Pendekar Latah Bagian 40

 
Bagian 40

Karena anjuran Cu Tan-ho, terpaksa Hong Hwe-iiong tertawa, katanya: "Urusan hari ini adalah demi kejayaan pang kita, sebetulnya Cu-susiok tidak usah sungkan, Baiklah terpaksa aku yang bicara saja." kalau hadirin sedang keheranan mendengar ucapan Hong Hwe-liong sementara Hong-lay-mo-ii lapat2 merasakan Hong Hwe-liong seperti apa boleh buat harus bertindak dalam hal ini.

Hong Hwe-liong tampil ketengah panggung katanya. "Tadi kukatakan pangcu baru ini tanggung puluhan kali lebih hebat dari aku, bukan sengaja mau merendahkan diri sendiri namun kenyataan memang demikian, Pertama pangcu yang satu ini masih muda dan gagah, usianya belum ada tiga puluh namun namanya sudah menggetarkan Bulim. Kedua. Pangcu yang satu ini dari keturunan keluarga silat yang kenamaan ayahnya adalah tokoh Bulim tingkat tinggi yang terpandang, Ketiga diapun pernah mendirikan pahala besar bagi nusa dan bangsa, untuk ini saja cukup mengetuk sanubari kita semua."

Baru sampai disini dia bicara, hadirin sudah tidak sabar lagi, dari sana sini banyak orang bertanya: "Siapa? Siapa?"

Tengah Hong-lay-mo-ii menduga2 siapa kiranya tokoh Bulim yang benar2 memiliki tiga syarat yang diuraikan H0ng Hwe-liong iLli. tiba2 Siau-g0-kan-kun berbisik ditelinganya: "Kalau kau laki2, kau cocok benar dengan ketiga syarat itu, kau boleh menjadi Kaypang Pangcu,"

Disana terdengar Hong Hwe-liong meninggikan suaranya: "Kalian ingin tahu siapakah sebenarnya calon pangcu bapu? Rapat besar kita hari ini ada mengundang seorang tamu Agung, seorang tamu agung yang melanggar kebiasaan kita untuk mengundangnya, tentunya hadirin sudah tahu akan Kongsun-cianpwe? Silakan Kongsun-cianpwe tampil kemuka untuk bertemu muka dengan hadirin."

Sudah tentu Kongsun In melengak keheranan, katanya: "Lho, aku ini kan tua bangka yang merangkak keliang kubur?"

Cu Tan-ho tertawa, katanya: "Sudah tentu kami tidak berani merendahkan derajat Lo-cianpwe untuk menjabat Pangcu kita, Tapi sebelum Pangcu yang baru menduduki jabatannya, betapapun mohon Lo-cianpwe suka tampil berhadapan dengan murid2 Pang kita, Karena kau orang tua adalah tokoh yang terpandang dan dipuja oleh pangcu kita yang baru."

Nama Kongsun In memang sudah dikenal baik oleh seluruh hadirin, serempak mereka berdiri untuk menyambut kehadirannya sebagai tanda kehormatan kepadanya, Terpaksa dengan diliputi rasa curiga K0ngsun Ki tampil kedepan panggung beruntun dia ber-soja seraya berkata: "Banyak terima kasih, tidak berani aku menerima kehormatan ini."

Setelah suasana tenang kembali baru Hong Hwe-Liong melanjutkan: "pangcu baru yang hendak kita junjung adalah putra tunggal Kongsun-cianpwe, yaitu Siang-keh-po Pocu Kong-sun Ki Kong_sun Tayhiap yang selama puluhan tahun belakangan ini menggetarkan Kangouui."

Sudah tentu seluruh hadirin menjadi tertegun keheranan dalam uiaktu singkat keadaan menjadi sunyi senyap, jarang orang tahu keburukan Kongsun Ki, terutama berkomplot dengan orang2 jahat menjadi kaki tangan bangsa Kim malah menjadi menantu raja segala, tapi sepak terjang Kongsun Ki yang sesat dan nyeleweng selama di Siang-keh-po sudah banyak diketahui orang, maka tidak bisa tidak mereka sama tertegun heran. Tapi demi memberi muka kepada Kong-sun In, sementara mereka tiada yang bersuara.

Kongsun In sendiripun merasa diiuar dugaan, katanya kebingungan "Mana boleh? Mana boleh terjadi?" tapi dalam keadaan mendesak dan mendadak ini, tidak leluasa dia membuka kedok dan memaki putranya dihadapan orang banyak.

Ada beberapa murid Kaypang yang berdarah panas tak tahan segera berseru dengan membesarkan nyali: Bahwa Kongsun-siaupocu memang muda dan gagah, tapi dia orang luar mana boleh jadi pangcu kita?"

Hong Hwe-liong gelak2, katanya: "Kongsun Sute adalah murid yang baru saja diterima jadi murid cu-susiok.

Memangnya demi kejayaan dan kelangsungan hidup pang kita, terpaksa mengundangnya menjadi anggota Pang kita, Kongsun sute, silahkan keluar berhadapan dengan sesama saudara."

Baru sekarang murid2 Kaypang mengerti, kenapa Hong Hwe-liong tadi mengatakan Cu-tianglo jangan sungkan- Kiranya Kongsun Ki adalah muridnya yang baru dia angkat, Demikian pula Hong-lay-mo-ii baru mengerti, bahwa H0ng Hwe-liong dan Cu Tan-ho mengundang gurunya sebagai tamu agung untuk menghadiri rapat besar Kaypang ini adalah hanya untuk memperkokoh kedudukan Kongsun Ki belaka, Dengan meminjam wibawa dan ketenaran Kongsun In, untuk mengurangi rasa sirik dan pertentangan murid2 Kaypang terhadap Kongsun Ki.

Hanya Kongsun In sendiri yang masih bingung keheranan, bahwa untuk memilih seorang Pangcu betapa penting arti keseluruhannya» apa lagi dia sudah tahu karakter dan martabat putranya, sudah tentu satu sama lain hal saling bertentangan. Setelah Hong Hwe-liong perkenalkan calon Pangcu baru, Cu Tan~ho tidak perlu sungkan2 tagi, maka dengan bangga dan senang dia berkata: "Murid yang baru saja diangkat lantas menjadi Pangcu memang belum pernah terjadi, Tapi demi mempertahankan kejayaan dan kebesaran pang kita, perlu pejabat pangcu yang benar2 setimpal dengan kedudukan tinggi ini. terpaksa harus melanggar kebiasaan, Kongsun Ki keturunan dari keluarga kenamaan, memiliki ilmu siiat dari pelajaran dua aliran besar guru silat, usianya belum cukup tiga puluh lagi. tiba saatnya besar kemampuan dan kegagahannya.

Disaat Pang kita justru memerlukan angin baru dan membuka lembaran sejarah yang lebih gemilang maka pantaskan kalau kita dipimpin oleh seorang pangcu yang masih muda, Hong-sutit sendiri sependapat dalam hal ini, maka kita menerimanya masuk anggota, Sedang Losiu terpaksa tak bisa menolak pengangkatan guru ini meski kurasa diriku sendiri kurang becus."

Setelah Hong Hwe-liong dan cu Tan-ho berpidato panjang lebar, dibauiah sorot pandangan hadirin Kongsun Ki pelan2 tampil kedepan. Tampak dia sudah ganti pakai baju tambalan seperti kaum jembel umumnya, tangannya menenteng Pak- kau-pang, langsung menuju kedepan Cu Tan-ho.

"Pergilah temui ayahmu lebih dulu." kala Cu Tan-ho.

Setelah memberi hormat kepada Cu Tan-ho serta mengiakan Kongsun Ki lalu mendekati Kongsun In ti~ba2 dia tekuk lutut dengan air mata mengembeng, teriaknya: "Ayah." lalu berkata lebih lanjut: "Anak tidak berbakti selama beberapa tahun ini tak bisa melayani ayah, harap ayah mengampuni."

Sebetulnya Kongsun In sudah tidak mengakuinya sebagai anak, namun melihat putra

tunggalnya mi berlutut didepannya dengan air mata ber- kaca2, kecut juga sanubarinya tapi sikapnya tetap dingin: "Jadi kau tahu juga tidak berbakti? Coba tanya kepada dirimu sendiri apa kau setimpal menjadi Pangcu Kay-pang?

Kongsun Ki pura2 kebingungan dan ter-sipu2 tak berani menjawab, Cu Tan_ho segera menimbrung: "Agaknya Kongsun-cianpwe rada salah paham terhadap sepak terjang Putramu masa lalu, yang benar dia mempunyai kesulitan yang sukar dijelaskan, Aku berani tanggung dia pasti bukan tidak berbakti, kalau tidak masakah kita mengangkatnya menjadi pangcu kita?"

Sudah tentu ucapan Cu Tan-ho menambah bingung Kongsun In dan dipaksa untuk percaya, batinnya: "Apa benar dalam hal ini ada latar belakang yang tidak ku-ketahui" Siau- go-kan-kun berbisik: "Kongsun Ki pintar juga main sandiwara." "Perlukah kita tampil m:mbuka kedoknya?" "Tunggu lagi sebentar."

Baru saja Kongsun In hendak minta penjelasan Cu Tan-ho yang lebih terperinci tahu2 suasana menjadi ribut lagi, Ternyata dua murid Kaypang kantong tujuh lari datang memberi laporan kepada Hong Hwe-liong: "Lapor Hiangcu, Bu Su-tun dan beberapa tamu datang, kita berusaha merintanginya, tapi Bu Su-tun berkukuh hendak hadir dalam rapat besar ini, kita tidak enak pakai kekerasan. Bagaimana kita harus bertindak harap Hiangcu memberi putusan."

Cu Tan-ho mendengus hidung, katanya: "Masih ada muka Bu Su-tun datang ke Kaypang pula? Hm, lekas ring..." sebelum dia mengatakan ""ringkus dia", Hong Hwe-liong sudah menyela: "Susiok tak usah marah2- coba tanya dulu siapa saja tamu2 yang lain itu?"

Kedua murid Kaypang segera memberi keterangan; "Mereka adalah S0ng Kim-kong, Toh Eng-liang, Sat_si-siang- hiong dan Ceng-hay-sam-ma dan lain2-" Cu Tan-ho tertawa dingin: "Bu Su-tun hendak main kekerasan dengan bantuan orang2 luar? Hm, orang2 yang diundangnya toh hanya kaum keroco belaka."

Kongsun In anggap tidak dengar perkataan Cu Tan-ho, katanya keras: "Hm, kiranya Song Kim-kong dan Sat-iotoa berdua juga datang? Beberapa kawan ini sudah dua puluhan tahun tidak pernah ketemu, sungguh merindukan juga."

"Bahwa mereka adalah teman-2 baik «ongsun Cian-pwe, adalah pantas kita menyambutnya sebagai tamu." kata Hong Hwe-liong, Membesi hijau muka Cu Tan-ho. namun dia tidak bertingkah lagi.

"Ada sepatah kata entah patut tidak kuucapkan j" kata Kongsun in.

"Lo-cianpwe terlalu sungkan ada omongan apa si-lakan berkata." sahut Hong Hwe liong.

"Terima kasih, Menurut aturan aku takkan berani mencampuri urusan Pang kalian, tapi kupikir Pang kalian sudah mengundangku sebagai tamu, maka tamu yang lain seharusnya tidak boleh ditolak, Kenapa Bu Su-tun diusir dari Pang kalian aku tidak tahu, Tapi dia kemari sebagai tamu, menurut aturan Kangouw seharusnya dipandang sama rata."

Maka bertanya Hong Hwe-liong kepada kedua murid peronda tadi: "Apa saja yang dikatakan Bu Su-tun kepada kalian?"

"Bu Su-tun bilang walau dia diusir dari perguruan, Tapi Lo- pangcu tetap adalah gurunya berbudi. Waktu Lo-pangcu meninggal masih tetap mengakui dia sebagai murid. Rapat besar hari ini disamping memilih pangcu baru sekaligus untuk memperingat gurunya, maka sebagai tamu atau sebagai bekas murid, pendek kata kedatangannya tidak boleh ditolak."

"Kupandang baktinya terhadap perguruan Cu~tianglo bagaimana menurut..." "Soal perguruan jangan disebut lagi Anggap saja dia sebagai tamu dan layani ala kadarnya," sahut Cu Tan-ho uring2an. Segera dia menambahkan: "Semua ini karena kita pandang muka Kongsun Cian-pwe-"

Kongsun In tertawa tawar, katanya: "Wah, banyak terima kasih."

Tengah mereka bicara, Song Kim-kong beriring dengan Bu Su-tun sudah mendatangi murid2 Kaypang yang bertugas menyambut tamu meladeni song Kim-kong dan lain hanya Bu Su-tUn didiamkan saja.

Melihat kehadiran dan dandanan Kongsun Ki, Bu Su-tun melengak diluar dugaan, namun dia tak sempat banyak urusan, langsung dia menghampiri Hong Hwe-liong dengan laku hormat dia menyapa; Toa-suko, sengaja siaute menghaturkan selamat kepadamu.

Dengan suara hidung yang berat Hong Hwe-liong mengiakan ala kadarnya, Cu Tan-ho justru berubah mukanya, bentaknya bengis: "Bu Su-tun, kau sudah diusir dari Pang, punya hak apa kau masih Panggil Suko mengaku adik segala dengan Hiangcu kita?"

"Hari ini Pangcu baru mewarisi jabatan, aku justru kemari untuk mencuci bersih perkaraku yang tiada juntrungannya. kuharap Pangcu baru dapat menarik balik keputusan semula-" demikian sahut Bu Su-tun.

Hong Hwe-liong berkata: "Kalau begitu pergilah kau bicara dengan Pangcu baru, tak usah banyak omong dengan aku."

Bu Su-tun kaget, tanyanya: "Siapakah Pangcu baru?"

Cu Tan-ho segera mendahului bicara; "Siapa Pangcu baru tiada sangkut pautnya dengan kau, perkara ini sudah diputuskan dengan bukti2 nyata, apa pula yang harus

diperdebatkan?" "Sudah tentu aku punya banyak2 bukti untuk menyangkal tuduhan se-mena2 baru berani kemari, menurut aturan Pang, aku punya hak dan harus diberi peluang untuk membela diri didalam rapat besar Pang kita ini."

Song Kim-kong dan Sat-Iotoa berkata bersama; "Kita sengaja kemari untuk memberi selamat kepada Pangcu kalian yang baru, entah Pangcu kalian sudi memberi muka kepada kami?" sebagai tamu ingin menemui Pangcu, adalah jamak, tuan rumah tidak bisa menolak.

Terpaksa Cu Tan-ho menjawab Samar2: "Pangcu baru sudah ditunjuk, cuma belum menerima jabatan secara resmi Silakan kalian tunggu sebentar."

Selagi Cu Tan-ho me-nimang2 apa perlu dia keluarkan perintah untuk menangkap atau mengusir Bu Su-tun. Bu Su- tun sudah bertanya lebih lanjut: "pangcu baru sudah ditentukan tiada gunanya dirahasiakan kenapa kalian tidak memberi kesempatan aku bicara sama dia?"

Hong Hwe-liong kertak gigi, katanya: ""Baiklah, kalau kau mendesak biar kuberitahu kepadamu Pang cu kita yang baru adalah Siang-keh-po Pocu, Kongsun Ki Kongsun Tayhiap yang namanya menggetarkan kalangan Kangouw, Dia adalah murid Cu-tianglo yang baru saja diterimanya menjadi anggota Pang."

Sekilas Bu Su-tun meienggong, tiba2: "Hahaha ..." dia tertawa tiga kali. "Keparat Apa yang kau tawakan?" hardik Cu Tan-ho.

Sorot mata Bu Su-tun yang tajam berwibawa beralih kearah Kongsun Ki, kembali dia gelak2 sambil mendongak, serunya; "Tayhiap" Pocu? He, he he, Ha, ha, ha. Kalian luPa untuk menambahkan sebuah julukan lagi kepada Kongsun Ki."

"Apa2an maksud perkataanmu ini?" sentak Hong Hwe- liong, "Memangnya kau belum tahu? Kongsun Ki adalah babah mantu dari raja negeri Kim?"

Bagai mendengar guntur ditengah hari bolong, seluruh hadirin menjadi gempar dan ribut.

Berdiri alis Bu Su-tun, sorot matanya berkilat, bentaknya dengan bengis: "Kau menjadi antek negeri Kim, sudah menjadi musuh umum rakyat negeri Song kita, mana boleh menjadi Kaypang Pangcu?"

"Tutup mulut," hardik Cu Tan-ho, "Kularang kau memfitnah orang disini." telapak tangannya terus di-ayun, maksudnya hendak mendorong mundur Bu Su-tun.

Bu Su-tun tetap berdiri tidak bergeming, katanya dingin: "Cu-tianglo, kau benar2 tidak tahu atau pura2 tidak tahu? Kau harus tahu, jikalau babah mantu raja negeri Kim menjadi pangcu Kaypang, bukan saja Kay pang bakal celaka, seluruh lapisan kaum persilatan akan mengalami akibatnya pula, semua insan didunia ini takkan membiarkan kesalahan ini berlangsung. Kau adalah Susiokku, aku tidak akan bergebrak dengan kau. Tapi kalau kau tetap hendak melindungi murid pengkhianat ini, mengusirku lagi. terpaksa aku tidak mengindahkan omonganmu lagi."

Cu-sa-ciang yang diyakinkan Cu Tan-ho dulu pernah juga menjagoi Kangouui, namun pukulannya tadi sebelum menyentuh badan Bu Su~tun Sudan terasa adanya tenaga kuat laksana tembok membendung pukulannya. Insaf kepandaian Bu Su-tun memang sudah tinggi, bercekat hati Cu Tan-ho. Demi Gengsi dan pamornya terpaksa dia tarik kembali pukulannya.

Bahwa seluruh hadirin sedang gempar dan ribut Kongsun Ki sendiri justru tenang2 saja, Katanya tawar: "Coba kalian pikir ayahku berada disini, jikalau benar aku jadi antek musuh, masakah aku berani menemui ayahku? Hong-suheng, kalian percaya dia tunduk bukan? jikalau asal usulku kurang jelas, masakah Hong-suheng terima mengalah memberikan jabatan Pangcu ini kepadaku? Tapi aku tidak akan menyalahkan Bu Su-tun, dia sendiri ingin jadi Pangcu, sudah tentu dia harus mencercah aku.

Yang benar, aku sendiri sih tidak begitu besar hasratku untuk jadi Pangcu, yang terang Bu su-tun adalah murid yang diusir dan berkhianat terhadap Pang kita, dia pandai bicara dan melontarkan tuduhan dan fitnah kepadaku Maka diapun tidak setimpal untuk menduduki jabatan pangcu ini."

0rang2 yang tidak tahu seluk beluknya persoalan merasa ucapan Kongsun Ki beralasan terutama dia menampilkan ayahnya, maka banyak orang yang tun duk dan percaya akan obrolannya. Tapi duduk perkaranya yang sebenarnya belum dibikin jelas, sulit diperdebatkan akhirnya keributan tebang kembali Kongsun In sendiri setengah percaya setengah curiga melihat sikap putranya yang tenang, diapun bungkam saja.

Bu Su-tun mencak2 seperti kebakaran jenggot baru saja dia hendak membongkar kejahatan dan dosa Kongsusi Ki, cu Tan- ho sudah angkat bicara: "Benar, Bu Su-tun adalah murid pengkhianat Pang kita, hari ini dia datang bukan sebagai tamu, berani menghina dan memfitnah Pangcu kita dan mencampuri urusan Kaypang, tamu sekasar dan jahat seperti ini, Kay-pang takkan sudi melayang Bu Su_tun kau pergi tidak?"

Karena perintah Cu Tan-ho, delapan murid besar Kaypang segera merubung maju mengepung Bu Su-tun. jelas perkelahian takkan bisa terhindar lagi, ti~ba2 terdengar sebuah suara nyaring merdu berkata: "Nanti dulu Aku bisa membuktikan bahwa Bu Su-tun bukan murid pengkhianat."

Tampak dua bayangan orang bagai burung terbang meluncur ketengah gelanggang, yang

depan Hong-iay mo-li dibelakangnya adalah Siau-go-kan- kun. Melihat kedatangan H0ng-Iay-mo-li bergetar jantung Kongsun Ki, air mukanyapun berubah, tapi perubahan ini hanya sekejap saja, lekas sekali dia sudah pulih pada sikapnya yang tenang penuh keyakinan.

Hong-lay-mo-li langsung menghadap gurunya lebih dulu. saking senang, Kongsun In sampai ber-kaca2 matanya, katanya: "Yau-ji, kau baru datang? Baik sekali kedatanganmu Aku sedang kebingungan karena tidak tahu seluk beluknya, ada berita apa yang kau tahu lekas katakan."

Seluk beluk yang dimaksud Kongsun in adalah persoalan Bu Su-tun dengan Kongsun Ki melihat gurunya menangis, tak enak hati Hong lay-mo-li, hatinya membatin: "Biarlah kejahatan Kongsun Ki dibongkar oleh Bu Su-tun, aku cukup menjadi saksi saja."

Kedudukan Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kan-ku cukup dikenal oleh seluruh anak murid Kaypang, maka begitu mereka masuk gelanggang, suasana ribut tadi seketika sirap, semua penting mata lebar2 menunggu perubahan yang bakal terjadi selanjutnya.

Dengan kehormatan menyambut tamu agung, Hong Hwe- liong terima kedatangan Hong-lay-mo-li, katanya dingin: "Liu Lihiap, cara bagaimana kau bisa membuktikan dan menjadi saksi Bu Su-tun?"

Nyata Cu TVn-ho lebih keras, tanpa sungkan segala, katanya: "Liu Lihiap, Kau adalah Lioklim Beng-cu. Loklim dan Kaypang biasanya seumpama air sumur dan air sungai Kaypang mengadakan pembersihan kedalam, adalah persoalan intern Kaypang, orang luar mana boleh jadi saksi segala?"

"Orang yang menjadi saksi akan kebersihan Bu Su-tun sebetulnya adalah Lo-pangcu kalian

yang terdahulu, jadi bukan aku" demikian debat Hong-lay- mo-li, "Soal pembersihan kedalam perguruan adalah urusan intern kalian, dan aku hanya mewakili Lo-pangcu Pang kalian untuk menjelaskan duduk Persoalan yang sebenarnya. Nanti setelah kuterangkan jikalau kalian tetap berpendapat Bu Su- tun harus diusir dari Pang, itu adalah urusan kalian."

Hong Hwe-liong sudah mendapat firasat bahwa Hong-lay- mo-li agaknya sudah tahu akan rahasia itu, sebagai orang yang menjadi biang keladi dalam Persoalan ini, menjadi ciut nyalinya, maka dia mundur ke-samping tak banyak tingkah dan bicara lagi. Cu Tan~ho sendiri menjadi Bungkam setelah Hong-lay-mo li ajukan dirinya sebagai wakil suhengnya Lo- pangcu yang terdahulu, terpaksa diapun minggir kesamping, mendapat kesempatan Hong-iay-mo-li iantas keluarkan Pak- kau-pang itu serta diangkatnya tinggi, serunya lantang:

"Tentunya hadirin tahu Pak-kau-pang ini adalah miilik Ha Tianglo kalian, sebetulnya Ha Tiang-lo mengutus muridnya Kiong Hou bawa Pak-kau-pang ini untuk menjadi saksi Bu Su- tun, sayang ditengah jalan Kiong Hou berlima dicegat jago2 Kim dan akhirnya menemui ajalnya semua, Hari itu kebetulan aku lewat dan berhasil merebut Pak-kau-pang ini dari tangan musuh, Silakan kalian lihat, didalam bambu ini ada tersembunyi rahasia."

Sampai disini, tiba2 "Serr" sejalur angin dingin melesat datang, untung Siau-go-kan-kun berdiri didepan panggung, lekas dia kebaskan kipasnya seraya membentak: "Siapa yang membokong? ' itulah ilmu tutuk jarak jauh, tenaga jari menimbulkan angin dingin, bisa melukai orang tanpa sikorban menyadari terlebih dulu.

Dengan kebasan kipasnya Siau-go-kan-kun berhasil gagalkan bokongan orang, namun diapun

merasa dingin mengigil keruan hatinya heran bukan maim Kongsun Ki dan Cu Tan-ho jelas tidak menunjukkan gerak gerik yang mencurigakan dihadapan umum terang takkan berani bertingkah Lalu siapakah si pembokong ini? Sebaliknya Hong-lay-mo-li tahu siapa pembokong dirinya ini, namun mengingat persoalan Bu Su-tun lebih penting maka persoalan ini dia kesampingkan lebih dulu.

Maka Hong-lay-mo-li keluarkan surat rahasia dari dalam bambu, serta dibeber dan dibaca dengan keras. Waktu dia membaca sUrat peninggalan dari Ha Tiang-io K0ngsun In maju mendekat didepan panggung melindungi keselamatannya-

Seperti diketahui surat itu berisi dua titik persoalan penting, pertama menjelaskan tugas penting Bu Su-tun untuk menuntut balas sakit hati keluarga dan negara atas perintahnya (Siang Gun-yang), menyelundup ke Gi-lim-kun negeri Kim dan berusaha membunuh Wanyan Liang.

Kedua, tahu ajalnya sudah dekat maka ia meninggalkan pesan menyatakan bilamana Bu Su-tun kelak berhasil dengan jasa2nya yang besar, kedudukan Pangcu harus diwariskan kepada Bu Su_tun" setelah membaca habis Hong-lay-mo-li angsurkan surat itu kepada Hong Hwe-liong, "katanya; "Silakan tunjukan kepada para Hiangcu, Thosu dan Tongcu Pang kalian, coba periksa apa benar ini tulisan asli Lo-pangcu kalian?"

Dibawah kesaksian sekian banyak hadirin ada K0ngsun in disamping pula Hong-lay-mo-li yakin Hong Hwe-liong dan Cu Tan-ho takkan bernyali besar berani merobek atau menghancurkan surat peninggalan Siang-Iopangcu.

Muka Cu Tan-ho membesi hijau Hong Hwe-liong hanya tertaWa getir yang dipaksakan, ia terima surat itu seraya berkata: "Benar, memang surat ini tulisan tangan guru -

(Lo-pangcu) para hadirin sudah mendengarnya dengan jelas, kukira tak perlu diperlihatkan kepada mereka lagi."

Setelah membuktikan kebenaran surat peninggalan gurunya Hong Hwe-liong lantas menghampiri Bu Su-tun, katanya: "Bu~sute aku tidak tahu bila kau mendapat tugas rahasia dari Suhu. harap Hiante suka ma afkan kesalahanku!"

"Kalau demikian Hong-suheng sudi menarik balik putusan semula dan merehabilitir nama dan kedudukanku didalam Kaypang? Perlu kunyatakan lebih dulu, aku hanya ingin kembali keharibaan Kaypang, tiada niatku kembali merebut jabatan pangcu."

"Bahwa Bu-sute bekerja karena perintah, jadi bukan mendurhakai negara dan bangsa menyerah kepada musuh, sudah tentu boleh kembali ke Kaypang, Soal jabatan pangcu, kita boleh mencari cara lain untuk memutuskannya."

Hanya belasan orang tokoh2 Kaypang saya yang tahu akan perihal Bu Su-tun membunuh Wanyan Liang tapi karena waktu itu Cu Tan"ho dan Hong Hwe-liong mengatakan batok kepala itu palsu, maka mereka pun tak berani percaya bahwa batok kepala itu adalah tulen.

Maklumlah sebagai seorang raja yang dilindungi puluhan laksa Pasukannya betapa gampang untuk membunuh Wanyan Liang? Maka merekapun curiga bahwa BU Su-tun memang mengatur muslihat untuk mengejar kedudukan belaka.

Dalam suasana masih ribut dari perdebatan para hadirin Hong Hwe-liong kembali lompat

keatas pang-gung, katanya; "Persoalan Bu-sute sudah beres, tak perlu diperdebatkan

lagi, Rapat besar hari ini yang penting adalah memilih calon dan mengangkat pangcu baru."

sambutan dari bawah panggung amat ramai, ada yang bilang: "Kabarnya Bu Su-tun yang membunuh Wanyan Liang entah benar tidak? Kalau benar, maka dialah yang pantas mewarisi

kedudukan ini." tapi ada juga yang bilang: "Apakah benar Kongsun Ki adalah babah mantu raja Kim? Kita tidak tahu, Cu- tianglo bilang dia pernah mendirikan pahala besar, entah pahala besar apa yang dimaksud? '

Ada pula yang berseru: "Keduanya sama2 punya tanda2 kecurigaan, demi mengurangi Perdebatan yang berteie2 lebih baik biar Hong-hiangcu saja yang tetap meneruskan jabatan Pangcu ini, bukankah lebih gampang dan tepat"

"Kongsun Sute," kata Hong Hwe-liong. "tibalah saatnya kau angkat bicara."

Ditengah keributan orang banyak dengan gesit Kongsun Ki lompat naik keatas panggung katanya lantang: "Harap hadirin tenang sebentar, biarlah aku nyatakan isi hatiku" dia kerahkan Lwekang tingkat tinggi, mengantar suaranya kedalam kuping seluruh hadirin dekat maupun jauh, murid2 Kaypang yang hadir berkantong lima tingkat kepandaian mereka sudah kelas satu, maka suara Kongsun Ki seketika membuat sirap seluruh keributan-

Dengan kalem dan antap Kongsun Ki mulai berpidato: "Aku sebagai murid baru yang belum punya pengalaman dan bakat, kedudukan pangcu jelas aku tidak berani menjabatnya, Tapi tadi sudah disiarkan tuduhan yang menyangkut nama baikku, terpaksa aku harus membela diri, Harap tanya Bu-suheng, kau katakan aku babah mantu raja negeri Kim, entah putri ra-ja yang mana menjadi istriku?"

"Putri itu jelas sudah cukup diketahui oleh seluruh hadirin. Dia bukan lain adalah Giok-bin-yau-hou yang nama busuknya sudah terkenal dikaiangan Kang~ouui, nama aslinya adalah Jilian Ceng-poh, Giok bin-yau-hou semula adalah putri salah seorang Komandan Gi-lim-kun dari negeri l_iau, sejak negerinya musnah dan dicaplok negeri Kim maka putrinya itu diangkat oleh Wanyan Liang sebagai putri angkatnya."

"O, kiranya perempuan siluman yang busuk itu?" serempak orang2 dibawah panggung mulai mencaci maki kebusukan Giok-bin-yau-hou. Malah ada orang yang pernah melihat Kongsun Ki memang bergaul intim dengan Giok-bin-yau-hou, tak tahan segera angkat suara tanyanya:

"Kongsun Ki, sebetulnya apa hubunganmu dengan perempuan siluman itu? Kertapa kalian pernah gaul intim? Lekas bicara terus terang."

Sikap Kongsun Ki tenang dan wajar, katanya kalem: "Benar, Giok-bin-y0u-h0u adalah istriku yang kedua memang aku pernah diangkat jadi babah mantu raja negeri Kim, Tapi hadirin harap tenang dan sabar, jangan marah, biar kuterangkan alasanku." 0rang2 dibawah Panggung sama membentak: "Alasan apa?" "Alasan apa?"

Setelah menelan liur Kungsun Ki lantas melanjutkan: "Nah Giok-bin-yau hou berada disini, apakah hadirin ingin melihatnya?"

Seketika orang2 dibawah panggung yang kenal dan pernah melihat Giok-bin-you-hou celingukan, tapi kecuali Hong-lay- mo-li terang tiada perempuan kedua yang hadir, kembali orang banyak bertanya beramai2: "Dimana? Dimana?"

Kongsun Ki ter-loroh2 panjang, katanya: "Nih, berada disini," tiba2 dari buntaian yang dipanggul dipunggungnya dia keluarkan sebuah batok kepala manusia terus diacungkan dihadapan orang banyak-

"Silakan dilihat tegas aPakah ini benar batok kepala Giok- bin-yau-hou? Aku sendirilah yang membunuhnya." batok kepala ini pernah direndam dengan air obat, sehingga mengkeret kecil sebesar kepelan tangan, namun bentuk rupanya masih tetap hidup seperti sedia kala. orang2 yang pernah melihat muka Giok"bin-yau-h0u masih mengenalnya baik-

Sydah tentu permainan Kongsun Ki ini bukan saja membuat hadirin melengak heran sampaipun Hong-lay-mo-lipun merasa diluar dugaan, tak nyana Kongsun Ki tega turun tangan keji membunuh Giok-bin-yau-hou, sungguh mengkilik ngeri bulu kuduknya.

Pelan2 Kongsun Ki letakan batok kepala itu dipinggir panggung, lalu katanya lebih lanjut dengan takabur: "Hendaklah hadirin suka mengerti? Balnya aku sudi mempersunting Giok-bin-yau-hou karena dia diangkat sebagai tuan putri oleh raja negeri Kim, salah satu putri angkatnya yang paling disayang lagi, hanya menjadi babah mantu raja negeri Kim baru aku ada kesempatan mendekati Wanyan Liang"

Selanjutnya Cu Tan-ho menambahkan "Tadi aku bilang Pangcu baru ada mendirikan pahala besr-r bagi nusa dan bangsa, maksudku adalah persoalan ini. Setelah pertempuran di Jay-ciok-ki dari kota raja negeri Kim tiba2 tersiar kabar bahwa Wanyan Liang tiba2 mati, rahasia kematiannya sudah tersiar luas, dan siapakah pembunuh Wanyan Liang? Yaitu Kongsun Ki."

Obrolan kedua pihak memang masuk diakal, orang-orang yang tidak tahu seluk beluknya mau saja percaya dan anggap jelas sudah duduknya perkara, serem-pak banyak yang bersorak dan memuji akan tindakan Kongsun Ki.

"Kongsun Sute berhasil membunuh Wanyan Liang, jasanya besar, maka dia pantas menerima jabatan pangcu sesuai dengan pesan Lo-pangcu. Tentunya hadirin tiada yang menentang lagi?"

Kongsun Ki pura2 bersikap rikuh dan bingung, katanya goyang tangan: "Tujuanku hanya memberikan keterangan yang sesungguhnya untuk mencuci nama baikku sajai soal jabatan pangcu segala, terus terang aku tidak berani menerimanya."

Semakin dia menolak semakin besar tekad para kajem (kaum jembel) itu mengangkat dirinya, maka beramai2 mereka berseru: "Siapa membunuh Wanyan Liang, dialah yang menjadi Pangcu, itulah pesan terakhir Lo-pangcu, merupakan permintaan kita pula, Begitulah aturan dan ketentuannya, tak usah ditolak lagi-"

Kalau hadirin tidak tahu duduk persoalannya, sebaliknya Hong-lay-mo-li palinig jelas akan seluk beluk atau liku2 persoalan rumit ini. Setelah suasana rada tenang segera dia tampil kedepan dan membentak bengis;

"Kongsun Ki, kau... kau tidak tahu malu, apa benar Wanyan Liang kau yang membunuh?"

"Sumoay, kau, kenapa kau berkata demikian? Me_mangnya siaPa yang membunuh Wanyan Liang kalau bukan aku?"

Kongsun In justru lebih percaya kepada Hong-lay-mo-li, seketika pucat mukanya, hampir saja amarahnya meledak, cu Tan~ho berada disampingnya, lekas dia membujuk: "Kongsun-cianpwe, murid memang dekat tapi anak lebih dekat, jangan kau hanya Percaya sepihak saja." mendengar ucapan Cu Tan-ho serta melihat mimik muka Kongsun Ki seperti penasaran hatinya menjadi bimbang, mulutnya yang sudah terbuka hendak memaki ditelannya kembali, batinnya

'Apakah didalam persoalan ini masih ada salah paham lainnya? Biar kudengar apapula yang hendak dikatakan binatang ini?"

Karena ditanya oleh Kongsun Ki, demi menegakkan kebenaran lagi, maka Hong-lay-mo-li tidak hiraukan hubungan sesama saudara seperguruan segala-

Dengan suara tegas dan tandas dia berkata: "Bu Su-tunlah yang membunuh Wanyan Liang, aku sendiri yang menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri."

Laksana meliihat batu hancur dan bumi merekah seluruh hadirin menjadi gempar mendengar ucapan Hong-lay-mo-li- Kongsun Ki dan Bu Su-tun sama2 mengakui sebagai pembunuh Wanyan Liang, jelas satu diantara kedua orang ini ada yang membual.

Tapi menurut situasi dan keadaan lebih masuk diakai bila Kong-sun Ki sebagai babah mantu Wanyan Liang mempunyai banyak peluang untuk membunuhnya. Tapi Hong lay mo-li memberi kesaksian pula bahwa Bu Su-tun yang membunuh Wanyan Liang, sebagai Loklim Beng-cu, jelas Hong-lay-mo-li tidak ada paedahnya berbohong didalam hal ini? Sudah tantu hadirin semakin bingung dan tenggelam dalam pemikiran yang tidak menentu, maka tiada orang yang bsrsuara-

Kongsun Ki bersikap tenang, katanya; "o, kau sendiri ada menyaksikan? Aneh sekali kalau begitu Sumoay, harap tanya dimana kau pernah melihatnya?"

"Diatas sebuah puncak di Jay-ciok-ki- Disanalah tempat pangkalan pusat Wanyan Liang mendirikan kubu2nya-"

"Bagaimana keadaan waktu itu?" tanya Kongsun Ki. "Kaum genlya dibagian utara bergabung dengan pasukan

Song yang menyebrang sungai menggempur kedudukan pusat

pangkalan musuh, Akhirnya Wanyan Liang melarikan diri ditengah2 kancah pertempuran itulah Wanyan Liang terbunuh oleh Bu Su-tun, Waktu itu Bu Su~tun masih sebagai salah seorang perwira tinggi dari pasukan Gi~lim-kun mereka, selalu berada disekitar raja negeri Kim itu."

"Oi jadi terbunuh ditengah kancah pertempuran? Kalau demikian orang2 pihak kalian belum menyandak Wanyan Liang bukan? Kalau tidak buat apa harus Bu Su-tun sendiri yang turun tangan dengan menyamar jadi perwira Gi-lim-kun segala."

"Memang kita belum menyandaknya, tapi aku sendiri melihat jelas, Wanyan Liang yang berpakaian kebesaran itu terpanah dulu oleh bidikan Yalu Hoan-ih, lalu dari pasukan Gi- lim-kun yang melindunginya itu lompat keluar seorang perwira serta membacok kutung lehernya, Dan perwira itu bukan lain adalah Bu Sutun, bukan kau."

"Sudah tentu aku bukan perwira itu, Tapi aku masih menyangsikan kau tetap salah melihat orang," demikian debat Kongsun Ki-

Song Kim-kong, Toh Sng-liang dan lain2 waktu itupun hadir dan ikut menyaksikan peristiwa bersejarah ini, tak tahan serempak mereka berdiri tanpa bev-janji, katanya: "Apa yang dituturkan Liu-Lihiap waktu itu, kamipun menyaksikan juga, jikalau dia seorang salah lihat, masakah kita juga salah lihat?"

Cu Tan-ho batuk2, katanya peian2; "Bukan aku tidak percaya terhadap Liu-bengcu dari Loklim, juga bukan tidak percaya para Enghiong, namun kukira persoalan ini masih ada tandas lain yang lebih mencurigakan."

Sebagai orang yang berdarah panas Song Kim kong segera bertanya marah2: "Apanya pula yang harus dicurigai?"

"Didalam sejarah peperangan pernah terjadi, ra-ja2 mencari seorang duplikat lain yang berdandan dan berperawakan serta berwajah mirip dirinya, disaat mengalami bahaya duplikatnya itulah yang akan dijadikan korban, sementara dia dengan selamat bisa meloloskan diri.

Demikian pula keadaan waktu itu, cara bagaimana kalian berani memastikan orang yang terpenggal kepalanya oleh Bu Su-tun itu memang benar-adalah Wanyan Liang sendiri?" memangnya Cu Tan-bo pandai omong pintar berpidato, diantara orang2 Kay pang yang hadir,

tingkat kedudukannya adalah yang paling tinggi pula, semua anak murid Kaypang sama menjunjung dan menghormatinya pula setelah mendengar penjelasannya, mau tidak mau hadirin menjadi sangsi lagi, kembali suasana menjadi ribut bisik2. Akhirnya tidak tahan lagi Bu Su-tun sendiri angkat bicara: "Waktu itu aku ada bawa kembali batok kepala Wanyan Liang yang kupenggal kupersembahkan kepada Unsu, setelah UnSu meninggal, batok kepala ini entah ada disimpan Hong-suheng tidak? Kalau masih ada siiakan bawa keluar, tulen atau palsu segera akan dibuktikan."

"Benar." timbrung Song Kim-kong, "Tidak sedikit yang hadir pernah melihat Wanyan Liang, kita bisa membuktikannya ber- sama."

"Begitupun baik, memangnya sudah kuduga hati ini bakal terjadi keributan." demikian kata Cu T\m-bo, "Maka sebelumnya sudah kupersiapkan batok kepala itu sudah dibawa kemari""

Song Kim-kong girang, katanya: "Kalau batok kepala itu masih disimpan, silakan keluarkan untuk kita lihat dan periksa bersama."

Hong Hwe-liong segera berseru: "Silakan tiga Hiangcu dari Taytoh tampil kedepan untuk memeriksa bersama." di Taytoh ibu kota negeri Kim pihak Kay-pang ada mendirikan cabang yang dipimpin oleh seorang Hiangcu dan dua orang wakilnya, Selama berkuasa Wanyan Liang menjadi raja empat belas tahun lamanya sudah tentu ketiga Hiangcu ini semua mengenalnya dengan baik.

setelah ketiga Hiangcu itu tiba didepan panggung, para Enghiong yang hadirpun bersama2 merubung maju, baru Cu Tan~ho keluarkan balok kepala itu serta berseru lantang; "Harap kalian periksa dengan teliti, apakah ini batok kepala Ulanyan Liang?"

Dengan seksama orang2 itu mengamati lekat2 bat0k kepala ini memang mirip bentuk rupa Wanyau Liang, namun kulit mukanya sudah kering dan berkeriput bentuknya sudah menyerupai tengkorak, sudah tentu jauh berbeda dengan wajah asli Wanyan Liang dimasa hidupnya, menurut penilaian mereka hanya boleh dikata sedikit mirip saja.

Dengan demikian hal ini tergantung pada orang2 yang ikut memeriksa untuk memberikan keputusannya, bisa mengatakan benar tapi juga bisa saja menyangkal.

Sebetulnya dalam kalangan Bulim pada jaman itu sudah sering dipakai racikan obat2an anti membusuk yang khusus dibuat untuk mempertahankan bentuk mayat aslinya, Tapi tatkala itu sudah empat bulan berselang sejak kematian Wanyan Liang, sehingga Song Kim-kong dan kawannya merasa ragu2 untuk menentukan putusannya.

Namun dengan mata kepala mereka sendiri mereka saksikan Bu Su-tun memenggal kepala Wanyan Liang, tujuan mereka hendak membantu Bu Su-tun, sehingga tidak terpikir oleh mereka bahwa didalam hal ini Hong Hwe-liong dan Cu Tan~ho ada memainkan peranan penting secara licik dan nakal.

Bu Sun-tun sendiri sebetulnya merasa curiga, karena dia sendiri pernah merendamnya dengan air obat yang dia racik sendiri secara rahasia, terang tak mungkin berubah begitu rupa. setelah Song Kim-kong dan lain2 mundur kini tinggal Hong-lay-mo-li dan ketiga Hiangcu yang masih berada didepan panggung memeriksa batok kepala itu, Hong-lay-mo-li sendiri ragu2, akhirnya dia berkata: "Batok kepala ini kukira kurang benar."

"Benar," ketiga Hiangcu bersuara bersama, "Liu Lihiap sudah melihat jelas bukan? Batok kepala ini adalah palsu-"

Ketiga Hiangcu Kaypang ini biasanya jujur dan berjiwa pendekar banyak dikagumi kaum persilatan maka semua hadirin percaya akan apa yang di katakan. Maka suasana kembali ribut Hong Hwe-liong segera lompat naik kertas canggung pula, serunya: "Baiklah duduk persoalannya sudah jelas, kini giliran Kongsun Ki. tadi kau katakan pernah membunuh Wanyan Liang, kau dapat menunjukan bukti apa?"

Kongsun Ki segera menjawab: "Akupun memiliki batok kepala Wanyan Liang." "Baiklah, lekas keluarkan dan tunjukan kepada para hadirin untuk dibuktikan."

Dengan tingkah dibuat2 Kongsun Ki mengeluarkan sebuah kepala orang dari buntalannya katanya: "Silakan periksa, apakah ini yang asli atau Palsu-"

Seketika hadirin saling beradu pandang, ternyata batok kepala orang yang dikeluarkan ini masih terpelihara baik sekali mirip dimasa hidupnya, memangnya tidak salah batok kepala Wanyan Liang-

Ketiga Hiangcu Kaypang itu serempak berkata "Benar, batok kepala ini memang tidak salah."

Hadirin diam dan suasana hening, kini giliran Hong-lay-mo- li yang periksa batok kepala itu, namun dia mengulapkan tangan, katanya: "Tak usah periksa lagi, memang ini yang tulen."

Membesi hijau muka Bu Su-tun, hatinya sakit seperti disayat2- Hatinya sedih bukan lantaran dirinya terfitnah secara penasaran sedih karena Susiok dan suheng yang biasa dia h0rmati ternyata bersekongkol dan ada main dengan Kongsun Ki.

Kenapa mereka menukar yang asli menjadi palsu dan yang palsu menjadi asli? Hanya ada satu penjelasan. Mereka sudah menempuh arah sehaluan dengan Kongsun Ki, bersekongkol

dan terima menjadi antek kerajaan Kim. mengatur tipu daya untuk merebut kedudukan Pangcu Kaypang, jelas bagi Bu Su-tun. kini kedua opang ini bukan lagi susiok atau Suhengnya, tapi mereka adalah musuhnya yang utama. Dan hal ini merupakan ciri yang paling ditakuti dan amat dikuatirkan oleh Kongsun Ki. Cu Tan-ho bergelak tawa, katanya: "Sekarang persoalan sudah jelas seluruhnya, tak perlu diperdebatkan lagi-"

Dalam pada itu Hong Hwe-liong yang berada diatas panggung sedang bersuara: "Kini persoalan sudah terang seluruhnya, sesuai dengan pesan Lo-pangcu dan atas persetujuan seluruh saudara seperguruan adalah pantas kalau minta Kongsun Sute menerima warisan jabatan

Sebelum "pangcu terucapkan, tiba2 Hong-lay-mo-li berseru menyela: "Nanti dulu." Hong Hwe-liong melengak, tanyanya: "Liu Lihiap, ada omongan apa?"

"Batok kepala yang dibawa Kongsun Ki memang tidak salah, namun persoalan ini jelas kurang benar?

Berubah air muka Hong dan Cu berdua, menyingkir dari sorot pandang Hong-lay-mo-li berkata Hong Hwe-liong dengan suara rada gemetar: "Liu Lihiap, apa maksudmu?"

"Dalam pertempuran hari itu jelas Wanyan Liang tidak membawa duplikat, malah disaat Wanyan Liang terbunuh sudah lama Kongsun Ki melarikan diri."

Cu Tan-ho menjengek dingin, katanya: "Pertempu-ran segaduh itu, umpama kata kau melihat jelas? Kalau Kongsun Ki waktu itu tidak disana, lalu dari mana dia memperoleh batok kepala ini?"

Hong-lay-mo-li tertawa dingin, katanya; "Justru untuk hal ini aku mohon keterangan

dari kalian berdua."

Menghijau kaku muka Cu Tan-ho, katanya mendelik Hong- lay-mo-li: "Liu Jing-yau, bicaralah terus te rang saja."

"Cu-tianglo, masa kau anggap ucapanku kurang jelas?

Kongsun Ki adalah muridmu, batok kepala yang dipenggal Bu Su-tun kau pula yang menyimpan dan membawanya kemari, lalu kenapa yang asli jadi palsu dan yang palsu jadi asli? Kalau tidak minta kau yang menjelaskan memangnya siapa yang bisa menerangkan."

Dari malu Cu Tan-h0 jadi gusar, serunya lantang: "Kurangajar, Bukankah secara tidak langsung kau menuduh akulah yang menukar kedua batok kepala itu?" "Kukira kau sendiri pula yang bisa memberi jawabannya."

Sudah tentu hadirin semakin gempar. Maklumlan Hong-lay- mo-li memang orang luar yang mereka segani, namun Cu

Tan-ho betapapun adalah Tianglo mereka sebelum ada bukti yang konkrit, mana bisa mereka percaya bahwa Tianglo mereka memang berbuat curang menukar kedua batok kepala itu?

"Liu Jing-yau," seru Hong Hwe-Hong, "kau hadir disini sebagai Lokim Bengcu, kami tetap menghormatimu. Tapi kau berani memfitnah se-mena2, Kaypang tidak akan pandang kau sebagai tamu lagi."

Melihat situasi tetap menguntungkan dirinya, Cu Tan-ho lantas Pura2 bersikap bijaksana, katanya: "Liu Jing-yau, kupandang muka guru dan Suhengmu, tuduhan yang se- mena2 dan tak terbukti tidak akan kami ulur panjang, Tapi akupun ingin bertanya satu hal kepada kalian." lalu dia berpaling kepada Bu Su-tun, ta-nyanya; "Su-tun, Bukankah Hun Ji-yan adalah calon istrimu?"

Tidak sedikit murid2 Kaypang yang kenal baik ayah beranak Hun Tiong-giok yang punya hubungan jn-tim dengan Lo- pangcu mereka» namu tiada orang tahu bahwa Hun Ji~yan adalah calon istri Bu Su-tun. Kini mendengar pertanyaan Cu Tan~ho keruan mereka meraba heran.

Bu Su-tun sendiri rnerasa heran sahutnya: "Benar Suhu sendiri yang mengikat perjodohan ini sebelum aku menunaikan tugasku di Taytoh, Memangnya kenapa?" "Tidak apa2, aku cuma ingin tahu kebenaran hal ini " lalu dia berpaling kepada Hong-lay-mo-li, tanyanya: "Liu-bengcu, kabarnya Hun Ji-yan adalah saudara angkatmu benar tidak?"

"Memang hubunganku dengan Hun Lihiap laksana saudara sepupu, Terserah apa yang ingin kau katakan mengenai hubunganku ini."

"Kalau begitu takkan salah lagi Seluk beluk persoalan ini sudah jelas tak perlu banyak tanya lagi, Liu-bengcu kau orang luar, urusan Kaypang tak usah kau turut campur."

Maksud perkataan Cu Tan-ho cukup keji dan jahat, sudah tentu hadirin mengerti kemana juntrungan perkataannya, secara tidak langsung menuduh Hong-lay-mo li bekerja demi hubungan pribadi dan sengaja membela Bu Su-tun, melalui Bu Su-tun yang diperalat hendak menguasai Kaypang dan menjadikan Kaypang sebagai salah satu unsur Loklim yang dibawahinya. Dan yang lebih keji lagi hal ini tidak dia jelaskan secara langsung sehingga Hong-lay-mo-ii tidak mampu membela diri.

Urusan sudah terlanjur sedemikian jauh, namun Hong-lay- mo-li masih bimbang untuk membongkar kebejatan Kongsun Ki dihadapan ayahnya, sementara pi-hok Kaypang percaya dan kena dihasut oleh Cu Tan-ho, seketika berkobar amarah mereka serempak disana sini semua ber-kaok2: "Benar, urusan Kaypang bisa kami utus sendiri. Liu Jing-yau, kembali saja

urus kaum Loklimmu sendiri."

"Peduli siapa yang membunuh Wanyan Liang, Pangcu kita harus bertekad kerja demi kepentingan Pang kita, opang luar tak usah mengunggulinya, apalagi orang luap yang hendak jadi pangcu kita,"

Saking gemes Hong-lay-mo-li sudah kertak gigi, namun baru saja dia hendak buka suara. Tiba2 sebuah suitan panjang kumandang dari kejauhan keributan orang2 Kaypang kelelap oleh suitan panjang ini. waktu semua orang berpaling, tampak dari sana mendatangi serombongan tamu, yang terdepan adalah Tang Hay-liong tertua dari Su-pak-thian- iimu silat Tang Hay-liong mungkin belum termasuk top, namun tingkat kedudukannya tinggi nama tenar pamor tinggi, punya hubungan intim dengan Lo-pangcu yang terdahulu, maka kedatangannya disambut meriah oleh pihak Kaypang,

Biasanya Tang Hay-hong merajai lautan timur, walau jejaknya sering berada di Tionggoan, namun belum pernah melewati daerah utara Huangho, Melihat kedatangannya yang diluar dugaan ini, diam2 Cu Tan-ho menggerutu dan was2, namun terpaksa dia harus menyambut alakadarnya, katanya: "Tang-wan-heng, angin apa yang meniupmu kemari? sedemikian banyak teman2 yang kau bawa, sungguh menambah semarak rapat besar Kaypang kita."

Tang-hay-liong gelak2, katanya: "Cu-tiangio, apakah kedatangan kita terlalu banyak? Terus terang yang kemari hanya sebagian kecil saja, masih ada sebagian besar belum lagi masuk gunung."

Sudah tentu Hong Hwe-liong dan cu Tan-ho kaget, katanya dengan muka keren: "Rapat besar Pang kita hendak menentukan pengganti Pangcu baru, tak nyana banyak juga kawan2

luar sehaluan yang berdatangan tanpa diundang. Tapi sedapat mungkin kita akan menyambut dengan senang hati lalu kenapa pula teman2 Tanguian-heng tidak masuk gunung? Memangnya kau tidak menyambut semestinya?"

"Aku tahu rapat kerja intern Kaypang kalian, kini datang tanpa diundang memang kurang hormat- Tapi terpaksa kita harus bertindak karena ada sesuatu urusan penting, dan teman2 itu tidak ikut kemari lantaran persoalan penting itu." "Ada persoalan apa, harap Tanguian-siansing men-jelaskan" Tang-hay-liong lantas berseru lantang: "Aku kemari untuk memberikan kabar kepada Kaypang, entah kalian sudah tahu bahwa didaiam Toa-cu-sia didepan sana ada ratusan Busu negeri Kim sembunyi, yang memimpin pasukan pendam ini adalah Ulanyan Tiang-ci, komandan Pasukan Gi-lim-kun istana raja Kim."

Toa-cu-sia terletak disebrang Siu-yang-san, merupakan selat sempit yang harus dilalui kalau hendak menuju ketempat rapat ini, jaraknya ada tiga puluhan li, disana bisa menutup mulut Siu-yang-san, Keruan pihak Kaypang menjadi gempar karena jalan keluar mereka sudah ditutup oleh pasukan pendam negeri Kim

"Tapi hadirin diharap tak usah kuatir," demikian Tang-hay- liong berkata lebih lanjut dengan suara lantang, "pasukan pendam musuh di Toa-cu-sia sudah diawasi oleh adikku Say- ci-hong dengan banyak kawan2 yang tidak ikut masuk gunung itu. Mereka mengawasi kalian namun secara diam2 kitapun mengawasi gerak gerik mereka, umpama ada apa2 yang mencurigakan orang2 kita akan segera menyusul tiba dan merintangi mereka, dalam jangka satu jam mereka baru akan tiba disini, Dan tugas kita sekarang yang terpenting adalah harus secepatnya membekuk keluar mata2 yang terpendam didaiam Kaypang kalian."

Kembali suasana menjadi kacau, disana sini orang berteriak: "Apa, dalam Pang kita ada mata2 musuh?" lekas Cu Tan-ho menarik muka, katanya dengan be-ngis: "Tanguian- siangsing, dengan alasan apa kau berani berkata demikian?"

Bu Su-tun tiba2 tampil kemukai serunya. "Aku bisa buktikan bahwa pang kita memang ada mata2 musuh."

Semakin membesi kaku muka Cu Tan-ho, bentak-nya: "Bu Su-tun, sudah sepuluh tahun kau meninggalkan Kaypang, kau tahu apa? Bukti apa yang bisa kau tunjukan? Hm, perbuatanmu yang terkutuk tidak kita ulur panjang, kini kau hendak menimbulkan gelombang pertentangan diantara sesama saudara dalam Kaypang, mengadu domba lagi?"

Yang terang kabar yang disampaikan Tang-hay-liong benar2 amat menggemparkan seluruh gelanggang, Cu Tan-ho jelas takkan kuasa mengatasi suasana lagi, Serempak hadirin menyambut ucapan Bu Su-tun: "Siapa? Siapa dia?"

"Lekas tunjukan siapa mata2 musuh?" caci maki Cu Tan~ho kepada Bu Su-tun men-jad kelelap oleh keributan ini.

Tahu situasi sudah menjadi panas terpaksa Hong Hwe-liong memberi kesempatan Bu Su-tun naik keatas panggung untuk bicara, setelah berada dipanggung Bu Su-tun lantas angkat kedua tangannya menentramkan suasana, lambat laun keributan orang2 Kaypang mulai reda dan akhirnya sirap sama sekali.

Cara bagaimana Hong-lay-mo-li membongkar intrik Kongsun Ki dengan Cu Tan-ho dan Hong Hwe-liong?

Apakah tega Kongsun in membunuh putranya yang khianat dan durhaka?

Kuatkah pihak Kaypang membendung serbuan pasukan negeri Kim yang dipimpin Wanyan Tiang-ci?

Bagian 40

Karena anjuran Cu Tan-ho, terpaksa Hong Hwe-iiong tertawa, katanya: "Urusan hari ini adalah demi kejayaan pang kita, sebetulnya Cu-susiok tidak usah sungkan, Baiklah terpaksa aku yang bicara saja." kalau hadirin sedang keheranan mendengar ucapan Hong Hwe-liong sementara Hong-lay-mo-ii lapat2 merasakan Hong Hwe-liong seperti apa boleh buat harus bertindak dalam hal ini. Hong Hwe-liong tampil ketengah panggung katanya. "Tadi kukatakan pangcu baru ini tanggung puluhan kali lebih hebat dari aku, bukan sengaja mau merendahkan diri sendiri namun kenyataan memang demikian, Pertama pangcu yang satu ini masih muda dan gagah, usianya belum ada tiga puluh namun namanya sudah menggetarkan Bulim. Kedua. Pangcu yang satu ini dari keturunan keluarga silat yang kenamaan ayahnya adalah tokoh Bulim tingkat tinggi yang terpandang, Ketiga diapun pernah mendirikan pahala besar bagi nusa dan bangsa, untuk ini saja cukup mengetuk sanubari kita semua."

Baru sampai disini dia bicara, hadirin sudah tidak sabar lagi, dari sana sini banyak orang bertanya: "Siapa? Siapa?"

Tengah Hong-lay-mo-ii menduga2 siapa kiranya tokoh Bulim yang benar2 memiliki tiga syarat yang diuraikan H0ng Hwe-liong iLli. tiba2 Siau-g0-kan-kun berbisik ditelinganya: "Kalau kau laki2, kau cocok benar dengan ketiga syarat itu, kau boleh menjadi Kaypang Pangcu,"

Disana terdengar Hong Hwe-liong meninggikan suaranya: "Kalian ingin tahu siapakah

sebenarnya calon pangcu bapu? Rapat besar kita hari ini ada mengundang seorang tamu Agung, seorang tamu agung yang melanggar kebiasaan kita untuk mengundangnya, tentunya hadirin sudah tahu akan Kongsun-cianpwe? Silakan Kongsun-cianpwe tampil kemuka untuk bertemu muka dengan hadirin."

Sudah tentu Kongsun In melengak keheranan, katanya: "Lho, aku ini kan tua bangka yang merangkak keliang kubur?"

Cu Tan-ho tertawa, katanya: "Sudah tentu kami tidak berani merendahkan derajat Lo-cianpwe untuk menjabat Pangcu kita, Tapi sebelum Pangcu yang baru menduduki jabatannya, betapapun mohon Lo-cianpwe suka tampil berhadapan dengan murid2 Pang kita, Karena kau orang tua adalah tokoh yang terpandang dan dipuja oleh pangcu kita yang baru."

Nama Kongsun In memang sudah dikenal baik oleh seluruh hadirin, serempak mereka berdiri untuk menyambut kehadirannya sebagai tanda kehormatan kepadanya, Terpaksa dengan diliputi rasa curiga K0ngsun Ki tampil kedepan panggung beruntun dia ber-soja seraya berkata: "Banyak terima kasih, tidak berani aku menerima kehormatan ini."

Setelah suasana tenang kembali baru Hong Hwe-Liong melanjutkan: "pangcu baru yang hendak kita junjung adalah putra tunggal Kongsun-cianpwe, yaitu Siang-keh-po Pocu Kong-sun Ki Kong_sun Tayhiap yang selama puluhan tahun belakangan ini menggetarkan Kangouui."

Sudah tentu seluruh hadirin menjadi tertegun keheranan dalam uiaktu singkat keadaan menjadi sunyi senyap, jarang orang tahu keburukan Kongsun Ki, terutama berkomplot dengan orang2 jahat menjadi kaki tangan bangsa Kim malah menjadi menantu raja segala, tapi sepak terjang Kongsun Ki yang sesat dan nyeleweng selama di Siang-keh-po sudah

banyak diketahui orang, maka tidak bisa tidak mereka sama tertegun heran. Tapi demi memberi muka kepada Kong-sun In, sementara mereka tiada yang bersuara.

Kongsun In sendiripun merasa diiuar dugaan, katanya kebingungan "Mana boleh? Mana boleh terjadi?" tapi dalam keadaan mendesak dan mendadak ini, tidak leluasa dia membuka kedok dan memaki putranya dihadapan orang banyak.

Ada beberapa murid Kaypang yang berdarah panas tak tahan segera berseru dengan membesarkan nyali: Bahwa Kongsun-siaupocu memang muda dan gagah, tapi dia orang luar mana boleh jadi pangcu kita?"

Hong Hwe-liong gelak2, katanya: "Kongsun Sute adalah murid yang baru saja diterima jadi murid cu-susiok. Memangnya demi kejayaan dan kelangsungan hidup pang kita, terpaksa mengundangnya menjadi anggota Pang kita, Kongsun sute, silahkan keluar berhadapan dengan sesama saudara."

Baru sekarang murid2 Kaypang mengerti, kenapa Hong Hwe-liong tadi mengatakan Cu-tianglo jangan sungkan- Kiranya Kongsun Ki adalah muridnya yang baru dia angkat, Demikian pula Hong-lay-mo-ii baru mengerti, bahwa H0ng Hwe-liong dan Cu Tan-ho mengundang gurunya sebagai tamu agung untuk menghadiri rapat besar Kaypang ini adalah hanya untuk memperkokoh kedudukan Kongsun Ki belaka, Dengan meminjam wibawa dan ketenaran Kongsun In, untuk mengurangi rasa sirik dan pertentangan murid2 Kaypang terhadap Kongsun Ki.

Hanya Kongsun In sendiri yang masih bingung keheranan, bahwa untuk memilih seorang Pangcu betapa penting arti keseluruhannya» apa lagi dia sudah tahu karakter dan martabat putranya, sudah tentu satu sama lain hal saling bertentangan.

Setelah Hong Hwe-liong perkenalkan calon Pangcu baru, Cu Tan~ho tidak perlu sungkan2 tagi, maka dengan bangga dan senang dia berkata: "Murid yang baru saja diangkat lantas menjadi Pangcu memang belum pernah terjadi, Tapi demi mempertahankan kejayaan dan kebesaran pang kita, perlu pejabat pangcu yang benar2 setimpal dengan kedudukan tinggi ini. terpaksa harus melanggar kebiasaan, Kongsun Ki keturunan dari keluarga kenamaan, memiliki ilmu siiat dari pelajaran dua aliran besar guru silat, usianya belum cukup tiga puluh lagi. tiba saatnya besar kemampuan dan kegagahannya.

Disaat Pang kita justru memerlukan angin baru dan membuka lembaran sejarah yang lebih gemilang maka pantaskan kalau kita dipimpin oleh seorang pangcu yang masih muda, Hong-sutit sendiri sependapat dalam hal ini, maka kita menerimanya masuk anggota, Sedang Losiu terpaksa tak bisa menolak pengangkatan guru ini meski kurasa diriku sendiri kurang becus."

Setelah Hong Hwe-liong dan cu Tan-ho berpidato panjang lebar, dibauiah sorot pandangan hadirin Kongsun Ki pelan2 tampil kedepan. Tampak dia sudah ganti pakai baju tambalan seperti kaum jembel umumnya, tangannya menenteng Pak- kau-pang, langsung menuju kedepan Cu Tan-ho.

"Pergilah temui ayahmu lebih dulu." kala Cu Tan-ho.

Setelah memberi hormat kepada Cu Tan-ho serta mengiakan Kongsun Ki lalu mendekati Kongsun In ti~ba2 dia tekuk lutut dengan air mata mengembeng, teriaknya: "Ayah." lalu berkata lebih lanjut: "Anak tidak berbakti selama beberapa tahun ini tak bisa melayani ayah, harap ayah mengampuni."

Sebetulnya Kongsun In sudah tidak mengakuinya sebagai anak, namun melihat putra

tunggalnya mi berlutut didepannya dengan air mata ber- kaca2, kecut juga sanubarinya tapi sikapnya tetap dingin: "Jadi kau tahu juga tidak berbakti? Coba tanya kepada dirimu sendiri apa kau setimpal menjadi Pangcu Kay-pang?

Kongsun Ki pura2 kebingungan dan ter-sipu2 tak berani menjawab, Cu Tan_ho segera menimbrung: "Agaknya Kongsun-cianpwe rada salah paham terhadap sepak terjang Putramu masa lalu, yang benar dia mempunyai kesulitan yang sukar dijelaskan, Aku berani tanggung dia pasti bukan tidak berbakti, kalau tidak masakah kita mengangkatnya menjadi pangcu kita?"

Sudah tentu ucapan Cu Tan-ho menambah bingung Kongsun In dan dipaksa untuk percaya, batinnya: "Apa benar dalam hal ini ada latar belakang yang tidak ku-ketahui" Siau- go-kan-kun berbisik: "Kongsun Ki pintar juga main sandiwara." "Perlukah kita tampil m:mbuka kedoknya?" "Tunggu lagi sebentar." Baru saja Kongsun In hendak minta penjelasan Cu Tan-ho yang lebih terperinci tahu2 suasana menjadi ribut lagi, Ternyata dua murid Kaypang kantong tujuh lari datang memberi laporan kepada Hong Hwe-liong: "Lapor Hiangcu, Bu Su-tun dan beberapa tamu datang, kita berusaha merintanginya, tapi Bu Su-tun berkukuh hendak hadir dalam rapat besar ini, kita tidak enak pakai kekerasan. Bagaimana kita harus bertindak harap Hiangcu memberi putusan."

Cu Tan-ho mendengus hidung, katanya: "Masih ada muka Bu Su-tun datang ke Kaypang pula? Hm, lekas ring..." sebelum dia mengatakan ""ringkus dia", Hong Hwe-liong sudah menyela: "Susiok tak usah marah2- coba tanya dulu siapa saja tamu2 yang lain itu?"

Kedua murid Kaypang segera memberi keterangan; "Mereka adalah S0ng Kim-kong, Toh Eng-liang, Sat_si-siang- hiong dan Ceng-hay-sam-ma dan lain2-"

Cu Tan-ho tertawa dingin: "Bu Su-tun hendak main kekerasan dengan bantuan orang2 luar? Hm, orang2 yang diundangnya toh hanya kaum keroco belaka."

Kongsun In anggap tidak dengar perkataan Cu Tan-ho, katanya keras: "Hm, kiranya Song Kim-kong dan Sat-iotoa berdua juga datang? Beberapa kawan ini sudah dua puluhan tahun tidak pernah ketemu, sungguh merindukan juga."

"Bahwa mereka adalah teman-2 baik «ongsun Cian-pwe, adalah pantas kita menyambutnya sebagai tamu." kata Hong Hwe-liong, Membesi hijau muka Cu Tan-ho. namun dia tidak bertingkah lagi.

"Ada sepatah kata entah patut tidak kuucapkan j" kata Kongsun in.

"Lo-cianpwe terlalu sungkan ada omongan apa si-lakan berkata." sahut Hong Hwe liong. "Terima kasih, Menurut aturan aku takkan berani mencampuri urusan Pang kalian, tapi kupikir Pang kalian sudah mengundangku sebagai tamu, maka tamu yang lain seharusnya tidak boleh ditolak, Kenapa Bu Su-tun diusir dari Pang kalian aku tidak tahu, Tapi dia kemari sebagai tamu, menurut aturan Kangouw seharusnya dipandang sama rata."

Maka bertanya Hong Hwe-liong kepada kedua murid peronda tadi: "Apa saja yang dikatakan Bu Su-tun kepada kalian?"

"Bu Su-tun bilang walau dia diusir dari perguruan, Tapi Lo- pangcu tetap adalah gurunya berbudi. Waktu Lo-pangcu meninggal masih tetap mengakui dia sebagai murid. Rapat besar hari ini disamping memilih pangcu baru sekaligus untuk memperingat gurunya, maka sebagai tamu atau sebagai bekas murid, pendek kata kedatangannya tidak boleh ditolak."

"Kupandang baktinya terhadap perguruan Cu~tianglo bagaimana menurut..."

"Soal perguruan jangan disebut lagi Anggap saja dia sebagai tamu dan layani ala kadarnya," sahut Cu Tan-ho uring2an. Segera dia menambahkan: "Semua ini karena kita pandang muka Kongsun Cian-pwe-"

Kongsun In tertawa tawar, katanya: "Wah, banyak terima kasih."

Tengah mereka bicara, Song Kim-kong beriring dengan Bu Su-tun sudah mendatangi murid2 Kaypang yang bertugas menyambut tamu meladeni song Kim-kong dan lain hanya Bu Su-tUn didiamkan saja.

Melihat kehadiran dan dandanan Kongsun Ki, Bu Su-tun melengak diluar dugaan, namun dia tak sempat banyak urusan, langsung dia menghampiri Hong Hwe-liong dengan laku hormat dia menyapa; Toa-suko, sengaja siaute menghaturkan selamat kepadamu. Dengan suara hidung yang berat Hong Hwe-liong mengiakan ala kadarnya, Cu Tan-ho justru berubah mukanya, bentaknya bengis: "Bu Su-tun, kau sudah diusir dari Pang, punya hak apa kau masih Panggil Suko mengaku adik segala dengan Hiangcu kita?"

"Hari ini Pangcu baru mewarisi jabatan, aku justru kemari untuk mencuci bersih perkaraku yang tiada juntrungannya. kuharap Pangcu baru dapat menarik balik keputusan semula-" demikian sahut Bu Su-tun.

Hong Hwe-liong berkata: "Kalau begitu pergilah kau bicara dengan Pangcu baru, tak usah banyak omong dengan aku."

Bu Su-tun kaget, tanyanya: "Siapakah Pangcu baru?"

Cu Tan-ho segera mendahului bicara; "Siapa Pangcu baru tiada sangkut pautnya dengan kau, perkara ini sudah diputuskan dengan bukti2 nyata, apa pula yang harus

diperdebatkan?"

"Sudah tentu aku punya banyak2 bukti untuk menyangkal tuduhan se-mena2 baru berani kemari, menurut aturan Pang, aku punya hak dan harus diberi peluang untuk membela diri didalam rapat besar Pang kita ini."

Song Kim-kong dan Sat-Iotoa berkata bersama; "Kita sengaja kemari untuk memberi selamat kepada Pangcu kalian yang baru, entah Pangcu kalian sudi memberi muka kepada kami?" sebagai tamu ingin menemui Pangcu, adalah jamak, tuan rumah tidak bisa menolak.

Terpaksa Cu Tan-ho menjawab Samar2: "Pangcu baru sudah ditunjuk, cuma belum menerima jabatan secara resmi Silakan kalian tunggu sebentar."

Selagi Cu Tan-ho me-nimang2 apa perlu dia keluarkan perintah untuk menangkap atau mengusir Bu Su-tun. Bu Su- tun sudah bertanya lebih lanjut: "pangcu baru sudah ditentukan tiada gunanya dirahasiakan kenapa kalian tidak memberi kesempatan aku bicara sama dia?"

Hong Hwe-liong kertak gigi, katanya: ""Baiklah, kalau kau mendesak biar kuberitahu kepadamu Pang cu kita yang baru adalah Siang-keh-po Pocu, Kongsun Ki Kongsun Tayhiap yang namanya menggetarkan kalangan Kangouw, Dia adalah murid Cu-tianglo yang baru saja diterimanya menjadi anggota Pang."

Sekilas Bu Su-tun meienggong, tiba2: "Hahaha ..." dia tertawa tiga kali. "Keparat Apa yang kau tawakan?" hardik Cu Tan-ho.

Sorot mata Bu Su-tun yang tajam berwibawa beralih kearah Kongsun Ki, kembali dia gelak2 sambil mendongak, serunya; "Tayhiap" Pocu? He, he he, Ha, ha, ha. Kalian luPa untuk menambahkan sebuah julukan lagi kepada Kongsun Ki."

"Apa2an maksud perkataanmu ini?" sentak Hong Hwe- liong,

"Memangnya kau belum tahu? Kongsun Ki adalah babah mantu dari raja negeri Kim?"

Bagai mendengar guntur ditengah hari bolong, seluruh hadirin menjadi gempar dan ribut.

Berdiri alis Bu Su-tun, sorot matanya berkilat, bentaknya dengan bengis: "Kau menjadi antek negeri Kim, sudah menjadi musuh umum rakyat negeri Song kita, mana boleh menjadi Kaypang Pangcu?"

"Tutup mulut," hardik Cu Tan-ho, "Kularang kau memfitnah orang disini." telapak tangannya terus di-ayun, maksudnya hendak mendorong mundur Bu Su-tun.

Bu Su-tun tetap berdiri tidak bergeming, katanya dingin: "Cu-tianglo, kau benar2 tidak tahu atau pura2 tidak tahu? Kau harus tahu, jikalau babah mantu raja negeri Kim menjadi pangcu Kaypang, bukan saja Kay pang bakal celaka, seluruh lapisan kaum persilatan akan mengalami akibatnya pula, semua insan didunia ini takkan membiarkan kesalahan ini berlangsung. Kau adalah Susiokku, aku tidak akan bergebrak dengan kau. Tapi kalau kau tetap hendak melindungi murid pengkhianat ini, mengusirku lagi. terpaksa aku tidak mengindahkan omonganmu lagi."

Cu-sa-ciang yang diyakinkan Cu Tan-ho dulu pernah juga menjagoi Kangouui, namun pukulannya tadi sebelum menyentuh badan Bu Su~tun Sudan terasa adanya tenaga kuat laksana tembok membendung pukulannya. Insaf kepandaian Bu Su-tun memang sudah tinggi, bercekat hati Cu Tan-ho. Demi Gengsi dan pamornya terpaksa dia tarik kembali pukulannya.

Bahwa seluruh hadirin sedang gempar dan ribut Kongsun Ki sendiri justru tenang2 saja, Katanya tawar: "Coba kalian pikir ayahku berada disini, jikalau benar aku jadi antek musuh, masakah aku berani menemui ayahku? Hong-suheng, kalian percaya dia tunduk bukan?

jikalau asal usulku kurang jelas, masakah Hong-suheng terima mengalah memberikan jabatan Pangcu ini kepadaku? Tapi aku tidak akan menyalahkan Bu Su-tun, dia sendiri ingin jadi Pangcu, sudah tentu dia harus mencercah aku.

Yang benar, aku sendiri sih tidak begitu besar hasratku untuk jadi Pangcu, yang terang Bu su-tun adalah murid yang diusir dan berkhianat terhadap Pang kita, dia pandai bicara dan melontarkan tuduhan dan fitnah kepadaku Maka diapun tidak setimpal untuk menduduki jabatan pangcu ini."

0rang2 yang tidak tahu seluk beluknya persoalan merasa ucapan Kongsun Ki beralasan terutama dia menampilkan ayahnya, maka banyak orang yang tun duk dan percaya akan obrolannya. Tapi duduk perkaranya yang sebenarnya belum dibikin jelas, sulit diperdebatkan akhirnya keributan tebang kembali Kongsun In sendiri setengah percaya setengah curiga melihat sikap putranya yang tenang, diapun bungkam saja. Bu Su-tun mencak2 seperti kebakaran jenggot baru saja dia hendak membongkar kejahatan dan dosa Kongsusi Ki, cu Tan- ho sudah angkat bicara: "Benar, Bu Su-tun adalah murid pengkhianat Pang kita, hari ini dia datang bukan sebagai tamu, berani menghina dan memfitnah Pangcu kita dan mencampuri urusan Kaypang, tamu sekasar dan jahat seperti ini, Kay-pang takkan sudi melayang Bu Su_tun kau pergi tidak?"

Karena perintah Cu Tan-ho, delapan murid besar Kaypang segera merubung maju mengepung Bu Su-tun. jelas perkelahian takkan bisa terhindar lagi, ti~ba2 terdengar sebuah suara nyaring merdu berkata: "Nanti dulu Aku bisa membuktikan bahwa Bu Su-tun bukan murid pengkhianat."

Tampak dua bayangan orang bagai burung terbang meluncur ketengah gelanggang, yang

depan Hong-iay mo-li dibelakangnya adalah Siau-go-kan- kun.

Melihat kedatangan H0ng-Iay-mo-li bergetar jantung Kongsun Ki, air mukanyapun berubah, tapi perubahan ini hanya sekejap saja, lekas sekali dia sudah pulih pada sikapnya yang tenang penuh keyakinan.

Hong-lay-mo-li langsung menghadap gurunya lebih dulu. saking senang, Kongsun In sampai ber-kaca2 matanya, katanya: "Yau-ji, kau baru datang? Baik sekali kedatanganmu Aku sedang kebingungan karena tidak tahu seluk beluknya, ada berita apa yang kau tahu lekas katakan."

Seluk beluk yang dimaksud Kongsun in adalah persoalan Bu Su-tun dengan Kongsun Ki melihat gurunya menangis, tak enak hati Hong lay-mo-li, hatinya membatin: "Biarlah kejahatan Kongsun Ki dibongkar oleh Bu Su-tun, aku cukup menjadi saksi saja."

Kedudukan Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kan-ku cukup dikenal oleh seluruh anak murid Kaypang, maka begitu mereka masuk gelanggang, suasana ribut tadi seketika sirap, semua penting mata lebar2 menunggu perubahan yang bakal terjadi selanjutnya.

Dengan kehormatan menyambut tamu agung, Hong Hwe- liong terima kedatangan Hong-lay-mo-li, katanya dingin: "Liu Lihiap, cara bagaimana kau bisa membuktikan dan menjadi saksi Bu Su-tun?"

Nyata Cu TVn-ho lebih keras, tanpa sungkan segala, katanya: "Liu Lihiap, Kau adalah Lioklim Beng-cu. Loklim dan Kaypang biasanya seumpama air sumur dan air sungai Kaypang mengadakan pembersihan kedalam, adalah persoalan intern Kaypang, orang luar mana boleh jadi saksi segala?"

"Orang yang menjadi saksi akan kebersihan Bu Su-tun sebetulnya adalah Lo-pangcu kalian

yang terdahulu, jadi bukan aku" demikian debat Hong-lay- mo-li, "Soal pembersihan kedalam perguruan adalah urusan intern kalian, dan aku hanya mewakili Lo-pangcu Pang kalian untuk menjelaskan duduk Persoalan yang sebenarnya. Nanti setelah kuterangkan jikalau kalian tetap berpendapat Bu Su- tun harus diusir dari Pang, itu adalah urusan kalian."

Hong Hwe-liong sudah mendapat firasat bahwa Hong-lay- mo-li agaknya sudah tahu akan rahasia itu, sebagai orang yang menjadi biang keladi dalam Persoalan ini, menjadi ciut nyalinya, maka dia mundur ke-samping tak banyak tingkah dan bicara lagi. Cu Tan~ho sendiri menjadi Bungkam setelah Hong-lay-mo li ajukan dirinya sebagai wakil suhengnya Lo- pangcu yang terdahulu, terpaksa diapun minggir kesamping, mendapat kesempatan Hong-iay-mo-li iantas keluarkan Pak- kau-pang itu serta diangkatnya tinggi, serunya lantang:

"Tentunya hadirin tahu Pak-kau-pang ini adalah miilik Ha Tianglo kalian, sebetulnya Ha Tiang-lo mengutus muridnya Kiong Hou bawa Pak-kau-pang ini untuk menjadi saksi Bu Su- tun, sayang ditengah jalan Kiong Hou berlima dicegat jago2 Kim dan akhirnya menemui ajalnya semua, Hari itu kebetulan aku lewat dan berhasil merebut Pak-kau-pang ini dari tangan musuh, Silakan kalian lihat, didalam bambu ini ada tersembunyi rahasia."

Sampai disini, tiba2 "Serr" sejalur angin dingin melesat datang, untung Siau-go-kan-kun berdiri didepan panggung, lekas dia kebaskan kipasnya seraya membentak: "Siapa yang membokong? ' itulah ilmu tutuk jarak jauh, tenaga jari menimbulkan angin dingin, bisa melukai orang tanpa sikorban menyadari terlebih dulu.

Dengan kebasan kipasnya Siau-go-kan-kun berhasil gagalkan bokongan orang, namun diapun

merasa dingin mengigil keruan hatinya heran bukan maim Kongsun Ki dan Cu Tan-ho jelas tidak menunjukkan gerak gerik yang mencurigakan dihadapan umum terang takkan berani bertingkah Lalu siapakah si pembokong ini?

Sebaliknya Hong-lay-mo-li tahu siapa pembokong dirinya ini, namun mengingat persoalan Bu Su-tun lebih penting maka persoalan ini dia kesampingkan lebih dulu.

Maka Hong-lay-mo-li keluarkan surat rahasia dari dalam bambu, serta dibeber dan dibaca dengan keras. Waktu dia membaca sUrat peninggalan dari Ha Tiang-io K0ngsun In maju mendekat didepan panggung melindungi keselamatannya-

Seperti diketahui surat itu berisi dua titik persoalan penting, pertama menjelaskan tugas penting Bu Su-tun untuk menuntut balas sakit hati keluarga dan negara atas perintahnya (Siang Gun-yang), menyelundup ke Gi-lim-kun negeri Kim dan berusaha membunuh Wanyan Liang.

Kedua, tahu ajalnya sudah dekat maka ia meninggalkan pesan menyatakan bilamana Bu Su-tun kelak berhasil dengan jasa2nya yang besar, kedudukan Pangcu harus diwariskan kepada Bu Su_tun" setelah membaca habis Hong-lay-mo-li angsurkan surat itu kepada Hong Hwe-liong, "katanya; "Silakan tunjukan kepada para Hiangcu, Thosu dan Tongcu Pang kalian, coba periksa apa benar ini tulisan asli Lo-pangcu kalian?"

Dibawah kesaksian sekian banyak hadirin ada K0ngsun in disamping pula Hong-lay-mo-li yakin Hong Hwe-liong dan Cu Tan-ho takkan bernyali besar berani merobek atau menghancurkan surat peninggalan Siang-Iopangcu.

Muka Cu Tan-ho membesi hijau Hong Hwe-liong hanya tertaWa getir yang dipaksakan, ia terima surat itu seraya berkata: "Benar, memang surat ini tulisan tangan guru -

(Lo-pangcu) para hadirin sudah mendengarnya dengan jelas, kukira tak perlu diperlihatkan kepada mereka lagi."

Setelah membuktikan kebenaran surat peninggalan gurunya Hong Hwe-liong lantas menghampiri Bu Su-tun, katanya: "Bu~sute aku tidak tahu bila kau mendapat tugas rahasia dari Suhu. harap Hiante suka ma afkan kesalahanku!"

"Kalau demikian Hong-suheng sudi menarik balik putusan semula dan merehabilitir nama dan kedudukanku didalam Kaypang? Perlu kunyatakan lebih dulu, aku hanya ingin kembali keharibaan Kaypang, tiada niatku kembali merebut jabatan pangcu."

"Bahwa Bu-sute bekerja karena perintah, jadi bukan mendurhakai negara dan bangsa menyerah kepada musuh, sudah tentu boleh kembali ke Kaypang, Soal jabatan pangcu, kita boleh mencari cara lain untuk memutuskannya."

Hanya belasan orang tokoh2 Kaypang saya yang tahu akan perihal Bu Su-tun membunuh Wanyan Liang tapi karena waktu itu Cu Tan"ho dan Hong Hwe-liong mengatakan batok kepala itu palsu, maka mereka pun tak berani percaya bahwa batok kepala itu adalah tulen. Maklumlah sebagai seorang raja yang dilindungi puluhan laksa Pasukannya betapa gampang untuk membunuh Wanyan Liang? Maka merekapun curiga bahwa BU Su-tun memang mengatur muslihat untuk mengejar kedudukan belaka.

Dalam suasana masih ribut dari perdebatan para hadirin Hong Hwe-liong kembali lompat

keatas pang-gung, katanya; "Persoalan Bu-sute sudah beres, tak perlu diperdebatkan

lagi, Rapat besar hari ini yang penting adalah memilih calon dan mengangkat pangcu baru."

sambutan dari bawah panggung amat ramai, ada yang bilang: "Kabarnya Bu Su-tun yang membunuh Wanyan Liang entah benar tidak? Kalau benar, maka dialah yang pantas mewarisi

kedudukan ini." tapi ada juga yang bilang: "Apakah benar Kongsun Ki adalah babah mantu raja Kim? Kita tidak tahu, Cu- tianglo bilang dia pernah mendirikan pahala besar, entah pahala besar apa yang dimaksud? '

Ada pula yang berseru: "Keduanya sama2 punya tanda2 kecurigaan, demi mengurangi Perdebatan yang berteie2 lebih baik biar Hong-hiangcu saja yang tetap meneruskan jabatan Pangcu ini, bukankah lebih gampang dan tepat"

"Kongsun Sute," kata Hong Hwe-liong. "tibalah saatnya kau angkat bicara."

Ditengah keributan orang banyak dengan gesit Kongsun Ki lompat naik keatas panggung katanya lantang: "Harap hadirin tenang sebentar, biarlah aku nyatakan isi hatiku" dia kerahkan Lwekang tingkat tinggi, mengantar suaranya kedalam kuping seluruh hadirin dekat maupun jauh, murid2 Kaypang yang hadir berkantong lima tingkat kepandaian mereka sudah kelas satu, maka suara Kongsun Ki seketika membuat sirap seluruh keributan- Dengan kalem dan antap Kongsun Ki mulai berpidato: "Aku sebagai murid baru yang belum punya pengalaman dan bakat, kedudukan pangcu jelas aku tidak berani menjabatnya, Tapi tadi sudah disiarkan tuduhan yang menyangkut nama baikku, terpaksa aku harus membela diri, Harap tanya Bu-suheng, kau katakan aku babah mantu raja negeri Kim, entah putri ra-ja yang mana menjadi istriku?"

"Putri itu jelas sudah cukup diketahui oleh seluruh hadirin. Dia bukan lain adalah Giok-bin-yau-hou yang nama busuknya sudah terkenal dikaiangan Kang~ouui, nama aslinya adalah Jilian Ceng-poh, Giok bin-yau-hou semula adalah putri salah seorang Komandan Gi-lim-kun dari negeri l_iau, sejak negerinya musnah dan dicaplok negeri Kim maka putrinya itu diangkat oleh Wanyan Liang sebagai putri angkatnya."

"O, kiranya perempuan siluman yang busuk itu?" serempak orang2 dibawah panggung mulai mencaci maki kebusukan Giok-bin-yau-hou. Malah ada orang yang pernah melihat Kongsun Ki memang bergaul intim dengan Giok-bin-yau-hou, tak tahan segera angkat suara tanyanya:

"Kongsun Ki, sebetulnya apa hubunganmu dengan perempuan siluman itu? Kertapa kalian pernah gaul intim? Lekas bicara terus terang."

Sikap Kongsun Ki tenang dan wajar, katanya kalem: "Benar, Giok-bin-y0u-h0u adalah istriku yang kedua memang aku pernah diangkat jadi babah mantu raja negeri Kim, Tapi hadirin harap tenang dan sabar, jangan marah, biar kuterangkan alasanku." 0rang2 dibawah Panggung sama membentak: "Alasan apa?" "Alasan apa?"

Setelah menelan liur Kungsun Ki lantas melanjutkan: "Nah Giok-bin-yau hou berada disini, apakah hadirin ingin melihatnya?"

Seketika orang2 dibawah panggung yang kenal dan pernah melihat Giok-bin-you-hou celingukan, tapi kecuali Hong-lay- mo-li terang tiada perempuan kedua yang hadir, kembali orang banyak bertanya beramai2: "Dimana? Dimana?"

Kongsun Ki ter-loroh2 panjang, katanya: "Nih, berada disini," tiba2 dari buntaian yang dipanggul dipunggungnya dia keluarkan sebuah batok kepala manusia terus diacungkan dihadapan orang banyak-

"Silakan dilihat tegas aPakah ini benar batok kepala Giok- bin-yau-hou? Aku sendirilah yang membunuhnya." batok kepala ini pernah direndam dengan air obat, sehingga mengkeret kecil sebesar kepelan tangan, namun bentuk rupanya masih tetap hidup seperti sedia kala. orang2 yang pernah melihat muka Giok"bin-yau-h0u masih mengenalnya baik-

Sydah tentu permainan Kongsun Ki ini bukan saja membuat hadirin melengak heran sampaipun Hong-lay-mo-lipun merasa diluar dugaan, tak nyana Kongsun Ki tega turun tangan keji membunuh Giok-bin-yau-hou, sungguh mengkilik ngeri bulu kuduknya.

Pelan2 Kongsun Ki letakan batok kepala itu dipinggir panggung, lalu katanya lebih lanjut dengan takabur: "Hendaklah hadirin suka mengerti? Balnya aku sudi mempersunting Giok-bin-yau-hou karena dia diangkat sebagai tuan putri oleh raja negeri Kim, salah satu putri angkatnya yang paling disayang lagi, hanya menjadi babah mantu raja negeri Kim baru aku ada kesempatan mendekati Wanyan Liang"

Selanjutnya Cu Tan-ho menambahkan "Tadi aku bilang Pangcu baru ada mendirikan pahala besr-r bagi nusa dan bangsa, maksudku adalah persoalan ini. Setelah pertempuran di Jay-ciok-ki dari kota raja negeri Kim tiba2 tersiar kabar bahwa Wanyan Liang tiba2 mati, rahasia kematiannya sudah tersiar luas, dan siapakah pembunuh Wanyan Liang? Yaitu Kongsun Ki." Obrolan kedua pihak memang masuk diakal, orang-orang yang tidak tahu seluk beluknya mau saja percaya dan anggap jelas sudah duduknya perkara, serem-pak banyak yang bersorak dan memuji akan tindakan Kongsun Ki.

"Kongsun Sute berhasil membunuh Wanyan Liang, jasanya besar, maka dia pantas menerima jabatan pangcu sesuai dengan pesan Lo-pangcu. Tentunya hadirin tiada yang menentang lagi?"

Kongsun Ki pura2 bersikap rikuh dan bingung, katanya goyang tangan: "Tujuanku hanya memberikan keterangan yang sesungguhnya untuk mencuci nama baikku sajai soal jabatan pangcu segala, terus terang aku tidak berani menerimanya."

Semakin dia menolak semakin besar tekad para kajem (kaum jembel) itu mengangkat dirinya, maka beramai2 mereka berseru: "Siapa membunuh Wanyan Liang, dialah yang menjadi Pangcu, itulah pesan terakhir Lo-pangcu, merupakan permintaan kita pula, Begitulah aturan dan ketentuannya, tak usah ditolak lagi-"

Kalau hadirin tidak tahu duduk persoalannya, sebaliknya Hong-lay-mo-li palinig jelas akan seluk beluk atau liku2 persoalan rumit ini. Setelah suasana rada tenang segera dia tampil kedepan dan membentak bengis;

"Kongsun Ki, kau... kau tidak tahu malu, apa benar Wanyan Liang kau yang membunuh?"

"Sumoay, kau, kenapa kau berkata demikian? Me_mangnya siaPa yang membunuh Wanyan Liang kalau bukan aku?"

Kongsun In justru lebih percaya kepada Hong-lay-mo-li, seketika pucat mukanya, hampir saja amarahnya meledak, cu Tan~ho berada disampingnya, lekas dia membujuk: "Kongsun-cianpwe, murid memang dekat tapi anak lebih dekat, jangan kau hanya Percaya sepihak saja." mendengar ucapan Cu Tan-ho serta melihat mimik muka Kongsun Ki seperti penasaran hatinya menjadi bimbang, mulutnya yang sudah terbuka hendak memaki ditelannya kembali, batinnya

'Apakah didalam persoalan ini masih ada salah paham lainnya? Biar kudengar apapula yang hendak dikatakan binatang ini?"

Karena ditanya oleh Kongsun Ki, demi menegakkan kebenaran lagi, maka Hong-lay-mo-li tidak hiraukan hubungan sesama saudara seperguruan segala-

Dengan suara tegas dan tandas dia berkata: "Bu Su-tunlah yang membunuh Wanyan Liang, aku sendiri yang menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri."

Laksana meliihat batu hancur dan bumi merekah seluruh hadirin menjadi gempar mendengar ucapan Hong-lay-mo-li- Kongsun Ki dan Bu Su-tun sama2 mengakui sebagai pembunuh Wanyan Liang, jelas satu diantara kedua orang ini ada yang membual.

Tapi menurut situasi dan keadaan lebih masuk diakai bila Kong-sun Ki sebagai babah mantu Wanyan Liang mempunyai banyak peluang untuk membunuhnya. Tapi Hong lay mo-li memberi kesaksian pula bahwa Bu Su-tun yang membunuh Wanyan Liang, sebagai Loklim Beng-cu, jelas Hong-lay-mo-li tidak ada paedahnya berbohong didalam hal ini? Sudah tantu hadirin semakin bingung dan tenggelam dalam pemikiran yang tidak menentu, maka tiada orang yang bsrsuara-

Kongsun Ki bersikap tenang, katanya; "o, kau sendiri ada menyaksikan? Aneh sekali kalau begitu Sumoay, harap tanya dimana kau pernah melihatnya?"

"Diatas sebuah puncak di Jay-ciok-ki- Disanalah tempat pangkalan pusat Wanyan Liang mendirikan kubu2nya-"

"Bagaimana keadaan waktu itu?" tanya Kongsun Ki. "Kaum genlya dibagian utara bergabung dengan pasukan

Song yang menyebrang sungai menggempur kedudukan pusat pangkalan musuh, Akhirnya Wanyan Liang melarikan diri ditengah2 kancah pertempuran itulah Wanyan Liang terbunuh oleh Bu Su-tun, Waktu itu Bu Su~tun masih sebagai salah seorang perwira tinggi dari pasukan Gi~lim-kun mereka, selalu berada disekitar raja negeri Kim itu."

"Oi jadi terbunuh ditengah kancah pertempuran? Kalau demikian orang2 pihak kalian belum menyandak Wanyan Liang bukan? Kalau tidak buat apa harus Bu Su-tun sendiri yang turun tangan dengan menyamar jadi perwira Gi-lim-kun segala."

"Memang kita belum menyandaknya, tapi aku sendiri melihat jelas, Wanyan Liang yang berpakaian kebesaran itu terpanah dulu oleh bidikan Yalu Hoan-ih, lalu dari pasukan Gi- lim-kun yang melindunginya itu lompat keluar seorang perwira serta membacok kutung lehernya, Dan perwira itu bukan lain adalah Bu Sutun, bukan kau."

"Sudah tentu aku bukan perwira itu, Tapi aku masih menyangsikan kau tetap salah melihat orang," demikian debat Kongsun Ki-

Song Kim-kong, Toh Sng-liang dan lain2 waktu itupun hadir dan ikut menyaksikan peristiwa bersejarah ini, tak tahan serempak mereka berdiri tanpa bev-janji, katanya: "Apa yang dituturkan Liu-Lihiap waktu itu, kamipun menyaksikan juga, jikalau dia seorang salah lihat, masakah kita juga salah lihat?"

Cu Tan-ho batuk2, katanya peian2; "Bukan aku tidak percaya terhadap Liu-bengcu dari Loklim, juga bukan tidak percaya para Enghiong, namun kukira persoalan ini masih ada tandas lain yang lebih mencurigakan."

Sebagai orang yang berdarah panas Song Kim kong segera bertanya marah2: "Apanya pula yang harus dicurigai?"

"Didalam sejarah peperangan pernah terjadi, ra-ja2 mencari seorang duplikat lain yang berdandan dan berperawakan serta berwajah mirip dirinya, disaat mengalami bahaya duplikatnya itulah yang akan dijadikan korban, sementara dia dengan selamat bisa meloloskan diri.

Demikian pula keadaan waktu itu, cara bagaimana kalian berani memastikan orang yang terpenggal kepalanya oleh Bu Su-tun itu memang benar-adalah Wanyan Liang sendiri?" memangnya Cu Tan-bo pandai omong pintar berpidato, diantara orang2 Kay pang yang hadir,

tingkat kedudukannya adalah yang paling tinggi pula, semua anak murid Kaypang sama menjunjung dan menghormatinya pula setelah mendengar penjelasannya, mau tidak mau hadirin menjadi sangsi lagi, kembali suasana menjadi ribut bisik2.

Akhirnya tidak tahan lagi Bu Su-tun sendiri angkat bicara: "Waktu itu aku ada bawa kembali batok kepala Wanyan Liang yang kupenggal kupersembahkan kepada Unsu, setelah UnSu meninggal, batok kepala ini entah ada disimpan Hong-suheng tidak? Kalau masih ada siiakan bawa keluar, tulen atau palsu segera akan dibuktikan."

"Benar." timbrung Song Kim-kong, "Tidak sedikit yang hadir pernah melihat Wanyan Liang, kita bisa membuktikannya ber- sama."

"Begitupun baik, memangnya sudah kuduga hati ini bakal terjadi keributan." demikian kata Cu T\m-bo, "Maka sebelumnya sudah kupersiapkan batok kepala itu sudah dibawa kemari""

Song Kim-kong girang, katanya: "Kalau batok kepala itu masih disimpan, silakan keluarkan untuk kita lihat dan periksa bersama."

Hong Hwe-liong segera berseru: "Silakan tiga Hiangcu dari Taytoh tampil kedepan untuk memeriksa bersama." di Taytoh ibu kota negeri Kim pihak Kay-pang ada mendirikan cabang yang dipimpin oleh seorang Hiangcu dan dua orang wakilnya, Selama berkuasa Wanyan Liang menjadi raja empat belas tahun lamanya sudah tentu ketiga Hiangcu ini semua mengenalnya dengan baik.

setelah ketiga Hiangcu itu tiba didepan panggung, para Enghiong yang hadirpun bersama2 merubung maju, baru Cu Tan~ho keluarkan balok kepala itu serta berseru lantang; "Harap kalian periksa dengan teliti, apakah ini batok kepala Ulanyan Liang?"

Dengan seksama orang2 itu mengamati lekat2 bat0k kepala ini memang mirip bentuk rupa Wanyau Liang, namun kulit mukanya sudah kering dan berkeriput bentuknya sudah menyerupai tengkorak, sudah tentu jauh berbeda dengan wajah asli Wanyan Liang dimasa hidupnya, menurut penilaian mereka hanya boleh dikata sedikit mirip saja.

Dengan demikian hal ini tergantung pada orang2 yang ikut memeriksa untuk memberikan keputusannya, bisa mengatakan benar tapi juga bisa saja menyangkal.

Sebetulnya dalam kalangan Bulim pada jaman itu sudah sering dipakai racikan obat2an anti membusuk yang khusus dibuat untuk mempertahankan bentuk mayat aslinya, Tapi tatkala itu sudah empat bulan berselang sejak kematian Wanyan Liang, sehingga Song Kim-kong dan kawannya merasa ragu2 untuk menentukan putusannya.

Namun dengan mata kepala mereka sendiri mereka saksikan Bu Su-tun memenggal kepala Wanyan Liang, tujuan mereka hendak membantu Bu Su-tun, sehingga tidak terpikir oleh mereka bahwa didalam hal ini Hong Hwe-liong dan Cu Tan~ho ada memainkan peranan penting secara licik dan nakal.

Bu Sun-tun sendiri sebetulnya merasa curiga, karena dia sendiri pernah merendamnya dengan air obat yang dia racik sendiri secara rahasia, terang tak mungkin berubah begitu rupa. setelah Song Kim-kong dan lain2 mundur kini tinggal Hong-lay-mo-li dan ketiga Hiangcu yang masih berada didepan panggung memeriksa batok kepala itu, Hong-lay-mo-li sendiri ragu2, akhirnya dia berkata: "Batok kepala ini kukira kurang benar."

"Benar," ketiga Hiangcu bersuara bersama, "Liu Lihiap sudah melihat jelas bukan? Batok kepala ini adalah palsu-"

Ketiga Hiangcu Kaypang ini biasanya jujur dan berjiwa pendekar banyak dikagumi kaum persilatan maka semua hadirin percaya akan apa yang di katakan. Maka suasana kembali ribut Hong Hwe-liong segera lompat naik kertas canggung pula, serunya: "Baiklah duduk persoalannya sudah jelas, kini giliran Kongsun Ki. tadi kau katakan pernah membunuh Wanyan Liang, kau dapat menunjukan bukti apa?"

Kongsun Ki segera menjawab: "Akupun memiliki batok kepala Wanyan Liang." "Baiklah, lekas keluarkan dan tunjukan kepada para hadirin untuk dibuktikan."

Dengan tingkah dibuat2 Kongsun Ki mengeluarkan sebuah kepala orang dari buntalannya katanya: "Silakan periksa, apakah ini yang asli atau Palsu-"

Seketika hadirin saling beradu pandang, ternyata batok kepala orang yang dikeluarkan ini masih terpelihara baik sekali mirip dimasa hidupnya, memangnya tidak salah batok kepala Wanyan Liang-

Ketiga Hiangcu Kaypang itu serempak berkata "Benar, batok kepala ini memang tidak salah."

Hadirin diam dan suasana hening, kini giliran Hong-lay-mo- li yang periksa batok kepala itu, namun dia mengulapkan tangan, katanya: "Tak usah periksa lagi, memang ini yang tulen."

Membesi hijau muka Bu Su-tun, hatinya sakit seperti disayat2- Hatinya sedih bukan lantaran dirinya terfitnah secara penasaran sedih karena Susiok dan suheng yang biasa dia h0rmati ternyata bersekongkol dan ada main dengan Kongsun Ki.

Kenapa mereka menukar yang asli menjadi palsu dan yang palsu menjadi asli? Hanya ada satu penjelasan. Mereka sudah menempuh arah sehaluan dengan Kongsun Ki, bersekongkol

dan terima menjadi antek kerajaan Kim. mengatur tipu daya untuk merebut kedudukan Pangcu Kaypang, jelas bagi Bu Su-tun. kini kedua opang ini bukan lagi susiok atau Suhengnya, tapi mereka adalah musuhnya yang utama. Dan hal ini merupakan ciri yang paling ditakuti dan amat dikuatirkan oleh Kongsun Ki.

Cu Tan-ho bergelak tawa, katanya: "Sekarang persoalan sudah jelas seluruhnya, tak perlu diperdebatkan lagi-"

Dalam pada itu Hong Hwe-liong yang berada diatas panggung sedang bersuara: "Kini persoalan sudah terang seluruhnya, sesuai dengan pesan Lo-pangcu dan atas persetujuan seluruh saudara seperguruan adalah pantas kalau minta Kongsun Sute menerima warisan jabatan

Sebelum "pangcu terucapkan, tiba2 Hong-lay-mo-li berseru menyela: "Nanti dulu." Hong Hwe-liong melengak, tanyanya: "Liu Lihiap, ada omongan apa?"

"Batok kepala yang dibawa Kongsun Ki memang tidak salah, namun persoalan ini jelas kurang benar?

Berubah air muka Hong dan Cu berdua, menyingkir dari sorot pandang Hong-lay-mo-li berkata Hong Hwe-liong dengan suara rada gemetar: "Liu Lihiap, apa maksudmu?"

"Dalam pertempuran hari itu jelas Wanyan Liang tidak membawa duplikat, malah disaat Wanyan Liang terbunuh sudah lama Kongsun Ki melarikan diri."

Cu Tan-ho menjengek dingin, katanya: "Pertempu-ran segaduh itu, umpama kata kau melihat jelas? Kalau Kongsun Ki waktu itu tidak disana, lalu dari mana dia memperoleh batok kepala ini?"

Hong-lay-mo-li tertawa dingin, katanya; "Justru untuk hal ini aku mohon keterangan

dari kalian berdua."

Menghijau kaku muka Cu Tan-ho, katanya mendelik Hong- lay-mo-li: "Liu Jing-yau, bicaralah terus te rang saja."

"Cu-tianglo, masa kau anggap ucapanku kurang jelas?

Kongsun Ki adalah muridmu, batok kepala yang dipenggal Bu Su-tun kau pula yang menyimpan dan membawanya kemari, lalu kenapa yang asli jadi palsu dan yang palsu jadi asli? Kalau tidak minta kau yang menjelaskan memangnya siapa yang bisa menerangkan."

Dari malu Cu Tan-h0 jadi gusar, serunya lantang: "Kurangajar, Bukankah secara tidak langsung kau menuduh akulah yang menukar kedua batok kepala itu?" "Kukira kau sendiri pula yang bisa memberi jawabannya."

Sudah tentu hadirin semakin gempar. Maklumlan Hong-lay- mo-li memang orang luar yang mereka segani, namun Cu

Tan-ho betapapun adalah Tianglo mereka sebelum ada bukti yang konkrit, mana bisa mereka percaya bahwa Tianglo mereka memang berbuat curang menukar kedua batok kepala itu?

"Liu Jing-yau," seru Hong Hwe-Hong, "kau hadir disini sebagai Lokim Bengcu, kami tetap menghormatimu. Tapi kau berani memfitnah se-mena2, Kaypang tidak akan pandang kau sebagai tamu lagi."

Melihat situasi tetap menguntungkan dirinya, Cu Tan-ho lantas Pura2 bersikap bijaksana, katanya: "Liu Jing-yau, kupandang muka guru dan Suhengmu, tuduhan yang se- mena2 dan tak terbukti tidak akan kami ulur panjang, Tapi akupun ingin bertanya satu hal kepada kalian." lalu dia berpaling kepada Bu Su-tun, ta-nyanya; "Su-tun, Bukankah Hun Ji-yan adalah calon istrimu?"

Tidak sedikit murid2 Kaypang yang kenal baik ayah beranak Hun Tiong-giok yang punya hubungan jn-tim dengan Lo- pangcu mereka» namu tiada orang tahu bahwa Hun Ji~yan adalah calon istri Bu Su-tun. Kini mendengar pertanyaan Cu Tan~ho keruan mereka meraba heran.

Bu Su-tun sendiri rnerasa heran sahutnya: "Benar Suhu sendiri yang mengikat perjodohan ini sebelum aku menunaikan tugasku di Taytoh, Memangnya kenapa?"

"Tidak apa2, aku cuma ingin tahu kebenaran hal ini " lalu dia berpaling kepada Hong-lay-mo-li, tanyanya: "Liu-bengcu, kabarnya Hun Ji-yan adalah saudara angkatmu benar tidak?"

"Memang hubunganku dengan Hun Lihiap laksana saudara sepupu, Terserah apa yang ingin kau katakan mengenai hubunganku ini."

"Kalau begitu takkan salah lagi Seluk beluk persoalan ini sudah jelas tak perlu banyak tanya lagi, Liu-bengcu kau orang luar, urusan Kaypang tak usah kau turut campur."

Maksud perkataan Cu Tan-ho cukup keji dan jahat, sudah tentu hadirin mengerti kemana juntrungan perkataannya, secara tidak langsung menuduh Hong-lay-mo li bekerja demi hubungan pribadi dan sengaja membela Bu Su-tun, melalui Bu Su-tun yang diperalat hendak menguasai Kaypang dan menjadikan Kaypang sebagai salah satu unsur Loklim yang dibawahinya. Dan yang lebih keji lagi hal ini tidak dia jelaskan secara langsung sehingga Hong-lay-mo-ii tidak mampu membela diri.

Urusan sudah terlanjur sedemikian jauh, namun Hong-lay- mo-li masih bimbang untuk membongkar kebejatan Kongsun Ki dihadapan ayahnya, sementara pi-hok Kaypang percaya dan kena dihasut oleh Cu Tan-ho, seketika berkobar amarah mereka serempak disana sini semua ber-kaok2: "Benar, urusan Kaypang bisa kami utus sendiri. Liu Jing-yau, kembali saja

urus kaum Loklimmu sendiri."

"Peduli siapa yang membunuh Wanyan Liang, Pangcu kita harus bertekad kerja demi kepentingan Pang kita, opang luar tak usah mengunggulinya, apalagi orang luap yang hendak jadi pangcu kita,"

Saking gemes Hong-lay-mo-li sudah kertak gigi, namun baru saja dia hendak buka suara. Tiba2 sebuah suitan panjang kumandang dari kejauhan keributan orang2 Kaypang kelelap oleh suitan panjang ini. waktu semua orang berpaling, tampak dari sana mendatangi serombongan tamu, yang terdepan adalah Tang Hay-liong tertua dari Su-pak-thian- iimu silat Tang Hay-liong mungkin belum termasuk top, namun tingkat kedudukannya tinggi nama tenar pamor tinggi, punya hubungan intim dengan Lo-pangcu yang terdahulu, maka kedatangannya disambut meriah oleh pihak Kaypang,

Biasanya Tang Hay-hong merajai lautan timur, walau jejaknya sering berada di Tionggoan, namun belum pernah melewati daerah utara Huangho, Melihat kedatangannya yang diluar dugaan ini, diam2 Cu Tan-ho menggerutu dan was2, namun terpaksa dia harus menyambut alakadarnya, katanya: "Tang-wan-heng, angin apa yang meniupmu kemari? sedemikian banyak teman2 yang kau bawa, sungguh menambah semarak rapat besar Kaypang kita."

Tang-hay-liong gelak2, katanya: "Cu-tiangio, apakah kedatangan kita terlalu banyak? Terus terang yang kemari hanya sebagian kecil saja, masih ada sebagian besar belum lagi masuk gunung."

Sudah tentu Hong Hwe-liong dan cu Tan-ho kaget, katanya dengan muka keren: "Rapat besar Pang kita hendak menentukan pengganti Pangcu baru, tak nyana banyak juga kawan2 luar sehaluan yang berdatangan tanpa diundang. Tapi sedapat mungkin kita akan menyambut dengan senang hati lalu kenapa pula teman2 Tanguian-heng tidak masuk gunung? Memangnya kau tidak menyambut semestinya?"

"Aku tahu rapat kerja intern Kaypang kalian, kini datang tanpa diundang memang kurang hormat- Tapi terpaksa kita harus bertindak karena ada sesuatu urusan penting, dan teman2 itu tidak ikut kemari lantaran persoalan penting itu." "Ada persoalan apa, harap Tanguian-siansing men-jelaskan"

Tang-hay-liong lantas berseru lantang: "Aku kemari untuk memberikan kabar kepada Kaypang, entah kalian sudah tahu bahwa didaiam Toa-cu-sia didepan sana ada ratusan Busu negeri Kim sembunyi, yang memimpin pasukan pendam ini adalah Ulanyan Tiang-ci, komandan Pasukan Gi-lim-kun istana raja Kim."

Toa-cu-sia terletak disebrang Siu-yang-san, merupakan selat sempit yang harus dilalui kalau hendak menuju ketempat rapat ini, jaraknya ada tiga puluhan li, disana bisa menutup mulut Siu-yang-san, Keruan pihak Kaypang menjadi gempar karena jalan keluar mereka sudah ditutup oleh pasukan pendam negeri Kim

"Tapi hadirin diharap tak usah kuatir," demikian Tang-hay- liong berkata lebih lanjut dengan suara lantang, "pasukan pendam musuh di Toa-cu-sia sudah diawasi oleh adikku Say- ci-hong dengan banyak kawan2 yang tidak ikut masuk gunung itu. Mereka mengawasi kalian namun secara diam2 kitapun mengawasi gerak gerik mereka, umpama ada apa2 yang mencurigakan orang2 kita akan segera menyusul tiba dan merintangi mereka, dalam jangka satu jam mereka baru akan tiba disini, Dan tugas kita sekarang yang terpenting adalah harus secepatnya membekuk keluar mata2 yang terpendam didaiam Kaypang kalian."

Kembali suasana menjadi kacau, disana sini orang berteriak: "Apa, dalam Pang kita ada mata2 musuh?" lekas Cu Tan-ho menarik muka, katanya dengan be-ngis: "Tanguian- siangsing, dengan alasan apa kau berani berkata demikian?"

Bu Su-tun tiba2 tampil kemukai serunya. "Aku bisa buktikan bahwa pang kita memang ada mata2 musuh."

Semakin membesi kaku muka Cu Tan-ho, bentak-nya: "Bu Su-tun, sudah sepuluh tahun kau meninggalkan Kaypang, kau tahu apa? Bukti apa yang bisa kau tunjukan? Hm, perbuatanmu yang terkutuk tidak kita ulur panjang, kini kau hendak menimbulkan gelombang pertentangan diantara sesama saudara dalam Kaypang, mengadu domba lagi?"

Yang terang kabar yang disampaikan Tang-hay-liong benar2 amat menggemparkan seluruh gelanggang, Cu Tan-ho jelas takkan kuasa mengatasi suasana lagi, Serempak hadirin menyambut ucapan Bu Su-tun: "Siapa? Siapa dia?"

"Lekas tunjukan siapa mata2 musuh?" caci maki Cu Tan~ho kepada Bu Su-tun men-jad kelelap oleh keributan ini.

Tahu situasi sudah menjadi panas terpaksa Hong Hwe-liong memberi kesempatan Bu Su-tun naik keatas panggung untuk bicara, setelah berada dipanggung Bu Su-tun lantas angkat kedua tangannya menentramkan suasana, lambat laun keributan orang2 Kaypang mulai reda dan akhirnya sirap sama sekali.

Cara bagaimana Hong-lay-mo-li membongkar intrik Kongsun Ki dengan Cu Tan-ho dan Hong Hwe-liong?

Apakah tega Kongsun in membunuh putranya yang khianat dan durhaka?

Kuatkah pihak Kaypang membendung serbuan pasukan negeri Kim yang dipimpin Wanyan Tiang-ci?

(Bersambung ke Bagian 41) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar