Pendekar Latah Bagian 43

 
Bagian 43

MEREKA berkelahi dibelakang rumah di lereng gunung kalau disini Thay Bi melihat istrinya, sementara Liu Goan-ka ber-lari2 kearah rumah. Belum lagi dia tiba, pintu belakang tiba2 terbuka dan melangkah keluar seorang perempuan, tak lain adalah istrinya, sekilas Liu Goan-ka melengak malah didengarnya istrinya tengah berteriak melengking:

"Bu, percakapan, kalian sudah kudengar seluruhnya." akhir katanya suaranya tersendat didalam tenggorokan betapa pilu dan sedih hatinya.

Baru sekarang Hong-lay-mo-li bisa melihat jelas muka perempuan atau istri Liu Goan-ka ini dari tempat persembunyiannya. Tampak orang mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar, alisnya lentik bermata jeli tajam, usianya tiga puluhan belum genap empat puluh.

Jelas wajahya masih kelihatan cantik dan badanpun terawat baik sekali, air mata bercucuran membasahi pipi sehingga kelihatan lebih cantik dan serba harus dikasihani.

Bahwa Hong-lay-mo-li dikejutkan karena kecantikan perempuan ini, sebaliknya Thay Bi terkejut pula melihat putrinya yang tidak pernah dilihatnya puluhan tahun belakangan ini, dari wajah putrinya yang satu ini kembali dia seperti menghadapi duplikat Siang-ling-cu dimasa mudanya dulu, kiranya mereka ibu beranak memang mirip satu sama lain.

Karena baru dan timbul rasa sayangnya segera Thay Bi berseru:

"Ing-Ji, kau tahu aku siapa bukan? Aku adalah—"

Belum habis dia bicara si nenek sudah merabunya dengan sapuan tongkat yang gencar, terpaksa Thay Bi harus menjaga diri dan tak sempat buka suara lebih lanjut. "Aku tahu siapa kau-" sahut perempuan cantik setengah umur itu dengan berlinang air mata. Tapi dia tidak mau memanggil "ayah"-

Liu Goan-ka maju melangkah katanya:

"Ah-ing, mana putra kita? Aku datang untuk menjemput kalian."

sembari bicara dia ulur tangan hendak menangkap istrinya namun gerak gerik istrinya cukup lincah, bagai setan berkelebat, sebat sekali dia menyingkir kesamping, tak tertahan dia berteriak meratap:

"Bu sungguh sengsara jiwa putrimu ini."

setelah memukul mundur Thay Bi dengan serangan tongkatnya si nenek melejit mundur meluncur disamping putrinya katanya sambil memeluk putrinya:

"Jangan takut, jangan takut, ibu berada disini, siapa berani menyentuh putriku, biar aku ada jiwa dengan dia."

sementara itu Thay Bi ikut memburu tiba, jengeknya dingini "Kim-leng (nama asli si nenek), putri kita sudah menikah

punya suami, kenapa kau merintangi mereka bicara?"

"Tidak bisa menyalahkan ibu, yang terang putrimu punya mata tapi keliru menilai orang, mandah ditipu orang jahat"

Ibu beranak jadi berpelukan sambil nangis sesenggukan.

Berkata Thay Bi dengan dingin,

"Hari ini kita sekeluarga bisa kumpul bersama, apa pula yang kau tangisi? Kim-ling, kau tidak mau rujuk kembali denganku tidak jadi soal. Ing-ji sudah punya suami, mana boleh kau larang mereka bertemu-" sembari bicara dia ulur tangan hendak menarik istrinya.

sambil memeluk putrinya si nenek sabetkan tongkatnya, hardiknya: "Tua bangka, berani kau menyentuh putriku, biar aku adu jiwa dengan kau."

Liu Goan-ka tertawa, katanya:

"Gakhu, Gakbo, kalian suami istri sudah sama2 tua, buat apa harus bertengkar dan berkelahi? Baiklah Gakbo tidak mau dengar bujukanku, terpaksa aku hanya minta kembali istriku saja."

"Minggir." - bentak Ciok Ing seraya timpukan tiga batang pisau terbang Bahwa kepandaian si nenek lebih tinggi dari suaminya, namun kepandaiaan ciok Ing justru jauh ketinggalan dibanding Liu Goan-ka, ketiga pisau terbangnya semua dapat dipukul jatuh.

"Niocu," kata Liu Goan-ka tertawa

"aku takkan main kekerasan lebih baik marilah kita bicara sebentar-"

Hati Ciok Ing amat kalut, sekilas dia berpikir, akhirnya berkata:

"Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan katakan disana" Liu Goan-ka tertawa, katanya:

"Duduk didalam rumah kan lebih enak, kenapa harus bicara dihutan?"

Ciok Ing betulkan rambutnya katanya:

"Anak kita sudah tidur, jangan kau mengganggunya." sambil menyeka air mata segera dia mendahului melangkah

ke hutan.

"Ing-ji" teriak si nen-ek,

"jangan kau tertipu pula olehnya."

"Baik bu, anak mengerti." sahut Ciok Ing. Liu Goan-ka- tertawa, katanya: " urusan kami suami istri, Gakbo boleh tidak usah mencampuri."

Sudah tentu bukan kepalang marah si nenek, namun Thay Bi merintanginyai, apa boleh buat dia hanya mengawasi saja anaknya pergi.

Ciok Ing didepan, Liu Goan-ka mengikuti di belakangnya, mereka melewati pohon dimana Hong-Lay-mo-li dan siau-go- kian-kun menyembunyikan diri, sepuluh langkah kemudian baru berhenti-

Dengan cengar cengir Liu Goan-ka membungkuk hormat kepada istrinya, katanya:

"sukalah Niocu mengingat hubungan suami istri, ikutlah pulang bersamaku, Gakbo tidak mau diberi mengerti, kelak kita masih bisa membujuknya pelan2."

Usianya sudah cukup tua, malah membungkuk kepada istrinya yang jauh lebih muda, memang lucu juga tingkah lakunya, namun dia tidak malu2.

Kaku seperti kayu muka Ciok Ing, katanya tawar: "Kenapa kau mau kemari menyambutku? Apa benar

lantaran hubungan suami istri melulu?"

seperti bertobat layaknya Liu Goan-ka menjawab "Kenapa disangsikan? suami istri masakah harus purikan

selama hidupnya?"

"Kukira tidak benar? Bukankah di Kanglam kau sudah tidak bisa bercokol baru kau ingat mencari kami ibu beranak?"

Liu Goan-ka melengak, katanya:

"Niocu ternyata sudah tahu, baiklah akupun tidak perlu pakai tedeng aling2 lagi, kawan- Bulim di Kanglam terima dihasut orang lain, kini mereka angkat Thi-pit-su-seng Bun yat-hoan sebagai Bengcu, semuanya berontak dan mengingkari aku. Tapi yang penting hubungan kita suami istri tetap akur, baru kita berjuang menguasai dunia, apa sih sulitnya?"

"Bukankah kau selalu mengagulkan diri dalam Bulim mempunyai wibawa dan ketenaran? Kenapa kaum pendekar di Kang lam justru memberontak kepadamu?"

" Niocu," kata Liu Goan-ka menyengir,

"tidak usah kau menyindirku, umpama aku tidak setimpal jadi Bu-lim Bengcu di Kanglam, yang terang jalan hidup kedua yang kita tempuh kan sama."

"Apa maksud ucapanmu ini?" sentak Ciok Ing mendelik, "siapa ayahmu kau sudah tahu, ayahmu adalah Koksu

negeri Kim dan kau hakikatnya bukan bangsa Han

memangnya kau bisa gaul dengan kaum pendekar di Kanglam itu? Kedatanganku bersama ayahmu adalah ingin supaya kau tahu asal usulmu, kuajak kau untuk hidup senang berkecukupan."

"o, kalau begitu jadi maksudmu baik, sungguh terima kasih."

Liu Goan-ka tertawa lebar katanya:

"Memangnya sebagai putri Koksu negeri Kim, buat apa kau terima hidup kesepian dipegunungan yang liar ini? Apa setimpal."

"Baiklah, biar ku-pikir2 dulu." ujar ciok Ing tangannya menopang dagu seperti sedang memikirkan persoalan sulit, namun se-konyong2 dia sendal tangan kebutkan lengan baju, setabir cahaya kuning mengkilap tiba2 melesat keluar dari lengan bajunya-

Tabir cahaya keemasan ini adalah serumpun Bwe-Hoa-ciam yang diyakinkan oleh Ciok Ing selama ber-tahun2 dengan susah payah jarumnya sudah direndam didalam obat beracun, jikalau musuh terkena sambitan jarumnya, begitu kena darah tenggorokan seketika tersumbat dan berhentilah napa2nya-

Kiranya melihat Liu Goan ka datang bersama Thay Bi, ibunya hanya kuat melawan Thay Bi seorang jelas takkan bisa melindungi keselamatan mereka ibu beranak, ciok Ing tidak rela putranya direbut oleh Liu Goan-ka, maka dia sudah ambil putusan nekad untuk gugur bersama Liu Goan-ka.

Namun semula dia belum tega turun tangan, maka dia coba korek isi hati suaminya lebih dulu apakah benar sang suami sudah bertobat dan insaf, akhirnya dia membuktikan kebenaran katas ibunya bahwa suaminya memang manusia bejat yang tak bisa ditolong bukan saja rela menjadi antek musuh dan terima diperbudak untuk melakukan kejahatan, malah minta dirinya suka menceburkan diri didalam kalangan kelaliman, saking kecewa dan putus asa baru dia nekad menimpukkan senjata rahasianya.

sudah tentu Ciok Ing cukup tahu sampai dimana tingkat kepandaian silat suaminya, maka sejak lama dia sudah meyakinkan kebasan lengan baju yang menumpukan serumpun jarum berbisa ini, tanpa bersuara sedikitpun secara mendadak pula betapapun tinggi kepandaian silat Liu Goan- kat sedikitnya pasti kena satu dua batang.

Tapi tak terpikir olehnya betapa cerdik, licik dan licin jiwa suaminya ini, dari rona muka dan tingkah lakunya terutama dari sorot matanya diam2 Liu Goan-ka sudah membadek isi hatinya, belum lagi timpukan jarum ciok Ing mengenai dirinya dia sudah jejakkan kakinya lebih dulu, setelah kakinya beberapa kaki terapung diudara baru jarum Ciok Ing menyembur tiba.

Iwekang latihan Liu C|oan-ka cukup tinggi, kalau jarum- ini mengenai mata atau tenggorokannya jiwanya mungkin melayang, namun kalau hanya kena anggota badannya yang lain, tidak akan membawa pengaruh apa2. Dan karena badannya sudah terapung maka semua samberan jarum sama mengenai badannya.

Begitu Liu Goan-ka kerahkan Iwekangnya, jubah sutra yang dipakainya seketika melembung seperti layar tertiup angin kencang, jarum- lembut itu semua menancap diatas pakaiannya, tiada satupun yang mengenai kulit badannya.

sekali gentak badan disaat badannya turun ditanah-jarums yang menancap dipakaiannya semua rontok jatuh.

Kata Liu Goan-ka menyeringai sadis:

"Perempuan jalang, kau tega turun tangan sejahat ini, terpaksa aku tidak akan sungkan2 kepadamu." -

Baru saja Ciok Ing tertegun melihat timpukan jarumnya tidak membawa hasil, secepat kilat tahu2 Liu Goan-ka sudah menutuk hiat-tonya.

Katanya dengan tertawa lantang:

"Gakbo, putrimu rela mengikuti aku, kuharap kaupun ikut pulang bersama Gakhu."

belum habis dia bicara, tahu2 angin tajam menerpa datang, kiranya siau-go-kian-kun dan Hong lay-mo-li menubruk turun bersama dari atas pohon, Gelak tawa Liu Goan-ka seketika terputus, bentaknya:

"Siapa sembunyi disini?"

"Bangsat tua," hardik Hong-lay-mo-li.

"pentang matamu siapa aku? inilah Liu Jing-yau yang belum mampus kau celakai."

lenyap suaranya orangnyapun tiba, dengan ayun pedang dia labrak Liu cioan-ka. siau-go-kian-kun memburu kesana membuat tutukan Hiat-to Ciok Ing. cepat sekali diapun sudah terjun karena pertempuran. sekilas Liu Goan-ka bergidik merinding, namun melihat engkohnya tidak muncul, timbul lagi keberaniannya, dengan tawa paksa dia berkata:

"o, kiranya jing-yau keponakanku, kita kan orang sendiri, ada omongan apa dibicarakan saja."

"siapa orang keluargamu? Kau dan Thay Bi memang sekomplotan demikian pula dengan Wanyang Liang yang sudah mampus itu adalah sekeluarga."

pedangnya dia mainkan seperti kitiran, Hiat-to mematikan dibadan Liu cioan-ka dicecernya-

Kaget dan gusar Liu cioan-ka dibuatnya mulutnya ber- kaok2:

"Anak kurang ajar, berani kau menghinaku-"

lengan bajunya mengebas, dia tangkis pedang Hong-lay- mo-li.

"Wut" dia tambahi sekali pukulan tangan pula.

sudah beberapa kali dia pernah gebrak dengan Hong-lay- mo-li dan siau-go-kan-kun tahu keponakannya ini tenaga sedikit lemah, maka dia bertekad menggempur pihak yang lemah lebih dulu, pukulannya ini dilandasi kekuatannya, angin pukulannya mendampar bagai gugur gunung sampai batu pasir dan debu beterbangan, burung dalam hutan terkejut dan terbang.

Diluar tahunya bahwa kepandaian Hong-lay-mo-li sekarang sudah jauh lebih maju dibanding dulu, pukulannya itu hanya membuatnya tergeliat sedikit, namun tak mampu merobohkan, sebat sekali mengikuti goncangan badannya, meminjam damparan angin pukulan lawan tiba2 badannya melambung keatas dengan jurus Giok li-toh-so pedangnya memetakan sekuntum sinar kembang menusuk dari atas menukik kebawah, hardiknya: "orang tua apa? Aku kenal kau, pedangku ini tidak kenal siapa kau."

Dari samping siau-go-kian-kun melancarkan serangannya dengan kipas lempitnya, tak kalah cepatnya dari samberan kilat, dia incar 13 belas Hiat-to penting yang tersebar dibadan Liu Goan-ka.

Liu Goan-ka bergerak mengikuti ancang2 Ngo-hing-pat-kwa kedua telapak tangannya bergerak membundar, dia tunjukan kepandaian simpanannya yang lihay memunahkan setiap rangsakan musuh.

Namun demikian tak urung dia didesak mundur berulang kali- "cret" suatu ketika lengan bajunya terpapa2 sobek oleh samberan pedang Hong-lay-mo-li, demikian juga Jian-kin- hiatnya terserempet ooleh kipas lempit Liu Goan-ka, sehingga pundak dan punggungnya kemeng kesemutan.

Tatkala itu Ciok Ing yang sudah terbuka Hiat-tonya belum bisa menggerakan badannya dengan bebas, saat mana dia menggelendot dibatang pohon mengatur pernapa2an melancarkan jalan darah-

tiba2 timbul maksud jahat Liu Goan-ka, se-konyong2 dia mencelat mundur seraya ulur tangan mencengkram, maksudnya hendak menawan sang istri sebagai sandera untuk meloloskan diri. Untung Hong-lay-mo-li berlaku cerdik, sebelumnya diapun sudah siaga dan membadek maksud jahatnya, sekali berkelebat lebih cepat dari gerakan orang, tahu2 dia sudah mengadang di depan ciok Ing, pedangnya sudah memotong kepergelangan tangan orang.

siau-go-kian-kun bagai bayangan mengikutinya, kipasnya terayun menutuk Tian-siok-hiat dipunggung-nya. Hiat-to ini salah satu jalan darah yang mematikan, meski Liu cioan-ka memiliki ilmu menutup jalan darah, diapun takkan berani membiarkan punggungnya diketuk kipas siau-go-kian-kun. Hebat memang kepandaian Liu Goan-ka, di saat2 gawat itu, belum lagi kakinya menutul bumi. secara mentah- dia tarik diri seraya memutar kesamping terus melesat setombak jauhnya sekaligus dia luputkan diri dari tabasan pedang, tutukan kipas siau-go-kian-kun tiga dini terpaut dari punggungnya, mengenai tempat kosong.

Keruan bukan kepalang marah Ciok Ing, damratnya: "Kau, kau ini memang binatang"

Dengan kerubutan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun yang merangsak gencar, Liu Goan-ka terkepung mencalos, sehingga tiada kesempatan baginya untuk menyergap istrinya lagi.

"Ji-cim, tak usah marah, kita takkan peluk tangan membiarkan dia mengganas. Aku adalah putri Liu cioan-cong, atas perintah ayah aku kemari untuk menengokmu kami benar-memang sekeluarga."

sungguh sedih dan haru hati ciok Ing, katanya dengan sesenggukan:

"Terima kasih atas bantuanmu. Aku aku tak sudi melihat tampangnya lagi, Terserah kalian hendak membunuhnya"

dengan menutup muka, lekas dia lari kerumah-

Karena tidak berhasil menawan istrinya, Liu Goan-ka bermaksud melarikan diri semangat tempurnya sudah luluh, memangnya seorang diri dia bukan tandingan kedua lawannya, maka keadaannya semakin payah dan hanya mampu membela diri hanya melarikan diri saja yang dia pikirkan.

sudah tentu Hong-lay-mo-li berdua tidak membiarkan dia lari. dengan kebut ditangan kiri dan pedang ditangan kanan, serangan yang dia lancarkan jauh lebih hebat dari sebelumnya, sungguh laksana naga mengamuk banteng ketaton, selincah elang menubruk dari langit ilmu kebutnya memang tidak tambah kemajuan namun Keng-sin-kiam-hoat yang dia mainkan justru merupakan merupakan ilmu tutuk dengan pedang yang dia pelajari dari ayahnya sudah tentu Liu Goan-ka semakin mati kutu.

Untung Iwekang Hong-lay-mo-li kurang memadai, kalau tidak tanpa bantuan siau-go-kian-kun, Liu Goan-ka-pun takkan kuat melawannya lagi, Mengkirik bulu kuduk Liu Goan-ka, dia anggap hari ini nasib dirinya memang terlalu sial, untuk menghindari tusukan pedang Hong-lay-mo-li, pundak kirinya sampai terketuk kipas siau-go-kian-kun dengan berat. Walau ilmu pelindung badannya amat ampuh, tak urung tulangnya seperti remuk-

se-konyong2 Liu Goan-ka menggerung kseras, darah menyemprot dari mulutnya, menyembur kemuka Hong-lay- mo-li dengan kaget lekas Homg-lay-mo-li miring badan berkelit, beberapa tetes noda darah tetap mengenai mukanya, rasanya sakit pedas, siau-go-kian-kun cukup berpengalaman dia tahu orang sedang menggunakan ilmu Thian-mo-kay-deh- tay-hoat dari aliran sesat untuk melukai orang, lekas dia kembangkan kipasnya, sehingga semburan panah darah dapat dia sampuk kesamping.

Begitu Liu Goan-ka dorongkan kedua telapak tangannya, kekuatannya sungguh luar biasa sekali dahsyatnya, siau-go- kian-kun dan Hong-lay-mo-li sampai tersurut mundur beberapa langkah, cepat sekali Liu Goan-ka yang mendapat peluang segera angkat langkah seribu lari kebawah gunung.

Lekas sing-go-kian-kun papan Hong-lay-mo-li, tanyanya: "yao-moay, bagaimana keadaanmu?"

"Tidak apa2, sayang dia melarikan diri-" sahut Hong-lay- mo-li.

"Syukurlah kalau kau tidak apa2, marilah kita bantu nenek itu" "Nenek itu begitu sombong, kepandaiannya lebih tinggi dari suaminya, mungkin dia tidak senang jika kita membantunya malah."

Disini mereka tengah berbicara seraya melangkah, tiba2 terdengar jeritan Thay Bi disebelah sana. Kiranya melihat Liu Goan-ka melarikan diri, memangnya dia tidak ungkulan melawan istrinya, begitu hatinya gelisah sekali lena punggungnya yang bungkuk itu kena diketuk dengan keras oleh tongkat besi si nenek-

"Kali ini kuampuni jiwamu, lekaslah enyah saja, kelak jangan kau kebentur ditanganku" demikian damrat si nenek-

Bahwa jiwanya diampuni keruan bukan kepalang girang Thay Bi lekas dia lari terbirit2- Karena adanya dampratan dan peringatan si nenek, sudah tentu Hong-lay-mo-li dan siau-go- kian-kun tidak enak merintangi Thay Bi melarikan diri.

Melihat mereka menghampiri sinenek rada kikuk, katanya tawar:

"Kalian sudah tolong putriku, kelak aku akan membalas kebaikan kalian ini. Memangnya untuk apa pula kalian hendak mempersulit aku?"

"Ni-locianpwe, kemplanganmu kepada Thay Bi berarti membantu kami, sebelum mendapat idzinmu. tadi kami terobosan dirumahmu, harap Lo-cianpwe suka maafkan."

demikian ujar Hong- lay- mo- li si nenek kaget karena Hong-lay-mo-li tahu nama aslinya, katanya:

"o, jadi kau sudah tahu siapa aku ini?"

Hong-lay-mo-li membungkuk hormat katanya: "sebelum kemari, aku pernah mampir ke Kong-bing-si

menemui Bing-bing Taysu. Beliau ada pernah menyinggung

diri Ni-cianpwe." si nenek menjublek- ujung matanya yang penuh keriput digenangi air mata, sungguh tak terbilang rasa sedih dan pilu hatinya, gumamnya:

"Bing-bing Taysu? Dia masih ingat diriku? Dia masih ingin mengetahui tentang diriku? Dia masih ingin mengetahui tentang diriku? Apa kau mendapat pesannya untuk mencari diriku?"

si nenek salah paham, dikiranya Hong-lay-mo-li diutus Bing-bing Taysu kemari untuk mengajaknya pulang berkumpul.

sudah tentu Hong-lay-mo-li keheranan, tiba2 dia berteriak dengan penuh emosi,

"Tidak, tidak Aku tidak mau menemui dia, aku tak mau menemui kau, semua orang yang kenal dia aku tidak mau menemuinya Kalian lekas pergi, enyah"

Disaat Hong-lay-mo-li kebingungan, perempuan tengah umur itu kebetulan keluar katanya:

"Bu, kenapa kau marah2 pula? Nona Liu tidak segolongan dengan mereka, malah dia boleh terhitung sekeluarga dengan kita Bu. hari hampir terang tanah, cucumu sebera akan bangun, jangan kau ribut2 lagi sampai didengar olehnya"

"Ing-ji, aku tahu, Ai, malam ini hampir saja aku tak mampu melindungi kalian ibu beranak, sungguh aku amat menyesal. Nona Liu, rasanya ini kalian banyak membantu, kembali aku haturkan terima kasih kepada kalian, Maaf akan keteledoran aku orang tua."

setelah hatinya sadar dan hilang rasa sedihnya, pikirannya menjadi jernih.

"Bu." kata Ciok Ing,

"aku rada takut, mungkin mereka bisa putar balik, kau sebaliknya suruh nona Liu pergi-" "Ji-cim," kata Hong-loy-mo-li,

"ada sebuah hal ingin kurundingkan dengan kau. Ayah sekarang berada di Kong-bIng-si disana masih ada guruku Kongsun In. Tiga orang tua sama2 bercokol di Kong-bing-si, orang jahat mana yang berani petingkah di Kong-bing-si.

Menurut maksud ayah, ingin supaya kalian pindah saja ke Kong-bing-si, supaya beliau bisa menempatkan diri sebagai saudara tua bertanggung jawab untuk mengasuh keponakannya-"

Ciok Ing segera memandang ibunya, kata nya:

"Bu, rumah ini terang tak bisa kita tempati lagi, aku ingin anak kita mendapat perlindungan yang aman. Bu menurut maksudmu"

si nenek menghela napa2, katanya:

"Aku sendiri terang tidak akan pergi ke Kong-bing-si. Kalian ibu beranak boleh pergi. Aku, akan kulindungi kalian turun gunung setiba disana baru lega hatiku."

"Bu, urusan lain boleh kita bicarakan kelak, lebih cepat kita berangkat lebih baik, nah itu siau Lam sudah bangun." dari dalam rumah lapatss memang ada suara bocah berteriak memanggil ibu.

setelah tugasnya berakhir segera Hong-lay-mo-li mohon diri, katanya:

"Baiklah kami pun mohon diri lebih dulu." Berkata Hong-lay-mo-li ditengah jalan:

"sekarang kita perlu mampir ke Teng-ciu untuk menjenguk keadaan San-San, sayang dia mencintai orang yang tidak patut dia cintai, sebaliknya orang yang tidak dia cintai selalu cari gara2." "orang yang tidak dicintai san san adalah Bing cau?

Kabarku Bing cau malah sudah kawin dengan siang ceng-hong kukira dia tidak akan cari gara2 pula kepada San-San."

"Kejadian ini justru lebih buruk akibatnya, waktu suso mangkat dia pernah pesan supaya aku melindungi adiknya, namun soal pernikahan Ceng-hong justru aku tidak bisa mencampuri berarti aku menyia2-kan pesan kakaknya.

Ketahuilah Bing cau adalah anak buah kepercayaan Kongsun Ki bukan mustahil didalam hal ini ada latar belakangnya, bahwa Kongsun Ki berhasil meyakinkan kedua ilmu berbisa, mungkin juga atas bantuan Bing cau

yang mencuri belajar ilmu Iwekang dari keluarga siang." "Memang Kongsun Ki jauh lebih culas dan kejam dari Liu

Goan-ka atau Thay Bi, jikalau kedua ilmu berbisa itu berhasil dia latih sampai sempurna, lebih sulit kita untuk memberantasnya "

Begitulah dengan berkelakar dan ber-cakapa panjang lebar, tak terasa akhirnya mereka tiba di Teng-ciu juga.

Hong-lay-mo-li tahu san san bertempat didusun Bong-lay- ceng, waktu magrib mereka mulai memasuki dusun itu, kebetulan diujung kampung ketemu dengan seorang gembala kerbau Hong-lay-mo-li lantas mencari tahu kepadanya.

Cepat sekali mereka sudah menemukan rumah san san sesuai dengan petunjuk si gembala. Kata Hong-lay-mo-li tertawa:

"Tak nyana kali ini jauh lebih gampang dari menyirapi kabarnya Ji- cim. "

Tak nyana setelah mereka ketuk pintu sekian lama tanpa mendapat penyahutan dan tiada orang keluar membuka pintu. Terpaksa Hong-lay-mo-li gunakan ilmu mengirim suara gelombang panjang:

"Adik san san, inilah aku datang." dia kira san san tinggal dibilangan belakang, namun tentu sudah mendengar teriakannya- Tapi ditunggu- sekian lamanya, masih tetap tiada reaksi apa2.

"Aneh, San-San takkan menyingkir dari hadapanku Memangnya kebetulan dia sudah keluar pintu pula? Hayolah kita masuk memeriksanya."

Mereka lompat masuk lewat pagar tembok- tampak rumah disapu dan dirawat bersih, namun tidak kelihatan bayangan orang, salah sebuah kamar pintunya hanya dirapatkan setengah saja, dilihat dari jendela, kelambu diturunkan menurut pajangan pasti kamar tidur san san adanya.

Lekas Hong-lay-mo-li dorong pintu melangkah masuk, segalanya serba rapi, jelas kamar ini masih ditempati orang, katanya:

"Agaknya SAn-San belum pergi mungkin kebetulan keluar.

Baiklah kita tunggu saja disini, supaya dia kaget dan kegirangan"

sang waktu berjalan cepat sekali, tanpa terasa bulan sabit sudah bercokol diatas langit, namun san san belum kembali juga, Disaat Hong-lay-mo-li gelisah dan tidak sabar lagi, siau- go-kian-kun tiba2 berkata:

"Coba dengar, dia sudah pulang, Eh, kenapa dia tidak masuk dari pintu?"

Hong-lay-mo-li memang sudah dengar ada orang melompati pagar, dari lompatan dan langkah kaki orang Hong- lay-mo-li tahu orang bukan san san, maka cepat dia padamkan pelita dan menyembunyikan diri dipinggir jendela memperhatikan gerak gerik orang, pendatang ini langsung menuju kemarin tamu.

siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li ada meyakinkan ilmu melihat dimalam gelap, setelah dekat baru mereka melihat jelas pendatang ini ternyata Beng cau, keruan Hong-lay-mo-li keheranan, katanya berbisik:

"Lho- kenapa dia tidak bersama siang Ceng-hong, seorang diri berani dia mendatangi rumah san san. Memangnya tidak takut konangan istrinya?"

"Kedatangannya kebetulan malah bagi kita untuk mencari tahu jejak Kongsun Ki." kata siau- go- kian- kun.

Kepandaian Beng ciau masih terpaut teramat jauh, maka scdikitpun dia tidak mendengar percakapan orang didalam kamar- setiba diruang tamu Bing cau langsung duduk dikursi besar yang menghadap keluar, tanpa bergerak seperti melamuni entah apa yang sedang dipikirkan.

Kata Hong-lay-mo-li keheranan.

"Agaknya dia menunggu san san pulang. Aneh, agaknya dia tahu bila san san tidak dirumah, bagaimana pula bisa tahu san san pasti kembali?"

Betul juga tak lama kemudian terdengar suara pintu besar terbuka, seorang gadis beranjak masuk sambil menenteng sebuah keranjang, memang benar San San adanya.

san san tidak menduga Beng cau duduk diruang tamu menunggu dirinya, begitu mendadak melihat bayangan orang bergerak ditempat gelap, dengan kaget sigap sekali tangannya meraih kedalam keranjang menyekal sebuah benda terus disambitkan. Terpaksa Beng cau berteriak:

"Jangan pukul inilah aku,"

"cret, erat" sambitan senjata rahasia menancap diatas meja didepan Bing Cau, kiranya itulah dua batang dupa.

sungguh mangkel dan geli san san dibuatnya, hardiknya "Bangun, tidak sudi aku melihat tingkahmu yang tengik ini-

Kau berbuat salah terhadap siang Ceng-hong pergilah kau berlutut dan menyembah padanya, aku tidak punya tempo mencampuri urusan kalian."

Bing cau tetap berlutut kaku dilantai, katanya:

"Nona Giok- kau harus menolongku, kelihatannya saja aku ini suaminya Ceng-hong, yang terang dia tidak anggap aku sebagai suaminya, biasanya kalau tidak dimaki dan dihajar, aku sudah cukup puas. Kali ini malah dia marah2 hendak membunuhku."

"o, jadi kau mengadu penasaranmu kepadaku karena dimarahi istri, Hm. h ayo pergi. kalian suami istri bertengkar apa sangkut pautnya dengan aku, enyah aku tidak mau tahu-"

Tiba2 Bing cau ayun kedua tangannya menampar pergi datang pipi sendiri katanya:

"Benar, semula memang aku terlalu kemaruk kedudukan sampai rela mengawini perempuan siluman itu. Tapi kali ini dia benar2 hendak membunuhku. Nona Giok. dulu memang aku berbuat salah terhadapmu mohon kau supaya pandang muka ayahmu, tolonglah jiwaku."

"Kau masih ingat akan ayahmu?" jengek san san. "Nona Giok. tadi kaupergi ketanah kubur, sembahyang

dipusara ayahmu dan sembahyang pula dipusara ayahku

semua itu kulihat jelas dari tempatku sembunyi. Aku tahu kau masih mengingat hubungan kedua leluhur kita, maka malam ini aku memberanikan diri kemari mohon perlindunganmu.

Memang hanya kau seorang saja yang bisa menolongku."

Haru dan terketuk sanubari san san, katanya: "Baiklah, kau bangun saja, ada pertanyaan yang ingin

kuketahui."

setelah menyembah sekali ter-sipu2 Bing cau merangkak bangun, katanya:

"Terima kasih akan kesudian nona menolongku." "Nanti dulu, ingin aku tanya dan kau harus menjawab sejujurnya-"

"Silakan nona tanya, Bing cau pasti tak berani membual-" "Apa benar kali ini siang Ceng-hong hendak mem-bunuh

mu? Aku tidak percaya lantaran dia tidak puas memiliki suami seperti dirimu"

"Dalam hal ini, memang ada sebabnya-" "Sebab apa tuturkan sejelasnya-"

Pucat muka Bing cau, roman mukanya jelek sekali akhirnya dia berkata:

"ini, memang akulah yang bersalah. Tidak pantas aku menipu ajaran Iwekang keluarganya, secara diams pula kuberikan kepada Kongsun Ki untuk melandasi kedua ilmu berbisa dari keluarga siang itu. Rahasia ini akhirnya terbongkar oleh siang Ceng-hong, saking marahnya dia hendak membunuhku untung sebelumnya aku sudah mendapat kabar, kalau terlambat mungkin malam ini aku tidak bisa berjumpa dengan kau pula."

Membesi hijau muka san san, damratnya: "Konyol, pantas kau mampus, apa kau tidak pikir

kepicikanmu itu membantu kejahatan? Betapa besar kejahatan

yang diperbuat Kongsun Ki setelah dia berhasil meyakinkan kedua ilmu berbisa itu."

"ya, ya- tapi menyesalkan sudah kasep. Dan, oleh karena itulah, bukan siang Ceng-hong saja yang ingin membunuhku kaum pendekar diBulim banyak orang tahu bahwa aku adalah anteknya Kongsun Ki- merekapun tidak akan mengampuni jiwaku."

San-San naik pitam,jengeknya:

"o,jadi kau sudah kepepet dan menemui jalan buntu baru lari kesini, sayang aku tak bisa membantumu, kau amat setia terhadap Kongsun Ki, kenapa tidak kau pergi minta perlindungannya"

Merah mau muka Bing Gau, katanya:

"Nona Giok- aku tahu bersalah, asal kau mau menolongku aku tidak akan tunduk kepada perintah Kongsun Ki lagi."

"Jadi kalau aku tidak menolongmu, kau tetap akan mengekor dan terima diperalat oleh Kongsun Ki?"

"Tidak, tidak, aku kesalahan omong. Leluhurku dari keluarga pendekar, masakah aku tidak tahu malu sama sekali? justru aku tidak suka dipandang orang sebagai antek Kongsun Ki malah aku bertekad mengubah kelakuan dan kembali kejalan lurus mohon kau suka menolongku."

setelah meletakkan kranjangnya san san menyulut lampu minyak diatas meja, katanya kalem:

"Paling ditakuti orang tidak punya rasa malu, kau masih tahu malu, aku masih bisa memaafkan kesalahan yang lalu- Tapi kau harus bicara jujur dan blak2an, apakah kaupun diusir oleh Kongsun Ki"

Bing cau kegirangan, katanya:

"Nona Giok- asal kau sudi membantu, aku akan bisa bertahan hidup, sukalah kau bantu melaporkan tekad kembaliku kejalan lurus kepada Liu-beng-cu. Aku rela menjadi seorang jongos dipangkuannya-"

"o kau ingin minta perlindungan Liu-bengcu- sayang aku sendiri tidak tahu dimana dia sekarang"

Hong-lay-mo-li sedang geli, baru saja dia hendak bersuara, siau-go-kian-kun tiba2 berbisik ditelinganya-

"Ada tokoh lain yang berkepandaian tinggi mendatangi.

Awas" Terdengarlah suitan panjang melengking memecah kesunyian malam, Beng Cau sampai gemetar mendengar suitan ini. Direngah kumandang suitan itulah di-undakun batu diluar pintu sana sudah kelihatan bayangan Kongsun Ki.

Keruan kejut san san bukan main, lekas dia lolos pedang, namun belum lagi pedangnya lolos, laksana gledek menyamber tahu2 Kongsun Ki tutuk Hiat-to san san. Hong-lay- mo-li yang sembunyi dikamar tidur san san tidak sempat keluar.

Keruan kagetnya bukan main- sungguh tak nyana bahwa san san bisa tertawan begitu cepat sebelum sempat melawan agaknya kepandaian Kongsun Ki sudah selangkah lebih maju sejak terluka parah dan melarikan diri dari siu-yang-san tempo hari-

siau-go-kian-kun menjawil telapak tangan Hong-lay-mo-li maksudnya supaya jangan gelisah- Maklumlah setelah Kongsun Ki sempurna mempelajari kedua ilmu berbisa yang dikombinasikan dengan ajaran murni keluarganya, betapa tinggi Iwekang dan kepandaiannya sekarang, mungkin lebih tinggi dari tingkat kepandaian mereka sendiri, maka sekarang mereka tidak berani bisik2 atau mengeluarkan suara sedikitpun.

seperti tertawa tidak tertawa Kongsun Ki bersuara ngakak, katanya:

"Bing Cau, kau tak nyana akan kebentur aku disini bukan?" sedapat mungkin Bing Cau tekan rasa takutnya, katanya

sewajarnya:

"Memangnya tak nyana malam ini bisa ketemu Toako disini, sudah lama kami kehilangan jejakmu sehingga putus hubungan sampai sekarang" "Apa benar? Apa kau benar masih suka mengikuti aku?

Akupun sedang cari kau, aku malah kira kau sedang menyembunyikan diri"

"Lho mana bisa begitu, siaute kan selalu tampil didepan Toako didalam setiap persoalan." suaranya sudah mulai gemetar-

Kembali Kongsun Ki menyeringai seperti tertawa tidak tertawa katanya sinis:

"o, sungguh setia benar kau kepadaku. Lalu untuk apa kau berada disini?"

seperti sengaja tidak sengaja Bing cau melirik kearah san san, katanya:

"Toako, masa kau lupakan dia pelayan pribadi Hong-lay- mo-li yang terpercaya? jikalau aku bisa menggenggamnya, bukankah ada gunanya bagi kita?"

Kongsun Ki melirik lebar, katanya:

"o jadi kau punya maksud- tertentu. Apa Ceng-hong mau menerimamu lagi?"

"Memangnya, Ceng-hong tahu aku salurkan ajaran Iwekang itu kepadamu, maka dia hend membunuhku. Toako dapatkah kau menolongku?"

"Menurut apa yang kutahu, bukan Ceng-hong saja yang hendak membunuhmu."

"Benar, kaum pendekar di Kangouw juga bertekad membunuhku, Toako terpaksa aku harus mohon perlindunganmu. "

"Kau kan tahu mereka begitu banyak aku seorang diri, jiwaku sendiripun selalu terancam mara-bahaya,"

Bing cau tahu orang hanya memancing dirinya, katanya: "Toako, kedua ilmu beracun itu sudah berhasil kau yakinkan bukan?"

"Lha untuk apa kau tanyakan hal ini?"

"Maksud siaute ingin mohon kemurahan hati Toako, sudilah menerimaku sebagai pembantumu untuk menghadapi kaum pendekar itu. kepandaian siau-te tidak becus, maka kuharap Toako sudi..."

"oh jadi kaupun ingin mempelajari kedua ilmu berbisa itu?" "Kalau tak salah dulu Toako pernah janji kepada siaute,

asal Toako berhasil meyakinkan kedua ilmu itu, siaute akan diberi petunjuk pula."

Kongsun Ki ngakak lagi, katanya:

"Benar, hampir saja aku lupa. Memangnya selama ini aku belum sempat memberi imbalan akan jasa2mu-"

"Siaute tiada maksud minta balas jasa, cukup asal Toako suka membagi sedikit berkah saja, harap toako maklum."

"Bagus, bagus sekali. Akalmu ini memang bagus, jikalau kaupun berhasil meyakinkan kedua ilmu berbisa itu, kami berdua sama2 jadi tokoh kosen nomor satu dikolong langit dengan adanya dua tokoh kosen nomor satu dikolong langit haha, buat apa takut terhadap musuh, kita terang akan bersimaharaja di dunia." demikian ujar Kongsun Ki ter-loroh2-

Bing cau merasakan nada Kongsun Ki yang sinis, lekas dia berkata:

"siaute tiada maksud hendak berjajar dengan Toako, cuma, cuma..."

"Cuma untuk menunjukan kesetiaanmu kepadaku saja bukan?" tukas Kongsun Ki,

"Berapa banyak dan seringnya aku mendengar ucapanmu ini namun aku belum tahu apakah kau benar-setia? Beng cau, sekarang kau terhitung setengah majikan dari Siang-keh-po, membahasakan engkoh dan adik, kukira jauh berlainan dengan tempo dulu, apakah benar kau tetap setia kepadaku?"

Merah maka Bing cau, katanya:

"Berkat budi majikan yang sudi mengangkatku, dulu majikan sendiri yang minta aku mengubah bahasa sebutan ini, yang benar Bing cau sekali-tidak berani nanjak keatas."

"Ah itukan urusan kecil, asal kau memang setia terhadapku, apa halangannya saling membahasakan saudara? Tapi untuk mencoba kesetiaanmu aku ingin mencobamu- Aku ingin kau melakukan suatu hal bagiku-"

Kebat kebit hati Bing cau, terpaksa dia keraskan kepala katanya:

"silakan majikan memberikan petunjuk, menerjang lautan api Bing cau pasti tidak menolaknya-"

Kongsun Ki menarik muka, katanya serius:

"Baik, nah wakilkan aku bunuh budak ini-" jarinya menuding kepada san san.

Tak terbilang kejut Bing cau katanya tergagap:

"lni, harap majikan suka pertimbangan dulu. Dia adalah pelayan pribadi sumoaymu, mempertahankan hidupnya bukankah membawa manfaat yang lebih besar?"

"Soal menghadapi Liu Jing-yau adalah urusanku, kau tak usah turut campur. Kusuruh kau bunuh budak ini kau dengar perintahku tidak?"

gemetar sekujur badan Bing cau, akhirnya dia memberanikan diri, katanya:

" Aku tanpa sebab aku tiada alasan membunuhnya Apalagi dia adalah temanku sejak kecil, dan lagi dia takkan bisa mencelakai kau, buat apa dibunuhnya?" seketika berubah hebat muka Kongsun Ki, katanya dingin: "Ternyata kelihatan belangnya hanya sekali coba, kau

memang manusia kerdil yang rendah martabatnya."

"Majikan, kau, apa maksudmu?"

"Maksud apa? Tentunya kau sendiri sudah tahu untuk apa kau kemari? Bukankah kau hendak mengkhianati aku? Hehe biar kubicara laksan denganmu percakapan kalian tadi kudengar seluruhnya."

Betapapun cerdik pandai dan licin serta licik Bing Cau, kali ini serasa terbang arwahnya saking takut dan kaget mukanya pucat pias, sebetulnya Kongsun Ki hanya menggertaknya saja untuk memancing kesetiaannya jadi bukan benar- sudah mendengar percakapan mereka.

Melihat perubahan air mukanya Kongsun Ki lantas tahu dugaannya memang tidak meleset segera dia mendengus hidung, jengekny a:

"Bing cau, jangan kau kira aku sudah terpencil dan menemui jalan buntu, sehingga harus menarikmu sebagai teman seperjuangan? Ketahuilah

aku sudah berhasil meyakinkan ilmu mujijat yang tiada bandingannya, aku akan mendirikan aliran dan membuka perguruan, akupun ada Thay Bi sibungkuk sakti yang baru diangkat jadi Koksu baru negeri Kim sebagai tulang punggungku."

Bing cau lemas lunglai, katanya:

"Aku tahu setelah kau memperoleh ajaran Iwekang keluarga siang, jelas tenagaku tidak akan diperlukan lagi-"

Kongsun Ki menyeringai sadis katanya:

"Masa baru sekarang kau mengerti, sudah terlambat. Hm, hm memangnya kau kira orang macam apa Kongsun Ki? Kalau tidak ingin memiliki ajaran Iwekang itu masakah aku sudi membahasakan saudara dan mengangkatmu sebagai setengah majikan siang-keh-po?"

semakin bicara mimik muka Kongsun Ki berubah semakin beringas, sorot matanya sudak metiunjukan nafsu membunuh.

tiba2 Bing caupun menyeringai dingin, katanya-

"Kongsun Ki apa benar kau kira sudah berhasil meyakinkan ilmu mujijat tanpa tandingan?"

Tangan Kongsun Ki yang sudah terayun berhenti ditengah udara, sekilas dia tertegun, katanya:

"Bing cau apa maksud perkataanmu ini? Betapa tinggi kepandaian silatmu, dari mana kau bisa tahu apakah ilmuku sudah sempurna?"

"Benar, ilmuku terlalu cetek untuk menilai kepandaianmu yang maha tinggi, tapi aku tahu satu kunci pemecahan yang tidak kau ketahui."

" Kunci pemecahan apa?" sentak Kongsun Ki bengis- "Tentunya kunci pemecahan ajaran Iwekang keluarga

siang. Kau tidak tahu akan kunci ini, kelak kau pasti akan

termakan sendiri oleh kedua ilmu beracun yang kau yakinkan."

Dasar licik dan licin, sekilas Kongsun Ki menjublek, lekas sekali dia sudah merubah sikapnya yang bengis menjadi seri tawa dan ramah tamah, katanya gelat2:

"Bing-hiante, hebat memang kau ini, sungguh mengagumkan Marilah kita bicara baik,?."

"Tidak sulit untuk kau tahu kunci pemecahan ini. Asal kau beritahu cara mempelajari kedua ilmu berbisa itu kepadaku, setelah aku berhasil meyakinkan, baru kuberitahu kunci pemecahannya kepadamu."

Terdengar Kongsun Ki gelak2, serunya: "Bing-hiante sungguh tak nyana kaupun bisa main gertak segala. Bagus sekali, aku setuju akan transaksimu ini" belum habis gelak tawanya, tiba2 telapak tangannya memukul.

Terdengar Bing cau menjerit ngeri:

"Kongsun Ki, kejam benar kau" dadanya remuk terpukul oleh hantaman telapak tangan Kongsun Ki kontan badannya terpental terbang dan rebah didalam genangan air darah-

sebat sekali Kongsun Ki memburu maju serta merobek baju didepan dada Bing cau, dari balik pakaiannya dia merogoh keluar sejilid buku tipis, seringainya dengan girang:

"Tak meleset dari dugaanku, ternyata kau memang memiliki duplikatnnya, hehe, kunci pemecah ajaran Iwekang segala, memangnya perlu kau memberitahu kepadaku?"

sungguh diluar dugaan Kongsun Ki meski dalam keadaan sekarat Bing cau masih keras kepala suara serak dan menyeringai seram:

"Kongsun Ki, kausalah, Kun-ci pemecahan ini selamanya takkan bisa kau peroleh Akan datang suatu ketika kau akan jau-hwer jip-mo, deritamu akan ratusan kali lebih mengenaskan dari kematianku Hehehe hahaha"

suara tawa seperti menangis bagai tertawa, suaranya seram dan beringas amat menakutkan dan memilukan pula, betapapun besar nyali dan kejam hatinya tak urung dia merinding dan berdiri bulu kuduknya, dalam keadaan kaget dan gusarnya dia menjadi kalap, sekali tendang dia bikin mayat Bing cau terguling2, makinya:

"Kau ngoceh apa? Keparat, setelah mampus, jadilah setan gentayangan untuk menggertakku lagi-" ——

Pada saat itulah Hong-lay-mo-li dan siau-go-kiau-kun sama berlari keluar dari kamar tidur, namun sudah terlambat karena ditambah tendangan jiwa Bing cau melayang seketika. Begitu kembangkan kipasnya siau-go-kian-kun langsung menubruk kearah Kongsun Ki, sementara Hong-lay-mo-li lari kearah san san, sebelumnya mereka sudah berunding didalam kamar, satu menyerang musuh yang lain menolong orang.

sebat sekali Kongsun Ki kebaskan lengan bajunya menyampuk pergi kipas siau-go-kian-kun, tangkas sekali dia sudah membalik badan memapak Hong-lay-mo-li, waktu itu Hong-lay-mo-li baru saja berhasil meraih San-San, karena getaran pukulan Kongsun Ki, tanpa kuasa dia tergentak mundur tiga langkah, sebat sekali Kongsun Ki menubruk maju dan berhasil menangkap san san.

Waktu kipas siau-go-kian-kun menutuk Hiat-to di- punggungnya, sementara Kongsun Ki sudah sempat cabut pedangnya sekali putar kebelakang, dia punahkan tutukan kipas orang, berbareng dia acungkan san san sebagai tameng seraya membentak:

"Liu Jing-yau, berani kau turun tangan, hayolah tusuk Hehe, kalian sembunyi dikamar hendak membokongku, aku siang2 sudah tahu."

Ternyata walau mereka menahan napas, namun diwaktu Kongsun Ki adu mulut dengan Bing Cau barusan tanpa sadar deru napas Hong-lay-mo-li yang ikut jadi tegang rada berat demikian pula tangannya meraba gagang pedang sedikit mengeluarkan suara, setelah berhasil meyakinkan Iwekang kombinasi dari aliran lurus dan sesat, pendengaran Kongsun Ki memang tajam luar biasa, sedikit geseran saja sudah didengar olehnya.

sebagai manusia yang culas jahat dan banyak muslihatnya, begitu tahu ada tokoh kosen sembunyi didalam kamar, sekaligus dia pura2 bersandiwara dengan Bing cau lalu secara tiba2 dia membunuhnya sehingga orang tidak sempat menolongnya. Kepandaian Kongsun Ki sekarang sudah mampu mengalahkan Hong-lay-mo-li, namun untuk menghadapi keroyokan dua orang, dia sendiri belum begitu yakin, setelah berhasil menangkap san san sebagai sandera baru ketabahannya lebih mantap, sudah tentu Hong-lay-mo-li tidak berani sembarangan bergerak, lekas dia tarik pedang melompat mundur.

"Kongsun Ki, apakah kau ini manusia?" damrat Hong-lay- mo-li,

"dengan pukulan beracun kau melukai ayahmu kini kau menganiaya perempuan yang tak berkutik lagi. Termasuk perbuatan apa ini?"

"Jangan terlalu muluk pikiranmu, kalian ingin aku lepaskan san san lalu hendak mengerubutku sampai mampus? Hm, h m, masakah ada urusan begini gampang dalam dunia ini?

Kalian maki aku manusia rendah, memangnya kalian orang gagah? sebagai Bulim Bengcu dan pendekar besar kalian main kerubut memangnya ini perbuatan apa. Begini saja, kalau berani hayo lawan aku satu persatu"

Tegak alis siau-go-kian-kun, katanya keren:

"Baik, Kongsun Ki, lepaskan dulu san san, kutandangi tantanganmu satu lawan satu"

"Kongsun Ki," maki Hong-lay-mo-li

"Ketahuilah aku dan Kok- Ham mendapat perintah dan restu ayahmu untuk mencuci bersih nama baik perguruan, kau ini manusia durhaka dan pengkhianat bangsa setiap manusia pantas membunuhmu, kau punya hak apa bicara soal aturan Kangouw segala?"

"Liu Jing-yau, aku tidak perlu adu mulut denganmu, kau ingin membunuhku bersama Hoa Kok-ham, silakan saja kalau kalian mampu, sayang kalau sebelum kau bisa merenggut nyawaku, pelayanmu ini harus mati lebih dulu." "Kunyuk keparat," maki Hong-lay-mo-li kewalahan "lepaskan san san, kita akan lepas kau pergi-" "Imbalan ini terhitung adil, tapi bagaimana aku bisa

percaya pada kalian, coba tunggu biar kupertimbangkan dulu."

"Tidak adik yau, jangan lepas dia- Kongsun Ki, tadi kau tantang satu lawan satu, hayoLah, aku terima tantanganmu lepaskan dulu san san."

"Hoa Kok-ham, memang kau masih punya sedikit pambek orang gagah, baik kau berani melawanku seorang diri, aku boleh menerima syaratmu"

"Kongsun Ki, jangan kau kuatir, apa yang telah kukatakan takkan diingkari jing-yau tidak akan membantuku."

maklumlah sebagai pendekar besar yang berjiwa luhur dan bacik, meski tahu dirinya tiada keyakinan mengalahkan lawan, namun dia pantang mundur, supaya tidak menjadi buah tertawaan orang.

"Liu Jing-yau, bagaimana sikapmu?" tanya Kongsun Ki. "Aku seia sekata kalau kau lepaskan san san, aku tidak

akan turut campur."

"Baik, ucapan seorang kuncu laksana kuda sekali lecut Hoa Kok- Ham marilah kau ikut aku kepuncak gunung untuk menentukan siapa jantan siapa betina."

"Nanti dulu," cegah Hong-lay-mo-li

"lepaskan dulu san san dan biar kuperiksa apakah dia terluka, jikalau kau diam2 membokongnya, aku tidak akan berpeluk tangan."

"Baiklah begini saja dilamping gunung terdapat sebuah kapel, san san akan kutaruh didalam kapel itu, Liu Jing-yau setelah kami tiba di puncak baru kau boleh menyusul kesana tapi kau dilarang melampaui kapel itu. Aku tanggung san san tidak akan kurang suatu apa cuma terserah kepada pertolonganmu saja untuk membebaskan tutukan Hiat-tonya. jikalau kau terlambat menolongnya, jadi bukan salahku, yang kugunakan adalah ilmu Tiam-hiat ajaran keluargaku, dan kau sendirijuga paham akan ilmu ini."

Ternyata Kongsun Ki memang pandai memperhitungkan situasi dan mengatur muslihat ilmu Tiam-hiat tunggal warisan keluarganya harus lekas atau dibebaskan tutukannya dalam jangka satu jam kalau terlambat itu berarti si korban akan mampus, menjadi cacad seumur hidup,

sejak tertutuk sampai sekarang waktunya sudah hampir satu jam, maka untuk menolong san san Hong-lay-mo-li harus bertindak cepat mengejar waktu, dan lagi cara memberi pertolongan membuka Hiat-to yang tertutup ini sedikitnya memerlukan setengah sulutan dupa, Kongsun Ki sudah memperhitungkan temponya dengan tepat, dalam jangka waktu selama ini dia yakin sudah berkecukupan untuk membinasakan siau-go-kian-kun, umpama Hong-lay-mo-li tidak menepati janji untuk mengeroyoknyapun sudah tidak keburu lagi.

Begitu meletakan san san didalam kapel dilamping gunung Kongsun Ki lantas manjat kepuncak bersama siau-go-kian-kun. Waktu Hong-lay-mo-li tiba di kapel itu merekapun sudah tiba dipuncak.

Disamping memberi pertolongan dengan cara perguruannya Hong-lay-mo-li pasang kuping dan mendongak memandang kepuncak dari kejauhan.

Terdengar Kongsun Ki gelatos, serunya:

"Hayo maju" begitu kedua telapaknya digosokkan, telapak tangannya seketika berubah hitam legam, seketika Siau-go- kian-kun mengendus bau busuk yang amis, keruan bercekat hatinya.

Lekas siau-go-kian-kun kerahkan hawa murninya, katanya: "Aku tidak akan ambil keuntungan silakan kau turun tangan lebih dulu."

Dengan ter-loroh2, Kongsun Ki berkata:

"siau-go-kian-kun memang tidak bernama kosong, sombong sekali-"

ditengah gelak tawanya telapak tangannya ditepukan. Kipas siau-go-kan-kun berbareng terkembang, memapak pukulan beracun lawan.

Hebat memang pukulan beracun Kongsun Ki yang dahsyat, Iwekangnyapun sudah tiada taranya, begitu pukulan dilontarkan sungguh bagai gugur gunung hebatnya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar