Pendekar Latah Bagian 52

 
Bagian 52

Mi-toh Taysu gusar, katanya: "Berani kau bilang tidak melanggar ketiga larangan sekaligus kau langgar. Kau diangkat sebagai pengawal istana negeri Kim, memangnya kau kira LOlap tidak tahu? Karena mendapat perintah kau berada di Siang- keh-po untuk membantu kejahatan Kongsun Ki, hal ini LOlappun sudah tahu, Orang macam apa Kongsun Ki? Ketahuilah dia adalah babah mantu raja negeri Kim, kau terima diperbudak olehnya itu berarti kau bekerja demi kepentingan raja Tatcu, apa pula yang bisa kau katakan?"

Mi-toh Taysu memaki lebih lanjut:

"Setelah melanggar pantangan, kau anggap orang bisa melindungimu, lalu mengelabui angkatan tua dengan obrolan manismu itu berarti kau melanggar pantangan pertama.

Setelah kau terima diperbudak dan menjadi alat pembunuh, masakah mungkin tidak membunuh bangsa Han kita yang tidak berdosa? Tiga pantangan kau langgar sekaligus, hayo lekas ikut aku pulang untuk terima hukuman?"

"Mi-toh Taysu." tiba2 Kongsun Ki menyela,

"omonganmu kurasa tidak benar, Sa Yan-liu bekerja demi kepentingan siang-keh-po, adalah jamak kalau aku membelanya, Entah sudikah Taysu mendengar penjelasanku?"

Mi-toh Taysu mendengus katanya:

"Persoalan sudah kujelaskan, pendek kata murid murtad Siau-limsi kita harus kuringkus pulang dan diserahkan kepada Hongtiang Suheng."

"Sa Yan-liu adalah warga dari Siang- keh-po, sebagai majikan, tak bisa aku menyerahkan dia kepada orang luar." jawaban Kongsun Ki-pun teramat ketus.

Berdiri alis Mi-toh Taysu, serunya lantang:

"Baik, terpaksa aku menuntut orangku kepada Kong-sun sicu saja." "Baik," sahut Kongsun Ki.

"llmu silat siau-lim-si menjagoi dunia, aku yang rendah ingin gunakan kesempatan ini mohon petunjuk beberapa jurus kepada padri kosen dari siau-lim, setelah Taysu dapat mengalahkan Cayhe, boleh silakan bawa pergi murid perguruanmu? "

Urusan menjadi kaku dan tak bisa diselesaikan tanpa bertanding kepandaian, seluruh hadirin menjadi tegang dan berdetak keras jantungnya, menahan napas lagi, ingin mereka menyaksikan padri kosen siau- lim-si ini cara bagaimana mengadu kekuatan dengan gembong iblis macam Kongsun Ki.

Menjaga gengsi sebagai padri agung siau- lim-si, Mi-toh Taysu berkata:

"siau-lim-si menyadarkan orang dengan ajaran Budha, bukan menundukan orang dengan kekerasan. Tapi sicu ingin menyelesaikan persoalan ini dengan kepandaian silat terpaksa Lolap mengiringi saja, silakan sicu sebutkan cara pertandingan."

"Kepandaian Taysu tinggi dan hebat, banyak orang mengetahui Untuk bertanding kita tidak bisa meniru cara kaum kroco adu jotos, maka untuk kali ini boleh kita adakan dua kali pertandingan secara halus dan main kekerasan. Untuk adu halus boleh silakan Taysu memilih sendiri caranya, pendek kata masing2 harus keluarkan keahliannya sendiri2."

"Baik aku mulai lebih dulu." ujar Mi-toh Taysu, kebetulan dia menghadap kearah dinding batu gunung, pelan2 dia tanggaikan untaian tasbihnya sembari berkata:

"Lolap hanya tahu membaca mantra , biar dengan untaian tasbih ini kutunjukan kebodohanku kepada para Enghiong."

Tampak begitu Mi-toh Taysu ayun tangannya serenteng tasbih itu melekat terbang berhamburan seperti hujan kembang memenuhi udara, didalam sekejap mata 108 biji tasbih semuanya melesak amblas di- dinding batu gunung yang halus mengkilap itu, dengan rapi dan indah menata empat huruf yang berbunyi " Kembalilah ketepian",

Tasbih bukan benda empuk namun bukan senjata rahasia yang keras, kalau orang biasa membanting biji tasbih kertas batu, tasbih itu pasti hancur, Tapi 108 biji tasbih timpukan Mi- toh Tay-su tiada satupun yang pecah, untaian semuanya melesak dalam dan merata berbaris menjadi empat huruf yang menyolok pandangan.

Betapa kuat dan hebat Lwekang Mi-toh Taysu, sungguh amat mengejutkan semua hadirin, Huruf2 itu sekaligus mengandung arti untuk menyadarkan kesesatan Kongsun Ki.

Kongsun Ki mandah tertawa lebar, katanya:

"llmu silat siaulim-si memang tidak bernama kosong, Biar kupinjam biji2 tasbih Lo-siansu untuk ber-main2 didepan seoiang ahli."

Kongsun Ki berdiri tegak tiga tombak didepan dinding pelan2 kedua tangannya me-raup2 ditengah udara, katanya:

"Aku main2 didepan ahli, juga meminjam kembang dipersembahkan kepada Budha, harap Lo-siansu suka menerima."

terdengar suara angin men-deru2, 108 biji tasbih yang terporot didinding batu gunung itu satu persatu mencelat terbang berjatuhan di-telapak tangan Kongsun Ki.

sembari tangkap terus dilemparkan pula oleh Kongsun Ki, sehingga b iji2 tasbih itu beterbangan rapi seperti berbaris juga dengan menciptakan huruf2 yang berbunyi

"aku suka aku bertindak."

Timpukan tasbih Mi-toh Taysu kedinding batu sudah amat mengejutkan kini dengan hanya meraup ditengah udara dari kejauhan Kongsun Ki mampu menyedot keluar biji2 tasbih itu tanpa kurang suatu apapun betapa sulit dan tinggi kepandaian ini, terang tidak asor dari tingkat kepandaian Mi-toh Taysu.

Walau para Hohan sama memandang rendah martabat dan sepak terjangnya, namun tak urung mereka bertepuk sorak memuji juga melihat kehebatan kepandaiannya ini.

Waktu menerima balik rentengan tasbihnya, tak urung Mi- toh Taysu merasa kaget, Maklumlah setiap biji tasbihnya itu semula kemilau putih seperti terbuat dari batu jade, namun kini sinarnya guram permukaannya menjadi hitam kelabu, itu pertanda disaat Kongsun Ki menangkis biji2 tasbih ini sekaligus dia kerahkan kekuatan pukulan beracunnya.

Kejadian seperti permainan sulap ini berlangsung cepat sekali, sudah tentu orang lain belum tahu bahwa biji2 tasbih itu sudah berubah, kecuali siau-go-kian-kun, Hong-lay-mo-li, Bu su-tun, Tang- hay- liong dan say-ci-hong saja yang ikut terkejut.

Mi-toh Taysu bersabda Budha, lalu berkata:

"Agak-nya Kongsun sicu tidak sudi mendengar nasehat Lolap. terpaksa Lolap lanjutkan pada babak selanjutnya. Cara apa pula yang harus digunakan silakan Kongsun sicu sebutkan."

"Untuk babak kedua ini, maaf bila aku yang rendah sedikit takabur, tetap aku akan bertingkah di hadapan ahli, Taysu adalah padri agung, duduk samadi adalah keahlian Taysu sehari2, maka kini aku mohon petunjuk kepandaian didalam samadi ini."

Hadirin melengak heran, entah cara bagaimana bertanding dengan samadi yang dimaksudkan? Tengah hadirin celingukan saling pandang dengan keheranan, Kongsun Ki sudah menggali sebuah bundaran dengan ujung kakinya, katanya:

"Kita sama2 duduk samadi didalam lingkaran ini, ingin aku mohon petunjuk akan Lwekang sakti Taysu yang tiada taranya, siapa yang keluar dari lingkaran ini dianggap kalah, pertanding dengan cara ini entah Taysu sudi menerimanya?"

Baru sekarang hadirin tahu duduk samadi yang dimaksud Kongsun Ki adalah mengadu Lwekang di dalam lingkaran dengan cara mengerahkan pukulan, hakikatnya tiada peluang untuk berkelit atau main petak.

Maka Mi-toh Taytsu harus menghadapi pukulan beracun Kongsun Ki secara kekerasan, sudah tentu Mi-toh Taysu akhirnya pasti menderita rugi.

Namun sebelumnya sudah keluarkan omongan apapun yang digunakan cara Kongsun Ki dia harus konsekwen.

Dengan menegakkan alis Mi-toh Taysu berkata:

"Apapun yang dikehendaki sicu, Lolap tetap akan mengiringi saja. silakan."

Kedua orang melangkah bersama duduk bersila didalam lingkaran. Tanpa bicara lagi telapak tangan dari Kongsun Ki lantas terangkat, dengan serangan Toa-jiu-in dia menepuk kedada Mi-toh Taysu.

Tingkat Mi-toh Taysu sejajar dengan ayah Kongsun Ki, adalah pantas kalau dia menyerang lebih dulu, namun biasanya untuk menghormati orang yang lebih tua, serangan jurus pertama ini hanya gerakan memancing saja. Tapi Kongsun Ki langsung menyerang dada, itu menandakan dia memandang rendah kepada lawan yang tingkatannya lebih tinggi.

Tujuan Kongsun Ki hendak membangkitkan amarah Mi-Ioh Taysu, supaya dia dapat memungut keuntungan, untung sebagai padri agung yang sudah mempunyai landasan latihan berpuluh tahun, sedikitpun Mi-toh Taysu tidak terpengaruh oleh kekurang ajaran orang, dengan tenang dan mantap dia angkat telapak tangannya menyambut pukulan lawan. Begitu telapak tangan bentroki seketika Mi-toh Tay-su rasakan telapak tangannya seperti di bakar, segulung hawa panas hampir saja merembes masuk lewat Lau-kiong-hiat ditelapak tangannya.

Lekas dia kerahkan hawa murninya, seluruh tenaga dia pusatkan ditelapak tangannya. seketika Kong sun Ki rasakan adanya sebuah kekuatan dahsyat yang terpendam membendung dan melandai ketelapak tangannya, sehingga kontan pukulan tertolak balik. Mau tidak mau bercekat hati Kongsun Ki oleh kehebatan Kim-kong-ciang lawan,

Belum Iagi Kongsun Ki tarik tangan kanan, telapak tangan kiri sudah bergeraki Telapak tangan kanan bewarna merah darah, sebaliknya telapak tangan kiri berwarna hitam legam, berbau amis memuakkan, kembali Mi-toh sambut pukulan tangan orang, Kali ini dia rasakan telapak tangannya dingin seperti membentur dinding es yang membekukan darah, untung Mi-toh Taysu membekal Tong- cu- kang selama puluhan tahun.

Kim-kong-ciang merupakan Lwekang murni yang negatif pula, namun setelah memunahkan pukulan Kongsun Ki, terasa juga badannya sedikit dingin.

Ternyata telapak tangan kanan Kongsun Ki mengerahkan Hoa-hiat-to sementara tangan kiri menggunakan Hu-kut-ciang, Hoa-hiat-to dapat bikin darah lawan keracunan, sebaliknya

Hu-kut-ciang bisa bikin daging tulang lawan membusuk. lebih hebat lagi sifat kedua pukulan ini berlawanan satu panas yang lain dingin, keduanya bisa dikerahkan bersama, sungguh perbawanya hebat luar biasa.

Maka terdengarlah beruntun suara ledakan keras dari benturan pukulan tangan kedua tokoh kosen yang tengah adu kekuatan ini. Dari kanan kiri beruntun Konglsun Ki merangsak tiga kali pukulan, dengan Kim- kong-ciang- Lat satu persatu Mi-toh Taysu patahkan serangan orang. Tiba2 kedua telapak tangan Kongsun Ki menekan turun bersama, seketika timbul suatu tenaga hebat seperti permainan tenaga gaib saja, sehingga kedua telapak tangan Mi-toh Tayause-akan tersedot lengket. Tiga gelombang tenaga pukulan laksana gugur gunung, gelombang yang satu lebih dahsyat dari yang lain.

Perlu diketahui bahwa pukulan Kongsun Ki dinamakan Liong-bun-sam-koh-long (tiga gelombang di-pintu naga) belum lagi kekuatan gelombang pertama lenyap. gelombang kedua sudah melandai tiba demikian pula gelombang ketiga sudah memberondong pula, dahsyatnya tiada taranya.

Kim-kong-ciang siau- lim-si merupakan pukulan keras terdahsyat diseluruh kolong langit, namun demikian tak urung Mi-toh Taysu merasa berat dan kewalahan juga menghadapi tiga gelombang pukulan Kongsun Ki, paling dia hanya mampu bertahan dengan mantap. tak mampu balas menyerang.

Tapi dia tetap berduduk kokoh tanpa bergeming, tapi jubah pendetanya melembung seperti layar tertiup angin kencang, jelas bahwa dia sudah kerahkan seluruh kekuatan tenaga murninya, Tak sedikit hadirin yang kaget karena tahu bahwa Mi-toh Taysu sudah mulai kepayahan.

Kalau orang2 gagah sama kuatir akan keadaan Mi-toh Taysu, sebetulnya Kongsun Ki sendiripun amat kaget.

Maklumlah kedua ilmu beracun yang dia yakinkan mengutamakan keganasan untuk mengalahkan lawan, jikalau tiga kali menyerang secara kekerasan gagal, dia sendiri bakal mengalami kekalahan total yang fatal.

Memang Kim-kong-ciang tidak seganas pukulan Kongsun Ki, namun jauh lebih murni dan kokoh. Terpaksa Kongsun Ki harus mengandalkan kekuatan pukulan beracun untuk melukai musuh.

Kejap lain uap putih mulai mengepul dari kepala Mi-toh Taysu, makin lama makin tebal, lekas sekali seluruh lingkaran bundar itu sudah diliputi uap putih seperti kabut tebal. Kiranya dengan ilmu Lwekang tingkat tinggi, Mi-toh Taysu desak keluar hawa beracun yang meresap kedalam badannya menguap keluar menjadi kabut.

Namun demikian, dia tetap merasakan dadanya sesak dan mual, kalau sedikit lena kerahkan hawa murni, terang dia tidak akan kuat bertahan.

Para penonton yang dekat be-ramai2 menyurut mundur, Kiranya mereka yang berkepandaian Lwekang rendah secara langsung mencium bau amis segera rasakan kepala pening, demi keselamatan terpaksa mereka menjauhi gelanggang untuk menghirup hawa segar.

Tengah semua hadirin menonton dengan hati ber-debar2, tiba2 tampak darah meleleh dari ujung mulut Kongsun Ki.

Merah darah begitu menyolok walau seluruh gelanggang diliputi kabut tebal, Banyak orang kira Kongsun Ki sudah mulai menunjukan kelemahan serempak banyak yang bersorak girang, Namun cepat sekali Mi-toh Taysujuga melelehkan darah dari ujung mulutnya, badan malah bergetar keras,

Kiranya karena ingin selekasnya memburu kemenangan Kongsun Ki nekad mengerahkan ilmu Thian-mo-kay-de hi tay- hoat dari aliran sesat yang paling aneh, biasanya orang yang menggunakan ilmu ini berarti merusak badan sendiri, karena Lwekang sendiri seketika akan bertambah lipat ganda, tapi kekuatan ilmu ini menguras hawa murni sendiri, kalau kurang kebetulan bukan mustahil badan sendiri akan terluka dan cacad seumur hidup,

Lwekang Kongsun Ki sebetulnya masih sedikit asor dibanding Mi-toh Taysu, namun dengan mengerahkan kedua ilmu beracunnya dia sudah sedikit unggul, kini dia kerahkan Thian-mo-kay-dehitay-hoat lagi, Lwekangnya maju cepat, sudah tentu Mi-toh Taysu tidak kuat lagi. maka darah meleleh juga dari ujung mulutnya. Namun kalau darah yang meleleh dimulut Kongsun Ki lantaran dia gigit pecah lidahnya membangkitkan kekuatan, sebaliknya Mi-toh Taysu karena terluka dalam.

sudah tentu Busu-tun, siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li serta lain2 merasa gugup dan kuatir. mereka sudah tahu bahwa Mi-toh sudah terluka dalam, Namun mengingat orang adalah Bulim cianpwe padri agung siau- lim-si puncak persilatan masa kini, tak berani mereka maju membantu, kecuali Mi-toh Taysu mau mengaku kalah dan keluar dari lingkaran.

Deugan bisik2 Hong-y-mo-li berkata:

"Mi-toh Tay-su tidak mau keluar lingkaran, mungkin jiwanya bisa terancam, bagaimana baiknya, Terpaksa kita..."

Belum habis dia bicara, tiba2 dilihatnya Kongsun Ki menarik kedua tangannya mendadak dia melompat berdiri terus melangkah keluar lingkaran, katanya dingini

"Tak usah dilanjutkan siapa kuat mana lemahi tentu kau tahu sendiri"

Disaat2 kemenangan diambang pintu mendadak Kongsun Ki menghentikan pertempuran sudah tentu semua hadirin merasa heran dan tidak mengerti, lapat2 siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li merasakan adanya gejala2 ganjil, namun dimana letak keganjilan ini mereka tak kuasa menerangkan.

Tapi sudah jelas karena Kongsun Ki keluar dari lingkaran, berarti dia kalah, Lebih mengherankan lagi bukan saja Kongsun Ki mengaku kalah sendiri, tiba2 dia putar badan terus kembangkan Ginkang berlari pergi, naga2nya dia ke-susu pulang ke siang- keh-po. Dari mukanya yang kelihatan gusar dan gerak geriknya yang ter-gesa2 se-olah2 hendak membuat perhitungan dengan seseorang.

Melihat Kongsun Ki lari sebagai congkoan siang- keh-po lekas Cong Cay-tay memapak maju, serunya: "Pocu, kau belum kalah, kenapa..."

"Hadapilah musuh dengan seluruh kekuatan tak usah kau campur urusanku." bentak Kongsun Ki dengan gusar, sekali ayun dia dorong Hwi-liong-tocu terus berlari kencang menuju ke siang- keh-po. Tokoh2 silat yang hadir sama mengawasi tingkah Kongsun Ki, melihat orang berlari kencang bagai terbang, kelihatannya tidak terluka dalam sedikitpun.

setelah Kongsun Ki mundur badan Mi-toh Taysu yang duduk bersila itu tiba2 mencelat mumbul, seperti bola saja dia menggelundung keluar dari lingkaran. Kiranya sebelum berlalu Kongsun Ki lontarkan sejurus cukulan ganas yang mengandung tiga gelombang kekuatan, Mi-toh Taysu sudah terluka terkuras tenaga dan Iunglai lagi, dua gelombang yang terdahulu masih kuat dia tahan, namun gelombang terakhir tak kuasa ditahan, sehingga dia mencelat keluar lingkaran.

Keruan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun amat kaget, tersipu2 mereka memburu maju menolong tanpa hiraukan Kongsun Ki yang melarikan diri.

setelah menarik napas Mi-toh Taygu membuka mata katanya dengan suara serak bergetar:

"Apa yang dikatakan Kongsun Ki memang tidak salahi Lolap memang tidak kuat menghadapi kedua ilmu beracun yang dia yakinkan, Tapi kini tibalah saatnya yang terBaik, lekas kalian kejar dia ke siang- keh-po, lenyapkan gembong iblis ini dari dunia ini."

"Keparat itu sudah terluka oleh Taysu, terlambat sedikit kukira tidak jadi soal." sahut siau-go-kian-kun.

Mi-toh Taysu geleng2, katanya:

" Lekas pergi. Kesempatan baik ini jangan di sia2kan, kalau tidak takkan ada orang yang bisa menundukan dia. Keparat itu bukan terluka olehku." Jawaban Mi-toh Taysu amat diluar dugaan Hoa Kok-ham dan LiuJing-yau, tanya Siau-go-kian-kun keheranan

"Keparat itu tidak terluka, kenapa pula kini merupakan kesempatan baik untuk melenyapkan dia?"

"Lolap hanya bisa merasakan dan tidak bisa menjelaskan seluk beluknya, namun dari pukulan terakhir yang dia lontarkan terasakan bahwa dia mulai menunjukkan tanda2 mau jau-hwe-jip-mo. Ajaran Lwekang keluarga siang amat aneh, kalau tidak lekas kalian melihat dia, kalau mendapat kesempatan kerahkan Lwekang untuk bertahan dan mengembalikan kesesatan darahnya, bahaya Jay-hwe-jip-mo itu akan dapat segera dia atasi."

sampai disini tiba2 napasnya membuat serta mendesak dengan gugup gelisah:

" Lekas, lekas, jiwa LoLap takkan bisa dipertahankan lagi." tahu2 matanya terpejam dan mangkatlah jiwanya.

Hoa Kok-yam berdiri, katanya:

"Adik Yau, jangan kita sia2kan pesan Mi-toh Taysu, lekas kita susul keparat itu."

Hong-lay-mo-li mengiakan, baru saja dia melangkah tiba2 ingat sesuatu, lekas dia rogoh surat siang ceng-hong terus diangsurkan kepada Khing ciau, katanya:

"Adik Ciau surat ini untukmu."

dalam waktu mendesak dan ter-gesa2 tak sempat dia memberi penjelasan siapa penulis surat itu.

Karena Kongsun Ki pergi, pihak siau-keh-po menjadi tanpa pimpinan, sebagai Cong-koan terpaksa Cong-cau-tay memikul tugas berat memimpin anak buahnya mewakili Kongsun Ki.

segera dia membujuk dan menenangkan anak buahnya: "Pocu kita memiliki kepandaian sakti mandra-guna yang tiada tandingannya, Mi-toh Taysupun ajal ditangan beliau, apa lagi orang lain, pocu hanya pergi sebentar untuk menyelesaikan sedikit persoalan pribadinya, kalian jangan ribut dan gelisah."

memang sebagian orang dapat dibikin tenang perasaannya, namun sebagia besar sama melihat gelagat, begitu situasi tidak menguntungkan mereka siap angkat langkah seribu.

Bu su-tun angkat kedua tinjunya seraya berseru: "Hayo kita serbu ke siang- keh-po," be-ramai2 semua

orang2 gagah berlomba menyerbu, maka terjadilah pertempuran secara terbuka dengan acak2an. Gembong2 penjahat pengikut Kongsun Ki banyak yang mengundurkan diri sebelum bentrokan terjadi, namun ada sebagian yang hendak mengadu untung menuruti nasehat Hoei-liong-tocu melawan mati2an.

Waktu itu Khing ciau sudah selesai bersemadi memulihkan semangat dan tenaganya Cin Long- giok selalu mendampinginya demikian pula san san dan Liok Bian berjaga disekitarnya.

Begitu Khing ciau berdiri cin Long-giok lantas serahkan surat yang dia terima dari Hong-Iay-mo-li. Begitu membuka sampul surat dan membaca isinya seketika Khing ciau terbelalak kaget

"surat dari siapa?" tanya Cin Long-gloki

"surat dari Ceng-hong, nah coba kau baca." ujar Khing ciau,

Tarnyata dalam surat siaiig Ceng-hong minta kepada Khing ciau begitu menerima surat ini diharap segera menemui dia, dikatakan ada sebuah urusan pribadi hendak pesan dan mohon pertolongan Khing ciau untuk membantunya, nada surat inise-olah2 hendak ambil berpisah untuk se-lama2nya. Didalam surat ada dibubuhi keterangan peta akan letak gedung dimana dia tinggal. Pada akhir surat ditulis pula ucapan selamanya kepada Khing ciau dan Cin Longgiok didoakan semoga mereka hidup bahagia sampai dihari tua.

setelah melempit surat itu lekas Cin Long-giok serahkan kembali kepada Khing ciau, katanya:

"Kenapa tidak lekas kau kesana menengoknya?"

"Ya, marilah kita pergi bersama," ujar Khing ciau, bersama Cin Long-gioki dan LiokBian bergegas mereka menuju ke siang- keh-po.

Waktu itu pertempuran acak2an berlangsung gegap gumpita, Tang-hay-liong berdampingan dengan say ci-hong, menyerbu kedalam rombongan musuhi Tang- hay- liong gelak2, serunya:

"Bong-heng, Lau-heng, sebagai Kong-tong cianpwe, kenapa kalian sudi membantu kejahatan? Kalau kau tetap membela kepentingan Kongsun Ki terpaksa kita harus bergebrak pula dimedan laga."

sepak terjang Kong-tong-ji-ki memang suka membawa adatnya sendiri tanpa membedakan salah atau benar, namun sejak adu kekuatan dan seri dengan kedua musuhnya ini, hati mereka sudah tunduk lahir batin karena sikap luhur dan bajik orang, kini melihat Kongsun Ki tinggal pergi disaat kritis, mereka insaf gakkan kuat bertahan membela kesalahan, maka Bong Thian-bi segera menjura, katanya:

"Tang-wan siansing terima kasih akan pujianmu, terima kasih akan petunjukmu pula, Baiklah, hitung2 aku beruntung berkenalan dengan kalian. sekarang biar kami mohon diri saja."

agaknya mereka sudah termakan oleh nasehat Tang- hay- liong. Digelanggang lain Busu-tun berpasangan dengan Hun Ji- yan tengah menerjang ke barisan musuh pula, Ma Toa-ha dan siangkoan Pocu segera maju menghadapi mereka, Walau siangkoan Pocu memiliki Ginkang tinggi, namun pukulan Bu Su-tun bukan olah2 dahsyat-nya, tetap mereka terdesak dibawah angin.

sampai detik terakhir Busu-tun masih berusaha menasehati Ma Toa-ha:

"Ma Toa-ha, baiklah kutegaskan sekali lagi, kematian ayahmu adalah setimpal dengan kesalahannya, jangan kau menyalahkan aku. Kuharapkan bisa melihat gelagat jangan berkukuh akan pendirianmu yang sesat itu. Kalau tidak akan tidak akan sungkan kepadamu lagi."

"sakit hati orang tua sedalam lautan, aku tetap menuntut balas," seru Ma Toa-ha dengan suara kereng dan berat

Bu su-tun menggerung, serunya:

"Baik, boleh kau tuntut kepadaku." sekali dia lontarkan pukulannya, kekuatan angin pukulannya melandai bagai gelombang lautan, Ma Toa-ha tidak kuat melawan, kontan dia terg entak mundur tujuh tindak "Huuaah". darah segar menyembur dari mulutnya.

Dari tengah rombongan musuh serempak menerjang keluar dua orang, yang satu membentak:

"Aku memang ingin menjajal Kim-kong-ciang dari Kaypang," yang lain berseru:

"Jangan melukai suteku"

Kedua orang ini adalah sa Yan-liu, murid murtad siau-lim-si dan yang lain adalah Ko ln-hwi, murid tertua dari Ciang-bun Ling-san-pay.

"Blang" sa Yan-liu yang tiba lebih dulu mengadu pukulan dengan Bu su-tun. Begitu sa Yan-liu tertolak pergi, sepasang potlot Ko In-hwi tahu2 sudah menutuk tiba. Hebat memang kepandaian Bu su-tun, belum lagi dia berdiri tegaki tanpa berpaling lagi tahu2 jarinya menyentik terbaliki "Tring" dengan tepat dia selentik pergi sebatang potlot Ko In-hwi.

Dengan jurus Tay-bokihu-wan Hun-Ji-yan gerakan pedangnya menangkis potlot Ko In-hwi yang mengincar siau- yau- hiat Bu su-tun.

Kebetulan Bun Yat-hoan muncul dari arah lain, serunya gelak2:

"Ternyata kau juga bisa menggunakan potlot, bagus, marilah kita lanjutkan pertandingan tadi."

Keahlian Ko In-hwi sebetulnya menggunakan cambuk panjang, tadi waktu bertanding di Bwe hoa-cun cambuknya sudah dirusak oleh Bun Yat-hoan, maka terpakai dia memakai gaman potlot, sudah tentu didalam permainan potlot dia lebih bukan tandingan Bun Yat-hoan yang lebih ahli lagi.

Cepat sekali kedatangan Bun Yat-hoan, namun Ko In-hwi menyingkir lebih dulu, terdengar dia berseru lantang:

"Seorang Kuncu menuntut balas 10 tahun belum terlambat. sute, sumoay marilah pulang."

pada akhir kata2nya, dia sudah lari sejauh setengah li. sudah tentu Ma Toa-ha dan siang-koan Pocu tidak berani bertahan lama2, ter-sipu2 mereka angkat langkah menelat perbuatan suhengnya.

Karena adu pukulan dengan Bu Su-tun, Sa Yan-liu tergetar mundur tiga langkahi dada sesak telapak tangan kemeng, keruan merinding dan dingin bulu kuduknya, Insaf bahwa kepandaian sendiri belum sempurna, maka dia bertekad untuk mengasingkan diri melatih kepandaian lebih tinggi, bila sudah matang betuI2 baru akan keluar kandang pula. Karena itu, diapun putar badan melarikan diri Jumlah orang2 jahat yang berhasil digaruk Kong-sun Ki memang terlalu banyaki meski tidak sedikit yang sudah pergi, namun masih cukup banyak yang masih bertahan dibawah pimpinan H2i-liong-tocu, dengan mati2an mereka bertahan merintangi serbuan orang2 gagahi Hong-lay-mo-li sampai naik pitam, katanya:

"Kok-ham marilah kau bantu menjaga, biar kubunuh keparat itu melampiaskan kedongkolanku."

berbareng mereka kembangkan Ginkang menyerbu ketengah rombongan musuhi sekaligus pedang dan kebut bekerja, dimana kipas bergeraki musuh roboh saling tindih.

Melihat Hoa dan Liu menyerbu datang serasa pecah nyali Hai-liong-tocu, lekas dia melarikan diri, Tak kira dari depan Bu su-tun memapak datang, belum lagi tiba, orang sudah lontarkan pukulan jarak jauhi damparan angin pukulan orang membuat kulit mukanya sakit sekali, serta merta dia tertolak mundur tiga langkah. Tahu kelihayan orang, lekas dia putar arah lari kearah barat.

"Lari kemana."

se-konyong2 dia disongsong bentakan mengguntur, itulah Tang- hay- liong yang mengembangkan Toa-cui-pi-jiu, sekali raih satu tangan satu orang dia cengkram dua orang siang- keh-po terus dilempar kearah Hwi-liong-tocu.

sudah tentu Hwi-liong-tocu tidak berani melawan dengan keras, lekas dia dorong kedua telapak tangannya, sehingga bola manusia segede sapi ini dia lontarkan kembali, Untung say-ci-hong menubruk maju dari belakang Tang-hay-liong. serunya tertawa:

"Dosa kedua orang ini tidak setimpal dihukum mati, biar kutolong jiwa mereka." dari tengah dia tambahi sekali pukul lagi, Badan besar kedua laki2 itu segera tertolak berputar kedua arah dan melayang jatuh.

Nyata pukulan say- ci-hong berhasil memunahkan masing separo dari kekuatan pukulan Tang-hay-liong dan Hwi-liong- tocu sehingga jiwa mereka selamat, namun demikian mereka toh sudah tergencet sekarat.

Melihat Tang-hay-liong dan sa y- ci-hong menghadang disebelah barat, insaf dirinya bukan tandingan mereka, lekas dia putar haluan lari ke arah selatan.

Karena dua kali putar haluan, siau-go-kian-kun sempat mengejar tiba, sekali enjot danjejak orang melayang jauh melampaui kedepannya, sekali kipas bergerak sebagai polot saja dia menutuk ke Hoa-kay-hiat Hwi-liong-tocu.

Kelandaian siau- go- kian- kun lebih unggul lagi dibanding Tang-hay-liong dan say- ci-hong, yang dia gunakan adalah ilmu tutuk tingkat tinggi yang tiada taranya, ganas lagi, sudah tentu Hwi-liong-tocu takkan mampu lari dari penjagaan orang, lekas dia putar lagi lari keutara.

siau go-kian-kun gelak2, nyata dia memang biar kan orang lari kearah utara karena Hong-lay-mo-li memang sedang berada disana menunggu kedatangannya, Hong-lay-mo-li menghardik bengis:

" Keparat busuk yang suka se-wenang2 hari ini kubunuh kau."

ceng-kong-kiam berkelebat dengan tipu Giok-li-toh-soh dia tusuk Ieher orang, Hwi-liong-tocu melangkah minggir sembari menggeser kedudukan, telapak tangannya terbaik menggetar pergi pedang lawan, namun Hong-lay-mo-li keburu kembangkan ilmu kebutnya, tahu2 benang2 kebut sudah mengepruk kebatok kepalanya. Kini Hwi-liong-tocu harus kerahkan tenaga kedua pukulan tangannya untuk menangkis kebutan, secepat kilat pedang ditangan Hong-lay-mo-li sudah putar balik menusuk secepat samberan kilat.

Dua tahun yang lalu Hwi-liong-tocu memangnya setingkat lebih rendah dari Hong-lay-mo-li, kini setelah Hong-lay-mo-li mendapat tambahan ilmu dari ayah dan gurunya, kepandaiannya berlipat ganda lebih maju, sudah tentu H2i- liong-tocujauh bukan tandingannya. 

Karena nyali pecah dan tenaga sudah lemas, keruan dia terdesak keripuhan, sebetulnya kalau tenaganya fit, dia kuat bertahan 30-50jurus, kini sepuluh juruspun tak kuat lagi, tahu2 pedang Hong-lay-mo-li sudah menembusi jantungnya dan merenggut jiwanya.

setelah Kongsun Ki pergi, kini Hwi-liong-tocu yang pimpin anak buah siang-keh-po ajal lagi, sudah tentu mereka menjadi takut dan dilabrak kocar kacir, serempak mereka lari pontang panting menyelamatkan diri.

Dalam pada itu Khing Ciau, Cin Long-gioki sansan dan Liok Bian berempat langsung menerjang kedalam siang- keh-po. Anak buah Kongsun Ki yang berjaga di siang- keh-po sudah mendengar kekalahan besar pihaknya yang bernyali kecil sudah melarikan diri, yang masih bertahan sedang bertempur melawan anak buah siang- keh-po lama yang masih setia kepada siang Ceng-hong, maka dengan leluasa Khing Ciau berempat terus menerjang masuk kedalam

siang- keh-po.

Karena memasuki tempat lama yang dahulu pernah dikenal melalui petunjuk peta lagi dengan mudah Khing ciau menemukan tempat yang dia tuju, Tiba2 Cin Long-giok berkata:

"Ciau-ko, naiklah kau seorang diri." Kiranya setelah melewati lorong batu yang cukup dalam, sebelah depan adalah bangunan berloteng dimana siang ceng- hong disekap.

Keruan Khing ciau tertegun, tanyanya:

"Kau, kenapa kau tidak ikut?,"

"Dia hanya mengundang kau. Mungkin ada omongan yang perlu dia bicarakan secara pribadi, kalau ada orang ketiga tentu kurang leluasa, jangan kuatir, aku tidak cemburu.

Pergilah."

habis berkata dia tersenyum manis.

setelah mengingat petunjuk peta, segera Khing ciau melompat tinggi, jari tangannya menggantol jeruji lankan badannya segera melayang turun dibalik sebuah teras, menerjang kedalam loteng, Loteng ini seperti petunjuk peta penuh dipasangi jebakan dan alat2 rahasia, sekali salah tindak akan membawa akibat yang bisa membahayakan jiwa.

Bangunan gedung ini dinamakan loteng sesat, sesuai dengan namanya, pintu diatas loteng ini ber-lapis2 dan jalan lika liku ber-putar2 menyesatkan untung Khing ciau sudah apal cara jalannya, maka dia tidak sampai masuk perangkap.

Begilulah dengan menuruti petunjuk peta yang dibuat siang Ceng-hong akhirnya Khing Ciau tiba disebuah serambi panjang dibilangan sebelah barat laut. sampai disini baru Khing Ciau menghela napas lega, karena menurut tulisan siang Ceng- hong setiba ditempat ini selanjutnya tiada perangkap atau alat rahasia lagi, asal melampaui serambi panjang ini, pada ujung yang lain dia akan tiba dikamar tahanan dimana siang Ceng- hong disekap oleh Kengsun Ki.

Baru setengah Khing ciau tiba diserambi panjang ini, sayup2 didengarnya dua kali suara keluhan yang memanggil dirinya: "ciau-te Ciau-te." suaranya penuh derita, pilu dan merawan hati, itulah suara panggilan siang Ceng-hong.

Haru dan kecut hati Khing ciaut hampir tak tahan dia hendak berteriak menjawab, namun kuatir diatas loteng ini masing ada musuh lain, sedapat mungkin dia tekan emosinya. Disaat hatinya tenang dan bimbang, se-konyong2 didengarnya siang Ceng-hong berteriak: 

"Aduh sakitnya mati aku." - Khing ciau kaget sekali, dia kira siang Ceng-hong dicelakai orang, lekas dia memburu maju. namun sebelum dia sempat bersuara tahu2 didengarnya tangis orok yang baru saja lahir. Cepat sekali Khing ciau sudah tiba dibawah jendela kamar itu, agaknya kedatangannya tidak diketahui oleh orang2 yang ada didalam kamar. Terdengar seorang perempuan berkata dengan tertawa:

"selamat siocia, seorang putra mungil."

seketika Khing ciau berdiri menjubleki sungguh tidak nyana kedatangannya begini kebetulan siang Ceng-hong melahirkan anaki Khing ciau jadi melenggong dan linglung tak tahu apa yang harus dia lakukan, terpaut jendela ini dia sudah berada disamping siang Ceng-hong, namun dia tidak punya keberanian untuk mendorongnya masuki sebagai sieorang laki2 yang lalui tata krama, Ceng-hong baru melahirkan dan ibu inangnya juga ada didalam, sudah tentu tidak leluasa baginya, sampai mcngintippun dia tidak berani. Terpaksa dia diam mematung dengan pikiran gundah dan kalut.

Rada lama kemudian agaknya Siang Ceng-hong sudah siuman, Bu inang yang bantu kelahiran putranya segera bicara:

"siocia, coba lihat, putramu mirip benar dengan kau." "Coba bopong kemari, aku ingin melhatnya." pinta siang

Ceng-hong, ulur sebelah jarinya dia menowel pipi sang orok dengan tersenyum lega. Tapi cepat sekali dia menarik muka, katanya: "singkirkan dia, aku tidak mau melihatnya lagi." kiranya dalam pandangan siang Ceng-hong orok ini

rupanya mirip sang bapak Kongsun Ki. Mau tidak mau siang

Ceng-hong menghela napas rawan, perasaannya teramat kalut, dia amat membenci Kongsun Ki, namun anak ini adalah darah daging-nya. apakah karena dia membenci sang ayah lantas membenci putranya sendiri pula?

Perempuan yang bantu kelahiran putranya ini adalah bu inang siang Ceng-hong dulu, katanya:

"Ji-siocia, jangan kau banyak pikiran setelah punya anaki hatimu harus tentram." dia tahu akan isi hati siang ceng-hong.

Siang Ceng-hong menghela napas, gumamnya seorang diri: "Khing ciau, Khing ci-au, sudahkah kau menerima suratku?

Kenapa kau belum kunjung datang juga?" - Khing ciau yang mendekam diluar jendela bertambah keras degup jantungnya.

Bu inang geleng2 kepala, ujarnya menghibur:

"Ji-siocia aku maklum akan perasaanmu Tapi ku harap kau tidak terlalu muluk pikiran, Khing-siangkong jauh berada di Kang lam, ai, tak usah kau memikirkan dia. Aku kuatir bila diketahui Pocu..."

"Tiada ganjelan hatiku, aku hanya ingin melihatnya sekali lagi, Tapi mungkin tak keburu lagi, Bu inang aku hendak mohon bantuanmu."

"Ada pesan apa silakan siocia katakan, aku pasti melaksanakan."

Siang Ceng-hong menuding oroknya yang sedang disusui bu inangnya, katanya:

"Kalau aku sudah mati tolong kau bawa orok ini ke Kanglam serahkan kepada Khing-siangkong, kuharap dia sudi memandang hubungan kita yang lalu suka mengasuh bocah ini. Em, aku belum lagi memberi nama kepadanya, Em, ya, dia harus tetap menggunakan she siang untuk menyambung keturunan keluarga kita, Namanya boleh dinamakan Giok saja, Kau tahu maksudnya bukan? Aku ingin supaya dia membuang jauh2 kejahatan ayahnya biarlah dia belajar kepada Khing- siangkong menjadi seorang Kuncu"

mendengar sampai disini baru Khing Ciau sadar dan mengerti, kiranya siang Ceng-hong hendak titipkan dan menyerahkan putranya ini kepadanya.

"siocia, kenapa kau bilang demikian, Rawatlah kesehatanmu lebih penting, hiduplah sampai hari tua, Apa kau tidak mengharapkan anakmu kelak dewasa dan melihatnya menikah membopong cucu, jangan kau pesimis hanya memikirkan mati saja, putramu akan menjadi manusia berguna juga kalau kau asuh sendiri"

"Tidaki kau tidak tahu, aku tidak akan umur panjang.

Bukan aku kuatir Kongsun Ki bangsat itu mencela kaijiwa ku, dia, dia sendiripun takkan lama lagi umurnya."

sudah tentu bu inangnya amat kaget namun dia kira siang Ceng-hong mengigau, disaat dia melongo siang Ceng-hong malah bertanya:

"Bu inang, tahukah kau selama hidupku ini apakah yang paling kusesalkan."

Apakah yang membuat siang ceng-hong menyesal?

Menyesal karena tidak bisa menikah dengan pujaan hatinya? Menyesal karena pendirian sendiri kurang teguh tidak bisa membalas sakit hati cicinya, malah terima dipermainkan dan dipersunting pula oleh musuh besarnya? sudah tentu bu inang ini tidak bisa dan tidak berani menjawab.

Tapi siang Ceng-hong menjawab sendiri pertanyaannya: "Nasibku pribadi tidak perlu kusesalkan, Tapi aku adalah

bangsa Han, namun selama hidupku ini belum pernah aku mendarma baktikan tenagaku demi kegentingan nusa dan bangsa. Lain dengan Khing-siangkong, dia berani melawan nasib dan menempuh bahaya menuju ke negeri sendiri di Kang lam, aku sebaliknya terima mencuri hidup ketentraman sendiri ditanah jajahan musuh, tiada muka untuk muncul menuntut balas bagi rakyat jelata yang tertindas.

Dibanding orang laki aku memikir diri sendiri, coba katakan bukankah aku patut malu kepada diriku sendiri oleh karena itu, aku minta kau bawa orok ini ke Kang lam, serahkan kepada Khing ciau, Aku tidak ingin anak ini kelak membekal penyesalan seperti aku."

Mendengar omongan panjang lebar ini, terketuk dan hati sanubari Khing ciau, dalam benaknya sudah berputar beberapa pikiran akhirnya dia bertekad untuk menolong jiwa siang Ceng-hong, aku tidak boleh mengecewakan dia. sekarang aku harus masuk menemuinya.

Khing ciau memberanikan diri, baru saja dia hendak mengetuk jendela memberitahu kepada siang ceng liong bahwa dirinya sudah datang. Tak kira baru saja dia angkat tangan, tiba2 didengarnya suara gedobrakan, pintu angin yang terletak di ujung serambi sana dijebol brantakan.

Kongsun Ki memburu masuk dengan muka merah padam, Keruan Khing ciau terperanjat lekas dia mendekam pula, Bukan takut Kongsun Ki membunuh dirinya, dia kuatir bila Kongsun Ki melihat dirinya, jiwa siang Ceng-honglah yang bakal menjadi korban.

Ternyata Kongsun Ki sudah menghadapi bencana jau-hwe- jip-mo yang akan segera kumat, setelah pulang ke siang- keh- po dia kembali kekamarnya dulu mengendalikan napas menekan darahnya yang mendidih.

Akan tetapi, walau dia berhasil mengkombinas ikan ajaran Lwekang dari aliran sesat dan lurus, dia harus kerahkan segala daya upayanya belum berhasil menekan sementara dan mengulur bahaya jau-hwe-jip-mo yang bakal menyerang dirinya.

Karena dibakar amarah dan bertekad membuat perhitungan kepada siang Ceng-hong maka dia tidak melihat Khing Ciau, sekali tendang dia bikin pintu angin jebol brantakan, Bentaknya:

"Perempuan jalang, kau ingin aku mati, nih aku kan masih sehat segar, inilah penyesalanmu yang terbesar bukan? Kau kira dengan menambah sebuah alat rahasia pada pintu angin itu dapat merintangi aku? Hm, kini bukankah aku sudah masuk kemari? Aku bisa masuk kemari berarti masih mampu membunuhmu. Hahaha umpama aku harus mati, kau harus mati lebih dulu dari aku."

dengan mencaci maki dia memburu masuki namun dikala dia angkat tangan hendak memukul mampus siang Ceng- hong, entah karena kaget oleh suaranya yang keras, orok kecil itu menangis sekerasnya. sekilas Kongsun Ki melirik, melihat orok yang baru lahir ini, tangan yang sudah terayun seketika berhenti di atas kepala.

sedikitpun siang Ceng-hong tidak gentar, serunya: "Aku sudah siap. hari ini kau akan membunuhku hayo

bunuhlah aku."

Lekas bu inang bopong orok itu kehadapan Kongsun Ki, Tanpa sadar Kongsun Ki menerimanya, roman mukanya yang penuh diliputi amarah dan nafsu membunuh itu, ternyata mengulum secercah senyuman.

Lalu diciumnya sang putra sekali, hatinya yang marah seketika menjadi lemas, jelek2 siang Ceng-hong telah memberikan keturunan bagi dirinya. Tapi teringat sebentar lagi dirinya bakal mengalami derita dan siksa jau-hwe jip-mo, walau punya seorang putra, bahayapun tidak akan bisa teratasi, seketika berkobar pula amarah dan bertambah besar tekadnya hendak membunuh sing ceng-hong. Melihat roman muka Kongsun Ki serta sorot matanya yang berubah tidak menentu, bu inang lekas unjuk senyum dipaksakan, katanya kepada Kongsun Ki:

" Harap Ko-ya suka pandang anak ini, apapun kesalahan siocia sukalah Ko-ya memaafkan dia. Bocah ini harus siocia sendiri yang merawat dan mengasuhnya."

Dengan melirik Kongsun Ki pandang bu inang ini, katanya dingini

"Agaknya kau amat setia terhadap siocia mu, memang demi bocah ini mungkin aku mengampuni jiwa siocia mu. Tapi kau tua bangka ini sudah tahu akan keburukan keluargaku, aku tak bisa biarkan kau hidup,"

Mimpipun bu inang ini tidak pernah menduga Kongsun Ki malah membunuh dirinya, baru saja mulutnya terpentang dan suara belum keluar, kepalanya sudah diketuk pecah oleh Kongsun Ki.

"Gagah benar, terlalu keji perbuatanmu nah kejamlah sekalian, bunuhlah aku, demikian pula bocah itu, bantinglah biar mampus." demikian olok siang Ceng-hong,

Pelan2 Kongsun Ki turunkan anaknya, katanya dingin: " Putraku sendiri sudah tentu tidak akan kubunuh, tapi

jangan kira aku tidak berani membunuhmu? Ketahuilah bukan hanya kau saja yang bisa mengasuh dan membenarkan bocah ini."

"sudah tentu aku tahu, Maka akupun sudah mengaturnya, hendak kuserahkan dia kepada seseorang untuk memeliharanya."

"Kau serahkan kepada siapa?"

"Kepada Khing Ciau. Kenapa, kau angkat alis mendelik kepadaku? Kau tidak senang bila kuserahkan kepada Khing ciau? Khing ciau adalah orang Baik, lebih baik daripada kau pelihara sendiri."

siang ceng-hong sudah bertekad untuk gugur, sengaja dia pancing kemarahan orang.

Memang Kongsun Ki mencak2 marah seperti kebakaran jenggot, makinya:

"Perempuan jalang, tidak tahu malu, Kau mendampingi suami, namun hatimu berkiblat kepada laki2 lain, Kubunuh kau."

"Membunuhku? Hahaha, sejak tadi aku sudah siap. Lebih baik kalau kau lekas turun tangan, Aku tahu kau berdaya mengerahkan hawa murni memutar balik darah untuk mengulur waktu datangnya serangan jau-hwe-jip-mo. Tapi takkan lama, paling setengah jam saja akan segera kumat, Paling kau hidup setengah jam lebih lama dari aku. Hehe, haha- lekaslah bunuh."

"Memang kau harus mampus, namun pelan2 akan kusiksa kau, Hoa-hiat-to dan Hu-kut-ciang akan pelan2 membikin kulit dagingmu membusuk. waktu akan ku-perhitungkan dengan tepat, supaya kau selangkah lebih dulu kejalan akhirat dari aku." sembari mengancam kedua tangannya berderak hendak mencekik leher siang ceng-hong.

Khing Ciau tidak tahan lagi, "Brak" dia pukul jendela brantakan terus melompat masuk "sret" pedangnya lantas menusuk Hiat-to besar dipunggung Kongsun Ki.

Kongsun Ki menyeringai dingin, katanya:

"Tak meleset juga dugaanku, kau bocah ini yang mendekam diluar jendela."

tanpa berpaling jarinya menjentik ke belakang "Tring" dia melentik pergi Ceng-kong-kiam Khing ciau. se-konyong2 siang Ceng-hong ayun tangan mena-burkan segenggam jarum kearah Kongsun Ki, Kong-sun Ki gelak2 tanpa hiraukan serangan jarum2 ini, sayang setelah melahirkan tenaga siang Ceng-hong teramat lemahi maka jarum2 itu semua rontok berjatuhan tergetar oleh Lwekang pelindung badan Kongsun Ki, tiada sebatangpun yang melukai.

sebat sekali Kongsun Ki sudah memutar badan "Blaar." dia adu pukulan sekali dengan Khing ciau, sebat sekali Khing ciau memutar telapak tangan kanan satu lingkaran terus merangkap jari menutuk Hiat-tonya, Kongsun Ki mengejek:

"Dihadapanku berani kau petingkah dengan Tay-yan-pat- sek."

punggung telapak tangannya tertekuki dengan jurus Ceng- hun-jui-joh dia tuntun telapak tangan Khing ciau kesamping lalu merubah gerakan secara tiba2 dengan jurus Wan.kiong sia-tjau, salah satu tipu serangan dari Kim na-jiu-hoat, dengan mudah Khing ciau sudah kena dia pegang.

Kontan Khing ciau lemas lunglai tak mampu berkutik Tapi Hiat-to Kongsun Ki juga tertutuk dengan telaki walau dia sebera kerahkan tenaga memunahkan, tak urung kedua tenaganya terasa kaku mengejang.

Maklumlah Hiat-to yang tertutuk kebetulan menembus kepusat siau-yang-king-meh. Lebih celaka lagi setelah adu pukulan dengan Khing ciau tadi, seketika Kongsun Ki rasakan hawa murni dan darahnya tidak normal.

Kiranya sejak memperoleh ajaran ilmu mujijat dari seorang tokoh aneh, Lwekang Khing Ciau masih ketinggalan jauh dari Kongsun Ki namun pukulannya tadi sedikit banyak juga sudah merugikan Kongsun Ki.

Kongsun Ki sendiri sedang menghadapi jau-hwe-jip-mo, dia harus tumpuk segala perhatian untuk kerahkan Lwekang menekan dan menunda kumatnya bahaya, maka dia kuat bertahan selama ini, Karena adu pukulan dengan Khing Ciau, maka bahaya jau-hwe-jip-mo itu dalang lebih cepat lagi.

Tapi betapapun Khing ciau sudah tertawan olehnya Dengan menyeringai sadis Kongsun Ki jinjing Khing Ciau kedepan pembaringan. Katanya tertawa seram:

"Nahi kekasihmu telah datang, kau amat senang bukan, He, he bocah ini akan kubunuh lebih dulu, biar kau melihat kematiannya yang menyeramkan, baru kutamatkan jiwamu."

siang Ceng-hong menjerit histeris, serunya sesenggukan "Ciau-ko, tak nyana kau harua ikut menderita."

tapi lekas sekali dia sudah menyeka air mata. dia pantang unjuk kelemahan dihadapan Kongsun Ki, katanya dengan tersenyum kuyu:

"Memang aku amat senang, ciau-ko kau datang tepat pada waktunya, aku bisa mati dengan meram, Tapi kau ikut jadi korban, kasihan cici Long-gioki namun keparat inipun takkan hidup Iama, tak usah orang lain menuntut balas bagi kematian kami"

"Berkasih mesralah dijalan keakhirat. Baiklah, bocah she Khing, biar kubunuh kau dulu."

baru saja Kong-sun Ki hendak turun tangan keji, tiba2 terasa angin kesiur seketika punggung tangannya terasa sakit seperti tertusuk jarum, lekas dia pukulkan sebelah tangannya kebelakang seraya berpaling dilihatnya Hong-lay-mo-li tengah menerjang masak dari jendela. Ceng-kong-kiam yang kemilau tahu2 sudah mengincar Hian-ki-hiat didepan dadanya.

Lekas sekali setiba di Siang- keh-po Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kian-kun bertemu dengan cin Long-giok yang menunggu dibawah loteng, sebagai orang yang parnah melihat peta gambar rahasia dia menunjukan jalan kepada Hong-lay-mo-li, karena merasa canggung dia bersama siau- go-kian-kun tetap berada diluar memberantas anak buah Kongsun Ki yang getia, cepat sekali keributan didalam siang- keh-po sudah berhasil di-tentramkan.

Kedatangan Hong-lay-mo-li tepat pada waktunya, dengan kerahkan Lwekangnya dia gunakan benang kebut sebagai jarum berhasil menolong jiwa Khing ciau.

Karena Hiat-to dipunggung tangannya tertusuk benang kebut Hong-lay-mo-li, mau tidak mau Kongaun Ki terkejut, itu menandakan bahwa Lwekang dan kepandaian sendiri mulai surut dan hampir lenyap. sekaligus mengibaratkan bahaya jau-hwe-jip-ho tidak akan lama lagi.

semakin mendekati ajalnya Kongsun Ki menjadi kalap dan menggila, dengan memukul balik dia sampuk pedang Hong- lay-mo-li, teriaknya menyeringai seram:

"Bagus, kau tidak pandang aku sebagai saudara seperguruan malah sekongkol dengan keparat ini hendak mencelakai aku. sayang kau terlambat sedikit, sekarang aku masih mampu membunuhmu, kau tahu tidak?"

sembari bicara beruntun dia lontarkan pukulan kedua ilmu beracunnya, angin amis merangsang hidung, Hong-lay-mo-li tidak berani bernapas, untung dia mengulum sebutir Pi-sia- tan.

Lwekang Kongsun Ki sudah susut sebagian besar pula maka perbawa pukulannya yang beracun ini takkan mampu mengalahkan Hong-lay-mo-li.

sekali sendai Hong-lay-mo-li bikin benang2 kebut-nya terkembang terus mengepruk kebatok kepala orang. Dengan jurus Poat-in-kian-jit (menjibak mega melihat malahan)

Kongsun Ki bikin benang2 kebut itu tertolak pergi buyar oleh angin pukulannya, mendadak dia rubah pula pukulannya menjadi tutukan jari "Tring, tring, tring" beruntun tiga kali dia jentik punggung pedang Hong-lay-mo-li, jurus ini dia lancarkan untuk mengejar kemenangan disaat dirinya terdesak dibawah angin.

Hong-lay-mo-li rasakan telapak tangannya kesemutan kemeng, hampar saja pedangnya terlepas Mulut terasa mual dan dada sesak darah bergolak. Agaknya Kongsun Ki masih mampu menggunakan ilmu Kek bu- koan- kang (menyalurkan tenaga melalui benda), kadar racun melalui batang pedang meresap kedalam badannya.

Lekas Hong-lay-mo-li harus kerahkan Lwekang untuk membendung racun sehingga gerak geriknya sedikit merandeki "Lepas." sekonyong2 Kongsun Ki membentaki jari2nya mencengkram ditengah udara, dia tangkap kebut Hong-lay-mo-li, gerakan ini dilandasi seluruh sisa tenaga latihannya yang hebat, telapak dan pergelangan tangan Hong- lay-mo-li sakit bukan main, sehingga kebutnya terebut oleh Kengsun Ki secara mentah2.

sigap sekali Kongsun Ki susuli dengan gerakan menekuk lengan, dari gerakan pukulan dirubah menjadi jurus Lok yoan- hong-wi (jalan berputar puncak kembali), dia memukul dari arah yang tak terduga oleh Hong-lay-mo-li, itulah salah satu tipu pukulan telapak tangan yang lihay dari Tay-yan-pat-sek, betapa hebat dan lihay permainan Kongsun Ki ini jauh puluhan kali lebih msnakjupkan dari permainan Khing Ciau, hendak menangkis dan berkelit juga sudah tidak sempat lagi bagi Hong-lay-mo-li.

Maka dia jadi nekat, dia sudah bertekat untuk gugur bersama, secepat kilat pedangnyapun balas menusuk kepada Kongsun Ki.

Pukulan Kongsun Ki jelas lebih dulu mengenai Honglay-mo- li, dengan bekal Lwekang Kongsun Ki, menggunakan Hoa-hiat- to lagi, kalau tidak mati Hong-lay-mo-li pasti terluka parahi Tapi kejadian justru aneh dan mengherankan, telapak tangan orang memang dengan telak mengenai badan Hong-Iay-mo-li, tapi yang dipukul seakan telapak tangan orang lemas lungIai sedikitpun tidak menggunakan tenaga, sekilas Hong-lay-mo-li melengaki tahu2 dilihatnya Kong-sun Ki sudah tersungkur jatuh terus melingker lemas tak mampu bergerak.

Ternyata pada detik2 yang menentukan ini, jau-hwe-jip-mo Kongsun Ki sudah mulai kumat.

Kejadian amat cepat dan gerakan pedang Hong-Lay-mo- lipun secepat kilat ujung pedangnya sudah menyentuh ulu hati Kongisun Ki, asal dia kerahkan tenaga, pedangnya akan menusuk ke dada Kengsun Ki.

Kini Kongsun Ki sudah lumpuh tak mampu melawan, sebagai seorang ahli silat sudah tentu Hong-Iay-mo-Ii dapat melihat keadaan orang yang sesungguhnya, Mengingat budi perguruan setinggi gunung, dan lagi sang guru hanya punya putra tunggal maka dia menarik pedang dan masukan kembali kes arungnya, katanya:

"Baiklahi kubiarkan kau memperjuangkan nasibmu sendiri, aku tidak akan membunuhmu. Adakah pesan apa yang perlu kau sampaikan kepadaku?"

siapakah yang mengajarkan ilmu mujijad kepada Khing ciau? Dapatkah Khing Ciau menyelamatkan putra Siang ceng- hong dari keturunan Kongsun Ki?

setelah lumpuh, bagaimana nasib Kongsun Ki yeng terjatuh ke tangan Liu Goan-ka yang sekongkoI dengan mertuanya Thay Bi?

(Bersambung keBagian53)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar