Tat Mo Cauwsu Jilid 03

Jilid III

SEDANGKAN si pengemis tetap dengan sikapnya yang adem-ayem, dia duduk sambil memakan daging ayam panggang diselingi dengan tegukan araknya. “Siapakah yang ditunggu lojinke ?" tanya Sin Han setelah selesai menghabiskan makanan itu, “Apakah sahabat lojinke ?"

Si pengemis menunda makannya, dia telah tertawa menyeringai.

“Sahabat?  Hmm,  orang  itu justru menghendaki jiwaku. !

Kukira, mereka juga datang bukan hanya seorang diri, tetapi mungkin   juga   membawa   beberapa   orang   sahabatnya. !"

katanya.

Sin Han terkejut.

“Kalau begitu, yang tengah ditunggu Lo jinke adalah musuh2 Lojinke !" tanya Sin Han

“Tidak salah. !"

“Liehaykah dia ?” “Liehay sekali !"

Sin Han menghela napas.

“Mengapa orang2 yang mengerti ilmu silat senang sekali berkelahi ?” tanyanya perlahan sekali, seperti juga dia bertanya kepada dirinya sendiri.

Si pengemis tertawa lagi.

”Engkau masih terlampau kecil, dan belum mengerti urusan.........nanti kau lihat saja. Tetapi ingat, jika musuhmusuhku itu telah datang, engkau hanya boleh menyaksikan dari dalam ruangan ini, selangkahpun juga engkau tidak boleh keluar.......jika kau melanggar pesanku ini, niscaya jiwamu akan terancam bahaya kematian. !"

Mendengar perkataan si pengemis, Sin Han jadi takut, dia hanya mengangguk.

Pengalamannya menyaksikan ayahnya dikeroyok dan juga dibinasakan   oleh   orang-orang   yang   kejam   dan  bertangan telengas, membuat Sin Han jadi sering diliputi ketakutan. Maka sekarang melihat si pengemis tengah menantikan musuhnya yang katanya memiliki kepandaian yang tinggi, disamping itu juga jumlahnya mungkin bukan hanya seorang diri, telah membuat Sin Han berkuatir, dia takut kalau2 nanti si pengemis dikeroyok dan binasa oleh lawan-lawannya itu.........

Sin Han menghela napas, dia telah merebahkan tubuhnya pula.

Hari lewat dengan cepat, sang malam mulai menyelimuti bumi. Kegelapan telah mulai meliputi sekitar tempat itu. Tempat yang semula sepi, jadi semakin sepi saja. Terlebih lagi menjelang tengah malam, disaat penduduk kampung itu tentu telah berada ditempat tidur masing-masing......

“Musuh lojinke belum juga datang ?" tanya Sin Han berselang lagi sejenak, malampun telah semakin larut.

“Ya, dia menjanjikan aku untuk bertemu tepat ditengah malam," menyahuti si pengemis.

“Sebentar lagi dia tentu akan muncul. "

Tetapi baru saja si pengemis tua Lo tersebut bicara begitu, disaat itu telah terdengar suara sesuatu, seperti angin yang mendesir, tetapi menyerupai juga suara air yang tengah mengalir. Tentu saja hal ini telah membuat Sin Han jadi heran bukan main, dia telah berkata dengan suara yang ragu2 :  “Suara apakah itu, Lojinke ?"

”Dia telah datang, ingat pesanku tadi !” kata pengemis tua itu. ”Engkau tidak boleh keluar dari ruangan ini. walaupun

apa yang terjadi, engkau harus baik-baik diam di dalam ruangan ini !!"

Dan setelah berkata begitu, si pengemis tua yang bergelar Kepalan Sakti Tanpa Tandingan itu telah melompat berdiri, dia telah bersiap-siap untuk keluar menyambut kedatangan musuhnya.

Suara desir seperti angin dan mengalirnya air itu terdengar semakin dekat. Disaat itu juga telah terdengar suara meraungnya sesuatu yang sangat menyeramkan, sekali seperti menyalaknya anjing atau meraungnya binatang buas.

Suara meraung yang sangat menyeramkan itu terdengar semakin mendekati dan bertambah menyeramkan saja, bahkan mendirikan bulu tengkuk.

Sin Han telah berdiri dengan lutut agak gemetar, hatinya tegang sekali. Beberapa saat yang lalu dia telah mengalami peristiwa yang tegang dan menakutkan, maka sekarang mendengar suara raungan yang menyeramkan itu yang terdengar semakin mendekati, telah membuat anak ini takut bukan main.

Sedangkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah tertawa dingin, dia berkata perlahan : “Bagus! Rupanya dia datang bersama lima orang kawannya."

Sin Han heran sekali. “Bagaimana Lojinke mengetahui hal itu ??" tanyanya, karena Sin Han melihatnya bahwa pengemis itu masih berada didalam, tetapi telah mengetahui jumlah orang yang tengah mendatangi itu.

”Dari suara langkah kaki mereka..........!" menyahuti pengemis itu dengan suara yang perlahan. ”Sttttt, mereka telah sampai...”

Berbareng dengan habisnya suara pengemis, keadaan jadi sunyi sekali karena suara desir angin dan suara seperti mengenalinya ia telah lenyap. Begitu pula suara raungan yang nyaring sekali juga telah lenyap.

Dalam keadaan seperti ini, telah membuat Sin Han bertambah tegang. Dia mendengarkan saja, dan disaat itu dia tidak mendengar suara apapun juga. Namun hal itu tidak berlangsung lama, keadaan seperti itu telah disusul dengan suara bentakan yang sangat nyaring sekali : “Pengemis bau, keluarlah kau untuk menerima kematian........!" terdengar suara bentakan yang nyaring dan mengandung hawa pembunuhan, suara bentakan itu juga parau dan menyeramkan sekali.

Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengeluarkan suara tertawa dingin.

“Memang telah cukup lama aku menantikan kau !" katanya. “Bagus! Bagus! Rupanya engkau membawa kawan-kawanmu untuk bantu mengeroyok diriku !"

Dan sambil berkata begitu, tangan si pengemis telah mengambil tempat araknya, buli buli berukuran kecil, dia meneguknya hanya saja arak itu tidak ditelannya, tahu2 dia telah menyemburnya.

Arak yang muncrat dari mulutnya itu seperti juga sebaris benang putih yang panjang sekali, menerjang ke arah pintu gerbang kuil, yang tahu2 hancur kena dilanggar semburan arak itu. Dan membarengi dengan itu, tampak Lo Ping Kang melompat dengan gerakan yang gesit sekali, dia telah mencelat keluar.

Tentu saja Sin Han jadi kagum bukan main, dia hanya bisa melihat tubuh si pengemis berkelebat, kemudian telah lenyap dibalik pintu gerbang itu. Dan Sin Han juga tahu, bahwa semburan arak yang dilakukan si pengemis tadi rupanya untuk mencegah lawannya melancarkan serangan menggelap dengan tiba2.

Terdengar suara tertawa yang menyeramkan diluar pintu gerbang kuil itu, disusuli juga oleh kata2 : “Lima orang sahabatku ini ingin sekali menyaksikan pertandingan diantara kita  berdua,  sulit  bagiku  untuk  menolak  keinginan  mereka, maka aku telah meluluskan permintaan mereka......! Mari ! Mari ! Sepuluh tahun berpisah sejak aku dirubuhkan olehmu, maka sekarang aku ingin menebus kekalahan itu ! Sakit hati Samte (adik ketiga)ku yang telah dibinasakan olehmu harus diperhitungkan hari ini !"

“Hahahaha !" terdengar suara tertawa si pengemis Lo Ping Kang yang sangat panjang, “Manusia rendah seperti engkau ini seharusnya tidak boleh dibiarkan hidup terus! Tetapi sepuluh tahun yang lalu aku memang terlanjur telah menjanjikan kepadamu, tidak akan membinasakan engkau ! Maka aku berikan kesempatan selama sepuluh tahun kepadamu untuk melatih diri.....agar hari ini engkau bisa menyaksikan dengan hati yang puas, bahwa kepandaianmu tidak ada artinya apa2 ! Tetapi ingat kali ini aku tidak akan membebaskan engkau pula dari kematian, engkau harus hati2. !"

Terdengar suara seruan gusar, rupanya orang yang menjadi lawan dari Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara bentakan disebabkan amarahnya yang meluap. Sin Han tertarik sekali ingin melihat bagaimanakah rupa dari lawannya si pengemis tua itu.

Berjingkat-jingkat Sin Han mendekati pintu gerbang kuil itu, dia menghampiri sela2 di pintu itu, dan mengintai keluar.

Begitu melihat, segera tubuh anak ini menggigil keras ketakutan.

Ternyata diluar kuil itu berdiri Lo Ping Kang menghadapi enam orang lelaki yang potongannya pendek dan tinggi tidak rata. Dan yang luar biasa adalah muka mereka yang semuanya aneh menakutkan.

Yang seorang berdiri dihadapan Lo Ping Kang yang tengah berkata-kata itu, adalah seorang lelaki dengan potongan tubuh yang gemuk dampak, tengah memandang Lo Ping Kang dengan sorot mata yang sangat tajam sekali dengan mata yang terpentang lebar2, karena dia memang memiliki mata berpotongan sangat menakutkan sekali. Bibirnya tebal, potongan mukanya segi empat, rambutnya hanya sedikit sekali bagian atasnya digulung dalam bentuk konde kecil. Yang menyeramkan adalah kuku jari2 tangannya yang dibiarkan tumbuh panjang.

Kelima kawan dari manusia menyeramkan ini juga masingmasing memiliki bentuk tubuh yang menyeramkan. Yang seorang jangkung kurus seperti galah, dengan mata yang lonjong panjang, hidung yang bengkung dan kepala yang licin dan botak, dengan sepasang mata yang sipit. Tangannya juga agak panjang, melewati lututnya. Yang lainnya juga memiliki bentuk menyeramkan, dengan masing2 menyandang senjata tajam yang tersoren dipinggangnya.

Saat itu tampak Lo Ping Kang telah tertawa dingin sambil katanya : “Sekarang bersiap-siaplah! Engkau ingin maju seorang diri atau serentak berenam? Silahkan, walaupun kalian berenam, aku akan melayaninya....!" dan setelah berkata begitu, tampak Lo Ping Kang mengambil sikap bersiap-siap, dia seperti menantikan serangan lawannya. Dalam keadaan seperti ini, jelas Lo Ping Kang juga telah mempersiapkan ilmunya untuk menghadapi keenam lawannya.

Orang yang bertubuh gemuk dampak dihadapan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang itu telah berseru gusar : “Menghadapi aku saja belum tentu kau bisa melayani lebih dari sepuluh jurus

! Kau terimalah seranganku ini ! Arwah Samte (adik ketiga) Su Siang Hoat harus menyaksikan malam ini kematian merenggut nyawamu !!"

Dan orang itu bukan hanya berkata saja, kedua tangannya tahu2 diangkat, dengan jari2 tangan yang terpentang dan kuku2nya yang panjang tajam itu, dia mencengkeram kemuka Lo Ping Kang. Tetapi Lo Ping Kang telah tertawa dingin.

“Su Cie Pan, sia-sia engkau mempelajari dan melatih ilmumu selama sepuluh tahun, aku melihat engkau tidak memiliki kelebihan lainnya, ilmumu juga tidak mengalami kemajuan apa2. !" dan sambil berkata begitu, dengan cepat

Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengelakkan diri dari serangan lawannya, tubuhnya berkelebat luar biasa cepatnya, sehingga jari-jari tangan Su Cie Pan yang bermaksud akan mencengkeram kearah mukanya tetapi telah mencengkeram tempat kosong.

Tentu saja Lo Ping Kang tidak berdiam diri, dia bukan hanya mengelakkan saja, karena tahu2 tangan Su Cie Pan telah disampoknya dengan keras sekali, gerakan yang dilakukan Sin Kun Bu Tek sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandangan mata orang biasa.

Su Cie Pan terkejut, tetapi dia menyadarinya, selama sepuluh tahun belakangan ini Lo Ping Kang tentunya telah melatih diri dan memperoleh kemajuan yang jauh lebih pesat dari sebelumnya, tentu saja dia bertambah liehay. Maka Su Cie Pan tidak membiarkan tangannya itu dibentur oleh tangkisan tangan Lo Ping Kang, buru2 dia menarik pulang tangannya.

Dalam beberapa jurus ini saja, kedua orang lawan tersebut masing2 telah mengetahui tingkat kepandaian mereka. Su Cie Pan melihat walaupun dia telah melatih diri selama sepuluh tahun, tetap saja dia masih kalah satu tingkat dari kepandaian si pengemis. Lo Ping Kang tampaknya memiliki lwekang yang jauh lebih tinggi dari dia.

Tetapi Su Cie Pan yakin, ilmu yang dilatihnya itu, yaitu ilmu "Cengkeraman Sepuluh Jari Tangan beracun" dimana semua ujung kuku2 jari tangannya itu telah dilatih dengan berbagai jenis racun yang sangat hebat daya kerjanya, bisa diandalkan untuk merubuhkan Lo Ping Kang. Pengemis tua itupun waktu melihat cara menyerang musuhnya itu, merasakan tenaga lwekang Su Cie Pan tidak berada disebelah atas tenaga dalamnya, ilmu cengkeramannya itu juga tidak dapat menindih dirinya, hanya yang membuat Lo Ping Kang jadi kuatir juga hatinya terkesiap, justru dari kesepuluh jari tangan lawannya itu telah melancarkan bau yang amis sekali, yaitu bau racun yang sangat keras.

Dengan sendirinya Lo Ping Kang menyadari bahwa dirinya tidak boleh terserang lawannya. Sekali saja bagian tubuhnya terluka oleh cengkeraman kuku-kuku jari tangan beracunnya Su Cie Pan, maka dia akan terbinasa karena Lo Ping Kang menyadari racun yang dipergunakan oleh lawannya merupakan racun yang sangat hebat bekerjanya.

Begitulah, Lo Ping Kang telah mengandalkan kegesitan tubuhnya untuk mengelakkan diri dari serangan-serangan yang dilancarkan lawannya.

Setiap serangan-serangan yang dilancarkan oleh Su Cie Pan, selalu dapat dihalaunya atau dielakkannya.

Tiba-tiba waktu Su Cie Pan sedang melancarkan serangan dengan cengkeraman jari2 tangannya, disaat itulah tampak Su Cie Pan mengeluarkan teriakan terkejut, karena tahu2 jari tangan kanan Lo Ping Kang menyambar akan mencengkeram jalan darah Po-ma-hiat dipunggungnya.

Tentu saja Su Cie Pan tidak mau membiarkan jalan darah berbahaya ditubuhnya itu kena dicengkeram oleh lawannya, sebab begitu kena dicengkeram, berarti kematianlah untuk dirinya.

Itulah sebabnya Su Cie Pan telah berjongkok dan memutar sedikit tubuhnya, dia telah menggerakkan tangan kanannya dengan maksud akan membalas mencengkeram tangan lawannya. Dan ternyata tangan lawannya telah kena dicengkeramnya. Namun waktu Su Cie Pan hendak meremas untuk menusukkan kukunya ke daging pergelangan tangan lawannya, disaat itulah Lo Ping Kang telah mengibaskan tangannya, dari telapak tangannya mengalir serangkum angin serangan yang lunak sekali, lalu pergelangan tangannya itu berobah menjadi licin seperti belut, entah dengan cara bagaimana, tahu2 pergelangan tangannya itu telah berhasil lolos dari cengkeraman lawannya.

Segera Lo Ping Kang melanjutkan pula serangannya, tangannya secepat kilat telah menampar ke batok kepala Su Cie Pan.

Manusia bertubuh teromok gemuk itu jadi terkejut, dia mengeluarkan suara siulan panjang, tahu2 dia telah membuang dirinya kesamping kiri, waktu dia telah berdiri tetap napasnya agak memburu.

Hanya beberapa jurus saja, mereka telah dapat mengukur kepandaian mereka masing-masing.

Su Cie Pan semakin gusar saja mengingat lawannya ini adalah pembunuh adiknya. Dia memang telah memutuskan, malam ini, malam yang telah mereka janjikan sepuluh tahun yang lalu, adalah malam yang akan menentukan, dimana Su Cie Pan menghendaki kematian Lo Ping Kang.

Sedangkan Lo Ping Kang sendiri yakin, bahwa dalam pertempuran ini dia tidak mungkin dirubuhkan oleh lawannya yang seorang itu. Tetapi yang membuat dia berkuatir sekali justru adalah kawan2 dari Su Cie Pan yang lima orang itu, yang dilihat dari sorot mata mereka yang tajam, tentunya kelima orang itu bukanlah sebangsa manusia lemah.

Sin Han yang tengah mengintai dari balik pintu gerbang kuil tersebut, tergoncang hatinya. Dia melihat lawan-lawan Lo Ping Kang semuanya orang-orang yang memiliki bentuk tubuh menyeramkan   dan   tampaknya   tidak   memiliki   kepandaian lemah, Lo Ping Kang tentu menghadapi ancaman bahaya yang tidak ringan. Namun melihat sikap pengemis tua yang bergelar “Kepalan Sakti Tanpa Tandingan" itu, yang tenang dan tersenyum-senyum, agak terhibur juga hati Sin Han.

Tiba2 Su Cie Pan mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras, dia telah merentangkan kedua tangannya dengan gerakan yang mengepung, yaitu menyambar dari samping kiri dan kanan pengemis tua itu, maka Lo Ping Kang jadi terdesak dari dua jurusan.

Jika menangkis, hal itupun akan berbahaya sekali, karena Su Cie Pan juga telah ber-siap2, begitu lawannya menangkis, maka Su Cie Pan bukan membenturkan pergelangan tangannya tetapi dia akan mempergunakan kuku2 jari tangan untuk mencengkeram tangan lawannya.

Tentu saja Lo Ping Kang mengenal bahaya, dia juga sudah dapat menduga maksud lawannya itu. Maka jalan satu2nya ialah melompat mundur.

Tetapi Su Cie Pan tetap membayanginya dengan melompat maju dan meneruskan serangannya dengan kuku2 jari tangannya itu.

Hebat cara menyerang Su Cie Pan, karena dia melancarkan serangannya dengan nekad tanpa memikirkan perlindungan dan keselamatan dirinya, dia bernafsu sekali ingin merubuhkan lawannya.

Tetapi Lo Ping Kang telah menekuk kedua kakinya, dia berdiri dengan setengah berjongkok, kemudian secepat kilat kaki kanannya menendang menyerampang dalam bentuk setengah lingkaran.

Tendangan si pengemis itu merupakan serangan maut, karena dia mengincer kelemahan dari Su Cie Pan, yaitu bagian selangkangan   dari   lawannya   ini,   jika   tendangan   itu tepat mengenai sasarannya niscaya akan mematikan orang she Su tersebut.

Su Cie Pan sangat terkejut melihat cara menyerang lawannya itu.

Dia mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah melompat mundur dengan cepat.

Kemudian dengan didampingi kelima orang kawannya, dia memandang bengis kepada Lo Ping Kang.

“Pengemis bau ternyata engkau telah memperoleh banyak kemajuan pada dirimu..........!" katanya dengan suara yang mengejek.

Dan kelima kawan Su Cie Pan telah melompat kedepan untuk menghadapi si pengemis she Lo itu. Mereka memperlihatkan sikap yang sangat mengancam sekali.

“Siapakah kelima sahabatmu ini ?" tanya Lo Ping Kang sambil tersenyum mengejek. “Kukira, aku belum mengenal mereka. !"

Su Cie Pan tertawa dingin, kemudian dia berkata dengan suara yang keras : “Hemm,” katanya. “Mereka adalah yang sangat terkenal didalam rimba persilatan dengan gelaran Ngo haw Siang-kiam! Merekalah pendekar-pendekar yang memiliki kepandaian sangat luar biasa sekali. !"

Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran kelima orang itu, yang disebut sebagai Ngo Hauw Siang Kiam (Lima harimau dengan sepasang pedang), tampaknya dia bangga sekali.

Hati Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang jadi terkesiap juga, karena dia sering mendengar nama hebat dari pendekar2 lima harimau ini. Mereka memiliki kepandaian sangat tinggi, disamping itu merekapun terkenal sekali sebagai orang2 yang tidak   berketentuan   pendiriannya,   seringkali   berdiri  dijalan putih, tetapi tidak jarang pula berdiri dipihak jalan hitam, yaitu golongan penjahat.

Sehingga sulit sekali menempatkan mereka dibarisan putih atau hitam, karena mereka memiliki pendirian yang sulit diterka, di mana isi hati merekapun sulit untuk diraba.

“Aha, rupanya aku yang dekil kotor ini, memiliki rejeki yang sangat besar bertemu dengan kelima tuan-tuan yang memiliki nama besar, ada petunjuk apakah untukku ?" dan sambil bertanya begitu, tampak Lo Ping Kang telah menatap dengan sinar mata yang sangat tajam sekali, sikapnya itu sangat menantang sekali.

Kelima orang pendekar yang bergelar Ngo hauw Siangkiam itu tidak memberikan penyahutan, mereka hanya berdiam diri mengawasi tajam sekali kepada si pengemis.

Sedangkan Su Cie Pan telah menyahuti dengan sikap yang temberang sekali : “Aku justru menerima uluran tangan dan bantuan dari sahabat-sahabat ini, untuk memusnahkan seorang anjing dekil seperti kau dari permukaan dunia ! Karena itu, bersiap2lah untuk menerima kematian.” Setelah berkata begitu, Su Cie Pan kemudian mengeluarkan suara seruan lagi, tahu2 tubuhnya telah melompat dengan lincah sekali dan kedua tangannya kembali bergerak menyambar ke kiri Sin Kun Bu Tek.

Lo Ping Kang telah berpikir keras, karena dia mengetahui bahwa lawannya ini sangat tinggi kepandaiannya, tidak bisa dia menghadapi dengan main2, terlebih lagi sekarang lawannya itu dibantu oleh kelima orang jago yang sangat ternama sekali seperti Ngo-houw Siang Kiam, tentu saja mereka merupakan lawan yang sangat tangguh sekali.

Namun Sin Kun Bu Tek tidak memperlihatkan perasaan kuatirnya itu, dia telah mengawasi datangnya samberan serangan     lawannya,     dengan     cepat     sekali     dia    telah mengeluarkan kepandaian utamanya, yaitu Kepalan Tangan Saktinya, tahu2 tangan dari pengemis ini telah melayang menyambar kearah bahu Su Cie Pan. Gerakannya itu sulit diterka, karena seperti menyambar kearah kanan, tetapi justeru yang menjadi sasaran sebenarnya adalah sebelah kiri.

Su Cie Pan melihat betapa lawannya mulai mengeluarkan ilmu simpanannya, dia telah mengibas dengan kuku2 jari tangannya, untuk melindungi dirinya.

Sedangkan Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak mau berlaku tanggung lagi, ia mengulurkan tangannya dan mengeluarkan kepandaiannya dengan delapan bagian kekuatan lweekangnya tersalur dalam kepalannya. Waktu menghantam jitu sekali pergelangan tangan Su Cie Pan, terdengar suara ’krekkk’ yang cukup nyaring.

Tentu saja benturan itu membuat Su Cie Pan jadi kesakitan dan kaget.

Untung saja dia bergerak cepat sekali, dan telah melompat sambil menarik tangannya.

Jika saja dia terlambat, tentu pergelangan tangannya itu akan patah, atau juga bisa terjadi tulang pergelangan tangannya akan menjadi hancur.

Disaat itu, dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring, dua orang dari Ngo Hauw Siang Kiam telah melompat ke dekat Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, tahu2 tangan mereka telah meraba gagang senjata masing2, mereka telah mencabut sepasang pedangnya masing2. Secepat kilat pedang mereka itu telah menyambar ke arah Lo Ping Kang.

Pengemis tua yang bergelar Sin Kun Bu Tek itu tidak jeri menghadapi serangan lawannya, dia hanya tercekat hatinya, karena walaupun bagaimana memang gerakannya itu merupakan  gerakan  yang  sangat  berbahaya,  yaitu   tubuhnya telah ber-kelebat2 diantara samberan empat batang pedang, ditambah ancaman jari jari mautnya Su Cie Pan.

Gerakan itu menimbulkan getaran yang kuat sekali, getaran yang sangat dahsyat dan telah mendorong mundur kedua lawannya, karena kedua telapak tangan Sin Kun Bu Tek telah tersalur kekuatan tenaga dalam yang luar biasa dahsyatnya.

Dalam sekejap mata mereka telah terlibat dalam pertempuran yang seru sekali dan mereka seperti juga bayangan yang berkelebat kelebat saja. Sin Han sendiri sudah tidak bisa mengenali, yang mana Sin Kun Bu Tek yang mana lawan-lawannya  itu.  Mata  Sin  Han  jadi  kabur  menyaksikan pertempuran seperti itu, hati anak ini tergoncang keras sekali, dia berkuatir kalau2 si pengemis dilukai lawan-lawannya.

Didalam hatinya Sin Han telah berdoa agar si pengemis tua itu berhasil menghadapi lawan2nya.

Ketiga orang Ngo Hauw Siang Kiam lainnya tidak ikut menerjang maju, rupanya mereka yakin bahwa kedua orang kawan mereka itu, ditambah dengan Su Cie Pan, sudah lebih dari cukup untuk menghadapi Sin Kun Bu Tek.

Sejak munculnya mereka, Ngo Hauw Siang Kiam memang tidak banyak bicara.

Didalam rimba persilatan mereka memang terkenal sebagai jago2 yang pendiam, dan tidak pernah banyak bicara. Yang tertua bernama Miang Khu Lie, sedangkan yang kedua Miang Khu An yang ketiga bernama Man Siang Ha, keempat dan kelima Man Su Liong dan Man Tia Lu. Mereka berlima bukan merupakan satu keturunan, melainkan dari dua marga keluarga, yaitu keluarga Miang dan Man. Mereka memang satu perguruan silat, maka setelah merasa cocok satu dengan yang lainnya, disaat itulah mereka telah melatih diri bersama, dan selanjutnya setiap menghadapi lawan mereka selalu berlima. Keadaan seperti ini tentu saja telah membuat mereka sangat terkenal sekali, karena kepandaian mereka sangat tinggi dan sulit sekali dicari tandingannya.

Saat itu yang telah terjun dalam kalangan mengeroyok Sin Kun Bu Tek adalah Miang-Khu Li, kedua saudara dari she Miang itu. Mereka mengandalkan sekali sepasang pedang masing2.

Setiap serangan yang dilancarkan Miang Khu Lie dan Miang Khu An merupakan tikaman dan tabasan yang sangat hebat sekali yang bisa mematikan, karena selalu menuju ke bagian yang mematikan ditubuh lawannya. Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sendiri jadi gusar bukan main, dia telah mengeluarkan 'kepalan sakti' yang merupakan ilmu kepandaian yang paling diandalkannya, kedua tangannya itu silih berganti ber-gerak2 melancarkan gempuran yang dahsyat sekali.

Angin berkesiuran menerbangkan daun2 kering dan debu yang terdapat dihalaman kuil tersebut, bahkan disaat itu tampak Miang Khu An dan Miang Khu Lie agak terdesak oleh kepalan tangan Sin Kun Bu Tek.

Hanya Su Cie Pan yang masih dapat melancarkan serangan tanpa terdesak karena Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang tidak berani terlalu mendesaknya, sebab walaupun bagaimana Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang masih jerih jika terkena racun di kuku jari tangan lawannya yang seorang ini.

Gerakan yang dilakukan Su Cie Pan semakin lama semakin cepat dan nekad, karena Su Cie Pan telah bertekad, walaupun bagaimana dia bermaksud untuk mengadu jiwa dengan lawannya tersebut.

Dalam keadaan demikian, tiba2 Sin Kun Bu Tek telah merobah cara bertempurnya.

Diantara deru angin serangan kedua kepalan tangannya yang dahsyat itu, tubuhnya telah berlompatan kekiri dan kekanan, tahu2 dia telah berhasil mencengkeram baju dipunggung Miang Khu Lie dan Miang Khu An.

Dengan gerakan menghentak, dia telah melemparkan kedua lawannya itu kesamping. Dan membarengi dengan itu, tanpa membuang waktu sedikitpun juga, tahu2 kepalan tangan kanannya telah meluncur masuk ke dalam penjagaan Su Cie Pan, dan dada orang she Su itu telah kena digempurnya.

“Bukkkk !" keras sekali dada orang she Su itu terhajar, tubuhnya  terhuyung,  dan  belum  lagi  dia  bisa  berdiri  tetap, disaat itulah dia telah memuntahkan darah segar dua kali dari mulutnya.

Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang ingin meneruskan serangannya, tetapi dia telah diserang oleh ketiga orang lawannya, yaitu Man Siang Ha, Man Su Liong dan Man Tia Lu. Ketiga orang ini ketika melihat ketiga kawan mereka telah mengalami kekalahan ditangan orang she Lo tersebut, dan melihat jiwa dari Su Cie Pan terancam kematian, maka dengan segera mereka mencabut sepasang pedangnya masing2 lalu menerjang maju melancarkan serangan hebat.

Hal itulah yang membuat Lo Ping Kang harus membatalkan maksudnya untuk meneruskan serangannya kepada Su Cie Pan, sebab dia harus menyelamatkan jiwanya dari ancaman keenam pedang lawan yang menyambar dengan serentak. Tetapi Sin Kun Bu Tek benar2 merupakan jago yang tangguh sekali, karena dia bisa menghadapi serangan ketiga lawannya dengan baik. Dia telah mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya dan kedua tangannya telah digerakkan dengan beruntun, dan hebatnya justru dari kedua kepalan tangannya itu mengeluarkan serangan angin yang kuat sekali menyampok keenam pedang yang tengah menyambar dirinya.

Sin Kun Bu Tek mempergunakan kesempatan itu untuk melompat mundur, dia telah ber-siap2 menghadapi serangan berikutnya dari lawan2nya tersebut.

“Mari, mari, kalian maju semuanya !" kata Sin Kun Bu Tek dengan suara yang sangat nyaring, dia juga telah mengeluarkan suara tertawa mengejek, seperti meremehkan keenam lawannya itu.

Su Cie Pan yang hampir saja terhajar oleh gempuran dan serangan Sin Kun Bu Tek jadi bertambah gusar dan nekad, dia yang pertama-tama ingin melompat untuk melancarkan serangan pula kepada si pengemis tua she Lo itu. Tetapi baru saja tubuhnya ingin bergerak disaat itulah keheningan malam telah dipecahkan oleh suara pekik yang sangat nyaring, suara pekik yang menyerupai suara jeritan seekor burung rajawali yang terluka.

Kemudian disusul ditengah udara beterbangan berputarputar sepasang burung merpati, yang berputar-putar kira2 sepuluh kali.

Tampak muka Su Cie Pan dan yang lainnya juga telah berobah menjadi pucat. Begitu pula tubuh mereka akan menggigil.

“Siang-niauw Pek Sian !" berseru mereka. Siang Niauw Pek Sian berarti Sepasang Burung Dewata Berpakaian Putih.

Suara Su Cie Pan waktu menyebutkan gelaran itu juga tergetar, memperlihatkan bahwa dia sangat ketakutan sekali, lalu tanpa memperdulikan Sin Kun Bu Tek, dia telah memutar tubuhnya dan menjejakkan kakinya, berlari cepat sekali untuk meninggalkan tempat tersebut. Tampaknya Su Cie Pan sangat ketakutan sekali. Begitu juga dengan Ngo Hauw Siang Kiam yang telah berobah pucat pias mukanya masing2, lalu tanpa mengeluarkan sepatuh kata, mereka telah melompat untuk melarikan diri juga.

Suara pekik itu terdengar semakin nyaring dan mendekati, cepat sekali perpindahan suara itu, yang semula terdengar jauh dan samar, akhirnya jadi begitu dekat sekali.

Sedangkan sepasang burung merpati yang berbulu putih itu masih ber-putar2 diatas kepala Sin Kun Bu Tek.

Waktu melihat burung merpati itu, Sin-Kun Bu Tek memang ketakutan juga, mukanya pun telah berubah pucat, seperti juga Siang-niauw Pek Sian itu merupakan manusia atau mahluk  yang  sangat  menakutkan  sekali.  Dia  telah  memutar tubuhnya dan berlari dengan cepat sekali menuju kedalam kuil, dia hampir saja bersamprokan dengan Sin Han.

“Ayo cepat lari. cepat lari," katanya sambil mengulurkan

tangannya, dia telah menyambar pinggang Sin Han, yang dipeluknya dan tubuh anak itu telah dibawanya lari dengan cepat sekali meninggalkan tempat itu.

Dalam sekejap mata saja, Sin Kun Bu Tek telah berlari puluhan lie, waktu sampai didekat pintu kampung sebelah selatan, pengemis tua itu telah berhenti berlari, dia menenangkan goncangan jantungnya, dan meluruskan napasnya.

Sin Han heran bukan main melihat sikap si pengemis tua she Lo itu yang sangat ketakutan.

Waktu berhenti berlari, pengemis tua itu pun telah memandang sekelilingnya. Ketika melihat tidak ada yang mengejar, dia baru menghela napas lega.

”Lojinke. " kata Sin Han kemudian.

”Diam, jangan bicara dulu.    kita harus cepat2  menyingkir,

sekali saja kita terlambat, niscaya jiwa kita sulit diselamatkan pula.   !" dan sambil berkata begitu, si pengemis telah berlari-

lari lagi dengan cepat.

Setelah berlari terus menerus hampir lima puluh lie, barulah dia menghentikan larinya itu sambil membuang napasnya yang memburu.

“Kita selamat !" katanya kemudian sambil melepaskan pelukannya dipinggang Sin Han.

Sin Han memandang bingung kepada si pengemis tua yang telah menjatuhkan dirinya duduk didekat bawah batang pohon yang ada disitu.

“Ada apa sebenarnya Lojinke ?" tanyanya kemudian. “Siapa itu Siang Niauw Pek Sian?" tanya Sin Han tidak mengerti. “Kalau tidak salah tadi lawan2 Lojinke juga menyebut gelaran itu pula. "

“Ya, majikan kedua burung merpati putih itu ! Itulah Siauw Niauw Pek Sian !" mengangguk Sin Kun Bu Tek.

“Tetapi mengapa lojinke dan lawan2 lojinke tampaknya begitu ketakutan sekali ?" tanya Sin Han lagi.

“Takut ? sudah tentu takut ! sedikit saja kami terlambat angkat kaki, niscaya jiwa kami sudah tidak bisa dilindungi lagi

!" dan sambil berkata tampak si pengemis telah menyusut keringatnya, dia telah menghela napas. ”Untung saja aku masih sempat lolos diri, jika tidak.....ihihih....." dan diakhir katakatanya itu Sin Kun Bu Tek telah mengeluarkan suara seruan seperti orang yang merasa ngeri sekali.

“Apakah Siang Niauw Pek Sian itu memang benar2 merupakan manusia yang  sangat  menakutkan  sekali,  Lojinke. ?" tanya Sin Han lagi.

“Bukan hanya menakutkan, tetapi telengas dan kejam sekali

!" menyahuti Sin Kun Bu Tek.

“Apakah kepandaiannya lebih tinggi dari kepandaian Lojinke ?” tanya Sin Han lagi.

“Anak tolol......!" bentak Sin Kun Bu Tek mendongkol. “Jika kepandaiannya dibawahku tentu saja aku tidak perlu jeri kepadanya ! Sudahlah......pergilah kau duduk disitu untuk mengaso, setelah beristirahat sejenak dan napasku sudah tidak memburu lagi, kita harus cepat-cepat berlalu dari tempat ini.....!” dan setelah berkata begitu, Sin Kun Bu Tek memejamkan matanya untuk beristirahat.

Sin Han duduk tidak begitu berjauhan dari si pengemis. Dia heran sekali, akhir2 ini dia banyak sekali menemukan jago2 yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali dimana menurut si pengemis justru Siang Niauw Pek-Sian merupakan orang yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya. Melihat sikap Sin-Kun Bu Tek dan keenam lawannya tadi, yang begitu ketakutan bukan main walaupun baru mendengar suara pekik dari Siang Niauw Pek Sian, membuktikan bahwa Siang NiauwPek Sian itu merupakan jago yang luar biasa sekali.

Sin Han menghela napas.

“Ayah mengerti sedikit ilmu silat, tetapi akhirnya karena ilmu silat dia harus menemui kematian dengan menyedihkan sekali dan aku harus terlantar seperti ini........!" berpikir Sin Han tanpa diinginkannya, dari sudut matanya menitik butir2 air mata yang bening. “Andaikata ayah tidak mengerti ilmu silat tentu bencana seperti ini tidak pernah menimpa kami." Dan Sin Han telah menghela napas panjang.

Tiba-tiba sekali Sin Kun Bu Tek telah melompat berdiri dengan gerakan yang sangat cepat, matanya terpentang lebar2 pengemis sakti ini juga telah mengawasi sekelilingnya.

”Ada apa, lojinke ?" tanya Sin Han dengan perasaan heran. ”Apakah......apakah engkau tidak mendengar suara itu ?"

tanya Sin Kun Bu Tek dengan sikap yang tegang sekali.

“Suara.......? Suara apa, Lojinke ?" Tanya Sin Han heran, dia memasang baik2 pendengarannya, dan disaat itulah dia mendengar samar samar suara pekik yang serupa dan sama dengan yang pernah didengarnya, yaitu pekik dari Siang Niauw Pek Sian.

Tanpa membuang waktu, dan tanpa berkata apapun juga, tahu2 Sin Kun Bu Tek telah menyambar pinggang Sin Han yang dirangkulnya dan dia telah berlari-lari lagi dengan cepat sekali, gerakannya kali ini jauh lebih cepat dari tadi, bahkan si pengemis tampaknya semakin ketakutan. “Dia mengejar aku....tampaknya dia tidak mau melepaskan aku !" menggumam si pengemis seperti berkata kepada dirinya sendiri.

Sin Han berdiam diri karena dia mengetahui si pengemis tengah dikejar oleh perasaan takut yang luar biasa, diam2 Sin Han juga jadi berpikir, kalau sampai Sin Kun Bu Tek berhasil dikejar oleh Siang Niauw Pek Sian yang ditakutinya itu tentu dirinya sendiripun tidak akan lolos dari malapetaka, yaitu tentu saja akan dibinasakan oleh Siang Niauw Pek Sian pula.

Berpikir begitu, Sin Han jadi bergidik.

Sedangkan Sin Kun Bu Tek telah ber-lari2 terus dengan cepat sekali. Dia seperti juga tidak memikirkan yang lainnya, karena baginya yang terpenting disaat itu adalah meloloskan diri dari kematian, meloloskan diri dari Siang Niauw Pek Sian yang rupanya mengejarnya.

Suara  pekik   itu   akhirnya   lenyap   tidak   terdengar   lagi. Tetapi Sin Kun Bu Tek tidak berani berhenti berlari, dia

terus juga mementangkan kakinya mempergunakan ginkangnya, karena dia jeri kalau2 nanti Siang Niauw Pek Sian akan berhasil menyusulnya.

Diantara angin yang berseliweran di telinganya yang menyambar-nyambar dengan keras, Sin Han pun menjadi ikut2an ketakutan, kalau2 nanti Siang Niauw Pek Sian itu berhasil mengejarnya......

Tetapi disaat Sin Kun Bu Tek tengah enak2nya berlari, tiba-tiba dia mengeluarkan suara seruan tertahan, dan langkah lakinya yang terhenti.

Sin Han merasakan betapa tangan Sin Kun Bu Tek yang melingkar dipinggangnya itu tergetar, seperti juga Sin Kun Bu Tek menyaksikan sesuatu yang hebat. Sin Han berusaha mengangkat kepalanya dan melihat kedepannya.

Terpisah lima tombak lebih dihadapan mereka, berdiri sesosok tubuh, yang mengenakan pakaian serba putih, jubahnya itu berkibar kibar yang tertiup oleh hembusan angin..

”Kau. ?" suara Sin Kun Bu Tek tergetar waktu menegur

begitu.

Sosok tubuh berpakaian putih itu tidak menyahuti, hanya berdiam diri saja.

Sin Han berusaha melihat muka orang itu. Seorang lelaki berusia diantara tiga puluh tahun, dengan kumisnya yang tipis dan mukanya licin kelimis bersih sekali, tampak berdiri dihadapan mereka. Lelaki berjubah putih itu telah mengawasi kearah Sin Kun Bu Tek dengan sorot mata yang dingin tetapi dalam sorot matanya itu memancarkan sinar yang mengerikan sekali.

Diam2 Sin Han sendiri jadi bergidik waktu melihat sinar mata orang itu.....

“Siang Niauw Pek Sian, aku tidak bermusuhan denganmu

!" kata Sin Kun Bu Tek akhirnya setelah berhasil menenangkan goncangan hatinya.

“Hmmm.....!" hanya dengus dingin mengejek seperti itu yang diperdengarkan sosok tubuh berpakaian serba putih itu.

Sin Kun Bu Tek jadi tambah ketakutan saja, tubuh sampai gemetaran.

“Siang Niauw Pek Sian....." katanya kemudian dengan suara yang tergetar.

“Tidak perlu kau banyak bicara.........serahkan jiwamu. "

suara orang berjubah putih keseluruhannya itu sangat dingin, menyeramkan sekali. ”Apa.       apa salahku ? Aku tidak bersalah, bukan ?"  tanya

Sin Kun Bu Tek dengan suara yang gemetar karena sangat ketakutan. ”Aku tidak pernah bertemu dengan kau, aku tidak pernah melakukan kesalahan apa2 padamu, tetapi.       mengapa

kau harus menghendaki jiwaku ?"

“Tidak perlu dijelaskan, aku menghendaki jiwamu, dan engkau jangan rewel !" menyahuti orang berjubah putih itu.

Disaat itulah, ditengah udara terdengar suara pekik burung merpati.

Tidak lama kemudian, tampak sepasang burung merpati telah terbang berputaran di atas kepala Sin Kun Bu Tek.

Melihat sikap Siang Niauw Pek Sian yang dingin dan menyeramkan itu, dan melihat bahwa dirinya tak mungkin lolos dari kematian, dengan sendirinya Sin Kun Bu Tek jadi nekad. Karena sudah tidak ada jalan mundur lagi baginya. Dia nekad ingin coba2 melakukan perlawanan.

Dilepaskannya rangkulannya pada pinggang Sin Han, dan anak itu telah menyingkir ke samping, dia telah melihat betapa Sin Kun Bu Tek menghadapi orang berpakaian putih itu dengan sikap ragu2.

“Engkau ingin mengadakan perlawanan ?" dingin sekali suara Sian Niauw Pek Sian itu, dia menegur dengan tatapan mata yang mengerikan.

Sin Kun Bu Tek masih diliputi kebimbangan. Selama dua tahun belakangan ini memang dia telah mendengar perihal Siang Niauw Pek Sian, jago yang tiada tandingannya yang memiliki kekejaman seperti iblis bahkan melebihi iblis. Memang hampir seluruh orang-orang rimba persilatan merasa takut untuk bertemu dengan majikan kedua burung merpati itu, karena telah tersiar banyak jago2 rimba persilatan yang mati secara mengerikan datangnya Siang Niauw Pek Sian. Hal ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi ragu2 menghadapi lawannya, namun dia telah melihat betapa ginkang Siang Niauw Pek Sian benar2 hebat, karena Siang Niauw Pek Sian dapat mengejar dirinya dengan mudah sekali.

Walaupun Sin Kun Bu Tek telah berlari dengan mengerahkan seluruh ginkangnya, namun kenyataannya dia masih bisa dikejar juga oleh Siang Niauw Pek Sian tersebut. Dengan sendirinya, dia sudah bisa mengukurnya bahwa ginkang Siang Niauw Pek Sian mungkin berada diatasnya beberapa tingkat.

Disaat itu Siang Niauw Pek Sian masih berdiri dengan sikapnya yang kaku dan wajah yang dingin, hanya tangan kanannya telah merogoh saku jubahnya, dia mengeluarkan selembar daun kering.

Digerakkan tangannya dan "Serrrr" daun kering itu telah menyambar datang kepada Sin Kun Bu Tek.

Daun kering itu ringan sekali, dan juga jarak Siang Niauw Pek Sian dengan Sin Kun Bu Tek terpisah cukup jauh, namun aneh sekali, justru Siang Niauw Pek Sian dapat melemparkan daun itu dengan baik, menyambar lurus dan ringan sekali, lalu jatuh tepat didekat kaki Sin Kun Bu Tek.

“Itu hadiah dariku...." kata Siang Niauw Pek Sian dengan suara yang dingin.

Sin Kun Bu Tek bertambah menggigil tubuhnya, dia telah mengambil daun itu, diperhatikannya, dan melihatnya betapa didaun itu terlukis gambar seekor burung merpati, yang dibuatnya tentu dengan pisau atau semacam benda tajam lainnya.

Itulah hadiah kematian ! Memang telah tersiar didalam rimba persilatan selama dua tahun belakangan ini, setiap calon korban dari Siang Niauw Pek Sian akan menerima hadiah selembar daun kering yang berlukisan seekor burung merpati.

Dengan menerima daun kering itu, berarti dirinya juga merupakan calon korban dari Siang Niauw Pek Sian.

Menyadari sulit baginya untuk lolos dari tangan Siang Niauw Pek Sian, tentu saja telah membuat Sin Kun Bu Tek bertambah nekad.

Dia telah merobek daun itu katanya dengan muka yang merah padam.

“Siang Niauw Pek Sian, aku denganmu sama sekali tidak terdapat ganjalan apa2, tetapi engkau terlalu mendesak diriku ! Baiklah ! Baiklah ! Terpaksa aku memberanikan diri untuk menyambuti beberapa jurusmu...." Dan setelah berkata begitu, Sin Kun Bu Tek bersiap-siap untuk menerima serangan lawannya, dia telah mengerahkan sebagian besar tenaganya pada kedua kepalan tangannya. Lo Ping Kang terkenal sebagai "Kepalan Sakti Tanpa Tandingan'' yaitu Sin Kun Bu Tek, dengan sendirinya kedua kepalan tangannya itulah yang hebat sekali. Maka dalam menghadapi bahaya dari lawan tangguh seperti Siang Niauw Pek Sian, dia telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan mati2an. Siang Niauw Pek Sian telah melangkah setindak menghampiri Sin Kun Bu Tek. Walaupun dia tidak memperlihatkan sikap mengancam, tetapi mukanya yang dingin, dan tubuhnya yang mengejang kaku waktu dia melangkah maju menghampiri cukup menyeramkan juga keadaannya itu.

Sin Kun Bu Tek menjadi semakin tergoncang keras hatinya.

Sin Han yang mengawasi dari pinggiran juga berdiri  dengan gemetaran. Anak ini bahkan merasakan lututnya jadi lemas waktu melihat sinar mata Siang Niauw Pek Sian yang dingin dan tidak memancarkan cahaya sedikitpun juga. Tiba2 Siang Niauw Pek Sian telah mengibaskan lengan bajunya, sambil bentaknya : “Engkau belum mau menyerang?"

Dan dalam keadaan terjepit seperti itu, dan Sin Kun Bu Tek telah tidak melihat jalan keluarnya lagi, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang sangat kuat, dan nekad sekali dia menerjang maju. Dia telah menggerakkan kedua kepalan tangannya, gerakannya itu gesit luar biasa, kedua tangannya yang digerakkannya itu juga telah menyambar dengan menyilang, maka hebat kesudahannya, tenaga gempuran yang seperti memiliki kekuatan ribuan kati itu, menyambar kepada Siang Niauw Pek Sian.

Tetapi Siang Niauw Pek Sian sama sekali tidak memperlihatkan gerakan sesuatu apapun juga, dia tetap berdiri tegak dengan sikapnya yang dingin, dengan membusungkan dadanya ia telah menerima gempuran kedua kepalan tangan dari Sin Kun Bu Tek.

“Bukkkk ! Bukkk !" kuat bukan main tenaga serangan Sin Kun Bu Tek menghantam dada Siang Niauw Pek Sian.

Gempuran itu jika jatuh pada diri seorang jago biasa saja, tentu tulang dadanya akan hancur dan korban pukulan dari kepalan sakti Sin Kun Bu Tek, akan menemui kematian.

Tetapi aneh sekali Siang Niauw Pek Sian seperti tidak merasa kesakitan sedikitpun juga dia bahkan telah tersenyum tawar menyeramkan sekali.

Sikapnya yang tenang sekali memperlihatkan bahwa dia sama sekali tidak merasa sakit, bahkan dia telah tersenyum dengan sikapnya yang menyindir dan mengandung hawa pembunuhan.

Kemudian Siang Niauw Pek Sian juga telah berkata: “Sekarang sudah saatnya engkau harus menyerahkan jiwamu !" dan  Sin  Kun  Bu  Tek  merasakan  kepalan  tangannya  yang menempel didada Siang Niauw Pek Sian kesemutan, dia sampai mengeluarkan suara seruan kaget dan berusaha menarik kepalan tangannya itu dengan cepat, agar terlepas dari  tempelan Siang Niauw Pek Sian. Namun terlambat!

Kepalan tangannya itu tidak bisa ditariknya kembali, sehingga dia mengeluarkan suara seruan yang keras, dan memusatkan tenaga dalamnya dengan mengeluarkan dan menarik lebih kuat lagi. Tetapi kembali dia gagal, sehingga Sin Kun Bu Tek jadi bingung sendirinya.

Tetapi sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian cukup tinggi, Sin Kun Bu Tek tidak menjadi gugup, dia telah cepat2 mengeluarkan suara bentakan yang keras, dan menyepak mempergunakan kedua kakinya dengan tendangan yang beruntun, mengancam keperut Siang Niauw Pek Sian.

Dan Siang Niauw Pek Sian benar2 merupakan seorang  yang aneh dan memiliki kepandaian yang tinggi sukar dijajaki, dia berdiam diri saja, hanya tangan kirinya diangkat dan dikibaskan ringan.

Kesudahannya sangat hebat sekali, karena disaat itu juga tubuh Sin Kun Bu Tek telah terpental keras, ambruk diatas tanah bergulingan sambil mengeluarkan suara jeritan yang mengerikan.

Setelah rebah sejenak, Sin Kun Bu Tek merangkak untuk berdiri, tetapi belum lagi dia bisa berdiri tetap, dari mulutnya dia telah memuntahkan darah segar.

Muka Lo Ping Kang pucat pias, tubuhnya gemetaran. Rupanya kibasan tangan yang dilakukan Siang Niauw Pek Sian benar2 dahsyat luar biasa, karena Lo Ping Kang merasakan dadanya sangat nyeri sekali. Dari peristiwa tersebut, Sin Kun Bu Tek telah bisa  menduga berapa tinggi kepandaian lawannya, yang berada beberapa tingkat diatas kepandaiannya.

Sehingga Sin Kun Bu Tek bertambah ketakutan, walaupun bagaimana tidak dapat dia lolos dari tangan Siang Niauw Pek Sian, sebab selain kepandaian lawannya itu memang jauh lebih hebat dari dia beberapa tingkat, juga kini Sin Kun Bu Tek telah terluka hanya dalam satu jurus dari Siang Niauw Pek Kut yang perlahan seperti itu. Tanpa dikehendakinya Sin Kun Bu Tek jadi menghela napas putus asa, dia berusaha mengerahkan tenaganya pada kedua lututnya, untuk memperkuat kuda2 kedua kakinya.

Siang Niauw Pek Sian telah menghampirinya dengan wajah yang mengerikan karena disamping matanya yang mengawasi dingin sekali tanpa ber-gerak2 bola matanya, juga mukanya itu bagaikan secarik kertas yang tidak memancarkan perasaan apa2.

Disaat seperti itu Sin Han juga mengawasi dengan sorot mata memancarkan kekuatirannya, karena walaupun dia mengetahui Sin Kun Bu Tek memiliki kepandaian tinggi dan Sin Han tidak mengerti ilmu silat, tetapi anak itu menyadarinya bahwa dalam hal kepandaian tentu saja Siang Niauw Pek Sian berada diatasnya si pengemis. Dengan hanya sekali mengibaskan tangannya saja, si pengemis telah dapat dibuat terpelanting begitu hebat oleh Siang Niauw Pek Sian.

Diam2 Sin Han berdoa agar Sin Kun Bu-Tek tidak kena dirubuhkan lawannya, setidak tidaknya Sin Han mengharapkan Sin Kun Bu Tek bisa meloloskan diri dari kematian ditangannya Siang Niauw Pek Sian.

Cepat sekali Sin Kun Bu Tek menyalurkan tenaga lwekangnya, tetapi karena dia tengah terluka parah, begitu dia mengempos kekuatan tenaga dalamnya, segera dia merasakan darah didadanya jadi bergolak, dan tanpa bisa ditahan lagi seketika itu juga dia telah memuntahkan darah segar......

Keadaan seperti ini telah membuat Sin Kun Bu Tek jadi berdiri dengan muka pucat pias, habislah harapannya untuk meloloskan dirinya dari ancaman lawannya yang luar biasa ini.

Siang Niauw Pek Sian telah menghampiri dekat sekali dia, menyeringai perlahan: “Kini kau serahkanlah jiwamu." dan tangan kanannya telah diangkatnya, untuk menepuk batok kepala Sin Kun Bu Tek.

Sin Kun Bu Tek menghela napas putus asa; dia memejamkan matanya, dia pasrah menyerah menerima kematian, sebab Sin Kun Bu Tek mengetahui percuma saja dia melakukan perlawanan, tidak mungkin dia lolos dari kematian ditangan lawannya yang tangguh luar biasa ini.

Tangan Siang Niauw Pek Sian telah meluncur terus dengan cepat, dan Sin Han memejamkan matanya tidak berani menyaksikan Sin Kun Bu Tek terserang begitu.

Namun waktu telapak tangan Siang Niauw Pek Sian hampir mengenai sasarannya, batok kepala dari Sin Kun Bu Tek,  disaat itulah terdengar suara seruan perlahan sekali, disusul dengan munculnya sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali. Gerakan itu menyerupai bayangan, dan belum lagi telapak tangan Siang Niauw Pek Sian sempat mengenai batok kepala Sin Kun Bu Tek, sosok bayangan yang baru muncul itu telah mengulurkan tangan kanannya, maka terdengar suara benturan yang keras sekali.

“Bukkk !!" tubuh Siang Niauw Pek Sian terhuyung beberapa langkah, mukanya berobah hebat, sebab dia kaget bukan main. Sebagai seorang jago yang telah merubuhkan ratusan tokoh2 ternama didaratan Tionggoan, selama itu belum pernah Siang Niauw Pek Sian menemui tandingan yang bisa membuat dia mundur sejauh itu. Dan baru pertama kali ini dia terhuyung begitu. maka seketika itu pula dihati Siang Niauw

Pek Sian telah menduga, tentunya orang yang baru muncul ini seorang yang memiliki kepandaian sempurna sekali.

Dengan sorot mata yang tajam dan dingin tampak Siang Niauw Pek Sian telah memandang kepada orang yang baru muncul dan tengah berdiri tegak disamping Sin Kun Bu Tek.

Itulah seorang pendeta dengan kepala yang dikonde, dan pakaian yang agak aneh, bukan cara berpakaian orang Han. Dilihat dari wajah yang ditumbuhi kumis, janggut dan juga hidungnya yang mancung, jika bukan orang Tibet, tentunya pendeta itu dari India.

“Siapa kau....? Sungguh berani kau mencari mati dengan mencampuri urusanku ?" bentak Siang Niauw Pek Sian dengan suara yang bengis, mukanya tidak memancarkan perasaan apapun juga namun sangat menyeramkan sekali.

Pendeta asing itu telah tersenyum dengan sikapnya yang sabar, dia telah merangkapkan tangannya dengan sikap seorang pengikut agama Buddha.

“Siancai! Siancai! Aku pendeta kecil Gunal Sing bukan lancang tangan mencampuri urusan tuan, tetapi apakah kesalahan tuan ini sehingga tampaknya tuan ingin membinasakannya ?" menyahuti pendeta itu dengan suara yang sabar, sikapnya juga tenang sekali, sedikitpun juga dia tidak memperlihatkan perasaan takut terhadap Siang Niauw Pek Sian yang mukanya tampak sangat bengis sekali. “Jika aku si pendeta kecil boleh tahu, siapakah nama tuan yang mulia ?"

Muka Siang Niauw Pek Sian berobah merah padam karena marah, biasanya jika seseorang berhadapan dengannya tentu akan ketakutan bagaikan tengah berhadapan dengan dewa pencabut nyawa. Tetapi sekarang pendeta ini memperlihatkan sikap yang tenang sekali. “Dengarlah, aku masih ingin memberikan kesempatan kepadamu, hanya kali ini saja, untuk cepat2 angkat kaki. !"

kata Siang Niauw Pek Sian. ”Aku Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun tidak akan segan untuk mengantarkan kau pergi menghadap Giam-lo-ong si raja akherat. "

Mendengar perkataan Siang Niauw Pek Sian, muka si pendeta tidak berobah, bahkan dia tersenyum ramah sekali.

“Jangan galak2 begitu, orang gagah !" katanya kemudian dengan suara yang sabar. “Kulihat anda memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan sempurna. Tidakkah sayang jika kepandaian yang tinggi dan sempurna itu harus dibawa ke jalan yang sesat ?"

“Apa perdulimu tentang diriku? Kesempatanmu rupanya kau sia2kan pendeta gundul dan kau memang sengaja rupanya mencari-cari urusan denganku ! Baiklah! Aku ingin melihat, sampai berapa tinggikah kepandaian seorang pendeta seperti engkau seorang pendeta asing yang tidak mengenal selatan dan tidak mengenal jalan hidup !"

“Siancai, jangan marah dulu, tuan..........!" kata Gunal Sing dengan suara yang sabar sekali. “mengapa tuan harus bersikap begitu garang, bukankah tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan jika kita menghendakinya dengan hati yang baik ! Mengenai persoalan tuan dengan tuan pengemis itu, aku pun tidak mengetahui ujung pangkalnya, namun aku percaya, tentu itulah bukan urusan yang harus menyebabkan  jatuhnya  korban. !"

Baru saja si pendeta asing tersebut berkata sampai disitu, Siang Niauw Pek Sian telah tertawa gelak2 dengan suaranya yang nyaring bukan main, suara tertawanya itu seperti menggetarkan sekitar tempat itu.

Tentu saja Gunal Sing mengetahui bahwa suara tertawa Siang   Niauw   Pek   Sian   itu   mengandung   kekuatan tenaga lwekang yang sangat kuat, karena suara tertawa itu bergelombang, semakin lama semakin menggetarkan sekitar tempat itu. Tetapi Gunal Sing tetap membawa sikap yang tenang dan sabar, sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan takut atau gugup.

“Baiklah !" kata Siang Niauw Pek Sian setelah cukup lama tertawa keras. “Rupanya engkau memang benar2 keledai gundul yang tidak tahu diri.......nah, kau terimalah seranganku ini!!" dan sambil berkata dengan wajah yang menyeramkan, Siang Niauw Pek Sian telah melangkahkan kaki kirinya setengah langkah, tangan kanannya telah ditekuk sedikit, tangan kirinya dilonjorkan kedepan, lalu tubuhnya agak membungkuk kedepan. Berbareng dengan itu, dia telah mengibas.

Dari tangan kanan Siang Niauw Pek Sian mengalir keluar serangkum tenaga sakti yang kuat sekali, tetapi Gunal Sing tetap berdiri di tempatnya tanpa berusaha berkelit. Sin Kun Bu Tek yang melihat cara menyerang Bo Siong Kun jadi terkejut bukan main, karena Sin Kun Bu Tek menyadari bahwa serangan yang dilakukan oleh Bo Siong Kun merupakan serangan yang sangat dahsyat, melebihi dahsyatnya dari serangan-serangannya kepada Sin Kun Bu Tek sendiri.

”Taisu, hati2........!" teriak Sin Kun Bu Tek dengan suara tergetar.

Tetapi belum lagi suara peringatan itu selesai terdengar, angin gempuran yang dilancarkan oleh Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun telah menyambar tiba.

Gunal Sing tetap berdiri tegak tanpa bergerak, dia melihat betapa Bo Siong Kun menyerang dengan bernafsu sekali, dan melancarkan gempuran dengan kekuatan sangat dahsyat.

Dengan gerakan yang perlahan, tetapi gesit, tahu2 si pendeta  menggerakkan  tangan  kirinya,  dia  telah  mendorong perlahan. Memang tidak keras dorongan itu tetapi kesudahannya membuat Bo Siong Kun, si raja iblis yang terkenal keganasannya itu jadi terkejut sekali, dia terkesiap waktu merasakan gempuran itu bagaikan menghantam tempat yang lunak dan kosong. Dan belum sempat dia menarik serangannya itu, justru dia merasakan dorongan yang kuat sekali pada dadanya, cepat2 Bo Siong Kun mengempos pernapasannya, dia berusaha berdiri tetap untuk melawan tenaga mendorong Gunal Sing, tetapi nyatanya tidak urung tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Pengalaman ini merupakan pengalaman pertama kali buat Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun, karena untuk pertama kali ini dia gagal melancarkan serangan dan bahkan dia sendiri yang terhuyung begitu, sedangkan si pendeta asing itu tampaknya tenang2 saja berdiri ditempatnya tanpa bergeming sedikitpun juga.

“Kau......” berseru Siang Niauw Pek Sian Bo Siong Kun dengan suara yang tersendat tertahan, tampaknya dia kaget dan gusar sekali.

“Sabar tuan, serangan tuan tadi merupakan serangan yang kejam sekali. maka jika dalam hal ini orang yang menyambuti

serangan tersebut tidak memiliki kepandaian yang berarti, tentu korban itu telah terbinasa karenanya ....!" sabar suara pendeta itu, walaupun dia ber-kata2 dengan suara yang mengandung teguran.

Bo Siong Kun jadi tambah gusar, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras, dan tahu2 tanpa bicara sepatah kata perkataanpun juga, kedua tangannya silih berganti melancarkan serangan2 yang gencar.

Kedua tangannya itu diputar-putar dalam bentuk lingkaran kecil. Tetapi di kesepuluh jari tangannya itu dia telah menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya, sehingga waktu dia menggerakkannya, tenaga serangannya itu menimbulkan angin yang berkesiuran keras sekali dan sekali saja dia mendorong, maka bagaikan ada gempa bumi yang menghantam diri pendeta asing itu.

Gunal Sing sedikitpun tidak menjadi gugup atau takut, bahkan dia telah tersenyum sabar sekali. Dengan perlahan, namun gerakannya itu dapat mengimbangi gerakan tangan Bo Siong Kun, dia telah mengebutkan lengan bajunya.

Kembali Bo Siong Kun terdorong mundur, sehingga membuat dia jadi tambah marah saja. Dengan suara yang sangat keras dan bengis, beberapa kali Bo Siong Kun melancarkan gempuran2 yang hebat, namun selalu gagal.

Sedangkan Sin Kun Bu Tek yang menyaksikan peristiwa ini, berdiri tertegun ditempatnya.

Sejak pertama kali dia bertemu dengan Bo Siong Kun, memang Sin Kun Bu Tek telah ketakutan bukan main, karena diapun telah merasakan betapa kepandaian Bo Siong Kun sangat hebat, beberapa tingkat diatas kepandaiannya, dan hampir saja jiwanya melayang di tangan orang she Bo itu.

Namun sekarang, nyatanya Gunal Sing dapat melayaninya dengan baik, dengan tenang dan sabar, dan tanpa terdesak sedikitpun juga. Bahkan sebaliknya Bo Siong Kun jadi sibuk sekali melancarkan serangan2 yang beruntun tanpa memperoleh hasil.

Setelah lewat belasan jurus, tampaknya Bo Siong Kun merasa kesal juga serangan2nya itu tidak memberikan hasil sedikitpun juga dia telah mengeluarkan suara bentakan kecil sambil melompat kebelakang menjauhi diri. 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar