Tat Mo Cauwsu Jilid 02

Jilid II

KIM KUT MO SAT sebetulnya sangat marah sekali, tetapi dia menindih perasaan gusarnya itu.

“Siapa kau? Dan siapa gurumu ?" tegurnya dengan suara menyeramkan.

“Aku? Kau menanyakan diriku? Aku tidak keberatan memberitahukan kepadamu namaku! Ayahku biasanya memanggil aku dengan sebutan Lian-jie (anak-Lian), engkau boleh juga memanggil aku dengan sebutan itu ! Tetapi jika engkau ingin mengetahui siapa guruku, hal itu tidak bisa kuberitahukan, nanti engkau mendengar nama guruku, tentu ter-kencing2 karena ketakutan. " Mendengar perkataan si gadis kecil yang jenaka dan nakal ini, yang mengejeknya terang2an, tentu saja Kim Kut Mo Sat jadi tambah mendongkol.

“Gadis kecil kurang ajar, terimalah serangan !" bentaknya bengis, karena dia sudah tidak bisa mempertahankan kemarahan yang meliputi hatinya. Dengan cepat dia telah menerjang maju dengan gerakan yang sulit diikuti oleh pandangan mata. Dia telah melancarkan serangan dengan sekaligus, menggerakkan kedua tangannya, dari kedua telapak tangannya itu telah mengalir keluar tenaga yang kuat sekali, tetapi berbedaan sifatnya. Jika tangan kanannya meluncur dengan mengeluarkan angin serangan yang berhawa panas, justru tangan kirinya telah meluncur mengeluarkan angin serangan dengan hawa yang dingin.

Tentu saja cara menyerang dari mahluk menyeramkan tersebut merupakan serangan yang mematikan, itulah semacam ilmu yang luar biasa sekali, yang mengandung hawa yang membawa maut.

Tetapi gadis cilik itu benar2 nakal, sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan takut. Tampaknya gadis kecil ini mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, dia telah  melompat kesamping sambil mendengarkan tawanya yang keras, suara tertawa yang bercampur dengan ejekan.

“Hanya begini saja pukulan yang kau miliki ?" tanyanya dengan diiringi suara tertawa cekikannya.

tubuh Kim Kut Mo Sat jadi menggigil keras karena menahan kegusaran hatinya. Baru kali ini seumur hidupnya dia mengalami ejekan seperti itu, dan juga baru kali ini seumur hidupnya dia diejek oleh orang secara berdepan, bahkan sekarang yang mengejeknya itu tidak lain dari seorang gadis kecil.  Dengan  mengeluarkan  suara  raungan  keras,  dia  telah mengeluarkan jurus yang sangat diandalkannya, yaitu pukulan2 yang mengandung kekuatan yang luar biasa sekali.

Kemudian dia telah menggerakan tenaga lweekangnya sebanyak empat bagian, untuk melancarkan serangan dengan bergantian mempergunakan tangan kiri dan tangan kanannya, karena itu dia sebentar menyerang dengan mempergunakan hawa Im (dingin), sekali2 dia menyerang dengan hawa Yang (panas).

Itulah ilmu yang biasa disebut sebagai Im Yang Mo Sat, tenaga Iblis Dingin dan Panas.

Tentu saja ilmu yang telah dilatihnya empat puluh tahun  itu, merupakan ilmu yang sangat dahsyat.

Sepuluh tahun yang lalu, dia pernah menjagoi seluruh daratan Tionggoan, namanya sangat terkenal dan ditakuti. Tetapi suatu kali dia bertemu dengan seorang pandai, mereka bertempur selama tiga hari tiga malam, akhirnya Kim Kut Mo Sat kena dirubuhkan pendekar sakti itu, dan sejak saat itulah Kim Kut Mo Sat hidup menyepi menyendiri, dia mengasingkan diri karena dia bermaksud untuk lebih menyaksikan ilmunya itu.

Selama sepuluh tahun dia telah berlatih keras, dengan tekad untuk nanti mencari pendekar sakti yang telah merubuhkannya itu, dia bermaksud menantangnya lagi untuk bertempur.

Tetapi sekarang, dia bertemu dengan gadis cilik ini, dan dirinya telah dipermainkannya, dengan sendirinya telah membuat Kim Kut Mo Sat tambah gusar. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, dia telah menggerakkan tangan kiri dan tangan kanannya dengan serentak, angin serangan yang meluncur keluar itu menimbulkan hawa yang panas dan dingin, sehingga mendesak keras kepada si gadis kecil. Tetapi tidak satupun serangan dari Kim-Kut Mo Sat itu berhasil menyentuh tubuh gadis kecil itu, karena tampaknya gadis kecil yang jenaka itu, yang mengakui dirinya biasa dipanggil dengan Lian-jie (anak Lian itu) telah mengandalkan sekali kegesitannya, tubuhnya me-lompat2 kian kemari dengan cepat sekali, sehingga setiap serangan yang dilancarkan lawannya selalu dapat digagalkannya.

Dalam keadaan demikian, semakin lama Kim Kut Mo Sat selain penasaran, juga semakin diliputi oleh hawa nafsu membunuh.

Telah beberapa kali dia mendesak si gadis dengan pukulan2 yang kuat dan mematikan, tetapi selalu gadis kecil jenaka itu berhasil mengelakkannya.

Hal ini telah membuktikan bahwa gadis kecil itu tidak mudah dirubuhkan, sehingga darah dari Kim Kut Mo Sat terasa naik memenuhi tempurung kepalanya akibat kemarahan yang me-luap2, dia berulang kali telah mengeluarkan suara seruan2 penasaran.

Disaat itulah si gadis kecil itu telah berkata dengan suara yang mengejek : “Sekarang ini apa yang hendak engkau bilang

? Telah terbukti, bukan ? Bahwa engkau memang tidak memiliki kepandaian yang berarti ?! Dan Kim Kut Mo Sat hanya merupakan nama kosong belaka. !"

Mendengar ejekan gadis kecil jenaka itu, telah membuat Kim Kut Mo Sat jadi bertambah marah.

Dia telah melihatnya selama bertempur beberapa jurus itu, bahwa kepandaian si gadis tidak seberapa, mungkin tidak ada sepersepuluh dari kepandaiannya sendiri. Tenaga yang dimiliki gadis kecil itupun tidak begitu besar. Tetapi yang sangat mengherankan sekali si gadis kecil itu memiliki kelincahan yang luar biasa. Dengan sendirinya telah membuat Kim-Kut Mo Sat jadi me-nerka2 entah gadis kecil ini murid siapa......

Telah dilihat dan diperhatikannya sejak tadi gerakan2 si gadis kecil, tetapi dia tidak berhasil mengenali ilmu silat perguruan mana yang dipergunakan gadis kecil itu. Sebetulnya Kim Kut Mo Sat sangat tajam matanya, dia berpengalaman sekali, hampir seluruh jago2 sakti didaratan Tionggoan diketahui ilmu silat andalannya, tetapi gadis ini yang memiliki gerakan2 yang gesit sekali membuat dia jadi begitu bingung dan tidak berhasil mengenalinya si gadis dari aliran mana.....

Dalam keadaan seperti itu, tentu saja telah membuat Kim Kut Mo Sat tambah penasaran, berulang kali dia meraung dan menambah tenaga serangannya.

Beberapa macam ilmu pukulan telah dikeluarkannya untuk menghantam gadis kecil itu. Tetapi si gadis kecil Lian-jie itu dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya, selalu berhasil menyelamatkan diri dari ancaman serangan yang dilancarkan Kim Kut Mo Sat.

Tentu saja Kim Kut Mo Sat semakin penasaran saja, beberapa kali dia menubruk dan memperhebat serangannya.

Si gadis kecil sendiri telah melihatnya, walaupun dia selalu berhasil mengelakkan diri dari serangan2 yang dilancarkan lawannya, tetapi hal itu tidak bisa berlangsung lama, karena jika keadaan demikian ber-larut2, tentu celakalah dirinya ! Gadis kecil itu juga menyadarinya, bahwa dia memang masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kepandaian mahluk menyeramkan ini, dia hanya bisa lolos dari kematian karena mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang luar biasa. Tetapi akhirnya tokh dia akan kehabisan tenaga. Dan jika hal ini terjadi, niscaya dia akan dihajar mati oleh lawannya. Dalam keadaan seperti inilah, tampak si gadis kecil juga telah berusaha untuk menjauhi diri dari lawannya, karena jika mereka bertempur rapat, gerakan tubuhnya tidak akan leluasa.

Dia telah memusatkan kegesitannya untuk menjauhi diri dari Kim Kut Mo Sat dan selalu pula dia berusaha untuk dapat mengelakkan perhatian si makhluk menyeramkan itu.

Namun Kim Kut Mo Sat yang tampaknya telah mengetahui juga kelemahan si gadis kecil ini, tidak mau mem-buang2 kesempatan yang ada padanya, dia telah mengeluarkan suara bentakan yang menyerupai raungan, dan berulang kali dia telah melancarkan serangan2 yang beruntun.

Setiap serangan yang dilancarkannya sekarang lebih hebat dari pada tadi, juga dari kedua telapak tangannya itu memancarkan hawa yang berlainan sehingga menimbulkan tekanan yang luar biasa pada diri si gadis.

Disamping itu, yang membuat si gadis kecil itu terkejut, dia telah melihatnya kedua telapak tangan Kim Kut Mo Sat berobah menjadi merah seperti darah, itulah membuktikan bahwa mahluk menyeramkan ini telah mengerahkan tenaga sejatinya disekujur telapak tangannya itu.

Sebagai seorang gadis yang lincah dan nakal, gadis kecil itu tidak menjadi takut atau gugup, bahkan berulang dia telah mengeluarkan suara tertawa cekikikan, dia juga telah bergerak dengan lompatan2 yang gesit sekali.

Tiba2 terlihat gadis kecil itu telah mengeluarkan suara siulan, tahu2 kaki kanannya diangkat ditekuk keatas, lalu dengan berdiri dengan kaki tunggal, yaitu kaki kirinya saja, tubuhnya telah berputar.

Gerakan yang dilakukan oleh gadis kecil jenaka itu sangat aneh sekali, sehingga membuat Kim Kut Mo Sat jadi tertegun heran, dia telah diam mengawasi, dan telah menatapnya dengan sorot mata tertegun, karena dia tidak mengetahui apa yang tengah dilakukan oleh gadis itu.

Disaat seperti inilah, terlihat si gadis tahu-tahu telah melompat dengan tubuh yang lincah menjauhi diri dari Kim Kut Mo Sat, dia telah berkata juga dengan suaranya yang jenaka : “Nah, sekarang terbukti bahwa nama Kim Kut Mo Sat tidak sebanding dengan kemampuannya !"

Itulah ejekan yang membuat muka Kim Kut Mo Sat jadi berobah merah padam dan panas sekali, telinganya juga dirasakan jadi panas, disamping rambutnya terasa seperti berdiri karena sangat murka. Tetapi Kim Kut Mo Sat masih berusaha untuk mempertahankan diri, dia telah berkata dengan suara yang dingin : “Hemm, engkau memang setan kecil yang licik. Tetapi jangan harap engkau bisa meloloskan diri dari kematian ditanganku ini !"

Dan setelah membentak begitu, dengan cepat sekali Kim Kut Mo Sat telah meraung, dan tubuhnya tahu2 telah melompat ketengah udara, dia tidak melancarkan serangan kepada si gadis, hanya kedua tangannya yang di-gerak2kan saja.

Tahu2 si gadis yang tengah berdiri heran mengawasi gerakgerik mahluk menyeramkan itu, telah merasakan menyambarnya semacam tenaga yang tidak dilihatnya yang mengikat tubuhnya.

Dalam waktu sekejap saja gadis kecil itu telah menyadari bahwa ada bahaya yang tengah mengancam dirinya, dia mengeluarkan suara seruan tertahan dan telah melompat ke belakang. Gerakannya itu sangat gesit sekali, dan dia berusaha melompat secepat mungkin.

Tetapi masih terlambat, libatan tenaga serangan Kim Kut Mo Sat yang tidak terlihat itu telah melibat kakinya, tahu2 dia terhentak keras, dan tubuh si gadis terjerunuk kedepan hampir saja dia rubuh terguling. Tetapi karena gadis itu memang memiliki kegesitan yang menakjubkan, dia berhasil melompat berdiri dan cepat2 menuju kedepannya, dan dengan demikian dia menjauhi diri dari si iblis yang menakutkan itu, sehingga dia berhasil meloloskan diri dari libatan tenaga dalam si mahluk menyeramkan itu.

Dengan cepat si gadis juga telah mengibaskan tangannya, dan tahu-tahu telah meluncur dengan cepat sekali beberapa sinar yang menyilaukan mata.

Rupanya dalam keadaan terdesak seperti itu, si gadis telah mempergunakan paku Pat-kut-teng, dia telah menimpuk untuk mencegahnya mahluk yang menyeramkan itu mendesak lebih jauh.

Tetapi Kim Kut Mo Sat yang sedang penasaran itu mana mau mengacuhkan paku2 itu, dengan mempergunakan lengan bajunya, dia telah mengibas, sehingga paku2 itu meluruk jatuh keatas tanah, sedangkan saat itu tangan kirinya telah menyambar akan mencengkeram pundak si gadis.

“Ihhhh.......!" gadis kecil itu telah mengeluarkan suara seruan tertahan, dia telah melompat mundur, dan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, dia telah berjumpalitan dua kali, maksudnya ingin menjauhi diri dari lawannya. Tetapi Kim Kut Mo Sat tidak mau memberikan kesempatan kepadanya, dia telah melancarkan serangan lagi dengan cepat sekali, cengkeraman kedua tangannya itu telah meluncur secepat kilat.

Dalam keadaan demikian, rupanya gadis kecil tersebut tengah terancam bahaya yang tidak ringan, dia sendiri kaget melihat kedua tangan Kim Kut Mo Sat yang telah berobah merah seperti darah itu telah berada dekat dengan punggungnya.

Sin Han yang sejak tadi berdiri mematung mengawasi gadis kecil itu yang tengah bertempur dengan Kim Kut Mo Sat, jadi tidak mengerti, bahwa seorang gadis sekecil itu bisa menghadapi dan melayani mahluk begitu ganas.

Didalam hatinya Sin Han kagum sekali kepada gadis itu yang memiliki kegesitan luar-biasa.

“Coba kalau aku memiliki kegesitan seperti gadis itu, tentu aku tidak akan dihina oleh orang2 yang mengejarku dan aku dengan mudah meloloskan diri dari mereka....mungkin juga ayahku tidak sampai menemui kematian. "

Tetapi disaat dia berpikir begitu justru Sin Han telah melihatnya bahwa si gadis kecil telah terdesak hebat, dan terus menerus main mundur.

Dan akhirnya Sin Han juga melihatnya, kedua tangan Kim Kut Mo Sat telah menyambar kearah punggung gadis kecil, sedangkan si gadis kecil tampaknya tidak memiliki kesempatan untuk mengelakkan diri, maka diluar keinginannya, tampak Sin Han telah mengeluarkan suara jeritan tertahan, dia telah menutupi matanya dengan mempergunakan kedua tangannya, karena dia tidak sanggup jika harus melihat tubuh gadis kecil itu terhajar hancur oleh kedua telapak tangan mahluk menyeramkan itu.

“Buukkk !" punggung gadis kecil itu telah terpukul telak sekali oleh telapak tangan Kim Kut Mo Sat, terhajar begitu keras dan kuat sekali, sehingga tubuh si gadis sampai terpental jauh sekali, kurang lebih empat tombak.

Namun gadis kecil itu hanya terguling, cepat sekali dia telah bisa bangkit berdiri sambil memperdengarkan suara tertawanya yang jenaka !

Berbeda dengan si gadis kecil itu, waktu Kim Kut Mo Sat berhasil memukul punggung si gadis, mulanya dia memang girang, tetapi kesudahannya membuat dia kaget bukan main, karena  waktu  telapak  tangannya  itu  berhasil  memukul,   dia merasa kesakitan pada telapak tangannya itu, dan waktu dia menarik pulang tangannya itu sambil mengeluarkan jeritan kecil, dia melihat telapak tangan kanannya telah berlobang kecil2 dan mengucurkan darah........

Muka Kim Kut Mo Sat jadi berobah merah padam, dengan cepat dia telah berseru dengan suara yang bengis : “Setan kecil, rupanya engkau memakai pakaian dalam seperti Tiat-lu-ka (pakaian anti senjata tajam) !"

“Tidak salah !" menyahuti gadis kecil itu dengan sikapnya yang jenaka. “Memang aku mengenakan Tiat-lu-ka dan siapa yang perintahkan kepadamu mencari penyakit menghantam punggungku ! Justru Tiat-lu-kaku itu diperlengkapi dengan duri2. "

Mendengar perkataan si gadis, Kim Kut Mo Sat jadi  tambah marah, dia telah meraung dengan suara yang dahsyat seperti juga akan menggetarkan sekitar tempat itu.

Sedangkan si gadis kecil telah tertawa cekikikan, seperti mentertawai kebodohan lawannya.

Memang gadis kecil itu memakai pakaian lapis dalam yang berduri, yang anti senjata tajam, dan juga anti pukulan, sehingga walaupun tadi punggungnya telah terhajar telak dan jitu oleh telapak tangan kanan lawannya, hanya baju luarnya saja yang berkeliwiran, pecah dan hancur, namun dia tidak menderita luka apa2......

Keadaan seperti ini telah memperlihatkan bahwa si gadis kecil ini memang bukan gadis sembarangan, karena dia memiliki benda mustika seperti Tiat-lu-ka itu.

“Masih ada hubungan apa kau dengan Ceng Kak Siansu ?" bentak Kim Kut Mo Sat dengan suara bengis.

“Siapa ?" mengulangi si gadis dengan suara yang mengejek. “Aku bertanya, masih pernah apa kau dengan Ceng Kak Siansu," bentak Kim Kut Mo Sat lagi.

“Hemm, aku mana tahu, kenal saja tidak orang yang kau sebutkan itu !" kata si gadis dengan suara jenaka, dia tidak lupa untuk tersenyum mengejek.

Kim Kut Mo Sat jadi heran.

Dia mengetahui jarang sekali yang memiliki pakaian lapis dalam seperti Tiat-lu-ka, benda mustika itu. Dan Kim Kut Mo Sat mengetahuinya benda mustika itu dimiliki oleh Ceng Kak Siansu, seorang tokoh sakti dari rimba persilatan yang menetap di Utara.

Tetapi melihat jawaban dan sikap si gadis tidak berdusta, dia seperti tidak mengenal siapa itu Ceng Kak Siansu. Tentu saja hal ini sangat mengherankan dan membuat Kim Kut Mo Sat tambah penasaran.

Entah orang pandai mana lagi yang menjadi guru si gadis, tentunya orang itu sakti dan liehay sekali, karena si gadis  dalam usia demikian muda ternyata telah memiliki kepandaian yang demikian tinggi.

Tentu saja Kim Kut Mo Sat juga jadi tambah penasaran, walaupun bagaimana dia ingin merubuhkan gadis kecil ini, untuk nanti memaksanya agar mengakui siapa gurunya.

Disaat itu Kim Kut Mo Sat tertawa dingin.

“Aku telah melihat, kepandaianmu tidak ada sepersepuluh dari kepandaianku !" kata Kim Kut Mo Sat. “Engkau hanya mengandalkan ilmu meringankan tubuhmu ! Tetapi jika kau bertempur terus dengan mempergunakan cara seperti itu, tentu saja akhirnya aku akan berhasil merubuhkan dirimu.....! Kau percaya atau tidak ?” tanya Kim Kut Mo Sat. Si gadis kecil jenaka itu benar2 nakal, sebelum menyahuti, dia telah menoleh kepada Sin Han, disaat itu Sin Han tengah mengawasi tertegun penuh kekuatiran padanya.

“Anak itu tidak memiliki kepandaian apa2. " kata si gadis

nakal itu. “Engkau telah menghinanya karena dia lemah. Sekarang engkau menghadapi aku, ternyata engkau tidak sanggup merubuhkan diriku, walaupun aku hanya memiliki kepandaian sepersepuluh dari kepandaianmu dan akupun masih terlalu kecil ! Benar ! Tepat sekali selama ini yang kudengar, Kim Kut Mo Sat hanyalah mahluk tidak punya guna dan memiliki nama kosong yang hanya pandai menipu saja. !"

Dan setelah berkata begitu, gadis kecil ini telah tertawa cekikikan lagi, dia telah mengejek tidak tanggung2 dan telah membaliki perkataan Kim Kut Mo Sat sendiri.

Keruan saja Kim Kut Mo Sat jadi tambah gusar, dengan mengeluarkan suara bentakan menggerutu dia telah menerjang ke arah si gadis.

Dia melompat bukan melancarkan serangan biasa, karena kali ini benar2 Kim Kut Mo Sat telah melancarkan serangan yang bisa mematikan. Dia telah menggempur dengan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.

Walaupun dia telah menggerakkan kedua tangannya sekaligus, tetapi yang dipergunakan menyerang kepada gadis kecil itu hanyalah tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya dipukulkan kesamping, tenaga pukulan itu seperti dapat berbelok dan telah menghadang jalan mundurnya anak gadis itu.

Melihat cara menyerang yang dilakukan oleh Kim Kut Mo Sat, gadis kecil itu jadi terkejut juga, dia telah mengeluarkan suara seruan tertahan karena dia mengerti bahaya yang tengah mengancam dirinya tidak boleh dibuat main2. Tetapi memang benar2 gadis kecil itu nakal dan tabah sekali, walaupun telah mengetahui dirinya tengah terancam oleh bahaya yang tidak kecil, namun dia tidak menjadi takut, dengan cepat sekali dia menjejakkan kedua belah kakinya diatas tanah, tubuhnya telah melompat dengan gesit ketengah udara setinggi dua tombak, dengan demikian dia berhasil mengelakkan serangan tangan kanan lawannya, dan juga membiarkan serangan tangan kiri dari Kim Kut Mo Sat itu lewat dibawah kakinya.

Tetapi untuk kagetnya gadis kecil itu, justru disaat itu Kim Kut Mo Sat yang sedang marah telah merobah serangannya menjadi gerakan menangkap. Tanpa menarik pulang tangan kanannya, dia telah berusaha mencengkeram kaki kanan si gadis kecil yang sedang melayang ditengah udara itu, gerakan yang dilakukannya sangat cepat sekali, karena dia telah menyerang dengan secepat kilat.

Gadis kecil itu tidak menduga bahwa lawannya akan merobah cara menyerangnya itu dari meninju akhirnya menjadi cengkeraman.

Dengan sendirinya hal itu telah membuat si gadis terkesiap juga hatinya.

Tetapi dia gesit dan tidak menjadi takut, bahkan dia telah menarik naik kedua kakinya yang ditekuknya, untuk mengelakkan cengkeraman tangan lawannya itu.

Gerakannya itu sangat cepat dan gesit sekali, tetapi karena Kim Kut Mo Sat melancarkan serangan mencengkeram ini dengan mempergunakan perhitungan yang telah matang, sehingga dia tidak menjadi heran si gadis menekuk kedua kakinya seperti yang telah diduganya, maka dia telah menaikkan sedikit uluran tangannya, maka seketika itu juga kaki kanan dari gadis kecil itu tidak bisa lolos dari cengkeraman tangannya. Sekali saja menggentak, maka tubuh si gadis itu telah berhasil ditarik Kim Kut Mo Sat dengan keras, sampai tubuh si gadis rubuh terbanting ditanah.

Dan dengan tidak membuang waktu sedikitpun juga, Kim Kut Mo Sat telah melompat menghampiri.

Dia telah mengulurkan kedua tangannya lagi dengan maksud akan menarik putus kaki kanan si gadis kecil.

Sin Han melihat apa yang akan terjadi pada diri si gadis kecil itu, yang merangkap menjadi penolongnya itu, jadi mengeluarkan suara jeritan kaget, dia telah melompat dan telah berusaha untuk memukul belakang pinggul dari Kim Kut Mo Sat.

“Bukkkk !" kepalan tangan Sin Han yang kecil memang mengenai pinggul dari mahluk menyeramkan itu, tetapi mana ada artinya untuk Kim Kut Mo Sat ?

Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin iblis itu telah mengibaskan tangan kirinya : ”Wutttttt. !" seketika itu juga

tubuh dari Sin Han telah terdorong keras sekali oleh dorongan tenaga dalamnya, dan tubuh anak itu telah terbanting bergulingan diatas tanah sambil mengeluarkan suara jerit kesakitan yang nyaring.

Seluruh tubuhnya dirasakan sakit dan bagaikan tulang2 disekujur badannya itu akan rontok bercopotan.

Dengan menahan sakit, dia telah merangkak bangun untuk membantui si gadis kecil Lian jie itu, tetapi sepasang kakinya gemetaran dan tenaganya seperti telah habis. Begitu dia berdiri, dia rubuh numprah pula.

Dalam keadaan seperti inilah, Sin Han melihat betapa tangan Kim Kut Mo Sat bergerak akan menarik putus kaki gadis kecil itu. Tentu saja perbuatan seperti itu merupakan perbuatan yang menakutkan dan kejam sekali.

Sebelum Sin Han mengetahui apa yang akan terjadi, justru disaat itu terlihat si gadis kecil Lianjie telah menarik kaki kanannya, dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras, dan serentak dengan itu dia telah menendang dengan kaki kirinya kearah jalan darah Pu-tiang-sie-hiat didekat perut lawannya.

Keadaan seperti ini telah memaksa Kim Kut Mo Sat harus melepaskan cekalan tangannya dulu, karena jika sampai jalan darahnya itu kena disepak si gadis, berarti kematianlah baginya, atau se-ringan2nya dia akan bercacad, karena jalan darah itu merupakan jalan darah yang sangat penting.

Dalam keadaan inilah si gadis berhasil meloloskan diri, dia melompat berdiri terpisah dua tombak dari si-iblis Kim Kut Mo Sat itu.

Keberhasilannya itu karena berkat bantuan dari Sin Han juga, karena tadi Sin Han telah memukul pinggul dari Kim Kut Mo Sat, sehingga Kim Kut Mo Sat telah menggerakkan tangan kirinya mengibas kebelakang.

Waktu yang hanya beberapa detik itu, justru sangat berarti bagi si gadis Lianjie. Mempergunakan kesempatan itulah si gadis telah melakukan tendangan mautnya ke jalan darah Kim Kut Mo Sat.

Kim Kut Mo Sat telah meraung keras, tubuhnya tampak melompat melancarkan serangan-serangan yang hebat sekali kepada si gadis.

Si gadis sendiri tampaknya telah letih sekali, dia jadi mengeluh juga.

Tadi dia baru saja lolos dari bahaya dan itu telah mengejutkan  hatinya,  dan  perasaan  kagetnya  itu  belum  lagi lenyap, justru lawannya itu telah melancarkan serangan lagi yang tidak kurang hebatnya.

Tetapi sebagai gadis yang nakal, gadis kecil Lianjie itu tidak merasa takut, dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring dia telah melompat mundur untuk  menjauhi diri, walaupun dia menyadarinya bahwa tidak mungkin dia meloloskan diri dari serangan yang dilancarkan lawannya itu.

Disaat itulah, tampak Kim Kut Mo Sat telah melancarkan gempuran dengan kedua tangan yang dirangkapkan, tenaga dalam yang dipergunakannya itu merupakan serangan yang luar biasa hebatnya. Dalam murkanya itu dia telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk melancarkan serangan2 yang sangat gencar sekali, dan dia telah melancarkan gempuran seperti juga dia tengah menghadapi lawan yang tangguh sekali, dimana dia seperti ingin mengadu jiwa.

Dalam keadaan seperti inilah, tampak Kim Kut Mo Sat memang telah bersungguh-sungguh untuk merubuhkan  si gadis.

Sedangkan gadis kecil itu sama sekali tidak berdaya untuk mengelakkan diri pula dari gempuran yang selain cepat juga dahsyat sekali itu.

Untuk mengadu kekuatan keras dilawan keras, jelas gadis kecil ini tidak akan menang bahkan dia akan menemui ajalnya, sebab tenaga dalamnya itu masih terpaut jauh sekali dengan makluk menyeramkan tersebut.

Keadaan seperti ini telah membuat si gadis harus mengempos dan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada padanya, dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring, dan telah melancarkan gempuran sekenanya, sedangkan dihatinya dia telah berpikir : “Habislah aku kali ini. !" Tenaga serangan yang dilancarkan oleh Kim Kut Mo Sat telah menyambar semakin dekat dan kuat sekali. !

Tetapi walaupun dalam keadaan terjepit dan terdesak seperti itu, tampaknya si gadis kecil masih berusaha untuk meloloskan diri dari serangan Kim Kut Mo Sat.

Dengan cepat dia merangkapkan kedua tangannya, untuk menotok kearah tangan lawannya, lalu dengan meminjam tenaga tekanan itu, tubuhnya ingin melompat terapung pula.

Namun Kim Kut Mo Sat juga tidak mau membiarkan si gadis yang telah dapat dikuasainya itu lolos dari serangannya. Dengan gerakan yang gesit dia telah mengeluarkan suara bentakan, membarengi dengan itu, tampak sepasang tangannya itu yang didorong oleh totokan si gadis kecil, dihentaknya. Tetapi jika hentakan biasanya dilakukan ke dalam, tetapi berbeda dengan yang dilakukan oleh Kim Kut Mo Sat, dia justru telah melonjorkan tangannya itu, sekaligus kedua2nya kiri dan kanan.

Tentu saja gerakan yang dilakukan oleh Kim Kut Mo Sat membuat si gadis kecil jadi terperanjat bukan main, dia sampai mengeluarkan suara teriakan tertahan dan kali ini benar sulit baginya untuk meloloskan diri dari bencana yang mengancam.

Dengan mengeluarkan suara teriakan kecil tertahan, gadis cilik itu telah tercekal tangannya.

Namun waktu Kim Kut Mo Sat ingin mengerahkan tenaga dalamnya untuk menarik copot tulang tangan gadis itu tiba2 telah terdengar suara yang sabar sekali menegur : “Mengapa harus menganiaya gadis kecil yang tidak berdaya ?" Dan bukan hanya suara teguran itu saja yang didengar Kim Kut Mo Sat, karena tahu2 dari samping kanannya telah menyambar kekuatan tenaga yang meluncur ke batok kepalanya. Kim Kut Mo Sat jadi terkejut, karena dia menyadarinya, jika dia meneruskan maksudnya untuk menarik terlepas tangan si gadis yang tulangnya ingin dicopotkannya, maka berarti kepalanya itu akan menjadi sasaran yang telak sekali dari telapak tangan orang yang melancarkan serangan dari belakang itu.

Dalam detik2 yang singkat seperti itu, cepat sekali Kim Kut Mo Sat harus mengambil keputusan, terpaksa dia melepaskan cekalan tangannya pada tangan si gadis kecil, membarengi dengan mana dia telah mengibaskan tangan kanannya ke belakang sebelum tubuhnya membalik, maka angin serangan itu telah menyampok meluncurnya gempuran orang dibelakangnya.

“Bukkkkkk !" Tangan Kim Kut Mo Sat telah membentur keras tangan penyerangnya, karena rupanya penyerang itu tidak ingin menarik pulang tangannya. Dan suara benturan itu terdengar keras sekali.

Kesudahannya telah membuat Kim Kut Mo Sat jadi terkejut disamping kesakitan, karena tangannya yang membentur tangan penyerangnya itu seperti menghantam besi, dia merasakan tulang tangannya seperti ingin patah menimbulkan perasaan sakit yang bukan main.

Dan diapun lebih kaget lagi waktu tahu2 tubuhnya telah terjungkal rubuh ber-guling2 ditanah, sehingga menyebabkan dia seperti sebuah bola. Walaupun Kim Kut Mo Sat berusaha untuk mempertahankan diri dengan mengerahkan tenaga dalamnya, tidak urung tubuhnya terguling demikian rupa. Seumur hidupnya, baru kali ini dia mengalami dirubuhkan oleh lawan hanya dalam satu jurus saja.

Cepat luar biasa dengan jurus 'Ikan Lee-hie meletik' tubuh Kim Kut Mo Sat telah melompat berdiri sambil memutar tubuhnya menghadapi orang yang menyerangnya. Penyerangnya ternyata adalah seorang lelaki tua, mungkin usianya telah enam puluh tahun, tengah berdiri menghadapinya, dan memandangnya dengan sorot mata yang tajam.

“Janganlah kau sekali lagi melakukan perbuatan hina dina seperti tadi, selalu menindas kaum yang lemah dan masih kecil tidak berdaya! Jika aku menghendaki, satu jurus saja cukup untuk mengantarkan jiwamu ke neraka. !" orang itu berkata

dengan suara yang perlahan dan sabar, tetapi nada suaranya itu mengandung kewibawaan.

Kim Kut Mo Sat tidak berani sembarangan memperlihatkan lagak dihadapan orang yang berkepandaian tinggi ini, karena dalam satu jurus itu saja dia telah menyadari orang yang ada dihadapannya ini memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari dia, mungkin dua tingkat diatas kepandaiannya.

“Si......siapa kau ?" tanyanya dengan suara ragu2. “Mengapa kau mencampuri urusanku?" sambil bertanya begitu, Kim Kut Mo Sat telah memandang dengan sorot mata yang bengis, dia berusaha menindih perasaan terkejutnya, karena dia merasa penasaran sekali dirubuhkan begitu mudah.

Orang tua itu telah berkata perlahan dengan suara yang sabar : ”Kawan-kawan dirimba persilatan biasanya memanggil aku dengan Lo Eng saja. "

“Lo Eng? Apakah kau......kau.....Lo Eng Sian Bun Tai Cie

??" tanya Kim Kut Mo Sat dengan suara gemetar. Dia menanyakan gelaran orang sebagai Lo Eng Sian yang berarti Dewa Rajawali Tua.

Orang tua itu telah mengangguk sambil tersenyum.

“Tidak   salah,   memang   itulah   gelaranku   yang   jelek. "

katanya.  “Dan  kau  dengarlah,  satu  jurus  saja  cukup  untuk mengirim kau ke neraka jika masih melakukan perbuatan hina dina seperti tadi.”

Lemaslah sepasang lutut Kim Kut Mo-Sat, tahu2 dia telah merangkapkan sepasang tangannya, dia menjura memberi hormat.

“Kiranya Bun Locianpwe..................." katanya, “Maaf, maaf, aku tidak mengetahui bahwa yang berada dihadapanku ini adalah bintang Pak Tauw dari kalangan Kang-ouw…”

Dan dia menjura sampai empat kali karena dia kaget bukan main mengetahui jago yang ada dihadapannya ini merupakan tokoh sakti yang sangat terkenal didalam rimba persilatan. Bun Tai Cie, yang bergelar Lo-Eng Sian merupakan pendekar  gagah perkasa yang membasmi musuh buyutan. Tapi sudah duapuluh tahun jago bernama besar ini lenyap dari rimba persilatan, sehingga namanya yang angker itu mulai dilupakan oleh para jago2 Liok-Lim (rimba hijau, kaum penjahat). Tetapi siapa tahu justru sekarang tahu2 jago tua yang sakti ini telah muncul dihadapannya. Walaupun Kim Kut Mo Sat memiliki kepandaian yang tinggi tetapi dia tidak berani main gila dihadapan pendekar sakti ini. Apa lagi tadi dia merasakan, hanya didalam satu jurus saja dia telah berhasil dirubuhkan dengan mudah sekali.

“Maafkanlah aku minta diri untuk pamitan !" kata Kim Kut Mo Sat tanpa menantikan jawaban dari jago tua itu dia telah memutar tubuhnya dan telah melangkah untuk berlalu dengan cepat.

Lo Eng San Bun Tai Cie tidak mencegahnya, ia hanya memperdengarkan suara tertawa dingin mengiringi kepergian makluk menyeramkan itu.

Sin Han dan si gadis kecil Lianjie waktu melihat makluk menyeramkan itu telah pergi, cepat2 menghampiri orang tua itu, Lianjie telah menjura empat kali, sedangkan Sin Han telah berlutut dan berkata : “Terima  kasih  atas  pertolongan  lojinke. !"

Orang tua itu telah perintahkan Lianjie jangan banyak peradatan, diapun telah mengibaskan sedikit tangan kirinya, tahu2 tubuh Sin Han telah terdorong oleh suatu kekuatan yang tidak terlihat, sehingga tubuh anak lelaki ini telah terangkat keatas, dan membuat dia berdiri tanpa dikehendakinya.

Kemudian Lo Eng Sian Bun Tai Cie telah menoleh kepada si gadis kecil, matanya memancarkan sinar yang agak aneh, dia telah bertanya : “Tadi engkau telah mempergunakan ilmu silat dari jurus2 Lian Hoa Ie Ie (Rontoknya Bunga Teratai), ilmu simpanan dari Cung Sie Hoa. ! Masih ada hubungan apakah

antara kau dengan pendekar wanita itu ?"

Lianjie jadi terkejut, mukanya berobah dan hatinya telah berpikir : “Sungguh tajam sekali mata orang tua ini...." Maka cepat2 dia telah menyahuti : “Cung Sie Hoa In-su adalah guru Boanpwee...." dia membahasakan Cung Sie Hoa dengan sebutan Insu, ’guru yang berbudi’, dan membahasakan dirinya dengan boanpwe, yang artinya dari tingkatan bawah atau tingkatan muda.

“Mukanya yang cantik, dengan usia sebesar engkau telah memiliki kepandaian seperti sekarang, hemmm, hemmm tidak kecewa Cung Sie Hoa memiliki murid sepertimu..." memuji orang tua yang bergelar Lo Eng Sian itu.

Muka Lianjie jadi berubah merah, tampaknya dia likat sekali.

“Sebetulnya aku baru mempelajarinya tidak sampai sepersepuluh kepandaian suhu, sehingga hampir saja tadi boanpwe dihina mahluk menyeramkan itu," kata Lianjie.

Lo Eng Sian Bun Tai Cie telah mengangguk sambil tersenyum,  sikapnya  tidak  sekeren  tadi  katanya  :  “Memang Kim Kut Mo Sat mahluk jahat bertangan telengas sebetulnya manusia seperti dia pantas dibasmi.........tetapi untuk membasmi manusia seperti itu tidak bisa aku turun tangan sendiri !!"

Apa yang dikatakan oleh Lo Eng Sian Bun Tai Cie memang benar, karena dia tidak mau membinasakan Kim Kut Mo Sat itu dengan tangannya sendiri, sebab menurut tingkatan, dia lebih tinggi beberapa tingkat dari mahluk menyeramkan itu. Maka jika dia turun tangan membinasakan Kim Kut Mo Sat berarti si tua menghina si muda...... itulah yang tidak dikehendaki Lo Eng Sian Bun Tai Cie, dia masih mempertahankan kehormatan dirinya.

Kemudian setelah berdiam sejenak, Bun Tai  Cie mengawasi Sin Han, dia telah menatap agak tajam, sehingga membuat Sin Han menundukkan kepalanya dalam2, karena dia tidak kuat untuk menentang tatapan mata orang tua itu yang sangat tajam.

“Anak," katanya kemudian. “Engkau tidak mengerti ilmu silat, tetapi mengapa berkeliaran ditempat belukar seperti ini ? Apakah ayah dan ibumu tidak men-cari2mu nanti ?"

Mendengar pertanyaan jago tua yang sakti itu, tanpa dapat dibendung lagi mengucurlah air mata dipipi Sin Han, dia telah menangis sesenggukan.

“Ihhh.....!" orang tua she Bun itu tampaknya terkejut. “Apakah kau tersesat dan tidak tahu jalan kembali ke rumahmu

?" tanyanya dengan sabar, sambil mengulurkan tangannya meng-usap2 kepala anak lelaki yang kurus kerempeng itu.

Diperlakukan begitu manis oleh jago tua yang sakti ini Sin Han jadi tambah sedih dia menangis semakin terguguk-guguk.

“Sudah !" kata Bun Tai Cie, “Apa yang kau sedihkan......mari kuantarkan kau kembali ke rumahmu, nanti aku yang memberikan pengertian kepada ayah dan ibumu agar mereka tidak menghukummu !"

Tetapi Sin Han tetap menggeleng saja, dia tidak sanggup berkata, dia masih terus juga menangis, hal itu disebabkan karena dia terlampau sedih.

Si kakek tua Bun Tai Cie telah menghela napas, tetapi kemudian dia telah tertawa.

“Mengapa harus menangis seperti anak perempuan ?" tanyanya. “Apakah kau minggat dari rumah? Kau kena marah ayah atau ibumu ?"

”Bukan. !" Sin Han akhirnya dapat juga menjawab.

“Lalu mengapa kau tidak mau kembali pulang ke orang tuamu ?" tanya Lo Eng Sian dengan heran dan mengawasi anak itu.

“Aku....aku. " kata Sin Han tergagap.

“Dia mau dibunuh orang !" tiba2 terdengar suara seseorang berkata diiringi dengan suara tertawa cekikikannya. “Maka dari itu dia lari sipat kuping menyelamatkan selembar jiwa kecilnya itu. !"

Lo Eng Sian terkejut mendengar suara itu, tetapi wajahnya tidak memperlihatkan perobahan apa2. Dia telah berkata lagi : “Hem, anjing kurap mana yang menyalak dibelakangku ?"

Walaupun berkata begitu, tidak urung Lo Eng Sian jadi heran dan telah berpikir didalam hatinya : “Aneh, orang pandai mana yang ingin bergurau denganku? Aneh sekali, aku tidak mendengar suara langkah kakinya... tentu orang tersebut memiliki Ginkang (Ilmu meringankan tubuh) yang sangat tinggi sekali."

“Sungguh angkuh! Sungguh angkuh! Eh, Rajawali tua yang sudah  gundul  tidak  berbulu,  engkau  semakin  tua  semakin angkuh saja !" terdengar suara yang menyahuti, dan disertai oleh suara tertawa yang riang, tampak berkelebat sesosok tubuh, dan tahu2 didekat mereka telah tambah seorang lainnya.

“Ah, engkau anjing kurap tukang cakar kotoran !" kata Lo Eng Sian waktu melihat orang yang baru datang itu, tahu2 dihadapannya telah berdiri seorang lelaki tua yang berpakaian seperti pengemis, “Rupanya engkau, Li Lo tua kurapan !"

Memang pengemis yang baru muncul itu tidak lain dari Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, dia telah memperdengarkan suara tertawanya yang nyaring.

“Hmm, hmm !" dia mendengus tertawa dingin. “Rupanya engkau sudah kepingin punya cucu, sehingga anak-anak kecil seperti mereka tengah dibujuki !"

“Kurang ajar mulutmu, anjing kurap !” bentak Bun Tai Cie dengan suara yang galak tampaknya dia sangat mendongkol. “Anak ini tampaknya tersesat, aku bermaksud untuk mengantarkan pulang kepada orang tuanya. !"

“Hehehehe, engkau tidak tahu, ayahnya telah dingek-ngok orang jahat !" kata si pengemis, dengan perkataan ngek-ngok, tangannya dimelintangkan ke lehernya, maksudnya telah dibunuh, ternyata sikapnya jenaka sekali. “Bahkan pembunuhpembunuhnya itu telah me-ngejar2 bocah tidak tahu budi itu, karena ingin dingek-ngok juga! Untung ada aku yang telah menolonginya menghalau anjing2 budukan itu, tetapi anak ini benar2 tidak kenal budi, justru dia telah menghina aku sebagai si tua melarat yang tidak punya apa2 ! Maka jika kau menolongi dia, itu hanya percuma saja. sudahlah, bocah tidak

kenal budi seperti dia untuk apa ditolong."

Sin Han kaget mendengar perkataan pengemis tua itu, sedangkan Bun Tai Cie jadi tertegun sejenak, kemudian dia telah tertawa. “Akh, engkau sudah begitu tua seperti domba bangkotan, tetap tampaknya sifat2 burukmu yang senang bergurau tidak juga lenyap ! jangan main2, jangan engkau menghasut aku untuk membenci anak ini !"

“Eh, aku bicara sungguh2," kata pengemis tua Lo Ping Kang itu sambil memperlihatkan wajah yang serius. “Coba kau tanya anak itu, aku bicara bohong atau tidak. "

Bun Tai Cie menoleh ragu2 memandang Sin Han, tetapi dia tidak menanyakan sesuatu. Sin Han jadi kikuk dan gugup tidak tahu dia harus mengatakan apa untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.

Si pengemis tua she Lo itu tampaknya tidak puas oleh sikap Bun Tai Cie, dia lebih tidak senang melihat Sin Han hanya berdiam diri saja.

“Biar aku yang Tanya !" kata Lo Ping Kang sesaat kemudian dengan suara yang nyaring. “Eh, bocah! Cepat kau katakan, kau seorang anak yang kenal budi atau seorang anak yang memang tidak mengenal balas budi. Awas, jika kau mengatakan kau sebagai anak yang mengenal membalas budi, akan kutampar mulutmu sampai robek!"

Aneh pengemis tua itu, dia bertanya apakah sianak berbudi atau tidak, tetapi dia melarang Sin Han menyatakan dia berbudi, dan diancam akan dihajar robek mulutnya !

Tentu saja Sin Han jadi gelagapan, dia telah memandang bingung.

Bun Tai Cie tertawa geli melihat sikap pengemis itu, dia telah berkata : “Engkau si anjing tua Lo ternyata sinting dan tidak dapat memilih kata2 yang baik! Bagaimana kau bisa menakut-nakuti anak sebesar ini? Tidak malukah engkau? Hemmm, bagaimana anak ini dapat menjawab dengan baik jika engkau telah mengancamnya terlebih dulu?" Si pengemis Lo Ping Kang telah tertawa dingin.

“Yang pasti dia memang seorang anak yang tidak berbudi

!" katanya dengan suara yang nyaring. “Dia telah kutolong dari pengejar pengejarnya yang kuusir semuanya, maka aku kasihan melihat keadaannya itu. Maka aku telah memberikan sepotong kuwe kepadanya, tetapi dia telah menolaknya. Dia mengatakan bahwa dia tidak lapar, tetapi dari sinar matanya aku tahu bahwa dia  jijik  melihat  kuweku  itu,  mungkin  kotor  dan pecah2.....

Hemm, apakah anak seperti dia itu bukan yang termasuk anak yang tidak mengenal budi kebaikan?"

Mendengar perkataan si pengemis Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang, Bun Tai Cie jadi tertawa keras.

“Bukan ! Itu bukannya disebabkan anak ini tidak berbudi, tetapi mungkin dia memang sedang bingung dan tidak lapar, mana bisa kau memaksanya…?" kata Bun Tai Cie kemudian.

Muka si pengemis berobah jadi tidak senang dia juga telah mem-banting2 kakinya dengan sikap yang jengkel.

”Engkau membela dia ?" tegurnya dengan sengit, ”Hemm, memang kita sudah hampir2 dua puluh tahun tidak pernah bertemu dan selama itu kita tidak pernah saling menguji kepandaian lagi ! Sekaranglah saatnya kita menentukan siapa yang lebih pandai diantara kita berdua. "

“Sabar !" kata Bun Tai Cie. ”Sekarang bukan saatnya yang baik......aku ingin mengantarkan anak ini pulang ke rumahnya dulu, kita janjikan saja, tengah tahun mendatang kita bertemu ditempat ini pula, untuk menentukan siapa diantara kita yang lebih unggul dan pandai. !"

“Hemmm, anak itu sendiri yang mengatakan bahwa ayahnya telah dibinasakan orang! bagaimana engkau bisa mengantarkannya pulang ke rumahnya pula? Sedangkan tadi dia     dikejar-kejar     oleh     puluhan     orang     yang     ingin membinasakannya juga, jika tidak ada aku, hemmm, hemmm tentu batok kepalanya itu telah berada diatas tanah!"

Sin Han diam saja, dia jadi serba salah. Tetapi saat itu Bun Tai Cie telah tertawa kecil, katanya dengan suara yang sabar : “Biarlah......aku akan mengantarkannya pulang, aku ingin melihat siapakah orangnya yang telah  membinasakan  ayahnya. !"

”Itu namanya usil. " kata si pengemis tua Lo.

“Biarlah, justru manusia2 yang main kroyok dan main bunuh seperti itu yang harus dibasmi. " kata Bun Tai Cie.

Disaat itu si gadis kecil Lianjie telah bilang. “Akupun ingin pergi. guruku mungkin sedang menantikan aku !" dan setelah

berkata begitu, si gadis cilik telah menjura memberi hormat kepada Bun Tai Cie dan Lo Ping Kang, lalu dia memutar tubuhnya dengan beberapa kali menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat gesit sekali, menghilang dari pandangan mata orang2 itu.

Sin Han mengawasi bengong saja, dia kagum bukan main kepada Lianjie, yang usianya masih begitu kecil, tetapi telah memiliki kepandaian yang tinggi itu.

Dan Sin Han jadi berpikir, coba kalau ia memiliki kepandaian seperti itu, tentu diapun dapat mengadakan perlawanan kepada musuh2 ayahnya.

“Ayoh kita berangkat !" kata Bun Tai Cie kepada Sin Han. Sin Han jadi gugup cepat2 dia menggelengkan kepalanya.

Hatinya takut sekali untuk kembali ke rumahnya, karena dia tidak ingin bertemu dengan pembunuh-pembunuh ayahnya yang menakutkan itu. Bayang2 mengenai peristiwa yang mengerikan dengan terbunuhnya ayahnya itu masih belum lagi lenyap, sekarang bagaimana dia berani datang ketempat dimana   berkumpul   musuh2nya?   Walaupun   Bun   Tai   Cie tampaknya liehay, tetapi hanya seorang diri, Sin Han kuatir kalau2 nanti Bun Tai Cie tidak berdaya untuk melindunginya. Maka Sin Han telah menggeleng sambil berkata cepat : “Terima kasih lojinke. aku tidak ingin kembali ke sana! Apa

yang dikatakan oleh Lo Lojinke memang benar, ayahku telah dibunuh orang, bahkan mereka juga ingin membinasakan diriku !"

Muka Bun Tai Cie berobah mendengar penolakan Sin Han, belum lagi dia berkata apa-apa, tampak Lo Ping Kang telah tertawa gelak-gelak, lalu disusuli kata-katanya : “Apa yang kukatakan tadi ? Bukankah anak ini seorang yang tidak mengenal budi ?"

Bun Tai Cie menghela napas saja, sedangkan Sin Han telah menjura memberi hormat sambil katanya : ”Terima kasih atas pertolongan yang diberikan jiewie lojinke dan sekarang aku ingin pergi kemana saja, untuk menjauhi diri dari orang2 jahat itu......!" dan dia telah memutar tubuh dengan hati yang sedih, dia melangkah meninggalkan tempat itu. Bun Tai Cie tidak mencegahnya, sedangkan Lo Ping Kang tertawa terus seperti juga mentertawakan Bun Tai Cie.

Sin Han melangkah terus dan keluar dari semak belukar itu, dia melihat hujan mulai reda, hanya kelihatan tanah2 yang basah dan banyak yang digenangi air, Sin Han berjalan terus, dia memang tidak memiliki tujuan, maka dia berjalan kearah Barat tanpa mengetahui harus pergi kemana......

Setelah berjalan cukup jauh, Sin Han merasakan tubuhnya letih sekali, dia menghampiri sebatang pohon, dan merebahkan dirinya disitu untuk tidur.

Dirasakan perutnya lapar sekali, memang waktu dia berlari berusaha meloloskan diri dari pengejar2nya dia sama sekali tidak membawa uang atau barang. Dan juga sejak malam tadi belum makan apapun juga. Dengan menahan lapar itu, akhirnya Sin Han bisa juga tertidur, dan keesokan paginya waktu dia terbangun, matahari sudah naik tinggi, cahaya matahari menyilaukan matanya.

Saat itu dilihatnya ada beberapa orang penduduk kampung yang lewat dijalan tersebut rupanya mereka ingin berangkat ketempat pekerjaan masing2.

Melihat seorang anak kecil dengan pakaian yang kotor  dekil rebah tertidur dibawah sebatang pohon, tampaknya mereka tidak mengacuhkan dan tidak merasa heran, karena mereka menduga bahwa anak itu hanyalah seorang pengemis kecil belaka.......

Sin Han merasakan tubuhnya lesu sekali, tetapi hatinya agak terhibur karena dengan melihat orang-orang yang lewat dijalan tersebut, tentu didekat-dekat tempat ini ada perkampungan, dan disana Sin Han bisa meminta makanan untuk menghilangkan laparnya ini.

Dengan langkah kaki cepat dia telah menyusuri jalan tersebut. Setelah berjalan kurang lebih satu jam, sampailah dia dipermukaan sebuah kampung, kampung yang besar dan ramai sekali, dimana tampak banyak pedagang yang tengah memperdagangkan barang dagangannya.

Sin Han memasuki perkampungan itu, dia memandang kiri dan kanan, keramaian kampung itu tidak menarik perhatiannya, karena Sin Han tengah men-cari2 rumah makan untuk nanti meminta sekedar makanan.

Setelah melewati sekian banyak rumah2 penduduk dan toko2 banyak terdapat dimulut kampung itu, Sin Han akhirnya melihat sebelah kanannya jalan itu terdapat sebuah rumah makan yang tengah sibuk melayani dan menerima tamu2 yang memenuhi ruangan dalam. Harumnya makanan dan masakan yang terpancar dari dalam rumah makan itu membuat perut Sin Han jadi berkeruyukan nyaring dia merasakan perutnya itu perih sekali. Cepat2 dia menghampiri rumah makan itu, mendekati seorang pelayan yang kebetulan berada didekat pintu.

“Paman. " panggilnya.

Pelayan itu menoleh dengan cepat, tetapi alisnya seketika terangkat begitu melihat seorang anak dengan pakaian yang compang camping, muka yang kotor dan babak belur, bahkan terdapat noda2 darah didekat mukanya itu, sedang berdiri didepan pintu, seketika dia memperlihatkan perasaan tidak senangnya.

“Mau apa kau ?” tegurnya dengan suara tidak senang.

“Aku lapar sekali paman, tolonglah bagi sedikit makanan untukku.......!" kata Sin Han dengan suara tidak lancar, karena dia agak malu waktu mengucapkan kata2nya itu.

“Bagi makanan ?" tanya pelayan itu sambil memperlihatkan muka yang semakin tidak enak dilihat. “Engkau kira rumah makan ini kakek moyangmu punya, sehingga seenakmu saja meminta makanan ! Cepat pergi ! Ayo pergi !"

Dibentak bengis begitu, Sin Han jadi berdiri tertegun agak lama, tetapi kemudian dia menghela napas dan ngeloyor pergi.

Perutnya dirasakan semakin pedih saja, karena dia benar2 lapar sekali. Dia tidak menyangka, betapa kejamnya pelayan itu.

Dan disaat itu Sin Han juga jadi menyesal, jika seandainya dia membawa uang waktu ingin melarikan diri dari rumahnya, tentu tidak sesulit sekarang ini untuk memperoleh makanan.

Waktu Sin Han berjalan dengan tubuh lesu dan lemas tidak bersemangat begitu, tiba2 tanpa disengaja dia telah  membentur seorang lelaki bertubuh tinggi besar yang tengah berjalan cepat sekali.

Benturan itu telah membuat Sin Han yang terhuyung akan jatuh terjerembab, dan disaat itu lelaki bertubuh tinggi besar itu juga menahan langkah kakinya. Mukanya jadi merah padam waktu melihat pakaiannya jadi kotor akibat benturan dengan Sin Han yang pakaiannya begitu kotor.

“Setan kecil kau....apakah kau tidak memiliki mata, jalan dengan selonongan ? Lihatlah bajuku telah kotor karenanya. "

kata lelaki tinggi besar itu dengan suara keras mengandung kemarahan yang sangat.

Sin Han cepat2 berkata: “Maafkanlah paman. aku tidak

sengaja. "

“Tidak sengaja ?" bentak lelaki tinggi besar itu, dan dia bukan hanya membentak saja, tetapi telah mengulurkan tangannya, dan telah mencengkeram baju didada Sin Han, yang dijambaknya dengan keras, lalu tangannya yang kiri telah melayang menempiling Sin Han beberapa kali, “Pakaianmu itu terlalu jorok dan kotor, setan kecil. sengaja atau tidak, engkau

tidak pantas ber-sama2 kami berada dijalan.”

Sin Han merasakan mukanya sakit sekali, dan belum lagi dia tahu apa2 tubuhnya telah didorong terjerunuk jatuh ke tanah.

Sedangkan lelaki bertubuh tinggi besar itu telah meninggalkan tempat tersebut dengan memperdengarkan suara menggumamnya yang tidak jelas.

Sin Han merangkak bangun dengan kepala yang pening dan pipi yang sakit akibat tempilingan yang keras lelaki galak itu, sedangkan orang2 yang berlalu-lalang ditempat itu tidak ada yang  merasa  kasihan  atau  menolongi  bahkan  mereka  hanya memandang tidak acuh dengan sorot mata yang memancar kejijikannya.

Sin Han berlalu dengan tubuh yang lesu. Dia tidak mengerti, mengapa orang2 itu kejam dan memperlakukan dirinya demikian galak. Anak inipun seperti tidak melihat kebaikan diantara masyarakat sekitarnya.......

Setelah berjalan sekian lama, Sin Han melihat sebuah rumah makan pula, dia telah berdiri didepan rumah makan itu, tanpa berani meminta makanan kepada pelayan yang berada di muka rumah makan itu. Sin Han hanya mengawasi saja betapa didalam rumah makan itu banyak sekali tamu yang tengah bersantap dengan lahap sekali, dan juga makanan yang tengah mereka hadapi itu tampaknya enak2 dan gurih, sehingga menitikkan selera Sin Han, yang beberapa kali telah menelan air liurnya.

Lama juga Sin Han berdiri dimuka rumah makan itu, sampai akhirnya salah seorang pelayan melihat anak ini, segera mendelikkan matanya dan mengusirnya.

“Setan bau, hanya mengganggu pemandangan saja!" katanya dengan suara mendongkol dan disaat itu tampak pelayan itu telah mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh Sin Han berlalu.

Sin Han menghela napas dan meninggalkan rumah makan itu tanpa mengatakan apa-apa, dia tidak berani meminta makanan pula kepada pelayan rumah makan itu.

Setelah berjalan sekian lama, akhirnya Sin Han singgah disebuah kuil tua yang telah rusak. Keadaan disekitar tempat itu sepi sekali, jarang ada orang yang berlalu lalang disekitar tempat tersebut.

Sin Han duduk menangis didekat tangga batu dimuka gerbang  kuil  itu,  menyesali  nasibnya.  Perasaan  lapar  yang bukan main membuat anak ini jadi menahan perasaan perih di perutnya.

Sedang Sin Han menangis begitu, tiba-tiba dia mendengar suara seseorang berkata dengan perlahan : “Enak menahan lapar?" dan suara itu dibarengi juga dengan suara tertawa yang mengandung ejekan.

Sin Han terkejut, dia menyusut air matanya dan menoleh kedalam kuil.

Diruang tengah kuil itu, yang telah kotor dan tidak teratur, dibawah meja sembahyang yang sudah acak2an, tampak rebah seorang pengemis yang tengah mengawasi dia sambil tertawa. Tangan pengemis itu memegang paha panggang bebek, yang tengah digerogoti per-lahan2 dengan sikap yang nikmat.

Hati Sin Han tercekat, dia mengenali pengemis tua itu tidak lain dari pada Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang.

Mengetahui bahwa pengemis tua itu nakal dan sering menggoda, Sin Han hanya mengangguk sambil bertanya: “Lojinke, kau disini.” Dan Sin Han telah membalikkan tubuhnya dengan maksud untuk meninggalkan kuil tersebut.

“Hei berhenti, kemari kau !" tiba2 Sin-Kun Bu Tek telah membentak dengan suara yang nyaring.

Sin Han mendengar ucapan itu, tidak berani dia berjalan terus, dia menahan langkah kakinya dan telah menghampiri ragu2 kepada pengemis tersebut.

Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang telah mengawasi dia sambil tertawa, dia mengangsurkan sepotong paha ayam panggang.

“Mau ??" tanyanya.

Sin Han memang telah lapar, disamping itu juga dia merasakan perutnya perih sekali, harumnya ayam panggang itu membuat perut berkeruyukan. Dengan muka yang berobah merah, dia menyambuti paha ayam panggang itu. Sambil mengucapkan terima kasih lalu dimakannya paha ayam itu.

“Enak tidak? Kau tidak jijik makanan yang diberikan pengemis bau seperti aku?" tanya Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil tertawa menggoda anak itu.

Sin Han menggeleng perlahan.

“Terima kasih Lojinke, kau baik sekali........" katanya kemudian.

“Hemmm, kau jangan mengepul meng-angkat2 pantatku !" kata si pengemis dengan tertawa. “Sekarang kau bisa me-muji2 aku untuk memperoleh paha ayam panggang pula bukan?"

Muka Sin Han jadi berobah merah, dia menggeleng perlahan.

“Terima kasih lojinke, inipun telah cukup !" kata anak

itu.

“Sekarang engkau baru tahu, tidak sembarangan orang

bersedia memberikan makanan kepadamu....! Bukankah tadi engkau telah diusir oleh pelayan rumah makan? dan pernah juga ditolak permintaanmu agar dibagi makanan?"

Muka Sin Han jadi berobah merah lagi, dia likat bukan main, tetapi disamping itu dia juga jadi sangat heran sekali, mengapa pengemis ini mengetahui segalanya itu. Dia menduga pengemis itu tentunya telah mengikutinya secara diam2.

Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang rupanya merasakan bahwa dia telah cukup menggoda anak ini, maka dia telah tertawa sambil katanya: “Sudahlah! Aku hanya bergurau saja! Tetapi engkau harus tahu, begitulah sifat masyarakat....! Jika kita lemah, jarang sekali ada orang yang bersedia membantu kita, bahkan akan ditindas pula. Itulah sebabnya kami kaum pengemis tidak pernah ingin meminta belas kasihan mereka, kami lebih senang jika memilih dan mengambil sendiri makanan yang kami kehendaki......!" dan setelah berkata begitu, si pengemis telah tertawa agak keras.

Sin Han diam saja, dia telah menghabiskan makanannya itu, lalu tulang ayam itu dibuangnya kesamping.

“Mau lagi ?" tanya Sin Kun Bu Tek Lo Ping Kang sambil tertawa, kali ini dia menawarkannya dengan ber-sungguh2 karena dia telah melihatnya bahwa anak ini tidak bisa digodanya terus, karena Sin Han memiliki sifat kepala batu.

Sin Han ragu2 sejenak, tetapi kemudian dia telah mengangguk.

Si pengemis memberikan sepotong lagi ayam panggang, dan dimakan oleh Sin Han dengan cepat.

Waktu si pengemis menawarkan lagi, Sin Han telah mengucapkan terima kasih, dia telah mengatakan cukup kenyang.

“Setelah dari tempat ini, kau ingin kemana ?" tanya si pengemis setelah mereka berdiam diri sejenak.

Sin Han menggeleng perlahan dia mengatakan: “Aku tidak memiliki tujuan....aku sendiri  tidak  tahu  harus  pergi  kemana. !"

“Jika memang demikian, bukanlah lebih baik kau ikut bersama denganku ?"

Sin Han ragu2, tetapi akhirnya dia mengangguk.

“Baiklah lojinke, asalkan tidak mengganggu dan merepotkan lojinke...!" kata Sin Han mengucapkan terima kasih.

Si pengemis tampak jadi girang dengan pernyataan Sin Han, dia telah menepuk tangan beberapa kali sikapnya jenaka sekali. a“Jika engkau ikut bersamaku, aku jamin engkau tidak akan kelaparan lagi. !" katanya. Muka Sin Han jadi merah, dia likat

sekali.

Kemudian si pengemis berkata lagi : “Tetapi kita tidak bisa pergi dari kuil ini sekarang, karena aku tengah menantikan seseorang ......! Kau tidurlah beristirahat, besok pagi baru kita pergi, setelah malam ini aku selesaikan urusanku."

Sin Han mengangguk. Perutnya kini telah kenyang, maka dia rebahkan dirinya disudut ruangan itu dan kemudian menggeros tertidur nyenyak. Si pengemis juga memejamkan matanya, dia telah tertidur juga.

Ketika Sin Han terbangun dari tidurnya, hari telah sore menjelang malam. Didekatnya tampak beberapa macam makanan, ada bebek panggang, ada sayur ceker ayam yang terkenal mahalnya, dan beberapa macam sayur lainnya. Si pengemis sedang duduk didekat kaki meja sembahyang tengah sibuk memakani paha ayam panggang.

“Makanlah !" kata pengemis itu. “Aku telah mengambilnya untukmu....itulah makanan yang paling enak. "

Sin Han sekarang tidak malu2 lagi, dia telah menyikat makanan itu. Sebentar saja, semua makanan itu telah pindah ke perutnya. Sehingga anak itu kekenyangan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar