Pendekar Latah Bagian 51

 
Bagian 51

TAMPAK pedang lemas yang dilandasi Iwekang itu kaku mendengung sekali tutul, tujuh kelopak kembang sinar pedang mendesis berbunyi ditengah udara. Kiranya Say-ci-khong kerahkan Thay-cing-khi-kang untuk melandasi pedangnya sehingga udara seperti dibelah oleh sambaran pedangnya sehingga mengeluarkan suara mendesis.

Mencelos hati Lau Thian-hut, dia dipaksa untuk memboyong seluruh kepandaiannya sedikitpun tidak berani lena, sepasang gelangnya segera memapak maju. Sepasang gelang ini berputar secepat roda kereta api yang berlari kencang, maka terdengarlah suara gemerincing dari beradunya senjata keras tujuh kali, Kedua pihak tergentak mundur tiga langkahi tiada yang memperoleh keuntungan.

Se-koyong2 Bong Thian-bi bergerak dengan berubah bentuk mengganti kedudukan, tahu2 telapak tangannya memukul kearah Say-ci-hong, sementara Lau Thian hut-pun menubruk ketempat suhengnya yang kosong, kedua gelangnya mengepruk kepada Tang-hay-liong.

Kedua pihak sama2 bergabung menghadapi musuhi ditengah pertempuran tiba2 menggeser kedudukan berganti musuh tidak terhitung melanggar aturan pertandingan.

"Bagus" sambut Say-ci-hong,

"biar aku belajar dengan Loan-hoan-ciang-hoat-mu," pedangnya menabas miring, sinar pedang laksana rantai

bergetar sejauh satu tombak, sementara gerakan telapak tangan Bong Thian-bi bergulung membundar laksana gelang, "creng" sinar pedang seketika buyar seperti lelatu api berpijar ke segala arah.

say-ci-hong berkelit minggir, sementara Bong Thian-bi terhuyung tiga langkah.

Ternyata selentikan jari Bong Thian-bi mengenai punggung pedang say- ci-hong, tak nyana pedang say-co-hong lemas dan mempunyai daya pantul yang keras, sehingga gaya pedangnya menjadi miring, ujung pedang tetap mengarah kepada Bong Thian-ci.

Dengan mengikuti perubahan ini sekaligus dia mengubah jurus serangannya pula sudah tentu hal ini diluar tahu Bong Thian-bi, maka dia didesak mundur tiga langkah. Tapi pedang say- ci-hong kena diselentik lebih dulu, maka gebrakan ini hanya boleh dianggap seri alias setanding.

Lain halnya cara gebrakan Tang-hay-liong yang menghadapi Lau Thian-hut secara kekerasan, tiga kali dia lontarkan pukulan, deru angin pukulannya laksana gugur gunung dahsyatnya sepasang gelang Liu Thian-hut saling menyerang tiba, tiga kaki didepan sekitar badannya, tak mampu mendekati apa lagi mengenai badannya, setiap kali jarang tentu tertolak balik oleh getaran pukulan malah kedua gelangnya sering beradu sendiri sehingga menerbitkan suara ramai, kuping Lau Thian-hut sendiri pekak rasanya.

Lekas Bong Thian-bi menubruk datang, kembali kedua saudara seperguruan ganti posisi tukar lawan pula. Kini Lau Thian-hut berhadapan pula dengan permainan pedang say-ci- hong, sedang Bong Thian-bi membendung arus pukulan Tang- hay-liong.

Kong-tong-ji-ki adalah suheng-te, selama puluhan tahun kemanapun selalu berduaan tak pernah berpisah, maka kerja sama jauh lebih ketat, rapat dan sesaat. sedang Tang-hay- liong dan say- ci-hong harus berjuang sendiri2 tapi mereka sama membekal kepandaian silat lihay yang tinggi, didalam kerja sama memang tidak sehebat lawan, namun mereka toh tidak pernah dirugikan.

Begitulah kedua pihak sering ganti berganti lawan, Tapi Tang-hay-liong mengutamakan Bong-Thian-bi sebagai lawannya demikian pula say- ci-hong lebih mantap menghadapi Lau Thian-hut.

semakin tempur Tang-hay-liong semakin gagah garang, mata melotot dan alis tegaki setiap gerakan kaki tangannya pasti membawa deru angin kencang, betapa gagah dan perkasa perbawanya.

Lain pula keadaan say-ci-hong dia bersikap kalem dan wajar, gerakan badannya mengikuti permainan pedangnya, keduanya berpadu laksana air mengalir dan mega mengembang, kelihatannya begitu bebas dan merdeka.

Cepat sekali pertempuran mereka semakin memuncak tegang, kelihatannya pihak Tang-hay-liong sudah unggul diatas angin sementara say- ci-hong kini setanding dengan  Lau Thian-hut. Tapi bagi pandangan tokoh2 silat kelas utama, bahwa say- ci-hong malah lebih meyakinkan didalam mengejar kemenangan lebih dulu.

Benar juga tiba2 permainan pedang say- ci-hong berubah, sinar pedang menari2 laksana bianglala memanjang menyentuh bumi, seperti hujan kembang bertaburan, Lau Thian-hut tetap bertahan mati2an dengan kaki melangkah posisi Ngo-hing-pat-kwa, namun setindak demi setindak mundur teratur, walau belum kelihatan bakal kalah, namun permainan sepasang goloknya sudah semakin lambat, pihak lawan tujuh delapan kali lebih banyak menyerang, hebat adalah permainan pedang say-ci-hong ternyata diselingi pukulan telapak tangan, semakin gencar rangsakannya.

Sementara Tang-hay-liong tetap berhantam sama kuat, serang menyerang silih berganti, namun Bong Thian-bi lebih kokoh pertahanan serta melayani dengan mantap dan tabah, sehingga Tang-hay-liong selalu kehilangan peluang untuk menjatuhkan lawannya.

Kiranya Thay-jing-khi-kang yang diyakinkan say-ci-hong adalah Iwekang aliran murni dari Hian-bun, perbawanya kira2 sama dengan Gun-go-an-it sat-kang yang diyakinkan Tang- hay-liong. Tapi Gun-koan-it-sat-kang membawa kekuatan besar dan keras, sebaliknya Thay-jing-khi-kang serba lunak dan luwes, jauh lebih mudah menyusup untuk merobohkan lawan.

Lau Thian-hut berkepandaian silat lebih rendah dari sang suheng, say-ci-hong menyelingi serangan pedang dengan pukulan tangan lagi, setelah dia kembangkan Thay-jing-khi- kang, semula dia belum merasakan, namun lambat laun setelah serang menyerang cukup lama baru terasa olehnya adanya angin lembut sepoi2 menyampuk muka dan menghembus badan, sekaligus hawa hangat yang nyamanpun merembes kedalam badannya.

Walau hembusan angin ini tidak kencang, demikian pula hawa itu hanya hangat tidak panas, tapi orang menjadi merasa ngantuk dan lemas lunglai, menjadi malas, sebetulnya gelang matahari dan rembulan Lau Thian-hut diputar laksana kitiran terbang, tanpa terasa lambat laun gerakannya semakin kendor dan lambat.

sudah tentu Lau Thian-hut merayakan perubahan ini keruan hatinya mencelos, insaf bila bertahan terlalu lama dirinya bisa celaka, maka timbul maksudnya untuk menggunakan serangan jahat untuk merenggut kemenangan, Sa Yang belum lagi dia melaksanakan niatnya, say- ci-hong sudah bertindak lebih dulu, tampak orang berputar sekali seperti gasingan, tahu2 rangsakannya menjadi gencar, cahaya perak membalut seluruh badannya, sinar kilatpun berketebat diangkasa, kuntum kembang dan ceplok sinar pedangnya berkembang, laksana bintang2 kelap kelip diangkasaraya nan gelap. ribuan titik sekaligus meluncur jatuh memberondong dirinya.

"Bagus, biar aku adu jiwa dengan kau" hardik Lau Thian- hut nekad, kedua gelangnya dia timpukkan, dua gulung sinar emas membundar menerjang kedalam lingkungan cahaya pedang perak say- ci-hong, inilah jurus terakhir yang paling lihay dan tunggal merupakan serangan mengejar kemenangan dikala terdesak dari Loan-hoat-kian-hoat kebanggaan Kong- tong-ji-ki, namanya siang-hoan-tau-gwe (sepasang gelang mengganti rembulan).

Kedua gelangnya itu bagian luarnya dihiasi dua belas gigi yang runcing dan tajam, kalau ditimpukan terbang dan mengalung golok atau pedang lawan gaman lawan bisa direbutnya.

Kedua pihak sama2 melancarkan jurus tunggal yang paling hebat maka terdengarlah suara gemerantang nyaring, ceplok, kembang dari sinar pedang yang bertaburan diangkasa tiba2 melingkup menjadi satu cahaya pedang nan terang, sedang kedua bunderan gelang itu tahu2 tertolak balik,

Waktu Lau Thian-hut melompat maju menangkap pula sepasang gelangnya, ternyata gigi gelang rontok tiga buah dan lima buah, Ternyata didalam gebrakan yang menentukan ini, pedang tunggal say-ci-hong menusuk kearah kedua gelang terbang, satujurus dua gerakan, begitu ujung pedang menusuk masuk kedalam gelang, tajam pedangnya dia putar dan pelintir, sehingga siang-hoan-tau-gwe musuh yang lihay dapat dia patahkan, malah giginya

teriris gumpil delapan buah.

Betapa cepat gerakan pedangnya serta menakjubkan permainannya, tiada pujanggga yang mampu melukiskan dengan kata2. Tahu2 pedang say-ci-hong sudah masuk kembali ke dalam sarungnya, katanya tawar: "Terima kasih sudi mengalah sejurus, kita boleh menghentikan pertempuran bukan?"

Belum habis say- ci-hong bicara, Lau Thian-hutpun dengan malu berpaling kearah suhengnya, tiba2 Bong Thian-bi gelak2, katanya:

"Terima kasih sudi mengalah, memang kita harus berhenti."

Tampak Bong Thian-bi menggendong kedua tangannya berdiri tegak ditempatnya, sebaliknya Tang-hay-liong tersurut mundur tiga langkahi baru sekarang dia kendalikan badan berdiri tegak pula.

Kiranya melihat say- ci-hong menang, Tang-hay-liong menjadi ter-gesa2, pikirnya diapun hendak pukul Bong Thian- bi supaya dua pihak menang berharap. Tak nyana latihan Bong Thian-bi jauh lebih matang dan kokoh dari sutenya, karena terburu nafsu, sedikit peluang saja malah digunakan oleh lawan, dengan enteng orang menyampuk dan menarik, meminjam tenaga menggempur lawan, sehingga Tang-hay- liong yang ingin menang malah kalah sejurus.

sebagai tokoh tinggi sudah tentu Tang-hay-liong segan perang mulut, maka dengan gelak2, dia berkata:

"Loan-hoan-ciang-hoat memang tidak bernama kosong, kagum, kagum, Baik aku mengaku kalah, Babak ini boleh dianggap seri."

sudah tentu apa yang disatukan Tang-hay-liong kebetulan dan melegakan hati Kong-tong-ji-ki. Kedua pihak lantas mengundurkan diri.

Babak ketiga dari pihak Kongsun Ki gadis baju merah baru bergerak hendak tampil kedepan, tiba2 seorang laki2 kurus jangkung berdiri, katanya.

"sumoay, kau sudah beberapa kali unjuk keiihayanmu, kali ini biarlah aku berkesempatan melemaskan otot." sembari bicara badannya tiba2 melejit tinggi bagai burung elang menerobos hutan, seperti burung camar menyongsong gelombang, badannya meluncur turun naik melampaui gadis baju merah melesat kedepan dan hinggap ditengah gelanggang, sikapnya tetap wajar, tidak kelihatan napasnya sesak mimik tak berubah.

Demonstrasi Ginkang yang hebat ini sungguh amat menakjubkan, diam2 hadirin bertepuk tangan dan memuji dalam hati.

siang- lotoa segera memberitahu dengan suara lirih kepada Hong-lay-mo-li:

"Laki2 inilah yang mengirim surat balasan Kongsun Ki bersama Cong cau-tay."

Terdengar laki2 kurus jangkung itu tengah berseru lantang: "Se-bik sianjin Ko In-hwi ingin berhadapan dengan para

Enghiong, sumoayku sudah beberapa kali mendapat

pengajaran dari Liu-bingcu, Sa Yang aku orang she Ko sendiri belum pernah sempat bertemu. Kini kesempatan telah tiba, aku mohon petunjuk Liu-bingcu diatas Bwe-hoa-cun (barisan kembang Bwe)."

Perlu diketahui Bwe-hoa-cun adalah sebuah barisan yang terbuat dari ujung2 golok atau bambu yang runcing, dan dua orang yang bertanding harus mengandalkan Ginkang tinggi untuk bertempur diatasnya.

sudah tentu hadirin keheranan, lapangan dihadapan mereka berumput tebal, tiada kelihatan ada barisan golok atau bambu runcing.

Baru saja Hong-lay-mo-li mau bicara, tahu2 seorang gelak2 disampingnya, tegurnya:

"saudara Ko, bagaimana keadaanmu selama berpisah, masih kenal orang sheBun dari Kang lam?" ditengah gelak tawa yang berkumandang, tampak bayangan orang laksana seekor garuda besar meluncur turun kearena betapa tinggi gerakan Ginkang orang ini agaknya masih lebih unggul dari laki2 kurus jangkung, pendatang ini bukan lain adalah Thi-pit-su-seng Bun Yat-hoan yang belakangan ini diangkat sebagai Bu-lim-beng-cu dari Kang- lam.

Terbalik mendelik biji mata Ko In-hwi, katanya:

"Kunyuk kecut kau ingin bertandingan dengan aku? sepuluh tahun yang lalu kita..."

"Benar sepuluh tahun yang lalu kita pernah bergebrak waktu itu setanding sama kuat dan belum ada yang kalah, hari ini biar kita selesaikan pertandingan dulu. Ketahuilah Liu- bingcu adalah pimpinan yang menguasai pertandingan ini, jikalau setiap orang menantang berkelahi sama dia, apakah  dia harus membagi badannya? Biarlah aku pelajar kecut saja yang melayani kau."

Merah dan panas muka Ko In hwi di-olok2, katanya: "Baiklah, kabarnya kau sudah diangkat sebagai Bulim-

bingcu dari Kang lam tentunya ilmu silatmu sudah maju pesat.

Biar sekali lagi aku belajar kenal akan kepandaianmu."

" Kemajuan sih tiada, cuma belakangan ini aku memang ada mempelajari ilmu yang khusus untuk menangkap musang yang suka mencuri ayam dan suka kentut busuk, Cuma kau menantang berkelahi diatas bwe-hoa-cun, aku jadi ragu2 apakah pelajaranku ini berguna untuk melayanimu."

Kiranya dalam pertandingan sepuluh tahun yang lalu Ko In- hwi sudah hampir dikalahkan Bun Yat-hoan, namun dia gunakan Tok-bu-kim-ciam senjata rahasia berasap yang mengandung jarum beracun untuk melarikan diri, Bun Yut- hoan menang sejurus, namun diapun tersambit sebatang Bwe- hoa-ciam maka pertempuran itu hanya boleh dianggap seri. Musang kentut busuk yang dimaksud oleh Bun Yat-hoan adatoh olok2 kepadanya yang melepaskan granat berasap.

Merah lagi muka Ko ln-hwi, katanya:

"jangan cerewet ketahuilah Bwe-hoa-cun yang kuatur hari ini rada lain dari biasanya, maka pertandingan kali ini merupakan pertaruhan jiwa pula, Maka perlu hal ini kutandaskan kepadamu."

"Biar kau menantang dilautan api digunung goloki aku orang she Bun akan mengiringimu dengan senang hati, Mana Bwe-hoa-cunmu?"

"Nah itulah Bwe-hoa-cun segera kuatur."

jengek Ko In-hwi. Maka tampak sepuluh anak2 kecil berbaris keluar, setiap orang menggendong sebuah karung besar panjang yang lebih tinggi dari perawakan mereka sendiri, isi karung itu cukup berat karena mereka sampai terbungkuk2, namun langkah mereka tetap enteng dan tangkas.

"Aturlah seratus delapan jalan Bwe-hoa-cun berpintu aneh." Ko In-hwi memerintahkan.

Dua bocah yang terdepan mengiakan, serempak mereka membuka karung, kiranya isi karung adalah golok2 panjang runcing yang berkilauan, bentuk golok2 ini aneh dan berbeda dari golok umumnya karena golok ini tidak bergaran, kedua ujung runcing, yang bekerja hanya dua bocah saja, mereka pegang bagian tengah goloki satu persatu ditancapkan ditanah berumput sehingga golok2 itu tegak berdiri berjajar, cepat sekali, seratus

delapan golok sudah berbaris dan berdiri dengan formasi barisan Bwe-hoa-cun.

sinar golok yang kemilau diringkah sinar surya menjadikan perasaan orang giris tertekan.. Biasanya Bwe-hoa-cun menggunakan kayu yang tumpul bagian atasnya, paling2 pakai bambu runcing. Tapi Ko In-hwi kali ini menggunakan barisan golok.

Disaat kedua bocah itu sibuk menanam goloki Hong-lay- mo-li mohon keterangan kepada say- ci-hong yang tahu seluk beluk dunia persilatan didaerah barat.

Maka say- ci-hong lantas memberi keterangan ala kadarnya:

"Ko In-hwi adalah murid tertua dari Ling-san-pay di seek. Ling-san-pay memang luar biasa, orang2 mereka berkelakuan aneh dan berdiri diantara lurus dan sesat, sekarang terbagi menjadi dua sekte, sekte selatan dipimpin kaum Hwesio, sebaliknya sekte utara dipegang kaum Nikoh kedua sekte menduduki dua puncak berlawanan satu digunung selatan yang lain di- gunung utara, ciangbun sekte selatan dipegang Bing-ciu siangjin. ciangbun sekte utara adalah Ceng-ling suthay.

Kedua sekte sama menerima murid2 preman yang campur aduk. Ko in-hwi adalah murid tertua dari Bing-ciu siangjin, gadis baju merah itu bernama siang-koan Po-cu, murid penutup dari Ceng-ling su-thay. Maka mereka sesama perguruan terpaut cukup banyaki siangkoan Po-cu ini paling mendapat kasih Sa Yang gurunya, murid perempuan yang paling berkepandaian tinggi dari seluruh murid2 Ceng-ling suthay.

Kepandaian silat Ling-san-pay mengutamakan keistimewaan aliran sesat dan senjata rahasia, begitu pula ilmu Ginkang mereka merupakan aliran tersendiri.

"sepuluh tahun yang lalu, Bun Tayhiap pernah kelana ke

se-ek disana dia menghukum dan menghajar murid2 Ling san- pay yang kurang ajar dan tidak scsonoh, se-wenang2 lagi.

Belakangan Ko In-hwi tampil kemuka membela para sutenya, dalam pertandingan itu kedua pihak sama2 cidra, Ko In-hwi lari pulang ke Iing-ciu-san, sedang Bun Tayhiap kembali ke Kang lam. Permusuhan merekapun terikat sejak saat itu"

sementara itu b arisan Bwe-hoa-cun telah rampung dipasang, dengan gaya Kan-te-pakrjong (mencabut lobak ditanah kering) dengan enteng Ko In-hwi mendahului lompat naik keujung goloki sebuah kakinya menginjak ujung golok yang runcing kemilau, dengan gaya Kim-kee-lip (ayam emas berdiri satu kaki), dengan congkak dia menantang:

"silakan."

Perlu diketahui, bertanding diatas ujung golok bukan saja memerlukan Ginkang yang tinggi, Iwekang-pun harus hebat dan sempurna latihannya kalau tidak sedikit kerahkan tenaga, telapak kaki pasti tertusuk luka oleh ujung golok.

Hadirin baru pertama kali melihat pertandingan yang luar biasa ini, meski tahu biasanya Bun Yat-hoan paling membanggakan Ginkangnya, mau tidak mau banyak yang menguatirkan keselamatannya. Maklumlah barisan ini sudah menjadikan kemahiran Ko In-hwi sementara Bun- Yat-hoan sendiri baru pertama kali dan belum tahu seluk beluknya lagi.

Maka tampak Bun Yat-hoan sedikit angkat jubahnya terus melompat naik keujung goloki namun belum lagi berdiri tegak tiba2 dia menjerit

"Aduh," badanpun limbung hampir jatuh.

sudah tentu orang banyak kaget dibuatnya, namun dilihatnya kaki Bun Yat-hoan seperti menginjak pegas saja, dengan membungkuk badan kembali dia berlompatan mencak2 dengan tengah mengelus telapak kakinya, namun tiba2 dia tertawa:

"Untung telapak kakiku tebal, tidak sampai tertusuk oleh ujung golok ini, Baiklah, golokmu tidak mampu menusuk telapak kakiku, sekarang aku akan mencakar kulit mukamu." Watak Bun Yat-hoan memang Jenaka dan suka berkelakar dan pandai membadut lagi. Walau sudah jadi Bu-lim Bingcu kebiasaan suka membanyol masih tidak bisa hilang. Agaknya dia memang sengaja main2 hendak menggoda Ko In-hwi.

Tapi bukan melulu berkelakar, karena dengan melompat- lompat seperti orang kesakitan itu, sebelah kakinya menginjak- menginjak ujung golok dari satu berpindah keujung golok yang lain, sekaligus dia pamer kemahiran ilmu Gingkangnya yang lihay, lompatan terakhir cukup tinggi, ditengah udara dia bersalto kebelakang, begitu ujung kaki menutul ujung goloki diapun hinggap berdiri dengan gaya Kim-ke-tok-lip. berdiri dihadapan Ko In-hwi.

"Bagus," seru Ko In-hwi,

"marilah aku belajar kepandaian sepasang Boan-koan- pitmu."

mulut bicara kakinya melompat mundur menginjak golok kelima dari arah samping kiri, Bun Yat-hoan memburu maju seraya berkata dengan tertawa:

"Kenapa tak berani menyerang lebih dulu, takut kucakar mukamu?"

se-konyong2 Ko In-hwi menghardik

" Lihat cambuk." begitu dia pentang tangan, angin seperti bergolak oleh derusamberan cambuk panjang yang melingkar terus menerjang kedepan.

Kiranya cambuknya itu dinamakan Kiau-kin-janliong-pian dibuat dari akar menjalin yang kuat alot yang tumbuh di Yarjin-san serta digubat otot biawak laut, disamping lemas cambuk ini bisa menjadi keras dilandasi tenaga Iwekang pemakainya, maka disamping kegunaannya sebagai cambuk sekaligus bisa pula digunakan sebagai pentung mana perlu, biasanya cambuknya ini dijadikan sabuk di pinggangnya, merupakan senjata lihay yang amat ampuh. Panjang cambuk Ko In-hwi ada setombak lebihi sebaliknya potlot Bun Yat-hoan hanya dua kaki delapan cun, maka dia harus lompat mundur supaya jarak kedua pihak rada jauh sesuai dengan manfaat cambuknya yang lebih leluasa bergerak dari jarak jauh menyerang kelemahan musuh.

Bertanding diatas Bwe-hoa-cun jauh lebih sulit ditanah datar, apa lagi kalau bertempur secara ketat darijarak dekat, maka didalam permainan senjata Ko In-hwi sudah mengambil keuntungan lebih dulu.

Betapa cepat gerakan cambuk Ko In-hwi yang melingkar menggulung datang seperti angin lesus, tapi gerakan Bun Yat- hoan lebih cepat lagi, ditengah bayangan bergulungnya cambuki tampak badannya berkelebat mengikuti pusaran deru cambuk dan ikut berputar lempang, "sret" tahu2 ujung cambuk menyapu lewat dari bawah kakinya, terpaut satu dim hampir mengenai kakinya.

Begitu luput belum lagi cambuk Ko In-hwi ditarik baliki jurus susulannya sudah dilancarkan. Dimana ujung cambuknya berputar dengan jurus Liong-sau-yap (angin lesus menyapu daun), serangan ini merupakan jurus cambuk saktinya yang paling lihay, dimana angin menderu, bayangan cambuk bergulung berlapis2, dimana Bun Yat-hoan berkelit telah disapu dan di gulungnya.

Ditengah udara jelas Bun Yat-hoan takkan bisa berkelit lagi, namun disaat genting itu ditengah udara tiba2 dia bersalto, kepala dibawah kaki diatas kedua potlotnya menyendal, dia bikin cambuk Ko In-hwi ter-sampuk pergi. Gebrakan ini sungguh amat menakjubkan, yang menyerang bagus, yang menangkis indahi mau tidak mau kedua pihak penonton bersorak dan bertepuk tangan.

Begitu meluncur turun, baru saja ujung kaki Bun Yat-hoan menutul ujung goloki serangan Lian-hoan-som-pian yang dilontarkan Ko In-hwi sudah merangsak tiba. Kembali Bun Yat- hoan kembangkan ilmu Gin-kangnya yang luar biasa, sungguh bak ceng coreng menutul air, seperti burung camar melawan gelombang, sedikit berkelebat tahu2 badannya sudah mundur keujung golok kedua, namun terdengar " klik", ujung goiok dimana barusan dia berdiri sudah tersapu putus oleh cambuk Ko In-hwi.

Baru saja ujung kaki Bun Yat-hoan menginjak golok kedua, tiba2 terasa kakinya seperti menginjak tempat kosong, tahu2 ujung golok anjlok kebawah dan bergoyang hampir saja dia tersungkur, Cepat sekali serangan cambuk Ko In-hwi sudah menyamber pula, Bun Yat-hoan membentak:

"Kau maki gila apa ini?"

dengan mengerahkan tenaga pinggang dia kembangkan Ui- koa jiong-siau ginkang puncak tinggi, badannya seketika melambung dua tombak tingginya. Maka terdengar "peletak" golok kedua yang dia injak barusan seketika roboh.

Gerakan cambuk Ko In-hwi laksana kitiran seperti angin lesus yang mengamuk orang2 di-pinggir gelanggang hanya melihat sepulung bayangan cambuk berkelebat, seketika itu pula golok yang terinjak tadi sudah roboh, maka orang banyak mengira golok itu jatuh karena disapu cambuknya.

Tapi Bun Yat-hoan sendiri maklum, kalau golok pertama memang putus tersapu cambuk, tapi golok kedua jatuh sendiri, Begitu Bun Yat-hoan melambung keatas gerakannya laksana garuda menukik menubruk turun kearah Ko In-hwi. Ginkang Ko ln-hwijuga tidak lemahi sigap sekali dia lompat menyingkir kesamping, agaknya dia gentar bentrok secara berhadapan dengan Bun Yat hoan.

Begitu Bun Yat-hoan tancapkan kakinya digolok dimana tadi dia berdiri, sehat sekali dia sudah lompat pula ganti posisi, jadi jarak antara mereka tetap terpaut lima golok.

Tiba2 terdengar Bun Yat-hoan bersenandung: "Ada kepala semuanya boleh cukur, tidak dicukur pasti bukan kepala, orang yang biasa mencukur kepala manusia maka orangpun boleh saja mencukur kepalanya,"

sudah tentu semua hadirin melengak heran, sungguh tak nyana dikala bergebrak sengit mengadu jiwa dengan musuhi Bun Yat-hoan masih sempat senandung segala, tiada hadirin yang mengerti apa arti dari syair yang dia senandungkan?

Begitu suara aneh Bun Yat-hoan sirap. mendadak dia membentuk:

"Diberi tidak membalas kurang hormat. Baik biar kau tahu kelihayanku, Hehe, hal nah inilah yang dinamakan membalas dengan cara orang itu sendiri"

mulut bicara gerakannya segesit ceng coreng menutul air, badannya melesat kedepan, tampak dimana setiap kakinya menutul, maka golok sama bergoyang gontai dalam sekejap mata 17 batang golok jatuh karena injakannya.

Gerakan Bun Yat-hoal cepat dan tangkas, begitu golok jatuhi ujung kakinya tahu2 sudah berpindah keujung golok yang lain, sehingga dia tidak ikut terperosokjatuh. Menurut aturan bertanding diatas Bwe-hoa-cun, asal tidak jatuh dari atas Bwe-hoa-cun, maka dia tidak terhitung kalah.

Kiranya Bwe-hoa cun yang diatur Ko ln-hwi ini memang ada dipasangi jebakan, didalam setiap golok2 runcing yang tegak itu tersembunyi perangkap. Ujung golok dalam barisan Bwe- hoa-cun ini menggantikan kayu. seluruhnya ada seratus delapan sehingga terciptalah 108 Ki-bun-Bwe-hoa-cun, 38 batang diantaranya hanya ditancapkan begitu saja dan kurang kokoh.

Maka didalam pertempuran ini, kegesitan, ketangkasan, Ginkang dan Iwekang diatas barisan golok ini, berarti Bun Yat- hoan ditempat gelap sementara Ko In-hwi ditempat terang, Ko ln-hwi sudah tahu letak dari 38 batang golok yang hanya ditancapkan begitu saja untuk mengelabui mata orang, sementara Bun Yat-hoan yang tidak tahu akan rahasia dan jebakan ini mungkin saja mengalami kerugian besar,

Untung Bun Yat-hoan sempat membongkar tipu Iicik lawan dan karena tipu lawan pula otaknya yang cerdik mendapat akal pula untuk membalas perangkap lawan yang licik.

Maklumlah potlotnya pendek, cambuk lawan panjang, untuk mengalahkan musuhi dia harus melabraknya dalam jarak pendeki setelah mendapat ide untuk memecahkan perangkap lawan, sekaligus dia injak roboh barisan golok2 yang terpijak kakinya, sehingga Ko ln-hwi terdesak dan ruang geraknya dipersempit.

Keruan kejut dan gusar Ko In-h2i dibuatnya, makinya: "Tadi sudah dijanjikan untuk bertanding di atas Bwe hoa-

cun bertempur cara apa yang kau gunakan ini?" Bun Yat-hoan tertawa besar:

"Peduli bertempur dengan cara apa, pendek kata kau harus dipukul jatuh dari barisan ini. Aku tidak melanggar aturan, peduli amat dengan ocehanmu." sembari bicara cepat sekali 108 batang golok2 itu sudah di injaknya jatuh semua, kini tinggal dua saja yang masih menancap diatas tanah.

Bun Yat-hoan gelak2, serunya:

"Coba kemana lagi kau bisa menyingkir Nah kini aku menyerbu tempatmu."

"pletak" golok yang dia injakpun dia bikin patah, berbareng badannya melambung keatas menubruk kearah Ke In-hwi yang menginjak sisa golok yang masih berdiri. Ke In-hwi tiada tempat lain untuk berkelit dan menyingkir lagi, kecuali dia melompat turun, tapi menurut aturan pertempuran di Bwe- hoa-cun, barang siapa menyentuh tanah lebih dulu terhitung kalah, sudah tentu dia tidak rela menyerah kalah begitu saja. Dalam detik yang gunting itu, Bun Yan-hoan tengah menubruk utk merebut sisa golok yang dia duduki, sebatang golok runcing tak mungkin diduduki dua orang, Maka Ke ln- hwi nekad dan membentak:

"Baik, aku adu jiwa dengan kau",Jan-liong-pian berputar lalu disendai cambuk melingkar2 dengan deru angin kencang, bagai hujan badai derasnya menggulung ke-arah Bun Yat- hoan yang menubruk datang, sementara Bun Yat-hoan sudah menubruk dekat dalam jangkauan ujung cambuknya, namun badannya masih terapung ditengah udara.

Menang kalah kedua pihak akan ditentukan pada gebrakan terakhir ini, maka kedua pihak sama2 keluarkan seluruh kekuatan dan kemahirannya. Ke In-hwi menduduki dua keuntungan, pertama cambuknya panjang, kedua, dia bergerak menurut situasi dan mengatasinya, jurus cambuk yang dia mainkan dinamakan Pat-hong-hong ih-hwi-tiong-du, beberapa tombak seputar gelanggang terkurung didalam gaya permainan cambuknya. Apa lagi Bun Yat-hoan ditengah udara, jelas tak mungkin berkelit.

Di-saat2 gawat itulah, mendadak Bun Yat-hoan membentak:

"Kena", tahu2 jarinya terulur menangkap ujung cambuki betapa menakjupkan gerakan Kim-na-jiu yang tepat pada waktunya sehingga berhasil menangkap ujung cambuk yang bergetar keras dan dahsyat. seluruh hadirin menonton dengan melongo dan berdebar jantungnya, bernapas pun rasanya sesaki

Ke In-hwi cukup berpengalaman didalam pertempuran, kepandaiannya tinggi, dia bisa berkeputusan pada detik2 yang tidak menguntungkan itu, tiba2 diapun menghardik:

"Turun", cambuk dia lontarkan, berbareng dia tambahi dengan dorongan kedua telapak tangan. Baru saja Bun Yat-hoan menangkap ujung cambuknya, mendadak lawan membuang gamannya, licik juga seperti meteor jatuh badan Bun Yat-hoan seketika anjlok jatuh kebawah.

Tang-hay-liong adalah kenalannya yang paling kental, keruan, dia paling kaget, teriaknya:

" Celaka, kutu buku ini mesti kalah."

Belum lenyap kumandang suaranya, terdengar Bun Yat- hoan membentak:

"Turun."potlot ditangan kiri dia timpukan mengincar pundak kiri Ke In-hwi. Ke In-hwi tahu diri, kalau kena timpukan potlot baja lawan, tulang pundaknya tembus dan cacadlah badan serta punah ilmu silatnya.

sudah tentu demi keselamatan jiwa raga, tidak terpikir lagi oleh Ke In-hwi akan menang kalah dan gengsi segala, terpaksa dia melompat menyingkir dari satu2nya golok yang tersisa berdiri, Ditengah udara Bun Yat-hoan bersalto dengan gaya indah dia membalik badan, sehingga daya merosot badannya sementara tertahan. dialah sebelum badannya meluncur lebih lanjut dia sempat meraih potlotnya yang dia timpukan tadi, baru kedua kakinya menyentuh tanah.

Tatkala itu Ko ln-hwi sudat terjatuh ditanah dan baru saja merangkak bangun, Menurut aturan perundingan diatas Bwe- hoa-cun, pihak yang jatuh menyentuh tanah lebih dulu adalah pihak yang kalah. sudah tentu Ko In hwi harus mengakui keunggulan lawan dan terima kalah.

Dengan muka merah malu dan menyesal akan kekalahannya Ko ln-hwi mundur ketempat rombongannya, sementara pihak orang2 gagah bertepuk sorak gegap gempita menyambut kemenangan Bun Yat-hoan yang gemilang. sebelum babak selanjutnya dilanjutkan, ditengah tampik sorak orang banyak kembali Hong-lay-mo-li berseru heran, katanya:

"Coba lihat siapa itu yang datang?"

Tampak dua ekor kuda membedal kabur mendatangi, cepat sekali sudah tiba di depan Hong-lay-mo-li, penunggangnya adalah dua muda mudi yang langsung melompat turun seraya berseru:

"Liu-bingcu, kami datang terlambat" kaget dan girang Hong-lay-mo-li dibuatnya, kiranya pendatang ini adalah Khing ciau dan cin Long-giok yang di-tunggu2nya.

Melihat mereka datang selamat tidak kurang suatu apa legalah hati Hong-lay-mo-li, katanya tertawa:

"syukurlah kalian sudah datang, kejadian ditengah jalan boleh nanti kau ceritakan, Ada sebuah hal perlu kuberitahukan kepadamu."

Baru saja Hong-lay-mo-li mau menyerahkan surat siang Ceng-hong kepada Khing ciau, tiba2 Kongsun Ki membentak:

"Bagus, bocah she Khing, kebetulan kau datang, Lekas kemari."

"Kongsun Ki." damrat Khing ciau gusar.

"kau mau apa, kalau mau berkelahi sukalah tampil kedepan."

Kongsun Ki gelak2, serunya:

"Kau tidak setimpal bergebrak denganku? Masa kau belum mengerti? Aku ingin kau berlutut dihadapanku."

"Kurcaci kau, seorang laki2 lebih baik mati daripada dihina, ilmu silatmu lebih tinggi, aku lebih suka mati ditanganmu."

sikap dan tingkah Kengsun Ki menimbulkan heran bagi orang2 gagahi dimana sini orang mencaci maki: "Bertanding silat ada aturan dan tata tertibnya, yang kuat mana boleh main paksa dan menindas yang lemah apa lagi menghina orang lain."

Kengsun Ki berseru lantang:

"Hadirin banyak yang tidak tahu, bukan aku Kengsun Ki sengaja mau menindas anak muda, tapi aku bertindak sesuai aturan Bulim, adalah pantas dan jamak kalau Khing ciau bocah itu berlutut dan menyembah kepadaku."

Hampir meledak dada Khing ciau, semprotnya. "Kau punya alasan apa?"

"Kau pernah mempelajari ilmu dari keluarga siang, kini aku adalah majikan dari siang- kehipo, maka kau harus berlutut dan menyembah kepadaku, Malah harus mendengar perintah dan menjalankan tugas, bersetia lagi kepada siang- kehipo."

"Omong kosong, kentut bau melulu," damrat Khing ciau, "Dulu bukan aku yang ingin belajar silat keluarga siang,

siang ceng-hong sendirilah yang menipuku untuk mempelajarinya. suruhlah siang cong-hong keluar."

Kengsun Ki menarik muka, dengusnya:

"Siang Ceng-hong adalah istriku memangnya kau tidak tahu? Yang terang dulu kau pernah menyembah bakti kepada siang Ceng-hong, kini aku adakah bapak gurumu, berani kau membangkang perintahi terpaksa aku bertindak menurut aliran Bulim mencuci perguruan. He, h e, kau mau kemari tidak?"

Karena siang Ceng-hong masih selalu terkenang dan cinta kepada Khing ciau, maka Kongsun Ki menjadi jelus cemburu dan sakit hati, begitu melihat Khing ciau sengaja dia hendak cari perkara dan menghinanya dihadapan umum.

sudah tentu Khing ciau tidak mandah dihina dan dipermainkan,serunya: "Mulut keparatmu itu tidak akan tumbuh gading, aku tidak sudi, banyak bicara dengan tampangmu. suruhlah siang ceng- hong keluar biar aku jelaskan sama dia, kalau tidak hayolah kita tentukan kalah menang ditengah arena saja."

"Menghina guru mendurhakai Leluhur, tiada hukum tiada yang kuasa, Baik, ka:au tidak diberi hajaran setimpal, kau tidak tahu kelihayanku, Sa Yan-liu, ringkuslah bocah keparat ini." demikian bentak Kong-sun Ki.

sebagai murni murtad siau-lim-pay, melihat susioknya Mi- toh Taysu hadir disana, Sa Yan-liu rada takut dan selama ini sembunyi dibelakang rombongan, Kini dia harus mengeraskan kepala tampil kedepan. Tapi begitu dia keluar Mi-toh Taysu segera bersuara:

"Nanti dulu."

Berhadapan dengan Mi-toh Taysu, tak berani Sa Yan-liu tidak berlaku hormat, segera dia membungkuk seraya menyapa:

"susiok ada pesan apa?"

Mi-toh Taysu menggeram seraya menegakkan alisnya yang memutih panjang,

"Dalam matamu apa masih ada susiokmu ini? Hayo ikut aku pulang."

"ini, aku harus minta idzin dulu kepada Kongsun-pocu." "Baik Kengsun Ki, apa komentarmu?"

"Surat Taysu sudah kubaca, Ada sebuah hal masih belum kumengerti, mohon Taysu suka jelaskan, Mohon tanya kedatangan Taysu untuk urusan murid kalian? Atau hendak ikut bertanding?"

"Sa Yan-liu adalah murid kita, dia melanggar aliran dan undang2 perguruan, ku harus menggusurnya pulang supaya dijatuhi hukuman oleh Hong-tiang, siau- limpai tidak ingin terlibat dalam pertikaian dalamBu-lim, namun siau- lim-si tidak takut menghadapi urusan Kengsun pocu mau tampil bicara, apakah LOlap harus turun gelanggang atau tidak tergantung dari sikap Kengsun-pocu sendiri"

"Aku mengerti akan maksud Taysu," ujar Kengsun Ki tertawa tawar.

"jadi soal perguruan kalian dan pertandingan disini merupakan dua persoalan yang berlainan, kini Sa Yan liu mendapat perintah untuk meringkus bocah she Khing, inilah persoalan intern siang-kehipo, tiada sangkut pautnya dengan Taysu. Bila urusan disini sudah selesai Kengsun Ki pasti memberi jawaban langsung kepada Taysu, sukalah Taysu bersabar sebentar"

"soal bertanding memang bukan urusanku, baiklah aku nantikan jawaban Kengsun-pocu." sahut Mi-toh Taysu.

"Bagus, kalau begitu akupun ingin tanya supaya jelas," sela Hong-lay-mo-li,

"Babak ini terhitung pertandingan atau pihak siang-kehipo kalian mau main tangkap orang?"

"Siau-sumoay, apa2an maksudmu ini? Bertanding atau menangkap orang, memangnya kau mau apa?"

"Bangsat, dengarkan. Kalau bertanding kedua pihak boleh mengajukan jaga masing2 mana boleh main tuding dan menantang,sesuka udelnya sendiri Kalau kau hendak tangkap orang, kamipun hendak membekuk orang. Kalau Khing ciau kau tuduh mengkhianati siang-keh-po, Sa Yan-liu adalah murid murtad Siau-lim si, kalau kau hendak meringkus Khing Ciau, kitapun bisa suruh orang membekuk Sa Yan-liu dan diserahkan kepada Mi-toh Taysu."

soalnya Hong-lay-mo-li tahu Khing Ciau bukan tandingan Sa Yan-liu, disaat dia mempertimbangkan, siapa kiranya yang setimpal menjadi lawan Sa Yan-liu, tak tahunya Khing Ciau yang keras kepala dan diburu nafsu amarah ini lantas tampil ke depan, serunya:

"Peduli segala persoalan, yang terang aku orang she Khing tidak sudi dipermainkan biarlah babak ini aku sendiri yng menghadapi lawan."

Kongsun Ki gelak2, serunya:

"Bagus sekali, siau-sumoay apa pula kau bisa bilang?" menurut aturan pertandingan bila kedua pihak setuju maju

ke arena, orang lain tidak boleh merintangi.

orang2 pihak Hong-lay-mo-li banyak yang tahu betapa dahsyatpukulan Tay-lim-kim-kong ciang ajaran murni siau- lim-si, maka mereka menguatirkan keselamatan Khing ciau, mau tidak mau mereka bersiap-siap turun tangan mana perlu.

Babak pertandingan kali ini jelas terlalu pincang akan tingkat kepandaian kedua orang yang bergebraki namun setelah gebrak dimulai, kenyataan sungguh jauh diluar dugaan orang banyak.

semula Sa Yan-liu tidak pandang sebelah mata kepada Khing ciaujengeknya menyeringai dingin

"Anak bagus, besar juga nyalimu, hayo seranglah." "Bukankah tugasmu menangkap aku? Kalau mampu maju

tangkaplah."

jawaban Khing ciau lebih tajam dari sindiran, maksudnya supaya lawan turun tangan lebih dulu.

Memangnya Sa Yan-liu tidak sabar lagi, dia ingin selekasnya mengakhiri tugasnya, tanpa banyak bicara jarinya lantas mencengkram kebatok kepala Khing ciau, gerak serangan mencengkram ini kelihatannya biasa saja, namun sebenarnya gerakan yang mengandung banyak variasi tipu tersembunyi merupakan ajaran Toa-kim-na-jiu dari si-au-lim-si yang murni sulit bagi pihak yang diterjang untuk menangkis atau melawan.

Kalau batok kepala luput sasaran selanjutnya adalah leher atau tulang pundaki umumnya kaum peralatan menggunakan gerakan Hong-tiam-thau untuk melayani serangan cengkraman seperti ini, tak nyana Khing ciau bukan saja tidak berkelit, dia malah ajukan sebelah tangannya membundar.

"plak" tahu2 dia sampuk minggir cengkraman tangan Sa Yan-liu.

Cengkraman Sa Yan-liu mengandung tipu2 tersembunyi yang banyak ragam variasinya, sebat sekali dia menggeser miringkan badan, ganti dengan jurus Yu-Iiong-tam-jiau (naga malu ulur cakar), kembali jari2nya mencengkram kedada Khing ciau, Tapi Tay-yan-pat-sek Khing Ciau keburu dilancarkan secara bergelombang dan sambung menyambung, tampak dia melangkah maju setapaki kali ini kedua telapak tangan terangkap dengan garakan gaya mata gambar Thaykheki se-konyong2 membundar, dari diserang balas menyerang, kalau Sa Yan-liu tidak lekas menarik tangannya, sikutnya pasti akan terjojoh patah tulangnya, Dengan mengeluarkan suara heran, Sa Yan-liu dipaksa mundur tiga langkah.

Khing Ciau membentak

"Kau tidak menangkap aku, biar aku yang tangkap kau saja."

dengan jurus Wan-kiong-sia-tiau (menarik busur memanah rajawali) tangan kiri seperti busur sementara duajuri tangan kanan terangkap menutuk maju.

Sa Yan-liu membentak:

"Bocah keparat biar kau tahu kelihayanku." dia gunakan Kim-kong-ciang, dengan jurus Tok-pi-hoa-san (membelah gunung Hoa-san), telapak tangan kanan menabok turun dari atasi membawa deru angin kencang.

Tay-kim-na-jiu memang bukan keahlian Sa Yan-liu. dalam gebrak permulaan tadi dia terlalupandang ringan Khing ciau, maka dia hanya gunakan tiga empat bagian tenaganya maksudnya hanya hendak menawan hidup2 tanpa melukainya, Kini dia dipaksa menggunakan keahliannya, Tay- lim- kim- kong-ciang merupakan salah satu kepandaian sakti siau-lim-si tenaganya dia kerahkan tingkat ke tujuh, perbawanya berlipat lebih dahsyat dari serangan tadi.

Diam2 Hong lay-moli mengucurkan keringat dingin, menguatirkan keselamatan Khing Ciau. Tak nyana dalam saat2 genting itu, tampak Khing Ciau tegak-kan kedua telapak tangannya, kaki melangkah keposi-si Tiong kiong, telapak tangan bergerak melintang berbareng menabas miring, yang dia gunakan adalah jurus Lat-toh-jian-kin (menyanggah tenaga ribuan kali) gerakan melintang tadi menyanggah sikut lawan, sementara tabasan telapak tangan kanan menyerang untuk lebih memantapkan serangannya. Maka terdengar "Plaki" Tokipi- hoa-san yang dilancarkan Sa Yan-liu tahu2 kena dipunahkan dengan gampang.

serangan Sa Yan-liu cukup deras dan hebat, namun cara Khing Ciau memunahkanpun teramat indah dan menakjupkan, kedua pihak sama2 tahu mengalah, sekaligus mengukur kepandaian secara- keseluruhan badan Khing ciau tergeliat lalu mundur dua langkah. namun tidak sampai jatuh.

Kelihatannya Khing Ciau masih sedikit asor, namun dia mampu menahan pukulan Kim-kong-ciang sa Tan-liu, sungguh amat di luar dugaan semua hadirin.

Bahwa Kim-na-jiu tak mampu menangkap Khing Ciau, kini Kim-kong-ciang kebanggaannya tak mampu melukai Khing ciau lagi, dari malu Yan-liu menjadi murka, disaat badan Khing Ciau limbung, dia memburu maju serta lontarkan serangan mematikan, Khing ciau kembangkan sip-hun-pou-hoat ajaran keluarganya gerak-geriknya goyang gontai seperti sempoyongan mirip benar laki2 mabuk.

Tabasan telapak tangan Sa Yan-liu secepat kilat itu hanya menyerempet lewat di pinggir pundaknya. tetap tidak melukainya. sebat sekali tahu2 Khing ciau bergerak dengan naga melingkar menggeser langkahi dia membalik badan balas menyerang.

Telapak tangan kanan bergerak keluar memancing perhatian Sa Yan-liu, berbareng ketelan tangan kiri membalik dengan jurus Ling-yang-koa-kok (kambing gembel menanggalkan tanduk) dia genjot sekerasnya ke muka Sa Yan-liu. serangan Khing ciau ini terlalu berani, namun Sa Yan- liu dipaksa mundur tiga tindak baru mampu gerakan pukulannya menangkis kepalan Khing Ciau.

Gebrakan ini berlangsung cepat dan lincah saling tubuik dan berlompatan, kedua pihak serang menyerang serta bertahan dengan kuat sejauh ini keadaan masih setanding sama kuat belum ada yang dikalahkan.

Hong-lay-mo-li amat heran dan tidak habis mengerti dia paling jelas akan perbandingan kekuatan kedua lawan yang sedang berhantam ini. Tingkat kepandaian Kim-kong-ciang Sa Yan-liu sudah mencapai kelas satu, Hong-laymo-li sendiri belum yakin dapat mengalahkan orang.

sementara setengah bulan yang lalu Khing ciau paling setanding melawan salah satu murid Kong-tong-ji-ki. Kini melawan Sa Yan-liu yang tingkat kepandaiannya jauh lebih unggul dari kedua murid Kong-tong-ji-ki dia bisa bertahan sama kuat, sudah tentu dia merasa keheranan.

Mau tidak mau dia menduga2 bahwa keterlambatan Khing ciau mungkin mengalami sesuatu pengalaman aneh yang membawa berkah bagi dirinya, Apa yang diduga Hong-lay-mo- li memang tidak keliru. Khing Ciau memang mengalami kejadian aneh yang membawa berkahi dia ketemu seorang tokoh aneh yang bantu menembuskan Ki-king-pat-meh badannya sehingga Iwekangnya bertambah maju lipat ganda.

Akan tetapi kecuali mendapat pengalaman aneh dalam penambahan Iwekang, masih ada unsur lain yang membuatnya kuat bertahan meski sebetulnya kedudukannya sudah dibawah angin.

Unsur utama itu adalah karena beradanya Mi-toh Taysu sebagai susiok Sa Yan-liu yang hendak menangkapnya dan dibawa pulang ke siau- lim-si. Apakah Kongsun Ki mampu melindungi dan membela dia masih merupakan tanda tanya.

Mau tidak mau hati Sa Yan-liu kurang tentram dan perkelahiannya jadi kurang mantap. maka Khing Ciau kuat bertahan dan setanding melawannya.

Bagaimana juga lambat laun Khing ciau terdesak dibawah angin, Hong-lay-mo-li tetap kerkuatir akan keselamatannya. Dalam pertempuran sengit itu, tiba2 Khing ciau lancarkan jurus serangan yang berbahaya, entah lawan memang sengaja memperlihatkan lobang kelemahan untuk menipu dirinya, dengan jurus Yap-te to-thau (mencuri buah tho dari bawah daun), dia mendesak maju terus memukul ketempat lobang lawan.

"Kena." sekonyong2 Sa Yan-liu membarengi bentakan menggunting tahu2 telapak tangannya berubah miring terus menabas turun kesamping, jurus serangannya ini dinamakan Jan-liong-jiu (tangan menabas naga) merupakan salah satu tipu terlihay dari Kim- kong- ciang. serang menyerang terjadi dalam jarak dekat seperti orang bergumul layaknya, maka kedua pihak takkan mungkin mengelakan diri dari serangan telak masing2. Khing ciau menghardik:

"Biar aku adujiwa sama kau." dalam detik2 yang genting itu, tiba2 dia merubah gerakannya, badannya bergelak doyong miring berbareng lengannya melingkar sehingga sekujur badannya melengkung, sementara kedua telapak tangannya dia dorongkan lempang kedepan.

Bagi orang lain tidak tahu akan kelihayan dan letak inti sari permainan Khing ciau yang lucu dan aneh ini, namun lain buat Kengsun Ki, tak tertahan dia menjerit kaget, serta merta badannya melenting seperti anak panah yang lepas dari busurnya menubruk ketengah gelanggang.

Kiranya perubahan gerakan serangan Khing ciau ini merupakan jurus serangan terlihay yang mematikan dari Tay yan-pat-sek, sejurus serangan mengandung tiga gelombang tenaga pukulan yang melandai ber-tubi2, khusus untuk melukai Ki-king-pat-meh dibadan lawan. 

serangan kedua pihak sama2 mematikan namun sekaligus merupakan daya pertahanan yang kokoh kuat pula, kalau adu kekerasan dan kekuatan ini benar2 terjadi, lengan Khing ciau jelas bakal putus dara protol olehJan-liong-jiu, sebaliknya Sa Yan-liupun akan terluka Ki-king-pat-mehnya, itu berarti diapun akan menjadi cacat, paling bertahan hidup setengah tahun dan akhirnya akan mati dengan mengenaskan.

Sa Yan-liu adalah pembantu Kongsun Ki yang diandalkan, dibalik persekongkolan mereka masih terdapat ikatan rahasia diantara mereka baru Kongsun Ki sudi melindungi dan membela dirinya.

Tujuannya adalah hendak memukul dan menjatuhkan pamor dan gengsi siau- lim-si melalui kelakuan Sa Yan-liu yang rendah dan terima diperbudak sekaligus untuk mencapai cita2 Kongsun Ki mengejar kedudukan tinggi sebagai Bulim Bengcu seluruh jagat.

oleh karena itu pada detik2 yang menentukan ini terpaksa Kongsun Ki bertindak untuk menolong jiwanya .

Di pihak lain, Hong-lay-mo-li sudah tentu tidak membiarkan Khing ciau dilukai lawan sehingga protol lengannya, jalan pikirannya selaras dengan maksud hati siau-go-kian-kun, tanpa berjanji keduanya bergerak bersama menubruk maju berusaha menolong Khing ciau.

Tiga tokoh kosen serempak turun gelanggang, gerakan mereka sama cepat dan tangkas, sedetik sebelum Sa Yan-liu dan Khing ciau bentrok secara telaki "Plak-plok", ditengah berkelebatnya bayangan orang diselingi deru angin pukulan dan samberan telapak tangan tahu2 sa dan Khing sama2 terpental mundur terpisah, badan Sa Yan-liu menyurut mundur disamping beberapa langkah, dua lingkar dia berputar baru tersungkur jatuhi demikian pula Khing ciau terloIak miring beberapa langkah dan berputar tiga lingkar, sama2 jatuh terduduk pula, sementara Hoa Kok-ham bersama Hong- lay-mo-li tengah berhantam melawan Kongsun Ki ditengah gelanggang.

Kedua pihak datang menolong bersama, disamping menolong teman sekaligus menyerang musuhi Iwekang Sa Yan-liu lebih tinggi, maka dia hanya berputar dua kali. Tapi keduanya jatuh bersama, maka tiada sepihak yang terhitung menang dan kalah.

Ter-sipu2 Cin Long-giok memburu maju memapah Khing ciau kembali ke-dalam rombongan, pihak lain Hwi-liong-tocu melompat keluar menolong Sa Yan-liu.

Begitu sebelah tangan mendorong Sa Yan-liu, tangan Kengsun Ki yang lain sekaligus memukul ke arah Hong-lay- mo-li. Lekas siau-go-kian-kun tudingkan kipas lempitnya menutuk Lau-kiong-hiat kelima jari Kengsun Ki mencengkram kipas terus ditarik "blang" telapak tangan yang lain beradu pukulan dengan Hong-lay-mo-li. Karena enam bagian tenaganya harus dia gunakan untuk menghadapi siau-go-kian- kun, maka adu pukulan melawan Hong-lay-mo-li terhitung sama kuat, Hong- lay- mo li ters urung mundur tiga langkah, sementara Kengsun Ki limbung, terpaksa kelima jarinya dia lepaskan. Betapa gesit dan tangkas gerakan siau-go-kian-kun, begitu kipasnya terlepas serentak dia lancarkan serangan telapak tangan diselingi tutukan kipas, tangan memukul dada sementara kipan menutuk Hiat-to mematikan.

Belum lagi badan Kengsun Ki berdiri tegaki rplaki jarinya menjentik kipas siau-go-kian-kun. Berbareng dia memutar tungkak kakinya berputar setengah lingkar, sekaligus telapak tangan kiri menepuki kembali dia punahkan Toa-in-jiu serangan siau-go-kian-kun yang menyerang dadanya.

Bahwa Kengsun Ki mamcu menghadapi rangsakan gabungan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun, semua hadirin jadi kaget dan merinding takjub, namun mereka bertiga yang berhantampun kaget dan kagum pula.

Kongsun Ki rasakan tangannya tergetar kemeng, setelah dia kerahkan hawa murni berputar tiga kali baru urat nadinya bisa bekerja normal, Namun siau-gokian-kun dan Hong-lay- mo-lipun rasakan dada sakit napas sesak setelah hawa murni berputar tiga kali baru merekapun merasa segar kembali.

Mi-toh Taysu lantas melangkah maju ke tengah gelanggang, katanya kalem:

"Hoa Tayhiap. Liu-beng-cu, bagaimana kalau Lolap dulu yang membereskan persoalan dengan Kongsun-sicu?

Kongsun-sicu Lolap menunggu jawabanmu."

"sa Yan liu memang murid siau-lim-si, tapi sekarang dia sudah menjadi anggota siang- kch-po. untuk menyelesaikan persoalan ini, perlu aku tanya dulu satu hal kepada Taysu, Tadi Taysu bilang hendak mencuci bersih nama baik perguruan entah pelanggaran apa yang pernah dilakukan Sa Yan-liu?"

kedengarannya pertanyaan Kongsun Ki sopan dan merendah, namun nadanya teramat angkuh dan menghina.

Bertaut alis Mi-toh Taysu yang ubanan, katanya tajam. "soal aturan dan undang2 siau-lim-si orang luar tidak perlu turun campur. Sa Yan-liu, keluarlah kau."

diperintah oleh bentakan susioknya, tidak berani tidak Sa Yan-liu tampil kemuka. Bentak Mi-toh Taysu:

"3 pantangan besar perguruan kita apa masih kau ingat?"

Sa Yan-liu menunduk dan bimbang tidak berani menjawab. "sebetulnya masih ingat tidak kau?" bentak Mi-toh

Taysupula.

"sa-heng" ujar Kongsun Ki tertawa, "jawablah pertanyaan susiokmu."

Karena dorongan dan mendapat dukungan Kongsun Ki, terpaksa saya n liu keraskan kepala, katanya:

"Pantangan besar sudah tentu Tecu tidak lupa, Pertama dilarang menghina guru mendurhakai leluhur, kedua dilarang menjabat pangkat bagi Tatcu, ketiga dilarang membunuh terutama bagi orang yang tidak berdosa."

"Tak kira kau masih ingat begitu baiki lalu kau melanggarnya tidak?" jengek Mi-toh Taysu.

"Tecu hanya mendapat undangan Baginda berkumpul saling ukur kepandaian dengan tokoh2 silat negeri Kim, setelah mendapat anugerah sekedarnya terus kembali ke siang-keh-po, bahwasanya aku tidak menjabat sesuatu pangkat apapun, soal pantangan pertama dan ketiga, hakikatnya Tecu tidak melanggarnya, tujuan Tecu hadir dalam perjamuan Baginda adalah untuk mengembang luaskan ajaran silat perguruan kita, harap susiok suka periksa dan maklum adanya."

(Bersambung ke Bagian 52) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar