Pendekar Latah Bagian 49

 
Bagian 49

KEDATANGAN Khing Ciau dan cin Long-giok memang tepat pada waktunya, serempak mereka lolos pedang, menolong keripuhan Bing-toanio sekaligus menolong jiwa Bing Thing.

Cin Long-giok malah sempat berteriak:

"Bu, istirahatlah bersama Toako, Kalau kita kurang becus, nanti kalian membantu lagi."

Bing Thing tetap bandel, dia tidak suka dibantu oleh Khing Ciau, Tapi karena goloknya tadi tergantol jatuh oleh lawan, pergelangan tangannya sedikit cidera, saat mana sudah membengkak biru, maka dengan sebelah tangan yang lain dia masih tetap bertahan dengan mati2an.

Bing-toanio melotot kepadanya, katanya

"Anak Thing, jangan keras kepala. Marilah kuobati luka2mu"

segera dia tarik putranya mundur. Khing ciau tarikan pedang mestikanya membentur pergi sepasang gelang musuh, kiranya Khing Ciau kerahkan ilmu Tay-yan-pat-sek yang dulu diajarkan oleh Siang Ceng-hong, kini latihannya sudah mendapat banyak kemajuan, maka dengan keras dia dapat menandingi sepasang senjata lawan.

sementara Cin Long-giok mainkan Sip-hun-Kiam-hoat warisan keluarganya. Sejak Hong-lay-mo-li secara diam2 membantu menembus urat nadi besar serta memberi petunjuk ajaran Iwekang kepadanya, selama dua tahun belakangan ini, kepandaiannya sudah maju berlipat ganda.

laki2 lawannya itu sudah mewarisi Loan-hoan-ciang-hoat ajaran Kong-tong-ji-ki, namun Cin Long giok kuasa menghadapinya sama kuat dan setanding.

Tapi Khing dan cin toh harus kerahkan setaker tenaga dan boyong seluruh kepandaian baru terhitung seri alias sama kuat menghadapi murid- Kong-tong-ji-ki ini, puluhan jurus dengan cepat telah berlalu, Hong-lay mo-li jadi tidak sabar menunggu, sekenanya dia samber sebatang sumpit dia diatas meja lalu dipatahkan menjadi dua potong, sekali ayun tangan dia timpukan sebagai senjata rahasia.

Betapa kebat Iwekang Hong-lay-mo-li, potongan sumpit ini menyambar tanpa mengeluarkan suara, namun mengandung tenaga yang dasyat-

Kepandaian murid Kong-tong-ji-ki memang tidak rendah, lekas sekali merekapun tahu bahwa dirinya diserang senjata rahasia- Namun untuk berkelit sudah tidak keburu lagi, terutama laki2 yang bertangan kosong dan memainkan Loan- hoan-ciang-hoat karena mendengar samberan senjata rahasia yang menyerang dirinya tidak bersuara, dalam hati dia memandang rendah maka dia ulur tangan hendak menangkapnya.

Begitu tangan terangkat dan meraih mulutnya masih sempat mengejek: "Mutiara sebesar beras masa memancarkan cahayanya didepan ahli. Aduh"

Tiba2 terasa telapak tangannya sakit bukan main, kiranya walau dia berhasil menangkap kutungan sumpit, itu namun telapak tangannya tertusuk luka, kutungan sumpit itu setajam dan sekuat anak panah karena di-landasi Iwekang Hong-lay- mo-li, karena kesakitan tak urung laki2 temberang ini menjerit2.

laki2 bersenjata gelang rembulan dan matahari berkepandaian lebih rendah, maka dia gunakan gamannya untuk memukul jatuh kutungan sumpit yang menyerang dirinya, namun kedua gelangnya toh tertotok pergi sehingga Khing Ciau berkesempatan merangsak maju dan menggores luka2 panjang lima dim dilengan orang.

Karena sama2 terluka, kedua orang ini tanpa hiraukan siapa penimpuk senjata rahasia, segera lari pontang panting menyelamatkan diri

"Liu-cici" teriak cin Long-giok, "Wah, kiranya kau"

Dengan tersenyum lebar Hong-lay-mo-li melangkah keluar, katanya:

"Tidak perlu mengejar mereka. Adik Ciau, bagaimana kalian bisa berada disini?"

Ter-sipu2 Khing ciau dan cin Long-giok memapak maju dengan berseri girang.

sementara itu Bing-toanio sudah membalut luka2 putranya, waktu Hong-lay-mo-li menimpukan kutungan sumpit tadi, kebetulan dia sudah bersiap maju membantu, maka dia menyaksikan betapa lihay kepandaian Hong-Lay-mo-li, keruan disamping kaget dia pun heran dan merasa malu lagi. sesaat dia jadi melenggong ditempatnya. "Bu" lekas Cin Long-giok menariknya

"jadi barusan kau minum teh didalam warung bernama Liu- bengcu?"

semakin kejut hati Bing-toanio, serunya tergagap- "Apa? Dia ini..."

"o, jadi kau belum mengenalnya, Liu-cici adalah Lokslim Beng-cu. Bu, sudah lama kriu cuci tangan, namun kalau dikatakan kalian toh masih sehaluan."

Kikuk dan rikuh Bing-toanio dibuatnya ter-sipu2 dia memberi hormat katanya:

"Nenek tua menang terlalu ceroboh, tidak tahu bahwa Bengcu berada di-sini, maaf katakku tadi terlalu kasar, harap Bengcu tidak berkecil hati"

Lekas Hong-lay-mo-li balas hormat, katanya:

"Aku juga tidak tahu kau adalah ibu angkat adik ciiok, kalau dibicarakan, kau masih terhitung angkatan tua, aku tidak segera membantumu, kuharap kaupun tidak berkecil hati"

sebera Cin Long-giok tuturkan pengalamannya dulu sampai dia ditolong Bing-toanio serta mengangkatnya sebagai ibu.

Tak lupa diapun ceritakan juga hubungan Bing-toanio dengan Bing Cau yang sebenarnya menjadi kekasih san san sejak kecil, sayang kemaruk harta dan kedudukan, belakangan terima menjadi antek Kongsun Ki.

Kata Bing-toanio:

"Terus terang selama ini aku sibuk mencari keponakan cau, namun selalu menemukan tempat kosong"

Terpaksa Hong-lay-mo-li ceritakan persoalan yang sebenarnya. Keruan Bing-toanio kaget, serunya:

"Apa, katamu Bing Cau sudah— sudah mati..." "Pasti siang Ceng-hong perempuan centil itu yang membunuhnya"

"Bukan." sahut Hong-lay-mo-li,

"yang membunuh keponakanmu adalah Kongsun Ki, siang Ceng-hong-pun diculik olehnya"

Bing-toanio jadi patah semangat, namun putranya Bing Thing menjadi murka, serunya:

"Budak Kongsun Ki saja tidak kuasa kita lawan, namun kematian Toa-ko tetap harus kita balas? Walau harus berkorban kita tetap akan berjuang matikan"

"Menuntut balas tidak boleh gegabah," ujar Bing-toanio. "akan kuminta bantuan beberapa sahabat ayah-mu semasa

masih hidupnya dulu."

sudah tentu tekad Bing-toanio amat kebetulan bagi Hong- lay-mo-li, tanpa diminta secara langsung dia sudah memperoleh bala bantuan berharga didalam usahanya untuk menggempur siang-keh-po-

setelah Bing-toanio ibu beranak pamitan, Hong-lay-mo-li lantas ajak Khing Ciau dan Cin Long-giok kembali kedalam warung. Tidak lupa dia tanyakan pengalaman mereka selama ini. Lalu dia tuturkan pula bahwa Giok-bin-yau-hou akhirnya menjadi korban keganasan dan keculasan Kongsun Ki, sudah tentu disamping girang Khing dan cin merasa kecewa pula, karena tidak bisa menuntut balas dengan tangan mereka sendiri Maka bertanyalah Hong-lay-mo-li:

"Ada keperluan apa kalian menuju keutara?"

" Untuk menghadiri jamuan pernikahanmu." godia Cin Long-giok-

Tapi Hong-lay-mo-li cukup berpengalaman, dengan melirik dia berkata: "Kukira bukan lantaran persoalan ku saja-"

matanya tertuju kepada Khing Ciau, dilihatnya merah muka orang.

Akhirnya Cin Long-giok bicara blak2an:

" Liu-cici, kabarnya San SAn sudah cukur gundul jadi Nikoh, apa benar? Tapi barusan kau ada mengatakan dia kau angkat menjadi wakil Cecu."

Hong-lay-mo-li cekikikan katanya:

"Jadi lantaran san san jadi Nikoh, maka sampai sekarang kalian masih belum menikah? Semula dia memang sudah cukur rambut, namun kini dia sudah cepat2 ingin jadi penganten"

Kejut dan girang Cin Long-giok dibuatnya serunya: "Apa benar?"

Hong-lay-mo-li lalu ceritakan hubungan mesra san san dengan Liok Bian adik Tai Mo, keruan Khing Ciau dan cin Long-giok senang dan riang serta lega hati, Khing Ciau lantas alihkan pembicaraan

"Liu-cici, katamu siang Ceng-hong diculik Kongsun Ki, sebenarnya apakah yang telah terjadi?"

Maka berceritalah Hong-lay-mo-li akan nasib siang Ceng- hong yang jelek dan harus dikasihani. Tak lupa dia jelaskan pula usahanya didalam menolong jiwa siang Ceng-hong serta rencana untuk menggempur siang-keh-tio- Lalu dia menambahkan

"siang-Ceng-hong sudah memberitahu kepada kita, dia menjanjikan supaya sebulan lagi baru kita serempak  menyerbu ke siang-keh-po- Kini masih ada 20 an hari lagi. Aku mohon bantuan kalian untuk pergi ke Teng-ciu mohon bantuan song Kim-hong untuk mengundang beberapa kawan- yang boleh diandalkan tenaganya.-" setelah mereka merundingkan langkah- seperlunya, Hong- lay-mo-li lantas berpisah dengan Khing dan cin, langsung dia melanjutkan perjalanannya, pendek kata sepanjang jalan tidak mengalami gangguan apa2 lagi, tiga hari kemudian, Hong-lay- mo-li sudah tiba di Lamyang.

Dulu dia pernah pergi kerumah Hun Ji Yan, maka kali ini dia tidak perlu mencaritahu kepada orang lagi. Namun setiba didepan rumah keluarga Hun pintu besarnya tertutup rapat, keruan Hong-lay-mo-li sedikit heran.

Tatkala itu hari menjelang lohor, menurut kebiasaan orang- kampung waktu yang seperti itu pintu pasti terbuka lebar, Mau tidak mau dalam hati dia ber-tanya2:

"Apakah mereka kebentur sesuatu peristiwa?"

sebagai orang yang cermat dan bernyali besar Hong-lay- mo-li tidak mengetuk pintu, maka dia kem-bangkan Ginkang, tanpa bersuara dia melompat masuk dulu. Bu dan Hun berdua ada dirumah atau tidak dia hendak mengadakan pemeriksaan lebih dulu, apa lagi mengingat hubungan baiknya dengan Hun Ji Yan, maka dia tidak perlu sungkan2 lagi.

Begitu melayang masuk kedalam pekarangan dan melangkah kearah pekarangan dalam, segera pendengarannya yang tajam mendengar deru napas berat dari kamar sebelah timur, Hong-lay-mo-li mencelos, batinnya: "Apakah ji-yan sakit?" maklumlah bagi setiap insan yang membekal kepandaian silat kelas tinggi, meski dalam keadaan tidur  pulas, pernapasannyapun maisih lembut dan enteng, kecuali sakit tidak mungkin deru pernapasannya begitu berat dan keras.

Hong-lay-mo li berindaps maju kearah jendela, baru saja dia angkat kepala hendak melongok keda-lam, masih dua langkah sebelum tiba dibawah jendela, tiba2 didengarnya suara 'krak' terali kayu jendela Tiba2 hancur di jebol segulung angin pukulan dahsyat yang menerjang dari dalam kamar menindih kearah dirinya, untung Hong-lay-mo-li selalu waspada dan hati2.

Lekas dia kebas kebutnya memunahkan separo terjangan damparan angin dahsyat itu, sigap sekali dengan gaya jumpalitan ditengah mega dia mencelat menyingkir- Disamping kaget Hong-lay-mo-li kegirangan pula, lekas dia berteriak:

"Bu-pangcu inilah aku"

seperti diketahui kekuatan pukulan Kim-hong-ciang-latBu su-tun dahsyat sekali, begitu kebentur terjangan pukulan sedahsyat gugur gunung Hong-lay-mo-li lantas tahu yang menyerang dirinya pasti Bu Su-tun adanya.

Begitu lontarkan pukulannya Bu su-tun membarengi membentak:

"Bagus, kalau berani kali ini jangan lari. Aduh, kiranya Liu- bengcu, maaf maaf, salah paham"

baru sepatah dia memaki lantas mendengar teriakan Hong-lay-mo-li-

"Bu pangcu," tanya Hong-lay-mo-li heran, "kau kira siapa yang datang?"

"Silakan masuk bicara saja didalam"

Melihat mimik Bu su-tun kurang wajar, Hong-lay-mo-li tahu pasti ada gejalayang kurang beres, bahwa gugupnya, segera dia mendahului melompat masuk lewat jendela. Begitu berada didalam kamar bertambah kaget hati Hong-lay-mo-li, sekaligus dia mengerti kenapa Bu su-tun salah sangka terhadap kedatangan dirinya.

Kiranya sahabat baiknya calon istri Busu-tun yaitu Hun ji- yan tengah rebah diatas ranjang, mukanya kuning dan napa2nya memburu Melihat Hong-Lay-mo-li matanya kedip2, mulut bergerak2 seperti hendak bicara namun suaranya tidak keluar.

sebagai ahli silat, selama dua tahun ini diapun banyak belajar soal pengobatan dari ayahnya, lekas sekali dia sudah tahu keadaan Hun Ji Yan, tanyanya:

" ji-yan cici terkena senjata rahasia beracun, kau sedang mengusir racun dengan tenaga dalammu?"

"ya. Racunnya amat lihay, walau aku berhasil menolong jiwanya namun keadaannya masih cukup gawat."

"Baiklah sekarang kita kerja sama menolong ji-yan cici lebih dulu, Ambilah segelas air minum, aku membawa Pi-sia- tan."

Pi-sia-tan adalah buatan Liu cioan-cong menurut resep rahasia, kasiatnya bisa menolak ratusan macam racun, Hong- Lay-mo-li sedikit tarik dagu Hun Ji Yan membuka mulutnya. Bu su-tun lekas jejalkan Pi-sia-tan ke-dalam mulutnya lalu dicekoki air minum.

sesaat kemudian teng gorokan Hun Ji Yan berbunyi " keok- keok", Hong-lay-mo-li dan Bu su-tun masing2 ulurkan sebelah lengannya menekan punggung Hun Ji Yan menyalurkan Iwekang membantu Pi-sia-tan bekerja lebih cepat.

Tak lama kemudian Hun Ji Yan memuntahkan dua kumur darah kental hitam yang berbau busuk, maka pernapasannya mulai enteng.

setengah jam kemudian sekujur badan Hun Ji Yan basah kuyup oleh keringat dingin, kadar racun dalam badannya ikut menguap hilang lewat keringatnya, air mukanyapun bersemu merah-

Tapi setelah keluar keringat semangatnya masih terlalu lemah, Hong-lay-mo-li lantas menutuk Hiat-to penidurnya. setelah Hun Ji Yan bisa tidur nyenyak, maka legalah hati Busu-tun, baru sekarang dia sempat bercerita kepada Hong- lay-mo-li- Kiranya kemaren kentongan ketiga Hun Ji Yan terbokong oleh orang.

"Apa kalian tidak sekamar?" tanya Hong-lay-mo-li "Aku ada dikamar sebelah-" sahut Bu su-tun.

"tapi musuh turun tangan serempak kepada kami berdua, untung aku segera terjaga, maka tidak sampai terluka.

Kasihan  ji-yan terkena bokongan mereka secara keji-"

"siapakah orang yang membokong itu? ji-yan sampai terbokong olehnya? Kaupun tidak berhasil meringkusnya?" tanya Hong-lay-mo-li-

"sungguh amat menyesal, macam apa tampang pembokong itupun aku tidak melihatnya. Waktu itu aku sedang samadi, sekali pukul aku jatuhkan senjata rahasianya, lalu kususuli dua kali pukul Bik-khong ciang, kudengar pembokong itu menggerung kepanikan, dan dua buah genteng terpijak pecah-

Tapi begitu aku mengejar keluar, bayangannya sudah tidak kelihatan lagi. Karena tidak tahu keadaan ji-yan, maka aku tidak berani mengejar. Waktu aku masuk kamar kulihat ji-yan tersambit sebatang jarum berbisa"

Lalu dia keluarkan jarum beracun itu dan diserahkan kepada Hong-lay mo-li, itulah sebatang jarum lembut seperti ekor kumbang warna hitam legam, buatannya begitu halus, sekecil itu, namun jarum ini berlobang bagian tengahnya, kadar racun keluar dari lobang jarum ini masuk kedalam badan orang.

seluas pengalaman Hong-lay-mo-li, selamanya belum pernah dia melihat senjata rahasia entah dari golongan mana.

"Sayang aku tidak sempat bergebrak dengan pembokong itu, entah bagaimana kepandaian silatnya, yang terang ginkangnya jauh lebih tinggi dari aku, Liu Lihiap- coba kau tolong bantu memikirkan, tokoh kosen dari golongan sesat manakah yang memiliki kepandaian setinggi ini?" demikian tanya Bu su-tun.

"Jejak tokoh- kosen golongan sesat selamanya tersembunyi yang kutahupun amat terbatas" sahut Hong-lay-mo-li.

"Katakan saja apa yang kau ketahui, menurut dugaanmu siapakah kiranya yang patut dicurigai?" tanya Bu su-tun.

"Tokoh golongan sesat yang biasa muncul di Kang-ouw dan memiliki Ginkang tinggi adalah seorang maling cabul pemetik kembang bergelar Hoa-ou-tjap sun Ling-hwi, tapi hanya ginkangnya saja yang tinggi, kepandaian silatnya biasa saja.

Tapi orang itu kuat menahan dua kali pukulanmu, terang memiliki Iwekang tinggi, kecuali sun Ling-hwi yang membekal ginkang dan Iwekang tinggi adalah Kongsun Ki. Tapi Kongsun Ki tengah menyekap diri meyakinkan ilmunya di siang-keh-po- "

Kata Bu su-tun:

" Kalau orang ini sengaja hendak merenggut jiwaku, setelah gagal yang pertama pasti akan dia lakukan untuk kedua kalinya dan seterusnya. Biarlah kita tunggu saja bila dia muncul pula tak usah membuang tenaga untuk memikirkan siapa dia."

"Baiklah sekarang aku mencari tahu seseorang kepadamu." kata Hong-lay-mo-li,

" orang ini adalah murid Kaypang, kepandaian Hu-mo-tio- hoat dan Kim-kong-ciang-latnya sama2 tinggi, walau belum menandingimu namun boleh terhitung kelas satu."

"Apakah seorang tak berusia tiga puluhan, pendek kekar perawakannya?" tanya Bu su-tun.

Hong-lay-mo-li mengiakan. "Dimana kau kebentur sama dia?"

"Pertama kali sebagai pengiring Tamse-ing menyerbu ke pangkalanku, kedua di Hou-loan-san, dia datang bersama seorang kawan yang berkepandaian lebih tinggi sayang selalu dia berhasil melarikan diri"

" Kalau demikian sekarang orang ini terima menjadi antek Kongsun Ki dan berbuat kejahatan dan se-wenang2."

"Memangnya? Maka perlu kuberitahu kepadamu, siapakah dia?"

"Dia adalah putra Cu Tan-ho- sebelum menyelundup ke Kaypang menjadi Tianglo, cu Tan-ho pernah kawin dan punya anak. Kabarnya secara diam2 Cu Tan-ho ada ajarkan kepandaian silat Kaypang kepada putranya, malah dokumen rahasia yang penting dari Kay-pangpun dia serahkan kepada putranya pula, putranya itu menggunakan nama bangsa Nuchen yaitu Ma Toa-ha, sebagai kurir antara persekongkolan ayahnya dengan kerajaan Kim.

Kini dia menjadi gerombolan Kongsun Ki tentulah menjadi kurir pula untuk mengikat Kongsun Ki dengan pihak kerajaan Kim, Memang sudah lama aku bermaksud menyikat bisul dari Kaypang ini. terima kasih kau memberi kabar ini kepada-ku."

"Maksud kedatanganku memang minta bantuanmu untuk menggempur siang-keh-po dan melenyapkan Kongsun Ki, sekaligus kau bisa melaksanakan keinginanmu."

lalu Hong-lai-mo-li menjelas ikan seluk beluk persoalan ini kepada Bu su-tun.

"luka2 ji-yan belum sembuh, apakah tidak mengganggu urusan ini?"

"Waktu yang dijanjikan masih setengah bulan, dalam tiga hari ji yan cici pasti sudah sembuh dalam jangka sepuluh hari kita pasti sudah bisa tiba di Hou-loan-san." "Baiklah, kebetulan waktu aku pulang kemari, ada  beberapa kawan memberi kuda2 pilihan yang bisa lari ratustan li sehari. Kita manfaatkan kuda2 itu untuk kembali ke Hou-lou- san."

lalu Bu su-tun bertanya

"Tadi kau bilang seorang lebih lihay yang berada sama Ma Toaha, siapakah dia?"

"Tauj-lik,kim-kong-ciang orang ini cukup lihay, dia kuat menandingi Kok-ham sepuluhan jurus, walau kewalahan namun tidak sampai terluka agaknya dia murid preman dari siau-lim-pay, siang-loji sudah diutus ke siau-lim-si membeli kabar."

"oh,jadi murid murtad Siau- lim pay. Bulan lalu yang melukai Toh Eng- liang pasti juga orang ini."

Toh Eng-liang adalah murid tertua Tang-hau-liong, kepandaian silatnya amat tinggi, mendengar dia terpukul luka2 Hong-lam-mo-li kaget, dia lantas mencari tahu.

"Bulan yang lalu Toh Eng-liang menerima tugas pergi kesuatu tempat untuk menyirapi sebarisan laskar rakyat yang tidak diketahui jejaknya, ditengah jalan kesamplok dengan orang ini, dalam perkelahian dia kena dipukul sekali, kabarnya sekarang masih merawat luka2nya."

Begitulah mereka ber-cakapi sampai hari menjadi petang. Malam itu Hong-lay-mo-li berjaga dikamar Hun- ji-yan, namun selamat tidak terjadi apa2- Hari kedua Hun ji-yan siuman semangatnya sudah pulih, sebagai orang yang pernah dipermainkan Kongsun Ki, mendengar siang Ceng-hong terjatuh ketangan Kong-sun Ki, sungguh geaetun, dendam, ingin rasanya cepat- terbang ke siang-keh-po untuk menuntut balas.

selama tiga hari Hong-lam-mo-li danBusu-tun bergiliran menjaga Hun Ji Yan namun kesiap siagaan mereka sias belaka, karena pembokong itu tidak datang pula. Hari ketiga kesehatan Hun Ji Yan ternyata benar- sudah sembuh, maka hari itu juga mereka meninggalkan Lam Yang, langsung menuju ke Hou-loan-san.

Bu su-tun pilih tiga ekor kuda yang dapat menempuh jarak jauh, untuk menjaga kekuatan dan kesehatan kuda2 itu, setiap hari mereka hanya menempuh tiga atau empat ratus li- Menurut perhitungan sebelum sepuluh hari, mereka pasti sudah tiba di Hou-loan-san.

Beruntun tiga hari mereka tidak menemui rintangan dan tak pernah terjadi seauatu, tapi hari keem-pat terjadilah disuatu diluar dugaan. Pada sebuah penginapan kecil mereka dikibuli pula oleh musuh licik itu namun bukan menyerang orang tapi pembokong itu mengerjai kuda2 mereka. Karena kuda mereka mati keracunan, maka mereka berjalan kaki menempuh perjalanan.

Untunglah kesehatan Hun ji-yan sudah pulih seperti sedia kala. namun Ginkangnya masih belum ungkulan dengan Hong- lay-mo-li, tapi setingkat masih lebih tinggi dari Bu su-tun.

Hong-lay-mo-li paling hanya mengerahkan enam bagian kepandaiannya untuk mengiringi perjalanan mereka.

Tapi perjalanan mereka sudah lebih cepat berlipat ganda dibanding orang biasa.

Hari itu mereka menempuh lima puluh li lebih, hari menjelang lohor terik matahari amat panas, maka mereka mampir ke warung dipinggir jalan untuk minum, penjual air teh adalah seorang perempuan tua yang bungkuk, mungkin karena suasana peperangan belum mereda jarang orang keluar jajan maka warung ini sepi2 saja.

Perempuan tua itu keluar menyuguhkan air teh, katanya tertawa:

"Dagangan amat sepi namun daon tehku pilihan dan kuseduh dengan air hujan pilihan." Tanpa membuang waktu Busu-tun raih satu cangkir terus ditenggaknya lebih dulu, baru satu teguk, Tiba2 berubah air mukanya, jengeknya dingin:

"Benar, daon teh pilihan, sayang kau tambahi dengan beberapa macam racun maka rasa air teh ini tidak enak-"

Hun Ji Yan berjingkrak, serunya:

"Teh ini beracun?"

Perempuan tua itupun kaget sampai melongo mendelik, katanya tersekat:

"Tuan tamu, kau, apa katamu? Daon teh ini aku sendiri yang petik dan menyeduhnya, Thian maha pengasih,jangan kau memfitnah orang baik"

Bu su-tun tidak hiraukan ocehan orang, dia malah tonggak habis secangkir teh itu, lalu katanya pula tertawa dingin:

"Biar kau tahu kepandaianku secangkir teh beracun bisa mengapakah diriku"

"prang", dia banting hancur cangkirnya, tampak dia acungkan jari tengahnya, mendadak sejalur benang air menyemprot keluar dari ujung jarinya mengepul panas, terendus bau teh yang wangi.

Kiranya Bu su-tun selalu waspada, sengaja dia minum lebih dahulu untuk menjajal apakah suguhan air teh ini mengandung racun lalu dengan Iwekang tingkat tinggi dia desak air teh ini menyembur keluar dari jari tengahnya.

sudah tentu perempuan tua itu semakin kesima dan mematung tak bergerak, Hong-lay-mo-li menjengek dingin:

"Perempuan siluman,jangan pura2 pikun lagi. Kita tidak bermusuhan dengan kau, kenapa kau menaruh racun dalam minuman?"

Masih kejut dan ketakutan perempuan tua itu berteriak: "Apakah yang terjadi? Kalian pandai main sulap? jangan menggertak dan menakuti aku orang tua"

kapan perempuan tua ini pernah melihat air teh yang sudah diminum bisa menyemprot keluar pula dari tangan, maka dia kira Bu su-tun bermain sulap dihadapannya, semakin dipikir badan menjadi gemetar dan ingin melarikan diri, namun kedua kaki lemas lunglai akhirnya dia meloso terus berlutut ratapnya.

"Koan-im Posat sukalah lindungi jiwaku, ampunilah jiwaku" Hong lam-mo-li sudah berdiri dan mendelik kepadanya,

pedang dia ayun tangan dan bergerak melingkar terus

menepuk kebatok kepala perempuan tua. Hun Ji Yan segera berteriak:

"Liu-cici, jangan Kukira kejadian rada ganjil"

Belum habis dia bicara Hong- lam-mo-li sudah papah perempuan tua ini bangun, katanya:

"Benar, bukan perbuatan nenek ini. Keparat itu pasti belum lari jauh, biar kukejar dia"

Kiranya pukulan Hong-lay-mo-li hanya menjajal nenek tua ini, gerakannya tadi memang serangan lihay yang mematikan, kalau nenek tua ini pandai silat, tak mungkin tidak melawan. Begitu tahu orang tidak bisa silat lekas Hong-lay-mo-li tarik pukulannya dan memapahnya bangun malah.

setelah serahkan si nenek yang lemas ketakutan kepada Hun Ji Yan, Hong-lay-mo-li segera mengejar ke-belakang rumah, urusan sudah bisa diraba, kalau buka n perempuan  tua ini yang menaruh racun, sudah tentu ada seseorang lain yang melakukan peracunan ini kemungkinan musuh selalu menguntit dan mengawasi gerak a erik mereka, sehingga orang berkesempatan menaruh racun didalam minuman waktu air teh itu masih diseduh didapur tadi.

Ginkang Hong-lay-mo-li sudah teramat tinggi, untuk mengejar musuh pembokong lagi, terpaksa dia tinggalkan Bu dan Hun berdua mengejar seorang diri dengan tancap gas, cepat sekali dengan mengembangkan Pat-pau-kan yian sekaligus dia mengejar 2 li, dikejauhan akhirnya dilihatnya bayangan seorang yang mengenakan mantel hitam bertubuh kecil tengah lari seperti segumpal asap hitam.

Begitu jarak semakin dekat Hong-lay-mo-li lantas membentak:

"Berbuat licik danpicik termasuk orang gagah macam apa?

Kalau berani kayo lawan aku secara berhadapan?"

orang itu tertawa cekikikan, dengan suara melengking tajam dia berkata:

"Bukankah sekarang sedang bertanding? Kalau berani ikutilah aku-"

mulutnya bicara, tapi langkah kakinya seperti meluncur dipermukaan salju yang berminyak, melesat cepat bagai terbang, Hong-lay-mo-li mengejek:

"Baik, marilah kita bertanding Giinkang."

keduanya mempercepat langkah, seperti angin lesus layaknya mereka saling kejar beberapa Li lagi, selama ini Hong-lay-mo-li tetap berada puluhan tombak dibelakang orang, agaknya ginkang orang didepan itu tidak lebih asor dibanding dirinya.

Akhirnya orang itu lari kedalam hutan, namun Hong-lay- mo-li yang berkepandaian tinggi bernyali besar tidak takut sedikitpun terus menerjang masuk, setiba ditempat yang lebat, baru orang itu menghentikan langkah dan berpaling katanya tertawa:

"Baiklah, Ginkang kita kira2 setanding, sekarang kau ingin jajal kepandaian apa, boleh kau katakan, pasti kulayani"

Baru sekarang Hong-lay-mo-li melihat jelas tampang muka orang yang sebenarnya kiranya orang yang dikejarnya ini seorang gadis, yang berusia sebaya dengan dirinya-bermuka bulat telur, beralis lentik dan bermata jeli, kelihatannya tingkahnya seperti ugalsan dan galak serta centil.

Bahwa pembokong adalah seorang gadis, ini benar- diluar dugaan Hong-Lay-mo-li-Tanyanya setelah melengak:

"siapa kau? Dari aliran mana? Ada permusuhan apa dengan Kaypang? Kenapa kau membokong Bu su-tun dan Hun ji-yan?"

Gadis itu cekikikan katanya:

"Kau tidak tahu aku, sebaliknya aku kenal kau. sebagai Loklim Bengcu 5 propinsi daerah utara memang hebat kepandaianmu, Hari ini kebetulan kebentur ditanganku, umpama kau tidak ingin menjajal aku, malah aku yang ingin mencoba kau. Nah, sekarang kita mulai gebrak dulu, tak perlu kau tahu asal usulku."

Hong-lay-mo-li naik pitam melihat sikap congkak orang, katanya dingin:

"Ketahuilah apakah seseorang berjiwa besar dan gagah perkasa tidak dinilai dari ilmu silatnya. Tapi kau hanya mengenal ilmu silat dan ingin bertanding dengan aku, marilah silakan"

"Bagus biar aku mencoba yo-hun-kian-hoat-mu lebih dulu."

Tiba2 dia copot mantelnya sekali kebut dan s-ondal laksana segumpal awan menungkeup keatas Hong-lay-mo-li-

Bahwa orang mengenal asal usul dan tahu ilmu pedangnya, sebaliknya Hong-lay-mo-li tidak tahu seluk beluk lawan maka dia tidak berani gegabah- Maklum-lah bagi tokoh silat didalam setiap pertandingan harus mengutamakan tahu diri dan menilai tingkat serta kelemahan musuh, maka dia gunakan jurus jun-in ka-can (mega musim setni berkembang), jurus ini hanya pancingan untuk meraba ini kosong serangan lawan. Dimana sinar pedang berkeredep "cret" ujung pedangnya menusuk kemantel lawan, tapi sekali tarik dan kebas, ujung pedangnya kena disampuk miring ke-samping oleh samberan mantel lawan. Mantel itu hanya berlobang sebesar jarum, namun tidak sampai tertusuk tembus. Tapi kekuatan sendalan dan tarikan mantel itu menimbulkan deru angin yang kencang dan bergolak laksana badai.

"sayang, sayang" seru Hong-lay-mo-li menghela napa2 sebat sekali dia berkelit dan berkelebat, sehingga kebasan mantel sigadis mengenai tempat kosong.

"Apanya yang harus dibuat sayang?" tanya gadis ini-

"llmu silatmu lumayan, sayang tidak belajar dengan baik,?.

Dinilai dengan semua perbuatanmu, betapapun tinggi ilmu silatmu, takkan setimpal kau disebut srikandi."

Gadis itu menyeringai jengeknya:

" Aku justru benci orang- gagah yang hanya mencuri nama dan meremehkan orang lain. Aku tidak sudi mendengar ocehanmu aku hanya tahu yang menang dialah yang kuat"

"Kau kira aku takut kepadamu?" seru Hong-lay-mo-li, kebut dia sapukan keatas memunahkan tekanan tenaga mantel lawan, sementara pedangnya berputar laksana angin lesus, didalam sekejap laksana kilat dia menusuk tujuh serangan pedang secara berantai.

Tujuh tusukan ini boleh dikata dilontarkan didalam waktu yang teramat singkat dan cepat luar biasa. Tapi tutulan pedangnya se-olah2 tidak mengandung kekuatan, tak ubahnya pantulan dahan pohon yang tertiup angin saja.

Mantel sigadispun, terbang berkembang bolak balik ujung pedang Hong-lay-mo-li menempel mantel lawan, namun sedikitpun seperti tidak menggunakan tenaga, demikianjuga mantel sigadis tidak bisa menggubat pedang Hong-lay-mo-li- Lama kelamaan si gadis bercekat dan kaget, cepat sekali 30 jurus telah berlalu, namun belum ada kepastian siapa bakal menang, akhirnya dia tertawa dingini

"gebrak seperti ini sampai kapan akhirnya? Kalau punya simpanan hayolah tunjukan kepadaku"

se-konyong2 Hong-lay-mo-li membentak: "gantilah dengan mantel yang lain"

sinar pedang Tiba2 berubah memanjang laksana rantai maka terdengarlah suara koyak yang keras, mantel sigadis tahu2 sudah tertusuk berlobang dan sobek tepat ditengahi- Kiranya sejak permulaan Hong-lay-mo-li sengaja gunakan cara tempur main petak untuk menjajal tingkat kepandaian dan aliran silatnya, setelah tahu Iwekang dan taraf kepandaian orang masih belum setingkat dirinya kembali dia gunakan gerakan kelincahan ilmu pedangnya untuk menguras tenaga permainan mantel lawan, sehingga mau tidak mau lawan harus kerahkan tenaganya dan bertempur dengan sengit barupada babak terakhir dia lancarkan jurus yang menentukan.

"Bagus katamu yang menang itulah yang kuat bagaimana?" bentak Hong-lay-mo-li.

"Tidak bagaimana, secara beruntung kau menang sejurus, memangnya kau kira lebih pandai dari aku?" jengek sigadis sambil lempar mantelnya.

"Baik, kau belum tunduk, gunakan senjata lain, maju lagi" gadis itu tepuk sepasang tangannya, serunya:

"Baik, aku gunakan tangan kosong untuk mengadu kepandaianmu. Buat apa pakai senjata."

sembari bicara dia terus menyerang lebih dulu, begitu bergerak dia berusaha merebut pedang ditangan Hong-lay- mo-li. Pedang panjang ditangan Hong-lay-mo-li berputar melingkar sekali tapi bukan menusuk lawan, tahu2 malah masuk kembali ke serangkanya. Malah kebut di-tangan kirinyapun dia tancapkan dipunggungnya pula.

Tanpa bersenjata Hong-lay-mo-li mengalah sejurus baru dia balas bergerak melayani serangan lawan, katanya tawar

"Baiklah, aku ingin berkenalan dengan ilmu pukulanmu." Gadis itu tertawa dingin,

"Baik, kau ingin pamer kepandaian,jangan menyesal nanti kalau kalah"

sigap sekali sebelum suaranya lenyap gadis itu sudah menubruk pula, gerak geriknya lincah dan tangkas, Hong-lay- mo li menghardik seraya berkisar dengan langkah siaga membelit badannya berkelit miring, sementara tangan bergerak dengan tipu sip-koa-tan-pian, dia tabas keurat nadi ditangan lawan.

Gadis itupun halus menghardik gerak telapak tangannya seperti menutup laksana mengunci, Tiba2 dengan gerakan menekuk sikut mengayun palu, kiri kepalan kanan telapak tangan, sekaligus dia kombinasikan kekerasan dan kelunakan untuk memunahkan jurus serangan Hong-lay-mo-li-

Dengan perubahan permainannya ini, disamping menjaga diri sekaligus dia balas menyerang pula, bahwa telapak tangan Hong-lay-mo-li tidak berhasil menebas urat nadi lawan, kepalan sigadis malah mengancam tulang rusuknya.

sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak mandah diserang, lekas kaki kiri mengajar dan mengubah posisi, disamping berkelit diapun merubah gerakan tangan balas menyerang pula kedua jari tangannya terangkap seperti pedang menjojoh Ki-ti-hiat diujung sikut lawan.

Tapi gerak perubahan sigadispun cukup cepat, begitu pukulannya mengenai tempat kosong segera dia rubah dengan tabasan telapak tangan laksana golok balas membabat ke lutut Hong-lay-mo-li. Kedua pihak serang menyerang saling berlomba mematahkan serangan lawan, masing2 pihak tiada yang cidra, dari berkutet keduanya lantas berpencar mundur selangkah-

Walau dalam gebrak dua jurus ini masing2 pihak tidak sampai cidra, namun Hong-lay-mo-li harus berkelit sekali, kalau dinilai secara jujur didalam permainan tipu2 pukulan ini dia sudah setengah jurus dikalahkan lawan. Maka gadis itu tertawa, serunya:

"Liu-toabengcu, kuanjurkan lebih baik kau gunakan pedang saja"

Hong-lay-mo-li tidak hiraukan cemoohan orang, dia tetap gunakan sepasang telapak tangannya menghadapi serangan lawan sepenuh hati. Begitu gebrak pula gadis itu menyerang lebih gencar telapak tangannya serabutan seakan2 kiri kanan berlomba sendiri untuk mengenai musuh, namun isi kosongnya siukar di-raba. aneh benar permainan ini.

Kejap lain, sekeliling gelanggang se-olah2 penuh bayangan sigadis bayangan telapak tangan ber-lapis2, sampaipun Hong- lay-mo-li yang membekal kepandaian silat sedemikian tinggi pun sukar membedakan dari sasaran mana sigadis menyerang secara telak.

Akan tetapi Hong-lay-mo li sedikitpun tidak terpengaruh oleh gerakan cepat lawan, dia tetap berdiri tegak sekokoh gunung berdiri, yang dia mainkan adalah siau-kim-najiu yang peranti untuk bertarung jarak dekat, setiap jurus setiap tipu yang menyerang selalu dapat dia punahkan dengan baik,

Ilmu pedang dan ilmu kebut Hong-lay-mo-li memang merupakan kepandaian tunggal yang tiada taranya diBulim, namun kepandaian ilmu pukulannya jauh tidak sematang kedua ilmu andalannya itu Ilmu pukulan gadis ini aneh dan seperti orang main sulapan saja, jauh berbeda dengan ilmu pukulan dari aliran silat di Tionggoan, Hong-lay-mo-li tidak kenal ilmu pukulannya dan tak mampu mematahkannya, maka didalam seratusan jurus permulaan, tidak heran kalau kelihatan dia dipihak yang terdesak- Tapi seratus jurus kemudian lambat laun dia sudah berhasil meraba dan menyelami gerak perubahan ilmu permainan lawan.

se-konyong2 Hong-lay-mo-li bersuit panjang, ben-taknya: "Begini saja kepandaianmu? Nah sekarang lihat punyaku" gadis itu sedang menepukan telapak tangannya kemuka

Hong-lay-mo-li, maka dia tegakkan jari tengahnya mengincar

Dau-kiong-hiat ditengah telapak tangan orang.

Namun sebat sekali telapak tangan sigadis mengepal seraya diabitkan turun menghindari tutukan Hiat-tonya, Maka Hong-lay-moli berkesempatan menyerang lebih gencar, jari dan telapak tangan bergerak ganti berganti memukul dan mengincar Hiat-to- pukulan telapak tangannya sih tidak begitu hebat namun tutukan jarinya sungguh hebat menakjupkan beruntun jarinya menuding beberapa kali, namun Hiat-to besar lawan selalu menjadi

bulan2an jarinya, sebagai seorang ahli silat, sudah tentu gadis itu amat kaget.

Kiranya Hong-lay-mo-li melancarkan Keng-sin-ci-hoat ajaran ayahnya, Keng-sin-ci-hoat merupakan ilmu tutuk jalan darah nomor satu yang tiada taranya diseluruh jagat.

Begitu melancarkan Keng-sin-ci-hoat dari terdesak Hong- lay-mo-li sekarang berbalik balas menyerang, semula karena belum mengenal seluk beluk permainan serangan lawan Hong- lay-mo-li bertahan dan membela diri saja. Kini sebaliknya pula si gadis tidak bisa mematahkan serangan Keng-sin-ci-hoatnya, terpaksa dia malu mundur secara teratur, namun lambat laun dia menyadari untuk bertahan membela diripun teramat sulit- Dari sorot mata orang Hong-lay-mo-li tahu sigadis ada niat melarikan diri maka dia mengejek dingini

"Bukankah kau ingin menentukan menang kalah denganku?

Kenapa hendak lari?"

tangannya menabas, menutuk dan memukul bergantian semakin gencar, seumpama hujan badai derasnya, sehingga jalan mundur sigadis terputus karenanya-

gadis itu ter-kekeh2:

"Aku ingin datang mau pergi boleh sesuka hatiku, siapa bisa merintangiku? Maaf, kalian berjumlah banyak, aku tidak mengiringi lebih lanjut"

Belum habis dia bicara- tampakBu su-tun dan Hun ji-yan tengah berlarik mendatangi Belum tiba Hun Ji Yan sudah membentak:

"Perempuan siluman kejam, kau melukai orang dengan senjata berbisa, beruntung aku tidak mampus, kini sengaja aku ingin berkenalan dengan senjatamu Kita tidak akan mengeroyok-mu- kalau berani jangan lari"

Bu su-tun ikut membentak:

" orang she Bu ada bermusuhan apa dengan kau, sebelum kau jelaskan, jangan harap kau bisa lari"

Gadis itu Tiba2 menggunakan gerakan aneh, tahu2 menyelinap selicin belut dari samberan pukulan Hong-lay-mo- li- gerakannya ini teramat berbahaya, dimana jari Hong-lay- mo-li bergerak, "Bret" pakaian sigadis tertusuk berlobang, namun gadis itu sempat jumpalitan sejauh tiga tombak-

Lekas Hong-lay-mo-li mengejar. Bu su-tunpun menubruk datang, Gadis itu segera ayun tangan seraya membentak:

"Kau ingin berkenalan dengan senjata rahasia, nah rasakan." terdengar "Dar" sebuah ledakan Hong-lay-mo-li berkelit miring meluputkan samberan senjata rahasia dan begitu jatuh ditanah lantas meledak dan menimbulkan segumpal asap tebal yang cepat sekali memenuhi udara, ditengahi tebalnya asap hitam itu tampak sinai emas berkelebatan.

Kiranya senjata rahasia ini dinamakan Toke Bu-kim ciam- liat-yam-tam, sinar emas yang menyamber adalah jarum- emas yang melesat keluar dari senjata rahasia itu.

ginkang Hong-lay-mo-li amat tinggi, sekali enjot tubuhnya melompat setombak lebih, sebaliknya Bu su-tun harus lontarkan dua kali pukulan Bik-khong-ciang, sehingga asap tebal dan jarum- yang menyamber disapunya rontok-

Ditengah ber-gulunganya asap tebal terdengar gadis itu berseru lantang:

"Kalian sibuk apa- setiba di siang-keh-po aku akan menunggu kedatangan kalian. Waktu itu pasti aku akan membuat perhitungan dengan Bu-toa-pangcu"

Begitu Bu su-tun menyapu bersih asap tebal, dan keadaan menjadi terang pula, namun bayangan gadis itu sudah menghilang tak keruanparan.

"Agaknya perempuan siluman ini sudah tahu maksud tujuan kita," demikian kata Hong-lay-mo-li,

"biarlah kita cari tahu asal usulnya setelah tiba di siang- keh-po"

"Benar" ujarBu Su-tun,

"biarlah setiba di Hou-loan-san kita bereskan persoalan ini." selanjutnya selama beberapa hari perjalanan, gadis itu

tidak muncul pula, dengan selamat hari itu merekapun tiba di Hou-loan-san, kebetulan persis satu bulan seperti yang dijanjikan. Waktu manjat gunung, samping gunung terlihat oleh Hong-lay-mo-li disebelah depan ada 3 orang tengah menempuh perjalanan, waktu mereka mengejar dekat baru jelas, kiranya bukan lain adalah song Kim-kong dan Toh Eng- liang sudah tentu kedua pihak sama2 girang.

Berkata song Kim-kong:

"Begitu mendapat kabar dari Khing ciau aku lantas berangkat bersama Toh-hiante, Tak nyana baru hari ini kalian pulang."

Hong-lay-mo-li bertanya kepada Toh Eing-liang: "Kabarnya kau dilukai oleh murid murtad siau-lim-pay.

Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"luka2ku sudah sembuh." sahut Toh Eng-liang dengan muka merah-

"Aku adu pukulan secara kekerasan dengan keparat itu, Gun-goan-khi-kangku dipecahkan oleh pukulan Kim-kong- ciang-lat keparat itu. Tapi diapun sedikit terluka maka tidak berani mengejarku-"

perlu diketahui sebagai murid Tang-hay-liong yang tertua, latihan Gun-goan-it-sat-kang Toh Eng-liang sudah mencapai delapan bagian tingkat kepandaian gurunya- Lalu dia bertanya:

"Kiranya Bengcu sudah tahu bahwa keparat itu murid murtad dari siang-lim-pay?"

"Kabar Kaypang paling cepat dan boleh dipercaya, Bu- pangculah yang memberitahu soal kejadianmu. Tapi, aku sendiripun pernah bentrok dengan dia."

"Memangnya aku hendak menuntut balas kepada keparat itu, Dimana Liu-bengcu kesamplok sama dia?" tanya Toh Eng- liang.

"Sekarang dia berada di siang-keh-po-" lalu secara ringkas Hong-lay-mo-li ceritakan duduk persoalannya, "Kalau begitu menghemat tenagaku untuk mencarinya." ujar Toh Eng-liang girang.

"Bagaimana keadaan gurumu sekarang?" tanya Hong-lay- mo-li-

"Tahun lalu aku pernah kumpul ditempat ong lh-ting di Thayouw, apakah dia sekarang masih disana?"

"Belakangan suhu kelana di Kanglam, kabarnya berhubungan intim sekali dengan Thi-pit-su-sing Bun yat- hoan, yang sudah diangkat jadi Bulim Beng-cu daerah Kanglam, Belakangan ini ada kirim kabar bahwa secepatnya akan balik ke Tionggoan dan kumpul dengan susiok say-ci- hong."

Kata Hong-lay-mo-li:

"Tadi siang aku bertemu Bing-toanio, kepadanya aku minta bantuan untuk mengundang Bun yat-hoan. Kalau gurumu berada disana pasti akan datang bersama."

Membicarakan say-ci-hong Toh Eng-liang lantas ingat sesuatu tanyanya:

"suhu pernah memberitahu bahwa susiok punya seorang murid bernama Liok Bian. Tapi aku sendiri belum pernah ketemu, LiuBeng-cu kabar Bu-pangcu amat cepat dan tajam, apakah benar dikalangan Kangouw ada muncul tokoh muda yang bernama Liok Bian?"

"Ketahuilah sutemu yang satu ini kini berada dipangkalanku tak lama lagi dia malah akan menikah dengan wakil Cecuku, setelah urusan di siang-keh-po beres boleh kau mampir kepangkalanku untuk hadir dalam perjamuan pernikahan mereka-"

Sudah tentu girang Toh Eng-liang bukan main, tanyanya:

" Wakil Cecu yang mana? Nona san san atau nona Tai Mo?" "Perlu juga kau ketahui bahwa Liok Bian adalah adik kandung Tai mo dan akan menikah dengan san san."

Begitulah sembari mengobrol, tanpa terasa mereka sudah sampai di Hou-loan-sian, Langsung Hong-Lay-mo-li bawa orang banyak menemukan tempat persembunyian siang-keh- su-lo. Kebetulan siang-keh-su-lo juga sedang menunggu kedatangan Hong-lay-mo-li dengan cemas, bahwa akhirnya dia pulang tepat pada waktunya malah membawa Bu su-tun, Hun ji-yan dan song Kim-hong serta Toh Eng-liang, sudah tentu girang mereka bukan main.

Kata Hong-lay-mo-li:

"Ternyata siang-jipek (Siang Hong) sudah kembali dari siau-lim-si. Tentunya luka2 sam-pek dan sipek sudah sembuh semuanya."

siang ci lantas berkata:

"Liu-Bengcu silakan kalian duduk, biar aku undang Hoa Tay-hiap- Loji, pergilah kau undang Padri agung siau-lim-si untuk bertemu dengan Bengcu."

Hong-lay-mo-li bertanya:

"Apakah Khing Ciau dan cin Long-giok sudah datang? Boleh undang mereka keluar sekalian."

"Khing-ciangkong dan nona Cin belum datang" sahut siang

ci.

Hong-lay-mo-li merasa diluar dugaan, song Kim-kong yang

diberitahu sudah tiba, masa mereka belum sampai, namun menduga ditengah jalan mereka mungkin terlibat sesuatu persoalan maka dia tidak ambil perhatian tanyanya:

"Padri agung siapakah yang datang dari siau-lim-si?"

Maka terdengarlah sebuah suara latang kumandang disertai gelak tawa: "Lolap datang terlambat."

tampak siang Hing mendatangi bersama seorang Padri tua- siang Hing lantas memperkenalkan

" inilah Liu-Bengcu dan ini Kaypang Pangcu-"

Padri tua ini ternyata amat supel dan bersikap gagah meski sudah berusia lanjut, segera dia memperkenalkan diri sendiri:

"Lolap Mi-toh, walau baru pertama kali berjumpa dengan Liu Lihiap, sebetulnya ada sedikit hubungan diantara kita- 30 tahun yang lalu sebelum ayahmu pergi keistana Kim pernah berkunjung ke siau-lim si.

Murid murtad siau-lim kita sebaliknya bikin Liu Lihiap pusing kepala dan sudi memberi kabar sungguh Lolap tidak enak hati dan harus disesalkan"

Hong-lay-mo-li belum pernah berkunjung ke siau-lim-si, namun beberapa tokoh padri agung dari siau-lim-si sudah lama didengarnya, Dibiara siau-lim ada 4 padri agung yang berkepandaian silat tinggi, yang pertama adalah Pun-si Taysu sebagai Tianglo yang mengepalai Tat-mo-wan. Kedua adalah kepala Siau-lim-si Pun-bu Hong-tiang, ketiga yaitu Mi-lan siansu sebagai penilik biara dan keempat adalah Mi-toh Taysu ini.

Pun-si dan Pun-bu adalah tingkat pertama, sedang Mi-lan dan Mi-toh adalah generasi kedua. Mi-lan yang berkepandaian paling tinggi diantara murid2 generasi kedua diangkat sebagai penilik biara yang berkuasa besar 12 belas murid yang lain dari generasi kedua dinamakan cap-pwe-lo-han, dan Mi-toh Taysu adalah pimpinan dari Cap-pwe-fo-han ini, siau-lim-si adalah golongan tinggi yang merupakan puncak persilatan pada jaman itu, walau Mi-toh hanya tokoh keempat dari siau- lim-si, namun betapa tinggi tingkat kepandaian silatnya kiranya cukup setanding dengan maha guru silat kelas wahid yang ada pada jaman itu. sudah tentu Hong-lay-mo-li menyambut girang kedatangan Mi-toh Taysu, ter-sipu2 dia menyapa dan memberi hormat sebagai angkatan muda. Lalu kata-nya:

"Pohon besar ada dahannya yang kering dan patah, betapa banyak murid2 preman siau-lim-pay, adalah jamak kalau satu dua diantaranya menjadi binal. Entah siapakah murid murtad yang ada di siang-kekepo itu?"

"Sungguh harus disesalkan," ujar Mi-toh Taysu,

"dia adalah murid Kiam-si suheng (Mi-lan siansu). Murid murtad itu bernama sa yan-liu, sebetulnya dia adalah putra yatim piatu dari sahabat Mi-lan suheng, tak nyana setelah tamat mempelajari Kim-kong-ciang dari suheng, begitu keluar perguruan, belum rangkap 3 tahun sudah berubah watak dan mengejar pangkat dan kemaruk harta, Mi-lan suheng tidak tega menghukumnya, terpaksa Lolap akan mencuci bersih nama perguruan mewakili suheng."

Tengah mereka bicara, siang Hing tengah mendatangi bersama Hoa Kok-ham. Berpisah sebulan lamanya, sudah tentu hatinya senang sekali berkumpul pula dengan Hong-lay- mo-li.

"Bagaimana situasi siang-keh-po selama sebulan ini?" tanya Hong-lay-mo-li.

"Kongsun Ki giat melebarkan sayapnya dengan mengundang banyak jago2 silat dari aliran sesat. Tapi selama ini dia tidak pernah muncul. Anak buahnya tiada yang berani naik kegunung, kedua pihak bertahan didaerah masing2, sehingga situasi tetap aman dan tentram selama sebulan ini."

demikian siau-go-kian-kim menjelaskan.

"Apakah mendapat kabar dari siang Ceng-hong?" siau-go- kian kun geleng2.

"tiada kabar apa2-" Kata Hong-lay-mo-li:

"Suratnya tempo hari mengatakan supaya sebulan kemudian baru kita meluruk ke siang-keh-po lagi. Maka kupikir nanti malam akan kesana menyelidiki keadaan disana."

"Kuusulkan bekerja tidak usah kepalang tanggung, disamping melihat situasi disana," demikian ujar Bu su-tun,

"sekaligus kita kirim surat tantangan kepada Kongsun Ki."

"Baik, surat tantangan ini biiar tertanda atas namaku dan namamu." ujar Hong-lay-mo-li setuju akan usul Busu-tun, Lalu dia menganalisa kekuatan kedua belah pihak, walau orang- undangan yang diperlukan tenaganya banyak yang belum datang mengingat kehadiran Mi-toh taysu, diduga tidak akan kalah menghadapi Kongsun Ki-

Mi-toh Tayyu menimbrung:

"Dikala kalian mengirim surat tantangan, tolong bawakan pula sepucuk suratku, suratku mewakili siau-lim-pay untuk minta murid murtad itu dari tangan Kongsun Ki."

setelah segala sesuatunya dirundingkan dan diatur dengan baik, malam itujuga siau-go-kian-kun Hong-lay-mo-li, Bu su- tun dan Hun Ji Yan berempat bertugas untuk meluruk ke siang-keh-po, mengirim surat tantangan kepada Kongsun Ki.

sudah tentu dalam seharian itu Bu dan Hun harus mempelajari situasi dan keadaan Di siang-keh-po melalui peta yang mereka miliki-

Malam itu Hong-lay-mo-li sebagai petunjuk jalan, dengan Ginkang mereka berempat yang tinggi, karena datang ketempat lama yang sudah diketahui jelas seluk beluknya, maka tanpa mengejutkan orang lain dan tidak diketahui siapapun mereka menyelundup ke-dalam siang keh-po-

Menurut rencana semula mereka berpencar dalam dua kelompok- tugas Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li langsung mengantar surat tantangan itu kehadapan Kongsun Ki, sementara Bu su-tun dan Hun Ji Yan hanya bertahan dibagian luar untuk membantu dan menyambut mereka keluar bila menghadapi bahaya, sekaligus memeriksa dan menyelidiki keadaan siang-keh-Tio.

Dengan mengembangkan Ginkang Hong-lay-mo-li berdua langsung menuju gedung berloteng warna merah dimana Kongsun Ki menyekap diri dalam kamar meyakinkan ilmunya, Diluar dugaan, bahwa tiga kali mereka selalu menghadapi sergapan, nrvaun kali ini mereka dapat lenggang kangkung melewati gunungan dan tiba dibawah loteng namun belum menghadapi rintangan apapun, suasana diatas loteng sepi tiada suara apapun.

Mau tidak mau Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun merasa curiga, namun berkepandaian tinggi membuat nyali besar dan hati lebih tabah, dengan gerakan burung bangau menjulang kelangit serempak mereka melompat terbang ke atas loteng, terus menerobos masuk, sinar pelita bercahaya terang didalam ruang buku.

Dari daon jendela yang tertutup kain sari kelihatan Kongsun Ki duduk bersimpuh, agaknya tengah latihan Iwekang karena diatas kepalanya bergulung segumpal uap putih, bayangan siang Ceng-hong tidak kelihatan.

Kongsun Ki tetap pejam mata menunduk kepala, tanpa bergerak sedikitpun seperti sebuah patung, se-olah2 keadaan disekelilingnya tidak dihiraukan sama sekali, Nagasnya latihan Iwekang Kongsun Ki sedang mencapai taraf yang genting.

Walau permusuhan mereka sudah amat mendalam, namun dalam situasi yang menguntungkan ini mereka tetap tidak mau main bokong. Maka sembari membentak Hong-lay-mo-li merusak jendela lalu melontarkan surat tantangan ke-dalam.

se-konyong2 Kongsun Ki tertawa panjang: "Apa kalian sudah datang pula? sudah lama aku tunggu kalian?"

Tiba2 dia bersuit nyaring tampak sampul surat yang dilempar Hong-lay-mo-li belum lagi menyentuh lantai tahu2 hancur lebur melayang ditengah udara.

Betapa berat bobot sepucuk sampul surat, bahwa Hong- lay-mo-li bisa melemparnya seperti senjata rahasia sudah cukup mengejutkan kepandaiannya, tak nyana Kongsun Ki lebih lihay lagi, hanya sekali tiup dengan sultannya dia bikin sampul surat itu hancur itu menandakan bahwa Iwekangnya sudah mencapai taraf Hut-sin-lo-ki tingkatan yang paling ukar diyakinkan, entah berapa lipat lebih lihay dari Iwekang Hong- lay-mo-li-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar