sendiri yang sengaja diculik oleh Kim Put-hoan.

Ya, kalau tidak, tentu aku kan dapat berteriak minta tolong, ujar Fifi.

Dan yang lebih harus dikasihani ialah Kim Bu-bong yang keras kepala itu, kata Sim Long sambil menggeleng kepala. Dia ... dia justru tercedera karena membela dirimu, tentu diam- diam engkau menertawai dia sebagai orang tolol, begitu bukan?

Dalam sekejap ini, mendadak senyumnya yang khas itu lenyap dan matanya yang selalu memancarkan cahaya lembut itu berubah menjadi mencorong terang setajam sembilu.

Tanpa terasa Fifi menunduk, ucapnya sedih, Ya, hal itu pun tidak ... tidak kuduga.

Sim Long juga menghela napas, katanya pula, Maka akhirnya dapatlah engkau mendekati Ong-hujin dan Ong Ling-hoa, tapi waktu itu juga dapat kau rasakan daripada membunuh mereka akan lebih baik lagi kalau memperalat mereka.

Ya, sebab waktu itu dapat kuketahui nasibnya sebenarnya juga serupa dengan ibuku, sesungguhnya dia juga seorang perempuan yang ditinggalkan kekasih.

Apa pun juga engkau telah dapat mendekati Koay-lok-ong dengan memperalat tipu daya mereka, sedangkan Koay-lok-ong yang mata keranjang itu ternyata mau menuruti kehendakmu dan tidak pernah memaksakan sesuatu padamu Sim Long tersenyum getir, lalu menyambung, Dalam hal ini mungkin Koay-lok-ong sendiri pun merasa heran, tak disadarinya bahwa kebaikannya padamu hanya lantaran nalurinya sebagai seorang ayah kandungmu, betapa pun dia seorang gembong iblis dan tidak mengetahui engkau adalah putrinya, tapi dia toh bukan binatang dan naluri kemanusiaannya tetap ada.

Ya, betul, mendadak Fifi pun menghela napas panjang.

Tapi apakah engkau juga mempunyai naluri terhadap seorang ayah? tanya Sim Long. Mendadak Fifi mendongak dan berteriak, Tidak, sedikit pun tidak.

Aku bukan hewan, juga bukan manusia, sudah lama aku bukan manusia lagi. Sejak kusaksikan kematian ibuku yang menderita itu, sejak itu pula aku bersumpah tidak mau menjadi manusia lagi.

Sim Long terdiam sejenak, lalu berkata, Tapi tak tersangka olehmu bahwa aku pun datang kemari.

Dapat kuduga, sebelumnya sudah kuketahui engkau akan datang kemari. Maka sebelumnya juga sudah kau pikirkan tipu daya untuk membohongiku.

Fifi juga terdiam hingga lama, ditatapnya Sim Long dengan sorot matanya yang tajam menembus cadar yang dipakainya, katanya kemudian, Kau kira segala kata-kataku kubohongimu?

Memangnya bu ... bukan begitu?

Pek-Fifi tersenyum pedih, Bukankah engkau sangat memahami hati orang perempuan? Mengapa tak dapat memahami hatiku? Memang kusangka engkau menaruh perhatian kepadaku, tapi ... tapi sampai tadi ....

Kan sudah kukatakan bila seorang perempuan mencintai seorang lelaki dan gagal mendapatkannya, maka baginya terpaksa memusnahkan dia. Apalagi bila engkau mati memang akan jauh lebih enak daripada orang hidup.

Ya, betapa pun tadi engkau juga telah menghela napas bagiku, tapi mendadak Sim

Long perkeras suaranya, tapi selanjutnya jangan kau bilang aku memahami perasaan orang perempuan. Baru sekarang kutahu, bilamana engkau hendak membikin gila seorang lelaki, jalan paling baik adalah membikin dia merasa sangat memahami pikiran orang perempuan.

Mendadak Ling-hoa juga berkata dengan menyesal, Aha, ucapanmu ini mungkin adalah kata-kata yang paling tepat yang kudengar seharian ini. Bilamana ada orang sok tahu pikiran orang perempuan, maka dia pasti akan konyol sendiri.

Hm, bagus! Kalian sama-sama orang lelaki, sekarang kalian berdiri satu garis lagi, bukan? Tapi apakah kau tahu dengan cara bagaimana akan kuhadapi kalian?

Sungguh aku ingin tahu, jawab Sim Long.

Cara menghadapi orang lelaki yang digunakan orang perempuan sering kali adalah cara yang sangat bodoh, tapi cara yang sangat bodoh terkadang juga paling efektif.

Cara yang paling bodoh ....

Cara yang pernah digunakan tapi gagal, jika digunakan lagi cara ini kan terhitung cara yang paling bodoh? di tengah suaranya bayangan Pek Fifi kembali melayang ke sana

lagi.

Air muka Sim Long berubah seketika.

Pek Fifi! bentak Ong Ling-hoa. Jangan kau ....

Tapi pada saat itu juga cahaya lampu mendadak padam pula, keadaan menjadi gelap gulita lagi.

Sudah kulihat jelas jalan mundur, ayo lekas mundur! seru Sim Long dengan suara tertahan.

Selagi dia bergerak, tiba-tiba dari kegelapan berkumandang suara Pek Fifi, Kalian tidak dapat mundur lagi!

Segera terdengar suara gemuruh yang bergetar disertai berhamburnya batu pasir, biarpun cepat gerak mundur Sim Long, tidak urung tubuh sakit pedas juga.

Celaka, budak ini ternyata sudah siapkan langkah ini dan memotong jalan mundur kita, kata Tokko Siang sambil mengentak kaki.

Pek Fifi, masa cara begini kau perlakukan diriku? bentak Ong Linghoa. Oo, kenapa tidak boleh? jawab Fifi.

Bukankah sudah kau nyatakan tadi ....

Meski tadi kubilang takkan membunuhmu, tapi sekarang pikiranku telah berubah, engkau tentu tahu, hati orang perempuan paling gampang berubah ....

Jika aku kau bunuh, cara bagaimana engkau akan bertanggung jawab terhadap Hujin? tanya Ling-hoa. Dari mana dia tahu siapa yang membunuhmu? Dia kan tidak menugaskan kau menjadi pengawalku. Jika kau mati, mana dapat aku yang disalahkan. Hah, cara bicaramu seperti anak kecil saja.

Tapi ... tapi jangan kau lupa, aku dan engkau adalah ....

Belum lanjut ucapan Ling-hoa, mendadak sebuah tangan telah menariknya ke sana, lalu terdengar suara Sim Long membisiknya, Tempelkan tubuhmu di dinding dan jangan bersuara, belum lagi kuingin kau mati di sini.

Budak hina dina ini maki Ling-hoa dengan geregetan. Dengan sendirinya ia bukan

orang bodoh, ia pun tahu bila bersuara tentu akan dijadikan sasaran maut oleh musuh.

Karena itu segera ia tutup mulut.

Terdengar suara Pek Fifi berkumandang dari kejauhan, Sim Long, jangan kau sesalkan diriku, mestinya aku takkan membunuhmu, namun apa nyana dikatakan lagi, engkau sudah tahu terlalu banyak. Bilamana seorang tahu terlalu banyak pasti juga takkan hidup lama. 

Ia tertawa nyaring, lalu menyambung, Mengenai Tokko Siang, dia tidak lebih hanya teman kuburmu saja.

Suaranya lantas berhenti, habis itu tidak terdengar sesuatu suara pula.

Sim Long, Tokko Siang, dan Ong Ling-hoa bertiga berdiri dengan punggung menempel gua yang dingin, sampai bernapas pun tak berani terlalu keras.

Meski mulut ketiga orang tidak berbicara, tapi dalam hati sama membatin, Pek Fifi mungkin adalah perempuan paling menakutkan di dunia ini.

Dengan sendirinya ada anak perempuan lain lagi yang jauh lebih keji daripada dia, tapi siapa pula yang lebih lembut dan ramah daripada dia? Dia boleh dikatakan adalah racun buatan bunga dan madu.

Begitulah Sim Long terus merambat dalam kegelapan menyusur dinding gua, dapat dicapainya arah keluar yang telah diincar tadi. Tapi tempat keluar ini sekarang ternyata sudah disumbat oleh sepotong batu besar. Nyata segala sesuatu telah diatur dengan sangat rapi oleh Pek Fifi.

Sim Long menghela napas dan merambat mundur kembali, sekonyong-konyong sepasang tangan terjulur tiba dan merabai tangannya, lalu menulis satu huruf Sim di tengah telapak tangannya.

Sim Long mengetuk perlahan punggung tangan orang sebagai jawaban. Lalu tangan itu menulis pula huruf Tok.

Kembali Sim Long mengetuk punggung orang dan menulis huruf, Ada apa? Dengan perlahan tangan itu menulis pula, Kau kira cara bagaimana dia akan memperlakukan kita?

Ia menulis dengan sangat perlahan, dan sangat jelas tulisannya.

Sim Long menghela napas dan balas menulis, Tidak tahu, terpaksa harus tunggu dan lihat dulu.

Sejenak tangan itu berhenti, lalu menulis lagi, Harus menunggu .... Belum lanjut tulisannya, sekonyong-konyong tangan Sim Long dicengkeramnya dan tangan lain lantas menebas tenggorokan Sim Long.

Perubahan ini sungguh teramat cepat dan terlalu mendadak, siapa pun tidak menyangka Tokko Siang akan menyergap Sim Long. Dalam kegelapan Sim Long sama sekali tidak siap, jika Sim Long terbunuh begitu saja kan penasaran.

Tapi Sim Long tetap Sim Long, justru pada detik terakhir, tangan yang tercengkeram sempat memberosot lepas, berbareng telapak tangan membalik terus balas memotong pergelangan tangan lawan.

Tangan yang lain seakan-akan juga sudah siap dalam kegelapan, begitu lawan bergerak, secepat kilat ia mendahului menutuk beberapa Hiat-to kelumpuhan orang.

Rupanya orang itu yakin sergapannya pasti akan berhasil, betapa pun tak terpikir olehnya Sim Long sudah siap siaga, ia ingin orang lain tertangkap, tak tahunya ia sendiri yang terjebak malah. Seketika setengah badannya kaku.

Sim Long menyeretnya lebih dekat, lalu membisiki telinganya, Ong Ling-hoa, memang sudah kuketahui akan dirimu, jangan coba main gila padaku.

Bergetar tubuh orang itu seperti ingin tanya dari mana Sim Long tahu.

Agaknya Sim Long dapat meraba perasaan orang, jengeknya, Jarimu panjang lentik, telapak tanganmu halus, Tokko Siang tidak memiliki tangan semacam ini.

Dalam kegelapan Ong Ling-hoa mengeluh dan mengomel, Sim Long sungguh bukan manusia melainkan setan, segala apa pun sukar mengelabuinya.

Kau kira setelah membunuhku engkau akan diampuni Pek Fifi? kata Sim Long. Meski Ong Ling-hoa tidak ingin mengangguk tapi juga tidak boleh tidak mengangguk.

Kau orang tolol yang kejam, biarpun kau bunuhku juga dia takkan melepaskanmu. Padahal dalam keadaan demikian bila kita bertiga mau bahu-membahu mungkin masih dapat kabur. Sebaliknya jika kau main gila lagi tentu akan mati konyol semuanya.

Pada saat itulah mendadak terdengar suara plak-pluk dua kali, menyusul lantas bergema suara gemuruh yang sangat keras. Di tengah suara gemuruh baru Tokko Siang berani bicara, katanya, Tampaknya dia telah menyumbat lagi jalan keluar yang lain.

Hah, tipu ini namanya menangkap kura-kura di dalam tempurung, ujar Sim Long tertawa. Suara gemuruh tadi mulai lenyap, terpaksa mereka tutup mulut lagi.

Tiba-tiba dalam kegelapan seperti ada suara keresak-keresek. Seketika Tokko Siang mengirik. Perlahan ia menulis dengan jarinya di pundak Sim Long: Di depan ada orang, jangan-jangan mereka akan mulai turun tangan!

Sim Long cepat menjawab dengan menulis: Kutahu, biar kubekuk dia lebih dulu.

Segera ia menggeser ke sana dengan licin tanpa menimbulkan suara. Tapi pada saat itu juga sesosok tubuh juga sedang menubruk, tapi secara naluri keduanya sama terkejut. Kontan sebelah tangan Sim Long menghantam. Namun pihak lawan juga tokoh kelas tinggi, berbareng dia juga menghantam dengan kuat dan tidak kalah cepatnya.

Terkejut juga Sim Long bahwa di sini ternyata ada jago selihai ini. Sekaligus ia pun melancarkan serangan beberapa kali, akan tetapi betapa dia menyerang juga tidak dapat mengenai lawan, sungguh lawan tangguh yang jarang ditemui Sim Long, entah siapakah orang ini?

Tokko Siang dan Ong Ling-hoa tidak meragukan kehebatan kungfu Sim Long, keduanya sama tahu tidak perlu memberi bantuan. Apalagi bertempur dalam kegelapan juga sukar untuk memberi bantuan, bila banyak orang bisa jadi akan kacau dan keliru serang malah.

Terdengar angin pukulan kedua orang menderu-deru dan sangat mengejutkan. Padahal mereka tahu ilmu silat Sim Long tidak mengutamakan kekerasan, jika demikian angin pukulan ini jelas timbul dari daya pukulan lawan. Menurut perkiraan Tokko Siang dan Ong Ling-hoa, ilmu silat orang pasti tidak di bawah mereka.

Padahal di dunia Kangouw zaman ini, sangat terbatas orang yang mampu bergebrak sama kuatnya dengan Sim Long.

Tiba-tiba Sim Long melancarkan suatu pukulan untuk mematahkan serangan lawan, habis itu mendadak ia meloncat ke atas sambil membentak, Apakah Miau-ji di situ?

Pihak lawan lagi terkejut ketika mendadak melihat Sim Long melompat ke atas, dia lagi bimbang cara bagaimana akan mematahkan serangan berikutnya, tapi ia pun terkejut demi mendengar teriakan Sim Long itu, cepat ia menjawab, Hei, apakah Sim Long?!

Sim Long menghela napas, katanya lirih sambil melayang turun, Untung mendadak terpikir olehku di dunia ini selain Him Miau-ji jarang yang memiliki tenaga pukulan sekuat ini. Wah, bisa ditertawai orang bila antara kita saling labrak mati-matian.

Dia sudah memperhitungkan saat ini Pek Fifi tidak berani bertindak sesuatu, maka dia berani bicara dengan suara keras. Rupanya maksud tujuan Pek Fifi memang ingin membuat mereka saling labrak.

Wah sialan, seharusnya sejak tadi kupikirkan kecuali Sim Long siapa pula yang mampu mendesak hingga aku kelabakan sedemikian rupa? ujar Miau-ji dengan gegetun.

Bahwa yang muncul ini ialah Him Miau-ji, hal ini membuat Ong Linghoa dan Tokko Siang sama melengak.

Terdengar Miau-ji berkata pula, Mengapa kau pun datang ke tempat setan ini?

Bukan saja aku datang, Tokko-heng dan Ong-kongcu juga berada di sini, kata Sim Long. Hah, tentu akan ramai sekali, ujar Miau-ji.

Meski kedua orang tetap tidak dapat melihat jelas pihak lain, tapi dari suara yang terdengar sudah menimbulkan rasa persahabatan yang hangat.

Sim Long menarik tangan Miau-ji dan diajak mundur ke tepi dinding, katanya dengan tertawa, Engkau tetap tidak berubah, tampaknya siksa derita apa pun takkan membuatmu berubah, siksaan apa pun tidak kau hiraukan. Engkau sendiri adalah lelaki baja, aku sendiri kucing baja, ucap Miau-ji dengan terbahak. Ssst, mengapa kau bicara sekeras ini, desis Tokko Siang dengan khawatir.

Sementara ini tidak menjadi soal, ujar Sim Long. Jika Pek Fifi telah mengantarnya ke sini, kuyakin dia pasti telah mengatur akal keji dan takkan menyerang lagi dengan senjata rahasia. Kalau tidak, kan di sana dia dapat membunuh Miau-ji dengan leluasa?

Ya, betul, kata Tokko Siang setelah berpikir. Memang banyak cara permainannya, untuk apa dia menggunakan senjata rahasia lagi. Apalagi dia juga tahu, hanya senjata rahasia saja masakah dapat melukai kita.

Dia sengaja bicara dengan suara keras supaya didengar oleh Pek Fifi, sama halnya sengaja berkata kepada Fifi bahwa senjata rahasia tidak ada gunanya lagi dan jangan dipakai pula.

Padahal jika benar dia tidak takut dihujani senjata rahasia kenapa bicara demikian. Syukur Fifi tidak mendengar ucapannya, kalau mendengar mustahil tak dapat meraba perasaannya dan tentu akan menghujaninya senjata rahasia.

Lantas di manakah Pek Fifi? Apakah sudah pergi? Memangnya pergi ke mana? Apa artinya dia meninggalkan orang-orang ini di sini?

Akhirnya Ong Ling-hoa tidak tahan, segera ia tanya, Mengapa engkau dapat datang ke sini?

Mestinya aku pun tidak tahu mengapa dia mengantarku ke sini, bahkan membuka Hiat-to serta membuka kerudung yang membungkus kepalaku, tutur si Kucing. Kupikir dia pasti tidak bermaksud baik, maka aku tidak berani sembarangan bergerak, selagi kucari akal, tak terduga pada saat itulah Sim Long lantas muncul.

Mendadak ia mendengus, Ong Ling-hoa, keteranganku ini bukan menjawab pertanyaanmu, tapi kukatakan kepada Sim Long.

Aku tidak urus kau bicara kepada siapa, yang jelas kan sudah kudengar juga, jawab Ling- hoa.

Mereka tidak tahu bahwa kecuali mereka berempat ada juga orang kelima yang ikut mendengarkan, orang kelima ini sudah sejak tadi bersembunyi dalam kegelapan dengan menahan napas.

Maka Sim Long berkata pula dengan menyesal, Maksud tujuan perbuatan Pek Fifi itu dengan sendirinya ingin kita saling membunuh dalam kegelapan, selain ini dia pasti juga ada tujuan lain.

Tengah bicara, orang kelima dalam kegelapan itu sudah merayap ke arahnya, dalam keadaan dan saat demikian tentu saja tidak terpikir dan diperhatikan oleh siapa pun.

Dengan gemas Miau-ji lagi berkata, Yu-leng-kiongcu sungguh seorang perempuan yang kejam dan mahir menggunakan obat bius, aku sampai terbius roboh juga. Hah, dia dan Ong Ling-hoa boleh dikatakan satu pasangan yang setimpal.

Apakah kau lihat wajah aslinya? tanya Sim Long. Sesudah roboh terbius, kepalaku ditutup dengan kerudung kain hitam, mulutku juga tersumbat, aku cuma mendengar orang menyebutnya Yu-leng-kiongcu, tutur Miau-ji. Apabila sampai dapat kulihat dia, saat itulah merupakan saat ajalnya.

Apakah kau tahu siapa dia? tanya Sim Long pula. Aku justru ingin tahu siapa dia.

Sim Long menghela napas, tuturnya, Tentu tidak pernah kau bayangkan bahwa Yu-leng- kiongcu itu ialah Pek Fifi.

Sekali ini Miau-ji dibikin berjingkat, serunya, Apa katamu? Yu-lengkiongcu sama dengan Pek Fifi? Apa betul?

Semula aku pun tidak percaya, tapi ....

Tapi Pek Fifi yang kelihatan lemah lembut, seekor semut saja tidak tega menginjaknya, mengapa dia bisa bertindak sekejam ini? tukas Miau-ji.

Hati orang perempuan umumnya memang sukar diraba, Pek Fifi justru orang perempuan yang paling sukar dimengerti, betapa jauh jalan pikirannya sungguh belum pernah kutemukan bandingannya.

Pada saat itulah mendadak suara seorang perempuan tertawa ngekek dan berkata, Terima kasih atas pujianmu, Sim Long, biarlah kuberi kematian secara cepat kepadamu.

Suara tertawanya sungguh membuat orang merinding. Di tengah suara tertawa seram itu segera Sim Long merasakan sambaran angin pukulan mengarah Thian-cong-hiat di belakang pundaknya. Cepat ia membalik dan mengayun tangannya, menangkis sekaligus balas memukul.

Tapi gerak serangan Yu-leng-kiongcu alias Pek Fifi ini memang cepat luar biasa, kembali ia melancarkan serangan berantai dan selalu mengincar Hiat-to maut di tubuh Sim Long.

Berikan dia kepadaku, Sim Long! seru Miau-ji.

Namun Sim Long diam saja dan tetap melayani serangan orang.

Jika dia bukan orang perempuan, sungguh ingin kubantu padamu, kata Miau-ji pula. Sim Long tidak perlu bantuanmu, kata Tokko Siang.

He, ternyata kau pun tahu Sim Long, bagus sekali, seru Miau-ji dengan tertawa. Biarpun hatinya keji, ilmu silatnya masih selisih jauh dibandingkan Sim Long, ujar Tokko Siang.

Memang betul, seru Miau-ji tertawa.

Tiba-tiba terdengar suara plak sekali, menyusul Yu-leng-kiongcu menjerit kaget. Apakah berhasil? tanya Tokko Siang dengan senang.

Terdengar Sim Long mendengus.

Tapi segera terdengar Yu-leng-kiongcu tertawa terkekeh dan berkata, Sim Long, berani kau bunuh diriku?

Aku tidak berani, jawab Sim Long perlahan.

Mendadak Yu-leng-kiongcu berteriak, Jika engkau tidak berani membunuhku berarti engkau ini pengecut, manusia hina! Sim Long lantas menghela napas panjang, katanya, Sudah jelas aku tidak dapat ditipu, mengapa selalu ada orang ingin menipuku?

Tokko Siang dan Him Miau-ji sama melengak, Menipumu? Masakah dia bukan Yu-leng- kiongcu? Dengan sendirinya bukan, sela Ong Ling-hoa mendadak. Habis sia ... siapa dia? tanya Miau-ji.

Dia ....

Belum lanjut ucapan Ong Ling-hoa, mendadak suara tadi berkumandang lagi, Siapa bilang aku bukan Yu-leng-kiongcu? Siapa bilang Sim Long, jika tidak kau bunuh diriku tentu

engkau akan menyesal selama hidup, pasti akan kubikin engkau menyesal selama hidup.

Sim Long menghela napas, katanya, Cu Jit-jit, mengapa selalu kau minta kubunuh dirimu? Dalam kegelapan terdengar orang menjerit dengan gemetar, Apa apa katamu?

Dengan pedih Sim Long berkata, Memangnya kau kira aku tidak tahu? Padahal seharusnya kau pikirkan sebelumnya, jika benar Yuleng-kiongcu hendak menyergap diriku, mana bisa dia bersuara lebih dulu.

Ah, betul, seharusnya kupikirkan juga hal ini, ucap Tokko Siang. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar