Pendekar Latah Bagian 11

 
Bagian 11

Terbalik biji Bun Yat-hoan, "Kim siansing, ilmu tombakmu agaknya harus kau latih lagi lebih matang."

Seperti diketahui dulu Kim Cau-gak pernah tertusuk perutnya oleh Nyo Cay-hien anak buah Gak Hui sampai isi perutnya dedel dowel, ucapan Bun Yat-hoan justru tepat mengorek boroknya, keruan Kim Cau-gak berjingkrak gusar.

Tiba2 terdengar Liu Goan-ka ter-bahak2, dengan langkah lebar ia turun memasuki gelanggang. Sudah tentu hal ini malah kebetulan bagi Kim Cau-gak, maklum kedatangannya ini secara diam2 membawa tugas penting dari raja Kim Wanyan Liang, untuk melaksanakan apa2 yang dibebankan dipundaknya, se-kali2 jejak dan asal usulnya pantang diketahui orang banyak.

Tapi dari nada ucapan Bun Yat-hoan barusan, se-olah2 dia sudah tahu sedikit asal usul Kim Cau-gak, sudah tentu Kim Cau-gak lebih ragu2 dan waspada.

Bun Yat-hoanpun sedang membatin: "Masa Liu Goan-ka sengaja hendak bentrok denganku dihadapan umum?"

Terdengar Liu Goan-ka berkata: "Seni tulisan Bun-siansing tentunya amat bernilai, sayang mataku yang sudah tua ini rada lamur, biar aku lihat dari dekat saja." ditengah bisik2 orang banyak Liu Goan-ka melangkah dengan wajar dan tenang, sudah tentu tindak tanduknya jauh diluar dugaan orang banyak, Bun Yat-hoan sendiri pun melongo, tak tahu apa yang hendak orang lakukan.

Liu Goan-ka melangkah biasa, tapi setiap kakinya melangkah, badannya meluncur tujuh delapan kaki, setapak demi setapak langsung lurus menghampiri bukit2an itu. Tiba2 mencelos hati Bun Yat-hoan, batinnya: "Gadis yang sembunyi dibalik itu entah sudah pergi belum?"

"Apakah karya Bun-siansing ditulis disini?" kata Liu Goan-ka menghela napas, "Aku memang sudah tua tak berguna lagi, berdiri dibawah tak kelihatan, em, terpaksa biar aku manjat saja." dia gunakan istilah manjat, bahwasanya sekali enjot kaki badannya melompat naik k-eatas.

Ditengah tepuk sorai hadirin, tampak badannya melambung naik hinggap diatas dahan pohon 1iu. Tadi Bun Yat-hoan harus salto dulu ditengah udara baru hinggap diatas dahan pohon, sebaliknya badan Liu Goan-ka tetap tegak seperti tongkat, meniru perbuatan Bun Yat-hoan diapun duduk ber- sila, ternyata sedikitpun dahan pohon tidak bergeming. Kelihatannya gayanya tidak seindah Bun Yat-hoan, tapi tokoh2 kosen yang hadir cukup tahu, lompatan lempang tegak keatas dan hinggap dengan enteng seperti itu, tenaga yang menekan diatas dahan pohon lebih besar, Tapi bukan lantaran ini lantas boleh dikatakan bahwa Ginkangnya lebih unggul dari Bun Yat-hoan, paling gerakannya ini jauh lebih sulit dilakukan daripada Bun Yat-hoan tadi.

Liu Goan-ka kebutkan dulu lengan bajunya keatas dinding bukit lalu mendekatkan matanya seperti orang lamur melihat sesuatu yang menarik hatinya, katanya berani "Bun-siansing, sebetulnya adakah kau menulis diatas dinding ini, kenapa aku tidak melihatnya?" habis kata2nya dia lantas lompat turun dari atas.

Seketika suasana seluruh taman sunyi senyap, semua orang terbelalak dan melongo, seperti main sulapan saja, dalam sekejap mata tulisan syair timpalan diatas dinding bukit ternyata sudah terhapus lenyap tak berbekas lagi. Jadi hanya dinding halus mengkilap saja yang barusan dihadapi Liu Goan- ka.

Setelah melengak, hadirin lantas paham, ternyata Liu Goan- ka sudah pamerkan kepandaannya yang sakti, menggunakan lengan bajunya cukup mengusap saja dia sudah hapus huruf2 ukiran Bun Yat-hoan diatas dinding bukit2an itu.

Menggerakan potlot bulu Bun Yat-hoan mengukir tulisan, sebaliknya mengusap lengan baju Liu Goan-ka menghapus ukiran itu, sungguh masing2 mempunyai keunggulan dan kehebatannya sendiri2, sulit dibedakan siapa tinggi dan siapa asor.

Kim Cau-gak memang ingin mereka bentrok segera ia menghasut "Nah inilah baru cocok kau punya tameng aku punya tombak, Bun-siansing, potlot bulumu belum jadi potlot gundul, apa kau ingin menulis syair pula?" Sikap Liu Goan-ka tetap wajar, katanya menjura setiba ditengah gelanggang: "Usiaku sudah tua, mataku lamur, Bun- siansing, boleh kau pilih suatu hari lain yang baik, tolong kau tuliskan pula syair tampilan yang lain untuk hiasan kamar bukuku."

Bun Yat-hoan bergelak tertawa, ujarnya: "Benar, dalam taman ini sudah banyak terdapat buah karya pujangga2 kuno, tulisanku menambah buruk pemandangan saja."

Sikap kedua orang adem ayem, se-olah2 masing2 amat kagum, suasana tegang seketika mulai mereda.

Melihat bentrokan tidak jadi, Kim Cau-gak jadi masgul dan uring2an. Lekas Liu Goan-ka berkata: "Kim-toako, sekarang tibalah saatnya kau pamerkan kepandaianmu!"

"Berbagai kepandaian hebat2 sudah sama dipancarkan. Hari ini kita hadir dalam perjamuan, tentunya arak sudah cukup banyak kita tenggak, kepandaian apa2 aku tak mampu, biarlah aku bermain menyuguh air teh saja kepada hadirin."

Diantara sekian tamu2 yang hadir dalam pesta ulang tahun Liu Goan-ka ini, kecuali Bun Yat-hoan menarik perhatian semua hadirin, Kim Cau-gakpun tidak diketahui asal usulnya pula, malah sikap dan tutur kata Liu Goan-ka begitu mengindahkan kepada-nya, maka semua orang ingin benar melihat sampai dimana tingkat kepandaian silat orang ini.

Disaat semua orang mereka2 dan heran mendengar kata2nya, Kim Cau-gak sudah tiba ditengah gelanggang dan berkata pelan2: "Liu-chengcu, sering aku dengar orang2 di Kang-lam mempunyai seni menikmati minuman teh. Untuk minum teh baik, kecuali daon tehnya yang bagus, harus mengutamakan pula air hujan untuk menyeduh teh, selain itu masih ada pula air lain yang lebih baik mutunya." "Benar, umumnya banyak orang sudah tahu bahwa air yang keluar di Hou-bau-cwan (sumber air harimau lari) dari Ling-in-si di Ling-an adalah yang terbaik. Tapi jarak Ling-an ada ratusan li jauhnya, tak mungkin aku mengirimnya kesini. Tapi aku ada menyimpan air yang khusus untuk menyeduh teh pula, tentunya mutunya jauh lebih baik dari air yang keluar di Hou-bau-cwan itu."

"Air apakah itu ?" semua hadirin ber-tanya2.

"Tahun yang lalu aku berhasil mengumpulkan salju dari sari bunga Bwe di Phoan-hiang-si, setahun lamanya kupendam didalam tanah dengan timbunan bongkah2 es lagi, sampai sekarang sari salju itu belum mencair, tentu nikmat untuk menyeduh teh." sementara itu seorang pembantu rumah tangga Liu Goan-ka sudah memanggul sebuah guci yang berisi salju sari kembang Bwe yang wangi itu ketengah lapangan.

Kata Kim Cau-gak: "Harap Liu-chengcu suka idzinkan aku nanti menghaturkan air teh kepada para tamu, Tentunya hadirin tidak sabar lagi, kalau digodok tentu terlalu lama, biarlah kubantu menyeduh-nya supaya cepat."

Liu Goan-ka tahu bahwa orang ingin pamer kebolehan ilmunya dihadapan umum, segera ia berkata dengan tertawa: "Tanpa membuat api Kim-Loiansing bisa menyeduh teh, sebelum kita kenyang menikmati air teh itu, biarlah mata kita terbuka melihat kehebatan ilmunya yang tiada taranya."

Menghadapi guci berisi salju sari kembang Bwe itu, berkata pula Kim Cau-gak: "Tolong beri pinjam sebuah baskom lagi."

Liu Goan-ka tahu pertunjukan ilmu apa yang hendak orang lakukan, segera ia menjawab: "Juga sudah disiapkan itulah sebuah baskom pualam!"

Dua orang segera menggotong datang sebuah baskom pualam ketengah gelanggang, tampak baskom ini lebih besar dari baskom umumnya, warnanya putih susu, halus dan bersih, terang benda mestika seperti itu tak ternilai harganya, Hadirin sedang heran.

Kim Cau-gak sudah menuang salju sari kembang Bwe itu kedalam baskom, isinya pas memenuhi baskom itu, salju sari kembang Bwe didalam guci memang ada sebagian yang  belum mencair, jadi masih merupakan prongkolan seperti es batu, seluruh gelanggang seketika diliputi bau wangi semerbak yang menyegarkan badan.

Semua hadirin pasang mata dengan cermat, ingin mereka melihat cara bagaimana Kim Cau-gak hendak menyeduh teh tanpa menggunakan api, tampak jari tengah Kim Cau-gak ditusukan kedalam baskom, dengan jarinya ini pelan2 ia mengaduk, mulut mengoceh:

"Aduh, dingin, dingin sekali!" sekejap saja perongkolan salju dalam baskom itu sudah mencair, sebentar lagi mulai mengepulkan uap, dalam setengah sulutan dupa, sebaskom air dari salju sari kembang Bwe itu sudah mendidih, mengeluarkan suara gemerutuk. Kapan hadirin pernah melihat Lwekang sakti seaneh ini, semua berdiri melongo dan terkesima, ada pula yang melelet lidah!

Diam2 Bun Yat-hoan membatin: "Tua bangka ini memang terlalu pongah dan tak bernama kosong, Tapi untuk mengalahkan aku tidak mudah, aku hendak mengalahkan dia juga sulit, biarlah aku menunggu pendekar Latah Hoa Kok- ham baru mencari daya untuk menghadapinya."

Tak nyana bila Bun Yat-hoan tiada minat menempur dia, sebaliknya Kim Cau-gak sengaja hendak cari gara2 kepadanya, Kim Cau-gak menjemput sebuah cangkir pualam, lalu dicomotnya daon2 teh dimasukan kedalam cangkir, sementara jari2 tangan kiri mencomot pula ditengah udara kosong, seketika air mendidih itu menyembur keluar seperti seutas rantai masuk kedalam cangkir, air merata melebihi permukaan cangkir, tapi air teh tidak menetes keluar. Dengan mengacungkan cangkir palam ini Kim Cau-gak berkata kepada Bun Yat-hoan: "Bun-siansing Bun-bu-cwan- cay, aku orang she Kim kagum sekali, nih aku haturkan secangkir air teh kepadamu lebih dulu!" pelan2 jarinya menjentik, cangkir itu terbang kearah Bun Yat-hoan, secara diam2 ia sudah kerahkan tenaga dalamnya yang tersembunyi bila siapa saja menyentuh cangkir itu, air teh panas didalam cangkir seketika akan tumpah, sehingga orang itu dibuat malu dihadapan umum.

Kedua tangan Bun Yat-hoan terselubung didalam lengan bajunya, hakikatnya dia tidak sudi menerima cangkir ini, mulutnya malah menggumam: "Sayang, sayang, membuang2 seguci salju sari kembang Bwe yang mahal ini, walaupun bukan air cuci kaki siibu, air buat cuci tangan mana boleh diminum?"

Aneh benar, waktu cangkir itu terbang sampai di depan Bun Yat-hoan, se-akan2 dibendung oleh sepasang tangan yang tak kelihatan, berhenti sebentar, mendadak berputar kelain arah terus terbang kesamping. Ternyata secara diam2 Bun Yat-hoan meniupnya sekali, dia gunakan kepandaian pinjam tenaga memunahkan kekuatan dari tingkat tinggi, sehingga cangkir itu terbang kearah lain.

Seketika Kim Cau-gak berubah rona mukanya, Baru saja dia hendak marah, tiba2 didengarnya Liu Goan-ka bergelak tertawa, katanya: "Aku ini seorang kasar, tidak perlu pilih barang bersih atau kotor segala, biarlah kuminum saja." dari kejauhan tangannya melambai cangkir itu lantas belok kearahnya dan jatuh diatas telapak tangannya, air panas didalam cangkir berubah seperti tongkat perak mumbul keatas, lekas Liu Goan-ka buka mulut menyedotnya sampai habis.

Karena tuan rumah menempuh jalan tengah dan berusaha melerai, Kim Cau-gak tak enak meneruskan tantangannya kepada Bun Yat-hoan, katanya dingin: "Liu-ang, biar kukembalikan salju sari kembang Bwe-mu tadi, supaya Bun- siansing tidak muring2." lalu diangkatnya baskom pualam itu dengan kedua tangannya terus diangsurkan kehadapan Liu Goan-ka, tampak air salju yang semula mendidih dalam sekejap mata sudah membeku seluruhnya.

Kali ini dia menggunakan Siu-lo-im-sat-kang, dengan kekuatan hawa dinginnya, tidak sulit ia bikin air yang sudah mendidih karena kekuatan jari Lui-sm-cinya tadi menjadi beku.

Betapa hebat kekuatan Lwekang berlawanan seperti ini, memang cukup menggetarkan nyali setiap hadirin, Bun Yat- hoan memang tidak perlu gentar, tapi hatinya rada kejut.

Berkat pengalamannya yang luas ia cukup tahu akan kedua ilmu aneh ini, tapi tidak diketahui olehnya bahwa latihan Kim Cau-gak baru mencapai tingkat ketujuh saja, masih jauh dari kesempurnaan.

Liu Goan-ka tertawa, ujarnya: "Kalian adalah teman baikku, jangan lantaran urusan sekecil ini lantas bentrok, Beruntung kalian sudi mempamerkan kepandaian masing2, orang she Liu harus membalas kehormatan yang besar ini." lalu ia suruh orang membawa baskom salju itu kedalam dan digodok serta menyeduh teh untuk disuguhkan kepada hadirin, setelah itu baru pelan2 ia melangkah turun kegelanggang, seketika seluruh hadirin menjadi tegang dan sunyi senyap, semua pasang mata tanpa berkedip.

Memang setelah kelima tamunya satu persatu memperlihatkan kebolehan silat mereka masing2, kini giliran tuan rumah sendiri yang harus tampil juga untuk membalas penghormatan seluruh hadirin, sebagai tokoh puncak yang disegani diseluruh Kanglam, sudah tentu perbawa dan situasi jauh lebih mantap dan tegang, semua menahan napas dan pasang mata dengan seksama. Bahwasanya secara beruntun tadi Liu Goan-ka sudah tunjukan dua macam kepandaiannya yang sakti, Kini dia sendiri harus memperlihatkan kepandaian sejatinya, tentu akan ditunjukan ilmu yang hebat dan menggetarkan sanubari setiap tamunya, maka dengan rasa tegang para tamu berbondong2 maju merubung kepinggir gelanggang.

Jauh diluar dugaan, tidak segera mainkan kepandaian silat sejati, Liu Goan-ka malah merogoh keluar beberapa kartu undangan, dengan bergelak tawa menengadah ia berkata pelan2: "Pertama2 Losiu hatur-kan banyak terima kasih akan kehadiran para saudara yang sudi datang dalam pesta ulang tahunku yang ke-enam puluh ini, maaf bila pelayanan kami kurang sempurna. Selama puluhan tahun banyak sekali teman2 yang tersebar diseluruh melosok dunia, sehingga mungkin ada yang tidak kebagian undangan, Aku tahu ada beberapa kawan, kini sudah berada didalam taman ini, cuma tidak mau unjuk muka dihadapanku, mungkin karena kekuranganku yang kukatakan tadi, kalau tidak langsung ku- undang mereka, mereka tidak sudi muncul. Biarlah sekarang Losiu tambal kesalahan ini dan mengirim undangan ini kepada mereka, kuharap peduli kawan yang sudah kukenal atau belum, kalau toh sudah berada disini, sukalah memberi sedikit muka kepadaku, marilah minum beberapa cangkir arak bersama."

Baru sekarang hadirin sama kaget dan tahu bahwa ada orang secara diam2 telah sembunyi didalam taman luas ini, Malah bukan hanya satu dua orang saja.

Disaat hadirin melengak dan celingukan dengan hati heran dan was2, tampak Liu Goan-ka sudah me-lempar beberapa kartu undangan itu ketengah udara, aneh benar, begitu terlempar melayang ditengah udara, beberapa lembar kartu undangan itu segera berpencar melayang kebeberapa jurusan yang berlawanan baru sekarang hadirin melihat jelas, kartu undangan ada empat lembar. Kartu undangan bobotnya ringan dan jauh lebih enteng dan sukar dilempar dengan tekanan tenaga seperti cangkir arak, kini Liu Goan-ka melemparnya dengan cara menimpuk senjata rahasia, jelas kepandaian seperti ini jauh lebih tinggi dan sukar tingkatannya dari melempar cangkir arak dalam jarak seratus langkah tadi.

Salah satu dari kartu undangan itu meluncur ke-arah tempat dimana Hong-lay-mo-li menyembunyikan diri, Hong- lay-mo-li sudah kertak gigi, batinnya. "Ka-lau jejakku sudah kau ketahui, meski sarang harimau rawa naga juga akan kuobrak abrik." baru saja ia hendak keluar dari balik bukit2an, tiba2 didengarnya gelak tawa yang kumandang panjang, seorang lain sudah melompat keluar lebih dulu.

Gelak tawa ini bergelombang seperti suara pecahan gembreng yang bening dan menusuk sanubari Se-konyong2 berubah laksana ribuan kuda berderap bersama, seperti ribuan tentara berlari menyongsong musuh, bergema ditengah lembah pegunungan, melengking menembus langit, ditengah gelak tawa yang keras ini Iapat2 terasa nafsu membunuh  yang tebal, menyedot sukma menggetarkan hati.

Hadirin yang rendah Lwekangnya lekas menutup kedua kuping karena serasa kuping ditusuk jarum, yang tak tahan sampai menjerit dan jatuh pingsan, sembilan diantara sepuluh orang semua sama menutup kuping sambil membungkuk badan.

Dalam sekejap itu, bergetar juga hati Hong-lay-mo-li, bukan terpengaruh oleh gelak tawa orang ini, adalah karena orang yang muncul dan bertindak lebih dulu ini bukan lain adalah Siau-go-kan-kun pendekar latah Hoa Kok-ham.

Entah Hoa Kok-ham menerjang keluar dari arah mana, tahu2 kelihatan bayangan tubuhnya menjulang ditengah angkasa, jubah putih melambai, tangan menggoyang kipas, seperti naik mega menyetir angin, melayang turun seperti malaikat dewata! seketika terjadi pula suatu keanehan, kartu undangan yang timpuk Liu Goan-ka sebenarnya sudah berpencar keeropat juru-san, kini tiba2 dari empat jurusan itu melayang balik kearah Hoa Kok-ham, sekali melambaikan tangan, empat kartu undangan itu bertumpuk lalu jatuh keatas telapak tangan Hoa Kok-ham.

Luncuran tubuhnya amat cepat, tapi belum lagi kakinya menyentuh tanah, ka-empat kartu undangan itu sudah berada ditangannya, setelah kakinya tancap ditanah, baru hadirin melihat tegas dirinya.

Hoa Kok-ham melayang turun ditengah gelanggang kebetulan berhadapan dengan Liu Goan-ka, Ge-lak tawanya sudah berhenti, tapi gema suaranya masih mengalun ditengah udara, Sejak tadi Liu Goan-ka berdiri dengan kereng dan angker, kini berubah juga air mukanya.

Maklumlah begitu muncul sekaligus Hoa Kok-ham sudah pamer dua macam ilmu sakti yang tiada taranya, gelak tawa menyedot sukma, ditengah udara memungut kartu undangan, gelak tawanya sekaligus menunjukan Lwekangnya yang hebat, mau tak mau Liu Goan-ka merasa kagum, lebih hebat lagi cukup melambaikan tangan saja, empat kartu undangan yang disebar Liu Goan-ka kena dipungutnya bersama, secara tidak langsung Liu Goan-ka sudah kalah satu jurus.

Berkata Bun Yat-hoan: "Liu-chengcu, apakah kenal dengan tamu agung ini?"

Liu Goan-ka bergelak tertawa, katanya: Yang datang tentunya Siau-go-kan-kun pendekar Latah Hoa Kok-ham, Hoa Tayhiap bukan?" ternyata dia belum kenal dengan Hoa Kok- ham, tapi sudah lama pernah dengar namanya.

Dari gelak tawa yang dilontarkan dengan kekuatan Lwekang yang hebat itu, Liu Goan-ka dapat meraba siapa pendatang ini. Begitu nama Siau go-kan-kun pendekar Latah Hoa Kok-ham disebut, seluruh gelanggang seketika gembar dan ribut

Maklumlah Hoa Kok-ham selama ini berada didaerah utara, baru pertama kali ini dia muncul di Kang-lam, tapi nama kebesarannya beberapa tahun belakangan ini sudah menggetarkan dunia persilatan, ketenarannya sudah lama kumandang di Kanglam, Nama asli Hoa Kok-ham mungkin tidak banyak diketahui, tapi gelaran Siau-go-kan-kun pendekar Latah, bagi setiap insan persilatan tiada yang tak mengenalnya.

Kini Pendekar Latah muncul secara mendadak tanpa diundang lagi, gelagatnya malah sengaja hendak bermusuhan dengan Liu Goan-ka, sudah tentu seluruh hadirin sama kaget dan heran, ciut pula nyalinya.

Terdengar Hoa Kok-ham berkata dengan tertawa: "Gelaran Tayhiap sekali2 tak berani kuterima, paling aku Hoa Kok-ham cuma pandai membedakan benar dan salah, hitam dan putih saja. Liu-chengcu, di Kang-lam ini kau diagungkan sebagai tokoh bijaksana, dan terpandang, sukalah kau memberi petunjuk kepada-ku."

Seperti ditusuk sembilu jantung Liu Goan-ka mendengar sindiran Hoa Kok-ham "Masakah Pendekar Latah Hoa Kok-ham sudah tahu rahasiaku? Mengetahui seluk beluk rencanaku?" dengan sikap ramah segera ia berkata:

"Hoa Tayhiap, tak usah sungkan, Terima kasih kau sudi datang, sungguh merupakan keberuntungan besar! Mana beberapa teman lainnya? Kenapa tidak berani muncul?

Melonjak jantung Hong-lay-mo-li yang sembunyi dibelakang bukit, mendengar kata2 Liu Goan-ka ini. Tampak dengan mengacungkan keempat lembar kartu undangan itu Hoa Kok- ham berkata tawan "Liu-cheng-cu sendiri terlalu sungkan, orang she Hoa datang sendirian Liu-chengcu malah menyebar empat kartu, setelah berani kuterima undangan ini- masakah tak berani unjuk diri haturkan terima kasih? Apakah masih ada teman lain yang belum unjuk diri, aku tidak tahu, juga tak berani mewakili mereka memberi jawaban, Cuma menurut hematku, mereka belum menerima undangan, sudah tentu tidak leluasa hadir dalam perjamuan ini? Kenapa Liu-chengcu tidak sebar undangan mendesak mereka datang?"

Merah muka Liu Goan-ka, katanya dingin: "Kunjungan Hoa Tayhiap sudah cukup membanggakan diriku, tidak perlu tunggu lain tamu lagi, mari kita berkenalan lebih dulu! Terima kasih akan kunjunganmu ini." sembari bicara ia ulur tangannya ajak berjabatan tangan dengan Hoa Kok-ham.

Dengan kekalahan sejurus tadi, dengan kedudukan Liu Goan-ka, kalau dia keluarkan pula kartu undangan, sudah tentu kehilangan muka. Maka secara langsung dia lantas menantang kepada Hoa Kok-ham, lahirnya sebagai basa-basi sekadarnya, tujuan yang benar adalah hendak mengukur Lwekang Hoa Kok-ham.

Seluruh hadirin maklum begitu berjabatan tangan kedua orang secara diam2 akan mengukur Lwekang masing2, seluruh gelanggang sunyi senyap, dengan menahan napas mereka pasang mata dengan mendelong Tampak Hoa Kok- ham pelan2 ulur sebelah tangannya, katanya tertawa: "Tamu tak diundang seperti aku, terima kasih akan keramah tamahan Liu-changcu." dengan adem ayem dan acuh tak acuh tangannya lantas berjabatan dengan Liu Goan-ka.

Sebentar saja mereka berjabatan tangan terus dilepaskan satu sama lain tiada menunjukan sesuatu reaksi apa2. Tampak sikap Hoa Kok-ham tetap wajar dan tenang2, berkata dengan ter-tawa ditempatnya, Liu Goan-ka-pun mengulum senyum dikulum, sikap kedua orang seperti ramah tamah umumnya diantara cesama sahabat karib. Bagaimana kesudahan adu kekuatan ini, tiada seorangpun yang tahu. Ternyata dalam jabatan tangan barusan, Liu Goan-ka sudah kerahkan Tay-seng-pan-yok-ciang-lat yang ganas dan keras, tenaga kekuatan tapak tangan ini khusus untuk melukai Ki-keng-pat-meh dibadan lawannya, tapi begitu kekuatan ia salurkan, tenaganya seperti tenggelam dilautan tanpa bekas, bukan saja tidak mendapat perlawanan, malah tenaga rituIan sendiripun tiada, ibu jarinya sudah menjungkit naik mengincar Hiat-to dipengelangan tangan Hoa Kok-ham, lapat2 ia dapat rasakan denyut nadi Hoa Kok-ham yang normal dan biasa, sedikitpun tidak menunjukan tanda2 ganjil.

Tujuan Liu Goan-ka jadi sia2, keruan kagetnya bukan kepalang, Karena gagal, hatinya rada jeri pula, lekas ia menarik tangan dan mundur teratur.

Sebaliknya Hoa Kok-ham diam2 bersorak girang dan bersyukur, ternyata dengan kekuatan Khi-kang tingkat tinggi aliran Lwekeh untuk melindungi isi hatinya, berbareng kerahkan kepandaian ilmu pinjam tenaga memunahkan tenaga tingkat tinggi, dalam berjabatan tangan barusan, tak urung jantungnya berdetak lebih cepat dan dadapun mual serasa ditindih batu besar.

Maka untuk menghilangkan rasa mual dan sesak di- dadanya ini Hoa Kok-ham pinjam suara tawanya tadi, cuma Liu Goan-ka tidak tahu, ia kira orang lebih unggul diatas angin, sikapnya sengaja pongah terhadap dirinya, Jadi Liu Goan-ka beranggapan dirinya kalah seurat, demikian pula Hoa Kok-ham merasa dirinya sedikit dirugikan Bahwasanya adu kekuatan secara diam2 ini kedua pihak setingkat dan setanding.

"Betapa sulit untuk mengundang Hoa Tayhiap, silakan duduk minum arak, kami bisa ikat persahabatan." lahirnya Liu Goan-ka bersikap ramah tamah, bahwasanya dalam hati ia sedang merancang mencari akal, cara bagaimana untuk menghadapi Hoa Kok-ham. Mendengar kata2nya ini, orang2 yang duduk dimeja sebelah atas bagi para tamu terhormat segera melowongkan tempat dan beramai2 menyilakan duduk.

Mendengar Liu Goan-ka mengundangnya duduk di kursi tingkat atas, mendadak Hoa Kok-ham bergelak tawa, Liu Goan-ka mengerut kening, katanya: "Apa Hoa Tay-hiap tidak sudi bersahabat dengan Losiu?"

"Bicara terus terang aku tidak ingin duduk diangkat tinggi, pertama aku tidak berani, kedua memang aku tidak sudi. Tapi bukan tidak sudi lantaran undangan Liu chengcu, dalam hal ini masih ada soal lainnya."

"Apakah maksudnya, harap Hoa Tayhiap suka menjelaskan!" tanya Liu Goan-ka.

"Aku ini rakyat jelata, mana berani duduk ditingkat atas?"

Bertaut alis Liu Goan-ka, belum lagi ia bicara Bun Yat-hoan sudah menimbrung disebelah sana: "Hoa Tayhiap, omoganmu ini harus dihukum minum, setiap kawan yang hadir dalam perjamuan ini boleh dikata adalah orang2 gagah dari berbagai pelosok, siapa yang punya jabatan atau pangkat dalam pemerintahan? Liu-chengcu juga bukan orang yang suka menggunakan kekuatan menindas orang, memangnya harus orang yang punya jabatan baru boleh duduk ditingkat atas?"

"Bun siansing," ujar Hoa Kok-ham, "ucapanmu memang masuk akal, tapi kau malah yang menyinggung perasaan orang."

"Menyinggung perasaan orang?"

"Kau ini memang tidak tahu atau pura2 tidak tahu?"

Bun Yat-hoan membuka kedua tangannya, sahut-nya: "Aku betul2 tidak tahu, lekas kau jelaskan supaya aku tidak berdosa terhadap orang lain." Hoa Kok-ham ngakak sambil menudingkan kipasnya "Kau sudah menyinggung perasaan tamu agung yang duduk ditingkat teratas itu."

Seketika Liu Goan-ka menarik muka, Kim Cau-gakpun mendelik dengan alis berkerut: "Apa2an maksudmu ini?" bentaknya.

Dengan laku dan gerak gerik yang aneh Bun Yat-hoan mengamati Kim Cau-gak, serunya sambil menepuk paha: "Wah, celaka, maksudmu aku menyinggung perasaan Kim- losiansing? ucapanku yang mana menyinggung perasaannya?"

"Tahukah kau tamu agung yang duduk dikursi teratas ini darimana dan apa asal usulnya?"

"Aku tidak tahu!" sebetulnya Bun Yat-hoan sudah tahu, cuma sengaja ia bermain sandiwara dengan Hoa Kok-ham.

"Memang kau dan aku adalah rakyat jelata, tapi tamu agung ini adalah Koksu (imam negara) dari negeri Kim!"

Bun Yat-hoan menjerit kaget, ter-sipu2 ia menjura kepada Kim Cau-gak dengan memelengkan kepala: "Jadi kau ini adalah Koksu dari negeri Kim, wah, kalau begitu tadi aku berlaku kurang hormat!"

Kuatir dengan cara menjura ini Bun Yat-hoan tiba2 menyerang dengan sembunyi2, lekas Kim Cau-gak menyingkir kesamping, diluar tahunya bahwa Bun Yat-hoan memang sengaja membadut saja untuk menarik perhatian seluruh hadirin.

Sudah tentu seluruh hadirin menjadi gempar seperti air yang mendidih setelah tahu asal usul orang, Ada yang setengah percaya, ada yang tidak percaya, bagi kamrat2 Liu Goan-ka cuma diam saja beradu pandang, sebaliknya yang berjiwa patriot dan berwatak berangasan sudah buka mulut mencaci maki. Berubah hebat rona muka Kim Cau-gak, bentaknya: "Tutup mulut, bohong!"

Hoa Kok-ham goyang2 kipas, katanya dingin, "Masa kau bukan Koksu negeri Kim? Atau kau anggap kedudukanmu sebagai Koksu negeri Kim memalukan atau merendahkan derajatmu? Kalau tidak kenapa aku tidak boleh bicara!" lalu ia berputar menghadapi Liu Goan-ka, katanya: "Liu-chengcu, tentunya kau sudah maklum akan kata2ku tidak berani dan tidak sudi tadi, aku ini rakyat jelata, tidak berani duduk berdampingan dengan Koksu, tapi aku ini rakyat Song raya kita nan sejati, tidak sudi aku duduk berjajar dengan Kok-cu dari negeri musuh." kata2 tegas yang sekaligus menelanjangi borok orang, seketika mendapat sambutan tepuk sorak yang ramai.

Liu Goan-ka bersikap kereng dan membesi kulit mukanya, katanya: "Hari ini adalah ulang tahunku, kawan2 sama memberi selamat kepadaku, disini hanya membicarakan urusan pribadi, tidak mempersoalkan urusan negara, Kau tuding Kim-lo-siansing sebagai Koksu segala, benar atau tidak aku tidak tahu.

Tapi disi-ni Jian-liu-cheng, aku sebagai tuan rumah, kepada siapa aku suka mengundang tamu untuk duduk ditempat terhormat adalah hakku? Kau tidak memberi muka kepada tamuku, berarti menghinaku pula, Bagus, Siau-go-kan-kun, ingin aku mohon petunjuk kepadamu!"

Hoa Kok-ham mandah mengibas kipasnya, katanya tersenyum: "Liu-chengeu sudi memberi petunjuk, sungguh besar rejekiku? Kalau begitu silakan maju bersama dengan Koksu negeri Kim yang bergelar Kim-lian-lo-koay ini!"

Tegak alis Liu Goan-ka, mukanya merah padam saking gusar, bentaknya: "Apa? Berani kau memandang rendah diriku?" Hoa Kok-ham tetap berlaku tenang, katanya tawar: "Tidak berani, Soalnya kalau Liu Chengcu cuma mau bicara soal hubungan pribadi, sebaliknya aku harus membedakan tegas antara teman dan musuh, aku bersumpah takkan berdiri jajar bersama musuh, sesat takkan langgeng dengan lurus, betapapun aku takkan mengeyampingkan Koksu negeri Kim ini, kalau kau merasa menyolok pandangan, terpaksa majulah bersama saja!" kata2nya cukup jelas bahwa terutama dia menantang Kim-lian-lokoay, terserah Liu Goan-ka berpeluk tangan menonton saja atau mau ikut terjun ke-tengah gelanggang.

Sekali2 dia pantang menempur Liu Goan-ka lebih dulu membiarkan Kim-lian-lo-koay melarikan diri."

Betapa pedas dan menyulitkan sekali kata2 Hoa Kok-ham ini sehingga Liu Goan-ka disudutkan keposisi yang serba salah, maklumlah secara diam2 Liu Goan-ka memang ada intrik dengan Kim-lian-loan-koay, tapi rahasia mereka se-kali2 pantang diketahui orang luar, maka selama ini dia tetap merahasiakan asal usul Kim Cau-gak.

Tantangan Hoa Kok-ham cukup tandas, bila Liu Goan-ka membantu Kim Cau-gak, secara langsung menunjukkan bekang sendiri yang berdiri dipihak musuh? apalagi dengan tingkat kedudukan Liu Goan-ka sekarang, se-kali2 dia takkan sudi maju berduaan mengeroyok Hoa Kok-ham.

Diantara sekian banyak tamu2 persilatan yang hadir kebanyakan sama segan dan tunduk kepada Liu Goan-ka, tapi tidak sedikit pula diantara mereka adalah pahlawan2 bangsa yang berjiwa patriot dan perkasa, mendengar kata2 Hoa Kok- ham yang tegas, gagah dan berwibawa, seketika mereka bertepuk bersorak memberi dukungan, sebaliknya kaki tangan Liu Goan-kapun tak mau kalah suara, mereka balas mengejek dan mencemooh, akhirnya terjadilah perang mulut yang ramai. Disaat keadaan bakal berlarut semakin kacau, Bun Yat- hoan tiba2 tampil kedepan, katanya mengadang didepan Liu Goan-ka: "Liu-chengcu harap berpikirlah lebih cermat sebelum bertindak!"

"Apanya yang perlu kupikir lagi?" jengek Liu Goan-ka. "Sekaligus kau menyebar empat kartu undangan, maka kau

harus berpikir lagi dua belas kali, Memang Kim-losiansing ini tamu agung yang kau undang, tapi Hoa Tayhiap inipun kau sendiri yang mengundangnya pula, malah sekaligus empat kartu undangan, bukankah diapun menjadi tamu luar biasa pula!"

Memang Liu Goan-ka hendak memperkecil persoalan menjadi urusan pribadinya, sebaliknya Bun Yat-hoan kuatir Hoa Kok-ham dirugikan, maka kata2 ini justru cocok dengan keinginan hatinya, sehingga persoalan gampang diselesaikan dengan kata, Tapi kata2 "Empat kartu undangan" tadi cukup menusuk perasaan Liu Goan-ka juga.

Sudah tentu Kim Cau-gak ingin berpeluk tangan menonton Liu Goan-ka yatig tampil kedepan menghadapi Hoa Kok-hom, tapi orang justru menantang dirinya, yakin bahwa kedua ilmu saktinya belum tentu kalah menghadapi Hoa Kok-ham akhirnya dia nekad, kebetulan Hoa Kok-ham sudah menghampiri kedepan-nya sambil melebarkan kipasnya, katanya dingin:

"Di-sini adalah negeri Song raya, kau tak diidzinkan berada disini, kalau kau tidak berani terima tantanganku lekas mencawat ekor pulanglah kenegeri asalmu."

"Memangnya siapa yang gentar terhadap kau!" damprat Kim Cau-gak gusar, "Wut" malah dia mendahului memukul.

Begitu tenaga dikerahkan, angin panas segera menderu bergolak keempat penjuru, para tamu yang duduk dekat seketika merasa kulit badannya seperti dibakar, ditengah jerit kaget mereka sama menyurut mundur sejauhnya, sebaliknya Hoa Kok-ham bergeming dari tempatnya pun tidak, kipasnya cuma dikebaskan seenaknya, segulung angin panas malah meniup balik kearah muka Kim Cau-gak, diantara damparan angin panas ini, sepoi2 menghembus pula angin dingin nyaman yang membuat badannya segar dan ngantuk.

Keruan Kim Cau-gak kaget, batinnya: "Aneh benar Lwekang keparat ini!" membarengi dengan hardikan keras, telapak tangan kiri beruntun merangsak pula. Kali ini tenaga yang digunakan adalah kekuatan hawa dingin, seperti badai salju melandai, membuat hawa panas yang membakar kulit tadi seketika sirna dan semua hadirin bergidik kedinginan, sekejap saya para tamu yang duduk dipinggir gelanggang sudah menyingkir jauh, tinggal mereka yang Lwekangnya rada tinggi tetap berada ditempat masing2, tapi jarak mereka toh sekitar tiga sampai lima tombak diluar gelanggang.

Seperti diketahui kedua pukulan panas dingin yang dilancarkan Kim Cau-gak bernama Im-yang-ngo-hing-ciang, merupakan perpaduan dari Lui-sin-ciang dan Siu-lo-im-sat-k- ang, dua ilmu tingkat tinggi dari aliran sesat yang paling ganas dan keji, setelah latihan tiga puluh tahun baru berhasil. Tadi pukulan tangan kanan dia gunakan Lui-sin-ciang, sedang tangan kiri melontarkan Siu-1o-im-sat-kang.

Berputar badan kembali kipas Hoa Kok-ham dike-baskan, segulung angin dingin kembali mendampar ke-muka Kim Cau- gak, diantara angin dingin itu mengandung hawa panas yang hangat dan nyaman pula, membuat orang seperti dihembus angin musim semi nan segar dan melumpuhkan semangat sehingga orang merasa ingin tidur.

Sungguh kejut Kim Cau-gak bukan kepalang, Hoa Kok-ham cukup menggerakkan kipas, kedua kali kekuatan pukulan negatip dan positip diritul balik, malah kedua kekuatan itu diputar balik untuk melawan satu sama yang lain, sekaligus balas menyerang kepada dirinya. Cukup dua gebrakan saia, Kim Cau-gak sudah mengukur sampai dimana tingkat Lwekang Hoa Kok-ham, sungguh merupakan musuh tangguh yang belum pernah dia hadapi selama hidupnya.

Bahwasanya Hoa Kok-ham sendiripun bercekat hatinya, Ternyata meski dia berhasil meritul balik damparan tenaga panas dingin lawan dengan kebasan kipasnya, namun toh tak bisa memunahkan seluruhnya, oleh karena itu diapun harus kerahkan Lwekang untuk menjaga diri.

Tiba2 Kim Cau-gak gigit lidah sendiri, rasa sakit seketika membangkitkan semangat dan hilanglah rasa ngantuknya, pukulan demi pukulan dia lontarkan semakin kencang, ia cecar Hoa Kok-ham dengan gencar, Baju Hoa Kok-ham melambai2, setiap kali kipasnya bergoyang, dengan kerahkan Lwekang tingkat tinggi, diapun balas menyerang tak kalah sengit dan hebat-nya, begitulah kedua orang saling serang menyerang dengan dahsyat.

Pertempuran semakin memuncak tegang, se-konyong2 Hoa Kok-ham ter-loroh2 panjang, gelak tawanya seperti naga menggeram ditengah angkasa mengalun dan bergema sampai lama. Dengan kedua telapak tangannya Kim Cau-gak harus menyerang dan membela diri, sudah tentu tak sempat tangannya menutup kuping, mengandal Lwekangnya tidak perlu kuping di-sumbat, tapi gelak tawa lawan begitu menusuk pendengaran sampai jantung berdebar, semangatpun seperti hampir luluh, Disamping itu terasa pula olehnya gempuran tenaga lawan semakin dahsyat dan hebat.

Dalam kalangan sesat ada semacam ilmu yang dinamakan Hu-hun-sip-pok (memanggil sukma menyedot jiwa), tapi gelak tawa pendekar Latah ini bukan ilmu dari aliran sesat tapi adalah semacam Lwekang tingkat tinggi yang tiada taranya, bukan saja suara gelak tawanya dapat menyedot sukma orang, sekaligus dapat menambah dan memperkokoh tenaga dalam sendiri ditengah pertempuran ini.

Ditengah gelak tawanya yang kumandang itu, tiba2 terdengar suara orang menjerit dan "Bluk" badannya terbanting keras.

Orang yang terbanting jatuh ini adalah Lam-san-hou Lamkiong Cau yang menonton di pinggir gelanggang, Ternyata Lam-san-hou sebelumnya memang main sekongkol dengan Kim Cau-gak, disaat kedua orang sedang bertempur seru dan orang menonton terlalu asyik, secara diam2 ia lontarkan pukulan gelap membokong, maksudnya hendak membantu Kim Cau-gak.

Lamkiong Cau menggunakan Pek-pou-cin-kun (pukulan sakti seratus langkah), merupakan sejurus petilan hebat dari tipu2 Hek-hou-to-sim (harimau hitam mencuri hati) dari ajaran Tatmo Cosu yang jarang diturunkan kepada sembarang orang.

Kekuatan pukulan ini dapat dibayangkan dari demonstrasi Lamkiong Cau tadi yang merobohkan dua pucuk pohon sekaligus Diluar tahunya meski sedang bertempur sengat tapi panca indra Hoa Kok-ham masih tetap tajam, begitu orang turun tangan, siang2 dia sudah siaga, dasar kepandaiannya memang jauh lebih tinggi, maka dengan seenaknya saja ia ritul pukulan dahsyat orang.

Pukulan sakti ratusan langkah Lamkiong Cau tak berhasil melukai lawan malah membuat celaka diri sendiri. Dengan menyemburkan darah segar badannya terbanting roboh dengan luka parah dan kontan semaput.

Liong-in Taysu ternyata sekomplotan dengan Lamkiong Cau, segera ia melompat keluar dan membentak gusar: "Sontoloyo! saudara Lamkiong berpeluk tangan menonton diluar gelanggang, kenapa kau membokong dan melukai dia."

Mendengar orang memutar balik persoalan untuk mencari alasan maju membantu, Bun Yat-hoan menjadi tak sabar lagi, katanya dingin: "Liong-in Taysu, apa benar Lamkiong Thocu berpeluk tangan menonton diluar gelanggang, masakah matamu tidak melihat jelas?"

Malu dan gusar Liong-in Taysu dibuatnya, katanya sambil melangkah kedepan: "Kedua mataku ini belum buta, siapa turun tangan dulu memangnya aku tidak melihat jelas?

Lamkiong-hengte dicelakai, sebagai orang Kanglam tulen aku tidak bisa berpeluk tangan membiarkan orang luar mentang2 disini."

Hoa Kok-ham tertawa lebar, ujarnya: "Matamu tidak buta, tapi hatimu yang buta! Sudahlah, tak perlu cari alasan, ada kentut lekas lepaskan, kau punya kepandaian apa, hayolah maju sekalian!!"

Saking malu Liong-in Taysu sungguh gusar bukan main, begitu mendekat segera ia lontarkan pukulan kepada Hoa Kok- ham, setiap ganti pukulan lantas melompat menyingkir kedudukan lain, sehingga Hoa Kok-ham tidak bisa meritul balik kekuatan pukulannya untuk melukai dirinya sendiri.

Karena itu, dihadapan Hoa Kok-ham harus hadapi rangsakan sengit Kim Cau-gak, disamping harus ke-rahkan tenaga sakti untuk menahan dan melawan pukulan Bu-siang- ciang-lat Liong-in Taysu, dalam waktu dekat, memang dia dibikin kerepotan dan kewalahan juga oleh sergapan Liong-in Taysu.

Tapi gerak geriknya masih tetap lincah dan cekatan, baju melambai kipas bergoyang, seolah2 pukulan Bu-siang-sm- kang Liong-in Taysu tidak dipandangnya sebelah mata, Tapi bagi tokoh2 kelas tinggi yang hadir, seperti Liu Goan-ka, Bun Yat-hoan dan lain2 sama tahu, sebelum Liong-in Taysu turun gelanggang Hoa Kok-ham memang lebih unggul, tapi sekarang dia cuma setanding melawan Kim Cau-gak.

Kejut dan girang pula hati Hong-lay-mo-li yang mengintip dari balik bukit2an. Kejut karena musuh terlalu banyak tenaga pihak sendiri terlalu minim, girang lantaran selama ini Hoa Kok-ham tetap unggul diatas angin.

Gelak tawa Hoa Kok-ham serasa masih terkiang dipinggir telinga Hong-lay-mo-li, menghadapi gelombang tawa Hoa Kok- ham, serta merta teringat olehnya irama seruling Bu-lim-thian- kiau, agaknya antara gelak tawa dan irama seruling ini merupakan ilmu yang satu sumber dan serasi dalam bidang yang berlainan saja.

Tampak oleh Hong-lay-mo-li pelan2 Liu Goan-ka sudah meninggalkan tempat duduknya sedang beranjak kearah sini. Tengah Hong-lay-mo-li merasa gelisah dan was2 serta waspada, tiba2 dilihatnya Liu Goan-ka berjalan mengitari gelanggang, se-olah2 orang yang lagi jalan2 menikmati sesuatu yang menarik hatinya, tiada niatnya hendak terjun ketengah gelanggang.

Terpaksa, untuk sementara Hong-lay-mo-li menyabarkan diri tetap sembunyi ditempatnya, ingin dia melihat langkah2 Liu Goan-ka selanjutnya.

Disaat Hong-lay-mo-li tumplek seluruh perhatian dan himpun seluruh semangatnya, tiba2 didengarnya pula Hoa Kok-ham sedang menggunakan suara gelombang panjang untuk bicara dengan gadis yang bernama Ah-sia itu.

Dengan seksama Hong-lay-mo-li mendengarkan terdengar Hoa Kok-ham berkata: "Ah-sia, jejakmu sudah diketahui lekas kalian menyingkir, jangan unjuk muka, sebentar aku menyusul kalian!"

Hong-lay-mo-li kaget, batinnya: "Ternyata benar dugaanku, Ah-siapun berada disini tapi dia hanya memperingat Ah-sia, memangnya dia tidak tahu kehadiranku disini?" tengah ia me- reka2, tiba2 dilihatnya Liu Goan-ka sudah berada ditengah antara dua jepitan bukit2an, sambil menengadah ia bergelak tawa, serta serunya lantang: "Beberapa kawan ini masakah tak sudi keluar? Biar Liu Goan-ka paksa kalian keluar saja!" tiba2 kedua telapak tangan ia sulung kedepan, "Blang" suatu ledakan bagai gunung meletus menggetarkan bumi mengejutkan langit, kedua bukit2an palsu itu seketika gugur berantakan.

Begitu kedua bukit yang berdampingan ini runtuh, tiga sosok bayangan berbareng melejit terbang, yang disebelah kiri adalah Hong-lay-mo-li, yang dise-belah kanan adalah gadis baju hitam dan laki2 asing yang misterius itu. Begitu bukit runtuh, Liu Goan-ka susuli lagi mengayun kedua tangan, dua belas Kim-chi-piau sekaligus dia sambitkan kedua sasaran.

Kontan terdengar laki2 asing itu menjerit sekali maka terdengarlah suara tang ting yang riuh tak putus2, ditengah bergelebatnya sinar perak, gadis baju hitam pukul rontok semua Kim-chi-piau yang menyamber ke-arah mereka, Terdengar suara pertanyaannya: "Tidak apa2 bukan?" sebelah tangan menarik laki2 itu, seperti sepasang burung terbang meninggalkan hutan, mereka melambung tinggi melampaui bukit2an disekitarnya terus melejit naik kepucuk pohon, sebentar saja sudah melewati pagar tembok.

Bercekat juga hati Liu Goan-ka melihat kehebatan kedua orang ini. Apalagi disebelah kiri hanya Hong-lay-mo-li seorang, dengan sendirinya dia lebih perhatikan dua orang yang ada disebelah kanan, tanpa hiraukan Hong-lay-mo-li, segera Liu Goan-ka mengejar kearah kanan.

Tak nyana baru saja kakinya meninggalkan bumi, tiba2 terdengar suara mendesis yang halus dan lirih, dibarengi angin keras menerjang kearah dirinya, se-olah2 ada puluhan batang jarum tajam sedang meluncur kearah dirinya dari berbagai penjuru.

Untung kepandaian mendengarkan angin membedakan senjata Liu Goa-ka udah sempurna, suara mendesis yang lirih itu didengarnya cukup jelas, Kembali mencelos hatinya, batinnya: "Senjata gelap apakah ini, agaknya lebih lembut dari Bwe-hoa-ciam, tenaganya malah amat kuat!"

Lekas Liu Goan-ka putar badan sambil mengebutkan lengan baju, segulung angin badai seketika menerpa kedepan, waktu ia tegasi, dilihatnya seorang gadis baju hitam pula sedang menukik ditengah udara sambil mengayun kebutan menyerang kepada dirinya.

Ternyata dengan tenaganya Hong-lay-mo-li sainbitkan beberapa utas benang kebutnya untuk menyerang Liu Goan- ka. Sudah tentu keenam mata uang sambitan Liu Goan-ka tadi dengan mudah sudah dia pukul rontok seluruhnya.

Walau Liu Goan-ka membekal kepandaian sakti tingkat tinggi, tak urung terkejut juga hatinya, merasa diluar dugaan pula, Maklumlah Liu Goan-ka sudah cukup mampu melukai orang dengan petikan daon pohon, pikirnya dengan dua belas Kim-chi-piaunya ini, ia sudah cukup berkelebihan bikin ketiga orang ini terjungkal roboh.

Tak nyana lawan yang satu ini jauh lebih tangguh dari yang lain, bukan saja merontokan Piaunya, malah orang balas menyerang kepada dirinya.

Sudah tentu kejut Hong-lay-mo-li bukan main, kebutan lengan baju Liu Goan-ka bukan saja berhasil meritul balik benang2 kebutannya, malah damparan anginnya yang hebat memaksa dirinya harus jumpalitan ditengah udara, tapi sedikitpun ia tidak menjadi gentar, meminjam damparan angin keras itu, ditengah udara ia berputar kearah jurusan lain, sekaligus meluputkan diri dari pukulan susulan yang dilontarkan Liu Gian-ka.

Cepat sekali dengan gaya burung dara menukik jumpalitan kebut ditangan kiri dan pedang ditangan kanan, ia labrak Liu Goan-ka dengan serangan balasan yang membadai.

Dimana Liu Goan-ka kembangkan lengan bajunya, benang2 kebut seketika tersapu balik berpencaran terlebih dulu ia patahkan serangan ganas Thian-lo-hud-tim-hoat Hong-lay-mo- li yang hebat ini, Hong-lay-mo-li sendrri sedang menukik turun sambil menusuk, Liu Goan-ka menekuk dengkul sehingga badannya tertekan turun, berbareng membentak:

"Kena" tiba2 pukulannya dilontarkan pula, Lekas Hong-lay- mo-li tarik balik tabasan pedang, meski cukup cepat gerakannya, tak urung tangannya tersentuh sedikit oleh ujung jari orang, rasanya sakit pedas.

Keruan Hong-lay-mo-li naik pitam, Ceng-Kong-kiam ia surung kedepan, ujung pedangnya bergetar, maju mundur tak menentu, dalam jurus tersembunyi tipu2 hebat, dalam tipu mengandung variasi lagi, beruntun bisa bergerak dengan perubahan yang susul menyusul dan sukar diraba, keadaan Hong-lay-mo-li sekarang bagai dahan pohon yang terhembus angin kencang bergoyang gontai melambai.

Liu Goan-ka kira orang tergetar luka oleh tenaga pukulannya tadi, sedikit pandang enteng lawan, segera ia ulur lengannya hendak merebut pedang orang, Dlluar tahunya, gerakan gemelai seperti orang mabuk dari Hong-lay-mo-li justru dikombinasikan dengan tipu2 pedangnya yang paling ampuh, sekonyong2 iapun balas menghardik:

"Kena!" begitu Liu Goan-ka menyadari gelagat jelek, lekas ia turunkan pundaknya, tapi Hong-lay-mo-li sudah keburu merangsak lebih dulu, "Sret" pedang orang menusuk kearah dimana dirinya mundur.

"Cret" jubah panjang Liu Goan-ka tertusuk berlobang oleh ujung pedangnya, sobek kira2 sebesar telapak tangan, Waktu Hong-lay-mo-li angkat pedang menusuk lagi, Liu Goan-ka tiba2 membentak keras, sebelah tangannya bergerak membalik, angin pukulan menerpa dengan dahsyat, tusukan pedang Hong-lay-mo-li sampai tergetar menceng kesamping, tahu dirinya takkan kuat menandingi musuh, tiba2 badannya melambung tinggi, bagai burung raksasa, badannya terbang naik kepucuk bukit2an.

Beberapa jurus gebrakan ini berlangsung secepat percikan api, hebat dan menakjupkan, tapi juga menggetarkan nyali setiap penonton, Hong-lay-mo-li kena kesamber jari Liu Go- an-ka, sebaliknya jubah Liu Goan-ka juga tertusuk sobek oleh pedang Hong-lay-mo-li, kalau dibanding, tentu kerugian Hong- lay-mo-li lebih besar.

Tapi sebagai tokoh yang diagulkan sebagai orang kosen lihay di Kanglam, dihadapan sekian banyak orang, bajunya kena dilobangi oleh seorang gadis belia, sudah tentu malu Liu Goan-ka bukan main.

Saking gusar dia kerahkan sepuluh bagian tenaganya, belum lagi ia mengejar tiba, "Blang" dari kejauhan ia lontarkan Bik-khong-ciang, bukit2an itu sampai bergetar dan pucuk-nya hancur ber-keping2, harus diketahui bukit tiruan ini didirikan dengan tumpukan batu2 kecil yang dibikin sedemikian rupa, maka pecahan batu2 yang berhamburan itu secara tidak langsung menjadi senjata2 gelap yang tak terhitung banyaknya.

Belum lagi Hong-lay-mo-li tancapkan kakinya, terpaksa dia harus mencelat lagi, Hebat memang kepandaian Hong-lay-mo- li, dalam saat2 genting bagi mati hidup jiwanya ini, kembali ia tunjukan kepandaian sifatnya yang tiada taranya, tampak ditengah udara, kebutnya berputar seperti baling2, sekaligus dia gunakan ilmu Can-ih-cap-pwe-thiat, beberapa butir batu itu, seketika terpental pergi pula, sedikitpun tidak melukai badannya.

Kaki kiri Hong-lay-mo-li menjejak kaki kanan, ditengah udara badannya salto pula seperti burung dara jumpalitan, badannya tahu2 sudah terbang kepucuk bukit2an kedua, jengeknya dingin: "Kalau kau suka bikin hancur pemandangan tamanmu, silakan pukul lagi." mulut bicara, tapi hati amat kejut juga menghadapi kekuatan pukulan Liu Goan-ka. Memang untuk membangun tamannya ini Liu Goan-ka tidak sedikit memeras keringat dan mengeluarkan ongkos besar, kalau sampai hancur berantakan sudah tentu hati merasa sayang, Maka ia tidak gunakan pukulannya lagi, sekali enjot badannya segera mengudak dengan cepat, diatas bukitan ini dia gunakan Siau-thian-sing-ciang-lat yang dia kombinasikan dengan Tay kim-na-jiu-hoat untuk menghadapi serangan gabungan kebut dan pedang Hong-lay-mo-li.

Walau Liu Goan-ka berada diatas angin, namun dalam waktu dekat belum mampu dia menang dan membekuk lawannya, tampak angin pukulan menderu, tepak tangan menari turun naik dan selulup timbul, sinar pedang dan bayangan kebutanpun berputar dan membelit, sungguh seru dan sengit pertempuran diatas ini.

Bahwa seorang gadis muda belia kuat setanding melawan Liu Goan-ka, keruan seluruh hadirin melongo dan ter-heran2, satu sama lain saling bertanya: "Sia-pakah gadis ini?"

Jau-hay-kiau Hoan Thong segera tampil kedepan, serunya: "Jiko, siluman perempuan inilah Hong-lay-mo-li!"

Hong-lay-mo-li merupakan tokoh Liok-lim yang amat disegani didaerah utara, ketenarannya tidak lebih rendah dari Siau-go-kan-kun, begitu Hoan Thong menyebutkan asal usulnya, seluruh hadirin sama kaget kesima dan kagum.

"O, jadi dia inilah Hong-1ay-mo-li."

"Paling baru berusia dua puluhan, para saudara Lioklim diutara kenapa sudi mengangkatnya jadi pimpinan puncak?"

"Dia ke Kanglam, apa maksud-nya? Memangnya belum puas pegang tampuk pimpinan didaerah utara?"

Maklumlah umumnya dalam kalangan Lioklim mempunyai lingkungan daerah kekuasaan masing2 yang terbatas, satu sama lain pantang menjelajah atau main interfensi, sebagai pimpinan tertinggi dari kaum Lioklim diwilayah utara Hong-lay- mo-li berada di Kang-lam, mau tidak mau kaum Lioklim di Kanglam jadi curiga akan maksud kedatangannya, disangkanya orang sengaja hendak menanam pengaruh dan kekuasaan, melebarkan sayapnya kewilayah Kanglam.

Sebetulnya Hong-lay-mo-li cukup paham soal tata tertib dan undang2 ini, tujuannya semula setelah menyelesaikan urusan yang menyangkut kepentingan nusa dan bangsa, baru dia akan kirim kartu nama menyambangi beberapa tokoh Lioklim yang kenamaan di sini, sungguh tak nyana, keadaan memaksa dirinya harus bergebrak melawan tokoh2 kosen dari kalangan Lioklim di Kanglam, sudah tentu tindak tanduknya menimbulkan curiga dan sirik kaum persilatan disini.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar