Kisah Bangsa Petualang Jilid 21

 
Jilid 21

Ia telah ingat sesuatu hingga hatinya menjadi kecil sendirinya. Hingga ia lantas ingin mengangkat kaki Justeru itu ia men dengar tindakan kaki berat lagi mendatangi ia menjadi takut. Tidak ayal lagi ia menangkis satu serangan, terus ia lompat mun dur, untuk lari keluar.

Suaranya Tian Toa Nio dapat didengar tosu ini, maka ingin ia mendapat pertolongan nyonya itu. Ia telah merasa, tak nanti ia dapat bertahan melayani terus pada Cee In yang mempunyai kawan.

Cee In sebaliknya tidak mau mengasi hati.

„Tosu siluman, kau hendak lari kemana ? ‘ bentak Lam Tayhiap seiaya lompat mengejar untuk menyerang.

Imam itu terkejut. Didepan memang ada pintu batu yang berdaun dua, yang dapat dibuka, hanya untuk mementang itu. ia memerlukan waktu. Maka ia kata didalam hatinya : Kenapa aku tolol sekali ! Mana bisa aku lari dari depan’ Ia sadar sesudah terlambat. Ketika itu Cee In sudah me nyandaknya, hingga ia mendengar anginnya bacokan. Dalam kaget dan bingung, ia menangkis kebelakang. Ia bergerak dalam ge rakan

„Hpng-hong Tian Cie” atau ..Burung hong-hong mementang sayap, la terlambat. Berhasil ia menangkis hanya fidak tepat. Goloknya Cee In kena dijepit sesudah ujungnya meluncur tanpa ampun lagi, pundaknya kena terbacok hingga melowek. ia menjadi gusar berbareng takut, ia terus melawan dengan mati- matian, sembari berkelahi, ia berteriakan.

Oleh karena orang bagaikan kalap, Cee In terpaksa mundur. Dengan begitu, ia seperti membuka jalan. Si imam nerobos, dia lari terus. Disitu ada beberapa tikungan. Lekas juga dia lenyap ditempat gelap.

„Adik Song, awas ! Cee In berseru memperingati kepada Leng Song. „Siluman lolos, dia lari kebelakang !’

Ketika itu Soat Bwee dan anaknya sudah keluar kamar. Leng Song mendengar suara suaminya, hanya belum habis suara itu, serangan gelap sudah datang. Sejumlah jarum rahasia berkeredepxin. Si imam, yang mau membuka jalan ditempat gelap itu su dah menimpuk dengan jarum-jarum Bwee Hoa Ciam.

Nona Hee berkelit, menyusul itu, ia meraba pedangnya.

Tiba-tiba ia terperanjat. Sarung pedangnya kosong!

Justru itu terdengar bentakannya Soat Bwee.

„Hee, imam siluman Ku Goan ! Kaulah kawannya si bangsat tua, kau tidak dapat ampun !

Menyusul itu, suatu sinar putih melesat bagaikan bianglala. Menyusul itu pula, di sana terdengar suara jeritan yang menggiris kan hati ! liulah sebab si imam telah kena tertembus pedang yang dipakai menimpuk oleh si nyonya, ujungnya pedang tembus dan nancap ditembok. Hingga dengan begitu imam itu kena tersate!

Nyonya Hee tadi telah mencabut pedang anaknya dan terus menimpuk, sedangkan dengan tangan kirinya, ia mengebut, menyampok runtuh jarum yang diarahkan kepadanya.

Cee In mengejar terus ia tiba disaat Ku Goan sudah menerima nasibnya. Ia terkejut dan girang dengan berbareng.

Leng Song juga girang sekali melihat hasil Itu, tahulah ia tenaga ibunya sudah pulih tujuh bagian. Lantas ia memanggil suaminya : „Cee In mari! Mari menemui ibuku ! Kita perlu cepat keluar dari sini, untuk membunuh si bangsat she Hong-hu, supaya kita bisa lekas membantu Wee Lo-cianpwe melayani si nenek yang lihay itu!

Cee In menghampiri mertuanya, ia memberi hormat sambil berlutut.

Soat Bwee memimpin bangun pada menantunya itu.

„Cee In mulai hari ini, aku serahkan anakku kepada kau, katanya. „Kau baik-baiklah memperlakukannya !

Cee In tak dapat berkata apa-apa ia cuma menyahut : „Ya . .

.

Leng Soat berkata pula : ..Anakku biasa manja kau harus

sabar terhadapnya. Tapi ah, tak usah aku bicara banyak. Aku tahu orang seperti kau tentu takkan menyia-nyiakannya”

„Benar, ibu ! ‘ kata Leng Song tertawa. „Kita sekarang sudah dapat berkumpul, di lain waktu masih banyak saatnya untuk kita bicara banyak ! Sekarang mari lekas kita ke luar untuk membantu Toan Peehu dan Wee Locianpwe, si bangsat, tua tidak berarti se berapa, adalah si nenek yang lihay sekali! Habis berkata, Leng Song mencabut pedangnya yang ia serahkan pula pada ibunya.

,,Ibu tidak mempunyai senjata, baik ibu pakai terus pedangku ini.” katanya.

Ibu itu bersangsi sebentar.

,,Baik,” sahutnya, seraya ia menyambut pedang itu, teras ia bertindak ke pintu untuk membukanya. Ia lantas mengeluarkan napas lega.

„Tidak kusangka, aku Leng Soat Bwee dapat pula melihat langit dan matahari !” katanya, lega hatinya, toh ia berduka. Mendadak -ia memutar tubuhnya, meluncurkan sebelah tangannya, atas mana, Cee In dan Leng Song roboh saling susul. Karena di luar dugaan, mertua atau ibu itu telah menotok mereka, hingga mereka tidak dapat membebaskan diri. Dengan tubuh tidak bergeming mereka cima merasa smgat heran, dan mata mereka mengawasi dengan mendelong. Setelah tertotok tidak dapat mereka membuka mulut mereka.

Sambil mengawasi anak mantunya. Soat Bwee berkata. „Aku hendak membunuh musuh dengan tanganku sendiri, aku tidak membutuhkan bantuan kamu! Didalam tempo satu jam kamu akan peroleh kemerdekaan kamu. Anak Song Ibumu pergi!”

Nyonya Hee bertindak pergi akan tetapi tiga kali ia masih menoleh kebelakang, untuk melihat anak mantunya itu. Dengan tindakan perlahan ia keluar dari pintu guha

Leng Song mengawasi, Ia melihat ibunya itu mengalirkan airmata.

Setelah berada berdua saja. Leng Song dan Ce In saling mengawasi. Keduanya heran bukan main. Sikap ibu atau mertua mereka aneh sekali. Karena itu, mereka menjadi berkuatir. Taruh kata orang tua itu, tidak membutuhkan bantuan, tak usah ia menotok. Tian Toa Nio sangat lihay, bukan kah terlebih baik adanya dua orang pembantu ?

Dari berkuatir, akhirnya Leng Song menjadi takut sendirinya.

Diluar Tian Toa Nio dan Wee Wat ma sih bertarung dengan sama hebatnya. Dilain pihak rombongannya Toan kui Ciang dan isterinya dengan Hong-hu Siong nampak perbedaannya. Hong- hu Siong sudah terdesak hingga dia menangkis tetapi tidak sang gup balas menyerang.

Untungnya bagi Hong-hu Siong. Kui Ciang’ tidak tega turunkan tangan kejam a-tas dirinya Jago ini mash ingat budi orang yang telah memberikan obat kepadanya. Bahkan setelah beberapa gebrakan lagi, Kui Ciang berseru: „Hong bu Siong sampai disaat ini, apakah kau masih temaha akan hidup? Jikalau kau mempunyai tulang tulang mu, kau pergilah sendiri’. ‘Itulah undangan untuk Hong-hu Siong membunuh diri, supaya dia tak mati terbunuh suatu hal yang akan menodai kehormatannya.

Luar biasa adalah kesudahannya sikapnya Toan Kui Ciang ini. Justeru Hong hu Siong mendapat tempo senggang, justeru dia melakukan penyerangannya yang sangat ber bahaya begitu dia menangkis goloknya Sian Nio begitu dia menudingkan tongkatnya, berbareng dengan mana sejumlah jarum ra hasia melesat keluar dari ujung tongkat itu Karena dida’am tongkat, yang kosong, dia menyembunyikan senjata rahasianya itu, yang dikerjakannya dengan pesawat yang dapat di tekan. Memang sejak tadi dia sudah memikir menggunakan senjata rahasianya itu akan tetapi dia belum memperoleh ketikanya yang baik, baru sekarang, saat yang dinanti-nantikan itu tiba. Tak disangka ia telah diberikan ketikanya itu oleh musuh.

Syukur ialah Touw Sian Nio menjadi seorang ahli senjata rahasia. Didalam hal kepandaian itu ia melebihkan suaminya. Be gituJah ketika jarum-jarum menyamber. da-lam kaget dan sibuknya, ia lantas menimpuk dengan goloknya, terus dengan kedua tangan bajunya, ia menyambuti semua jarum rahasia itu, hinjga tidak ada sebatang juga yanj lolos, yanf melukai badannya,

Hong-hu Siong terperanjat. Inilah ia ti dak sangka, la juga kaget karena golok sinyonya terbang kearahnya hampir berbareng dengan -hujan jarumnya itu. Ia lantas berkelit. tidak urung pundaknya kena juja tergores. Ia menjerit, terus ia putar tubuhnya uirtuk lari ! Kui Ciang gusar sekali.

..Bangsat tua kau bukannya manusia’ dampratnya. Ia menjejak dengan kedua kaki nya, untuk menghajar, untuk menikam pung gung orang.

Masih Hong-hu Siong dapat menangkis kebelakang hanya sekarang dia kalah tenaga. Itulah sebab luka dipundaknya itu, sebab salah satu tulang pipanya telah terputus. Ketika dia menangkis tongkatnya juga terbabat kutung menjadi dua potoag!

Dalam murkanya Kui Ciang menyusuli dengan lain serangan, guna menghabiskan jiwa orang atau mendadak ia mendengar sa tu teriakan memohonkan keampunan: .,Toan Tay Hiap berlakulah murah hati!”

Kui Ciang tercengang. Ketika ia menoleh ia menoleh, ia melihat satu orang berlompat berlari-lari kearahnya bagaikan satu bayangan, Meski demikian ia sadar, dengan lantas ia menotok kepada Hong-hu Siong. pada jalan darah tiong-kie dipunggung. Segera ia berpaling pula akan melihat siapa itu yang menyerukannya dan lagi mendatangi Ia heran hingga ia berdiri menolong Didepan ia muncul satu Hong-hu Siong lain nya yang sejalanya mirip den an Hong-hu-Siong yang ia telah totok hingga tidak berdaya itu!”

„Kau siapa?’ akhirnya ia menanya, setelah oranf itu tiba didepannya. Ia mengawasi dengan tajam.

Berbareng dengan teguran Kui Ciang ini disana terdengar sorak-sorainya Wee Wat si pengemis Edan, ia pun yang berjingkrakan. Kata dia: „Hong-hu Toako benar benar kau yang datang! Memang telah kuduga dia inilah simanihsia palsu yang telah menyamar menjadi kau !”

Adalah kebiasaannya Wee Wat. kalau saia dia kegirangan secara mendadak ia da pat melupakan segala apa, sekalipun ia lagi bertempur Demikian kali ini melihat Hong hu Siong ia berteriak dan berjingkrakan itu. Atau mendesak ia kaget dan berseru ce laka! ‘Itulah sebab Tian Toa Nio, yang li-hay, tidak menghiraukan keadaan itu, si-nyonya sudah menyerang berbareng dengan kedua tangannya. Maka terhajarlah si Pengemis Edan, karena mana, selain suara nyaring dari hajaran itu, tubunnya pun terpental !

Menyusul itu, Tian Toa Nio bergerak terus, bagaikan terbang dia lompat kepada Toan Kui Ciang, untuk menyerang jago she Toan itu.

Toaw Sian Nio melihat majunya orang ia menyerang dengan tiga buah pelurunya.

Tian Toa Nio tidak memperdulikan serangan itu bahkania tidak mau menangkis la maju terus pada Kui Ciang. Maka terkenalah ia tiga buah peluru itu, hanya aneh, ia tidak kurang suatu apa, tubuhnya me-ngagi dengan suara nyaring seperti logam, suara itu sedap masuk kedalam telinga. Sedangkan ketiga peluru mental balik pada orang yang melepaskannya. Sian Nio heran. Tak tahu ia, orang me makai semacam tameng istimewa atau karena tubuhnya kebal, tak mempan senjata. Meski demikian ia toh maju untuk menghajar punggung si nenek dengan gendewa-nya ?

Kui Ciang juga heran tetapi ia tidak menjadi bingung. Ketika si nyonya tua sampai, ia berkelit kesamping, dari situ ia mengirim tikamannya kejalan darah cie-khi di iga si nyonya

Itulah serangan vang sangat berbahaya.

Masih Tian Toa Nio tidak mengirau-kan serangan, ia meluncurkan tangannya guna menangkap gagang pedang lui Ciang. Jeriji tangannya ditekuk seperti gaetan.

Kui Ciang seorang ulung didalam medan pertempuran, ia tidak menjadi kaget atau bingung. Ia cuma tetap heran sebab nyo nya ini tangguh luar biasa. Ia lantas mema sang kuda- kuda, guna memperkokoh berdiri-aya. Pedangnya pun ditekankan kebawab-Sambil berbuat begitu, ia berseru: ,,Kena!” Itulah karena ia menyerang terus.

,,Bagus !”berseJu Tian Toa Nio, yang meiti melepaskan cekalannya. Kali ini tenaga dalamnya tak cukup kuat buat merampas pedang lawannya. ,,Kau hendak membunuh aku ? Tak dapat !”

Serangan Kui Ciang tidak berhasil mengenakan sasarannya cuma lewat di sisi iga si nyonya, siapa, sebaliknya terus me nyember tangan orang untuk dicekal nadinya !”

Kui Ciang hendak membebaskan diri caranya yalah sembari mencoba menarik pulang tangannya itu, tangan kanan dengan tangan kirinya hendak ia menyerang jago wanita itu. Tiba-tiba saja Tian Toa-Nio membatalkan serangannya, sebab dia mesti memutar tubuh untuk menangkis ke-belakang. Itulah disebabkan Tauw oian Nio dengan busurnya sudah menyerang punggung orang, hanya serangan itu gagal, karena uiung busur kena disentil oleh si nyor nya tua yang lihay itu. ia kalah tenag? dalam- Hebat sentilan itu, tangannya sesemut an busurnya terlepas dan mental !

Pabis itu candanya Tian Liong Fui melayani pula Toan Kui Ciang, atau Hong hu Siong meneruskannya „Tian Nio. u-rusan disini menjadi tanggung jawabku, tak usan kau campur tahu mengurusnya !” Sambil berkafa begitu, ia menggunai tongkatnya, untuk menyerang guna membebaskan Kui Ciang dari serangan tangkapan Kim na ciu si nyonya.

Nyonya tua itu mendelik mengawasi si pengemis.

„Eh, Honghu Siong, bagaimana ini ?” tegurnya ,,Apakah kau sudah jadi linglung ? Orang-orang hendak membinaskan adikmu, kau tahu tidak ? Kenapa kau bu-kan membantu darah daging sendiri, kau justru berpihak kepada orang luar?”

Tapi Hong-hu Siong menjawab sengit: Jikalau adikku tidak tersesak hingga dia, bergaul dengan orang-orang busuk, tidak nanti dia menjadi begini gelo ! Justru kau lah yang mencelakai dia! Nah kau rasakan tongkatku !”

Tian Toa Nio pun menjadi gusar.

, Orang yang tak dapat membedakan merah dan putih Oh’ tua bangka mau mampus ‘teriaknya. „Kau nyatanya cuma Inandai menutup pintu rumahmu dan meng hina adikmu sendiri

! Kau tahu, aku sinyo-nya tua tidak takut padamu !,

Berkata begitu nyonya itu berlompat menyambut serangan Hong-hu Siong, maka juga tangann}a itu tongkatnya terhajar mental !

Kui Ciang sementara itu tidak mau berhenti tak perduli sinyonya sangat lihay. ia maiu terus dengan serangannya. Maka bayangannya mereka itu jadi berkelebatan dengan sangat cepat.

Tian Toa Nio gusar sekali, dia berseru sekuat kuatnya. Satu kali tubuhnya terpisah, lantis ia maju pula dengan lompat mencelat. Tangan bajunya yang panjang menyamber Kui Ciang, untuk dilibat.

Kui Ciang berkelit sambil ia membabat dengan tipusilat Heng In Toan Hong atau ,,Mega melintang memotong puncak gunung atas mana Tia» Toa Nio menangkis dengan „liat Siu Sin Kang, atau sampokan Tangan baju -Besi hingga pedang kena tersampok deras keras juga suaranya. Kui-Ciang terkejut. Tangannya gemetaran dan pedangnya hampir lepas!”

Touw Sian Nio sudah menyerang pula dengan peluru kim wannya.

Tian Toa Nio liehay luar biasa, masih dapat ia menyampok peluru itu.

Tatkaia itu, I-ong-hu Siong menyerang dengan tongkatnya. Tadi ia tersampok sampai mundur seiindak saking hebatnya tangkisan sinyonya. Karena ia mundur Kui Ciang menggantikannya maju. Ia bertahan hingga ujung bajunya robek terkena ujung tongkatnya. Kesudahannya itu ia kalah unggul.

Hong-hu Siong membuat nama selama beberapa puluh tahun belum pernah ia di kaiahkan siapa juga kecuali ketika ia me-nempur khong Hhoag Jie. Itulah kegagalan nya yang kedua kali. Siapa tahu, hari ini ia menampak kegagalan yang kedua kali dan ditangannya ini lantu wanita. Tapi ia tidak takut ia babkan menjadi sangat mendongkol hingga ia menyerang pula dengan hati yang panas membara sampai tongkatnya menerbitkan angin keras. Kali ini Tian Toa Nio tiaak berani menyambut keras dengan keras ia membebaskan-diri dengan gerakan lunak tLiu lu Hui Siu Tangan baju terbang diantar»mega melayang. Ia membebasknn diri dengan sampokan kedua tangan bajunya menggagalkan serangan ilmu tongkat Hang Mo Thung atau. Menakluki hantu dari lawannya itu.

Kong-hu Sioag gusar dan mendongkol toh ia mengagumi lawan yang kosen ini.

Sementara itu Wee Wat si Pengemis Edan telah berjumpalitan hingga tiga kali baru ia menginjak tanah. Bukannya ia gusar atau mendamprat musuh ia justeru berkata jenaka: „Sungguh kau liehay! Syukur aku tidak kena dilukai kau! Ia tidak lantas maju pula guna menyerang musuh ia hanya jalan murdar mandir beberapa kali dari muluknya keuar kata kata ini: „Jikalau kami kedua pengemis • mengepung kau satu orang apabila kau kalah, kau tentu tidak puas! Sebaliknya aku jikalau aku tidak dapat mengulahkan kau tak dapat aku melampiaskan hatiku! bagaimana se karang? Baik biarlah, biarlah, akan aku menonton saja!” Dan terus ia meniatuhkan diri untuk duduk numprah ditanah, guna, mengawasi pertemouran. Kalau ia bertepuk tangan, bersorak-rorai, memuji dengan ke girangan meluap luap.

Si Pengemis Edan cerdik sekali. Ia duduk melumprah bukan melulu untuk ber gurau saja. Ia sebenarnya lagi menggunai temponya, untuk memelihara diri. Biar bagaimana barusan ia tergempur hebat hingga ia merasai semua auggauta tubuhnya lain seperti biasanya. Perlu ia mengumpul tenaga untuk memperkokoh tubuhnya.

Sementara itu Tian Toa Nio tak peduli dia kosen luar biasa dia repot juga dike pung Hong hu Siong dan Toan Kui Ciang berdua sebab diantara mereka. Touw Sian Nio juga kadang kadang membantu dengan «erangan pelbagai kim wan peluru emasnya…..”

Selagi bertempur seru itu satu kali Hong-hu Siong dap^t menohok lawannya dengan -totokan. ,,Naga masuk kegedung yang dalam. ,Yang menjadi sasarannya ya lah jalandarah kauw im. Bukan main mendongkolnya Toa Nio dengan sebat dia me- rangsak dengan kaki kirinya seraya kaki kanannya melayang naik, menendang tongkat orang.

Wee Wat yang duduk menvimprah menonton terus.

„Tusuk jalan darahnya hiathay mendadak ia berseru.

Toan Kui Ciang turut anjuran itu. dengan pedangnya, ia menikam jalandarah yang disebutkan itu, Kebetulan Tian Toa” Nio lagi memutar tubuh jalandarah akan tetapi pedang lawan pedang mustika, daging atau tulangnya kena juga tertusuk hingga segera darah-ya keluar membasahkan baju dan celananya!”

Oiantara dua Iawnnnya Toa Nio Honshu Siong yaag terlebih Hehay karena im ia lebih perhatikan sipengemis dan kurang perdata terhakap Kui Ciang siapa tahu Kui Ciangpun tidak danat dipandang enteng «edang barusan dia mendapat petunjuk dari Wee Wat. Ia menjadi gusar bukan main, sampai ia menjerit keras terus ia menjambret kepada orang yang menusuknya itu!

Kui Ciang melindungi diri dengan mc-lmtangi pedangnya kena disentil, sedang dengan lain tangannya sinyonya jago menjambret leher bajunya!

Touw Sian Nio kaget sekali. Untuk menolongi suaminya ia menyerang pula dengan tiga buah pelurunya beruntun runtun sedangkan dilain pihak tongkatnya Hong-hu Siong segera menghajar pula. Kui Ciang berlaku sebat ia menarik dirinya, tetapi ia tak bebas seluruhnya bajunya kena dijambret robek !

Tian Toa Nio penasaran seka’i. Ingin ia membinasakan Kui Ciang, tetapi ia cuma dapat merusak pakaian orang. Justeru itu, ia juga terhajar tongkatnya Hong-hu Siong benar ia kebal dan kedor, ia toh merasakan sakit yang hebat, sampai matanya kabur, pandaagmnya terasa hitam gelap, karena ini, ia menjadi seperti orang kalap, ia menyerang dengan terlebih hebat sedang dari mulutnya terdengar seruan atau dampratan berulang-ulang, kedua tanganya bekerja bagaikan titiran, meninju, menyampok dan menjambret.

Kui Ciang berdua Hong-hu long berlaku tenang tetapi awas dan gesit, didesak begitu rupa, merska lebih memerlukan membela diri. Tidak demikian dengan Tian Toa Nio- Nyonya ini bagaikan kekurangan tenaga, sampaipun serangan pelurunya telah menjadi kurang hebat lagi. Ia berhati gentar dan tangannya lemas . . .

Belum lama kalapnya Tian Toa Nio, mendadak suaranya yang keras sirap sendirinya. Inilah karena dari jauh-iauh ia men dengar kata kata ini : , Harap nyonya majikan ketahui, tuan muda sudah pergi, tetapi dia meninggalkan kata-kata yang dia haruskan badakmu menyampaikan kepada nyonya !”

Suara itu dikeluarkan bujang tuanya Toa Nio Bujang itu melihat pertempuian hebat itu. tak berani dia datang dekat, ma ka dia mengasi dengar laporannya dengan dia berdiri jauh jauh. dipuncak gunun di depan itu.

„Apakah pesannya binatang kecil itu?” tarnya Tian Toa Nio sambil ia berkelahi terus. Tak sudi ia berhenti atau menunda saja pertarungan itu, karena itu, selagi mereka bicara itu. tiga kali sudah Hong-hu Siong dan Kui Ciang menyerangnya silih ganti. Bujang tua itu kata : ,,Tuan muda bilang, jikalau nyonya majikan membinasa kan pemuda she Tiat itu, untuk seumur hi dupnya, tak mau ia menemukan pula pada nyonya !”

„Hm !’ si ibu rnengasi dengar ejekan-nya. Cuma sebegitu ia mengasi dengar sua ranya, lantas ia menanya : „Bagaimana dengan Nona Ong’

,,Nona Ong juga pergi! Mereka meninggalkan surat untuk nyonya majikan !

Semua hadirin diiitu memperhatikan pembicrraan”" diantara bujang dan nyonya majikan itu, ketiga orang yang bertempur itu pun bertempur terus Justru itu, mereka semua mendengar satu jeritan yang teras dan menyayatkan hati, hingga semuanya menjadi terkejut, haii mereka memukul, lebih-lebih Hong-hu siong, sampai dia lompat berjingkrak. Kui Ciang turut berlompat juga Lantas sambil berkelahi terus, mereka menoleh kearah dari mana jeritan datang.

Disana terlihat adiknya Hong hu Siong .yang menyamar sebagai Hong hu Siong rebah dengan mandi darah, didadanya nancap sebatang pedang yang gagangnya masih bergoyang- goyang. Dialah yang menjerit itu, didepan dia berdiri seorang wanita yang matanya mendelik dan wajahnya merah padam saking gusarnya ! Dan dialah Leng Soat Bwee atau ibunya Nona Hee Leng Song. Orang repot berkelahi, setelah si nyonya menerbangkan pedangnya dan Hong-hu iiong palsu menjerit, baru orang ketahui peristiwa berdarah itu !

Toan Kui Ciang kaget hingga ia berseru „Soat Bwee!” sedangkan Hong-hu Siong ber diri menjubiak, hingga Wee Wat menyerukannya : ,.Awas !

Belum berhenti pemberian ingat itu atau „Duk’” maka tangannva Tian Toa Nio sudah menghajar pundak si pengemis teriangkan dengan satu jambretannya dia membuatnya Kui Ciang mencelat mundur. Syukur buat Kui Ciang, Sian Nio menyerang pula dengan pelurunya kalau tidak ia pun bisa celaka

Habis itu, nyonya kosen itu berseru bagaikan mengeluh : Hong-hu Hoa, aku telah melakukan segala apa dengan semua tenagaku ! Inilah kakakmu yang telah berlaku tega membantui oraug luar, karena itu Jangan kau sesalkan aku ! ‘ lalu tanpa menanti apa juga, selagi musuh pada mundur dia lompat jauh, buat terus lari turun gunung !

Walaupun dia gagah luar biasa, Tian Toa Nio masih ingat akan dirinya sendiri maka tahulah dia, dikepung oleh Hong-hu Sioag dan Toan Kui Ciang, yang dibantu Touw Sian Nio tak dapat ia bertahan terus menerus sedang disana masih ada Wee Wat yang tingkahnya aneh itu. Justru Hong-hu Hoa telah menerima ajalnya, itulah ketika nya yang paling baik buat meninggalkan musuh musuhnya. Cuma, buat guna nama baiknya, sengaja dia mengucapkan kata-kata itu.

Tak cukup nyonya tua ini menerima hanya luka-luka pedang dan tongkat, masih dia menerima satu luka lainnya. Itulah di saat ia berlompat berlari itu. mendadak We Wat menjemput sebutir batu dan menimpuk padanya dengan timpukan ,.Hui Hoa Tek Yap” atau „Menerbangkan bunga, memetik daun” Batu itu diarahkan kepada ang§auta rahasianya. Tenaga dalam si pengemis sudah sempurna sekali dia pula menimpuk de ngan batu, benda yang berat hebatnya ber tambah sendirinya. Jitu timpukan itu. Tak dapat si nyonya berkelit. Boleh dibilang ,ia sia belaka kekebalannya. Begitu ia ter timpuk begitu ia berkaok, lantas tubuhnya yang lagi melompat tinggi itu, jungkir ba lik beberapa kali, terus jatuh ke arah jurang ! Di atas gunung didepan itu, sibujang tua, yang melihat majikannya roboh sudah lantas lari turun, niatnya untuk menolongi… Hong-hu Siong dan Toan-kui, Ciang melihat robohnya sinyonya, akan tetapi tak sempat mereka memperhatikannya. Lebih lebih Toan Kui yang sudah dua puluh tahun lebih tidak melihat Leng Soat Bwee-hingga hatinya menjadi tenang sekali, keduanya lantas lari untuk menghampirkan.

Soat Bwee bermuka sangat pucat muka nya itu tidak ada darahnya akan tetapi disaat itu, dia nampak muram. Melihat itu Kui Ciang tetperanjat.

,,Soat Bwee, aku beri selamat padamu!’ kata Yu-Ciu Tay Hiap. „Kau telah berhasil membunuh sendiri pada musuh besarmu! De ngan pembalasmu ini, kau pasti dapat mem bikin lega arwah lee Toakok” Kemudian ia berpaling kepada isterinya untuk menam-bahkan: „Adik Sian mari kau menemui Leng Lie- hiap!”

Nyonya Hee menyingkir dari tatapan she Toan itu.

Terima kasih atas bantuanmu,” katanya perlahan. „Aku tidak ada muka untuk melihat kau pula , . . . ”

Kui Ciang terkejut, mendadak ia diliputi rasa takut. Inilah sebab ia ingat suatu apa.

,Adik Soat ” ia berkata, „hari itu kau telah berhasil membuat pembalasan, sudah seharusnya kau bergirang, oleh karena itu janganlah kau menyebut-nyebut urusan yang mendukakan . . .


„Memang,,’ sahut Soat Bwee, „memang hari ini aku girang luar biasa, lebih-lebih karena aku telah melihat kau dan isterimu kamu berdua Oh, Seng To kau . . – ya, ki ta bertiga kita bagaikan saudara2 kandung saja. Seng To kasihan kau. kau mati secara menyedihkan …. Dasar peruntungan ku yang buruk. Terangkanlah cuma kau yang paling berharga … . !” Kui Ciang terbuka. Tak suka ia mendengar orang bicara pula dari hal yang menyedihkan itu, Maka hendak ia menghibur at:u sinyonya sudah mendahului ia. kata Soat Bwee perlahan: „Toan Toako, aku minta su kalah kau dengan melihat persahabatan kita, meluluskan satu permintaanku. ‘

„Kau bicarakan, adik Soat!” sahut Kui Ciang cepat. Aku tidak bakal menampik wa laupun aku mesti menyerbu api berkobar- kobar!”

“Duduknya hal toako, tak lama kau bakal ketahui.” kata sinyonya. Kaulah sahabat karib Seng To buat urusan itu. Aku menghendaki anakku menyambung turunan Keluarga riee, aku minta kau dapat mtnge-labuhi dia.Aku tahukaulah orang yang tidak biasa mendusta tetapi buat guna Seng To dan aku kali ini aku minta kaulah memecahkan kebiasaanmu itu! Kau dapat, bukan?’ Tubuh Kui Ciang menggigil. Itulah per mintaan yang berat.

„Ya, aku suka; aku suka….?” katanya terpaksa, karena tak tahu ia harus membilang apa.

Soat Bwee tidak lantas berkata kepada Kui Ciang, hanya ia menyambut pedang dan tubuhnya Hong-hu Hoa, si Hong-hu Siong tetiron. untuk terus berdongak dan berkata “Suamiku aku tidak suka turut kau pergi kelain dunia, itulah karena aku hendak me nanti tibanya hari ini, dan hari ini, dapat lah aku menemukan kau!”

Kui Ciang kaget sekali ia lompat guna menubruk nyonya itu, akan tetapi Soat Bwee bergerak dengan cepat luar biasa pedang di tangannya sudah lantas nancap didadanya. diuluhhatinya. Ia menjadi sangat menyesal Ia sudah merasakan firasat buruk hanya ia tidak menyangka Nyonya Hee dapat bertindak demikian. „Adik Swat, semua inilah di sebabkan orang memfitnahmu,” katanya menangis air matanya bercucuran. ,.Pastilah Seng To tidak akan sesalkan kau. Semoga kamu suami istri dapat berkumpul dengan berbahagia diduana baka…..”

Ketika itu Hong hu Siong menghampir-kan mayat adiknya sambil menuding, ia ka ta: ,’Semua-mua dasar kau yang telah mencelakai lain orang hingga kesudahannya kau celakai juga dirimu sendiri. Siasia belaka aku bercapai hati hendak mencegah peristiwa ini …”

Lantas jago tua ini menangis menggerung-gerung, Hong-kay Wee Wat menggeleng-geleng kepala.

„Leng Lie-hiap mati dengan penasaran tak demikian dengan adikmu, yang seharus-nya mampus!” kata dia. „Buat apakah kau tangiskan dia? Aku lihat kesadaranmu su- , dah pudar, kau menjadi linglung! Putri dan menantunya Leng Lie-hiap masih berada di dalam guha, kalau sebentar menanyakan keterangan kepadamu, apakah kau mau bilang? lekas kau tuturkan cuduknya hal yang jelas padaku! Kamu tidak bisa men-dusta, tetapi aku lain, dapat aku mewakilkan kamu mengarang sebuah ceritera!”

Hong hu Siong menurut, ia berhenti me nangis, ia menahan keluarnya ai-imatanya. Lantas tanpa bersangsi pula, ia memberikan penuturannya.

Memang juga orang yang dibinasakan Leng Soat Bwee itu Hong-hu Hoa, adiknya Hong-hu Siong. Mereka berdua saudara potongan tubuh dan roman mereka sangat mi rip satu dengan lain akan tetapi dilain pi hak, tabiat mereka sangat berlainan. Ayah mereka menutup mata siang-siang. Tabiat Hong-hu Hoa buruk sekali, sebaliknya dia, sangat disayangi ibunya. Di saat ibu itu mau meninggal dunia, dengan wanti-wanti ia pesan Hong-hu Siong untuk merawat dan menjaga baik baik adiknya itu. Hong-hu Siong menerima pesan.

Iapun tahu keburukan adiknya maka la menjaga dengan keras sekali. Sampai usia delapan belas tahun, tak pernah siadik di-ijinkan keluar pintu umpama Kata setengah tindak, Tapi dalam usia delapan belas tahun itu Hong-hu Hoa telah memperoleh kemajuan dalam ilmu silat, lantas dalam hati nya timbul keinginan buat pergi merantau, untuk menjadi seorang kangouw yang bebas merdeka. Memangnya sudah sekian lama ia ingin kehidupan orang Sungai-Telaga. Karena ini, ia telah nienyimpan niat buat minggat.

Hong-hu Siong menjadi orang penting dalam Kay Pang partai pengemis ia puia suka keluar untuk melakukan perbuatan perbuatan baik dan mulia, tidak dapat ia terus-terusan berdiam didalam rumah menjagai adiknya. Biasanya, kalau ia pergi, ia pesan seorang bujangnya yang sudah tua menggantikan ia menilik adiknya itu. pula setiap ia pergi keluar, ia selalu memesan dengan sangat kepada adiknya, yang ia larang pergi kemana-mana

Hong-hu Hoa takut kepada kakaknya, tidak berani dia melanggar larangan itu. Kalau kakaknya tidak ada dirumah, dia sampai tidak Derani menentang bujang kakaknya itu yang mewakilkan si kakak. Hanya setelah berusia dewasa dan kepandaiannya maju timbul perasaan tak senangnya iagin dia meronta. Demikian pada waktu kataknya pergi merantau, ia mewujudkan niatnya minggat, bahkan ia sudah lantas melakukan satu perbuatan busuk yang membuat kakak nya menjadi sangat berduka.

Hari itu seperginya kakaknya, Hcng-hu Hoa minta bujang tuanya memberi. Tentu Sekali sibujang mentaati pesan Hong hu Siong dan melarangnya. Ia menjadi tidak senang, dalam gusarnya, ia bunuh hamba yang setia itu. Sefelah itu lantas hidup dalam perantauan. Kemudian ia telah bertemu dengan si hantu besar Tian Liong Hui dan Tian Toa Nio suami isteri yang liehay itu.

Liong Hui melihat pemuda ini berkepan daian tanpa celaan dan belum mempunyai pengalaman senang ia menerimanya untuk dijadikan pembantunya. Ia lantas mengajak sipemuda melakukan perbuatan perbuatan buruk Inilah cocok dengan tabiat asalnya. Maka makin lama dia jadi makin buruk.

Hong-hu Siong mencari adiknya itu. Sampai selawatnya tiga tahun, baru ia dapat menemukannya. Ia lantas membawanya pulang. Sesudah menegur adik itu, ia mengurungnya dalam sebuah rumah batu.

Tidak lama dari itu datanglah saatnya sejumlah orang gagah mengepung Tian Liong Hui. Jago yang busuk itu dapat dibinasakan tetapi isterinya lolos. Syukur Hong-hu Hoa sudah kena ditangkap kakaknya dan lebih dahulu telah dibawa pulang.

Adalah mudah buat orang baik menjadi orang jahat, sebaiknya sulit buat orang jahat menjadi orang baik. Demikian sudah terjadi dengan nong-hu Hoa. Dia bukan ber terima kasih kepada kakaknya, dia justeru penasaran dan membencinya. Tak puas dia hilang kemerdekaannya. Pada satu waktu kembali dia dapat lolos.

Sekarang ini Hong-hu Hoa telah menjadi orang dewasa, romannya yang mirip Hong-hu Siong membuat banyak orang yang menyangka dialah kakaknya itu. Itulah kebetulan untuknya Lantas dia mengaku diri sebagai kakaknya itu. Untuk itu, dia membuat senjata yang berupa tongkat kayu cendana, yang buatannya sangat mirip tong kat kakaknya. Dengan menggunai tongkat itu dia. melanjuti berbuat berbagai kejahatan hinggga orang menyangka Hong-hu Siong yang melakukan itu sampai Honshu Siong mendapat nama buruk sekali.

Lama-lama Hong hu Siong mendengar juga berita tentang sepak terjang adiknya itu. ia menjadi sangat menyesal dan berduka Kalau ia membantah atau menyangkal ia mesti memberi keterangan. Im berarti ee laka untuk saudaranya, sebab ia jadi membuka rahasia saudara itu. Biar bagaimana,, ia ingat pesan ibunda, ia menyayangi saudaranya. Akhirnya ia terpaksa membungkam cuma diam-diam saja ia berdaya untuk membekuk dan membawa pulang saudara itu.

Paling akhir perbuatan terkutuk Hongj hu Hoa ialah membunuh secara pelap pada Hee Seng To dan menculik: Len? Soat Bwee Dalam pekerjaan itu dia menggunai hio obat pulas buatannya Tian Liong Hui Foat Buee disembunyikan didalam guha gunung. Selagi ia tak sadarkan diri, kehormatannya telah dinodai. Tempo kemudian Soat Bwee sadar bara ia tahu bahwa orang telah main gila terhadapnya Ia gusar sekali, ia serang Hong-hu Hoa. Dia lawan- kesudahannya, dua-dua mendapat luka dan Kong-hu Hoa kabur Dengkulnya Soat Bwee terkena jarum Bwee-hoa-ciam tidak dapat ia mengejar, maka ia cuma mengingat-ingat baik-baik roman sijahat itu.

Belum lama dari peristiwa busuk itu, Hong-hu Siong berhasil menemui saudaranya yang lukanya masih belum sembuh. Ia membawanya pulang. Bahkan ia terus membawanya kekuburan ibunya. Inilah sebab kejahatan siadik telah melewati batas, Lan taran kejadian itu buat beberapa tahun ia sampai tidak berani keluar pintu. Didepan kuburan mereka ia berkata pada adiknya: “Melihat perbuatanmu ini seharus nya aku bunuh mati padamu, akan tetapi dengan memandang kepada ibu, suka aku mengasi am pun. rianya untuk kali ini saja! Apabila tetap kau tidak sadar dan tidak mau meru bah kelakuanmu, akan kau buron pula dan kembali berbuat jahat, lebih dahulu aku membunuh diri! Lebih baik aku -yang membunuh kau daripada kau terbunuh orang lain!

Habis berkata begitu, Hong-hu Mong menyuruh adiknya mengangkat sumpah untuk bertobat.

Sejak diberi nasihat itu, Hong-hu Hoa berlaku baik. Dia berdiam tenang didalam rumah terus dia memahamkan ilmu silatnya. Belum pernah d».a buron pula. Beberapa kali Hong-hu Siong mengujinya dengan dia berpura-pura melakukan perjalanan jauh tapi sebenarnya ia berdiam didekat dekat rumah nya untuk mengintai Adik itu tetap berdiam dirumah, dan belajar silat dengan rajin tak berani dia turun gunung Hal itu membuat ia girang, hingga ia percaya adik nya beuar- benar sudah insaf dan merubah kelakuan, tak mau berbuat jahat pula. Sebab ini, penjagaannya menjadi kendor sendirinya

Terkaan Hong-hu Siong melesat. Hong-hu Hoa tak pernah berubah sifatnya. Dia tak mau buron dulu disebabkan dia jeri kepada kakaknya dan jeri juga terhadap Leng Soat Bwee serta pelbagai orang gagah kaum lurus. Dia tahu baik sekali bahwa sang kakak gusar beuar-benar, bahwa kalau dia menyeleweng lagi, ia bakal dibunuh. Maka dia tak mau kamu -sebelum ilmusilat » nya melamai ilmu silat kakaknya itu. Dia takut pada Soat bwee dan sahabat-sahabatnva Hee Seng To. Dia telah mendengar kabar bahwa beberapa sahabatnya eng To mencan dia, guna membalaskan sakit hati korbannya itu*

Tak sudi dia ditawan dan dibinasakan orang-orang gagah iru. Dia teru3 bersemou-nyi. Dia boleh bersyukur bahwa dia tak dapat dicari. Tapi dia telah berpikir, untuk dia dapat keluar pula nanti, perlu dia menyaru jadi kakaknya. Begitu dia menyekap diri belajar sungguh-sungguh, untuk mendapatkan kepandaian kakaknya itu. Hong-hu Siong tinggal dipuncak gunung Hoa San sangat jarang ia bergaul saling berkunjung dengan segala kenalannya. Orang yang pernah datang kerumahnya cuma Ciu tCay-kTe-tie si Pengemis Pemabukan, sahabatnya itu. Karena itu cuma K le tie seorang yang ketahui ia mempunyai seorang adik yang romannya bagaikan saudara kembar. Bukankah Kie Tie juga ke- tahai rahasia Hong-hu-hoa. Hanya ia me ngetahuinya sesudah orang bertobat. Ia menutup mulut karena juga Hong-hu Siong telah memohon dengan sangat kepadanya untuk ia jangan membuka rahasia adik itu. Ia suka meluluhkan karena ialah seorang yang berhati baik seperti Hong-bn Siong sendiri, dan ia pun mengharap Hong-hu hoa berubah baik untuk selama- lamanya.

Sementara itu sudah lewat sepuluh tahun lebih ilmu silatnya Hong hu-hoa juga telah maju jauh. sampai hampir dia menyusul kakaknya. Sekarang hati Hong-hu Siong pun lega. Ia percaya adiknya sudah berubah benar-benar, sampai dia da; pat merantau sampai bulanan tanpa adik itu dikurung. Barulah kemudian, tempo ia pulang dafi perantauan, ia mendapat rahu adiknya tidak ada dirumah.

Sebenarnya Hong-hu hoa bukan buronan jauh dari Hoa San, Ibanya secara kebetulan saja dia bertemu dengan Tian Tio Nio, jandanya Tian Liong Hui. Tian Toa Nio mencari tempat sembunyi, ia pergi ke gunung Hoa San.

Disini ia memilih guna dilembah itu, yang bernc.ma Toan Hun Kok, artinya lembah Putus Sukma. Lantai Hong-hu-hoa minta perlindungannya sinyonya kosen.

Baru belum lama setelah itu Hong-hu Siong mendapat tahu adiknya tinggal di tampatnya Tian Toa Nio, Ia tahu tak dapat ia melawan jago betina itu, terpaksa ia menutup mulut. Ia pun mau memohon bantuan dari sahabat – sahabatnya. terpaksa ia membiarkan adik itu berdiri sendiri

Senang Hong – hu – hoa bebas dari kekangan kakaknya.

Dari Tian Toa Nio ia pun mendapat pelajaran menggunakan senjata rahasia yang dipakaikan berupa racun, diantara-nya ia menyimpan jarum Bwe-hoat-ciam di ujung tongkatnya, tongkat kayu cendana tiruan tongkat kakaknya.

Selama itu, hampir dua puluh tahun sudah lewat sejak kebinasaannya Hee Seng To, orang umumnya telah melupai peristiwa keji itu, kecuali beberapa sahabat terdekat dari Seng To, terutama Leng Soat Bwee sendiri.

Tak lama sejak dia muncul pula dalam dunia kangouw, hong- hu-hoa mendengar kabar halnya Leng Soat Bwee mempunyai seorang anak perempuan. Sementara itu, ia sendiri tak dapat melupakan nyonya janda Hee itu yang ia cintai.

Leng Soat Bwee tidak mau muncul pula dalam dunia kangouw, ia malu sendirinya. Untuk menuntut balas, ia meleta- ki pengharapannya atas diri puterinya, yaitu Hee Leng Song. Maka semua kepandaiannya, ia wariskan pada putrinya itu, ke pada si putri ia bilang bahwa Hong-hu Siong seorang manusia sangat jahat yang melakukan segala sesuatu yang busuk dan keji, maka ia pesan, setelah nanti pelajaran si anak perempuan, anak itu harus membunuh Hong hu Siong, katanya guna menymgkirkan manusia jahat itu dari dunin kang-ouw.

Leng Song tidak tahu duduknya hal yang sebenarnya, maka juga dalam pertemu annya dengan Hong hu Siong didalam ber- hara tua, ia cuma tahu pengemis itu harus dibinasakan. Sedangkan Hong hu Siong, dia tidak mau membantah, dia cuma minta si nona memberi keterangan kejahatannya. Belum lama Hong hu Hoa turun gunung, dia bertemu dengan Ceng Ceng Jie. Nyata mereka cocok satu dengan lain, lan tas mereka ^mengikat tali persahabatan. Setelah itu, kemudian datang saatnya dia membunuh Hie Tie.

Dia memang tahu pengemis itu mengetahui rahasianya. Ketika Ceng Ceng Jie bersama Ong Pek Thong memancing

Toan Kui Ciang «uami istri bersama Kie Tie pergi ke Giok Sie San ia menyusul. Ia telah menggunai jarumnya yang beracun, Sebenarnya ia mau membinasakan Kui Ciang tetapi Kui Tie mengetahui maksudnya dan ia maju menghadang didepannya.

Penyamarannya Longhu Koa sebagai kakaknya hampir dapat mengabui semua carang oerkenamaan Rimba Persilatan. Begitulah muridnya Wee Wat telan keliru menyerahkan suratnya Wee Wat untuk Kong-hu Siong. Sekalipun Khong Khong Jie telah kena terpedayakan, sanpai ia ini percaya dialah Kong hu Siong, hingga ia menem pur Wee Wat. Adalah yang paling belakangan ini, setelah menculik Leng Loat Bwee, sebagai orang jahat, dia menerima juga bagiannya dia terbinasa justau ditangan nya sinyonya janda.

Demikian penuturan Kong hu Siong, yang membuat Toan Kui Ciang semua heran dan terkejut, mendongkol dan berduka. Lakon itu panjang dan hebat. Kui Ciang sampai menepas airmata, mendukakan nasibnya Soat Bwee.

Tetapi ialah laki-la<u sejati, ia memberi hormat pada Hong- hu Siong, menyata kau menyesal atas keliru mengarti mereka sebegitu jauh dan menghaturkan terima kasihnya buat bantuannya ini.

„Biarlah yang sudah lewat itu,” kata Hong-hu Siong. “Mari kita pergi kedalam guha untuk mencari mereka itu. Eh, penge mis tua, sudah selesai atau belum kau mengarang kedustaanmu? Mengapa mereka itu masih belum juga muncul?” Wee Wat berpikir. Dia berpengalaman dan cerdas, dia dapat menerka; kata ia: “A-ku percaya mereka telah ditotok Leng Lie- hiap disebabkan lie-hiap tidak ingin mereka jmenyiksikan peristiwa ini hingga mereka- ketahui duduknya perkara. Ceri- teraku telah aku karang, mari kita pergi melihat mereka!”

Pada waktu itu mendekati satu jam, Lam Cee In sudah bebas terlebih dahulu. Ia menggunai tenaga-dalam untuk memulih- kail kemerdekaannya. Setelah itu, ia membantui isterinya. Cee In kaget sekali waktu ia mendengar suara tindakan banyak orang, sampai ia berlompat bangun sambil menghunus pedangnya. Terutama ia kaget waktu ia melihat Hong hu Siong.

, Lam Hiantee, kau lihat dulu biar tegas,” berkata Toan Kui Ciang, ‘”Hong-hu Siong ini bukannya Hong hu Siong yang satunya itu ! Telur busuk yang besar itu yalah adiknya Hong hu Locianpwe ini!”

Cee In berdiri menjublak matanya mengawasi mendelong. ia melihat pakaiannya Hong hu Siong penuh dengan tambalan, sedang tongtaknya tidak ada ca-cadnya. Hong hu Siong musuhnya sebaliknya tidak mengenakan pakaian rubat-ba-bit dan tongkatnya, selain rusak ujungnya, juga telah dikutungkan separuh oleh Toan Kui Ciang.

,,Sungguh beruntung bahwa di Hoa San ini kita telah bertemu Hong hu Siong Loocianp wee, yang telah memberikan bantuannya, Kui Ciang kata pula. “Kong hu Hoa Locianpwe sampai melakukan perbuatan tay-gie biat-cin, karena mana hiantee sakiti mertuamu telah dapat dibalaskan.”

,Tay gie biat cin” yalah perbuatan membunuh saudara sendiri buat gunanya keadilan.

Ceo In percaya keterangannya, kawan itu, ia lantas memberi hormat pada Kong-hu Siong sambil ia menghaturkan tetima kasih. Ketika itu Hee Leng Song pun sudah bebas, ia telah berlompat bangun.

„Mana ibuku?” tanyanya. “Kenapa ibu masih belum kembali?”

Meski ia menanya demikian, nona ini sudah lantas mendapat firasat buruk. Ia melihat wajahnya Kui Ciang semua, ia bertanya didalam hatinya: “Mereka menang perang, kenapa mereka tidak memasuki roman girang?”

„Keponakan yang baik ibumu sangat menyayangi kau,” berkata Kui Ciang, menjawab smona. “Itulah sebabnya kenapa ibu mu tidak mau mengajak kamu keluar bersama. Sekarang ini ibumu tidak dapat menemukan pula padamu. Eh, Wee Locian- pwee, baiklah locianpwee saja yang memberi penjelasan kepada keponakanku iui.”

Leng Song heran setali, begitupun Cee In, maka berdua mereka berpaling kepada Wee Wat, menatap pengemis itu.

Wde Wat mengawasi suami isteri itu, sikapnya sangat tenang.

Mungkin kamu berdua masih belum tahu,” katanya sabar, “walaupun ilmu silat nya Hong-hu hoa tidak terlalu lihay, ia menyimpan /jarum di ujung tongkatnya, senjata mana dia dapat gunakan dengan sempurna sekali. Sekarang kamu lihat itu tangan bajunya Bibi Toan kamu!”

Kedua ujung baju Touw Sian Nio telah terhajar banyak jarum rahasia beracun, benar jarumnya sudah lepas semua, tetapi lubang-lubang bekasnya tampak tanyaia, mpak mirip sarang tahun, ngeri untuk melihatnya.

Cee In dan Leng Song memandang kearah Sian Nio, yang mengangkat kedua belah tangannya “Kenapa ibuku tidak dapat menemui kami lagi?’ Nona Hee tanyaia heran hingga tak sudi ia mengawasi lama-lama pada bekas-bekas tusukan jarum itu. “Tentang lihaynya jarum beracun Hong hu Hoa telah aku ketahui ! Yang aku ingin kau membilangi aku yalah dimana ibuku sekarang?”

Wee Wat tidak mengambil mumat bahwa orang sangat bernafsu, ia tetap membawa sikapnya yang sabar.

, Benar!” katanya pula. ”Aku ingat, Kui Ciang pernah memberitahukan aku bah v/a ketika Hong hu Hoa membinasakan Kie Tie dengan jarum beracunnya digununc Giok Sie San, kaupun hadir disana. Pantas kau ketahui lihaynya jarum dia itu!”

Leng Song tidak puas dengan kata kata pengemis ini. akaa tetapi karena dia orang tua tingkatnya terlebih tinggi daripada tingkat ibunya, ia tidak berani menanya pula dengan mendesak. Hanya didalam hati ia berkata: ,.Dasar orang tua bicaranyapun ayal-ayalan dan ngelantur ….

Wee Wat bicara pula sekarang sikapnya sungguh sungguh. Katanya : Justeru karena ibumu ketahui lihaynya jarum Hong- hu oa ia tidak mau kamu turut padanya. Kamu tahu ibumu telah berhasil dengan tangan nya sendiri membinasakan musuhnya itu. cuma sayang sekali ia pun terkena jarum, beracun musuh, lantaran mana ia pun telah menemui akhir hidupnya . . , ”

Leng Song kaget sampai ia berdiri men jublak. Begitu ia sadar lantas ia lari ke mulut guha Baru ia lari beberapa tindak men dadak ia menjerit keras lantas ia muntah darah menyusul mana ia jatuh terkulai dan pingsan.

Cee In kaget ia lompat menrbruk dan lantas menguruti untuk menyadarkannya. Mo Lek yang sampai sebegitu jauh ber diam saja, merobek ujung bajunya buat dibasahkan dengan air, buat dipakai menutupi dahi orang. Dengan begitu tidak selang lama Leng song ingat akan dirinya. Hanya sekarang ia lantas menangis, menggerung-gerung

„Nona kau tenangkan cliri,” berkata Wee Wat. „Kau harus menguras jenazah ibumu. Ada pesan dari ibumu yang kami harus sampaikan kepada kau, Jangan kau terlalu ber duka nanti kesehatanmu terganggu.

Leng Song berhenti menangis menggerung, sekarang ia sesegukan.

„Apakah pesan ibuku itu?” tanyanya.

“Ibumu menghendaki kau membakar jenazahnya, supaya abunya dikubur bersama abu ayahmu kata Wee Wat, . Duluhari ayah mu teraniaya dikota Tek-ciu disana aku me nguburnya diatas gunung Cu Coak San di-Juar kota’ Tentang kebinasaan ayah? ya. Leng Song belum pernah mendengar dari ibunya hataya ketika ia telah belajar silat sempurna, ibunya cuma membilangi bahwa Hong-hu Siong seorang sangat jahat, jadi Hong-hu Siong harus disingkirkan untuk kebaikannyan du nia Kang-Ouw, sama sekali tidak ada disebut tentang sakit hati ayahnya itu. Lam-Cee In yarg memperoleh keterangan dari Toan fCui Ciang juga tidaK tahu jelas karenanya belum pernah ia bicarakan itu dengan isterinya. Maka itu heranlah isterinya itu

.Jadi ayahku telah terbinasa ditangan orang?” tanya Leng Song. Bagaimana duduk nya itu?”

,.Sipembunuh ialah ini Hong-hu Hoa,” sahut Wee Wat

„Ayahmu terbunuh diwaktu malam, yaitu malaman ia menikah buat kedua kalinya .,,,,” Mendengar itu tidak cuma Leng Song, juga Cee In heran, hingga keduanya tercengang.

,,Jangan heran kata Wee Wat. „Ayahmu itu, Nona Hee, meski dia dua kali mera yakan pernikahannya akan tetapi kemanten ialah ibumu juga. Duduknya begini, . Perta ma kali Hee Tayhiap, menikah itu dilakukan disebuah kota kecil diselatan gunung Thian an. Tatkala itu mereka berdua tengah merantau didaerah perbatasan itu. Mereka mesti melakukan perjalanan bersama laksaan lie, jadi tak leluasa buat meteka tinggal hidup bersama, karena itu, mereka menikah secara sangat sederhana d tempat itu, Kebetulan sekali, ketika itu aku berada disana maka aku seorang diri yang menyaksikan pernikahannya itu, Kemudian mereka pulang -ke Tionggoan. Beberapa sahabat ketahui ayah dan ibumu sadah menikah mereka hendak menberi selamat maka itu ayah dan ibumu lantas membuat pesta, dengan be gitu pernikahan seperti dilakukan buat kedua kali, Kau tahu ayahmu sangat luas per gaulannya. Ketika itu, nona kau sudah ter-lahir usiamu baru dua tahun. Kau dilahirkan ditempat kakek luarmu, disana juga kau dititipkan, sebab berabe untuk ayah dan ibumu membawa bawa kau merantau. Kau tidak hadir tempo pesta itu dibikin, banyak tetamu hadir malam itu, hingga tak sempat ayahmu berceritera banyak, Ayahmu terbinasakan secara menggelap, Kui Ciang kau pun hadir malam itu, pasti kau belum tahu yang orang tuanya Nona Hee telah mempunyai anak bukan?”

. Oh, begitu kata Kui Ciang. „Memans aku belum tahu, Pantaslah Ciu-Kay Kie-Tie pun heran akan halnya Nona Hee menjadi anaknya sahabatku itu.”

Menyandung ceriteranya Wee Wat men jelaskan hal mana Hong hu Hoa berkongkol dengan Tian Liong Hui bagaimana dia berulang kali turun gunung dengan memakai nama kakaknya bagaimana dia seperti mengacau dunia. Kang Ouw sampai dia mem bunuh Pee Seng To. Semua ceriteranya itu benar kecuali hal dirinya Leng Song sendiri Sudah sejak beberapa tahun yang belakangan ini Leng Song menyangkalnya ten-rlr w’*’ d,rinya baru ^ seper

telah k/h imega d3n kabUt buya • Benar i telah kehilangan ayah dan iounya. toh ia

tak merasakan gelao lagi, sebagai dahulu W nya menjadi sedikit Tega

Juga Lam Cee In percaya dongenganya Wee Wat karena jalanannya masuk diakal Sementara itu Hong-hu Siong berduka bukan main’ air matanya terus meleleh turun.

Cee In dan Leng Song terharu mereka menyatakan kemenyesalan mereka terhadap jago tua. itu. Mereka pun mengucap terima kasih buat bantuan yang diberikan.

Selagi begitu tiba-tiba Wee Wat berkata nyaring, „Ah. lagi- lagi aku sipengemis, tua hendak mengoceh! Lam Tayhiap, aku hendak mengajukan suatu permintaan untuk sahabat tuaku!”

,Jangan berkata begitu locianpwe! ‘ kata Cee In lekas. „Telah banyak aku si orang she Lam menerima budimu, jikalau ada sesuatu perintah, aku selalu bersedia melakukannya. Aku mohon janganlah locianpwe bicara tentang minta.”

Wee Wat tersenyum.

,,Hal itu, aku ketahui, bukan melainkan kau sendiri saja yang dapat lakukan,” kata nya.

Cee In hendak meminta keterangan, tapi si pengemis sudah mendahului ia me lanjutkan perkataannya. Katanya : ,,Sang tempo tidak siang lagi, kamu harus pergi dulu mengurus jenazah ibu dan mertua kamu. Eiigo Toan, tolong kau pimpin Nona Hee, hendak aku bicara dengan keponakan Cee In.” Leng Song terus menangis hingga ia jadi letih sekali, ia membiarkan diajak Sian Nio, sedang Wee Wat dengan tindakan cepat, mengajak Cee In berjalan didepan, un tuk mendahului mereka “Lam Hiantit, kau mengharap beberapa anak ?” tanyanya sembari jalan.

Cee In heran hingga ia tercengang.

„Benar aneh sifatnya jago tua ini . . pikirnya. Tentu sekali, tak dapat ia menjawab.

Wee Waat tetap bersipat aneh.

„Terdengarnya kata-kataku ini ngaco belo tetapi sebenarnya ialah benar-benar!” kata ia pula. „Aku mengharap kau memper oleh tiga orang anak laki-laki!’

„Locianpwe, aku. masih belum jelas akan maksudmu.” kata Cee In, mengawasi. Ia tidak dapat menerka hati orang.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar