Kisah Bangsa Petualang Jilid 26

 
Jilid 26

„Jikalau aku pemberontak, apakah kau si menteri setia ?” tanyanya mengejek; „Hm ! Apakah kau kira aku tidak tahu tentang dirimu ? Lupakah kau bahwa dahulu-hari kau bertindak seperti membantui Kaisar Tiu membuat kejahatan ? Kaulah seorang Liong Kie siewie akan tetapi kau menjadi kuku garudanya An Lok San ! Sudah kau mencelakai Kiesu Su It Jie sekeluarga, kau juga hendak mencelakai Toan Tayhiap i Sungguh tak tahu malu kau berani mengata kan aku pemberontak ! ‘

Parasnya Oe-bun Thong merah padam. Ia malu sekali. Tapi cuma sebentar, dia tertawa terbahak-bahak.

„Nama pemberontak untukmu diberikan oleh Sri Baginda Raja ! Apakah kau masih hendak mencuci bersih itu ? Bagaimana kati berani menyembur orang dengan darah ? Sayangnya yaitu Sri Baginda Raja tak sudi mempercayai kau !”

Oe-bun Thong memfitnah, atau mencelakai Mo Lek, justeru disebabkan dia kuatir Mo Lek nanti membeber rahasianya itu di-depan raja, maka itu sekarang mendengar pembebeberan si anak muda, ia kat£ di dalam hatinya : ,,Syukur baru sekarang dia membernya! Coba dia membukanya di-depan raja, bukankah aku cclaka ? Taruh-kata raja tidak percaya, dihatinya tentu m e nyelip keragu-raguan. Sekarang dia telah jadi pemberontak, tentulah Oet-tie Pak dan Cin Siang juga tidak bakal berani melindungi d a terleb h jauh ! Sekarang aku mesti lekas-lekas membinasakan dia untuk menutup. mulutnya !’ Oe- bun Thong bangsa jumawa, meski dia tahu Mo Lek lihay dia percaya, dengan menggunai senjata, dia bakal berhasil mengalahkannya. Dia juga menduga, .tentunya raja bakal mengirim orang untuk menyusul dan membantunya.

„Bangsat ini mesti mampus ditanganku!” pikirnya pula.

„Paling baik aku binasakan dia sebelumnya datang bala- bantuan untukku ! Aku mesti mencegah dia nanti ngoceh tidak keruan didepan banyak orang !”

Sampai disitu dengan sama-sama gusarnya dua orang itu sudah lantas mengadu senjata. Mereka telah bicara cukup banyak. Oe-bun Thong bersama-sama Ciu Siang dan Oet-tie Pak yang tersohor sebagai ,.Tayswee Sam Toa Kho-ciu” artinya tiga jago dari dalam istana. Memangnya ilmu silat meieka luar biasa. Dan Oe-bun Thong tersohor buat sepasang poankoanpimya, yang umpama kata jadi seperti lidah-lidah ular berbisa yang menyambar nyambar ke-pelbagai jalan darahnya Mo Lek.

Puteranya mendiang Tiat Kun Lun sebaliknya bersilat dengan Lak-cap-sie Ciu Liong Heng Kiam-hoat yaitu ilmu silat pedang

„Wujud Naga” yang terdiri dari enam puluh empat jurus. Ia membuat pedangnya berputaran dan cahayanya berkilau-kilau. Ia membela diri sambil saban-saban balas menyerang, sebab tak sudi ia dijadikan sasaran poankoanpit.

Diantara dua orang ini, Oe-bun Thong memang lebih unggul dalam pengalaman berkelahi, Mo Lek sebaliknya lebih tangguh tenaga dalamnya, sebab sekarang ia bukan lagi Mo Lek di jaman bocah, semasa ia belum memperoleh pelajaran dari Mo Keng Lojin. Karena itu, mereka jadi bertarung seru sekali.

Setelah banyak jurus, Oe-bun Thong menjadi heran. Bocah yang sepuluh tahun dulu hampir mampus ditangannya, sekarang menjadi seorang muda yang sanggup melayani dia dengan baik sekali.. Dari heran kemudian hatinya menjadi kurang tenteram. Inilah sebab sudah puluhan jurus dia tetap belum bisa menang, diatas angin. Itu berarti bahwa ia pun memperlambat waktu, sedangkan ia ingin mempercepat berakhirnya pertempuran atau lebih tegas : matinya musuh muda ini !

Memang benar, pertempuran mereka itu berlarut-larut. Mo Lek bertahan terus. Orang boleh menjadi salah seorang jago istana tetapi ia tidak takut, ia berhati mantap sekali, Ia pun membenci jago itu yang sudah keterlaluan, berbau pengkhiatat pula. Selagi keduanya bertarung terus maka dari kejauhan terdengar derap kuda yang dicampur dengan bunyi kelenengan nyaring.

Suara itu datangnya dari arah kota dan datangnya pula dengan cepat sekali hirgga lekas juga tiba sudah dia ditempat pertempuran.

Tiba-tiba terdengarlah teriakan Mo Lek bagaikan dia terkejut

: „Cin Toako, Apakah kau heidak mengambil kepalaku?” Memang itulah Cin Siang.

Selolosnya Mo Lek yang disusul Oe-bun Thong, raja sudah lantas memberikan perintahnya untuk mengejar. Yang menda pat tugas ialah Cin Siang bersama Oet-tie Pak. Mereka diharuskan membantui Oe-bun Thong. Mereka itu heran menerima perintah itu, meiekapun kaget. Ketika itu mereka be- lum tahu bahwa Mo Lek sudah diputuskan hukuman mati. Titah raja tidak dapat ditentang. Didalam keadaan seperti itu, mereka juga tidak dapat meminta keterangan lagi. Dengan terpaksa mereka berangkat dengan cepat. Kudanya Cin Siang  dapat lebih lekas dari itu ia yang sampai lerlebih dahulu.

Oe-bun Thong cerdik sekali. Tahu yang datang ialah Cm Siang, ia berseru membentak musuhnya: „Kaulah pemberotak! Bagai mana kau masih berani mengaku saudara dengan Cin Cianj-kun? Cin Ciangkun kenal kau tetapi kimgannya tidak!

Itulah kata-kata yang liehay. Dengan itu seperti juga Cin Siang diberitahukan siapa Mo Lek, ialah seorang buronan yang telah ditentukan dengan hukuman mati. Dengan itu seperti dianjurkan untuk Cin Siang segera turun tangan.

Cin Siang menjadi kaget dan bingung. Ia menjadi serba salah. Kalau mereka berada berdua saja, dapat ia bicara secara pri-padi. Itu pula maksudnya srlagi ia Kabur menyusul. Sekarang ia melihat Oe-bun Thong ada bersama, tidak dapat ia berbuat demmlan. Ia juga tidak dapat bersangsi lama lirtia. Dimata Oe-bun Thong, kesangsian mencurigai dan jelek dipandangannya. itu pula berbahaya untuk kedudukan. Terpaksa ia mesti lekas mengambil keputusan.

“Tiat Ceng aku masih belum ketahui tentang dosamu,” kata ia. ,,karena telah keluar perintah Seri Baginda untuk menawan kau menentang perintah itu supaya janganlah kesalahanmu menjadi bemisun! Jikalau kau merasa penasaran, nanti setelah mengha dap kepada Seri Baginda kau mengajukannya.”

Cin Siang berkata demikia karena ia lantas dapat pikiran untuk nanti bersama sama Oet-tie Pak melindungi sahabat ini dihada-pan raja, atau kalau perlu ia hendak minta bantuannya Tiang Lok Kongcu.

Mo Lek sangat gusar dan penasaran.

,Apakah lagi yang dapat di bantah .terhadap raja?” teriaknya. ,Raja hendak membunuh aku sebab raja mau membalaskan sakit hatinya Yo Kok Tiong dan Yo Kui-Hui!, Cin Toalko, aku tahu kau datang atas perintah raja untuk menangkapku, tak mau aku membikin kau sulit baik akan aku turut kau kembali! Biarlah aku peserah siraja dogol menghukum aku l’

Selagi mereka bicara itu. sempat Mo Lek menyatakan suka mengalah, untuk turut pulang Oe bun Thong masih belum mau menghentikan penyerangannya bahkan dia tetap memperhebat permainan sepasang po-ankoanpitnya. Jangan kata berhenti menyerang, memperlambat saja dia tak sudi. Se bab dia masih ingin dapat merampas jiwanya si anak muda.

Mo Lek tahu maksud orang, ia menjadi sangat murka „Dapat aku membagi muka kepada Cin Toako, tidak dapat aku diperhina kau, jahanam!”akhirnya ia mendamprat. Maka ia balas menyerang dengan tidak kurang hebatnya Cin Siang bingung juga. Ia berteriak : ,Oe-bun Ciang-kun tahun! Tiai Ceng sudah bersedia untuk menerima baik firman!”

Oe-ban Thong menjawab:,,Di mulut dia membilang begitu, pedangnya toh belum diletaki! Itulah bagaikan harimau yang belum dicopoti giginya’ Maka kau tahu bahwa dia tidak bakal menggigit?

Kata katanya Oe bun Thong ini beralasan hanya dia salah menggunaxamya terhadap Mo Lek, seorang laki-laki sejati. Seorang manusia hina mungkin menggunai akal muslihat, yaitu selagi orang berhenti menyerang dan membokong.

Kembali Cin Siang menghadapi kasulitan. Oe bun Thong tidak mempercayai Mo-Lek sedang Mo Lek lagi panas hati dan te lah diserang terus menerus dan da’am cara sangat toaembahayakran jugu. Tapi ia mesti bekerja, pertempuran itu mesti dihentikan Diakhirnya ia mengambil keputusan buat menyelak disama tengah, untuk menghajar terlepas pedangnya Mo Lek.

Begitu ia berpikir bejitu Cin Siang bekerja. Ia tidak dapat main lambat-lambatan.

Dengan demikian Mo Lek jadi kena dikepung berdua. Melayani Oe bun Tbong seorang ia sudah sama, unggul, dari itu, mana dapat ia bertahan dari kepungan itu. Begitulah dengan lekas ia kena terdesak halmana membikin ia bingung hmgga beberapa kali ia membuat lowongan tanpa keinginannya.

Inilah saat yang ditunggu tunggu Oe bun Thong. Tiba-tiba berteriak keras: „Kena! dan ujung senjatanya yang larcip menyambar dada Mo Lek dimana ada jalan darah soan-kie! Bukan cuma Mo Lek yang kaget tetapi juga Cin Siang Dia ini menyerang bukan buat mencelakai, hanya guna melepaskan senjata orang. Dia kaget sebab dia tidak keburu mencegah serangan rekannya itu.

Tepat sekali orang she Cin ini kaget sekali, telinganya mendengar suara berkon-trang nyaring, lantas poarnkoanpitnya Oe-bun Thong tertolak kesamping tidak lagi kearah sasarannya. Berbareng dengan suara beradunya logam itu, orang pun mendengar jatuhnya suara yang seperti kebocah bocahan: ,,Hai Cin Ciangkun! Mereka itu lagi bertempur secara sangat menarik hati untuk ditonton, mengapa kau mengadu-biru menyelak disama tengah menghalang-halangi mereka ? kau tahu, kau telah membuat pertunjukan menjadi hilang sifat menarik hatinya!”

Kata kata itu keluar dari seorang yang sudah lantas lompat keluar dari dalam rimba. Melihat orang itu. Cin Siang terpe ranjat. Orang bertubuh tinggi tak lebih daripada lima kaki, romannya juga luar biasa. Dia memiliki kepala yang besar dan muka kekanat-kanakan. Apa yang mengejutkan dia jastru Biauw Ciu Sin Touw Khong Khong-Jie yang namanya kesohor sekali !

Sambil menahan ruyungnya. Cin Siang menegur: ‘Khong Khong Jie, k«u datang kemari, mau apakah kau ?

Khong Khong Jie tertawa. ‘Cin Ciangkun, tak usah kau menjadi kuatir! ‘ sahutnya. “Walaupun sepasang senjatamu ini terbuat dari emas dan juga harganya mahal, mataku masih belum kehlipan melihatnya. Sekalipun telah bangkit nafsu mencuriku sibangsat. Tidak nanti aku curi itu. Aku datang kemari dengan maksud sengaja untuk menonton orang berkelahi ! Ya, kau telah menanya aku, sekarang aku juga hendak menanya kau ! kau datang kemari mau apakah kau ‘ ,,Aku….aku dating kemari karena aku menerima firman  untuk menangkap …”sahut Cin Siang sambil ia mengawasi Mo Lek. Hendak ia menyebut ..pemberontak,1′ tetapi tak sampai hati ia. Karenanya, ia menjadi tidak dapat meneruskan kata- katanya itu.

,,Kau hendsk menangkap siapa?” Khong khong Jie sebaliknya mendesak, “kau hendak menangkap orang tua ? hendak menangkap anak muda ?, „Inlah urusan kami buat apa kau. men campurinya ?’ bentak Cin Siang, yang ter-deiak.

„Bukan begitu!’ kata Khong Khong Jie ‘Aku paling gemar menonton orang berkelahi ! Makin orang kegilaan berkelahi makin angot juga kegemaran menontonku! Mereka itu berkelahi, biarkanlah mereka berkelahi terus ! Jikalau kau tidak mencampuri urusan mereka, aku juga tidak mau campur tangan ! Sebaliknya, apabila kau mem bantu pihak yang lain ! Satu melawan satu dua melawan dua melawan’ sepasang l Begitu barulah adil! ‘

Bukan main sulitnya Cin Siang. Tertawa dan gusar, tak bisa ia Ia kenal baik Khong^khong Jie, yang ilmu silatnya hhay, yang tabiatnya aneh sekali. Dilam pihak, sebenarnya tak berniat ia menangkap Mo Lek. Maka ia aknirnya pikir: ‘ Baiklan! Inilah suatu a’asan untukku menonton saja supaya adik Tiat mendapat ketikanya untuk lolos. ..”Maka ia menjawab: “Khong Khong Jie ! Dahulu hari kau pernah membantuku, sambil kau membawa pulang adik seperguruanmu, maka itu, melihat budimu itu, suka aku bersahabat dengan kau. Nah, terserahlah kepada kau!”

Khoag Khong Jie tertawa.

,,Orang bilang Cin Ciangkun dapat dijadikan sahabat sekarang aku melihat buktinya!” katanya. ‘Nah, mari, mari turunkan senjatamu, mari kita menonton orang berkelahi!” Munculnya Khong Khong Jie membikin mukanya Oe bun Thong menjadi pucat, hatinya tidak tentram sampai sesudah orang bicara habis, baru ia merasa sedikit lega. Ia boleh tak usah berkuatir-yang orang aneh itu nanti merintangi padanya Justru ia ku-rang tenang hati, justru Mo Les. menyerang padan ya, hingga ia kena terdesak.

Sesudah menonton sekian lama, Khong-Khong Jie mengoceh seorang diri: ”Mo Lek menjadi pelindungnya siraja tua, ini saja sudah menjadi satu hal aneh ! Sekarang sebagai pelindung raja, dia justru bertempur dengan touw ut yang melindungi raja. bah kan si touw-ut yang menjadi “orang atasannya ! Inilah keanehan ditindih keanehan!…. Tiat Mo Lek ! he, Tiat Mo Lek ! kenapakah kau berkelahi dengan pembesar seatasanmu «endiri

?”

Mo Lek tengah bertempur hebat tidak sempat ia menjawab pertanyaan itu,

„He Mo Lek yang kecil! memanggil pula siorang aneh: “Cin Ciangkua suka ber sahabat denganku, apakah kau tak sudi? Oe ngar, Mo Lek, aku menanya kau! ‘

Mo Lek mengumpul tenaganya, dengan pedangnya ia tangkis satu serangan dari Oe bun Thong sampai orang mundur dua tindak. setelah itu dengan rada sungkan ia menjawab: “Siraja linglung mengatakan aku pemberontak! Dan binatang ini mau pinjam kepalaku untuk dia naik pangkat!’ Mendenaer itu, Cin Siang malu sendiri nya, ia jengah sekali, kata ia didalam hati: “Tian Hiantee, apakah kau juga keliru menafsirkan sepakterjangku ini’”

Khong Khong Jie berkata pula dengan keras: “Mo Lek, sebenarnya aku datang kemari buat mencari kau ! Nah, coba kau ter-ka.Aku mencari kau untuk apakah?” Mendengar itu, Mo Lek berkata didalam hatinya: “Khong Khong Jie, sungguh kau tidak tahu salatan ! Disaat penting seperti ini, mana aku mempunyai luang tempo untuk bergurau denganmu? ‘

Karena orang berdiam, Khong Khong Jie tertawa pula.

„Apakah kau tidak dapat menerka?” tanyanya. „Ya, akupun telah menduga tidak nanti kau sanggup membade’ Baik, mari aku beritahu kepadamu! Soalnya yaJah aku ingin bersahabat denganmu! Aku juga hendak me ngantar kepadamu suatu barang yang sukar didapatnya ! Mah, coba kau bade bingkisan itu bingkisan apakah?’

Mo Lek menyahut cepat dan deagan suara keras: “Aku tidak tahu! Aku juga tidak mau terima bingkisanmu! ‘ —

Khong Khong Jie tertawa’bergelak.

„Tentang kau mau terima atau tidak bingkisanku, jangan kau sebut sebut dahulu!” selanya.,, Kau sabarlah menyatakannya! kau tahu bingkisan itu merupakan satu barang yang besar sekali gunanya untukmu ! kau tahu tas dapat tidak, aku mesti menghendaki itu!”

Cin Siang mendengar pembicaraan o-rang, yang tidak ada pentingnya akan tetapi mendengar perkataan Khong Khong Jie yang paling belakang ini.dia menjadi heran, hingga dia menerka-nerka dalam hatinya: “Entah bingkisan apa itu.

..Hayo, bilanglah, supaya Mo Lek tidak usah menduga-duga tidak keruan juntrungaanya! Aku sendiri mendengari kata- katamu ini, aku menjadi bingung dibuatnya!”

Kembali Khong Khong Jie berkata:”Jikalau aku menyebutkan itu, itu pun suatu hal yang aneh ! Mo lek bukankah pembesar seatasanmu sini mengatakan kau pemberontak ? Nah, ini dia anehnya ! Justru sekarang ini ditanganku ada sesampul surat ! Dan surat ini kau tahu, justau surat yang ditulis sendiri oleh ini Oe-bun Ciangkun ! Surat ditulis dan dikirim untuk An Lok San! Didalam surat terang jelas ditulis bahwa Oe bun Ciangkun ini hendak menjadi tukang sambut dari dalam ! Nah, kau bilanglah, so al itu aneh tidak? Sekarang surat ini hendak aku haturkan kepada kau suka terima atau tidak?”

Mendengar perkataan Khong Khong Jie, parasnya Oe bun Thong menjadi pucat sekali, sampai ia seperti kehilangan darahnya. Mendadak ia berkelit, niatnya untuk mengangkat kaki.

Tiat Mo Lek melihat orang berkelit, ia tidak mau mengasi hati, ia berlompat menyusul begitu tubuh lawan mencelat pergi, bahkan ia tirus menusuk kepungan lawan itu.

Oe-bun Thong tidak mau mati konyol, dia memutar tubuhnya untuk menangkis.

Dengan begitu, kembali mereka berdua jadi bergebrak.

Cis Siang dari heran menjadi girang sekali. Ia mau percaya perkataan Khong-Khong Jie bukak kelakar belaka Kalau tidak, tidak nanti Oe-bun Thong mau lantas kabur. Maka ia kata didalam hatinya: “Jikalau benar ada surat itu, pastilah Tian Hi- antee mempunyai bukti yang kuat, jikalau dia kembali dan berbalik mendabwa, bukan saja dia jadi tidak bersalah dan bebas bahkan dia jadi berjasa besar!”

Tanpa merasa hati panglima ini menjadi lega, semangatnya terbangun, hingga ia mau menggeraki ruyungnya guns me nyerbu kedalam gelanggang pertempuran itu Temu saja, kali ini ia hendak membantui Mo Lek guna membekuk perwira yang tengah berselimut itu hingga tidak sembarang orang ketahui bahwa dialah penghianat yang berkongkol dengan pemberontak An lok San. Akan tetapi Khong Khong Jie, yang melihat aksi itu, meluncur tangannya untuk mencegah.

„Cin Ciangkun. apakah kau sudah lupa dengan janji kita barusan?’ tanya siorang aneh “Kau berlaku tenang tenang saja! Mari kita menonton terus perkelahian mereka.

Cin Siang berdiam. Ia mau menduga Khong Khong Jie menyangka ia hendak membantu Oe bun Thong.

Ketika itu. Mo Lek tidak membutuhkan bantuan lagi. Oe-bun Thong sudah kehilangan semangat, tidak dapat dia berkela hi terlebih jauh. Perkataannya Khong Khong Jie membuatnya sangat jeri Celaka kalau benar-benar siorang aneh membeber rahasia nya itu. Iapun dapat menginsafi, dari surra nya itu, terang Khong Khong Jie berpihak kepada Tiat Mo Lek. Dapatkah ia berdiam lebih lama pula disitu ?

Selagi menyerang itu Mo Lek berseru keras, membentak lawannya. Ia juga sudah lantas mengerahkan tenaganya luar biasa sungguh-sungguh, maka pedangnya menyam bar- nyambar dengan pesat dan’cahayanya berkilauan seperti halilintar. Sinar pedangnya itu seperti juga mengurung musuhnya,

Oe-bun Thong bingung, dia melawan se bisa-bisanya. Dia terus berada di dalam ketakutan, ke inginan satu-satunya ialah mengangkat kaki. Karena dia bingung, kacau ilmu silatnya. Matanya pun seperti dikabur kan sinar pedang lawannya itu.

Tiba-tiba ujung pedangnya Mo Lek meluncur kepundak lawan. Ia berhasil, hingga ia membuat sebuah lubang pada sasarannya itu.

Oe-bun Thong kaget dan kesakitan, ke takutannya menjadi- jadi. Di dalam keadaan seperti itu, bukannya dia kalap dan berkelahi mati-matian, mendadak dia menikam lehernya sendiri dengan poankoanpitnya.

Mo Lek melihat itu, dia menyapok tikaman itu sambil ia berseru keras, bukannya meneruskan menusuk lawan hingga mati, ia justru membikin cenjata lawan ter pental terlepas dari cekalan, dia berseru pula : „Pengkhianat, kau hendak membunuh diri ! Tak sedemikian mudah !”

Kata-kata itu disusul de.igan serangan terlebih jauh. Cuma itu bukannya tikaman maut hanya totokan kepada jalan darah orang, untuk menutupnya Tapi ia sengit bukan main, dengan tangan kosong dia me nampar dua kali kepada muka musuh hingga terdengar suara menggelepok keras dan nyaring !

„Bagus ! Bagus!” Khong Khong Jie bersorak-sorak. Dia tertawa terbahak-bahak. Kemudian dia mengeluarkan surat yang dia sebutkan tadi sambil mengangsurkan itu pa da si anak muda, dia kara : „Nah, inilah surat itu ! Inilah bingkisan untuk kau, sebagai mana aku katakan barusan ! Bukankah ini besar sekali faedahnya untukmu ?”

Di luar dugaan Orang, Tiat Mo Lek menggeleng kepala. Ia pun tidak menyam-buti surat yang diberikan itu f

Cin Siang heran hingga ia lantas campur bicara.

„Hiante !” katanya. ,.Ini toh surat wasiat pelindung dirimu ?

Kenapa kau tidak menghendaki itu ?”

Tiat Mo Lek menjawab : „Aku tidak mau kembali lagi ! Surat ini tolong kau saja yang menghaturkan kepada raja! Aku tidak mengharap pangkat, apa yang aku ke hendaki ialah supaya namaku dicoret dari tuduhan sebagai pengkhianat atau pemberontak ! Itu saja sudah cukup bagiku! ‘ Cin Siang bersenyum meringis. ,,Tiat Hiante, baiklah kau mengarti,” katanya ; „Siapa pun yang bekerja untuk Seri Baginda, tidak ada yang tidak pernah dibikin merasa menyesal ! Maka itu, aku minta janganlah kau mengambul.”

Tapi Mo Lek berkata sungguh-sungguh: ,.Cin Toako, apa yang aku bilang bukanlahsebab aku mengambil ! Aku telah memberi janjiku kepada Kwee Leng-kong dan Lam Suheng bahwa aku hendak bekerja setia me lindungi raja pergi ke Tian Siok, maka syukur kehadapan Thian, yang telah memberi berkahnya, di dalam perjalanan ini, walaupun ada gelombang, Seri Baginda dapat tiba ditempat tujuan dengan selamat. Sekarang ancaman bahaya sudah lewat kita sudah sampai di Tanah Siok, sebab jalan kedepan ada jalan aman, habis sudah tugas ku hendak aku melepaskannya. Aku percaya Cin Toako, kau tidak bakal sesalkan aku sebagai sahabat yang tidak memandang sahabatnya !

Aku toh telah menjalankan tugasku, bukan ?” Cin Siang tunduk.

Aku mengarti,” katanya. „Bukan kau yang tidak berbuat seharusnya, adalah Seri Baginda yang berlaku tidak semestinya terhadapmu …”

,Di dalam peristiwa diperhentian Ma Gui Ek, Seri Baginda telah kehilangan selirnya kata Mo Lek, „maka itu, walaupun tidak ada hasutan dari Oe-bun Thong, dia tentu menyimpan kebencia’n terhadap aku dari itu, kalau aku pulang, taruh kata aku bebas, tetapi lain kali, apabila aku dianggap bersalah pula, tidak nanti aku bakal da pat ampun. Cin Toako. apakah kau mau ketahui ada yang telah terjadi, di dalam pe-sanggerahan tadi ?”

Sekarang Mo Lek membeber rahasia raja, bagaimana ia telah ditipu, dipanggil menghadap katanya untuk diberi kenaikan’ pangkat dan gelar kehormatan, ia juga di beri selamat dengan secawan arak, tetapi bebenarnya itulah arak beracun, karena mana, terpaksa ia kabur. Di akhirnya, ia kata ,. “Nah, Cin Toako kau tolong pikir, apakah aku terlebih baik kembali ?”

Cin Siang bungkam, parasnya guram, sedangkan air  matanya mengembeng. Ia sa—iigat berduka. Sampai sekian lama, ia masih belum dapat membuka mulutnya Khong Khong Jie tertawa.

“Apakah yang harus dibuat susah hati? kata ia Mo Lek, raja tua bangka itu tidak mau memberi ganjaran kepada kau, akulah vang nanti memberikannya! Akul£h yang mengenal dan mengaku k*u! Memang sebenarnya tidak layaknya kau men adi siewie! Menjadi siewie didalam istana taja sama saja dengan binatang liar yang dikurung didalam kerangkeng! Itulah penghidupan yang membikin pikiran pepat! Ia tertawa pula, terus ia menambahkan: ,,Aku membawa bingkisan untukmu itulah sebab aku memikir hendak berbuat suatu kebaikan untukmu, Kalau begini sekarang barang itu sudah tidak ada gunanya . . .

„Masih ada!” k&ta Mo Lek cepat- “Paling sedikitnya itu bakal membikin siraja linglung mengarti siapa yang menjadi penghianat dan pemberontak yang benar-benarnya.

Berkata begitu, Mo Lek sudah menyambuti surar dari Khong Khong Jie itu, yang ia terus serahkan pada Cin Siang, setelah itu ia berkata pula, menanya siorang aneh: .Bagaimana caranya kau mendapatkan surat ini ? Dan, bagaimana kebetulan, kau justeru mengantarkannya disaat tepat begini!’

Khong Khong Jie suka memberi keterangan. Dia suka memberi keterangan: , Surat ini aku dapatkan dari tubuhnya adik seperguruanku. Surat suratnya Oe-bun Thong dan An Loic San satu pada lain, semua adik seperguruanku itu yang menolong menyampaikannya. Kali ini dasar Oe-bun Thong sial- dangkalan! Sebelum suratnya ini sampai kepada /i Lok San aku te’ah membawa adikku pulang kegunung dan mendapatkan nya. Kau tahu, begitu aku mendapatkan surat ini, lantas aku berangkat menyusul kau Tempo aku sannai di heng-so di Kong- goan diluar dugaanku, kau sudah kabur dan aku mendengar siraja tua telah memerintahkan orang menyusel buat menangkap kau. Tidak ayal lagi, aku menyusul, aku mengikuti jejak kudanya Oe-bun Thong. terus sampai disiniP

Mendengar itu Mo Lek dan juga Cin Siang, menjadi heran dan kagum. Inilah se bab ilmu Jari keras, atau ringan tubuh dari khong R h oh g Jie, luar biasa mahir sedang kan sepakterjangnya itu luar biasa, diluar dugaan sekali.

hong Khong Jie terkenal sebagai mala ikat pencuri nonor satu, dia bertabiat keras dan jemawa, dia biasa membawa karep-mane Baik kaum golongan Hitam dan Putih tak ia pedulikan, tak suka ia memberi hati. Dia lakukan dia apa yang dia pikir atau suka Itulah sebabnya kaum fcu Lim. didalam se. puluh, sembilan yang mencacinya Juga Mo Lek dan Cin Siang tadinya mengatakan dia «Jeesar. Maka tidaklah disaogka- sangka sekarang disesat dapat berbuat begini merga gumkan, sudah membanfu dia memberikan jasa juga. Maka keduanya jadi memandang hormat,

Mo Lek kati didalam hatinya: „Khong Khong Jie aneh tabiat dan lagaknya siapa tahu sekarang terbukti dia juga memiliki semangatnya seorang gagah sejati, pantaslah Toan Tayhiap bersikap lain terhadapnya. Toan Tayhiap telah di culik anaknya ia toh masih tidak mau turut lain orang mencaci padanya.

Justeru itu Khong Khong Jie memiring kan kepalanya memasang telinganya.

„Tentara pengejar telah datang! ia lan tas kata. Lek jikalau kau tidak niat kembali, sekarang sudah waktunya buat kau berlalu!” Mo Lek mengangguk, lantas ia kata pada Cin Siang: „Toako selama beberapa bulan ini, kau selalu melindungi aku untuk itu, aku bersyukur, aku berterima kasih. Tapi hari ini, ijinkanlah aku berpamitan. Aku minta kau tolong sampaikan hormatku kepada Oet-tie Toako!

Cin Siang menghela nanas. Kata ia: , Ki ta bertiga mengenal satu sama lain kitalah kawan-kawan didalam istana maka ak tidak sangka sama sekali, hari ini kita bagai kan burung burung walet yang rne«ti terbang berpisahan! Karena kejadian ada begini ruoa. hiantee, aku tidak berani mete- sa menahan kau, cuma aku harap kau tidak usah terlalu memikirkan pengalaman yang tidak manis ini. Aku juga mengarap meski kau hidup didalam dunia Kang Ouw biarlah kau ingat terus kepada negara bangsa Han supava kau dapat bersama-sama menumpas musuh dan pemberontak. Biarlah nanti, setelah negara aman, kita dapat bertemu pula!

Terima kasih toako tetapi usahalah toako memesanku,” kata Mo Lek. „Meskipun siraja linglung hendak membinasakan aku, aku tidak akan melupai negara kita. Sekarang ini aku mau pergi ke Tong-kwan, untuk melihat garis belakang musuh Supaya dapat aku membantu Lam Suheng membasminya! ‘

..Sungguh hiantee tak kecewa kau menjadi satu laki-laki sejati!’ Ciin Siang memuj „Baiklah, di Tanah Siok akan aku menanti San kabar kemenanganmu! Maafkan aku tidak dapat mengantar kau lebih jauh’

Lantas Cin Siang meringkus Oe-bun Thong yang ia kasi naik diatas punggung kudanya. Ketika ia mau berangkat ia meno len lagi katanya; .Hiantee kau baik-baiklah sampai berjumpa lagi!

Ketika kuda oeypiauma mau beraagkat pergi dia menegasi dengar ringk knya yang keras dan berulang-ulang, pertanda bahwa dia merasa berat berpisahan dengan Tiat Mo Lek. Karena itu lagi lagi Cin Siang menoleh dan mengawasi sekian lama. Ia mengucurkan air mata begitu juga sianak muda….

Khong Khong Jie menunggu sampai Cin Siang sudah pergi jauh, ia mengawasi Mo Lek dan berkata kepadanya: „Cin Siang sudah pergi untuk berkumpul dengan kawan kawannya, itu berarti banwa pasukan pengejar tidak bakal datang kemari. Sekarang mari kita beristirahat dulu Mo Lek kau dapat melupakan permusuhanmu dengan si raja tua-bangka, tetapi bagaimana dengan kita? Apakah kau masih ingat bahwa dian- tara kita masih ada permusuhan lama7′

Mo Lek berlaku bersungguh sungguh ketika ia memberikan jawabannya. Ia kata: Ini kali kau telah membantu aku buat itu aku- harus menghaturkan terima kasihku- Akan tetapi kau telah merampas puteranya Toan Tayniap mengenai itu, biar bagaimana juga tidak dapat aku mengampuni kau! ‘

Khong Khong Jie tertawa.

„Barusan Cin Siang ala disini, kata-kataku aku baru ucapkan separuh. kata dia „Sekarang aku mari lanjuti kata-kataku itu Aku tidak mau menyembunyikan apa-apa. Aku datang kemari, kau tahu, kecuali untuk menyerahkan bingkisan tadi kepadamu, masih ada maksudku yang lainnya. Itulah justeru buat urusannya bocah yang kau sebutkan itu/’

„Apakah kau bersedia membayar pulang anak itu kepada Toan Tayhiap ?” Mo Lek tanya.

„Anak itu tidak berada diianganku, tentang dia aku tidak dapat mengambil keputusan sendiri,” sahut Khong Khong Jie.

Mo Lek menjadi lesu. Ia bagaikan putus asa.

„Habis apa lagi yang hendak dibicarakan ?’” tanyanya berduka. „Tentu masih ada, anak ! kata Khong. Khong Jie. „Apakah kau masih -ingat apa kataku dahulu hari kepada Toan Tayhiap ‘

Mo Lek mengangguk.

„Ya. Kau bilang, paling lambat sepuluh tanun, urusan akan berada ditanganmu dan anak itu akan kau kembalikan. Ya, sekarang sudah sampaia waktunya sepuluh tahun ! Mengapa kau berkata begini ‘

Khong Khong Jie memotong kata-kata orang “Tidak nanti aku menghilangkan ke percayaanku kepada Toan Tayhiap. Tentu saja, kapan ada ketikanya, aku akan mengurusnya. Kau dengar dahulu ! ‘

Mo Lek hendak menyela, tetapi orang didepannya itu memegat.

Khong Khong Jie melanjuti : „Orang yang memelihara anak itu tidak bermaksud jahat, dia menyayangi anak itu secara luar biasa, melebihi anak sendiri. Dia pun telah mengajari anak itu suatu ilmu silat yang istimewa Maka sekarang, meski usia anak itu baru sepuluh tahun, dasar ilmu silatnya sudah sempurna. Orang itu juga suka mengembalikan anak itu kepada orangtuanya. sianak, cuma, buat itu ia menghendaki si «orang tua yang pergi sendiri menyambutnya „Siapa orang itu” Mo Lek tanya. „Dialah st orang tertua kaum Rimba Persilatan,’ sahut Khong Khong Jie. ..Mengenai namanya, aku tidak berani mengebutnya.’

Mo Lek heran. Pikirnya : ,,Khong Khong Jie tidak takut langit dan bumi, kenapa ter hadap orang itu ia begini menghormat, sam pai dia tidak berani menyebut namanya ? Siapakah dia. yang dapat membikin Khong Khong Jie tunduk sampai begini ?” Dia manusia aneh ! Dia menghendaki anak orang, selama sepuluh tahun, dia tidak memberi kabar apa juga pada orang tuanya si anak ! Perbuatannya itu tidak layak !” Pemuda ita jujur dan polos, tak senang ia dengan perbuatan orang Bu Lim tertua itu, akan tetapi ia mesti mengaku bahwa kabarnya Khong Khong Jie ini kabar yang menggirangkan, maka dapat ia berlaku sabar.

„Kalau begitu,”‘ katanya, „tentu datang mu sekarang ini untuk mencaritahu tentang Toan Tayhiap, bukan ?”

„Benar, sahut Khong Khong Jie terus-terang. „Dijaman kacau seperti ini, sanga sukar mencari orang yang tempat kediamannya tidak ada ketentuannya. Kau tinggal bersama si raja tua-bangka, mudah untuk mencarimu

„Tentang dimana adanya Toan Tayhiap sekarang ini, aku juga tidak tahu. ‘ berkata Mo Lek. „Lara Suheng bersama Honghu Cianpwe dan lainnya berada didekat kota Tong-kwan dimana mereka lagi mengumpul tentara sukarela, maka baiklah aku pergi mencari mereka dahulu, kepada meroka aku akan minta keterangan perihal Toan Tayhiap.’”

Khong Kong Jie bardiam untuk berpikir.

Itulah jalan tidak langsung, itu berarti menyia-nyiakan waktu,” katanya selang sesaat/..Aku masih mempunyai lain urusan penting, karena mana aku mesti pergi ke-lain tempat . .

. Sekarang begini saja. Jikalau kau nanti bertemu Toan Tayhiap, kau lantas minta ia suka pergi ke kelenteng Giok Hong Koan digunung Giok Sie San, disana aku menantikan mereka itu, sesudah kita berkumpul baru kita sama-sama pergi menemui tertua Bu Lim itu.”

Mo Lek setuju.

„Baik ! ‘ sahutnya. „Pasti aku akan sampaikan pekanmu ini. Sesudah urusan putera Toan Tayhiap itu beres, barulah urusan kita beres juga ! ‘

Khong Khong Jie tertawa bergelak. „Oh anak yang baik !” pujinya. „Kau dapat membedakan urusan, kau mengenal budi dan permusuhan tidak kecewa kau menjadi puteranya Tiat Kun Lun !

Begitu dia habis berkata, begitu Khong Khong Jie berlompat pergi, untuk menghilang di dalam rimba !

MoJLek menjublek sekian lama. Ia heran dan kagum.

,,Sungguh seorang manusia yang aneh tabiatnya, yang sukar buat diterka ! pikirnya. „Aku membenci dia, dialah musuhku, siapa tahu sekarang kita jadi bersahabat !”

Hanya sejenak, habis memikir Khong

Khong Jie. pemuda ini lantas mengingat Ong Yan Ie, si no ia musuh besarnya, yang tergila-gila kepadanya. Mengingat si rona ia jadi sangat mangui.

Kuda Mo Lek telah dibinasakan Oe-bun Thong, disitu ada kudanya orang she Oe-bun itu, yang terluka sedikit, terpaksa ia pakai kuda orang itu sesudah ia obati lukanya. Dengan binatang itu, ia melakukan perjalan an nya. Ia berjalan dengan tenang dan aman. Hanya selewatnya wilayah Tanah Siok, ia mesti menderita. Wilayah Kwan-tiong menjadi ko-ban perang, tanah kosong dari pen duduk, didalam sepuluh rumah, sembilan ti dak ada penghuninya. Maka itu, untuk me-nangsel perut, ia mesti memburu burung atau mencari dedaunan hutan. Ketika itu dipermulaan musim dingin, burung dan hewan sangat sedikit sedang pepohonan mulai layu kering dan kuning. Selagi hawa udara sangat dingin perjalanan itu sulit dan lambat. Sesudah satu bulan baru ia tiba di Hu-hong.

Untuk sampai ke Tiang-an, masih tda perjalanan tiga ratus lie.

Pada suatu hari. Mo Lek terus melakukan perjalanannya, la sangat lambat. Kudanya kuda jempolan tetapi binatang itupu-n kelaparan dan mesti melakukan perjalanan seribu lie dia jadi kurus dan letih. Ini sebabnya Mo Lek terpaksa berjalan perlahan. Ia menyayangi binatang itu. Justeru itu, iiba-tiba ia melihat disebelah depannya abu mengepul naik, disana tampak mendatanginya satu pasukan tentara. Dari jauh- auh ia sudah melihat benderanya yang berlukisan naga emas serta bersulamkan dua huruf ,,Tay Yan. ‘

Mo lek mengawasi. Mulanya ia menyangka kepada pasukan negeri baru selang sesaat ia ketahui, itulah pisukannya An Lok San Pemberontak ini memakai nama negara ..Tay Yan,” artinya

, negara yang terbesar,”‘ Habis menyerang dan merampas kota Lok yang, dia telah nengangkat dirinya menjadi raja.

Kaget Mo Lek. Pikirnya. .Tentara pem berontak sudah berada disini, mungkin kota Tiangan celah jatuh.’” Seteiah itu i a meniadi terlebih ka-et pula. Selagi tentara itu mendatangi terlebih dekat ia mengenali yang menjadi pemimpin ialah Sie Siong bersama Tian Sin Su. Pada sepuluh tahun yang lalu, dia penempur kedua panglima itu didalam kota Tiang-an. Terpaksa buat menghindari bahaya ia lantas membiluki kudanya kesam- ping, untuk menyingkir diantara sawah te-galan .

Sesudah lewat sepuluh tahun. Sie Siong dan Tian Sin Su tidak mengenali lagi Mo Lek, akan tetapi ditempat sunyi itu, sel gi keamanan sangat terganggu, ada searang yang menunggang kuda aan kabur, mau atau tidat, Mo Lek menerbitkan kecurigaan orang.

Demikian dengan Siu Siong.

„Siapakah kau?” ia menegur. „Lekas kembali! Lekas!’

Mo Lek tidak menghiraukan perintah atau panggilan itu, bahkan ia melarikfla kudanya lebih keras. „Dia tentulah mata-mata pihak Tong!”* berkata Tian Sin Su.

.,Tak usah banyak bicara lagi! Kejar padanya!

Lantas beberapa puluh tentara mengaburkan kudanya untuk mengejar sedang snak panah lantas dilepaskan.

Didalam keadaan biasa. Mo Lek tidak jeri terhadap beberapa pu.uh tentara itu tetapi lekarang lain. Ia lapar dan tenaganya berkurang banyak, belasan anak panah bisa ia tangkis jatuh, atau sebuah yang lain nya mengenakan padanya, membuat kaburnya makin perlahan.

„Lihat panahku! berseru seorang i psir Dia menaiik napasnya yang berat. Ketika dia melepaskannya, kuda Mo ek irenjedi korban tidak ampun lapi, Mo Lek terjurg-fcal dari kudanya itu. Opsir itu ternyata girang, dia mengeprak kudanya untuk meng- Lampirkan dia melemparkan tambangnya guna meraugkap dan meringkus orang yang dikejarnya itu. Berbareng bersamanya, ada dua orang yang maju juga, hingga si-anak muda menjadi kena terkurung.

Mo Lek mengumpul tenaganya, ia berlompat dari punggung kudanya sambil ia berseru: ,,Kau juga lihat panahku ”

Ketika itu ada dua batang panah lagi menyambar, Mo Lek menganggapi kedua-duanya. segera setelah itu, ia menyimpuk. Ta berhasil membikin buta matanya dua ekor kuda musuh, hingga kedua musuh itu kena dilempar jatuh. Berbareng dengan itu. iapun menyamout ujung tambang laso musuh. Untuk ini mesti lompat pula dengan gerakan „Burung elang lompat jumpalitan. ‘

Walaupun kepalanya pusing dan matanya agak kabur, dasar ia liebay, selekasnya ia berhasil menjambret tambang itu, Mo lek lantas menggunakan tipu silatnya „Me iiiinjam tenaga berbalik menyerang.” untuk menarik dengan keras Ia berhasil.

Hanya  tubuhnyapun  Vena  tertarik  sendirinya,  hingga mereka berdua bagaikan menukar tempat Celaka siopiir yang membandring itu, tubuhnya terlempar melayang dan dia roboh terbanting hingga semaput.

Berhubung dengan kejadian itu, lapat-lapat terdengar pujian:

„Ah orang itu lie-hay sekali’

Mo Lek sudah lantas menoleh, akan mencari orang yang memujinya itu, yang suaranya ia kenali, akan tetapi, apa lacur untuknya, karena ia menggunai setakar tenaganya habislah kekuatannya, sebelum ia bisa mengawaki terlebih lama tiba tiba ia roboh, sebab matanya kabur dan kepalanya pusing. Hingga dilain, detik, ia tak sadar akan dirinya lagi.

Lewat sekian lama yang ia tak tahu tepat, Mo Lek mendusin dengan layap-layap. Dengan matanya, masih belum melihat tegas, ia mendapatkan seorang dengan pedang dipinggang tengah membungkuk ke-arahnya untuk melihat ia dari dekat. Ia lantrs saja menggeraki tubuhnya berniat berlompat bangun, akan tetapi, apa mau dikata, tenaganya belum pulih, begitu ia roboh pula. Karena itu, ia cuma bisa ber teriak: ,,Sie Siong pengkhianat kau bunuh lah aku!

Orang tua Sudah lantas mengulur tangannya, membekap mulut orang sembari dia kata hampir berbisik: , Jangan bicara tidak keruan! Aku bukannya Sie Ciangkun!”

Mo Lek sadar ia membuka matanya. Sekarang ia bisa melihat tegas. Itulah Liap Hong. Inilah orang yang tadi memujinya.

Liap Hong berhati baik; dia menyayangi sianak muda, maka itu, dia lantas minta kepada Sie Siong untuk tidak mem binasakannya. Dia pernah adik misan, sekarang dia menjadi pembantu yang penting dia juga terlebih gagah, maka itu, Sie Mong meluluskan permintaan itu. Memang, jasanya Sie Siong separuh dari jasanya adik misan Mengingat jasa orang saja Sie

-Siong sudah harus memberi muka padanya. Liap Hong membawa Mo Lek kekemahnya. Ia mengobati ukanya dan mengasi juga minuman godokan somthung Karena itu Mo Lek sadar ‘ebih dari pada mestinya.

Selama digedungnya An Lok San di-Tiang-an, Liap Hong pernah bertempur dengan Mo Lek, sekarang se’.ang sepuL.h tahun dan Mo Lek menjadi besar, dia ti ak lantas mengenalinya, baru belakangan perlahan-1a han ia ingat anak muda ini, barulah ia mendapat kepastian disaat Mo Lek mendusin dan mendamprat Sie Siong.

Dengan sehelai selimut, Liap Hong menutupi tubuh orang.

,,£au toh Tiat Mo Lek Tkatanya tertawa. „Sungguh besar nyalinmu ! Kabarnya kau telah menjadi gie-cian sie wie dari raja Tong, kenapa sekarang sebatargkara menunggang kuda disini

?”

Mo Lek kenal orang she Liap ini dan ingat kebaikannya, selama Toan Kui Ciang enyerbu gedungnya An Lok San buat me* nolongi ^u It Cie Liap Ho g pernah memberikan bantuannya seCara diam-diam. Liap Hong pula pernah mengasi pikiran baik untuk Louwsie istrinya SU It Cie Karena ini» ia menjadi menaruh kepercayaan besar, ma ka suka ia memberi keterangan yang benar; Katanya: Tidak salah akulah Tiat Mo Lek. Aku tidak biasa terkekang tak mau aku te rus-terusan menjadi pengiringnya rrj?, kare aanya aku minggat. Aku tidak sangka disi«-ni aku berttmu dengan kamu. Sekarang tef serah kepada kamu untuk membunuhku !’*

Liap Hong tertawa.

„Kau tetap keras kepala seperti dulu duluf’katanya. „Jikalau aku hendak membu liuh kau, buat apa aku menolongmu memba wa kemari dan mengobatimu ? Aku hanya ingin kau sembarang mencaci Orang jikalau suaramu sampai didengar Sie Ciangkun, tidak adadayiku untuk melindungi kau. Karena kau tidak suka membantu raja, baik kau tinggal tetap sama aku disini.

Tapi Mo Lek panashati. kata ia dingin ,.Kau menolongi aku, aku terima kasih kepadamu” Tetapi, jikalau begini nasehatmu, hendak aku mendamprat kau !”

„Aku bermaksud baik. apakah karena itu aku lantas didamprat ? tanya Liap Hong.

„Kau menyuruh aku berdiam disini! Kau pandang aku omng macam apakah? tanya Mo Lek: „Akulah laki-laki sejati! Mana dapat aku berdiam disaranj pemberontak? Sekarang begini saja, kau bunun aku atau kau lepaskan aku i Jalan yang ketiga tidak ada ”

Mukanya Liap Hong pucat, dia jengah sekali. Selang sejenak, ia kata: „Raja Tong lari meninggalkan istananya dia kabur ke- suatu tempat kecil ditanah Siok Barat, tidak nanti dia dapat bertahan lama disana ! Kau tidak memangku pangkat, buat apa kau menjadi menteri setia dari kerajaan Tong?”

Mo Lek tertawa dingin.

,,Apakah cuma orang yang memangku pangkat baru dapat membela negara ? kata nya. ,.Liap ciangkun, penglihatanmu keliru! Memang si raja tua telah melarikan diri, sampai dia meninggalkan rakyatnya, tetapi si rakyat sendiri dia harus melindungi rumah dan tanah miliknya Sekarang ini di selatan dan utara sungai besar, tentara rakyat sudah bangkit diempat penjuru ! Apakah kau tidak tahu itu ? Apa pula sekarang ini Kwee Leng-kong sudah bergerak diThay goan dan putramahkota juga memimpin tentara di Leng-ho ! sekarang ini kamu masih dapat berbuat sesukamu, tetapi itulan buat sementara waktu saja !’*

Liap Hong lekas-lekas menggoyangi tangannya. “Mo Lek disini jangan kau bicara urusan negara’, cegahnya.

„Mari kita bicara secara sahabat ! Jikalau kau suka pandang aku sebagai sahabatmu kau tinggallah disi ni, berdiamlah dengan tenang nanti sesudah lukamu sembuh akan aku berdaya lebih jauh untuk kebaikanmu”.

Mo Lek membalik diri.

„Lukaku tidak berat, katanya, sungguh sungguh. „Aku hanya menyayangi kau!

Liap Hong membuka matanya lebih lebar Dia heran’ Hendak dia membuka suara atau dia cegah dirinya. Dia jadi berpikir. Aknirnya dia tanya juga: „Kenapa kau me nyayangi aku ?”

„Toan Tayhiap pernah bicara denganku tentang kau’, sahut Mo Lek; Dia memuji kau hidup bercampur gaul. Diluar dugaan ku, sekarang kau hidup bercampur gaul di tempat kotor, kau pula rela membantu hari mau mengganas !’

Mukanya Liap Hong menjadi nerah. Ia berdiam sekian lama lalu ia menghela napas.

„Benarkah Toan Tayhiap pernah memuji aku ? katanya. t,Pujiannya itu membuat aku malu sekali Mo Lek, jangan kau bicara pula, hanya nanti dibelakang hari, kau akan mengarti sendiri.”

Mo Lek memang hendak menguji hati orang, mendapat jawaban itu, ia kata: ,,Kalau kau kata begini Ciangkun, baiklah, senang aku suka berdiam disini merawat lukaku.”

Boleh dibilang baru saja mereka habis bicara, lantas mereka mendengar tindakan kaki orang, lalu sebelum orang itu menying kap tenda, sudah terdengar pertanyaannya yang nyaring : „Apakah bocah itu masih hidup ‘

Itulah suaranya Sie Siong. Liap Hong kaget sekali, syukur ia lantas mendapat akal. Ia mendekati Mo Lek untuk berdiri di sisinya, tangannya diulur kepada luka orang, uituk dirabah. Tentu saja ia merabah dengan perlahan. Sembari berbuat begitu, ia membungkuk, untuk meng usap muka orang, untuk kata dengan perlahan :

„Ingat, jangan sembarang bicara !”

Mulanya Mo Let heran, tetapi segera ia mengarti. Kata ia didalam hati : „Dia mengotori mukaku dengan darah, inilah untuk mencegah Sie Siong mengenali mukaku .. . ” Maka ia berdiam saja,

Liap Hong sebaliknya sudah lanias men jawab pertanyaan Orang, menyusul mana, orangnya , . .. ialah Sie Siong ….. lantas muncul. Dia mengawasi Mo Lek, setelah mana, dia kata :

„Lukanya bocah ini bukannya enteng, dia mirip manusia berdarah !”

“Syukur dia hanya dapat luka diluar.” kata Liap Hong. „Dia_ bertubuh kuat, sesudah merawat diri sepuluh hari atau setengah bulan, tentu dia bakal sembuh.”

Sie Siong mengerutkan alis.

„Bocah ini mempunyai ilmu silat yang tidak dapat dicelah,” katanya. „Kalau nanti dia sudah sembuh dia mungkin besar faedahnya untuk kita. Cuma kita sedang ber gerak, sulit untuk merawatnya, obat-obatari juga kurang . . , , ” Lantas ia menggeraki sebelah tangannya seperti orang lagi membacok. Itulah berarti : „Lebih baik bunuh saja padanya !”

Liap Hong bersandiwara. „Siapakah kau kira bocah ini ?” tanyanya. „Kau tahu, dialah orang sekampung halaman dengan kita ! ‘

“Oh, begitu ?” kata Sie Siong heran. ,,Coba terangkan padaku, nanti aku ingat-ingat dia siapakah „Dialah cucunya nenek luar dari keponakannya bibiku.” kata Liap Hong. „Dia cucunya si orang tua she Ong tukang ber-kuli mengangon kerbau. Dia ini Ong Siauw Hek, si cilik hitam she Ong. Lihat, apakah tidak kebetulan yang kita menemukan dia disini T’

Sie Siong meninggalkan kampungnya sejak masih kecil, tidak nanti dia ingat orang yang disebutkan Liap Hong, yang sengaja menyebut sanaknya dengan cara berbelit-belit itu, dia memang mempunyai satu sifat baik, yaitu dia menyenangi orang sesama kampung halaman dan kelemahan ini digit* nai Liap Hong, maka juga ia percaya apa yang dibilang itu.

„Oh, kebetulan !” kata dia, „Knlau begitu, biarlah dia berdiam di dalam tentara Cuma, untuk menyuruh orang merawatnya, itulah berabeh. Aku pikir biarlah dia merawat dirinya sendiri’

,,Aku mempunyai jalan buat menolong dia,” kata Liap Hong.

„Dari sini ke Tiang-an cuma seperjalanan dua hari, aku pikir buat mengirim orang mengantarkan dia per gi kesana, supaya dia berobat di Tiang-an saja. Nanti sesudah dia sembuh dia mesti lekas datang kepada kita, untuk masuk dalam tentara. Itu waktu, aku minta sukalah kau membantu dia.”

„Ya* daya itu baik’ Sie Siong menyetujui. „Kau lakukanlah itu. Aku memang kekurangan pembantu yang gagah, setelah dia sembuh nanti, dia dapat menjadi pengiring pribadi dari aku,”

Mendengar itu, Liap Hong kata pada Me Lek : „Eh, Ong Siauw Hek, kenapa kau masih tidak mau menghaturkan terima kasih kepada Sie Ciangkun’

Mo Lek menurut, dengan suara sengaja dibikin serak, ia kata

: „Terima kasih ! Harap maafkan aku yang rendah tidak dapat memberi hormat …” Sie Siong tertawa.

„Kau lagi terluka, tidak usah kau pakai banyak adat peradatan !” katanya. „Haha ! Hampir aku membunuhmu sebab aku menyangka kaulah mata – mata pemerintah Tong l ‘

Masih panglima ini berkata-kata lainnya baru dia berlalu. Liap Hong mengeluarkan peluh dingin.

„Syukur aku tidak ngaco belo !” katanya pada Mo Lek.

„Sekarang kau boleh dahar bubur ! Kau sudah lama sekali kelaparan buat sementara ini, kau mesti dahar barang yang lembek.”

Mo Lek menurut, Ia dahar bubur dengan daging yang empuk. Ia tidak sungkan-sungkan lagi hingga ia sikat habis semua bubur dan dagingnya. Kecuali luka dikulit, habis menangsel perut, kesegarannya pulih dengan cepat.

Liap Hovg terus duduk menemani, senang ia melihat paras orang mulai bersemu dadu.

„Mo Lek,” katanya, girang, „kelihatan nya besok kau sudah dapat berangkat. Tidak banyak tempo untuk kita berkumpul, sekarang hendak aku tanya kau satu hal. Kabarnya ketika si raja tua mau buron, semalam sebelumnya ada o;ang jahat yang datang menyatroni untuk membinasakannya ketika  itu kau hadir atau tidak di istana?”

„Memang, percobaan itu memang telah terjadi,”’sahut Mo Lek, „Sicalon pembunuh ialah Ceng Ceng Jie. Dialah orang yang di perintah oleh pihak kamu. Mustahil kau tidak tahu ?”

„Dia telah dicekuk kakak seperguran-nya dan digusur pulang ke gunungnya!” katanya. „Sedikitnya didalam tempo tiga tahun dia tidak bakal muncul lagi dalam dunia Karig Ouw !” Lalu pemuda ini menjelaskan percobaan Ceng Ceng Jie itu kena digagalkan. Tapi ia menyembunyikan halnya Ong Yan Ie, berkhianat kepada Ceng Ceng Jie.

Liao Hong mengangguk. Baru sekarang ia ketahui duduknya hal

,Apakah paling belakang ini kau perilah bertemu dengan Lie hiap Bwee Leng Song’ ia bertanya pula. „Apakah dia baik”, “Dia baik sekali. Dia sudah menikah dengan Lam Suhengku. Kenapa kau menanyakan tentang dia ?”

Dahulu hari pernah aku menemukan dia dirumahnya Sie Ciangkun. Aku bersyukur buat kebaikkannya, yang tidak menganggap aku sebagai manusia jahat.”

„Kau benar, tentang kau dia pernah omong dengankau. Dia ketahui halnya kau melindungi secara diam diam pada Louw Sie Toan Tayhiap juga sangat bersyukur terhadapmu I”

Liap Hong girang. Inilah bukan di sebabkan melulu Leng Song tidak suatu apa. Hanya hatinya lega mengenai suratnya Lo-uw-si’e untuk keluarga Hee, surat maiia di pedayakan dan diambil Ceng Ceng Jie. Buat beberapa tahun, hatinya tidak tenteram Ini pula sebabnya maka ia tanyakan Nona-Hee itu, Ia hanya tidak tahu bahwa Leng-Song dan ibunya telah mendeita banyak dan ibunya si nona sudah menutup mata. Syukur Mo Lek juga tidak menceritakannya dengan begitu ia jadi tidak usah berduka, Lalu ia berkata: „Mo Lek. jikalau nanti kau bertemu Toan Tayhiap dan Hee Lie-hiap tolong kau sampaikan hormatku kepada me reka itu. Kau bilangi juga bahwa karena aku dipandang sebagai sahabat oleh mereka dibelakang hari pasti akan aku balas ke baikan itu!”

Setelah itu mereka bicara dari hal-hal lainnya Sekarang Mo Lek mendapat kenyata an orang she Liap ini turut Sie Siong bukan karena kehendaknya sendiri, Mika ia lantas berkata „Ada satu nal baat mana aku mengharapkan bantuanmu, entah kau sudi mem bantuku atau tidak, . . .

„Asal yang aku sanggup, tidak nanti aku tampiK !*

„Aku ingin bertemu dengan Louw sie sebentar saja.

Dapatkah ?*’ Mo Lek bertanya

Liap Hong berpikir keras, baru kemudian ia berkata sungguh- sungguh: ,,Mo Lek dapat aku mendayakannya, Cuma aku pun mau meminta supaya kau jangan melakukan sesuatu yang dapat mempersulit aku.”

,.Kau jangan kuatir. Untukku cukup a-sal aku dapat bertemu maka satu kali dengannya. Tidak nanti aku menerbitkan onar Apakah kau kuatir aku nanti serbu keluarga Sie ?”

„Kaulah orang bangsa hiap-gie aku tahu tidak nanti kau sembarang membunuh orang. Aku hanya tidak menghendaki kau membawa lari pada Louw-sie, Disebelah itu diantara keluarga Sie kau tidak dapat perli hatkan diri asalmu.”

„Baik, aku beijaji pad&mii, Tapi, jika itu ada lain orang yang menolongnya, akli tidak dapat mengambil peduli.

“Louwsie sendiri yang ingin tinggal dirumah keluarga Sie itu. kata Liap bong Asal orang tidak menciliknya. tidak nanti dia mau mengangkat kani. Duluhari juga hendak aku menolongi dia secara diam supaya dia bisa menyingkir, dia menampik/ dia menampik.”

Liap Hong mengeluarkan sebuah yauw pay pertanda ya ig digantung di pinggang, kata ia pula; „Inilah tanda bukti buat orang berlalu lintas dldalam pasuka.i kami dengan kau membawa ini orang tidak bakal ganggu kau ditengah jalan. Sesampainya kau di Tiang an kau juga dapat menggunakan ini sebagai bukti bahwa kau bekerja dalam tentara. Besok akan aku mendayakan sebuah kereta buat membawa kau ke Tiang an disana kau boleh tinggal dirumahku Aku tinggal bertetangga dengan Sie Ciang-kun, diantara dua rumah ada pintu yang menghubungi satu dengan yang lain. Dengan kau tinggal dirumahku, pasti bakal ada ketika-nya, yang baik buat kau menemui Low-sie

Mo Lek girang sekali ia membilang te rima kasih sambil memberi hormat.

„Lukaku sudah tidak membahayakan lagi, asal ada seekor kuda untuk menjadi pengganti kakiku dapat aku pergi tanpa naik kereta,” katanya.

Liap Hong mengangguk akan aku menu lis surat buat keluargaku,” kata ia pula. ,.Kau serahkan itu kepada pengurus rumah tanggaku nanti dia mengurus segala apa ke perluanmu. Keluargaku berjumlah sedikit, kecuali istri dan anak perempuanku, cuma ada beberapa bujang yang semuanya menja di orang-orang kepercayaanku. Cuma kau harus ingat kota Tiang-an masih tetap kacau, jikalau tidak ada urusan sangat penting lebih baik kau jangan pergi keluar kemana mana.

„Aku mengerti/’ kata Mo Lek yang kembali memberi hormat pula. „Kau jangan kuatir. Kau sangat baik terhadapku, aku sangat bersyukur.

Selama ini sang fajar sudah tiba. maka selekasnya Liap Hong selesai menulis surat nya Mo Lek simpan itu baik-baik. la pun memoawa yauwpay yang diberikan, terus ia berpamitan.

Liap Hong menyerahkan seekor kuda pilihan, Ia sendiri yang mengantarkan si anak muda keluar dari tangsi.

-oo0dw0oo- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar