Pendekar Latah Bagian 25

 
Bagian 25

Bagai ular sakti ujung tali ini membelit tiang layar, ditengah gelombang besar itu ternyata kapal kecil Khing Ciau terseret mendekati kapal besar itu. Lekas Khing Ciau cabut pedang terus membacok, tahu2 Kim Cau-gak mengayun tangan kirinya pula.

"Wut" seutas tali panjang yang lain lagi2 terbang me- lingkar2 laksana naga hidup, belum lagi bacokan kedua Khing Ciau mengenai sasaran, "plak" lengannya tahu2 kesabet sehingga pedangnya terlepas jatuh, untung tali besar itu tidak menjirat dirinya.

Sat-lotoa menghardik murka: "Lokoay jangan takabur." serempak dia gerakan kedua tangannya dengan kencang dia tarik dan pegang kedua tali itu, kedua pihak lantas adu kekuatan tenaga dalam.

Betapapun Lwekang Sat-lotoa setingkat lebih rendah, kapal kecil itu masih terseret juga, untung dengan kekuatan Jian- kin-tui kaki Sat-lotoa masih bisa berdiri tegak dan kokoh tak bergeming dari tempatnya berdiri.

Untung Lwekang Khing Ciau sekarang maju berlipat ganda, kalau tidak mungkin lengannya sudah tersabet putus, kini hanya terasa kesemutan saja tanpa terluka sedikitpun. Lekas Khing Ciau jemput pedangnya lagu "Cras, cras" dua kali tabas dia bikin putus kedua tali yang ditarik kencang itu. Karena kehilangan tekanan, kebetulan ombak mendampar tiba pula, sehingga kapal kecil ini mumbul keatas, Cin Long- giok gentayangan hampir roboh, lekas Khing Ciau menariknya terus dibawa masuk ke-dalam kamar.

Mendadak kehilangan keseimbangan, meski Sat-lotoa gunakan kekuatan Jian-kin-tui untuk pasang ku-da2, tak urung dia harus berputar dua kali baru bisa berdiri tegak sementara Kim Cau-gak yang berada di-atas kapal karena tenaga tarikannya teramat besar, tali mendadak putus. "Bluk" kontan dia mencelat mundur dan jatuh duduk diatas geladak.

Kebetulan sebuah pusaran gelombang besar menerjang tiba, kapal kecil itu kebetulan terseret keda-lam pusaran terus keterjang air meluncur ketempat yang jauh. Begitu berdiri Kim Cau-gak segera mencak2, teriaknya: "Kejar, hayo kejar, tumbuk kapal itu biar karam."

Kapal Hoan Thong ini seluruhnya ada tiga puluh dua anak buahnya, serempak mereka pegang dayung terus bekerja keras, menerjang arus air terus mengejar datang.

"HayoIah adu jiwa saja!" Khing Ciau sudah nekad dan beringas Pedang dilolosnya, dia siap menerjang naik keatas kapal besar dan bertempur sampai titik darah penghabisan.

"Jangan!" cegah Sat-lotoa dengan suara kereng, "Memangnya berpeluk tangan saja melihat kapal kita keterjang pecah?"

"lngin adu jwa bukan demikian caranya." dalam mereka bicara itu, kapal perompak yang besar itu sudah mengejar dekat tinggal beberapa tombak lagi.

Sebetulnya Khing Ciau sudah kalap dan tak hiraukan bujukan Sat lotoa hendak terjang kekapal musuh, tiba2 didengarnya Sat-lotoa berteriak keras: "Berdirilah tegak dan tancap kakimu kuat2 disebelah kiri dengan memberatkan badan." mendadak Sat-lotoa putar haluan, tidak lari kedepan, dia malah menerjang balik menumbuk ekor kapal besar. "Blang" air muncrat ke tengah udara menimbulkan gelombang besar, kontan kapal kecil itu sampai terlempar mumbul keatas seperti naik awan. Sat-lotoa berdiri diujung kanan sementara Khing Ciau berdiri diujung kiri, keduanya sama2 mengerahkan Jian-kin-tui badan mereka seberat ribuan kati sehingga gerakan kapal kecil ini tetap tenang dan seimbang, meski kapal kecil ini oleng miring kekanan kiri, untung Khing Ciau bertindak cukup cepat karena peringatan Sat-lotoa, sehingga kapal itu tidak terbalik.

Kejadian berlangsung teramat cepat kapal kecil itu kembali dipermainkan dipuncak gelombang pasang setinggi gunung, kali ini kebetulan meluncur kearus air yang bergerak dengan cepat, dihembus angin ribut lagi maka kapal kecil itu seketika meluncur pesat kedepan, sekejap mata saja gelombang juga sudah mulai mereda, laju kapal mulai tenang, Waktu Khing Ciau angkat kepala, dilihatnya kapal besar itu sudah ketinggalan jauh disana tinggal setitik bayangan hitam kecil, agaknya masih terbendung didalam amukan gelombang besar.

Sat-lotoa menghela napas lega, katanya. "Beruntung Thian melindungi kita, lekas kau tengok keadaan nona Cin."

Bergegas Khing Ciau memburu datang memapah Cin Long- giok, nampak raut mukanya pucat pias, kaki tangan dingin sekali, Untung Cin Long-giok masih bisa bicara dengan suara gemetar: "Setelah muntah darah, hatiku malah merasa longgar. Cuma kaki tangan saja yang terasa lemas dan dingin."

Legalah hati Khing Ciau, tiba2 terasakan olehnya laju kapal kecil ini amat pelan tidak terombang ambing lagi, Keruan Khing Ciau menjadi kuatir katanya: "Kapal besar itu lajunya lebih cepat, kesulitan masih bisa kita hadapi, eh, kenapa mereka tidak mengejar kemari?" ternyata setelah dia celingukan, bayangan kapal besar itu sudah tidak kelihatan lagi. Kembali kapal itu mulai bergerak2 seperti meronta dalam ketenangan, waktu So-lotoa memperhatikan arus air, kebetulan mereka mengikuti arus air yang mengalir deras, seharusnya kapal tidak bergetar demikian, keruan hatinya merasa heran.

Sementara itu Khing Ciau sudah merebahkan Cin Long-giok dan memeriksa keadaan sekelilingnya, tiba2 didapati dasar kapal sebelah samping papannya pecah dan berlobang kecil, air laut sedang merembes masuk dengan deras.

Keruan kejut Khing Ciau bukan kepalang dengan telapak tangannya lekas dia menyumbat lobang itu. Namun tekanan air laut cukup besar, papan yang pecah itu semakin besar dan sumbatan telapak tangan Khing Ciau tak kuasa menahan merembesnya air laut, terpaksa Khing Ciau gunakan punggungnya untuk menyumbat lobang yang membesar itu.

Setelah topan berlalu, cuaca kembali cerah, kembali mereka lewatkan siang hari itu ditengah lautan, besok adalah pembukaan pertemuan di Hwi-liong-to Namun dengan kapal yang sudah berlobang semakin membesar itu, mati hidup mereka bertiga jadi persoalan.

Tanpa terasa sang waktu berlalu dengan cepat, tahu2 bulan sabit menongol keluar dari ufuk timur, suasana malam ditengah lautan nan cerah ini amat tenang dan lelap. Tapi mereka bertiga justru masih harus bergulat mati2an melawan malaikat elmaut, keruan hati gundah dan tidak tentram, cepat atau lambat kapal kecil ini akhirnya pasti akan tenggelam.

Mereka mengalami gelombang badai besar ditengah lautan, berjuang mati2an melawan musuh yang menghabiskan tenaga pula, setelah sehari semalam ter-katung2 ditengah lautan, ransum hilang air tawarpun lenyap, dalam keadaan lemas lapar dan dahaga lagi, sudah tentu keadaan mereka semakin payah, terutama Khing Ciau betapapun kuat badannya, harus menyumbat lobang yang pecah dengan punggung lagi, lama kelamaan badannya menjadi kaku dan dingin, demikian pula pikirannya sudah memang setengah sadar.

Karena air sudah tergenang didalam kapal, betapapun kuat Sat-lotoa pegang kemudi lama kelamaan dia kewalahan juga, tiba2 didengarnya Khing Ciau merintih waktu dia berpaling dilihatnya Khing Ciau tengkurap lemas, badannya hanyut keterjang air bah yang membanjir masuk dari lobang besar itu, Keruan bukan kepalang kejut Sat-lotoa, lebih celaka lagi, karena kemudi sudah kehilangan manfaatnya. tiba2 terdengar suara keras dan kapal kecil inipun bergetar keras, kira nya menumbuk sebuah batu karang besar, dasar kapal pecah air menerjang masuk, cepat sekali kapal kecil ini sudah mulai tenggelam.

Khing Ciau gigit lidah, sekuatnya dia empos semangat, meraih Cin Long-giok serta memeluknya erat2. Dalam keadaan seperti ini tiada harapan untuk lolos dan selamat lagi, katanya getir: "Adik Giok, Syukurlah bahwa Thian memberi berkah kami untuk mati dalam waktu yang bersamaan."

Disaat2 jiwa menunggu ajal itulah, tiba2 terdengar suara kibaran keras, sebuah kapal cepat laksana anak panah berlaju mendekati kapal kecil mereka yang hampir karam ini, lalu terdengar sebuah suara perempuan berkata: "Lekas tolong mereka!" dari dalam kapal ini muncul enam gadis, dua orang menarik satu, Khing Ciau bertiga lantas diseret naik keatas kapal itu.

Berada diatas kapal yang kelihatannya dipajang serba mewah ini, sungguh Khing Ciau merasa lega dan berada didalam sorga, hatinya ragu2 mengira dirinya berada didalam impian belaka.

Seorang gadis keluar dari kamar perahu, tanyanya: "Kalian ini siapa?"

Waktu Khing Ciau angkat kepala, seketika kagetnya bukan main, sebaliknya reaksi Cin Long-giok amat spontan, bergegas dia meronta hendak bangun seraya memaki: "Kau siluman rase ini, kau..." agaknya dia kira perempuan dihadapannya ini adalah Lian Ceng-poh,

Gadis itu melengak, lekas sekali dia sudah tersenyum, ujarnya: "Agaknya kalian belum sadar benar, ai, nona secantik ini terendam didalam air sehingga basah kuyup, hayo lekas papah dia masuk kekamar dan ganti pakaiannya."

Khing Ciau tenangkan diri, semula dia kira gadis didepannya ini adalah Jilian Ceng-sia, namun Jilian Ceng-sia jauh lebih muda dari Lian Ceng-poh, suaranyapun berbeda sebaliknya gadis dihadapannya ini usianya kira2 sebaya dengan Lian Ceng-poh, boleh dikata merupakan duplikatnya.

Cuma tangan gadis ini memegang sebatang seruling, dandanannya jauh tak sama dengan Lian Ceng-poh dan lagi sikapnya yang gagah dan berwibawa dan kereng ini, terang Lian Ceng-poh takkan bisa memalsukannya.

Maka dengan suara lirih dia berbisik dipinggir telinga Cin Long-giok: "Dia bukan siluman rase." Cin Long-giok sudah empas empis tak bertenaga, setelah mendengar bisikan Khing Ciau. legalah hatinya, maka dia diam sewaktu dirinya dipapah masuk kedalam kamar.

Diantara mereka bertiga Lwekang Sat-lotoa terhitung paling tinggi, pengalaman Kang-ouwpun jauh lebih luas, meski kehabisan tenaga, namun pikirannya masih jernih, tanyanya: "Harap tanya tempat apakah ini?"

"lnilah Hwi-liong-to," sahut gadis itu, "Siapakah kalian?"

Sudah tentu girang Sat-lotoa bukan kepalang, segera dia keluarkan panah undangan itu, katanya: "Aku menerima Lok- lim-cian Tocu kalian, untuk hadir dalam pertemuan besar orang2 gagah itu." Seorang dayang menyeletuk: "O, jadi kalian tamu undangan Tocu. panah undangan ini memang benar, Tapi kami bukan penyambut tamu, tak berani membawamu keatas pulau, untung kapal Lamkiong Thocu tak jauh dari sini, biar kuantar kau kesana saja."

Khing Cau diam2 mengeluh, batinnya: "Lamkiong Thocu yang dimaksud tentu Lam-sam-hou. Celaka bila kami masuk kemulut harimau."

Tiba2 gadis itu berkata: "Tak usahlah, Kalian tidak melihat mereka sudah kaku kedinginan? Diantar kesana hanya membuang2 waktu saja, menolong orang lebih penting, lekas bawa pulang saja, ada apa2 aku yang bertanggung jawab."

Para dayang itu tak berani banyak bicara lagi, sambil mengiakan segera mereka bekerja menurut apa yang diperintahkan. Cepat sekali kapal ini sudah sampai di Hwi- liong-to dan mendarat.

Setiba diatas pulau gadis itu tukar naik kereta. Khing Ciau bertiga sekereta sama dia, dua dayang menjadi kusir, sembunyi didalam kereta sepanjang jalan ini mereka tidak menemui rintangan tak berarti, gadis itu langsung bawa mereka ketempat tinggalnya, Segera dia pesan para dayang untuk menyiapkan segala keperluan untuk ketiga orang yang ditolongnya, setelah mandi mereka diberi bubur secukupnya, setelah setengah kenyang, hati lega pula, badan masih penat, rasanya ngantuk ingin tidur.

Tahu2 datang seorang dayang lain berkata: "Siang-kong, Siocia mengundangmu untuk bicara."

Khing Ciau kaget, katanya: "Hanya aku saja seorang?" "Ya, Silakan Khing-siangkong ikut aku."

Apa boleh buat terpaksa Khing Ciau mengikuti dayang ini masuk ke ruangan dalam, setiba disebuah ka-mar, dayang itu mengetuk perlahan serta berseru "Hamba sudah membawa tamu kemari."

Dari dalam terdengar jawaban gadis itu: "Baik, silakan masuk, Kau boleh tak usah melayaniku lagi."

Dayang itu mengiakan, pelan2 dia dorong pintu menyilakan Khing Ciau masuk lalu menutup pintu pula, terus berlalu.

Khing Ciau ragu2, katanya: "Terima kasih akan pertolongan Siocia, entah ada petunjuk apa?"

Gadis itu tersenyum, ujarnya "Khing-siangkong, nyalimu sungguh teramat besar!"

Keruan bukan kepalang kejut Khing Ciau, serta merta tangannya meraba gagang pedang, Lekas gadis itu berkata pula dengan tetap tertawa: "Khing-siang-kong tak usah gelisah. Kalau hendak mencelakai kau, buat apa tadi aku menolongmu? Kau ini pahlawan penentang penjajah Kim, aku amat kagum kepadamu, silakan duduk."

Rada lega hati Khing Ciau, tapi hatinya dirundung berbagai pertanyaan, tanyanya: "Siapa kau? Kau undang aku kemari, ini..."

"Khing-siangkong, mungkin kau ter-heran2 karena wajahku mirip dengan seseorang yang amat kau kenal bukan? Kami tiga bersaudara sejak kecil berpisah. Aku adalah adik dari siluman rase yang kau maki itu."

Ternyata gadis ini adalah Jilian Ceng-hun. setelah berpisah dengan Bu-lim-thian-kiau, dia menjelajah Kanglam untuk mencari Toacinya Jilian Ceng-poh. Belakangan dia mendapat kabar bahwa Hwi-liong-to-cu akan mengadakan pertemuan besar dari komplotan bajak laut, sekaligus hendak menyambut kedatangan Kim Cau-gak dan cicinya sebagai tamu agung, wajahnya mirip dengan sang cici, sebelum dia memperkenalkan diri, Hwi-long-tocu sudah tahu bahwa dia adik Jilian Cengpoh, maka segera kedatangannya disambut dengan segala kebesaran dan kebebasan, sebuah gedung diperuntukan tempat tinggalnya sendiri, disuruhnya beberapa dayang melayani segala keperluannya.

Besok hari pertemuan, sampai hari sudah petang Kim Cau- gak dan cicinya belum kunjung tiba, maka Jiliam Ceng-hun segera berlayar sendiri hendak menyambutnya ditengah jalan, tak kira cicinya tidak ketemu, ditengah gelombang badai itu dia malah menolong Khing Ciau bertiga.

Setelah tahu siapa gadis dihadapannya, Khing Ciau masih melongo dengan kaget, Jilian Ceng-hun seperti dapat meraba isi hatinya, katanya tertawa: "Sepak terjang ciciku sedikit banyak sudah ku ketahui sungguh tak kira bahwa dia nyeleweng kejalan sesat, maksud kedatanganku kemari adalah hendak membujuknya kembali kejalan lurus. Khing-Siangkong, kau memakinya, apa kalian ada dendam permusuhan?

Bolehkah pandang mukaku untuk menyudahi permusuhan ini?"

Sudah tentu pertanyaan ini sulit untuk dijawab, setelah berpikir berkata Khing Ciau: "Harap siocia maafkan, terus terang cayhe sulit untuk memberi jawaban. sebaliknya bila Siocia merasa sikapku ini kurang dapat diterima, terserah apapun keputusan siocia akan kuterima dengan senang hati."

"Kalau kau punya kesulitan, tak usah diperbincangkan lagi, Memang perbuatan ciciku terlalu dicela oleh kaum persilatan diseluruh jagat ini, Kau adalah pahlawan bangsa, betapapun aku anggap kau sebagai tamu disini, harap jangan terlalu curiga."

Sikap Jilian Ceng-hun yang terus terang mengharukan Khing Ciau, segera dia menjura dan katanya: "Kalau demikian, aku mohon diri saja."

"Harap sukalah tunggu sebentar, harap tanya apakah Khing-siangkong datang dari Ling-an?" "Benar, ada urusan apa yang ingin Siocia ketahui?" "Kabarnya Liu Jing-yau Liu Lihiap ada kenal baik dengan

Khing-siangkong, apakah diapun berada di Ling-an?"

"Waktu di Ling-an, memang aku bersama dia. Tapi sekarang dia sudah tak disana."

"Bulan yang lalu seorang suhengku she Tam ada pergi kesana mencari dia, apakah mereka sudah bertemu? sudikah Khing-siangkong memberitahu?"

Orang she Tam yang dimaksud adalah Tam Ih-tiong, maka Khing Ciau lantas menjawab: "Mereka sudah ketemu, namun belum sempat bicara terus berpisah lagi."

"Lho, kenapa begitu? apakah..."

Khing Ciau tak mau membicarakan urusan pribadi orang lain, maka dia menjawab tegas: "Terus terang, aku sendiripun tidak tahu seluk beluknya."

Sebentar Jilian Ceng-hun seperti memikirkan apa2, katanya kemudian: "Khing-Siang-kong sudah capai seharian silakan istirahat saja, Besok pagi aku harus menemui Tocu, mungkin tidak menemui kalian lagi, Perlu aku tegaskan kepadamu, aku tidak tahu apa maksud kedatanganmu kaupun tidak perlu jelaskan, tapi kalian harus hati2, jangan sembarangan bertindak disini."

"Ya. Terima kasih akan maksud baik Siocia."

Jilian Ceng-hun panggil dayang tadi suruh mengantar Khing Ciau kembali kekamarnya.

Khing Ciau dibawa ke sebuah kamar tidur seorang diri, maka dia bertanya: "Dimanakah Sat-toasiok yang datang bersamaku itu?"

"Kukira dia adalah pembantumu, kini sudah diberi tempat tinggal yang lain, siocia sudah berpesan maka hamba tidak berani memberi putusan apa2. Malam sudah berlarut silakan Khing-siang-kong istirahat, besok pagi masih ada waktu untuk menemui temanmu itu."

Apa boleh buat terpaksa Khing Ciau suruh dayang ini undurkan diri, Tanpa ganti pakaian lagi Khing Ciau lantas rebahkan diri diatas ranjang. Semula pikirannya masih timbul tenggelam, namun perjuangan mati hidupnya ditengah lautan sehari semalam itu benar2 menguras segala tenaganya, maka tanpa disadari lama kelamaan dia jatuh pulas.

Entah berapa lama kemudian, tiba2 dia dikejutkan oleh suara tambur dan gembreng yang ditabuh riuh rendah, kontan Khing Ciau berjingkrak bangun dari tidurnya, waktu dia melongok keluar jendela, matahari sudah tinggi.

Dayang yang melayani semalam segera mendorong pintu, sapanya dengan tersenyum: "Siangkong sudah bangun. silakan sarapan dulu."

Setelah mencuci muka Khing Ciau segera bertanya: "Suara apakah tambur dan gembreng tadi."

"Hari ini Tocu membuka pertemuan besar orang2 gagah, suara tambur pertanda mereka berkumpul"

"O pertemuan besar orang2 gagah itu sudah di-mulai?" "Tapi siocia ada pesan, kesehatan Siangkong belum pulih

seluruhnya, diharap supaya istirahat saja disini."

"Tidak aku harus melihat kesana, Dimanakah Sat-toasiok yang datang bersamaku?"

"Silakan sarapan dulu, siocia pagi2 sudah keluar, dia tidak lupa berpesan supaya kami menyediakan makanan ini."

Terpaksa Khing Ciau menurut, dengan lahapnya dia habiskan dua mangkok bubur, dayang itu geli dan menutup mulut melihat sikap Khing Ciau yang terburu.

"Nah, hidanganmu sudah kulalap habis, sekarang jelaskan, dimana Sat-toasiok berada." "Sat-toasiok itu sudah keluar, semangatnya sudah pulih, kau tidak usah kuatir."

"Kenapa dia tidak tunggu aku?" Khmg Ciau jadi uring2an "Mana aku tahu? Mungkin dia tidak mau mengejutkan

kau?"

"Laiu bagaimana dengan nona Cin itu?"

"Aku hanya disuruh melayani kau, semalam nona itu tidur sekamar dengan Siocia, orang lain yang melayani dia, aku tidak tahu tentang dirinya."

Serasa dibakar hati Khing Ciau, tanpa hiraukan sopan santun segera dia berlari keluar. Bangunan gedung ini terbagi tiga bilangan, masing2 bilangan dibatasi satu pintu besar, baru saja Khing Ciau menerjang keluar dari pintu tengah ini, dia lantas dicegat seorang dayang.

Khing Ciau memperkenalkan diri dan minta masuk tapi ditolak mentah2 oleh dayang cilik ini, keruan. Khing Ciau melengak tanyanya: "Kenapa tidak boleh masuk?"

"Socia baru saja berpesan siapapun dilarang masuk kekamar mengganggunya."

"Bukankah siocia kalian tadi pagi2 sudah keluar?" "Memangnya barusan datang lagi adik dari siocia yang

duluan."

Bukan kepalang kaget Khing Ciau, pada saat itu pula tiba2 didengarnya suara Cin Long-giok yang berteriak kaget dan takut didalam kamar.

Tanpa banyak cincong lagi Khing Ciau segera tutuk Hiat-to dayang cilik ini terus menerjang masuk, "Blang" pintu kamar dipukulnya terbuka, dilihatnya seorang gadis berdiri menghadap ranjang, membelakangi dirinya, perawakannya mirip benar dengan Giok-bin-yau-hou. sementara Cin Long- giok sedang merangkak bangun, raut mukanya menampilkan rasa kaget dan kuatir.

Baru saja Khing Ciau memburu maju, didengarnya gadis itu berkata dengan tertawa: "Nona Cin, tak usah gugup, berpisah belum ada sepuluh hari, memangnya-kau sudah tidak mengenalku lagi?"

Dari kejut berubah girang Cin Long-giok, tenak-nya: "Sia-ci, kiranya kau."

"Khing-siangkong kebetulan kau sudah datang." waktu gadis ini berpaling, dia memang Jilian Ceng-sia.

Ternyata sejak berpisah dengan Khing Ciau berantai hari itu Jilian Ceng-sia langsung menyebrang sungai bersama Yalu Hoan-ih, sayang sekali setelah mereka tiba di Kangpak, sehari sebelumnya Bu-lim-thian-kau sudah pergi jadi tidak bertemu.

Seperti diketahui Yalu Hoan-ih mendapat tugas dari atasannya untuk menyelundup ke selatan sebagai spion untuk menyelidiki situasi dan keadaan kerajaan Song, mumpung sudah berada di Kangpak langsung dia kembali kepangkalan memberikan laporan hasil muhibahnya.

Sudah tentu jendral Tengkalu atasannya itu tidak tahu bahwa laporan Yalu Hoan-ih merupakan saringan yang memang sudah menjadi rahasia umum di-selatan, ternyata Tengkalu juga mendapat laporan2 spion2 lainnya, cuma tidak lebih terperinci dari pada laporan Yalu Hoan-ih. maka dia diberi hadiah dan di-pujinya dengan muluk2.

Diluar tahu Tengkalu bahwa Yalu Hoan-ih secara diam2 sedang merancang suatu komplotan untuk memberontak serta mendirikan lagi kerajaan Liau di negerinya, dikiranya bawahannya ini setia dan bekerja giat demi kepentingannya.

Maka sehari kemudian kembali Yalu Hoan-ih diutus untuk pergi ke Hwi-liong-to menjadi mata2 pihak Kim pula, Kerajaan Kim memang sudah mengutus Kim Cau-gak sebagai wakilnya, namun Kim Cau-gak sebagai Kok-su, berkedudukan tinggi, maka dia tidak perlu memberi laporan kepada Tengkalu, apalagi antara Kim Cau-gak dengan Tengkalu memang saling sirik dan saling ber-muka2 di hadapan Wanyen Liang, jadi secara diam2 mereka sedang berebut kekuasaan dan kepentingan.

Ditengah lautan Yalu Hoan-ih dan Jilian Ceng-sia juga kebentur angin topan yang besar itu, maka hari menjelang subuh baru mereka sampai ditempat tujuan. Jilian Ceng-sia mempunyai raut muka yang mirip dengan kedua saudaranya, maka kedatangannya disambut dengan senang hati dan langsung diantar ketempat kediaman cicinya. Sementara Yalu Hoan-ih tinggal ditempat penampungan bagi2 tamu2 agung.

Kebetulan Cin Long-giok tidur dikamar Jilian Ceng-hun, waktu Ceng-sia masuk kekamar tidur sudah tentu girang bukan main, seorang dayang lantas menceritakan kejadian semalam, maka Ceng-sia larang si dayang membawa siapapun kemari.

Lalu dia sendiri menjaga dipinggir pembaringan Waktu Cin Long-giok bangun pandangannya belum jelas, dia salah sangka orang sebagai Giok-hin-yau-hou maka dia berteriak kaget.

Setelah tahu sang Piaumoay tidak kurang suatu apa barulah lega hati Khing Ciau, apa lagi berkumpul pula dengan Jilian Ceng-sia, tanyanya: "Adik Giok, bagaimana keadaanmu?"

Cin Long-giok coba gerakan kaki tangan. sahutnya tertawa: "Baik sekali, cuma tenagaku yang masih lemah."

"Lekas kau makan sekadarnya dulu, segera kita menghadiri pertemuan besar itu."

"Memangnya sudah kusediakan." ujar Jilian Ceng-sia, dia angsurkan semangkok kuah tim ayam. Setelah mengucapkan terima kasih Cin Long-giok lantas habiskan kuah ayam itu, setelah merias diri sekadarnya dan ganti pakaian, bersama Khing Ciau dan Ceng-sia bertiga mereka segera berangkat. Sudah tentu Khing Ciau tidak lupa membebaskan tutukan Hiat-to pada dayang yang ditutuknya tadi serta minta maaf kepadanya.

Diatas Hwi-liong-to (pulau naga terbang) ini terdapat sebuah gunung, tempat pertemuan diadakan dise-buah lapangan berumput yang luas dibawah gunung.

Tampak kepala manusia berjubel2 memenuhi lapangan berumput ini, masing2 terdiri tiga kelompok bundaran, dilereng gunung juga tidak sedikit jumlah orang2 yang berdiri disana

Jilian Ceng-sia berbisik: "Aku dan Hoan-ih datang sebagai perutusan Jenderal kerajaan Kim, jangan sampai tujuan dan hubungan kami diketahui orang luar, jikalau nanti ada terjadi keributan terpaksa aku pura2 tidak tahu menahu, jangan kalian nanti salah paham akan sikap kami berdua."

"Aku tahu," sahut Khing Ciau, "tujuan kami hanya mencari berita saja, kalau tidak terpaksa pasti tidak turun tangan"

"Baik, kalau begitu kami berpencar dan bergerak sendiri2." ujar Jilian Ceng-sia, langsung dia memasuki gelanggang dan menuju ketempat duduk yang khusus disediakan untuk tamu2 perutusan agung mencari Halu Hoan-ih. sementara Khing Ciau berdua berjubel dengan orang banyak dilereng gunung.

Waktu itu Hoan Thong sedang berpidato dan hampir berakhir, Hwi-liong-to-cu adalah pimpinan umum untuk pertemuan besar ini, kini persilakan To-cu keluar bertemu dengan para hadirin sekalian menyampaikan sepatah dua patah!" Para hadirin banyak yang belum pernah melihat muka Hwi- liong-to-cu, maka semua orang sama pasang mata menunggu orang muncul.

Dengan suara lirih Khing Ciau bertanya kepada seorang yang berdiri di-sampingnya: "Apa saja yang dikatakan oleh Hoan Thocu ba-rusan?"

"Dia bilang pasukan Kim tak lama lagi bakal menyerbu ke selatan, maka dia undang para orang2 gagah dari berbagai golongan yang beroperasi di selatan dan utara aliran sungai sama merundingkan tujuan serta menentukan arah, untuk itu perlu dipilih dulu seorang Beng-cu. Sst, jangan banyak bicara, tuh To-cu sudah keluar."

Tepat ditengah2 lapangan terdapat sebuah batu hijau besar yang bagian atasnya datar licin laksana sebingkah cermin, tingginya ada dua tombak, Tampak Hwi-liong-to-cu adalah laki2 kekar berbadan kasar dengan muka yang penuh ditumbuhi jambang bauk, dengan enteng orang lompat naik keatas panggung batu. melangkah pelan2 ketengah panggung, setiap langkah kakinya meninggalkan tapak kaki dipermukaan batu yang keras dan lucin itu. Para hadirin yang duduk dekat panggung bisa melihat dengan jelas, bentuk dan dalam setiap tapak kaki itu mirip satu sama lain.

Menurut teori ilmu siiat, untuk meninggalkan tapak kaki diatas batu keras yang diinjaknya, orang harus memliki Lwekang yang tinggi dengan kombinasi ilmu Ginkang yang lihay pula, pada setiap langkah kakinya harus mempunyai bobot dan injakan yang sama dan diperhitungan secara tepat.

Kini tapak kaki Hwi-liong-to-cu tiada bedanya satu sama lain, maka dapatlah dibayangkan bahwa Ginkang dan kemantapan langkahnya dengan gerakan Jian-kin-tui sudah terlatih mencapai taraf yang sudah sempurna, menggunakan tenaga yang seimbang satu sama lain dan lekas sekali sudah bergeser langkah lagi, demikian seterusnya, sungguh merupakan suatu demonstrasi kekuatan dalam yang luar biasa.

Sudah tentu diantara sekian hadirin ada yang ahli ada pula yang keroco, yang terang pertunjukan ini justru berlawanan dengan teori ilmu silat umumnya, keruan mereka sama melongo dan meleletkan lidah.

Maka tokoh2 kosen yang hadir amat kagum dan sama bersorak memuji, sudah tentu anak buah dan komplotannya tepuk tangan bersorak sorai.

Setelah suasana menjadi tenang kembali baru Hwi-liong-to- cu menjura keempat penjuru, katanya: "Terima kasih akan kehadiran para saudara semua dalam pertemuan dlpulau kami ini, seperti apa yang dikatakan Hoan-thocu tadi, pasukan besar negeri Kim sudah siap menyerbu keselatan, maka golongan kita harus cepat2 memilih seorang Beng-cu untuk menentukan arah langkah dan nasib kita semua.

Sekarang juga aku mengajukan seorang, Lo-enghiong yang kuusulkan ini adalah seorang yang berbudi luhur dan terpandang pada kalangan kita semua, bila kusebutkan pasti hadirin sama tunduk kepadanya."

0rang2 yang menerima undangan panah Hwi liong-to-cu sama mengira bahwa Hwi liong-to-cu berambisi hendak menduduki Beng-cu ini, tak kira bahwa dia malah menjunjung orang lain. Sungguh hal ini amat diluar dugaan para hadirin, maka mereka sama pasang kuping, Terdengar Hwi-liong-to-cu berkata pula:

"Lo-enghiong yang kumaksud adalah Liu-cheng-cu dari Jian-Iian cheng."

Liu Goan-ka memang pimpinan Bulim didaerah Kanglam, kalau orang lain yang menyebut namanya, reaksi tentu tidak sehebat ini, kini justru Hwi-liong-to-cu yang mengajukan calonnya, bagi orang2 yang tidak tahu latar belakangnya, sudah tentu sama merasa heran dan ber-tanya2. Komplotan Hwi-liong-tocu dan anak buah Liu Goan-ka sebaliknya sudah tahu akan intrik junjungan masing2, serempak mereka bertepuk tangan memberi aplus dengan sorak sorai lagi, yang tidak tahu apa2, memang biasanya mengagumi Liu Goan-ka ikut2an memberikan suaranya, sementara ada pula yang tidak tahu seluk beluknya kuatir Hwi-liong-to-cu hanya memancing maksud mereka, maka tiada yang berani bersuara.

Agaknya Hwi-liong-tocu tahu akan maksud hati2 orang2 ini, katanya bergelak tertawa: "Liu-locianpwe ada tokoh yang paling kukagumi, beberapa tahun belakangan ini beliau mengasingkan diri sementara aku orang she Cong masib keluntungan mencari nama kosong di Kangouw, Ada sementara orang yang salah paham mengira aku hendak merebut kedudukan Beng-cu ini, bahwasanya setiap menghadapi urusan besar aku selalu mohon petunjuk dan minta adpis kepada Liu-locianpwe, Terutama menghadapi situasi seperti sekarang ini, maka Liu-locianpwe mau tidak mau harus kuseret untuk tampil kedepan."

Liu Goan-ka pelan2 melangkah keluar, tidak kelihatan dia menggerakan kaki tangan, tiba2 badannya mencelat tegak lurus keatas panggung, pertunjukan Ginkang yang tinggi dan sempurna ini, merupakan taraf tertinggi yang diimpi2kan oleh setiap kaum persilatan, kini orang mendemonstrasikan dengan acuh tak acuh, sedikitpun tidak kelihatan hendak pamer kepandaian.

Sama2 mendemonstrasikan kepandaian ilmu sakti, namun tingkat dan kedudukannya jelas setingkat lebih tinggi.

Liu Gon-ka mengelus jenggotnya, katanya dengan tertawa lebar: "Maksud baik Cong-tocu amat mengetuk sanubariku, sebenarnya Lohu sudah lanjut usia, takkan mampu pegang tanggung jawab sebesar ini. Menurut hematku, kedudukan Beng-cu ini lebih tepat kalau dijabat oleh Cong-tocu saja, Lohu dengan suka rela akan membantu sekuat tenaga."

Hoan Thong kembali tampil bicara: "Kukira Liu-cengcu dan Cong-tocu tak usah saling tampik, Menurut pendapatku, didalam situasi seperti sekarang, kita harus mempunyai Beng- cu dan wakil Beng-cu, masing2 menguasai daratan dan perairan baru situasi yang serba gawat ini dapat kita kuasai seluruhnya. Marilah kita junjung Liu-chengcu sebagai Beng-cu, sedang Cong-tocu sebagai Hu-bengcu (wakil), merangkap pimpinan tertinggi para Tho-cu dari perairan Tentunya hadirin setuju akan usulku ini?"

Sudah tentu anak buah Liu Goan-ka dan kamrat2 Hwi- liong-to sama tepuk tangan menyatakan setuju.

Liu Goan-ka berseri tawa lebar, katanya: "Para saudara memikulkan tanggung jawab sebesar ini kepadaku, terpaksa biarlah aku bagi tugas sama rata dengan Cong-tocu saja, bekerja demi kepentingan kita semua, Tapi hari ini adalah pertemuan orang2 gagah,.jikalau ada calon pilihan lain yang lebih cocok."

Hoan Thong kembali berteriak: "Liu-chengcu tidak usah sungkan2, kami beramai sama menjunjungmu. Memangnya siapa yang setimpal berebut kedudukan Bengcu ini dengan kau"

Belum habis kata2nya, tiba2 terdengar seorang berseru lantang: "Tunggu sebentar!" seluruh hadirin melongo kaget dan berpaling kearah datangnya suara, kiranya pembicara adalah Thi-pit-su-seng Bun Yat-hoan.

Liu Goan-ka bergelak tawa dibuat2 katanya "Nah, kenapa kami sampai melupakan Bun Tayhiap? ilmu silat Bun Tay-hiap dan kebesaran jiwanya..."

Bun Yat-hoanpun bergelak tawa, segera dia menukas ucapan orang: "Harap jangan salah paham, Bukan aku hendak memperebutkan kedudukan Beng-cu ini. Aku cuma punya isi hati yang perlu kukemukakan dan mohon petunjuk kepada Liu-cengcu."

"Memberi petunjuk aku tidak berani, Bun Tay-hiap silakan bicara."

"Seperti yang dikatakan Hoan thocu tadi, pasukan besar musuh sudah siap hendak menyerbu ke negeri kita, inilah situasi yang genting dan luar biasa, kita harus dapat menghadapinya dengan baik. Harap tanya bila pasukan Kim benar2 menyebrang sungai, cara bagaimana Liu-loenghiong hendak menghadapinya? urusan sebesar ini, demi kepentingan seluruh negara dan bangsa pula, kurasa perlu dibicarakan lebih dulu, baru tepat kalau kita memilih Beng-cu, Benar tidak menurut pendapat hadirin?"

Tidak sedikit diantara hadirin adalah patriot bangsa yang menentang penjajahan musuh, mendengar kata2 Bun Yat- hoan yang ber-api2 ini seketika mereka memberi apIus: "Benar. betul, memang masuk diakal. Biar kita mendengar maksud dan tujuan Liucengcu."

Dasar licin dan licik meski tidak mengira Bun Yat-hoan akan mengajukan pertanyaan seperti ini namun Liu Goan-ka bersikap kalem dan tertawa, jawabanya: "Urusan amat besar artinya, sebetulnya aku memang sudah ingin merundingkan hal ini dengan para hadirin. Menurut pendapatku, bukan saja kita harus memikirkan juga akan nasib kita sendiri, kitapun harus memperjuangkan kepentingan rakyat jelata. Kita sudah mempunyai jalan hidup kita sendiri, memangnya disaat rakyat jelata ketiban mala petaka kita masih tega merampok dan menambah derita rakyat umum-nya?"

"Memang tidak salah, tapi cara bagaimana Liu chengcu hendak pikirkan kepentingan rakyat umumnya itu?" tanya Bun Yat-hoan lebih lanjut.

Sebentar Liu Goan-ka berpikir sambil mengelus jenggot, lalu katanya pelan2: "Soal ini? peperangan antara negeri Song dan kerajaan Kim sudah tak bisa dihindarkan lagi, peduli pihak mana yang menang atau kalah, rakyat jelata yang ketiban malapetaka, asal kita bisa sedikit mendarma baktikan diri, cukup asal bisa mengurangi penderitaan rakyat. Menurut hemadku lebih baik kita tetap bertahan dan mendirikan sesuatu kekuatan sendiri didalam kandang sendiri, bersikap netral. Kalau kami tidak diserang, kamipun tidak menyerang. Gabungan tiga puluh tiga dari kelompok para saudara dibilangan kekuasaan kita ini kukira cukup tangguh meski tidak sebanding pasukan kerajaan Kim dan bala tentara negeri Song.

Kalau doktrinku ini bisa disetujui segera akan kukirim surat kepada jenderal perang kedua musuh yang berhadapan untuk menerangkan tujuan kita. Sekali2 kita tidak akan memberi kelonggaran mereka untuk berperang didaerah kekuasaan kita."

Bicara sampai disini, Ong Ih-ting ketua umum dari tiga belas pimpinan sindikat2 di Thayouw segera tampil bertanya: "Bukankah caramu itu hendak mendirikan sesuatu negara tersendiri?"

"Mau dikata demikian juga boleh, pahlawan bangsa berkat gemblengan situasi, apalagi para hadirin bukankah sudah menjadi orang2 gagah, memangnya kita harus tetap berjuang dan hidup didalam dunia gelap yang malu dilihat orang untuk selamanya? Maka menurut pendapatku, inilah kesempatan baik untuk kita memperjuangkan suatu dunia baru, bukan saja berjuang bagi rakyat umumnya, juga berjuang demi nasib kita dihari depan."

Hwi liong-to-cu bertepuk tangan, katanya: "Beng-cu memang berpandangan jauh dia punya pambek yang besar,! Baiklah aku orang she Cong setuju lebih dulu akan doktrin Liu- chengcu." tidak perlu diherankan bila kamrat2 kedua orang ini segera bersorak sorai memberi suara. Bun Yat-hoan mendengus hidung, baru saja dia hendak buka suara, tiba2 terdengar orang bergelak tawa panjang dan kumandang amat jauh dan keras, suara sorak sorai yang gegap gempita itu se-oIah2 kelelap oleh gelak tawa panjang itu.

Waktu semua orang berpaling kearah datangnya suara, tampak seorang pemuda pelajar serba putih tengah melompat turun dari lereng gunung, ditengah udara bersalto beberapa kali dengan enteng meluncur ketengah gelanggag, sungguh laksana malaikat yang turun dari angkasa, seketika seluruh hadirin melongo dan tertegun kagum. Bagi orang2 yang pernah hadir di Jian-liu-cheng dulu seketika sama berteriak kaget: "Hah, itulah Siau-go-kan-kun!"

Terdengar Siau-go-kan-kun pendekar Latah Hoa Kok-ham berkata lantang: "ltu bukan menentramkan wilayah melindungi rakyat, sebaliknya membuat bencana negara merugikan rakyat. Kita semua sebagai laki2 patriot bangsa Han, kerajaan Kim menyerbu negeri kita, merampas tanah dan membakar rumah kita, memperbudak para saudara kita! Kita sebagai soko guru negara memangnya harus berpeluk tangan? jikalau harus berdamai dan bicara soal tidak saling menyerang dengan musuh, bukankah berarti membuka pintu menyilakan perampok masuk, boleh dikata malah membantu kejahatan menindas keluarga sendiri. Dan lagi kau ingin menentramkan wilayah melindungi rakyat tapi jikalau kerajaan Kim sudah mencaplok negeri Song, memangnya mereka mandah membiarkan kau hidup bercokol didalam wilayahmu sendiri?

Apakah tatkala itu kalian masih tetap akan mengekor di- belakang Liu-chengcu ini menjadi antek dan terima di- perbudak oleh penjajah Kim?"

Uraian panjang lebar yang gagah dan bersemangat ini seketika menimbulkan kemarahan semua hadirin yang berjiwa patriot serta bangkitlah tekad mereka untuk melawan musuh penjajah, malah ada yang tidak hiraukan keselamatan jiwa sendiri mencaci maki Liu Goan-ka.

Anak buah Liu Goan-ka dan Hwi-liong-tocu ada yang tak berani bersuara, tapi ada juga yang berdebat dengan seru sehingga suasana kacau balau.

Liu Goan-ka menepuk sekali tangannya, katanya dengan suara tekanan gelombang panjang: "Jangan ribut! Aku hanya ingin tanya sepatah kata kepada Hoa-sian-sing, Hoa-siansing. mengandal apa kau berani hadir dalam pertemuan ini? inilah pertemuan besar kaum Lok-lim kita di Kanglam, termasuk orang2 gagah dari dua pinggiran sungai Tiangkang perairan dan daratan sementara tokoh2 Kangouw lain yang hadir karena undangan tuan rumah disini. Pertama kau bukan kaum Lok-lim, kedua kau tidak diundang Urusan kita sendiri, kenapa kau turut campur dan banyak cerewet disini?"

Hoa Kok-ham tertawa dingin, jengeknya: "Urusan - besar yang sedang kalian rundingkan menyangkut urusan negara dan bangsa, sebagai seorang rakyat, aku punya hak untuk bicara disini."

Liu Goan-ka mendengus, ejeknya: "Tak diundang kau datang sendiri, itu berarti kau tidak menghargai tuan rumah serta memandang rendah derajatnya tak tahu aturan lagi! pertemuan orang2 gagah kita ini melarang orang luar hadir disini, disini bukan tempatmu banyak bacot. Hayo enyahkan dia dari sini!"

Hwi-liong-to-cu memang sudah siaga, begitu mendengar aba2 Liu Goan-ka, segera dia ayun tangan "Wut" jari2nya segera mencengkram kearah Hoa Kok-ham. Jarak kedua orang masih beberapa tombak, Hoa Kok-ham membuka kipas dan mengebas dengan enteng, maka terdengarlah suara ledakan laksana guntur menggelegar, tanah ditengah2 kedua orang se-konyong2 timbul angin puyuh yang membawa tanah dan pasir membumbung naik ke angkasa. Kedua pihak sama2 mengadu kekuatan tenaga murni, kelihatannya sama kuat dan tanding, tapi dada Hwi-liong-to-cu terasa sesak dan kesakitan, dia insaf dirinya setingkat lebih rendah dari lawan.

Serempak dalam waktu yang sama murid tertua Liu Goan- ka yaitu Kiong Ciau-bun pimpin keenam sutenya mengepung Hoa Kok-ham ditengah2, kedua pihak sudah bergaya dan pasang kuda2 siap bertempur, tiba2 terdengar suara musik berkumandang, diantara gerombolan orang banyak tiba2 tersiak sebuah jalan dari bawah sana menjurus ke atas, kiranya Kim Cau-gak bersama Lian Ceng-poh telah tiba.

Kapal besar yang mereka naiki kemaren mengalami kerusakan besar oleh tumbukan kapal kecil Sat-lotoa yang berlapis besi, untung jumlah anak buah di-atas kapal itu cukup banyak, setelah bekerja keras, baru kapal itu tertolong tidak sampai tenggelam dimakan gelombang badai.

Kebetulan Hwi-liong-to-cu utus sebuah kapal lain untuk menyusul mereka dan bertemu ditengah jalan, maka baru sekarang mereka tiba, Meski terlambat namun kedatangan mereka tepat pada waktunya.

0rang2 yang hadir di Jian-liu-cheng tempo hari sama tahu siapa sebenarnya Kim Cau-gak, maka mereka lantas berbisik2. Yang tidak kenal Kim Cau-gak-pun bertanya kepada teman2nya, maka suasana hening menjadi ramai oleh suara percakapan bisik2 sehingga kedengarannya seperti suara kumbang beterbangan.

Maka seluruh perhatian hadirin tertuju kepada Kim Cau-gak berdua, Maka Hoa Kok-ham, Hwi-liong-tocu, Kiong-Ciau-bun dengan keenam sutenya berhenti tak bergerak.

Tapi Hoa Kok-ham sendiri sudah terkepung diantara mereka, maka dia perlu himpun seluruh tenaga dan mengkonsentrasikan diri, sedikitpun dia tidak hiraukan kedatangan Kim Cau-gak.

Kim Cau-gak pernah dirugikan oleh Hoa Kok-ham, begitu melihat musuhnya yang satu ini seketika berkobar amarahnya, setelah memberi salam hormat kepada Liu Goan ka, segera dia berkata: "Bocah ini lagi yang bikin ribut disini? Hari ini kedatanganku ter-buru2 tidak menyiapkan kado, biar kubekuk bocah ini sebagai persembahanku."

Kim Cau-gak cukup tahu kemampuan Hwi-liong-tocu, dia yakin bila dirinya ikut turun gelanggang, dengan bantuan Hwi- Iiong-tocu seorang, cukup berkelebihan untuk meringkuk Hoa Kok-ham.

Kata Liu Goan-ka: "Tak berani bikin capai Kim-siansing, sudah ada Cong-tocu yang mengawasinya, dia takkan bisa lolos dari Chit-sat-tan murid2ku." agaknya Liu Goan-ka kuatir bila Kim Cau-gak turun geianggang, mungkin bisa menimbulkan kemarahan masa.

Baru saja Kiong Ciau-bun hendak memberi aba2 menggerakan barisannya, tiba2 terdengar seseorang  berteriak: "Tunggu dulu!" suaranya nyaring melengking, itulah suara seorang perempuan, Waktu semua orang angkat kepala, tampak dipucuk gunung seorang gadis dengan mengayun kebutan, seperti naik mega menyetir angin sedang melayang dari atas.

Perempuan ini bukan lain adalah Hong-lay-mo-li Liu Jing- yau adanya.

Sebetulnya Liu Goan-ka sudah mendapat laporan muridnya Kiong Ciau-bun tentang kedok samarannya yang telah terbongkar oleh Hong-lay-mo-li, namun dia belum tahu sampai dimana Hong-lay-mo-li tahu akan kepalsuannya, lekas dia pura2 unjuk tawa girang, sapanya: "Yau-ji, betapa sulitnya aku mencarimu. Mari kuperkenalkan beberapa Enghiong, ini putri..." Tegak berdiri alis Iiu Jing-yau, dengan suara dingin dia menjengek hina: "Bangsat tua, penasaranku karena muslihatmu menipu aku kelak biar kuperhitung-kan, Hari ini tidak kuidzinkan kau menipu orang2 gagah dlseluruh kolong langit ini."

Berubah rona muka Liu Goan-ka, bentaknya: "Yau-ji, gila kau!"

"Nona Liu," Hoan Thong segera menyela bicara, "kalau kau datang sebagai putri Liu-chengcu, aku sebagai paman ini akan menyambutmu dengan senang hati. Tapi entah dihasut oleh siapa kau tidak mengakui ayah, hendak membuat ribut lagi disini, terpaksa aku harus bertindak demi kepentingan umum, inilah pertemuan golongan Lok-lim daerah Kang-lam, atas kedudukan apa kau berani datang kemari?"

Thi-pit-su-seng Bun Yat-hoan tiba2 gelak2, serunya: "Hoan- thocu, kau sudah tahu main tanya lagi, pertemuan kita hari ini kan termasuk orang2 gagah dari perairan dan daratan kedua pinggiran sungai besar? Bukankah Liu Lihiap adalah Lok-lim Beng-cu dari lima propinsi daerah utara?"

Pucat muka Hoan-thong, namun dia masih membandel dan mendebat secara ngawur: "Saudara2 sehaluan sepanjang pinggiran sungai besar boleh ikut hadir, yang dimaksud hanya sepanjang pinggiran sungai belaka, Lima propensi utara yang dijajah kerajaan Kim tidak masuk hitungan, Kaum Lok-lim mengutamakan garis pemisah, kaum Lok-lim didaerah Kanglam hendak memilih Bengcunya sendiri, kita tidak mengundang dan tidak menyambut kedatangan Bengcu dari utara apa segala."

"Hoan-thocu, salah besar ucapanmu itu," sela Ong Ih-ting tampil bicara. "Kembang merah daon hijau memangnya adalah sekeluarga, utara atau selatan sungai besar kenapa harus dibeda2kan? Hoan-thocu sendiri tadi bilang, pasukan Kim sedang siap menjajah negeri kita, kita memangnya harus bersatu padu menghadapi situasi gawat ini, jikalau Beng-cu dari daerah utara sudi datang kemari, memangnya kau undangpun belum tentu bisa datang."

Hong-Iay-mo-li segera tuding Kim Cau-gak dengan kebutnya: "Tua bangka ini adalah Koksu dari negeri Kim, kenapa dia malah boleh hadir dalam pertemuan Loklim kalian?"

Tadi banyak yang masih ber-tanya2 siapa sebenarnya Kim Cau-gak, sudah tentu Koksu dari kerajaan Kim seperti yang dibeberkan Hong-Iay-mo-li seketika membuat gempar hadirin, suasana kembali ribut.

Lekas Liu Goan-ka menimbrung: "Bukankah tadi sudah kukemukakan pendapatku? Kita hanya mengejar ketentraman wilayah dan melindungi rakyat, peduli dengan dua pihak yang sedang berperang asal mereka tidak menyerbu kewilayah kita, kalau aku mengundang Kim-siansing kemari, tidak lain hanya supaya dia tahu akan maksud dan tujuan kita," betapapun licik dan licin serta pandai Liu Goan-ka main debat toh suaranya sumbang dan gemetar

Melihat Liu Goan-ka terdesak, Hwi-liong-tocu segera tampil membantu, katanya: "Maksud tujuan Liu-chengcu adalah maksud tujuanku pula. sebagai tuan rumah, siapa yang suka kuundang aldalah hakku, yang tidak terima tinggalkan panah undanganku dan silakan pergi, Tapi sebelum mendapat persetujuanku hehe, Hwi-liong-to walau bukan kota raja, namun orang luar jangan harap bisa keluar masuk sesuka hati sendiri." secara tidak langsung dia sudah mulai mengancam.

Thi-pit-su-seng Bun Yat-hoan gelak2, katanya "Meski Liu Lihiap tamu yang tak diundang, tapi dia sebagai Beng-cu dari lima propinsi utara. Bukankah tadi Cong-tocu sendiri bilang harus merangkul para saudara dari segala aliran dan golongan untuk memperkuat posisi kita? Kawan sehaluan dari Lom-kim daerah utara sudah berada disini, bila kita menolak kedatangannya diluar pintu, bukankah malah memperlihatkan jiwa sempit dan pandangan cupat kaum Lok-lim daerah Kanglam kita?"

"Betul." seru Ong Hi-ting menyokong, "Koksu dari kerajaan Kim boleh hadir dalam pertemuan Lok-lim kita, Liu lihiap sebagai Liok-lim Bengcu daerah utara sudah tentu harus diterima pula kedatangannya. Memangnya kami ingin mendengar pendapat Liu Lihiap yang berharga."

Didalam kalangan tokoh2 pendekar Bun Yat-hoan punya kedudukan dan nama yang amat disegani, demikian pula Ong Ih-ting punya pamor yang tidak kecil dalam kalangan Lok-lim terutama tiga belas pimpinan bajak di Thayouw semua berada dibawah pimpinannya, meski kekuatan Hwi-liong-to belakangan ini sudah melebar, namun bicara soal kebesaran dan kekuatan masih belum memadai, setelah mendengar uraian kedua orang ini tahu bahwa mereka hanya sirik akan kedatangan Kim Cau-gak dan tidak memperpanjang urusan, betapapun sudah memberi muka kepada Liu Goan-ka, maka sementara diapun tidak berani umbar adat.

Hong-lay-mo-li tertawa, katanya: "Sekarang aku diperbolehkan bicara? Baiklah biar aku membuka segala isi hati serta maksud kedatanganku kemari diha-dapan saudara2 sekalian." tiba2 Hong-lay-mo-li merubah suaranya lebih lantang dan keras, katanya lebih lanjut:

"Saudara2 kita bekerja demi kaum Loklim tapi berbakti demi negara. Walau benar pasukan Kim menyerbu ke selatan, kami pasti akan bangkit melawan musuh dari belakang, sehingga setiap langkah mereka tak bisa berjalan dengan leluasa. Kedatanganku ini adalah ingin minta kerja sama dengan kaum Loklim di Kanglam untuk angkat senjata berjuang membela nusa dan bangsa. Tadi Hoa Tayhiappun sudah membentangkan untung rugi dari situasi yang kita hadapi. Sebagai putra putri bangsa yang patriotik, memangnya kita terima sewenang2 membantu musuh menindas para saudara sendiri? Keruntuhan negara sudah dialami oleh para saudara diutara, ingin kami selekasnya mengusir penjajah dari tanah air kita membebaskan rakyat dan negeri dari kelaliman.

Memangnya para saudara disini sebaliknya terima diperbudak dan ingin mengalami keruntuhan total?"

Sudah tentu seruan Hong-lay-mo-li membuat suasana bergolak, serempak para hadirin sama berteriak2: "Benar, saudara kita diutara sudah angkat senjata melawan penjajah, mana boleh kita mandah berpeluk tangan menonton diluar garis? Apalagi terima menjadi antek musuh menindas bangsa sendiri?"

Bun Yat-hoan mendahului tepuk tangan menyatakan akur, tapi banyak pula orang2 yang takut akan wibawa Liu Goan-ka, maka mereka tidak berani menyatakan pendapat sementara anak buah Hwi-liong-to-cu segera berteriak2 menyatakan tidak setuju.

"Tidak!" Hong-lay-mo-li segera berseru lantang, "Aku hanya ingin berserikat dengan kaum Lok-lim yang sehaluan diselatan ini, Lok-lim-beng-cu di Kanglam ini, sekali2 aku tidak akan berani menjabatnya. Menurut pendapatku, yang paling cocok untuk menduduki jabatan ini adalah Ong-cecu."

Liu Goan-ka jadi merasa dikesampingkan dipinggiran, sudah tentu dia merasa malu dan gusar, seketika timbul nafsunya membunuh, bentaknya: "Kau anak yang tidak berbakti ini, bikin aku mati jengkel saja! Ada bapakmu disini, berani kau mengoceh sembarangan disini, hayo kemari dan berlutut minta ampuni."

Hong-lay-mo-li naik pitam, damratnya: "Bangsat tua. kau..." baru saja dia hendak membeber kedok dan perbuatan jahat Liu Goan ka, Ltu Goan-ka sudah melompat dari atas panggung, "wut" telapak tangannya segera didorong kearah Hong-lay-mo-li. Tahu bahwa Hong-lay-mo-li takkan bisa diperalat lagi, maka Liu Goan-ka menyerang dengan sepenuh tenaga. damparan tenaganya bagai gugur gunung, meski Hong-lay- mo-li sudah putar kencang kebutannya, namun tak kuasa membendung kekuatan pukulannya itu, seketika terasa dada seperti ditindih batu besar, maka mulutnyapun tak kuasa bersuara lagi.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar