BAGIAN 1.1
PENDAHULUAN
Bunga mekar
Manusia memiliki perasaan
Angin meniup bunga bergerak, bunga mekar, bunga bergerak
Kapan di bumi ini bertambah dengan beberapa pohon, hal ini hal biasa . Bunga mekar orang mati, bumi dan langit tidak berperasaan
Jika dia mempunyai perasaan, artinya langit dan bumi sudah tua
***
KEBENCIAN DI MUSIM SALJU
Bulan dua tanggal dua, naga mulai mengangkat kepala. Musim dingin sudah lewat dan musim semi akan tiba.
Tapi salju masih terus turun. Salju yang terus turun membuat bumi tertutup oleh salju putih. Pohon cemara yang tua dan kuat dipenuhi dengan salju yang berwarna putih. Angin berhembus, salju yang menempel di dedaunan segera berjatuhan dihembus angin. Tertiup ke tempat yang lebih luas dan dipenuhi salju.
Zhong Hui Mie seperti orang gila terus berlari. Hidung, telinga, bibir, dan tangannya terasa beku karena kedinginan, berubah warna menjadi ungu. Matanya terlihat merah.
Urat merah di matanya timbul hanya pada waktu dia sangat marah. Dia berlari seperti orang gila, dan ini sudah berlangsung selama satu hari satu malam, tapi anehnya dia tidak merasa lelah. Walaupun ada sedikit jarang ditemui di dunia ini, dan dia pun tidak pernah kekurangan perempuan-perempuan di sisinya.
Tapi ini bukan hal yang pantas untuk diagulkan. Dalam hidupnya, yang paling dia banggakan adalah pada waktu dia berumur 24 tahun, dengan ilmu silatnya yang hebat dan kepintarannya dalam bergaul, ditambah lagi dengan gerakannya yang gesit, dia bisa meneruskan jabatan ayahnya di kursi pemerintahan.
Baru saja dia menjadi pejabat selama setengah tahun, propinsi yang berada di bawah kekuasaannya, tidak ada perampok lagi, pencopet dan orang seperti itu pun berhasil dibasmi. Dalam waktu dua tahun dia berhasil membasmi orang-orang jahat di dunia persilatan di daerah yang dikuasainya.
Sekarang Huang Fu Qing Tian baru berusia 27 tahun, tapi namanya sudah terkenal di dunia persilatan. Dalam hidupnya dia mempunyai banyak teman baik tapi yang menjadi saudara angkatnya hanya ada satu.
Dia adalah Jiu Tian Gui Di, Zhong Hui Mie.
0-0dw0-0
Salju seperti kabut tampak melayang-layang, putih dan menutupi pandangan mata.
Alis Zhong Hui Mie tertutup oleh salju tipis tapi semua ini tidak bisa menutupi amarah yang ada di dadanya.
Mantel panjangnya yang berwarna biru tua mengikuti gerakannya pada saat terbang, seperti seekor kelelawar yang terbang dengan sayapnya.
Kelelawar terbang tanpa bersuara tapi cepat.
Tapi suara langkah Zhong Hui Mie terdengar di penjuru lembah. Suara ini membuat burung- burung dan binatang-binatang yang berada di gunung itu segera berlarian dan terbang.
Hal ini pun sempat membuat Huang Fu Qing Tian sedikit mengangkat kepalanya.
Dia menghentikan gerakan tangannya pada saat menyeruput teh ke bibirnya. Sepasang matanya tampak bersinar, dia mencari dan melihat dari mana datangnya suara itu.
Wajahnya tidak ada ekspresi sama sekali, tapi jika kau melihatnya dengan teliti, kau bisa melihat di antara alisnya ada sediki rasa terpaksa dan sedih.
Untuk apa dia terpaksa melakukan ini? Karena apa kesedihannya?
Apakah karena pertarungan ini akan dimulai?
Suara langkah terdengar semakin kuat dan kencang.
Dengan perlahan Huang Fu Qing Tian berdiri. Di antara alisnya terlihat guratan sedih dan tekanan tampak lebih kental lagi.
Dari kejauhan akhirnya muncul sesosok bayangan orang, bayangan itu seperti seekor kelelawar.
Akhirnya Huang Fu Qing Tian berdiri dengan tegak. Mantel panjang itu pun berhenti melayang. Mata Zhong Hui Mie tajam seperti cheetah melihat ke arah Huang Fu Qing Tian.
Jika bisa sorot matanya yang membunuh pada saat itu juga, mungkin Huang Fu Qing Tian sudah membunuh orang sebanyak 17 kali dan 17 orang.
Mata Huang Fu Qing Tian menyorot kepada Zhong Hui Mie. Wajahnya sama sekali tidak terlihat ada ekspresi.
Golok Zhong Hui Mie berada di pinggangnya. Pedang Huang Fu Qing Tian berada di tangannya. Golok hijau, pedang putih seperti salju. Golok itu hitam seperti warna kematian.
Apakah warna putih pun adalah warna kematian? Jarak antara golok dan pedang semakin dekat.
Jarak antara mereka pun semakin dekat. Nafsu membunuh timbul dan semakin terasa.
Akhirnya Zhong Hui Mie sampai juga di depan Huang Fu Qing Tian. Tiba-tiba dia mencabut goloknya. ("ahaya golok seperti cahaya kematian, begitu jauh tapi seperti bunga mawar yang indah yang berada di bawah .sinar matahari.
Udara yang terbawa oleh golok terasa di alis Huang Fu Qing Tian tapi dia tetap tidak bergerak.
Cahaya golok melewatinya, pohon cemara tua yang berada di beberapa meter jauhnya, ranting dan daunnya tampak berjatuhan. Salju yang berada di atas ranting pun ikut berjatuhan seperti air mata yang terjatuh dari pipi seorang perempuan cantik.
Kemudian cahaya golok menghilang.
Golok masih ada. Masih ada di bawah salju.
Zhong Hui Mie mencabut golok dan membuat garis. Kemudian dia menancapkannya ke tanah yang dipenuhi salju.
Golok masuk ke dalam salju, hanya tersisa pegangan golok yang masih tampak bergoyang. Ilmu golok yang digunakan oleh Zhong Hui Mie adalah ilmu yang tidak dipakai oleh siapapun. Golok berwarna hitam, tangan berwarna putih.
Wajah Zhong Hui Mie tampak lebih pucat lagi. Wajahnya kemerahan, bola matanya terus menciut.
Tapi Huang Fu Qing Tian masih terus melihat ke arahnya. Mata yang bercahaya tiba-tiba berekspresi aneh.
Apakah sudah terlepas dari beban berat? Atau karena terpaksa sehingga perasaannya terluka dan menjadi sedih?
Sorot mata mereka beradu seperti keluar percikan api yang tidak terlihat, seperti bintang jatuh yang terjatuh di kejauhan,
"Apa kabar?" tiba-tiba Huang Fu Qing Tian menyapa. "Aku baik-baik saja!"
"Aku tahu kau pasti akan baik-baik saja."
"Aku pasti baik, kau pasti sudah tahu." Dengan santai Zhong Hui Mie menjawab, "Kalau tidak, kau tidak akan bisa bertemu denganku di sini."
Mata Huang Fu Qing Tian seperti jarum menusuknya. Zhong Hui Mie menolehkan kepalanya melihat pohon yang berada di kejauhan. Setelah lama dia baru berkata dengan pelan, "Kau salah!"
"Aku salah?"
"Ya, kau salah, seharusnya kau jangan datang ke sini."
"Memang aku salah," aku Zhong Hui Mie, "aku salah seharusnya aku tidak menjadi saudara angkatmu."
Kemarahan di wajahnya seperti berkurang, kemudian dia berkata, "Jika kita tidak menjadi saudara angkat dan aku bukan temanmu." Zhong Hui Mie seperti sedang menertawakan dirinya, "Hatiku tidak akan menjadi marah, dan kau pun tidak akan mengalami kesedihan." Huang Fu Qing Tian sekali lagi melihatnya. "Kau salah, aku pun salah," kata Huang Fu Qing Tian dengan santai, "Kau salah karena kau bersaudara angkat denganku dan aku salah karena aku lahir di dalam keluarga Huang Fu."
"Tidak! Kita tidak salah, yang harus disalahkan adalah nasib yang mempermainkan kita." Kata Zhong Hui Mie lagi, "Mengapa nasib mempertemukan kita? Mengapa kau adalah seorang Huang Fu dan aku adalah seorang Zhong Hui Mie?"
Cahaya golok muncul lagi. Zhong Hui Mie mencabut golok yang ditancapkan di tanah yang penuh dengan salju itu.
Cahaya golok berkilau, kali ini yang dia tebas bukan pohon cemara melainkan rambu Huang Fu Qing Tian.
Jika dia tidak menghindar dengan cepat, yang putus pasti kepalanya.
Cahaya golok memenuhi langit, golok bergerak dengan cepat seperti kilat. Suara golok memecahkan keheningan.
Huang Fu Qing Tian berhasil menghindar 7 kali tapi dia tetap tidak bisa terlepas dari cengkraman golok hitam itu.
Urat merah yang terlihat di mata Zhong Hui Mie semakin kental. Pekat seperti api. Golok hitam, pedang putih.
Golok dan pedang beradu mengeluarkan percikan api seperti meteor yang beradu.
Percikan api dan kemarahan di mata Zhong Hui Mie hampir membuat hati Huang Fu Qing Tian terbakar.
Kekejaman, kemarahan, kesadisan, dan kecepatan Zhong Hui Mie terlihat dari goloknya yang terus bergerak.
Tangan membalik membacok dengan miring ke atas.
Huang Fu Qing Tian sebenarnya melihat jurus ini dikeluarkan dan sebenarnya dia bisa menghindar. Tapi begitu golok ini sampai di depan matanya, dia tidak bisa menghindar lagi.
Cahaya golok melewatinya, tampak darah bermuncratan ke mana-mana.
Darah muncrat-seperti salju yang melayang lalu berjatuhan. Salju dingin, darah panas dan hangat.
Pundak kiri Huang Fu Qing Tian tergores sehingga menimbulkan luka yang dalam. Dia langsung merasakan tenaganya menghilang mengikuti aliran darah.
Salju putih, darah merah.
Darah dengan cepat membeku bersama turunnya salju.
Warna putih dengan cepat berubah menjadi merah seperti bunga mawar begitu merah, indah, dan juga terasa sedih.
Tidak terlihat lagi urat merah di mata Zhong Hui Mie. Matanya tetap merah seperti bunga mawar tapi golok masih tetap berwarna hitam.
Hitam yang mendatangkan kematian, sebegitu jauh, tidak kenal ampun tapi juga seperti teman baik yang sedang memelukmu.
Bola mata Huang Fu Qing Tian seperti melebar, . matanya tidak bisa melihat apa pun. Dia hanya bisa melihat 2 warna.
Hitam dan putih.
Bukan golok yang hitam juga bukan hujan salju yang berwarna putih. Begitu golok Zhong Hui Mei membacoknya, dia tidak bisa melihat cahaya golok, dia hanya bisa melihat warna hitam pekat di sekelilingnya. Hanya melihat kegelapan, seperti seorang kekasih yang membuka tangan dengan lebar dan lembut siap menyambutnya.
Pada saat kegelapan hendak merengkuh Huang Fu Qing Tian tiba-tiba-tiba kegelapan itu berhenti.
Golok hitam yang melambangkan kematian diangkat tinggi-tinggi oleh Zhong Hui Mie. Dia melihat Huang Fu Qing Tian yang sedang sekarat, matanya bersorot aneh, ekspresinya tidak bisa dijelaskan. Perasaan benci, tapi juga kasihan, juga rasa sedih.
Mereka memang saudara angkat.
Pada saat-saat terakhir ini, Zhong Hui Mie masih bisa memilih, apakah dia akan membacok dengan goloknya atau tidak? Jika dia mengambil keputusan untuk membacok, maka semenjak hari ini orang yang bernama Huang Fu Qing Tian akan hilang dari kehidupan dunia persilatan ini.
Kalau tidak dibacok, akibatnya....
Perubahan kadang-kadang hanya berlangsung dalam sekejap. Jika pada saat terakhir Zhong Hui Mie tidak terlihat ragu, cerita ini tidak akan ada lanjutannya.
Dibacok? Atau tidak?
Begitu Zhong Hui Mie tampak ragu, dia melihat sebilah pedang putih dan berkilauan. Diam- diam dia menusukkannya ke tulang rusuk nomor tujuh dan delapan.
Kemudian orang itu sudah seperti seonggok tanah terjatuh di depannya. Dia melihat Huang Fu Qing Tian berdiri di depannya. Pedang putih yang dipegangnya masih meneteskan darah merah.
"Apakah karena kau adalah Huang Fu Qing Tian, maka kau harus melakukan ini?" tanya Zhong Hui Mie tiba-tiba.
"Betul," suara Huang Fu Qing Tian terdengar sangat sedih, "Karena kau adalah Zhong Hui Mie, maka aku harus melakukan ini."
"Mengapa kau tidak membunuhku?" "Tidak akan."
"Apakah karena kau adalah seorang Huang Fu Qing Tian?" tanya Zhong Hui Mie.
"Apakah menjadi pejabat harus membunuh orang? Setelah mendapat perintah, aku baru bisa membunuh orang."
"Benar sekali."
Zhong Hui Mie tertawa dingin. Dia menolehkan kepalanya ke tempat lain. Sorot matanya berhenti di sebuah pohon cemara tua yang berada di kejauhan dan ada seeekor burung hingga di atasnya.
"Kau menjadi seorang pejabat, dan aku menjadi seorang penjahat, karena itu kau harus menangkapku, karena ini sudah menjadi peraturan beribu-ribu tahun yang lalu."
"Memang benar," dengan santai Huang Fu Qing Tian menjawab.
"Baiklah," Zhong Hui Mie membalikkan kepalanya. Dia melihat Huang Fu Qing Tian dengan pandangan dalam dan berkata, "Kau benar-benar saudara angkatku."
Angin berhembus melewati tanah yang dipenuhi salju. Orang itu membawa bau darah yang pekat dan juga membawa rasa dingin musim yang dingin.
Apa pun bisa terbawa oleh angin tapi hanya ada suatu benda tidak bisa dibawa oleh siapa pun. Benda itu adalah—kebencian.
0-0dw0-0 BAB 1 Sebelum upacara akbar
Bulan satu tanggal 14 Di kota Ji Nan.
Zai Si menutup pintu, dia menutup pintu supaya bisa terhindar dari angin dan salju yang turun di Ji Nan, kemudian dia membuka mantel panjangnya yang terbuat dari wol dan menggantungkannya di sebuah gantungan. Mantel itu digantungkannya di sebuah gantungan yang terbuat dari kayu. Tangan kanannya memegang gelas kristal berwarna biru.
Gelas kristal itu terisi dengan anggur' yang didatangkan dari luar negeri.
Dia mengambil gelas kristal itu dari atas meja yang terbuat dari kayu Tan Xiang. Api penghangat berada di sisi meja itu. Kursi yang juga terbuat dari kayu Tan Xiang pun berada di sisi penghangat itu.
Dengan nyaman Zai Si duduk di sana, kemudian dengan santai dia meminum anggur itu.
Dia menyukai kuda terkenal, perempuan cantik, baju mewah, dan arak yang didatangkan dari luar negeri. Dia sangat bisa menikmati hidup.
Dia menyukai warna biru.
Dia sangat teliti dalam menghadapi berbagai masalah dan juga cermat.
Setiap persoalan pasti akan dijalankannya dengan sempurna, dia tidak akan mau menghabiskan tenaganya untuk sesuatu masalah yang tidak penting. Juga tidak akan bertindak ceroboh dalam melakukan pekerjaan apapun. Semuanya ini sudah menjadi kebiasaan dalam hidupnya sehari-hari.
Inilah yang disebut dengan Zai Si.
Dia bisa bertahan hidup sampai sekarang dan dalam usianya yang masih begitu muda, pada saat dia berumur 26 tahun, dia sudah menjadi seorang penasihat pejabat tinggi. Mungkin memang sudah nasibnya seperti itu.
Rumah indah, mewah, dan hangat. Anggur yang wangi dan lezat, bisa mengusir rasa dingin dari tubuhnya.
Tiba-tiba saja dia merasa lelah
Untuk persiapan upacara besok, selama setengah bulan ini kehidupannya yang biasa teratur menjadi kacau. Dia tidak ingin "terjadi kesalahan walau sekecil apa pun. Kesalahan kecil bisa membuat kerugian besar dan bila sudah terjadi tidak akan bisa diubah lagi.
Bila terjadi kesalahan, dia akan merasa menyesal seumur hidupnya. Tuannya pun akan mendapat kesulitan.
Kemungkinan besar dunia persilatan akan berubah.
Yang terpenting adalah ketinggian nama dan jabaran Huang Fu Qing Tian yang semakin hari semakin menanjak. Dia tidak akan membiarkan nama baik tuannya terganggu atau terpukul.
Hal yang paling dibenci dalam hidup Zai Si adalah kesalahan dan kegagalan. Huang Fu Qing Tian tidak boleh ternoda atau terganggu.
Pada usia 24 tahun dia meneruskan jabatan yang pernah diduduki ayahnya, selama 24 tahun dia tidak pernah berbuat kesalahan atau kegagalan.
Setelah Zai Si menghabiskan anggur pada gelas pertama, sudah 3 kali dia memikirkan mengenai upacara yang akan dilaksanakan esok hari.
Dia minum anggur dengan perlahan tapi dia berpikir dengan cepat. Di kota Ji Nan dalam kurun waktu 5 tahun sekali diadakan upacara Yan Hua , adalah hari di mana saat Nan Jun Wang Huang Fu menerima surat tanda jasa dari raja, dan dia diberi kehormatan menjadi Jenderal Besar yang Tidak Terkalahkan.
Dilihat dari sudut mana pun peristiwa ini sangat menggoncangkan pemerintahan dan dunia persilatan.
Yang membuat orang terkejut adalah dalam waktu 5 tahun sekali itu akan dipilih seorang ratu bunga dan ratu bunga itu tak lain adalah putri Nan Jun Wang Huang Fu yang sudah 20 tahun menghilang.
Dua puluh tahun yang lalu, Nan Jun Wang Huang Fu berhasil menangkap saudara angkatnya yang bernama Jiu Tian Gui Di, Zhong Hui Mie. peristiwa ini sempat menggegerkan dunia persilatan dan membuat namanya tambah terkenal.
Tapi pada saat dia kembali dengan penuh kesuksesan, rumah dari istrinya yang bernama Liu Shu Jun yaitu Wisma Shu Tuan malah diserang orang hingga hancur, Liu Shu Jun dan putri mereka pun menghilang, apakah mereka masih hidup atau mati tidak ada seorang pun yang tahu.
Wisma Shu Yuan sudah hancur, tapi pelakunya tidak pernah berhasil ditemukan, tapi semua orang pun tahu kalau orang yang melakukan semua ini pasti adalah orang yang dekat dengan Zhong Hui Mie. Terakhir orang inilah yang membantu Zhong Hui Mie melarikan diri dari penjara.
Begitu mendengar nama Zhong Hui Mie, semua orang yakin bahwa dia adalah seorang pendendam dan menyebalkan.
Semenjak Zhong Hui Mie kabur dari penjara, semua orang percaya kalau dia akan datang kembali untuk membalas dendam. Huang Fu Qing Tian sudah bersiap-siap menghadapi ini dengan berbagai macam cara. Tapi di luar dugaan Zhong Hui Mie tidak datang, dia seperti hilang ditelan bumi, seperti dia belum pernah terlahir ke dunia ini.
0-0dw0-0
Hari semakin malam, walaupun di dalam rumah tidak dipasang lampu, tapi lampu di luar tampak terang benderang.
Angin dingin yang masuk dari celah-celah jendela juga membawa suara orang tertawa dari halaman.
Zai Si dengan perlahan menuangkan kembali segelas arak, kemudian dia mengecap arak itu, sorot matanya tertumbuk pada sebuah kertas surat yang berwarna hijau yang tergeletak di atas meja.
"Sudah 20 tahun berlalu, apa kabar?"
Di kertas itu tertulis 7 kata. Hanya ada 7 kata itu dan tidak ada tanda tangan si penulis, tidak tertulis surat itu ditujukan kepada siapa, tapi Zai Si dan Huang Fu Qing Tian tahu siapa yang telah menulis surat itu dan ditujukan kepada siapa surat itu.
Kertas surat itu berwarna hijau muda ditemukan 3 hari yang lalu di meja perpustakaan.
Waktu itu Zai Si dan Huang Fu Qing Tian sedang berdiskusi mengenai masalah persiapan upacara esok hari. Tidak ada yang memperhatikan kertas itu.
Setelah mereka selesai berdiskusi, mereka baru melihat surat itu.
Sejak kapankah surat itu berada di atas meja? Apakah pada saat sebelum mereka masuk ke dalam perpustakaan?
Atau sewaktu mereka sedang berdiskusi?
Zai Si ingat pada saat dia masuk ke dalam perpustakaan, dia tidak melihat kertas ini.
Kalau begitu kertas ini diletakkan pada saat Zai Si sedang mengobrol dengan Nan Jun Wang Huang Fu, ada seseorang yang meletakkan kertas itu. Anehnya mereka berdua tidak menyadari keberadaaan orang itu tapi orang itu bisa menyelinap masuk dan meletakkannya di atas meja.
Dapat dibayangkan bagaimana hebatnya orang itu.
Apakah orang itu memiliki ilmu yang tidak terlihat oleh orang seperti yang biasa didengar dari cerita dongeng di malam hari?
"Teman lama tetap teman lama," Huang Fu Qing Tian melihat kertas berwarna hijau muda itu. Sambil tertawa dia berkata lagi, "Sudah begitu lama tapi dia masih ingat kepadaku."
Zai Si tidak menjawab, dia hanya diam melihat dan mendengar perkataan Huang Fu Qing Tian.
"Pak Tua Zai, apakah kita harus bersiap-siap untuk menghadapi teman lama yang sudah lama tidak kutemui?"
Zai Si baru berumur 28 tahun tapi Huang Fu Qing Tian senang memanggilnya dengan sebutan Pak Tua Zai.
"Harus," jawab Zai Si, "kalian sudah lama tidak bertemu, pasti banyak hal yang ingin dibicarakan."
"Banyak yang ingin dibicarakan, dan banyak arak yang harus diminum," kata Huang Fu Qing Tian.
"Katanya teman lama ini bisa bersaing dengan Xiao Li Fei Dao, Li Xun Huan."
"Sepertinya Pendekar Harum, Chu Liu Xiang pun tidak bisa menyainginya," Huang Fu Qing Tian tertawa.
"Aku akan menyuruh seseorang membereskan tempat penyimpanan arak," Zai Si pun ikut tertawa.
"Bila teman Tuan datang, lebih baik kita temui dan melayaninya di gudang tempat penyimpanan arak, supaya mengirit waktu mengambil arak."
"Aku berharap arak yang berada di gudang bisa cocok dengan seleranya."
0-0dw0-0
Cahaya api tampak bergerak-gerak di wajah Zai Si, pikirannya seperti berputar-putar di dalam otaknya.
Sejak Zhong Hui Mie melarikan diri dari penjara, dia sudah 20 tahun menghilang, kali ini dia datang pasti bukan hanya untuk berkunjung.
Upacara besok hari adalah suatu upacara terbuka, para undangan boleh masuk dan menjadi tamu Nan Jun Wang Huang Fu. Yang tidak mendapat undangan pun bisa berdiri di halaman rumah pejabat ini dan melihat keramaian, bahkan bisa melihat pawai yang berlangsung di jalanan.
Murid-murid perkumpulan Para durjana bila membunuh orang tidak pernah mengedipkan matanya terlebih dulu, dan banyak dari mereka yang sudah berpengalaman membunuh orang. Pembunuh profesionalnya bisa membunuh orang sekalipun tempat itu dijaga ketat dan juga jumlah mereka cukup banyak.
Orang-orang seperti ini akan datang besok dan mereka akan bergabung bersama dengan kerumunan orang, menunggu kesempatan untuk membunuh Huang Fu Qing Tian.
Karena dalam upacara itu kesempatan yang datang sangat luas tapi Zai Si yakin upacara itu bisa berlangsung dengan lancar dan Huang Fu Qing Tian tidak akan terluka sedikit pun.
Karena apa yang akan terjadi pada hari itu dia sudah memperhitungkan semuanya. Setiap orang yang hadir di upacara besok bisa saja mengancam keselamatan Nan Jun Wang Huang Fu. Tapi semua itu sudah berada dalam pengawasan yang ketat. Untuk berjaga-jaga dari aksi balas dendam Zhong Hui Mie, dia sudah mengerahkan 276 pesilat tangguh di rumah Nan Jun Wang Huang Fu, dan dia pun sudah meminta bantuan kepada 54 pesilat tangguh yang ada di dunia persilatan. Satu orang saja dari meraka bisa melawan 30 orang laki-laki.
Zai Si membagi mereka ke dalam 9 kelompok, setiap kelompok harus memasang mata, setiap kelompok diletakkan di posisi penting dan strategis.
Tapi di antara 9 kelompok itu ada 2 kelompok yang diatur khusus menghadapi dua orang. "Dua orang?"
Pagi ini Huang Fu Qing Tian bertanya kepada Zai Si, mengapa dua kelompok ini hanya untuk menghadapi 2 orang?
Zai Si hanya menjawab dengan menyebutkan nama dua orang ini, sehingga semua bisa memberikan alasan tepat kepada Huang Fu Qing Tian.
"Dua orang ini, yang satu bernama Ren Piao Ling dan satu lagi bernama Pang Jie (kakak perempuan yang gemuk).
Saat itu Huang Fu Qing Tian sedang sarapan.
Menu sarapan pagi ini adalah 1 kilogram daging has sapi ditambah dengan 20 butir telur, sayuran, dan juga buah-buahan. Semua menu itu memenuhi meja makan.
Daging sapi dibakar, dibumbui dengan kecap yang banyak, daging sapi itu berasal dari sapi muda. Ini adalah makanan yang paling disenangi oleh Nan Jun Wang Huang Fu. Tapi pada saat mendengar Zai Si melaporkan nama kedua . orang itu, dia segera meletakkan pisau pemotong daging yang didatangkan dari luar negeri itu, dan dengan sepasang mata seperti ada kabut, dia menatap Zai Si.
"Pang Jie?" "Benar."
"Kau pernah bertemu dengan orang ini?"
"Belum pernah," jawab Zai Si, "aku percaya orang yang mengenalnya tidak terlalu banyak di dunia persilatan ini."
Nama Pang Jie ini sudah diketahui oleh banyak orang persilatan tapi jarang yang pernah bertemu langsung dengannya. Mereka berharap dalam hidupnya, bisa sekali saja bertemu dengan Pang Jie.
Pang Jie pastilah seorang perempuan. Dia adalah anak buah kesayangan Zhong Hui Mie. Dia adalah kepala kejahatan di dalam perkumpulan Para durjana. Dia pun adalah anak buah Zhong Hui Mie yang paling berbahaya.
Zhong Hui Mie selalu menyuruh Pang Jie berada di sisinya.
Begitu Zhong Hui Mie tertangkap, banyak orang mengira dia pasti akan menghadang kereta yang membawa Zhong Hui Mie, agar dia tidak dipenjara di rumah Huang Fu Qing Tian kemudian membunuhnya.
Tapi ternyata Pang Jie tidak melakukannya, begitu Zhong Hui Mie tertangkap, Pang Jie pun ikut menghilang.
Ada yang mengatakan kerena Pang Jie takut kepada ilmu silat Huang Fu Qing Tian maka dia memutuskan untuk bersembunyi.
Huang Fu Qing Tian bisa menangkap Zhong Hui Mie pasti dia bisa membunuh Pang Jie, bila Zhong Hui Mie sudah tertangkap otomatis anak buahnya pun tidak akan dilepas begitu saja, karena itu setelah Zhong Hui, Mie tertangkap maka Pang Jie pun bersembunyi dari kejaran Huang Fu Oing Tian. Tapi Zai Si tidak berpikir seperti itu.
Dia tahu bahwa Pang Jie tidak bersembunyi, bila Pang Jie adalah orang semacam itu maka di dunia persilatan ini tidak banyak orang yang takut kepadanya.
Dia menghilang pasti dia mempunyai alasan tertentu. "Ren Piao Ling pun datang?"
"Benar."
Huang Fu Qing Tian melihat daging sapi yang berada di dalam piringnya, kemudian dia menghela nafas, "Orang ini adalah orang misterius dari dunia persilatan. Dia pun seorang pembunuh yang bergerak secara terang-terangan." Huang Fu Qing Tian berkata lagi, "Asalkan harganya cocok, tidak ada orang yang tidak berani dibunuhnya."
"Ren Piao Ling lebih berbahaya dari Pang Jie," kata Zai Si, "Ren Piao Ling tidak memiliki rumah, tidak mempunyai tempat tinggal juga tidak mempunyai kehidupan menetap. Karena itu tidak gampang orang bisa mencarinya."
Zai Si melanjutkan lagi, "Tapi bila ada orang yang membutuhkan pertolongannya dan dia membutuhkan pertolongan orang itu maka dia akan muncul dengan tiba-tiba di depan orang itu."
"Yang dia butuhkan hanya emas, mutiara serta perhiasan dan uang yang banyak."
Huang Fu Qing Tian tertawa dan berkata, "Yang pasti yang dibutuhkan oleh orang-orang itu adalah pedangnya yang belum pernah terlepas dari tangannya."
Sebilah pedang panjang dan kecil, begitu dia menusukkan pedang itu ke tenggorokan orang sama seperti seorang ibu yang sedang menusukkan jarum ke kain untuk menyulam.
0-0dw0-0
Di sebuah piring bulat terdapat sebuah pisau yang melengkung dipenuhi dengan batu giok dan berlian. Pisau itu diletakkan di sebuah wadah sayur. Di mata pisau itu terdapat sisa-sisa saus daging.
Dengan sebuah lap halus Huang Fu Qing Tian mengelap tangannya, kemudian dia bertanya, "Kau tidak pernah bertemu dengan kedua orang itu, bagaimana kau bisa tahu mereka sudah datang ke sini?"
"Aku tahu," jawab Zai Si, "karena aku tahu jadi aku bisa mengetahui keberadaan mereka." Jawaban apakah ini?
Jawaban ini sama sekali bukan berupa sebuah jawaban, jawaban ini seperti kentut seekor anjing, siapa pun yang mendengarnya tidak akan merasa puas.
Tapi Huang Fu Qing Tian merasa puas.
Karena jawaban ini dikatakan sendiri oleh Zai Si.
Huang Fu Qing Tian percaya dengan jawaban Zai Si, sama seperti kepercayaan Huang Fu Qing Tian kepada pisau bulat itu bisa digunakan untuk memotong daging.
Tapi tiba-tiba mata Huang Fu Qing Tian bersorot aneh, dia berkata dengan bahasa aneh, "Salah," kata Huang Fu Qing Tian, "Zhong Hui Mie bersalah."
"Mengapa?"
"Apakah Pang Jie berada di kota Ji Nan?" "Benar."
"Apakah dia bisa kembali hidup-hidup?" "Tidak." "Membiarkan seorang yang berguna mati. Apakah aku akan melakukan hal ini?" Huang Fu Qing Tian bertanya kepada Zai Si, "apakah kau akan melakukannya?"
"Tidak."
"Apakah Ren Piao Ling sudah berada di sini?" "Benar."
"Apakah dalam hidup yang paling dibencinya adalah bekerja sama dengan seorang perempuan?
Paling benci dibohongi? Dan paling benci sudah tahu salah tapi masih sengaja melakukannya?" "Benar."
"Apakah dia tahu bahwa Pang Jie pun sudah datang ke sini?" "Dia pasti sudah tahu."
"Bila dia sudah tahu, apakah dia akan mencari Zhong Hui Mie untuk membuat perhitungan?"
"Zhong Hui Mie sudah tahu bagaimana sifat Ren Piao Ling, mengapa dia masih melakukan hal ini? Apakah dia mempunyai suatu penyakit aneh?"
"Tidak," wajah Zai Si tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia melihat ke arah Huang Fu Qing Tian, "Zhong Hui Mie tidak bersalah."
"Oh?"
"Dia menginginkan mereka datang ke sini, bukan untuk menyuruh Pang Jie mengantar nyawa, juga bukan untuk menyuruh Ren Piao Ling membunuh Pang Jie."
"Lalu mereka datang untuk apa?"
"Mereka datang untuk menjadi tameng," jawab Zai Si, "Pang Jie dan Ren Piao Ling hanya akan menjadi tameng." .
"Mengapa?"
"Orang yang berniat ingin membunuh Tuan bukan mereka tapi orang lain," kata Zai Si, "bila kita hanya berjaga-jaga dan terfokus kepada mereka berdua, orang ketiga akan lebih leluasa bergerak."
"Orang ketiga? Siapakah orang ketiga ini?"
"Dia seorang pemuda, dia sering memakai baju panjang berwarna putih, bajunya terbuat dari sutra, dia pun membawa sebatang pedang putih, pegangan pedangnya dipenuhi dengan batu giok. Dia menginap di penginapan paling mewah di kota Ji Nan, yang bernama Zui Liu Ge."
Dia lebih suka makan sayur dibandingkan makan mie.
"Dia sudah datang sejak 3 hari yang lalu, dia tidak pernah keluar selangkah pun dari Zui Liu Ge, tapi dia sudah berteman dengan setengah penduduk kota Ji Nan."
"Oh ya? Begitu terkenalkah dia? Hingga semua orang ingin berteman dengannya?"
"Bukan ingin berteman. Tapi berebut supaya dia mau mentraktir mereka!" seru Zai Si. "Dia baru datang 3 hari yang lalu, tapi sudah mentraktirl 13 meja."
Huang Fu Qing Tian tertawa.
"Tidak disangka bahwa dia adalah orang yang senang bergaul." Huang Fu Qing Tian bertanya lagi, "Orang itu berasal dari mana?" "Aku tidak tahu."
"Siapa namanya?"
"Di penginapan itu dia menggunakan nama Bai Shao Yu," jawab Zai Si. "Dia berlogat daerah mana?"
"Aku tidak pernah mendengar dia bicara, tapi aku pernah bertanya kepada pelayan Zui Liu Ge." "Apa yang mereka jawab?"
"Dulu dia bekerja di kantor Biao, dia sering ke luar daerah dan menguasai beberapa bahasa daerah, dia menguasai 7-8 bahasa daerah, tapi pelayan itu pun tidak tahu tamu yang bermarga Bai ini datang dari propinsi mana."
"Mengapa?"
"Karena pemuda Bai ini berbahasa daerah dengan sangat lancar, kadang malah lebih bagus dari pelayan itu."
"Aliran pedang dari manakah yang dia kuasai? Apakah ilmu pedangnya tinggi?" "Aku tidak tahu."
"Bagaimana dengan bajunya?"
Dari penampilan seseorang dapat diketahui banyak hal, walaupun baju itu sama-sama terbuat dari sutra, sutra pun banyak jenisnya. Cara pencelupan kain pun tidak sama, kain katun pun sama seperti itu.
Untuk bagian yang harus dilihat dengan teliti, Zai Si adalah ahlinya.
"Aku percaya kau bisa melihat bajunya, dan apakah yang sudah kau lihat?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Aku tidak melihat apa pun, karena aku belum pernah melihat jenis sutra seperti itu, apalagi benang jahit di bajunya, aku belum pernah melihatnya."
Kata Zai Si lagi, "Aku percaya sutra itu berasal dari tempat yang sangat jauh, mungkin kita pun belum pernah ke sana."
"Benarkah kita belum pernah singgah ke tempat itu?"
Kata Huang Fu Oing Tian sambil tertawa kecut, "Mungkin orang yang pernah ke sana pun tidak banyak."
-ooo0dw0ooo-
BAB 2 Pembunuh yang paling miskin
Si mata keranjang bernyanyi tapi tidak menyanyikan lagu sedih.
Di dunia ini hal yang menyedihkan sudah terlalu banyak, si mata keranjang menyanyikan sebuah lagu untuk Tuan, dia menasihati Tuan, supaya jangan meijeteskan air mata. Bila di dunia ini mendapat perlakuan yang tidak adil, lebih baik minum arak yang banyak kemudian ayunkan golok untuk memenggal kepala orang.
Di sebuah kuil tua, tampak seseorang. Sebuah pedang panjang, sebuah poci yang terbuat dari tembaga dan sepoci arak. Sebongkah api.
Dengan pedang panjangnya dia menggantung poci itu di atas tumpukan bara api untuk menghangatkan arak. Dari dalam kuil bisa mendengar suara angin yang lewat di luar. Ekspresi wajah Ren Piao Ling tampak lebih dingin dari angin musim dingin, dan dingin seperti kilauan pedangnya.
Bulan satu tanggal 15. Pagi.
Walaupun salju sudah berhenti tapi udara terasa lebih dingin lagi. Ini adalah poci arak terakhirnya, setelah habis, berarti hari ini tidak ada lagi makanan baginya. Ren Piao Ling melihat poci itu, dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa kecut, sudah setengah bulan ini hidupnya lebih miskin dari seorang pengemis.
Kehidupannya benar-benar sengsara, sehari 3 kali dia membuat mie kuah ditambah dengan sayur pe rai, araknya pun arak termurah. Sepertinya hari ini lebih parah lagi, uang untuk membeli mie dan pe cai pun sudah tidak ada.
Bila tidak ada bisnis, sepertinya dia harus menjadi perampok.
Walaupun arak itu adalah arak terbaik ataupun arak murahan, tapi bila sudah masuk ke dalam perut, rasanya sama saja, bisa menyebabkan orang menjadi mabuk. Sepoci arak sudah hampir habis. Ren Piao Ling baru merasakan tubuhnya menghangat, dia mulai merasa melayang.
Sewaktu dia akan meminum araknya seteguk lagi tiba-tiba muncul bayangan seseorang, Ren Piao Ling melihat dengan sudut matanya ke arah pintu.
Ada seorang laki-laki setengah baya berbaju mewah, tersenyum melihat Ren Piao Ling.
"Apakah Anda adalah Tuan Ren?* tanya laki-laki setengah baya itu, "atau apakah Anda adalah Pendekar Ren?"
Dia mengangkat pocinya ke atas lalu meminum arak itu, arak mengalir dari sudut mulutnya, kemudian dia mengelap mulut dengan lengan bajunya. Lalu dengan ekspresi puas dia menyandar ke dinding, memejamkan mata untuk beristirahat. Seakan-akan dia tidak melihat ada orang yang berdiri di pintu, juga tidak mendengar ada seseorang yang telah memanggilnya.
Laki-laki itu sambil tertawa tetap bertanya, "Apakah Anda adalah Pendekar Ren?"
Sepertinya Ren Piao Ling sudah tertidur. Tapi laki-laki itu masih bisa tertawa dan tawanya terlihat lebih senang, dia mengeluarkan dua lembar cek, dengan ringan dia mendekati Ren Piao Ling dan meletakkan cek itu di atas paha Ren Piao Ling.
Mungkin orang miskin lebih peka terhadap uang, begitu cek diletakkan di atas pahanya, Ren Piao Ling langsung membuka matanya dan melihat ke arah cek itu.
"Ini adalah cek dari Bank Da Tong dari Shan Xi, setiap cek berjumlah 1.000 tail," kata laki-laki itu lagi, "harap Pendekar Ren mau menerimanya."
"Mengapa aku harus menerima cek ini?" Akhirnya dia mau membuka mulut juga. "Aku bernama Cao En, aku adalah pengurus salah satu wisma di kota Nan Jing," kata laki-laki itu, "dua lembar cek ini adalah sedikit imbalan dari kami."
"Apakah kau menyuruhku membunuh seseorang?"
"Aku dengar Pendekar Ren adalah pendekar pedang yang paling cepat di Jiang Nan." "Siapa yang harus kubunuh?"
"Zai Si," jawab laki-laki itu, "dia adalah penasihat Nan Jing Wang Huang Fu."
Akhirnya mata Ren Piao Ling dibuka dengan sikap malas-malasan, dia menatap laki-laki itu, kemudian berkata, "Apakah kau membawa uang sebesar 50 tail perak?"
"Lima puluh tail perak?" tanya laki-laki itu. "Oh, ada."
Laki-laki itu tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Ren Piao Ling, tapi dia tetap memberikan
50 tail perak kepada Ren Piao Ling. Ren Piao Ling menerimanya kemudian dia berdiri, dia mengembalikan 2 lembar cek itu kepada laki-laki tadi.
"Ini "
Tidak menunggu laki-laki itu melanjutkan perkataannya, Ren Piao Ling sudah menyela, "Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh Tuan Cao."
"Ya."
"Pertama, aku bukan Pendekar Ren dan juga bukan Tuan Ren, namaku adalah Ren Piao Ling." "Kali ini bila menyuruhku membunuh seseorang tidak perlu mengeluarkan 2.000 tail." "Apakah hanya dengan 50 tail perak saja sudah cukup?"
"Benar," Ren Piao Ling menatap laki-laki itu, "karena hargamu hanya 50 tail perak saja." "Aku?" tanya laki-laki itu dengan aneh.
"Benar."
Kata-katanya belum selesai, cahaya pedang tampak berkelebat, kemudian terlihat pedang sudah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya. Di tenggorokan laki-laki itu tampak ada sebuah lubang kecil, bulat, dan sempit. Darah mulai mengalir.
Wajah laki-laki itu masih menunjukkan rasa terkejut, tidak percaya, dan ketakutan.
Ren Piao Ling menghabiskan sisa arak yang berada di dalam poci itu, kemudian dia keluar dari kuil, pada saat melewati laki-laki itu, dia berkata, "Di antara orang-orang yang pernah kubunuh, kaulah yang termurah."
Sesudah bayangan Ren Piao Ling menghilang, baru laki-laki itu ambruk, darah di tenggorokannya sudah mulai membeku.
Siang.
Di sebuah warung nasi tercium aroma masakan, sayur yang dimasak dengan minyak babi. Bau keringat para kuli dan kusir bercampur aduk dengan aroma cabai, bawang daun, dan arak. Menjadikan campuran aroma itu menjadi suatu aroma yang aneh.
Tapi Ren Piao Ling menyukai aroma seperti itu. Di menyukai awan putih yang berada di atas gunung dan menyukai wanginya daun-daun dari pepohonan yang berada di gunung. Dia sangat senang dengan bau wangi seperti itu.
Dia senang dengan orang terkenal dan pendekar anggun tapi gagah. Tapi dia pun menyukai orang yang berkeringat yang sedang makan daging, bawang daun, dan minum arak merah.
Dia menyukai manusia, tapi dia pun harus membunuh mereka.
Apa pun yang terjadi di dunia ini pasti seperti itu, membuatmu tidak bisa memilih apa yang kau sukai.
Pada saat Ren Piao Ling masuk ke dalam warung nasi itu, dia langsung tahu ada yang mengawasinya.
Tiga orang laki-laki setengah baya dengan perawakan kurus, kecil, duduk di sebelah kiri pintu, punggung mereka berhadapan dengan Ren Piao Ling. Tapi bila terjadi sesuatu, yang pertama kali mendekati Ren Piao Ling pasti ketiga laki-laki kurus dan kecil itu.
Di hadapan Ren Piao Ling duduk sepasang suami istri, sang suami sepertinya sangat menyayangi istrinya, dia sering mengambilkan sayur untuk istrinya juga menuangkan teh untuknya. Ren Piao Ling mengetahui bahwa sepasang tangan ini bila membunuh orang pasti akan seperti sang suami mencapit sayur untuk istrinya, tampak begitu enteng dan ringan.
Kasir yang duduk di tempatnya, seperti sedang tertidur, mungkin juga tangannya saat itu sedang memegang sebuah golok besar, menunggu kesempatan untuk membunuh Ren Piao Ling.
Mereka tampak seperti orang biasa dan normal. Tapi Ren Piao Ling bisa memastikan bahwa mereka adalah pembunuh profesional yang lihai.
Begitu banyak pesilat tangguh mengawasinya, Zai Si benar-benar keterlaluan.
Dengan lambat Ren Piao Ling makan semangkuk nasi yang sudah dicampur dengan minyak babi, hatinya merasa riang.
Dia yakin Zai Si dan Huang Fu Qing Tiang pasti mencurigainya, dan mereka sedang menebak- nebak mengapa dia bisa datang ke Ji Nan. "Apakah kedatangannya karena upacara sore ini?"
Ataukah ada alasan lainnya? Atau mungkin dia tidak sengaja singgah di kota Ji Nan?
"Tapi kali ini Zai Si sudah salah," dalam hati Ren Piao Ling ingin tertawa, "dia menyuruh orang- orang mengawasi gerak-gerikku, benar-benar hanya menghabiskan tenaganya saja."
0-0dw0-0
Di halaman terdengar suara orang dan suara tawa, mengikuti arah angin dingin berhembus masuk dari celah-celah jendela.
Huang Fu Qing Tian tahu bahwa tamu-tamu yang diundangnya maupun orang-orang yang tidak diundang telah datang.
Dia pun tahu bahwa semua orang sedang menunggu kemunculannya, dan mereka sangat antusias ingin melihatnya.
Tapi dia tetap duduk di kursi kesayangannya, dia sama sekali tidak bergerak, pada saat istrinya masuk pun dia masih tidak bergerak.
Dia tampak merasa sangat bosan.
Upacara penyerahan surat tanda jasa dari raja, harus membuat pesta untuk menyambut para tamu, semua ini membuatnya merasa membosankan.
Dia hanya ingin diam dan duduk sambil minum arak.
0-0dw0-0
Shui Rou sangat mengerti bagaimana perasaannya.
Tidak ada orang yang lebih mengerti suaminya dari dia, karena mereka sudah menikah selama
20 tahun, mereka mempunyai seorang putra, yang tertua sudah berusia 19 tahun, dan yang bungsu berusia 17 tahun.
Tadinya Shui Rou ingin menyuruh agar suaminya segera keluar tapi setelah dia masuk diam- diam dan melihat suaminya seperti itu maka dia pun dengan diam-diam keluar lagi. Shui Rou tidak akan menunggu suaminya.
Setelah keluar dari ruangan itu, air matanya langsung menetes.
0-0dw0-0
Huang Fu Qing Tian minum secangkir arak lagi. Ini bukan cangkir yang pertama, ini adalah cangkir ke-31. Arak yang diminumnya bukan anggur yang didatangkan dari luar negerti, ketika anggur itu sudah masuk ke dalam perut rasanya seperti ada bola api yang membakar di dalam.
Dia menuang secangkir arak lagi, kali ini dia tidak langsung meminumnya, ada orang yang membuka pintu dengan diam-diam, kali ini yang datang ternyata bukan Shui Rou, tapi Zai Si.
Huang Fu Oing Tian meletakkan cangkirnya, dia belum sempat meminum araknya. Dia melihat Zai Si yang berada di ambang pintu.
"Apakah sekarang aku harus keluar?" "Benar."
Sewaktu Huang Fu Qing Tian keluar dari ruangannya, ada 3 ekor kuda dengan cepat masuk ke halaman rumahnya.
Ternyata mereka adalah ' dua pejabat yang mengantarkan seorang kasim.
Tiga orang dengan tiga ekor kuda bersama-sama memasuki halaman, segera ada 9 orang yang menghampiri mereka, 9 orang yang diperintahkan oleh Zai Si untuk menjemput si pembawa surat.
Ketiga orang itu segera dipersilakan untuk masuk. Yang pasti tiga angpao besar sudah masuk ke dalam kantung saku mereka bertiga. Tahun ini ratu bunga yang terpilih sudah duduk di atas tandu yang dihiasi dengan bunga.
Mereka keluar dari Zui Liu Ge dan bergabung dengan pawai yang sedang berlangsung di jalan.
Suara petasan membuat langit seperti mau meledak, suara orang-orang di sana terdengar sangat ramai.
Orang-orang mengerumuni jalan ingin melihat si ratu bunga.
Mangkuk makanan diletakkan di depan Ren Piao Ling. Wajah Ren Piao Ling langsung berubah menjadi marah.
Sekarang dia mengerti mengapa Zai Si menyuruh banyak pesilat tangguh mengawasinya.
Zai Si menyuruh para pesilat tangguh itu mengawasinya bukan untuk membunuh Ren Piao Ling, tapi menyuruh mereka mengantarkan kematiannya sendiri.
Menyuruh mereka datang supaya mereka dibunuh oleh Ren Piao Ling. Ren Piao Ling ingin memberitahukan hal ini kepada mereka, tapi semua ini sudah terlambat, karena isyarat untuk menyerangnya sudah terlihat. Orang pertama yang menyerang Ren Piao Ling adalah 3 orang laki- laki setengah baya kurus kerempeng.
Ren Piao Ling baru saja menghindari serangan pertama, suami istri yang duduk di depannya dengan golok Yuan Yang menyerang ke arah Ren Piao Ling.
0-0dw0-0
Walaupun sekarang adalah siang hari, tapi di halaman banyak orang dan lampu tampak terang benderang.
Orang pemerintahan pun banyak, mereka adalah orang-orang terkenal, mempunyai kedudukan dan kekuasaan.
Kecuali mereka masih ada para lelaki yang mengenakan seragam hijau dan dan bermantel kutung. Mereka sedang melayani para tamu. Gerakan mereka lincah dan juga cepat. Mata mereka pun tampak bersinar-sinar mereka tidak akan membiarkan masalah sekecil apa pun menghalangi jalannya pesta ini.
Tiba-tiba suasana menjadi senyap.
Akhirnya orang terkuat di dunia persilatan yaitu Nan Jun Wang Huang Fu muncul juga.
Dia memakai stelan baju berwarna hitam dan putih, baju ini dirancang khusus dan jahitannya pun sangat bagus membuat dia terlihat lebih gagah, tinggi, dan besar. Juga membuat dia tampak lebih muda dari umur sebenarnya.
Dengan sikap yang bersungguh-sungguh tapi juga ramah, dia mulai menyapa para tamu, masih berjalan ke arah tangga depan rumah untuk melambaikan tangan kepada orang-orang yang berada di luar halaman.
0-0dw0-0
Terdengar suara petir, ada awan hitam dan hujan tiba-tiba turun.
Orang yang datang untuk membunuh, sekarang dia terbaring di lantai. Orang yang tidak ingin membunuh sekarang menjadi pembunuh.
Enam orang. Enam orang pembunuh di dunia persilatan, mereka terbunuh dalam waktu sekejap saja. Membunuh mereka hanya membutuhkan waktu sebentar. Darah mereka berwarna merah, darah mereka sama seperti darah kuli berwarna merah.
Darah tercecer di mana-mana, darah-darah itu belum membeku.
Ren Piao Ling berdiri di antara genangan darah. Warung nasi itu sudah tidak seramai tadi.
Sekarang suasana di sana sangat mencekam dan penuh dengan rasa takut, dan juga kematian.
Sorot matanya melewati titik-titik air hujan menembus ke awan hitam yang berada di kejauhan. Tidak ada rasa sesal ataupun senang setelah membunuh sekian banyak orang. Terdengar suara guntur lagi, hujan turun semakin lebat.
Ren Piao Ling keluar dari warung nasi itu, dia berjalan di bawah guyuran air hujan dan masuk ke dalam kegelapan, masuk ke tempat seseorang. Bumi dan langit tampak bersatu.
0-0dw0-0
Di sebuah meja besar di dalam ruangan itu, dua buah lilin besar dan berwarna merah sudah dinyalakan.
Huang Fu Qing Tian berlutut di depan meja, di atas lantai yang sudah dialasi oleh kulit harimau. Gong Gong (kasim) membawa surat tanda jasa dari raja, dia berdiri di depan Huang Fu Qing Tian.
Upacara akan segera dimulai.
Para pesilat tangguh tangguh yang sudah diatur oleh Zai Si berbaur dengan kerumunan orang, tangan mereka selalu berada di dalam baju bagian dada.
Di depan dada mereka tersimpan senjata yang mematikan.
Sekarang bila ada satu saja orang yang bergerak, tangan-tangan mereka dalam waktu singkat bisa mengeluarkan senjata dari dalam baju. Dalam waktu singkat mereka bisa membunuhnya di depan ruangan itu.
Tiga orang yang dikhawatirkan Zai Si tidak ada yang muncul satu pun.
Ren Piao Ling masih berada di warung nasi, Bai Shao Yu yang senang menjamu masih berada di Zui Liu Ge.
Anak buah Zhong Hui Mie yaitu Pang Jie yang digembar-gemborkan orang sebagai sosok yang menakutkan tidak terlihat bayangannya, apalagi Jiu Tian Gui Di.
Upacara akan dimulai, bila Kasim sudah selesai membaca amanat dari raja, hal ini akan lebih mudah dilakukan.
0-0dw0-0
"Huang Fu Qing Tian" suara Kasim terdengar besar dan kuat. "Hamba."
"Terimalah perintah dari raja." "Terima kasih, Kasim." "Pengumuman. "
Baru saja Kasim akan membaca, tiba-tiba wajahnya berubah, menjadi hitam seperti warna arang. Kemudian dia ambruk ke bawah. Tawa Zai Si mengikuti ambruknya Kasim dan terpaku. Seperti sebuah topeng gagal yang terpasang di wajahnya.
Hanya dalam waktu singkat, gerakan semua orang di sana bahkan suara pun menjadi terdiam. Tapi itu hanya berlangsung sebentar, langsung suasana menjadi kalang kabut, membuat seisi ruangan menjadi seperti bubur yang sedang dimasak di atas tungku.
Satu-satunya orang yang masih tampak tenang adalah Huang Fu Qing Tian, begitu Kasim ambruk, dia melihat di punggung Kasim tertancap dua buah panah kecil, darah yang keluar dari lubang itu sama hitamnya dengan wajahnya.
Dua buah panah kecil dan pendek yang mengandung racun ganas.
Dua buah lilin yang terpasang di atas meja terpotong menjadi dua, terlihat ada sebuah kotak besi berwarna perak.
Dua panah kecil itu ternyata tersimpan di dalam kotak besi yang berada di dalam kedua lilin merah itu. Ruangan itu tampak kacau, para pengawal berusaha menenangkan keadaan. Balas dendam dari Jiu Tian Gui Di akhirnya datang juga. Zai Si menatap Huang Fu Qing Tian.
Tapi Huang Fu Oing Tian malah menatap lilin merah itu, kemudian dia tertawa kecut dan dengan santai dia berkata, "Dia tetap seorang penakut, sudah 20 tahun berlalu dia tetap malu muncul di depan umum."
0-0dw0-0
BAB 3 Dalam cucuran air hujan
Awan tampak bergerak di langit yang luas. Dia datang dari tempat jauh dan akan pergi ke tempat jauh lagi.
Tidak ada seorang pun yang tahu, di mana sebenarnya kampung halamannya itu?
Dan kemanakah awan itu akan pulang? Karena itulah Zang Hua sangat senang dengan awan, sekarang dia berbaring di sebuah padang rumput yang hijau, dia menatap awan di langit.
Hari ini adalah bulan satu tanggal 15, hari ini seharusnya menjadi hari yang paling disenangi oleh gadis-gadis seumurnya, tapi dia malah lebih memilih berbaring di padang rumput yang sepi ini.
Setiap kali pada saat Imlek atau hari raya, dia selalu bersembunyi di tempat jauh, bersembunyi dari suasana Imlek dan bersembunyi dari langit. Apalagi hari ini.
Pagi-pagi dia sudah keluar dari rumah, dia pergi ke tempat ini, tidak ada seorang pun yang tahu kemana dia pergi, kemudian dia berbaring di sana hingga sekarang.
Gumpalan awan sudah beberapa kali berubah bentuk, berubah menjadi bentuk yang bermacam-macam, tapi posisi berbaringnya tidak pernah berubah.
Angin gunung membawa harum tanah dari kejauhan juga membawa suara petasan dan suara orang-orang yang berasal dari jalan raya.
Sekarang Yu Ren pasti sudah masuk ke rumah Nan Jun Wang untuk dinobatkan sebagai ratu bunga.
Teringat kepada Yu Ren, Zang Hua tertawa kecut, mereka sama-sama sebagai anak angkat, sama-sama menjadi putra Hua Man Xue, tapi mendapat perlakuan yang berbeda.
Yu Ren sangat cantik, suaranya pun enak didengar. Jika dia berbicara, orang yang melihatnya pasti akan langsung suka kepadanya. Ibu angkat Hua Man Xue pun sangat sayang kepadanya.
Diberikan kepadanya baju bagus, makanan enak, dan mainan yang indah, kamarnya pun mewah dan bagus.
Bagaimana dengan Zang Hua?
Semua barang yang diperoleh Zang Hua pasti barang bekas.
Bukan barang bekas yang pernah digunakan oleh Yu Ren, melainkan orang lain yang sudah tidak memakainya lagi. Barang yang sudah dipakai oleh Yu Ren semua langsung dibuang, tidak akan diberikan kepada Zang Hua.
Lima tahun yang lalu, Hua Man Xue mulai melatih Yu Ren untuk menjadi ratu bunga. Dan sekarang keinginan Yu Ren menjadi ratu bunga telah tercapai.
Tahun ini yang mendapat julukan ratu bunga adalah Yu Ren. Yu Ren tidak pernah membuat Hua Man Xue kecewa.
Apa pun yang dilakukan oleh Yu Ren tidak pernah membuat orang menjadi kecewa, sepertinya dia ditakdirkan untuk disayang oleh orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya Zang Hua sepertinya ditakdirkan untuk dibenci orang. Dia anak yang nakal, sering membuat ulah, melakukan apa saja yang membuat orang tidak akan menduganya sehingga membuat orang pusing sampai 3 hari.
Karena itulah orang-orang di kota Ji Nan lebih menyukai Yu Ren,... terkecuali si Gila Hu. Dia satu-satunya teman Zang Hua. Tidak ada orang yang ingin berteman dengan Zang Hua.
Dia seperti dewa penyakit. Siapa yang mendekatinya akan tertular olehnya.
Tapi Zang Hua pun menyukai keadaan seperti itu, dia bisa bermain dengan bebas seorang diri, semua terasa sangat ringan dan tidak terkekang, melakukan npa pun tidak ada yang melarangnya, juga dia tidak perlu melakukan sesuatu untuk seseorang yang tidak dia senangi.
Zang Hua percaya kalau kehidupan Yu Ren pasti tidak nyaman. Walaupun wajah Zang Hua terlihat sedih dan bosan namun sebenarnya hidupnya lebih senang dari siapa pun dan dia tidak pernah memikirkan masalah yang bisa membuatnya pusing.
Tapi mengapa hari ini dia merasa bosan? Dia sendiri pun tidak tahu apa sebabnya. Yang penting, hari ini dia tidak merasa serba salah. Awan di langit berubah menjadi seperti seekor burung bangkai yang sedang memakan orang.
Zang Hua paling benci jika ada burung bangkai yang memakan daging orang. Setiap kali jika melihat burung bangkai sedang makan daging orang, dia sangat ingin memukulnya.
Dia menganggap di antara binatang-binatang, burung pemakan bangkai lah yang paling kejam. Orang mati saja sudah cukup menyedihkan, mengapa burung itu masih ingin memakan dagingnya?
Awan hitam seperti burung pemakan bangkai yang besar dan sedang terbang melayang di atas langit.
Tiba-tiba di langit terlihat kilatan petir, kemudian gunturpun berbunyi seperti genderang yang dipukul dari jauh.
Turunlah!" Zang Hua berkata sambil tetap berbaring dan tidak bergerak, "Biarlah hujan mencuci debu-debu yang menempel di bumi ini."
Hujan lai turun.
Awalnya hanya hujan rintik-rintik, kemudian semakin lebat terakhir seperti air terjun yang ditumpahkan dari langit.
Zang Hua tetap tidak bergerak, hanya matanya kemasukan air hujan dan tidak bisa dibuka.
Hujan semakin lebat, tapi hatinya terasa semakin lega dan nyaman.
Hujan ini datang tepat pada waktunya. Hujan itu membersihkan debu-debu dan juga membersihkan keresahan yang ada di dalam hati Zang Hua.
Pada saat dia merasa matanya tidak bisa dibuka karena siraman air hujan, tiba-tiba dia melihat di dalam hujan lebat itu ada seseorang sedang berjalan ke arahnya.
0-0dw0-0
Semenjak keluar dari warung nasi itu, Ren Piao Ling berjalan terus walaupun hujan membasahi badannya dan wajahnya, tapi dia tetap terus melangkah.
Air hujan mengalir melewati wajahnya dan turun ke leher kemudian masuk ke dalam baju dan celananya, kedian keluar lagi dan jatuh ke tanah.
Yang masuk mengalir keluar, diganti air yang baru masuk lagi, Ren Piao Ling terus berjalan hingga ke pegunungan yang penuh dengan rumput hijau.
Kemudian dia melihat ada seseorang yang sedang duduk di padang rumput itu. Seseorang seperti baru keluar dari sisi neraka. Melihat ada orang sedang hujan-hujanan, hati Zang Hua lebih senang lagi. Di dunia ini ternyata masih ada orang selucu itu.
Orang yang senang berhujan-hujanan pasti ada bagian yang lucu. Ini adalah salah satu cara Zang Hua melihat orang.
"Hai! Apa kabar?" Zang Hua dengan senang menyapa orang itu. "Siapa kau?"
Waktu itu Ren Piao Ling tepat berada di pinggir Zang Hua. Sepasang matanya yang malas melihat Zang Hua dengan ekspresi tertarik.
Zang Hua pun sedang melihatnya.
"Siapa kau?" dia tidak menjawab malah balik bertanya.
"Pertanyaanku belum dijawab, bolehkah pertanyaan tadi aku tunda dulu?" Zang Hua bertanya. "Boleh."
"Kalau begitu aku ingin bertanya sekali lagi, siapakah kau?" tanya Zang Hua. "Apakah pertanyaan boleh tidak kujawab?"
"Boleh," Zang Hua tertawa lagi, "kalau begitu, kau tidak akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang kau tanyakan tadi."
Ren Piao Ling tertawa.
Tawa Ren Piao Ling seperti matahari di sim dingin membuat hati orang terasa hangat.
Sewaktu dia sedang tertawa dia benar-benar terlihat jelek, tapi memiliki daya tarik yang tidak bisa dikatakan dan dijelaskan.
Ini adalah komentar terakhir yang diberikan oleh Zang Hua. "Ren Piao Ling."
"Hua Zang Hua."
Dia duduk. Dia duduk di sisi Zang Hua. Hujan mulai mengecil, awan hitam pun mulai menghilang.
"Siapa yang menyangka pembunuh terkenal dan termahal di dunia persilatan pun senang berhujan-hujanan." kata Zang Hua.
"Orang terkenal pun harus makan," Ren Piao Ling berkata dengan santai, "apalagi berhujan- hujan seperti ini bisa membuat perasaan menjadi lebih jernih."
"Apakah otak sering terasa tidak jernih dan pusing?"
"Dalam satu bulan selama 24-25 hari, keadaanku seperti itu," jawab Ren Piao Ling.
"Mana mungkin?" kata Zang Hua tidak percaya, "Aku melihat bukan seperti orang yang sering mabuk."
"Di dunia ini kecuali arak, masih ada satu macam urusan yang bisa membuat otak orang menjadi pusing."
"Apakah itu?" "Lapar."
"Lapar?" Zang Hua seperti terkejut, "apakah kau sering kelaparan?" "Benar," dia tertawa, "paling sedikit sudah setengah bulan ini." "Apakah kau lupa makan sehingga tidak bisa mengobati rasa lapar?" "Aku tidak lupa," jawab Ren Piao Ling, "masalahnya aku ingin makan tapi tidak bisa." "Mengapa?"
"Apakah kau lupa makan pun harus membayar?" "Apakah kau tidak mempunyai uang?"
"Kau tidak percaya dengan perkataanku?"
"Pembunuh termahal di dunia persilatan tidak mempunyai uang untuk membeli makanan?" tanya Zang Hua, "siapa yang akan percaya semua ini?"
"Aku," jawab Ren Piao Ling, "kecuali aku, semua orang akan berpikir seperti." "Lalu uang yang kau daparkan kau kemanakan?"
"Digunakan."
"Dengan cara apa kau mempergunakannya?" "Makan, minum, main, dan bersenang-senang." "Apakah kau tidak bisa lebih irit memakainya?"
"Ini pun sudah cukup irit," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "setiap kali bisa mendapatkan keuntungan sebanyak 50 tail, dalam waktu 3 hari aku baru menghabiskan 50 tail itu."
"Apa? 50 tail?" tanya Zang Hua terkaget-kaget, "apakah setiap kali harga yang kau keluarkan adalah 50 tail untuk membunuh?"
"Benar."
"Menurut gosip yang beredar di dunia persilatan, kau adalah pembunuh termahal," kata Zang Hua, "apakah harga yang paling mahal adalah 50 tail?"
"Tidak juga."
"Mengapa harga yang kau patok hanya 50 tail?" "Karena orang yang berharga semakin sedikit."
"Orang yang berharga?" tanya Zang Hua, "apakah kau membunuh orang pun ada tingkatan harganya?"
"Itu sudah pasti," Ren Piao Ling dengan santai berkata, "ada sebagian orang yang memberi
10.000 tail pun belum tentu aku mau membunuhnya. Tapi ada orang memberikan 50 tail, aku akan langsung membunuh sasaranku."
"Orang seharga 10.000 tail mengapa kau tidak mau membunuhnya?" "Orang itu tidak pantas mati."
"Orang yang pantas mati, dengan 50 tail pun kau langsung mencabut pedang?" "Benar." jawab Ren Piao Ling, "pagi ini aku sudah mendapatkan 50 tail." "Siapa?"
"Seseorang dengan harga 50 tail." Ren Piao Ling sepertinya tidak ingin menceritakan peristiwa itu karena itu dengan cepat dia langsung mengganti topik pembicaraan.
"Perempuan seumurmu seharusnya banyak mempunyai janji, mengapa kau ada waktu untuk berhujan-hujan di sini?"
"Benar! Karena terlalu banyak membuat janji aku hampir tidak mempunyai waktu untuk makan karena itu aku selalu merasa lapar dan pusing," kata Zang Hua, "jadi aku ke sini untuk hujan- hujanan."
"Benarkah?" "Ya."
"Apakah benar-benar?" "Bohong."
Mata Zang Hua seperti terlihat sedih, suaranya terdengar aneh.
"Ini adalah pikiranku, dan juga harapanku," suara Zang Hua seperti datang dari kejauhan, "tapi sebenarnya tidak seperti itu."
Kemudian dia berkata lagi, "Aneh? Aku tidak pernah membicarakan hal ini kepada orang lain, lebih-lebih tidak bisa berterus terang kepada orang yang tidak kukenal," Zang Hua melihatnya, "tapi kepadamu aku bisa bercerita seperti kepada seorang teman lama."
Ren Piao Ling melihat ke tempat jauh, matanya pun terlihat sedih.
"Karena itu kita bisa bertemu di bawah siraman huian ini," Ren Piao Ling berkata lagi, "hujan bisa membuat kepala orang menjadi dingin dan juga bisa membuat orang berkata dengan jujur."
Dia berhenti sebentar lalu Ren Piao Ling berkata lagi, "Sejak dulu, kata 'hujan' ini selalu membuat orang merasa sedih. Di bawah siraman hujan orang selalu mengingat hal yang tidak seharusnya diingat, dan juga bisa membuat orang mengatakan apa adanya."
Awan hitam menghilang, tapi hujan tambah lebat dan sepertinya tidak akan pernah berhenti. Zang Hua tidak ingin berhujan-hujanan lagi. Dia segera berdiri.
"Menikmati hujan adalah hal yang paling kusuka. Pilek dan panas dingin bukan hal yang kuinginkan."
Zang Hua tertawa melihat Ren Piao Ling yang ikut berdiri, "Jika hari ini kau sudah mendapatkan 50 tail, kau harus mentraktirku minum."
"Bolehkah aku tidak menraktir?" tanya Ren Piao Ling dengan tertawa. "Tidak bisa!"
0-0dw0-0
Sewaktu Zai Si masuk, Huang Fu Qing Tian sudah menunggunya di ruangan tamu. Zai Si duduk di sebuah kursi yang sudah dialasi oleh kulit cheetah. Dia minum anggur dari gelas kristalnya.
Biasanya hanya Huang Fu Oing Tian yang melakukan hal seperti ini ini.
Suatu hari ada seorang perempuan datang. Dia mengira hubungan Zai Si dengannya sudah sangat erat. Baru saja dia duduk, dengan tubuh telanjang dia dilempar ke tumpukkan es yang berada di luar.
Apa yang dimiliki oleh Zai Si. Zai Si tidak mau barangnya digunakan lagi oleh orang lain, kecuali Zang Ku.
Zai Si membuat Huang Fu Qing Tian menunggu lama, setelah selesai memakai baju longgar dan dengan bertelanjang kaki dia keluar dari kamar tidurnya. Kalimat pertama yang dia tanyakan kepada Huang Fu Qing Tian adalah, "Apakah kau datang untuk bertanya kepadaku? Mengapa tiga orang yang kuperkirakan akan datang, satu pun tidak ada yang muncul?"
"Benar."
Zai Si duduk. Duduk di atas kulit cheetah yang lembut itu. Biasanya, jika dia duduk di depan Huang Fu Qing Tian, dan bajunya selalu rapi. Sikapnya pun sangat sopan dan tidak pernah duduk bersama-sama dengan Huang Fu QingTian.
Hal itu dilakukan karena dia ingin orang lain melihat bahwa Huang Fu Oing Tian kedudukannya berada di atasnya.
Tapi sekarang ini, di kamar Zai Si hanya ada mereka berdua; "Semua persoalan sudah kuperhitungkan dengan benar, hanya ada satu hal yang tidak kuperhitungkan," kata Zai Si.
"Oh ya?"
"Perasaan," lanjut Zai Si, "aku tidak memperhitungkan perasaan manusia." "Perasaan?"
"Benar," suara Zai Si sama sekali tidak ada perasaan.
"Sewaktu kau masih muda, kau adalah saudara angkat Zhong Hui Mie. dia tidak akan menyuruh orang untuk membunuhmu. Gerakan hari ini hanya ingin menambah bebanmu saja."
Huang Fu dengan diam melihat Zai Si.
"Siasat yang sebenarnya adalah dia akan berhadapan langsung denganmu," Zai Si menuang segelas arak, "setelah terpisah selama 20 tahun, untuk pertama kalinya, dia tentu ingin menyapamu kembali, dan kaupun harus menyapanya."
"Benar, aku harus menyapanya," Huang Fu Qing Tian dengan pelari menghabiskan arak yang berada di dalam gelas. Kemudian dia berkata lagi, "aku percaya hal seperti itu, kau pasti sudah mempersiapkan semuanya untukku."
"Benar."
"Pasti ada hadiah besar?" "Benar."
Zai Si meneguk araknya. Dia diam kemudian berkata lagi, "Pagi ini aku menyuruh suami istri Xie Qing dan Li Hong bersaudara menyerang Ren Piao Ling," kata Zai Si, "aku mengira mereka sudah mati di bawah pedang Ren Piao Ling."
Huang Fu mengerutkan dahi, "Bukankah yang menguntit Ren Piao Ling adalah kelompok Du Tong? Mengapa tiba-tiba digantikan dengan Xie Qing dan lainnya?"
"Du Tong tidak boleh mati." "Lalu Xie Qing boleh mati?" "Benar."
"Mengapa?"
"Karena aku mewakilimu memberikan sebuah hadiah kecil kepada Zhong Hui Mie," jawab Zai Si dengan santai.
"Sebuah hadiah kecil?" Huang Fu Qing Tian tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Zai Si. "Suami istri Xie Qing dan Li Hong bersaudara adalah anak buah Pang Jie," kata Zai Si sambil
menatap Huang Fu Qing Tian.
"Apa? Anak buah Pang Jie?" Huang Fu Qing Tian pun menatap Zai Si, "maksud Tuan mereka datang dengan menyamar?"
Zai Si mengangguk.
"Aku ingat Xie Cong pernah masuk ke sini apakah dia yang memberi Tuan pinjaman?"
"Benar," jawab Zai Si, "karena akulah yang menjamin mereka, karena itu mereka tidak merasa curiga, mereka akan menghadapi Ren Piao Ling."
Kemudian dia menjelaskan kembali, "Sejak awal aku sudah tahu bahwa mereka adalah anak buah Pang Jie, karena itu aku membiarkan mereka masuk ke rumahmu, Nan Jun Wang Huang Fu."
"Dengan begitu gerak gerik mereka sudah berada dalam kekuasaan Tuan?" Huang Fu Qing Tian meneruskan kata-kata Zai Si. "Benar!"
Huang Fu Qing Tian menuang arak ke dalam cangkirnya lagi.dia berpikir dengan serius, kemudian dia mengangkat kepalanya dan melihat Zai Si, dia bertanya lagi, "Ren Piao Ling tidak mengenal Xie Qing, juga tidak ada dendam di antara mereka, mengapa Ren Piao Ling harus membunuh mereka?"
"Karena Ren Piao Ling tidak mempunyai pilihan lain." "Mengapa?"
"Kali ini kedatangan Ren Piao Ling ke Ji Nan bukan karenamu," Zai Si berkata, "dia datang untuk Pang Jie."
"Karena Pang Jie?"
"Benar! Dia ke Ji Nan untuk membunuh Pang "Apakah dia mempunyai dendam kepada Pang "Tidak."
"Benci?"
”Tidak."
Huang Fu Qing Tian menatap Zai Si, sepatah demi sepatah kata dia berkata lagi, "Ren Piao Ling ingin membunuh Pang Jie karena ada yang menyuruhnya membunuh Pang Jie?"
"Benar," jawab Zai Si, "dia hanya berharga 3.000 tail." "Apakah orang yang memberikan harga ini adalah kau?" "Benar."
Huang Fu Qing Tian terdiam lagi, kali ini dia tidak minum arak, dia tidak melepaskan pandangannya dari Zai Si, dia menatap Zai Si cukup lama, kemudian dengan pelan dia berkata, "Kau tidak pernah bertemu dengan Pang Jie, mengapa kau tahu keberadaannya?"
"Aku tidak tahu," Zai Si tertawa, "tapi aku percaya Ren Piao Ling bisa menekan Pang Jie."
"Ini adalah hadiah besar yang akan kuberikan kepada Zhong Hui Mie dan kau yang mewakiliku untuk memberikan hadiah ini kepadanya?"
"Benar."
-oodwoo-
BAB 4 Tuan Bai yang senang menjamu
Sayurnya hanya sayur biasa, tapi arak sudah habis 12 botol. Dua belas botol arak dari Shao Xing.
Zang Hua menghabiskan tetes terakhir dari botol ke-12, dia menggoyang-goyangkan botol itu kemudian menghela nafas, "Sepertinya hari ini hanya bisa minum sampai di sini." Sepertinya Zang Hua ingin minum lagi.
"Kau masih ingin minum?" tanya Ren Piao Ling sambil tertawa, "kau masih belum merasa puas?"
"Satu orang mendapatkan 6 botol," kata Zang Hua, "itu hanya terasa di celah gigi saja."
"Belum puas minum arak, itu memang hal yang sangat disesali," Ren Piao Ling menghela nafas lagi, "tapi sayang aku hanya memiliki 50 tail, hanya bisa membeli 12 botol arak."
Dia mengambil cawan arak kemudian mendekatkan arak itu ke hidungnya, dia mencium harum sisa arak dan berkata, "Aku nasihati dirimu, sayangilah cawan ini, walaupun belum puas minum tapi paling sedikit kau sudah mencobanya," Ren Piao Ling tertawa, "setelah aku mendapatkan uang lagi aku akan mengundangmu minum sepuasnya."
"Tidak bisa," tiba-tiba Zang Hua berkata seperti itu. "Mengapa tidak bisa?"
"Kau sudah mentraktirku minum dengan menggunakan seluruh uang terakhirmu, aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja," Zang Hua berkata dengan serius, "paling sedikit biarkan aku yang mentraktirmu 50 tail arak lagi."
"Kau akan mentraktirku?" "Benar."
"Apakah kau mempunyai uang sejumlah 50 tail?" "Tidak punya."
"Kalau begitu bagaimana caramu mentraktirku?" Ren Piao Ling tertawa, "apakah pemilik rumah makan ini adalah temanmu?"
"Bukan," Zang Hua ikut tertawa, "dia bukan temanku tapi dia adalah anakku."
0-0dw0-0
Musim dingin telah berlalu, tapi rasa dingin masih terasa.
Hari ini hati Hu Bu Bai merasa sangat senang, karena itu hari ini dia mengenakan mantel baru yang terbuat dari kulit kelinci.
Mantel ini dia dapatkan dari hasil memenangkan taruhan.
Dia mengenakan mantel baru ini dan duduk di kursi kasir, sambil tersenyum dia menatap setiap tamu yang masuk.
Tapi senyum ini hanya bertahan hingga tamu ketujuh.
Karena pada saat tamu ke-8 dan ke-9 memasuki rumah makannya, senyumnya langsung menghilang, dan kepalanya terasa membesar hingga 3 kali lipat.
Tamu kedelapan dan tamu kesembilan itu tak lain adalah Zang Hua dan Ren Piao Ling, dia tidak mengenal Ren Piao Ling, tapi Zang Hua yang membuat kepalanya terasa membesar. Apalagi setelah Zang Hua minum 6 botol arak dari Shao Xing.
Kepala Hu Bu Bai semakin membesar karena Zang Hua sedang tersenyum gembira ke arahnya. "Apa kabar? Apakah keadaanmu baik-baik saja?" dengan gembira Zang Hua menyapa Hu Bu
Bai.
"Keadaanku tidak baik," suara Hu Bu Bai seperti akan segera menangis.
"Kau tahu, bila aku bertemu denganmu, aku merasa sial karena perasaanku menjadi tidak baik."
"Mulai hari ini kau akan baik-baik saja," kata Zang Hua, "karena aku sudah mengambil suatu keputusan."
"Keputusan mengenai apa?"
"Keputusan untuk tidak makan dan minum dengan gratis di rumah makanmu." "Apakah benar?"
"Ya, benar!"
"Apakah karena kau sudah mempunyai banyak uang?" "Orang sepertiku mana bisa mempunyai banyak uang?" Hu Bu Bai melihat Ren Piao Ling yang masih duduk di kursi itu, dan berkata lagi kepada Zang Hua, "Apakah temanmu itu idiot?"
"Apakah dia mirip orang idiot?"
"Tidak," Hu Bu Bai menggelengkan kepalanya, "kau tidak mempunyai banyak uang lalu temanmu bukan idiot, kau masih seperti dulu masih miskin dan kau pasti akan kembali seperti dulu lagi, datang ke sini untuk makan dan minum dengan gratis."
"Tidak," kata Zang Hua, "aku sudah mengatakan mulai hari ini aku tidak akan makan dan minum dengan gratis lagi di sini," tawa Zang Hua kelihatan sangat senang. Dia berkata lagi, "Aku mengambil keputusan mulai hari ini semua makanan dan minuman yang kupesan dicatat sebagai hutang."
"Hutang yang dicatat?" Hu Bu Bai hampir menangis. Siapa pun yang mendengar kata-kata ini pasti akan berekspresi seperti itu.
"Bukankah kali ini pun kau makan dan minum dengan gratis?" "Tidak sama," jawab Zang Hua, "mengapa bisa sama?"
"Siapa yang mengatakan tidak sama?" Hu Bu Bai Intnwa kecut, "kau akan membayar hutangmu dengan apa?"
"Uang," jawab Zang Hua, "pasti akan kubayar dengan uang." "Apakah sekarang kau mempunyai uang?"
"Jangan menghina orang," kata Zang Hua, "aku panti akan menjadi orang makmur. Begitu aku makmur semua hutang-hutangku akan kubayar dan aku akan mentraktirmu makan juga."
"Asal kau tidak makan di sini, aku sudah merasa puas. Aku tidak berani menyuruhmu mentraktirku," kata Hu Bu Bai.
Di meja ada dua macam sayur dan 12 botol arak.
Sayurnya hanya sayur biasa. Araknya tetap arak dari Shao Xing.
Zang Hua menuang secangkir arak untuk Ren Piao Ling, kemudian secangkir teh untuk dirinya sendiri.
"Ini adalah dua macam sayur terbaik di sini," jelas Zang Hua, "aku berharap kau jangan marah."
"Selama 3 bulan ini sayur inilah sayur yang paling ku suka, mengapa harus marah?" tanya Ren Piao Ling aneh.
Zang Hua mengangkat cangkirnya dan berkata, "Mari kita bersulang, nanti kalau di jalan bertemu dengan orang mabuk, dia adalah teman kita."
"Baik, kata-kata yang baik dan bagus. Karena kata-katamu bagus, aku harus mentraktir kalian." Kalimat ini bukan diucapkan Ren Piao Ling, bukan pula Hu Bu Bai.
Yang bicara adalah seorang pemuda berbaju putih. Dia berdiri di depan pintu. Setelah selesai bicara dia langsung duduk di sisi Zang Hua.
"Bos, ambil 18 botol arak lagi, harus arak yang paling bagus," kata pemuda berpakaian putih itu, "dan aku meminta arak Zhu Ye Qing yang sudah tersimpan selama 40 tahun."
Kemudian dia berkata lagi, "Harus ditambah lagi dengan beberapa macam sayur, dan. "
"Dan sayur yang paling enak," sela Zang Hua mewakili pemuda ini bicara. "Benar.”
Pemuda ini tertawa. ”Jika pergi ke tempat pelacuran harus seorang diri, jika ingin minum harus ada teman yang menemani” ujar pemuda itu.
Kemudian dia sudah menuangkan 3 gelas arak dan berkata, "Mari kita bersulang!" Ada 8 macam sayur, 18 botol arak.
Delapan belas botol arak Zhu Ye Qing (Z Y Q adalah arak yang terkenal di China). Meja kecil diganti menjadi meja besar.
Hu Bu Bai tertawa dengan senang. Dengan cepat sayur sudah diantar ke meja mereka. Di dunia ini yang kaya pasti disambut dengan baik.
"Aku bermarga Bai, Bai Tian Yu," Pemuda itu tertawa melihat Zang Hua, "lalu siapa namamu?" "Zang Hua," Dia pun tertawa melihat Bai Tian Yu, "Zang Hua artinya menyimpan bunga." "Zang Hua?" tanya Bai Tian Yu, "nama yang bagus."
Dia berbalik melihat Ren Piao Ling. Dia tampak berpikir sebentar lalu berkata, "Di dunia ini hanya ada orang Piao Ling, tapi tidak ada pedang yang bernama Piao Ling." (Piao Ling=tidak memiliki akar).
"Mengapa?" tanya Zang Hua aneh. "Karena pedang mempunyai akar."
"Apakah pedang ada akarnya?" tanya Zang Hua, "akarnya ada di mana?"
"Di nadi musuh," jawab Bai Tian Yu sambil minum arak lagi, "walaupun pedang ada di mana- mana tapi suatu hari dia pasti akan mencari akarnya."
"Berarti, walau pedang itu dibawa ke mana pun lapi suatu hari dia pasti akan kembali menusuk nadi musuhnya," ucap Zang Hua.
"Benar."
Ren Piao Ling terus mendengarkan percakapan mereka. Semenjak Bai Tian Yu masuk, tiba-tiba dia menjadi bisu.
Bai Tian Yu tidak ingin dia diam terus, dia berkata, "Tuan Ren Piao Ling, apakah kau setuju dengan kata-kataku?"
Ren Piao Ling tidak menjawab tapi dia malah balik bertanya, "Siapa kau?" "Siapa aku?" Bai Tian Yu tertawa dan menjawab, "namaku Bai Tian Yu."
"Aku tidak menanyakan namamu," kedua mata Ren Piao Ling terus menatapnya, "aku ingin tahu dirimu yang sebenarnya dan mengapa kau datang kemari?"
Tawa Bai Tian Yu langsung menghilang. Ekspresi wajahnya semakin serius. Kedua matanya balas menatap Ren Piao Ling.
"Aku datang untuk Lei Hen," jawab Bai Tian Yu. "Lei Hen?"
Mata Ren Piao Ling bersorot seterang pisau. "Mengapa kau tahu Lei Hen?" tanya Ren Piao Ling dengan suara sedingin pisau.
"Aku tahu," kata Bai Tian Yu dengan dingin, "aku pasti tahu itu."
Mata Ren Piao Ling terus melihat Bai Tian Yu, melihat dari mata kemudian turun hidung lalu ke mulut. Tiba-tiba dia baru melihat Bai Tian Yu dengan teliti.
Sorot mata, cara bersikap, cara berdiri, kecepatan nafas, bahan baju, setiap sudut yang ada di Bai Tian Yu, semua diteliti oleh Ren Piao Ling. Sepertinya dia lebih teliti melihat dari Zai Si. Sepasang mata abu Ren Piao Ling seperti mesin peneropong yang terus meneropong Bai Tian Yu. "Apakah kau datang dari gunung?"
"Benar."
"Apakah gunung itu sangat tinggi?" "Benar."
"Apakah di dekat tempat tinggalmu ada sungai yang airnya sangat jernih dan bersih lalu ada sebuah pohon cemara tua?"
"Benar."
Bai Tian Yu mulai merasa aneh.
"Apakah di gunung itu tinggal seorang kakek yang senang minum teh?" Ren Piao Ling bertanya lagi, "Apakah kesenangannya duduk di bawah pohon cemara itu? Memasak teh dengan air sungai yang berada di gunung itu?"
"Benar," jawab Bai Tian Yu, "cerita itu menggambarkan Lei Hen, dialah yang memberitahuku." "Apakah dia pernah cerita tentangku?"
"Tidak."
Ren Piao Ling melihat Bai Tian Yu. Mata abunya bercahaya seterang pisau.
"Dia tidak pernah bercerita tentangku?" tanya Ren Piao Ling, "sedikit pun dia tidak mengatakan tentang diriku?"
"Tidak," jawab Bai Tian Yu, "dia hanya memberitahuku bahwa senjata yang paling berbahaya di dunia ini adalah Lei Hen."
"Apakah kau pernah menceritakan hal ini kepada orang lain?" "Tidak."
"Apakah ada yang tahu identitasmu?" "Tidak."
Bai Tian Yu berkata lagi, "Zai Si pernah memeriksa pakaianku, dari bahan pakaianku dia bisa menebak asalku, tapi sayang dia tidak bisa mendapatkan apa pun dariku. Ulat sutra dipelihara olehnya sendiri, dia sendiri yang menenun benang sutra itu menjadi kain. Baju ini merupakan baju buatannya sendiri. Gunung itu tidak bernama, kecuali mereka tidak pernah ada orang yang pernah ke sana," Bai Tian Yu tersenyum dan berkata, "sepintar apa Zai Si, dia tidak akan bisa mengetahui identitasku."
"Pedangmu di mana? Apakah ada orang yang pernah melihat pedangmu?" tanya Ren Piao Ling. Pedang Bai Tian Yu pasti berada di tangannya.
"Beberapa orang pernah melihatnya." "Siapakah mereka?"
"Beberapa orang mati," jawab Bai Tian Yu, "orang yung pernah melihat pedangku pasti akan mati oleh pedang ini."
"Apakah pedangmu ada keistimewaannya?" "Ada."
"Di pegangan pedangku terukir 7 huruf." "Apakah itu?"
"Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu." (Mendengar rintik hujan ditengah malam disebuah loteng kecil). "Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu."
Ekspresi mata yang keluar dari mata Ren Piao Ling siapa pun tidak dapat menjelaskannya, terlihat seperti sedih sekaligus sangat senang.
"Chun Yu, Chun Yu, ternyata di dunia ini benar-benar ada pedang seperti ini," Ren Piao Ling berkata pada dirinya sendiri, "mengapa di dunia ini harus ada pedang semacam itu?"
"Ada Lei Hen, pasti ada Chun Yu."
"Aku tahu pedang yang dipakai Bai Tian Yu adalah Chun Yu tapi apakah Lei Hen itu?" tanya Zang Hua, "mengapa Lei Hen adalah senjata yang paling menakutkan? Seperti senjata apakah itu?"
Bai Tian Yu tidak menjawab. Dia melihat Ren Piao Ling.
Zang Hua pu ikut melihat Ren Piao Ling. Dia menunggu jawaban dari Ren Piao Ling.
Dengan pelan Ren Piao Ling menuangkan arak dan meminumnya dengan perlahan. Matanya menatap gunung tinggi yang berada di tempat jauh. Setelah lama dia baru berkata, "Lei Hen adalah sebuah pedang."
"Pedang?" tanya Zang Hua, "mengapa pedang itu disebut Lei Hen ( Pedang tetesan air mata )?" "Karena di punggung pedang ini terdapat bekas air yang bentuknya aneh," jawab Ren Piao
Ling, "bekas itu seperti bekas air mata."
"Lei Hen," ulang Zang Hua, "pedang yang membunuh orang mengapa disebut Lei Hen?" "Sewaktu pedang itu baru keluar dari tungku api, jika ada air mata yang menetesi pedang itu,
maka akan meninggalkan Lei Hen selama-lamanya dan tidak bisa dihilangkan." "Lei Hen siapakah itu?"
"Itu adalah Lei Hen milik Xiao Da Shi," jawab Ren Piao Ling. "di dunia ini hanya ada satu Xiao Da Shi."
"Pada saat pedang baru selesai dibuat, itu sudah membuat para durjana dan dewa takut kepada pedang itu. Aku baru mengerti hal itu," kata Zang Hua, "tapi aku tidak mengerti mengapa demi pedang itu Xiao Da Shi meneteskan air matanya?"
"Karena dia sangat ahli membuat pedang dan juga ahli melihat bagaimana nasib pedang itu nantinya," suara Ren Piao Ling dipenuhi dengan kesedihan, "begitu pedang baru saja dikeluarkan dari tungku, Xiao Da Shi bisa melihat bahwa pedang itu akan membawa kesialan yang tidak dapat terlukiskan."
"Pembawa sial seperti apa?"
"Bukankah tadi kau sudah mengatakannya, pada saat pedang itu diciptakan, para durjana dan dewa pun takut kepada pedang itu. Pedang itu baru keluar dari tungku tapi sudah mengandung mantera dan dosa dari bumi dan langit," Ren Piao Ling menarik nafas dan berkata lagi, "jika pedang itu dikeluarkan pasti pedang itu akan melukai orang dan akan menjadikan orang terdekat dengan Xiao Da Shi menjadi tumbal."
"Orang yang terdekat dengan Xiao Da Shi adalah putranya bukan?"
"Benar," kata Ren Piao Ling dengan sedih, "sewaktu pedang itu keluar dari tungku, Xiao Da Shi sudah tahu bahwa putra tunggalnya akan mati karena pedang ini."
"Mengapa dia tidak memusnahkan saja pedang ini?" "Dia tidak berani dan tidak tega."
"Karena di dalam pedang itu terkumpul pikiran dan darahnya, dia pasti tidak akan tega untuk memusnahkannya." Zang Hua seperti sangat mengerti hal ini, "tapi yang tidak kumengerti, mengapa dia tidak berani memusnahkannya." "Keinginan Tuhan tidak sama dengan keinginan manusia. Kekuatan Tuhan tidak bisa kita tebak dan Tuhan sudah mengatur semuanya, tenaga manusia tidak akan bisa menolak keinginanNya," mata Ren Piao Ling bersorot penuh dengan kesedihan, "jika Xiao Da Shi memusnahkan pedang itu mungkin musibah tidak akan menimpa putra tunggalnya."
"Akhirnya dengan cara bagaimana Xiao Da Shi mengurus pedang itu?" tanya Zang Hua, "mengapa Lei Hen bisa sampai ke tanganmu?"
"Aku pernah mendengar di dunia persilatan ada seorang kakek pengasah golok, dia bisa melihat baik atau sialnya sebuah pedang. Melihat dengan sangat tepat seperti dewa," kata Zang Hua, "murid Tetua Xino pasti adalah dia."
Ren Piao Ling mengangguk dan berkata, "Murid kedua Xiao Da Shi adalah Shao Kong Zi. Dia mendapatkan ilmu membuat pedang kemudian dia pun menjadi pesilat pedang yang terkenal."
"Shao Kong Zi?" Zang Hua bertanya, "apakah dia adalah Li Bie Gou (Kait Perpisahan), Shao Da Shi?"
"Benar," jawab Ren Piao Ling, "karena mereka adalah orang berbakat. Tapi Xiao Da Shi menurunkan ilmu pedang kepada murid ketiganya dan Lei Hen itu pun diberikan kepada muridnya itu."
"Mengapa diturunkan kepadanya?"
"Karena orang itu mempunyai kebesaran yang sangat besar dan juga berhati baik. Sejak lahir dia tidak pernah menginginkan apa pun, tidak menginginkan nama tenar atau keuntungan. Dan tidak pernah membunuh benda bernyawa. Dia telah mendapatkan semua ilmu pedang dari Xiao Da Shi, secara otomatis tidak ada orang yang bisa merebut Lei Hen dari tangannya," Kata Zang Hua, "angkatan tua yang memiliki hati begitu baik dan jujur, pasti tidak akan melukai putra tunggal gurunya."
"Benar."
"Karena itu putra tunggal Xiao Da Shi masih hidup sampai sekarang?" "Benar."
"Mengapa Lei Hen bisa jatuh ke tanganmu?" Zang Hua bertanya lagi mengenai soal ini.
Sorot mata Ren Piao Ling melayang lagi ke tempat jauh, "Karena...karena aku adalah muridnya murid ketiga dari Xiao Da Shi."
"Dia mengatakan cerita tentang pedang itu kepadamu dan juga memberikan pedang itu kepadamu."
"Benar," jawab Ren Piao Ling, "Pada saat dia berumur 30 tahun dia sudah menyepi ke gunung.
Dia bersumpah tidak akan meninggalkan gunung itu selama dia masih hidup." "Gunung yang mana itu?"
"Aku tidak tahu," jawab Ren Piao Ling, "tidak ada seorang pun yang tahu."
"Lei Hen adalah nama sebuah pedang, mengapa disebut sebagai senjata yang paling menakutkan?" Zang Hua bertanya, "menakutkannya di bagian mana?"
"Apakah kau ingin tahu?" tanya Ren Piao Ling. "Ingin, ingin sekali," jawab Zang Hua.
Ren Piao Ling tiba-tiba menolehkan kepalanya dan bertanya kepada Bai Tian Yu. Menanyakan pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan Zang Hua.
"Apakah kau tahu dulu Biksu Shan Gu, mempunyai ilmu pedang 7 x 7 = 49 jurus Hui Feng Wu Liu Jian yang sangat terkenal, kau tahu pedang yang dipakainya bernama apa?"
"Pedang itu bernama Lu Liu." "Waktu itu berat kapak Pendekar Lu Wu Ling Qiao berapa kilogram?"
"Berat kapaknya hanya sekitar 73 kilogram," Bai Tian Yu dengan lancar menjawab, "dia menggunakan 11 jurus tapi setiap jurusnya adalah jurus pembunuh. Yang sangat hebat Katanya dulu di dunia persilatan tidak ada orang yang bisa melewati 7 jurusnya."
"Rantai besi arit terbang membunuh orang seperti memotong rumput. Siapakah yang memakai arit besi itu?" Ren Piao Ling bertanya lagi.
"Pendekar Zhan Nan," jawab Bai "Tian Yu, "katanya senjata itu berasal dari Jepang. Jurusnya sangat misterius. Di Cina senjata seperti ini belum pernah ada yang melihatnya."
"Pan Guan Bi (pena jaksa), Qi Xing Zhen (jarum tujuh bintang), E Mei Chi (tusukan E Mei), pisau melengkung dari Turki, semua senjata ini pasti memiliki jurus yang istimewa."
"Yang kutanyakan adalah mengapa Lei Hen bisa menjadi milikmu?" tanya Zang Hua, "aku tidak menanyakan senjata lain."
”Tapi Lei Hen milikku ini adalah senjata yang bisa menggantikan senjata-senjata tersebut," kata Ren Piao Ling dengan santai.
"Aku tidak mengerti," kata Zang Hua, "mengapa sebuah pedang bisa menggantikan 12 buah senjata yang terbaik?"
"Kau pasti tidak akan bisa melihatnya," kata Ren Piao Ling, "tapi kau harus tahu bahwa semua senjata terbuat dari bijih besi, kemudian bijih besi-besi ini dilebur menjadi sebuah senjata."
Dia menjelaskan lagi, "Seperti sebuah golok, ada mata golok, ada pegangan golok, ada ring golok, ada sarung golok, semua terbuat dari beberapa macam benda dan jadilah sebilah golok."
Zang Hua sudah mulai mengerti, "Maksudmu dengan pedangmu itu bisa menjadi semacam senjata?"
"Bukan semacam, tapi 12 macam."
"Dua belas macam senjata yang berbentuk tidak sama."
Zang Hua terpaku, dia tidak percaya di dunia ini apakah benar ada pedang semacam itu? "Dengan keunggulan bisa menjadi 12 macam senjata yang berbeda-beda, senjata itu bukan
senjata biasa."
Dia bertanya kepada Zang Hua, "Apakah kau sudah mengerti sekarang?" Zang Hua terpana.
Kalau tidak melihat sendiri, apakah ada yang percaya bahwa di dunia ini ada pedang yang begitu rumit?
Tapi Zang Hua harus mempercayainya.
Dia menarik nafas dan berkata, "Xiao Da Shi benar-benar sangat berbakat. Dia bisa membuat pedang begitu bagus."
"Benar."
Wajah Ren Piao Ling tiba-tiba berekpresi sangat aneh, seperti seorang jemaah yang sangat taat, tiba-tiba mengatakan, "Tuhan yang harus dikagumi."
"Tidak ada orang yang bisa menyaingi Xiao Da Shi," kata Ren Piao Ling, "teknik pedang, kepintarannya, pikirannya, dan caranya membuat pedang, tidak ada yang bisa menyaingi dia."
"Lei Hen adalah senjata paling bagus, untuk memakainya pun tidak mudah. Jika bukan orang yang sangat khusus, pedang itu tidak akan mengeluarkan tenaga dasyat," kata Bai Tian Yu dengan tiba-tiba.
Dia bukan memuji Ren Piao Ling, dia hanya mengatakan hal sebenarnya. "Orang ini harus bisa menguasai 12 macam jurus senjata dan dia harus mengerti 12 macam senjata ini lalu dia pun harus mempunyai tangan yang lincah dan trampil, dalam waktu singkat harus bisa menguasainya."
"Kecuali semua itu, dia pun harus mempunyai pengalaman banyak dan reflek yang sangat cepat, juga harus mempunyai pengambilan keputusan yang cepat dan tepat," kata Ren Piao Ling.
"Mengapa?" tanya Zang Hua.
"Karena lawan yang dihadapi berbeda-beda, senjata dan jurus-jurus yang dikeluarkan pun tidak sama, karena itu dia harus bisa mengambil kesimpulan dengan senjata apa dan jurus apa yang digunakan dalam mengalahkan lawan, semua itu harus diputuskan dalam waktu singkat."
Kemudian Ren Piao Ling berkata lagi, "Sebelum lawan mengeluarkan jurus, kau sudah harus memperhitungkan semuanya. Dengan lempeng-lempeng besi yang dibuat menjadi Lei Hen, kau bisa membuat senjata seperti apa saja? Dan sebelum musuh menyerang, kau sudah harus memasang senjatanya, jika terlambat maka kau akan mati di tangan musuh."
Zang Hua tertawa kecut.
"Kelihatannya ini bukan hal yang mudah," kata Zang Hua, "orang seperti itu bisa dihitung dengan jari."
Ren Piao Ling terdiam melihat Bai Tian Yu. Setelah lama dia dengan dingin berkata, "Tanganmu sangat trampil."
"Sepertinya begitu."
"Ilmu silatmu pun sudah memiliki dasar dan kau sudah pernah berlatih ilmu yoga yang datang dari suatu daerah."
"Sepertinya begitu."
"Orang tua yang menurunkan Chun Yu dan Lei Hen ada hubungan," kata Ren Piao Ling, "karena itu sampai sekarang kau belum mati."
"Apakah kau ingin membunuhku?" tanya Bai Tian Yu, "mengapa kau tidak membunuhku saja?" "Karena aku ingin kau tinggal di sisiku," kata Ren Piao Ling, "Aku mau kau mewarisi ilmu silatku
dan memberikan Lei Hen kepadamu."
0-0dw0-0
Ren Piao Ling mengatakan keuntungan yang dalam mimpi siapa pun tidak akan pernah terlintas.
Lei Hen yang sangat misterius dan senjata yang paling menakutkan.
Seorang pemuda yang tidak mempunyai nama tiba-tiba akan mempunyai kesempatan untuk menjadi terkenal. Nasibnya akan berubah dalam waktu yang singkat ini.
Apa pikiran dan perasaan pemuda itu?
Sedikit pun Bai Tian Yu tidak merasa senang. Dia seperti sedang mendengar orang lain mengatakan hal yang tidak ada hubungan dengan dirinya.
"Satu-satunya syarat yang kuajukan adalah sebelum kau menguasai ilmu silatku, kau tidak boleh pergi jauh dariku."
Syarat ini sangat pantas, sama sekali tidak berlebihan.
Bai Tian Yu tetap terdiam dan tidak berekspresi apa pun. Dengan santai dia berkata, "Tapi sayang kau lupa menanyakan sesuatu kepadaku."
Kata Bai Tian Yu lagi, "Kau lupa menanyakan kepadaku, apakah aku mau tinggal di sisimu?" Sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu ditanyakan lagi, hanya orang gila dan orang idiot lah yang akan menolak kesempatan ini. Bai Tian Yu bukan orang gila juga bukan orang idiot. Tapi Ren Piao Ling tetap bertanya kepada dia, "Apakah kau mau melakukannya?"
"Aku tidak mau," Bai Tian Yu tidak berpikir lagi. Dia sudah menjawab, "Aku tidak menginginkannya."
Bola mata Ren Piao Ling tiba-tiba berubah, bola mata berwarna abu berubah menjadi sebilah pedang tajam. Sebatang jarum dengan ujungnya yang tajam, tusukan seperti lebah terus menusuk ke mata Bai Tian Yu.
Mereka saling memandang dengan lama. Ren Piao Ling dengan pelan bertanya, "Mengapa kau tidak mau?"
"Karena aku datang ke sini untuk mencarimu dan bertanding pedang," jawab Bai Tian Yu. "Bertanding pedang?"
"Benar," kata Bai Tian Yu, "aku ingin mencoba Lei Hen milikmu apakah lebih bagus atau Chun Yu yang lebih hebat?"
Ren Piao Ling melihat Bai Tian Yu. Matanya kembali lagi berwarna gelap dan tidak bersemangat. Dia berkata, "Jika kalah berarti kau akan mati."
"Aku tahu itu," jawab Bai Tian Yu, "aku sudah siap mengorbankan nyawaku untuk pedang, mati pun aku tidak merasa menyesal."
"Baiklah," Ren Piao Ling berdiri, "tiga hari lagi jam satu siang di Ying Hua Lin (hutan bunga sakura) kita bertarung. "
Kemudian dia membalikkan badan dan berlalu dari sana. Dia tidak melihat Zang Hua, seperti tidak pernah kenal dengannya.
"Apakah dia adalah manusia?" tanya Zang Hua, "tadi masih tertawa dan mengobrol sambil minum arak, mengapa tiba-tiba seperti orang yang tidak saling kenal?"
Bai Tian Yu melihat keluar pintu dan berkata, "Aku tahu bagaimana perasaannya."
0-0dw0-0
BAB 5 Lei Hen, Chun Yu
Zang Hua kembali ke Zui Liu Ge. Hari sudah sore.
Sore adalah saat di mana hati setiap orang merasa senang.
Setelah sibuk seharian, jika sudah sore, mereka yang ingin beristirahat bisa beristirahat, yang ingin pulang, mereka cepat-cepat pulang.
Beberapa orang berkumpul untuk menikmati matahari terbenam atau minum secangkir teh harum. Mereka saling bertukar cerita tentang apa yang sudah mereka lakukan selama sehari ini.
Para istri pun sibuk di dapur menyiapkan makanan yang lezat. Memasak untuk makam malam yang disukai oleh suami mereka, kadang-kadang menyiapkan sebotol arak tua untuk suami mereka.
Anak-anak sudah mandi dan berganti dengan pakaian bersih. Mereka duduk di depan meja makan untuk menikmati makanan lezat.
Sejak jaman dulu, sore adalah waktu untuk bersantai. Gadis-gadis di Zui Liu Ge, sudah berdandan dengan cantik dan mengganti baju mereka dengan baju yang indah. Wajah mereka selalu penuh dengan senyum dan tawa yang harus selalu mereka pasang. Mereka sudah bersiap menyambut malam yang akan segera tiba.
Pemilik Zui Liu Ge adalah Hua Man Xue. Hari ini dengan penampilan tidak biasa dia muncul di depan pintu. Wajahnya penuh dengan kemarahan.
Gadis-gadis Zui Liu Ge melihat nyonya mereka berdiri di ambang pintu, dengan wajah penuh kemarahan, mereka sudah tahu seseorang akan kena sial malam ini. Orang yang kena kesialan ini pasti Zang Hua.
Musim semi. Angin musim semi berhembus.
Angin musim semi lewat terdengar seperti suara angin yang dihasilkan oleh sabetan golok. Dari jauh Zang Hua sudah melihat wajah Hua Man Xue yang dipenuhi dengan amarah.
Dia ingin kabur tapi sudah tidak sempat. Begitu Zang Hua bersiap akan membalikkan badan, dia mendengar suara istimewa itu. Suaranya sangat rendah tapi lembut.
"Zang Hua."
Orang yang memanggilnya bukan Hua Man Xue yang berdiri di depan pintu, tapi itu adalah suara Hua Yu Ren yang baru pulang.
Cantik dan selalu membuat orang sayang kepadanya. Dia adalah Hua Yu Ren.
Begitu Zang Hua membalikkan kepalanya, dia melihat rambut panjang Hua Yu Ren tertiup angin dengan sepasang mata yang dalam seperti danau di sebuah gunung.
"Zang Hua, apakah kau baru pulang?"
Suaranya lembut seperti orangnya, membuat orang mendengar merasa mabuk kepayang.
"Hari sudah malam, jika sekarang tidak pulang, aku harus bermalam di hutan," jawab Zang Hua dengan suara yang terdengar tidak bersemangat.
Hua Yu Ren melihat ke arah pintu dan berkata, "Apakah kau melihat di ambang pintu itu ada seseorang yang sedang berdiri?"
"Aku melihatnya," Kata Zang Hua, "orang yang seperti dia, aku pasti bisa melihatnya."
Ini adalah perkataan yang sangat jujur. Perempuan seperti Hua Man Xue sudah berusia 40 tuhun tapi tubuhnya masih langsing, kulitnya pun masih mulus, sangat jarang ditemukan perempuan seperti itu. Wajah cantik, benar-benar sangat jarang dimiliki oleh perempuah lain.
Ditambah lagi dengan sikapnya, jangankan laki-laki, perempuan pun jika melihatnya akan merasa iri. Zang Hua melihat ke arah pintu sebentar.
"Melihat dengan cara apa pun akan sama saja," Zang Hua tertawa dengan kecut, "sekarang bisa menghindar pun nanti akan terkena amarahnya juga."
"Coba kau taat kepada kemauannya, bukankah semua masalah akan beres?" "Sama saja," jawab Zang Hua, "sejak kecil dia tidak suka kepadaku." '
Zang Hua melihat Hua Yu Ren, kemudian dia berkata lagi, "Sama-sama anak angkat, mengapa perlakuan yang kita dapatkan begitu jauh berbeda?"
Hua Yu Ren tidak bisa menjawab pertanyaan ini karena dia tidak tahu mesti menjawab apa.
Hua Man Xue berbuat begitu kepadanya, tidak ada orang yang bisa mengubahnya.
Karena itu untuk mengganti ketidak adilannya bila Hua Yu Ren memiliki makanan enak, dia akan menyisihkan sebagian untuk Zang Hua.
Jika ada seseorang yang membawa bedak dari kota besar, Hua Yu Ren pasti akan menyisihkan sedikit untuk Zang Hua dan meletakkan bedak itu di kamar Zang Hua. Zang Hua tahu betapa baiknya Hua Yu Ren, tapi dia belum pernah mengucapkan terima kasih kepada Hua Yu Ren.
Karena dia sangat sulit melakukan hal-hal seperti itu. Zang Hua merasa berterima kasih cukup di dalam hatinya saja, tidak perlu diketahui oleh orang lain.
"Yu Ren, hari ini di rumah Nan Jun Wang telah terjadi sesuatu. Penobatanmu menjadi ratu akan diundur dan besok baru bisa dilaksanakan."
Hua Man Xue sedang bicara kepada Hua Yu Ren, sikapnya ramah dan baik, suaranya penuh dengan kasih sayang.
"Beristirahatlah dulu, besok kita akan lebih sibuk lagi." "Baiklah."
Sesudah Hua Yu Ren melewati Hua Man Xue yang berdiri di ambang pintu, dia sempat membalikkan kepalanya untuk melihat Zang Hua. Setelah itu dia langsung masuk karena dia pun tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan Zang Hua dari tangan Hua Man Xue.
Musim semi seperti mengikuti langkah Hua Yu Ren pergi. Yang tertinggal bagi Zang Hua adalah musim dingin yang dingin sekaligus sedih.
"Apakah kau tahu, ini hari apa?"
Wajah Hua Man Xue seperti hujan salju di musim dingin. Dingin dan juga pedih.
Zang Hua tahu bila dia menjawab atau tidak akan sama hasilnya, akibatnya sama seperti angin topan yang akan segera tiba.
"Penobatan ini dilakukan 5 tahun sekali. Dengan bersusah payah akhirnya Yu Ren bisa menjadi ratu bunga. Hari ini adalah hari penobatannya, apakah kau sudah lupa Yu Ren membutuhkan seorang pelayan? Apakah kau lupa apa saja yang harus kau lakukan?"
Suara Hua Man Xue seperti angin ribut dan hujan yang masuk ke telinga Zang Hua.
"Kalian sama-sama perempuan, tapi kau lihat Yu Ren, dia cantik, sopan dan penurut, bagaimana dengan dirimu?" tanya Hua Man Xue, "wajahmu biasa-biasa saja, kau seperti anak nakal. Setiap hari kerjaanmu hanya bergaul dengan orang tidak benar."
"Kalau begitu, aku pun orang tidak benar?"
Bai Tian Yu tiba-tiba muncul di belakang Zang Hua.
"Oh! Tuan Muda Bai," sahut Hua Man Xue, "mana mungkin Tuan Muda adalah orang yang tidak benar?"
"Bukankah tadi kau mengatakan orang yang bersama-sama dengan Zang Hua adalah orang yang tidak benar?"
Bai Tian Yu tertawa, "Hari ini sejak pagi Nona Zang Hua selalu bersamaku."
Dia tertawa dan berkata lagi, "Aku tidak begitu hafal dengan jalan-jalan kota Ji Nan, karena itu aku mrminta bantuan kepada Nona Zang Hua untuk membawaku jalan mengelilingi kota Ji Nan. Tidak disangka aku malah dituduh menjadi orang tidak benar!"
”Ternyata Tuan Bai sejak pagi sudah jalan-jalan, aku kira Tuan Bai tidak puas dengan pelayanan penginapan kami?"
"Tidak seperti itu," jawab Bai Tian Yu.
"Jika Tuan Muda Bai ingin berjalan-jalan lagi tolong katakan kepadaku, biar aku yang menyiapkan seorang nona cantik untuk membawa Tuan berjalan-jalan."'
"Itu sudah pasti," kata Bai Tian Yu, "hari ini Nona Zang Hua merasa lelah karena sudah menemaniku jalan-jalan, aku ingin menakarnya, apakah Nyonya akan menganggapku sebagai orang tidak benar?” "Tuan Muda, jangan bercanda!"
o-odwo-o
Mereka makan di tempat Bai Tian Yu biasa menjamu orang yaitu di ruangan yang dihiasi dengan bunga putih kecil. Karena sekarang adalah saatnya musim bunga itu sehingga membuat ruangannya dipenuhi dengan harum bunga.
Zang Hua duduk di depan Bai Tian Yu. Yang juga duduk di antara bunga. Teh yang disajikan adalah teh terbaik, araknya adalah arak buatan Cui Lou Ge dengan menggunakan resep khusus. Dengan resep rahasianya, cukup arak didekatkan ke hidung maka sudah tercium wanginya.
Malam baru saja tiba.
Angin malam mengetuk pintu dan jendela. Pohon Yang Liu di luar sedang menari dengan lembut.
Zang Hua hanya minum setengah cangkir arak. Dia tidak berani minum arak itu sekaligus.
Dia paling tahu bagaimana kerasnya arak Zui Lou Ge karena yang membuat arak itu adalah dia sendiri.
Sejak proses menanam bunga, merawat, memetik bunga hingga mengukusnya kemudian diambil sarinya. Kemudian ditanam kembali ke dalam tanah. Semua itu dia sendiri yang melakukannya.
Orang biasa hanya bisa minum 1 gelas, dia bisa mabuk hingga 2 hari. Zang Hua tidak berani minum arak seperti itu dalam sekali teguk hingga habis.
Dia meletakkan gelasnya. Dengan sorot mata aneh dia melihat Bai Tian Yu dan dia menatap cukup lama.
Awalnya Bai Tian Yu tetap melanjutkan minum arak dengan sikap acuh tapi lama kelamaan dia merasa jengah juga—laki-laki mana pun tidak akan tahan dengan sorot mata Zang Hua seperti itu.
"Kau sedang melihat apa?" Bai Tian Yu tertawa dengan terpaksa. "Aku sedang melihatmu."
"Melihatku?" dia bertanya, "apakah aku terlihat seperti orang penyakitan?"
"Aku tidak tahu," jawab Zang Hua, "karena tidak tahu, karena itu aku terus melihatmu. Melihat apakah sebenarnya kau penyakitan?"
"Kau adalah dewa penolongku," lanjut Zang Hua sambil tertawa.
"Bila aku adalah dewa penolongmu, mengapa kau melihatku seperti itu?"
"Anak 3 tahun pun akan tahu bahwa kau sedang berbohong," kata Zang Hua, "mengapa kau harus membantuku tadi?"
Bai Tian Yu tertawa. Dia seperti pohon Yang Liu yang berada di luar. "Menurutmu mengapa aku melakukan ini?"
"Aku bukan tipe orang yang suka berkhayal, aku tidak akan berpikir kalau kau sudah cinta kepadaku," jawab Zang Hua, "kau melakukan semua ini karena apa?"
"Tidak untuk apa pun, hanya saja aku tidak suka "melihat Hua Man Xue bersikap seperti itu," jawab Dai Tian Yu, "apalagi kemarin siang kau memang bersamaku."
"Hanya itu saja?"
"Benar," Bai Tian Yu tertawa, "apakah kau berharap aku mempunyai alasan lain?" "Bagaimana menurutmu?"
Zang Hua tertawa. Tawanya terlihat gembira. Suara tawanya seperti burung yang terbang di musim panas. Sebotol arak sari bunga sudah masuk ke dalam perut mereka.
Di atas meja tersisa sebuah botol arak lagi. Sayur yang berada di atas meja tidak ada yang memakannya lagi.
Zang Hua mengangkat cangkirnya. Kali ini satu teguk dalam satu gelas, wajahnya mulai memerah.
Memerah seperti wajah anak kecil yang baru berhenti menangis.
Dia tidak menangis, dia terus tertawa dan sekarang pun masih tertawa. Dengan tertawa dia berkata kepada Bai Tian Yu, "Pertama kali ketika kau datang ke Zui Liu Ge, aku melihatmu biasa- biasa saja," kata Zang Hua, "kau seperti orang kampung yang tiba-tiba menjadi orang kaya."
"Oh ya?"
"Sekarang aku tahu, kau melakukan semua ini karena mempunyai suatu tujuan." Zang Hua meneguk araknya dan berkata lagi, "walaupun aku tidak tahu apa tujuanmu tapi aku percaya uang yang kau gunakan setiap sen pasti akan ada gunanya."
"Mengapa kau mempunyai pikiran seperti itu?" Tadi siang, aku melihat bagaimana sikapmu."
"Sikapku tadi siang?" tanya Bai Tian Yu, "tadi siang aku seperti apa?"
"Sewaktu kau sedang mengobrol dengan Ren Piao Ling tentang pedang, kau seperti seorang pesilat yang membawa pedang tapi tidak menonjolkan diri kemudian berkelana di dunia persilatan."
"Oh ya?" tanggap Bai Tian Yu, "jika hari biasa aku seperti orang kaya yang tiba-tiba kaya, begitu?"
"Kedua tipe ini sama sekali berbeda, bagaimana wajahmu yang sebenarnya?" "Sedangkan kau, kau seperti apa?"
Bai Tian Yu tidak menjawab pertanyaan Zang Hua dan dia malah balik bertanya, "Apakah kau semacam orang yang selalu ingin bertanya kepada setiap orang? Atau perempuan yang sudah melewati banyak kesulitan dan rintangan?"
"Aku adalah gadis penanam bunga. Jika ada orang yang ingin merawat bunga, dia harus turun memasuki dunia tanam menanam, seperti orang yang belajar pedang," jawab Zang Hua, "bila seseorang ingin belajar pedang, maka dia harus siap berkorban mati di bawah pedang, dan bila dia memang harus mati diapun tidak akan merasa menyesal."
Zang Hua melihat Bai Tian Yu kemudian berkata lagi, "Apakah kau adalah pendekar yang selalu berkelana di dunia persilatan? Kau membunuh orang karena apa? Apakah karena uang? Ataukah hanya untuk kesenangan?"
Zang Hua tidak menunggu Bai Tian Yu menjawab. Dia berkata lagi, "Sewaktu seseorang tahu bahwa dia bisa menentukan orang ini terus hidup atau mati, apakah dia akan merasa senang?"
Bai Tian Yu tiba-tiba berdiri. Dia berjalan menuju jendela, melihat tempat jauh. Kemudian dia berkata, “Bagiku hal seperti ini bukan hal yang kusuka." Suaranya seperti datang dari tempat jauh, "Tapi sayang, aku pun sama seperti orang-orang di dunia, sering melakukan hal yang tidak disukai."
"Kau menghabiskan banyak uang, lalu kau mengajak Ren Piao Ling bertarung, semua tentu bukan kehendakmu?"
"Benar."
Zang Hua ikut berdiri. Dia pun berjalan ke depan Imdela lalu melihat ke tempat jauh. Kemudian dia tanya, “Mengapa kau harus melakukan hal yang tidak kau sukai?" "Karena aku memang harus melakukan." Bai Tian Yu berbalik untuk melihatnya, "Karena aku harus melakukan semua ini."
"Mengapa?"
"Karena aku harus membuat Bai Tian Yu terkenal di dunia persilatan." Dengan serius dia berkata lagi, "Aku tidak mau marga Bai tenggelam di dunia persilatan."
Bai Tian Yu kembali ke tempatnya. Kemudian dia berkata, "Dia pernah jaya." "Dia?" tanya Zang Hua, "Siapa?"
Bai Tian Yu tidak menjawab hanya melihat Zang Hua. Kemudian setelah lama dia baru berkata, "Tadi siang Ren Piao Ling pernah bertanya kepadaku, apakah pedangku terdapat ukiran kata, apakah kau masih ingat dengan 7 kata itu?"
"Aku ingat," Zang Ha berkata, "Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu." "Apakah kau mengerti apa maksud dari ketujuh kata itu?" , .
"Aku tidak tahu," jawab Zang Hua, "bukankah itu hanya sebuah puisi? Apakah masih ada arti lain?"
"Ketujuh kata ini menceritakan kisah 2 orang." "Siapakah kedua orang itu?"
"Bai Xiao Lou dan Chou Chun Yu."
"Bai Xiao Lou, Chou Chun Yu?" tanya Zang Hua, "siapakah mereka? Mengapa di pedangmu terukir 7 kata ini?"
Sorot mata Bai Tian Yu melayang lagi ke suatu tempat misterius dan indah. Dia seperti bahagia dan juga seperti sedih tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ada sebuah legenda misterius, katanya jika bulan terbit pasti akan ada tuyul yang keluar. Ada tuyul pohon, tuyul batu giok, hingga setan yang berada di bawah bumi atau siluman-siluman, mereka semua akan keluar. Mereka keluar untuk menyerap energi bulan," jelas Bai Tian Yu pelan- pelan.
"Kadang-kadang mereka akan berubah menjadi manusia dengan wajah yang berbeda-beda mereka melakukan hal-hal yang tidakdisangka oleh manusia."
"Hal-hal ini kadang-kadang membuat orang merasa aneh, kadang-kadang membuat orang menjadi terharu. Kadang membuat orang takut juga merasa senang. Kadang-kadang dia bisa menolong orang dari jurang yang dalam juga bisa mendorong orang jatuh ke jurang yang dalam."
"Mereka bisa membuatmu mendapat harta dan kemuliaan di dunia ini tapi juga bisa membuat semuanya hilang."
"Walaupun tidak pernah ada orang yang melihat wajah mereka tapi tidak ada seorang pun yang menyangkal bahwa mereka tidak berada lagi di dunia ini." Bai Tian Yu melihat Zang Hua kemudian dia berkata lagi, "mereka adalah Bai Xiao Lou dan Chou Chun Yu."
Zang Hua mendengar cerita yang begitu indah, misterius, dan sedih. Perasaan indah membuat orang menjadi mabuk, "Golok Bai Xiao Lou berbentuk melengkung. Golok melengkung seperti alis Chun Yu."
"Pedang Chun Yu bermata lurus. Pedang itu lurus seperti pohon cemara tua yang berada di pegunungan."
"Golok adalah senjata pembunuh orang. Golok melengkung Xiao Lou pun memiliki kegunaan yang sama. bila cahaya melengkung golok itu lewat, maka bencana akan datang. Siapa pun tidak bisa menghindari bencana itu, karena tidak ada orang yang bisa menghindari cahaya melengkung ini." "Goloknya tidak bergerak dengan cepat seperti pada saat kau melihat sinar bulan, setelah kau melihatnya, tanpa terasa cahaya itu sudah mendarat di tubuhmu."
"Di langit hanya ada sebuah bulan, di bumi pun hanya ada sebuah golok melengkung."
"Golok melengkung muncul di dunia, belum imtu yang dia bawa adalah bencana, tapi terkadang membawa kesedihan atau nasib baik."
"Cahaya pedang berkilau, menggores lingkaran «lengan sangat aneh dan misterius, seperti bulan yang iri balik yang terlihat dari permukaan air dan air beriak iri tiup oleh angin sepoi."
"Tidak ada orang yang bisa melukiskan bayangan bulan yang terlihat misterius ini, karena setiap kali angin berhembus maka bayangan tercermin di dalam air pun akan berubah."
"Tiap kali berubah orang tidak bisa mengira-ngira bentuk aslinya."
"Pedang Chun Yu berwarna hijau, hijau seperti hutan yang berada di kejauhan, hijau seperti air danau yang terpancar dari mata kekasih. Di atas punggung pedang masih ada sebaris huruf sangat kecil yaitu Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu."
"Golok melengkung seperti bulan Xiao Lou pun ada sebaris huruf kecil yaitu Xiao Lou Yi Ye Ting Chun Yu." Bai Tian Yu berkata pada dirinya sendiri.
"Bulan bulat golok melengkung," Zang Hua terkejut, "apakah itu adalah ketua perkumpulan setan terdahulu? Bukankah golok itu adalah golok setan?"
"Benar," jawab Bai Tian Yu, "Bai Xiao Lou adalah ketua perkumpulan setan." "Chou Chun Yu adalah istri Bai Xiao Lou?"
"Kalau itu betul maka tidak akan terjadi hal menyedihkan, yang membuat orang-orang merasa menyesal," kata Bai Tian Yu, "karena Chou Chun Yu, perkumpulan setan ini yang sedang berjaya, jatuh dan tidak bisa bangun kembali."
"Apa yang terjadi di antara mereka?" tanya Zang Hua. "Apakah kau tidak pernah mendengar cerita tentang mereka?"
"Pernah," jawab Zang Hua, "katanya Chou Chun Yu meninggalkan Bai Xiao Lou, kemudian perkumpulan ini dimusnahkan oleh 7 perkumpulan. Ketua perkumpulan setan Bai Xiao Lou pun menghilang. Semenjak itu cerita tentang perkumpulan setan itu tidak terdengar lagi."
"Benar."
Suara Bai Tian Yu terdengar sedih tapi ekspresi wajahnya seperti tertawa.
"Untuk ketujuh perkumpulan, hal ini membuat mereka menjadi sangat gembira karena mereka berhasil memusnahkan perkumpulan dan ini adalah hal yang sangat membanggakan."
"Aku rasa tidak mudah melakukan semua itu," kata Zang Hua, "dengan ilmu silat yang dimiliki Bai Xiao Lou, jangankan tujuh perkumpulan yang bergabung, semua pesilat tangguh yang ada di dunia persilatan bergabung pun belum tentu bisa membunuhnya."
Kata Zang Hua, "Jika bukan Chou Chun Yu meninggalkannya, Bai Xiao Lou tidak akan menghilang, perkumpulan setan itu pun tidak akan musnah." Dia berkata lagi, "Mengapa Chou Chun Yu harus meninggalkan Bai Xiao Lou? Aku percaya ini adalah kunci dari semuanya."
Tiba-tiba Bai Tian Yu terdiam. Sepasang matanya melihat ke gelas arak, sepertinya dia ingin menyelesaikan pembicaraan tentang Bai Xiao Lou dan Chou Chun Yu. Tapi Zang Hua bertanya lagi, "Pedang yang kau pegang pun terdapat 7 kata, apakah pedang itu milik Chou Chun Yu?"
"Benar."
"Mengapa pedang itu bisa berada di tanganmu?" Zang Hua ingin tahu, "kau bermarga Bai, apakah kau mempunyai hubungan dengan Bai Xiao Lou?"
Bai Tian Yu melihat Zang Hua, dia berkata, "Kelak kau pasti akan tahu cerita sebenarnya." Dia menuang arak dan tertawa, "Hari ini cuaca tidak panas juga tidak dingin, udara seperti ini paling cocok untuk minum arak. Jangan biarkan suasana tidak enak mengganggu saat kita minum!"
0-0dw0-0
Malam musim semi, udara masih terasa dingin.
Apalagi di kuil tua di suatu pegunungan, angin Mialnm berhembus melalui lubang-lubang kecil Urmudian masuk ke dalam kuil dan udara terasa dingin dan juga membawa suara gembira dari orang-orang yang berada di tempat jauh.
Ren Piao Ling menarik baju depannya. Ranting-ranting kayu membuat kobaran api semakin bertambah besar kemudian dia mengambil botol arak lalu meminumnya.
Sinar bulan dari atap masuk ke dalam kuil dan jatuh dengan lembut di tanah. Mata Ren Piao Ling tumpuk tidak bersemangat dan warna abunya pun seperti sinar bulan yang bersinar dengan lembut, dia memejamkan matanya. Tapi begitu matanya terpejam, tiba-tiba dia mengerutkan dahinya.
Karena dia mendengar ada suara langkah kaki orang yang datang ke kuil itu dan mencium wangi bunga melati yang tertiup oleh angin malam.
Kemudian dia membuka matanya dengan perlahan. Begitu mata terbuka dia melihat 4 orang Bo Se (orang luar negeri). Mereka sedang menggotong sebuah kursi tidur yang panjang. Mereka masuk ke dalam kuil.
Seorang perempuan yang terlihat sangat cantik sedang duduk miring di tempat itu. Rambut panjangnya tergerai lembut seperti kabut, sepasang matanya bercahaya seperti bintang, bajunya terbuat dari berbahan sutra bukan katun. Warna bajunya sangat meriah tapi sebelah bahunya terlihat.
Bahu yang keluar itu tampak kulitnya yang putih bersih, licin seperti salju di musim semi.
Tangannya berkilat karena tangannya memegang gelas kristal yang berasal dari Bo Se dan diisi penuh dengan arak yang enak.
Dia mencicipi seteguk anggur, kemudian dengan tawa seperti madu melihat ke arah Ren Piao Ling.
"Kapan dan di mana kau selalu begitu royal, kecuali putri Mu Rong, tidak ada yang lain lagi." Ren Piao Ling tertawa kecut juga menarik nafas. Dia berkata, "Untuk apa kau datang kemari? Tempat ini tidak cocok untuk seorang tuan putri."
"Mu Rong Gong Zhu bukan seorang putri raja, dia bermarga Mu Rong dan bernama Gong Zhu." "Kau boleh datang kemari, maka aku pun boleh," Mu Rong Gong Zhu tampak marah, "jika kau
ingin datang kemari, tidak ada yang bisa menghalanginya."
"Ini benar, karena di dunia persilatan belum ada orang yang ingin mengurusi hal-hal yang dia lakukan. Keluarga Mu Rong terdiri dari 9 adik dan kakak perempuan, semuanya mahir ilmu silat. Mu Rong Gong Zhu adalah anak ke 9. Kedelapan kakaknya sudah menikah dan mereka menikah dengan pendekar-pendekar terkenal."
Siapa yang berani mengurusi apa yang dilakukan oleh orang seperti itu? Jika Mu Rong Gong Zhu marah, bibirnya lebih manis dibanding tawanya. Tapi Ren Piao Ling tidak mau melihatnya.
"Benar, kau boleh datang ke sini, maka aku pun boleh pergi dari sini," kata Ren Piao Ling dengan acuh, "jika aku ingin pergi tidak ada seorang pun yang bisa melarangnya."
Dia berdiri dan bersiap-siap akan pergi. Putri seperti dewi itu tiba-tiba seperti setan berteriak, "Tidak boleh! Kau tidak boleh pergi!" "Mengapa?"
"Karena aku sengaja datang untuk mencarimu." "Untuk apa?"
"Aku ada perlu maka aku mencarimu." "Perlu untuk apa?"
"Menagih hutang," Mu Rong Gong Zhu tertawa Ingi, "aku datang untuk menagih hutang." Ren Piao Ling menarik nafas lagi.
Dia mengaku bahwa di dunia ini hal yang lebih penting daripada menagih hutang memang tidak banyak.
"Memang aku telah berhutang padamu, tapi sekarang makan pun aku sudah tidak mempunyai uang, bagaimana bisa membayar hutang kepadamu?" Dia tertawa, "Sepertinya kedatanganmu hari ini hanya sia-sia belaka."
Tawa Mu Rong Gong Zhu tampak lebih manis lagi. "Sebagian hutang tidak perlu dibayar dengan uang."
"Oh ya?" Ren Piao Ling bertanya, "jika tidak dengan dibayar dengan uang, lalu dengan apa?
Katakan kepadaku, supaya aku bisa cepat melunasi semua hutangku kepadamu." Mu Rong Gong Zhu tertawa dengan manis dan seperti masih terbawa....
"Bagimu apa barang yang paling berharga?"
"Aku?" Ren Piao Ling melihat dirinya sendiri, "barang yang paling berharga bagiku, mungkin adalah kepalaku."
"Kecuali kepala?"
"Mungkin pedang usang ini."
"Kalau Lei Hen adalah pedang usang, di dunia ini mungkin sudah tidak ada pedang lainnya lagi," Mu Rong Gong Zhu bisa tahu bahwa pedang yang dipegang oleh Ren Piao Ling adalah Lei Hen.
"Kau boleh membayar hutangmu dengan Lei Hen."
"Apakah kau menyuruhku membayar hutang dengan pedang ini?"
"Aku tidak mempunyai tangan begitu terampil seperti tanganmu, untuk apa aku memiliki Lei Hen?" Dia tertawa, "aku ingin kau menggunakan Lei Hen untuk membunuh seseorang."
"Siapa yang harus kubunuh?" "Zai Si."
"Zai Si?" Ren Piao Ling sedikit kaget, "dia telah bersalah apa kepadamu?" "Tidak ada."
"Apakah dia mempunyai dendam kepadamu?" "Tidak ada."
"Kau membencinya?" "Tidak."
"Kalau begitu, mengapa kau ingin aku membunuhnya?" "Karena aku suka bila kau melakukannya." "Kau menyukainya?" Ren Piao Ling tampak lebih kaget lagi, "karena kau suka maka kau menyuruhku membunuh orang?"
"Benar!"
"Sayangnya, kau suka, tapi aku tidak suka." "Kau tidak mau?"
Ren Piao Ling mengangguk lalu duduk lagi. "Jangan lupa, kau berhutang kepadaku." "Hutang dibayar dengan uang."
Mu Rong Gong Zhu melihatnya kemudian berkata, "Katanya kau membunuh orang selalu demi seseorang dan harga yang kau kenakan sangat tinggi?"
"Sampai sekarang pun memang seperti itu."
Mu Rong Gong Zhu tertawa. Tangannya tampak licin seperti giok, melambai kepada seseorang, segera ada seorang Bo Se membawa bungkusan putih yang dibungkus oleh kain. Mu Rong Gong Zhu menerima bungkusan itu, dengan lembut dia meletakannya di hadapan Ren Piao Ling.
"Apa ini?" tanya Ren Piao Ling. "Emas seharga 5.000 tail."
"Apakah kau mengira hutangku kepadamu belum cukup banyak?"
"Jika sudah membunuh Zai Si, hutangmu dianggap lunas. Dan 5.000 tail emas ini akan menjadi milikmu."
"Apakah uangmu terlalu banyak?" Ren Piao Ling melihatnya, "apakah kau sudah gila?" "Aku tidak mempunyai apa pun, hanya mempunyai sedikit uang."
"Kalau aku tidak mau menerimanya?"
"Membunuh dia tidak akan ada ruginya," bujuk Mu Rong Gong Zhu, "mengapa kau tidak ingin memiliki 5.000 tail emas ini?"
Ren Piao Ling menarik nafas dan mulai mengeluh.
Gadis itu baru berusia sekitar 18-19 tahun, melihat nyawa orang atau uang seperti tidak ada harganya sama sekali. Jika bertemu dengan orang seperti itu, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Kecuali minum arak, apa lagi yang bisa dilakukan?
0-0dw0-0
Sayur,dan.arak sudah tersusun di atas meja
Ada satu orang lagi yang duduk di atas, tapi Orang-orang Bo Se itu sama sekali tidak merasa letih, tetap berjalan malah hampir seperti berlari.
Ren Piao Ling sudah minum gelas araknya yang terakhir, Dia menarik nafas dengan puas.
"Lain kali jika ada yang bertanya kepadaku, bagaimana cara minum arak yang paling memuaskan dan nikmat, aku pasti memberitahu kepada mereka yaitu dengan cara duduk di atas kursi seperti ranjang kemudian minum arak, itu adalah suatu kenikmatan yang paling besar."
Mu Rong Gong Zhu tetap tertawa dengan manis.
Cahaya bulan begitu lembut, cahaya bintang tidak begitu jelas terasa, arak begitu enak. Di sisinya ada seorang nona yang begitu cantik, apa yang akan dicari lagi? Mata Mu Rong Gong Zhu seperti cahaya bintang tampak tidak jelas, membuat hati Ren Piao Ling sudah mabuk kepayang. Apakah Ren Piao Ling benar-benar sudah mabuk?
Empat orang Bo Se menggotong kursi yang berbentuk seperti ranjang, berjalan melewati hutan. Angin malam berhembus lembut karena ada si cantik di kursi itu.
Rambut panjang Mu Rong Gong Zhu menjadi berantakan karena tertiup angin, tapi itu tidak membuat kecantikannya berkurang. Matanya memiliki daya tarik yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Daya tarik yang membuat para laki-laki ingin memilikinya, tapi Ren Piao Ling tidak mempunyai pikiran seperti itu. Dia hanya tersenyum melihat Mu Rong Gong Zhu. Dari kepala hingga kakinya, kemudian dari kakinya dia melihat hingga ke kepala gadis itu, membuat wajah Nona Mu Rong Gong Zhu memerah. Dengan malu dia menundukkan kepalanya.
Ren Piao Ling minum secangkir arak lagi kemudian dia berkata, "Jika aku memberitahu kepada orang-orang bahwa Mu Rong Gong Zhu menggoda laki-laki dengan cara seperti itu, aku bisa bertaruh untuk 100 orang, dan 110 orang tidak akan mempercayainya."
Mu Rong Gong Zhu bisa juga merasa malu dan juga penuh dengan perasaan. Wajahnya sangat merah, apakah karena tadi dia minum arak atau hatinya mulai tergoda?
Ren Piao Ling sebenarnya ingin melihat lagi, melihat cara apa yang akan digunakan oleh Mu Rong Gong Zhu? Tapi dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Masih ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan karena itu dia membuka mulut dan berkata, "Kesempatan ini dalam seribu tahun pun sulit didapatkan, jika dilewatkan begitu saja, ini benar-benar sangat disesalkan. Sebenarnya aku ingin melihat lebih banyak lagi," kata Ren Piao Ling, "tapi sayang, aku harus pergi sekarang juga."
Dia berkata lagi, "Aku tidak tahu mengapa dan salah apa Zai Si kepadamu? Sehingga membuatmu harus berkorban begitu besar."
Dia menarik nafas kemudian dengan cepat minum segelas arak dan berkata, "Aku tidak bisa membantumu membunuh Zai Si. Jika kau ingin membunuhnya, aku akan memberikan sebuah saran. Dirimu sendiri adalah senjata yang paling kuat untuk membunuh orang." Kata-katanya belum selesai tapi dia mulah meloncat dan dengan cepat masuk ke dalam hutan lalu menghilang di dalam kegelapan.
Wajah Mu Rong Gong Zhu memerah seperti warna hati babi. Karena marah, tubuhnya pun bergetar. Bergetar seperti pohon Yang Liu yang tertiup angin semi.
Empat orang Bo Se tetap berlari seperti melayang, tapi wajah mereka terlihat penuh ketakutan, rasa kaget, karena mereka tidak pernah melihat nonanya seperti itu. Ini adalah pertama kalinya nona mereka tampak seperti itu. mereka berharap tidak akan ada kedua kalinya. Mereka berpikir, "Gadis secantik nona tidak mungkin ada yang sanggup menolak, tapi ada juga laki-laki yang bisa menolak permintaan nona dan ada laki-laki bisa menolak pengaruh kecantikannya."
Angin malam berhembus semakin dingin. Kursi itu tetap digotong dan dibawa dengan berlari dan cepat. Mu Rong Gong Zhu memejamkan matanya. Tubuhnya tidak bergetar lagi, wajahpun sudah kembali tenang seperti semula. Tapi jika kau melihat dengan lebih teliti, akan terlihat bahwa di sudut matanya terdapat tetesan air mata.
Di setiap tempat, di setiap kota pasti ada orang yang membuka rumah makan atau toko bakmi.
Tidak terkecuali dengan kota Ji Nan.
Toko bakmi yang terkenal di Ji Nan adalah Shou Zi Mian (Mie si kurus).
Toko mie Shou Zi Mian, mie nya sangat enak dan murah. Satu mangkuk hanya seharga satu sen, ada bakmi dan juga ada kuahnya, masih ada 2 kerat daging besar. Sewaktu Shou Zi Mian berdagang pun sudah terkenal, pagi hari dia tidak berdagang. Dia berdagang setelah lewat jam 12 malam. Begitu mie habis, dia akan menutup toko. Jika kau ingin makan lagi, dia tidak akan mau menjualnya, sekalipun kau membayar harga satu mangkuk mie dengan harga 10 mangkuk, dia pasti akan menertawaimu dan berkata, "Besok datanglah lebih awal."
Bos toko Shou Zi Mian adalah si kurus. Itu sudah pasti karena jika melihat nama tokonya saja sudah dapat dibayangkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat kurus, kurus hingga terlihat aneh. Biasanya bila kita memanggil orang kurus adalah si Bambu, si Bakut, atau si Monyet.
Kurus seperti ranting pohon, kurus seperti setan. Panggilan ini sudah biasa dilontarkan kepada orang kurus, tapi bos Shou Zi Mian bila orang-orang pernah bertemu dengannya pasti akan berkata, "Mengapa dia bisa berbentuk seperti sebatang mie?"
Mengapa orang bisa berperawakan seperti mie? Sebatang mie begitu kecil dan panjang.
Walaupun ada mie lebar tapi itu pun hanya selebar jari.
Apakah orang kurus akan kurus seperti mie?
Walaupun mie kecil atau mie kasar tapi tetap seperti mie yang datar dan lurus. Bos Shou Zi Mian adalah orang seperti itu.
Kepala, pundak, dada, perut, pantat, kaki, mempunyai lebar yang sama.
Walaupun perawakan seseorang kurus atau gemuk pasti memiliki 3 lingkaran. Dan bentuk 3 lingkaran ini tidak sama, ada yang lebar ke atas, ada yang lebar ke bawah, yang gemuk pasti bagian tengahnya lebih lebar.
Seorang perempuan, mempunyai 3 lingkaran yang dirahasiakan. Ketiga lingkaran milik bos Shou Zi Mian tidak perlu dirahasiakan malah diumumkan, yaitu 18, 18, 18.
Kepalanya pun berukuran 18, tapi umurnya ndalah 48 tahun. Belum menikah tapi masih terlihat sangat menarik.
Walaupun dia kurus, tapi rasanya seperti mie miliknya, enak dan juga menggoda.
Orang sibuk seperti dia, setiap hari harus berteman dengan minyak dan asap. Biasanya orang seperti itu akan terlihat lebih tua 5-6 tahun dari umur sebenarnya.
Apalagi seorang perempuan. Seorang perempuan biasanya lebih cepat tua daripada laki-laki. Apalagi setelah melewati usia 35 tahun, kecepatan menua mereka seperti air hujan di musim semi, cepat dan membuat orang banyak mengeluh.
48 seperti 33.
Orang biasa jika kurus seperti dia, kecantikannya pun terbatas, tapi dia merupakan pengecualian. Walaupun dia kurus tapi dia tetap cantik seperti ranting pohon Yang Liu yang tertiup angin musim semi
Namanya pun sangat indah.
Dia bernama Shou Shou. (kurus).
0-0dw0-0