Tat Mo Cauwsu Jilid 08

Jilid VII

“TECU sangat malu, sudah cukup lama tecu menerima pelajaran dari suhu, tetapi kenyataannya tecu (murid) tidak bisa menyandak dan mengejar suhu, walaupun suhu hanya berjalan biasa saja. Tecu memang harus berlatih diri lebih giat lagi," menyahuti Sin Han dengan sikap sungguh2.

Sin Kun Bu Tek tersenyum sabar, katanya : ”Muridku, engkau sebetulnya seorang murid yang baik dan memiliki bakat yang bagus pula, karena itu aku bersedia menerima engkau menjadi muridku, asalkan engkau mau berlatih diri dengan rajin...! Mengenai kepandaian yang sekarang engkau miliki ini bukan menjadi soal, tidak bisa engkau mempelajari ilmu yang tinggi dengan waktu yang singkat... engkau harus banyak berlatih diri dan juga harus ulet mempelajari setiap jurus yang kuberikan..!"

“Terima kasih suhu...!" kata Sin Han cepat, "Wejangan yang diberikan oleh suhu akan Tecu ingat baik2."

“Bagus! Mari kita lanjutkan pula perjalanan kita," kata Sin Kun Bu Tek.

Kali ini Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak berlari cepat seperti tadi, dia hanya mengendurkan langkah kakinya perlahan2, sehingga Sin Han bisa berjalan sejajar dengannya.

Disaat hari menjelang sore, Sin Kun Bu Tek bersama muridnya telah tiba dipermukaan kampung Liang Sie cung. Perkampungan itu sangat kecil dan penduduknya juga tidak begitu padat. Sedangkan dipermukaan kampung yang begitu sepi, tidak terlihat seorang manusiapun juga.

”Kita beristirahat disini saja....!” kata Sin Kun Bu Tek setelah berdiri sesaat lamanya mengawasi permukaan kampung itu.

”Kita cari dulu kuil tua untuk kita bermalam, tetapi jika dikampung ini tidak terdapat kuil tua, maka terpaksa kita bermalam di rumah penginapan. "

Sin Han menyetujui. Dia sendiri tidak tahu mengapa setelah menjadi murid Sin Kun Bu Tek, diapun senang sekali tidur dikuil2 tua yang tidak terpelihara dibandingkan harus menginap dirumah penginapan yang ramai dan tentunya merekapun akan memperoleh perlakuan sinis dari pelayan2 rumah penginapan itu, bukankah mereka hanya berpakaian sederhana dengan penuh tambalan sebagai pengemis ?

Sin Kun Bu Tek mengajak muridnya mengelilingi kampung tersebut, tetapi mereka tidak berhasil menemuinya. Mungkin juga kampung ini tidak memiliki kuil.

”Hai !" Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah menghela napas dalam2, kemudian katanya: "Memang sial sekali hari ini, mengapa kampung ini tidak memiliki kuil untuk kita bermalam?! Aku paling benci kalau harus menginap di-rumah2 penginapan. "

Sin Han tersenyum, lalu katanya: "Suhu jangan berkata begitu, menginap dimana saja sama, bukan? Jika memang kampung ini tidak memiliki kuil, kita bisa saja mengasoh dialam terbuka. !"

Si pengemis tua she Lo itu mengangguk sambil tersenyum lebar.

”Benar !" katanya kemudian. "Memang benar apa yang kau katakan. ! Mari kita cari lagi beberapa saat, jika benar2 tidak

terdapat kuil dikampung ini, biarlah kita tidur diemperan  rumah pendudukpun tidak menjadi persoalan. !"

Guru dan murid itu mengelilingi satu kali lagi kampung tersebut, mereka hanya sekali2 saja bertemu dengan satu orang penduduk kampung itu.

Tetapi kuil tua yang dicari Sin Kun Bu Tek benar2 tidak ada, maka Sin Kun Bu Tek telah mengajak Sin Han untuk mengasoh di dekat emperan rumah yang cukup  megah, rupanya rumah yang mewah ini milik seorang hartawan kaya. Sin Han melihat gurunya telah duduk dengan sepasang kaki dilonjorkan didekat pintu gedung itu, diapun telah memejamkan matanya rapat2.

Sin Han mengikuti apa yang dilakukan gurunya, meringkuk disamping Sin Kun Bu Tek untuk tidur.

Tetapi disaat Sin Han tengah enaknya terlelap dalam tidurnya, anak itu dikejutkan oleh suara bentakan yang nyaring: ”Siapa yang berani menggoda aku ?” dan Sin Han mengenali itulah suara gurunya yaitu Sin Kun Bu Tek.

Waktu Sin Han membuka matanya, dia melihat gurunya telah bertolak pinggang mengawasi sekelilingnya.

2 Sin Han cepat2 melompat bangun, dia segera bertanya : ”Ada apa, suhu ?"

”Hemm, tadi ada orang yang menjailkan kita... nah, kau lihatlah, benda apa itu...didekat ambang pintu ?"

Sin Han menoleh mengawasi tempat yang ditunjuk gurunya, Sin Han jadi mengeluarkan suara jeritan tertahan, karena kaget dan ngeri.

Didekat undakan tangga, ternyata menggeletak dua pasang tangan, lengkap dengan jari2nya, tangan itu hanya sebatas sikut, tentu kedua orang pemilik tangan tersebut telah peroleh malapetaka yang hebat.

”Tangan ... tangan siapa itu, suhu ?" tanya Sin Han dengan suara tergetar.

”Hemmm, sudah kukatakan, ada seseorang yang hendak mempermainkan kita...!" dan setelah berkata begitu, tampak Sin Kun Bu Tek mengerahkan tenaga dalamnya, dengan menyalurkan lwekangnya Sin Kun Bu Tek telah berkata : ”Siapa yang ingin main2 dengan aku si pengemis tua Lo Ping Kang. Perlihatkanlah dirimu agar kita dapat saling berkenalan..!"

”Hehehe, aku tidak menyangka bahwa pengemis busuk tua bangkotan seperti itu..!"

Menyusul dengan kata2 itu tampak sesosok tubuh telah melompat keluar dari balik dinding dengan gerakan yang ringan sekali.

Dialah seorang lelaki berusia diantara empat puluhan tahun, tetapi potongan mukanya sangat kasar dan buruk sekali, sebab sebelah mata kirinya telah picak dan bibirnya juga tebal, sehingga keadaannya itu tidak sedap dilihat. Hanya bentuk tubuhnya yang bagus, yaitu tinggi dan tegap. Di pinggangnya tampak   tergantung   sebatang   joanpian   (pecut   lemas), yang digulung beberapa gulungan dan tergantung tidak begitu terlihat jika tidak diperhatikan baik2.

Muka Sin Kun Bu Tek jadi berobah ketika melihat orang itu, tampaknya Sin Kun Bu Tek terkejut sekali.

”Kiranya engkau, Tiat-sim Sianjin (Manusia sakti Berhati Besi),” kata Sin Kun Bu Tek dengan suara yang perlahan, setelah memperhatikannya dengan seksama keadaan orang itu.

”Tepat ! sama sekali tidak salah ! Akulah Tiat Sim Sianjin Su Hong Sin," menyahuti orang yang bermata picak itu, ”Aku ingin berhitungan denganmu mengenai penghinaan terhadap muridku."

Sin Kun Bu Tek tertawa perlahan, dia telah berkata dengan suara yang mengejek: ”Engkau ingin mencari balas untuk muridmu. ? Siapakah muridmu itu ?"

Muka Su Hong Sin semakin tidak enak dilihat, dia telah mengibaskan tangan kanannya dengan keras sekali, sehingga menimbulkan kesiuran angin yang sangat kencang.

Sin Kun Bu Tek tidak takut menghadapi serangan seperti itu, dia telah mengawasinya dengan sorot mata yang sangat tajam memandang kearah tangan Su Hong Sin, waktu angin serangan hampir sampai maka disaat itulah tampak Sin Kun Bu Tek dengan cepat sekali mengelakan diri kesamping.

Keadaan seperti ini membuat Su Hong Sin jadi tambah penasaran. Dia bergelar sebagai Tiat Sim Sianjin, sehingga lawan maupun kawan merasa segan terhadap ilmu 'Tiat Sim Ciang atau Pukulan Hati Besinya”.

Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia telah melompat lagi dengan terjangan yang sangat kuat, mempergunakan salah satu jurus dari ilmu Tiat Sim Ciang.

Namun Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup waktu  melihat lawannya telah melancarkan serangan begitu hebat. Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan juga jurusnya yang hebat, dia menyambuti serangan Tiat Sim Ciang dengan kekerasan, sehingga Su Hong Sin jadi terkejut, dia ingin menarik pulang serangannya namun sudah tidak keburu lagi, maka dari itu, cepat2 dia telah meneruskan serangannya itu dengan menambahkan kekuatan tenaga lwekangnya.

”Bukkk !" terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali, seperti juga keadaan disekitar tempat itu akan gempa.

Suara bentakan dan berkesiuran angin yang sangat keras sekali telah membuat penghuni gedung itu jadi terbangun dari tidurnya, mereka jadi men-duga2, entah apa yang telah terjadi sehingga menimbulkan suara yang begitu keras dan bentakan2 bengis.

Penghuni gedung itu tidak berani keluar waktu mengetahui diluar pintu gedung itu terdapat dua orang yang sedang mengadu kepandaian.

Sin Han yang sejak tadi berdiri mengawasi saja, jadi  diliputi kekuatiran. Dan juga dia telah melihat betapa gurunya berusaha untuk dapat merubuhkan lawannya, tetapi Tiat Sim Ciang lawannya cukup hebat.

Sin Kun Bu Tek paling sengit jika dia tidak bisa merubuhkan lawannya, walaupun pengemis ini mengetahui bahwa lawannya merupakan lawan yang sangat tangguh. Maka dari itu dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya, tahu2 Sin Kun Bu Tek berputar setengah lingkaran, dengan cepat sekali kedua tangan si pengemis tua she Lo telah melancarkan serangan yang beruntun.

Su Hong Sin sendiri yang melihat hal itu jadi berpikir keras. Dia memang ingin membalas sakit hati muridnya, yang pernah dirubuhkan oleh si pengemis dan dibuat bercacad. Maka dari itu, sekarang dia berusaha untuk dapat merubuhkan Sin Kun Bu Tek. Saat itu tampak Sin Kun Bu Tek bekerja tidak kepalang tanggung, begitu kedua serangannya dielakkan, dalam waktu yang singkat sekali si pengemis telah menyusuli pula dengan serangan yang lainnya.

Kekuatan tenaga lwekang Sin Kun Bu Tek sesungguhnya lebih tinggi satu tingkat dari Su Hong Sin, begitu juga jika berbicara mengenai kepandaiannya, Su Hong Sin belum bisa menandingi Sin Kun Bu Tek. Tetapi ada satu keuntungan untuk Su Hong Sin, karena dia telah mempergunakan ilmu pukulan Tiat Sim Ciang, yang memiliki jaringan kuat sekali sebab kedua tangan Su Hong Sin yang bersilat dengan mempergunakan Tiat Sim Ciang itu seperti berobah menjadi puluhan pasang tangan.

Disamping itu juga tampak sepasang tangan itu bagaikan mengurung dan menjirat tubuh Sin Kun Bu Tek.

Keadaan demikan telah membuat Sin Kun Bu Tek memutar otaknya sekeras mungkin, dia mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk mendesak lawannya.

Gerakan2 yang dilakukan oleh Sin Kun Bu Tek merupakan serangan yang cukup hebat dan mematikan, memaksa Su Hong Sin harus melompat mundur beberapa kali menggerakkan serangan yang menyambar cepat sekali.

Sin Kun Bu Tek saat itu telah berpikir, "Hemm, jika kesempatan disaat dia tengah terdesak aku tidak memanfaatkannya, niscaya beberapa saat lagi nanti aku akan sulit merubuhkannya!"

Karena berpikir begitu, tampak Sin Kun Bu Tek mempergencar serangannya.

Sehinggga Su Hong Sin jadi terdesak dengan hebat, dia berusaha untuk memberikan perlawanan yang gigih, namun tetap saja Su Hong Sin tidak berhasil untuk balas menyerang. Sin Kun Bu Tek saat itu telah berkata mengejek, katanya dengan suara yang nyaring, "Hemmm, ternyata kepandaianmu hanya begitu saja. !"

Begitu habis suaranya, segera tangan Sin Kun Bu Tek melancarkan gempuran yang jauh lebih keras lagi.

Su Hong Sin juga rupanya telah mendongkol bercampur penasaran, dia mengeluarkan suara erangan, dan menubruk kepada si pengemis, maksudnya ingin mengadu jiwa dengan lawannya untuk mati bersama.

Tetapi Sin Kun Bu Tek mana mau berlaku nekad seperti lawannya itu, dengan cepat si pengemis tua she Lo itu telah meluncurkan suara bergetar yang keras, berbareng dengan itu kedua telapak tangannya telah dimajukan untuk melancarkan gempuran dengan mempergunakan seluruh kekuatan murninya.

Kebetulan sekali Su Hong Sin telah melompat dan menerjang maju pula. Maka pada kesempatan itu, dimana Su Hong Sin tidak memiliki pertahanan yang gigih dan rapat, Sin Kun Bu Tek telah berhasil menghantam dadanya.

”Bukkk !" bukan main hebatnya tenaga hantaman itu, karena seketika itu tubuhnya Su Hong Sin yang tinggi besar itu telah terlempar tinggi sekali, kemudian terguling2 ditanah beberapa tombak.

Su Hong Sin mengeluarkan suara keluhan dan telah merangkak berdiri.

”Kau memang hebat, pengemis tua ! Kuakui sekarang aku rubuh ditanganmu, tetapi ingat suatu saat kelak aku akan mencarimu lagi !”

Dan setelah berkata begitu, tampak Su Hong Sin membalikkan tubuhnya, berlalu dengan cepat. Hanya dengan berapa jejakan kaki saja, tubuhnya telah lenyap dari pandangan Sin Kun Bu Tek. Si pengemis tua she Lo itu telah menghela napas dalam2, dia telah berkata : "Untung saja tadi aku berhasil memukul dia terguling, jika sampai dia mempergunakan seluruh ilmu Tiatsim-ciangnya itu, belum tentu aku bisa menundukkannya,” menjelaskan si pengemis kepada muridnya.

Sin Han mengangguk, lalu tanyanya dengan suara yang ragu2 : "Tetapi Suhu, tadi aku melihat suhu telah terkejut dan wajah suhu berobah waktu melihat munculnya orang itu.. mengapa demikian, suhu?"

Sin Kun Bu Tek menghela napas panjang lagi.

”Engkau tidak mengetahui, muridku! Su Hong Sin yang bergelar Tiat Sim Sianjin merupakan seorang yang pandai bukan main dan juga bertangan telengas. Coba kau lihat itu dua pasang tangan yang telah buntung, itulah hasil perbuatannya.....!" Sambil berkata begitu, Sin Kun Bu Tek telah menunjuk kepada kedua pasang tangan yang menggeletak di dekat undakan anak tangga gedung itu. Sin Han diam2 jadi bergidik ngeri.

”Hemmm, belum apa2 sudah takut !" kata Sin Kun Bu Tek kepada muridnya itu. "Itu hanya dua pasang tangan yang dibuntungi, masih banyak hal2 yang mengerikan dilakukan manusia rendah itu ! Sebetulnya kepandaian kami berimbang, namun disebab dia membawa adat dan menuruti hawa amarahnya, telah membuat dia kurang mempertahankan perbentengan dirinya, sehingga dia harus menelan pil pahit dibuat terpental olehku.....!" kembali si pengemis telah menghela napas beberapa kali.

Kemudian si pengemis tua she Lo itu telah menganjurkan Sin Han melanjutkan tidurnya, sedangkan Sin Kun Bu Tek sendiri telah merebahkan dirinya didekat undakan anak tangga.

Pemilik gedung dan pelayan2nya tidak seorangpun yang berani keluar. Apa lagi tadi mereka telah menyaksikan Sin Kun Bu Tek berhasil merubuhkan lawannya, membuktikan bahwa kepandaian Lo Ping Kang benar2 hebat, mana mereka berani mengusirnya? Sedangkan tuan rumah itu telah memesan kepada pelayan2nya agar tidak usil atau mengganggu tidurnya si pengemis she Lo dan muridnya itu. Juga hartawan kaya itu telah memesan agar pelayan2nya itu tidak membuka pintu sebelum Lo Ping Kang berlalu.

Sin Kun Bu Tek bersama Sin Han tertidur lelap sekali, sampai terbangun matahari sudah naik cukup tinggi.

”Setan kecil, kau !" kata Sin Kun Bu Tek tertawa sambil menabok pundak Sin Han.

Sin Han terkejut dan telah melompat berdiri, dia menanyakan: "Suhu mau kemana?"

Sin Han bertanya begitu, karena dia melihat si pengemis telah berdiri dan merapihkan baju tambalannya itu.

”Biasa..!" kata Sin Kun Bu Tek sambil tersenyum lebar. "Aku ingin meminta bagian rangsum makanan kepada rumah2 makan !"

Mendengar perkataan gurunya yang jenaka itu, Sin Han telah tertawa juga.

”Kau tunggu saja disini, jangan pergi kemana2 !!" pesan Sin Kun Bu Tek pula sambil mengayunkan langkah kakinya untuk mengambil bagiannya dari rumah makan yang terdapat di kampung ini.

Sin Han menuruti pesan gurunya, dia tetap duduk diemperan gedung itu lagi.

Sin Han duduk sambil mencabuti rumput2 kecil yang tumbuh banyak sekali dimuka gedung tersebut, digigitnya perlahan2. Waktu itu, keadaan sudah cukup siang, sehingga banyak juga orang yang berlalu-lalang ditempat tersebut.

Tetapi semua orang yang lewat dimuka gedung itu, dan melihat Sin Han tengah duduk seorang diri, mereka tidak mengacuhkannya, karena mereka pikir mungkin Sin Han seorang pengemis kecil yang malas.

Tetapi waktu dijalan tersebut lewat seorang tojin, yang memakai jubah warna hijau dan tengah me-ngebut2kan perlahan Hudtimnya, dia tertegun melihat Sin Han.

Tojin itu telah menunda langkah kakinya, dia memandangi lagi Sin Han sesaat lamanya tanpa mengucapkan kata2.

Sin Han jadi kikuk diperhatikan begitu rupa oleh si tojin, segera anak ini bangkit merangkapkan sepasang tangannya, dia telah menjura memberi hormat.

”Apakah ada sesuatu yang Tootiang ingin sampaikan kepadaku ?” ramah sekali waktu Sin Han bertanya begitu.

Tojin itu membawa sikap acuh tak acuh, dia masih juga mengawasi Sin Han dengan tatapan mata yang sangat tajam sekali.

”Mengapa engkau menjadi pengemis kecil ?” tiba2 tojin itu telah menegur dengan suara yang dingin. ”Tidakkah sayang dalam usia sekecil engkau sudah tidak memiliki tekad dan cita2, hanya mengandalkan belas kasihan orang...!"

Muka Sin Han jadi berobah merah.

”Benar totiang, apa yang dikatakan oleh totiang memang benar. Tetapi justru kebetulan sekali aku memiliki seorang  guru dari partai Kaypang, maka tidak dapat aku tidak menuruti peraturan2 yang ada didalam Kaypang...!"

Tojin itu tampaknya terkejut juga. ”Engkau...engkau murid Kaypang ? Siapa gurumu ?" tanya si tojin dengan cepat.

”Sin Kun Bu Tek... Namanya Lo Ping Kang !" menyahuti Sin Han, setelah dia ragu sejenak.

”Ihh..!” berseru tojin itu dengan suara yang tertahan, wajahnya juga memperlihatkan rasa terkejut. ”Engkau muridnya Lo Ping Kang, si pengemis tua bangka itu ?"

”Benar !" Sin Han mengangguk cepat. ”Insu sedang mencari makanan...!"

”Hemm,” mendengus si tojin, tampaknya dia benar2 mendongkol dan sengit waktu mengetahui Sin Han murid Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang. "Sungguh kebetulan sekali kita bisa bertemu denganmu disini !"

”Apa maksud Totiang...?” kata Sin Han sambil menatap kepada tojin itu.

”Hemmm... memang sudah belasan tahun kami tidak bertemu, dan disini rupanya aku tidak akan gagal mencari pula. Yang pasti tidak akan sia2 capai lelahku untuk mencarinya, dan melatih ilmu....Hahahaha....!" dan diakhir dari perkataannya  itu, tojin itu telah tertawa ber-gelak dengan suara yang nyaring.

Di detik2 seperti itu, Sin Han segera tersadar, bahwa Tojin ini tentu memiliki ganjalan sesuatu dengan gurunya. Dilihat dari sikap dan wajahnya yang memancarkan kebengisan itu, tentu menunjukkan Tojin tersebut tengah gusar.

”Totiang..." kata Sin Han.

Tetapi belum lagi perkataannya itu habis, justru tojin itu telah mencengkeram baju dipunggung Sin Han, kemudian dilemparkan terbanting ditanah! Gerakan yang dilakukan itu tampaknya ringan sekali, tetapi kenyataannya Sin Han terbanting keras bukan main, sampai anak itu bagaikan rontok semua tulang tulang ditubuhnya. Tanpa dikehendaki oleh Sin Han, karena terlalu sakit sekali maka dia telah menjerit dengan suara yang melengking.

Si Tojin rupanya tidak bertindak sampai disitu saja, dia telah mengayunkan kaki kirinya, maka tubuh Sin Han terlempar ketengah udara cukup tinggi, kurang lebih lima tombak, itulah tenaga menendang bukan biasa, karena tendangan tersebut disertai tenaga lwekang yang dahsyat sekali.

Begitu tubuh Sin Han terpental meluncur dengan kecepatan yang luar biasa, imam itu telah menggerakkan tangan kanannya, dia telah berhasil mencengkeram baju didekat punggung Sin Han.

Dengan demikian Sin Han tidak sampai terbanting pula, si Tojin kemudian melemparkan Sin Han ke tanah.

”Dimana sekarang gurumu berada ?” tegur tojin itu. ”Suhu.....suhu ..." Sin Han jadi tergugu.

”Cepat katakan !”

”Aku sendiri tidak mengetahui, karena yang kuketahui adalah pekerjaan yang tetap bagi guruku itu, yaitu mencari makanan yang digemarinya."

”Hemm, engkau memperoleh guru seperti Lo Ping Kang, maka dari itu, engkau kelak pun bukan manusia baik2..! Maka lebih baik engkau dibinasakan saja...!"

Mendengar perkataan Tojin itu, tubuh Sin Han jadi gemetar kaget.

”Hemm, mukamu pucat sekali tentu engkau ketakutan, bukan ?" tanya si imam lagi, ”tidak perlu kau takut, aku tidak akan menganiaya dirimu asalkan engkau bersedia mengantarkan aku kepada gurumu..!"

2 Setelah berkata begitu, si imam telah mengulurkan tangan kanannya, dia mencekal tangan kiri Sin Han, kemudian diajak untuk pergi mencari Sin Kun Bu Tek.

Tetapi Sin Han tidak mau menuruti kehendak Tojin itu, dia telah meronta.

Tetapi walaupun Sin Han meronta sekuat tenaganya, namun tidak urung tangannya itu tercekal terus tidak bisa dilepaskannya.

Keadaan seperti ini membuat Sin Han jadi nekad.

”Tojin jahat, aku tidak mengganggumu, mengapa justru sekarang engkau ingin menggangguku ? Cepat lepaskan cekalan tanganmu ini...!”

Mendengar perkataan Sin Han, tampak si Tojin telah tertawa dengan suara yang nyaring sekali, katanya kemudian: ”Hemm sudah dalam keadaan demikian, engkau masih membangkang saja atas perintahku, maka nanti setelah kupotong jari tanganmu, engkau bersedia mengantarkan aku bertemu dengan gurumu, itulah suatu tindakan yang bijaksana,....tetapi jika engkau membangkang, akupun tidak perdulikan akan kata2 : Si tua menghina si kecil, aku akan menyiksamu. "

Sin Han jadi takut lagi, dia telah berkata dengan suara tersendat. ”Hemm, engkau memaksa aku dengan demikian rupa, apakah engkau tidak takut ditertawai orang2 rimba persilatan? Lagi pula memang aku tidak mengetahui dimana sekarang ini suhu tengah berada." 

Mendengar perkataan Sin Han, tojin itu telah berkata lagi : ”Hemm, memang engkau seorang anak yang terlalu keras kepala ! Yang terpenting sekarang engkau ikut denganku, nanti jika kita telah bertemu dengan gurumu itu, Sin Kun Bu Tek, barulah kau kubebaskan. Tetapi jika tidak hemm, hemmm. ” Sin Han juga menyadari ancaman bahaya untuk dirinya jika dia membangkang terus. Maka dia telah berkata dengan suara yang dingin : ”Hemm kau bunuhlah jika memang ingin membinasakan diriku..!"

”Jangan pura2 seperti seorang Hohan, sedangkan hatimu tengah memikirkan jalan untuk meloloskan diri dari cengkeramanku ini, bukan ?"

Sin Han cerdas, dia tahu, jika dia melawan si tojin dengan sikap kepala batunya, niscaya akan menyebabkan tojin itu gusar dan juga bisa2 dia dianiaya si tojin.

”Baik !" kata Sin Han kemudian. ”Hemm, dengan keadaan seperti ini tentu saja kita harus mencarinya disekitar perkampungan ini. "

”Tidak menjadi persoalan...!" kata tojin itu dengan suara yang nyaring. ”Hemm...dalam persoalan ini, yang terpenting engkau harus turut denganku ! Jika memang si pengemis tua she Lo itu berusaha menyingkir dariku, maka engkau yang akan menggantikan dia. !"

Muka Sin Han jadi berobah merah karena gusar dan mendongkol. Tojin ini tidak hujan dan tidak angin, justru telah menyiksanya dengan kejam.

XdwXkzX

”Baiklah !” kata Sin Han kemudian dengan perasaan mendongkol bukan main. Kemudian dia berkata lagi sambil menatap kepada si tojin, ”Tetapi kau harus ingat, jika memang gagal, maka engkau jangan mempersalahkan aku.”

”Yang terpenting kita harus mencari sampai dapat si pengemis tua Lo Ping Kang itu. !" kata tojin itu dengan suara

yang bengis.

Sin Han tidak mau membantahnya terlebih jauh, dia hanya menganggukkan  kepalanya  saja  dan  mengikuti  si  tojin yang membawanya kemana saja untuk mengelilingi perkampungan itu.

Tetapi berputaran sampai seharian penuh, ternyata mereka masih belum bisa menjumpai Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang. Keadaan demikian membuat imam itu jadi uring2an, beberapa kali si tojin telah mengebutkan bulu2 Hudtimnya dikepala Sin Han.

”Engkau jangan mempermainkan aku !" bentak tojin itu dengan suaranya yang keras mengandung kemarahan yang sangat hebat, karena tampaknya dia benar2 penasaran sekali, dia juga telah menarik tangan Sin Han yang dicekalnya keras sekali, sehingga menimbulkan perasaan sakit yang bukan main.

”Aduhh.... jangan mencekal tangan begitu keras, totiang, sakit sekali !" merintih Sin Han.

”Engkau ingin menunjukkan atau tidak tempat bersembunyinya gurumu itu ?" bentak si imam. ”Jika tetap keras kepala, hemm, sekali saja aku mencekal lebih keras, tentu lengan tanganmu ini akan hancur, sehingga kelak tidak bisa dipergunakan pula karena akan bercacad."

Sin Han menghela napas dalam2, kemudian katanya sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.

”Totiang, memang sesungguhnya aku tidak mengetahui jelas kemana perginya guruku itu, karena sudah menjadi kebiasaannya untuk mencari makanan di pagi hari. !"

Imam itu telah berdiri sekian lama, akhirnya mengendurkan cekalannya itu.

”Baiklah, mari kita mencari pula pengemis tua she Lo itu....

Tidak mungkin dia bisa lenyap ke dalam bumi," kata tojin itu lagi dengan suara yang dingin.

Dan tangan Sin Han ditariknya untuk mengelilingi pula perkampungan tersebut. Dan beberapa saat kemudian mereka telah letih, karena hampir satu harian mereka men-cari2 kesana kemari dengan tidak memperoleh hasil.

Waktu itu, si tojin tampaknya telah semakin gusar saja dan sejenak lamanya, dia telah berhenti dan melepaskan cekalan tangannya pada tangan Sin Han.

Disaat itulah tampak si tojin telah mengawasi bengis kepada Sin Han. Mukanya merah padam menahan kemarahan dan kemendongkolannya.

”Jika engkau tidak mau memberitahukan dimana gurumu berada, biarlah nanti aku yang mencarinya sendiri ! Tetapi sekarang justru engkau harus mewakili gurumu itu ! Jika kelak aku gagal mencari pengemis tua she Lo itu, maka hitung2 aku telah melampiaskan sebagian dari sakit hatiku !"

Sin Han kini baru menyadarinya bahwa tojin ini adalah musuh gurunya.

Dan Sin Han jadi menyesal, mengapa tadi dia memberitahukan bahwa dia murid Sin Kun Bu Tek, tetapi penyesalan itu tidak berarti apa-apa lagi, karena dia telah tertawan oleh tojin tersebut.

Namun sebagai seorang anak yang cerdas, cepat sekali Sin Han berkata : ”Tunggu dulu totiang, bicara soal kematian aku tidak takut tetapi justru engkau sendiri, apakah tidak menjadi malu ditertawai oleh orang2 Kangouw dengan tuduhan si tua menghina si kecil ? Hem mengenai guruku, jika dia telah tiba didepan gedung dimana tadi aku berada, totiang bisa bertemu dengannya.”

”Hemmm ... !" mendengus dingin tojin itu. ”Aku sudah mengatakan, jika engkau tidak ingin memberitahukan dimana bersembunyinya gurumu itu, maka engkau harus mewakilinya...!" Dan setelah berkata begitu, tojin ini telah melepaskan cekalan tangannya.

Sin Han yang tengah bingung dan panik mengetahui tojin itu memiliki kepandaian yang tinggi, dengan hanya sekali pukul dikepalanya tentu dia akan binasa disaat itu juga. Maka dari itu, Sin Han tidak mau mem-buang2 kesempatan yang ada, begitu tojin tersebut melepaskan cekalannya, dengan cepat Sin Han memutar tubuhnya, dia telah berlari dengan sekuat tenaganya.

Tetapi mana bisa Sin Han lolos dari tangan tojin yang gagah itu ? Dengan mengeluarkan suara bentakan yang dingin: ”Mau lari kemana kau ?" tampak tubuh si tojin telah bergerak cepat sekali, dan begitu dia mengulurkan tangannya, seketika itu juga baju bagian punggung Sin Han telah kena dicekal oleh si tojin, kemudian tubuh Sin Han diangkatnya tinggi-tinggi.

Sewaktu baju dibelakang punggungnya kena dicekal tojin itu, Sin Han merasakan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya, dan dia menjadi tambah terkejut waktu tubuhnya telah dilemparkan melayang ke tengah udara dan kemudian jatuh terbanting pula di tanah, dengan diiringi pula oleh suara jeritannya.

Tojin itu telah tertawa mengejek sambil meng-gerak2kan hudtimnya (kebutan untuk pendeta).

”Sudah kukatakan, engkau jangan memiliki pikiran2 yang tidak2, jangan memikirkan untuk dapat lolos dari tanganku! Hemm, walaupun engkau memiliki ilmu lari cepat sepuluh kali lipat dari sekarang, tidak nantinya engkau bisa lolos dari tangan Kiang An Cinjin...”

Dan setelah berkata dengan suara yang mengejek begitu, tojin tersebut telah tertawa lagi dengan keras. Sin Han merasa ngeri melihat muka si tojin yang tampaknya cukup menyeramkan.

Disaat itu, Sin Han juga telah merangkak bangun dengan muka berlepotan darah, sebab tadi si tojin telah melemparkannya, sehingga dia jatuh terbanting keras, dengan muka yang lebih dulu mencium bumi, sehingga seketika itu juga dari hidungnya telah mengucur deras sekali darah merah segar.

Waktu Sin Han telah dapat berdiri tetap dan meraba mukanya, dia jadi kaget melihat darah yang berlepotan di telapak tangannya.

Seketika itu juga Sin Han jadi nekad, dia telah berteriak memaki tojin itu dengan berani, ”Hidung kerbau yang tidak tahu malu, hemm ! Rupanya engkau ini memang benar2 tojin yang rendah dan hina !”

Mendengar perkataan itu, tojin tersebut memandang Sin Han dengan sorot mata yang tajam sekali, memancarkan kebengisan yang sangat.

Dan tojin tersebut pun tidak berdiam diri saja, dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali tampak dia telah menggerakkan jari telunjuknya, tetapi hebat akibatnya bagi Sin Han, karena begitu mukanya tersentuh oleh jari2 tangan tojin itu, seketika Sin Han merasakan sakit bukan main, disamping hidungnya yang bocor mengeluarkan darah merah segar, juga dia merasakan pandangan matanya jadi gelap  sekali.

Setelah berputar tiga kali, tampak Sin Han terjerunuk jatuh di tanah.

”Hidung kerbau bau ! Engkau terlalu jahat sekali !” teriak Sin Han yang nekad sekali. ”Aku akan adu jiwa denganmu. !” Dan setelah berkata begitu tampak Sin Han mengeluarkan suara seruan nyaring, dia telah melancarkan serangan dengan sepasang tangannya yang kecil itu. Justru jurus yang  diturunkan oleh Sin Kun Bu Tek merupakan ilmu yang hebat dan cukup luar biasa.

Tojin itu waktu melihat Sin Han memukul, dengan tenang dia menerima serangan tersebut. Dia telah memasang dadanya, sehingga dadanya itu terpukul keras juga.

”Bukkk !" bukannya Tojin itu yang kesakitan, bahkan Sin Han sendiri yang telah kesakitan, dan menarik cepat2 tangannya.

Tojin itu telah tertawa melihat Sin Han kesakitan seperti  itu, dia telah berkata dengan suara mengejek : ”Hemm, apakah engkau ingin merasakan lagi siksaan dariku ? Ayo jalan, tunjuki aku dimana beradanya si tua bangka she Lo itu !”

Melihat sikap tojin itu dan juga tadi dia telah merasakan akibat dari cekalan tangan maupun dibanting keras, membuat Sin Han tidak berani terlalu berkepala batu lagi.

”Totiang, memang sesungguhnya aku tidak mengetahui dimana sekarang suhu berada !” kata Sin Han. ”Tetapi aku tentu saja tidak keberatan untuk mengelilingi kampung ini untuk mencari guruku itu ! Tetapi yang pasti, suhu berada dimana pada saat2 sekarang ini sama sekali aku tidak mengetahuinya !” Sin Han ber-kata2 dengan memperlihatkan sikap yang ber-sungguh2.

Tetapi si tojin tampaknya tidak puas, dia mengebutkan perlahan lengan jubahnya, katanya dengan nyaring, ”Hemm, engkau tidak perlu banyak alasan! Yang penting sekarang engkau harus menunjukkan dimana gurumu itu, si tua bangka she Lo berada, sehingga engkau tidak akan menerima siksaan2 yang jauh lebih hebat dariku. !" Sin Han menghela napas. Dia telah ngeloyor meninggalkan tempat itu untuk mengelilingi kampung.

Si Tojin mengawasi dari belakang, dia tak mau berjalan dimuka, hanya mengikuti Sin Han dari belakang saja.

Sedangkan saat itu Sin Han sering berpikir, apakah dia berusaha melarikan diri pula, atau memang mengikuti saja perintah2 tojin itu.

Sambil berjalan Sin Han telah berpikir keras, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena jika dia melarikan diri, tentu dengan mudah tojin itu akan dapat menyusulnya, sebab tojin itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.

Tetapi jika dia berdiam diri dikuasai si pendeta, tentu saja dia akan terikat, kemungkinan dia akan disiksa dan dipersakiti oleh imam itu.

Tojin itu juga rupanya mengetahui bahwa Sin Han, yang telah menjadi tawanannya itu tengah berpikir dan berusaha untuk mencari kesempatan melarikan diri.

Itulah sebabnya tojin tersebut mengikuti dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Walaupun dia tidak menuntun Sin Han, namun dia tetap berwaspada, jika sampai anak itu bermaksud melarikan diri, niat tentu akan dibatalkan dengan cepat, karena jarak terpisahnya tidak begitu jauh, sehingga mempermudah tojin itu untuk menangkap dan memberikan hajaran lagi kepada Sin Han.

Waktu itu, Sin Han melihat kesempatan untuk melarikan diri sama sekali tidak ada.

Tetapi anak ini memang cerdas dan cerdik sekali pikirannya, sebab itu untuk sementara waktu Sin Han tidak memperlihatkan sikap seperti ingin melarikan diri, dia patuh saja kepada setiap kata2 tojin itu. Dan jika memang nanti bertemu dengan gurunya, diapun tentu bisa bebas kembali. Namun, dimana gurunya itu harus dicari ? Sin Han masih tidak mengetahui kearah mana mencari gurunya itu, sedangkan si tojin telah beberapa kali mengeluarkan suara ejekan dan hinaan kepadanya dan juga untuk Sin Kun Bu Tek.

Memang hati Sin Han mendongkol bukan main, dia berusaha menindih perasaan mendongkolnya itu dan tidak diperlihatkan dimukanya. Hanya saja diam2 Sin Han telah berpikir dihatinya : ”Jika nanti kau telah bertemu dengan guruku, kau baru mengetahui bahwa Sin Kun Bu Tek seorang gagah perkasa.”

”Cepat tunjukkan tempat persembunyian si tua bangka pengemis she Lo itu ! Jika kau sengaja mengajak aku mutar2 keliling kampung hemm, hemm, kedua kakimu itu akan kupatahkan !”

Mendengar perkataan si tojin, Sin Han jadi bergidik. Karena tidak mustahil si pendeta akan membuktikan ancamannya itu. Lagi pula nada suara pendeta tersebut memperlihatkan kegusarannya dan bengis sekali.

”Aku memang ingin mencari guruku itu !" kata Sin Han setelah tertegun sejenak. ”Dengan adanya guruku, tentu engkau tidak akan menghina aku lagi. "

”Hmm, jadi engkau maksudkan gurumu itu seorang pendekar gagah perkasa yang tanpa tanding ? Hmmmm, hemmmm sayang tua bangka pengemis she Lo itu tidak ada disini, jika nanti kita telah berhasil menemui jejaknya,  aku akan memperlihatkan kepadamu bagaimana sesungguhnya pengemis busuk itu."

Sin Han bungkam tidak memberikan komentar apa2, dia hanya berjalan terus.

Si tojin juga sudah tidak mengomel lagi, hanya mengikuti dibelakang Sin Han. Tojin ini telah melihat bahwa Sin Han memang tidak berdusta, karena dari gerak geriknya dapat dilihat bahwa anak ini memang tengah mencari gurunya juga.

Tetapi setelah lewat lagi sekian lama, mereka masih belum berhasil menjumpai Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, maka kemarahan tojin itu jadi meluap lagi.

”Hmm, sudahlah !" kata tojin itu dengan suara yang sangat keras. ”Walaupun aku tidak tisa berhasil mencari si tua bangka pengemis itu, yang bisa main sembunyikan ekor, maka biarlah engkau saja yang mewakilinya "

Dan setelah berkata begitu, tojin tersebut telah menghampiri Sin Han.

Matanya memancarkan sinar yang keji sekali, dia juga telah mengangkat tangan kirinya, untuk melancarkan serangan ke diri anak itu.

Walaupun untuk menepuk batok kepala Sin Han yang cukup keras, tetapi tojin itu hanya mempergunakan dua bagian dari tenaga dalamnya.

Angin serangan itu berkesiuran, dan hati Sin Han tercekat kaget. Bagaimana dia bisa menangkis atau mengelakkan dari dari serangan itu ??

Maka akhirnya Sin Han pasrah saja, dia berdiam diri dengan memejamkan matanya.

Disaat yang bersamaan waktu telapak tangan dari si tojin hanya berpisah beberapa dim dari batok kepalanya, tiba2 tampak sesosok bayangan telah berkelebat dengan cepat sekali.

Gerakan tangan tojin itu sudah cepat, karena dia menyerang dengan pukulan yang aneh, tetapi justru orang yang baru muncul itu lebih gesit lagi, sebab disaat dia mengayunkan tangannya, tangan tojin tersebut berhasil ditangkisnya.

2 Sehingga membuat si tojin jadi gusar bukan main, dia telah melompat mundur beberapa langkah ke belakang dengan muka yang merah padam.

”Hemmm, rupanya engkau ?" tanya si-tojin sambil memandang orang yang muncul itu. Diapun telah melanjutkan pula : ”Memang aku sejak tadi telah men-cari2mu. Rupanya engkau tadi sengaja bersembunyi dan sekarang baru memperlihatkan dirimu !"

Sin Han yang sejak tadi memejamkan matanya saja, telah membuka kembali pelupuk matanya, dan alangkah senangnya dia waktu mengenali orang yang baru muncul menolonginya itu.

”Suhu...!” teriaknya.

Orang yang baru muncul itu memang tidak lain daripada Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, yang saat itu tengah berdiri menghadapi si tojin dengan sikap mengejek.

”Hidung kerbau, mengapa engkau menghina muridku ?” tanyanya kemudian.

Si imam yang dipanggil sebagai ’hidung kerbau’ marah bukan main, dia telah memandang dengan sorot mata yang tajam sambil katanya, ”Sin Kun Bu Tek, kedatanganku kemari untuk membuat pertemuan denganmu guna menentukan siapa yang kalah dan siapa yang tewas...!”

Tetapi Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang menyambuti perkataan tojin itu dengan sikap yang dingin sekali.

”Hemm, engkau ingin mengadu kepandaian ? Aku menasehatimu, bahwa dalam mengadu kepandaian, salah seorang diantaranya ada yang menang, dan ada yang kalah ! Maka jika nanti engkau keluar sebagai pemenang, tentu engkau tidak  akan  memperoleh  apapun  juga...  Tetapi  jika  memang dalam hal ini engkau kalah, tidakkah engkau akan menderita malu ditertawakan orang2 rimba persilatan ?"

Ditanya begitu, si tojin tertawa mengejek, diapun telah berkata dengan suara yang dingin: ”Engkau tidak perlu menasehatiku ! Ketahuilah beberapa orang adik maupun kakak seperguruanku telah jatuh ditanganmu ! bahkan adik kami yang ketiga, telah dibinasakan engkau ! Dalam hal ini disamping aku mengadu kepandaian, akupun ingin memperhitungkan dendam belasan tahun yang lalu !!” selesai berkata si tojin telah mengebutkan hudtim ditangannya.

Dari kebutan hudtimnya itu menyambar angin yang kuat sekali, karena tojin itu menyadari Sin Kun Bu Tek merupakan lawan yang berat.

Tetapi Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang hanya berdiri tenang2 di tempatnya, dia memandangi saja datangnya serangan tersebut.

Waktu tangan kiri tojin itu akan mencengkeram baju bagian dada, Sin Kun Bu Tek baru menyambuti dengan satu sampokan.

Luar biasa kebutan hudtim ditangan si tojin itu, maka jika memang terkena pada sasarannya niscaya akan menyebabkan dia terluka parah atau binasa....

Tetapi Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang memang memiliki kepandaian yang telah tinggi, dia tidak menjadi gugup waktu diserang pula dengan pukulan2 tangan si tojin yang dicampur juga dengan kebutan2 hudtimnya.

Keadaan seperti ini membuat tojin itu jadi tambah penasaran, dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya untuk menyerang Sin Kun Bu Tek. Tetapi Sin Kun Bu Tek memang memiliki ginkang dan kepandaian yang cukup tinggi, dia telah menyambuti serangan tojin itu dengan kekerasan pula.

Sin Kun Bu Tek memang yakin bahwa dia akan dapat merubuhkan tojin ini. Maka walaupun si tojin telah melancarkan serangan yang sangat kuat, dia telah membarengi pula dengan tendangan kakinya.

Tendangan kaki Sin Kun Bu Tek luar biasa cepatnya, sehingga tojin itu jadi mengeluarkan seruan kaget.

Waktu beberapa saat yang lalu dia men-cari2 jejak Sin Kun Bu Tek, hatinya yakin bahwa dia akan berhasil menundukkan Sin Kun Bu Tek dalam beberapa jurus saja. Namun sekarang, begitu mereka bertempur, disaat itu juga tojin itu merasakan bahwa kekuatan lwekang dan kepandaian si pengemis tidak berada disebelah bawahnya.

Tetapi karena diliputi kegusaran dan marah, tojin itu telah menggerakkan kedua tangannya lagi dengan gerakan yang sangat kuat.

Serangan mana telah membuat Sin Kun Bu Tek sementara waktu harus mengelakkan diri dulu.

Tojin itu jadi girang, dia telah melancarkan serangan yang jauh lebih hebat. Terbangun semangat tojin itu waktu melihat Sin Kun Bu Tek mulai terdesak dan disaat itupun terlihat betapa si pengemis sibuk mengelakkan diri, maka si tojin berulang kali mengeluarkan suara seruan nyaring, sambil tangannya itu digerakkan, dimana hudtimnya telah menyambar2 bagaikan seekor naga dan juga tangannya telah dipergunakan untuk mencengkeram.

Sin Kun Bu Tek mengetahui, tidak bisa dia bertempur dengan cara2 seperti itu. Maka dengan mengeluarkan suara bentakan  keras,  tahu2  kedua  kepalan  tangannya  yang sangat kuat dan tangguh itu, telah menyambar silih berganti ke bagian2 yang mematikan ditubuh tojin itu.

Tentu saja tojin itu harus mengelakkan diri sambil menarik pulang serangannya. Tetapi belum lagi tojin itu berhasil memperbaiki kedudukan kedua kakinya, ternyata si pengemis tua she Lo itu telah melancarkan serangan lagi dengan gencar.

Lo Ping Kang terkenal dengan julukannya, yaitu kepalan sakti tanpa tandingan. Maka dari itu bisa dibayangkan betapa hebatnya kedua kepalan tangannya itu.

Namun sebagai seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian cukup tinggi, tojin itu tidak menjadi gugup. Dia telah memutar Hudtimnya dengan cepat sekali, lingkaran hudtimnya itu melindungi sekujur tubuhnya agar tidak sampai terserang oleh kepalan tangan Sin Kun Bu Tek.

Waktu itu Sin Han hanya menyaksikan dari samping dengan hati berdoa agar gurunya yang bisa memperoleh kemenangan, karena tojin itu jadi sangat jahat dan telah menyiksa dirinya.

Sin Kun Bu Tek dan tojin itu telah terlibat dalam suatu pertempuran yang seru sekali, masing2 telah mengeluarkan ilmu simpanan mereka.

Si Tojin sendiri dengan mempergunakan Hudtimnya itu, tampaknya semakin lama semakin gagah, maka tidak mudah buat Sin Kun Bu Tek untuk merubuhkan lawannya.

Waktu itu si tojin juga tidak tinggal diam, dia telah berpikir, "Si  pengemis  memang  tangguh  dan  gagah,  tetapi.    Hemm,

coba nanti lihat, apakah aku yang dapat menundukkanmu atau engkau yang bisa merubuhkan diriku ! Kepandaian kita hampir berimbang, dan si pengemis hanya menang seurat dariku ! Maka  jika  aku  bisa  melibatkan  dia  dengan mempergunakan jurus Ban Hoa Ie (Hujan bunga selaksa), tentu aku bisa merubuhkan si pengemis busuk ini...!"

Karena berpikir begitu, tampak si tojin telah mempergencar serangannya, dengan hudtimnya justru tojin itu ingin melibat Sin Kun Bu Tek.

Sin Kun Bu Tek pun berpikir : ”Kepandaian imam ini tidak berada disebelah bawahku...! Hemm, tampaknya dia tidak mudah untuk dirubuhkan..!"

Sin Kun Bu Tek baru berpikir sampai disitu, justru disaat tersebut dia telah melihat si tojin merobah cara menyerangnya, sehingga pengemis itu jadi terkejut juga. Dia telah berusaha memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk balas menyerang.

Keadaan seperti ini telah membuat si tojin agak sulit untuk melancarkan serangan yang mengikat si pengemis, karena justru Sin Kun Bu Tek selain mengandalkan lwekangnya yang tinggi, juga kedua kakinya melakukan tendangan yang silih berganti, membuat tojin itu agak repot untuk mengelakkan diri dari serangan2 itu.

Suatu kali Sin Kun Bu Tek melihat ada kesempatan dimana tojin itu tengah mengangkat hudtimnya, untuk melakukan penyerangan, sedangkan jarak keduanya sangat dekat sekali.

Maka ketika si tojin mengangkat hudtimnya, pertahanan didadanya terbuka, sehingga membuat Sin Kun Bu Tek jadi girang bukan main. Dia mana mau membuang kesempatan yang ada ini ? Dengan mengerahkan tenaga lwekangnya dikedua kepalan tangannya, tangan kirinya telah melancarkan serangan kearah dada, kemudian tangan kanannya dipakai untuk menggempur perut si Tojin. Hebat kesudahannya, karena dengan mengeluarkan suara yang keras: ”Bukkk! Dukk!” dada dan perut tojin itu kena digempur hebat sekali.

Begitu terkena serangan si pengemis, tojin itu mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring, tubuhnya telah terpental keras sekali.

Sin Kun Bu Tek telah menghampiri tubuh si tojin yang tengah terguling diatas tanah itu. Sebetulnya Sin Kun Bu Tek ingin melancarkan serangan lagi, tapi ketika melihat si tojin merangkak berdiri dan kemudian memuntahkan darah segar sebanyak tiga kali, si pengemis tua she Lo itu telah membatalkan maksudnya untuk menyerang kepada tojin itu lagi.

”Sekarang engkau telah melihat, manusia hidung kerbau seperti engkau tidak dapat menandingi Sin Kun Bu Tek, bukan

?” ejek si pengemis.

Waktu itu si tojin telah berhasil berdiri dengan tubuh yang ter-huyung2 dan dia telah mengawasi Sin Kun Bu Tek dengan sorot mata yang tajam.

”Hmm, aku tidak akan melupakan hadiah ini !" katanya dengan suara yang agak serak, karena disaat itu si tojin telah memuntahkan lagi darah segar sebanyak tiga kali.

Sin Kun Bu Tek tertawa lebar.

”Hemm, jika engkau ingin membalas dendam, aku tidak bisa mengatakan apa2, tetapi sekarang ini jika memang aku menghendakinya, maka mudah sekali aku membinasakanmu disini. ”

Muka tojin itu jadi berobah merah.

”Aku tidak akan membiarkan engkau berlalu begitu enak, karena tadi engkau telah menghina dan menyiksa muridku ! Nah, sekarang kau coba rasakan tanganku ini !" dan setelah berkata begitu, sepasang tangan Sin Kun Bu Tek telah bergerak melancarkan serangan lagi, namun si tojin yang tengah menoleh melihat serangan Sin Kun Bu Tek, maka dia bisa mengelakkannya. Tanpa balas menyerang atau memaki, tampak tojin itu telah melompat untuk berlalu.

Sin Kun Bu Tek telah puas mempermainkan tojin itu.

Sin Han cepat2 menghampiri gurunya, dimana Sin Kun Bu Tek telah mempergunakan secarik kain untuk membersihkan luka muridnya itu.

”Kepandaian tojin itu cukup tinggi, tidak berada disebelah bawahku.... maka jika memang kami bertempur terus, sulit bagiku untuk merubuhkannya ! untung saja tadi tojin itu melakukan gerakan yang melowongkan pertahanan dadanya, sehingga aku berhasil melancarkan serangan kepadanya dan membuat dia terluka didalam...coba kalau tojin itu berlaku tenang, tentu sulit bagiku untuk merubuhkannya !”

”Siapakah tojin jahat itu suhu?" tanya Sin Han setelah gurunya itu membersihkan noda-noda darah dimukanya.

Si pengemis mengangkat bahunya. ”Aku sendiri baru pertama kali ini melihatnya, entah siapa dia dan berasal dari perguruan mana. Ilmu silatnya cukup hebat karena itu sulit aku men-duga2 dari pintu perguruan mana tojin itu. ”

”Tetapi tojin itu jahat sekali, suhu, dia telah menyiksa aku tanpa mengenal kasihan lagi..!" kata Sin Han kemudian dengan sikap yang manja.

”Sudahlah, bukankah aku telah membalas kemendongkolanmu itu dengan merobohkan si tojin hidung kerbau itu? Bukankah diapun telah memuntahkan  darah segar?"

Sin Han mengangguk, tampaknya anak ini puas melihat gurunya telah berhasil mempermainkan si tojin. Waktu itu tampak cuaca mulai menjelang lohor, dari balik bajunya yang penuh tambalan itu si pengemis telah mengeluarkan dua potong ayam panggang dan beberapa macam kue dan sayur lainnya. Guru dan murid itu segera mengisi perut.

Sin Kun Bu Tek mengajak Sin Han melanjutkan perjalanannya lagi setelah beristirahat.

”Kita akan pergi ke Kanglam, daerah itu merupakan daerah yang sangat permai, dan penuh kelembutan sebab udara di selatan itu sangat baik dan tanahnya subur ! Tahukah engkau, karena kagumnya, beberapa orang pujangga telah menulis syair yang bunyinya sebagai berikut : ”Kanglam merupakan sorganya dunia...!” dari kata2 itu saja engkau sudah bisa membayangkan betapa indahnya Kanglam.”

Sin Han girang bukan main, dia sampai me-nepuk2 tangan beberapa kali.

”Tentu disana aku bisa ber-main2 sepuas hati ... !" kata Sin Han dengan suara yang riang.

Sin Kun Bu Tek tersenyum mendengar perkataan muridnya itu, dia telah berkata perlahan : ”Muridku, walaupun daerah disana indah luar biasa, engkau tidak bisa ber-main2 saja, latihan ilmu silatmu harus ditekuni agar engkau bisa menguasainya dengan baik...!” 

”Ya, tecu juga selalu akan mengingat dan menyimpan semua nasehat suhu...tetapi dengan berada di daerah yang permai seperti Kanglam, berarti aku bisa menyaksikan keindahan yang menakjubkan...! mengenai latihan ilmu silat seperti suhu lihat sendiri, bukankah aku tidak pernah lalai ?”

Kembali Sin Kun Bu Tek tersenyum sabar, dia telah mengusap2 kepala Sin Han dengan penuh kasih sayang. Setelah beristirahat lagi sejenak, si pengemis melompat berdiri katanya : ”Mari kita berangkat!"

Sin Han juga telah bangun berdiri, tetapi baru saja mereka ingin mengayunkan langkah kakinya, tiba2 mata Sin Han telah terpentang lebar2.

Begitu juga dengan gurunya, Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, yang matanya telah terbuka lebar2, mengawasi ke suatu tempat dibawah pohon.

Ternyata dibawah pohon itu terdapat segerombolan ular2 yang berukuran tidak menentu, ada yang panjang dan ada yang pendek, warnanya juga ber-macam2, ada yang hijau, ada pula yang merah dan coklat. Jumlah ular itu sekitar seratus ekor tengah menggeleser ditanah, lidah ular2 itu terjulur keluar dan mereka mendesis dengan suara yang menakutkan sekali.

”Aneh sekali !" kata Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang dengan suara tertahan. "Dari mana saja ular2 itu yang terdiri dari berbagai jenis. yang mengherankan sekali justru mereka bisa

berkumpul menjadi satu seperti itu....!” Sin Kun Bu Tek tidak bisa melanjutkan perkataannya, karena ular2 itu telah menggeleser menghampiri kearah mereka.

”Mari kita pergi....!" ajak Sin Kun Bu Tek yang ingin menjauhi ular2 itu. "Binatang melata seperti itu tidak perlu kita lawan, walaupun kepandaian kita tinggi dan tingkat kita sempurna, tetapi jika harus menghadapi ular2 berjumlah begitu besar, bagaimana kita bisa menghindarkan diri ?"

Sin Han hanya menurut saja ajakan gurunya, memang anak ini tengah ketakutan dan jijik melihat ular2 yang jumlahnya banyak sekali.

Tetapi waktu mereka baru memutar tubuh berjalan empat langkah,  dari  arah  depan  mereka  mendatangi  segerombolan ular2 berbagai jenis itu. Jadi tegasnya mereka seperti terkurung oleh barisan ular itu.

Waktu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek menoleh lagi kearah lainnya, didua tempat kiri dan kanan mereka juga tampak barisan ular yang menyeramkan sekali dan tengah menggeleser mendatangi kearah Sin Kun Bu Tek dan Sin Han.

Sin Han jadi ketakutan bukan main melihat jumlah ular yang demikian banyak, dia sampai mendekati gurunya, seperti ingin meminta perlindungan.

Sin Kun Bu Tek sendiri jadi bingung untuk menghadapi barisan ular seperti itu, karena jika memang dia mempergunakan gin-kangnya (ilmu meringankan tubuhnya), tidak  nantinya  dia  bisa  melompat  sampai  enam  atau  tujuh

2 tombak, sedangkan jumlah ular itu sangat banyak dan berbaris panjang sekali, sampai belasan tombak.

Sin Kun Bu Tek jadi mengeluh.

Dia memang gagah dan memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi menghadapi barisan ular ini ternyata dia tidak berdaya dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Dia pun jijik bukan main.

Barisan ular itu telah mendatangi semakin dekat, sehingga Sin Kun Bu Tek dan muridnya telah terkurung oleh barisan ular itu.

Tetapi waktu ular2 itu sedang mengurung Sin Han dan Sin Kun Bu Tek dalam bentuk lingkaran satu tombak, tiba2 ditengah udara lewat sepasang burung merpati, yang mengeluarkan suara pekik yang beruntun.

Melihat burung merpati itu, muka Sin Kun Bu Tek jadi berobah.

”Siang Niauw Pek Sian !” berseru Sin Han dengan suara tersendat, karena dia mengetahui dengan adanya sepasang burung merpati itu, berarti hadir juga Siang Niauw Pek Sian majikan burung itu.

Sin Kun Bu Tek juga telah berpikir : ”Menghadapi ular2 ini saja sudah sulit karena ular2 ini tampaknya terlatih sekali ! Entah siapa pemiliknya...! Dan sekarang ditambah pula dengan munculnya Siang Niauw Pek Sian, tentu keadaan jadi lebih rumit."

Suara pekik burung merpati itu telah menyebabkan ular2 yang ada disekitar tempat itu mengangkat kepalanya dengan lidah terjulur, tampaknya binatang melata ini tengah menghadapi sesuatu yang dihormatinya.

Tidak lama kemudian, dari kejauhan terdengar samar2 suara pekikan dan disaat itu pula Sin Kun Bu Tek dan Sin Han jadi memandang sekelilingnya, karena orang yang mengeluarkan suara pekikan yang menyerupai suara tertawa dan menangis itu, semakin lama semakin dekat. Sin Kun Bu Tek tahu, bahwa yang mengeluarkan suara pekikan itu tidak lain dari pada tokoh iblis Siang Niauw Pek Sian. Tetapi sebegitu jauh, belum terlihat orangnya.

Ular2 yang jumlahnya ribuan ekor itu, ketika mendengar suara pekik yang menyeramkan itu, telah menundukkan kepalanya masing2, sikap ular2 itu seperti juga tengah menantikan munculnya orang yang mengeluarkan pekikan itu, untuk memberi hormat.

Kedua burung merpati putih yang bulunya halus dan indah itu, telah menukik dengan serentak, menyambar seekor ular yang berukuran tidak begitu besar.

Ular yang disambar oleh burung merpati itu sama sekali tidak meronta atau mengeluarkan desiran, hanya berdiam diri saja.

Kedua burung merpati itu telah terbang tinggi kembali, mereka telah menarik tubuh ular itu, maka putuslah tubuh ular itu. Kedua burung merpati itu terbang lagi kebawah dan berdiri disebuah batu yang cukup besar, lalu mematuki ular tersebut, untuk dijadikan santapan mereka !

Melihat itu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek telah memandang heran, karena mereka tidak mengerti mengapa ular beracun seperti itu bisa tunduk dan diam saja dibinasakan oleh kedua burung merpati itu.

Sehingga perasaan ngeri telah meliputi hati Sin Han, dan begitu juga dengan Sin Kun Bu Tek, pengemis tua ini juga terkejut sekali, tetapi dia bisa mempertahankan dirinya untuk menindih perasaan ngerinya terhadap ribuan ekor ular itu. Bahkan Sin Kun Bu Tek ingin melihat perkembangan selanjutnya. Untuk keluar dari lingkaran barisan ular itu, jelas mereka tidak bisa. Tetapi untuk berdiam diri saja juga tidak bisa.

Dengan cepat Sin Kun Bu Tek berpikir untuk mencari jalan keluar.

Waktu itu, suara pekik yang menyeramkan dari Siang Niauw Pek Sian, telah terdengar lebih keras lagi.

Dan tidak lama kemudian muncullah orang tersebut, Siang Niauw Pek Sian yang memiliki mata dan muka menyeramkan.

Waktu sampai ditempat itu, Siauw Niauw Pek Sian telah melihat Sin Kun Bu Tek dan muridnya, maka Siauw Niauw Pek Sian mengeluarkan suara yang mengejek, katanya dengan suara yang tawar, ”Kita rupanya berjodoh...sekarang kita telah bertemu lagi !!”

Dan setelah berkata begitu, Siauw Niauw Pek Sian tertawa ber-gelak2, dia mengayunkan kakinya untuk melangkah memasuki gelanggang dimana barisan ular itu memenuhi tanpa terdapat lowongan sedikitpun juga.

Tetapi anehnya waktu Siauw Niauw Pek Sian melangkah masuk melewati barisan ular itu justru ular2 itu yang menyingkir kesamping.

Sin Kun Bu Tek telah menyahuti : "Memang tidak pernah kusangka, bahwa dunia ini terlalu sempit, sehingga kita bisa saling bertemu lagi...!”

”Hemm, kalian lihat bukan barisan ular. Ular2 itu adalah mainan isteriku.... jika mainanku adalah burung merpati itu, yang patuh terhadap setiap perintahku. Justru istriku itu memelihara ular sebanyak ini untuk membantu aku, agar burung2 merpatiku tidak kelaparan....! setiap hari burung merpati itu bisa makan daging ular !!” Kembali Siang Niauw Pek Sian telah tertawa ber-gelak2 lagi.

Sin Kun Bu Tek tertawa dingin, dia telah berkata : ”Kau memang manusia rendah yang tidak tahu malu ! Hemm, hal ini membuktikan bahwa engkau mengangkat nama di kalangan kangouw bukan mengandalkan kepandaianmu, hanya mengandalkan burung2 merpatimu dan ular2 itu...!”

Siang Niauw Pek Sian jadi gusar bukan main, dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras sekali. Seruan mana telah membuat Sin Kun Bu Tek dan Sin Han merasakan telinga mereka seperti tuli. Jika Sin Kun Bu Tek dapat mempertahankan getaran suara itu dengan menyalurkan tenaga dalamnya, justru Sin Han yang masih memiliki kepandaian rendah, telah rubuh terguling.

Sin Kun Bu Tek menjadi kaget, cepat2 dia berjongkok untuk membangunkan muridnya itu. Dia juga telah menotok beberapa jalan darah di tubuh Sin Han, sehingga muridnya itu telah sadar kembali.

Siang Niauw Pek Sian membiarkan Sin Kun Bu Tek menolongi muridnya, tetapi disaat itu, diapun tidak hentinya mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras, yang disertai dengan kekuatan tenaga lwekangnya.

Begitu tersadar, Sin Han pingsan lagi karena getaran suara yang sangat kuat dari Siang Niauw Pek Sian.

Sin Kun Bu Tek jadi tambah mendongkol, dia sampai memaki Siang Niauw Pek Sian, hatinya juga telah berpikir : ”Biarlah Sin Han pingsan dahulu...aku harus menghadapi manusia berhati srigala ini. ”

Maka dari itu Sin Kun Bu Tek meletakkan tubuh muridnya ditanah, sedangkan dia sendiri telah melompat berdiri dengan muka memancarkan kegusaran yang sangat. ”Siang Niauw Pek Sian !" seru Sin Kun Bu Tek dengan suara yang mengandung kegusaran. ”Engkau keterlaluan sekali

! Janganlah engkau melakukan perbuatan licik dengan meminjam  tenaga   sihir   maupun  binatang  melata   itu.   jika

memang benar2 Hohan, tentu engkau akan menghadapi aku dengan ilmu silatmu. !”

Siang Niauw Pek Sian berhenti memekik, dengan muka yang sangat merah seperti kepiting direbus, sebab dia gusar sekali, disaat itulah dia telah berkata dengan suara yang mengandung hawa pembunuhan : ”Pengemis bau, engkau tidak perlu banyak bicara !" katanya kemudian, ”Jika memang engkau merasakan aku bermain licik, aku persilahkan engkau menyerang aku.. kita akan mengadu kepandaian secara jujur, agar hatimu puas. !"

Lo Ping Kang tertawa dingin, dia telah berkata dengan suara yang tawar, ”Baik ! Baik ! Tetapi janji seorang Hohan sama seperti seekor kuda yang telah dipecut lari. engkau tidak

bisa memungkiri lagi kata2mu .. ! Nah, sekarang perintahkan ular2 itu untuk pergi. agar kita bisa bertempur lebih leluasa.”

Siang Niauw Pek Sian tertawa mengejek mendengar perkataan si pengemis tua she Lo itu.

”Ular2 itu dipelihara isteriku, maka mana aku bisa perintahkan ular2 itu untuk pergi? Terlebih lagi burung merpatiku itu belum makan kenyang. ! Biarlah kita bertempur

disini saja. !”

Mendengar perkataan Siang Niauw Pek Sian, Lo Ping Kang masih ragu2, dia telah mengawasi kearah barisan ular yang tengah berjajar itu.

”Kenapa? Apakah engkau kuatir kalau nanti setelah aku terdesak olehmu ?" ”Benar ! Tepat sekali !" kata Sin Kun Bu Tek kemudian dengan suara yang ragu2.

”Hemmm....aku tidak akan sehina itu !” kata Siang Niauw Pek Sian dengan marah. ”Akupun mengetahui, dengan memiliki kepandaian seperti engkau sekarang ini, tidak lebih dari sepuluh jurus engkau telah dapat dirubuhkan !"

”Baiklah,” kata Sin Kun Bu Tek sambil tertawa kecil mengejek. ”Marilah buktikan perkataan itu !”

Siang Niauw Pek Sian gusar bukan main, dia telah mengeluarkan suara pekikan dengan bola mata yang berubah menjadi merah.

Sin Kun Bu Tek tidak berani menatap mata Siang Niauw Pek Sian, yang seperti mengandung kekuatan gaib, maka dari itu, sambil melirik, dia hanya memandang bagian2 tubuh lawannya yang sangat berbahaya.

Sin Kun Bu Tek juga menyadari sekali saja dia terjatuh dalam lingkaran mata Siang Niauw Pek Sian, niscaya dirinya akan terjatuh dalam cengkeraman Siang Niauw Pek Sian.

Keadaan seperti ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi berlaku hati2 sekali, karena Siang Niauw Pek Sian telah berusaha beberapa kali untuk menguasai lawannya dengan kekuatan ilmu hitamnya (semacam ilmu gaib).

Namun, disebabkan Sin Kun Bu Tek memang bukannya seorang yang lemah, dia dapat menghadapinya dengan berusaha menenangkan dirinya sebisa mungkin.

Rupanya Siang Niauw Pek Sian mendongkol dan penasaran sekali melihat Sin Kun Bu Tek bisa bertahan demikian lama. Sedangkan saat ini telah berlangsung delapan jurus gerakan, hanya sisa dua jurus lagi bagi Siang Niauw Pek Sian untuk merubuhkan lawannya. ”Ayo keluar semua kepandaianmu, aku tidak percaya engkau bisa merubuhkan aku dengan mengandalkan sepuluh jurus saja," kata Sin Kun Bu Tek dengan suara yang bengis sekali sambil tetap waspada terhadap serangan2 Siang Niauw Pek Sian yang aneh2 gerakannya!

Tetapi Siang Niauw Pek Sian juga memiliki kepandaian yang luar biasa, maka dalam keadaan terdesak dan terjepit seperti itu, cepat sekali Siang Niauw Pek Sian menangkis dengan mendorong telapak tangan Sin Kun Bu Tek. Ketika tangan mereka saling bentur satu dengan yang lainnya, Siang Niauw Pek Sian telah mengeluarkan suara pekikan yang sangat keras sekali.

Tapi suara teriakan yang dikeluarkan oleh Siang Niauw Pek Sian tidak bisa merubuhkan Sin Kun Bu Tek, walaupun suara itu memiliki getaran lwekang yang kuat sekali, karena Sin Kun Bu Tek telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk menutup pendengarannya. Kedua tangannya telah ditarik pulang sambil melompat mundur satu langkah kebelakang.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar