Pendekar Latah Bagian 47

 
Bagian 47

"BUKAN saja kau harus antar kita keluar dari onghu kau malah harus menyerahkan obat penawarnya juga." ujar Siau- g o- kian- kun sinis.

"Lebih sulit lagi, kau bunuh akupun tidak sudi" Wanyen Tiang-ci kukuh kepala,

"Baiklah, biar kuberitahu seluruh jago2 kosen Gim Lie-kun sekarang berada didalam onghu, umpama kata kalian satu kuat melawan seratus jelas takkan bisa lolos. Boleh silakan kau bunuh aku saja."

Mendelik mata Hong-lay-mo-li, desisnya mengancam: "Apa benar kau tidak tunduk?"

"Tetap tidak mau-" sahut Wanyan Tiang-ci ketus. "Baik, biar akupun bicara blak2an, kamipun tidak akan membunuhmu. Cara bagaimana kau layani orang demikian pula kami akan layani kau. Kupunahkan dulu ilmu silatmu, baru pelan2 menyiksamu."

"Benar, urusan sudah telanjur, maaf bila kami tidak pakai cara aturan Kangouw terhadap Hong-siokl" timbrung Siau-go- kian-kun, Dua orang turun tangan bersama, Wanyan Tiang-ci terjepit dari depan dan be-lakang, dalam beberapa jurus saja, Hong-lay-mo-li sudah gunakan jiong-jlu-hoat menutuk Hiat- tonya dengan gagang kebutnya.

Kata Hong-lay-mo-li dingin: "Tiga belas gambar lukisan Hiat-to-tong-jin sudah kau pelajari seluruhnya, tentunya kau sudah tahu betapa lihaynya Keng-sin-ci-hoat, sekarang aku belum memunahkan ilmu silatmu tapi cukup asal aku gunakan Keng-sin-ci-hoat ber-turut2 menutuk Tiong-hu, Thian-siok dan Gi-khi tiga Hiat-to besar, ilmu silat yang kau miliki akan ludes."

Siau-go-kian-kun menambahkan " Harus ditambah rontenya lagi, selanjutnya kugunakan Hun-kin-joh-kut-hoat, memelintir putus sendi2 tulangmu sehingga seluruh badanmu lumpuh setengah mati setengah hidup. "

"Lalu digusur keluar ditontonkan kepada orang banyak He, he, paling kita harus adu jiwa, namun kau Hong-siok Tayjin tokoh silat kosen nomor satu diseluruh negeri Kim ini akan tersapu bersih pamormu. Bagaimana rasanya bagi dirimu, tentunya lebih memalukan dan lebih sulit daripada mati."

sebagai ahli silat sudah tentu Wanyan Tiang-ci cukup tahu apa yang mereka katakan bukan gertakan belaka, betapapun tabah, berani dan tenang hatinya, tak urung pucat pias juga mukanya, suaranya tergagap:

"Kalian begitu culas-"

"Cara inipun kami pelajari dari kau- sudah jangan cerewet serahkan dulu obat pemunahnya-" sentak Hong-lay-mo-li- Cemberut muka Wanyan Tiang-ci, katanya:

"Hoa-kang-san pemberian cutilo ini tiada obat penawarnya- Kalian tahu Cutilo juga sudah terpanah mati oleh Baginda raja yang terdahulu."

Bu-lim-thian-Kiau menyeletuk

"Tak usah kalian membuang tenaga menolongku apa yang dia katakan memang benar- Hoa-kang-san memang tiada obat penawarnya, aku pasrah nasib saja, lekaslah kalian pergi-"

setelah mengalami pukulan batin seberat ini Bu-lim-thian- Kiau benar- sudah patah semangat dan putus asa-

Hong-lay-mo-li tertawa, katanya:

"Kita sudah berada disini, mana boleh berpeluk tangan?

Kalian tak perlu turut campur, aku sendiiri yang akan menyelesaikan persoalan ini."

lalu dia berpaling kepada Wanyan Tiang-ci katanya: "Baiklah, obat penawarnya tidak ada, kalau begitu tolong

kau mengantar kami keluar- Aku punya caraku sendiri supaya kaupun tidak mendapat malu-"

Wanyan Tiang-ci diam saja, namun sorot matanya tertuju ke arah Tam To-hlong.

"oh, benar Ongya adalah majikan disini, sudah tentu kita tidak akan melupakannya." ujar Siau-go-Kian-kun,

"Tam-goanswe- bukankah kau pernah sekongkol dengan Hong-siok hendak mengundang kami datang? Baiklah sekarang kami mau pergi, terpaksa bikin susah kau mengantar kami berdua tamu yang tidak diundang ini."

Tam To-hlong hanya tertutuk jalan darah pelemasnya, masih bisa bicara, namun dia melengos, tak mau meladeni perkataan shu-go-Kian-kun. "Oh, apa Tam-gwanswe tidak mau diajak kompromi? Baiklah, kitapun tidak akan perdulikan dirimu, biar kau merasakan tindakanku."

Betapa pilu hati Bu-lim-thian-Kiau. katanya:

"Ham-heng, yau-ti, aku tak beruntung dilahirkan dalam keluarga kerajaan, apa yang kualami hari ini memang sudah merupakan hukuman yang setimpal yang patut kuterima pula dengan rendah hati. Kuharap kalianpun jangan mempersulit pamanku."

sebagai jendral besar yang memegang kekuasaan kemiliteran biasanya hanya orang lain yang minta- awpun kepadanya. Kini mendengar Bu-lim-thian-Kiau mintakan ampun bagi dirinya, seketika dia naik pitam, serunya gusar:

"Baik, kau perempuan iblis ini berani bertindak apa, boleh kau bertindak- Keluargaku sejak nenek moyang kita sudah mendapat budi negara, hidupku hanya untuk negara dan setia kepada kerajaan mau bunuh atau mau siksa boleh silakan, Tam To-hlong tidak akan mengerut kening."

Walau harus mati, dia tetap suka menjadi pembesar setia, sikapnya ini jauh lebih harus dihargai daripada sikap Wanyan Tiang-ci yang sudah patah semangat.

"Aku tidak akan membunuhmu" ujar Hong-lay-mo-li, "Kami hanya ingin keluar dari istanamu ini dengan

lenggang kangkung, h eh e, ingin aku lihat apakah kau

pembesar setia ini akan tetap dipertahankan?" Tam To-niong terkejut, serunya:

"Apa? Kalian mau menjerumuskan aku? Hm, Hongsiang tidak akan percaya."

"Tidak percaya?"jengek Hong-lay-mo-li-

"Istana-mu dijaga ketat, cara bagaimana kami bisa masuk kemari. Cara bagaimana pula bisa keluar dengan adem ayem dari kamar penganten? Mulutmu bisa bicara, akupun bisa pidato. Kalau kau bilang kami menyelundup masuk- sebaliknya aku mau bilang kami sekongkol dengan kau dan memberi kesempatan kami masuk berusaha memberontak- Nah coba lihat, apakah Hong-siangmu mau percaya kepada siapa?"

Kejut dan gusar bukan kepalang Tam To-hlong di-buatnya.

Dia tidak takut mati, tidak gentar disiksa, namun dia justru takut difitnah, setelah mati dituduh pemberontak dan bukanlah pembesar setia, semakin dipikir, semakin ciut nyalinya kalinya patah semangat juga:

"Kau, kau keji benar."

"Kamipun hanya bertindak menurut apa yang kalian lakukan Bagaimana ongya, kau sudi mengiringi kami keluar?"

Tatkala itu hari sudah menjelang fajar, namun cuaca masih tetap gelap, keadaan didalam istana satu persatu mulai bubar dan tamu2pun mohon diri, lambat laun keramaian mulai sirap.

Didalam kesunyian yang terasa ganjil ini, Tiba2 Siau-go- kian-kun dan Hong-lay-mo-li mendengar derap langkah kaki yang tidak teratur Langkah kaki amat pelan dan enteng se- akan2 kuatir membuat kaget sepasang penganten yang tidur didalam kamar, sebagai ahli silat sudah tentu Siau-go-kian-kun tahu.

Dengan mepet tembok Hong-lay-mo-li mendengarkan dengan seksama- Didengarnya diluar ada orang berbisik2:

"Jangan bikin kaget Pwecu, periksalah dengan cermat sekeliling gedung ini- adakah orang sembunyi disana-"

Hong-lay-mo-li kenal suara pembicara ini, dia bukan lain adalah Tam si-ing, keruan hatinya terperanjat

Agaknya Wanyan Tiang-ci dan Tam TO-hlong juga sudah tahu akan kedatangan orang diluar, namun mereka tidak berani bertingkah Kata Hong-lay-mo-li lirih: "Kebetulan orang2mu datang kemari. Baiklah, lakukan seperti petunjukku. Kalau tidak bayangkan sendiri akibatnya-"

Waktu Hong-lau-mo-li selesai memberi petunjuk, terdengar derap langkah diluar sudah mendekat, terdengar seorang berkata lirih:

" Lapor sam- kongcu, sudah diperiksa dengan teliti, tiada seorangpun"

di susul seorang lagi melaporkan:

"Lo-ongya dan Hong-siok Tayjinjuga tidak diketemukan." orang ini baru saja masuk memberi laporan yang baru,

sejenak Tam se-ing menepekur, katanya:

" Kalau demikian, apa boleh buat, terpaksa mengganggu Pwecu"

Ternyata waktu mengantar tamu pulang dan me-mergoki Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kian-kun yang menyamar itu, hati Tam se-ing tidak enak dan was2- Maka begitu kembali segera dia hendak menghadap kepada Wanyan Tiang-ci dan Tam To- hiong untuk melaporkan namun diluar tahunya Wanyan Tiang- ci dan Tam To-hiong sedang bekerja atas anjuran Baginda raja untuk membekuk Bu-lim-thian-Kiau secara halus, hal ini amat dirahasiakan sampaipun Tam se-ing sendiripun tidak tahu. sudah tentu tidak pernah terpikir olehnya bahwa pamannya ada didalam kamar penganten Bu-lim-thian-Kiau.

Tam se-ing sudah memberi aba2 kepada anak buahnya untuk mengepung kamar penganten, baru saja dia hendak maju mengetok pintu, didengarnya Bu-lim-thian-kiau sudah membentak:

"siapa diluar?" disusul kepala Tam To-hiong melongok keluar dari jendela. Melihat pamannya mendadak menongol keluar dari kamar penganten, bukan kepalang kaget Tam se-ing- Tam To-hiong juga pura2 heran, bentaknya:

"se-ing, sepagi ini kau kerahkan anak buahmu kemari untuk apa?"

Tersipu- Tam se-ing menjura, sahutnya:

"Semalam keponakan antar tamu, kesamplok dengan dua orang yang patut dicurigai, untuk menjaga bila musuh menyelundup kedalam istana, maka kuadakan pemeriksaan. Maaf bikin paman kaget saja."

Tam To-hiong menarik muka, katanya:

"Kalian memang nganggur cari kerjaan, urusan kecil di- besar2-kan. Berapa banyak penjaga diluar dalam istana yang merondai mana mungkin ada musuh yang berani masuk kemari ?"

Terunjuk rasa malu dimuka Tam se-ing atas teguran ini, sahutnya:

"ya, keponakan memang terlalu ceroboh- semalam sebelumnya keponakan hendak memberi laporan kepada paman dan Hong-siok Tay-jin."

Wanyan Tiang-ci gelatos, menyusul diapun menongolkan kepala, katanya:

"Kau tidak menemukan aku bukan? Aku juga di sini, apa pula yang masih kau ku-atirkan?"

Kejut2 heran pula Tanse-ing dibuatnya, katanya:

"Maaf, kiranya Hong-siok Tayjin juga disini bikin kaget saja-

"

perlu diketahui Tam se-ing adalah salah satu perwira Gi-

lim-kun, sedang Wanyan Tiang-ci adalah kepala komandannya. "Kebetulan kau kemari malah," ujar Tam To-hiong-

"lh-tiong suami istri hendak masuk istana menghadap sri Baginda untuk menyatakan terima kasihnya atas budi luhur beliau, kitapun hendak mengiringi mereka. Lekas kau pergi siapkan kereta besar-"

Waktu itu fajar telah menyingsing, bahwa Tam To-hiong dan wanyan Tiang-ci mendesak sepasang penganten baru masuk ke istana adalah pantas dan tidak perlu dibuat heran. Tam se-ing anggap dirinya sudah mengerti, apa maksud kedatangan paman dan Hong-siok Tayjin sepagi ini, segera dia mengiakan.

"Cukup sebuah kereta besar saja," pesan Tam To-hiong pula.

"hentikan kereta ditaman belakang, supaya tidak mengejutkan tamu2 yang lain."

setelah Tam se-ing mengundurkan diri baru Tam To-hiong menghela napa2 lega serta berpaling dengan sorot pandangan gusar dia tatap Bu  lim-thian-kiau dan Hong-lay-mo-li, katanya:

"Kalian sudah puas? Celakalah aku ini" karena takut dituduh sekongkol dengan brandal, matipun tidak akan dijunjung sebagai menteri setia, sementara Wanyan Tiang-ci takut ilmu silatnya dipunahkan dan dianiaya di depan orang banyak- Terpaksa mereka menuruti segala petunjuk Hong-lay-mo-li terima menjadi boneka-

Hong-lay-mo-li tertawa katanya:

"Demi kebaikanmu juga. Cukup asal kalian antar kami keluar kota, kalian boleh segera kembali Tiada orang tahu kau pernah bertemu dengan aku."

Siau-go-kian-kun tertawa, katanya:

"Kita perlu menyaru lagi baru bisa keluar-" lalu dia tarik kedok mukanya serta dibalik terus dipasang kemukanya pula setelah diremas2 menjadi kisut, Hong-lay- mo-li meniru perbuatannya, muka mereka kini kelihatan berkeriput jauh lebih tua dari tadi.

"Marilah masuk ke dalam untuk salin pakaian." ajak jilian ceng-hun.

sementara Hong-lay-mo-li salin pakaian Siau-go-Kian-kun berkata kepada Bu-lim-thian-Kiau:

"Tam-heng, untuk kepergianmu kali ini, entah kapan kau baru akan kembali pula, adakah orang dalam rumah ini yang selalu kau kenang?"

semula Bu-lim-thian-Kiau melengak. tidak tahu apa maksud pertanyaan ini, Siau-go-kian-kun menambahkan

"Kuingat kau masih ada mak inang dan seorang putranya yang sudah berusia 13 bukan?"

Betapa cerdik Bu-lim-thian-kiau segera dia mengerti apa maksudnya katanya:

"Benar, Aku berat meninggalkan mereka, biarlah sebentar aku panggil mereka supaya ikut."

Lekas sekali Hong-lay-mo-li sudah keluar, katanya tertawa: "Nah, mirip tidak aku dengan ibu tani?"

"Bagus, cocok sekali-" puji Siau-go-kian-kun,

"sekarang tidak kelihatan lagi bayangan Liu jing-yau pada dirimu. Namun masih bisa dikenali sebagai perempuan yang menghalangi jalan diluar onghu semalam. Nah- begitu sekarang lebih mirip lagi penyamaranmu."

"Nah sekarang giliranmu, lekaslah kaupun salin pakaian." desak Hong-lay-mo-li.

Siau-go-kian-kun pernah mertamu disini, maka dia sudah tahu seluk beluk keadaan disini, langsung dia masuk kedalam dan mengganti pakaian dengan seperangkat seragam kaum hamba yang masih baru warna hijau tidak lupa dia menggosok kulit badannya dengan ramuan obat sehingga warna kulitnya berubah, gerak geriknya dibuat kaku kasar.

"Bagus, kini kaupun mirip pak tani." puji Hong-lay-mo-li-

sementara itu Tam se-ing sudah kembali memberi laporan: "Kereta sudah siap ditaman belakang, apakah sekarang

juga mau berangkat?"

Kebetulan saat mana Bu-lim-thian-Kiau dengan mak inang serta putranya keluar segera dia mengiakan seraya membuka pintu, beruntun mereka beranjak keluar.

Begitu melihat Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li, Tam se-ing lapat2 masih mengenali sebagai dua orang yang semalam kepergok olehnya, keruan kejutnya bukan main.

Lekas Tam To-hiong menjelaskan

"Hong-ho Nionio (permaisuri) ingin menahan mereka suami istri untuk tinggal diistana beberapa hari. Maka Ih-tiongpun bawa sekalian mak inangnya sebagai teman disana."

Dari kisikan Bu-lim-thian-kiau mak inang ini sudah tahu duduk persoalannya, sebagai orang yang bisa melihat gelagat, sikapnya tenang dan segera bermain sandiwara:

"Kedua orang ini adalah keponakanku, baru saja datang dari desa, beruntung ongko sudi menerima mantu keponakanku ini sebagai pelayannya, sebagai orang desa yang tidak tahu tata krama. sam-kongcu, harap kau tidak tertawakan kelakuan mereka."

Lekas Siau-go-kian-kun bersikap kikuk dan takuti? serta gugup, mak inang segera membentaknya: "Bocah bodoh, hayo lekas memberi hormat kepada siau-ongya?"

Dengan suara serak sumbang Siau-go-kian-kun berkata tergagap: "Aku, aku takut..."

Mak inang pura2 melengak. tanyanya: "Takut apa?" Lekas Tam se-ing tertawa ngakak. katanya:

"Semalam kami sudah ketemu. Kiranya kau keponakan sun- toanio, kenapa tidak kau katakan kepadaku? Anak buahku tidak kenal kau, hampir saja kurang ajar kepadamu sungguh tidak enak."

semakin dipandang semakin mirip kedua orang ini seperti orang desa dan kaum tani, maka hilanglah kecurigaannya.

Berkata mak inang Bu-lim-thian-Kiau dengan tertawa: "o, kiranya waktu semalam mereka keluar beli petasan

sudah kesamplok dengan siau-ongya, beruntung-lah tidak

terjadi apa2."

"Paman" Tiba-tiba Tam se-ing menyeletuk:

"ada dua orang menunggu kau, ada dua persoalan perlu segera dilaporkan."

Tam To-hiong naik pitam, katanya:

"Kau memang tidak tahu gelagat, masakah sekarang aku ada tempo menemui tamu?"

"yai ya. tapi kedua orang ini. adalah utusan paman yang disuruh melakukan tugas2 penting, kukira kebetulan berita ini sekaligus bisa disampaikan kepada Baginda untuk memperoleh pahala. Kini mereka sedang menunggu diluar pintu, paman, boleh kau tanya beberapa patah kata, toh tidak mem-buang2 waktu."

Kebetulan dua orang yang dimaksud sudah muncul diluar pintu, walau hati sedang kebat kebit, namun melihat kedua orang ini Tam To-hiong kejutss girang, segeru dia berseru dan menggape:

"Baiklah kalian mendapat berita baik apa?" Kalau Tam To-hiong merasa kejut girang dan diluar dugaan sebaliknya Hong-lay-mo-li merasa kejut dan gusar diluar dugaan.

Ternyata kedua orang laki dan perempuan ini. yang laki adalah LauTao yang pernah menyaru jadi adik Tai Mo sedang yang perempuan adalah The-sam Niocu yang dua kali pernah mencelakai Hong-lay-mo-li disungai Tiang kang, Hong-lay-mo- li pernah bersumpah untuk membunuh perempuan jahat ini.

LauTao maju lebih dulu:

" Hamba mendapat perintah untuk menyelundup kepangkalan Hong-lay-mo-li dan jadi mata2 didalam, apa lacur akhirnya kedok hamba terbongkar untunglah hamba dapat melarikan diri serta mendapat kabar berita yang penting."

"Berita apa? Lekas katakan-" desak Tam To-hiong. "Perempuan iblis itu dengan gendaknya Siau-go-kian-kun

sudah meninggalkan pangkalannya, kabarnya mau pergi ke siang-keh-po lalu putar keTaytoh, kemungkinan akan membuat onar di istana."

Tam se-ing menyeringai dingin,jengeknya:

" Kalau perempuan iblis itu berani datang kebetulan aku bisa membalas sakit hatiku. Coba saja dia berani datang tidak."

sungguh menggelikan mimpipun mereka tidak sangka bahwa Hong-lay-mo-li berada didepan mereka.

"The-sam Niocu." kata Tam To-hiong berpaling,

"Adakah kau bertemu dengan Kongsun Huma di siang-keh- po?"

"Sudah ketemu." sahut The-sam Niocu "Dia sedang merawat luka2nya, soal itu Lau Tao sudah jelaskan kepadaku, kemungkinan Kongsun Huma terfitnah didalam hal ini"

Sembari bicara mata The-sam Niocu memperhatikan Hong- lay-mo-li- Kiranya karena amat membenci kedua orang ini sorot mata Hong-lay-mo-li tampak beringas, sebagai kawakan Kangouw The sam Niocu merasa aneh dan curiga.

Lekas Hong-lay-mo-li batuku kering seraya keluarkan sapu tangan pura2 menyeka mulut, secara diam2 dengan ilmu mengirim gelombang panjang dia mengata-kan beberapa patah kata kepada jilian ceng-hun.

sementara itu The-siam Niocu masih terus mene-cocos Tiba2 jilian ceng-hun menyela tidak sabar:

"Kita kesusu masuk istana, lebih baik bawa serta mereka sekalian, biar menetap juga beberapa hari disana."

"Baiklah" ujar Tam To-hiong

"kalian boleh ikut, sekalian aku bisa dengar keterangan kalian diatas kereta, supaya tidak membuang- waktu" Lau Tao kegirangan, ter-sipu2 dia menjura:

"Terima kasih ongya"

Kereta yang ditarik empat ekor kuda itu amat besar dan megah, puluhan orang duduk didalamnya-pun terasa segar dan nyaman, 4 ekor kuda penariknya adalah kuda2 pilihan dari istana- sudah tentu The-sam-niocu dan Lau Tao duduk dipaling bawah didalam kereta. Begitu Tam To-hiong memberi perintah dua Wisu yang jadi kusir dibagian depan segera ayun cambuknya mencongKlang kudas kereta, langkah keempat kaki kuda serempak dan teratur serta terlatih baik se-kali- setelah meninggalkan Ki-ong-hu, langsung menuju ke istana raja.

Lau Tao tidak pernah menduga bahwa elmaut sudah mengancam jiwanya, diatas kereta dia mengoceh panjang lebar memberikan laporan tentang pengalaman dan bahan- yang berhasil dia kumpulkan The-sam Niocu lantas ikut menambahi akan tugassnya yang berhasil dengan baik menemui Kongsun Ki serta menambahkan.

"Kongsun Huma sedang meyakinkan kedua ilmu beracunnya hampir berhasil dia minta kepadaku supaya menyampaikan salam hormatnya kepada ongya, katanya dia tetap setia kepada kerajaan Kim, setelah ilmunya berhasil diyakinkan, pasti akan berusaha membekuk Hong-lay-mo-li serta digusur ke Tay-toh untk dipersembahkan kepada ongya"

Tam To-hiong hanya menyengir getir dan dalam hati mengeluh, mulutnya hanya bersuara

"E m. em" saja. Dalam hati dia membatin: 'Jiwa kalianpun sudah tercengkram ditangan gembong iblis ini masih berani bicara besar?'

sudah tentu mimpipun The-sam Niocu tidak menduga bahwa Hong-lay-mo-li justru duduk disebelahnya. Tatkala itu kereta sudah keluar dari jalan besar dimana letak Ki-ong-hu, kebetulan tiba pada suatu jalan perempetan, kearah tenggara bisa langsung menuju keistana dalam dimana kota kerajaan berada, kalau belok ke arah barat justru berlawanan itulah jaun kearah luar kota yang menuju kepintu barat yang lurus kusir kereta baru saja membelokkan kuda untuk masuk kenalan menuju ketenggara, Siau-go-kian-kun Tiba2 bersuara rendah tertahan

"Tahan sebentar"

sudah tentu kedua kusir kereta itu melengak heran dan berpaling kebelakang, cepat sekali sebelum orang menyadari apa yang telah terjadi, tahu2 siau-go-kian-kun sudah menutuk Hiat-to kedua orang ini. langsung dia lompat duduk ditempat kusir serta mendorong kedua kusir kereta itu masuk kebagian belakang, katanya tertawa:

"Kalian boleh istirahat saja." Cara kerja Siau-go-kian-kun cukup cekatan dan cepat sekali tanpa mengeluarkan suara berisik, sehingga orang- dipinggir jalan tiada yang memperhatikan apa yang telah terjadi diatas kereta, sampaipun Lau Tao masih menyangka siau-go-kian- kun memang hendak menggantikan kedua kusir, tidak tahu bahwa mereka tertutuk Hiat-tonya dan digusur kebelakang.

Tapi The-sam Niocu yang jauh lebih berpengalaman amat kejut seketika dia menyadari gelagat jelek- Tapi belum sempat dia pentang mulut bersuara tahu2 Hong-lay-mo-li sudah gunakan gerakan pentang busur kekiri kanan sekaligus menutuk Hiat-to The-sam Niocu dan Lau Tao-

setelah kedua orang dirobohkan, baru Hong-lay-mo-ii merenggut kedok mukanya, katanya menyeringai dingin:

"Kalian lihat siapa aku?"

sungguh kejut dan takut The dan Lau bukan kepalang serasa arwah telah terbang keawang2, tenggorokan meraka berbunyi keok-keok tanpa bisa berbuat apa2 karena mulut tidak bisa bicara.

seorang diri sebetulnya siau-go-kian-kun cukup mampu kendalikan keempat kuda penarik kereta, namun tempat duduk kusir ada dua, supaya tidak lowong dan menimbulkan curiga segera mak inang Bu-lim-thian-kiau berkata:

"siau-sun-cu, pergilah kau bantu mengusir kereta." "Adik cilik," ujar siau-go-Kian-kun tertawa,

"apa kau juga bisa pegang kendali?"

Usia siau-sun-cu baru 13-an, namun perawakannya tumbuh lebih besar, maka kelihatannya sudah berusia 16-an. Dengan tertawa dan merangkak maju dia menerima sebuah tali kendali katanya tertawa: "Aku bisa pegang kendali." "Ke-empat ekor kudas putih ini cukup mengenalku, sejak lama aku ingin pegang kendali milik pesiar. Kutanggung tidak akan terjadi apa2"

Kereta berlari bagai terbang kearah barat cepat sekali sudah keluar dari pintu barat, serdadu penjaga pintu kota kenal akan kereta dari Ki-ong-hu ini, mereka merasa heran, "kenapa ganti kusir lain yang baru?"

Untung putra mak inang yang bernama siau-sun-cu ini orangnya supel dan suka bergaul sering kelayapan, semua serdadu itu mengenalnya dengan baik maka rasa curiga mereka berkurang, namun mereka toh menghentikan kereta ini.

Jantung Tam To-hiong berdebar, maklumlah Tam-pwecu baru semalam merayakan pernikahannya perjamuan masih terus berlangsung selama tiga hari demikian pula para tamu2 besar yang diundang belum bubar, sebagai ongya yang menjadi wali pernikahan, adalah janggal pada hari kedua pagi? sekali dirinya sudah menemani sepasang mempelai keluar kota?

Kalau mau cukup dia buka mulut dengan gampang mereka akan segera diberi jalan keluar, namun dia tidak berani unjuk muka? Demikian pula Bu-lim-thian-Kiau harus menyembunyikan diri supaya tidak diketahui para serdadu itu bahwa mereka berada didalam kereta ini.

Untung para serdadu itu tidak berani membuka kereta mengadakan pemeriksaan mereki hanya heran dan menahan siau-sun-cu sebentar untuk ditanyai saja, untung siau-sun- cupun berlaku tabah dan wajar malah membusung dada segala, katanya:

"Jangan kata aku dolan pakai kereta ongya lho, aku sedang antar ibu keluar kota."

Para serdadu itu tertawa, katanya: "Ibumu adalah mak inang Tam-pwecu. Pwehu baru saja menikah, kenapa ibumu tidak menikmati hidup senang didalam istana malah keluar kota segala. Kau jangan bohong, ya."

sun-toanio lantas singkap kerai melongok keluar, katanya: "siau-sun-cu tidak membual, memang aku ingin keluar

kota. Karena pernikahan Tam-pwecu aku jadi bebal dan tidak bisa tidur maka aku diidzinkan pulang kampung untuk istirahat memulihkan badan penat ongyapun baik hati dia meminjamkan kereta ini kepadaku"

sebagaimana orang tua sun-toanio sengaja mengoceh panjang lebar-

Para serdadu itu tertawa lebar, melihat sun-toanio sendiri yang naik kereta maka hilanglah rasa curiga mereka, apa yang dikatakan sun-toaniopun masuk akal, maka mereka berebut mengambil hatinya malah, sudah tentu tidak mempersulit kereta ini keluar.

Begitu keluar kota kereta berlari semakin kencang, cepat sekali puluhan li telah dicapai baru siau-go-kian-kun menghentikan kereta, katanya tertawa:

"Sekarang boleh turunkan ongya dan Hong-siok Tayjin disini supaya pulang."

Tam To hiong menghela napas, bergegas dia turun dari kereta katanya:

"lh-tiong, kau sendiri suka menuju kearah hidupmu ini, jangan kelak kau menyesal setelah kasep. sejak perpisahan kali ini, hubungan kita paman dan keponakan boleh dianggap putus, selanjutnya kaupun jangan harap bisa diakui sebagai Pwecu pula dari Ki-ong-hu."

Duka dan gusar hati Bu-lim-thian-kiau, katanya: "Budi kebaikan Hong-siang dan paman kepadaku tidak akan terlupakan seumur hidupku. Aku hanya merasa menyesal kenapa aku dilahirkan sebagai Pwecu, kini dapat memutuskan hubungan ini, sungguh amat kebetulan bagiku malah."

selanjutnya Wanyan Tiang-ci turun kereta jilian ceng-hun Tiba2 mendeliki katanya:

"jing-yau cici, apa tidak terlalu murah melepasnya demikian saja?"

sengaja mau bikin takut Wanyan Tiang-ci, siau-go kian-kun bertanya tertawa:

"Lalu bagaimana menurut pendapatmu? " Kata jilian Ceng-hunpenuh kebencian:

" Kalau tidak membunuhnya, sedikitnya punahkan saja ilmu silatnya, agar kelak tidak mencelakai jiwa orang dengan kepandaiannya."

Pucat pasi muka Wanyan Tiang-ci. Lekas Hong-lay-mo-li berkata tertawa:

"Mengingat kali ini dia mau tunduk dan patuh akan perintah kita, tadi akupun sudah berjanji untuk melepasnya pulang, biarlah kali ini klta beri keringanan supaya dia tahu, bahwa orang-gagah dari kalangan Loklim selalu bertindak sesuai dengan apa yang pernah dikatakan, tidak seperti mereka yang sering menjilati ludahnya sendiri, tiada kejahatan yang tak pernah mereka lakukan"

sekali tendang Hong-lay-mo-li percepat langkah Wanyan Tiang-ci sehingga orang tersungkur jatuh ke bawah kereta, bentaknya:

"sejam lagi Hiat-to kalian akan terbuka sendiri, pulanglah merangkak"

gusar dan penasaran jilian ceng-hun masih belum berlampias. Kembali kereta mereka berpacu dengan kencangnya kearah barat, kiras sudah 40 li mereka meninggalkan kota raja, ditengah derap langkah kuda dan bunyi roda kereta yang berdentam dijalan raya itu, apatis seperti terdengar oleh

Hong-lay-mo-li suara derap kaki kuda banyak yang mendatangi dari belakang.

Siau-go-kian-kun tertawa, katanya:

"Kini giliran kedua orang ini." kiranya dia sudah tahu dibelakang ada sepasukan berkuda yang mengejar, menurut rencana Lau Tao dan The-sam Niocu hendak dibawa pulang kepangkalan untuk dimintai keterangan seperlunya serta menuntut balas bagi para saudara yang mati oleh kejahatan kedua orang ini.

Kini setelah musuh mengejar dalam perjalanan jauh dan perlu mempercepat lari kereta, kedua orang ini akan menjadi beban belaka.

Pucat muka Lau Tao, katanya meratap gemetar: "sukalah Liu-bengcu pandang muka engkohku, bukankah

engkohku pemimpin laskar rakyat yang menentang kevajaan Kim."

"Jangan kau menyinggung engkohmu. engkohmu takkan menolong perbuatan jahatmu, tempo hari ku-ampuni jiwamu, kau malah lari dan terima menjadi antek musuh, se-wenang2 lagi buat apa aku ampuni jiwamu lagi?"

sekali tabas Hong-lay-mo-li penggal kepala Lau Tao- Melihat Lau Tao dibunuh serasa pecah jantung The-sam

Niocu, namun dasar licik dan licin, sebelum ajal dia masih berusaha menipu Hong-lay-mo-li demi mempertahankan jiwanya:

"Liu bengcu, tiada gunanya kau bunuh aku, aku boleh mengundang anak buah Hoan Thong dulu untuk tunduk dibawah perintahmu. Bukankah kau tumben menjadi Bingcu dari daratan dan perairan,"

"Berani kau menyinggung Hoan Thong? Karena perbuatanmu akhirnya dia mati dengan badan hancur nama buruk, sebelum ajal dia minta kepadaku untuk membunuhmu menuntutkan batas sakit hatinya, kau takut?"

Tertunduk semakin pucat muka The-sam Niocui katanya tergagap:

"Apakuh benar Hoan Thong berpesan demikian?" Hong-lay-mo-li tertawa dingin:

"Anak buah Hoan Thong semua tunduk kepada Li Po, buat apa kau harus menarik mereka segala?"

Tiba2 The-sam Niocu menjerit serak keras dan panjang, dia berusaha menggigit putus lidahnya sendiri untuk bunuh diri.

Hong-lay mo-li tidak tega melihat keadaannya yang me-njerit2 dan berkelejetan, katanya:

"Menguntungkan kau saja. supaya kau tidak tersiksa," sekali ayun pedang, diapun tabas leher orang.

setelah membunuh Lau Tao dan The-sam Niocu, sementara kereta masih terus mencongKiang ke depan, setelah kunang bobot dua orang kereta berlari semakin cepat dan enteng.

Akan tetapi betapapun masih kalah cepat dengan pasukan berkuda, lambat laun pasukan berkuda dibelakang sudah kelihatan dan semakin dekat.

Bu-lim-thian-kiau tertawa getir, katanya:

"Kini aku sudahjadi orang tak berguna lagi, hidup dalam dunia-pun tiada gunanya? Biarlah aku turun saja, mereka hanya menginginkan aku saja, aku bisa menahan mereda mengejar lebih lanjut"

"Tam-heng, biasanya kau periang dan punya pandangan luas, hanya sedikit tersiksa didalam menjalani kehidupan ini terhitung apa? Aku hanya ingin tanya kepadamu: Apakah kau tidak anggap kita sebagai kawan sehaluan?"

"Memangnya perlu dikatakan lagi? Dengan menempuh bahaya kalian masuk kota raja menolongku, umpama orang she Tam harus mati, aku tetap berterima kasih kepada kalian."

"Nah, kan begitu. Lalu disaat menghadapi bahaya kita lantas tinggal pergi begini saja tanpa hiraukan keselamatanmu, untuk apa pula kau punya teman sehaluan?"

Disaat mereka bicara itu pasukan pengejar itu sudah semakin dekal, tampak yang pimpin pasukan pengejaran ini adalah sin-tho Thay Bi dan Tam se-ing-

Kiranya sejak permulaan Tam se-ing memang sudah menaruh curiga, maka setelah kereta berangkat, toh tetap dia mengutus beberapa anak buahnya untuk mencari tahu tujuannya hanya membuktikan bahwa kereta ini memang benar menuju keistana raja. sekalis anak buahnya ini dilarang membuat keributan.

Cepat sekali anak buahnya pulang melapor bahwa kereta menuju keluar kota ke arah barat, kebetulan saat itu Thay Bi datang sebagai Koksu hendak memberikan selamat pernikahan, sekaligus membuktikan bahwa tiada orang yang masuk keistana.

Keruan Tam se-ing kaget dan keripuhan bingung, lekas dia kumpulkan anak buahnya terus melakukan pengejaran bersama Thay Bi. ternyata terhadap Thay Bipun, Tam se-ing tidak berterus terang, hanya dikatakan bahwa pamannya diancam dan dipaksa oleh musuh kosen yang menyelundup ked-alam istana, soal siapa sebenarnya musuh yang menyelundup dikatakan belum diketahui.

Ditengah jalan mereka ketemu Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong yang dilepaskan. Karena malu dan gusar Tam To- hiong seaera memerintahkan mereka mengejar dan menggusur orang- didalam kereta mati atau hidup itu berarti dia mengidzinkan Tam se-ing untuk membunuh Bu-lim-thian- kiau.

setelah tahu bahwa Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li yang menawan Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong, mau tidak mau Thay Bi rada jeri juga. Tetapi karena ada puluhan jago2 kosen dari Gi-lim-kun ikut mengejar yakin dengan tenaga gabungan orang banyak pasti dapat melaksanakan perintah Tam To-hiong, maka dia ikut mengejar lebih lanjut, sementara Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong yang masih lemas itu diantar pulang.

Pasukan berkuda ini dengan cepat berhasil me-nyandak kereta itu, tahu kedoknya sudah diketahui orang, Hong-lay- mo-li lantas tanggalkan kedok paisunya, makinja menuding Tam se-ing:

" Waktu menyerbu ke pangkalanku, sudah kuampuni sekali jiwamu kini berani mengantar jiwa lagi? Engkoh mu suami istri ada disini, ksu berani bertindak begitu kejam, baiklah akupun- tidak sungkan lagi. Dan kau cacat tua bangka yang belum mampus ini di Ko-gwan tempo hari beruntung dapat lolos, kini berbuat jahat lagi? Ni-locian-pwe sudi mengampuni kau, hari ini aku tidak akan ragu2 lagi merenggut jiwamu"

Tam se-ing naik pitam, hardiknya:

"Tempo hari aku kau tipu hari ini kebetulan bisa menuntut balas Hayo, siap lepas panah"

Hong-lay-mo-li keluar mengadang dibela kang kereta menutup pintu, dengan mengayun dan mengobat-abitkan kebutnya dia sampuk jatuh anak panah yang menghujan lebat meski hujan panah tiada hentinya, tak ada satupun yang lolos masuk kedalam kereta.

Tapi busur panah besi yang digunakan pasukan berkuda ini daya bidiknya teramat keras, walau Hong-lay-mo-li dan Siau- go-kian-kun tiada yang kena dilukai, namun 4 kuda penarik kereta satu persatu terjungkal roboh binasa, cepat sekali kereta berhenti untung Siau-go-kian-kun kerahkan tenaga untuk kendalikan goncangan kereta, sehingga kereta tidak terjungkal roboh-

Begitu kereta berhenti, mereka menjadi sasaran telak dan dekat dari bidikan anak2 panah, dengan kecutnya lama kelamaan Hong-lay-mo-li kepayahan juga menyapu jatuh panah2 itu.

Karena dihujani panah terus menerus Siau-go-kian-kun naik pitam, sekali samber dia tangkap dua anak panah, lalu dengan kekuatan jentikan tangannya, "ser, ser" dua perwira di kanan kiri Tam se-ing seketika terjungkal roboh dengan tenggorokan termakan panah.

Ternyata kekuatan jentikan jari Siau-go-kian-kunjauh lebih kuat dan keras dari bidikan busur panah mereka-

"Anak anjing," maki Siau-go-kian-kun, "berani memanah lagi akan ku incar jiwamu."

saking jeri Tam se-ing mundur kebelakang mundur. perwira Gi-lim-kun yang lain segera mengelilinginya.

Hong-lay-mo-li menyeringai dingin:

"Kau hendak membunuh engkohmu untuk merebut kedudukan Pwecu-nya, kalau harus berkorban jiwa, kita tetap bisa membunuhmu lebih dulu."

Terpaksa Tam se-ing ber-pura2:

"Baiklah, kupandang muka engkohku, sementara bidikkan panah dihentikan." lalu dia susun barisan mengepung kereta dari berbagai arah, sementara dia memimpin dari samping, dimana dia perkirakan dirinya takkan tercapai oleh senjata rahasia yang ditimpukan dari kereta.

Dengan suara lirih Thay Bi bertanya: "Apakah Bu-lim-thian-Kiau suami istri sudah kehilangan ilmu silatnya?"

"Paman tadi bilang demikian, kukira tidak akan salah" sahut Tam se-ing.

Nyali Thay Bi menjadi besar, diam2 dia mempertimbangkan kekuatan kedua belah pihak, dia cukup menandingi salah satu dari Siau-go-kian-kun atau Hong-lay-mo-li, orang2 lain sebanyak ini kiranya cukup ber-kelebihan melawan salah satu diantara kedua musuh.

segera Thay Bi keprak kudanya mencong Kiang maju, serunya:

"Hoa Tayhiap Liu-Bing-cu, marilah kita berbicara." Siau-go-kian-kun tertawa dingin, jengeknya:

" Kalau tidak kau mati biar hari ini aku yang gugur, hayolah turun tangan, buat apa putar bacot melulu?"

"Kami hanya ingin Tam-pwecu pulang keistana, tiada niatku adu jiwa dengan kalian."

"Ada kami disini, jangan harap kau bisa merebut Tam Ih- tiong berdua, kecuali kau mampu membunuh kami berdua lebih dulu."

Thay Bi menarik muka- bentaknya:

"Diberi kelonggaran malah ingin main kekerasan, baiklah terpaksa kita tidak sungkan lagi- Hayo serbu-"

Siau-go-kian-kun sambut serbuan pasukan berkuda dengan gelak tawa panjang, begitu keras dan kumandang gelak tawanya sampai kuping semua orang terasa pekak- seorang perwira yang tidak tahu kelihayannya segera keprak kuda mendahului menerjang sambil angkat tombak menusuk-

sebat sekali Siau-go-kian-kun berkelit seraya menyamber ujung tombak lawan ditangkapnya serta menariknya roboh terjungkal dari atas kuda, karena getaran gerak tipu Siau-go- kian-kun, kepala perwira seketika kebentur tanah dan pecah berhamburan seraya mengeluarkanjeritan yang mengenaskan.

Thay Bi gusar, segera dia menubruk maju seraya merangkap kedua jari menutuk dari kejauhan, segulung angin dingin laksana panah melesat kedepan. Lekas Siau-go-kian- kun ayun kipasnya memunahkan kekuatan Hian-ci-it musuh.

Disusul bunyi "Blang" dua pihak adu pukulan secara kekerasan Siau-go-kian-kun telan berdiri didepan kereta, tanpa bergeming sedikitpun sebaliknya Thay Bi tergeliat limbung.

Bercekat hati Thay Bi, tak pernah dikiranya dalam jangka tiga bulan Iwekang Siau-go-kian-kun sudah maju berlipat ganda, namun untuk mengalahkan lawan bungkuknya sedikitnya harus seratusan jurus kemudian.

Melihat Thay Bi kuat menandingi Siau-go-kian-kun, jago2 Gi-lim-kun bertambah nyalinya, serempak mereka bersorak sorai menyerbu maju, Hong-lay-mo-li mainkan kebutannya menggubat dan merebut senjata musuh yang maju menyerang, sementara pedangnyapun berputar menghalangi musuh yang merangsak maju.

Dari kejauhan Tam se-ing memberi komando, teriaknya: "Pecah beberapa orang serbu kereta itu, siapa saja yang

ada didalamnya bunuh habis perkara, satu jiwa kupersen

seribu tail emas"

Pasukan Gi-lim-kun paling patuh akan disiplin yang keras, maka tiada jago Gt-lim-kun itu yang tidak bekerja sekuat tenaga, apa lagi mendapat persen-besar, maka mereka berani pertaruhkan jiwa.

seorang diri Hong-lay-mo-li hanya memiliki dua tangan, betapapun lihay ilmu kebut dan ilmu pedang-nya la mas dia merasa kewalahan juga- se-konyongs "Brak" dengan gembolan Liu-sing-tui seorang perwira memukul jebol dinding kereta.

Bu-lim-thian-kiau masih disikap Siau-sun-cu, dia me-rontas berusaha melepaskan diri seraya berkata:

"Biarkanlah aku keluar saja" sun-toanio tertawa katanya:

"Mimpipun tak pernah terpikir olehku jiwa tuaku ini berharga seribu tail emas, anak Tiong hari ini aku bisa mati bersama kau, sungguh suatu penghargaan tinggi bagiku. Tak usah kuatirkan kematianku."

Hong-lay-mo-li gusar, dengan benang2 kebutnya dia timpuk seperti Bwe-hoa-ciam perwira yang bersenjata Liu- sing-tui baru saja menerjang maju hendak membekuk Bu-bm- thian-kiau, tahu2 terasa biji matanya sakit dan menjadi gelap, ternyata matanya tertusuk buta oleh benang2 kebut Hong-lay- mo-li-

Tak nyana karena harus menolong Bu-lim-thian-Kiau ini, Hong-lay-mo-li sendiripun semakin gawat keadaannya serempak jago2 Gi-lim-kun menghujam berbagai gaman mereka dengan gencar, meski memiliki tiga kepala enam tangan sulit untuk melindungi jiwa beberapa orang yang ada didalam kereta.

Untunglah pada saat2 kritis itulah, dari kejauhan terdengar huaru kereta dan derap kuda yang ramai, mendatangi cepat sekali tampak sebarisan kereta muncul dijalan raya dari arah barat sana, tanpa hiraukan pertempuran yang terjadi dismi, barisan kereta itu mcmbedal lari keretanya semakin cepat.

Dari atas kudanya Tam se-ing menuding seraya membentak gusar:

"Gi-lim-kun sedang menggeropyok brandal, kalian siapa berani petingkah. Lekas hentikan kereta eh, membangkang, memangnya kalian komplotan brandal?" setelah dekat tampak salah satu kereta besar yang berada ditengah barisan tiba2 mengeluarkan tiang ranjang mengibarkan sebuah bendera besar yang bersulam seekor galak serta bertuliskan dua huruf "yalu" yang besar menyolok-

Tiba2 ya lu Hoan- ih- muncul lompat turun mencemplak kepung g ung seekor kuda, serunya gelatos:

"Memang kita ini kaum brandal, memangnya kita akan lalap kalian anjing- Kim ini Coba saja kalian mampu berbuat apa terhadap kita"

orang- yang ada didalam puluhan kereta itu segera menyerbu keluar, mereka adalah Busu negeri Liau yang menyamar jadi kaum pedagang jilian ceng-sia selalu mendampingi ya lu Hoan-ih, dengan memutar goloknya segera dia menyerbu kekalangan pertempuran teriaknya:

"Liu Lihiap, apakah ciciku berada disana?"

Mendengar suara adiknya, sungguh girang jilian ceng-hun, seperti kejatuhan rejeki dari langit, lekas dia menyahut dari dalam kereta:

"sam-moay, aku dan cihumu berada disini, lekas kau bunuh keparat she Tam itu."

girang dan gusar jilian ceng-sia segera dia bersemi

"lh-ko, lindungilah cici, biar kugorok leher anjing keparat itu"

segera dia putar kuda dan pimpin empat orang pembantunya yang perkasa menerjang kearah Tam se-ing.

Tam se-ing dilindungi 5 jago Gi-lim-kun. melihat usia jilian ceng-sia masih begitu muda sedikitpun dia tidak ambil dihati, jengeknya dingin:

"cicimu kawin dengan engkoh ku, memangnya kau kira aku sudi mengawini adiknya." semakin memuncak gusar jilian ceng-sia. begitu kudanya menerjang dekat goloknya segera terayun dan membacok sementara ke empat perempuan pembantunya menempur ke 5 jago2 Gi-lim-kun dengan sengit.

seorang jago Gi-lim-kun mengadang didepan Tam se-ing, dengan mengayun pecut panjang seperti tali laso layaknya dia hendak menjirat jilian ceng-sia serta membantingnya jatuh ketanah.

Tak kira kepandaian menunggang kuda jilian ceng-sia amat tinggi, dengan bergerak turun menyembunyikan diri keperut kuda, tunggangannya menyerobot lewat kedepan tampak sinar golok berkelebat belum lagi cambuk panjang jago Gi-lim-kun itu menyentuh pakaian jilian Ceng-sia, tahu2 batok kepalanya sudah terbelah dua oleh golok sabit jilian Ceng-sia.

Keruan bukan kepalang kaget Tam se-ing baru sekarang dia insaf akan kelihayan jilian Ceng-sia- cepat sekali senjata jilian ceng y ia sudah terayun membacok kepada dirinya, lekas dia angkat tombaknya me-nangkis-

"Tang" ronce merah diujung tombaknya seketika melayang jatuh terbawa samberan golok, dua jago Gi-lm-kun lain buru2 maju bantu melindungi Tam Se-ing, saking kaget merasa jantung Tam se-ing pecah, tanpa hiraukan gengsi sebagai keturunan jendral segala, cepat dia putar kudanya terus dibedal secepat panah laripulang keTaytoh- Kuda tunggangannya adalah hadiah raja Kim yang pilihan, sehari dapat lari seribu lie- jilian Ceng-sia jelas takkan mampu mengejar

Terpaksa dengan gemas jilian ceng-sia putar balik bantu keempat pembantunya menggasak kelima jago Gi-lim-kun yang melindungi Tam se-ing tadi, dua berhasil dia bunuh sisanya yang masih hidup dan terluka segera melarikan diri. Pasukan berkuda Gi-lim-kun yang dipimpin Tam se-ing hanya ada soan orang, sebaliknya anak buah ya lu lEoan-ih ada seratusan orang, dari mengepung berbalik mereka sekarang yang terkepung. Begitu Tam se-ing lari Thay Bi yang pimpin beberapa orang mengepung kereta menjadi patah semangat suatu ketika karena sedikit lena Thay Bi kena dihantam sekali oleh siau-go-kian-kun, sambil menggerung kesakitan, cepat dia melarikan diri

yalu Hoan-ih tidak berhasil mencegatnya, maka rombongan Gi-lim-kun itu berhasil menerjang keluar namun sisanya hanya tinggal sepertiga dari jumlah semula.

setelah pasukan Gi-lim-kun dibereskan seluruhnya baru yalu Hoa-ih lompat turun membuka pintu kereta, dia papah Bu-lim-thian-kiau turun dari kereta, bukan kepalang senang rindu, sedih hati kakak beradik jilian, keduanya berpelukan dengan menangis terisak-

Kiranya yalu Hoan-ih dan jilian ceng-sia serta rombongannya selalu merasa kuatir dan was2 sejak Bu-lim- thian-kiau dan jilian ceng-hun kembali ke istana, sering mereka menyebar anak buahnya ke Taytoh untuk mencari berita, sudah tentu berita perkawinan Bu-lim-thian-kiau cepat sekali sudah mereka ketahui, tahu bahwa pernikahan mereka dirayakan besarkan atas anjuran raja negeri Kim, mereka menduga didalam persoalan ini pasti ada latar belakang yang mencurigakan.

segera merekapun bergerak, setelah memilih seratus anak buahnya yang terlatih, menyamar jadi pedagang, secara berani mereka menyerempet bahaya menuju ke Taytoh.

Bangsa Liau dan bangsa Kim tidak berbeda banyak, mereka pun pandai berbahasa Nuchen, maka sepanjang jalan tidak menemui banyak rintangan secara kebetulan pula waktu mereka tiba diluar kota kesamplok dengan Bu-lim-thian-kiau yang berusaha melarikan diri Rombongan yalu Hoan-ih akan langsung kembali kepang kalan mereka di Ki-lian-san, sebaliknya Hong-Lay-mo-li dan siau-go-kian-kun harus kembali ke selatan, sekaligus hendak mampir pula ke siang-keh-po, bersama siang-keh-su-lo siap menggempur siang-keh-po melenyapkan Kongsun Ki. Baru akan kembali ke-pangkalannya sendiri.

sebelum berpisah Siau-go-kian-kun ada menganjurkan kepada Bu-lim-thian-Kiau supaya pergi ke Kong-bing-si,  karena disana ada Kongsun In yang juga telah kehilangan ilmu silat, ada ayah LiuJing-yau danBing-bing Taysu maha guru silat yang akan bantu menyembuhkan kelemahan Bu-lim- thian-Kiau, mengingat cicinya memang juga ada disana maka Bu-lim-thian-Kiau menerima usul ini. ....

Pula dijanjikan kepada Hong-lay-mo-li setahun lagi mereka pasti akan pergi ke pangkalan Hong-lay-mo-li untuk hadir dalam perjamuan pernikahan Hong-lay-mo-li dan Siau- go- kian- kun.

sekarang marilah kita ikuti perjalanan Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li, mereka langsung menuju ke siang-keh-po- selama dalam perjalanan tidak keruan perasaan hati mereka, bahwa bisa berkumpul sebentar dengan Bu-lim-thian-Kiau suami istri serta berpisah dalam suasana yang cukup merawankan hati pula.

Kini timbul pula satu tanda tanya besar, apakah mereka mampu mengalahkan Kongsun Ki dan menolong siang Ceng- hong- Betapapun Hong-lay-mo-li tidak mau percaya bahwa siang Ceng-hong secara suka rela kawin dengan Kongsun Ki-

Untuk menambah bekal dan persiapan yang lebih matang, sepanjang jalan mereka saling tukar pikiran dan menyelami bersama ajaran Iwekang yang diturunkan oleh Liu cioan-cong. Demikian pula ilmu warisan keluarga Kongsun In-pun. mereka latih berulang kali, siap untuk menghadapi Kongsun Ki. Sejak mereka datang tempo hari, 2 bulan sudah berselang kini bekal kepandaian merekapun sudah mendapat kemajuan yang boleh dibanggakan.

Pendek kata tanpa banyak membuang tenaga dengan selamat akhirnya mereka tiba kembali di Hou-loan-san, memang untuk memasuki siang-keh-po- satu2nya jalan, mereka memang harus lewat Hou-loan-san.

Malam itu hujan rintik2, cuaca gelap, kiras kentongan kedua mereka mulai memasuki pegunungan, setiba disayap kiri gunung, langsung mereka memasuki hutan dan semak belukar yang lebat diperut gunung, sepanjang jalan tidak mereka ketemukan ada orang meronda. 

Dengan langkah hatis dan selalu waspada mereka terus maju tanpa terhalang, akhirnya mereka tiba di-dasar sebuah lembah yang mulai lembab hawanya, se-konyongs sayup- terdengar suara benturan senjata keras seperti ada orang lagi bertempur.

Kejut dan girang Hong-lay-mo-li dibuatnya, katanya: "Eh, seperti ada orang bertempur disana marilah kita

tengok-"

Dengan mengembangkan Pat-pao-kan-san mereka berlari ke arah kumandangnya suara, betul juga tampak empat orang sedang berhantam dengan sengit. Dengan girang Hong-lay- mo-li lantas berteriak:

"Kongkong berdua jangan kuatir, aku datang bersama Hoa Tay-hiap"

kiranya dua orang yang lagi berhantam itu adalah Losam dan Losu dari siang-keh-po, yaitu siang Hong dan siang Gi.

Kedatangan mereka tepat pada waktunya baru saja mereka tiba. maka terdengarlah siang Hong mengeluarkan suara gerungan tertahan, agaknya terpukul luka2. Kedua lawan mereka adalah laki2 pendek kekar yang bergaman tongkat besi panjang dan besar, seorang lagi adalah laki2 jangkung tegap mengenakan kedok muka bertangan kosong, tapi siang Hong barusan berhasil dipukulnya luka dalam.

Hong-lay-mo-li membentak:

"Bangsat keparat dari siang keh-po- rasakan pedangku" dia tidak sudi menyerang secara bokongan, maka sembari

menyerang dia membentak memberi peringatan, sinar pedangnya laksana rantai perak terentang kencang menusuk ke laki2 jangkung berkedok muka itu-

Dalam waktu yang sama terdengar "Tang" golok besar berpunggung tebal ditangan siang Gi dikemplang terbang oleh tongkat besar laki2 pendek mendapat angin laki2 itu tidak me- nyia2kan kesempatan tongkatnya terayun terus mengemplang pula kebatok kepala siang Gi.

Menolong orang lebih penting, maka Hong-lay-mo li putar pedangnya menusuk dulu kearah laki2 pendek- serangan ini memaksa lawan untuk menyelamatkan jiwa sendiri lebih dulu sebelum melukai musuh, yang diincar adalah Ih-gi-hiat, salah satu dari dua buah Hiat-to yang mematikan dibadan manusia-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar