Pendekar Latah Bagian 62

 
Bagian 62

BERTEMU lagi dengan sahabat lama, Bu-Iim-thian-kiau amat gembira, dengan kencang dia genggam tangan Siau-go- kian-kun, katanya tersenyum:

"Angin apa yang meniup kau kemari? Sungguh membuat aku kangen banget, Kata Jing-yau kau berada dipangkalan, kukira kau tidak akan datang secepat ini."

"Tam-heng, setahun kita berpisah kesehatan dan ilmu silatmu sudah pulih semuanya, sungguh menyenangkan dan patut diberi selamat"

"Tadi kulihat kepandaian silatmu sudah maju berlipat ganda." puji Bu-lim-thian-kiau.

"Kabarnya kau menciptakan Lok-eng-ciang-hoat, kapan ada waktu ingin aku latihan bersamamu..."

Bu su-tun tertawa, ujarnya: "Kalian kenalan lama ini begitu bertemu lantas bicara soal ilmu silat, apakah Liu Lihiap tidak kesepian jadinya?"

"Betul Cukup lama kalian berpisah, silakan bicara sendiri " kata Bu-lim-thian-kiau lalu dia tarik tangan Bu su-tun dan beranjak disebelah depan, sengaja mereka tinggalkan Hong- lay-mo-li dan Siau-go-kian-kun dibelakang.

Tiga bulan lamanya mereka berpisah, namun Siau-go-kian- kun amat kangen kepadanya, kini kumpul kembali sudah tentu hatinya riang, katanya: "Kitapun mendapat berita pasukan Mongol menyerbu kewilayah negeri Kim, karena sibuk membendung serbuan dari luar kerajaan Kim tak sempat lagi mengurus pangkalan kita. Ada San San yang mewakili pimpinan, disana kukira sudah cukup melegakan. Maka aku menyusulmu kemari, kau tidak salahkan aku bukan?"

" Kebetulan kau datang, disini memang memerlukan tenaga..."

"Kau sudah-bertemu dengan ayah?" tanya siau-go-kian- kun. "Belum,Aku baru datang dari thian long-nia." Mendengar pengalaman Hong-lay-mo-li di -Thian-long-nia, siau-go-kian- kun menghela napas gegetun dia menyesal, ujarnya:

"Kongsun Ki akhirnya mengalami derita hidup setengah mati karena perbuatan, sendiri. Tapi Liu Goan-ka dan Thay Bi kedua bangsat tua itu memang keterlaluan."

lalu dia menambahkan dengan suara lirih: "Tapi masa kini memangnya kebentur banyak urusan, pernikahan kita mungkin harus tertunda lagi untuk beberapa waktu lamanya."

Merah muka Hong- lay- mo-li, katanya:

"Berapa tahun sudah berselang, terlambat setahun lagi juga tidak menjadi soal kan?"

"Memang kini aku kebentur persoalan yang memusingkan kepala, kupikir hendak pergi ke negeri sehe dalam waktu dekat ini." kata siau-go-kian-kun.

"Untuk apa kau mau pergi kesehe?" tanya Hong-lay-mo-li heran.

"Kau tahu bagaimana hubunganku dengan Hek-Pek-siu-lo lahirnya saja mereka sebagai pembantuku, yang benar kami adalah teman akrab yang sejajar dan sama tingkat. Mereka kena perkara di sehe."

Ternyata Hek-Pek-siu-lo adalah saudara kembar kelahiran bangsa India, mereka tumbuh dewasa di Tibet, setelah besar melakukan dagang jual beli perhiasan dan benda2 berharga dan antik, sering mondar mandir ke Mongol negeri Kim, sehe dan India, ke Persia juga,

jual beli atau dagang perhiasan yang mereka lakukan bukan secara legal atau berdagang semestinya, umpama mendapat tahu dimana ada sebuah benda pusaka yang tak ternilai harganya, tak mampu membelinya, tak segan2 mereka merampas, merampok atau mencurinya. Suatu ketika mereka hendak mencuri barang mestika milik bangsawan Mongol dan kenangan dan hampir saja tertangkap. untunglah siau-go-kian-kun, menolong jiwa mereka maka sejak itu mereka berkenalan dan semakin intim.

Hutang budi akan pertolongan orang, kagum akan kelihayan ilmu silatnya lagi, maka Hek-Pek-siu-lo terima perintahnya, selama beberapa tahun belakangan ini mereka memang amat setia terhadap siau-go-kian-kun, tidak sedikit persoalan dan urusan pula yang telah mereka bantu selesaikan walaupun siau- go- kian- kun tidak pernah anggap atau pandang mereka sebagai kacung.

Hong-lay-mo-li amat kaget, katanya: "llmu silat mereka kan tinggi, kenapa bisa kena perkara di sehe?"

"Kali ini mereka gagal beroperasi di sehe dan terjebak perangkap. pejabat setempat yang mengadili perkaranya menjatuhkan hukuman berat kepada mereka dan dikurung di penjara bawah tanah yang paling angker di seluruh sehe, yang benar para pejabat itu mencari kesempatan hendak memeras harta benda simpanan mereka.

Watak Hek-Pek-siu-lo amat keras, disamping merasa sayang kehilangan keleksi benda2 tak bernilai itu, merekapur- menyimpan barang2 itu dibeberapa tempat yang terpencar. Di Mongol, India, Persia dan di Tiongkeki pokeknya di-mana2, memang sulit juga untuk mengambilnya untuk menyogok para pejabat di sehe itu maka sedemikian jauh mereka masih tersiksa di penjara sehe. salah seorang kaki tangan mereka datang mengirim kabar kepadaku, minta supaya aku pergi ke sehe menolong mereka."

"sebetulnya tidak sedikit hasil koleksi mereka selama beberapa tahun ini, sudah tiba waktunya cuci tangan dan mengasingkan diri, Tapi kini mereka kena perkara yang serba sulit ini, adalah pantas kalau kau lekas kesana menolong mereka. Tapi situasi disini cukup genting pula, pasukan Mongol sudah menyerbu tiba, urusan harus pandang mana yang lebih penting, kukira biarlah hal ini kita bicarakan lagi setelah peperangan disini mereda." demikian kata Hong lay- mo-li.

"Betul akupun berpikir demikian, Untung pembesar korup dan tamak di sehe itu ingin mengeduk harta benda mereka, jiwa mereka tentu tidak perlu dikuatirkan, tersiksa sedikit dalam penjara adalah lumrahi asal jiwa tidak terancam."

Dalam ber-cakap2 itu mereka sudah tiba diatas pangkalan, Ya lu Hoan-ih sudah mendapat laporan, bersama Jilian Ceng- sia bergegas mereka keluar menyambut.

Dua bulan Bu-lim-thian-kiau berpisah dengan istri, kini bersua kembali, terasa bertambah besar rasa cinta dan kasih sayangnya Yang lain2pun amat girang berkumpul kembali dengan teman2 lama. Malam itu Ya lu Hoan-ih mengadakan perjamuan besar untuk menjamu mereka.

Didalam perjamuan itu Ya lu Hoan-ih berunding dengan seluruh hadirin, akhirnya menyerukan langkah2 jangka pendek untuk melindungi wilayah dan menentramkan rakyat berdiam diri menunggu perubahan. sebelum tentara Mongol datang menggempur, mereka tatap akan bercokol diatas pangkalan tanpa bergerak. sudah tentu disegala penjuru pangkalan pos2 penjagaan diperketat.

Tiga hari kemudian, keadaan tetap aman sentosa, tidak pernah terjadi apa2- Pasukan kavaleri Mongol yang terdekat mendirikan kubu perkemahan di Ulantohi jaraknya masih 300- an li jauhnya, tak bergerak maju lebih lanjut.

Hari keempat menjelang lohor terjadilah suatu peristiwa kecil, seorang asing yang tidak dikenal datang bertamu keatas pangkalan Ya lu Hoan-ih menerima dan membuka kotak kartu nama yang dihaturkan oleh kepala ronda, dilihatnya diatas lembaran kartu nama warna merah itu bertuliskan "Li Tiang- Thay" tiga huruf.

Ya lu Hoan-ih melenggong, katanya: "siapa orang ini, Bu-pangeu apa kau mengenalnya?" Bu su- tun luas pergaulan dan pengetahuan namun diapun tidak kenal orang itu.

Kepala ronda itu menerangkan "setelah melalui beberapa pos penjagaan baru jejak orang ini ketahuan, dia bilang ingin lekas bertemu dengan cecu, Karena ter-gesa2 dia tidak pakai aturan semestinya, minta Cecu memaafkan."

Berkata Ya lu Hoan-ih: "Pangkalan kita memang sedang memerlukan tenaga, kaum Eng-hiong dan pahlawan Kangouw tidak terikat oleh peraturan, hal ini sudah jamak. Boleh silakan dia masuk."

Bu su-tun tampil kemuka katanya:

"Biar aku wakilkan kau menyambut tamu ini." setiba diluar, dilihatnya LiTiang- Thay adalah seorang laki2 pertengahan umur empat puluhan, jenggotnya pendek kaku, raut mukanya kelihatan garang dan berwibawa.

Ada maksud Bu su-tun mencoba kepandaiannya, segera dia ulur tangan mengajak jabatan katanya:

"Beruntung Li-heng sudi berkunjung, silakan." setelah tangan saling genggam

seketika Li Tiang- Thay mengeluarkan suara aneh, katanya: "Tuan tentunya Bu-pangcu dari Kay-pang kagum, kagum"

Dalam menggenggam tangan orang Bu su-tun kerahkan delapan bagian Iwekangnya, didapatinya, Lwe-kang orang masih setingkat lebih asor namun orang toh segera dapat membongkar asal usul dirinya, betapa luas pengetahuannya, terang kepandaian silatnya memang sudah amat mendalam dan mengejutkan juga.

Maksud Bu su-tun hanya mencoba saja, setelah mengukur taraf kepandaian orang, segera dia lepas tangan sembari menyatakan kekagumannya pula. setelah masuk Li Tiang- Thay langsung berhadapan dengan Ya lu Hoan-ih, secara blak2an dia nyatakan ingin membicarakan urusan penting, se-olah2 ingin supaya hadirin disingkirkan saja karena persoalan yang tidak pantas dibicarakan didepan orang banyak.

Ya lu Hoan-ih tertawa, katanya: "Beberapa orang ini adalah teman baik siaute, ada urusan penting apa, boleh silakan katakan saja."

lalu beruntun dia perkenalkan siau-go-kian-kun. Hong-lay- mo-li, Bu-lim-thian-kiau, Tang- hay- Hong dan say- ci-hong serta lain-laini

sudah tentu bukan kepalang kaget Li Tiang- Thay, katanya: "orang2 gagah pada jaman ini, boleh dikata hampir

seluruhnya kumpul disini, Agaknya amat beruntung siaute hari ini berada disini "

setelah Li Tiang- Thay utarakan maksud kedatangannya, baru semua hadirin tahu, bahwa maksudnya bukan orang gagah Kangouw yang hendak mendarma baktikan diri didalam pangkalan, namun dia adalah duta utusan rahasia dari negeri sehe.

Berkata Li Tiang- Thay: "Baginda negeri kami sudah lama amat kagum akan kepemimpinan Yalu-ciangkun yang berusaha membangun kembali tanah tumpah darah yang dicaplok musuh: berulang kali negeri kita juga mengalami tindakan dari kerajaan Kim, kini pasukan kavaleri Mongol mengancam jiwa seluruh rakyat kita pula, situasi sudah amat genting.

Tanah perdikan negeri sehe dan Liau serta tata kehidupan rakyatnya hampir sama satu dengan yang lain, oleh karena itu didalam menghadapi nasib yang sama ini, adalah jamak kalau kita bersatu padu. oleh karena itu Baginda, kita mengundang dengan sangat ekiranya Yalu-ciangkun sudi berkunjung ke negeri kita untuk merundingkan urusan besar ini. sehe memang negeri besar, namun kini mulai keropos dari dalam, pemerintahan dikuasai oleh dorna2 penjual nusa dan bangsa, akhirnya menjadi jajahan kerajaan Kim. sebelum negeri Liau dicaplok kerajaan Kim memang hubungan kedua negeri tidak menentu, namun tidak pernah mengalami bentrokan.

Mengingat situasi yang semakin gawat, Ya lu Hoan-ih terang tidak bisa meninggalkan pangkalannya, terpaksa dia berjanji kepada Li Tiang- Thay, setelah situasi disini rada mereda kalau mungkin dan bisa meluangkan waktu baru dia akan berkunjung ke sehe.

Malamnya dia d akan perjamuan untuk menyambut tamu agung, siau-go-kian-kun Bu-lim-thian-kiau dan, lain2 hadir menemani tamu makan minum. Kedudukan Li Tiang- Thay terang jauh berbeda dengan cung-seng Hoat-ong, semua orang memandangnya sebagai kawan sehaluan dan se-cita2, maka suasana menjadi riang gembira. Ternyata Li Tiang- Thay kuat minum, semakin banyak menenggak air kata2 mulutpun, mengoceh tak habis2.

Diantara hadirin hanya Bu su-tun dan Siau-go-kian-kun saja yang sama2 kuat minum mereka berdua temani Li Tiang- Thay minum sepuasnya: " Hadirin, kalian adalah orang2 gagah pada jaman ini, entah kapan sudi berkunjung kenegeri kami, biarlah siaute mendapat kesempatan menjamu dan melayani sebagai tuan rumah," orang gagah mengutamakan janji dan harus ditepati, karena sulit mengambil kepastian, semua orang hanya menjawab secara samar2 saja atas undangan Li Tiang- Thay, maksudnya kalau memang berjodoh dan ada kesempatan barulah akan menyambanginya di sehe.

Hanya siau-go-kian-kUh yang menjawab secara terbuka: "Li-heng mengundang dengan maksud Baik, kalau mereka tidak pergi, siaute pasti datang mengganggu dan merepotkan Li-heng. Bukan mustahil akan kubawa serta beberapa teman lain yang tidak diundang." Li Tiang- Thay gelak2, ujarnya: "syukurlah kalau sudi berkunjung kenegeri kami, semakin banyak orang semakin Baik, Kapan Hoa-heng dan teman2 akan berkunjung. siaute pasti akan mengiringi makan minum sepuluh hari "

sudah tentu Bu su-tun dan-lain2 tidak tahu akan kejadian Hek-Pek-siu-lo yang kena perkara di negeri sehe, mereka kira Hoa Kok-ham terlalu iseng setelah banyak menenggak air kata2.

Hampir larut malam baru perjamuan itu bubar, kira2 mendekati kentongan ketiga secara diam2 siau-go-kian-kun merayap bangun seorang diri dia menuju kekamar Li Tiang- Thay. Maklumlah dalam perjamuan banyak orang tidak leluasa siau-go-kian-kun merundingkan langkah2 selanjutnya untuk menolong Hek-Pek-siu-lo, soalnya peristiwa ini menyangkut tabir hitam yang memalukan bagi kalangan pemerintahan negeri sehe, bagi Hek-Pek-siulo sendiri juga cukup memalukan, oleh karena itu, siau-gokian-kun memilih waktu sepi dan gulita ini hendak mencari Li Tiang- Thay mengharap bantuannya sepulangnya kenegeri sendiri nanti.

Dalam hati siau-go-kian-kun berpikir

"Kedudukan Li Tiang- Thay cukup tinggi dan berwibawa di sehe, kelihatannya diapun cukup setia kawan dan bisa membedakan salah dan benar, pihak sehe sedang menginginkan bantuan kita, tentunya dia akan suka membantu. Kalau dia sudi membantu mendamaikan persoalan ini, Hek-Pek-siu-lo terhindar dari hukuman berat, aku tidak perlu susah payah membongkar penjara."

Memang hanya dengan cara demikian adalah yang paling tepat untuk menyelesaikan persoalan yang runyam ini, Tapi jalanpikiransiau-go-kian-kun memang terlalu muluk dengan rencananya ini, namun akibatnya justru jauh diluar dugaannya. setiba dibilangan kamar2 tamu, dilihatnya tiada sinar pelita menyorot keluar, dia duga bahwa Li Tiang- Thay sudah tidur, maka dengan pelang dia mengetuk pintu serta memanggil "Li- heng Li-heng" pikirnya Jago silat yang berkepandaian tinggi, umpama benar sudah tertidur, kalau terjadi sedikit suarapun, akan segera terjaga bangun. tak tahunya setelah beberapa kali dia mengetuk pintu, sedikitpun tidak terjadi reaksi apa-apa dari dalam kamar tidur.

Berpikir siau-go-kian-kun. "Mungkinkah karena terlalu banyak minum sehingga mabuk dan pulas."

Dengan seksama lalu dia pasang kuping, didengarnya deru napas didalam amat berat dan perlahan, siau-go-kian-kun adalah ahli silat yang banyak pengalaman, diam2 mencelos hatinya, batinnya:

"Li Tiang- Thay seorang tokoh silat yang memiliki latihan Iwekang cukup tangguh, meski mabuk juga deru napasnya tidak sedemikian berat?"

maka sekali lagi dia menambahkan: "Li-heng" tangannya segera mendorong pintu. Daon pintu ternyata hanya dirapatkan saja, sekali dorong lantas terbuka.

Ketika daon pintu terbuka dan sebelah kaki siau-go-kian- kun baru bergerak melangkah masuk tiba2 dilihatnya sinar kemilau putih berkelebat, ternyata Li Tiang- Thay sembunyi dibelakang pintu serta membacok dengan serangan gelap.

Mimpipun siau-go-kian-kun tidak pernah duga bahwa Li Tiang- Thay bakal membacok dirinya, untung dia memiliki kepandaian mujijat, begitu sinar golok berkelebat, segera dia tarik kaki sembari kebas lengan baju, "cras" lengan bajunya terpapas sebagian. Lekas siau-go-kian-kun berteriak:

"Li-heng, inilah aku Hoa Kok- ham"

Li Tiang- Thay menggeram sekali, mengejar keluar perkampungan dia membentak: "Bangsat kurcaci, aku, aku adu jiwa dengan kau" suaranya serak sumbang, naga2 nya dia terluka parah.

Beruntun siau-go-kian-kun berkelit tiga kali, teriaknya:

"siaute adalah Hoa Kok- ham, siaute toh tidak berbuat salah kepada Li-heng " dibawah sinar bulan, dilihatnya, kulit daging muka Li Tiang- Thay berkerut berubah bentuki sepasang matanya mendelik seperti menyemburkan bara api, kelakuannya kalap seperti orang gila, sedikitpun tidak hiraukan teriakan Hoa Kok- ham, golok ditangannya tetap menyerang serabutan.

"Celaka" diam2 siau go-kian-kun mengeluh dalam hati2, sebagai ahli silat selintas pandang dia sudah mendapat tahu bahwa Li Tiang- Thay terluka parah karena terkena racun, sehingga pikirannya tidak sadar tidak kenal orang lagi.

Saking murka, Li Tiang- Thay benar-2 mirip orang gila, walau terluka parah, namun kekuatannya besar sekali, demikian pula permainan goloknya amat cepat dan lincahi sekaligus dia menyerang 36 jurus serangan ilmu golok yang ber-beda2 hampir saja siau-go-kian-kun kena dibacok.

Apa boleh buat akhirnya siau-go-kian-kun gunakan kipasnya untuk menangkis serta melayaninya dengan kepala dingin, puluhan jurus kemudian, disaat gerakan Li Tiang- Thay lambat dan sedikit kaku, kipasnya terangkat dan mengetuk ke Hiat-to pelemas dibadan orang. "bluk" Li Tiang- Thay tersungkur jatuh.

Dipekarangan terdapat setengah gentong air sisa untuk menyiram kembang, siau go-kian-kun kekumur seteguk air lalu disemprotkan ke muka Li Tiang- Thay. teriaknya: "Li- heng, sadarlah, coba lihay siapakah aku?"

Pelan2 Li Tiang- Thay membuka mata, lemah seperti tidak bertenaga mulutnya mengguman sekali, namun mimiknya kelihatan bahwa dia sudah mengenali siau- go-kian-kun, siau- go-kian-kun membuka Hiat-tonya, katanya: "Siapakah yang mencelakai kau?"

Tenggorokan Li Tiang- Thay berkerutukan, kelihatannya dia teramat lelah dan lemah, ingin bicara namun tidak mampu.

suara gaduh dipekarangan membuat banyak orang kaget dan memburu keluar Hong-lay-mo-li memburu dagang lebih dulu, melihat keadaan orang segera dia keluarkan teratai salju serta jejalkan sekelopak ke dalam mulut Li Tiang- Thay.

sesaat lamanya baru Li Tiang- Thay menghela napas panjang, lalu berbicara: "Hoa-heng, aku tak kuat bertahan lama lagi, Ku mohon, mohon bantuanmu membawa pulang golokku ini dan serahkan kepada keluargaku."

Ya lu Hoan-ih, Bu-lim-thian-kiau, Bu su-tun dan lainpun beruntun memburu datang pula merekapun kaget menghadapi kejadian ini.

Dengan suara keras Ya lu Hoan-ih berkata dipinggir telinga Li Tiang- Thay: "Siapa kah orang yang mencelakai kau?"

Kata Li Tiang- Thay: "Tolong laporkan kepada Baginda, supaya dia hati2 dan berjaga terhadap keluarga siau..."

siapa orang yang mencelakai dia, tidak dia katakan Thian- san-soat-lian memang mujarab untuk memunahkan ratusan macam racun, namun racun sudah meresap kejantungnya, kasiat Thian-san-soat-lian hanya memperpanjang sedikit lama pernapasan.

Kaget dan gusar sekali Yalu Hoan-ih, segera dia keluarkan perintah untuk mencari tahu siapa pembunuh gelap ini, Bu lim-thian-kiau suami istri, Hong-lay-mo-li dan lain2 mengajukan diri ikut menyelidiki peristiwa ini dan mengejar turun gunung.

Tapi sampai hari terang tanah, pembunuh itu sudah larijauh dan menghilang, 30 li lebih Bu-lim-thian-kiau dan lain2 mengejar dengan berpencar namun hasilnya nihil, tiada seorangpun yang patut dicurigai.

Tidak sedikit jumlah jago2 kosen didalam pangkalan Yalu Hoan-ih, penjagaan amat keras, namun pembunuh dapat menyelundup dan bekerja dengan leluasa lalu tinggal pergi dengan lenggang kangkung, kenyataan ini sungguh sukar dapat diterima, siapapun pasti merasa gegetun dan gemetar serta bergidik seram.

Kebobolan ini harus dikuatirkan khususnya bagi petugas piket jaga, disamping itu, masih ada sebuah persoalan yang cukup memusingkan kepala:

"Duta sesuatu negara meninggal didalam pangkalan mereka, secara misterius dan tidak genah tanpa diketahui siapa pembunuhnya Yalu Hoan-ih yang menjadi kepala dan pimpinan tertinggi didalam pangkalan ini, cara bagaimana harus memberikan pertanggungan jawab kepada negeri sehe?

siau-go-kian-kun ambil golok pusaka milik LiTiang- Thay yang berperan sebelum ajal supaya diserahkan keluarganya di negeri sahe katanya:

" Kini situasi peperangan amat gawat, mega mendung yang hampir turun hujan lebat, Yalu-cecu jelas tak bisa meninggalkan pangkalan sebelum ajal Li Tiang- Thay berpesan kepadaku, janji harus kutepati. Biarlah aku mewakili Cecu menyelesaikan muhibah ke negeri sehe ini."

Yalu Hoan-ih berkata. "Soal ini mungkin sulit diselesaikan, apakah Baginda raja negeri sehe tidak akan curiga kalau duta urusannya kita yang mencelakainya"

"Kita hanya bisa menghadapi persoalan ini dengan cara yang bijaksana, kejadian yang sebenarnya harus kita tuturkan, Kalau mereka tidak percaya apa boleh buat, betapapun kita tetap harus kesana"

Yalu Hoan-ih manggut2, katanya: "Ya, memang begitulah, namun peperangan sudah berlangsung digaris depan, pasukan kavaleri Mongol tinggal ratusan li dari sini, apakah musuh akan menyerbu kemari belum di- ketahui, Bagaimana kalau tunggu lagi beberapa hari, lihat dulu situasi dan perkembangannya baru diputuskan lagi "

Jenazah LiTiang- Thay diperabukan didalam pangkalan perintah segera dikeluarkan untuk memperkeras penjagaan, sementara penyelidikan tetap diusut, selama tiga hari mereka sibuki barulah akhirnya diketahui ada tiga serdadu yang melarikan diri turun gunung- seorang bernama Li Liong yang kedua bernama Thio Jit, dan siau Ngo, naga2nya ketiga orang ini sama memakai nama paisu.

Tiga serdadu ini baru kira2 tiga bulan yang lalu menggabungkan diri keatas pangkalan, biasanya tidak menunjukkan sesuatu yang menonjol, seperti para serdadu rendahan yang lain. serdadu dalam pangkalan ada laksaan jumlahnya maka tiada orang yang meng- khususkan diri untuk memperhatikan dan mencurigai mereka.

Kini setelah peristiwa pembunuhan ini terjadi baru orang tahu bahwa mereka adalah mata2 musuh yang dipendam disini, Musuh dalam selimut paling susah dijaga setelah peristiwa ini, sudah tentu Yalu Hoan-ih lebih mempertinggi kewaspadaan akan tetapi kematian Li Tiang- Thay akhirnya terbongkar juga, dia bukan terbunuh oleh musuh yang datang dari luar.

Hari kelima, seorang spion yang diutus ke Ulantoh kembali dengan membawa kabar yang amat diluar dugaan. Mendadak pasukan Mongol ditarik mundur.

Dini hari lagi, beruntun spion2 yang disebar satu persatu pulang memberi laporan bahwa kavaleri Mongoi yang ada dirimu r, utara sudah ditarik mundur semua. sementara pasukan pelopor disebelah timur yang sudah hampir berhasil merebut sungai Lamulun, kini mendadak dibelokan kearah barat, pasukan depannya sudah mulai menyerbu memasuki wilayah negeri sehe.

sampai disini stuasi sudah dapat diraba dengan jelas Jelas Mongol mengalihkan sasaran utamanya dari mencaplok Kim hendak menelan sehe. Mungkin karena didalam setrategis ilmu bumi negeri sehe cukup menjadikan tekanan bagi pasukan Mongol dari arah belakang, maka mereka hendak melenyapkan bisul dibelakang.

Tahu dalam wilayah Kim sudah tiada pertempuran Pangkalan Yalu hoan-ih sudah tidak terancam lagi, tenaganya boleh disedot untuk menyelesaikan persoalan lain maka siau- go-kian-kun berkeputusan untuk segera menuju kenegeri sehe, Hong-lay-mo-li menyertai per jalanannya ini.

semula Yalu Hoan-ih belum menyetujui keberangkatan mereka, alasannya api peperangan mungkin berkobar diwilayah sehe, kenapa mereka harus terjun kedalam kobaran api yang membahayakan jiwa? Tapi alasan siau-go-kian-kun cukup kuat juga,rjustru situasi genting di sehe ini, sesuai dengan pesan Li Tiang- Thay sebelum ajal, maka dia harus segera menyelesaikan pesan orang, kalau tidak sekali terlambat dia akan menyesal seumur hidup,

Yalu Hoan-ih memang laki2 yang berwatak terbuka dan polos, karena siau-go-kian-kun mengukuhi pendapatnya, terpaksa dia tidak menahannya lagi, Kata-nya:

"sebetulnya akulah yang harus berangkat, Hoa-heng sudi mewakili aku menempuh bahaya, betapa besar terima kasihku, sukalah kau terima hormatku ini."

setelah menghaturkan terima kasih kepada siau-go-kian- kun dia menepekur sebentar, katanya kemudian:

"Musuh pembunuh Li Tiang- Thay, sudah bisa kuduga beberapa bagian." Girang siau-go-kian-kun, katanya: "jadi Cecu sudah berhasil mencari tahu asal-usul ketiga mata2 musuh itu?"

"Asal usulnya belum diketahui namun sudah berhasil kudapatkan sumber penyelidikannya. Menurut dugaanku, walau ada tiga mata2 musuh, namun yang menjadi biang keladinya pasti orang she siau itu."

Siau go-kian-kim ber Jingkat sadar, katanya manggut2: "Betul, Pesan terakhir Li Tiang- Thay minta kepadaku

supaya menyampaikan peringatannya kepada Baginda sehe

untuk berjaga dan hati2 terhadap keluarga siau, satu diantara tiga mata2 itu ada yang she siau, siau Ngo ini pasti punya sangkut paut dengan keluarga siau yang dikatakan Li Tiang- Thay, Kalau dia berpesan wanti untuk disampaikan kepada bagimda se-he, tentu rajanya itu juga tahu keluarga apa sebetulnya marga siau itu"

Yalu Hoan-ih berkata: "Apakah di sehe ada keluarga siau yang terkenal aku tidak tahu, Tapi dinegeri Liau kita dulu ada sebuah keluarga siau yang amat ternama dan berkuasa dia adalah keluarga dekat dari baginda raja kita dulu. Para permaisuri dari beberapa dynasti kerajaan Liau kita, boleh dikata selalu mempersunting gadis2 keluarga Siau"

Didalam lembaran sejarah kerajaan Liau, ada beberapa dynasti pernah berlangsung kerajaan terpegang ditangan siau- Thayho (iBusuri) yang berkuasa, keadaan ini tak ubahnya seperti keluarga Tam dinegeri Kim yang mempunyai hubungan erat dengan kerabat kerajaan dari keluarga Wanyan."

"O, begitu, jadi Cecu curiga bahwa keluarga siau yang dikatakan Li Tiang- Thay itu adalah keluarga siau negerimu dulu itu?"

Lebih lanjut Yalu Hoan-ih menerangkan: "setelah negeri Liau kita dicaplok kerajaan Kim, keluarga siau lenyap dan entah sembunyi dimana, belakangan baru aku mendapat kabar, katanya paman raja siau Hok membawa anak dan keponakannya hijrah ke sehe. Takut rahasia jejak mereka diketahui kerajaan Kim, pihak sehepun merahasiakan hal ini."

"jika benar Siau Ngo ini adalah kerabat keluarga Siau dari negerimu dulu, adalah pantas kalau dia membantu kau untuk membangkitkan kembali perjuangan rakyat dan mendirikan kerajaan Liau pula, kenapa setelah menggabungkan diri dalam pangkalanmu dia menyembunyikan diri terima menjadi serdadu rendahan malah? Kenapa pula mencelakai Li Tiang- Thay didalam markasmu pula?"

"Hal ini juga sulit kuraba, yang terang Kok-ciu (paman raja) siau Hok adalah manusia licin dan liciki waktu ayahku almarhum masih hidup dulu, pernah dia berusaha merebut kekuasaan mililer dari tangannya. Tapi kalau perbuatan siau Ngo kali ini betul2 atas anjuran atau perintah siau Hok kukira tujuannya bukan lantaran hendak membalas sakit hati dan demi tujuan pribadi melulu, terang dibelakang peristiwa ini ada udang dibalik batu, bukan mustahil dia sedang men jalankan siasat untuk tujuan besar."

"Baiklah, setiba di sehe, kubantu kau menyelidiki hal ini." siau-go-kian-kun memberikan janjinya .

Hari kedua siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li meninggalkan pangkalan terus berangkat naik kuda ke-arah barat, Beberapa tempat dalam pinggiran perbatasan sehe sudah diduduk,pasukan Mongol, terpaksa Liu dan Hoa berdua harus memutar untuk memasuki sehe, untung tidak kebentrok dengan pasukan besar Mongol.

Tapi sepanjang jalan yang mereka lalui, disana sini merupakan pemandangan yang menyedihkan, perkampungan terbakar habis, rakyat ber-bondong2 mengungsi, pasukan sehe bergerak menuju ke perbatasan, namun tidak sedikit pula para serdadu yang lelaki di dalam pertempuran diperbatasan sama mundur kegaris belakang, sehingga suasana kalut dan susah dilukiskan betapa menyedihkan keadaan mereka. jalan raya penuh berjejal oleh rakyat jelata dan serdadu yang luka2 mundur kepedalaman, sehingga kuda2 Liu dan Hoa yang berlari cepat terhambat perjalanannya hari itu mereka hanya menempuh seratusan li saja. sorenya mereka memasuki daerah pegunungan Mau-ji-san kedua samping pegunungan adalah padang rumput yang terbentang luas, kearah timur kira2 puluhan li terdapat sebuah kota besar yang dinamakan U- liang- hay, sebuah kota yang ternama dalam wilayah sehe, Yang berkuasa dikota besar ini adalahJenderal Ko-ling-kong dari sehe.

Ko-ling-kong terkenal karena kemahiran berperang dengan strateginya yang lihay, serdadunya ada puluhan laksa banyaknya. Rakyat pengungsi setiba dikota ini semua merasa lega dan terlindung, disangkanya Ko-ling-kong yang berkuasa di U-liang-bay akan menjadikan tanggul tangguh untuk menahan serbuan pasukan musuh dari timur betapapun lihay dan kuatnya kavaleri Mongol, jelas takkan gampang menggempur kota besar ini.

Kalau Ko-ling-kong bertahan dengan segala kekuatan terakhir, paling juga kuat bertahan puluhan hari.

setelah memasuki daerah pegunungan, kaum pengungsi semakin sedikit, siau-go-kian-kun, berkata: "Kemungkinan sebelum pasukan Mongol menyerbu tiba, kita sudah memasuki kota raja sehe lebih dulu Tapi dari gelagat yang ribut dan kacau balau ini, agaknya sehe-pun akan menerima nasib sama seperti negeri lain, Aku kuatir menjelang keruntuhan negeri sehe ini, pesakitan didalam penjara mungkin bakal mengalami mara bahaya diluar dugaan^"

"Betul," sahut Hong-lay-mo-li, " marilah kita percepat, kesana untuk menolong Hek-Pek-siu-lo."

Tengah mereka bicara, tiba2 terdengar suara tambur ber- talu2, pertempuran sengit dari kedua pasukan negeri yang bertahan dari serangan luarpun semakinjelas terdengar daripadang rumput sana. siau-go-kian-kun tertawa getir, katanya: "Baru saja bicara kenyataan sudah muncul didepan mata. Kukira di jalan kita bisa terhindar dari libatan pertempuran, tak nyana pasukan Mongol sudah tiba begini cepat."

Mereka naik kepegunungan yang tinggi serta memandang ke timur nan jauh sana, Tampak kelompok2 pasukan berkuda Mongol laksana gelombang samudra menyerbu dengan dahsyat secara bergiliran, jumlah pasukan sehe sebetulnya jauh lebih besar, namun mereka tidak kuat menahan gempuran pasukan berkuda musuh yang begitu gencar dan hebat. setiap kelompok terdiri sepuluh orang, didalam pertempuran gaduh danserabutan ini, setiap kelompok kecil ini harus kuat berdikari melawan musuh, namun tetap dibawah komando dari komandan tingginya disamping itu terdapat pula pahlawan2 gagah berkuda yang terjang kian kemari menyendiri secara lihay dan tak terkalahkan.

senjata beradu, berpadu dengan jerit lengking kesakitan menjelang ajal, dalam jangka setengah jam, satu d2isipasukan sehe sudah dibabat habis dan mundur kalah.

Biasanya siau- go-kian- kun amat perkasa dimedan laga namun setelah melihat pertempuran ini, diam2 dia kesima dan melelet lidah, katanya menghela napas: "Begini kuat dan gagah pasukan berkuda Mongol, tak heran tak ada tandingan diseluruh jagat."

Kecuali kuda tunggangan setiap individu serdadu Mongol itu, merekapun membawa serta seekor kuda, satu kuda mati, segera ganti menunggang yang lain, itulah salah satu keunggulan dari strategi perang pasukan kuda Mongol, bukan saja dimedan laga mereka sudah siaga akan bantuan dan lengkap dengan persiapan, biasanya juga amat berguna didalam menempuh perjalanan. Ternyata didalam menempuh jarak jauhi pasukan kuda Mongol ini hanya diperbolehkan membawa sedikit perbekalan dan rangsum, kuda lelah bisa berganti, kalau perlu malah boleh disembelih untuk dimakan, oleh karena itu kecepatan pasukan muda Mongol pada jaman itu boleh dikata paling unggul, sehari menempuh jarak dua tiga ratus li adalah soal biasa bagi mereka.

Pasukan se he yang yang kalah dikejar pula, oleh musuh, maka mereka mundur dan menyelamatkan diri dengan segala daya upaya tidak sedikit diantara mereka yang mati terinjak2 atau dibunuh kawan sendiri, sungguh memilukan untuk disaksikan, setelah mundur mendekati kaki gunung, baru barisan mereka mulai terbentuk lagi dan bertahan.

Agaknya pasukan Mongol tidak pandang sebelah mata sisa musuh yang sudah kalah ini, merekapun tidak mau buang tenaga memasuki pegunungan untuk memberantas musuh sampai habis, Tampak debu mengepul tinggi, pasukan besar ber-bondong2 bagai arus samudra menuju kebarat, naga2nya mereka alihkan tujuan menggempur ke-kota yang lain.

setelah pasukan Mongol menuju ke barat, kaum pengungsi dipegunungan baru merasa beruntung dan selamat darl kekejaman musuh. sekeluar dari daerah pegunungan di jalan Liu dan Hoa mencari kabar kepada serdadu yang morat marit itu, baru diketahui bahwa kota U-liang-hay ditimur sana kemaren sudah diduduk, oleh musuh, jendral Ko ling kong juga tertawan hidup2.

Ternyata Ko-ling-kong mengagulkan diri amat perkasa, begitu musuh menyerbu tiba dibawah kota, tidak memperkuat pertahanan kota dia malah keluar menantang bertempur hanya beberapa gebrak saja dia sudah terpanah luka2 oleh Cepe pemanah sakti dari Mongol yang kenamaan dan tertawan dimedan laga.

Kini setelah U-liang-hay diduduk,, pasukan Mongol mengalihkan sasarannya menggempur kota Ke-li.

Dalam beberapa hari kabar kekalahan beruntun datang dari pihak Sehe, pertahanan kuat ditiga perbatasan timur, utara dan selatan semua dijebol dan dihancurkan musuh, kota demi kota direbut dan diduduk, musuh, agaknya pasukan Mongol sudah bergerak dari tiga jurusan sembari mempersempit ruang gerak perlawanan pasukan Sehe dengan tujuan menjepit kota raja Sehe.

sudah sebagian besar wilayah musuh direbut dan diduduk, Mongol, maka semakin banyak dan berjubel rakyat pengungsi yang memasuki kota raja. Walau semua orang bisa menyaksikan dibawah tekanan dan serbuan pasukan Mongol yang kuat ibu kota jelas takkan bisa dipertahankan.

Tapi kota Raja betapapun diduduk, dan dijaga oleh pasukan terkuat dengan perlengkapan lebih matang, bisa sehari selamat berarti sehari lebih panjang umur, dari pada gelandangan tidak menentu arah diluar, lebih celaka lagi kalau dijagal oleh serdadu Mongol.

Pengungsi dan serdadu yang kalah campur aduk memenuhi jalan raya, tidak jarang terjadi serdadu2 yang kalah itu merampok harta benda pengungsi atau merebut rangsum bawaan mereka, pandangan saling bunuh diantara mereka sudah tidak menjadikan keanehan lagi Liu dan Hoa berikan kuda tunggangan mereka kepada sekeluarga pengungsi yang memerlukannya, ibu tua dan istri dari keluarga ini mati terinjak2 oleh pasukan berkuda musuh, dua diantara tiga anaknyapun mati, laki2 pertengahan umur ini harus gendong ayahnya yang sudah tua renta dan menggandeng anaknya yang kecil kalau tidak menunggang kuda, jelas mereka tidak akan pergi jauh dan akhirnya mati seluruhnya ditengah jalan.

Liu dan Hoa mencampurkan diri didalam rombongan pengungsi, beruntung hari itu mereka tiba dikota raja, namun setelah dekat, diam2 mereka mengeluh dalam hati, rakyat berjubel diluar pintu ternyata sembilan pintu kota raja ditutup seluruhnya tiada seorangpun dari pengungsi itu diperbolehkan masuk.

Pengungsi berjubel dan berdesakan didepan pintu, semuanya menjadi ribut dan berkaok2 dengan rasa kuatir dan bertangisan disana sini, demi jiwa dan keluarga ada pengungsi yang nekad beramai2 menggedor, tapi serdadu yang jaga diatas benteng berpeluk tangan, anggap tak mendengar dan tidak melihat, tidak mau buka pintu, celaka malah pengungsi yang dekat, meeaka tidak ditolong malah dihujani panah, semula bidikan panah ditujukan keangkasa untuk menggertak pengungsi mundur, namun belakangan secara terang2an pengungsi itu langsung di jadikan sasaran bidikan panah mereka, tidak sedikit yang gugur dan terluka.

Ternyata para serdadu yang piket inipun mempunyai kesulitan mereka sendiri, mereda ditekan oleh disiplin dan perintahi apalagi rangsum yang ada didalam kota juga terbatas. pengungsi yang masuk kota sudah melebihi batas kemampuan untuk menampungnya, sudah tentu pengungsi dan serdadu kalah yang mundur ini tak mungkin dibiarkan masuk lagi.

saking pilu dan sedih siau-go-kian-kun tidak tega menyaksikan katanya kepada Hong-lay-mo-li dengan menghela napas: "Betapa mengenaskan dari akhir peperangan, ternyata begini jadinya, Kita tak bisa masuk kota, bagaimana baiknya?"

Tiba2 terdengar suara gemuruh, ternyata salah sebuah pintu kota berhasil dijebol oleh kaum pengungsi, maka Liu dan Hoa dapat kesempatan ikut menerjang masuk bersama kaum pengungsi yang membanjir masuk kota.

Tapi serdadu penjaga juga berusaha mati2an membendung dan menahan mereka, hujan panah kembali bikin kaum pengungsi yang lain mundur, jembatan kerekpun segera ditarik naik,

Ternyata keadaan didalam kotapun amat kacau, seluruh toko dan warung tiada yang buka dan jualan, ditengah hari bolong tidak jarang terjadi perampokan di jalan raya. Waktu Liu dan Hoa mencari hotel, mereka memergoki dua kali peristiwa seperti itu, kaum pengungsi yang kelaparan dan kaum berandal yang haus harta benda menjadi nekad, Liu dan Hoapun menjadi sasaran mereka namun mereka hanya mendorongnya saja jatuh terus lari menyingkir.

Hotel ternyata juga sulit ditemukan lagi, kuatir diduduk, kaum pengungsi, semua hotel tutup usaha, kalau ada yang buka juga sudah penuh, dengan susah payah seharian itu akhirnya mereka mendapatkan sebuah kamar yang letaknya disebuah gang yang berlorong panjang, pemilik hotel lihat mereka sebagai tamu yang punya uang banyak, maka tanpa sungkan2 dia buka tarip sepuluh lipat lebih mahal dari tarip biasanya, namun siau- go-kian-kun membayarnya kontan, malah ditambah uang minum dan makan, barulah hari itu mereka mendapatkan tempat berteduh.

Tapi mereka toh hanya menempati sebuah bilik kecil yang sempit dan kotor lagi, untung mereka sudah tunangan dan tukar cincin, waktu menginap ngaku sebagai suami istri, meski merasa malu dan serba susah, Hong-lay-mo-li terpaksa diam saja.

setelah makan malam ala kadarnya, belum lagi hari menjadi gelap Siau-go-kian-kun lantas tanya alamat rumah Li Tiang- Thay kepada pemilik rumah. Li Tiang- Thay menduduk, jabatan tinggi dan penting, di- negeri Sehe namanya cukup terkenal, sudah tentu pemilik penginapan ini segera tahu siapa orang yang dimaksud oleh Siau-go-kian-kun.

setelah memberi tahu alamat Li Tiang- Thay kepada siau- go-kian-kun, pemilik hitel bertanya: "Tuan tamu, pernah apa kau dengan Li-tayjin?"

"Aku adalah temannya, sengaja aku kemari hendak minta perlindungannya."

Pemilik hotel geleng2, ujarnya: "Dalam suasana seperti ini kau hendak cari dia kukira kurang tepat" "Li-tayjin terkenal ramah dan terbuka tangan terhadap sesama manusia, tentunya dia tidak akan menolak kedatanganku."

"Bukan begitu maksudku..." ujar pemilik hotel, lalu dia merendahkan suara.

"Di jalanan amat kacau dan tidak aman, banyak terjadi penjambretan, perampokan dan lain sebagainya, terutama keluarga pembesar menjadi incaran utama bagi para pemcoleng ini. semua orang2 berpangkat kini sudah menyingkir, kukira Li Tayrjin yang hendak kau cari ini belum tentu ada dirumah."

Dalam hati siau-go-kian-kun berpikir: "Pejabat korup dan tamak harta biasanya menggaruk dan mengeduk pajak setinggi langit, kini harta mereka direbut rakyat kembali adalah jamaki Tapi LiTiang- Thay kalau tidak salah adalah pejabat pemerintah yang baik entah apakah keluarganya juga mengalami nasib yang sama?" maka dia berkata: "Bagaimanapun, aku akan mencobanya."

Tak berhasil membujuknya pemilik hotel berkata: "Mau pergi boleh tapi gantilah pakaian yang kasar, dan lagi nyonya mu lebih baik jangan ikut."

setelah ucapkan terima kasih akan petunjuknya, siau-go- kian-kun membeli seperangkat pakaian kasar yang sudah butut warnanya, sekembali kekamar dia berunding dengan Hong- lay- mo- Hong-lay-mo-li tertawa:

" Walau kita tidak takut pencoleng, lebih baik menghindari kesulitan ini, Baiklah, boleh kau pergi seorang diri saja."

Membawa golok pusaka itu siau- go- kian- kun segera berangkat menuju kealamat rumah Li Tiang- Thay, dilihatnya pintu besar rumahnya terpentang lebar, tiada orang jaga dipintu pikir siau go-kian-kun, dalam suasana peperangan seperti ini, terang sulit mohon bertemu menurut aturan biasanya, maka langsung dia melangkah masuk. Dari pekarangan luar sampai kedalam rumah keadaan dilihatnya morat marit kotor dan kacau balau, lantai dipenuhi barang2 rusak dan kotoran sampah. kelihatannya rumah inipun sudah dirampok habis2an, barang2 yang ketinggalan tiada harganya sepeser lagi. setiba dituang tamu, baru dilihatnya beberapa laki2 kekar beralis tebal tengah mondar mandir entah mencari atau menggeledah apa, mulutnya ber- kaok2 sebal karena tidak mendapatkan

apa2 yang berharga, seorang laki2 diantaranya yang mirip bajingan tengik berkata dengan tertawa:

"saudara, kau datang terlambat. Coba kau lihat sendiri, masih ada barang apa yang bisa kau ambil?"

Laki2 laim segera menanggapi " Kulihat tampangmu begini lemah lembut kenapa masuk rumah orang hendak mencuri juga? Ha h a, pakaianmu itu walau terbuat dari kain kasar, namun tujuh puluh persen masih baru" naga2nya dia mengincar pakaian siau- go-kian-kun.

siau-go-kian-kun tertawa getir, sahutnya: "saudara aku bukan ingin mendapat bagian, aku cuma ingin mencari tahu, apakah keluarga Li masih ada yang tinggal disini?"

Beberapa laki2 itu sama terpingkel2 geli dengan memeluk perut ditengah gelak tawa mereka yang geli itu, mendadak terdengar jeritan kesakitan seperti babi disembelih.

Lekas siau-go-kian-kun lari masuk kesebelah dalam, diruangan kembang sana, dilihatnya seorang laki2 kekar tengah menginjak seorang laki2 tua kurus dan menghajarnya..

Muka laki2 itu dicoreng moreng dengan berbagai warna, mirip benar dengan pemain sandiwara dalam panggung.

Mungkin karena dia masih punya rasa malu, setelah jadi rampok, takut kenangan dan dikenali mukanya oleh orang lain. Tapi cara dia menghajar laki2 kurus tua itu cukup keji, kedua tangan kakek kurus di pelintir kebelakang terus ditekuk lagi, keruan kakek tua itu kesakitan sampai gomerobyos keringat dinginnya, mulutnya menjerit2 seperti babi disembeleh,

siau-go-kian-kun seorang ahli silat, sekali pandang dia lantas tahu orang itu menggunakan Hun-kin-joh-kin-jiu-hoat.

Gusar Siau-go-kian-kun dibuatnya, bentaknya:

"Mau rampok boleh silakan, kenapa kau main pukul orang?"

Terbeliak mendelik mata laki2 itu, kelihatannya dia sudah hendak sumbar amarah namun mendadak dia lepas tangan si kakek terus menubruk kearah siau-go-kiam-kun, seraya mencengkram, teriaknya:

"Ha, ternyata kaulah yang mengambilnya"

Memang siau-go-kian-kun hendak menghajar adat kepadanya, umpama laki2 ini tidak menyerang dia, diapun hendak memukulnya. segera dia menyambut:

"Bagus." sekali bergerak dia balas lancarkan Kim-na-jiu, gerakan Hun-kin-joh-kut-jiu-hoat laki2 itu segera dipatahkan, sekali raih dan tangkap dia lemparkan laki2 itu keluar, Bentaknya:

"Masih berani kau menganiaya orang tua yang lemah? Lain kali kebentur di-tanganku kucabut nyawamu-"

Karena dilempar siau-go-kian-kun, laki2 itu mencelat terbang keluar seperti naik mega, melampaui dua kamar dan terbanting dipe karangan luar, maksud siau-go-kian-kun hendak membantingnya babak belur dengan kepala banjut dan bocor, supaya kapok dan tahu kelihayannya.

Tak nyana begitu terbanting keras dan berkaok2 kesakitan, lekas laki2 itu sudah mencelat bangun pula dengan gerakan tangkas, langkahnya tetap cepat dan wajar berlari sipat kuping, Kepala tidak benjut tidak terluka, tulangpun tidak patah hal ini betul2 diluar dugaan siau- go-kian- kun.

Tadi siau-go-kian-kun dirancang amarah sehingga pikirannya kurang cermat maka tergeraklah hatinya, baru sekarang dia berpikir:

" Kepandaian silat orang ini bukan dari kaum keroco, dinilai dari gerakan Hun-kin-joh-kut yang dia lancarkan tadi,jelas dia pernah giat melatihnya, tentunya dia cukup punya nama juga di Kangouw. Tapi kenapa dia terima merendahkan diri jadi perampok, kelakuannya tak ubahnya seperti bajingan?"

Melihat siau-go-kian-kun begini lihay, beberapa bajingan yang ada diruang tamu menjadi ketakutan dan bubar melarikan diri siau- go-kian-kun mulai curiga, namun menolong kakek tua itu lebih penting, maka dia tidak sempat mengejar laki2 itu.

siau-go-kian-kun bantu memasang tulang si kakek yang dipelintir keseleo, lalu dipijat dan diurut serta dibubuhi obat setelah selesai kakek itu menghela napas, ujarnya: "Terima kasih akan pertolonganmu, tapi orang itu sekali2 kau tidak boleh berbuat salah kepadanya, lekas kau lari saja."

"Siapakah dia?" tanya siau- go-kian-kun.

"Orang ini adalah salah seorang guru silat dari keluarga siau, walau dia mencoreng mukanya, aku tetap kenal dia."

"Keluarga siau yang mana? Apakah siau Hok yang melarikan diri dari negeri Liau dulu?"

si kakek mengunjuk rasa tercengang katanya: "Kau sudah tahu, kenapa tidak lekas lari. Keluarga siau punya puluhan guru silat, kepandaian orang tadi bukan yang paling tinggi diantara mereka."

siau-go-kian-kun tertawa, katanya: "Kau orang tua tak perlu kuatir, aku diundang kemari oleh majikanmu justru untuk menghadapi keluarga siau Kau kenal golok milik majikanmu ini?"

Bersinar biji mata si kakeki katanya: "Betul, inilah golok pusaka milik majikanku. Dimana majikanku sekarang berada? Kapan kalian bertemu?"

kakek ini hanya tahu bahwa majikannya keluar negeri, diluar tahunya bahwa Li Tiang- Thay diutus pergi kepangkalan Yalu Iloan-ih minta bantuan.

supaya orang tidak sedih, siaugo-kian-kun berkata: "Hal itu tidak perlu kau ketahui, Dalam waktu dekat mungkin majikanmu tak bisa pulang, maka dia titip golok ini supaya diserahkan keluarganya ada persoalan yang perlu kusampaikan pula Dimanakah nyonya dan putra majikanmu?"

"Begitu kabar perang, kita dengar, Hujin dan kongcu segera turun ke desa, Akupun tidak tahu kemana dan dimana mereka sekarang Entah bolehkah kau sampaikan urusan itu kepadaku? Atas perintah majikan aku disuruh tunggu rumah, beruntung biasanya majikan amat percaya kepadaku, sedikit banyak aku tahu juga persoalan yang menyangkut majikanku."

kakek ini mengira siau-go-kian-kun tidak percaya terhadap dirinya maka dia merasa masgul dan direndahkan.

"Kenapa Hujin dan putranya harus lari kedesa? Bukankah didesa lebih bahaya?"

"Kalau disini lebih sulit berjaga dari kekejian orang2 keluarga siau."

"Betul. Majikanmu memang titip kabar supaya disampaikan kepada Hujin dan putranya, supaya mereka lari sembunyi kedesa"

si kakek menghela napas, ujarnya: "Kami tahu cara ini kurang sempurna, namun apa boleh buat, pribahasa ada bilang, tusukan tombak gampang dikelit, bidikan panah gelap sukar dihindarkan kalau Tatcu Mongol menyerbu datang, masih ada harapan menyembunyikan diri, namun kekejian keluarga siau justru tak bisa dijaga sebelumnya.

Keduanya sama2 mengancam jiwa terpaksa harus pilih yang lebih ringan maka Hujin segera berkeputusan begitu perang terjadi, segera dia menyingkir kedesa."

"Majikanmu dipercaya dan diandalkan raja, kenapa takut terhadap keluarga siau?"

"Baginda memang percaya dan memerlukan tenaga majikan, namun dia lebih percaya keluarga siau."

" Kalau toh mereka sama2 pembesar yang dipercaya rajanya, kenapa sampai menanam permusuhan?"

Terunjuk rasa gusar pada mimik muka si kakek, katanya: "siau Hok dan keluarganya dulu lari kemari dan minta

perlindungan raja kita, majikanku kira dia menghadapi jalan

buntu dan putus harapan, maka kemari minta perlindungan. siapa tahu dia justru mempunyai maksud2 jahat, disini dia menjadi mata2 bangsa Mongol malah."

siau-go-kian-kun kaget, katanya: "Apakah majikanmu tidak laparkan hal ini kepada raja? urusan besar yang bakal mengancam keselamatan negara, tentunya rajamu itu tidak mau percaya hasutan orang luar?"

"Memang begitulah, Tapi pernah beberapa kali majikan laparkan hal ini secara rahasia kepada Baginda tidak mau percaya, malah dia lebih mempercayai usul2 keluarga siau. Apakah yang dapat dia lakukan lagi? Ai, entah bagaimana Baginda berpikir?"

sudah tentu orang tua ini tidak tahu, bahwa baginda Rayanya itu mirip sekali dengan song Hwi-cong, itu baginda raja, dari dynasti song utara yang terakhir song Hwi-cong takut terhadap musuh seperti dia jeri melihat harimau, demikian pula Li An-coan raja negeri sehe, pikirnya ingin damai dengan kerajaan lain maka walau dia tahu kalau Cin Kwi itu adalah pion musuh yang diutus kembali, namun dia tetap angkat Cin Kwi sebagai perdana menteri.

Demikian pula halnya dengan LiAn-coan, dia tahu setelah negeri Liau dicaplok Kim, siau Hok pernah menyerah dulu kepada Mongol dan atas perintah Timujin dia lari ke negeri sehe dan disini menjadi mata2, justru dia pikir hendak menggunakan jasa2 siau Hok yang double agen ini kalau perlu minta bantuannya untuk mohon- damai saja kepada Mongol.

siau-go-kian-kun berpikir: "Baginda negeri sehe tidak angkat siau Hok jadi perdana menteri, jelas dia setingkat masih lebih baik dari song Hwi-cong."

"Untung Hujin dan Kongcu sudah pergi." demikian ujar si kakek lebih lanjut,

"sejak situasi menjadi tegang dan pintu kota ditutup, rumah ini sudah mengalami beberapa kali diserbu perampok dan di- gasak habis2an. Diantara pencoleng dan tampok2 yang  datang terdahulu itu, aku sudah curiga pasti ada orang2 keluarga siau, Cuma aku tidak kenal mereka tapi guru silat yang tadi itu, jelas aku mengenalnya baik,"

" Keparat tadi kelihatannya mengompes keteranganmu dan minta sesuatu kepadamu, betul tidak?"

"Dia mengompes keteranganku apakah majikan ada titip surat2 dan barang penting yang kusimpan kukatakan rumah segede ini, setiap jengkal tembok, ubin dan gentengpun sudah mereka congkel dan obrak abrik, dimana pula bisa menyimpan barang? Belakangan di tanya pula tentang golok pusaka majikan ini. Kebetulan saat itulah tuan penolong datang, Kalau Tidak, betapa siaujin akan menderita." sia-go-kian-kun jadi sadar dan mengerti, pikirnya: "Tak heran begitu melihat aku, keparat itu lantas bilang akulah yang mengambilnya, ternyata yang dia maksud adalah golok pusaka ini"

semula siau-go-kian-kun hendak serahkan golok ini kepada si kakek namun melihat keadaan dan karena kejadian tadi, dia pikir tidak leluasa, maka dia berkeputusan sementara biar tetap dia lindungi saja.

Kata si kakek getir: "Semoga kejadian hari ini yang terakhir, memangnya barang apa pula yang dapat mereka ambil  disini?"

"Kukira kau tak perlu berjaga lagi disini, sedikit uang ini boleh kau ambil dan pergilah menyingkir kemana saja asal selamat. Kau sudah cukup setia akan tugas dan majikanmu."

setelah berterima kasih kakek itu berkata: "Tuan penolong, kau menghajar guru silat keluarga siau, maka kaupun harus hati2. Kalau tidak ada urusan, lebih baik jangan muncul dijalanan"

"Tempat lain aku tidak akan pergi, namun keluarga siau itu justru hendak kusatroni." lalu dia tanya alamat rumah keluarga siau kepada si kakek terus meninggalkannya. Diluar ada beberapa orang yang Iongok2 mengintip kedalam, melihat dia keluar segera bubar dan ngacir pergi.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar