Tat Mo Cauwsu Jilid 11

Jilid XI

”TAISU terlalu merendah dan memang sudah sepatutnya Taisu menerima penghargaan yang tinggi dari kami golongan Kangouw di Tionggoan ! Jika menurut penglihatan aku yang picik, tentu tidak ada seorangpun kaum gagah kalangan Kangouw di Tionggoan ini yang bisa menandingi kepandaian Taisu....” kata Gin Tok Siucai lagi dengan sikap bersungguhsungguh. ”Ah, tidak bisa Hengtai berkata begitu, bukankah tinggi gunung ada yang lebih tinggi lagi ? Sudahlah, kini mari kita melihat kepada persoalan lain ! Tadi secara kebetulan, aku telah melihat dibatu itu terdapat lukisan yang berbentuk kepala tengkorak manusia.” Dan sambil berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah menunjuk ke batu yang berada dibawah batang pohon itu, dibatu yang berukiran kepala tengkorak manusia.

Gin Tok Siucai waktu melihat ukiran kepala tengkorak manusia itu jadi berobah mukanya pucat pias, dia juga mengeluarkan seruan tertahan.

Tat Mo Cauwsu melihat perobahan muka Gin Tok Siucai, dia jadi heran melihat pelajar seruling perak yang kepandaiannya tinggi itu bisa memperlihatkan sikap seperti ketakutan begitu melihat ukiran kepala tengkorak di batu tersebut.

“Celaka Taisu ! kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini, kalau terlambat .....tentu kita bisa menerima bencana yang sangat hebat sekali .....!” suara Gin Tok Siucai waktu berkata begitu tergetar, tampaknya dia memang ketakutan sekali.

Tat Mo Cauwsu tambah heran dan menatap dalam dalam kepada Pelajar berseruling perak tersebut, dia telah berkata dengan suara yang tetap tenang. “Tunggu dulu Hengtai,” dia juga menarik tangan si pelajar seruling perak itu, karena Gin Tok Siucai seperti hendak cepat-cepat angkat kaki berlalu dari tempat tersebut. “Gambar ukiran kepala tengkorak manusia itu apa artinya? Mengapa Hengtai begitu berkuatir ?”

Si pelajar seruling perak telah menatap Tat mo Cauwsu dengan sinar mata yang gelisah, diapun telah berkata : “Apakah... apakah Taisu belum pernah mendengar tentang Khu Ke Lo Mo (Iblis Tengkorak) Cung Cie Liang ?”

Tat Mo Cauwsu memperlihatkan sikap seperti heran. ”Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?” tanyanya.

Tang Cie Hok mengangguk, sedangkan matanya telah memandang sekeliling tempat itu.

”Benar Taisu.... Iblis Tengkorak itu sangat telengas sekali tangannya...!” kata Tang Cie Hok dengan sikap ketakutan sekali. “Setiap orang tentu akan menggigil ketakutan sampai terasa tulang tulang ditubuh berlepasan jika bertemu dengan Iblis Tengkorak itu, karena disamping adatnya yang aneh dan senang sekali menganiaya lawannya, juga Iblis Tengkorak itu memiliki ilmu yang sangat luar biasa, diapun memiliki semacam kepandaian seperti ilmu sihir...! Mari Taisu, mari kita cepat-cepat berlalu !”

Dan setelah berkata begitu, Tang Cie Hok menarik tangannya agar terlepas dari cekalan Tat Mo Cauwsu, dia cepat2 hendak berlalu dari tempat itu.

Tetapi Tat Mo Cauwsu tetap mencekal tangan Tang Cie Hok, sehingga pelajar berseruling perak itu tidak berhasil melepaskan tangannya.

”Lepaskan Taisu! Aku ingin cepat2 menghindarkan diri dari pertemuan dengan iblis itu...!” kata Tang Cie Hok. ”Jika kau mau tetap berdiam disini, terserah..!” kemudian tampak Tang Cie Hok menarik tangannya lagi, untuk melepaskan cekalan tangan Tat Mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu tetap mencekal tangan Cie Hok kuat kuat, sia sia belaka Tang Cie Hok menarik tangannya, yang tidak juga dapat terlepas dari cekalan tangan Tat Mo Cauwsu.

”Sabar Hengtai, jangan tergesa-gesa! Tadi kau mengatakan Khu Ke Lo Mo merupakan iblis yang sangat telengas sekali, apakah dia berasal dari golongan hitam ?”

”Bukan hanya berasal dari golongan hitam, bahkan dia biang dari kalangan para jago-jago di aliran hitam !” menyahut Tang Cie Hok jadi gelisah sekali, karena tidak juga Tat Mo Cauwsu melepaskan cekalannya. ”Cepat kita menyingkir, Taisu... kalau kita sampai bertemu dengannya, tentu celakalah kita... niscaya dia akan menguasai kita dengan ilmu sihirnya... sejak dulu sampai sekarang, tidak pernah ada korbannya yang lolos dari kematian ditangan iblis tersebut...! Tanda gambar tengkorak yang diukir dengan jari telunjuk tangan merupakan tanda kehadirannya ditempat ini ! Ayoh cepat kita berlalu Taisu...!”

Tat Mo Cauwsu menggelengkan kepalanya perlahan, katanya sabar dan tenang : ”Nanti dulu Tang Hengtai... justru Siauwceng ingin bertemu dengan iblis itu...!”

”Apa ?” tanya Tang Cie Hok dengan bulu tengkuknya yang berdiri, karena kaget bercampur perasaan ngeri. ”Taisu... taisu ingin bertemu dengan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?”

Tat Mo Cauwsu telah mengangguk.

”Ya, jika memang dia berada disekitar tempat ini, biarlah kita nantikan saja munculnya ”

”Mana...mana boleh begitu Taisu ?” kata Tang Cie Hok gugup sekali, ”Kita seperti juga menghampiri kematian !”

Tetapi Tat Mo Cauwsu tenang sekali, dia menggelengkan kepalanya, ”Biarlah aku berkenalan dengan iblis itu, dan engkau tertarik untuk menyaksikan, bukan ?”

”Tetapi Taisu, bukan aku meremehkan kepandaian Taisu, karena jika sampai iblis itu melihat kita, jangan harap kita bisa menyingkir dari kematian ditangannya. Soal kepandaian ilmu silatnya mungkin bisa ditandingi Taisu tetapi ilmu hitamnya yang luar biasa anehnya mana dapat kita menghadapinya.”

Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat Mo Cauwsu tersenyum sabar dan melepaskan cekalan tangannya. ”Nah, jika memang Hengtai tidak bersedia menyaksikan pertemuan Siauwceng dengan Cun Cie Liang, Siauwceng juga tidak bisa memaksanya, silahkan Hengtai berlalu. Tetapi jika seandainya nanti dalam perjalanan pergi itu Hengtai berpapasan dengannya, bukankah itu lebih merepotkan lagi ?”

Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu itu Tang Cie Hok jadi mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya tergetar keras dan kemudian ia menganggukkan kepala.

”Benar...Benar Taisu ... jadi bagaimana harusnya yang kulakukan? Jika aku pergi melarikan diri dari tempat ini, lalu berpapasan dengan dia, bukankah bahaya itu telah didepan mata juga ? Tetapi jika berdiam ditempat ini dan iblis itu muncul, bukankah kematian juga untukku? Jelas aku tidak sanggup menghadapi iblis itu, aku tidak bisa menghadapi ilmu hitamnya.”

Mendengar perkataan Tang Cie Hok, Tat Mo Cauwsu telah tertawa hambar.

”Menurut hemat siauwceng, alangkah baiknya jika memang Hengtai berdiam disini bersama Siauwceng, bukankah jika iblis itu muncul Siauwceng yang akan menghadapinya dan Hengtai hanya menyaksikan saja ! jika memang nanti Siauwceng ternyata tidak sanggup menghadapinya, Hengtai bisa angkat kaki untuk bersembunyi dari dia .... kukira itulah cara yang baik ...!”

Muka Tang Cie Hok berobah jadi merah. Dia merasakan kata-kata Tat Mo Cauwsu itu merupakan sindiran halus untuk dirinya, karena dia seperti dianggap pengecut.

”Baiklah Taisu,” kata Tang Cie Hok setelah ragu2 sejenak, “Tetapi .... apakah Taisu memilki ilmu andalan untuk menghadapinya? Jika memang kita mengetahui tidak sanggup menghadapinya, untuk apa kita mencoba coba menghadapinya

?  Bukankah lebih  baik kita berdua  menyingkirkan  diri   tidak menahan permusuhan dengan iblis celaka itu ? Tahukah Taisu, telah ratusan jiwa para orang2 gagah yang terbinasa ditangannya.”

Tat mo Cauwsu tetap membawa sikap yang tenang, dia telah berkata sabar : “Tenang saja Hengtai, karena maksud Siauwceng untuk menemui iblis Tengkorak itu bukan hanya sekedar untuk memperoleh kemenangan saja. justru

Siauwceng ingin menghadapinya untuk membasmi kebathilan.....! Maka dari itu, Siauwceng hanya akan berusaha saja untuk menundukkan dan menyadari Iblis Tengkorak tersebut dari jalannya yang sesat...! Sabar saja jangan berlalu gugup seperti itu !”

Tang Cie Hok menghela napas, dia berkata dengan suara terbata bata : “Terus terang saja Taisu, selamanya aku tidak takut kepada siapapun juga, tetapi hanya iblis Tengkorak ini saja yang membuat aku jadi gentar dan ketakutan, sehingga aku melupakan harga diri dan malu, aku ingin melarikan diri dari jaringan tempat dia berada. Hal itu disebabkan secara kebetulan sekali aku pernah menyaksikan dengan mataku, betapa iblis itu membinasakan tiga orang tokoh persilatan yang sangat ternama, yang kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaianku, mereka hanya melayani empat jurus, kemudian seorang demi seorang terbinasa dengan cara mengerikan sekali, dengan sekujur tubuh yang hancur lumat oleh pukulan yang dilancarkan oleh si iblis Tengkorak.”

Waktu itu Tat Mo Cauwsu telah menepuk bahu Tang Cie Hok, katanya : “Kau tenang saja, Hengtai, aku berjanji akan menghadapi iblis itu sebaik mungkin. !”

Tetapi Tat Mo Cauwsu belum bisa meyakinkan penuh kepada Tang Cie Hok, karena pelajar berseruling perak tersebut tampaknya masih diliputi perasaan takut saja. ”Sebenarnya Iblis Tengkorak Cung Cie Liang itu memiliki kepandaian yang diandalkannya dalam bentuk ilmu sihir atau memang ilmu silatnya ?” tanya Tat Mo Cauwsu.

”Kedua-duanya, disamping kepandaian silatnya dan lwekangnya yang sempurna, juga dia memiliki ilmu sihir aliran hitam, yang bisa  menguasai  lawannya  dengan  sinar  matanya. !” menyahuti Tang Cie Hok.

”Jika begitu, Hengtai tidak perlu kuatir, karena aku berjanji akan menghadapinya nanti..! Soal ilmu hitamnya itu tidak perlu Hengtai kuatirkan, bukankah Siauwceng seorang beribadat yang memiliki mantera-mantera yang bisa mengusir iblis dan setan ?”

Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu yang seperti merupakan jaminan untuknya, Tang Cie Hok jadi agak tenang. Dia telah mengangguk.

”Mudah-mudahan saja...!” tetapi baru saja Tang Cie Hok berkata sampai disitu, justru suaranya terhenti, karena telah ada yang menyambungi : ”Mudah2an saja iblis Tengkorak itu muncul sekarang juga.”

Semangat Tang Cie Hok seperti terbang meninggalkan raganya, dia mendengar suara itu parau menyeramkan, sampai sepasang lututnya menggigil gemetaran.

”Ini...ini...,“ katanya dengan suara tersendat. Sebetulnya Tang Cie Hok ingin memberitahukan Tat Mo Cauwsu bahwa iblis Tengkorak itu telah datang ditempat tersebut tetapi karena diliputi ketakutan yang luar biasa, Tang Cie Hok yang biasanya periang dan sering meremehkan lawannya, jadi tidak bisa berkata-kata dengan lancar.

Tat Mo Cauwsu juga telah mendengar suara yang parau menyeramkan itu, dia menoleh kearah datangnya suara itu. Dari balik gerombolan pohon bunga terpisah kurang lebih tiga puluh tombak tampak sesosok bayangan yang berkelebat cepat sekali mendatangi.

Sosok tubuh itu rupanya memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang sangat tinggi sekali. Karena begitu dia berkata, segera tubuhnya telah sampai dihadapan Tat Mo Cauwsu dan Tang Cie Hok, hanya terpisah dua tombak.

Tubuh Tang Cie Hok jadi gemetaran, belum apa apa dia sudah jeri melihat munculnya si iblis Tengkorak yang keadaannya memang agak luar biasa.

Tat Mo Cauwsu sendiri waktu melihat bentuk dan ujud dari Iblis Tengkorak itu, jadi tergetar hatinya.

Dihadapan mereka berdiri seorang laki-laki yang bertubuh jangkung kurus, dengan muka yang menyeramkan, bagaikan muka itu tidak berdaging dan menyerupai tengkorak kepala manusia... iblis itu memiliki sepasang mata yang cekung ke dalam dengan kening yang menonjol dan beberapa rambut saja yang bertumbuhan diatas kepalanya, bibirnya lebar sekali, sehingga keadaan mukanya itu memang benar-benar seperti tengkorak kepala manusia.

Matanya yang cekung itu memancarkan sinar kehijauhijauan menakutkan sekali.

”Kaliankah yang menantikan kedatanganku ? Kudengar kalian ingin bertemu... hahaha, maka aku telah cepat-cepat datang kemari agar tidak mengecewakan kalian..!” kata Iblis Tengkorak Cung Cie Liang dengan suara yang menyeramkan sekali.

Tat Mo Cauwsu cepat2 merangkapkan tangannya, dia juga memuji kebesaran Sang Buddha untuk menenangkan kembali goncangan hatinya.

”Siancai ! Siancai ! Bolehkah Siauwceng mengetahui nama Hengtai ?” tanya Tat Mo Cauwsu. ”Hemm, bukankah engkau telah mendengar sendiri dari mulut dia ?” tanya Cung Cie Liang dengan suara menyeramkan dan menunjuk kepada Tang Cie Hok.

Ditunjuk begitu Tang Cie Hok jadi lemas seperti tidak bertenaga, dia cepat-cepat menunduk tidak kuat saling bentrokan mata dengan manusia yang ujudnya agak luar biasa ini, karena terlalu kurusnya itu, sehingga kepalanya dan mukanya bagaikan tidak berdaging lebih mirip tengkorak kepala manusia.

”Jadi Hengtai yang bergelar Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang ?” tanya Tat Mo Cauwsu dengan suara yang tenang.

”Tidak salah ! Tepat sekali ! Tadipun engkau telah mendengarnya ... memang akulah si iblis yang paling kejam, iblis yang bertangan telengas yang tidak pernah memiliki perasaan kepada lawannya, iblis yang selalu menyiksa lawannya terlebih dulu sebelum membinasakannya ! Itulah aku Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang. !”

Tat Mo Cauwsu tetap membawakan sikap yang tenang sekali, dia telah berkata dengan suara yang sabar : ”Cung Hengtai, kiranya engkau memiliki ilmu menangkap suara yang sempurna sekali ! Tadi engkau terpisah dengan kami cukup jauh, tetapi engkau telah berhasil menangkap semua pembicaraan kami dengan jelas ! Disamping itu engkau memiliki Ginkang yang sangat tinggi sekali. Maka apakah kepandaian yang begitu tinggi dan mengagumkan sekali tidak dibuat sayang untuk dipergunakan melakukan hal hal yang tidak baik dan tidak wajar ?”

Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu seperti juga menyesali perbuatan perbuatannya si Iblis telah tertawa dengan suara bergelak gelak keras sekali.

”Bagus ! Bagus ! Seumurku ini, baru pertama kali ini aku ditegur  orang...!  Bagus  !  itulah yang  kuhendaki  ! Selamanya aku paling benci pada manusia manusia pengecut seperti dia !” dan sambil berkata begitu tampak Khu Ke Lo Mo telah menunjuk kepada Tang Cie Hok dengan sikap yang mengejek. ”Justru sekali-sekali aku ingin bertemu manusia seperti engkau, yang baru pantas dijadikan lawan bertanding..!”

Kemudian mata Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang memandang kepada Tat Mo Cauwsu dengan sorot mata yang sangat mengerikan sekali, matanya itu memancarkan sinar biru kehijau-hijauan.

Tat Mo Cauwsu waktu melihat mata dari Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang, jadi terkejut, karena dia mengetahui, itulah sinar mata seorang yang memiliki ilmu hitam sangat tinggi.

”Siancai ! Siancai !” kata si pendeta India ini dengan suara yang sabar. ”Bisakah Hengtai memberikan petunjuk lainnya ?”

”Engkau maksudkan untuk mengadu ilmu bukan ?” tanya si Iblis Tengkorak.

”Itulah yang tidak diharapkan Siauwceng...hanya Siauwceng mengharapkan, kalau bisa, Hengtai merobah cara hidup Hengtai, meninggalkan kesesatan dan kembali ke jalan benar.. Bukankah sayang jika kepandaian setinggi itu dipergunakan untuk melakukan yang tidak tidak? Jika saja Hengtai mau kembali ke jalan yang lurus, dengan mempergunakan kepandaian setinggi itu, banyak pekerjaan mulia yang bisa Hengtai kerjakan...!”

”Hahaha !” tertawa Khu Ke Lo Mo dengan suara yang keras sekali, tubuhnya sampai tergoncang goncang. Disaat itulah dia telah berkata dengan suara yang sangat nyaring. ”Bagus! Bagus! Sudah dua kali engkau menganjurkan aku dan menasehati aku agar kembali ke jalan yang lurus menurut istilah yang kau katakan itu! Tetapi dalam hal ini, aku lebih senang  jika  tetap  di  jalanku  ini  !  Nah,  jika  engkau  bisa menundukkan aku, nanti aku mau mendengarkan kata-katamu

!”

Si pendeta dari India itu kembali tersenyum sabar. ”Berhasil merubuhkan atau tidak, itu bukan merupakan

persoalan, yang menjadi persoalan justru adalah keinginan dari engkau sendiri yang kembali ke jalan lurus dan juga melakukan banyak perbuatan perbuatan mulia...!” menyahuti Tat Mo Cauwsu dengan suara yang tenang. ”Terserah kepada kau sendiri, ingin mengikuti sedikit saranku itu atau memang kau tetap dengan duniamu. Mengenai adu kepandaian, Siauwceng tidak memiliki kepandaian apa apa, hanya sedikit sedikit gerakan untuk menyehatkan tubuh. !”

Si iblis Tengkorak itu telah tertawa dengan suara yang sangat keras, lalu Cung Cie Liang setelah puas tertawa, dia membentak dengan suara yang keras sekali : “Rubuh !” tangan kanannya telah dikebutkannya dengan kuat, sehingga dari kebutan tangannya itu meluncur kekuatan angin serangan yang sangat dahsyat dan mengandung suatu kekuatan gaib yang mendorong ke arah Tat Mo Cauwsu.

Tetapi pendeta India itu tetap tenang, dia tersenyum sambil merangkap sepasang tangannya, maka gempuran yang dilakukan oleh Khu Ke Lo Mo lenyap !

Khu Ke Lo Mo terkesiap sejenak. Belum pernah ada yang sanggup menyambuti serangannya itu tanpa bergeming sedikitpun, seperti yang dilakukan oleh Tat Mo Cauwsu.

Tang Cie Hok sendiri, yang kala itu tengah berdiri terpisah dua tombak dari Tat Mo Cauwsu terguling ditanah beberapa kali, waktu bangun berdiri, dia merasakan tubuhnya sakit-sakit. Maka setelah menelan pil pahit seperti itu, Tang Cie Hok tidak berani berdiri terlalu dekat, dia telah menjauh diri sampai belasan tombak, karena dia takut kalau2 nanti terulang kembali angin serangan dari Khu Ke Lo Mo menghantam dia. ”Bagus !” kata Khu Ke Lo Mo setelah tersadar dari tertegunnya. ”Engkau memang lawan yang pantas untuk kulayani !” dan setelah berkata begitu, tampak Khu Ke Lo Mo mengeluarkan suara erangan, kedua tangannya diangkat perlahan-lahan, tampaknya dia tengah mengerahkan ilmu sihirnya yang digabung dengan ilmu silatnya, sepuluh jari tangannya dipentang lebar lebar, dia ber-siap2 seperti juga ingin menyerang.

Tat Mo Cauwsu hanya berdiri diam ditempatnya dengan sikap yang tenang, dia mengawasi apa yang dilakukan oleh lawannya.

”Terimalah seranganku !” kata Khu Ke Lo Mo dengan suara teriakannya itu yang mengandung suatu kekuatan gaib yang bisa mempengaruhi jiwa dari lawannya yang belum memiliki kepandaian lwekang yang tinggi.

Tetapi menghadapi Tat Mo Cauwsu, teriakan dari Khu Ke Lo Mo tidak berarti apa apa... hanya waktu kedua tangannya  itu melancarkan serangan, disaat itulah Tat Mo Cauwsu telah menggerakkan kedua tangannya, dengan tangan kiri ditekuk dan sikut berada disamping dadanya, lalu tangan kanannya dilonjorkan kearah Khu Ke Lo Mo.

Gerakan Tat Mo Cauwsu itu tampaknya dilakukan dengan perlahan sekali, tetapi kesudahannya sangat hebat sekali, sebab memiliki kekuatan lwekang yang dahsyat sekali.

Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang juga terkejut melihat cara Tat Mo Cauwsu menghadapinya, dia mengetahui bahwa tangkisan merangkap serangan yang dilancarkan oleh Tat Mo Cauwsu merupakan jurus yang sangat berbahaya sekali.

Dalam keadaan seperti itu, Khu Ke Lo Mo telah membatalkan serangannya, dia melompat ke belakang dengan gerakan yang gesit sekali, dia juga telah tertawa dengan suara yang keras, sambil katanya : “Tidak percuma engkau berani banyak tingkah dihadapanku, kiranya engkau memang memiliki kepandaian yang berarti ! Bagus ! Bagus, inilah menggembirakan sekali !!”

Kemudian cepat luar biasa tampak Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang telah mengeluarkan suara erangan lagi, tetapi sekali ini tidak akan menyerang dengan mempergunakan kedua tangannya, melainkan kakinya yang ditendangkan berantai sambil membentak : “Rubuh kau!” dia telah mengeluarkan ilmu sihirnya untuk mempengaruhi Tat Mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu merasakan kepalanya seperti membesar, dan tengkuknya dingin sekali.

Tetapi pendeta India ini cepat sekali membaca mantra dari ajaran Sang Buddha, maka dengan cepat dia bisa menguasai diri, karena dengan menyebut kebesaran Sang Buddha, ilmu hitam yang dipergunakan oleh Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang bisa dipunahkannya.

Waktu itu, kaki Khu Ke Lo Mo hampir tiba, cepat luar biasa Tat Mo Cauwsu telah menggerakkan tangan kanannya untuk menotok mata kaki si iblis Tengkorak. Totokan itu bukan merupakan totokan biasa, karena jika saja totokan itu berhasil mengenai sasarannya dengan tepat, tentu akan membuat iblis Tengkorak itu terjungkel dengan kaki yang lumpuh.

Khu Ke Lo Mo mana mau membiarkan kakinya itu ditotok oleh Tat Mo Cauwsu, dia kembali menarik pulang tendangan berantainya itu.

Tetapi sekarang dihati Khu Ke Lo Mo telah bersemi perasaan mendongkol bercampur penasaran, telah dua kali beruntun dia gagal dengan serangannya, yang kedua kalinya dia menarik pulang serangannya.

Matanya yang memang bersinar biru kehijau-hijauan itu memancar tajam sekali, memandang kepada Tat Mo Cauwsu dengan sorot mata yang sangat mengerikan. Dia telah mengeluarkan ilmu sihirnya lagi, waktu dia mengebutkan tangannya keatas tahu2 Tang Cie Hok yang berdiri dikejauhan seperti melihat Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang seperti juga telah berobah menjadi jauh lebih besar lima kali dari ukuran tubuhnya yang semula. Tampaknya seperti seorang raksasa yang memiliki tangan dan kaki yang besar sekali, yang bersiap siap untuk menerkam kepada Tat Mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu tetap tenang, dia telah menyebut beberapa kali kebesaran Sang Budha, dan tangan kanannya diangkat menempel didadanya, dia telah memandang tajam kepada Khu Ke Lo Mo yang tengah bersiap-siap menerkam dengan bentuk tubuh yang sangat besar itu. Tetapi karena ilmu kebathinan yang dimiliki Tat Mo Cauwsu telah mencapai tingkat yang sempurna, dengan sendirinya cepat sekali pengaruh ilmu hitam dari Khu Ke Lo Mo bisa dilenyapkan. Dimata Tat Mo Cauwsu keadaan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang sama seperti manusia biasa, yang tidak ada perobahan sesuatunya. Malah saat itu Khu Ke Lo Mo telah menerkam melancarkan serangannya.

Berbeda dengan Tat Mo Cauwsu, justru Tang Cie Hok telah rubuh duduk numprah di tanah, karena dia kaget dan semaput melihat Khu Ke Lo Mo yang seperti telah berobah menjadi seorang raksasa yang besar sekali.

Tat Mo Cauwsu mengawasi datangnya serangan dari lawannya, dia berkata dengan suara yang perlahan, “Cung Hengtai, lebih baik kita sudahi permainan seperti ini....

percayalah tidak ada keuntungan apapun bagi kita !!”

Khu Ke Lo Mo menyadari ilmu hitamnya tidak berhasil menguasai lawannya, dia malah jadi semakin penasaran dan marah sekali, serangannya yang tengah menyambar kearah pundak Tat Mo Cauwsu meluncur semakin cepat saja. Tetapi Tat Mo Cauwsu disamping mendalami ilmu kebathinan, juga memang memiliki kepandaian silat yang tinggi sekali, dia tidak gentar menghadapi serangan yang dilakukan oleh Khu Ke Lo Mo.

Dengan berdiri dikaki kanannya, kaki kirinya diangkat tertekuk keatas, dengan gerakan Kim Ke Tok Pit (Ayam emas berdiri dikaki tunggal), secepat kilat Tat Mo Cauwsu memutar tubuhnya dengan gerakan yang gesit, dan begitu terkaman dari Khu Ke Lo Mo menyambar datang, tampak tangan kanan Tat Mo Cauwsu meluncur dibawah ketiak lawannya.

Khu Ke Lo Mo waktu melihat Tat Mo Cauwsu mempergunakan jurus Kim Ke Tok Pit, dia sudah terkejut, karena melihat gerakan Tat Mo Cauwsu sangat luar biasa sekali.

Biasanya, jurus Kim Ke Tok Pit merupakan jurus silat yang biasa saja, karena jurus itu memang dimiliki oleh setiap pintu perguruan silat, yaitu dengan mengandalkan satu kaki untuk merebut kegesitan dari lawan.

Tetapi Tat Mo Cauwsu telah berdiri berputar dengan kaki tunggalnya itu, sehingga dia bisa merobah posisi tubuhnya dalam waktu yang sangat singkat sekali, dimana tahu-tahu kepalan tangannya nyelonong menghantam dada disamping iga dari Iblis Tengkorak itu.

”Bukkk !” bukan main kerasnya suara benturan itu, tetapi si Iblis Tengkorak tidak terpental, hanya terhuyung beberapa langkah saja kebelakang.

Tat Mo Cauwsu tidak meneruskan serangannya, dia tidak mendesak lebih jauh.

Sedangkan Khu Ke Lo Mo telah memandang bengis kepada Tat Mo Cauwsu, tampaknya dia marah bercampur penasaran, dengan sinar mata yang menyala ke-biru2an dia telah melompat lagi melancarkan serangan.

Untuk jurus ini Tat Mo Cauwsu hanya mengelakkan diri saja, dia tidak balas menyerang.

Khu Ke Lo Mo terus melakukan serangan bertubi-tubi, sehingga kedua orang yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya itu telah terlibat dalam pertempuran yang sangat  seru. Dalam waktu yang singkat sekali mereka telah bertempur belasan jurus.

Tang Cie Hok yang melihat pertempuran kedua orang yang masing2 memiliki kepandaian begitu tinggi, dia memandang dengan takjub. Dengan mengerahkan sisa tenaganya Tang Cie Hok dapat merangkak berdiri.

Dia melihatnya Tat Mo Cauwsu tampak berada diatas angin, sebab setiap serangan lawannya dapat dielakkannya dengan mudah. Begitu juga bermacam-macam ilmu hitam dari Cung Cie Liang telah berhasil dipunahkan, sehingga Iblis Tengkorak itu jadi semakin gusar dan telah mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk mengimbangi Tat Mo Cauwsu yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya.

Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang sebetulnya baru sepuluh tahun angkat nama didalam kalangan Kangouw. Tetapi karena kepandaiannya yang sangat tinggi, cepat sekali dia disegani  dan ditakuti oleh orang-orang rimba persilatan.

Waktu itu, Khu Ke Lo Mo memiliki muka yang tampan, usianya juga baru empat puluh tahun, tetapi waktu dia bertempur dengan beberapa pendeta Lhama dari Tibet, dia terkena serangan senjata berapi yang menyebabkan mukanya terbakar dan rusak, sehingga wajahnya tidak mirip manusia lagi, dia lebih mirip dengan tengkorak manusia. Maka dari itu, selanjutnya dia digelari dengan julukan Khu Ke Lo Mo.

Cung Cie Liang pun berobah wataknya, jika semula dia sudah kejam, justru setelah kerusakan wajahnya itu dia tambah kejam dan telengas, sehingga berangsur angsur setiap orang rimba persilatan merasa takut bertemu dengannya.

Tanda kepala tengkorak manusia yang selalu diukir dibatubatu dengan mempergunakan jari telunjuknya, merupakan tanda bahwa dia berada disekitar tempat tersebut.

Tidak perduli jago-jago dari aliran putih atau hitam, semuanya merasa takut untuk berjumpa dengannya.

Maka dari itu, perlahan lahan Cung Cie Liang dianggap sebagai raja dari segala iblis iblis pentolan aliran hitam yang berada didaratan Tionggoan.

Tetapi Cung Cie Liang bukannya merobah kelakuannya disaat usianya mencapai lima puluh tahun lebih, bahkan dia bertambah bengis saja.

Dengan menyingkirnya setiap orang yang melihat tanda tengkorak yang diukirnya dibatu, membuat Cung Cie Liang merasakan dia hidup menyendiri didunia ini, karena dimana saja dia tiba dan melukiskan gambar tengkorak dengan ukiran jari tangannya dibatu-batu, maka selalu orang-orang menyingkir. Hal ini menimbulkan kesepian untuk Cung Cie Liang juga.

Sehingga dia menaruh dendam kepada orang-orang persilatan, yang dianggapnya telah menjauhi diri dan mengasingkannya seorang diri. Dendam itu meluap dalam tingkat yang lain, yaitu setiap orang yang mengerti ilmu silat yang berpapasan dengannya, tentu akan dibinasakannya, dengan cara-cara yang sangat kejam sekali. Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Cung Cie Liang semakin ditakuti oleh orang-orang persilatan didaratan Tionggoan, sebab semua jago-jago yang mengetahui adanya Cung Cie Liang, segera menyembunyikan diri.

Itulah sebabnya, semakin hari sikap dan watak Cung Cie Liang semakin kejam dan telengas, karena setiap orang yang mengerti ilmu silat, baik tinggi maupun rendah, selalu dianggapnya sebagai lawannya.

Tat Mo Cauwsu telah menyaksikan betapa seranganserangan yang dilakukan oleh lawannya dicampurbaurkan dengan ilmu hitamnya.

Memang agak merepotkan pendeta India ini juga menghadapi serangan serangan serupa itu, karena disamping harus memperhatikan kedua tangan dari si Iblis Tengkorak yang menyambar-nyambar ke bagian bagian tubuhnya yang mematikan, pun Tat Mo Cauwsu harus mengerahkan kekuatan batinnya untuk memunahkan ilmu hitam dari si iblis.

Setelah bertempur sebanyak belasan jurus, pendeta dan India ini akhirnya habis sabar, katanya dengan suara nyaring : ”Baiklah Khu Ke Lo Mo ... engkau terlalu mendesak, maafkan Siauwceng terpaksa harus mempergunakan sedikit kepandaian Siauwceng.”

Setelah berkata begitu, tampak Tat Mo Cauwsu melompat mundur menjauhi lawannya terpisah satu tombak. Kemudian disaat Khu Ke Lo Mo bermaksud akan melancarkan serangan lagi kepadanya, Tat Mo Cauwsu telah mendahuluinya dengan mengebutkan sekaligus kedua tangannya.

Kebutan itu memiliki kekuatan tenaga yang luar biasa dahsyatnya, karena Tat Mo Cauwsu sudah habis sabarnya dan benar-benar melakukan penyerangan yang sangat kuat sekali. Dengan cepat Khu Ke Lo Mo melompat mundur beberapa langkah kebelakang, mukanya merah padam karena diamuk oleh amarahnya.

Tat Mo Cauwsu menghela napas panjang2 kemudian katanya sambil tersenyum tenang : ”Apakah Cung Hengtai masih tidak puas main-main begitu lama ?” tanya Tat Mo Cauwsu.

Wajah Khu Ke Lo Mo tampak merah padam, dengan gusar dia berseru: ”Jika hari ini aku tidak bisa mengelupas kulit kepalamu, biarlah aku tidak perlu hidup lagi dibumi ini. !”

dan suara ancamannya itu sangat menyeramkan sekali, seperti juga menggetarkan sekitar tempat ini.

Dan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang bukan hanya membentak menyeramkan saja, tubuhnya juga melompat menerkam dengan cepat sekali melancarkan gempuran yang sangat hebat kepada Tat Mo Cauwsu.

Kali ini karena Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang telah mengetahui bahwa lawannya merupakan seorang pendeta yang sangat liehay ilmu silat maupun juga ilmu kebatinannya, maka dia telah mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya.

Sedangkan Tang Cie Hok yang berdiri di pinggiran, waktu melihat Cung Cie Liang melancarkan gempuran yang begitu dahsyat, sama seperti juga runtuhnya gunung kepada Tat Mo Cauwsu, Tang Cie Hok jadi menggidik ngeri.

Tetapi Tat Mo Cauwsu tetap berdiri tenang tenang ditempatnya, dia berseru perlahan, kemudian menyambuti serangan Cung Cie Liang dengan kekerasan pula, karena disinilah kelak dari kesempatan yang dinanti nanti Tat Mo Cauwsu untuk mengukur sampai berapa tinggi kepandaian yang dimiliki lawannya itu, maka dia sengaja telah melancarkan tangkisan dengan cara keras dilawan keras. Gempuran itu menimbulkan suara yang hebat waktu kedua kekuatan tenaga itu saling bentur, dan tubuh Tat Mo Cauwsu terhuyung beberapa tindak kebelakang, sedangkan Khu Ke Lo Mo sendiri telah terpental satu tombak lebih.

Tetapi Iblis tengkorak itu berhasil untuk menguasai dirinya, dia tidak sampai jatuh terjungkel.

Dalam kesempatan itu Tat Mo Cauwsu tidak mau mengalah lebih jauh, dengan mengeluarkan suara bentakan yang menggetarkan tempat ini, bagaikan angin menumbangkan pohon-pohon dan menggugurkan batu-batu yang ada disekitar tempat ini, Tat Mo Cauwsu telah melompat melancarkan gempuran kearah dada Khu Ke Lo Mo.

Khu Ke Lo Mo baru saja bisa memperbaiki kedudukan kedua kakinya, dan disaat itu dia telah melihat datangnya gempuran yang luar biasa kuatnya dari Tat Mo Cauwsu. Tetapi sebagai seorang tokoh silat yang memiliki kepandaian sangat tinggi, walaupun kaget, Khu Ke Lo Mo tidak menjadi gugup.

Diantara berkesiuran angin serangan Tat Mo Cauwsu yang menyambar datang itu, tampak Khu Ke Lo Mo telah melompat ke samping kanan, berusaha mengelakkan diri sambil tangan kanannya telah menghantam pergelangan tangan pendeta dari India itu.

“Tukkk !” tulang pergelangan tangan mereka saling bentur dengan keras, sampai terdengar sangat nyaring sekali.

Tat Mo Cauwsu telah menyalurkan tenaga dalamnya ke arah pergelangan tangannya, dia menindih pergelangan tangan Khu Ke Lo Mo, sehingga seperti juga memiliki tenaga tindihan ribuan kati.

Khu Ke Lo Mo waktu dibentur tulang pergelangan tangannya jadi kaget berbareng kesakitan, karena dia merasakan    tulang    pergelangan    tangannya    itu    bagaikan dihantam oleh sesuatu yang keras dan berat sekali, dia ingin menarik pulang tangannya, tetapi justru disaat itu dia tidak bisa menarik kembali tangannya. Keadaan seperti ini tentu saja  telah membuat Khu Ke Lo Mo jadi terkejut, dia mengempos semangatnya dan bermaksud menariknya, tetapi tidak bergeming, karena pergelangan tangannya itu seperti lengket dengan tulang pergelangan tangan Tat Mo Cauwsu.

Tat Mo Cauwsu telah berkata dengan suara yang sabar: “Siancai ! Siancai ! Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang, apakah tidak lebih baik kita menyelesaikan urusan sampai disini saja

?”

Tetapi Cung Cie Liang justru mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, dia marah sekali maka disamping mempergunakan lwekangnya yang disalurkan ke seluruh pergelangan tangan, diapun mengeluarkan ilmu hitamnya, sehingga tampak tangan Khu Ke Lo Mo seperti telah berobah menjadi sangat besar sekali.

Dalam keadaan demikian, Tat Mo Cauwsu tetap menghadapi dengan tenang, dia telah melihat lawannya seperti keripuhan sendiri, sehingga dia mengeluarkan suara tertawa mengejek, katanya dengan nada yang sabar : ”Jika saja hengtai (saudara) Khu Ke Lo Mo bersedia berjanji tidak meneruskan perbuatan jahatmu maka aku bersedia melepaskan dan membebaskan dirimu dari cacad atau kematian ....! Siancai ! Siancai ! Bersediakah Cung Hengtai ?”

Khu Ke Lo Mo jadi gusar bukan main, dia telah mengeluarkan suara bentakan yang bengis sambil menggerakkan tangan kanannya itu dengan kuat sekali untuk diputar, walaupun tangan Tat Mo Cauwsu masih menempel dipergelangan tangannya, tetapi justru dia ingin menguasai tangan Tat mo Cauwsu yang hendak diputarnya itu. Tetapi Tat mo Cauwsu tidak mau membiarkan tangannya itu diputar, dia telah tersenyum, sambil katanya: ”Walaupun engkau mengerahkan seluruh kekuatanmu, tidak nantinya engkau akan berhasil melepaskan pergelangan tanganmu itu.“

Khu Ke Lo Mo jadi semakin gusar dia berusaha memutar tangannya itu. Tetapi kembali gagal, hanya ber-gerak2 perlahan saja.

Waktu itu, Tang Cie Hok menyaksikan pertempuran antara Tat Mo Cauwsu dan Khu Ke Lo Mo merupakan pertempuran yang sangat luar biasa, jarang sekali dia bisa menyaksikan pertempuran sengit ini.

Maka dari itu Tang Cie Hok telah memandang tertegun dengan pancaran mata yang terpentang lebar2.

Saat itu Khu Ke Lo Mo setelah gagal beberapa kali memutar tangan lawannya, telah mengeluarkan suara bentak pula yang mengguntur sambil menggerakkan tangan kirinya, yang digerakkan untuk menotok biji mata Tat Mo Cauwsu yang ditotoknya dengan cepat dan luar biasa, jika saja orang lain yang menjadi lawan dari Khu Ke Lo Mo, tentu akan membuat dia menjadi korban totokan itu.

Walaupun bagaimana cepatnya totokan yang dilakukan  Khu Ke Lo Mo, namun tidak berhasil mengenai sasarannya, karena Tat Mo Cauwsu dengan gerakan yang cepat luar biasa telah mengelakkan serangan itu dengan memiringkan kepalanya. Justru saat itu tangan Tat Mo Cauwsu yang satunya meluncur akan mencengkeram bahu lawannya.

Gerakan itu memang merupakan gerakan yang aneh dan tidak diduga oleh Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang, sebab semula Tat Mo Cauwsu dengan posisi kedudukan miring, berarti tangannya yang satu itu berada dalam jarak jangkau yang cukup jauh. Tetapi anehnya, justru tangan Tat Mo Cauwsu itu seperti bisa diulur menjadi lebih panjang beberapa dim dari yang sebenarnya, dia telah mencengkeram bahu Khu Ke Lo Mo, bahkan telah menekan jalan darah Ciu-tie-hiat didekat tulang piepe lawannya, cengkeraman yang kuat itu bisa menghancurkan tulang piepe lawannya.

Tetapi Tat Mo Cauwsu tidak melakukan cengkeraman yang bisa melukai lawannya, dia hanya menyentuh dan menarik pulang tangannya lagi, disusuli dengan katanya : ”Sudahlah! Jika memang Cung Hengtai bermaksud kembali ke jalan yang benar, pergilah !” katanya sambil menarik tangan yang menindih pergelangan tangan Cung Cie Liang.

Terbebas dari tekanan tangan Tat Mo Cauwsu dan baru saja kaget waktu bahunya disentuh oleh cengkeraman Tat Mo Cauwsu, Khu Ke Lo Mo menyadari bahwa lawannya berlaku murah hati tidak mencelakainya. Jika saja cengkeraman tadi dibahunya diperkeras sedikit saja dan mematahkan tulang piepenya, berarti akan membuat bercacad si iblis Khu Ke Lo Mo seumur hidupnya.

Cung Cie Liang bergelar Iblis Tengkorak, dia juga sangat telengas dan kejam sekali. Maka dari itu, belum pernah dia memberi kesempatan hidup kepada lawannya. Baru pertama kali inilah dia menghadapi lawan yang justru memiliki kepandaian silat dan kesaktian yang jauh lebih tinggi darinya. Maka baru saja mengalami ancaman kematian atau bercacad dan lolos dari bencana, membuat Khu Ke Lo Mo jadi berdiri diam salah tingkah ditempatnya.

”Pergilah !” kata Tat Mo Cauwsu lagi dengan suara yang sabar dan tenang. ”Tetapi ingatlah baik2 oleh Cung Hengtai, jangan sekali-sekali engkau kembali melakukan perbuatan jahat lagi, lebih baik engkau hidup secara baik2 untuk memperoleh ketenangan dan ketentraman!” Khu Ke Lo Mo tertawa dingin, dia berkata dengan suara yang tawar : ”Baiklah! Hari ini aku telah menerima pelajaran yang cukup berarti, tetapi dilain kesempatan aku ingin sekali meminta petunjuk pula dari kau Tat Mo Cauwsu !”

Setelah berkata begitu Khu Ke Lo Mo telah memutar tubuhnya dia berlalu dengan cepat sekali.

Tat Mo Cauwsu membiarkan lawannya pergi, dia hanya memutar tubuhnya sambil menghela napas.

”Iblis yang sangat berbahaya jika dia masih melanjutkan perbuatan jahatnya, tentu akan mendatangkan bencana yang tidak kecil untuk orang2 Kangouw di daratan Tionggoan.  !”

menggumam Tat Mo Cauwsu dengan suara yang perlahan mengandung sesalan.

Tang Cie Hok telah menghampiri Tat Mo Cauwsu, dia merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat kepada Tat Mo Cauwsu, “Terima kasih atas pengajaran yang tadi Taisu berikan! Baru hari ini mataku terbuka, bahwa didunia ini memang tidak ada yang memiliki kepandaian tertinggi, yang tinggi ada pula yang lebih tinggi, kepandaian ilmu silat selama ingin dipelajari, tentu tidak ada batasnya...

Semoga saja aku dilain kesempatan bisa melakukan banyak perbuatan2 mulia untuk menebus dosa2ku. !”

Tat Mo Cauwsu gembira mendengar janji Tang Cie Hok. ”Kepandaian Tang Hengtai sangat tinggi, juga memiliki

kepandaian Bun (sastra), maka jika kedua macam kepandaian itu dipergunakan untuk alam dan kebaikan membela keadilan untuk si kecil yang tertindas, tentu Tang Hengtai memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pendekar yang sangat ternama sekali. ”

Mendengar perkataan Tat Mo Cauwsu muka Tang Cie Hok jadi  berobah  merah,  dia  telah  berkata  dengan  suara  yang perlahan: ”Petunjuk-petunjuk yang sangat berharga dari Taisu sangat saya hargai !” dia berdiam diri sejenak, tetapi kemudian meneruskan perkataannya lagi : “Aku tidak akan melupakan petunjuk-petunjuk Taisu.“ Setelah itu Tang Cie Hok pamitan untuk melanjutkan perjalanannya.

Tat Mo Cauwsu telah mengawasi kepergian orang she Tang itu untuk sejenak lamanya, Tat Mo Cauwsu berdiri diam ditempatnya tanpa bergerak, karena dia masih memikirkan Khu Ke Lo Mo Cung Cie Liang.

”Didaratan Tionggoan banyak sekali jago-jago yang memiliki kepandaian aneh dan luar biasa, tetapi justru mereka umumnya berjalan dijalan hitam, melakukan banyak kejahatan. Hal inilah yang harus kuberikan pengertian agar mereka mau merobah kelakuan mereka. Jika memang mereka membandel tidak mau menuruti petunjuk petunjukku, barulah aku harus mempergunakan kekerasan untuk membinasakannya... membasminya agar jago-jago jahat seperti itu tidak menimbulkan bencana bagi masyarakat umumnya.”

Setelah menghela napas lagi beberapa kali, Tat mo Cauwsu kemudian melanjutkan perjalanan, setelah matahari menyilam diufuk barat, Tat mo Cauwsu tiba didesa wu cing kwan. Dia bermalam didesa itu dirumah seorang penduduk, keesok harinya kembali pendeta India ini melanjutkan perjalanannya. Dua hari lamanya Tat Mo Cauwsu melakukan perjalanan menuju ke selatan, daerah selatan memang indah dan permai.

Tetapi pada sore hari ketiga Tat Mo Cauwsu berada dikaki gunung Sing cie san, sebuah gunung yang tidak begitu besar yang mirip-mirip bentuknya dengan keadaan digunung Bie san.

Pendeta dari India ini telah memandang sekelilingnya mengawasi sekitar tempat itu, kalau kalau ada rumah penduduk yang bisa diminta bermalam, tetapi sekitar dikaki gunung ini sepi sekali, tidak terlihat juga rumah penduduk dan hanya pohon dan batu belaka yang tampak.

Tat Mo Cauwsu sudah memasuki pedalaman gunung itu, maksudnya ingin mencari sebuah tempat yang bisa dipergunakannya tidur dan beristirahat.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih lima lie, Tat Mo Cauwsu mendengar samar-samar suara yang aneh sekali. Pendeta ini memasang pendengarannya baik-baik dan akhirnya dia tersenyum sendirinya, karena segera dia mengenalinya bahwa suara aneh itu tidak lain dari suara air tumpah, yaitu air terjun. Didengar suaranya yang perlahan dan samar itu, memang menunjukkan letak air terjun itu masih terpisah jauh.

Tat Mo Cauwsu melihat matahari telah tenggelam ditelan oleh kaki langit sebelah barat dan dia masih terus juga melakukan perjalanan karena keadaan disekitar hutan yang dijalaninya itu sangat sepi sekali, sampai sampai binatang buaspun tidak dilihatnya dihutan tersebut.

Keadaan hutan yang besar tapi sepi seperti tidak memiliki penghuninya yaitu binatang-binatang liar membuat Tat Mo Cauwsu jadi bertanya-tanya didalam hatinya. Karena biasanya hutan yang bagaimana kecilpun, pasti dihunikan oleh binatang liar, setidak-tidaknya binatang-binatang kecil seperti burung dan lain lainnya.

Tat Mo Cauwsu telah menyusuri terus menuju kearah dari mana datangnya suara air tumpah itu, yang semakin lama terdengar semakin jelas. Dia melangkah terus, tetapi suatu ketika, Tat Mo Cauwsu telah menahan langkah kakinya, dia berdiri tertegun, karena justru dia mendengar suara mengaung yang sangat aneh sekali, suara itu seperti suara pekik atau jerit, tetapi mirip juga suara tertawa, sehingga terdengarnya suara itu aneh sekali. ”Suara apa itu ?” berpikir pendeta India ini didalam  hatinya. ”Terdengarnya suara itu bagaikan memiliki kekuatan hitam... mengerikan. ”

Tetapi sebagai seorang pendeta yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Tat Mo Cauwsu tidak jeri untuk menghadapi apapun juga, dia melangkah maju terus. Dua kali dia mendengar kembali suara pekik yang mirip tertawa dan nadanya menyeramkan sekali, yang menurut pendengaran Tat Mo Cauwsu seperti mengandung kesesatan.

Sedangkan suara air tumpah terdengar semakin jelas, Tat Mo Cauwsu mengetahui bahwa air terjun itu tentunya terletak ditempat yang tidak jauh lagi.

Waktu Tat Mo Cauwsu tiba di mulut hutan sebelah lainnya, dia melihat terhampar sebuah lapangan rumput yang luas. Disebelah kanannya, terpisah kurang lebih belasan tombak, tampak sebuah anak sungai yang cukup besar mengalir tenang, airnya jernih sekali, dan diujung batu2 gunung yang terpisah kurang lebih ratusan tombak, tampak tebing yang tinggi. Dari atas tebing itulah meluncur turun air terjun yang bening bagaikan segaris benang sutra putih.

Suara jatuhnya air terjun itu yang menimpah air dan batu, memang merupakan suara yang bergemuruh.

Tat Mo Cauwsu menghampiri tempat itu ke kaki tebing, maksudnya hendak mencuci muka dan tubuhnya, karena Tat Mo Cauwsu bermaksud beristirahat di bawah kaki tebing itu, didekat air terjun.

Tetapi setelah Tat mo Cauwsu tiba dikaki tebing itu, kembali pendeta ini dihadapi oleh sesuatu yang agak ganjil. Air terjun yang turun dan belum tumpah ke sungai, justru telah berpencaran seperti terbentur suatu kekuatan yang dahsyat. Tat Mo Cauwsu untuk sejenak lamanya berdiri tertegun mengawasi pecahan ujung air mancur disebelah bawah, yang terus menerus berhamburan seperti membentur suatu kekuatan yang tidak tampak. Samar2 Tat Mo Cauwsu melihat sesosok benda yarg didalam tumpahan air terjun itu.

Pendeta India ini telah mengerutkan alisnya, dia memasang penglihatannya lebih baik memperhatikan benda yang samar2 dibalik tirai air terjun itu. Dia telah melihatnya, benda itulah yang menyebabkan tirai air terjun disebelah bawah  beterbangan bagaikan terbentur kekuatan yang sangat dahsyat sekali.

Yang membuat Tat Mo Cauwsu lebih heran lagi justru benda itu menyerupai seorang manusia.

Karena penasaran, Tat Mo Cauwsu telah menghampiri  lebih dekat, dan memang dibalik tirai air terjun itu duduk bersila seorang yang bentuk tubuhnya agak pendek, mukanya bulat sama seperti potongan tubuhnya yang bulat juga. Hidungnya bundar dan pesek, dengan bibirnya yang tebal, matanya terbuka lebar, walaupun bentuknya tetap saja tidak berobah merupakan mata yang sipit. Keadaannya mirip-mirip orang Han, tetapi juga mirip mirip seperti orang dari suku bangsa diluar bangsa Han. Lama Tat Mo Cauwsu berdiri diam mengawasi orang itu.

Yang membuat Tat Mo Cauwsu takjub, justru dia melihat betapa orang itu selalu menggerak-gerakkan kedua tangannya bergantian, memukuli air yang tumpah kebawah. Kekuatan air terjun itu bukannya ringan, meliputi ribuan kati. Tetapi yang mengherankan sosok tubuh itu berada tepat sekali dibawah tumpahnya air terjun tersebut, bahkan tirai air terjun itu berhamburan setiap kali terpukul oleh kedua tangannya.

”Hebat orang pendek ini..!” berpikir Tat Mo Cauwsu didalam hatinya. ”Dia bisa menahan kekuatan tumpahnya air terjun sudah merupakan hal yang sangat luar biasa, karena tekanan jatuhnya air terjun tentu meliputi ribuan kati... tetapi justru yang lebih luar biasa lagi adalah kedua tangannya itu yang dapat menghantam hancur tirai air terjun itu sehingga tidak ada air yang bisa membasahi tubuhnya...!”

Sambil berpikir begitu Tat Mo Cauwsu telah mengawasi dengan mata tertegun, karena dia kagum sekali.

Tetapi orang yang bertubuh pendek gemuk itu, yang tengah bergumul dengan air tumpah itu, tampaknya melihat Tat Mo Cauwsu juga, karena dia telah mengeluarkan suara pekikan yang aneh sekali, seperti suara teriakan dan suara tertawa yang tergabung menjadi satu.

Tat Mo Cauwsu baru mengetahui bahwa suara aneh yang didengarnya tadi adalah suara teriakan orang bertubuh pendek ini.

Dan orang bertubuh pendek itu bukan berteriak saja, dia telah melompat, gerakannya luar biasa gesitnya, karena tahu2 dia telah berada dihadapan Tat Mo Cauwsu.

Matanya yang sipit itu telah dibuka lebar-lebar, dia mengawasi dengan sinar mata yang menyelidik, tapi sinar mata itu menurut Tat Mo Cauwsu mengandung sinar dari sesuatu ilmu sesat.

“Siapa kau ?” tegur orang itu dengan mempergunakan  kata2 Han yang kaku, “Tahukah engkau, bahwa beradanya engkau disini telah mengganggu latihanku ?”

Tat Mo Cauwsu cepat-cepat merangkapkan tangannya, dia menjura kepada orang itu : ”Siancai, maafkan, Siauwceng tidak tahu bahwa justru kedatangan Siauwceng ditempat ini telah mengganggu ketenangan Siecu (tuan) berlatih diri. Tadi Siauwceng tidak sengaja datang ditempat ini, karena Siauwceng    bermaksud    untuk    beristirahat    disini   setelah melakukan perjalanan satu hari lamanya, Siauwceng harap Siecu tidak marah, dan Siauwceng akan segera berlalu. ”

Sambil berkata begitu, Tat Mo Cauwsu telah memutar tubuhnya untuk berlalu.

Tetapi belum lagi melangkah lebih dari tiga tindak, orang itu telah membentak: ”Berhenti. !”

Bentakan itu sangat keras, dan seperti mengandung suatu kekuatan pengaruh yang menggetarkan hati. Tat Mo Cauwsu telah menahan langkah kakinya, dia menoleh sambil tersenyum.

”Ada yang ingin Siecu katakan ?” tanyanya dengan suara yang sabar.

”Hemm enak saja kau setelah mengganggu latihanku, lalu

engkau ingin berlalu dengan begitu saja ?” kata orang bertubuh pendek gemuk itu dengan suara yang tidak sedap didengar oleh telinga, karena selain dia berkata-kata dengan suara yang kaku dalam bahasa Han, juga dia membentak dengan suara yang seperti kaleng pecah.

”Apakah dengan begitu saja kau ingin meninggalkan tempat ini setelah menggagalkan latihanku hari ini?”

Tat Mo Cauwsu melihat sikap orang ini jadi kurang senang juga hatinya karena itu bersikap kasar dan tidak menyenangkan. Tetapi Tat Mo Cauwsu sabar sekali, dia telah berkata dengan suara yang ramah : ”Lalu, apa yang dikehendaki oleh siecu ?”

”Hemm, tidak ada orang yang bisa berlalu begitu saja dari hadapan Keuki Takashi sebelum menerima hadiah dariku !” katanya dengan suara yang nyaring dan mengandung nada  yang agak bengis.

”Hadiah ? Hadiah apa yang ingin diberikan Siecu kepada Siauwceng ?” tanya Tat Mo Cauwsu dengan suara yang sabar. ”Kau boleh pilih sendiri, anggota tubuhmu yang mana bersedia dibuat cacad, tanganmu atau kakimu, atau anggota tubuh lainnya, kau pilih sendiri !” kata orang itu lagi, Keuki Takashi, dengan suara yang tetap seperti kaleng pecah.

Tat Mo Cauwsu jadi tidak senang karenanya, dia telah mengawasi tajam orang pendek ini. Mendengar dari perkataan orang itu dan juga namanya, maka Tat Mo Cauwsu segera mengetahui bahwa orang ini bukan bangsa Han, dan tentunya orang dari negeri matahari terbit yaitu Jepang.

Mengetahui itu Tat Mo Cauwsu jadi heran sendirinya, karena yang diketahuinya daratan Tionggoan yang dihunikan juga oleh perantauan perantauan suku bangsa matahari terbit biasanya berada di sebelah Utara pinggiran. Namun kini justru orang Jepang ini berada didaerah Selatan. Keadaannya juga luar biasa sekali melatih diri dibawah tumpahnya air terjun.

”Apa maksud Siecu ? Siauwceng tidak mengerti, tolong Siecu memberitahukannya. ”

Keuki Takashi telah tertawa, suara tertawanya tidak enak. Dan Tat Mo Cauwsu kembali mendengar dalam nada suara orang itu mengandung kesesatan.

”Hadiah yang kumaksudkan,” kata Keuki Takashi dengan suara yang cempreng, ”Ialah hadiah cacad untukmu! Setiap orang yang datang kemari, tidak gampang2 meninggalkan tempat ini sebelum membawa tanda mata dari Keuki Takashi....apa lagi justru engkau telah lancang datang kemari disaat aku tengah berlatih, setidak-tidaknya engkau telah mencuri lihat latihanku. ”

Mendengar perkataan Keuki Takashi sampai disitu, habislah kesabaran Tat Mo Cauwsu. Dia melihatnya bahwa orang Jepang ini rupanya bukan manusia baik2. ”Baiklah,” kata Tat Mo Couwsu dengan suara yang sabar. ”Aku merupakan pendeta miskin perantauan, jadi apa yang dikehendaki oleh Siecu? Aku hanya akan menuruti dan mengikuti kemauan Siecu...”

Muka Keuki Takashi jadi semakin tidak sedap dilihat, dia memperdengarkan suara tertawanya yang tidak enak untuk didengar oleh telinga.

”Hemmm, engkau rupanya sudah mengerti maksudku, bukan?“ tanya kemudian. ”Nah, sekarang katakanlah, bagian bagian anggota tubuhmu yang mana bersedia dibuat bercacad?!”

”Omitohud ! Omitohud !” berkata Tat Mo Cauwsu memuji kebesaran sang Buddha. ”Kenapa harus begitu ? Bukankah Siauwceng tanpa sengaja tersesat ditempat ini, jika memang kedatangan Siauwceng ditempat ini mengganggu latihan Siecu, maka Siauwceng telah meminta maaf...dan Siecu boleh meneruskan latihanmu lagi tanpa terganggu dengan kehadiran Siauwceng, bukankah Siauwceng akan segera berlalu ? Hemm, mengapa sampai harus dibuat bercacad dulu tubuhku ?”

Wajah Keuki Takashi semakin tidak enak dilihat, dia rupanya telah memperlihatkan kemarahannya.

”Tidak ada seorangpun yang bisa menentang keinginan Keuki Takashi...apa lagi berusaha membangkang !” katanya dengan suara yang sember.

”Bersiap-siaplah engkau untuk menerima hukuman dariku

!”

Tat Mo Cauwsu memaksakan dirinya untuk tertawa,

walaupun saat itu hatinya juga diliputi kemarahan.

”Jika memang Siecu berkata begitu sesungguhnya peraturan dari mana yang Siecu pergunakan ?” tanya Tat Mo Cauwsu. ”Tidak mungkin seorang manusia, tanpa kesalahan yang berarti, bersedia tubuhnya dibuat bercacad..“

”Kepala gundul !” bentak Keuki Takashi dengan suara yang nyaring mengandung kemarahan. ”Engkau ingin membangkang ?“

”Membangkang ? Siauwceng tidak membangkang, hanya ingin menjelaskan kepada Siecu, bahwa Siauwceng tanpa sengaja datang di tempat ini, jika memang siecu menganggap kehadiran Siauwceng sangat mengganggu Siecu bukankah tadipun Siauwceng telah meminta maaf ? Kenapa harus didesak terus untuk memperoleh apa yang disebut 'hukuman' oleh Siecu ?”

”Engkau terlalu rewel, kepala gundul !” bentak Keuki Takashi dengan suara yang temberang sekali, sinar matanya memancarkan sikap yang angkuh. ”Kau lihat ini, apakah kepalamu lebih keras dari ini. ”

Sambil berkata begitu, Keuki Takashi telah menggerakkan tangan kanannya yang diangkat sampai melewati atas kepalanya, kedua kakinya direnggangkan, dan dia mengeluarkan suara pekik sambil menghajar sebungkah batu yang berukuran besar dengan tepian telapak tangannya.

Tidak terdengar suara apa-apa waktu tepian telapak tangannya itu menghantam batu tersebut, hanya saja, akibat pukulan itu sangat hebat. Waktu Keuki Takashi mengangkat tangannya dari batu itu, batu yang semula berbungkah besar itu telah meluruk menjadi beberapa puluh pecahan.

Hati Tat Mo Cauwsu jadi tercekat, dan berbareng kagum juga. Telapak tangan orang Jepang ini rupanya telah terlatih sekali, karena batu yang begitu keras telah berhasil dipukulnya pecah sedemikian rupa. Tetapi melihat cara waktu Keuki Takashi mengerahkan tenaganya dan memukulnya, Tat Mo Cauwsu  mengetahui  bahwa  Keuki  Takashi  seperti  memiliki kepandaian Gwakang (tenaga lahiriah yang mengandalkan kekuatan tubuh atau phisik, yang sesungguhnya kepandaian Keuki takashi dimasa sekarang ini lebih dikenal sebagai pelajaran Karate).

”Bagaimana menurut penglihatanmu, apakah kepalamu yang gundul itu jauh lebih keras dari batu itu ?” tanya Keuki Takashi dengan suara yang temberang sekali.

Tat Mo Cauwsu dengan sabar memperlihatkan senyumnya, dia juga telah menyebut beberapa kali kebesaran Sang Buddha, kemudian baru menyahuti, ”Memang kepandaian dari suatu kekuatan yang dilatih semakin lama semakin tinggi dan sempurna harus dibuat bangga, tetapi seorang manusia melatih diri untuk memiliki kekuatan dan kepandaian yang tinggi bukan sekedar untuk bertindak sewenang-wenang, bukan untuk mencelakai sesama manusia yang tidak bersalah apa2 padanya... Justru tujuan yang pokok adalah bagaimana menyalurkan dan mempergunakan kepandaian yang telah dimilikinya itu, disertai dengan akal yang sehat, harus melakukan banyak perbuatan2 mulia barulah merupakan suatu hal yang patut dibanggakan !”

Keuki Takashi jadi semakin gusar hatinya. “Aku tidak perlu kata-kata nasehatmu itu keledai gundul,” kata Keuki Takashi dengan suara yang bertambah garang dan kasar. “Justru kini kau boleh sebutkan, bagian anggota tubuhmu yang mana bersedia untuk dibuat bercacad, atau memang engkau menghendaki kematian dengan kepalamu itu kuhajar hancur remuk seperti batu itu yang menjadi contohnya ?”

Tat Mo Cauwsu masih tersenyum dengan sikap yang sabar, walaupun hatinya telah mendongkol sekali.

”Sebungkah batu tidak bisa dipersamakan dengan seorang manusia. Jika sebungkah batu walaupun bagaimana besar dan kerasnya, hanya sebungkah batu yang tidak bergerak dan diam. Tetapi justru manusia, memiliki gerak, yang bisa saja mengelakkan, dan bisa saja menghadapi setiap mara bahaya yang mengancam dirinya, tidak mungkin seorang manusia akan berdiam diri saja walaupun mengetahui telah datang mara bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya...!”

Keuki Takashi memperlihatkan sikap yang lebih garang,  dia telah membentak, ”Jadi kau memang menantang aku. ?”

Dan belum lagi suara bentakannya itu habis, disaat itulah telah terlihat Keuki Takashi membarengi dengan gerakan tangannya yang sangat cepat sekali meluncur akan menghantam pundak Tat Mo Cauwsu dengan mempergunakan tepian telapak tangannya.

Kalau orang lain yang menerima serangan ini mungkin akan terkejut. Tetapi tidak demikian halnya dengan Tat Mo Cauwsu, dia mengawasi datangnya serangan itu dengan berdiri tenang dihadapannya. Waktu dia melihat tepian telapak tangan lawannya hampir mengenai bahunya, barulah dia memiringkan pundaknya dan dengan hanya mempergunakan jari telunjuknya dia telah berhasil mendorong telapak tangan Keuki Takashi.

Itulah peristiwa yang belum pernah dialami oleh Keuki Takashi, sehingga dia jadi terkejut dan tertegun. Dia merasakan dorongan jari telunjuk dari pendeta dihadapannya itu telah membuat telapak tangannya itu terdorong keras walaupun hanya jari telunjuk itu yang mendorong.

Tetapi dalam keadaan terkejut seperti itu justru Keuki Takashi telah mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras sekali, tangan kanannya itu baru terdorong oleh jari telunjuk Tat Mo Cauwsu namun tangan kirinya telah menyerang lurus kedepan biji mata pendeta dari India itu.

Tat Mo Cauwsu juga terkejut sekali melihat cara menyerang   Keuki   Takashi,   karena   cara   bertempur  Keuki Takashi berlainan dengan cara bertempur jago2 silat didaratan Tionggoan.

Jika orang yang menghadapinya itu memiliki kepandaian tanggung2, tentu akan dapat dicelakai oleh Keuki Takashi.

Karena itu, Tat Mo Cauwsu cepat2 menggerakkan kepalanya, dia berhasil mengelakkan serangan ujung jari tangan Keuki Takashi, dan kemudian dengan cepat Tat Mo Cauwsu menyusuli dengan kebutan lengan bajunya. Kebutan lengan jubah Tat Mo Cauwsu itu mengandung kekuatan tenaga lwekang yang sangat dahsyat sehingga Keuki Takashi telah mengeluarkan suara teriakan dan terhuyung mundur beberapa langkah.

Peristiwa yang terjadi ini sangat mengejutkan Keuki Takashi, karena belum pernah ada orang yang berhasil menggempur kuda2 kedua kakinya yang sangat kuat. Tetapi Keuki Takashi tidak lama2 tenggelam dalam keterkejutannya itu, karena dia juga telah diliputi oleh perasaan penasaran dan marah.

Dengan disertai oleh suara pekikan yang sangat nyaring memekakkan anak telinga tampak Keuki Takashi telah melompat dan melancarkan tendangan lurus dengan mempergunakan telapak kakinya. Yang dituju adalah leher pendeta dari India tersebut, yang ingin ditendang dengan mempergunakan tepian kakinya itu.

Tetapi Tat Mo Cauwsu memiliki gerakan yang sangat gesit sekali, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring dan mengebutkan lengan jubah pertapaannya, sehingga ujung lengan jubahnya itu telah melibat kaki Keuki Takashi.

Dengan menghentak Tat Mo Cauwsu membuat tubuh Keuki Takashi hampir jatuh terjungkel. Keuki Takashi berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya dia telah mengerahkan tenaganya dan mempergunakan kedua tangannya menahan meluncurnya  tubuh itu, kemudian mendorong lagi keatas, sehingga tubuhnya melambung ketengah udara dan meluncur turun dengan kedua kakinya terlebih dulu, berdiri tegak tanpa goyah sedikitpun juga.

Tat Mo Cauwsu kagum juga melihat kegesitan dan kuatnya kuda-kuda kedua kaki Keuki Takashi. Pendeta dari India ini telah berkata : “'Rupanya engkau terlalu mengandalkan kepandaian dan kekuatanmu untuk melakukan hal-hal yang tidak baik kepada sesamamu... Baiklah, jika memang Siecu mendesak terus, biarlah Siauwceng menemanimu main-main beberapa jurus...!” Tat Mo Cauwsu berkata begitu karena pendeta India ini jadi tertarik juga untuk main-main beberapa jurus dengan jago Jepang yang memiliki kepandaian tinggi itu.

Keuki Takashi telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring. Tubuhnya telah melompat melambung ke tengah udara dengan gerakan yang cepat sekali sambil melakukan tendangan tendangan mautnya.

Tat Mo Cauwsu tiga kali beruntun runtun telah mengelakkan tendangan tendangan kaki Keuki Takashi. Dia berhasil mengelakkan diri dengan mudah. Namun Keuki Takashi terus melakukan pukulan-pukulan karatenya yang dikombinasikan dengan tendangan-tendangan kedua kakinya yang menyambar bertubi tubi ke tubuh Tat Mo Cauwsu.

Setiap serangan yang dilakukannya itu merupakan serangan2 yang bisa mematikan, sebab beberapa kali Tat Mo Cauwsu berhasil mengelakkan diri dari tendangan itu, kaki Keuki Takashi telah menendang hancur batu batu yang ada di dekat Tat Mo Cauwsu. Maka bisa diambil perbandingan bahwa tendangan kaki Keuki Takashi tidak kalah hebatnya dengan tepian telapak tangannya yang bisa menghancurkan batu. Tat Mo Cauwsu sendiri heran memikirkan kepandaian orang bertubuh pendek gemuk ini. Dia tidak mengerti mengapa kekuatan Gwakang yang dimiliki Keuki Takashi demikian hebat dan tangguh.

Dalam keadaan demikian, tampak Tat Mo Cauwsu bukan hanya ingin berkelit saja. Jika tadi beruntun Tat Mo Cauwsu telah mengelakkan diri tanpa melancarkan serangan balasan karena dia bermaksud ingin mencari dulu titik kelemahan dari ilmu karate sipendek gemuk ini.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar