Pendekar Latah Bagian 45

 
Bagian 45

SEMULA mereka menyerbu dengan semangat perang yang tinggi, namun begitu tiba diujung lembah, akar pohon merintang jalan, tanah miring lagi untuk maju beberapa langkah saja cukup makan tenaga, untung Tam Si-ing cukup cerdik, segera dia saeiaf akan kesalahan dan cepat berkeputusan bentaknya:

"Barisan belakang jadi kepala, tiup, Aba2 mundur, lekas, lekas"

sekarang sudah terlambat baru saja perintah mengundurkan pasukan diumumkan seketika terdengarlah suara gegap gumpita dari sorak sorai serbuan- orang banyak yang menggetarkan tanah pegunungan. Musuh yang terpendam didalam hutan diatas gunung serempak menyerbu keluar, ada yang sembunyi dibelakang serakan batu, dari semak2 rumput ada pulayang berlompatan dari atas pohon, Malam kelam tampak bayangan orang berseliweran, dicampur sinar golok,tombak dan pedang.

Suatu pertempuran akan segera berlangsung didalam lembah sunyi itu karena dibokong dan terjebak, semangat tempur pasukan Kim menjadi luluh, laksana tikus yang terkepung, mereka lari porak peronda tanpa menentukan arah, secara membabi buta meng gerakan senjata peduli kawan atau lawan di-gasaknya.

Gusar dan kaget bukan main Tam Si-ing dibuat-nya: "Kongsun Ki keparat itu apa kerjanya? Persetan dengan

rencana mata2 yang terpendam di pangkalan musuh, hm, hm. bukankah ini menjebak kita malah?"

seorang laki2 baju hitam disebelahnya menimbrung: "Kongsun Ki keparat itu sendiri tidak berani datang, sejak

mula aku sudah curiga kepadanya. Tapi brandal2 ini

memangnya bisa berbuat apa terhadap kita, Tam-ciangkun, hayolah kita serbu keluar, nanti kita buat perhitungan dengan Kongsun Ki"

Baru saja orang ini bicara habis tiba2 kumandang sebuah bentakan nyaring:

"Kim-lojat kebetulan kau datang, masa mau lari?"

kiranya laki2 baju hitam ini adalah Kim Cau-gak yang dulu diangkat sebagai Kok-su negeri Kim.

Mendengar suara Hong-lay-mo-li, bukan kepalang kejut Kim cau-gak, teriaknya:

"Kurang ajar, kita benar- telah ditipu mentah- oleh Kongsun Ki." belum habis dia bicara Hong-lay-mo-li sudah menyerbu datang.

Dengan adanya Hong-lay-mo-li, paling dia hanya bisa menyelamatkan jiwa sendiri, mati hidup Tam si-ing tidak dihiraukan lagi. Mengandal ilmu silatnya, meski tidak yakin dapat mengalahkan Hong-lay-mo-li, tapi untuk melarikan diri lebih dari cukup,

Tak kira, baru saja dia putar badan lari beberapa fangkah, didengarnya gelak tawa panjang, tahu2 siau-go-kian-kun muncul dari arah lain, mencegat jalan ke-luarnya-

siau-go-kian-kun menyapa dengan gelak tawa:  "Kesorga ada jalan, kau malah menyerbu keneraka yang

tiada pintu Hehehe, jaring langit dan jala bumi sudah

terkembang, siapapun diantara kalian jangan harap bisa lari"

Kim Cau-gak pernah merasakan kelihayan siau-go-kian-kun, kepandaian silatnya malah lebih tinggi dari Hong-lay-mo-li- setelah melihat siau-go-kian-kun muncul didepannya. mana dia berani menerjang maju?

Dalam waktu mendesak baru saja dia hendak pilih arah yang menentukan, betapa tinggi ginkang Hong-lay-mo-li, cepat sekali orang sudah mengejar tiba di-belakangnya.

Kontan Kim Cau-gak tepukan telapak tangannya kebelakang, menyampuk pergi kebut orang, cepat sekali siau-go-kian-kun pun sudah memburu tiba dengan gelak2.

Pada saat itulah seorang Busu hitam disamping Tam si-ing tiba2 menerjang keluar sereya membentak:

"Aku ada dendam sedalam lautan dengan budak kurcaci ini, kebetulan kita ketemu disini, rasakan pukulanku"

gempuran telapak tangannya membawa angin badai yang menerbangkan batu pasir, seperti beledek mengguntur, keruan Hong-lay-mo-li terperanjat, sebat sekali dengan gerakan Hong-biau-loh-hoa (angin menghembus kembang rontok) Hong-lay-mo-li berkelit kesamping.

Maka terdengar "Blang" disini Hong-lay-mo-li meluputkan diri dari gempuran telapak tangan Busu hitam disebelah sana siau-go-kian-kun yang datang tepat pada waktunya mengadu pukulan keras dengan Kim Cau-gak-

sejak mendapat ajaran ilmu tingkat tinggi dari Liu Goan- cong dan Kongsun In, kepandaian siau-go-kian-kun sudah lompat kedepan, kini sengaja dia ingin menjajal Iwe-kang sendiri meski tahu Im-yang-ngo-hing-ciang Kim Cau-gak lihay dan khusus melukai Ki-king-pat-meh, namun dia menyambutnya dengan kekerasan seketika siau-go-kian-kun bergidik kedinginan, tapi Kim Cau-gu malah memuntahkan sekumur darah-

sebelum ini Kim Cau-gak pernah beberapa kali bentrok dengan siau-go-kian-kun, walau selalu dikalahkan oleh lawan yang satu ini, tapi pertempuran berjalan ratusan jurus kemudian baru dia kecundang tak nyana kali ini baru gebrak pertama saja, dirinya sudah terpukul muntah darah sehingga isi perut seperti dipelintir- Darah muntah langkah sempoyongan.

siau-go-kian-kun bergidik kedinginan dia rasakan siu-lo-im- sat-kemg Kim Cau-gak setingkat lebih maju, namun Iwekang dirinyapun bertambah beberapa lipat. Katanya dengan gelak tawa:

"Kejahatanmu sudah keliwat takaran Giam-lo-ong sudah ingin mengundangmu berpesta dineraka, mau lari kemana kau?"

sekali lompat dia kembali mengadang didepan Kim Cau-gak seraya ulur tangan hendak menelikung orang.

Kim Cau-gak menggerung kalap: "Biar aku adu jiwa denganmu" "Huuah" kembali dia muntah darah darahnya menyembur kearah siau-go-kion-kun, lekas dia berkelit minggir Kim Cau- gak dorongkan kedua telapak tangannya, tenaga pukulan kedua tangannya teramat besar dan ganas sebetulnya cengkram jari siau-go-kian-kun hampir mengenai tulang pundaknya, ternyata kena tertangkis pergi oleh dorongan kedua tangan orang malah tak kuat berdiri sampai terhuyung tiga langkah.

sudah tentu siau-go-kian-kun amat heran, memang diluar tahunya bahwa Kim-cau-gak menggunakan semacam ajaran Iwekang dari aliran sesat yang dinamakan Thian-mo-kay-deh- tay-hoat, ilmu ini memang hebat perbawanya, namun sekaligus merusak badan sendiri pula, Iwekangnya seketika bertambah satu lipat. Karena terpukul luka parah lebih dulu oleh adu kekerasan tadi sekaligus Kim Cau-gak gigit pecah lidahnya, lalu melancarkan ilmu aneh yang paling dahsyat dari aliran sesat ini.

Im-yang-ngo-hing-ciang yang dilontarkan Kim Cau-gak ini merupakan kombinasi dari siu-lo-im-sat-kang ditangan kiri yang menimbulkan badai dingin membekukan darah dan tulang sungsum, sementara tangan kanan menggunakan Lui- sin-ciang dari aliran sesat pula, dimana tenaga pukulannya melandai deru angin yang bersuhu panas tinggi dapat membakar kulit orang sampai melonyoh.

siau-go-kian-kun ter-bahak2 serunya: "Kepandaian cakar kucingmu hanya begini saja?"

diantara badai dingin dan deru angin bersuhupanas, kedua telapak tangannya menari-turun naik sedikitpun dia tidak memberi hati kepada lawan dengan serangan balasan yang gencar mendesak maju, sengaja siau-go-kian-kun meminjam rangsakan Im-yang-ngo-hing-ciang lawan untuk menggembleng diri sekaligus menyempurnakan latihannya. Kalau disini siau-go-kian-kun tengah melabrak Kim Cau- gak, disebelah sana Hong-lay-mo-lipun sedang berhantam dengan Busu seragam hitam itu.

Busu ini bersenjata Long-ge-pang, berat dan panjang, beruntun Hong-lay-mo-li menusuk tiga kali, semua tusukannya kena disampuk pergi oleh Long-ge-pang lawan, sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak berani memandang rendah lawan segera dia keluarkan pula kebutnya untuk merabu bersama, dengan sejurus Thian-lo-te-bong ujung kebutnya terkembang menungkrup kekepala Busu hitam.

sekali tepukkan tangannya si Busu damparkan angin kencang menolak pergi kebutsnya, disusul Long-ge-pang dengan jurus Heng-saue jian-kun (menyapu ribuan serdadu) lalu diputar pula menjadi Tui-poh-cu-lan (mendorong ombak membantu tanggul) sekaligus dia gunakan cara menekan dan memutar ganti berganti saling bersambung, sehingga seranganan berantai pedang Hong-lay-mo-li kena dipunahkan.

tiba2 Hong-lay-mo-li mengeluarkan suara aneh, bentaknya: "Pernah apa kau dengan Kaypang, kenapa terima jadi

antek negeri Kim membantu kejahatan?"

Kiranya Long-ge-pang yang dimainkan si Busu ini menggunakan ilmu Pak-kau-pang-hoat yang biasanya hanya dipelajari oleh murid2 Kaypang, Pak-kau-pang biasanya mengutamakan kelincahan dengan perubahannya yang sukar diraba, Long-ge-pang yang dipakainya ini sedikitnya ada enam tujuh puluh kati, dengan gaman berat untuk memainkan jurus2 silat yang enteng lincah- betapa sukar dapatlah dibayangkan.

Tapi si Busu dengan memutar senjata beratnya itu seperti mainkan sebatang merang bergerak seenak hatinya tanpa membuang tenaga sedikitpun Karena mengenali permainan ilmunya, maka Hong-lay-mo-li mengajukan pertanyaan,

Busu itu mendengus geram, makinya penuh kebencian "Membantu kelaliman apa? Hm hm, kau brandal perempuan ini tidak paluh akan undang-, kaum kajem dianggap Enghiong dan orang gagah segala, dalam pandanganku mereka tidak lebih hanya pengemis busuk yang se-wenang2 belaka, setiap pengemis busuk yang kebentur ditanganku pasti tidak kuampuni jiwanya."

Melihat seringainya yang sadis dalam ber-kata2, agaknya orang menaruh dendam kepada Kaypang, su-dah tentu Hong- lay-mo-li curiga dan ragu2. namun Busu ini sudah menunjukan sikapnya, sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak biarkan orang menghina Kay-pang. Makinya:

"Peduli kau ini murid pengkhianat atau anjing pemerintah Kim, kau berani sesumbar, terpaksa aku harus tutup bacotmu dan cabut jiwamu."

Karena naik pitam maka serangan Hong-lay-mo-li tidak tang g ungs lagi, pedang dan kebutnya berputar merangsak dengan dasyatnya. Busu itu masih terus bertahan matikan, sehingga keringat gemerobyos, untung walau hanya kuat bertahan tak kuat balas menyerang. 

Namun Busu ini membekal kepandaian khusus untuk menjaga diri dengan rapat. Cepat sekali lima puluh jurus telah berlalu. Busu ini masih terus bertahan tanpa terkalahkan. Mau tidak mau Hong-lay-mo-li membatin:

"Kepandaian silat orang ini terang hasil didikan Kaypang, Walau tingkat kepandaiannya tidak setaraf pangcu Kaypang yang baru Busu-tun, namun kecuali Busu-tun, didalam Kaypang rasanya tiada orang lain yang mampu menandingi dia-"

karena merasa ketarik maka dia hanya ingin menawannya saja sekaligus untuk mengompes keterangannya.

Melihat setitik harapan disaat serangan Hong-lay-mo-li sedikit mengendor, mendadak si Busu mencelat balik bersalto ke belakangan, terus menggelundung turun kelereng bawah- semak2 rumput dilereng gunung setinggi manusia, duri dan dahan2 rerumputan yang tajam serta batus berserakan, tanpa hiraukan kesakitan badannya yang tertusuk luka berdarah-

Busu ini terus melarikan diri-gerak-geriknya memang lincah dan selicin kelinci, cepat sekali bayangannya sudah menghilang tak keruan parannya-

Baru sekarang Hong-lay-mo-li rada menyesal setelah kasep musuhpun sudah melarikan diri- Baru saja dia hendak mengejar tiba2 didengarnya dengus napas memburu yang berat dari siau-go-kian-kun dan Kim Cau-gak yang sudah mencapai babak terakhir Tanpa hiraukan si Busu, lekas dia memburu kearah sini.

Tampak siau-go kian-kun dengan bersenjata kipas lempit dengan pakaian melambai2 tengah mengitari Kim Cau-gak, Kim Cau-gak menggempur dan menubruk kian kemari dengan kedua lengan terkembang. setiap gerak kaki tangannya membawa deru panas dingin yang bergelombang bagai angin lesus.

Hong-lay-mo-li yang berada lima enam tombak diluar gelanggangpun merasakan samberan angin yang dingin membeku dan panas membakar, itulah im-yang-ngo-hing- ciang Kim Cay-gak yang tengah dikembangkan dengan dahsyat. Lahirnya kelihatan siau-go-kian kun dirabunya terdesak dibawah angin.

Dengan menyendal kebut baru saja Hong-lay-mo-li mau maju mengerubut Kim Cau-gak, tiba2 didengarnya siau-go- kian-kun bersuit panjang, tiba2 badannya melambung tinggi kebelakang beberapa tombak jauhnya, diwaktu kakinya menyentuh tanah, tanpa kuasa badannya sempoyongan mundur berulang2.

sudah tentu kejut Hong-lay-mo-li bukan main, ter-sipu2 dia memburu maju serta memapahnya, tanyanya gelisah:

"Bagaimana keadaannmu?" waktu dia menunduk dilihatnya sekujur badan Kiau-go-lian- kun berlepotan darah-

se-konyong2 terdengar Kim Cau-gak mengeluarkan jeritan keras panjang yang menyayatkan hati, darah menyembur sederas air ledeng dari mulutnya, badannyapun ter-huyung2 akhirnya seperti tonggak kayu yang kaku roboh berdentam diatas tanah.

Kiranya setelah menggunakan ilmu Thian-mo-kay-deh-tay- hoat, badan Kim Cau-gak sendiri sudah rusak isi perutnya hawa murnipun sudah ludes, dikala terakhir kali dia menyembur darah mendesak mundur siau-go-kian-kun tadi, keadaannya tak ubahnya seperti pelita yang sudah kehabisan minyak- akhirnya dia roboh binasa juga setelah darah tumpah dan keringlah tubuhnya.

setelah menenangkan napa2s berkata siau-go-kian-kun: "serangan tua bangka sebelum ajalnya tadi sungguh hebat,

namun untuk melukai aku terang tidak mungkin. Kau tak usah kuatir."

darah dibadannya adalah semburan dari mulut Kim Cau- gak. jadi bukan darah karena luka2nya sendiri maka legalah hati Hong-lay-mo-li-

Dalam pada itu pasukan Kim yang masih ketinggalan hidup tertawan semuanya jumlahnya juga tiada separo, lebih banyak yang gugur dimedan laga. Dengan dilindungi beberapa pengawalnya Tam si-ing mengundurkan diri Liok Bian, Tai Mo dan san san pimpin sebarisan laskar rakyat sudah memotong jalan lari mereka.

siau-go-kian-kun segera berseru dari kejauhan:

"Bidik kudanya saja, menangkap rampak bekuk kepalanya dulu, jangan biarkan dia melarikan diri" tak kira hanya mulut siau-go-kian-kun saja yang berkaok2, kakinya tanpa bergeming sedikitpun, malah waktu Hong-lay- mo-li hendak memburu kesana lekas dia tangkap tangannya.

sudah tentu Hong-lay-mo-li melengak, didengarnya siau- go-kian-kun gelak2, katanya:

"Tipu muslihat Kong-sun Ki memang baik sekali, kalian sudah dijual dan dikhianati olehnya mau lari kemana? Liu- bengcu, kali ini terhitung jasa Kongsun Ki yang paling besar, agaknya dia memang benar- bertobat dan kembali kejalan lurus."

Cepat sekali Hong-lay-mo-li sudah maklum akan tipu daya siau-go-kian-kun, dengan pura2 dia pun ber-olok2:

"Soal jasa boleh dikesampingkan dulu. Hayolah ringkus dulu panglima keparat itu-"

lalu dia meninggikan suara berteriak:

"Tai Mo san san, kalian mundur. Biar aku sendiri yang meringkus keparat ini."

Tai Mo dan San San sedang melabrak musuh mati2an, dia kira memang Bengcu hendak turun tangan sendiri maka cepat mereka mundur kesamping demikian Liok Bianpun tarik diri, Hong-lay-mo-li membentak:

"Lari kemana?"

"sret" dia menyelinap dari samping san san terus menusuk, Lekas Tam si-ing angkat tombak menangkis. Kepandaian Tam si-ing memang lumayan, tahu berhadapan dengan Loklim Bengcu maka dia melawan matikan, gaman tombak sebesar kepalan itu dapat dimainkannya dengan enteng dengan jurus u-liong-kiau-cut (naga hitam membelit saka) lalu diganti To- hay-hoan-kang (menyuntak laut membalik sungai) tiga tombak sekilas gelanggang disambar angin menderu dan pasir beterbangan tiada orang yang mampu mendesak maju. Hong-lay-mo-li mandah tertawa dingin, ejeknya:

"Kim-Liong-ep-pwe-pian ilmu tombakmu memang lumayan, tapijangan harap bisa tembereng dihadapanku." tiba2 putaran pedangnya sekaligus menekan gerak gerik tombak lawan sehingga ujung tombaknya dituntun berputar keluar, secepat kilat pedang Hong-lay-mo-li sudah menggeris sebuah luka panjang dilengan Tam si-ing.

Tam si-ing menggerung kesakitan, tombak panjangnya tahu2 melesat terbang, memang inilah jurus pe-nyelamat dari permainan tombaknya. Terpaksa Hong-lay-mo-li harus berkelit kesamping, berbareng kebutnya dia ayun dan sekali gentak dia bikin Tam si-ing terguling jatuh dari punggung kudanya.

Dengan ter-gulingi tiga tombak jauhnya, Tan si-ing tidak terluka apa2, Hong-lay-mo-li memang sengaja perhitungkan tenaganya sehingga Tam si-ing bisa merangkak bangun, dua tiga kali pukul dan tendang dia robohkan beberapa orang terus menjatuhkan diri menggelundung kebawah-

Para pengawal Tam si-ing serempak berlari pontang panting, namun sekali ayun kebut, benang2 kebut Hong-lay- mo-li terkembang menimpuk roboh para serdadu itu, semuanya tertutuk Hiat-to dilututnya, dengan gampang mereka tertawan semua. Dalam pertempuran ini hanya Tamsi- ing saja seorang yang berhasil menyelamatkan diri

Dengan memperoleh kemenangan gemilang ini, Hong-lay- mo-li segera perintahkan mengadakan perjamuan besar2an. Dalam perjamuan ini Hong-lay-mo-li mengumumkan pernikahan san san dengan Liok Bian, sekaligus dia mengumumkanjuga secara resmi san san dan Tai mo dia angkat menjadi wakil Cecu.

SAyang sekali disaat perjamuan hampir bubar, terjadilah sesuatu yang kurang menyenangkan, seorang Thaubak dengan telanjang dada dan memanggul sebatang kayu dan kedua tangan terbelenggu kebelakang masuk kependopo dan berlutut dihadapan Hong-lay-mo-li-Inilah cara membelunggu diri mohon hukuman sendiri, supaya Cuce menjatuhkan hukuman setimpal akan dosa2nya-

Hong-lay-mo-li kenal Thaubak ini adalah kepala Koki yang berjumlah ratusan banyaknya. Dengan heran Hong-lay-mo-li bertanya dengan tertawa:

"Perjamuan besar merayakan kemenangan ini kau atur dan segalanya kau kerjakan dengan baik. Belum sempat aku memberi anugrah kepadamu, kenapa malah minta dihukum ?"

Dengan berlutut Thaubak itu berkata:

"Mata2 yang tertawan tadi siang dan diserahkan kepada siaujin oleh Cecu untuk menjaganya ternyata sudah melarikan diri-Jasa kecil takkan menolong dosa besar, harap cecu suka menjatuhkan hukuman."

san san kaget, tanyanya

"Apakah mata2 Lau Tao yang menyaru jadi Liok-thauling itu?"

"Benar, Lau Tao adanya. Karena siaujin sibuk menyiapkan perjamuan besar ini sehingga sedikit teledor, tidak mengawasinya dengan ketat kapan dia melarikan diri siaojinpun tidak tahu."

Putusan Hong-lay-mo-li cukup bijaksana mengingat semalam suntuk semua orang memang sibuk akan tugas masing2, mengingat ilmu silat Lau Tao sudah dipunahkan jelas orang takkan bisa berbuat jahat lagi, maka Hong-lay-mo-li hanya mengundang pelaksana hukum katanya.

"Catatlah kesalahan kecil ini, soal hukuman boleh dibebaskan."

dengan kedua tangannya sendiri dia ambil pentung dan membuka belenggu tangan kepala Koki itu, lalu suruh dia menghadiri perjamuan ini. Kelihatannya putusan Hong-lay-mo-li cukup adil. Tapi tak terpikir olehnya setelah Lau Tao melarikan diri, suatu rencana kerja Hong-lay-mo-li secara langsung menjadi berantakan karena lolosnya Lau Tao ini, buntutnya malah cukup panjang dan menimbulkan kesukaran pula bagi pangkalan mereka, biarlah hal ini diceritakan dibagian belakang.

Tak lupa Hong-lay-mo-li pesan kepada Liok Biansupaya semua tawanan yang terluka diobati dan dilarang menyakiti mereka, mengingat merekapun rakyat bangsa Nuchen yang cinta damai.

Dalam beberapa hari luka2 serdadu tawanan itu sudah sembuh seluruhnya, hari itu mereka dikumpulkan di tanah lapang jumlah mereka lebih dari tiga ratus orang. Tak nyana tanpa banyak urusan Hong-lay-mo-li lantas ulapkan tangan serta memberi perintah:

"Lepaskan semua."

Keruan Liok Bian kaget serunya:

"Dengan susah payah mereka berhasil kita tawan, menyembuhkan luka2nya lagi, kenapa kok dilepaskan?"

"Kita adalah pasukan rakyat yang mengutamakan kebacikan dan cinta kasih sesama manusia, pantang membunuh tawanan. Kukatakan lepas mereka, lekaslah dilaksanakan."

Liok Bian mengiakan, segera dia perintahkan anak buahnya untuk membebaskan belenggu mereka- sebelum para tawanan ini diantar turun gunung Hong-lay-mo-li memberi sekedar wejangan:

"Kalian adalah rakyat jelata, dirumah ada bini ada anak dan ayah bunda, apakah keluarga kalian tidak merindukan kalian pulang? Waktu berhadapan dimedan laga memang kita pandang kalian sebagai musuh, tapi setelah kalian meletakkan senjata, kami pandang kalian sebagai rakyat jelata- Nah lekaslah pulang, bagi mereka yang kekurangan ongkos jalan boleh menerima 5 tail peran untuk sangu. Karena aku tidak ingin dijalanan nanti kalian main rampok milik rakyat."

Undang- atau tata tertib di pangkalan Hong-lay-mo-li ini memang amat keras, para tawanan hanya boleh dirampas senjatanya- tapi tidak boleh merampas harta milik mereka-

setelah ratusan tawanan itu dibebaskan kini giliran para pengawal Tam si-ing itu, maka Liok Bian bertanya pula:

"Pengawal Tam si-ing ini, apakah mereka juga dibebaskan?"

Hong-lay-mo-li berkata:

"Kukatakan bebaskan seluruhnya, sudah tentu tidak pandang bulu-"

segera dia pelopori membuka ikatan para tawanan itu. Tiba2 siau-go-kian-kun ingat sesuatu katanya:

"Aku ingin bicara beberapa patah kata dengan mereka, boleh tidak?"

"itu terserah mereka." sahut Hong-lay-mo-li lalu berpaling "maksud kami bukan ingin mengompes keterangan

terserah kalian mau menjawab kami tidak memaksa."

sebagai pengawal Tam si-ing, sudah tentu kedudukan para pengawal ini lain dari para serdadu biasa, semula mereka sudah kebat kebit akan nasib jiwa-nya, kini hati mereka kegirangan, serempak mereka berkata:

"silakan Cecu bertanya, asal kami tahu, pasti akan kami terangkan"

"Panglima kalian ada punya saudara yang bernama Tam Ih- tiong, apa kalian tahu?"

Para pengawal berebut bicara: "Tam-kongcu dalam negeri kita dijuluki Bu-lim-thian-kiau, Busu2 kita tiada yang tidak mengenalnya"

"Bagus sekali. Aku ingin tahu kabarnya belakangan ini siapa diantara kalian yang tahu."

seorang pengawal yang selalu mendampingi Tam si-ing segera tampil bicara:

"Hamba pernah dengar pembicaraan Tam-ciangkun dengan Lo-goanswe (TamTo-hiong) tentang hal ini. Kabarnya Baginda yang baru atas permintaan Lo-goanswe sudah mengeluarkan maklumat, membebaskan tuduhan lama atas dirinya dan memanggilnya pulang keistana."

"Sekarang sudah kembali belum?" tanya siau-go-kian-kun. "Kabarnya Tam-kongcu sudah menerima panggilan dan

setuju, cuma sudah pulang belum karena aku sudah ikut pasukan keluar kota raja, bagaimana kelanjutannya hamba tidak tahu."

sampai disini baru para pengawal itu dilepaskan. Berkata siau-go-kian-kun kepada Honglay-mo-li:

"Tak nyana Bu-lim-thian-kiau mendapat amnesti dari raja Dengan demikian dia tidak perlu lari kian kemari."

Tapi Hong-lay-mo-li, sebaliknya masih ragu2, sedikitpun tidak menunjukan rasa senang, malah merisaukan diri

"Kukira dalam hal ini ada seluk beluk atau latar belakang yang belum kita ketahui-" demikian Hong-lay-mo-li nyatakan isi hatinya-

"Kau curiga Tam si-ing bersekongkol dengan Tam To-hiong untuk menimnya kembali?"

" Kalau benar Tam Ih-tiong kena ditipu dan kembali, jiwanya mungkin terancam bahaya kalau tidak disekap secara halus mungkin pula diracun-" Bercekat hati siau-go-kian-kun, katanya:

"Sungguh berbahaya, biar aku pergi ke Tay-toh mencari kabar, kalau benar Tam Ih-tiong sudah dipanggil pulang, aku akan berusaha untuk membujuknya segera lari bersamaku-"

"Kau pergi seorang diri?" tanya Hong-iay-mo-li-

"sebagai Lok-lim-beng-cu tidak baik kau masuk ke sarang harimau menempuh bahaya-"

"Aku pernah kerumah Tam Ih-tiong, asal hatis, kukira tidak akan terjadi apa2-"

Disaat mereka berunding dan belum mendapat keputusan tiba2 Tai Mo datang memberi lapor:

"siang-keh-su-lo ingin bertemu"

siang-keh-su-lo dulu adalah pengikut siang Kian-thian yang setia, sejak Kongsun Ki membunuh istrinya siang Pek-hong, merekapun sudah mendarma baktikan tenaganya untuk kepentingan pangkalan Hong-lay-mo-li-

Hong-lay-mo-li segera keluar menyambut. Ternyata su-lo sudah menunggu diluar pintu sambil berlutut belum sempat bicara air mata sudah bercucuran. Lekass Hong-lay-mo-li suruh pelayan pribadinya membangunkan mereka, katanya balas hormat:

"Kenapa kalian berbuat demikian? Lekas silakan bangun," siang ci yang tertua diantara mereka berempat segera

bicara:

"Kabarnya Ji-siocia digondol oleh Kong-sun Ki keparat itu, apa benar?"

"ya, memang benar," sahut Hong-lay-mo-li- Kata siang ci menyeka air mata: "Majikan tua sebelum wafat ada pesan, kami berempat diminta untuk melindungi kedua putrinya. Toa-siocia terbunuh oleh Kongsun Ki. Kini Ji-siocia digondoInya pula, seluruh warga siang-keh-po yang lama amat dendam kepadanya.

Kalau sakit hati ini tidak terbalas, sia3 hidup kita didunia ini." siang Hing orang kedua menimbrung:

"semua warga lama siang-keh-tio sudah pergi seluruhnya, kami mendapat tahu bahwa Kongsun Ki kini mengumpulkan banyak kaum brandal, kawanan penjahat dan sampah persilatan, kini menduduki pula siang-keh-po, mengangkat diri sebagai Pocu, tiada kejahatan yang tidak dilakukannya.

Harap Bengcu suka menegakkan keadilan memberantas kawanan bangsat itu, demi sakit hati kedua siocia kami, juga untuk menolong penderitaan rakyat sekitarnya- Kita orang- lama siang-keh-po bertekad dibawah komando Bengcu untuk adu jiwa dengan kawanan penjahat itu."

Hong-lay-mo-li berkata:

"Kongsun Ki mengkhianati negara menjadi antek musuh, bukan saja jadi musuh siang-keh-po kalian, diapun merupakan musuh bangsa Han kita, kita semua sama2 punya kewajiban untuk melenyapkan musuh bersama dunia persilatan ini.

Baiklah besok juga aku berangkat untuk menyelidiki keadaan disana lebih dulu, kalian boleh pulang dan kumpulkan warga lama siang-keh-po dan menyembunyikan diri disekitar Tiou- loan-san menunggu waktu untuk bergerak-"

setelah siang-keh-su-lopergi Hong-lay-mo-li lanjutkan perundingan bersama siau-go-kian-kun. Katanya:

" Kedua ilmu berbisa Kongsun Ki sudah hampir sempurna, kalau tidak lekas dibrantas, jikalau sampai ilmunya sempurna tentu sukar dilenyapkan. Dan lagi siang ceng-hong berada ditangannya, selama dia belum bebas, hatiku takkan tentram. Menurut hematku lebih dulu mengutamakan membrantas musuh baru menyambangi teman, soal Bu-lim-thian-kiau terpaksa ditunda belakangan."

"Memang benar namun siang-keh-po sekarang bukan mustahil sudah menjadi sarang harimau, sebagai Lok-lim- Beng-cu, betapa besar tanggung jawabmu, seorang diri aku tidak merelakan kau pergi menyerempet bahaya" demikian siau-go-kian-kun utarakan pikirannya.

"Kalau begitu begini saja. Kau iringi aku pergi ke siang-keh- po lebih dulu, baru aku ikut kau pergi keTaytoh menemui Bu- lim-thtan-kiau. Kita kerja sama bahu membalut segala kesukaran bisa dipikul bersama, supaya hatipun sama2 lega."

Hari kedua Hong-lay-mo-li undang san san, Tai mo dan  Liok Bian bertiga, memberitahu akan rencana mereka. Tak lupa Hong-lay-mo-li membagi tugas serta memberi analisa situasi pada masa itu, tak lupa diapun mengatur segala keperluan didalam pangkalan, sehingga san san bertiga menerima tugas dan memikul tanggung jawab dengan mantap dan tabah-

Maka hari itu juga Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun turun gunung melanjutkan petualangannya pula di Kangouw- sepanjang jalan tanpa terjadi apa2, hari itu kembali mereka tiba di Hou-loan-san.

Letak siang-keh-po berada dipunggung gunung ini. Dengan mengikuti petunjuk peta yang diberikan oleh siang-keh-su-lo, dengan gampang sekali Hong-lay-mo-li mencari jalan. Mereka berkeputusan nanti malam kentongan ketiga akan masuk dan menyelidiki siang-keh-po-

Kebetulan malam itu cuaca gelap gulita, angin menghembus kencang, orang biasa anggap cuaca seperti ini amat buruk namun bagi Hong-lay-mo-li berdua justru kebetulan malah untuk mereka bergerak dengan leluasa-

Dari puncak gunung memandang kebawah, di-bawah sinar bintang yang kelap kelip, lapatss bentuk bangunan perkampungan siang-keh-po kelihatan, bunyi kentongan dari bawah sayup- kumandang terbawa angin.

"Agaknya dibawah usaha dan penilikan Kongun Ki, siang- keh-po sekarang jauh lebih keras dan ketat penjagaannya." demikian ujar siau-go-kian-kun.

"Kita jangan menerjang masuk dari arah depan, marilah kau ikut aku." ajak Hong-lay-mo-li. Hong-lay-mo-li memilih jalan menuju kearah samping kiri Dengan langkah cepat akhirnya mereka tiba pada sebuah ngarai yang menonjol keluar seperti bergantung ditengah udara.

Dari atas ngarai ini mereka kebetulan bisa turun kedalam taman kembang dibagian belakang siang-keh-po. Bagian bawah ngarai merupakan tebing dinding yang tinggi dan curam licinnya sampaipun orang hutanpun tak bisa memanjatnya, maka penjagaan dibagian belakang tidak sekeras bagian depan.

Dibagian tengah tebing kebetulan tumbuh mencuat pohon cemara yang tinggi dan kekar.

kebetulan pohon ini bisa menjadi jembatan lompatan bagi mereka turun kebawah.

Tanpa banyak pikir dengan mengandal ginkang-nya Hong- lay-mo-li lompat kebawah kebutnya diayun menjirat akar pohon mengurangi daya luncuran badannya lalu dengan gaya burung dara jumpalitan dia meluncur turun melampaui pagar tembok dan hinggap didalam taman dengan enteng. Waktu dia berpaling siau-go-kian-kunpun sudah meniru perbuatannya dan hinggap disamping
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar