Tat Mo Cauwsu Jilid 05

Jilid V

TETAPI Sin Han telah nekad benar, apa lagi sekarang dia mendengar tadi Tung Sie Cinjin me-nyebut2 Sin Kun Bu Tek, pengemis tua yang diketahui baik padanya, dengan sendirinya semangat Sin Han jadi terbangun, dia pun girang si pengemis yang di-cari2nya itu bisa muncul ditempat ini. Maka bukannya dia melepaskan gigitannya, dia justru telah menggigit semakin kuat saja, disamping itu, tangannya juga telah merangkul pinggang Kiangjie dengan keras tanpa memperdulikan pukulan2 kalap dari Kiangjie dipunggungnya.

Sin Kun Bu Tek yang melihat kejadian itu telah sengaja memperdengarkan suara tertawa mengejeknya.

”Hemm, lihatlah muridmu yang goblok dan hanya bisa gegares  itu,  telah  me-lolong2  seperti  anjing  yang  terjepit   ! Padahal dia telah kau didik bertahun-tahun ilmu pukulan dan ilmu silat, mana itu kepandaian bangpaknya ? Hemm, menghadapi seorang anak sebayanya yang tidak mengerti silat saja dia sudah tidak sanggup! sebagai seorang guru, kau terhitung guru macam apa? Muridnya begitu goblok, tentu saja gurunya juga tolol sekali. bagaimana kau bisa temberang dan

sesumbar ingin mengadu kepandaian denganku?"

Diejek begitu rupa oleh Sin Kun Bu Tek bukan main murkanya Tung Sie Cinjin, sehingga dia tidak bisa menahan kemarahannya itu lagi. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, dia telah menerjang maju. Dan sambil melompat dia telah menggerakkan kedua tangannya itu untuk melancarkan serangan yang sangat hebat pada jurus  pembukaan itu.

Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak takut sedikitpun juga, dengan tenang dia memperhatikan datangnya kedua kepalan tangan dari imam itu. Waktu kepalan tangan kanan imam itu hampir sampai dimukanya, pengemis tua ini telah berkelit dengan memiringkan kepalanya, sedangkan tangan kirinya dipakai untuk menotok mata imam itu dengan gerakan secepat kilat.

Tentu saja hal ini tidak pernah diduga oleh Tung Sie Cinjin, sehingga dia mengeluarkan seruan tertahan. Tetapi sebagai seorang yang pandai dan memiliki kepandaian yang sangat tinggi, dia tidak menjadi gugup menghadapi keadaan seperti itu. Cepat sekali dia menarik pulang tangannya, dan kakinya tahu2 telah menendang beruntun dengan mempergunakan ilmu tendangan 'Ban-lian-tui’ (tendangan selaksa berantai), tampak kedua kaki Tung Sie Cinjin telah saling samber tidak hentinya, dan kepalanya juga telah mundur kebelakang sehingga totokan jari tangan dari Sin Kun Bu Tek jadi bisa diloloskannya dengan mudah, apa lagi si pengemis juga harus melompat mundur akibat desakan tendangan2 berangkai yang sangat berbahaya itu. ”Haha, inikah kepandaian istimewa ?" tegur Sin Kun Bu Tek dengan suara mengejek. ”Nah, sekarang kau lihatlah seranganku ini, aku ingin memperlihatkan sedikit kebodohan !”

Setelah berkata mengejek begitu, tampak Sin Kun Bu Tek telah menggerakkan kedua kepalan tangannya, yang digerak2kan dengan cepat, sehingga berseliwiran seperti juga ular2 naga yang me-nyambar2 dengan sasaran yang sulit diterka.

Tung Sie Cinjin jadi kelabakan, dia berulang kali mengeluarkan suara seruan2 tertahan dan melompat mundur, karena kedua kepalan tangan Sin Kun Bu Tek itu telah berobah jadi seperti seratus kepalan tangan yang berseliwiran didepan mukanya, dan mengancam akan menghantamnya.

Itulah semacam kepandaian yang luar biasa karena Sin Kun Bu Tek telah berhasil menggerakkan kedua kepalan tangannya dengan cepat sekali, sehingga menyebabkan kepalan tangan itu seperti juga berobah menjadi sangat banyak, menyesatkan sasaran yang diincernya, menyebabkan lawan juga sulit sekali untuk mengadakan penjagaan terhadap serangan semacam ini, karena yang pasti lawan tentu bingung akan sasaran dari serangan itu.

Disaat itu, Sin Han masih terus juga menggigit dengan keras sambil merangkul semakin ketat, sehingga Kiangjie terus men-jerit2 kesakitan.

Tentu saja jeritan2 Kiangjie membuat terpecahnya perhatian Tung Sie Cinjin, dia sering dikejutkan oleh jeritan dan teriak kesakitan Kiangjie.

Apa lagi dalam satu jurus permulaan tadi dia telah bisa melihat bahwa dia masih kalah seurat dengan kepandaian Sin Kun Bu Tek, walaupun per-tama2 di jurus pendahuluan ini memang  mereka  tampak  berimbang,  tetapi  jika  nanti  telah bertempur cukup lama, tentu akan berakhir dengan kekalahan di dirinya.

Akibat pecahnya dari pemusatan pikirannya telah membuat Tung Sie Cinjin tidak bisa bertempur dengan se-baik2nya, dan membuat dia jadi berada dibawah angin, apa lagi tenaga lwekangnya masih berada dibawah kepandaian Sin Kun Bu Tek.

Tetapi disebabkan malu, maka imam ini jadi bertempur terus dengan kalap dan nekad.

Lalu tanpa memperdulikan suatu apapun juga, dia telah mengeluarkan kepandaian simpanannya, dengan melancarkan serangan yang beruntun kepada Sin Kun Bu Tek, sehingga memaksa pengemis itu harus melompat mundur beberapa kali mengelakkan diri.

Tung Sie Cinjin mempergunakan kesempatan disaat tubuh Sin Kun Bu Tek tengah melompat mundur, dia telah mencabut pedangnya yang sejak tadi terselip dipunggungnya. Kemudian dia telah menggerakkan pedangnya itu, untuk menikam dengan ujung pedang digetarkan.

Sin Kun Bu Tek terkejut juga melihat cara menyerang lawannya itu, karena jurus serangan yang dipergunakannya itu merupakan jurus yang bisa mematikan.

Dengan cepat Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang berlaku lebih waspada, dia telah memandang dengan sikap yang sangat hati2 sekali, mengawasi mata pedang yang tengah menyambar kearah dadanya. Sebagai seorang yang telah digelari ”Kepalan Sakti Tanpa Tandingan" tentu saja Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian yang telah tinggi sekali pada kedua tangannya. Itulah sebabnya waktu pedang lawannya menyambar datang, dengan cepat Sin Kun Bu Tek menggerakkan tangan kanannya kesamping kanan, lalu tahu2 jari tangannya akan menjepit badan pedang itu. Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat dan berada diluar dugaan dari Tung Sie Cinjin. Sehingga telah membuat Tung Sie Cinjin mengeluarkan seruan kaget dan cepat2 menarik pulang pedangnya, agar tidak terjepit oleh jari tangan lawannya, tetapi Tung Sie Cinjin jadi mengeluarkan keringat dingin.

Jika tadi pedangnya dapat dijepit, tentu dia akan mengalami kesulitan yang tidak kecil. Disamping itu juga, dia terkejut untuk liehaynya tangan Sin Kun Bu Tek.

Sin Kun Bu Tek kembali melancarkan serangan kepada si imam, waktu Tung Sie Cinjin melompat mundur, dengan cepat tubuh si pengemis telah doyong kemuka, dia telah membarengi dengan gempuran kedua kepalan tangannya. Gerakannya itu agak aneh, karena biasanya jika orang melancarkan serangan dengan kepalan tangan, tentu dia menyerang dengan jurusan dari depan menerjang ke lawan. Tetapi justru Sin Kun Bu Tek menggerakkan tangannya itu dengan jurus yang berlawanan, yaitu kepalan tangannya itu menyambar dari bawah menuju keatas.

Keruan saja Tung Sie Cinjin jadi heran, dia tidak bisa tenggelam begitu saja dalam keheranannya itu, sebab jika dia berlaku lambat sedikit saja, tentu dadanya, tepat dijalan darah Mia-liu-hiatnya akan menjadi sasaran yang empuk.

Dengan cepat pedang ditangan kanannya diputar seperti titiran, dan tangan kirinya mengibas kearah Sin Kun Bu Tek.

Titiran pedangnya yang cepat sekali dan memancarkan hawa dingin, membuat Sin Kun Bu Tek menarik kembali kedua tangannya, sebab jika meneruskan serangannya itu, berarti kedua tangannya itu akan menjadi sasaran pedang dan bisa buntung. Ketika Sin Kun Bu Tek menarik pulang tangannya, disaat itu juga dia merasakan samberan angin dari tangan kiri si imam, sehingga membuat dia jadi sibuk untuk menangkisnya.

Tenaga dalam Sin Kun Bu Tek memang menang seurat dengan tenaga dalam yang dimiliki Tung Sie Cinjin, maka waktu dua kekuatan tenaga itu saling bentur tubuh Tung Sie Cinjin jadi terhuyung mundur beberapa langkah ke belakang.

Sedangkan Sin Kun Bu Tek tidak terdorong sedikitpun juga dari tempat berdiri, dia berdiri tegak tanpa bergeming.

Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa mengejek, dia telah berkata dengan dingin, "Mana kepandaianmu yang berarti ? Semua kepandaian yang tadi kaukeluarkan merupakan jurus2 bangpak yang tidak memiliki arti apa2 ! Jika aku mau, dalam sekejap mata saja, dengan membalikkan telapak tangan, aku bisa mengirim kau pergi menemui kakek moyangmu !" Itulah ejekan yang hebat, karena si pengemis ingin mengartikan bahwa dia bisa saja membinasakan imam itu dengan mudah, dengan mengirim Tung Sie Cinjin ke neraka menemui kakek moyangnya !

Kumis dan jenggot Tung Sie Cinjin jadi bergerak gerak menahan amarah, dia sampai lompat berjingkrak dengan disertai teriakan kalap.

Tetapi waktu dia mau melompat menerjang kepada si pengemis kembali dia mendengar Kiangjie telah menjerit jerit kesakitan, sebab perutnya masih belum dilepas dari gigitan Sin Han.

Mendengar suara jeritan muridnya itu, Tung Sie Cinjin jadi semakin gusar, dengan cepat dia membatalkan maksudnya menerjang Sin Kun Bu Tek, dia telah melompat ke dekat muridnya, dan pedang ditangan kanannya itu digerakkan akan menabas ke batang leher Sin Han ! "Ihhh !" Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan seruan kaget, karena dia tidak menyangka bahwa Tung Sie Cinjin bisa melakukan perbuatan keji dan hina seperti itu, ingin membinasakan seorang anak kecil seperti Sin Han dengan cara yang demikian rendah.

Untuk melompat mencegah maksud Tung Sie Cinjin, jelas sudah tidak lagi, karena Sin Kun Bu Tek terpisah ditempat yang cukup jauh. Maka dari itu, dia telah cepat2 menendang sebutir batu didekat kakinya dengan mempergunakan ujung kaki, batu itu telah tertendang menyambar kearah pedang Tung Sie Cinjin.

”Tringggg ....!" pedang itu telah terbentur oleh batu yang ditendang Sin Kun Bu Tek dengan keras, sehingga tergetar mengeluarkan suara mengaung, maka sasaran pedang Tung Sie Cinjin jadi berobah arah.

"Imam hina-dina ... !" bentak Sin Kun Bu Tek sambil melompat membarengi dengan tendangan pada batu kerikil itu, maka belum lagi Tung Sie Cinjin sempat mengulangi tabasan pedangnya pada diri Sin Han, disaat itu kepalan tangan Sin Kun Bu Tek telah menyambar ke punggungnya, memaksa Tung Sie Cinjin harus mengelakkan diri dengan melompat sejauh empat tombak dari tempat Sin Han berada.

Justru begitu, tampak Kiangjie telah men-jerit2 kesakitan lagi, dia sudah tidak memperdulikan keadaan gurunya yang tengah terdesak oleh Sin Kun Bu Tek, Kiangjie telah berteriak2 : ”Aduhhh...suhu tolong...tolong suhu ! Sakit sekali...setan kecil ini, eh toako, jangan gigit terus, lepaskan, aku akan menuruti perintahmu...tolonglah aku jangan menyiksa aku demikian rupa...!"

Sambil menangis seperti itu, tampak Kiang jie telah teraduh2 tidak memukul lagi, karena dia ingin meminta belas kasihan dari Sin Han. Tetapi Sin Han tetap menggigit, dan merangkul kuat2, dia memang tidak mau melepaskan gigitannya itu karena Sin Han menyadarinya jika saja dia melepaskan gigitan dan rangkulannya itu, tentu Kiangjie akan menghantami lagi muka dan tubuhnya seperti tadi.

Sin Kun Bu Tek jadi tertawa geli sendirinya melihat keadaan murid Tung Sie Siangjin. Dia telah berkata dengan suara  nyaring,  ”Eh  kerbau  kecil   sekarang   kau   coba bilang. jika memang engkau mau menjadi budak dari engko

kecil itu, gigitan itu akan kuperintahkan lepas !"

”Mau ! Mau ! Aduhhhh ! Sakit ! Sakit sekali !" teriak Kiangjie  dengan  bercucuran  air  mata  karena  dia  menahan perasaan sakit yang bukan main. ”Aku akan menuruti semua perintah dari engko kecil ini .. !"

”Benar janjimu itu ?” tanya Sin Kun Bu Tek.

”Benar......aku tidak akan ingkar !" kata Kiangjie dengan suara sesambatan.

”Baiklah ! Sebagai tanda bahwa engkau akan menuruti setiap perintah dari engko kecil itu, sekarang coba engkau maki si imam tua keparat itu, katakan dia dengan makian yang sehebat2nya, semakin hebat makianmu semakin baik dan semakin cepat pula aku perintahkan engko kecil itu untuk melepaskan gigitannya !!”

Kiangjie tengah kesakitan bukan main, tetapi mendengar dia diminta untuk memaki gurunya, dia jadi kaget sendirinya. Untuk sejenak dia tertegun, tetapi kemudian dia telah ter-aduh2 kembali.

”Mengapa engkau tidak segera memaki ?” tegur Sin Kun Bu Tek dengan suara mengejek. ”Semakin lama engkau tidak memaki, semakin lama pula engkau tersiksa dan menderita kesengsaraan seperti itu ! Ayo cepat maki imam tua bangka itu..!” kata2 Sin Kun Bu Tek itu disertai dengan suara tertawanya yang nyaring, dia tidak memperdulikan Tung Sie Cinjin yang berdiri dengan tubuh gemetar karena menahan amarahnya yang me-luap2, si imam merasakan dadanya seperti mau meledak.

Kiangjie tidak tahan terus menerus perutnya digigit seperti itu. Maka dia telah mengeluarkan suara makiannya: ”Imam..imam busuk...aku benci padamu tidak bisa menolongi aku !! Aku benci..!"

Dada Tung Sie Cinjin seperti mau meledak, dia sampai merasakan telinganya merah panas dan kumis maupun jenggotnya telah berdiri. ”Murid murtad.." dia memaki dengan suara gemetar.

”Itulah makian yang cukup baik, tetapi tidak begitu hebat ! Ayo maki lagi !" perintah Sin Kun Bu Tek, pengemis tua yang nakal itu. ”Sin Han, gigit yang lebih keras kalau dia tidak mau memaki lebih hebat !"

Sin Han mengiyakan, dia menggerakkan giginya, sehingga Kiangjie merasakan gigitan diperutnya itu semakin sakit saja.

Dia sampai menjerit ter-aduh2 dengan suara yang melengking nyaring.

Disaat itu, sebetulnya Kiangjie tengah ragu2 untuk memaki pula, karena walaupun bagaimana dia menghormati dan juga merasa takut kepada gurunya itu. Kemudian dia telah berkata dengan menangis ter-isak2 : ”Lebih baik ... lebih baik bunuh saja aku ... jangan menyiksa aku begini !” dan waktu dia berkata sampai disitulah, justru Sin Han tengah menggerak2kan giginya, sehingga menimbulkan perasaan pedih diperut imam kecil itu, yang membuat dia menjerit me-raung2.

Tung Sie Cinjin melihat muridnya tersiksa begitu rupa, sudah tidak bisa mempertahankan kemarahannya lagi, dia mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras sekali, dan telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan cepat sekali menerjang kearah Sin Han, yang maksudnya akan ditikam dengan pedangnya.

Tetapi Sin Kun Bu Tek sangat waspada sekali, melihat gerakan yang dilakukan Tung Sie Cinjin, dia telah mengeluarkan suara tertawa mengejek, ”Dasar imam tidak tahu diri .. !" dan tubuh Sin Kun Bu Tek telah bergerak menyusul imam itu, bahkan waktu tubuhnya tengah melayang seperti itu, tangan kanannya telah bergerak dengan cepat sekali menghantam ke punggung imam itu. Serangan yang dilancarkan Sin Kun Bu Tek merupakan serangan yang luar biasa, angin berkesiuran sangat kuat sekali, Tung Sie Cinjin sendiri merasakan betapa angin itu menyambar dengan hebat ke punggungnya. Dengan sendirinya dia jadi terkesiap juga, karena Tung Sie Cinjin menyadarinya bahwa serangan yang dilancarkan oleh Sin Kun Bu Tek tidak dapat diremehkan. Dia telah membatalkan tikamannya kepada Sin Han, kemudian memutar tubuhnya mengayunkan pedangnya dengan cara melingkar, akan menabas perut dari si pengemis tua yang nakal itu.

Gerakan yang dilakukan oleh Tung Sie Cinjin merupakan salah satu jurus berbahaya dari ilmu pedangnya, karena dia melancarkan tabasan tanpa tanggung2 lagi.

Tetapi Sin Kun Bu Tek juga memiliki kegesitan dan kepandaian yang telah tinggi, sehingga dia bisa menghadapi tabasan itu dengan baik.

Waktu pedang berkelebat kearah perutnya secepat kilat si pengemis tua itu telah menyentil badan pedang dengan mempergunakan jari telunjuknya, sehingga menimbulkan suara ”Tringggg..!" yang sangat nyaring.

Pedang ditangan Tung Sie Cinjin telah melejit kesamping terkena sentilan itu, dan hampir terlepas dari cekalan tangan si imam.

Tung Sie Cinjin sendiri telah mengeluarkan suara seruan kaget berbareng gugup juga karena hampir saja pedangnya terlepas dari cekalannya dan yang terpenting sekali justru pedang itu terpental menyambar kearah mukanya sendiri..!

Cepat2 dia memiringkan kepalanya, sehingga dia bisa menghindari samberan pedangnya, yang hampir saja terjadi senjata makan majikan...... Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara tertawa mengejek, ”Hemmmm, memang sejak semula aku telah menduga bahwa Tung Sie Cinjin hanyalah seekor kerbau dungu yang pintar menghina anak2 kecil saja ..... ! Ternyata dugaanku itu tidak meleset......!" dan setelah berkata begitu, si pengemis tua tersebut tertawa ber-gelak2 dengan suara yang sangat nyaring sekali.

Dengan gusar Tung Sie Cinjin menyerang sekaligus dengan mempergunakan empat jurus yang menyambar saling beruntun, sehingga pedangnya itu ber-gerak2 dengan gerakan yang berbahaya sekali.

Maka dari itu Sin Kun Bu Tek tidak berani main2 lagi menghadapi serangan seperti itu, dia telah berusaha menghadapinya dengan ber-sungguh2, karena dia merasakan samberan pedang justru menyambar ke bagian2 yang sangat berbahaya ditubuhnya.

Waktu itulah, cepat luar biasa tampak Sin Kun Bu Tek menggunakan kegesitan tubuhnya untuk berkelit kekiri dan kekanan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, disamping itu kedua tangannya juga telah berseliwiran menyambar kearah Tung Sie Cinjin. Gerakan tangannya itu sangat dahsyat sekali, sebagai seorang pendekar gagah perkasa yang telah terkenal dengan julukan Sin Kun Bu Tek, dengan sendirinya kepalan tangan si pengemis merupakan kepalan tangan maut, jika lawannya terkena satu kali saja serangan kepalan tangan Sin Kun Bu Tek, jika dia tidak segera tewas, tentu dia akan menderita luka berat didalam....

Kembali keduanya terlibat dalam pertarungan yang seru. Disaat    itu    Kiangjie    kembali    ber-teriak2    kesakitan,

teriakan2nya itu telah membuat Tung Sie Cinjin jadi kelabakan

juga. Walaupun dia tidak ingin memperhatikan suara teriakan2 dari  muridnya  itu,  tetapi  pemusatan  pikirannya  tetap  saja terpecahkan, sehingga setiap serangan pedangnya selalu mengalami kegagalan.

Sin Kun Bu Tek juga sering mentertawai dan mengejeknya, sehingga ketenangan dari Tung Sie Cinjin semakin berkurang. Harus diketahui kalau seorang jago sedang bertempur, jika ketenangannya berkurang dengan sendirinya kepandaiannya itu seperti menurun seberapa bagian !!

Tung Sie Cinjin juga mengetahui pantangan terutama dalam bertempur itu, yaitu tidak boleh lenyap ketenangan diri. Maka dia telah berusaha untuk memulihkan kembali ketenangan hatinya, selalu gagal, karena suara jerit2 kesakitan dari Kiangjie selalu mengganggu pemusatan pikirannya.

Lebih2 disaat itu Kiangjie juga mulai memaki maki Tung Sie Cinjin dengan kata2 yang kotor dan hebat2, seperti : "Guru bangsat, guru tidak tahu adat, pantes saja kau digebuk oleh pengemis itu .... engkau memang harus mampus ! Engkau imam cabul, imam yang gemar sekali paras cantik, yang hanya pandai menghina anak kecil, imam yang bisa makan saja ....

lihat saja aku sebagai muridmu, engkau tidak bisa mendidik aku untuk menjadi seorang yang memiliki kepandaian yang bisa diandalkan...kenyataannya justru jadi tersiksa! Tahu begini, lebih baik aku tidak mempelajari ilmu silat. !"

Dan banyak lagi makian2 hebat yang dilontarkan Kiangjie kepada gurunya.

Sang murid ini demikian nekad, karena dia sudah tidak bisa menahan perasaan sakit diperutnya, akibat gigitan Sin Han yang semakin kuat.

Tung Sie Cinjin merasakan dadanya seperti mau meledak, karena dia merasakan darahnya meluap sampai keujung kepalanya. Tetapi dia tetap berusaha menenangkan hatinya, walaupun berulang kali konsentrasi dirinya gagal pula. Kenyataan seperti inilah telah membuat Sin Kun Bu Tek semakin men-jadi2 melontarkan ejekan2 kepada imam itu untuk membangkitkan kemarahannya.

”Hahaha, maka dari itu aku menasehati agar engkau hati2 melatih diri, jika belum yakin bahwa dirimu memiliki kepandaian yang tinggi, jangan sekali2 sok menjadi guru dan mengambil murid ! Lihatlah hasilnya sangat mengecewakan sekali !"

Diejek pulang pergi seperti itu, Tung Sie Cinjin tidak bisa menahan kemarahannya lagi, dengan mengeluarkan suara teriakan kalap, dia telah menyerang si pengemis secara membabi buta, tanpa menghiraukan keselamatan dirinya lagi.

Sin Kun Bu Tek semakin girang, karena dia melihat usahanya membikin marah Tung Sie Cinjin telah berhasil. Dia melihat bahwa Tung Sie Cinjin mulai kehilangan keseimbangan tubuhnya, karena dia terlalu mementingkan penyerangannya dari pada pembelaan dirinya, maka banyak sekali lowongan2 yang terdapat di diri Tung Sie Cinjin.

Dengan mempergunakan kepalan tangannya dalam suatu kesempatan, tampak Sin Kun Bu Tek telah melancarkan pukulan tangannya ke bahu lawannya.

Bukkkkkkkk! tubuh Tung Sie Cinjin telah jatuh terpental kedepan.

Di saat itulah Sin Kun Bu Tek tidak memberikan kesempatan lagi kepada lawannya, dia telah mencecar lawannya dengan pukulan2 yang dahsyat.

Tetapi Tung Sie Cinjin merupakan salah seorang tokoh yang memiliki kepandaian cukup tinggi, sehingga dia masih bisa mempertahankan diri.

”Engkau mau menyerah atau tidak ?" bentak Sin Kun Bu Tek dengan suara mengejek. Muka Tung Sie Cinjin jadi merah padam, walaupun bagaimana, dia mana bisa diperhinakan sedemikian rupa.

Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat keras sekali, pedangnya menyambar dengan hebat sekali, berkelebat2 di empat penjuru.

Serangan Sin Kun Bu Tek sementara bisa dibendung dengan pedangnya itu.

Kiangjie yang melihat walaupun dia telah memaki2 hebat gurunya, namun masih juga gigitan Sin Han tidak dilepaskan, telah berteriak sambil menangis : ”Eh pengemis bau apakah engkau tidak menepati janjimu ! Lihatlah, apakah anak ini mau menuruti perkataanmu .... dia belum mau melepaskan gigitannya..."

”Hahahaha," tertawa si pengemis tua itu dengan suara yang nyaring sekali, dia telah berkata dengan suara yang datar  : ”Kau tanyakan saja langsung kepada anak kecil itu, apakah dia bersedia untuk membebaskan engkau dari gigitannya itu !”

Mendengar perkataan pengemis itu, tentu saja membuat Kiang-jie jadi kecewa sekali, sehingga dia jadi menangis meng-gerung2.

Si pengemis tua she Lo itu telah tertawa lagi dengan suara yang panjang.

”Eh imam tua busuk, apakah engkau tidak bisa mengajar murid ? Lihatlah muridmu itu sudah tidak tahu malu menyembah2 orang lain dan men-dewa2kan musuh untuk memaki hebat kepada gurunya yang dianggap  sebagai  gentong  kosong. ! Mana kewibawaanmu ?”

Tetapi Tung Sie Cinjin sudah tidak mau memperdulikan lagi ejekan si pengemis.

Dia telah berseru keras dan melancarkan serangan2 dengan pedangnya secara kalap. Cara bertempur dari imam ini membuat Sin Kun Bu Tek akhirnya jadi kelabakan juga, karena dia melihat bahwa lawannya dalam keadaaan nekad sudah tidak mengacuhkan keselamatan dirinya lagi, setiap tusukan pedangnya merupakan serangan yang mengajak musuhnya untuk gugur ber-sama2.

Tentu saja si pengemis Lo Ping Kang tidak mau jika harus binasa ber-sama2 dengan imam itu.

Buru2 Lo Ping Kang telah merobah cara bertempurnya, dia melompat mundur beberapa tombak, kemudian berdiri bertolak pinggang menghadapi imam itu, diapun telah berkata dengan suara yang dingin : ”Bagaimana ? Apakah engkau ingin melanjutkan pertempuran ini atau memang engkau menyerah kalah saja ?"

Ditanya begitu, si imam telah menjawab dengan getir : ”Lebih baik aku mati bersamamu daripada harus menyerah !" sahutnya. Dan dengan cepat sekali pedangnya telah menyambar lagi secara beruntun, sehingga terdengar suara ”Sringggg. !” yang nyaring dan pedang itu menyambar kearah

tenggorokan Sin Kun Bu Tek.

Sin Kun Bu Tek melompat mundur terus menerus, bagaikan seekor kucing tengah mempermainkan tikus.

Tung Sie Cinjin jadi semakin kalap saja, dia terus menerus me-lompat2 melancarkan serangan sambil ber-teriak2 penasaran.

Dalam soal ketenangan, tentu saja si pengemis tua itu yang menang, karena justru dia yang sedang mempermainkan lawannya. Tetapi Tung Sie Cinjin memiliki ilmu pedang yang cukup hebat, sehingga membuat Sin Kun Bu Tek tidak berani bertempur dalam jarak yang dekat, karena dalam keadaan kalap dan tidak memperdulikan keselamatan diri dan jiwanya tentu saja setiap serangan yang dilancarkan oleh Tung Sie Cinjin sangat berbahaya sekali. Disaat itu Kiangjie rupanya sudah tidak sanggup bertahan terus terhadap gigitan diperutnya yang sakit luar biasa, dia telah jatuh pingsan.

Sin Han yang sedang menggigiti perut Kiangjie waktu merasakan tubuh orang itu terkulai lemas tidak bertenaga, dia menduga Kiangjie tentu telah pingsan, maka perlahan lahan dia telah melepas rangkulan tangannya dari tubuh imam kecil itu lalu rubuh ke tanah, waktu tubuh si imam cilik itu terjungkel, Sin Han telah melepas gigitan pada perut imam itu.

Dia melihat betapa perut si imam kecil berlumuran darah, dan waktu Sin Han menyusutnya, mulut itu juga telah berlumuran darah.

Sin Han jadi bergidik sendirinya. Kiangjie kuatir nanti mati, berarti dia jadi pembunuhnya...

Sin Kun Bu Tek yang juga melihat kiangjie telah rubuh pingsan segera berteriak teriak dengan suara yang nyaring, "Eh imam bodoh, lihat muridmu benar2 tidak punya guna setelah puas memaki dirimu, dia tertidur nyenyak...ha ha ha ha !!"

Tung Sie Cinjin jadi tambah gusar saja, tetapi dia tahu bahwa lawannya telah mancing kemarahannya, untuk mengurangi ketenangan dirinya. Dia telah berseru keras dan melancarkan tikaman lagi, waktu Sin Kun Bu Tek meloncat mundur mengelakkan diri, Tung Sie Cinjin tidak mengejarnya, dia berdiri mengatur jalan pernapasannya, untuk memulihkan ketenangan hatinya, menjernihkan otaknya dan juga berusaha mengendalikan lwekangnya yang mulai kacau balau itu. Dia adalah seorang akhli lwekhe tenaga dalam, dengan sendirinya dia memiliki lwekang yang tinggi, maka jika dia marah dan lupa diri, sehingga lwekang itu berbalik menghantam dirinya, tentu saja ini sangat berbahaya sekali, berarti dia akan menerima bencana yang tidak kecil.... Waktu Tung Sie Cinjin berdiam diri begitu, Sin Kun Bu Tek telah melambaikan tangannya memanggil Sin Han : "Kemari kau !"

Sin Han cepat2 menghampiri si pengemis, tangan anak itu dicekel oleh si pengemis, kemudian Sin Kun Bu Tek menoleh kepada Tung Sie Cinjin sambil berkata : "Baiklah, sekarang kita akhiri pertemuan ini sampai disini saja. dilain

kesempatan nanti kita bertemu lagi. !"

Setelah begitu, dengan cepat si pengemis menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat keatas dinding kuil dan mencelat pergi seperti bayangan saja.

Tung Sie Cinjin yang menyadari dia tidak mungkin bisa merubuhkan pengemis itu tidak mengejarnya, hanya saja dia telah berseru dengan suara yang sangat keras : "Dilain waktu aku akan mencarimu, Sin Kun Bu Tek !"

”Aku selalu siap menanti kedatanganmu,” Sahut Sin Kun Bu Tek sambil berlari pergi, dalam sekejap mata saja suara si pengemis telah terdengar jauh. Hal itu memperlihatkan bahwa pengemis tersebut telah pergi jauh........

Sin Han yang dicekal tangannya oleh Sin Kun-Bu Tek merasakan tubuhnya terangkat lalu terapung apung dimana angin berseliwiran menyambar nyambar telinga dan mukanya.

Angin itu berkelisiran keras sekali, menunjukkan Sin Kun Bu Tek berlari lari dengan cepat sekali.

Setelah berlari lari cukup lama dan telah mencapai tempat yang jauh terpisah dengan kuil Tung Sie Cinjin, Sin Kun Bu Tek berhenti berlari, dia menurunkan Sin Han.

”Lojinke, aku kuatir memikirkan kau beberapa hari ini !" kata Sin Han begitu cekalannya dilepaskannya. ”Kau menghilang begitu saja." Sin Kun Bu Tek tertawa renyah, dia menyahuti : "Kau duduklah disitu, kita beristirahat dulu disini, nanti aku ceritakan mengapa aku meninggalkan kau seorang diri selama dua hari ini...”

Sin Han menuruti perintah si pengemis, dia telah duduk dibawah sebatang pohon!

Si pengemis juga duduk disamping Sin Han, dia mulai bercerita : "pagi itu, seperti biasa aku ingin mencari makanan ... tetapi dengan tidak terduga aku telah bertemu dengan seorang penjahat pemetik bunga...”

”Penjahat pemetik bunga ?” Sin Han heran. ”Apakah bungapun ada pencurinya ?"

Sin Kun Bu Tek tersenyum lebar, ”Penjahat pemetik bunga adalah seorang penjahat yang senang mengganggu anak istri orang, tegasnya wanita2 cantik...yang selalu dirusak kesuciannya..."

''Dirusak kesuciannya ?" tanya Sin Han, bingung lagi. "Apakah dipukul pantatnya atau dihina oleh penjahat itu ?"

Mendengar pertanyaan Sin Han yang terakhir, pengemis itu telah menggelengkan kepala sambil garuk2 kepalanya yang tidak gatal, dia telah berkata, "Ah, sulit sekali aku menjelaskannya, bagaimana ini harus dijelaskan .. ?”

Sin Han tertawa melihat sikap pengemis itu.

”Sudahlah lojinke, teruskan ceritamu, walaupun aku tidak mengerti apa maksudnya dirusak kesuciannya itu, tetapi yang terpenting sekarang aku telah berkumpul dengan lojinke lagi..."

"Ya, waktu itu kebetulan sekali aku melihat penjahat itu seorang pemuda yang tentu saja tampan memasuki sebuah rumah makan, aku mengenali dia sebagai pejahat pemetik bunga, karena itu dengan adanya dia di kota ini, aku yakin tentu  dia  tengah  mengincar  korbannya  pula  ...  maka  aku menantikan sampai dia selesai sarapan dan meninggalkan rumah makan, aku menguntitnya terus......ternyata dia menginap disebuah rumah penginapan yang cukup mewah ! Sebetulnya saat itu aku bermaksud kembali untuk memberitahukan kepadamu, tetapi kupikir nanti kehilangan jejaknya dan jadi repot. Tentu akan terjadi seorang korban yang jatuh ditangannya maka dari itu aku telah membatalkan maksudku itu aku telah menantikan saja dimuka rumah penginapan itu sampai langit mulai menjadi gelap. Rupanya penjahat cabul itu menantikan waktu menjelang tengah malam, dia enak2an tertidur nyenyak ketika menjelang tengah malam, benar saja, dari sebuah jendela kamar di rumah penginapan itu telah melompat keluar sesosok tubuh ..."

"Bagaimana Lojinke dapat melihat sosok bayangan itu keluar dari sebuah jendela kamar?" tanya Sin Han heran.

”Karena aku bercokol diatas genting, aku telah mengawasi setiap kamar dari rumah penginapan tersebut. Dan menjelang tengah malam itulah aku melihat sipenjahat pemetik bunga itu telah keluar dari rumah penginapan tersebut. Dia memiliki ginkang yang cukup sempurna, karena dia telah mengambil jalan diatas genting dan berlari dengan cepat menuju ke utara, maka aku segera mengikutinya .... disaat itu tentu saja aku mengikutinya tanpa menimbulkan kecurigaan padanya, sehingga dia tidak mengetahui bahwa aku mengikutinya aku telah mengikuti terus dengan leluasa... ternyata penjahat pemetik bunga itu telah menuju ke sebuah gedung yang cukup besar dan mewah, disaat itulah aku menyaksikan dia menyilap kedalam gedung itu lewat tembok dan kemudian berdiam disamping jendela kamar. Dia telah mengintai dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyalakan sepasang dupa tidur, dibakarnya sehingga asap yang harum memenuhi tempat itu, ketika itu aku telah gusar bukan main, dan aku ingin menerjangnya untuk menghajarnya, tetapi aku tidak mau mengejutkan pemilik gedung ini maka aku berdiam diri saja, untuk mengawasi sejenak lamanya. Hanya waktu penjahat cabul itu ingin beraksi, aku telah menimpukkan sebutir batu untuk mengalihkan perhatiannya dan memancingnya keluar dari gedung itu. "

”Tampaknya penjahat itu menjadi terkejut sekali, dia mengeluarkan seruan tertahan dan telah mengawasi sekelilingnya dengan muka yang bengis.”

"Aku sengaja memperdengarkan suara tertawa kecil, agar dia mendengarnya. Dan seperti yang kuduga, tiba2 penjahat itu telah menjejakkan kakinya, dia berusaha untuk mengejar aku. Aku memperdengarkan lagi suara tertawa yang keras dan berlari-lari menjauhi gedung itu. Aku memancingnya sampai diluar kota. Setelah itu barulah aku menghajarnya. sampai dia

terkencing-kencing dan memohon pengampunan. ”

Sin Han tertawa mendengar cerita si pengemis yang dianggapnya sangat jenaka itu. Dia telah bertanya lagi : "Lalu bagaimana Lojinke ?" tanya Sin Han.

”Tetapi rupanya penjahat cabul itu ada gurunya, yang membelanya, kebetulan sekali gurunya melihat muridnya itu kuhajar terkencing kencing, maka dia telah menyerbu dan melancarkan serangan kepadaku dengan sendirinya hal ini membuat aku jadi sengit dan melabrak juga gurunya. Tetapi guru si penjahat cabul itu cukup tinggi kepandaiannya, kami bertempur satu hari satu malam, barulah aku berhasil merubuhkannya .... waktu aku kembali ke rumah penginapan, justru aku tidak melihat lagi, rupanya engkau telah pergi meninggalkan kuil rusak itu !" Sin Han tersenyum.

”Memang aku menantikan Lojinke cukup lama, setelah melewatkan satu malam lagi, keesokan paginya aku pun meninggalkan kuil itu ....!" kata Sin Han kemudian, ”Lalu bagaimana Lojinke mengetahui bahwa aku dibawa oleh imam jahat itu ?" ”Tentu saja aku mencarimu dengan hati yang kesal, karena engkau tidak mau menantikan. !" kata si pengemis tua she Lo

dengan disertai suara tertawa. ”Aku ingin sekali menempilingmu saat itu...aku mencarinya kemana mana, dan secara kebetulan aku melihat kau ribut dengan imam itu maka aku bersembunyi dan menyaksikan semua itu. Aku telah mengikuti sampai dikuilnya, dan waktu melihat kau terancam bahaya, sengaja aku menggertak dan mempermainkan imam itu. !"

Mendengar cerita Pengemis itu, Sin Han tertawa terpingkal pingkal, dia anggap si pengemis ini walaupun usianya telah lanjut, kenyataannya dia sangat jenaka sekali.

”Lain kali kau tidak boleh keluyuran seorang diri !" kata si pengemis kemudian.

"Bukankah lojinke yang telah meninggalkan aku seorang diri ?" tanya Sin Han kemudian.

”Mungkin ...mungkin begitu !" sahut si pengemis jadi gelagapan ditanggapi oleh Sin Han.

Sin Han tertawa.

”Masih untung lojinke berhasil menolongi aku, jika tidak, tentu aku telah mati disiksa oleh tojin itu."

Si pengemis Sin Kun Bu Tek telah mengangguk membenarkan, dan disaat itu dia telah berkata lagi : ”Seharusnya, mulai hari ini engkau mempelajari sedikit2 ilmu silat, agar bisa kau pergunakan untuk menghadapi orang2 yang menghinamu !”

Tetapi ..... Sin Han jadi tertegun waktu disinggung harus mempelajari ilmu silat.

"Tetapi kenapa ?” tanya si pengemis tua she Lo sambil mengawasi. Sin Han tidak menyahuti.

Dimatanya segera terbayang kembali peristiwa mengenaskan yang telah menimpa ayah dan dirinya. Ayahnya memang mengerti ilmu silat, dan justru karena mengerti ilmu silat, akhirnya telah bermusuhan dengan seseorang, sehingga dia akhirnya dibinasakan oleh anak buah musuhnya itu.

"Kenapa engkau tampaknya keberatan sekali mempelajari ilmu silat ?” tanya Sin Kun Bu Tek mendesak.

"Aku sebenarnya tidak ingin mempelajari ilmu silat, lojinke...!" menyahuti Sin Han.

"Eh ?" Sin Kun Bu Tek jadi tercengang heran. ”Mengapa begitu ?”

”Karena...karena..."

”Karena apa?" desak si pengemis.

”Yang telah kusaksikan, setiap orang yang mengerti ilmu silat, tentu memiliki musuh !"

”Eh, mengapa begitu ?"

”Seperti ayahku, karena dia mengerti ilmu silat, maka dia telah terbinasakan oleh lawan2nya ...dan seperti Tung Sie Cinjin, dia mengerti ilmu silat, tetapi akhirnya dia dibuat penasaran dan kecewa oleh tekanan Lojinke...!!"

Mendengar perkataan Sin Han, si pengemis telah tertawa ber-gelak2 dengan suara yang keras.

”Hahaha, engkau ini lucu sekali !" katanya kemudian. ”Lalu apa manfaatnya jika tidak memiliki ilmu silat ! Ayo engkau katakan, aku ingin mendengarnya...!"

Sin Han ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah berkata lagi : ”Sebetulnya orang yang tidak mengerti ilmu silat, tentu saja kemungkinan memiliki musuh sangat kecil sekali...!” ”Hemm, salah besar jika engkau memiliki pikiran seperti itu...!" kata si pengemis.

”Mengapa begitu ?" tanya Sin Han. ”Bisa Lojinke menjelaskannya ?"

”Jika seseorang tidak mengerti ilmu silat lalu bertemu seseorang yang jahat dan kejam? sehingga orang itu disiksa, apakah dia bisa memberikan perlawanan?"

Sin Han diam, dia tidak bisa menyahuti. Tetapi kemudian dengan suara tidak lancar, dia coba menyahuti juga, ”Mungkin bisa juga asalkan kita jangan mencari musuh dan lawan. Bukankah kita memang tidak memiliki ilmu silat !"

”Enak saja kau bicara !” kata si pengemis sambil tertawa lagi. ”Hmm, salah satu contohnya seperti tadi, waktu engkau disiksa oleh muridnya Tung Sie Cinjin dan si imam sendiri, bagaimana kalau tidak ada aku ?"

Ditegur begitu, Sin Han benar2 mati kutu tidak bisa memberikan penyahutan.

”Nah anak, engkau telah mengalami sendiri, walaupun engkau tidak bermaksud bermusuhan dengan orang2 tetapi manusia2 jahat didunia ini terlalu banyak sekali. Jika engkau tidak membekali dirimu dengan kepandaian yang tinggi, akhirnya engkau sendiri yang akan menjadi bulan2an mereka, dipermainkan dan bahkan dianiaya ...!"

Setelah berkata begitu, si pengemis menghela napas lagi, rupanya dia juga teringat akan pengalamannya sendiri waktu masih kecil sewaktu dia belum memiliki kepandaian apa2 ...

Sin Han sendiri berdiam diri, dia tengah merenungi perkataan si pengemis, sampai dia mengangguk ragu2 : ”Baiklah lojinke, tampaknya ilmu silat cukup penting untuk bekal kita menjaga keselamatan diri ... jika memang lojinke tidak keberatan, mau juga aku mempelajarinya ...!" ”Haahaha, enak saja kau berkata, anak kecil !" kata si pengemis. ”Untuk mempelajari ilmu silat, engkau harus memiliki seorang guru. Dan seorang guru tidak bisa diperoleh begitu saja, harus disertai pengangkatan antara guru dan murid

... mengerti kau ?"

Sin Han mengangguk, dia telah bangun berdiri, tahu2 anak itu telah berlutut dihadapan si pengemis, dia telah menganggukkan kepalanya tiga kali, sambil panggilnya: ”Suhu, terimalah hormat tecu."

Si pengemis jadi ber-seri2, tampaknya dia girang bukan main, dia berkata : ”Anak yang baik! Arak yang baik !” katanya. ”Engkau harus baik2 mempelajari setiap jurus ilmu silat yang kuajarkan ! Bangunlah muridku ... mulai saat ini engkau adalah muridku, Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang. Dan selama menjadi muridku ini, engkau juga harus baik2 mentaati peraturan pintu perguruan !” dan setelah berkata begitu, si pengemis menguraikan pantangan2 bagi seorang murid dari pintu perguruannya, yaitu dilarang melakukan pekerjaan jahat, dilarang melakukan perampokan, dilarang mengikuti jejak penjahat, dilarang melakukan perbuatan2 yang langsung atau tidak langsung menolong si jahat menindas si lemah.

”Tecu (murid) akan berusaha sebaik mungkin menjadi orang baik, Lojinke...!" kata Sin Han kemudian memberikan janjinya, yang mirip2 dengan sumpah. ”Jika memang aku melanggar janjiku ini, biarlah kelak aku mati dengan tubuh yang tidak utuh dibacok ribuan golok !!"

Senang hati Sin Kun Bu Tek mendengarnya, dia telah menepuk tangan sambil berseru : ”Bagus muridku ! Bagus muridku !"

Kemudian banyak juga wejangan2 dan nasehat2 yang diberikan Sin Kun Bu Tek kepada Sin Han. Terutama sekali tentang kehidupan orang2 dikalangan rimba persilatan. Sin Kun Bu Tek juga menceritakan bagaimana peraturan2 didalam rimba persilatan, karena itu Sin Han kini mulai mengerti sedikit2 sifat2 orang Bu Lim. Terutama sekali yang ditekankan oleh Sin Kun Bu Tek adalah kesetia-kawanan itulah.

Sin Han juga berjanji, jika dia telah berhasil mempelajari ilmu silat, tentu dia akan bertingkah laku baik dan tidak sembarangan membela orang jahat. Sin Kun Bu Tek jadi girang sekali, karena hal ini telah memperlihatkan bahwa Sin Han merupakan bibit yang baik dikemudian hari.

Sin Kun Bu Tek juga percaya bahwa Sin Han jika memperoleh bimbingan yang baik, tentu kelak akan menjadi seorang pendekar yang baik, dimana bisa diharapkan Sin Han akan berdiri digaris keadilan.

Begitulah, dari hari ke hari Sin Han telah diajak berkelana oleh Sin Kun Bu Tek, tanpa terasa telah lewat hampir dua bulan, dan selama itu Sin Han memperoleh gemblengan dari gurunya itu ilmu2 dasar untuk ilmu silat.

Yang diutamakan oleh Sin Kun Bu Tek adalah melatih diri dalam ilmu tenaga dalam, dan juga dia telah berusaha memberikan keyakinan kepada Sin Han, dengan mempelajari ilmu tenaga dalam (lwekang) tentu seseorang bisa mengatur jalan pernapasannya dengan baik. Dengan menerima pelajaran dasar seperti itu, tentu saja Sin Han jauh lebih mudah kelak untuk mempelajari ilmu senjata tajam atau yang terutama sekali adalah mempelajari ilmu pukulan dari Sin Kun Bu Tek.

Sin Han ternyata memiliki otak yang sangat cerdas sekali, karena dia bisa menerima pelajaran yang diberikan oleh Sin Kun Bu Tek dengan mudah.

Selama dua bulan itu, dia telah berhasil mempelajari sampai tingkat mengatur pernapasan yang dihentikan selama setengah jam. Dan sebetulnya pelajaran itu bukan hal yang mudah, tetapi Sin Han dapat melakukannya dengan baik. Dia telah berhasil menutup pernapasannya hampir mencapai setengah jam !

Tentu saja Sin Kun Bu Tek yang menyaksikan hasil yang telah dicapai oleh muridnya itu, jadi girang bercampur kaget. Sebab walaupun bagaimana dia heran juga melihat muridnya bisa memiliki bakat yang begitu baik, dan juga memiliki kecerdasan yang cepat sekali berhasil menangkap setiap pelajaran yaug diberikan olehnya.

Maka Sin Kun Bu Tek semakin bersemangat untuk mendidik Sin Han, dia telah berusaha untuk mengembleng anak ini menjadi seorang pendekar yang gagah perkasa.

Selama hampir dua bulan itupun Sin Han telah melihat betapa gurunya itu merupakan seorang yang adil bijaksana karena selalu Sin-Kun Bu Tek banyak melakukan perbuatan2 mulia, menolongi orang2 yang lemah tertindas dari si kuat tetapi jahat. Tidak jarang Sin Kun-Bu Tek Lo Ping Kang terlibat dalam suatu pertempuran yang hebat sekali dengan para penjahat tangguh, tetapi selama itu umumnya Lo Ping kang berhasil memukul rubuh lawannya.

Sin Han kagum sekali, dia telah melihat betapa gurunya itu tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tampaknya yang diutamakan sekali oleh Lo Ping Kang adalah menolong orang yang tertindas itu.

Pagi itu Sin Han dan Sin Kun Bu Tek tiba dikampung Liu ho cung, sebuah perkampungan yang tidak begitu besar. Tetapi penduduk kampung itu cukup padat dan ramai, pertama tama yang dicari Sin Kun Bu Tek adalah sebuah rumah makan, dengan mempergunakan kegesitan tubuhnya, dia telah mengambil jalan melompati dinding belakang rumah makan itu, dia telah mencuri beberapa macam sayur, makanan kering dan buah2an. Kemudian si pengemis telah membawa Sin Han ke sebuah kuil rusak yang ada dimulut kampung, mereka telah bersantap dengan lahap sekali.

”Lihatlah Sin Han, aku selalu mencuri makanan dari orang2 yang cukup berada dan mampu! Jika soal uang, aku tentu akan mencurinya dari hartawan kaya raya.   mereka memiliki banyak

uang, tetapi belum tentu bersedia menolong si lemah dan si miskin. Sedangkan makanan, dirumah makan tentu memiliki makanan yang sangat banyak..! Coba kau memintanya secara baik2, tentu mereka tidak akan memberikannya, bahkan akan memaki, mungkin juga memukulmu ! Maka lebih baik kita mencuri saja.   ! Itulah ganjaran untuk manusia2 kikir dan jahat

seperti mereka. !"

Sambil mengunyah daging kering, Sin Han mengangguk tersenyum.

”Benar suhu... dulu aku masih belum mengetahui, aku menduga bahwa dengan meminta secara baik2, mereka tentu akan menaruh belas kasihan kepada kita dan memberikan sedikit dari makanan yang berlebihan...tetapi aku pun telah mengalaminya beberapa kali...mengalami pengalaman pahit, mereka bukannya memberi, bahkan sengaja mengusir dan memaki aku. !"

”Itulah umumnya sifat2 manusia kikir...Maka aku sendiri selalu mengambilnya sesenang hati saja...karena jika aku meminta, tentu mereka tidak akan memberikannya !" dan setelah berkata begitu, si pengemis telah tertawa ber-gelak2 dengan suara yang sangat nyaring, tampaknya dia gembira sekali.

Sedangkan Sin Han telah meneruskan makannya, setelah kenyang, anak itupun tidur dengan nyenyak disudut ruangan kuil itu.

Rupanya selama ini Sin Han telah terbiasa dengan tata-cara hidup si pengemis, yang tidak pernah dipusingi segala apapun juga, yang hanya makan tidur sesenang hati, tanpa mau diliputi segala persoalan yang tidak penting. Selama dua bulan itupun tubuh Sin Han lebih gemuk dari saat2 yang lalu.

Tetapi baru saja Sin Han tertidur sejenak, tiba2 dia tersentak oleh suara sesuatu yang gedubrakan keras sekali didalam ruangan kuil.

Sin Kun Bu Tek yang sedang rebah didekat meja sembahyang juga terkejut. Waktu dia tengah memejamkan mata menikmati ngantuknya dengan perut yang telah kenyang itu tiba2 dia merasakan menyambarnya angin yang keras  sekali, dan dari arah atas genting telah menyambar turun sebungkah batu yang sangat besar sekali, akan menimpa tubuhnya.

Sebagai seorang jago silat yang memiliki kepandaian telah tinggi, tentu saja Sin Kun Bu Tek dapat bergerak cepat sekali, dia telah melompat berdiri dan mengelak kesamping, sehingga batu itu jatuh ditempat dia tadi tidur dengan mengeluarkan suara gedubrakan keras sekali.

Sin Han yang terbangun dengan kaget itu masih sempat melihat betapa Sin Kun Bu Tek dengan gerakan yang cepat sekali, begitu kakinya menginjak lantai, segera menjejakkan kakinya dan tubuhnya telah melompat pula ke atas dengan gerakan yang sangat ringan.

Dia telah menerjang kearah dari mana batu besar itu tadi jatuh.

Segera disusul dengan suara bentakan2 yang sangat nyaring dari si pengemis, yang telah melancarkan serangan kepada seseorang.

Sin Han cepat2 melompat bangun dan memburu kearah meja  sembahyang.  Dia  bergidik  sendirinya.  Coba  batu  itu menimpa dirinya, bukankah dia tidak bisa mengelakkan diri? Dan akan tertimpa mati karenanya.

Disebabkan memikirkan begitu, Sin Han tidak berani  terlalu dekat pada batu itu karena anak ini menduga mungkin nanti ada batu besar lainnya yang bisa jatuh menimpa dirinya. Sin Han berlari keluar kuil, dia mengangkat kepalanya mengawasi kearah genteng kuil, dilihatnya dua sosok tubuh tengah ber-gerak2 cepat saling tempur.

Sin Han mengenali, salah seorang sosok tubuh itu tidak lain dari gurunya. Sedangkan lawannya adalah seorang lelaki berusia diantara lima puluh tahun, memiliki paras yang menyeramkan, yang saat itu tengah membentak : ”Hari ini adalah hari kematianmu, pengemis busuk! Telah tiga tahun aku mencari-cari jejakmu, baru hari ini aku berhasil menemuinya !" dan berulang kali kedua tangannya telah melancarkan serangan dengan ganas.

Tetapi Sin Kun Bu Tek telah memiliki kepandaian yang tinggi, mana mudah dia dihajar begitu, berulangkali si pengemis telah mengelakkan diri dari serangan2 lawannya, dan tidak jarang dia juga balas melancarkan serangan sambil memperdengarkan suara tertawa mengejek.

"Ciang Ko Sin, empat tahun yang lalu aku pernah mengampuni jiwamu, tetapi hari ini engkau sengaja mengantarkan jiwamu lagi !” kata si pengemis dengan suara yang nyaring. ”Maka, manusia jahat seperti engkau, hari ini tidak boleh dibiarkan hidup terus..."

Dan Sin Kun Bu Tek membarengi perkataannya itu dengan menggerakkan sepasang tangannya untuk melancarkan serangan balasan.

Gerakan yang dilakukan Sin Kun Bu Tek sangat dahsyat sekali, setiap tangannya digerakkan, tentu mendatangkan angin yang berkesiuran sangat kuat mendesak lawannya. Orang itu yang dipanggil Ciang Ko Sin telah berusaha memunahkan serangan Sin Kun Bu Tek dengan membalas menyerang juga, dia telah berkata lagi : ”Tiga orang adikku telah binasa ditanganmu, maka jika hari ini aku tak bisa membinasakan pengemis tua seperti engkau, biarlah aku tidak hidup terus ....!" dan membarengi selesainya perkataannya kembali dia melancarkan serangan2 yang cepat sekali, mempergunakan tangan kosong juga. Namun hal itu dilakukannya hanya beberapa jurus saja, setelah lewat belasan jurus, tahu2 tangan kanannya telah mengambil golok yang berada di-pinggangnya, mempergunakan senjata tajam itu untuk melancarkan serangan2 yang beruntun membacok dan menabas kearah Sin Kun Bu Tek.

Si pengemis mengeluarkan suara tertawa dingin waktu melihat lawannya telah mempergunakan senjata tajam. Dia juga berkata mengejek, ”manusia rendah seperti engkau, yang ingin menyerang secara menggelap dengan mempergunakan batu besar itu mana pantes engkau dilayani olehku ?"

Dan sambil berkata begitu Sin Kun Bu-Tek mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali, tahu2 kedua tangannya telah dilintangkan dan didorong kedepan.

Ciang Ko Sin terkejut, dia merasakan tubuhnya diterjang oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dia terhuyung dan senjatanya itu hampir terlepas dari pegangannya. Dan belum lagi dia mengetahui apa2, tiba2 tangan kanan Sin Kun Bu Tek telah bergerak menerobos maju menggempur dadanya. Si pengemis kita ini tidak berhenti hanya sampai disitu saja, diapun telah menggerakkan tangan kirinya, menotok jalan darah Kiu ho hiat dan ping cie-hiat dari lawannya, seketika itu juga tubuh terbanting ditanah !

Sin Kun Bu Tek sama sekali tidak berusaha menahan menggelindingnya tubuh lawannya itu, dia memandangi saja dengan   memperlihatkan   senyuman   dingin,   kemudian   dia menyusul melompat turun kebawah. Dengan mencengkeram baju dipunggung Ciang Ko Sin, pengemis telah membawanya ketengah ruang kuil, dilemparkannya tubuh Ciang Ko Sin keatas lantai.

Walaupun dalam keadaan tertotok, tetapi Ciang Ko Sin tidak memperlihatkan perasaan takut, matanya memandang mendelik dengan sikap yang bengis.

"Aku telah rubuh kembali ditanganmu, kau ingin membunuhku, silahkan bunuh, aku tidak takut !" kata Ciang Ko Sin dengan suara yang nyaring, sedikitpun dia tidak memperlihatkan perasaan takut.

Sin Kun Bu Tek tertawa dingin, dia telah mengejek: ”Kau minta mati? Hemmm, tidak semudah itu! Jangan harap kau bisa memperoleh kematian begitu mudah !"

Lalu si pengemis telah duduk disamping tubuh Ciang Ko Sin, mengawasi dengan wajah yang jenaka sekali, untuk mempermainkan orang she Ciang itu. Tangan si pengemis juga telah melambai memanggil Sin Han yang tengah berdiri mengawasi saja.

”Kemari kau, Han-jie (anak Han) !" panggilnya.

Cepat2 Sin Han menghampirinya, dan si pengemis perintahkan muridnya itu duduk disampingnya.

”Sin Han !" kata Sin Kun Bu Tek berselang sejenak. ”Hari ini aku akan mengajari engkau ilmu memukul ...!”

”Baik suhu !" mengangguk Sin Han.

”Jurus yang pertama haruslah dilakukan dengan gerakan yang perlahan, ilmu pukulan ini mengandalkan kesabaran dan ketenangan, dinamai "Sin Kun Eng Jiauw" atau "Pukulan Rajawali”. Waktu Sucouw (kakek guru)-mu menciptakan ilmu pukulan ini, dia telah melihat sepasang burung rajawali yang tengah bertempur, dia melihat bagaimana cara mencengkeram sepasang burung rajawali itu, dan bagaimana binatang2 itu menggerakkan sayap mereka saling kibas dan saling pukul, sampai akhirnya Sucouwmu itu memiliki serupa ingatan untuk menciptakan semacam ilmu pukulan yang disarikan dari cara bertempur sepasang burung rajawali itu. Maka dengan sendirinya ilmu pukulan itupun diberi nama "Sin Kun Eng Jiauw", yaitu ilmu pukulan rajawali, yang digabung dari cara mencengkeram maupun memukul dengan mempergunakan sayapnya. Maka engkau harus memperhatikan baik2, inilah jurus pertama...!" dan berbareng dengan selesainya perkataannya itu, tangan si pengemis telah bergerak ke arah tulang iga Ciang Ko Sin dengan cepat sekali, dan terdengarlah suara "Dukkk !" yang cukup nyaring.

Iga Ciang Ko Sin yang dijadikan sasaran dari serangan itu tentu saja tergempur keras, dan orang she Ciang ini jadi menderita kesakitan yang luar biasa. Tetapi dengan muka yang bengis, dia menatap kepada si pengemis, sama sekali dia tidak menjerit.

”Inilah jurus yang kedua...!" kata Sin Kun Bu Tek lagi, dia memutar kedua tangannya ditengah udara, kemudian meluncur menyambar kearah dada lawannya, sehingga beruntun terdengar suara "Bukkk ! Bukkk !" yang keras sekali, sehingga walaupun Ciang Ko Sin bertekad tidak ingin menjerit, tidak urung orang she Ciang tersebut mengeluarkan suara pekik tertahan karena terlampau kesakitan.

Sin Han mengawasi saja cara gurunya itu melancarkan serangan2 dengan jurus2 barunya itu, dimana Sin Han melihat gerakan dan jurus2 itu memang sederhana sekali, tetapi rupanya memiliki gerakan yang cukup ampuh  untuk menerobos pertahanan musuh. Walaupun kali ini musuh tidak bisa bergerak, tetapi dari gerakannya yang hampir meliputi sekitar tubuh lawan, tentu saja lawan sulit sekali mengelakkan diri.   Karena   waktu   melancarkan  serangan  yang  kedua itu, justru si pengemis telah memutar terlebih dulu kedua tangannya, dia telah menggempur dengan meluncur turun.

”Kau telah mengerti ? Bisa kau menangkap gerakan dari jurus2 itu ?” tanya Sin Kun Bu-Tek setelah melakukan penyerangan kedua kali itu.

Sin Han mengangguk. "Bisa suhu..!" sahutnya.

"Coba kau lakukan...!'' Perintah si pengemis.

Sin han menuruti, dia telah mengikuti gerakan tangan seperti yang dilakukan Sin Kun-Bu tek tadi dan melancarkan serangan ke bagian tubuh dari Ciang Ko Sin.

Tetapi Sin Kun Bu Tek telah menggelengi kepalanya. ”Bukan begitu ! jika kau menyerang dengan cara demikian

memang gerakan2nya cepat tetapi tanpa diaturnya pernapasanmu, tentu saja seranganmu itu tidak memiliki arti apa2  ....  tidak  dapat  membinasakan  atau  melukai  lawan.    !

Harusnya demikian !" dan si pengemis telah memberikan beberapa petunjuknya lagi.

Begitulah, guru dan murid telah melatih dengan tubuh Ciang Ko Sin dijadikan bahan latihannya.

Semakin lama Ciang Ko Sin jadi semakin terkejut saja, karena segera dia mengetahui bahwa sasaran ditubuhnya justru merupakan bagian2 yang sangat berbahaya, jalan2 darah terpenting.

Maka jika hal ini terus menerus berlangsung, dimana beberapa bagian jalan darah tergentingnya terpukul, berarti dia akan mengalami luka parah, sedikitnya akan bercacad dan musnah ilmu silatnya.

Rupanya Sin Kun Bu Tek melakukan hal itu, karena dia sengaja ingin memusnahkan ilmu silat dari orang she Ciang tersebut. Dia telah melatih muridnya dengan ilmu silat Pukulan Rajawali itu, tetapi tujuan utama adalah memusnahkan seluruh kepandaian Ciang Ko Sin.

Setelah menyadari bahaya yang bisa mengancam dirinya, Ciang Ko Sin akhirnya diliputi perasaan takut, karena kalau dia sampai bercacad jelas hal itu jauh lebih mengenaskan dibandingkan dengan kematian, maka akhirnya dengan suara tersendat, Ciang Ko Sin telah berkata: ”Aku .. aku mohon kau bunuh saja aku ... aku bersedia untuk binasa ..”

Sin Kun Bu Tek tertawa dingin.

”Hemm, enak saja kau bicara !” katanya. ”Tidak mudah untuk mati..!"

”Tetapi...tetapi pengemis bau, kau jangan menyiksa aku demikian rupa...!" kata Ciang Ko Sin lagi.

”Hemm, menyiksamu ? Tidak ! Aku tidak menyiksamu, aku hanya melatih muridku...!"

”Tetapi dengan jalan darah Tai-cie-hiat, Su-kie hiat, Lianpo-hiat, Cung-tie-hiat dan beberapa jalan darah lainnya yang terpenting ditubuhku dipukuli terus menerus, berarti kau membunuh aku secara per-lahan2 ! Itulah suatu perbuatan seorang pengecut ! Lawan yang sudah tidak berdaya, engkau siksa untuk binasa per-lahan2 !!"

Mendengar perkataan Ciang Ko Sin yang terakhir, Siu Kun Bu Tek telah tertawa ber-gelak2 keras sekali, dia juga telah memperlihatkan wajah yang keren sekali.

”Orang she Ciang, kau dengarlah !" katanya kemudian dengan suara yang nyaring. ”Empat tahun yang lalu aku pernah membebaskan dirimu dari kematian, walaupun seharusnya saat itu engkau diganjar dengan kematian, sebab engkau melakukan perbuatan terkutuk dengan membunuh gadis2 tidak berdosa, memperkosa   dan   juga   banyak   perbuatan   terkutuk lainnya engkau lakukan ! Lalu tadi engkau pernah mengatakan bahwa engkau telah men-cari2 aku selama tiga tahun ! Hahaha, sekarang engkau telah melihatnya bukan? Bahwa aku tidak akan membiarkan kau lolos pula ! Aku memang menghendaki engkau bercacad seumur hidup, memusnahkan seluruh ilmu silatmu... dan untuk selanjutnya engkau akan menjadi manusia bercacad yang tidak punya guna, sehingga berhadapan dengan seorang manusia saja engkau tidak akan sanggup! Mengertikah kau ?"

Bergidik Ciang Ko Sin mendengar ancaman si pengemis

itu.

”Jika demikian, engkau binasakan saja .. aku mohon engkau

bunuhlah aku," kata Ciang Ko Sin dengan suara sesambatan, tampaknya dia ketakutan sekali.

”Haahaahaa, sudah kukatakan, tidak mudah untuk binasa, tidak mudah meminta mati,” kata Sin Kun Bu Tek dengan suara yang dingin, ”Manusia seperti engkau memang tidak mudah hidup dan tidak gampang mati.... Hadiah yang paling enak adalah memberikan cacad padamu dan memusnahkan seluruh ilmu silatmu! Nanti aku akan membebaskan kau ...!" kemudian si pengemis menoleh kepada Sin Han, katanya lagi: ”Ayo mulai berlatih lagi !"

Dan selesai berkata si pengemis telah memberikan beberapa contoh lagi.

Ciang Ko Sin jadi musnah harapannya untuk bisa lolos dari tangan Sin Kun Bu Tek.

Harus diketahui, bahwa seorang akhli silat paling takut jika dirinya mesti bercacad dan musnah ilmu silatnya. Setiap akhli silat yang telah melatih diri, tentu akan berusaha untuk mempertinggi kepandaiannya, karena mereka pun banyak memiliki lawan2 tangguh. Dengan musnahnya ilmu silat mereka berarti akan berantakan hidup mereka. Itulah sebabnya, mengapa Ciang Ko Sin jadi demikian ketakutan dan dia lebih rela harus mati, daripada musnah ilmu silatnya.

Sin Han telah menjalankan jurus2 yang diajarkan kepadanya. Dan dia melakukan pukulan-pukulan dengan jurus2 ilmu pukulan Rajawali itu dengan gencar, walaupun pukulanpukulan yang dilancarkan Sin Han tidak begitu keras dan tenaga serangannya juga tidak sehebat yang dilakukan Sin Kun Bu Tek, namun disebabkan sasaran dari pukulan2nya itu mengambil bagian2 jalan darah terpenting ditubuh Ciang Ko Sin, maka Ciang Ko Sin menderita kesakitan bukan main, sampai akhirnya dia rubuh pingsan waktu beberapa jalan darah terpentingnya telah hancur pecah akibat getaran dari ilmu Pukulan Rajawali itu.

Sin Kun Bu Tek mengajarkan Sin Han jurus2 itu sampai menjelang sore, Ciang Ko Sin telah tiga kali jatuh pingsan. Setelah melihat cukup banyak pecahnya jalan2 darah terpenting ditubuh Ciang Ko Sin, barulah Sin Kun Bu Tek mengajak Sin Han untuk berlalu meninggalkan kuil itu dan Ciang Ko Sin yang menggeletak pingsan dilantai kuil tersebut.

”Tiga jam lagi dia akan tersadar dengan sendirinya, tetapi saat itu dia telah berobah menjadi manusia bercacad dan seluruh ilmu silatnya telah musnah, untuk selanjutnya manusia jahat seperti dia tidak bisa membuat kejahatan lagi..." menjelaskan Sin Kun Bu Tek.

Begitulah Sin Kun Bu Tek telah menanamkan sifat2 kegagahan seorang pendekar silat dari kalangan Kang-ouw. Setiap kejahatan harus dibasmi.......

Pagi itu, Sin Kun Bu Tek berdua muridnya telah tiba dipinggir sebuah hutan yang tidak begitu besar. Mereka sedang melakukan perjalanan menuju kota Souwciu, karena si pengemis    ingin    mengajak    Sin    Han    menemui   seorang sahabatnya yang telah lama tidak berjumpa, yaitu seorang akhli silat ternama Goan Tie, yang kini telah hidup tenang menyendiri di Souwciu, tidak mencampuri pula urusan2 dunia persilatan.

”Goan Tie susiok (paman Goan Tie) merupakan sahabat yang baik, waktu kami masih sama2 muda, kami selalu bekerja sama untuk membasmi kejahatan ..!"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar