Pendekar Latah Bagian 53

 
Bagian 53

"TOLONGLAH bopong anakku kemari," pinta Kongsun Ki, "aku ingin menciumnya. inilah permintaanku satu2nya." Hong-lay-mo-li segera bopong putra orang ke hadapannya,

katanya: "Kau tidak usah kuatir putramu pasti akan kita pelihara sekuat mungkin, biarlah kelak dia menjadi manusia yang berguna."

"Banyak terima kasih akan kebaikanmu tapi adalah pantas kalau ceng-hong lebih sedikit berat memikul tanggung jawab ini." demikian ujar Kongsun Ki.

Hong-lay-mo-li kira sebelum ajal timbul kesadaran jiwa Kongsun Ki, memangnya tiada manusia bajik yang menjadi ayah bakal membunuh anaknya sendiri, maka sedikitpun dia tidak berjaga2. Tak nyana mendadak Kongsun Ki menekukjari tengah menjentik sekali di-pipi anaknya.

Keruan Hong-lay-mo-li kaget, lekas dia rebut orok itu dan mundur, waktu dia menunduk dilihatnya pipi orok itu sudah dihiasi bundaran hitam sebesar kuku jari. Karena jentikan jari ayahnya ini orok kecil itu seketika pecah tangisnya.

Kejut dan gusar Hong-lay-mo-li, makinya: "Kau, apa yang kau lakukan? Harimau buas pun tidak memakan anaknya sendiri Kau, kau melebihi binatang liar."

Kongyun Ki geiak2, serunya:

"Anakku sendiri sudah tentu akan kuatur sendiri pula, siapa bilang aku hendak mencelakai putraku? Haha, LiuJing-yau, kau tidak mengerti.siang Ceng-hong cukup tahu, Haha siang Ceng-hong, perhitunganmu agaknya harus batal."

Tanpa hiraukan kesehatan dan badan masih lemahi bergegas siang Ceng-hong melompat turun dan merebut anaknya dari pelukan Hong-lay-mo-li, katanya dengan menunduk:

"Baiklahi bocah ini sudah keracunan Hoa-hiat-to, namun aku masih bisa merawat dan mengasuhnya sampai besar."

lalu dia menarik napas panjang. Hong-lay-mo-li naik pitam, damratnya: "Masih berani kau bilang tidak mencelakai anakmu? Baik aku tidak sudi membunuhmu biar Ceng-hong sendiri yang turun tangan,"

lalu dia lolos pedang diserahkan kepada siang Ceng-hong.

sebelah tangan bopong putranya tangan siang Ceng-hong yang lain memegang pedang, makinya sambil tuding pedang keteng gorokan Kongsun Ki:

"Kau bangsat, sebelum ajal kau hendak mencelakai kita ibu beranak."

"Bukan, hanya kau saja yang ingin kubikin celaka. Kau bikin aku Jau-hwejip-mo, kini aku juga bikin kau menderita selama 18 tahun cukup setimpal bukan, sekarang aku sudah menuntut balas, nah boleh kau membunuhku saja." habis bicara dia ter-loroh2.

Hong- lay- mo- li bingung dan tidak mengerti, tanyanya: "Ceng-hong, apa maksud perkataannya? "

saking murka napas siang Ceng-hong memburu sampai tak kuasa bicara, "Jing-yau," sela Kongsun Ki.

"biar aku yang jelaskan, Anak ini terkena racun selanjutnya dia harus dijaga dan dirawat baik2. Dalam kolong langit ini hanya siang Ceng-hong seorang yang tahu cara bagaimana memunahkan racun dalam badan bocah ini. Bukan saja setiap hari setiap malam dia harus selalu bersiaga, selalu mentranfusi darahnya selama 18 tahun baru noktah hitam dipipinya itu akan lenyap. Ha h a dengan demikian, bocah ini takkan mungkin dia serahkan kepada Khing ciau."

Baru sekarang Hong-lay-mo-li tahu tujuan jahat Kongsun Ki, merinding dia dibuatnya, Katanya:

"Selama hidupnya suhu berjiwa besar tak nyana putranya jahat liar dan buas melebihi binatang, Baiklah, adik Ceng-hong terserah bagaimana kau hendak membereskan dia." "Terserah apa kehendak kalian, Hehe, aku memang dekat ajal, aku tersiksa karena Jau-hwe-jip-ho, tapi Ceng-hong harus menderita 2 tahun lamanya. Hehe, aku tetap lebih unggul dalam perang urat syaraf ini. Tak jadi apa kau membunuhku sayang kau sendiri takkan bisa mati karena harus menolong jiwa bocah ini. Ceng-hong lekas kau muntahkan obat racun yang ada dalam mulutmu."

Hong-lay-mo-li kaget, teriaknya:

"Adik Ceng-hong, apa benar kau menelan racun?"

Pucat pias muka siang Ceng-hong, dia buka mulut memuntahkan sebutir bundaran malam. Kiranya dia sudah duga Kongsun Ki akan membunuhnya, maka sebelumnya dia sudah siapkan sebutir racun yang dia buntal dalam bundaran malam, setelah menyerahkan pesannya kepada Khing Ciau, dia pikir hendak gigit pecah malam itu dan mati karena keracunan.

"Kongsun Ki." ujar siang Ceng-hong menarik mundur pedangnya

"kau ingin menyiksaku 18 tahun, baiklah kutambahkan tiga bulan lagi derita Jau-hwe-jip-mo yang harus kau alami, Jadi tiga bulan lagi baru kau akan mampus setelah tersiksa, kau tidak akan mampu bunuh diri deritamu sehari kian bertambah berat. Ha h a, buat apa aku harus membunuhmu kan menguntungkan kau," tawa Ceng-hong seram dan menggiriskan, tawa yang lebih menyeramkan dari isak tangis yang memilukan. Memang dia berhasil menuntut balas, tapi imbalannya juga terlalu besar bagi dirinya.

Hong- lay- mo- li tidak tega mengawasi keadaan Kongsun Ki yang mengenaskan, "klontang" pedang ditangan siang Ceng-hong terjatuhi lekas Hong lay-moli memungutnya terus dikembalikan kesarung, serta membimbing siang Ceng-hong naik keatas ranjang, Lalu dia buka Hiat-to Khing Ciau yang tertutuk. Menyaksikan adegan seram yang mendebarkan jantung ini sekian lamanya Khing ciau berdiri menjubleki dalam waktu dekat tak tahu dia apa yang harus dla lakukan.

sementara itu Hong lay-mo-li tengah menghibur siang Ceng-hong

"Dapat mengasuh anak sampai dewasa, betapapun penderitaanmu selama 18 tahun adalah setimpal Adik Ceng- hong kau tidak usah kuatir, kita akan membantumu mengasuh anak ini. Kuanjurkan jangan kau menetap di siang- keh-po lagi, ayahku berada ditempat Bing-bing Taysu, demikian pula suhengmu Bu-lim-thian-kiau dan cicinyajuga benda disana, lebih baik kau tinggal bersama mereka di Kong-bing-si.

Ayahku pandai ilmu pengobatan mungkin dia bisa membantu kesulitanmu."

Diluar tahu Hong-lay-mo-li, untuk memisahkan kadar racun ditubuh anaknya ini, siang Ceng-hong sendiripun harus meyakinkan kedua ilmu beracun. Dasar latihan Iwekangnya masih termasuk aliran sesat, kemungkinan besar kelak dia sendiripun akan mengalami Jau-hwe-jip-mo, itu berarti 2 tahun yang akan datang diapun akan merasakan derita dan siksa seperti yang dialami Kongsun Ki sekarang.

Tapi demi jiwa dan masa depan anaknya, siang Ceng-hong dipaksa untuk berani menerima nasib, namun hal ini tak berani dia jelaskan kepada Hong-lay-mo-li. Katanya menghela napas:

"Entah dulu aku pernah berbuat kesalahan apa pada hidupku sekarang harus memikul derita ini."

"Kebetulan juga bagiku menetap di Kong-bing-si, disana aku bisa menyucikan diri berdarma kepada Budha, sekaligus untuk menebus dosa2 masa lalu."

semula Khing ciau berdiri bingung rikuh dan kikuki kini setelah siang Ceng-hong ibu dan anak sudah memperoleh penyelesaian yang melegakan hati, segera dia hendak mengundurkan diri, tapi belum sempat otaknya menemukan alasan yang tepat untuk keluar. Tiba2 siang Ceng-hong berkata:

"Khing-toako kemarilah kau."

seketika Khing ciau melenggong, akhirnya dia mendekati pembaringan, katanya:

"Cici ada pesan apa? Kalau siaute mampu dan bisa membantu..."

sekilas siang Ceng-hong mengawasi dia, lalu menukas: "Coba ulurkan tanganmu."

Dengan melongo Khing Ciau ulurkan kedua tangannya, seketika siang Ceng-hong mengeluarkan suara aneh... Khing Ciau belum mengerti, Hong-lay-mo-li malah tahu kenapa siang Ceng-hong bersuara heran, tanyanya kepada Khing Ciau:

"Bukankah tadi kau ada pukulan dengan Kongsun Ki?" "Ya, adu pukulan sekali." sahut Khing ciau. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"

"Semula dada terasa sesak mual, namun cepat sekali sudah hilang." sahut Khing Ciau.

"Sungguh terlalu aneh. Adik Ceng-hong, apa kau dapat melihat dia keracunan tidak?"

"Aku tak bisa mengatakan kalau dia memperlihatkan tanda- keracunan." sahut siang Cengang.

Tiba2 Hong-lay-mo-li teringat sesuatu, katanya:

"Adik Ciau, tadi waktu kau bergebrak dengan sa Yan-liu kuat menandinginya. sungguh tak nyana dalam sebulan ini kepandaianmu sudah maju sedemikian pesat. Benar- tak nyana dan menakjubkan sekali" "Hal ini memang perlu kulaporkan kepada Bing-cu." ujar Khing Ciau,

"dalam perjalanan menuju ke Hou-loan-san ini, aku pernah ketemu seorang tokoh aneh. Dia ada mengajarkan ilmu samadi dengan menyungging sumbelkan jalan darah dan urat nadi. Kini aku tidak keracunan, apakah mungkin ada sangkut pautnya dengan ilmu yang kupelajari itu?"

"O, ada kejadian itu?" Hong-lay-mo-li keheranan, "siapakah tokoh kosen itu?"

"Aku juga tidak tahu siapakah nama dan she ciangpwe itu, tokoh macam apa pula?"

"Lalu kenapa dia mau turunkan ilmu mujijat itu kepada kau?"

"Apa ilmu mujijat?" seru Khing Ciau kaget,

"waktu dia suruh aku mempelajari ilmu ini dia bilang untuk mengobati luka2ku."

"llmu cara menyungsang sumbelkan jalan darah dan urat nadi sudah lama putus turunan, konon ilmu ini diciptakan oleh seorang padri dari se-ek yang sejajar pada jaman Tatmo Cosu dulu, belakangan menjadi ilmu tunggal yang dirahasiakan oleh aliran Mo ciong di Tibet, sejak permulaan dynasti Tong sudah menghilang dan tak pernah dipelajari manusia, Walau ilmu ini bukan Iwekang aliran murni tapi karena dia menyungging sumbel urat nadi, latihannya justru berlawanan dengan ilmu Iwekang umumnya, oleh karena itu jauh bermanfaat untuk memunahkan tutukan nadi menawarkan racun, cara bagaimana tokoh aneh ini mengajarkan ilmu ini kepadamu?"

"Hari itu aku dan Long-giok menempuh perjalanan tanpa mengingat lelah sehingga malamnya kehilangan tempat menginap. karena jauh dari pedusunan, terpaksa kita menginap dibawah pohon dalam hutan, Malam itu bulan purnama, rasa kantuk kita hilang, Long-giok terlalu iseng lalu latihan sip-hun-kiam-hoat, selanjutnya dia minta aku menunjukan Tay-yan-pat-sek kepadanya.

Aku lantas latihan sekali, baru saja aku menyelesaikan latihanku, sekonyong2 terdengar suara melengking aneh seperti suara orang banci berkata: "Kau pernah apa dengan keluarga siang?" tahu2 dihadapanku muncul seorang kakek bungkuk yang buruk rupa, entah kapan dia datang."

siang Ceng-hong bersuara heran kaget, katanya:

" orang itu pasti sin-tho Thay Bi. Dia kan seorang jahat yang kejam, mana mungkin mengajarkan ilmu ini kepadamu."

"Adik Ceng-hong," ujar Hong-lay-mo-li heran, "kau juga kenal sin-tho Thay Bi?"

"Dia kan teman ayahku, waktu aku masih kecil, dia pernah ke siang- keh-po beberapa kali, Kalau ayahku dimaki orang sebagai gembong iblis, sebaliknya beliau mengatakan Thay Bi ini orang jahat, kuduga sibungkuk ini pasti jauh lebih jahat dari ayahku."

"Tapi bukan si Bungkuk ini yang menolongku." ujar Khing ciau,

"malah si Bungkuk ini hendak membunuhku, Yang mengajar ilmu ada seorang lain."

"Memangaya siapa dia?" tanya siang Ceng-hong. "sudah tentu dengan munculnya si Bungkuk secara

mendadak membuatku kaget setengah mati, tanpa pikir aku

lantas menjawab: "Aku bukan keluarga siang." - dia bertanya pula: "LaIu pernah apa kau dengan keluarga siang?" - Kujawab: "Tiada sangkut paut apa2".

sampai disini tiba2 merah mukanya, dia merasa malu terhadap siang Ceng-hong. "Ai, karena jawabanmu ini, pasti dia lantas tahu akan asal usulmu," demikian ujar Ceng-hong.

"Benar, setelah mendengar jawabanku, si Bungkuk ini lantas menyeringai katanya:

"Kau pasti bocah she Khing yang dikatakan Kongsun Ki itulah." tanpa menunggu aku bersuara pula,, tiba2 dia memukul kepadaku Waktu aku angkat tangan menangkis, tahu2 angin dingin laksana anak panah yang menembus badan meresap ketulang merangsang keseluruh badan sehingga aku gemetar kedinginan, kontan aku jatuh semaput" siang Ceng-hong berteriak kaget, tanyanya cepat:

"Bagaimana akhirnya?"

"Aku sendiri sudah tak sadar, waktu aku siuman, si bungkuk itu sudah hilang, kudapatkan seorang tua yang bersikap ramah dan welas asih berjubah hijau ada di sampingku."

semakin heran dan tak mengerti siang Ceng-hong, katanya: "Kakek tua berjubah hijau yang welas- asih, oya, apakah

Ceng-Iing-cu masih hidup dalam dunia ini?"

"Siapa pula Ceng-ling-cu itu?" tanya Hong- lay- mo- li "Beliau adalah seorang teman ayahku juga, Tapi aku sendiri

tidak pernah melihatnya. semasa hidupnya ayah sering menyinggung dia, kabarnya waktu pertama kali ayah meyakinkan kedua ilmu beracun itu, dia pernah membujuk supaya ayah membatalkan niatnya, namun ayah tidak terima bujukannya, belakangan dia lantas tak mau datang kerumahku, setelah ayah Jau-hwe-jip-mo baru menyesal tidak mau terima nasehatmu dulu."

"Dari penuturan Long-giok katanya dikala aku jatuh pingsan, dia hendak membawaku pergi, kebetulan kakek tua jubah hijau muncul. Agaknya si Bungkuk ini amat takut tarhadapnya, begitu melihat dia segera angkat langkah seribu. Kakek jubah hijau inilah yang menolongku" demikian tutur Khing ciau lebih lanjut.

"Katanya aku terkena racun dingin, namun dia bisa ajarkan ilmu samadi untuk mengusir hawa dingin dan melindungi jiwaku, sungguh sedikitpun aku tidak tahu bahwa yang kupelajari ini adalah ilmu mujijat, kalau tidak masa aku berani menerima ajarannya. Waktu kutanya nama dan shenya, dia tidak mau katakan, malah dia sudah tahu keadaanku, sebelum pergi dia mengatakan beberapa patah yang tidak kumengerti, katanya:

"Aku tahu kau hendak pergi ke siang- keh-po, setelah berhadapan dengan orang yang hendak kau temui, kau akan tahu siapa aku ini, ilmu menyungsang urat nadi yang kuajarkan kepadamu ini, kelak mungkin masih ada manfaatnya kau harus mempelajarinya baik2." hendak kutanya apa manfaatnya, namun setelah berpesan beberapa patah kata, tahu2 bayangannya sudah menghilang entah ke- mana."

Kembali siang Ceng-hong bersuara heran mendengar cerita Khing ciau, katanya:

"Lo-cianpwe ini memang luar biasa, apakah dia sudah menduga akan peristiwa yang bakal terjadi hari ini?"

semula Khing ciau masih bingung tak tahu apa arti perkataan siang Ceng-hong, namun lekas sekali dia sudah maklum katanya:

"Sebetulnya cara untuk menyungsang urat nadi ini juga amat gampang, aku ada melukis sebuah gambar penjelasannya, Ceng-hong-cici, boleh kau melihatnya. Kalau cara ini dapat memunahkan racun Hoa-hiat-to, tentunya amat berguna bagi kau."

Siang Ceng-hong menerima dan memeriksa sebentar, seketika matanya bersinar muka berseru senangnya bukan main. Maklumlah walau dia tidak pernah meyakinkan kedua ilmu beracun itu, namun seluk beluknya cukup dia ketahui, bahaya yang tidak bisa dikendalikan oleh sang ayah waktu mengalami Jau hwe-jip-mo dulu, juga sudah dia ketahui, ilmu menyungsang urat nadi yang dilatih secara semadi ini, agaknya dapat membantu dirinya meyakinkan ilmu beracun itu tanpa kuatir mengalami Jau-hwe-jip-mo lagi.

Dengan berlinang air mata siang Ceng-hong berkata: "Khing-toako, kau sudi menengok aku kini memberi hadiah

sebenar ini pula, tak terhingga rasa terima kasihku."

Khing ciau tertawa, katanya

"Budi yang kuterima dari kau jauh lebih besar, aku kan hanya menyampaikan peran orang saja."

siang Ceng-hong pandang sekali lagi kepada Khing ciau, katanya dengan menyeka air mata:

"Ciau-ko, aku masih ada sebuah permintaan kepada mu." "Coba katakan." sahut Khing ciau

"apapun tugas yang kau serahkan pasti kulaksanakan."

"Bukan tugas berat dan menyusahkan." ujar siang Ceng- hong tertawa,

"Setelah bocah ini berusia 18, kuminta kalian datang menengok kami ibu beranak, aku ingin bocah ini kelak mengangkatmu sebagai guru, ditilik arti kataknya ini dia mau mengatakan sebelum bocah ini berumur 2 tahun, lebih baik Khing ciau dan cin Long giok tak usah bertemu dengan dirinya.

MakIum selama 18 tahun ini tentu Khing ciau berdua sudah menikah dan punya anak. Kalau anaknya mengangkat Khing ciau menjadi guru, kelak tentu anaknya tidak sampai menyeleweng mengikuti jejak ayahnya. " Usia ku muda pengalaman cetek kepandaian rendahi bagaimana bisa menerima murid?"

ujar Khing ciau ragu2.

Hong-lay-mo-li tertawa selanya:

"sepuluh tahun yang akan datang, kau pasti sudah menjadi Tayhiap besar yang kenamaan, kenapa tidak boleh menerima murid? Kau sudah mempelajari ilmu dari keluarga siang, dan saat manalah tiba kesempatanmu untuk membalas budi ini.

Kukira putusan ini akan menguntungkan bagi kedua pihak" Apa boleh buat terpaksa Khing ciau menerima.

sudah tentu siang Ceng-hong amat senang, kata-nya.

" Khing toako, mendapat janjimu, aku ibu beranak amat berterima kasihi Apakah nona cin sudah datang."

"Dia menunggu aku diluar."

"Apa yang ingin kuperbincangkan dengan kau sudah tiada lagi, urusan disinipun boleh dianggap selesai, lekaslah kau keluar supaya nona Cin tidak menunggumu dengan gelisah."

"Baik 2 tahun yang akan datang aku akan datang ke Kong- bing-si menjenguk kalian."

Entah terhibur, duka atau lega perasaan siang ceng-hong mengantar punggung Khing ciau yang beranjak keluar, segala budi dendam, derita selama setengah hidup ini se-akan2 sudah lenyap hanya dalam waktu sekejap ini, semuanya turut luntur dan sirna mengikuti pandangan sorot matanya itu.

setelah Khing Ciau pergi, Hong-lay-mo-li maju menggenggam tangan siang Ceng-hong katanya:

"Adik Ceng-hong, sekarang kau sudah bebas dari segala belenggu dan ikatan, selanjutnya tak perlu kau berduka lagi. Aku ngin memberi tanda mata kepada anakmu ini, sebetulnya barang ini adalah milik kalian juga," lalu dikeluarkan sempritan tanduk badak hitam itu.

"Siang-kehip sementara biarlah dijaga dan diatur oleh siang-keh-su-Io, setelah anak ini tumbuh dewasa boleh kalian kembali kekampung halaman."

Berlinang air mata siang Ceng-hong, katanya:

"Hari ini aku bisa menuntut balas, jikalau cici tahu dialam baka tentunya bisa istirahat dengan tentram dan me-ram, Liu- cici, kalian bantu aku merebut kembali siang- keh-po, biar kini aku wakilkan Giok mengucapkan terima kasih kepadamu." seperti diketahui putranya ini dia beri nama "siang Giok".

-ooo00000ooo-

setelah Jau-hwe-jip-mo Kongaun Ki kumat, panas dingin merangsang badannya, deritanya setengah mati, betapapun dia mengeraskan kepala, tak urung akhirnya tak tahan dan mengeluarkan rintihan. siang Ceng-hong merasa senang dan mual serta jijik, katanya mengerut kening:

"Liu cici tolong kau bantu aku membuangnya keluar, aku tidak senang mendengar suaranya"

Dengan me-rintih2 Kongsun Ki berkata:

"Sumoay, pandanglah muka ayah, berbuatlah baik, tusuklah aku biar mati,"

"Bagaimana adik Ceng?" Hong-lay-mo-li tidak tega turun mangan.

"Dia bikin aku begini menderita, tak bisa aku memberi keuntungan kepadanya, Liu-cici tolong kau panggil sulo kemari, biar bangsat ini disekap dipenjara air, sedikitnya aku akan siksa dia tiga bulan lagi."

Kongsun Ki menyeringai sambil menahan sakit makinya: "Perempuan jalang, kejam amat hatimu, tapi keinginanmu takkan terlaksana,"

"Kau sudah bikin aku begini rupa, kini kau masih punya kepandaian apa pula untuk lolos dari siksaanku?"

tiba2 terdengar oleh Hong-lay-mo-li diluar ada suara, bentaknya:

"Siapa diluar?" dia kira orang- siang- keh-po yang mendatangi hendak menolong majikan mereka, maka dia tidak terlalu menaruh perhatian lebih lanjut.

Pada saat itu, dari luar jendela tahu2 melayang masuk seutas tali panjang tepat sekali men-jirat badan Kongsun Ki terus disendai dan ditarik keluar, perubahan terjadi mendadak dan cepat sekali, tujuan Hong-lay-mo-li melindungi siang Ceng-hong, gerakan orang diluar jendela agaknya terlatih sekali menggunakan tali laso begitu Hong-lay-mo-li sadar apa yang telah terjadi, Kongsun Ki sudah tertolong keluar.

siang ceng-hong berteriak:

"cici, lekas kejar, tak usah hiraukan aku."

pada saat itu cuIa terdengar langkah ramai mendatangi berbareng suara siang-keh-su-Io berteriak bersama:

"Jisiocia, kau tidak apa2 bukan?"

Tanpa banyak pikir lagi dengan mengobat abitkan kebutnya sementara pedang menggunakan Ya-oan-pat-hong, dengan pedang dan badan bersatu padu Hong-lay-mo-li menerjang keluar jendela, ingin dia tahu siapa yang menggondol Kongsun Ki. Tak nyana baru saja badannya menerobos keluar, se- konyong2 segulung tenaga dahsyat menindih turun kearahnya orang yang menyergapnya ini kiranya seorang jago kosen.

untung Hong-lay-mo-li memang sudah siaga, dengan menaburkan benang kebutnya dia punahkan separo tenaga raksasa yang menyerang dirinya, berbareng jurus pedang yang dia mainkanpun berkembang melindungi badan sekaligus balas menyerang sehingga membokong ini dapat dipukul mundur.

Namun demikian tak urung Hong-lay-mo-ij harus bersalto dua kali ditengah udara baru bisa hinggap ditanah.

Tapi sebelum Hong-lay-mo-li berdiri tegak pembokong itu sudah lontarkan pukulannya pula malah gelak2 lagi:

"Bagus, keponakanku, kalau bisa ampuni orang biarlah jiwanya hidup, apalagi Kongsun Ki kan suhengmu."

Bersamaan dengan itu tampak seorang Bungkuk yang berperawakan tinggi besar menggendong Kongsun Ki bergegas lompat turun kebawah loteng dan tiba ditengah taman, Dari kejauhan si Bungkuk ini tertawa lantang serunya:

"Ada aku disini, mana keinginan kalian bisa terIaksana?"

Kiranya yang melaso Kongsun Ki dengan tali panjang tadi adalah si Bungkuk Thay Bi, sedang pembokong yang menyergap Hong-lay-mo-li diluar jendela adalah Liu ,Goan-ka.

Liu Goan-ka adalah pembunuh ibunya, malah kini pengkhianat bangsa yang menjual negara, dosa kejahatannya tidak dibawah Kongsun Ki, keruan terbakar amarah Hong-lay- mo-li, bentaknya:

"siapa sudi jadi keponakanmu, ayah dapat mengampuni kau, akulah yang akan merengut jiwamu."

dengan jurus Loan-in-hwi-toh (mega serabutan beterbangan) salah satu tipu dari ilmu kebutnya yang lihay dia punahkan pukulan Liu ,Goan-ka, berbareng pedang ditangan kanan melancarkan Yo-hun kiam-hoat dengan tipu Tun-in-ka- can (mega semi baru berkembang) sinar pedang bagai rantai menusuk ko Jian-kihiat Liu ,Goan-ka.

Liu ,Goan-ka gelak2, ujarnya: "Kalau begitu kita kan satu keluarga, aku sih tidak ingin membunuh kau, tapi kau takkan mampu membunuhku"

sembari bicara diri lancarkan Bian-ciang dan ca n- liong- ciu, semua serangan ilmu kebut dan ilmu pedang Hong-lay- mo-li dia punahkan seluruhnya.

Hong-lay-mo-li bersuit panjang dan melengking nyaring, dia memanggil siau-go-kian-kun untuk membantu. Baru saja sultannya kumandang, lantas terdengar gelak tawa siau-go- kian-kun, serunya:

"Bagus, kau bangsat tua ini hendak mengiringi Kongsun Ki masuk liang kubur, biar aku bereskan sekalian. coba kemana kau bisa lari?"

kiranya sebelum mendengar suitan Hong-lay-mo-li, siau-go- kian-kun sudah memergoki si Bungkuk Thay Bi.

Dan lagi dia sudah tahu bila Kongsun Ki sudah kehilangan kepandaian silat, cuma tidak tahu kalau Kongsun Ki sudah Jau-hwe-jip-mo.

Mendengar siau-go-kian-kun pergi mencegat musuhi legalah hati Hong-lay-mo-li, kini dia tumplek semua perhatian menghadapi Liu Goan-ka, kebut dan pedang bekerja dengan dahsyat kebut melindungi badan sementara pedang bergerak menurut ajaran ayahnya, yaitu Keng sin-kiam-hoat, ilmu pedang ini dirubah dan diciptakan menurut ilmu tutuk tingkat tinggi yang tiada taranya, dengan pedang menggantikan jari, maka jurus tipunya jauh lebih ganas dan dan lihay.

Kebetulan rangkaian ilmu pedang ini merupakan serangan mematikan bagi perlawanan Liu ,Goan-ka. Bercekat hati Liu Goan-ka, tak terkira olehnya selama setengah tahun ini setelah mendapati gemblengan ayahnya Hong-lay-mo-li sudah maju sedemikian jauh. Tapi betapapun latihan Liu Goan-ka lebih ulet Lwe-kangnyapun tinggi walau permainan silatnya bukan tandingan lawan, tapi Hong-lay-mo-li tidak gampang untuk merobohkan dia. Tapi Liu Goan-ka tidak yakin bisa mengalahkan lawan apa lagi tujuannya kemari hanya hendak menculik Kongsun Ki, kini tujuan sudah tercapai, sudah tentu Liu Goan-ka tidak mau buang tenaga, maka dengan Bian-ciang beruntung dia pukul Hong-lay-mo-li mundur-serunya:

" orang sendiri kenapa harus berkelahi?"

tahu2 badannya menjungkir balik kebelakang, gerakannya seperti panah melesat, sebelum serangan pedang Hong-lay- mo-li sempat dilancarkan dia sudah lompat turun kebawah loteng.

Dengan kencang Hong-lay-mo-li mengejar turun, namun Liu Goan-ka menginjak tanah lebih dulu, begitu membalik dia lontarkan Bik-khong-ciang. "pletak" lankan yang terbuat dari kayu keras itu dihantamnya berantakan, celaka adalah pada lankan ini ada dipasang alat2 rahasia, begitu lankan putus panah seketika berhamburan.

setelah melontarkan pukulan Liu Goan-ka lantas angkat langkah seribu, sebaliknya badan Hong-lay-mo-li masih terapung diudara, terpaksa dia obat abitkan kebut dan memutar pedang menyapu rontak anak2 panah.

Begitu dia turun ke tanah sementara Liu ,Goan-ka sudah lari sekitar puluhan tombak jauhnya.

Kebetulan dari arah depan ada suitan panjang pula, suaranya kumandang tinggi laksana pekik naga. suitan ini jelas dilandasi hawa murni yang kokoh dan tinggi, betapa tinggi Iwekang orang ini agaknya masih lebih unggul dari siau- go-kian-kun, Kontan Liu Goan-ka kaget, waktu dia berpaling dilihatnya yang mendatangi adalah Kaypang pangcu Bu su- tun. orang mendatangi bersama calon istrinya Hun Ji yan.

Liu ,Goan-ka cerdik dan licik serta licin, tahu2 dia memukul kepada Hun Ji yan. Begitu pukulannya dilontarkan sayup- seperti diselingi suara guntur. Lekas Bu su-tun menyelinap maju kedepan Hun Ji yan, kedua tangan dia dorong lempang, "Pyaarrr." kekuatan kedua pihak setanding tiada sepihak yang beruntung namun demikian Hun Ji yan terdorong juga sempoyongan akibat tenaga benturan dahsyat ini.

Lekas Bu su-tun memayangnya, Hun Ji yan berkata: "Aku tak apa2, lekas kejar dia."

namun Liu toa ka sudah lari 2-an tombaki kekang Bu su-tun memang lebih unggul, namun Ginkangnya jauh ketinggalan meski dia sudah kerahkan setaker tenaga mengejar, Liu

,Goan-ka tetap tak bisa dia candak.

untung dari arah lain Hong-lay-mo-li keburu datang, serunya:

"Bu-pangcu, tolong kau bantu Kok-ham bekuk Bungkuk keparat itu, Kongsun Ki sudah Jau-hwe-jip-nio, si bungkuk itu hendak menculiknya, Lekas kau cegat dia."

Tatkala itu siau-go-kian-kun sudah memburu tiba dibela kang Thay Bi karena menggendong satu orang, sudah tentu Ginkangnya menjadi terpengaruhi setelah melihat ituasi yang dihadapi sambil mengakan Bu su-tun segera putar badan mengejar kearah Thay Bi.

Mulut bicara namun kaki Hong-lay-mo-li tidak menjadi kendor, dengan kencang dia mengudak Liu Goan-ka, jarak mereka semakin dekat. Kebetulan mereka melompati sebuah gunungan, tiba2 dia pukul membalik bikin sebongkah batu besar dipucuk gunungan itu mencelat menindih ke arah Hong lay-mo-li.

sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak gampang tertindih, sebat sekali dia menyingkir sehingga batu ini melayang dari sampingnya. Namun karena sedikit hambatan ini jarak Liu Goan-ka semakin jauh, cepat sekali orang sudah lompat ke atas tembok dan lolos dari lingkungan siang-keh-po.

Ginkang Hong-lay-mo-li lebih unggul dari Busu-tun,juga unggul dari Liu Goan-ka, tapijuga hanya setingkat lebih tinggi, Tenaga Liu Goan-ka lebih kuat dan tahan lama, kalau kejar mengejar ini berlangsung sampai puluhan li, jelas Hong-lay- mo-li tidak akan bisa menyandaknya.

Yakin dirinya tidak akan bisa menyandak orang, apa lagi belum tentu bisa mengalahkan orang, terpaksa dia telan rasa penasarannya putar balik mengejar kearah si Bungkuk.

Melihat siau-go-kian-kun mengejar datang Thay Bi angkat jarinya menutuki sejalur angin dingin seketika menerjang. siau-go-kian-kun gelak2, ejeknya:

"Hian im-cimu dapat mengapakan aku?" - sekali kipasnya mengebas dan menyampuki terdengar angin menderu, dua kekuatan angin saling bentur dan bergolaki tiada satu pihak yang dilukai.

sebat sekali siau-go-kian-kun menyelinap maju, kipasnya terkatup menutuk Ci teng-hiat dipunggung Thay Bi. Terpaksa Thay Bi merubah tutukan jari menjadi pukulan telapak tangan, terus mencengkram, kali ini dia kerahkan Tay-lik-eng-jiau- kang, sekali raup dia kena-pegang kipas siau-go-kian-kun.

Beberapa kali pernah bentrok dengan siau- go- kian- kun, Thay Bi yakin Iwekangnya masih lebih unggul maka dia berani menangkap kipas siau- go- kian- kun dengan Tay-lik.-eng-jiau- kang, tak nyana baru saja dia gelak2 kegirangan, tahu2 suara gelak tawanya berubah menjadi jeritan kaget, kiranya jar2 tangannya tiba2 seperti menyentuh aliran stroom tegangan tinggi, lekas dia lepas tangan terus melompat kebelakang beberapa tombaki

Kiranya sejak mendapat petunjuk Liu Goan-cong dan Kongsun In, dua maha guru silat dia berhasil meng kombinasikan tiga ajaran Iwekang tingkat tinggi termasuk warisan keluarganya, Iwekangnya sudah maju berlipat ganda, demikian juga gerakan tutukan Hiat-to yang dia mainkan adalah Keng-sin-ci-hoat ajaran Liu Goan cong yang tiada bandingannya, begitu kipasnya tertangkap Thay Bi sekaligus dia dorong dan tutuk Lau-kiong-lnat ditengah telapak tangan Thay Bi. Walau Thay Bi pandai menggunakan ilmu menutup Hiat-to, tak kuat juga dia menahannya.

Bagaimana juga Iwekang Thay Bi memang sudah teramat ampuh, walau jari2 tangannya terpaksa harus melepaskan pegangannya beruntung tutukan siau- go- kian- kun tidak tidak sampai melukai urat nadinya, dengan mengerahkan tenaga dalamnya, cepat sekali dia sudah bisa punahkan tutukan yang meng hambat saluran pernapasan dan hawa murninya. Ternyata dia masih bebas berlompatan dengan enteng dan gesit.

"Lari kemana?" siau- go- kian- kun membentak seraya mengejar dengan ketat.

Hanya dua jurus dia bergebrak dengan siau-go kian- kun, namun sedikit hambatan ini, memberi kesempatan kepada Bu su-tun untuk memburu tiba dari arah depannya, Bu su-tunpun memapak dengan hardikan keras:

"Lari kemana?" belum orangnya tiba dari kejauhan dia sudah lontarkan pukulan lebih dulu, pukulannya malah bagai gugur gunung menerpa kearah

Thay Bi.

Thay Bi cukup licin menghindarkan diri dari bentrokan secara berhadapan, dia ayun tangan sehingga pukulan beradu ditengah jalan mengeluarkan deru angin yang membumbung tinggi keudara, dengan badan sedikit limbung Thay Bi lompat menyingkir setombak diam2 hatinya mencelos.

Kiranya Kim-kong ciang Bu su-tun memang teramat dahsyat, kalau tadi dia melawan secara berhadapan, mungkin dirinya sudah tergentak luka parah.

Pukulan susulan Bu su-tun dilontarkan Thay Bi sempat menyelinap kebelakang batu besar, batu besar inilah yang menjadi hancur lebur. Dasar licik sebelum hamburan debu dan pecahan batu mereda Thay Bi menjentik beberapa kali melontarkan tiga gelombang tenaga tutukan dingin jarinya.

Kebetulan Bu su-tun baru melompat, tak terduga lagi, tersipu2 dia masih sempat melindungi bagian atas, tahu2 Hoan-tiau-hiat dilututnya seperti disusup sejalur hawa dingin menembus keka kiknya. seketika badannya anjlok turun, cepat sekali Thay Bi sudah lari puluhan tombak pula bebas dari jangkauan pukulan jarak jauh Bu su-tun.

Untuk sementara Bu su-tun harus kerahkan tenaga untuk mengusir hawa dingin yang menyusup ke lututnya, karena itu dia tidak bisa mengejar musuh.

Tapi siau- go- kian- kun kembali berhasil menyandaknya, betapapun Ginkang Thay Bi terpengaruh karena dia harus menggendong satu orang, beberapa jurus dia berhasil punahkan serangan siau- go- kian- kun. Bu su-tun sudah memburu tiba pula, bentaknya:

"Bangsat tua, lihat pukulanku, hari ini harus dibereskan siapa lebih unggul."

Thay Bi tertawa dingin, jengeknya:

" Kalian keroyokan, terhitung orang gagah macam apa?

Apalagi aku menggendong orang."

Pukulan Bu su-tun belum dilancarkan, tantangnya:

"Turunkan Kongsun Ki, aku melawanmu seorang diri" "Kau ngumong seenak udelmu, mana boleh aku serahkan

teman baikku kepada kalian?" demikian ejek Thay Bi.

Tatkala itu Hong-lay mo-li sudah mengusir Liu toa ki dari siang-keh-po, waktu dia putar balik kebetulan mencegat Thay Bi yang malang melarikan diri, Bersama Hoa dan Bu mereka jadi mengepung segitiga. Hong lay- mo-li berseru lantang: "Hari ini kita menangkap pengkhianat bangsa yang menjual negara, terhadap bangsat durhaka buat apa bicara soal peraturan segala."

"Benar" ujar Bu su-tun sadar

"bangsat tua ini hendak membawa Kongsun Ki. jangan kita melepasnya pergi." berbareng sebelah tangannya bergerak melingkar, dimana kekuatan pukulannya menerjang, Thay Bi tersurut mundur beberapa langkah, sekuat mungkin dia berusaha punahkan pukulan lawan. "plak" tak urung pundaknya keaa diketuk oleh kipas siau- go- kian- kun. Walau ilmu pelindung badannya lihay, tak urung sakitnya bukan buatan.

Dengan memutar pedang laksana sekuntum kembang bercahaya Hong-lay-mo-li membelah pedangnya terus menusuk kedatangan lawan, Kebetulan Thay Bi baru saja berhari menyampuk pergi pedang orang dengan Bik-khong- ciang. Hoa dan Bu tahu2 sudah merangsak tiba dari dua samping dia tetap terkepung dari arah segi tiga.

Mau tak mau bergidik bulu kuduk Thay Bi, dia insaf dirinya hari ini terancam bahaya hanya karena memburu keserakahan hatinya hendak menculik Kongsun Ki. pedang Hong-lay-mo-li berputar laksana anginpuyu, demikian pula kipas siau- go- kian- kun bergerak cepat menutuk Hiat-to, dalam beberapa gebrak saja, Thay Bi sudah dibuat mencak2 seperti joget kera, untung melihat kedua kawannya sudah mengurung lawan, pukulan Bu su-tun tidak dikerahkan seluruhnya kalau tidak Thay Bi tentu takkan tahan selama ini.

Thay Bi benar- mengeluh dalam hati, tahu2 kipas siau- go- kian kun sudah menutuk datang mengincar Thay-yang-hiat- dipelipisnya. Thay Bi baru saja mematahkan serangan padang Hong-lay-mo-li, jelas takkan sempat menangkis atau meluputkan diri lagi. Thay-yang-hiat merupakan jalan darah yang mematikan, dengan kekuatan Iwekang siau- go- kian- kun lagi, pasti jiwa Thay Bi tidak akan tertolong lagi.

Tak nyana pada detik2 yang menentukan pada serangan yang hampir merenggut nyawa Thay Bi, tiba2 sesosok bayangan hijau berkelebat, segulung tenaga berbareng menerjang pergi kipas siau-go-kian-kun.

Mendadak seorang kakek jubah hijau mumcul, "Tring" pedang Hong lay-mo-li kena di jentiknya pergi juga.

Bu su-tun kaget sekeili, cepat dia lontarkan pukulan menghantam kearah kakek jubah hijau, kakek jubah hijau sendal lengan bajunya seraya berseru memuji:

"Kim-kong-ciang dari Kaypang memang tak bernama kosong."

tapi kalau kakek tua ini hanya tergeliat sedikit, sebaliknya Bu Su-tun tertolak mundur tiga langkah.Jelas Iwekang kakek tua jubah hijau setingkat lebih unggul.

"Thay Bi," ujar kakek tua jubah hijau,

"kau tidak mendengar nasehatku, kini sudah menyesal belum? Aku hanya bisa menolongmu sekali saja, lekas pergi."

Thay Bi mengiakan katanya:

"Terima kasih Ceng-ling suheng."

Karena dihadang kakek jubah hijau ini, siau- go- kian- kun tak mampu menerjang kesana, Cepat sekali Thay Bi menggendong Kongsun Ki lompat keatas tembok terus lari keluar.

Keruan siau- go- kian- kun gusar, damratnya:

"Bagus, peduli kau ini siapa, karena kau melepas bangsat itu pergi, maka kau harus bertanggung jawab." kipas terkatup dia menyelinap maju seraya menyerang dari dekat.

Tadid ia sudah menjajal sekali, tahu lawan adalah Bulim cianpwe yang pasti mempunyai kedudukan tinggi, maka serangan susulan yang ber-tubi2 dilancarkan dengan penuh semangat, boleh dikata dia sudah kembangkan seluruh perbendaharaan ilmu silatnya.

Dengan dilandasi Iwekang ajaran Kongsun ln, kipas ditangannya itu memainkan Keng-sin-ci hoat yang tiada taranya, sekaligus dia lancarkan gabungan tiga aliran ilmu silat maha sakti pada jaman ini, sekilas kakek jubah hijau itu melengak heran, dia cukup mengebut dan menyendal dengan lengan jubahnya yang bergerak selincah dan selihay ular sakti, tahu2 kipas siau- go- kian- kun kena ditindihnya.

Yang terang kekuatan Iwekangnya setingkat lebih tinggi dari siau go- kian- kun, kontan kipasnya itu seperti ditindih batu besar ribuan kati, tiga macam ilmu kebanggaannya seketika tak mampu dikembangkan.

Terpaksa dia himpun meluruh tenaganya pada batang kipas, menggentak lepas gubalan lengan baju lawan yang tergetar melambung seperti dihembus angin badai.

" Kepandaian hebat." Bu su-tun berseru memuji, "aku mohon petunjuk sejurus lagi."

telapak tangannya memukul berbareng dengan serangan kipas siau-go kian-kun yang dia lancarkan adalah jurus tunggal yang terlihay dari Kim-kong-ciang ajaran Kaypang, yaitu Liong-bian-sam-koh-long (tiga kali menabuh ombak di pintu naga), tiga gelombang kekuatan raksasa melanda laksana amukan gelombang samudra raya, gelombang kedua lebih hebat dari gelombang pertama, demikian pula gelombang ketiga lebih dahsyat lagi dari gelombang kedua. Kembali kakek jubah hijau bersuara heran, terpaksa dia gunakan telapak tangan kiri untuk memapak jurus Liong-bun- sam-koh-long ini kali ini karena dia harus pecah perhatian dan membagi tenaga untuk melayani dua sasaran, maka dia hanya mampu memunahkan dua gelombang terdahulu, duki duki duk dia tergetar mundur tiga tindak.

Terlepas dari tindihan lengan baju lawan sebat sekali Siau- go kian-kun merangsak maju, kipasnya mengincar Toa cu2hiat dipunggung si kakek perubahan jurus tutukkan ini mengandung gerakan yang beragam variasinya, jikalau musuh melawan dengan membalikan telapak tangan, sekaligus kipas ini bisa beralih sasaran menutuk Ke It hiat, Yang-kok-hiat dan Lau-kiong-hiat.

Apalagi langkah kakek tua belum tegaki umpama dia mampu menangkis terang dia akan terdesak dibawah angin, Apalagi kalau Bu su-tun susuli dengan sekali pukul lagi, terang kakek jubah hijau ini takkan kuat melawan.

sebetulnya Hong-lay-mo-li mengadang didepan kakek itu, dengan kebut melindungi badan, diapun tengah melancarkan sejurus Keng-sin-kiam-hoat, dengan ujung pedang menusuk Hiat-to.

Soal Iwekang memang tidak setang uh tutukan kipas Siau- go-kian-kun, namun keganasan perubahan serangannya jauh lebih hebat, karena sejurus serangan sekaligus dia incar sembilan Hiat-to dibadan si kakek.

Keruan bukan main kaget kakek jubah hijau, kembali dia bersuara heran, batinnya:

"2 tahun aku tidak turun gunung, tak nyana dalam Bulim sudah bermunculan generasi muda yang begini lihay kepandaiannya."

baru saja dia hendak menyerempet bahaya menjentik pedang Hong-lay-mo-li dengan Tam-c2sin-thong, tahu2 Hong- lay-mo-li menggeser kesamping, pedangnya bukan menusuk si kakek tahu2 malah menyamber lewat disamping dan "Tang" dia tangkis kipas siau-go-kian-kun, malah serunya:

"Ko ki ham. jangan kurang ajar terhadap Ceng-ling cianpwe" dengan melongo kaget lekas siau-go-kian-kun tarik kipas, Pukulan ketiga Bu su-tun baru saja dilontarkan, maka si kakek cukup berkelebihan untuk menghadapinya, dengan mengebut lengan baju, dia punahkan dampara kekuatan pukulan Bu su-tun.

"Ceng-ling cianpwe," kata Hong-lay-mo-li.

"Maafkan keteledoran kita yang tidak tahu akan kesalahan dan kekurangg ajaran kami. Adik Ciau, lekas kemari"

Kiranya Hong-lay-mo-li mendengar Thay Bi memanggil kakek jubah hijau Ceng-ling- cu, maka dia tahu bahwa orang adalah penolong Khin-ciau, maka dia batal menyerang malah menangkis kipas siau-go-kian-kun.

Kalau tidak betapapun tinggi ilmu silat Ceng-ling- cu, jelas dia tidak akan kuat menghadapi keroyokan tiga lawan mudanya yang berkepandaian hebat.

Ceng-ling- cu menghela napas, ujarnya: "gelombang sungai dibela kang mendorong yang didepan, patah tumbuh hilang berganti sebetulnya Lohu lebih cocok menjadi orang gunung, kenapa aku sudi turun ke dunia ramai mencari kesulitan sendiri"

Bergegas Khing ciau lari mendatangi, serunya dari kejauhan "Ceng-ling cianpwe, kau menolong jiwa dan memberi

ajaran ilmu mujijat, harap tunggu sebentar, biar aku

menghaturkan terima kasih kepada- mu."

"Kau hanya kebetulan berjodoh untuk memperoleh rejeki ini, aku meminjam tanganmu untuk membayar hutang budiku kepada keturunan sahabat lama. Kau tak usah berterima kasih kepadaku, akupun tidak akan menerima hormatmu." mulut bicara namun kaki tidak berhenti, bayangan hijau hanya sekali berkelebat pada kata2 terakhir suaranya sudah kumandang dipuncak gunung.

"siapakah kakek jubah hijau ini?" tanya Bu su-tun tak mengerti,

"kenapa dia menolong Thay Bi, pernah menolong jiwa Khing-toako lagi?"

nanti berganti Khing Ciau tuturkan pengalamannya lalu ditambahkan oleh Hong-lay-mo-li menurut apa yang dia tahu dari penuturan siang Ceng-hong.

Tengah mereka bicara, orang- lama siang-keh-po-dan orang- gagah yang datang bantu sudah berdatangan memenuhi siang- keh-po. Maka malam itu mereka mengadakan pesta besar. Dalam pesta ini Hong-lay-mo-li mengumumkan bahwa siang-keh-po selanjutnya berada ditangan siang-keh-su-lo,18 tahun kemudian baru akan dikembalikan kepada siang ceng-hong ibu beranak.

Tak lupa Hong-lay-mo-lipun mengajak seluruh hadirin turut angkat senjata melawan infasi Mon-gol dan menjadikan siang- keh-po salah satu pusat pangkalannya, seluruh hadirin menyambut dengan tampik sorak dan tepuk tangan riuh.

setelah Hong- lay- mo-li memberikan sambutan pengarahan yang menjelaskan pula situasi waktu itu, tak lupa dia ajukan sarang yang berguna pula, Akhirnya Bu su-tun angkat bicara:

"Murid Kaypang tersebar luas diseluruh pelosok dunia, kita siap menjadi kurir atau penghubung bagi seluruh gerakan untuk membela tanah leluhur."

Apa yang dihasilkan dalam perundingan besar malam ini sungguh diluar rencana dan tak terpikir serta tak terduga sebelumnya, namun hasilnya sungguh amat besar dibanding rapat- resmi yang pernah diadakan. Hari kedua seluruh orang- gagah berpencar pulang kepangkalan masing2, bekerja menurut rencana tanpa melupakan komando dari pusat. Bu su-tun bersama Hun-Ji- Yan menempuh perjalanan ke barat laut untuk menginspeksi semua cabang yang ada disana, tujuan terakhir hendak meminta bantuan dan mengharap He-tiang-lo sesepuh Kaypang satu2nya yang masih hidup turun gunung untuk membantu gerakan ini.

He-tiang-lo adalah sute siang kun-yang pejabat Pangcu yang terdahulu. Karena Bu su-tun menyinggung He-tiangIo, maka Hong-lay-mo-li teringat akan pengalaman masa lalu dimana dia pernah menolong muridnya Kiong Hou yang disergap Busu Kim dipadang rumput dulu. Katanya: "Apakah penyakit He-tianglo sudah sembuh? Kaypang adalah Pang terbesar di seluruh kolong langit, setelah menjadi Pangcu baru perlu kau menemui beliau mohon bantuannya untuk menyelesaikan tugas- berat dalam Pang kalian."

"Kabarnya He-tianglo sudah sembuh, Tiga Hiangcu yang berada dicabang Taytoh adalah murid beliau, Bicara soal pembantu diantara generasi muda tidak sedikit yang bisa kumanfaatkan tenaganya, Menurut rencanaku aku ingin gunakan tenaga He-tianglo untuk balik ke Taytoh bantu aku mengatur apa2 disana, Kurasa perlu kita menanam pion2 yang paling diandalkan didalam Taytoh."

Hong-lay-mo-li tertawa katanya:

"sebetulnya kau hendak menikah di Lamyang dengan Hun Ji-Yan cici, karena tugas dan perjalanan ini, pernikahan kalian harus tertunda sampai entah kapan lagi."

Watak Bu su-tun jujur terbuka dan lapang dada, katanya tertawa:

"Aku sih meniru cara kalian saja, kalian mendahulukan kepentingan umum baru menyelesaikan persoalan pribadi bukan? Aku sudah tahu pernikahan kalian tiga bulan lagi baru akan diadakan sekembali kita kebetulan bisa ikut pesta pula, setelah itu, baru kita akan undang kalian menjadi tamu agung pernikahan kami."

Hong-lay-mo-li ingat sesuatu, tanyanya:

"oh ya, aku belum tanya kepadamu, dimanakah tempat tinggal He-tianglo?"

"Dia tinggal di Thian-longnia dalam wilayah Ko-wan." sahut Bu su-tun. Hong-lay-mo-li senang, katanya:

"Bagus, kebetulan sekali." "Apanya yang kebetulan?"

"Jarak antara Thian-long-nia dengan Kong-bing-si hanya 5- 6 ratus li. siang Ceng-hong dan putranya hendak menetap di Kong-bing-si, ayah dan guruku berada disana, demikian pula Bu-lim-thian-kiau kakak beradik danJilian ceng-hun beramai bisa merawat dan membantunya mengayuh anak. Memangnya aku kuatir ditengah jalan mereka tiada yang mengantar dan mengawalnya, kalian hendak pergi ke Thia-long-nia, kebetulan kalian saja yang menjadi pengawal mereka."

"Memang aku ingin pergi ke Kong-bing-si untuk menghadap tiga maha guru silat jaman ini, sekaligus menengok keadaan Bu-lim-thian-kiau, entah penyakitnya sudah sembuh belum?"

"Karena ajakan say- ci-hong. Tang- hay- liong hendak ikut ke luar perbatasan bertamasya, kebetulan harus lewat Kong- bing-si juga, kalian berdua dengan mereka jadi empat orang mengantar siang Ceng-hong umpama kepergok lagi dengan hiu Goan-ka dan komplotan-nya, kukira cukup berkelebihan untuk melawannya."

setelah istirahat satu malam, roman muka siang ceng-hong kelihatan jauh lebih segar, Maklumlah sebagai perempuan yang mempunyai dasar silat tinggi, setelah bebas dari belenggu Kongsun Ki, perasaan hatinya sudah lega dan lapang. kini dia kuat turun ranjang berjalan sendiri Hong-lay-mo-li bantu membenahi segala keperluan siang- kehisu-lo sudah menyiapkan kereta besar yang ditarik empat ekor kuda.

Khing Ciau, Cin Long-giok dan lain2 ikut mengantar keberangkatan mereka, setelah siang Ceng-hong berpamitan kepada Hong-lay-mo-li dan lain2 hari itu juga kereta berangkat.

"Adik ciau," kata Hong-lay-mo-li setelah kereta siang Ceng- hong pergi jauhi

"Kau tidak ter-gesa2 pulang ke Kang lam bukan?"

"Aku sudah tidak punya ikatan tugas lagi dengan sin-toako (sin Gi-cik), Kini aku boleh bebas mau pergi kemana." sahut Khing Ciau,

Maka Hong-lay-mo-li, ajak mereka pulang ke pangkalannya untuk bantu meringankan tugasnya, san san tarik tangan cin Long-gioki katanya:

"cin-cici, aku ingin kumpul lebih lama dengan kau, marilah kau ikatjuga ke pangkalan kita."

Memangnya sudah beberapa bulan Hong-lay-mo-li meninggalkan pangkalannya, maka dia perlu buru2 kembali. Hari itu juga mereka meninggalkan siang-keh-po.

Bahwa siang-keh-po dapat direbut dan menolong siang ceng-hong dari cengkraman Kongsun Ki sudah tentu Hong-lay- moli amat senang apa lagi berhasil merundingkan daya upaya dan kerja sama dengan seluruh orang- gagah untuk membendung serbuan musuh dari luar, lebih girang pula hatinya.

Tapi lolosnya Kongsun Ki yang ditolong Thay Bi masih merupakan ganjelan hatinya juga, dikuatirkan bila dia akhirnya bisa menyembuhkan Jau hwe-jip-mo atas pertolongan Thay Bi dan Liu Goan-ka, hal ini akan merupakan ancaman bagi kaum persilatan umumnya. Apakah Kongsun Ki akhirnya dapat menyembuhkan diri dari bahaya jau hwe-jip-Mo? Marilah sekarang kita ikuti pengalaman dan nasibnya.

Atas bantuan Ceng-ling-cu yang menghadang siau- go- kian- kun bertiga, maka dengan leluasa Thay Bi melarikan diri dari Siang-keh-po, dengan langkah cepat dia terus berlatih menggendong Kongsun Ki sebelum matahari tenggelam diuruk barat, dia sudah lari tiga ratusan li dan tiba pada sebuah gunung.

Baru sekarang Thay Bi menghela napas lega dan memperlambat kakinya, tiba2 dia mencebur bibir bersuit panjang, cepat sekali daripuncak gunung segera dia mendapat sambutan suitan panjang pula, Menurut datangnya suara suitan Thay Bi panjat ke atas dan menemukan sebuah kuil, dilihatnya Liu Goan-ka sudah menunggu kedatangannya.

Kiranya sebelumnya mereka sudah berjanji untuk bertemu disini.

Liu ,Goan-ka segera menyapa:

"Tak kira Kongsun-siheng ketimpa bahaya Jau-hwe-jip-mo, namun dapat lolos dari tangan musuh boleh terhitung beruntung besar "

setelah disiksa kesakitan luar biasa sehari lamanya keadaan Kongsun Ki sudah payah sekali, ratap-nya merintih:

"Harap Liu-locianpwe suka menolong- ku."

Liu Goan^ka menghela napas, segera dia pegang urat nadi dipergelangan tangan Kongsun Ki. sebelah telapak tangan dia tempelkan dipunggung orang, dengan hawa murni sendiri dia coba salurkan tenaganya mengurut dan menembus jalan darah Kongsun Ki.

sejak meyakinkan kedua ilmu beracun, Iwekang Kongsun Ki sudah lebih tinggi dari Liu ,Goan-ka, celaka adalah aliran Iwekang mereka berbeda, maka saluran tenaga murni Liu ,Goan-ka selalu menghadapi rintangan keras dari getaran tenaga dalam Kongsun Ki.

Keringat gemerobyos membasahi sekujur badan kedua orang, Kongsun Ki lebih tersiksa. Lekas Liu Goan-ka tarik kedua tangannya.

"Bagaimana?" tanya Thay Bi.

" Kurasa sulit untuk menyembuhkan" sahut Liu ,Goan-ka Dengan menahan sakit Kongsun Ki bersuara gemetar: "Thay Bi Cianpwe, Apakah Ceng-ling cu cianpwe itu adalah

suhengmu?" Thay Bi mengiakan.

"Dia punya ilmu cara menyungsang urat nadi ilmu ini dapat menolong bahaya Jau-hwe-jip-mo yang kualami. Dapatkan cianpwe minta tolong kepadanya?" "Darimana kau bisa tahu?" tanya Thay Bi.

" Kudengar percakapan Khing Ciau dan Siang Ceng-hong, kukira hal ini tidak akan salah."

Karena buka mulut, tak tertahan Kongsun Ki merintih pula. tiba2 Liu ,Goan-ka menyela bicara:

"Kongsun-si-heng, biar kubantu mengurangi rasa sakit yang menyiksamu."

mendadak dia tangkap dua jari terus menutuk Hiat-to Kongsun Ki. Thay Bi kaget, serunya:

"Lote, bukankah kau menutuk Hi-at-to kematian Kongsun Ki?"

Liu Goan-ka iertawa, ujarnya:

"Dengan susah payah kita menolongnya, mana aku bikin dia mati demikian saja?" "Katamu mengurangi rasa sakitnya, kukira kau hendak merenggut jiwanya, Yang benar dia tersiksa atau tidak aku tidak peduli, cukup mending kalau tidak mampus saja."

(Bersambung keBagian 54)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar