Pendekar Latah Bagian 06

 
Bagian 06

Dengan membawa batok kepala itu segera badannya melambung tinggi sembunyi didalam gerombolan dedaonan pohon yang rindang, Tak lama kemudian, tampak seseorang muncul dari dalam hutan.

Pendatang ini adalah seorang kakek berbadan kurus tepos, sepatu rumput berkaos kaki tinggi, berjubah kuning- longgar, cocok dengan warna kulit mukanya, mirip benar dengan daon pohon yang sudah layu menguning, waktu muncul kakek tua ini mengulum seringai sadis, kelihatannya amat puas dan senang, matanya menyapu pandang dari satu ketumpukan batu yang lain, akhirnya mulutnya bersuara heran, alis tegak, karena dia dapati batok kepala yang terletak dipanggung batu bundar di-tengah2 itu telah hilang.

Hong-lay-mo-li membatin: "Mungkin kakek tua ini yang membunuh sekian banyak orang ini."

Waktu ia mengintip kesana dari sela2 daon, tampak Thay- yang-hiat atau pelipis kakek tua ini menonjol keluar, mencelos hati Hong lay-mo-li melihat kehebatan Lwekang orang, baru saja dia hendak unjuk diri, tiba2 didengarnya kakek tua itu memaki: "Hm, ternyata seorang komplotannya lolos, mencari gara2 lagi disini, Baik, batok kepala To Toa-hay kau ambil, biar kupenggal kepalamu sebagai gantinya:" tiba2 kakinya melayang, "Blang" batu panggung bundar itu ditendangnya sampai pecah berantakan, untuk melampiaskan kedongkolan hatinya.

Se-konyong2 terdengar siulan panjang dari tempat yang jauh melengking tinggi, disusul suara lantang seseorang bersenandung sambil mendatangi Tak lama kemudian tampak seorang laki2 pertengahan umur dengan memetik batang pedangnya sebagai iringan musik senandungnya muncul dari dalam hutan.

Hong-lay-mo-li membatin: "Dari senandungnya ini, agaknya orang ini sudah bertekad untuk mengadu jiwa dengan si kakek meski tahu kepandaian sendiri bukan tandingan orang." Kakek tua itu ter-Ioroh2 dengan menengadah, ka-tanya: "Sebun Siansing memang orang yang dapat di-percaya, datang tepat pada waktu yang dijanjikan. Silakan kau hadapi teman2mu, Losiu sudah mengundang mereka kemari lebih duIu."

Berkilat membundar laksana mata harimau mata laki2 pertengahan umur dengan ber-kaca2, pada setiap tumpukan batu2, menghadapi setiap batok kepala orang dia menjura dan berdoa dengan pilu: "Para Toako yang sudah almarhum, Sebun Ya mengucapkan terima kasih akan kesetiaan kalian, harap tunggulah sekejap lagi, meski Sebun Ya harus pertaruhkan jiwa dengan batok kepala sendiri, seumpama tak berhasil menuntut sakit hati ini, biar kususul kalian dialam haka."

Baru sekarang Hong-lay-mo-li tahu bahwa laki2 pertengahan umur ini ternyata adalah orang ketiga dari Su- pak-thian, yaitu Say-ci-hong. jadi secara kebetulan Hong-lay- mo-li memergoki janji pertempuran antara Say-ci-hong melawan musuhnya seperti yang dituturkan oleh Tang-hay- Iiong tempo hari.

Kakek tua aneh itu tertawa besar, katanya: "Sebun Ya, Terhitung kau masih tahu diri, Losiu pasti sempurnakan keinginanmu, biar kau kumpul bersama dengan teman2 baikmu, Tapi kau masih ada seorang komplotan. Kenapa tidak kau suruh dia keluar, biar kubereskan dia sekalian untuk menghemat tenaga Lo siu."

Sekilas Sebun Ya melengak, katanya lantang: "Sebun Ya tidak mengundang teman untuk membantu, para kawan2 ini berjiwa luhur setia kawan, mereka datang sendiri setelah mendengar kabar pertemuan kami. Kejadian hari ini kalau bukan kau yang mampus biar aku yang gugur. Matipun Sebun Ya tak sudi tunduk kepadamu? Biar perang tanding hari ini satu lawan satu. Hayolah maju, kalau kau mampu penggallah kepalaku!" Seperti tertawa tidak tertawa kakek aneh itu mencemooh "Baik, Sebun Ya memang kau patut dipuji, melihat wibawamu ini, biar aku ampuni jiwa komplotanmu itu, tapi lebih baik kalau kau undang dia keluar dulu, memangnya kau tidak ada pesan terhadap-nya? Tentunya kau tahu, aku orang she Kim selamanya tidak memberi ampun kepada musuhku."

Saking marah Sebun Ya malah ter-bahak2, jengek-nya: "Kim Cau-gak, jangan takabur, Sebun Ya memang sudah bertekad takkan pulang dengan hidup, kuharap kaupun mempersiapkan dirimu sendiri, tinggalkan pesanmu kepadaku saja."

Kakek tua ter-loroh2: "Hm, ternyata kau bertekad adu jiwa dengan aku, memangnya kau mampu mengejar keinginan hatimu sendiri, Baik, kau hendak adu jiwa, marilah turun tangan." lahirnya dia berucap dengan pongah, bahwasanya hatinya sudah rada gentar. Maklumlah meski Say-ci-hong tokoh ketiga dari Su-pak-thian, kepandaiannya justru tidak lebih asor dari Tang-hay-liong, terutama Say-ci-kiam-hoat yang dia yakinkan sungguh hebat dan luar biasa, Mau tidak mau si kakek harus menimang2: "Sebun Ya berani bicara, bukan mustahil dia sudah meyakinkan ilmu untuk gugur bersama, aku jangan terlalu lena menghadapinya."

Baru sekarang Hong-lay-mo-li tahu nama kakek tua ini, meski kepandaiannya maha tinggi, mau tak mau mencelos juga hatinya, pikirnya: "Kiranya Ki-lian-lo-koay Kim Cau-gak, jadi dia masih hidup, Tak heran Say-ci-hong bertekad mengadu jiwa, To Toa-hay dan lain2 dengan mudah dibabat habis olehnya."

Tiga puluh tahun yang lalu, itu waktu negeri Kim dibawah kekuasaan pangeran keempat Wusu yang pegang kekuatan perang, secara langsung berhadapan dengan panglima perang dari negeri Song yang kenamaan Gak Hui, anak buah Wusu ada seorang Busu yang terkenal, nama terangnya semula tiada orang tahu, tapi karena pasukan Kim selalu dibrantas ha- bis2an oleh Gak Hui, maka dia lantas ganti namanya menjadi Kim Cau-gak, artinya negeri Kim mengungguli Gak Hui.

Kepandaian silat Kim Cau-gak memang teramat tinggi, beberapa kali Wusu lolos dari maraba-haya berkat pertolongan nya. Belakangan dalam suatu pertempuran kebentur dengan anak buah Gak Hui yang gagah berani Nyo Cay-hien, dalam pertempuran di Siau-siang-ho, perutnya tertusuk kedodoran usus-nya oleh tombak Nyo Cay-hien, sementara Nyo Cay- hienpun gugur dibawah hujan panah musuh.

Orang banyak kira Kim Cau-gak sudah menemui ajalnya, di-luar tahunya, dia tidak mati, Tapi setelah menyembuhkan Iuka2nya, sementara itu, Wusupun sudah ajal, ilmu silatnya belum pulih seluruhnya, terpaksa dia harus menyingkir dan mengasingkan diri di Ki-lian-san.

Sejak beberapa tahun yang lalu dia dijuluki Ki-Iian-Io koay, dalam sepuluhan tahun belakangan ini, hanya dua kali ia turun gunung, akhirnya mati hidupnya tak diketahui Iagi, Waktu ia turun gunung yang terakhir, menurut penuturan orang yang bentrok dengan dia, bahwa ilmu silatnya sudah pulih seluruhnya, malah mungkin lebih tinggi dari dulu, Waktu itu guru Hong-lay-mo-li Kongsun In pernah punya hasrat hendak meluruk ke Ki-lian-san untuk membunuhnya, cuma Ki-lian-san berada diwilayah negeri Kim, seorang diri Kongsun In tak berani bertindak secara gegabah.

Waktu itu Tang-hay-liong tertua dari Su-pak-thian sudah angkat nama, tiga saudaranya yang lain baru saja kelana di Kangouw, Kongsun In hendak undang Tay-hay-liong untuk membantunya, belakangan dia dengar kabar bahwa katanya Kim Cau-gak sudah mati, terpaksa Kongsun In batalkan niatnya.

Sejak itu berita mengenai Kim Cau-gak memang sudah tak pernah terdengar lagi, maka kaum Bulim di Tionggoan sama menyangka berita kematiannya itu benar, Tak nyana hari ini secara tak terduga kepergok oleh Hong-lay-mo-li yang tahu benar asal usul orang dari penuturan guruunya dulu.

Terdengar Say-ci-hong sudah berkata lantang: "Kau datang dari jauh sebagai tamu, silakan mulai dulu!"

"Bagus Say-ci-hong, dihadapanku kaupun begini jumawa?

Baik, biar kusempurnakan keinginanmu."

Disaat keadaan sudah kritis, keduanya sudah siap pasang kuda2 dan hendak saling serang, se-konyong2 sebuah suitan nyaring melengking laksana pekik naga bergema dialam pegunungan, begitu keras suitan ini sampai pohon bergetar rontok, burung2 terkejut beterbangan.

"Bagus, komplotanmu sudah datang, kebetulan malah!" seru Kim Cau-gak.

Say-ci-hong berteriak: "Toako, urusan ini tiada sangkut pautnya dengan kau..." belum lenyap ucapannya, tampak Tang-hay-liong sudah berdiri ditengah kalangan, dia memanggul sebuah karung kecil,sahutnya tawar: "Samte, kau masih anggap aku sebagai Toako bukan? Kalau masih ada ikatan ini, kenapa urusanmu tiada sangkut pautnya denganku?"

"Tangwan Bong, kabarnya dulu kau hendak ajak Kongsun In situa bangka itu meluruk ke Ki-lian-san mencari aku, kebetulan hari ini kau kemari, menghemat tenagaku malah dari pada aku jauh2 menyambangimu ke laut timur, Kalian tak perlu ribut, hayolah maju bersama!" demikian tantang Kim Cau-gak dengan pongah.

"Toako, urusan lain aku boleh dengar petunjukmu, hari ini kau harus pertahankan nama baik kita. Bukankah kau ada  janji dengan pendekar Latah? Lebih baik lekas kau susul dia ke Kanglam saja." hari ini dia bertekad melawan sampai gugur, sengaja dia singgung nama pendekar latah maksudnya supaya sang toako minta bantuannya untuk menuntut balas sakit hatinya. Sudah tentu Tangwan Bong tahu maksud adik angkatnya ini, segera ia tertawa, ujarnya: "Tadi kau sudah dengar? Tujuh belas tahun yang lalu, aku sudah ikat janji sama Kim-lo-koay untuk bertempur. Sayang dulu tua bangka ini pura2 mati, sehingga kejadian batal. Dan sekarang aku mendapat kesempatan meneruskan janji pertempuran dulu!"

Merah padam muka Kim Cau-gak mendengar olok-olok ini, ternyata dulu memang dia sengaja menyebar berita kematiannya sendiri. Soalnya waktu itu ada dua macam ilmu kepandaiannya yang belum sempurna dia latih, kuatir bukan tandingan Kongsun In, maka pura2 mati saja menghindari bentrokan langsung.

Mendengar cemohan Tang-hay-liong seketika mendidih darahnya, jengeknya dingin: "Kongsun In tua bangka itu sudah mampus belum?"

"Kalau belum mati kenapa? Kalau sudah kau mau apa?" sahut Tang-hay-liong.

"Kalau sudah mampus akan kagali kuburannya, jikalau belum mati, kubatasi tiga bulan supaya kalian pergi mengundangnya kemari, biar kutamatkan jiwanya."

Tang-hay-liong ter-loroh2. "Apa yang kau tertawa-kan?" tanya Kim Cau-gak dengan mata mendelik.

"Lucu benar, sungguh menggelikan!" Say-ci-hong menyela bicara, kau ingin bertemu dengan Kongsun Cianpwe, kecuali pada penitisan yang akan datang."

Sekilas Tang-hay-liong melengak, cepat sekali ia sudah paham maksud adiknya, Say-ci-hong sengaja menjawab samar2, memang sengaja supaya Kim Cay-gak kira Kongsun In sudah ajal. Tapi ucapan ini boleh juga diartikan Kim Cau- gak bakal mampus dalam pertempuran hari ini, mana bisa berhadapan dengan Kongsun In? Tak tertahan Tang-hay-liong ter-bahak2, diam2 ia puji jawaban adiknya yang tepat.

Mendengar kata2 Kim Cau-gak begitu takabur, sungguh marah Hong-lay-mo-li bukan kepalang, kalau tidak ingat aturan Kangouw dan demi pamor dan gengsi Say-ci-hong dan Tang-hay-liong, sejak tadi dia sudah lompat turun, menusuk mampus Kim Cau-gak.

Namun tak urung iapun berpikir dalam hati: "Say-ci-hong sengaja bikin gembong iblis ini salah paham mengira Insu (guru berbudi) sudah meninggal, sudah tentu dia tidak ingin beliau terembet, masakah gembong iblis ini benar2 begitu lihay? Say-ci-hong kuatir Insu bukan lawannya?"

Kim Cau-gak sudah biasa malang melintang dan pongah, tidak terpikir olehnya maksud ucapan Say-ci-hong yang lain, ia kira Kongsun In memang sudah mati, segera menjengek dingin: "Baik, sekarang hanya ada satu cara untuk menghindari kematian kalian. asal kalian ajak aku untuk membongkar kuburan tua bangka itu."

Tang-hay-liong pencet hidung dan berteriak: "Wah siapa yang kentut? Bau! Bau busuk!"

"Tangwan Bong, kemarilah kau, biar kuberi kelonggaran tiga jurus kepadamu!" damrat Kim Cau-gak naik pitam.

"Biar aku dulu!" sela Say-ci-hong hendak maju, Terlintang kedua tapak tangan Kim Cau-gak, sin-dirnya: "Siapa dulu sama2 mati, kalian tak usah ribut, maju bersama saja."

"Tunggu sebentar!" seru Tang-hay-liong tiba2, "Aku punya sebuah kado hendak kuberikan kepadamu!"

Kim Cau-gak melengak, lalu katanya: "O, ya, batok kepala To Toa-hay kau ambil kemana? Lekas serahkan, nanti boleh kau menjadi temannya ke neraka."

Tang-hay-liong sedang membuka karung buntalannya, dia kira Tang-hay-liong mau keluarkan batok kepala To Toa-hay. Setelah terbuka ikatannya Tan-hay-liong menyendal karungnya itu seraya berkata tawar "Diberi tidak membalas kurang hormat, kau undang semua teman2 Samteku, akupun undang kedua murid dan tujuh orang pembantumu kemari semua!" tampak dari karung berhamburan sembilan pasang telinga orang, telinga orang yang masih segar berlepotan darah, jelas baru saja dipotong dari kepala orang.

Ternyata meski Kim Cau-gak berkepandaian tinggi bernyali besar, tak perlu mencari orang untuk mem-bantunya, tapi mau tak mau dia harus bersiap menjaga kemungkinan umpamanya kaum persilatan sekitar ini bila mendengar kabar pertandingan disini, pasti meluruk datang, oleh karena itu, orang2 yang sama datang tanpa diundang untuk membantu Say-ci-hong dia bunuh semua ditengah jalan, lalu suruh kedua murid dan tujuh perwira negeri Kim meronda disekitar puncak ini untuk menjaga segala kemungkinan, tak nyana kesembilan pembantunya kini sudah dibasmi oleh Tang-hay-liong. (itulah sebabnya kenapa kedatangan Hong-lay-mo-li tanpa menemui rintangan).

Melihat kesembilan pasang kuping ini, serasa hampir meledak dada Kim Cau-gak, tanpa hiraukan kedudukan dirinya sebagai angkatan yang lebih tua, dengan menghardik keras segera ia mendahului menubruk ke-arah Tang-hay-liong.

"Samte, kau harus mengalah kepadaku!" Seru Tang-hay- liong tertawa, mendadak ia menghardik keras: "Bagus, lihat pukulan!" sebat sekali ia putar badan, berbareng kedua tapak tangannya ia dorong memapak kedatangan musuh. Ternyata sengaja ia bikin Kim Cau-gak marah supaya turun tangan lebih dulu.

"Toako, jangan kau sentuh tapak tangannya!" seru Say-ci- hong memperingatkan, tapi Tang-hay-liong sudah kerahkan setaker tenaganya, seperti mobil yang blong remnya tak terkendali lagi, "Blang" kedua tapak tangannya saling bentur dengar tapak tangan musuh seketika Tang-hay-liong rasakan hawa dingin yang me-resap ketulang merangsang keseluruh badannya, tangan lawan se-olah2 bukan terdiri darah daging, dinginnya puluhan kali lipat dari es.

Tak urung Kim Cau-gak tergeliat juga, hatinya kaget, pikirnya: "Tak nyana keparat ini berhasil meyakinkan Gun- goan-it-ou-kang, memang tidak malu di-junjung sebagai tertua dari Su-pak-thian, tak boleh dipandang ringan."

Cepat sekali tangan kiri Kim Cau-gak sudah terayun lagi, Tang-hay-liong tak heran menyambut secara kekerasan, sebat sekali ia menyurut mundur tiga langkah, membalas dengan sekali pukulan Bik-khong-ciang.

Kim Cau-gak menjengek dingin: "Kau kira tanpa menyentuh tapak tanganku kau bisa meluputkan diri? Hm, biar kau rasakan kelihayan Im-yang-ji-khi yang kuyakinkan."

Tenaga dkerahkan, dari tapak tangannya kontan menerpa keluar segulung angin kencang menyampok muka, seketika Tang-hay-liong seperti terbungkus di-dalamnya, Hanya menepuk tangan menimbulkan damparan angin tak perlu dibuat heran yang aneh adalah damparan anginnya ini ternyata panas seperti hawa gunung yang meletus, menyengat kulit menggosongkan badan, lekas Tang-hay-liong lancarkan Bik-khong-ciang pula untuk menyampuk buyar, sementara tangan kanan menepuk kedepan pula, tahu2 segulung hawa dingin memberondong datang, walau tidak langsung mengenai tapak tangannya, namun hawa dingin yang merangsang tapak tangannya sampai keulu hati sungguh sulit dibayangkan rasanya.

Lwekang panas dingin, keyakinan Kim Cau-gak ini dinamakan Im-yang-ngo-heng-ciang, merupakan dua aliran ilmu sesat yang paling lihay dari golongan Sia-pay, kini dia berhasil mengombinasikan dalam satu latihan dan berhasil dengan gemilang, setelah tiga puluh tahun latihan. Pukulan dingin yang paling lihay dari golongan Siapay dinamakan Siu-lo-im-sat-kang, sementara pukulan panas yang paling ganas adalah Lui-sin-ciang. Kalau latihan Siu-lo-im-sat- kang berhasil dilatih mencapai puncak tertinggi, sekali pukul dapat membuat darah dalam badan lawan membeku, kalau Lui-sin-ciang dilatih sampai sempurna betul, kesamber anginnya saja, badan bisa hangus dan terbakar.

Tapi satu saja diantara kedua ilmu ini harus diyakinkan selama tiga puluhan tahun baru bisa berhasil, malah bila tidak hati2 ditengah latihan kemungkinan bisa mengalami Jau-hwe- jip-mo.

Secara kebetulan Kim Cau-gak memperoleh inti pelajaran kedua ilmu dahsyat ini, dasar cerdik Kim Cau-gak tidak terlalu tamak untuk meyakinkan kedua ilmu ini sampai puncak tertinggi, apalagi dia insaf jiwanya sudah cukup tua, maka dia hanya mengejar hasil sesuai dengan kemampuannya, kedua ilmu ini hanya dilatihnya mencapai tingkat ketujuh, (paling tinggi tingkat kesembilan, setelah tingkat ketujuh, latihan tingkat selanjutnya sekali lipat lebih sukar dan berbahaya), Meski kepalang tanggung tapi dia boleh terhindar dari bahaya Jau-hwe-jip-mo.

Bahwa kedua ilmu dahsyat ini dapat dilatih sampai tingkat ketujuh, dikolong langit hanya dia seorang saja yang mampu, oleh karena itu meski belum sempurna betul, dia yakin dirinya sudah takkan menemui tandingan diseluruh dunia, karena keyakinan inilah baru dia berani keluar kandang dan membantu negeri Kim, tujuannya hendak memberantas pejuang2 rakyat yang melawan penjajahan.

Untung kedua ilmu ini belum dilatihnya sempurna, sehingga Tang-hay-liong sekuatnya masih kuat bertahan, Gun-goan-it- ou-kang latihan Tang-hay-liong-pun sudah tiga puluhan tahun lebih peyakinannya, meski tidak seganas dan sejahat kedua ilmu sesat lawannya, namun Lwekangnya ini merupakan ajaran lurus dan murni, kekuatannya besar kokoh dan tebal, dalam waktu dekat Kim Cau-gak terang takkan mampu berbuat apa2 terhadapnya.

Tapi lama kelamaan, siapa lemah mana kuat semakin kentara, Disamping Lwekang Kim Cau-gak memang lebih tinggi dari Tang-hay-Iiong, Im-yang-ngo-heng-ciang yang dilatihnya itu merupakan ilmu tunggal yang tiada taranya dari golongan Siapay, baru sekali ini Tang-hay-liong pernah menghadapinya, bahwasanya ia tidak tahu cara bagaimana dirinya harus melawan dan mengatasinya, celakanya adalah dalam gebrak pertama tadi datang2 Tang-hay-liong lantas melawan pukulan musuh secara kekerasan, sedikit banyak badannya sudah keracunan, panas dan dingin, betapapun tinggi Lwekangnya, lama kelamaan pertahanannya menjadi lemah, kalau didalam badan terasa dingin serasa tulang dan darah menjadi beku, sebaliknya kulit badannya bagian luar serasa dipanggang diatas tungku.

Kalau gigi gemeratak, sebaliknya keringat dingin ber- ketes2, dengan sendirinya kekuatan Gun-goan-it-ou-kang semakin susut dan lemah.

Dengan susah payah Tang-hay-liong terus bertahan, suatu ketika Kim Cau-gak memaksanya menyambut sekali pukulannya pula secara keras, bentrokan kali ini dengan tapak tangan kiri Kim Cau-gak, seketika serasa separo badannya seperti kejeblos kedalam kurungan tungku, badan membara, kerongkongan kering bibir serasa pecah!

Berkunang2 pandangan Tang-hay-liong, lekas ia berteriak: "Samte, lekas pergi! pergilah mencari pendekar latah!"

Bahwa tadi mereka saling berlomba hendak menghadapi musuh, bukan lantaran tidak mau main keroyok, adalah untuk menjaga segala kemungkinan satu diantara mereka harus lolos. Serta melihat Toa-konya terdesak menghadapi bahaya sudah tentu Say-ci-hong tidak mau berpeluk tangan, serunya lantang: "Gembong iblis ini adalah undangan anjing raja Kim, Bukan saja dia musuh besar kita, diapun musuh umum dari bangsa Song kita, buat apa bicara aturan Kangouw segala? Toako, hari ini biar kita gugur bersama dime-dan laga!" Pedang terlolos, sinar pelangi berputar, dengan sengit ia membabat pinggang.

"Nah kan begitu, sejak tadi kan sudah kusuruh maju bersama, Buat apa harus cari alasan segala? "demikian cemooh Kim Cau-gak, sebat sekali kedua tangannya terpentang kedua jurusan, yang kiri menebas kepada Say-ci- hong, tapak tangan menjojoh Tang-hay-liong.

Say-ci-hong bergerak teramat tangkas dan cepat, dasar kutu buku dalam menghadapi tokoh berat mulut masih sempat bersenandung segala, Keruan Kim Cau-gak mendongkol dan uring2an, dampratnya: "Disini bukan sekolahan, kau baca  syair kentut apa? Menyebalkan!" tiba2 terasa segulung angin sepoi2 menghembus mukanya, hawa hangat yang terhanyut lambat tahu2 bergelombang merangsang dirinya, meski tidak menderu, tapi terasa hangat nyaman, membuat orang terasa lemas ngantuk tak kuasa mengerahkan semangat.

Keruan Kim Cau-gak kaget bentaknya: "Apa yang kau lakukan?" lekas ia empos semangat kini ia hadapi kedua lawannya dengan penuh perhatian, sedikitpun tak berani ayal, sementara kekuatan pukulan panas dinginnya diperbesar dan semakin gencar, sehingga hembusan angin sepoi2 yeng nyaman segar itu terbendung diluar kalangan.

Ternyata Say-ci-hong ada melatih suatu ajaran Lwekang dari aliran lurus yang dinamakan Thay-ceng-khi-kang, kira2 hampir mirip dan senyawa dengan Gun-goan-it-ou-kang yang diyakinkan Tang-hay-liong, Kalau Gun-goan-it-ou-kang mengutamakan kekuatan kasar dan dahsyat, sebaliknya Thay- ceng-khi-kang lembut dan lunak, jauh lebih leluasa dan gampang untuk menyergap musuh. Dengan meminjam senandungnya dia lancarkan Thay- ceng-khi-kang, jadi bukan sengaja untuk memecah perhatian musuh saja, Kim Cau-gak belum tahu dimana letak kehebatan Thay-ceng-khi-kangnya, hampir saja ia kecundang.

Mendapat kesempatan, "sret, sretr sret, beruntun ia lancarkan serangan pedang berantai, hawa udara seperti bergolak, suaranya mendesis keras, ternyata kekuatan lunak yang kuat itu berhasil menjebol kepungan tenaga Im-yang-ji- khi Kim Cau-gak, lambat laun mereka menempatkan diri dalam posisi yang lebih unggul, Kim Cau-gak terdesak mundur beberapa langkah.

Karena tekanan menjadi ringan, Tang-hay-liong jadi punya sisa tenaga untuk menghimpun hawa murni, untuk mengusir hawa beracun yang menyerang kedalam badan, sedikit demi sedikit, terusir keluar.

Begitu Say-ci-hong turun gelenggang, situasi berubah begitu cepat, diam2 Hong-lay-mo-li bersorak dalam hati, pikirnya: "Say-ci-hong memang tak bernama kosong, agaknya kepandaiannya lebih tinggi dari Tang-hay-liong." pandangan Hong-lay-mo-li sebetulnya cukup tajam, tapi penilaiannya kali ini meleset.

Diantara Su-pak-thian, Say-ci-hong adalah satu2nya orang yang patut disebut pendekar budiman, Tang-hay-liong sendiri masih berpendirian diantara lurus dan sesat, Say-ci-hong sering berdarma bakti demi kepentingan orang banyak, kesabarannyapun tinggi, maka latihan Lwekangnya lebih  murni dan tinggi dari Tang-hay-liong, tapi bicara soal kekuatan dan keuletan dia masih kalah dibanding Toakonya ini.

Kepandaian kedua saudara ini, masing2 mempunyai kemahiran, kehebatan dan kelebihannya sendiri2, setelah mengekang musuh dan berinisiatif lebih dulu, disamping Kim Cau-gak memang sudah rada terkuras tenaganya setelah menempur Tang-hay-liong tadi. Setelah berkesempatan ganti napas menghimpun semangat, kekuatan Gun-goan-it-ou-kang Tang-hay-liong bertambah lagi, dengan gabungan Say-ci-hong kedua pihak masih setanding sama kuat, saling serang menyerang dengan sengit, dalam waktu dekat keadaan seri alias setanding.

Gerakan pedang Say-ci-hong semakin gencar dan ketat, dilandasi Thay-ceng-khi-kang Say-ci-kiam-hoat ciptaannya sendiri, beruntun ia berhasil patahkan enam tujuh belas jurus rangsakan Kim Cau-gak, sementara Tang-hay-liong menyerang dari sebelah samping, membendung dan mengurangi tekanan pukulan Kim Cau-gak.

Tapi betapapun Lwekang Kim Cau-gak setingkat lebih tinggi dari mereka, menghadapi Thay-ceng-khi-kang dia sudah siaga, karena serangan Say-ci-hong tak berhasil menerjang masuk pertahanannya, tiga puluh jurus kemudian, Say-ci-hong mengalami pengalaman Tang-hay-liong tadi, dibawah rangsakan tenaga pukulan negati dan positip lawan, Say-ci- hong seperti disiksa oleh gemblengan hawa panas dingin yang berlawanan, terpaksa ia harus salurkan tenaga murninya  untuk melawan, dengan sendiri kekuatan Thay-ceng-khi- kangnya menjadi kendor.

Cuma Lwekang Say-ci-hong lebih murni dan mantap, maka dia lebih kuat bertahan dari Tang-hay-liong, dan lagi kepandaian silat yang dia pelajari memang lebih luas dan banyak variasinya, bukan saja Lwekangnya tinggi, ilmu pedangnyapun lihay, (dalam hal inilah dia lebih unggul dari Toakonya), walau Thay-ceng-khi-kangnya semakin terkuras dan lemas sedapat mungkin ia masih kuat bertahan, sementara gerakan pedang sedikitpun tidak menjadi kendor, Oleh karena itu meski keadaan cukup genting dan bahaya, lahirnya belum kentara.

Kalau orang lain belum tahu akan keadaannya yang sudah kritis, Say-ci-hong sendiri insaf, Tiba2 ia gigit lidah sendiri seraya berteriak: "Toako, lekas kau pergi!" darah segar segera menyembur dari mulutnya.

Aneh juga, setelah darah menyembur dari mulut, kekuatan Lwekangnya tiba2 berlipat ganda, diringi suitan panjang, pedangnya ditarikan kencang bagai hujan badai, sehingga Kim Cau-gak terdesak mundur ber-ulang2. Damparan angin panas dingin dari kedua tapak tangan Kim Cau-gak seketika tersiak ber-derai2 oleh suitan panjangnya ini!

Keruan Hong-lay-mo-li kaget, pikirnya: "Apa aku keliru?

Say-ci-hong belum kalah, kenapa dia berlaku nekad, menggunakan Thian-mo-kay-deh-tay-hoat dari aliran sesat?"

Kiranya dengan menggigit lidah sampai pecah ini, Say-ci- hong membongkar seluruh kekuatan simpanannya yang terakhir untuk menambah kekuatan, tapi hawa murni sendiripun akan terkuras habis dan berarti merusak badan sendiri pula, jikalau usaha terakhir ini gagal, dirinya dengan mudah akan menjadi bulan2an empuk bagi musuh, seumpama musuh berhasil di-tumpas, dirinyapun akan terserang penyakit parah.

Sungguh tak pernah terpikir oleh Hong-lay-mo-li, sebagai tokoh kelas wahid dalam ajaran lurus dan murni, ternyata Say- ci-hong ada membekal ilmu kepandaian dari ajaran Sia pay pula? Terutama sebelum dirinya kelihatan terdesak kalah, orang sudah menggunakan cara yang nekad ini.

Maklum Hong-lay-mo-li sudah siap sembarang waktu turun membantu, soalnya penilaiannya keliru disamping dia tidak ingin berebut jasa dengan kedua orang ini, Bilamana kedua orang ini menunjukan gejala2 bakal kalah, tentu Hong-Lay- mo-li sudah turun tangan sejak tadi. Kini hendak bertindak dan mencegah Say-ci-hong menggunakan Thian-mo-kay-deh- tay-hoat-pun sudah terlambat.

Kekuatan Thay-ceng-khi-kang memang menunjukkan perubahan yang tiada taranya, samberan angin panas dingin dari tapak tangan Kim Cau-gak tercerai berai. Tapi meski Kim Cau-gak menyurut mundur, tapi langkah kakinya masih mantap dan tenang, kedua hawa positip dan negatip ia himpun kekuatannya untuk melindungi badan, cuma bertahan tidak balas menyerang, sehingga badannya se-akan2 terbungkus oleh lapisan tembok baja yang tak kelihatan, gempuran Thay-ceng-khi-kang Say-ci-hong ternyata tak kuasa menjebolnya masuk.

Mencelos hati Say-ci-hong, ia insaf akan situasi yang kritis ini, dari pada tertawan dan menjadi ejekan dan dihina musuh lebih baik gugur dimedan laga, maka sambil kertak gigi ia sudah kerahkan tenaga hendak putuskan seluruh urat nadi dalam badan sendiri

Tapi suatu peristiwa yang tak terduga tiba2 terjadi, sebuah batu besar tak jauh dari Say-ci-hong tiba2 menggelinding, disusul ""Blum!" dari belakang batu menyembur segulung asap tebal, ditengah asap tebal ini sinar mas berkilau ikut menyambar kian kemari, kontan Say-ci-hong dan Tang-hay- liong sama menjerit dan roboh.

Tampak dari bawah batu yang terbuka tadi melompat keluar dua orang, yang didepan adalah seorang gadis berambut panjang yang terurai, dia bukan lain adalah Giok- bin-yau-hou, asap beracun tadi adalah buah tangannya.

Ternyata dengan seorang yang lain sejak lama mereka sudah sembunyi ditempat itu, dibawah sana adalah sebuah lobang yang cukup lebar, lalu ditutup dengan batu besar tadi, waktu ia mengintip keluar dari celah2 batu, dilihatnya Kim Cau-gak terdesak mundur, tanpa diketahui bahwa Say-ci-hong sebenarnya sudah terluka dalam yang parah, ia kira Kim Cau- gak terdesak kewalahan, lekas batu penutup ia geser terus menerobos keluar sambil menyambitkan senjata gelap tunggalnya yang paling jahat yaitu Tok-u-kim-ciam-Iiat-yan- tan (granat asap dan jarum ,mas beracun). Tang-hay-liong dan Say-ci-hiong sama tersambit oleh beberapa batang Bwe-hoa-ciam lagi, sudah tentu tak kuat bertahan lagi, kontan terjungkal roboh dan jatuh se-maput, sudah tentu Say-ciong tak mampu kerahkan tonaga untuk putuskan urat nadi bunuh diri

Kim Cau-gak tertawa besar, serunya: "Jilian-cuncu, kiranya kau sudah lama tiba, sebetulnya kau tak perlu turun tangan..." belum habis kata2nya, se-konyong2 didengarnya sebuah bentakan nyaring:

"Siluman rase yang tak tahu malu, membokong secara keji, ada aku disini, jangan harap keinginanmu tercapai, serahkan jiwamu!" kumandang suaranya orangnya pun datang, dia bukan lain Hong lay-mo-li adanya.

Jadi waktu Lian Ceng-poh menyambitkan senjatanya membokong, kebetulan Hong-lay-mo-li melompat turun dari atas pohon, Tujuan Hong-lay-mo-li hendak merintangi Kim Cau-gak turunkan tangan kejinya kepada Tang-hay-liong dan Say-ci-hong, kejadian sungguh tak terduga perubahannya, tahu2 kedua orang ini sudah terjungkal roboh terluka parah, begitu melihat Lian Ceng-poh, keruan seperti api disiram minyak amarahnya, tanpa hiraukan Kim Cau-gak ia luruk dulu Giok-bin-yau-hou.

Jarak Lian Ceng-poh dengan Kim Cau-gak ada enam tujuh tombak, Hong-lay-mo-li mendadak menubruk dari atas laksana kilat menyamber, jauh diluar dugaan Kim Cau-gak. Tahu2 Hong-lay-mo-li sudah menukik tiba didepan mata, Ceng-kong- kiam tahu2 sudah menusuk kedadanya.

Untunglah seorang lain yang lompat keluar belakangan dari bawah lobang itu, seorang perwira mencekal sebatang pedang, dengan sekuatnya ia angkat pedangnya menangkis tusukan Hong-lay-mo-li, sehingga pedang Hong-lay-mo-li tertahan. Tapi betapa cepat permainan pedang Hong-lay-mo-li, terdengar suara gemerantang ramai, dalam sekejap saja, pedang kedua pihak beradu tujuh kali, terakhir suaranya lebih nyaring dan kutunglah pedang panjang si perwira, Tujuan Hong-lay-mo-li adalah Lian Ceng-poh. maka sebat sekali ujung pedangnya menutul Hian-ki-hiat didada orang, begitu pas2an tenaga tusukan yang dia guna-kan, sehingga lawan tak tertusuk luka dan mengeluarkan darah, tapi Hiat-tonya tertutuk.

Tanpa berhenti setelah berhasil membekuk si perwira Hong-lay-mo-li mengejar kearah Giok-bin-yau-hou. Giak-bin- yao-hou segera menyambutnya dengan timpukan granat

beracunnya lagi, Hong-lay-mo-li menjengek dingin: "Kepadaku kaupun berani m-ain2 dengan benda2 beracun!" cukup sekali kebas dengan kebutan nya, asap tebal beracun itu seketika seperti dihempas oleh terjangan angin badai, bersama  puluhan batang jarum masnya melesat balik, Lekas Giok-bin- yau-hou melejit beberapa tombak jauhnya, asap tak bisa menerpa begitu jauh, tapi puluhan jarum itu sama mem- berondong kepada tuannya sendiri, keruan kejut Giok-bin-yau- hou bukan kepalang, lekas pinggang ditekuk dengan gaya petani bercocok disawah, badannya mendak rendah hampir berjongkok, berbareng lengan bajunya dia kebutkan, beberapa batang Bwe-hoa-ciam melesat dari atas kepalanya, ada beberapa batang lagi sama menancap di atas lengan bajunya tiada sebatang-pun yang melukai badannya.

Kepandaian Giok-bin-yau-hou memunahkan samberam senjata gelap inipun termasuk kepandaian tingkat tinggi, tapi hati Hong-Iay-mo-li merasa heran malah.

Heran bukan lantaran kehebatan dan keanehan permainan silatnya ini, heran karena berbagai permainan silat yang dia gunakan hari ini jauh berbeda dengan ilmu silat yang dia gunakan dirumah Kongsun Ki tempo hari, tempo hari lawan menggunakan seruling, ilmu tutuknya lihay dan menakjubkan, sebaliknya hari ini orang secara licik menggunakan senjata gelap, tujuannya tak lain untuk merintangi Hong-lay-mo-li saja, supaya dirinya leluasa melarikan diri, tak nyana sekali kebut Hong-lay-mo-li bikin senjata rahasianya mental balik dan hampir saja senjata makan tuan.

Terpaksa ia keluarkan pedangnya untuk menangkis tusukan pedang Hong-lay-mo-Ii, saking dahsyat benturan ini. sampai tapak tangan pecah keluar darah dan kemeng.

Hong-lay-mo-li berhasil mendesak musuh, tapi hatinya semakin keheranan, maklumlah sebagai ahli silat tingkat tinggi, bukan saja dari jurus permainan orang ia dapat membedakan perbedaan satu sama laki, kekuatan Lwekangnyapun jauh terpautnya.

Disaat ia me-nimang2, tiba2 terasa angin dingin menerjang datang mengarah Ling-tai-hiat dipunggung, meski Lwekang Hong-lay-mo-li cukup tinggi, tak urung bergidik dia dibuatnya saking kedinginan pedangnya sedang menyerang dengan tipu ganas, sementara kebutannya sedang menyapu tak kalah dahsyatnya, sehingga Giok-bin-yau-hou se-olah2 terbendung jalan mundurnya, disaat pundak Giok-bin-you-hou terancam bahaya itu karena punggung terasa dingin serta merta.

Pegangan tangan rada bergetar, sehingga ujung pedang menusuk miring dan hanya menggores luka panjang dilengan Giok-bin-yau-hou.

"Tang" Giok-bin-you-hou buang pedangnya terus lari ter- birit2, namun Hong-lay-mo-li tak sempat me-ngejarnya, cemoohnya berpaling kebelakang: "Bagus! kepandaian lihay cara membokong dari belakang."

Kiranya Kim Cau-gak menolong tepat pada waktunya, karena jarak terlalu jauh sembari menubruk maju ia lancarkan Hian-im-ci, ilmu tutuk dari jarak jauh menjentik kepunggung Hong-lay-mo-li. Tingkat kedudukan Kim Cau-gak dalam Bulim cukup tinggi, karena terburu nafsu hendak menolong jiwa Giok-bin-yau-hou, terpaksa dia tidak hiraukan gengsi dan pamor sendiri, main bokong secara licik, dia kira tutukan jarinya ini pasti akan merobohkan Hong-lay-mo-li, tak nyana bukan saja tidak terluka, pedang orang masih mampu melukai Giok-bin-yau- hou.

Mau tak mau terkesiap juga hati Kim Cau-gak, batinnya: "Tiga puluh tahun aku tak turun gunung, tak nyana bermunculan tokoh2 muda dari generasi mendatang. Genduk cilik ini ternyata kuat menghadapi tingkat ke-tujuh tutukan Siu-lo-im-sat-kang."

Karena olok2 Hong-lay-mo-li merah jengah muka Kim Cau- gak, segera ia ter-bahak2 untuk menutupi rasa malunya, katanya: "Kulihat kepandaianmu cukup lumayan, ingin aku menjajalmu! Em, siapa namamu, siapa pula gurumu?"

Hawa murni berputar tiga putaran dalam badan, baru Hong-lay-mo-li berhasil usir hawa dingin yang meresap kedalam badannya, sikap wajahnya tetap kereng, kebutan dibuat menuding, kaki maju dua langkah, katanya tawar. "Sebutkan dulu namamu!"

Melihat sikap wajar orang lebih heran Kim Cau-gak, katanya: "Bukankah sejak tadi kau sudah sembunyi di atas pohon? Masakah bukan begundal Say-ci-hong, dan belum tahu namaku?"

"Dengan Say-ci-hong aku tidak pernah kenal, apalagi mendengar namamu."

"Kau genduk ayu ini juga pandai berbohong, bukankah tadi kau sudah dengar percakapanku dengan mereka?"

"Tidak begitu jelas, Lekas sebutkan namamu, ke-tahulah pedangku tak membunuh kaum keroco!" "Kau genduk ini begini pongah, baiklah pasang kupingmu bi-r jelas, namaku kau belum pernah dengar gurumu tentunya bukan kaum rendah, pasti dia sudah tahu, Aku adalah Kim Cau-gak yang tiga puluh tahun yang lalu pernah malang melintang diselatan dan utara sungai besar."

Tiha2 Hong-lay-mo-li cekikikan geli, ujarnya: "Tidak benar." "Apanya tidak benar?"

"Namamu tidak benar!"

"Apa maksudmu, kenapa namaku tidak benar?" "Apapun nama yang kau ambil boleh saja, justru tidak

boleh menggunakan nama Kim Cau-gak."

"Kau genduk ini tahu apa, namaku ini punya latar belakang yang tak kau ketahui."

"Lebih baik, biar kuganti sebuah nama yang lain saja." "Kurangajar, apa salahnya namaku ini? Kenapa kau harus

menggantinya?"

"Salah ya salah, coba kau pikir, kau bernama Kim Cau-gak, tapi seorang pembantu Gak Hui saja kau tidak kuasa mengungkulinya, masih tidak malu kau menggunakan nama ini? Dulu tombak Nyo Cay-hin di Siau-siang-ho berhasil menyodet perutmu, terhitung baik nasibmu tidak sampai mampus, seharusnya kau bertobat dan tahu diri, belajarlah menjadi kura2 yang bersemayam di Ki-lian-san, sebaliknya kau masih ingin mencari gara2 disini, bukankah tidak tahu diri?

Ketahuilah hidup manusia takkan selamanya mengandal kepada nasib baik selalu".

Dikorek boroknya masa lalu, keruan malu dan gusar Kim Cau-gak dibuatnya, bentaknya: "Tutup mulutmu!"

Hong-lay-mo-li sebaliknya tidak tutup mulut, katanya lebih lanjut "Kukira namamu harus diganti Kim Hu-song (Kim menyerah kepada Song) saja, betapa banyak pahlawan2 gagah dari bangsa Song kita, lebih baik gunakan nama Kim Hu-song saja!"

Saking murka Kim Cau-gak malah ter-loroh2, serunya: "Ternyata genduk kau inipun tahu asal usul Lohu, memang selama hidup Lohu hanya sekali dikalahkan oleh Nyo Cay-hin, tapi Nyo Cay-hin sekarang sudah nvampus, panglima besarmu Gak Hui juga sudah menjadi tanah, Song-tiau kalian, masih punya tokoh siapa dapat mengalahkan aku?"

"Membunuh ayam masa perlu pakai golok kerbau menundukah kau masa perlu seorang jenderal? Waktu aku keluar pintu, guruku ada pesan, katanya ada seorang bangsat tua bangka yang menamakan dirinya Kim Cau-gak, dulu takut aku cari perkara kepadanya, lantas pura2 mati menyembunyikan diri, kabar-nya sekarang dia berani keluar kandang, jikalau dia kebentur olehmu, ringkuslah dia dan gusur kehadapan-ku, biar kuhajar dia!"

Kim Cau-gak tertegun, bentaknya: "Apakah kau murid Kongsun In? Tua bangka itu belum mampus?"

"Beliau masih sehat walafiat, lekas kau pura2 mati saja!" "Sementara tidak akan kubunuh kau, undanglah gurumu

kemari."

"Apa kupingmu sudah tuIi? Tak kau dengar tadi kukatakan, guruku berpesan supaya aku membekukmu menggusur kehadapan beliau, kau hendak menemui beliau, gampang saja, marilah ikut aku! Cis, tidak lekas kau terima diringkus saja?"

Serasa hampir meledak dada Kim Cau gak, hardik-nya: "Buat apa aku adu mulut dengan genduk busuk kau ini, baik, kalau kau ini wakili kematian gurumu, biar kukirim kau keneraka lebih dulu!" kedua tapak tangan bergerak membundar kearah yang berlawanan terus ditepukkan kedepan, tapak kiri terlebih dulu melontarkan segulung hawa panas, disusul tapak tangan kanan menerbitkan segulung hawa dingin.

Dengan kelincahan badannya, sebat sekali Hong-lay-mo-li melejit menyingkir dari terjangan kekuatan lawan, lalu dari arah samping kebutannya digentak, seketika angin keras menderu menahan kedua hawa panas dingin musuh, seketika mereka serang menyerang dengan dahsyat dan sengit.

Tangan kanan Hong-lay-mo-li memainkan pedangnya sehingga sinar pedangnya bergerak laksana sekuntum bunga, lalu dengan sejurus Giok-li-toh-so pedangnya menusuk maju, tipu ini kelihatannya biasa saja, topi dimana ujung pedangnya meluncur, ternyata mengeluarkan desiran keras.

Kiranya Yo-hun-kiam-hoat yang dia kembangkan inipun merupakan kepandaian tunggal dalam Bulim, kekuatan dan perbawanya terang tidak lebih asor dari permainan kebutnya yang memiliki tiga puluh enam jurus tipu2nya yang hebat Yo- hun-kiam-hoat justru mengkombinasikan tenaga lunak yang mengandung kekuatan keras dan kiat, lincah dan enteng, tapi setiap gerak perubahannya justru mengandung kekuatan murni yang tiada taranya, suara mendesir itu lantaran tusukan pedangnya menembus rangsakan hawa panas dingin musuh, sehingga hawa bergolak dan mengeluarkan suara.

Mau tak mau kaget juga hati Kim Cau-gak menghadapi rangsakan gencar dari perpaduan kedua ilmu lawannya ini, lekas ia kerahkan Lwekangnya dan kembangkan Im-yang-ngo- heng-ciang setaker kemampuan-nya, sekeliling badannya dilingkupi hawa panas dingin laksana dinding yang tak kelihatan, tiga kaki didepan badannya, pedang Hong-lay-mo-li tentu tergetar balik, maka suara mendesis itu semakin keras seperti kacang digoreng diatas wajan: semakin keras semakin ramai, lama kelamaan kedua pihak sama mencelos. Hong-lay-mo-li berpikir: "Kepandaian Kim-lian-lo-koay memang hebat dan teramat sesat, kalau aku tidak bisa menyelesaikan pertempuran dalam waktu dekat, mungkin aku bisa tersiksa oleh tekanan panas dingin kekuatan musuh." sebaliknya Kim Cau-gak juga membatin: "Jikalau dia kuat bertahan sampai seratus jurus, kemana muka ku harus kutaruh? Dilanjutkan terlalu lama tidak menguntungkan bagiku, aku harus cari cara untuk segera mengalahkannya." maklumlah Kim Cau-gak barusan sudah bertempur sengit, terutatama melawan gempuran dahsyat Thian-mo-kay-deh- tay-hoat Say ci-hong tadi menguras tidak sedikit tenaganya, paling tidak tiga bagian Lwekangnya sudah susut, apa lagi ia kuatir sedikit lena, Hong-lay-mo-li pasti berkesempatan menerjang masuk kedalam pertahanannya

Kedua pihak punya tekad yang sama untuk menyelesaikan pertempuran dalam waktu singkat, maka serang menyerang semakin sengit dan cepat, semakin tegang lagi.

Suatu ketika Kim Cau-gak sengaja bergerak lambat menunjukkan lobang, sembari miringkan tubuh memukulkan tapak tangan, sehiingga ketiak kirinya terbuka, Hong-lay-mo-li cukup paham bahwa musuh s-sngaja menunjukan tempat terbuka untuk memancing dirinya, tapi ia percaya akan kecepatan gerak pedangnya yang lincah dan cekatan, "sret" pedangnya menusuk, ditengah jalan tiba2 berputar "Cret" tahu2 ketiak kanan Kim Cau-gak yang diincarnya, baju Kim- Cau-gak tertusuk berlobang dan tergores turun memanjang.

"Kena!" berbareng Kim Cau-gak menghardik, "creng" jarinya menjentik diujung pedang lawan, inilah puncak kepandaian Lu-sin-ci dari aliran Siapay, seketika Hong-lay-mo- li rasakan tapak tangannya panas seperti disentuh bara terus merambat keseluruh badan.

Melihat usaha gempuran dengan kedua hawa panas dinginnya yang hebat itu tak membawa hasil, sengaja Kim Cau-gau gunakan cara berbahaya ini untuk menggunakan ilmu Kek-bu-jo-an-kang (menyalurkan tenaga melalui benda), suhu panas yang dikeluarkan dari Lui-sin-cinya ini melalui ujung pedangnya merangsang keseluruh badan Hong-lay-mo-li.

Kedua pihak sama2 cidra, tapi Kim Cau-gak hanya menderita luka2 Iuar, sebaliknya hawa panas musuh yang berbisa meresap kedalam badan, sudah tentu kerugian Hong- lay-mo-li lebih besar.

Terpaksa Hong-lay-mo-li harus mundur dan menarik balik pedangnya, lincah sekali kakinya sudah menggeser kedudukan, disaat ia merangsak lagi, Kim Cau-gak keburu lontarkan sekali pukulannya pula, pukulan ini ia gunakan Siu- lo-im-sat-kang, hawa dingin luar biasa segera menerpa datang, tanpa kuasa Hong-lay-mo-li bergidik kedinginan.

Kim Cau-gak ter-loroh2 kesenangan, serunya: "Genduk kecil tahu kelihayanku belum ? Angkatlah aku jadi gurumu, aku boleh ampuni..." belum sempat dia selesaikan kata2 "ampuni jiwamu", tiba2 terasa samberan angin silir2 menerjang mukanya.

Ternyata Hong-lay-mo-li salurkan tenaga saktinya, sekali sentak, benang2 kebutannya ia timpukan sebagai senjata rahasia, setajam jarum2 halus menerjang kearah Kim Cau- gak. sebetulnya dengan perlindungan kekuatan Lwekang panas dinginnya pertahanan Kim Cau-gak laksana dinding baja yang tak kelihatan, tapi karena tertawa kesenangan, sehingga tenaga pertahanannya sedikit kendor, apalagi benang2 kebutan itu begitu lembut dan lunak, tanpa mengeluarkan suara tahu2 berhasil menyusup kedalam bendungan pertahanannya. untunglah Kim Cau-gak segera merasakan gejala2 yang tak normal dari pusaran kekuatan pertahanan hawa panas dinginnya, benang2 kebutan yang semestinya mengincar kedua matanya, lekas ia gunakan Hong-tiam-thau, sehingga hanya sebelah kuping-nya saja yang tembus berlobang, seperti ditindik, Keruan bukan kepalang gusar Kim Cau-gak, mulutnya ber-kaok2, tenaga pukulan segera dipergencar, tumpuan Im-yang-ngo-heng-ciang yang diyakinkan selama ini dia boyong seluruhnya, tapak tangan kiri melontarkan pukulan Siu-lo-im-sat-kang, sementara tangan karuan sekaligus menggunakan dua ilmu, entah pukulan Bik- liu-ciang atau tutukkan Lui-sin-ci, kekuatan serangannya semakin ganas. Dibawah gencetan kedua kekuatan panas dingin ini, Hong-lay-mo-li terdesak mundur beberapa langkah.

Setelah mengalami pertempuran sengit, Lwekang Kim Cau- gak kira2 setanding dengan Hong-lay-mo-li, tapi kini Hong-lay- mo-li terserang hawa panas dari dalam, tenaga murni harus terpecah untuk menghadapi rangsangan luar dalam, lambat laun ia menjadi kewalahan dan terdesak.

Semakin bertempur kedua belah pihak bergerak semakin cepat dan seru, semakin lama Hong-lay-mo-li rasakan badannya semakin panas, sementara hawa dingin yang merangsang diluar badan serasa membekukan kulit dagingnya, sungguh tak tertahan badannya hampir menggigil.

Menghadapi tekanan berat ini mau tak mau Hong-lay-mo-li harus pilih melawan terus sampai mati atau segera menyingkir dulu sementara, mengandal Ginkangnya yang tinggi, tak sukar dia melarikan diri, tapi kalau dia tinggal pergi jiwa Tang-hay- liong dan Say-ci-hong jelas takkan tertolong lagi.

Say-ci-hong melihat keadaan gawat Hong-lay-mo-li, teriaknya: "Liu Lihiap, kalau gunung tetap menghijau, tak usah kuatir kehabisan kayu bakar, silakan pergi ke Kanglam menyampaikan kabar buruk kami".

Disaat Hong-lay-mo-li masih ragu2, Kim Cau-gak sudah membentak: "Mau lari kemana?" gelombang dingin laksana badai, hawa panas serasa membakar bumi, jalan mundur Hong-lay-mo-li seketika tertutup rapat

Disaat2 genting itulah, sekonyong2 terdengar alunan suara seruling yang melagukan nyanyian lincah merdu menyejukan badan, Mau tak mau Hong-lay-mo-li terkejut hatinya, ia tahu Bu-lim-thian-kiau sedang mendatangi.

Pikirnya: "Entah apa maksud kedatangan Bu lim-thian-kiau, kalau dia bantu Kim-lian-lo-koay, jiwa kami bertiga jelas takkan tertolong lagi," betapapun Bu-lim-thian-kiau dari suku Nuchen, Hong-lay-mo-li sedang terdesak dibawah angin, kedatangan orang begini mendadak, hatinya semakin gundah dan was2.

irama seruling semakin merdu nyaring dan melapangkan perasaan, tak lama kemudian bayangan Bu lim-thian-kiau sudah muncul dari hutan dan tiba di-pinggir gelanggang.

Karena hati kurang tentram tanpa disadari permainan Hong-lay-mo-li menjadi kacau, Aneh, ternyata Kim-liam-lo- koay sendiri sedang mengunjuk rasa heran dan melongo, hatinya seperti lebih tidak tentram, kekuatan pukulannya yang hebat tadipun mengendor.

Kejadian berlangsung amat cepat, cepat sekali Hong-lay- mo-li sudah menyadari akan lobang kelemahannya, dari bertahan kini dia balas menyerang, keadaannya yang serba runyam tadi berhasil diatasi.

Lagu seruling menyuarakan lengking nada yang tinggi seperti menembus kelangit, Kim Cau-gak semakin memperlihatkan mimik gugup dan gelisah, langkah kakinyapun mulai kacau, sebetulnya merupakan kesempatan baik untuk Hong-lay-mo-li mengundurkan diri, tapi melihat keadaan lawan, hatinya heran dan tak habis mengerti, lenyaplah keinginan untuk lari.

Tiba2 suara seruling berhenti, Bu-lim-thian-kiau menghampri ketempat perwira yang tertutuk Hiat-tonya oleh Hong-lay-mo-li, dengan ujung serulingnya dia buka tutukan Hiat-tonya, katanya tertawa: "Wah, senang ya hidupmu sekarang, sudah naik pangkat, menjadi jendral gerilya?" Tersipu2 perwira itu membungkuk dalam memberi hormat kepada Bu-lim-thian-kiau, mimiknya kikuk risi dan runyam, katanya: "Terima kasih akan pertolongan tuan muda!" lalu ia tanggalkan topi dan jubah kebesarannya, dibanting dan diinjak2, katanya gelisah:

"Harap tuan muda memberi hukuman, selanjutnya hamba takkan lari lagi,"

"Ah tidak apa2, menusia manjat ketempat tinggi, air mengalir ketempat rendah, kau sudah jadi jenderal gerilya, sudah tentu lebih senang dari pada menjadi kacungku."

"Ampun tuan muda, sudilah kiranya memaafkan kesalahanku, selanjutnya biar aku tetap menjadi kacungmu saja."

"Bukankah kau bersama Jilian-cuncu, dimana dia?" "Jianlian-cuncu sudah pergi, dia, dia terluka oleh tusukan

pedang iblis perempuan itu."

"Sungguh tak kebetulan, selalu bila aku tiba dia lantas pergi." lalu katanya dengan kereng: "Kalau kau ingin ikut aku, selanjutnya jangan banyak petingkah diluaran! Lekas pulang, tak perlu kau banyak urusan disini."

Perwira itu mengiakan berulang2, tersipu2 ia lari turun gunung.

Dengan jalan apa Hong-Iay-mo-Ii mengalahkan bangkotan tua Kim Cau-gak? Apakah dia tetap bermusuhan dengan Bu lim-thian-kiau?

Adakah perbedaan Giok-bin-yau-hou yang bersenjata pedang dan seruling?

Dengan muslihat apa pula Kongsun Ki membunuh istrinya Siang Pek-hong? (Bersambung ke bagian 7)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar