Bentroknya Rimba Persilatan Jilid 20

 
Tubuh genta itu terlihat bergetar tak henti-hertinya, sehingga mengeluarkan suara sebentar tinggi sebentar rendah, dan dengan perlahan-lahan mendesak tuhuh Boen Ching, Boen Ching menarik napas panjang, dia yang telah satu kali menahan datangnya serangan genta itu pada saat ini rasa percaya pada diri sendiri jauh bertambah tebal lagi dia mempunyai maksud untuk sekali lagi menggunakan ilmu "Thay Thien Kioe Sih yang di salurkan kedalam ilmu pedangnya serta disertai oleh tenaga khiekang yang hebat untuk mendorong kesamping serangan genta dari Jien Muh Nio ini.

Tetapi ketika dia melihat dengan jelas datangnya serangan genta kali ini, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat terkejut, gerakan dari genta itu pada saat ini jauh berbeda dan jauh lebih aneh lagi dari serangan tadi, genta itu makin lama makin mendekat suaranyapun makin lama makin besar, bahwa getaran dari genta itu membuat dirinya sangat sukar sekali untuk melihat dengan jelas datangnya gerakan genta tersebut. tampak hal ini terpaksa dia mengambil keputusan untuk menghindarkan diri kesamping.

Jika dilihat jaraknya agaknya kedudukan Sek Giok Siang sekarang ini tak mungkin akan terkena serangan dari genta raksasa itu.

Pikirannya menjadi berkelebat dengan cepatnya dia mempunyai niat untuk segera mengundurkan dirinya tetapi mendadak terasa suatu tangan yang sangat halus sekali dengan perlahan memegang dirinya.

Boan Cning dengan cepat menoleh kebelakang memandang tak terasa lagi wajahnya berubah dengan hebatnyar entah pada saatt kapan, secarqa diam-diam Sekr Giok Siang telah bersembunyi dibelakang tubuhnya, sedang sepasang matanya dengan tajam memandang kearah genta besar itu.

Ketika Boen Ching membalikkan kepala lagi, tampak genta tersebut telah mendesak mendekati tubuhnya tak lebih hanya tiga kaki saja sedang suara genta itu bergetar memekakkan telinga.

Sinar matanya berkelebat tak hentinya beberapa ingatan dengan cepat berkelebat didalam benaknya, apabila pada saat ini dia hendak menghindarkan hal ini tak mungkin akan dapat terjadi, tetapi Sek Giok Siang yang berada dibelakang tubuhnya pastilah akan tertimpuk oleh serangan dari genta tersebut.

Didalam keadaan yang sangat kritis itu, dengan cepat dia mengambil keputusan, dia bersuit nyaring pedang Cing Hong Kiamnya dengan sekuat tenaganya mendorong dengan mendatar dada, tujuh sinar pedang yang sangat menyilaukan mata segera memancar ke luar dari pedang Cing Hong Kiamnya.

Pedang dan genta itu dengan cepat berbentur satu sama lainnya, wajah Boen Ching berubah menjadi sangat serius sekali, sedang sepasang matanya dengan tajam memandang kearah genta raksasa tersebut.

Genta raksasa itu bagaikan menempel dengan tubuh dari pedang Cing Hong Kiam itu, suara getaran yang sebenarnya memekakkan telinga itu pada saat ini telah berubah menjadi sunyi senyap dan tenang sekali tak terdengar suara sedikitpun yang timbul dari bentrokan tersebut.

Sepasang mata jien Muh Nio dengan perlahan-lahan dipejamkan.

Sinar mata Boen Ching berkelebat dengan tajamnya, sejenak kemudian diapun dengan perlahan-lahan memejamkan matanya. Sek Giok Siang dengan sangat terkejut memandang kearah kedua orang itu, dia tampak Boen Ching menggetarkan pergi genta raksasa itu, dia mengira telah tak dapat persoalan lainnya lagi, tetapi sama sekali dia tak pernah menyangka kalau hal ini dapat berubah menjadi situasi seperti ini.

Dengan termangu-mangu dia memandang ke arah dua orang itu, sedang tubuhnya dengan kencang ditempelkan ketubuh Boen Ching.

Wajah Boen Ching makin lama berubah menjadi pucat pasi, sedang genta raksasa itupun mengeluarkan suara dengungan yang sangat rendah sekali.

Makin lama tangan kanan Boen Ching terlihat mulai gemetar dengan kerasnya, pedang Cing Hong Kiam ditubuh genta itupuh mulai melompat dan bergerak, sinar pedang yang dipancarkan keluar dari pedang Cing Hong Kiamnya itupun memancar memenuhi seluruh angkasa. Mendadak, suara genta itu mengeluarkan suara yang sangat keras sekali, pedang Cing Hong Kiamnya ditangan Boen Chingpun dengan diikuti suara jeritan kaget dari mulut Sek Giok Siang terlepas dari tangannya dan melayang keangkasa. Genta raksasa itu sedikit berhenti, kemudian dengan cepat menekan kembali ketubuh Boen Ching, kehebatan dari gerak ini sangat sulit sekali untuk dihindari. Wajah Boen Ching makin menjadi pucat, tangan kanannya menjadi sangat kaku sekali, hampir- hampir tak dapat digerakkan kembali tetapi dia harus berusaha untuk menyingkirkan serangan genta tersebut, kalau tidak Sek Giok Siang yang berada dibelakang tubuhnya ini tak akan dapat menahannya. Pikirannya menjadi tergerak, bahu kirinya dengan cepat mendorong pergi tubuh Sek Giok Siang, sedang pada saat itu pula genta raksasa tersebut telah datang, dan menekan dengan hebatnya kedepan tubuhnya, dia bersuit nyaring, bahu kanannya segera menyambut datangnya serangan genta raksasa itu. Dia menggunakan jurus "Cien Cian Ie San," dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih" dengan sekuat tenaga berusaha untuk menghindar kan diri dari datangnya serangan genta yang sangat sulit untuk dihindarkan itu, guna menyalamakan dirinya.

Pada saat genta tersebut ketemu dengan bahu kanan Boen Ching, dengan cepat tubuh genta itu serta diri Boan Ching berpisah dan jatuh kesamping.

Seluruh bahu Boen Ching menjadi robek terkena pinggiran genta itu, sedang tubuhnya terkena getaran ilmu Hiat Mo Kang yang sangat hebat itu, segera dia muntahkan darah segar dan jatuh tak sadarkan dirinya diatas permukaan tanah.

Sek Giok Siang dengan sangat terkejut menjerit nyaring dan lari kearah diri Boen Ching.

Wajah dari Boen Ching berubah menjadi pucat pasi, sedikitpun tak tampak darah mulutnya tampak bekas darah segar yang bmengucur keluard dengan derasnyaa itu.

Sek Giokb Siang dengan perlahan menundukkan kepalanya, dan mendekap dada Boen Ching, tak terasa lagi dia mengucur kan air matanya dengan deras apabila dia maju kedepan, Boen Ching tak mungkin dapat menjadi demikian rupa.

Mendadak teringat olehnya akan Jien Muh Nio yang masih berdiri disampingnya itu, dengan perlahan dia mendongak, tampak Jien-Muh Nio dengan tenang-tenang berdiri disamping, wajahnya sangat dingin sekali, dengan tak berperasaan sedikitpun meman-dang ke arahnya.

Sek Giok Siang memejamkan sepasang matanya, sejenak kemudian barulah dengan perlahan-lahan dia bangkit berdiri.

Jien Muh Nio dengan dingin memandang kedua orang itu, dalam hati dia merasa sangat heran sekali, Boen Ching ternyata berani melawan keras dengan keras terhadap serangannya, dia mengira bahwa apabila Boen Ching berani menyambut dengan keras serangannya itu pastilah akan tergetar dan menemui ajalnya.

Tetapi ternyata bukan saja Boen Ching tak binasa, bahkan dia berhasil mendorong kesamping serangan gentanya.

Sekalipun dia telah mengetahui kalau Boen Ching telah menderita luka dalam yang sangat parah, tetapi jika terhadap dirinya dia masih merasa belum luas.

Sek Giok Siang setelah bangkit berdiri dengan dingin sekali dia memandang tajam kearah Jien Muh Nio.

Jien Muh Nio pun segera balas memandang tajam kearah Sek Giok Siang, sekalipun dirinya merupakan seorang perempuan tetapi selamanya diapun belum pernah bertemu dengan seorang gadis yang demikian cantiknya itu.

Tetapi, didalam sekejap saja suatu ingatan, segera berkelebat didalam benaknya, dengan mendengus:

Teringat dia akan diri Bwee Giok, pada saat dia bertemu dengan diri Bwee Giok itu dia telah menjadi gila, sedang Sek Giok Siang ini sama sekali tidak memperdulikan padanya bahkan dengan meminjam kesempatan itu berbuat demikian mesranya terhadap diri Boen Ching.

Berpikir sampai disini, hampir-hampir dia menganggap dirinya telah berubah menjadi diri Bwee Giok, teringat pula ketika Sek Giok Siang memungut pedang Cing Hong Kiam itu dan diangsurkan kepaaa Boen Ching, dalam hatinbya segera timbudl hawa nafsu unatuk membunuhnyab.

Sek Giok Siang dengan dingin memandang kearah Jien Muh Nio, dia tahu Jien Muh Nio pastilah tak akan melepaskan diri Boen Ching, Boen Ching tak dapat tetap hidup diapun ingin binasa ber-sama-sama dengan diri Boen Ching.

Tampak pada bibir Jien Muh Nio tersungging suatu senyuman yang sangat dingin sekali, dia telah tahu rencana dari Sek Giok Siang ini, dalam hati pikirnya. "Sungguh sangat kebetulan sekali, dengan demikian aku tak perlu mencari alasan lain nya lagi untuk membunuh dirinya.

Sepasang alisuya dikerutkan, dia tertawa dingin, ujarnya kepada diri Sek Giok Siang.

'"Kau cepat meninggalkan tempat ini, kalau tidak janganlah menyalahkan diriku kalau akupan tak akan melepaskan dirimu".

Sambil berkata dari sepasang matanya tampak berkelebat sinar matanya yang mengandung nafsu untuk membunuh yang sangat hebat.

Sudah tentu Sek Giok Siang sendiri juga mengetahui maksud dari perkataan dari Jien Muh Nio ini, dengan dingin ujarnya,

"Kau telah berbuat keterlaluan".

Dalam hati Jien Muh Nio terasa tergetar, tetapi dia tetap tertawa dingin sepatah katapun tak diucapkan.

Sek Giok Siang dengan tajam memandang Jien Muh Nio, sepasang tangannya dengan perlahan diangkat dan disilangkan didepan dadanya melindungi tubuhnya, sedang sinar matanya dengan sangat tawar sekali memandang kearah diri Jien Muh Nio.

Sekalipun dia memikirkan untuk menggu-nakan segala cara guna mendapatkan diri Boen Ching, tapi sebagian besar perasaan tersebut adalah dikarenakan perasaan terima kasihnya terhadap diri Boen Ching. Dia sangat baik terhadap dirinya, sudah tentu dirinya pun harus berbuat baik terhadap Boen Ching.

Kini urusan telah menjidi demikian, dia tak dapat melihat hal ini terjadi dengan duduk tenang, bahkan dia menganggap bahwa didalam hidupnya selama ini, selain ibunya, hanyalah Boen Ching seorang yang sangat baik terhadap dirinya, ibunya kini telah meninggal, dia pun tak dapat membiarkan Boenr Ching binasa stebelum dirinya.q

Jien Mah Nio mrenjadi ragu-ragu sejenak, dia mengira bahwa situasi pada saat ini seperti dia telah menunggang diatas punggung harimau, dan tak mempunyai cara lain lagi, Boen Ching ternyata berani menghianati Bwee Giok, kedua orang ini sudah tentu harus dihukum mati.

Sepasang telapak tangannya dengin perlahan didorong ke depan, terlihat sekumpulan hawa murni berwarna merah yang bagaikan menggulungnya ombak di tengah samudra menerjang dengan hebatnya ke tubuh Sek Giok Siang.

Terdengar suara dengusan yang sangat berat sekali dari diri Sek Giok Siang, tubuhnya melayang dengan mendatar ke depan, sehingga menubruk dinding dan dengan perlahan jatuh kebawah.

Jien Muh Nio tampak wajah Sek Giok Siang yang putih itu telah berubah menjadi merah padam, dengan tak bertenaga sama sekali dia menengok sekejap kearah Boen Ching, pada bibirnya terlihat tersunggrng suatu senyuman manis, dengan perlahan dia memejamkan matanya.

Dalam hatinya pada saat ini dia merasa sangat bingung sekali, untuk sesaat dia berdiri termangu-mangu kalau dia turun tangan memang keterlaluan, dia dengan Sek Giok Siarg sama-sama merupakan seorang wanita, hanya dikarenakan urusan kecil dia telah membunuh dirinya, bukanlah hal ini keterlaluan ?

Tetapi masih ada Boen Ching, semua kesalahan ini haruslah Boen Ching seorang yang memikul barulah benar, dengan dingin dia menarik kembali sinar mata yang mengandung rasa simpatik itu dan memandang kearah Bcen Ching.

Terhadap diri Boen Ching, hal ini tidaklah keterlaluan. Jien Muh Nio dengan perlahan berjalan mendekati Boen Ching, dalam hatinya dia berpikir barulah berbuat bagaimana agar Boen Ching jauh lebih merasakan penderi-taan yang hebat.

Mendadak --- --dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara helaan napas panjang.

Jien Muh Nio menjadi sangat terkejut, entah siapa yang datang kedalam gua itu tanpa dia ketahui sama sekali, sekali pun dirinya tidak memperhatikan, tetapi juga tak mungkin dapat menjadi demikian.

Dengan cepat dia menoleh, air mukanya dengan cepat berubah hebat.

Dibelakang tubuhnya berdirilah seorana Nikouw berusia pertengahan itu memakai pakaian pendeta berwarna keabu- abuan, tangan kanannya mencekal tasbeh.

Sinar matanya sangat tajam sekali, wajah nya samar, dengan tajam dia memandang ke arah Jien Muh Nio.

Jien Muh Nio ketika melihat orang itu dia menjadi termangu-mangu, sama sekali tak terduga olehnya waktu tiga puluh tahun lamanya telah berlalu, dirinya pada saat ini menjadi sedikit bingung.

Dia mulai merasakan pandangannya menjadi sedikit kabur, dihadapannya terasa bagaikan muncul asap putih sedang tubuh dari nikoaw berusia pertengahan itu sedang melayang dengan tenangnya ditengah kabut putih tersebut.

Segera dia mengusap matanya, tetapi pandangannya masih tetap sangat kabur sekali, dalam hatinya bagaikan sedang teringat kembali akan peristiwa yang telah silam, tak terasa lagi dengan perlahan dia berlutut dihadapan nikouw tersebut.

Peristiwa silam yang hampir lupa dari dalam benaknya kini sekali lagi bergolak didalam hatinya, pada tiga puluh tahun yang lalu Lam Hay Sin Nio, Sek Liong Suthay yang pernah menggetarkan seluruh dunia kangouw pernah meminta dirinya masuk ke dalam agama Buddha, tetapi pada saat itu mana dia mau, dengan sembarangan dia mau, dengan sembarangan dia berkata bahwa apabila Sek Liong Suthay dapat bersemedi menghadap dinding selama tiga puluh tahun lamanya, dia akan menyukur rambutnya menjadi pendeta dan mengangkat Sek Liong Suthay sebagai suhunya.

Ucapan tersebut dikatakan pada waktu itu dengan sembarangan, tetapi sama sekali tak terduga Sek Liong Suthay ternyata menyetujuinya.

Pada waktu itu Jien Muh Nio hanya tersenyum saja, dia mengira waktu selama tiga puluh tahun sangat lama sekali, sekali pun Sek Liong Suthay mau bermedi menghadap dinding selama itu, entah harus lewat berapa lamanya lagi.

Tetapi tiga puluh tahun berlalu dalam sekejap saja, kini Sek Liong Suthay telah muncul kembali dihadapannya.

Sek Liong Suthay di hadapannya ini jika dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang lalu ternyata sedikit pun tak berbeda, sedang dirinya apabila mengingat kembali segala peristiwa yang terjadi selama tiga puluh tahun ini terasa bagaikan baru saja terjadi pada kemarin hari'

Entah telah lewat beberapa saat lamanya dengan perlahan dia mendongakkan kepalanya.

Sek Liong Suthay yang berada dihadapan nya pada saat ini sedang memejamkan matanya, dengan tenang dia berdiri.

Jien Muh Nio yang memandang tajam kearah Sek Liong Suthay, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat menyesal, dia menyembah lagi dihadapan Sek Liong Suthay sambil ucapannya.

"Sebelum Tecu masuk menjadi anak murid Buddha, harap Su thay mengijinkan tecu untuk mengerjakan suatu urusan yang belum selesai dikerjakan." Sepasang mata Sek Liong Suthay dengan perlahan dipentangkan, dengan berdiam diri dia memandang tajam Jien Muh Nio.

Jien Muh Nio yang dipandang sedemikian tajamnya oleh Sek Liong Suthay, dalam hatinya terasa tergetar sebenarnya dia ingin membunuh Boen Ching terlebih dahulu, tetapi pada saat ini dia telah dibikin sadar oleh sinar mata dari Sek Liong Suthay yang tajam itu, dengan berbuat yang dilakukan selama hidupnya ini mana dia mempunyai hak untuk membunuh diri Boen Ching.

Teringat kembali segala perbuatan yang kulakukan pada waktu yang telah silam apabila ada orang yang seperti dirinya mendesak terus menerus seperti yang dialami Boen Ching ini entah dirinya telah harus mati beberapa kali banyaknya, cukup dengan perbuatannya terhadap diri Sek Giok Siang. Boen Ching setelah menjadi sadar kembali mana dia mau melepaskan dirinya dengan demikian saja.

Berpikir sampai disini tak terasa hatinya menjadi berdesir, apabila teringat kembali akan diri Sek Giok Siang tak terasa lagi keringat dingin mengucur keluar membasahi bajunya'

Alasan bagi dirinya yang terusan didalam membunuh diri Sek Giok Siong ini juga tak lebih hanyalah rasa iri yang berlebihan. Sek Giok Siang terlalu cantik bagi dirinya, saking cantiknya membuat matanya menjadi merah dia tidak menginginkan Sek Giok Siang dapat hidup terus dalam dunia ini.

Jien Muh Nio yang berpikir sampai disini, dalam hatinya terasa bergetar dengan hebatnya, sekali lagi dia berlutut memberi hormat, sepatah katapun tak di ucapkan lagi.

Air muka dari Sek Liong Suthay masih tetap sangat ramah sekali, pada wajahnya sedikit pun tak terlihat perasaan gusarnya, dengan perlahan ujarnya: "Muh Nio selama tiga puluh tahun ini, apakah baik-baik saja???"

Jien Muh Nio yang merasa menyesal, dengan napas yang rendah sahutnya.

"Tecu mengharap Suthay mau menerima diriku sebagai murid, selama hidupku tecu akan merawat diri Suthay."

Sek Liong Suthay dengan perlahan memejamkan matanya, sejenak kemudian barulah ujarnya lagi.

"Perjanjian selama tigapuluh tahun yang lalu, ini hari telah habis waktunya, aku bersemedi menghadap dinding selama tiga puluh tahun ini bukan mempunyai maksud untuk menerima dirimu sebagai murid saja, tetapi aku mengharapkan batin yang lebih kuat lagi selama ini."

Dengan sedih ujar Jien Muh Nio.

"Suthay ! tecu bukanlah dikarenakan janjiku yang lalu sehingga berbuat demikian."

Diatas wajah Sok Liong Suthay dengan perlahan tampillah suatu senyuman yang ramah, dia mendongak sambil ujarnya.

"Kau lihatlah !! Boen Ching telah sadar kembali."

Jien Muh Nio dengan perlahan memejam kan matanya, segera dia duduk diatas tanah dan duduk bersila untuk bersemedi.

Boen Ching dengan perlahan mementangkan matanya, hampir-hampir dia tak mengetahui kini dirinya berada dimana, dia menyapu sekejap keseluruh kalangan, sinar matanya menyapu punggung dari Jien Muh Nio, Sek Liong Suthay dan terakhir berhenti diatas mayat Sek Giok Siang.

Tubuhnya terasa tergetar dengan hebatnya, Sek Giok Siang telah binasa ????? Dia sedikit tak percaya, tetapi kejadian yang terjadi dihadapannya adalah hal yang sungguh-sungguh terjadi. Boen Ching dengan termangu-mangu memandang kearah Sek Giok Siang, wajah dari Sek Giok Siang didalam pandangannya mendadak berubah menjadi suatu bentuk gambaran yang sangat aneh sekali dan terbayang didepan matanya.

Mendadak dia merasakan bahwa mulutnya terasa asin, dengan tak mengucapkan sepatah katapun dia mengusap air mata yang meleleh keluar itu, dengan perlahan dia mengambil keluar cermin "Thian Tuen" yang berada didalam sakunya, gambar gadis didalam cermin itu masih tetap tersenyum dengan demikian manisnya.

Pikiran Boen Ching terasa mulai agak kaku, gadis didalam cermin itu muncul dihadapan matanya, tetapi tubuh dari Sek Giok Siang sebaliknya makin lama makin berpisah makin jauh.

Dengan susah payah dia berpikir bagaikan hal ini semuanya dapat berubah menjadi sedemikian rupa, Sek Giok Siang bagaimana dapat binasa ?

Sinar mata Boen Citing berhenti diatas bayangan punggung Jien Muh Nio, dia mulai teringat kembali akan hal-hal yang dia perlukan untuk mengetahuinya, didalam sekejap saja, dengan cepat dia bangkit berdiri.

Sekalipun didalam tubuhnya menderita luka dalam yang sangat parah, tetapi pada saat ini dia merasakan bagaikan sedikitpun tidak menderita luka apapun.

Jien Muh Nio dengan tak merasa sama sekali dia tetap duduk bersila diatas tanah.

Selangkah demi selangkah Boen Ching berjalan mendesak kearah Jien Muh Nio, didalam hatinya dia merasa sangat gusar sekali, hal ini tidak adil, Sek Giok Siang hanyalah seorang gadis yang tak tahu apa-apa, selama nya dia tak pernah berbuat salah, mengapa Jien Muh Nio dapat turun tangan hingga sedemikian rupa. Rasa gusar didalam hatinya semakin lama semakin berkobar dengan hebatnya.

Kematian dari Sek Giok Siang ini adalah gara-gara dirinya, tak perduli bagaimana pun juga dia tak dapat menahan lagi rasa gusar nya tersebut.

Mendadak, matanya tertumbuk pada sebuah jubah pendeta berwarna ke abu- abuan yang muncul dihadapan matanya, dengan cepat dia mendongakkan kepalanya, didalam sekali pandang saja dia telah dapat melihat seorang nikouw berusia pertengahan yang sedang memejamkan matanya dan berdiri dengan tenangnya disana.

Dalam hati Boen Ching terasa sedikit terkejut, didalam ingatannya dia merasa agak nya tak pernah ada seorang nikouw di tempat itu.

Dia tetap melanjutkan langkahnya mendesak ke arah tubuh Jien Muh Nio, sinar matanya penuh diliputi oleh hawa membunuh yang sangat hebat sekali.

Jien Muh Nio masih tetap duduk dengan tegaknya, bagaikan sedikitpun tak merasakan bahaya yang sedang mengancam dirinya, sedang Boen Ching dengan tak hentinya menggerakkan kakinya berjalan makin mendekat ke arahnya.

Mendadak dia menghentikan langkahnya, dengan dingin teriaknya:

"Jien Muh Nio, cepat kau bangun, kalau tidak janganlah menyalahkan aku kalau akan membunuh dirimu sekalipun kau tidak memberikan perlawanan"

Jien Muh Nio masih tetap duduk berdiam diri tak bergerak sedikitpun juga, Boen Ching menjadi ragu-ragu sejenak, suatu perasaan yang sangat gusar sekali menjalar dari dalam lubuk hatinya dan dengan perlahan-lahan merembet naik keatas, matanya memancar kan sinar yang sangat tajam sekali, segera ia mengangkat telapak tangannya siap untuk dilancarkan kedepan.

Sekonyong-konyong terdengar suara bentakan keras dari Sek Liong Suthay.

"Boen Ching !"

Boen Ching menjadi tertegun, segera dia menahan tangannya.

ooxoo ( ii x ii ) ooxoo "CENG IT SHIA"

BOEN CHING mendadak teringat akan diri seseorang, orang yang berada dihadapannya saat ini bukankah manusia aneh nomor wahid pada saat ini, Lam Hay Sin Nie, Sek Liong Suthay? Bagaimana dia dapat munculkan dirinya ditempat ini ?

Dia memandang tajam kearahnya, sepatah katapun tak diucapkan. Sekalipun Sek Liong Suthay merupakan seorang pendeta beribadat tinggi dan merupakan manusia aneh pada saat ini, tetapi dia tak dapat menahan pergolakan hatinya dengan demikian saja.

Sek Liong Suthay dengan tajam memandang kearah Boen Ching, sejenak kemudian barulah ujarnya:

"Aku bukannya melaranbg kau membalas ddendam terhadapa diri Jien Muh bNio, tetapi ada suatu urusan yang harus kau pikirkan terlebih dahulu, Jien Muh Nio sekarang telah mengakui semua perbuatan salah yang telah dilakukan dan mau menerima seluruh hukumannya, apalagi kematian dari Sek Giok Siang, sebagian besar juga dikarenakan dirimu sendiri."

Dalam hati Boen Ching merasa tertegun, kemudian tanyanya.

“Aku ?”. Dengan perlahan sahut Sek Liong Suthay.

'Sicu juga merupakan seorang yang cerdas, aku kira kaupun telah memahami sendiri bukan ?"

Sehabis berkata dengan perlahan dia memejamkan matanya, dan tak bergerak lagi.

Pikiran Boen Ching menjadi bergerak, dengan perlahan dia menundukkan kepalanya, dalam hatinya agaknya dia mulai merasa, tetapi dia tidak mengetahui berada dimana dan dia percaya bahwa sebagian besar dari tanggung jawab ini haruslah dipikul sendiri oleh Jien Muh Nio seorang.

Mendadak ujar Sek Liong Suthay.

“Apabila dia tidak binasa, lalu bagaimana kau hendak menghadapi dirinya."

Dalam hati Boen Ching terasa tergetar dengan keras, segera dia tak mempunjai perkataan lagi untuk diucapkan,

Sek Giok Siang memang benar-benar binasa dikarenakan dirinya, sekalipun dia mencintai diri Bwee Giok, tetapi sebaliknya terhadap Sek Giok Siang pun dia tak dapat melupakannya, bahkan baru saja dia bermesraan denugan dirinya.

Kalau tidak, Sek Giok Siang tak mungkin dapat menjadi demikian.

Ketika dia berpikir sampai disini, dalam hatinya terasa bagaikan diiris-iris oleh golok dihadapan matanya sekali lagi muncul bayangan tubuh dari Sek Giok Siang, dengan cepat dia memejamkan matanya, air matanya tak terasa lagi mengalir keluar dengan deras nya.

Terdengar Sek Liong Suthay berkata lagi.

"Pada saat ini kau sebagai seorang pemuda haruslah mengambil keputusan dengan menggunakan akalmu, untuk menghindarkan diri dari penyesalan di kemudian hari, sekalipun Jien Muh Nio salah, tetapi diab telah menyesaldi perbuatan nyaa, aku kira lebibh baik kau ampuni dirinya saja "

Pada saat ini dalam hati Boen Ching merasa sangat berduka sekali, karena dia telah mengetahui dengan tubuhnya yang terluka demikian parahnya, sekalipun seluruh orang, Boen Ching juga tak dapat berbuat apa-apa terhadap diri Jien Muh Nio.

Sedang dia pada saat ini masih tetap duduk bersila tak bergerak, bagai tak mendengar sesuatu apapun.

JIEN MUH NIO dapat menyesali perbuatannya, Boen Ching telah memuji sikapnya tersebut, sedang pada saat ini dia pun menggunakan semangat serta kemajuan nya untuk memberikan tubuhnya untuk dijatuhi hukuman, didalam hati Boen Ching makin merasakan menyesalnya.

Banyak orang mengaku salah disebabkan terdesak keadaan situasi, sedang ada pula sebagian yang menginginkan dimaafkan pihak sana, tetapi hampir-hampir tak pernah menemui seseorang yang mau mengakui kesalahan dari seluruh perbuatannya yang telah dilakukan.

Dengan perlahan dia berlutut di hadapan Jien Muh Nio, kemudian diapun berlutut memberi hormat kepada diri Sek Liong Suthay.

Sek Liong Suthay dengan perlahan mementangkan matanya, dia mendongakkan kepalanya memandang dinding gua, lama kemudian barulah ujarnya.

"Orang yang berbuat salah segera dapat mengetahui, bertobatlah dengan cepat agar dapat diampuni oleh Thian."

Boen Ching yang didalam sekejap mata saja dapat  merobah rasa gemasnya terhadap Jien Muh Nio menjadi rasa hormat, semangat seperti ini, didalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat girang dan berterima kasih. Setelah dia habis mengucap kata-kata itu, dengan perlahan dia memuji nama Buddha, dengan Jien Muh Nio dua orang segera bangkit dan berjalan keluar dari gua itu.

Boen Ching dengan perlahan bangkit berdiri, dia memejamkan matanya beristirahat sejenak, lama kemudian barulah mementangkan matanya kembali.

Dia memandang sekejap keatas mayat Sek Giok Siang, dan merghela napas panjang, kesemuanya itu rhanyalah bagaiktan impian yang qberlalu dengan rcepatnya, tubuh Sek Giok Siang pun dengan perlahan lenyap dari pandangannya.

Dia membuat sebuah lobang besar dan mengubur mayat dari Sek Giok Siang itu, kemudian mengambil keluar pula cermin Thian Tuen itu yang kemudian diletakkan disamping tubuhnya, teringat kembali ketika dia diselamatkan oleh cermin itu dari serangan Kiem Cang Thiat Cie, Chang Soen Loei serta Ouw Yang Bu Kie, beberapa macam bayangan berkelebat dengan cepatnya didalam benaknya, dia menjadi terjerumus kembali kedalam lamunan.

Mendadak beberapa perkataan dari Sek Liong Suthay berkelebat kembali didalam benaknya. "Janganlah terlalu banyak bermain cinta untuk menghindarkan diri dari penyesalan dihari kemudian.

Dalam hatinya menjadi tertegun, segera dia membuang jauh-jauh segala lamunan yang menguasai benaknya itu.

Kini dia harus berangkat menuju ke kuil Pie Lu Si dan memenuhi janjinya dengan diri Sam Ceng It Shia. Berpikir sampai disini dia menghela napas panjang, dan memungut kembali pedang Cing Hong Kiamnya dengan langkah yang perlahan berjalan keluar dari gua itu.

Matahari hampir turun gunung, diujung langit tampilkan suatu sinar berwarna kemerah-merahan yang memenuhi angkasa. Didepan kuil 'Pie Lu Sie tampak muncul seorang pemuda berbaju hijau, pada pinggang nya tersoren sebilah pedang panjang dengan perlahan dia berjalan memasuki kuil 'Pie Lu Si itu.

Seorang pendeta kecil segera merangkap tangannya maju kedepan, pemuda berbaju hijau itu cepat membungkukkan tubuhnya memberi hormat, sambil tertawa ujarnya.

"Cayhe Boen Ching, karena perjanjiannya dengan Sin Hoat Thaysu maka kini sengaja datang menyambanginya."

Pendeta kecil itu dengan wajah yang sangat terkejut memandang sekejap ke arah Boen Ching, ujarnya.

"Siauwceng segera pergi melaporkan kedatangan sicu."

Sehabis berkata segera dia membalikkan tubuhnya dengan langkah yang cepat berjalian masuk kedalam ruangan kuil.

Pada bibir Boen Cning tampak tersungging suatu senyuman, dia memandang sejenak keatas papan nama dari kuil 'Pie Lu Si' yang telah menggetarkan dunia kangouw itu.

Kuil Pie Lu Si itu dibawah sorotan sinar matahari sore, terlihat tertutup oleh suatu awan yang sangat gelap sekali, didalam ruangan kuil itu sangat sunyi seakan-akan jumlah hweesio yang berada didalam kuil itu sangat sedikit sekali.

Pada saat dia berpikir itu mendadak dari dalam ruangan kuil yang sangat sunyi- senyap itu berkumandang datang suara genta yang dibunyikan bertalu-talu.

Boen Ching dengan sangat tenang sekali mendengar suara tersebut, dia tahu kalau memangnya Sin Hoat Thaysu telah mengadakan perjanjian dengan dirinya, sudah tentu 'Mo Pak Sam Ceng' serta 'le Way It Sia' pastilah telah berada didalam ruangan kuil itu.

Pintu kuil itu dengan perlahan-lahan terbuka, seorang pendeta berjubah warna kuning dengan langkah yang perlahan berjalan keluar, dibelakang pendeta berjubah kuning itu berjalanlah berpuluh-puluh hweesio kecil yang berjalan mendekati kearah Boen Cning.

Boen Ching dengan sangat tenang sekali menanti kedatangan rombongan para hweesio itu, sejak semula dia telah dapat melihat kalau hweesio berjubah kuning itu bukanlah diri Sin Hoat Thaysu sendiri.

Hweesio berjubah kuning itu dengan perlahan berjalan ke depan tubuh Boen Ching sambil merangkap tangannya, ujarnya.

"Pinceng Sin Tek, tidak mengetahui Boen Siauwhiap datang sehingga tak mengadakan penyambutan dari jauh, harap Boen Siauw hiap mau memaafkan !"

Boen Ching tampak Sin Tek Thaysu demikian hormatnya, dia tersenyum, sambil membungkukkan tubuhnya memberi hormat lalu ujarnya.:

"Thaysu terlalu sungkan, boanpwee datang kemari masihmengharapkan bantuan dari Thaysu."

Sin Tek Thaysu seolah-olah tidak memahami ucapan dari Boen Ching ini, dia memandang sekejap ke arahnya, dan tersenyum kemubdian memberi tadnda kepada Boena Ching agar diab berjalan lebih dahulu.

Boen Ching setelah memberi hormat, segera dia bangkit dan berjalan kedalam ruangan kuil itu.

Sin Tek Thaysu mengikuti dari belakang nya, jarak diantara mereka tak lebih hanyalah setengah tindak saja, dan berjalan masuk ke dalam ruangan kuil itu, mendadak Sin-Tek Thaysu menghentikan langkahnya, ujarnya:

"Boen siauhiap datang kemari apakah hendak mencari berita mengenai jejak suhumu? "Boen Ching tampak Sin Tek Thaysu menghentikan langkahnya, dia pun ikut menghentikan langkahnya, sambil tersenyum sahutnya.

"Benar, entah Thaysu apakah mau memberitahukan kepadaku ?"

Sepasang mata Sin Tek Thaysu memancar sinar yang sangat tajam, sambil tersenyum ujarnya pula.

'Sudah tentu jejak dari suhumu aku mengetahuinya dengan jelas, tetapi "

Boen Ching telah dapat menebak maksud tujuan dari Sin Tek Thaysu itu, dia mengetahui kemungkinan sekali suhunya telah di kurung ditempat ini, Sin Tek Thaysu ini pastilah tidak mempunyai maksud yang baik terhadap dirinya.

Dia tertawa sahutnya.

"Thaysu silahkan untuk mengucapkannya." Sin Tek Thaysu tertawa pula, ujarnya.

"Kuil Pie Lu Si ini sekalipun bukanlah merupakan suatu kuil yang besar, tetapi juga bukanlah kuil kecil, oleh sebab itu didalam kuil kami ini mempunyai suatu urusan, barang siapa yang masuk ke dalam kuil ini haruslah menuruti aturan tersebut."

Sinar mata Boen Ching menjadi sayu, sambil tersenyum sahutnya.

"Coba Thaysu sebutkan."

Sin Tek Thaysu mundur dua langkah ke  belakang, sepasang tangannya berturut-turut melancarkan serangan, sedang disekitar tempat itu pun segera bermunculan berpuluh puluh pendeta kecil.

Boen Ching memandang sekejap ke sekelilingnya, tampak pendeta-pendeta kecil itu berjumlah kurang lebih ratusan banyaknya dan mengepung dengan rapatnya di sekitar tempat itu.

Tubuh Sin Tek Thaysu dengan cebpat mundur kebdelakang, sambila tertawa mengejbek, ujarnya.

"Kepandaian silat didalam dunia ini banyak macamnya dan banyak yang telah mencapai pada kesempurnaan, didalam kuil Pie Lu Si kami ini hanya terdapat sedikit permainan kecil, silahkan Boen Siauwhiap untuk mencobanya.'

Sinar mata Boen Ching berkedip tak hentinya, dia segera mengetahui maksud dari perkataan Sin Tek Thaysu itu, dia tersenyum dan tidak mengucapkan kata-kata lagi.

Sin Tek Thaysu melanjutkan perkataannya lagi.

"Sejak dari jaman dahulu kala, dari kuil Pie Lu Si kami hanyalah diwariskan sebuah barisan semacam ini saja, barang siapa yang berhasil memecahkan barisan ini barulah dapat masuk kedalam kuil ini."

Pada saat ini Sin Tek Thaysu telah mengundurkan diri keluar dari ruangan kuil tersebut, tampak para hweesio kecil itu berdiri tegak ditempatnya masing-masing, dengan perlahan memejamkan matanya tak mengucapkan kata-kata lagi.

Boen Ching memandang sekejap kesekeliling tempat itu, dan berdiri tegak diatas tangga dari ruangan kuil itu.

Pikirannya dengan cepat bergerak, entah dimanakah terletak keistimewaan dari barisan ini, dengan perlahan dia menarik napas panjang, dan berdiri dengan tenangnya. Sin Tek Thaysu juga berdiri diatas tangga pintu kuil, kedua orang itu saling berhadapan beberapa saat lamanya, terlihat Sin Tek Thaysu tersenyum, ujarnya.

"Setelah berhasil memecahkan barisan ini, jejak dari suhumu pun dapat kau ketahui." Boen Ching memandang sekejap ke sekeliling tempat tersebut, dia tetap tak bergerak sedikit pun juga.

Kedua belah pihak tak ada yang mulai bergerak terlebih dulu, sedang cuacapun semakin lama makin gelap, didalam gedung itu mulai bertiup angin malam dengan perlahan.

Sekeliling tempat itu mulai bermunculan obor yang menerangi disekitar tempat itu, sinar api ditengah malam yang mulai menggelap itu bergerak tak henti-hentinya.

Ujar Sin Tek Thaysu lagi kepada Boen Ching.

"Jejak dari suhrumu dapatlah katu lihat dengan qjelas setelah krau berhasil memecah kan barisan ini dan melewati ruangan besar ini, suhumu telah terkurung sangat lama sekali.

Sehabis berkata dia tersenyum.

Boen Ching pun tertawa, mendadak tubuhnya bagaikan ular gesitnya berkelebat ditengah kalangan tersebut.

Hweesio-hweesio kecil disekitarnya dengan cepat mengangkat sepasang telapak tangan nya menyambut, Boen Ching segera siap memunahkan serangan tersebut, tetapi  baru saja dia mengerahkan tenaganya, dalam hati nya tak terasa lagi menjadi sangat terkejut sekali, kehebatan serta kedahsyatan dari tenaga pukulan hweesio-hweesio kecil itu ternyata sangat sempurna sekali dan selama nya dia belum pernah menemuinya.

Bersamaan pula dari belakang tubuhnya terasa segulung angin pukulan yang sangat keras dan hebat menekan tubuhnya.

Dalam hati Boen Ching menjadi sadar kembali, berita yang tersebar didalam dunia kangouw mengatakan bahwa kuil Pie Lu Si sangat sukar sekali untuk diterobos, kiranya Hweesio- hweesio didalam kuil Pie Lu Si ini semuanya telah paham akan ilmu meminjam tenaga untuk menyerang musuh yang merupakan ilmu tingkat paling atas dari ilmu tenaga dalam. Barisan ini seluruhnya mempergunakan orang sebanyak seratus dua puluh delapan orang banyaknya yang dibagi menjadi dua rombongan, satu rombongan berjumlah enam puluh empat orang bersama-sama menahan serangan musuh, dengan demikian sekalipun orangnya berjumlah ratusan, tetapi jika dirasakan seolah-olah sedang bertempur dengan dua jago berkepandaian tinggi saja.

Pikiran ini dengan sangat cepat sekali berkelebat didalam benaknya, dalam hatinya segera mengambil keputusan cara untuk menghadapi serangan dari pihak musuh ini.

Satu didepan yang lain dibelakang, pikiran ini segera bergerak didalam benaknya, sepasang telapak tangannya dengan cepat dilancarkan kedepan dengan masing-masing menyerang kesebelah kanan serta ke sebelah kiri.

Begitu telapak tangan masing-masing terbentur satu dengan yang lainnya, dua buah rombongan manusia naga yang berada disebelah depan dan disebelah belakang itu dengan cepat terlempar ketengah udara.

Pada saat ini Boen Ching telah mengguna kan ilmu yang paling tinggi didalam ilmu tenaga dalam yaitu meminjam tenaga untuk menyerang musuh, pada saat telapak tangan kanan serta kirinya berbareng dilancarkan keluar itu, segera dia berhasil mendesak kembali gerangan yang sedang menerjang tubuhnya itu.

Tubuhnya segera berkelebat dengan cepatnya keluar dari dalam kepungan barisan tersebut.

Hweesio-hweesio yang berada didalam barisan ini semuanya melekatkan satu telapak tangannya dipinggang kawannya, pada saat tubuhnya tergetar dengan hebatnya itu, bagai seutas tali saja, yang ujung terlempar pergi, sedang yang ujung lainnya masih berada di atas tanah.

Ketika tubuh Boen Ching yang sedang melayang itu, tiga orang hweesio yang bereda didalam barisan itu dengan cepat melancar kan serangannya secara berbareng membabat tubuh Boen Ching.

Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut sekali, jika dilihat keadaannya yang seperti ini, kehebatan dari barisan ini sungguh diluar dugaannya, ternyata mereka dapat melancarkan serangan dengan sekehendak hatinya, dengan demikian bukankah ke seratus dua puluh delapan orang itu berubah menjadi seratus dua puluh delapan orang jago-jago berkepandaian tinggi ?

Tubuhnya yang masih berada ditengah udara itu, ketika diserang secara demikian, dia tak dapat menggunakan cara meminjam tenaga untuk nenerjang musuh seperti yang biasa nya digunakan, sudah tentu dia tak akan berhasil menggetarkan tubuh musuh.

Sepasang telapak tangan Boen Ching segera di gerakkan ke depan secara berbareng sedang tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" nyapun mengikuti serangan tersebut menerjang kedepan.

Dimana serangan telapak tangan itu tiba, barisan naga yang berada disebelah tengah segera berhasil dipukul mundur, sedang tubuh Boen Ching segera tertahan dan jatuh kembali keatas permukaan tanah.

Sin Tek Thaysu yang berdiri dibluar garis dan dmelihat hal itua, sinar matanyab berkelebat, ketinggian serta kesempurnaan kepandaian yang dimiliki Boen Ching ini sama sekali berada diluar dugaan Sin Tek Thaysu, bahkan selama hidupnya dia pun belum pernah melihat kepandaian silat yang demikian sempurnanya.

Ketika tubuh Boen Ching yang sedang melayang turun itu, didalam hatinya dia tahu bahwa pada saat ini apabila tubuhnya mencapai tanah, kemungkinan sekali, sekali lagi dia akan berhasil dikepung dengan rapatnya, dia tak berani menempuh bahaya tersebut. Saat tubuhnya yang masih berada ditengah udara itu, dengan cepat dia menarik napas panjang-panjang, tubuhnya sekali lagi melayang naik keatas dan berkelebat kedepan.

Ditengah barisan manusia naga itu tampak seorang melancarkan serangan kearah tubuh nya, sedang dibelakang tubuhnya diantara orang-orang didalam barisan itupun melan- carkan serangan ketubuhnya, dan mengan-cam bahu kanan dari tubuh Boen Ching.

Sin Tek Thaysu tertawa dingin, asalkan ke dua belah pihak tidak mengerahkan tenaganya didalam satu garis yang bersamaan Boen Chin bagaimana dapat menggunakan siasat meminjam tenaga untuk memukul musuh yang digunakan selama pertempuran ini.

Dengan demikian, Boen Ching segera dapat terjerumus kembali kedalam kepungan barisan tersebut pikir Sin Tek Thaysu.

Pada saat ini didalam hati Boen Ching saja sebelumnya telah mengadakan persiapan bagaimana cara menghadapinya, dia terha-dap serangan yang mengancam belakang tubuh itu sama sekali tidak menggubrisnya, sepasang telapak tangannya menerima serangan yang mengancam tubuhnya dibagian depan itu dengan menggunakan seluruh tenaga dan segera dia melancarkan pula jurus 'Lian Coa Thien Siang' dari ilmn Thay Thien Kioe Sih' dengan cepat dia berhasil melemparkan barisan naga itu kearah belakang.

Tetapi tenaga lemparannya kali ini baru saja dikarenakan segera dia merasakan bahwa dengan menggunakan tenaga yang dimilikinya sekarang ini mungkin sekali tak dapat dengan mudahnya berhasil mencapai sasaran nya, keantepan dari barisan manusia naga itu ternyata jauh diluar dugaannya semula.

Pada saat itu pula serangan teblapak tangan yadng mengancam bealakang tubuhnyab itu telah tiba, Boen Ching segera bersuit nyaring tenaga khiekang ' Tjiet Kong Kang Khie' dia ditarik kembali, tubuhnya berputar "setengah lingkaran ditengah udara, sedang jurus 'Shia Thien Song Gwat" dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih" pun dikerahkan keluar.

Tubuhnya dengan cepat berkelebat menghindarkan diri dari serangan yang mengancam dari sebelah samping itu, rombongan barisan naga tersebut segera berhasil dilemparkan ke depan yang dengan sangat cepat sekali menerjang tubuh orang yang berada di samping itu.

Didalam sekejap saja barisan tersebut menjadi kacau balau, sedang Boen Ching meminjam kesempatan ini pula melayangkan tubuhnya menuju ke depan pintu ruangan.

Sin Tek Thaysu yang tampak hal ini, air mukanya berubah dengan hebatnya, dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau kepandaian yang dimiliki Boen Cning dapat demikian sempurnanya, hanya di dalam sekejap

mata saja dia telah berhasil meloloskan diri dari kepungan barisan yang sangat aneh ini.

Segera timbul suatu siasat di dalam ingatannya, dia ingin menggunakan kesem-patan pada saat tubuh Boen Ching belum mencapai diatas tanah segera melukai tubuh Boen Ching dihawah serangan telapak tangannya, tapi ...

Apabila satu kali serangannya ini tidak mencapai pada sasarannya, entah bagaimana selanjutnya ?

Dia sama sekali tak berpikir lebih mendalam lagi, setelah ragu-ragu sejenak, dia mendongakkan kepalanya memandang, tampak pada saat ini tubuh Boen Ching telah melayang mendekat.

Pikiran Sin Tek Thaysu dengan cepat berputar, sekalipun dia tak berhasil melukai tubuh Boen Ching, sedikit-dikitnya juga dapat mendesak tubuh Boen Ching masuk kembali ke dalam satu barisan. Kehebatan dari barisan ini masih belum dilancarkan keluar tetapi ternyata hasilnya hanya begitu, sebenarnya di dalam hatinya dia sangat merasa tidak puas.

Pada saat pikiran tersebut berkelebat di dalam benaknya, dengan gusar dia memben-tak, sepasang telapak tangannya dengan menggunakan sekuat tenaga menyerang tubuh Boen Ching.

Angin pukulan yang sangat santar segera berkelebat memenuhi seluruh ruangan, Boen Ching menjadi sangat rterkejut, sebentarnya dia hendaqk melayangkan trubuh dihadapan tubuh Sin Tek Thaysu, tetapi sama sekali tak terduga olehnya kalau Sin Tek Thaysu ternyata tak memperdulikan kedudukannya sebagai angkatan tua telah melancarkan serangan membokong dirinya.

Dia yang telah mengerahkan tenaga berkali-kali, pada saat ini tenaga dalam yang mengalir didalam tubuhnya dimana telah digunakan untuk melayangkan tubuhnya di tengah udara masih belum buyar, apa bila sekali lagi harus mengerahkan tenaga dia sendiri sadar bahwa hal ini tak mungkin dapat terjadi, satu-satunya yang dihadapkan dirinya adalah jangan sampai tubuhnya sekali lagi terdesak masuk kedalam barisan lagi.

Boen Ching menarik napas panjang- panjang, tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" nya segera dipancarkan keluar mengelilingi tubuhnya.

Baru saja tubuhnya melayang turun diatas tanah, serangan telapak dari Sin Tek Thaysu telah tiba, Boen Ching dengan menggunakan seluruh tenaganya menahan, tetapi kekuatan serangan itu memaksa tubuhnya berturut-turut mundur lima langkah kebelakang, barulah berhasil berdiri tegak kembali.

Dia menghembuskan napas lega, tampak dirinya belum sampai terdesak masuk kembali kedalam barisan. Dan segera membungkuk kan tubuhnya memberi hormat dihadapan Sin Tek Thaysu, ujarnya. "Terima kasih cianpwee telah tidak menurunkan tangan berat kepada diriku !"

Sin Tek Thaysu tampak serangannya tidak mencapai pada sasarannya, dia tak dapat berbuat apa-apa lagi, segera mendepakkan kakinya ke atas tanah dia segera membalik kan tubuhnya lagi kedalam ruangan kuil.

Boen Ching membalikkan tubuhnya dan merangkap tangannya memberi hormat pada kawanan hweesio itu, tubuhnya dengan cepat berkelebat dan menyerbu masuk ke dalam ruangan kuil itu.

Baru saja memasuki ruangan kuil itu, tampa:k dihadapannya duduk bersila tiga orang hweesio serta seorang berpakaian biasa, sinar mata Boen Ching dengan sangat tajam berkelebat, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu dia telah pernah menemuinya, sisanya seorang hweesio itu pastilah merupa kan pimpinan dari "Mo Pak San Ceng" Sin Eng Thaysu adanya.

Sedang orang yang memakai pakaian biasa itu tak lain pastilah "le Way It Shia," Cioe Kioe Gwat adanya.

Boen Ching dengan tenang berdiri didepan pintu kuil itu, dan menyapu sekejap kearah empat orang itu, dengan perlahan dia berjalan ke depan, sambil membungkukkan dirinya memberi hormat ujarnya.

"Cayhe Boen Ching ! memberi hormat kepada cianpwee berempat."

Ke empat orang itu sebenarnya sedang memejamkan matanya duduk bersila, pada saat ini tampak Sin Eng Thaysu membuka sedikit matanya, kemudian dipejamkan lagi.

Boen Ching tersenyum masam, dia memandang sekejap kesekeliling tempat tersebut, tampak ruangan kecil itu terdapat dua buah jalan kecil yang menghubungkan ruangan itu dengan ruangan belakang. Boen Ching tersenyum lagi, sambil memberi hormat ujarnya:

"Cianpwee berempat apabila tidak mempunyai minat untuk menemui diriku, boanpwee disini mohon bertindak setindak terlebih jaurh".

Sehabis berkata dia tersenyum dan siap meninggalkan tempat itu.

"Ie Way It Shia" Cioe Kioe Gwat mendadak membuka matanya, dia mendengus dingin ujarnya.

"Boen Ching ! Apabila kau berani melewati kami berempat, aku segera akan menyuruh kau binasa ditempat ini juga."

Boen Ching tersenyum, dia mempunyai niat untuk bertaruh dengan "Sam Ceng It Shia" ini, dia tidak percaya kalau dirinya setelah berhasil melintasi keempat orang itu dapat mendapatkan bahaya yang lebih besar.

Segera dia mengangkat bahunya, dengan langkah yang perlahan dia berjalan maju ke depan.

Cioe Kioe Gwat dengan perlahan memejam kan kembali matanya, terhadap gerak gerik dari Boen Ching itu sama sekali dia tak menggubrisnya, seakan-akan perkataan yang telah diucapkan terhadap diri Boen Ching itu ia merasa sangat menyesal.

Boen Ching setelah melewati belakang tubuh kedua orang itu, mendadak di dalam ruangan besar kuil itu terdengar suara yang sangat aneh sekali berkumandang datang.

Ruangan tengah dari kuil tersebbut dengan cepadt berpisah menjaadi dua bagian bdan berputar dengan cepatnya, Boen Ching yang mengalami hal itu menjadi sangat terkejut sekali tubuhnya dengan cepat melayang naik ketengah udara.

Tempat duduk dari "Sam Ceng It Shia" itu tampak dengan perlahan bergerak keruangan belakang, keempat orang itu segera duduk secara terpencar, dua orang memenuhi disebuah lorong kecil di samping ruangan itu, agaknya mereka mempunyai maksud untuk tidak membiarkan Boen Ching masuk ke belakang ruangan dengan melewati lorong itu.

Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, tampak di samping ruangan kuil itu tak terlihat ikut berputar, tubuhnya dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke samping ruangan tersebut.

Pada dinding ruangan kuil itu tampak dengan cepat muncul tiga buah gelang yang melayang dengan cepatnya mengitari dinding ruangan itu.

Boen Ching menarik napas panjang- panjang tubuhnya melayang turun ke tengah ruangan itu, ujung kakinya sedikit menutul tanah, tubuhnya segera melayang dengan cepatnya menubruk ke arah lorong di sebelah kiri.

Orang yang menjaga dilorong di sebelah kiri itu ternyata adalah Sin Eng Thaysu dua orang.

Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak Boen Ching menubruk mendekat ke arahnya, kedua orang itu segera mengayun kan telapak tangannya, tampak berpuluh puluh jarum "Toh Ming Sin Cin" meluncur ke tubuh Boen Ching diikuti tubuhnya dari dua orang itu dengan cepat melayang kedepan, satu dari kanan dan yang lain dari kiri menyerang tubuh Boen Ching.

Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya, tangan kanannya digerakkan, pedang Cing Hong Kiamnya telah dicabut keliuar cari dalam sarungnya.

Dimana pedang Cing Hong Kiam itu berkelebat, jarum "Toh Ming- Sin Cin" itu segera terpukul runtuh keatas tanah.

Boen Ching setelah berhasil memukul jatuh jarum-jarum itu, segera dia melancarkan jurus pedangnya menyambut datangnya serangan dari kedua orang hweesio tersebut. Tetapi ketika sinar matanya berkelebat, dia tampak diantara serangan hawa pukulan yang dilancarkan dua orang itu tampbak didalamnya tdernyata berkeleabat pula bebe- rbapa batang jarum Toh Ming Sin Cin itu, tampak hal ini dia menjadi sangat terkejut sekali, segera ia menarik kembali serangan nya.

Kedua orang yang melancarkan serangan dengan mengikut sertakan jarum Toh Ming Sin Cin itu dengan cepatnya telah menerjang mendekat, Boen Chiap segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan melayang ke udara berguling kesebelah kanan sejauh enam kaki lebih.

Jarum "Toh Ming Sin Cin" tersebut dengan mengikuti gerakannya dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke arahnya, Boen Ching segera menggerakkan pedang Cing Hong Kiamnya diobat-abitkan dengan hebat nya memukul jatuh jarum tersebut, sedang sepasang kakinya melancarkan tendangan berantai mengancam tubuh kedua orang hweesio itu.

Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak serangannya tidak mencapai pada sasaran, segera dia kembali ketenpat asalnya.

Karena ruangan kuil yang terus menerus berputar itu, Boen Ching mana berani melayang turun ketepi ruangan, pada saat ini hampir-hampir dia tak mempunyai tempat untuk menginjakkan kakinya, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat bingung dan kacau.

Air muka Sin Hoat Thaysu tampak menampilkan perasaan yang sangat bangga sekali, tak henti-hentinya dia tertawa dingin.

Boen Ching mengerutkan alisnya, pikirannya menjadi bergerak, dalam hati pikirnya:

"Apakah dengan kepandaian yang kau miliki sekarang ini tak dapat menahan perputaran dari ruangan kuil ini?" Jika dilihat dari sikap Sin Hoat Thaysu ini agaknya dirinya harus dan pasti akan menemui ajalnya ditempat ini.

Dengan situasi dihadapannya saat ini terpaksa dia hanyalah dapat mengumpulkan hawa murninya sekali lagi menerjang keluar, atau dengan menempuh bahaya melayang turun ketengah ruangan dari kuil ini.

Setelah berpikir beberapa kali, dia segera mengambil keputusan dan dengan menem-puh bahaya melangkah tubuhnya turun ke bawah dan berdiri dengan tenangnya di tengah ruangan kuil tersebut.

rSam Ceng It Shita menjadi sangaqt terkejut, keermpat orang itu tak ada yang berani mencapai kalau Boen Ching ternyata demikian beraninya melayang turun kedalam ruangan kuil itu.

Tetapi dalam sekejap saja mereka saling bertukar pandangan, dari matanya meman-carkan sinar yang sangat bangga sekali, dengan perbuatan dari Boen Ching ini, sekaliuan dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara waktu, tetapi dia pun akan menemui ajalnya ditempat ini juga.

Dengan tenaga putaran yang demikian cepatnya dari ruangan kuil itu, sekalipun Boen Ching berhasil melayang turun didalam ruangan tersebut, tapi dia tak mungkin dapat melenyapkan tenaga yang menekan didalam tubuhnya itu, dengan demikian dia pun sangat sukar untuk meloloskan diri dari ruangan kuil ini, coba lihat dia dapat bertahan beberapa lamanya didalam ruangan kuil tersebut. Bukan ! Apabila Boen Ching sekali lagi berputar menuju kehadapan keempat orang itu, mereka pastilah dapat menggunakan jarum "Toh Ming Sin Cin" untuk menghadapi Boen Chirg, sampai saat ini mereka akan melihat Boen Ching dengan menggunakan cara apa untuk menghadapi nya.

Tetapi Boen Ching sendiri mana tidak mengetahui urusan ini, tubuhnya baru saja melayang turun, menanti setelah ruangan kuil itu berputar seperempat dari putaran, segera dia bersuit nyaring dan melompat keatas.

Tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busur dengan sangat cepat sekali menerjang naik ke atas membobol atas dari ruangan kuil itu.

Dibawah lindungan tenaga khiekang "Ciet Kong Kang Khie", atas ruangan kuil itu dengan mengeluarkan suara yang sangat keras telah terbobol sebuah lubang besar, sedang tubuhnya masih melanjutkan meluncur kearah depan.

Boen Ching yang telah terdesak sedemikian rupa itu, segera dia mencabut keluar pedang Cing Hong Kiamnya, dan melancarkan jurus "Shia Thien Song Gwat", setelah menenang kan tubuhnya, dia melayang turun diatas atap ruangan kuil.

"Sam Ceng It Shia" yang tampak hal ini dalam hati merasa terkejut sekali, merekapun dengan cepat menguntit dibelakangnya mengejar keluar.

Boen Ching sekali melirik tampak pedang Cing Hong Kiamnya terpaku diatas sebuah pohon besar dengan kencangnya, sedang pada saat itu empat orang musuh tangguh telah mengepung dirinya, mana dia berani pergi mencabut kembali pedang panjangnya.

Sin Eng Thaysu tertawa dingin, ujarnya.

"Boen Ching ! Selama sepuluh tahun ini boleh dihitung kaulah yang pertama-tama berhasil meloloskan diri dari dalam ruangan kuil ini, kau sungguh sangat untung."

Boan Ching mundur satu langkah ke belakang dan tersenyum, segera dia menengok kebelakang ruangan kuil itu.

Ditengah antara dua lorong kecil itu tampak sebuah kebun yang besar dan luas, kebun bunga yang demikian besarnya itu, hampir-hampir dia tak pernah menemuinya, dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau dengan tenaga manusia dapat membuat sebuah kebun bunga yang demikian besar serta luasnya ini.

"Ie Way It Shia." Cioe Kioe Gwat tertawa terbahak-bahak, segera dia mendesak maju kedepan sambil melancarkan serangannya mengancam dada Boen Ching.

Boen Ching yang telah berhasil keluar dari dalam ruangan kuil itu, mana dia masih takut pula terhadap empat orang itu, hanyalah dia mempunyai niat untuk bertanya kepada empat orang itu sebenarnva bagai mana kah berita daripada jejak suhunya Ie Bok Tocu.

Tubuhnya dengan cepat melayang mundur ke belakang, sambil membungkukkan diri memberi hormat, ujarnya.

"Boen Ching kini berhasil lolos dari ruangan kuil itu, harap Cianpwee sekalian mau memberi tahu berita mengenai jejak suhuku le Bok Tocu !"

Cioe Kioe Gwat tertawa dingin, sahutnya.

"Tetapi kita belum mencoba kekuatannya masing-masing ?' Boen Ching menyapu sekejap kearah empat orang itu,

sambil tertawa, ujarnya.

"Dengan nama serta kedudukan dari cian pwee berempat, bagaimana mau mengurusi seorang angkatan muda seperti boanpwee ini, berita mengenai suhu ku apa bila tak diberitahukan kepada diri boanpwee sekalipun dari cianpwae sekalipun cianpee sekalian mendapatkan kemenangan juga bukanlah kemenangan yang gemilang, kare-na dalam hatiku sedang risau dan bingung didalam melawan cianpwee sekalian."

Cioe Kioe Gwat dengan dingin tertawa besar sahutnya. "Tak kusangka kau ternyata menggunakan siasat untuk

memancing kami !"

Boen Ching pun tertawa, ujarnya. "Sekalipun boanpwee mempunyai maksud untuk memancing diri ciaipwee sekalian, tetapi didalam pikiran cianpwep sekalian, apakah boleh dikata segala perkataan yang diucapkan oleh boanpvee ini adalah ucapan yang palsu ?"

Cioe Kioe Gwat dengan dingin mendengus, dengan ucapan Boen Ching sekarang ini, hal ini membuktikan kalau dia mengatakan bahwa segala ucapannya itu adalah siasat yang dipasang olehnya, sedang kau mau memberi tahu atau tidak

?"

Dia mengerutkan alisnya, ujarnya.

"Memberitahukan kepadamu, buat dirimu pun tak ada gunanya, suhumu terkurung didalam kebun yang besar tersebut, hanyalah kau tidak mudah untuk memasukinya."

Sepasang mata Boen Ching menyapu sekejap kedalam kebun yang sangat luas itu, dalam hatinya diam-diam merasa sangat terkejut, jika dilihat dari perkataan yang diucap kan Cioe Kioe Gwat ini, kebun bunga ini pastilah merupakan sebuah barisan yang aneh.

Baru saja dia berpikir sampai disana. tubuh Cioe Kioe Gwat telah melayang datang, sepasang telapak tangannya dengan sekuat tenaga menerjang tubuh Boen Ching.

Sepasang mata Boen Ching berkelebat dengan tak henti- hentinya, dia tidak ingin untuk bergebrak mati- matian melawan Sam Ceng It Shia ini, tubuhnya sekali lagi mundur kearah belakang.

Pedang Cing Hong Kiamnya terpaku dengan kencangnya disebuah pohon kurang lebih lima puluh kaki dari tempat dimana dia sekarang berdiri, tetapi hanya terpaut kurang lebih dua puluh kaki saja dari tubuh Sin Tek Thaysu, dia tak dapat membiarkan pedang Cing Hong Kiam tersebut jatuh ke tengah pihak musuh. Dia mundur dua langkah lagi kebelakang, sedang Cioe Kioe Gwat makin mendesak mendekat, ujarnya.

"Kau terus menurus mundur kebelakang apa gunanya ? apakah kau tidak mengetahui kalau suhumu terkurung didalam kebun di hadapanmu itu ?

Sambil berkata dia mendesak maju lagi ke arah depan mendekati tubuh Boen Ching.

Boen-Boen kembali mundur lagi satu langkah kebelakang, segera dia melancarkan serangan menyambut serangan yang dilancar kan oleh Ie Way It Shia tersebut sinar matanya berkelebat tak henti-hentinya, ujarnya.

"Suhuku tak pernah berbuat salah terhadap kalian, mengapa kalian malah mengurung dia orang tua ?"

Dengan dingin sahut Cioe Kioe Gwat.

'Sumoaymu mengacau kuil Pie Lu Si kami, berturut-turut melukai sebelas orang, apakah boleh dikata ini bukanlah merupakan alasan yang cukup kuat ?"

Sambil berkata sekali lagi dia melancarkan serangan hebat ke depan.

Boen Ching merasa kesempatannya telah tiba, dia tak ragu- ragu lagi, segera ia menarik napas panjang-panjang, tenaga khiekang Chiet Kong Kang Khie" nya dikerahkan melindungi seluruh tubuh, pada saat tubuh nya berkelebat dengan cepatnya itu, tangan nya dengan cepat menyambut tubuh Cioe Kioe Gwat dan melemparkannya kesebuah pohon besar yang berada disebelah kiri.

Sin Eng Thaysu, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali, tak terasa lagi tubuh mereka bersama-sama melayang ke depan, dan mengejar tubuh Cioe Kioe Gwat, siap untuk menerima tubuhnya yang meluncur dengan cepatnya itu. Ketika tubuh Cioe Kioe Gwat yang meluncur dengan cepatnya di tengah udara tersebut, dengan cepat dia bersalto beberapa kali dan cepat melayang turun dihadapan pohon besar itu.

Ketiga orang hweesio itupun bersamaan waktunya melayang turun ke atas tanah, empat orang bersama-sama berdiri tepat di depan pohon besar, sepasang matanya dengan sangat gusar sekali memandang kearah Boen Ching.

Pada saat ini Boen Ching telah berhasil mencekal pedang Cing Hong Kiamnya di tangan, sambil tersenyum dia memandang tajam ke arah empat orang tersebut.

Dia yang selalu tak pernah melancarkan serangan balasan itu, didalam satu kali balas menyerang saja telah mencapai pada sasarannya, oleh sebab itu pada saat tubuh Cioe Kioe Gwat berhasil dilempar ke depan dengan hebatnya itu, ketiga orang hweesio itu bersama-sama menjadi sangat terkejut sekali, dengan tenaga dalam yang sedemikian sempurnanya itu sudah tentu tenaga lemparan dari Boen Ching juga sama dahsyat, sehingga tak terasa lagi dalam hati mereka pada saat ini telah timbul rasa jeri.

Boen Ching tersenyum, sambil memasuk kan kembali pedangnya kedalam sarung ujarnya:

"Boanpwee mohon diri terlebih dahulu".

Sehabis berkata tubuhnya berkelebat dan melayang turun ke dalam halaman dalam dari ruangan kuil itu.

Tubuhnya belum saja melayang turun keatas permukaan tanah, terdengar suara dari Sin Eng Thaysu telah berkumandang datang dari belakang tubuhnya, ujarnya.

'Boen Ching! Kau kira hanya dengan demikian mudahnya dapat menerjang masuk kedalam ruangan kuil kami??'.

Pada saat Boen Ching mengalihkan pandangannya untuk melihat, tampak dalam kebun itu telah tampak ratusan orang hweesio yang menyekal pedang dengan sangat cepat sekali mengepung tempat dimana dia melayang turun ketanah.

Dia menjadi sangat terkejut, kelihatannya "Sam Ceng It Shia "itu mempunyai maksud untuk menggunakan barisan aneh dari kuil "Pi Lu Si" untuk mengurung dirinya lagi.

Baru saja pikiran Boen Ching bergerak Sin Eng Thaysu telab berkata lagi.

"Sedikitnya kau harus berhasil menerjang barisan ini terlebih dahulu barulah dapat memasuki barisan didalam kebun bunga itu".

Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya.

Boen Ching yang masih berada ditengah udara segera dia menarik napas panjang- panjang, tubuhnya sekali lagi melayang dan menerjang ke arah depan.

Tetapi dengan barisan yang terdiri dari beratus-ratus orang ini mana dia dapat meloloskan dirinya hanya dengan satu kali lompatan saja, pada saat tubuhnya melayang turun keatas tanah itu, pedang panjang dari sebelah kanan dan sebelah kirinya telah bersamaan waktu menerjang kearah tubuh nya.

Boen Ching tidak ingin dengan keras lawan keras, pedangnya sedikit digetarkan kedepan menahan seluruh serangan yang mengancam tubuhnya itu.

Tetapi tenaga serangan pedang yang dilancarkan dari samping kiri dan kanan sangat berbeda sekali, tak terasa lagi dia terdesak mundur satu langkah kebelakang dan masuk kedalam kepungan barisan tersebut.

Baru saja kedua bilah pedang panjang itu dipunahkan, mendadak terlihat dua buah serangannya lagi mengancam tubuhnya.

Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya, dia sama sekali tak pernah menyangka kalau perubahan dari barisan ini dapat demikian banyaknya, tak dapat disalahkan lagi kalau orang-orang dari kuil Piu Lu Si berani menyombongkan barisannya ini, dan tak memandang sebelah matapun kepada seluruh jago-jago dari Bu lim.

Jika demikian seterusnya, bukankah dirinya seperti melawan seratus dua puluh delapan orang jago pedang secara bergilir ? Jika demikian suasananya malah sebaliknya lebih baik melawan dengan menggunakan kekerasan, tetapi apakah dia akan berhasil menahannya dengan menggunakan keke- rasan?

Beberapa ingatan ini dengan cepat berkelebat didalam benaknya, bersamaan pula seriangan pedangnya terdesak, sekali lagi dia bergeser dua langkah ketengah barisan.

Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini, tak henti-hentinya mereka tertawa dingin.

Boen Ching kalau memangnya dengan resmi telah terjerumus kedalam kepungan barisan itu, keempat orang tersebut mengira bahwa Boen Ching tak mungkin akan berhasil mencapai kemenangan dari dalam barisan tersebut.

Sekalipun keempat orang itu sudah menduga kalau Boen Ching yang memasuki barisan aneh didalam kebun bunga itu pasti-lah akan kehilangan arah tujuannya tetapi keempat orang itu sebenarnya mengharap kan kalau Boen Ching menemui kekalahan nya sebelum menginjakkan kaki nya kedalam barisan didalbam kebun bunga ditu.

Boen Chinga yang terdesak bhingga menggeserkan tubuhnya masuk kedalam barisan tersebut, mulutnya ditutup rapat- rapat, sedang dalam hatinya diam-diam memikirkan cara untuk memecahkan barisan ini.

Makin lama dia makin terdesak masuk ke tengah barisan itu, sedang dalam hati Sam Ceng It Shia tersebut makin merasa sangat girang sekali. Dalam hati diam-diam Boen Ching berpikir, apabila dirinya hendak berhasil memenang kan barisan ini, pertama-tama dirinya harus berhasil membabat dan menghancurkan kerja sama yang sangat erat diantara mereka itu, kemudian barulah dapat mencari cara yang lain untuk memecahkan keampuhan dari barisan ini.

Mendadak hatinya menjadi terang, dia bersuit panjang dengan nyaringnya, pada saat dua buah pedang yang menyerang dirinya dari sebelah kiri dan kanan itu menerjang ketubuhnya, pedang Cing Hong Kiamnya mengikuti arah yang dituju menyerang kedepan, ke tiga buah pedang panjang itu dengan cepat menempel menjadi satu dengan kuatnya.

Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali, dengan tenaga dalam yang dimiliki oleh Boen Ching saat ini apabila hendak mengadu tenaga dalam dengan keseratus dua puluh delapan orang yang bergabung menjadi satu itu, hal itu bukankah sedang bermimpi.

Apakah boleh dikata kalau dia hendak menggunakan 'Melekat' dari ilmu tenaga dalamnya menghadapi barisan ini ? Jika dilihat dari keadaan pedang yang saling melekat satu dengan lainnya dari pedang masing-masing itu, dia tak takut kalau Boen Ching hendak berbuat demikian.

Tetapi apakah boleh dikata kalau Boen Ching hendak  bunuh diri ?

Suara suitan panjang dari Boen Ching belum selesai dikeluarkan, ilmu memantul tenaga dari tenaga khiekang 'Ciet Kong Kang Khie' nya telah dikerahkan keluar, pada tubuh pedang Cing Hong Kiam itu segera terlihat sebuah sinar pedang yang berwarna putih memancarkan keluar memenuhi sekeliling tempat itu.

Kakinya sedikit diangkat, pedang Cing Hong Kiam ditangan kanannya mendadak di getarkan, telapak tangan dari orang terakhir didalam barisan itu segera terasa tangannya menjadi panas dan tergetar lepas dari pegangan kawan-kawan lainnya.

Boen Ching dengan menggunakan cara 'menempel' dari ilmu tenaga dalamnya melenyapkan tenaga getaran tersebut, pedanbg Cing Hong Kiadmnya berturut-taurut digetar kabn, satu demi satu dari orang-orang dalam barisan itu segera tergetar-hingga mundur ke samping, sedang abu serta pasir yang berkelebat memenuhi angkaia itu, makin lama makin tinggi dan makin luas.

Pedang Cing Hong Kiamnya makin menggetar makin bertambah cepat, Sam Ceng It Shia yang tampak hal yang tak terduga itu menjadi sangat terkejut sekali.

Suitan nyaring dari Boen Ching itu makin lama makin sirap, sedang pedang Cing Hong Kiamnya dari menggetar berubah menjadi menyontek, dimana pedangnya menyambar segera terlihat sinar pedang berkilauan memenuhi angkasa, dimana tubuhnya berkelebat, terlihat pedang panjang disekelilingnya segera berhasil disontek kesamping.

Barisan aneh itu dengan cepat menerjang keluar dari kepungan barisan pedang itu.

Wajah dari ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat berubah dengan hebatnya, tak terasa lagi mereka bersama- sama melayangkan tubuhnya kedepan tubuh Boen Ching.

Agaknya mereka mempunyai maksud untuk bertarung menahan terjangan dari Boen Ching ini.

Boen Ching tersenyum kearah empat orang itu sambil memasukkan pedangnya kedalam sarungnya, dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

"Setelah boanpwee berhasil melampaui barisan ini, cianpwee berempat masih mempunyai perintah apa lagi ?"

Wajah dari Sin Eng Thaysu berubah menjadi masam, untuk sesaat dia tak dapat mengucapkan sepatah katapun. Diam-diam dia berpikir, dirinya berempat apabila bergabung belum tentu dapat berhasil menahan terjangan dari Boen Ching ini, apabila dirinya sekali lagi dikalahkannya, bukankah hal ini malah memalukan nama baik dirinya saja.

Apabila demikian adanya. lebih baik melepaskan diri Boen Ching ini masuk kedalam barisan didalam kebun bunga itu saja, berpikir sampai disini, ia tertawa tawar ujarnya.

"Tak mengapa, hanyalah kau haruslah sedikit berhati-hati didalam perjalananmu memasuki barisan tersebut."

Sehabis berkata tubuhnya berkelebat ke samping memberikan jalan kepadanya.

Wajah Sin Hoat rThaysu berubah tdengan hebatnyaq, dia mengira arpabila dengan demikian saja melepaskan diri Boen Ching, bukanlah hal ini sangat memalukan sekali, apalagi setelah Boen Ching memasuki barisan tersebut juga belum tentu akan menemui ajalnya.

Wajahnya baru saja berubah dengan hebat, Sin Eng Thaysu telah mengetahuinya, segera dia mengedipkan matanya, ujarnya kepada diri Boen Ching.

'Setelah kau memasuki barisan ini sudah tak akan binasa, didalam barisan tersebut sangat banyak sekali bunga serta tumbuh- tumbuhan yang sangat aneh, ditambah lagi kami berempat pun akan menempatkan diri didalam barisan tersebut, aku kira lebih baik kau berhati-hatilah sedikit"

Dalam hati Sin Hoat Thaysu menjadi sadar kembali. Kiranya Sin Eng Thaysu akan membiarkan Boen Cning memasuki barisan itu terlebih dahulu, barulah menghadapi dirinya, jika dilihat cara demikian ini, hal ini bukanlah suatu siasat yang bagus sekali.

Boen Ching tersenyum, dia mendongakkan kepala memandang keadaan cuaca, ditengah udara tak tampak bintang-bintang maupun bulan, dalam hati diam-diam pikirnya. tak perduli bagaimanapun juga, dirinya harus mencoba masuk kedalam barisan itu, tidak perduli dia akan mendapat rintangan- rintangan yang lebih hebat lagipun.

Dia menundukkan kepalanya, baru saja dia hendak berjalan masukr kedalam barisan tersebut, mendadak sinar matanya tertumbuk sesuatu, tak terasa lagi dia menjadi termangu- mangu.

Ketiga hweesio dan Cioe Kioe Gwat pun turut memandang, tak terasa lagi saking kagetnya merekapun mengeluarkan suara tertahan.

Tidak jauh dari barisan tersebut, tampak Ie Bok Tocu, Shie Yun Ku, serta diri Shie Siauw In berdiri tegak disana, sedang seorang lagi adalah diri Lie Hwee Yu She, Lam Kong Hun adanya.

ooxoo ( !i !I ) ooxoo

"TABIB SAKTI RAJA RACUN?

BOEN CHING tampak secara mendadak Ie Bok Tocu muncul ditempat itu, saking terkejut dan girangnya dia menjadi termangu-mangu disana. Mo Pak Sam Ceng serta Ie Way It Shia pun saking terkejutnya berdiri termangu-mangu ditempat. Ie Bok Tocu telah terkurung beberapa lamanya, bagaimana secara mendadak kini dia dapat berjalan keluar dari dalam barisan tersebut.

Sesaat kemudian tampak muncul kembali dua orang, orang itu tak lain adalah Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen, serta Bwee Giok, Boen Ching dengan termangu-mangu memandang kelima orang itu, saking girangnya jantungnya berdebar dengan kerasnya.

Kioe Thian Bu Sin selamanya adalah terkenal dikarenakan ilmu meramalnya, kalau memangnya dia mau munculkan dirinya, janganlah dikata hanya sebuah barisan kecil saja  mana dia memandang dengan sebelah mata. Kelima orang itu dengan perlahan berjalan keluar dari barisan itu, Boen Ching dengan cepat berlutut memberi hormat kepada diri Ie Bok Tocu.

Shie Yun Ku menghela napas dengan perlahan, dia mengusap rambut Boen Ching, sambil ujarnya.

"Nak ! Beberapa waktu itu aku selalu melelahkan dirimu saja.''

Sehabis berkata dengan perlahan memejamkan matanya.

Boen Ching dengan perlahan mengangkat kepalanya memandang diri Ie Bok Tocu, tampak dia telah menjadi kurus sekali, teringat kembali olehnya segala peristiwa yang telah terjadi selama setelah berpisah dengan Ie Bok Tocu.

Ketiga orang hweesio itu ditambah dengan Cioe Kioe Gwat yang tampak hal itu menjadi tertegun dan berdiri mematung disana, kuil Pie Lu Si adalah tempat mereka tetapi Boen Ching sekalian sekarang telah demikian kuatnya, apakah diri mereka masih dapat menahan sekarang serempak dari diri mereka?

Keempat orang itu tak dapat pergi, tetapi mereka tak dapat tinggal lebin lama lagi di tempat itu, untuk sesaat masing- masing mereka berpikir keras, entah bagaimana harus mengambil keputusan ?

Setelah lewat beberapa saat lamanya, ujar Shie Yun Ku kepada diri Boen Ching.

"Nak kau bangunlah"

Boen Ching segera bangkit berdbiri, ujarnya kedpada Shie Yun Kau.

"Suhu, Yuan bsusiok telah. . . !"

Shie Yun Ku mengangguk dengan perlahan, sahutnya. "Urusan ini aku telah mengetahuinya !" Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya, di dalam pikirannya merasa bahwa nyawanya serta nyawa dari Boen Ching hampir sama bergantung selalu dan tak menentu.

Kepandaian yang dimiliki Yuan Cong Chie tidaklah rendah, tetapi didalam sekejap mata saja telah lenyap dari dalam dunia ini, sebenarnya diapun mengira bahwa dirinya sangat sukar sekali untuk meloloskan diri dari kurungan barisan tersebut, dan hanya menanti saat putus napas saja.

Ternyata tak disangka sama sekali dengan demikian mudahnya dia berhasil meloloskan dirinya dari kurungan tersebut, kesemuanya ini hampir-hampir bukanlah merupakan hal yang pernah diduga oleh orang lain.

Sinar mata Boen Ching berhenti diatas wajah Bwee Giok, tampak wajahnya pada saat ini telah berubah menjadi ke merah- merahan, dan menunduk kebawah, dalam hati Boen Ching merasa geli, tetapi hal ini tak berani di tampilkan diatas wajahnya.

Dia membalikkan tubuhnya dan memberi hormat kepada Lam Kong Hun serta diri Jen Ceng.

Sejak Shie Siau In lolos dari dalam barisan itu dia terus menerus memandang tajam ke arah Boen Ching.

Boen Ching sctelah selesai memberi hormat kepada Jen Cen, dia mengangkat kepalanya, tampak Shie Siauw In  sedang memandang tajam kearahnya, dalam hatinya terasa tergetar dengan hebatnya, teringat olehnya perkataan yang diucapkan oleh Sek Liong Suthay.

"Janganlah kau banyak menanamkan rasa cinta pada setiap orang, hal ini malah akan mencelakai dirimu sendiri. '

Dalam hati dia menjadi sangat terkejut sekali, dengan perlahan dia menundukkan kepalanya, pada Shie Siauw In ujarnya.

"Sumoay selama berpisah ini apakah baik-baik saja." Shie Siauw In yang tampak Boen Ching demikian dingin terhadap dirinya, dalam hatinya dia terasa sangat berduka sekali, setelah tertegun beberapa saat barulah sahut nya sambil menundukkan kepalanya.

"Terima kasih atas perhatian sbuheng."

Ie Bok dTocu yang tampaak hal ini sinarb matanya berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati diam-diam pikirnya.

"Jika dibandingkan dengan dahulu, sekarang Boen Ching jauh lebih mengerti banyak urusan, pada saat ini berbuat demikianlah yang paling baik, apabila dia tak mengambil keputusan yang pasti, kiranya pada hari-hari kemudian dia akan mengaki-batkan keruwetan-keruwetan yang tak terhingga oleh karena Siauw In ini.

Dia yang berpikir demikian itu tetapi didalam hatinya dia pun tak dapat menghilangkan rasa kecewanya.

Pada saat ini juga, menyangka Ie Way It Shia, Cioe Kioe Gwat yang berada dibelakang tubuhnya telah berkata dengan dinginnya.

"Ini hari kalian mau tak mau haruslah menerobos barisan ini barulah dapat keluar dari dalam kuil ini."

Boen Ching membalikkan tubuhnya, tampak tiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat itu telah menggerakkan tubuhnya, memasuki barisan tersebut, bersiap hendak bergabung dengan seratus dua puluh delapan orang hweesio itu membentuk barisan sekali lagi guna menahan keenam orang tersebut.

Boen Ching mengerutkan alisnya dia tahu barisan ini sebenarnya sangat sukar sekali untuk diterobos, tadi dia berusaha urtuk meloloskan diri dari kepungan barisan itu saja telah menggunakan seluruh tenaganya, kini ditambah lagi dengan empat orang, dirinya tidak mempunyai pegangan yang kuat untuk memenangkan pertempuran ini. Ketiga orang hweesio beserta Cioe Kioe Gwat itu memandang dengan tajam ke arah ke enam orang itu, sepatah katapun tak diucapkan keluar.

Tetapi keempat orang itu telah menaruh tiga bagian rasa jerinya terhadan Jen Cen. Jen Cen telah memahami seluruh ajaran kuno yang terdapat didalam dunia ini, barisan macam apakah yang dia tidak mengetahuinya, apabila dia turun tangan memecankan barisan ini, kiranya sangat sulit sekali untuk dipertahankan.

Kioe Thian Bu Sin tersenyum ujarnya kepada Bwee Giok. "Anak, kau pergilah bersama Boen Ching memecahkan

barisan ini."

Bwee Giok menjardi tertegun, sahutnya.

"Gi hu?q? Kau orang tuar menyuruh aku pergi memecahkan barisan itu ?"

Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, dengan cepatnya dia menoleh, dalam hati pikirnya.

"Gi hu????"

Kiranya Bwee Giok telah mengangkat Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen sebagai ayah angkatnya, tak dapat disangka lagi kalau dia bilang mempunyai cara untuk memaksa Lieh Yu menyembuhkan penyakit Bwee Giok tersebut.

Jen Cen tersenyum, kemudian ujarnya.

"Kau pergilah aku sebagai Gi-hu mu sudah tentu tak akan mencelakai dirimu, apabila mempunyai persoalan, aku sendiri juga berada di sini, apakah kalian takut rugi???"

Bwee Giok tersenyum, dia menggerakkan bibirnya hendak berbicara, tetapi kemudian membatalkan niatnya tersebut, dengan perlahan dia mencabut pedang panjangnya. Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat nampak hal ini dalam hati merasa tak tenteram, jika didengar dari perkataan Jen Cen ini, telah mempunyai pegangan yang sangat kuat dalam memecahkan barisan ini, tetapi entah dia hendak menggunakan cara apakah untuk memecahkan barisan ini. .

Bwee Giok berjalan mendekati tubuh Boen Ching, sepasang mata Boen Ching dengan sangat tajam memandang kearahnya, Bwee Giok yang membelakangi orang-orang lain dia tersenyum manis kearah Boen Ching, dan menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

Boen Ching dengan cepat menarik kembali sinar matanya, dibawah pandangan orang yang demikian banyaknya, ternyata dia demikian lupa diri, tak terasa lagi dia merasa wajahnya sedikit panas.

Ujar Jen Cen pada diri Bwee Giok.

"Giok Jie, kau masuklah terlebih dahulu!"

Boen-Ching menjadi tertegun, dengan cemas, ujarnya. "Bagaimana dapat membiarkan dia seorang diri menerjang

masuk kedalam barisan ?"

Bwee Giok yang melihat sikap Boen Ching demikian, sahutnya.

"Perkataan yang diucapkan oleh Gi hu ku tak akan salah."

Sehabis berkata dia tertawa, sambil mencekal erat pedang panjangnya dia berjalan memasuki kedalairn barisan pedang itu.

Boen Ching pun dengan cepat melepaskan pedang Cing Hong Kiam dari sarungnya, sambil memutarkan tubuhnya dia meman-dang tajam ke wajah Bwee Giok.

Mo Pak Sam Ceng serta Ie Way Shia yang tampak Bwee Giok memasuki barisan terse-but, untuk sesaat mereka tak mengetahui bagaimana seharusnya, menyerangkah ? Atau tidak menyerang ? Mereka takut tertipu, tetapi juga takut kehilangan kesempatan baik itu..

Keempat orang itu saling bertukar pandangan sekejap, barisan pedang itu segera mulai bergerak dengan perlahan menyambut diri Bwee Giok.

Dalam hati keempat orang itu berpikir bahwa dengan demikian disamping dapat menahban serangan Boen Ching, dapat juga mereka menahan diri Bwee Giok.

Kioe Thian Bu Sin tertawa besar, ujarnya kepada Boen Ching.

"Boen Siauw hiap, seranglah samping kedepan mereka."

Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, tubuhnya dengan cepat melayang ke depan pedang Cing Hong Kiamnya berkelebat tak henti-hentinya hingga sinar pedang memancar keluar memenuhi angkasa, sedang tubuhnya dengan cepat menerjang kesampng depan menyerang orang yang berdiri disamping depan.

Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat baru saja siap hendak mengurung tubuh Bwee Giok, mendadak mendapat serangan yang demikian hebatnya, dalam hati merasa sangat terkejut sekali, di dalam sekejap mata saja, tenaga pukalannya dirubah dan dialirkan menuju ke dalam tubuh orang yang di serang oleh Boen Ching itu.

Tubuh Bwee Giok yang terjerumus ditengah barisan itu, pada saat ini dia tersenyum, tubuhnya dengan cepat bergeser ke arah Boen Ching, pedang panjangnya menyerang orang yang sedang di desak oleh Boen Ching itu.

bBoen Ching yangd melihat hal inai dalam hatinyab segera menjadi sadar kembali.

Barisan "Swan Liong Ho Pie" ini keistimewaannya adalah meminjam benda untuk menyerang musuh serta mengandal kan kecepatan perubahan di dalam mengerahkan tenaga, hal ini dapat memaksa seorang sukar sekali untuk mempertahankan serangannya, tenaga gabungan yang disalurkan dan dikumpulkan di dalam tubuh satu orang itu sebenarnya sangat lihay sekali, hanya sayang di dalam mengubah arah, gerakan sangat lambat sekali.

Pikiran Boen Ching menjadi tergerak, telapak tangannya segera melancarkan serangan ke depan, orang yang diserang itu adalah orang ketiga dari orang yang diserang dengan menggunakan pedang Cing Hong Kiam nya itu.

Tampak hal ini ke empat orang itu menjadi sangat terkejut sekali, sama sekali tak pernah mereka sangka kalau hanya didalam satu kali pandang sja Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen ternyata telah berhasil menemukan titik kelemahan dari barisan pedang "Swan Liong Ho Pie" nya ini. .

Boen Ching dan Bwee Giok bersama-sama menyerang sebuah rombongan orang-orang itu saja, sedang rombongan lainnya untuk sesaat tak berhasil menggeser mendekati, tak terasa lagi diantara mereka sendiri menjadi gagup dan kacau balau.

Dimana serangan pedang serta pukulam yang di lancarkan Boen Ching sera Bwee Giok berkelebat, barisan tersebut segera terputus menjadi beberapa bagian, sedang barisan "Swang Liong Ho Pie Tie" itupun menjadi kacau balau dan hancur.

Dalam hati Boen Ching merasa sangat girang sekali, gerakan pedangnya berubah tak hentinya, segera dia berhasil membuat berpuluh-puluh bilah pedang menjadi beter-bangan memenuhi angkasa.

Ratusan orang hweesio itu dengan cepat berhasil didesak buyar, sedang wajah dari Sam Ceng It Shia itu berubah menjadi pucat kehijau-hijauan, berturut-turut mereka mundur puluhan langkah kebelakang baru lah berhasil berdiri tegak, ke empat orang itu selamanya belum pernah merasakan keka- lahan yang demikian mengenaskan.

Boen Ching serta Bwee Giok dengan cepat mundur kebelakang, dan berdiri di samping tubuh Ie Bok Tocu.

Jen Cen tersenyum, kepada Sam Ceng It Shia itu, ujarnya. "Bagaimana ? kalian masih mempbunyai niat untudk

mencobanya laagi ?".

Dia berhbenti sejenak kemudian sambil tertawa terbahak- bahak, lanjutnya lagi.

"Apabila hendak mencobanya kita akan menanti, tetapi apabila tak berani lagi, kita pun harus berangkat."

Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat berdiam diri tak mengucapkan sepatah katapun.

Mendadak dari atas ruangan kuil itu berkumandang datang suaranya yang sangat dingin sekali berkumandang datang.

"Kalian mau pergi silahkan cepat pergi, asalkan tinggalkan Boen Ching ditempat ini."

Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, dia mendongakkan kepalanya memandang, tampak diatas atap ruangan kuil itu berdiri seseorang memakai jubah panjang, dengan sangat dingin sekali dia memandang kearah nya orang itu tak lain adalah Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu adanya.

Lieh Yu yang berdiri diatas ruangan kuil itu, sedikit pun tak bergerak.

Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen baru saia hendak membuka mulut, terdengar Lieh Yu dengan sangat dingin sekali berkata.

"Jen Cen, apabila kau masih menganggap antara kita  belum terjadi bentrokan, aku harap kau janganlah ikut campur dalam urusan ini."

Jen Cen mengerutkan alisnya, ujarnya kepada Boen Ching. "Syaratku untuk meminta dia menyembuhkan diri Bwee Giok adalah melarang diriki ikut campur dalam urusan ini, aku lihat urusan ini lebih baik kau selesaikan sendiri"

BOEN CHIENG tersenyum ia membungkuk kan tubuhnya memberi hormat kepada Jen Cen, sahutnya.

"Terima kasih cianpwee !"

Ie Bok Tocu yang berdiri disamping memandang sekejap ke arah Boen Ching, ujarnya kemudian kepada Lieh Yu:

"Lieh cianpwee mencari muridku entah mempunyai urusan apa ?? Dapatkah aku mengetahuinya ?"

Lieh Yu memandang sekejap ke arah Ie Bok Tocu, dia tertawa tawar, tanyanya.

"Apakah kau putri dari Shie So Pek ?"

Air muka Ie Bok Tocu tak menampilkan sedikit perasaannyapun, sahutnya.

"Tidak salah, erntah cianpwee mtempunyai maksudq apakah ?"

Liehr Yu menarik napas panjang-panjang, kepada Ie Bok Tocu dengan dingin ujarnya:

"Kau kalau memangnya suhu dari Boen Ching, tahukah kau Boen Ching telah melakukan pekerjaan-pekerjaan apa ? '

Dengan perlahan sahut Ie Bok Tocu:

'Aku telah mengetahui semuanya, tetapi dihadapan cianpwee masih mengharapkan cianpwee mau membicarakan sedikit lebih jelas kepada diriku"

Lieh Yu tertawa besar, ujarnya:

"Boen Ching telah melakukan pekerjaan apa, kau sendiri yang mengucapkan atau aku yang mengucapkan adalah sama saja, aku harap di dalam urusan ini kau tak perlu ikut campur."

Sehabis berkata dia tertawa dingin tak hentinya.

Suara tertawanya secara sangat mengan-dung nada yang sangat mengejek sekali, bagaikan terhadap diri Tan Coe Coen pun dia tak memandang sebelah mata pun, kau adalah muridnya, sudah tentu didalam mata nya masih terpaut  sangat jauh sekali.

Mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara suitan yang sangat nyaring sekali berkumandang datang, dan terlihatlah dua bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa berkelebat lewat mendekati ruangan kuil itu.

Dalam hati Lieh Yu diam-diam merasa sangat terkejut sekali, pikirnya:

"Entah siapakah yang datang, ternyata memiliki kepandaian yang demikian tingginya" Sedang Boen Ching sekali pun diam- diam dalam hatinya merasa terkejut sekali.

Terlihat bayangan tersebut makin lama makin mendekat, dan akhirnya dapatlah dilihat dengan jelas wajah orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Tok Thian Choen atau si Raja Racun, Liauw Hoa Liong beserta putri dari Thian Jan Shu, Han Cing Yu adanya.

Tampak hal itu Lieh Yu tertawa dingin, ujarnya.

"Hm kiranya adalah murid buangan dari Thian Jan Shu." Sekalipun Liauw Hoa Liong adalab murid buangan dari

Thian Jan Shu, kecuali tenaga khiekang 'Chiet Kong Kang Khie' kebanyakan telah dikuasai seluruhnya oleh dia, tampak Lieh Yu tertawa dingin dalam mengucapkan kata-kata tersebut tadi, Liauw Hoa Liong menoleh memandang Han Cing Yu, sambil tertawa ujarnya. "Orang-orang kenamaan sekarang ini kebanyakan hanyalah mempunyai nama kosong belaka, tak dapat disalahkan kalau subu tak memandang sebelah matapun kepada orang-orang ini"

Wajah Lieh Yu berubah dengan hebatnja, dia membalikkan tangannya mencabut ke luar pedang panjangnya, ujarnya.

"Sejak aku berkelana didunia kangouw, sangat jarang aku menggunakan pedang, ini hari aku hendak mengubah kebiasaanku ini akan kulihat bagaimana kelihayan murid buangan Thian Jan Shu"

Liauw Hoa Liong tersenyum, ujarnya.

"Kau sedang menggunakan telapak tangan ku ini menyambut seranganmu itu, cepatlah kau mulai membuka serangan"

Sehabis berkata dia tersenyum lagi.

Lieh Yu menyapu sekejap kesekeliling tem-pat itu, dengan dingin dia mendengus, pedang panjang ditangan kanannya mendadak disambitkan ke depan sehingga terpaku dalam sekali pada sebuah pohon besar, sedang tubuhnya dengan cepat bergerak, sepasang telapak tangannya dengan kecepatan yang luar biasa menerjang tubuh Liauw Hoa Liong.

Liauw Hoa Liong tertawa lebar, tubuhnya melayang keatas, dan melancarkan sembilan kali serangan gencar sekaligus mengancam tubuh Lieh Yu.

Air muka Lieh Yu berubah dengan hebatnya, dia terus menerus menghindarkan dirinya ke belakang.

Liauw Hoa Liong sambil tertawa terus menerus menghajarnya, sepasang telapak tangannya dengan perlahan- lahan ditekan kebawah dari tengah udara, dan melancar kan satu serangan yang sangat aneh sekali. Dalam hati Boen Ching ketika melihat hal ini pikirannya menjadi tergerak, dengan cepat dia mengalihkan matanya memandang bdengan cara bagdaimana Liauw Hoaa Liong melancbarkan serangannya, agaknya dia mempunyai maksud untuk menurunkan ilmu nya yang paling lihay ini kepada dirinya.

Pada saat ini Liauw Hoa Liong telah melancarkan ilmu "Jien Sia Ciang yang sangat lihay dari merupakan ilmu andalan dari Thian Jan Shu, ketika dia mencoba menyerang Ie Bok Tocu didalam rimba bambu pada waktu itupun juga mengguna kan ilmu telapak ini.

Pada waktu Thian Jan Shu bertanding melawan Tan Coe Coen, sekalipun Thian Jan Shu telah menduduki diatas angin, tetapi ilmu meringankan tubuh "Hwie Sio Yu She' dari Tan Coe Coen sangat lihay sekali, sehingga Thian Jan Shu tak dapat berbuat apa-apa terhadap dirinya.

Terakhir setelah Thian Jan Shu berpikir dan berjuang mati- matian barulah dia berhasil menciptakan ilmu "lien Sin Ciang" dan berhasil mendesak Tan Coe Coen melepaskan pedangnya.

Sekalipun Liuw Hoa Liong belum pernah mempelajari tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie." tetapi pada saat itu Thian Jan shu telah mewariskan kepandaian perguruan nya yang lihay "She Liong Sin Kang" kepadanya.

Ilmu "She Liong Sin Kang" ini sekali pun tak dapat menandingi kehebatan dari ilmu tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" tetapi apabila dibandingkan dengan ilmu tenaga khiekang biasanya, kehebatannya jauh melebihi bahkan jauh lebih dahsyat.

Lieh Yu yang terdesak menerus, dalam hatinya merasa sangat gusar sekali, dia tak mengetahui kalau ilmu "lien Sin Ciang" ini hanya pernah digunakan satu kali saja oleh Thian Jan Shu, sedang Liuw Hoa Liong pun baru menggunakan pertama kali ini juga. Napsu untuk membunuh didalam hatinya mulai berkobar, tubuhnya dengan cepat berkelebat, terpikir olehnya hendak mencari suatu sudut yang baik guna menghadapi serangan dari Liauw Hoa Liong serta Ie Bok Tocu sekalian.

Liauw Hoa Liong sambil tergelak dia mengundurkan dirinya kebelakang.

Lieh Yu menjadi tertegun, dengan termangu-mangu dia berdiri mematung disana.

Liuw Hoa Liong tertawa, ujarnya.

"Orang lain menyebut dirimu sebagai Kioe Thian Ie Sin, mungkin ilmu ketabiban sangat tinggi sekali, tetapi aku pun pernah mendengar orang berkata bahwa kau pun sangat banyak sekali menyelediki ilmu mengenal racun bukan ?'

Lieh Yu dengan dingin mendengubs, kegusaran diddalam hatinya maakin lama makinb memuncak, dia tahu Liuw Hoa Liong telah mengetahui kalau dirinya hendak menggunakan senjata rahasia beracun, tubuh nya dengan cepat melayang ke ujung atap ruangan kuil.

Liauw Hoa Liong tertawa tawar, ujarnya lagi.

"Suhuku pada waktu itu sudah tentu juga telah mengetahui kalau memangnya dia orang tua berani mencari kau, sudah tentu dia pun mempunyai asalan serta pegangan yang cukup kuat untuk mengalahkan dirimu."

Sinar mata Lieh Yu berkelebat memandang sekeliling tempat itu, tampak kedudukan dirinya pada saat ini baik sekali, dalam hatinya diam-diam berpikir.

"Tidak perduli kau mengatakan apa saja, lebih baik aku turun tangan terlebih dahulu barulah berbicara lagi, selamanya aku belum pernah menemui kegagalan, ini hari aku akan melihat kau dapat berbuat bagaimana?" Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke arah lima orang itu, terdengar Liuw Hoa Liong dengan dingin mendengus, bentaknya.

"Tahan ! coba kau lihatlah ini terlebih dahulu."

Sehabis berkata tangan kanannya diayunkan, terlihat sebuah benda dengan cepat meluncur ke arah tubuh Lieh Yu.

ooo0ooo

"ADA SEBAB ADA AKIBAT"

LIEH YU menjadi sangat terkejut, tubuhnya dengan cepat mundur kebelakang, dan mengulurkan tangannya menyambut benda yang dilempar ke arahnya oleh Liuw Hoa Liong itu, ternyata benda tersebut adalah sejilid kitab, dia menjadi tertegun, sekali lagi dia memandang halaman muka dari kitab tersebut.

Tampak didepan kitab itu tertera empat buah huruf yang sangat jelas sekali. "Pak Tok Chian Kiem" atau kitab rahasia beracun, dengan perlahan dia membalik selembar demi selembar, tak terasa lagi dalam hatinya diam-diam merasa sangat terkejut sekali, kesempurnaannya di dalam pembuatan racun, penggunaannya serta obat penawarnya semuanya membuat dirinya sukar-sekali unrtuk mempercayait, tak disangka qkitab "Pak Tok rChian Kiem' ini dapat demikian sempurna nya.

Dia yang disebut orang sebagai Kioe Thian Ie Sin, sudah tentu didalam hal ilmu ketabiban dia telah sangat memahaminya, didalam satu kali pandang saja terhadap kitab "Pak Tok Chian Kiem" ini ada telah dapat memahaminya sebagian besar.

Air muka Lieh Yu sedikit berubah menjadi kepucat pucatan, pada saat ini dia barulah mengetahui mengapa pada waktu itu Thian Jan Shu berani mencari dirinya, pada saat itu sebenarnya dia sedikit tidak memandang sebelah matapun kepada diri Thian Jan Shu, jika dipikir sekarang ini, apabila waktu berjumpa dirinya, kiranya untuk mendapat kan kemenangan masih sangat sulit sekali.

Thian Jan Shu yang disebut sebagai jagoan nomor wahid didalam dunia kangouw selama puluhan tahun lamanya ini, kiranya masih mempunyai alasan-alasan lain yang kuat.

Liuw Hoa Lioag tertawa-tawa, ujarnya.

"Aku kira kaupun mengetahui kalau orang-orang menyebut diriku sebagai Tok Thian Coen !"

Sinar mata Lieh Yu berkelebat tak henti-hentinya dalam  hati diam-diam pikirnya.

'Aku merasa diriku sebagai jago nomor wahid didalam Bu- lim, bagaimana dengan demikian saja harus mengundurkan diri, sekalipun situasi serta keadaan bagiku jauh lebih buruk pun juga tak dapat diselesaikan dengan demikian saja"

Berpikir sampai disitu, napsu untuk membunuh didalam hatinya mulai timbul kembali, sinar matanya tampak dengan dingin nya memandang kearah Liuw Hoa Liong.

Liuw Hoa Liong dengan dingin mendengus, kaki kirinya digeserkan kesebelah kiri, dengan tajam dia memandang diri Lieh Yu.

Lieh Yu yang mempunyai niat untuk siap mengadu jiwa sudah tentu dia tak mungkin tidak mengetahui.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar