Heng Thian Siau To BAGIAN 22 : PENYELIDIKAN THE GO

 
BAGIAN 22 : PENYELIDIKAN THE GO

Dewasa itu sekalipun desas desus Go Sam-kui hendak memberontak sudah menjadi rahasia.

Empat hari kemudian, dia mendapat keterangan bahwa baru saja kemarinya Co Kong-liok itu lewat ditempat situ.

Malam itu juga The Go meneruskan pengejarannya.

Lewat sebuah thing (rumah kecil macam pagoda tak bertingkat), tiba2 Siao-lan berseru: "Engkoh Go, lihatlah, apa2an orang2 yang menggelantung diujung atap thing itu?"

The Go memalingkan paridangannya dan benar juga pada keenam ujung atap thing itu masing2 tergantung seseorang.

Keenam orang sama terjungkir kepalanya, terang bukan sedang melakukan latihan apa2.

Dalam herannya The Go menghampiri.

Astaga, kiranya keenam orang itu sudah menjadi mayat semua.

Tulang belulangnya sama remuk patah.

Keenam ujung atap thing itu terbuat daripada besi. Orang2 itu digantung dengan paha tertancap.

Ditilik dari bekas noda darah yang belum kering, terang mereka belum lama meninggalnya. Pembunuhnya itu benar2 seorang algojo yang ganas.

Saking tak tahannya, Siao-lan segera mendekap mukanya. The Go yang lebih bernyali, meng-amati2i mereka dengan seksama.

Keenam korban itu adalah orang2 persilatan semua. Malah  ada salah  seorang yang lebih  kurang berumur

50-an tahun, The Go pernah mengenalnya, tapi dimana,

lupalah dia.

Diantara korban2 itu, ada seorang yang belum binasa.

Kalau dengan luka2nya yang diderita itu dia belum meninggal, terang kalau orang tua itu berkepandaian tinggi.

"Lotiang.......", baru The Go hendak menyapanya, kedengaran napas orang tua itu mendesis, matanya terbuka dan bibirnya bergerak2 seperti hendak berkata.

The Go tahu orang tua itu tengah meregang jiwa, kalau diangkat turun dari "cantelannya", malah akan melekaskan kematiannya.

Dia hanya menghampiri dekat untuk  mendengari kata2 lemah dari korban itu.

"Pembunuhan besar2an....... dikalangan persilatan

........ akan tiba.......... hati2-lah ......... tolong sampaikan pada Siau-beng-siang...”

Berkata sampai disini, kepala orang itu terkulai, napasnya berhenti The Go loncat mundur kesamping isterinya.

Hampir 20 tahun dia tak muncul dikalangan persilatan, jadi sudah hampir asing.

Entah jago mana yang telah membunuh keenam jago itu, tapi dari mulut siorang tua tadi yang meminta dia menyampaikan pada Tio Jiang, terang kalau ko-chiu itu bermusuhan dengan kaum Lo-hu-san.

"Siao-lan, orang tua itu belum berapa lama meninggalnya, jadi si pembunuh tentu masih belum jauh. Nanti kalau. kita kesamplokan dengannya dan terpaksa bertempur, kalau aku sampai kalah kau harus Iekas2 melarikan diri, jangan turut nekad" The Go memesan isterinya.

Sejak gadis sampai menjadi wanita setengah umur, cinta Siao-lan terhadap The Go tetap ber-nyala2. Mulutnya saja ia mengiakan pesan suaminya itu, tapi dalam hati ia telah ambil putusan, biar bagaimana juga tak nanti ia mau tinggalkan sang suami.

The Go kini telah mencapai tingkatan seorang jago kelas utama.

Terhadap jago2 persilatan terang tak dipandangnya mata.

Tapi atas kematian keenam orang persilatan tadi, benar2 telah membuat hatinya bercekat. Dengan perasaan itulah maka dia meninggalkan pesan kepada sang isteri.

Tujuh delapan Ii jauhnya berjalan lagi, mereka tak menjumpai sesuatu apa.

Baru hati mereka agak longgar, atau tiba2 dari arah semak2 rumput terdengarlah suara orang merintih.

The Go cepat menghampiri dan menyingkap semak2 itu dengan ujung tongkatnya ..... hai........, kiranya disitu rebah si Co Kong-liok. Mukanya mendongak keatas, mengunjuk ketakutan yang hebat, jiwanya sudah melayang.

Disebelahnya rebah tertelungkup si-imam Ma Ki. Jubahnya robek tak keruan, sedang diulu punggungnya terdapat sebuah telapak tangan. Bekas kelima jarinya bahkan gurat2nya, tampak jelas sekali. The Go balikkan tubuh si-imam, tapi hanya sekali mata si-imam terbuka dan sebelum dapat mengucap apa2, dia sudah menghempuskan napas terakhir.

The Go dan Siao-lan yakin bahwa pembunuh kedua orang itu, adalah yang membunuh keenam korban di thing itu juga.

Orang itu tentu berada disekitar situ.

"Siao-lan......, hati2lah aku hendak bersuit memancing orang itu. Hendak kulihat siapakah sebenarnya dia itu!" kata The Go lalu mulai bersuit nyaring2.

Dalam keheningan malam, suitan itu makin berkumandang nyaring kedengaran sampai jauh sekali. Lewat bebrapa detik kemudian, benar juga tampak ada dua sosok tubuh berlari mendatangi. The Go buru2 mengumpat, hatinya berdebar keras.

Begitu tiba, kedua orang itu berhenti. Mereka saling berpandangan.

"Hai, aneh, mengapa tiada tampak seorang jua?"

"Ditilik dari nada suitannya, terang seorang tokoh  yang lihay, tapi entah orang gagah dari mana dianya itu?" kata yang seorang.

Mendengar pembicaraannya, terang mereka itu bukan orang jahat. Baru The Go hendak mengunjukkan diri, tiba2 salah seorang dari mereka menjerit ngeri, terus rubuh kebelakang.

"Toako, kau kenapa?" tanya yang seorang.

Namun yang dipanggil itu, napasnya sudah lemah dan dengan ter-engah2 berkata: "Aku....... kena dibokong

......."

Selanjutnya The Go tak mendengar korban itu mengatakan apa2 lagi, jadi terang kalau sudah meninggal. Hatinya makin bercekat.

Pada lain saat kedengaran orang yang satunya itu mencabut senjatanya dan berseru dengan gusar: "Kawanan tikus, ayuh keluarlah jangan main membokong orang!"

Tampak oleh The Go senjata orang itu aneh bentuknya yani seuntai bola baja.

Dia sebenarnya tengah tertegun memikirkan siapa yang melakukan penyerangan gelap itu atau tahu2 orang itu telah menyerang kearahnya.

"Hai, kau mau apa itu!" cepat2 Siao-lan membentak sembari menangkis dengan garunya. Trang, ketika kedua senjata itu beradu, kedua orang saling tersurut kebelakang sampai 3 tindak.

Orang itu terkesiap kaget, lalu membentak: "Apa?

Bukankah kau yang melakukan penyerahan gelap itu?!" Habis berkata, dia terus hendak merangsang lagi.

Tapi baru sang kaki melangkah maju, bluk. tahu2

dia tersungkur jatuh. Setelah diperiksa, kiranya dia tadi tersandung pada sesosok tubuh yang rebah ditanah. Dan terbanglah serasa semangatnya demi diketahui siapa mayat yang ditabraknya itu.

"Co tayjin, astaga, kiranya kaupun telah teraniaya juga!" serunya sembari loncat setorrbak kebelakang.

Menduga kalau orang itu rombongan utusan Go Sam- kui, buru2 The Go menyapanya: "Sahabat,  jangan keburu pergi dahulu. Kami adalah orang Lo-hu-san, dan kau dari fihak Gun-bing bukan?"

The Go tahu bahwa fihak Go Sam-kui hendak bersatu dengan fihak Lo-hu-san, maka dengan menyebut nama Lo-hu-san tadi, dia duga orang itu tentu akan berhenti.

Tapi diluar dugaan, tanpa menoleh lagi, orang itu terus loncat melarikan diri.

Orang itu memiliki ilmu gin-kang yang tinggi, sehingga dalam sekejab saja sudah menghilang jauh. Merasa tak dapat mengejar, terpaksa The Go biarkan saja orang itu.

Kini dia hanya memeriksa kawan orang itu yang menggeletak ditanah.

Ternyata korban itu tak menderita luka suatu apa. Benar2 ajaib sekali kematiannya itu.

Karena terus menerus disuguhi pemandangan yang mengerikan itu, Siao-lan makin kecil hatinya. la usulkan lebih baik pulang ke Sip-ban-tay-san saja, tak usah campur tangan dalam urusan yang berdarah itu.

Setelah merenung sejenak, berkatalah The Go: ”Siao- lan, kini tiada gunanya kita pergi ke Gun-bing, lebih baik kita balik ke Lo-hu-san lagi untuk memberitahukan Tio Jiang tentang peristiwa aneh ini, agar dia dapat ber- jaga2!"

Begitulah keduanya tak jadi melanyutkan perjalanannya ke Hunlam, tapi balik ke Lo-hu-san. Tak berapa hari lamanya, ketika hampir masuk kekota Kwiciu, mereka berpapasan dengan Shin Leng-siau dan Shin Hiat-ji.

Syukur untuk menghindari hal2 yang tak diingini, selama dalam perjalanan itu The Go memakai kedok muka, menyaru menjadi pengemis. Sedang Siao-lan terpisah agak jauh dengan suaminya. Tiada seorangpun yang mengetahui bahwa sebenarnya mereka itu adalah sepasang suami isteri yang ber-sama2 melakukan perjalanan.

Dengan berkaki tongkat. The Go berjalan membuntuti kedua saudara Shin itu, Hiat-ji berpaling dan ketika melihat hanya seorang pengemis saja, diapun tak kuatir lagi dan melanjutkan pasang omong dengan engkohnya.

"Kalini kalau Tio Tay-keng datang dan melakukan perintahku, wah......, kita bakal mengecap kenikmatan menjadi pembesar kerajaan!" kata Hiat-ji.

"Mungkin tak semudah itu. Kabarnya Go Sam-kui hendak membrontak, maka pemerintah pusat telah memberi instruksi kepada kita, agar penjagaan di Hun- lam diperkuat," sahut engkohnya, Shin Leng-siau.

"Huh, takut apa! Kalau orang itu benar mau memberontak, dia tentu berserekat dengan orang2 Lo- hu-san. Dahulu tempo Tay-keng kembali dari Hun-lam, lebih dahulu dia perlihatkan padaku surat Go Sam-kui yang hendak diberikan kepada Siau-beng-siang. Habis Lo-hu-san, kita boleh suruh Tay-keng ke Gun-bing (markas Go Sam-hui) untuk mengaduk. Ini namanya, sekali tepuk dua lalat, bukan?"

"Benar," kata Shin Leng-siau, "tapi lebih baik kita jangan bicara keras2 dijalan besar. Ayuh, kita lekas pulang. Setengah bulan Tay-keng akan datang, terserah bagaimana kau mengaturnyalahl"

Kedua kakak beradik itu segera cepatkan langkahnya.

Adalah The Go yang menjadi terperanjat mendengar pembicaraan itu.

Tong Ko pernah mencela habis2an pemuda Tay-keng yang tak bermoral itu, kini memang berbukti. Tong Ko dihina orang2 Lo-hu-san, dipaksa bunuh diri terjun kedalam jurang curam, dihajar babak belur oleh Siau- beng-siang, kiranya memang diatur oleh pemuda she Shin itu.

Dan tadi rupanya Hiat-ji itu hendak memasang siasat lagi untuk membasmi orang2 Lo-hu-san.

---o0-dwkz_kupay-0o---

"Ah, baik kumampir ke Kwiciu dulu. Setelah mengetahui tipu muslihat mereka, baru nanti kupergi ke Lo-hu-san untuk memberitahukan Siau-beng-siang, bahwa puteranya itu adalah seorang pengchianat," pikir The Go.

Setelah berunding dengan Siao-lan, mereka masuk ke Kwiciu dan menginap sampai dua hari. Keesokan harinya, ketika melihat keramaian digereja Kong Hau Si, dia melihat Shin Hiat-ji tengah kasak kusuk dengan para hweshio disitu.

Dia duga, Hiat-ji hendak mengatur pertemuannya dengan Tay-keng didalam gereja situ.

Segera dia berunding dengan Siao-lan  tentang rencana yang hendak dijalankan.

Tapi diluar dugaan, rencana itu mengalami kegagalan.

Dia suruh Siao-lan menyusup kedalam gereja, untuk menahan Hiat-ji yang pada saat itu tengah menunggu kedatangan Tay-keng.

Seperti telah diceritakan dalam bagian dimuka, rencana The Go yalah memperdayakan Tay-keng dan menyuruh Tio In datang menghadap Hiat-ji.

Kemudian setelah dapat memperdayakan Tay-keng supaya menunggu dikakus, dia hendak buru2 masuk kedalam gereja tempat Hiat-ji.

Dihadapan Tio In, dia hendak paksa Hiat-ji untuk mengakui, bahwa Hiat-ji berhubungan dengan Tay-keng.

Rencana berjalan baik. dapat memancing Tay-keng ke-kakus, buru2 dia masuk kedalam gereja.

Tapi, ah, ternyata disitu tak tampak seorangpun juga.

Kiranya dengan siasatnya yang cerdik, Hiat-ji telah berhasil menggagalkan ancaman Siao-lan dan berhasil membawa Tio In kegedung ti-hu (residen).

Siao-lan mengejar masuk kesarang harimau. Betapa kagetnya The Go dapat dibayangkan. Apa boleh buat, dia terpaksa menyusul kegedung ti- hu.

Tapi pada saat2 ini, Tay-keng telah berjumpa dengan Hiat-ji dan dengan membawa obat racun hong-sin-san, lalu pulang ke Lo-hu-san.

Demikianiah rencana The Go telah mengalami kegagalan total.

Demikianlah disekitar kejadian, mengapa The Go dan Siao-lan bisa tiba digereja Kong Hau Si dan mengapa The Go dengan menyaru sebagai Bu-kak-sian dapat mempedayai Tay-keng serta Siao-lan dapat menyusup kedalam kamar Hiat-ji tepat dikala Tio In terancam keselamatannya oleh pemuda itu.

---o0-dwkz_kupay-0o--- 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar