Heng Thian Siau To BAGIAN 26 : ILMU TALI CHENG-SI

 
BAGIAN 26 : ILMU TALI CHENG-SI PENINGGALAN ANG SIAN LIHIAP

Sekarang mari kita jenguk keadaan The Ing yang disuruh ayahnya tinggal digoa merawati Bek Lian itu.

Sepergi kedua orang tuanya, dia kembali masuk menjenguk Bek Lian. Didapatinya pernapasan si sakit itu agak teratur baik.

Terkesiap menampak wajah Bek Lian yang cantik itu, diam2 ia merenung seorang diri: "Nona Bek sekarang sudah berusia 40-an, namun masih  sedemikian cantiknya. Sewaktu mudanya, entah berapa jumlahnya pemuda yang tergila2 padanya. Tapi mengapa ia mengasingkan diri ditempat begini? Adakah jelita semacam ia itu juga mengalami kepatahan hati?”

Tiba pada kesimpulan "patah hati", hatinya serasa tercekat sendir.

Terkenang ia akan hubungannya dengan Tong Ko yang sedemikian mesra mengesankan. Tapi pemuda itu telah mempunyai kekasih, maka naga2nya ia tentu akan menubruk bayangan kosong saja nantinya.

Tio In, gadis pujaan Tong Ko itu, cantik dan menarik, apalagi sudah lebih dahulu merebut hati Tong Ko. Benar sekarang ini mereka berdua sedang retak hubungan, tapi ada satu hari salah faham itu tentu akan  dapat dijelaskan.

Untuk menjauhkan Tong Ko dari Tio In, satu2nya jalan yalah menambah lebar jurang keretakan itu. Tapi bagaimana ia hendak melakukan "siasat itu?" Gadis The Ing yang dilamun asmara itu, ingin sekali tumbuh sayapnya agar dapat terbang ke Sip-ban-tay-san sana untuk menjumpai Tong Ko.

Tapi ayahnya tadi telah melarang ia mengadakan pertemuan dengan pemuda itu lagi. Entah berapa lama The Ing terbenam dalam lamunannya itu, atau tiba2 ia dikejutkan dengan suara erangan dari Bek Lian yang berusaha hendak duduk. Tampak wajah sisakit itu sudah banyak berobah baik. MaIah dengan rasa heran. Bek Lian segera menanyainya kalau tadi ia diminumi obat apa saja.

"Ya, dari ayahku.......” baru mulutnya meluncurkan kata2 itu, serentak teringatlah The Ing akan pesan ayahnya tadi supaya jangan mengatakan nama ayahnya itu dihadapan Bek Lian Maka buru2 ia menyusuli: "Seorang kenalan ayahku kebetulan lewat disini dan memberikan 3 butir pil. Memang benar, kau kini sudah banyak baikan nona Bek!"

"Ai........ kiranya kau masih mempunyai ayah, siapa namanya? Dan siapa nama kenalan ayahmu itu?"

Dengan gelagapan tak lampias, The Ing menyahut sembarangan saja.

Sejak 20 tahun lamanya, baru sesaat itu hati Bek Lian terharu dan berterima kasih atas ketekunan The Ing merawatinya.

Sejak ia tinggalkan bayinya kepada mamahnya (Kiang Siang Yan), ia segera mengembara jauh.

Rencananya hendak menjadi nikoh (rahib atau paderi perempuan). Tapi kegoncangan hatinya akibat dikhianati cintanya oleh The Go itu tetap berkesan, apalagi ia tak berhasil mendapat seorang guru nikoh yang berilmu jadi setahun setelah mencukur rambutnya, ia mengembara  lagi didunia persilatan.

Belakangan disekitar Lo-hu-san, dalam sebuah goa rahasia dibalik air terjun, ia berhasil menemukan tali cheng-si, jaring liok-i-ong dan sebuah kitab pelajaran tiara menggunakan benda2 pusaka itu.

Tiada ditulis siapa2 yang meninggalkan kitab itu, hanya sedikit tulisan yang menyatakan dendam penasaran asmara yang gagal.

Orang itu mengambili sarang laba2 dan dianyamnya menjadi tali cheng-si (tali asmara) yang istimewa beserta jaring liok-i-ong (enam macam keinginan).

Barangsiapa. yang kesasar masuk dalam goa itu, apabila mereka itu adalah sepasang pria wanita, pasti akan dipaksanya menikah satu sama lain.

Bek Lian turut terharu atas nasib si orang tak dikenal yang malang itu.

Sejak itu ia ambil putusan menetap digoa situ, hingga sampai belasan tahun lamanya. Oleh karena pelik letaknya, maka kecuali Tong Ko, The Ing, Hiat-ji dan Tio In tempo hari tak pernah ada orang yang kesasar masuk disitu.

Selesai belasan tahun bertapa itu, Bek Lian telah menjadi seorang wanita yang berhati batu. Tapi kini demi mengetahui jerih payah The Ing merawatinya selama itu, tersentuhlah hati nuraninya. Ia duduk bersila untuk melakukan latihan bernapas.

Keesokan harinya, ia merasa sakitnya lebih dari separoh bagian sudah baik.

Ketika membuka mata, tampak olehnya The  Ing berdiri bersandar pada sebatang puhun, ter-longong2 memandang jauh kesebelah depan, sikapnya sebagai seorang yang tengah melamun.

Bek Lian adalah seorang yang kenyang makan pahit getirnya hubungan kaum muda mudi. Sekilas memandang, tahulah sudah ia apa yang bersemayarn dalam hati The Ing itu.

Serentak ia berbangkit lalu menghampiri, serunya: "Nona Ing, siapa yang kaupikirkan itu? Apakah dia juga memikirkan padamu?"

The Ing terperanjat, mengapa Bek Lian dapat membaca isi kalbunya.

Wajahnya tampak ke-merah2an dan dengan kepala menunduk, ia menghela napas dalam2.

"Ah, tak usah kiranya kau menggado hatimu sendiri. Semua orang laki2 didunia ini, tidak ada yang baik!" Bek Lian menghiburinya.

"Bukan, dia tidak begitu!" bantah The Ing cepat2. "Dia, dia itu siapa?"

"Yang kau hajar babak belur itulah!" sahut The Ing. Bek Lian tertawa dingin, ujarnya: "Kalau benar dia itu seorang baik, masakan dia tega tinggalkan kau seorang diri didalam goa?!"

"Aku kenal padanya agak terlambat, sebelumnya dia sudah saling menyinta dengan nona In, mengapa dia dipersalahkan?" The Ing mengajukan pembelaan.

Bek Lian terkesiap. Teringat ia akan peristiwa dahulu. Karena terpincut dengan kecantikannya (Bek Lian),

maka The Go telah tinggalkan Siao-lan.

la anggap, ucapan The Ing tadi memang beralasan. "Jangan  kluatir,  kalau  dia memang  seorang pemuda

yang baik,  aku akan  berusaha  agar  dia mau  menerima

cintamu!" kata Bek Lian.

Teringat akan pesan ayahnya, The Ing unjuk ketawa getir, tak menyahut lagi

Berkata pula Bek Lian: "Sekarang ini kau tak usah pikirkan yang tidak2. Disini aman. Aku hendak mengajar pelajaran tali cheng-si yang istimewa itu kepadamu. Jangan meremehkan tali kecil itu, kalau sudah dikembangkan, merupakan suatu permainan yang kaya dengan gerak perobahan, melebihi dari permainan segala macam senjata. Hanya sayang, jaring liok-i-ong itu sudah dirampas si-imam siluman, kalau tidak tentu merupakan pasangan senjata yang lebih sakti lagi!"

Habis berkata, Bek Lian lalu mengeluarkan segulung tali cengsi. Baru kini The lng jelas betul, bagaimana bentuk tali istimewa itu. Tali itu besarnya sama dengan selembar rambut yang halus, warnanya merah gelap. Sekali pun gulungannya hanya sebesar kepelan tangan, tapi kalau diulur, tentu akan bebrapa li panjangnya.

"Karena ilmu permainannya hendak kuajarkan, maka separoh bagian dari tali cheng-si inipun hendak  kuberikan padamu, nah, kau ikal lah pada tanganmu!"

The Ing mengiakan. Setelah beberapa lamanya mengikal, barulah ia beroleh separoh bagian. Bek Lian menyatakan sudah cukup, suruh The Ing letakkan tali itu diatas tanah, lalu dipijaknya dengan kaki. Ia mengambil sebuah batu, kemudian bersama The Ing mulai menarik tali itu. Ho......, jangan menyepelekan tali sehalus rambut itu, karena uletnya bukan kepalang. Sampai2 kelima jari The Ing sakit sekali dibuatnya, tetapi tali cheng-si tak mau putus. Setelah mendapatkan tali itu tak dapat melar lagi, barulah Bek Lian mulai menghantamnya dengan batu tadi.

Au........ jerit The Ing karena tak tahan kesakitan jarinya akibat benturan batu itu.

Kini benar juga, tali itu telah putus. Berkata Bek Lian: "Permainan tali ini, hanya terdiri dari 4 jurus, namun penuh dengan gerak perobahan yang sukar diduga. Bagi seorang akhli lwekang yang tinggi, dapatlah menyalurkan lwekangnya sampai satu li jauhnya, tapi orang  seperti aku ini, hanya dapat menyalurkan sepanjang empat lima tombak, saja. Untuk melibat senjata musuh, tali ini paling boleh diandalkan, coba lihatlah ini! lihatlah ini!"

Sir....., tali itu segera dilayangkan kearah sebatang puhun empat lima tombak jauhnya. Sekali Bek Lian tarik tangannya, sebuah dahan sebesar lengan orang, tertarik jatuh, Girang The Ing tak terkira. "Kalau lwekangnya tinggi, dapatlah dibuat melukai lawan pada jarak satu li jauhnya tanpa orang itu mengetahuinya. Rasanya kedahsyatan ang-sian (tali merah) yang begitu menggetarkan kalangan persilatan pada masa yang lampau itu, tak lebih tak kurang hanya seperti inilah!" kata The Ing.

"Benar, kemungkinan besar tali cheng-si ini memang peninggalan dari Ang Sian lihiap (pendekar wanita tali merah) pada jaman Tong-tiau. Karena lihiap itu menggunakan tali yang bersinar merah, maka orang lalu menggelarinya sebagai Ang-sian lihiap!" sahut Bek Lian.

Pernah The Ing mendengar cerita tentang pendekar wanita itu, yang ilmu kepandaiannya telah mencapai tingkatan tinggi. Kalau begitu, ilmu permainan tali cheng- si yang walaupun hanya terdiri dari 4 jurus itu, tentulah teramat saktinya. Ia ambil putusan hendak mempelajarinya dengan sungguh2.

Nama dari keempat jurus itu adalah begini: ham-ceng- meh-meh (asmara merayu-rayu), liang-cheng-siang-gwat (dua hati saling berpadu), ceng-hay-seng-bo (gelombang lautan asmara) dan ceng-ay-ho-sin (jangan percaya suara asmara).

”Perhatikanlah, aku hendak mulai mengajarkan gerakan jurus2 itu!" kata Bek Lian sembari mundur setombak jauhnya.

Sir...., Sir...., sir...., tali dilontarkan sejauh 5 tombak, sekali tangan menyentak maka tali itu lalu meluncur naik keatas. Pada lain saat, tahu2 tubuh Bek Lian seperti terbungkus dengan sinar merah, bagaikan ratusan ekor ular halus panjang, me-lingkar2 naik turun.

Jangankan dapat melihat cara Bek Lian melakukan gerakan itu, sedang untuk mengawasi jalannya tali itu saja, mata The Ing sudah kabur.

Makin lama gerakan Bek Lian makin gencar.

Diatas udara tak henti2nya terdengar suara menderu dan mendesis.

Pepuhunan seluas satu tombak pesegi, sama berhamburan rontok daunnya, batu2 dan pasir terbang berhamburan.

Beberapa jenak kemudian, barulah Bek Lian sudahi permainannya itu, serunya: "Empat jurus telah kumainkan semua, apa kau sudah jelas?"

"Sedikitpun aku tak mengerti," sahut The Ing dengan ke-malu2an.

"Tak apa, nanti kalau kuulangi bebrapa kali, kau tentu jelas. Lebih dulu hendak kuterangkan padamu kunci rahasia gerakan dari setiap jurusnya!" ,

The Ing mencatat didalam hati apa yang diuraikan oleh Bek Lian itu.

The Ing adalah keturunan seorang cerdas macam Cian-bin-long-kun.

Jadi iapun mewarisi kecerdasan yang tak tercelah.

Dalam setengah jam saja, dapatlah sudah ia menghafalkan kunci permainan itu. Waktu Bek Lian bermain sekali lagi, kini baru ia jelas seluk beluk gerakannya itu.

Jurus ham-ceng-meh-meh, bergaya lincah tangan dan serba indah.

Kedua liang-cheng-siang-gwat, gencar dahsyat macam taufan menderu.

Tali cheng-si itu sebentar menyurut sebentar memanjang, ber-lingkar2 menjari ratusan lingkaran kecil.

Ceng-hay-seng-bo atau jurus ketiga, ujung tali itu me- lilit2 bagaikan naga menari, keras buas.

Jurus penghabisan ceng-ay-ho-sin, mencapai klimaksnya.

Tarian tali yang melilit lingkar dengan buasnya itu tiba2 menjadi jinak tak men-deru2, namun sumber kesaktiannya tiada habisnya.

The Ing terpesona melihat keindahan ilmu permainan yang hanya terdiri dari 4 jurus itu.

Sehari suntuk ia tumpahkan perhatiannya untuk belajar, tapi hanya dapat mempelajari jurus pertama. Itu saja masih banyak kekurangan. la hanya dapat melontarkan sejauh satu tombak.

Berkat ketekunannya, dapatlah ia mengetahui letak rahasia cara melontarkannya.

Malamnya ketika Bek Lian sudah tidur, ia masih tetap berlatih sampai fajar.

Ia hanya tidur bebrapa jam lalu berlatih jurus kedua.

Begitulah lewat bebrapa hari kemudian, dapatlah ia mempelajari keempat jurus itu semua. la dapat melontarkan tali sampai satu setengah tombak.

"Kini kau telah memahaminya, untuk mencapai kesempurnaan hanya tergantung pada latihan2 selanjutnya saja. Aku masih mempunyai urusan lama yang belum terhimpas. Selama aku menyikap diri dalam goa, aku tak merasa apa2. Tapi kini setelah berada diluar, kurasa urusan itu harus kuselesaikan. Ayuh, kau ikut aku mengembara!" kata Bek Lian.

Oleh karena tak mengetahui bahwa apa yang dimaksudkan "urusan lama" itu mengenai diri ayahnya, The Ingpun mengiakan.

Mereka berdua lalu turun dari gunung Lo-hu-san.

---oo<dwkz>0<kupay>oo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar